kewenangan pemberian izin penyelenggaraan...

85
KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN ANTARA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DENGAN KEMENTRIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (Analisis Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Nur Fadhillah Ramadhani Laia NIM : 1112048000008 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438 H / 2016 M

Upload: leliem

Post on 24-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN

ANTARA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DENGAN KEMENTRIAN

KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

(Analisis Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Nur Fadhillah Ramadhani Laia

NIM : 1112048000008

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438 H / 2016 M

Page 2: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai
Page 3: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai
Page 4: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai
Page 5: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

iv

ABSTRAK

NUR FADHILLAH RAMADHANI LAIA. NIM 1112048000008.

KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN

ANTARA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DENGAN KEMENTRIAN

KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (Analisis Undang-Undang No. 32 Tahun

2002 Tentang Penyiaran) PROGRAM STUDI Ilmu Hukum, konsentrasi

Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 1437 H/ 2016 M. xi + 66 halaman + 4 halaman Daftar Pustaka

+ 3 Lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kewenangan Komisi

Penyiaran Indonesia dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam hal

pemberian izin Penyelenggaraan penyiaran dan juga keselarasan peraturan

perundang-undangan dalam hal pemberian izin penyelenggaraan penyiaran. Skripsi

ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara ilmiah yaitu dalam ranah

kajian ilmu hukum, maupun secara praktis dan akademis.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis normatif,

dan penelitian kepustakaan berdasarkan pada subjek studi dan jenis masalah yang ada

dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berhubungan

dengan materi penulisan skripsi. Dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama, yang diperoleh dari UUD

NRI 1945, Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran. Dan data sekunder

yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, makalah, skripsi, jurnal

hukum dan sebagainya. Hasil dari analisis dan penelitian ini mengungkap bahwa

kewenangan KPI dan Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam hal perizinan

penyelenggaraan penyiaran adalah Memberi masukan dan hasil evaluasi dengar

pendapat antara pemohon (lembaga penyiaran) dan KPI, Dan setelah diperiksa

kelengkapan persyaratan izin maka Menteri akan menerbitkan Izin Penyelenggaraan

Page 6: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

v

Penyiaran. Dan Faktor yang menyebabkan lemahnya kewenangan KPI sebagimana

diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, atas

lembaga-lembaga penyiaran di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah yang dijadikan

Landasan Kementrian Komunikasi dan Informatika.

Kata Kunci : KPI, Kementrian Komunikasi dan Informatika, Kewenangan Pemberian

Izin Penyelenggaraan Penyiaran, Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang

Penyiaran.

Page 7: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam

atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN

ANTARA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DENGAN KEMENTRIAN

KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (Analisis Undang-Undang No. 32 Tahun

2002 Tentang Penyiaran)” dengan lancar dan baik. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkankan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga,

sahabat dan juga bagi kita selaku pengikut setia beliau hingga akhir hayat.

Dan tidak lupa ucapan terima kasih dan cinta yang sedalam-dalamnya kepada kedua

orang tua tercinta ibunda Henni Erawati dan ayahanda Fatiziduhu Laia, S,KM. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis baik secara materiil

maupun immaterial. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

vii

2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Moh. Ali Wafa, S.H., S,Ag., M,Ag., selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya dan memberikan arahan serta bimbingannya dengan sabar

kepada penulis selama ini sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar.

4. Dedy Nursamsi, S.H., M.Hum. Selaku dosen pembimbing skripsi dan juga dosen

pembimbing akademik yang telah bersedia memberikan waktu dan arahan serta

masukan kepada penulis disela-sela kesibukan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan benar.

5. Segenap Dosen serta staff Fakultas Syariah dan Hukum yang dengan ikhlas mendidik

dan membimbing penuliis dari semester 1 hingga selesai penulisan skripsi ini.

6. Adik-adikku tercinta Putri Sri Hardiyanti laia dan Nurul Annisa wardhani Laia, yang

telah memberikan dukungan dan semangatnya serta yang telah menemani penulis

sejak kecil hingga selesainya penulisan skripsi ini.

7. Kekasih tercinta Rifqi Razaqi Rajab atas dukungan moril, dan bantuannya kepada

penulis selama ini dan tanpa lelah menemani penulis sejak penyusunan skripsi

hingga selesai.

8. Teman-teman dan sahabat-sahabat tercinta dari Ilmu Hukum Angkatan 2012 Qoshy

Soraya S.H., Veny Eka S. H., Putri Amalia, Muhammad Yusuf, Muchtar Ramadhan,

Page 9: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

viii

Khairul Atma dan teman-teman lainnya terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan

kalian selama ini.

9. Sahabat-sahabat tercinta Ifa afifah, Ulfa Sisi, Hilmiana Putri, Rizkika Utami, dan

Karina Maal dan yang lainnya terimakasih atas segala waktu, kebersamaan, dan

pelajaran yang bisa penulis petik dari kalian semoga kita sukses bersama.

10. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis sejauh ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, semoga senantiasa dalam perlindungan dan keberkahan dari

Allah SWT.

Demikian penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan mohon maaf

apabila terdapat kesalahan kata-kata yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada

umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 30 September 2016

Penulis,

Nur Fadhillah Ramadhani Laia

Page 10: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah .......................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 7

D. Tinjauan Kajian Terdahulu .......................................................................... 8

E. Kerangka Konseptual ................................................................................... 9

F. Metode Penelitian ........................................................................................ 11

G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 14

BAB II LANDASAN TEORI KEWENANGAN DAN PERIZINAN DALAM

NEGARA

A. Kekuasaan .................................................................................................... 16

Page 11: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

x

1. Teori Sumber Kekuasaan ......................................................................... 18

2. Teori Pemisahan Kekuasaan .................................................................... 18

B. Kewenangan ................................................................................................. 22

1. Sumber Kewenangan ............................................................................... 23

C. Komisi Negara ............................................................................................. 24

D. Perizinan....................................................................................................... 26

1. Perizinan Sebagai Wewenang Pemerintah ................................................ 28

BAB III KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN

PENYIARAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN

2002

A. Undang-Undang Penyiaran .......................................................................... 31

B. Komisi Penyiaran Indonesia ........................................................................ 35

C. Kementrian Komunikasi dan informatika .................................................... 42

D. Izin Penyelenggaraan Penyiaran ................................................................. 45

E. Mekanisme Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran ...................................... 46

BAB IV KEWENANGAN DAN KESELARASAN PEMBERIAN IZIN

PENYELENGGARAAN PENYIARAN

A. Kewenangan KPI dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam hal

pemberian izin penyelenggaran penyiaran ................................................... 51

Page 12: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

xi

B. Keselarasan Peraturan Perundang-undangan dalam hal pemberian izin

penyelenggaraan penyiaran antara Komisi Penyiaran Indonesia dan Kementrian

Komunikasi dan Informatika ....................................................................... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 63

B. Saran............................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”, yang memiliki

konstitusi yang dikenal dengan Undang-undang Dasar (UUD) 1945. 1

Salah satu hasil dari perubahan konstitusi yang sangat mendasar tersebut

adalah beralihnya supremasi MPR menjadi supremasi konstitusi. Sejak masa

reformasi, Indonesia tidak lagi menempatkan MPR sebagai lembaga tertinggi

negara sehingga semua lembaga negara sederajat kedudukannya dalam struktur

ketatanegaraan seghingga satu sama lain bisa saling mengawasi (checks and

balances). Perubahan yang terjadi merupakan konsekuensi dari supremasi

konstitusi, dimana konstitusi diposisikan sebagai hukum tertinggi yang mengatur

dan membatasi kekuasaan lembaga-lembaga penyelenggara negara. 2

Penyelenggaraan negara mempunyai peran yang penting dalam

mewujudkan tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD

Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 4 UUD 1945 menegaskan bahwa Presiden

Indonesia memegang kekuasaan Pemerintah menurut Undang-Undang Dasar. Dan

dalam menjalankan tugasnya Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

Menteri-menteri tersebut membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan yang

1 A. Abdullah dan Abdul Rozak, Demokrasi (Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani) , (Jakarta: ICCE bekerja sama dengan Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 3, h.

