kewirausahaan dalam perpekstif lembaga pendidikan

4
KEWIRAUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh Prof. Dr. LCA. Robin Jonathan, MM., MSi. (Guru Besar Ilmu-Ilmu Manajemen) Pendahuluan. Pada saat kewirausahaan berkembang di Indonesia, banyak pihak berpikir bagaimana menggerakan lembaga pendidikan terarah pada kegiatan perekonomiannya. Kewirausahaan Lembaga Pendidikan menggerakan pemikiran untuk pandai mendapatkan peluang ekonomi baik dalam bentuk keuntungan berupa uang maupun keterampilan untuk memperoleh uang. Banyak pemikiran yang terlemparkan dalam meraih peluang ekonomi tersebut, diantaranya membangun perkoperasian, beternak, berdagang, ataupun mengembangkan jasa pelayanan public pada sector pendidikan. Kegiatan kewirausahaan dapat diperluas maknanya yaitu menghasilkan prilaku yang memiliki karekter yang kreatif, inovatif, dan pantang menyerah. Ini berdampak pada pembentukkan pribadi yang dinamis, siap menyambut masa depan yang penuh dengan perubahan. Pemikiran ini mengandung konsekkuensi untuk menempatkan konsep kewirausahaan dalam konteks social yang lebih luas. Menerapkan kewirausahaan dalam perspektif lembaga pendidikan berarti merubah paradigma pengelolaan pendidikan dari lembaga pelayanan layanan edukatif ke lembaga penyelenggaraan yang menghasilkan SDM yang terdidik dan terlatih. Dalam konstek ini adalah investasi proses untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Robert Owen mengatakan bahwa investasi yang paling berharga adalah investasi pada SDM. Kewirausahaan. Jika kewirausahaan itu merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, kewirausahaan itu hanya menjadi milik segelintir orang. Sekarang paradigma itu telah bergeser. Kewirausahaan telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan prilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya. Sebagai suatu disiplin ilmu, ilmu kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan sehingga setiap individu memiliki peluang untuk tampil sebagai seorang wirausaha (entrepreneur). Dengan demikian, seorang wirausaha yang sukses tidak hanya dikarenakan tuntutan bakat saja tetapi juga dituntut harus memiliki pengetahuan segala aspek usaha yang ditekuninya. Peter F Drucker mengatakan bahwa wirausaha adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). Ini berarti seorang wirausaha adalah seseorang yang benar-benar mencari perubahan,

Upload: deesign76

Post on 24-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Kewirausahaan Dalam Perpekstif Lembaga Pendidikan

KEWIRAUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF LEMBAGA PENDIDIKAN

Oleh

Prof. Dr. LCA. Robin Jonathan, MM., MSi.

(Guru Besar Ilmu-Ilmu Manajemen)

Pendahuluan.

Pada saat kewirausahaan berkembang di Indonesia, banyak pihak berpikir bagaimana menggerakan lembaga pendidikan terarah pada kegiatan perekonomiannya. Kewirausahaan Lembaga Pendidikan menggerakan pemikiran untuk pandai mendapatkan peluang ekonomi baik dalam bentuk keuntungan berupa uang maupun keterampilan untuk memperoleh uang.

Banyak pemikiran yang terlemparkan dalam meraih peluang ekonomi tersebut, diantaranya membangun perkoperasian, beternak, berdagang, ataupun mengembangkan jasa pelayanan public pada sector pendidikan. Kegiatan kewirausahaan dapat diperluas maknanya yaitu menghasilkan prilaku yang memiliki karekter yang kreatif, inovatif, dan pantang menyerah. Ini berdampak pada pembentukkan pribadi yang dinamis, siap menyambut masa depan yang penuh dengan perubahan. Pemikiran ini mengandung konsekkuensi untuk menempatkan konsep kewirausahaan dalam konteks social yang lebih luas.

Menerapkan kewirausahaan dalam perspektif lembaga pendidikan berarti merubah paradigma pengelolaan pendidikan dari lembaga pelayanan layanan edukatif ke lembaga penyelenggaraan yang menghasilkan SDM yang terdidik dan terlatih. Dalam konstek ini adalah investasi proses untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Robert Owen mengatakan bahwa investasi yang paling berharga adalah investasi pada SDM.

Kewirausahaan.

Jika kewirausahaan itu merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, kewirausahaan itu hanya menjadi milik segelintir orang. Sekarang paradigma itu telah bergeser. Kewirausahaan telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan prilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya. Sebagai suatu disiplin ilmu, ilmu kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan sehingga setiap individu memiliki peluang untuk tampil sebagai seorang wirausaha (entrepreneur). Dengan demikian, seorang wirausaha yang sukses tidak hanya dikarenakan tuntutan bakat saja tetapi juga dituntut harus memiliki pengetahuan segala aspek usaha yang ditekuninya.

Peter F Drucker mengatakan bahwa wirausaha adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). Ini berarti seorang wirausaha adalah seseorang yang benar-benar mencari perubahan, merespon dan mengkomunikasikan perubahan. Oleh karena itu, kewirausahaan berkembang menjadi prilaku yang selalu terbaharukan. Wirausaha sebagai proses kreasi nilai dengan menggunakan sumberdaya secara khas untuk mendapatkan peluang dalam memperoleh keuntungan. Sifat wirausaha utama adalah selalu memperhatikan sumberdaya secara unik sehingga tidak menggunakan cara-cara yang konvensional.