68. 2 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi ,

(Jakarta: Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), h. v.

Page 14: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

2

pembetukannya, pengubahan, dan pembubaran kementriannya diatur dalam

undang-undang sebagaimana dalam pasal 17 UUD Republik Indonesia Tahun

1945.3 Apabila kita lihat penjelasan UUD 1945, ditentukan bahwa Menteri-

menteri negara bukanlah pegawai tinggi biasa meskipun kedudukan Menteri itu

tergantung pada Presiden karena Menteri-menterilah yang terutama menjalankan

kekuasaan pemerintahan (pouvoir execitif) di dalam prakteknya.4 Dan berdasarkan

Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dinyatakan bahwa menteri itu adalah pemipimpin

pemerintahan yang sesungguhnya dalam bidangnya masing-masing.5

Dalam negara demokrasi, pengakuan atas hak asasi manusia (HAM)

secara yuridis formal dituangkan dalam konstitusi sebagai landasan hukum

negara. Di Indonesia, melalui UUD 1945 perubahan kedua, hak asasi manusia

telah dijamin penuh sebagaimana diatur dalam Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28

J.

Dalam hal menciptakan pemerintahan yang bertanggung jawab pada

negara demokrasi, informasi dapat digambarkan sebagai oksigen yng dapat

dijadikan sebagai bahan masyarakat untuk dapat ikut berpartisipasi aktif dalam

setiap penyelenggaran negara.6

Sejak disahkannya Undang-Undang Penyiaran pada tahun 2002 telah

membentuk suatu badan khusus dalam sistem pengaturan penyiaran di Indonesia,

yaitu adanya Komisi Penyiaran Indonesia yang selanjutnya disebut KPI.

3 Lampiran II : UURI No. 39 Tahun 2008 Tentang Kementrian Negara.

4 Maria Farida,Ilmu Perundang-undangan, (Yogyakarta, Kanisius, 2005), h.72.

5 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada, 2011), h.325-326 6 Maulana indra , pendekatan pengaturan pada sektor penyiaran menuju era konvergensi

teknologi informasi dan komunikasi,( Jakarta: Badan Pembinaan Hukum nasional, 2012), h.25

Page 15: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

3

Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama

bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Sejatinya penyusunan UU

No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran yang selanjutnya disebut UU Penyiaran

dijiwai oleh semangat demokratisasi dan desentralisasi. Roh demokratisasi

menghendaki pengelolaan penyiaran dikembalikan sebesar-besarnya bagi

kemanfaatan masyarakat. Dengan itulah, kekuasaan rakyat terhadap dunia

penyiaran dapat ditegakkan.

Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah

publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur

tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan. Berbeda dengan semangat

dalam Undang-undang penyiaran sebelumnya, yaitu Undang-undang No. 24

Tahun 1997 pasal 7 yang berbunyi "Penyiaran dikuasai oleh negara yang

pembinaan dan pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah", menunjukkan

bahwa penyiaran pada masa itu merupakan bagian dari instrumen kekuasaan yang

digunakan untuk semata-mata bagi kepentingan pemerintah. Proses demokratisasi

di Indonesia menempatkan publik sebagai pemilik dan pengendali utama ranah

penyiaran.7

Adanya keterlibatan Pemerintah yaitu Menteri Komunikasi dan

Informatika adalah kewenangan pemerintah dalam hal pemberian perizinan

penyelenggaran penyiaran, yang dimana kewenangan pemerintah dalam perizinan

hanya dua hal yakni terlibat dalam Forum Rapat Bersama (FRB) khusus untuk

perizinan, dan memberi izin alokasi dan penggunaan frekuensi radio atas usul

7 Dikutip dari Website resmi KPI (http://www.kpi.go.id) yang diakses pada tanggal 10

April 2016.

Page 16: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

4

KPI. Secara keseluruhan proses transisi demokrasi dalam konteks penyiaran tidak

semudah yang dibayangkan karena paradigma pemerintah sendiri yang tidak

memberikan pengaturan penyiaran seratus persen kepada KPI. Padahal dalam

konteks demokratisasi media, KPI merupakan representasi dari masyarakat.

Karena itu, maka komprominya adalah pemerintah masih dilibatkan dalam

pengambilan keputusan,itulah bagian dari kompromi.

Dengan adanya surat dari Menkominfo yang berisi penyampain pemberian

izin kepada KPI, maka menurut KPI kewenangannya telah diambil alih oleh

Menkominfo, dikarenakan setelah pemberian izin barulah diberitahukan kepada

KPI.

KPI yang merasa kewengannya dilangkahi oleh Menteri Komunikasi dan

Informasi (Menkominfo) dalam pemberian izin penyelenggaraan penyiaran dan

pembuatan aturan dalam hal penyiaran. Untuk itu lalu mengajukan permohonan

ke Mahkamah Konstitusi, KPI sebagai pemohon, mengajukan permohonan

penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara ke Mahkamah Konstitusi,

dengan termohonnya Presiden qq. Menkominfo. KPI berpendapat bahwa

berdasarkan pasal 33 Ayat (5) Undang-Undang No. 32 Tahun Tentang Penyiaran,

maka izin dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran diberikan negara

melalui KPI, bukannya oleh pemerintah melalui KPI.

Menurut KPI, di dalam UU Penyiaran telah tergambar wilayah

kewenangan KPI dalam menjalankan perintah konstitusi untuk menjaga hak-hak

warga negara yang terkandung pada Pasal 28F UUD 1945. Dan Menteri Kominfo

juga memiliki kewenangan berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2002

Page 17: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

5

tentang Penyiaran, oleh karena Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksana

dari undang-undang yang juga merupakan landasan operasional bagi Menteri

Kominfo.

Sebagaimana dipaparkan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

030/SKLN-IV/2006 dalam hal pertimbangannya, dapat disimpulkan bahwa KPI

adalah lembaga negara yang dibentuk dan kewenangannya diberikan oleh undang-

undang bukan oleh Undang-Undang Dasar. Dengan demikian, karena KPI

bukanlah lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, maka

KPI tidak memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) sebagaimana

ditentukan Pasal 61 Ayat (1) UUMK untuk mengajukan permohonan. Dan

berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa KPI

sebagai Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) sehingga

permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk

verklaard), dan oleh karenanya Pokok Permohonan tidak perlu dipertimbangkan

lebih lanjut.

Dalam putusannya, Mahkamah Konstitusi menyatakan tidak dapat

menguji kewenangan yang disengketakan, karena KPI bukanlah lembaga negara

yang kewenangannya diberikan secara konstutisional dalam UUD 1945,

dikarenakan kewenangan tersebut dimuat dalam Undang-undang No. 32 Tahun

2002 tentang Penyiaran. Sehingga dalam perkara tersebut Mahkamah Konstitusi

tidak membahas substansi kewenangan penyusunan regulasi di bidang penyiaran

yang disengketakan. Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut memberikan dampak

hilangnya kewenangan KPI dalam hal pemberian izin frekuensi siaran, dan bagi

Page 18: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

6

dunia penyiaran putusan tersebut berdampak pada sentralisasi perizinan yang

sepenuhnya dikuasai oleh pemerintah pusat.

Dan kesimpulan dari putusan Mahkamah Konstitusi tersebut menyebabkan

KPI menjadi suatu lembaga negara yang berdampak terhadap optimalisasi fungsi

pengawasan KPI karena Izin Penyelenggaraan Penyiaran merupakan salah satu

instrumen utama pengawasan penyiaran. Dan dilain pihak Menkominfo

(Pemerintah) memiliki kewenangan mutlak atas dunia penyiaran tanpa adanya

kontrol dari lembaga negara lainnya. Dan dalam hal ini, tidak ada

pengklasifikasian yang mengatur secara tegas mengenai lembaga negara dan tidak

adanya kepastian hukum.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai hal ini dengan

mengangkat judul skripsi tentang “KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN

PENYELENGGARAAN PENYIARAN ANTARA KOMISI PENYIARAN

INDONESIA DAN KEMENTRIAN KOMUNIKASI dan INFORMATIKA

(Analisis Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran)”

B. Identifikasi Masalah

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) merasa kewenangannya dilangkahi

oleh Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) dalam hal pemberian izin

penyelenggaraan penyiaran dan pembuatan aturan dalam hal penyiaran. Di dalam

UU Penyiaran telah tergambar wilayah kewenangan KPI, dan Menteri Kominfo

juga memiliki kewenangan berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2002

Page 19: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

7

tentang Penyiaran, oleh karena Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksana

dari undang-undang yang juga merupakan landasan operasional bagi Menteri

Kominfo.

Dan berdasarkan kesimpulan dari putusan Mahkamah Konstitusi, KPI

menjadi berdampak terhadap optimalisasi fungsi pengawasan KPI karena izin

penyelenggaraan penyiaran merupakan salah satu instrumen utama pengawasan

penyiaran. tanpa kewenangan, dan dilain pihak Menkominfo (Pemerintah)

memiliki kewenangan mutlak atas dunia penyiaran tanpa adanya kontrol dari

lembaga negara lainnya.

Dengan ini penulis ingin melakukan penelitian tentang “Kewengan

Pemberian Izin penyelenggaran Penyiaran Antara Komisi Penyiaran Indonesia

dan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Analisis Undang-Undang No. 32

Tahun 2002 tentang Penyiaran).”

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang penulis bahas tidak terlalu meluas sehingga

dapat mengakibatkan ketidakjelasan maka penulis membuat pembatasan

masalah yakni, Kewenangan antara Komisi Penyiaran Indonesia Dan

Kementrian Komunikasi dan Informatika Dalam Hal izin Penyelenggaraan

Penyiaran”. Pembatasan ini dilakukan agar lebih fokus guna

mempermudah penulis dalam penelitian, dan juga untuk menghindari

Page 20: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

8

perluasan pembahasan yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah

yang akan diteliti.

2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dan pembatasan masalah, dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang selanjutnya dirumuskan sebagai

berikut:

a. Bagaimana kewenangan antara Komisi Penyiaran Indonesia dengan

Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam hal pemberian izin

penyelenggaraan penyiaran menurut Undang-undang No. 32 Tahun

2002 tentang Penyiaran?

b. Bagaimana keselarasan peraturan perundang-undangan terkait hal

pemberian izin penyelenggaraan penyiaran antara Komisi Penyiaran

Indonesia dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika?

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Review kajian terdahulu ini akan memaparkan penelitian yang sudah

dilakukan, baik berupa skripsi, tesis, ataupun penelitian-penelitian lainnya yang

pernah membahas seputar sengketa kewenangan lembaga negara, yaitu;

1. “Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara Oleh Mahkamah

Konstitusi (Analisa Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 030/SKLN-

IV/2006 tentang Sengketa Kewenangan Lembaga Negara antara KPI

melawan Presiden RI q.q Menteri Komunikasi dan Informatika)”. Skripsi

ditulis oleh Dian Novita Dari Universitas Indonesia Mahasiswi Fakultas

Page 21: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

9

Hukum Program Studi Ilmu Hukum Kekhususan Hukum Hubungan Antara

Negara dan Masyarakat.

Dalam skripsi ini penulis menjelaskan tentang sengketa kewenangan

Mahkamah Konstitusi dalam mengadili sengketa kewenangan konstitusional

lembaga Negara. Dan pembedaan dari skripsi ini, lebih membahas

kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam menyelesaikan sengketa lembaga

negara. Sedangkan Perbedaannya dengan penulis, akan membahas tentang

kewenangan yang disengketakan dan analisis Undang-undang Penyiaran.

2. “ Hukum Penyiaran". Buku ini adalah karya dari Dr. Judhariksawan, S.H.,

M.H. yang membahas tentang Demokratisasi Penyiaran. Dan perbedaan dari

penulis, hanya akan sekilas membahas sejarah demokratisasi Penyiaran

yang melahirkan Komisi Penyiaran Indonesia berlandaskan Undang-

Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

3. „ Hukum Media Massa Nasional ”. Buku ini adalah karya dari Sudirman

Tebba yang membahas tentang Izin Penyelenggaraan Penyiaran dan Aspek

Hukum Program Siaran. Persamaan Penulis dengan buku ini adalah

mengenai Izin Penyelenggaraan Penyiaran, dan perbedaannya penulis tidak

membahas aspek hukum pada program siaran.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut:

Page 22: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

10

a. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan kedua lembaga antara

Komisi Penyiaran Indonesia dan Kementrian Komunikasi dan

informatika dalam hal pemberian izin penyelenggaraan penyiaran.

b. Untuk mengetahui bagaimana keselarasan peraturan perundang-

undangan terkait hal pemberian izin penyelenggara penyiaran antara

Komisi Penyiaran Indonesia dan Kementrian Komunikasi dan

informatika

2. Manfaat Penelitian

Penulis berharap supaya hasil penelitian ini tidak berhenti sampai disini,

namun penulis menaruh harapan besar agar penelitian ini bermanfaat antara lain:

a. Manfaat teoritis:

1) Untuk lebih memperkaya khazanah ilmu pengetahuan baik

dibidang hukum pada umumnya maupun di bidang hukum

Kelembagaan Negara pada khususnya.