Wirausaha Pendidikan.

Wirausaha pendidikan pada dasarnya merupakan upaya untuk mengembangkan prilaku siswa melalui proses pembelajaran, strategi pelayanan untuk menghasilkan produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan beradaptasi pada perubahan social yang dinamis.

Kewirausahaan pada Lembaga Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengejar peluang dengan menggunakan strategi inovatif dalam rangka menghasilkan mutu lulusan yang terbaik yang dibutuhkan oleh dirinya sendiri, dunia usaha, dan masyarakat. Pemikiran itu membawa lembaga pendidikan untuk menerapkan strategi creative dan innovative untuk menjawab tantangan masa

Page 2: Kewirausahaan Dalam Perpekstif Lembaga Pendidikan

depan. Untuk itu dibutuhkan pimpinan pendidikan dan guru-guru yang selalu aktif dalam pembaharuan untuk menghasilkan produk lulusan yang mutunya selalu diperbaharui.

Untuk menghasilkan produk lulusan yang bermutu, diperlukan guru-guru yang kreatif dalam melakukan adopsi dan adaptasi. Semangat berkompetisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan begitu pula dengan sikap organisasi yang toleransi terhadap ide-ide baru. Proses pembaharun membutuhkan dialog yang tiada hentinya dan berdedikasi untuk mengubah ide-ide yang ungul, besar kedalam tindak praktis yang dapat menunjang tumbuhnya prilaku sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Membangun Profesionalisme Guru.

Untuk membangun SDM, membangun institusi yang kokoh dan membangun system yang handal, tidak bisa dilepaskan dari peran dunia pendidikan. Perkembangan dunia pendidikan sendiri tidak bisa dipisahkan dari kualitas atau kompetensi dan peran yang diambil oleh seorang guru. Guru adalah profesi yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyiapkan dasar ilmu pengetahuan, keterampilan, perilaku dan karakter manusia. Sebagai profesi, guru juga harus adalah memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan tunduk pada prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki oleh seorang professional dalam mendidik anak bangsa sehingga menjadi asset SDM.

Sangatlah relevan jika kita mengetengahkan pentingnya membangun guru prefesional (professional teacher), karena profesi guru adalah profesi yang sangat terhormat hanya akan bermakna atau member kontribusi positif bilamana pemangku jabatan itu adalah professional.

Profesionalisme haruslah merupakan ‘common denominator’ dari seluruh manajemen kelembagaan, dengan terciptanya proses komunikasi, koordinasi, serta kerja sama yang berbasis ‘trust’ dan interaksi dalam ritme dan gelombang yang sama. Hanya pada kelembagaan yang tertata secara professional-lah yang dapat menciptakan manusia-manusia professional yang memiliki motivasi dan semangat juang yang tinggi. Profesionalisme terbangun dari tiga pondasi yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.

1. Ilmu Pengetahuan (Knowledge) 2. Keterampilan (Skill) 3. Sikap positif (Attitude)

Kemajuan teknologi telah merubah ‘life cycle’ dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap ilmu dari bidang manapun harus diperbaharui dan dikuasai secara mendalam (depth of understanding), dibutuhkan proses pembelajaran yang berkesinambungan (continuous learning) untuk mempertahankan profesionalisme keilmuan. Proses pembelajaran berkesinambungan ini berlaku juga bagi para guru bila harus menyandang predikat sebagai ‘Professional Teacher’.

Keterampilan atau skill membutuhkan praktek dan pelatihan yang sistematis dan berjenjang. Pada manajemen, kita mengenal peralatan (tools) dan teknik untuk dapat memperagakan keterampilan dan ilmu yang dikuasai. Disinilah pentingnya kelembagaan yang tertata dari seluruh level yang ada.

Sikap positif yang tergambar pada kejujuran dan integritas adalah hal yang paling krusial dari aspek pondasi profesionalisme. Integritas terbangun dari karakter, motivasi terbentuk dari prilaku manusia. Oleh karenanya, sikap positif menjadi sangat fundamental dalam membangun kerjasama yang berbasis pada ‘trust’.

Dengan demikian, profesi guru yang berbasis pada profesionalisme tidak hanya bertanggung jawab terhadap pendidikan keilmuan dan keterampilan semata, tetapi juga berkewajiban untuk menuntun anak didiknya sehingga memiliki prilaku dan karakter positif yang menunjang prestasi yang berbasis pada motivasi, kejujuran, dan integritas yang tinggi.

Penutup

Page 3: Kewirausahaan Dalam Perpekstif Lembaga Pendidikan

Mengacu pada Pendapat Peter F. Dricker, Guru Manajemen sejagad, bahwa tidak ada kemanjuan tanpa adanya perubahan. Oleh karena itu, kemajuan suatu lembaga pendidikan tidak lepas dari aspek kepemimpinan (leadership) disamping aspek manusianya yang harus dikembangkan melalui proses pendidikan yang dilandasi oleh kewirausahaan.

Kepemimpinan manajemen berorientasi pada manusia yang memiliki kompetensi professional harus dimulai dari lembaga pendidikan.

Dengan demikian, kewirausahaan pada lembaga pendidikan akan berkembang dengan pesat kalau guru ditempatkan sebagai ‘professional teacher’ bukan sebagai ‘Umar Bakri’ dan dihibur dengan ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’.