2) Untuk dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan

hukum secara teoritis, khususnya bagi Hukum Tata Negara

mengenai penyelesain sengketa kewenangan antar lembaga

yang dalam hal ini terkait Komisi Penyaiaran Indonesia dan

Kementrian Komunikasi informatika.

3) Untuk menjadi pedoman bagi pihak yang ingin mengetahui

dan mendalami tentang sengketa kewenangan lembaga negara.

Page 23: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

11

b. Manfaat Praktis

Penulis mengharapkan agar memberikan sumbangan

pemikiran mengenai aspek Hukum Tata Negara, khususnya

mengenai sengketa kewenangan lembaga negara antara Komisi

Penyaiaran Indonesia dan Kementrian Komunikasi dan Informatika

dalam hal Pemberian izin penyelenggara penyiaran.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang didasarkan

pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara

menganalisanya, untuk kemudian mengusahakan pemechan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang

bersangkutan.8

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalahnya,tipe

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu

pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan

dan keputusan pengadilan.9

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

2003), h.43. 9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana,2010),h. 142.

Page 24: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

12

Spesifikasi Penelitian dengan menggunakan tipe deskriptif

analitis, yaitu penelitian yang disamping memberikan gambaran,

menuliskan dan melaporkan suatu objek atau suatu peristiwa juga

akan mengambil kesimpulan umum dari masalah yang akan dibahas.10

Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum

kepustakaan. Penulisan skripsi ini pada hakikatnya merupakan suatu

penelitian di bidang hukum. Khusus mengenai penelitian hukum,

Soekanto mengartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang didasari

pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan

untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan

menganalisa. Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder belaka, disebut penelitian hukum

normatif atau penelitian hukum kepustakaan (disamping adanya

penelitian hukum sosiologis atau empiris yang terutama meneliti data

primer). Berdasarkan pada subjek studi dan jenis masalah yang ada,

maka dalam penelitian ini kepustakaan. Lazimnya disebut juga Legal

Research atau Legal Reseacrh Instruction. Penelitian hukum semacam

ini tidak mengenal penelitian lapangan, karena yang diteliti adalah

bahan-bahan hukum sehingga dapat dikatakan sebagai library

research.11

10

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2006), h. 11. 11

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjaun

Singkat,(Jakarta: Rajawali Pers,2001), h. 23.

Page 25: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

13

Kemudian, Penulis mencari dan menelaah peraturan

perundang- undangan yang berhubungan dengan judul skripsi ini dan

sifat dari penelitianini adalah deskriptif yaitu tipe penelitian untuk

memberikan data yangseteliti mungkin tentang suatu gejala atau

fenomena, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang

sudah ada.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama, yang diperoleh dari

UUD NRI 1945, Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang

penyiaran. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen resmi, makalah, skripsi, jurnal hukum dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaang digunakan untuk

mendapatkan data primer (data yang diperoleh langsung dari

sumbernya) dan data sekunder (data yang diperoleh tidak langsung

dari sumbernya) adalah Studi Kepustakaan.

4. Tehnik Analisis Data

Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode

penelitian bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan

adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder.

Page 26: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

14

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang

diterbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM)

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang isi permasalahan yang akan dibahas,

maka sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB I, Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, rumusan masalah dan pembatasan masalah, tinjauan (review)

kajian terdahulu, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II, Bab ini berisikan tentang kekuasaan, teori sumber kekuasaan,

teori pemisahan kekuasaan, pengertian kewenangan, sumber kewenangan,

dan perizinan.

BAB III, Bab ini berisikan tentang Undang-Undang Penyiaran, Komisi

Penyiaran Indonesia, tugas dan wewenang Komisi Penyiaran Indonesia,

Kementrian Komunikasi dan Informatika, izin penyelenggaraan penyiaran,

dan mekanisme perizinan penyelenggaraan penyiaran.

BAB IV, Bab ini berisikan tentang kewenangan Komisi Penyiaran

indonesia dengan Kementrian Informasi dan Informatika dalam hal

Page 27: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

15

pemberian izin penyelenggaran penyiaran dan keselarasan peraturan

perundang-undangan dalam hal pemberian izin penyelenggaraan penyiaran

antara komisi penyiaran indonesia dan kementrian informasi dan

informatika.

BAB V, Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran dari penulis.

Page 28: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

16

BAB II

LANDASAN TEORI KEWENANGAN DAN PERIZINAN DALAM

NEGARA

A. Kekuasaan

Pembicaraan mengenai kekuasaan merupakan satu hal menarik yang tidak

pernah selesai dibahas. Hal ini telah dimulai sejak zaman Yunani kuno dan terus

berlangsung sampai zaman ini. Para filsuf klasik pada umumnya mengaitkan

kekuasaan dengan kebaikan, kebajikan, keadilan dan kebebasan. Para pemikir

religius menghubungkan kekuasan itu dengan Tuhan.1 Di masa modern dan

kontemporer, diskusi tentang kekuasaan tetap saja relevan. Secara internasional,

pengelolaan kekuasaan merupakan isu yang selalu terbaharui. Diskusi tentang

kekuasaan tetap penting terutama ketika umat manusia berkepentingan untuk terus

menemukan cara bagaimana menyeimbangkan kekuasaan.2

Secara umum kekuasaan itu sering diartikan sebagai suatu kemampuan

seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-lakunya

seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi

sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.3

Kekuasaan merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah negara. Hal

tersebut tercermin dalam suatu pemerintahan, baik dalam bentuk monarki oleh

1 A. Rahman Zainudin, Kekuasaan dan Negara: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1992),h, 428. 2 Michael Sheehan, The Balance of Power: History & Theory (London: Routledge,

1996),h, 146. 3 Miriam Budiarjo , Dasar-Dasar Ilmu Politik, (PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta,

1997), h. 35

Page 29: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

17

raja maupun dalam bentuk republik yang dipimpin oleh presiden. Suatu

pemerintahan yang tidak memiliki kekuasaan tentunya tidak memiliki suatu

resistensi terhadap perubahan dalam suatu masyarakat, sehingga akan

mengganggu kestabilan dan keamanan negara.

Kekuasaan sendiri didefinisikan oleh Laswell dan Abraham Kaplan

sebagai suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat

menentukan tindakan seseorang atau kelempok lain ke arah tujuan dari pihak

pertama.4 Menurut Taclott Parsons seorang sosiolog yang cenderung melihat

kekuasaan sebagai senjata yang ampuh untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif

dengan jalan membuat keputusan-keputusan mengikat didukung dengan sanksi,

Kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban-

kewajiban yang mengikat, oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem organisasi

kolektif. Kewajiban adalah sah jika menyangkut tujuan-tujuan kolektif. Jika ada

perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif dianggap wajar,

terlepas dari siapa yang melaksanakan pemaksaan itu.5 Jadi, Parsons melihat segi

positif dari kekuasaan jika dihubungkan dengan authority dan kemungkinan-

kemungkinan.

Kekuasaan juga diartikan oleh Max Weber sebagai “ Kesempatan dari

seseorang atau sekelompok orang-orang untuk menyadarkan masyarakat akan

4 Miriam Budiarjo , Dasar-Dasar Ilmu Politik, (PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta,

2009), h. 60. 5 Talcott Parsons, “ The Distribution of Power in American Society”, World Politics

(Oktober,1957), h. 139

Page 30: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

18

kemauan-kemauan sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-

tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu”.6

1. Teori sumber Kekuasaan

Banyak teori yang menjelaskan dari mana kekuasaan berasal.

Menurut teori teokrasi, yang menyatakan bahwa asal atau sumber daripada

kekuasaan itu adalah dari Tuhan teori ini berkembang pada zaman abad

pertengahan yaitu dari abad ke V sampai abad ke XV. 7 Kemudian oleh

teori hukum alam menyatakan bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat.

Pendapat demikian dimulai dari aliran monaromen yang dipelopori oleh

Johannes Althusius yang mengatakan bahwa kekuasaan berasal dari rakyat

dan asal kekuasan yang ada pad a rakyat ini tidak lagi dianggap dari

Tuhan, melainkan dari alam kodrat. Kemudian kekuasaan yang ada pada

rakyat ini diserahkan kepada seseorang, yang disebut raja untuk

menyelenggarakan kepentingan masyarakat.8

2. Teori Pemisahan Kekuasaan

Pada prinsipnya, konstitusi atau undang-undang dasar suatu negara

antara lain merupakan pencatatan (registrasi) pembagian kekuasaan

didalam suatu negara. Pembagian kekuasaan menurut fungsinya

menujukkan perbedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat

legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang lebih dikenal sebagai Trias Politika.

Trias Politika adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga

6 Suryono Sukanto, Sosilogi Suatu Pengantar, (Jakarta : UI Press) 1970 h. 163

7 Soehino, Ilmu Negara,( Yogyakarta : Liberty) 1998, h. 149.

8 Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia setelah Perubahan UUD

!945 dengan delapan negara maju, (Jakarta : Kencana ) 2009, h. 9

Page 31: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

19

macam kekuasaan: Pertama, kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat

undang-undang (dalam peristilahan baru sering disebut rule making

function) kedua, kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan

undang-undang (rule application function); ketiga kekuasaan yudikatif

atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-undang (rule

adjudication function). Trias politika adalah suatu prinsip normatif bahwa

kekuasaankekuasaan (function) ini sebaiknya tidak diserahkan kepada

orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak

yang berkuasa. Dengan demikian hak-hak asasi warga negara lebih

terjamin.9

Teori pemisahan kekuasaan Montesquieu mengalami

perkembangan dan mendapat kritikan. Pemisahan kegiatan eksekutif,

legislatif, dan yudikatif tidak dapat dipisahkan secara tajam satu dengan

yang lain. Montesquieu membagi kekuasaan pemerintahan dalam tiga

cabang, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan

yudikatif. Menurutnya ketiga jenis kekuasaan ini haruslah terpisah satu

sama lain, baik mengenai tugas (fungsi) maupun mengenai alat

perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya. Terutama adanya

kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu yang

mempunyai latar belakang sebagai hakim, karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan

dipertaruhkan. Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk

9 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi,Cetakan Pertama,

(Gramedia, Jakarta, 2008). h. 281-282.

Page 32: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

20

membuat undang-undang, Kekuasaan Legislatif dalam teori islam

dipandang sebagai lembaga tertinggi dalam negara. Legislatif juga

menempatkan undang-undang dan ketetapan dilandaskan secara efektif

oleh lembaga eksekutif dan akan dipertahankan oleh lembaga yudikatif.

Dalam Al- Qur’an diterangkan bahwa jika Allah dan Rasul-Nya telah

memberi peraturan dalam suatu masalah tidak seorang pun berhak

memutus sesuai pendapat sendiri karena syariat menetapkan wewenang

Allah sebagaimana dalam surat Al- Qhashas ayat 38 :

Artinya: dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak

mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku

tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku

dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin

bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta".

Dari perintah ayat diataslah timbul prinsip bahwa lembaga

legislatif dalam negara islam sama sekali tidak berhak membuat

perundang-undangan yang bertentangan dengan tuntunan.

Kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan undang-undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri), dalam suatu negara islam

lembaga eksekutif memiliki tujuan yaitu menegakkan pedoman Allah

dalam Al-Qu’ran dan As-Sunnah, dalam teori kedaulatan hukum dan

triaspolitika adanya kemiripan dan perbedaan. Masalah kekuasaan

Page 33: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

21

eksekutif dalam negara islam adalah istilah khilafah. Di dalam Al-Qur’an

khilafah termuat di dalam surah Al-baqarah ayat 30 yang berbunyi :

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,

Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. “Mereka berkata,

Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan

menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memujiMu dan

menyucikan nama-Mu? “Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa

yang tidak kamu ketahui.

Berdasarkan ayat ini istilah khilafah identik dengan presiden dalam

memimpin sebuah negara yang dimana bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugasnya mengutamakan kepentingan warganya.

Sedangkan kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan mengadili atas

pelanggaran undang-undang. Dan dalam hukum islam yudikatif bertujuan

untuk menegakkan kebenaran dan menjamin terlaksannya keadilan serta

tujuan menguatkan negara dan menstabilkan hukum seorang kepala negara.

Menurut Utrecht, pemisahan mutlak yang dikemukakan oleh

Montesquieu mengakibatkan adanya badan negara yang tidak ditempatkan

dibawah pengawasan badan kenegaraan lainnya. Ketiadaan pengawasan

ini mengakibatkan terbukannya kemungkinan suatu badan kenegaraan

melampaui batas kekuasaannya. Jika dilihat dari fungsi negara pada negara

hukum modern, pembagian tiga fungsi kekuasaan negara tidak dapat

Page 34: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

22

diterima secara mutlak, karena badan negara juga dapat diberi lebih dari

satu fungsi.10

B. Kewenangan

Kewenangan adalah kekuasaan, namun kekuasaan tidaklah selalu berupa

kewenangan. Kekuasaan sering disamakan begitu saja dengan kewenangan dan

kekuasaan sering dipertukarkan dengan istilah kewenangan. Dan bahkan

kewenangan pun hampir disamakan dengan wewenang. Terdapat perbedaan

antara pengertian kewenangan dengan (Authority gezag ). Dalam literatur, ilmu

politik, ilmu pemerintahan, dan ilmu hukum sering ditemukan istilah kekuasaan,

kewenangan dan wewenang. Kekuasaan sering disamakan begitu saja dengan

kewenangan, dan kekuasaan sering dipertukarkan dengan istilah kewenangan,

demikian pula sebaliknya. Bahkan kewenangan sering disamakan juga dengan

wewenang.11

Ateng syafrudin berpendapat ada perbedaan antara pengertian kewenangan

dan wewenang.12

Kita harus membedakan antara kewenangan (authority, gezag)

dengan wewenang (competence, bevoegheid). Kewenangan adalah apa yang

disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan

oleh undang-undang, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu “onderdeel”

(bagian) tertentu saja dari kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat

wewenang-wewenang (rechtsbe voegdheden). Wewenang merupakan lingkup

10

E.Utrech, Pengantar Hukum Administrasiu Negara Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan Cet. 4, 1960), h. 17-24. 11

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1998), h. 35-36 12

Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan

Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV,( Bandung, Universitas Parahyangan, 2000), h.

22

Page 35: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

23

tindakan hukum publik, lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi

wewenang membuat keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang

dalam rangka pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi

wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Secara

yuridis, pengertian wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan

perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.13

Kewenangan yang biasanya terdiri dari beberapa wewenang adalah

kekuasaan terhadap segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu

bidang pemerintahan.14

Kewenangan harus dilandasi oleh ketentuan hukum yang

ada (konstitusi), sehingga kewenangan tersebut merupakan kewenangan yang sah.

Dengan demikian, pejabat (organ) dalam mengeluarkan keputusan didukung oleh

sumber kewenangan tersebut.

Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang

berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh undang-undang) atau dari kekuasaan

eksekutif administratif artinya barang siapa (subyek hukum) yang diberikan

kewenangan oleh undang-undang, maka ia berwenang untuk melakukan sesuatu

yang tersebut dalam kewenangan itu.

1. Sumber Kewenangan

Teori kewenangan berkaitan dengan sumber kewenangan dari

pemerintah dalam melakukan perbuatan hukum dalam hubungannya

dengan hukum publik maupun dalam hubungannya dengan hukum privat,

13

Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie Lotulung,

Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

1994), h. 65

14 Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia. h. 78.

Page 36: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

24

dikemukakan tiga macam kewenangan yang bersumber pada peraturan

perundang-undangan. Kewenangan itu, meliputi: Atribusi, delegasi, dan

mandat.15

a. Atribusi ialah pemberian kewenangan oleh pembuat undangp-

undang sendiri kepada suatu organ pemerintahan, baik yang sudah

ada maupun yang baru sama sekali.

b. Delegasi adalah penyerahan wewenang yang dipunyai oleh organ

pemerintahan kepada organ yang lain.

c. Mandat diartikan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan.

Pelimpahari itu bermaksud memberi wewenang kepada bawahan

untuk membuat keputusan atas nama pejabat Tata Usaha Negara

yang memberi mandat.

C. Komisi Negara

Pengertian Komisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

sekelompok orang yang ditunjuk (diberi wewenang) oleh pemerintah, untuk

menjalankan fungsi ataupun tugas tertentu. Dan pengertian KPI adalah sebuah

lembaga independen di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga

negara lainnya yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan penyiaran di

Indonesia.

Diawali dengan reformasi politik pada tahun 1998 yang kemudian disusul

dengan reformasi konstitusi (UUD 1945) tahun 1999 sampai dengan 2002,

Indonesia telah melakukan perubahan besar dalam bidang ketatanegaraan.

15

Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h.

104.

Page 37: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

25

Merupakan fenomena yang mengiringi transisi menuju demokrasi adalah lahirnya

lembaga-lembaga negara independen ataupun komisi-komisi negara dengan dasar

hukum pembentukannya yang sangat beragam.

Ada komisi negara yang kewenangannya berdasarkan perintah UUD,

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang (UU), dan bahkan

ada pula lembaga atau komisi yang kewenangannya berasal atau bersumber dari

Keputusan Presiden (Kepres) dan Peraturan Presiden (Perpres). Kehadiran

komisi-komisi negara ini pada awalnya dilatarbelakangi oleh krisis kepercayaan

terhadap lembaga-lembaga negara yang ada. Krisis kepercayaan ini bukan saja

dimonopoli oleh publik secara umum, tetapi juga oleh para elit politik. Krisis

kepercayaan ini berawal dari kegagalan lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menjalankan fungsi-fungsi utamanya atau sebagai akibat dari meluasnya

penyimpangan fungsi lembaga-lembaga yang ada selama kurun waktu 32 tahun

Orde Baru.

Seperti halnya negara-negara lain, perkembangan-perkembangan baru juga

terjadi di Indonesia seiring dengan keterbukaan yang muncul berrsamaan dengan

gelombang demokratisasi di era reformasi. Pada tingkatan awal, muncul

kesadaran yang makin kuat dari badan-badan negara tertentu yang harus

dikembangkan secara independen. Hal ini diperlukan untuk kepentingan

menjamin pembatasan kekuasaan dan demokratisasi yang lebih efektif. Sebagian

kalangan masyarakat menilai, lahirnya lembaga-lembaga negara independen atau

komisi-komisi negara yang sebagian besar berfungsi sebagai pengawas kinerja

lembaga negara yang ada merupakan bagian dari krisis kepercayaan terhadap

Page 38: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

26

lembaga-lembaga pengawas yang sudah ada tersebut. Hal ini merupakan krisis

kepercayaan pula terhadap seluruh institusi penegak hukum, mulai dari Kejaksaan

Agung, Makhamah Agung, hingga kepolisian Negara RI.

D. Perizinan

Dalam pengertian umum berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,

perizinan diartikan sebagai hal pemberian izin. Sedangkan izin itu sendiri, dalam

kamus tersebut diartikan sebagai pernyataan mengabulkan (tidak melarang)

persetujuan membolehkan. Dengan demikian, secara umum perizinan dapat

diartikan sebagai hal pemberian pernyataan mengabulkan (tidak melarang) atau

persetujuan membolehkan.16

Di dalam Kamus Hukum, izin (verguning) dijelaskan

sebagai, “perkenan/izin dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau

peraturaturan pemerintahan yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada

umumnya memerlukan pengawasan khusus tetapi yang pada umumnya tidaklah

sebagai hal-hal yang sama sekali tidak dikehendaki.”

Izin adalah salah suatu instrumen yang paling banyak digunakan dalam

Hukum Administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

meghemudikan tingkah laku para warga. Izin adalah suatu persetujuan dari

penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam

keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangan.

Utrecht sebagaimana dikutip oleh Bachsan Mustafa, Bilamana pembuat

peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga

16

Pusat Bahasa Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. (Jakarta

: Balai Pustaka). h. 447

Page 39: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

27

mernperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-

masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan

perbuatan tersebut bersifat suatu izin (verguning)".17

Dengan memberi izin,

penguasa memperkenakan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-

tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu

tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasaan khusus

atasnya, ini adalah paparan luas dari pengertian izin.

Perizinan menurut doktrin diantaranya seperti:

a. N.M.Spelt dan J.B.J.M.Ten Berge, menyatakan bahwa secara umum izin

merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang

atau peraturan pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang dari

ketentuan larangan perundang-undangan (izin dalam arti sempit).

Berdasarkan pendapat tersebut, dalam izin dapat dipahami bahwa suatu

pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan atau diberi izin.

Artinya, kemungkinan seseorang atau suatu pihak tertutup kecuali

diizinkan oleh pemerintah. Dengan demikian pemerintah mengikatkan

perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pihak yang

bersangkutan.

17

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2001), h. 80.

Page 40: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

28

b. Van der Pot, menyatakan bahwa izin merupakan keputusan yang

memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak

dilarang oleh pembuat peraturan.18

c. Prajudi Atmosudirjo, menyatakan bahwa izin (vergunning) adalah

penetapan yang merupakan dispensasi pada suatu larangan oleh undang-

undang. Pada umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan

berbunyi, “dilarang tanpa izin dan seterusnya.” Selanjutnya larangan

tersebut diikuti dengan perincian syarat-syarat, kriteria, dan sebagainya

yang pelu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari

larangan, disertai dengan penetapan prosedur dan petunjuk pelaksanaan

(juklak) kepada pejabat-pejabat administrasi negara yang bersangkutan.

d. Syahran Basah, menyatakan bahwa izin adalah perbuatan hukum

administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam

hal kongkrit berdasarkan persyaratan prosedur sebagaimana ditetapkan

oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.19

1. Perizinan Sebagai Kewenangan Pemerintah

Kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban

dan keamanan, tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum, dalam

melaksanakan tugas pemerintah diberikan wewenang dalam bidang

pengaturan yang mana dari fungsi pengaturan tersebutlah muncul beberapa

18

Sri Pudyatmoko. Perizinan, Problem dan Upaya Pembenahan. (Jakarta : Grasindo,

2009). h. 7 19

Prayudi Atmosudirjo. Hukum Administrasi Negara. (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983).

h. 94.

Page 41: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

29

instrument yuridis.20

Perizinan merupakan suatu persetujuan dari penguasa

yang berdasarkan Undang-undang ataupun Peraturan Pemerintah,

Sehingga Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

mengendalikan tingkah laku warga.

Perizinan yang mana adalah sebuah bentuk pelaksanaan fungsi

pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah

terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Maksudnya perizinan

dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan

izin untuk melaksanakan suatu kegiatan. Izin kiranya perlu dipahami

bahwa sekalipun dapat dikatakan dalam ranah keputusan pemerintah, yang

dapat mengeluarkan izin ternyata tidak selalu organ pemerintah. Untuk

dapat dikatakan izin harus ada keputusan yang konstitutif dari aparatur

yang berwenang menerbitkan izin.

Tidaklah mudah memberikan definisi apa yang dimaksud dengan

izin. Ridwan HR, dengan merangkum serangkaian pendapat para sarjana

menyimpulkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu

berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada

peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dengan

mendasarkan pengertian seperti itu, maka unsur dalam perizinan meliputi

instrumen yuridis, peraturan perundang-undangan, organ pemerintah,

peristiwa konkret, prosedur dan persyaratan.

20

Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h.

104.

Page 42: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

30

Sebagai sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah, maka izin

dapat digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu berupa keinginan untuk

mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu, mencegah

bahaya bagi lingkungan, keinginan melindungi obyek-obyek tertentu,

hendak membagi benda-benda yang sedikit, dan juga dapat ditujukan

untuk pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas

tertentu.21

21

Ateng Syafrudin, Butir-butir Bahan Telaahan Tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan

yang Layak Untuk Indonesia, dalam Paulus Efendi Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas

Umum Pemerintahan yang Baik. (Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1994). h. 64

Page 43: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

31

BAB III

KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN

MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2002

A. Undang-Undang Penyiaran

Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran selanjutnya disebut UU

Penyiaran merupakan buah karya pertama hasil inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat,

yang telah diperdebatkan sejak tahun 1998 akibat penolakan stakholder terhadap

Undang-undang No. 24 tahun 1997 tentang hal yang dianggap tidak mewakili aspirasi

sebagian kalangan bahkan pemerintah dan dinilai bernuansa represif. Perjalanan

panjang perdebatan Undang-undang penyiaran tidak berhenti dengan diundangkannya

undang-undang tersebut pada Lembaran Negara Republik Indonesia.

Aksi menolak kehadiran UU penyiaran yang baru pun tetap dari kalangan

stakholder, bahkan pemerintah terkesan enggan menerima kehadiran undang-undang

ini, terbukti undang-undang inilah yang disetujui dan ditetapkan DPR, tetapi tidak

memperoleh pengesahan tanda tangan dari Presiden Megawati Soekarnoputri kala itu.

Secara yuridis pengesehan undang-undang tersebut diperbolehkan karena ada asas

dalam sistem perundang-undangan Indonesia bahwa apabila DPR telah mengesahkan

suatu rancangan undang-undang, namun belum memperoleh pengesahan dari

pemerintah, maka kurun waktu 30 hari undang-undang itu dapat dinyatakan berlaku

Page 44: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

32

dan mengikat sebagai hukum positif di Indonesia. Pertentangan yang paling keras

datang dari para praktisi dengan mengajukan judicial review ke Mahkamah

Konstitusi.

Masalah kewenangan KPI yang begitu luas, kesimpangsiuran aturan tentang

Lembaga Penyiaran Publik, serta pengaturan wilayah jangkauan siaran televisi,

adalah isu sentral peninjauan kembali UU penyiaran. Ketika Mahkamah Konstitusi

mengumumkan tentang hasil judicial review, pasal yang diubah adalah Pasal 33 ayat

8 terkait hal pemberian izin penyelenggaraan penyiaran yang dimana justru

menguntungkan pemerintah dimana kapasitas KPI dalam membuat peraturan

pelaksana berkaitan dengan perizinan ditiadakan sehingga sekali lagi pemerintah

berhak melakukan interpretasi tersendiri terhadap pelaksanaan proses perizinan

penyelenggaraan penyiaran, yang justru ingin dipangkas dengan kehadiran lembaga

independen KPI.6

Sistematika Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran terdiri dari

12 Bab, Bab I mengenai ketentuan umum terkait hal-hal yang dimaksud mengenai

penyiara seperti halnya, Siaran, Penyiaran, penyiaran radio, penyiaran televisi, siaran

iklan, lembaga penyiaran, sistem penyiaran, tatanan informasi, izin penyelenggaraan

penyiaran, Pemerintah yang dalam hal dimaksud adalah Menteri, dan juga KPI

sebagai lembaga negara yang bersifat independen.

6 Judhariksawan, Pengantar Hukum telekomunikasi, (Jakarta; PT. Grafindo Persada,2005), h.

192-193.

Page 45: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

33

Bab II terkait dalam hal asas, tujuan, fungsi dan arah. Dimana penyiaran

diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Republik Indonesia

Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil merata dengan kepastian hukum serta

keberagaman, kebebsan dan tanggung jawab. Dengan tujuan disenlenggarakannya

penyiaran adalah untuk memperkukuh intregitas nasional,kesejahteraan umum, dan

menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Fungsinya adalah sebagai kegiatan

komunikasi massa yang sebagai media pendidikan hiburan dan juga informasi yang

menjadi perekat sosial. Arah penyiaran bermaksud untuk menjunjung tinggi

pelaksanaan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menjaga

dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa,

meningkatkan kualitas sumber daya manusia mendorong peningkatan kemampuan

perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa

dalam era globalisasi.

Bab III perihal penyelenggaran penyiaran, yang pada bagian pertama

penjelasan mengenai sistem penyiaran untuk penyelenggaraannya, dan pada bagian

kedua penjelasan KPI sebagai sebuah komisi yang bersifat independen yang mengatur

mengenai penyiaran dan dalam menjalankan tugas serta wewenangnya diawasi oleh

DPR. Dan selanjutnya Pasal-pasal mengenai wewenang, tugas dan kewajiban KPI,

dan pengaturan jumlah anggota KPI serta pendanaannya, serta persyaratan untuk

menjadi anggota KPI. Bagian ketiga hal dalam jasa penyiaran yang mana

disenlenggarakan oleh lembaga penyiaran, kemudian penjelasan mengenai lembaga

Page 46: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

34

penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, lenbaga

penyiaran berlangganan, lembaga penyiaran asing, dan juga rencana teknik penyiaran

dan perangkat penyiaran dan terkait hal yang menyangkut Perizinan.

Bab IV mengenai hal pelaksaan penyiaran dari mulai isi siaran, bahasa siaran,

siaran bersama, kegiatan jurnalistik, hak siar, siaran iklan dan juga sensor siaran. Bab

V pembahasan terkait pedoman perilaku penyiaran yang ditetapkan oleh KPI.

Kemudian peran serta masyarakat dalam pemantaun lembaga penyiaran karena

masyarakat berperan dalam mengembangkan penyelenggaraan penyiaraan dalam Bab

VI. Perihal pertanggungjawaban dalam Bab VII dibahas bahwa dalam menjalankan

tugas, fungsi, dan kewajibannya KPI bertanggung jawab kepada Presiden dan

menyampaikan laporannya kepada DPR.

Bab VIII ketentuan tentang sanksi administratif setiap pelanggaran terkait

acara yang bermasalah, teguran, pembatasan durasi waktu siaran serta pembekuan

kegiatan siaran untuk waktu yang tertentu. Bab IX hal mengenai penyidikan terhadap

tindak pidana sesuai dengan kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana sebagaimana

ketentuan khusus tindak pidana dengan pelanggaran yang terkait. Bab X adalah

berupa ketentuan pidana bilamana terjadi pelanggaran seperti waktu siaran lembaga

penyiaran yang dibeli oleh pihak lain maka akan dikenakan ketentuan pidana dan

denda yang sudah diatur. Bab XI adalah tentang ketentuan peralihan berlakunya

undang-undang ini. Dan Bab XII adalah ketentuan penutup perihal mulai berlakunya

undang-undang ini .

Page 47: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

35

B. Komisi Penyiaran Indonesia

Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi

pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya adalah pengelolaan

sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan

independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.

Berbeda dengan semangat dalam Undang-undang penyiaran sebelumnya, yaitu

Undang-undang No. 24 Tahun 1997 yang berbunyi “ Penyiaran dikuasai oleh negara

yang pembinaan dan pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah”, menunjukan

bahwa penyiaran pada masa itu merupakan bagian dari instrumen kekuasaan yang

digunakan untuk semata-mata bagi kepentingan pemerintah.

Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai pemilik dan

pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekeunsi adalah milik publik dan sifatnya

terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan publik.

Sebesar-besarnya bagi kepentingan publik artinya adalah media penyiaran harus

menjalankan fungsi pelayanan informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari

bermacam-macam bentuk, mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain.

KPI yang merupakan buah dari desakan demokratisasi penyiaran yang meniscayakan

kepentingan publik sebagai panglima pengelolaan dunia penyiaran.2

Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti yang tertuang

dalam Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 yaitu Diversity of Content

(Prinsip keberagamaan isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagamaan

2 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta ; Kencana), 2010, h. 164

Page 48: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

36

kepemilikan). Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap yang dirumuskan

KPI. Pelayanan yang sehat berdasarkan Diversity of Content adalah jaminan bahwa

kepemilikan media massa yang ada di Indonesia tidak berpusat dan dimonopoli oleh

segelintir orang atau lembaga saja, dan menjamin iklim persangain yang sehat antara

pengelola media massa dalam dunia penyiaran di Indonesia.

Apabila ditelaah secara mendalam, UU Penyiaran lahir dengan dua semangat

utama, pertama pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan

karena penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kepentingan publik. Kedua adalah semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam

semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem siaran berjaringan.

Maka sejak disahkannya UU Penyiaran terjadi perubahan fundamental dalam

pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia. Perubahan paling mendasar dalam

semangat UU Penyiaran tersebut adalah adanya limited transfer of authority dari

pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak ekslusif pemerintah kepada

sebuah badan pengatur independen (Independent regulatory body) bernama KPI.

Independen dimaksudkan untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran

yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari

intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan. Belajar dari masa lalu dimana

pengelolaan sistem penyiaran masih berada ditangan pemerintah (pada waktu itu

rezim orde baru), sistem penyiaran sebagai alat strategis tidak luput dari kooptasi

negara yang dominan dan digunakan untuk melanggengkan kepentingan kekuasaan.

Page 49: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

37

Sistem penyiaran pada waktu itu tidak hanya digunakan untuk mendukung hegemoni

rezim terhadap publik dalam penguasaan wacana strategis, tapi juga digunakan untuk

mengambil keuntungan dalam kolaborasi antara segelintir elit penguasa dan

pengusaha.3

KPI adalah lembaga negara yang bersifat independen yang ada di pusat dan di

daerah yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang-undang ini sebagai wujud

peran serta masyarakat di bidang penyiaran.4

KPI yang lahir atas amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002, terdiri

atas KPI Pusat dan KPI Daerah (tingkat provinsi). Anggota KPI Pusat (9 orang)

dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan KPI Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah. Selain itu, anggaran program kerja KPI Pusat dibiayai

oleh APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) dan KPI Daerah dibiayai oleh

APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPI dibantu oleh sekretariat tingkat eselon II

yang stafnya terdiri dari staf pegawai negeri sipil serta staf profesional non PNS. KPI

merupakan wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili

kepentingan masyarakat akan penyiaran harus mengembangkan program-program

kerja hingga akhir kerja dengan selalu memperhatikan tujuan yang diamanatkan

Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3:

3 Website Resmi KPI , http://www.kpi.go.id

4 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), UU Tentang Penyiaran No. 32 Tahun 2002,( Jakarta :

2010), h-7.

Page 50: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

38

"Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi

nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa,

mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka

membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan sejahtera, serta

menumbuhkan industri penyiaran Indonesia."

KPI yang sebagai lembaga negara yang bersifat independen memiliki Visi

dan Misi, yang mana :

“Visinya adalah Terwujudnya sistem penyiaran nasional yang berkeadilan dan

bermartabat untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.”

Dan Misinya adalah :

1. Membangun dan memelihara tatanan informasi nasional yang adil,

merata, dan seimbang;

2. Membantu mewujudkan infrastruktur bidang penyiaran yang tertib dan

teratur, serta arus informasi yang harmonis antara pusat dan daerah,

antarwilayah Indonesia, juga antara Indonesia dan dunia internasional;

3. Membangun iklim persaingan usaha di bidang penyiaran yang sehat dan

bermartabat;

4. Mewujudkan program siaran yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk

pembentukan intelektualitas, watak, mora, kemajuan bangsa, persatuan

dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai dan budaya Indonesia;

Page 51: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

39

5. Menetapkan perencanaan dan pengaturan serta pengembangan SDM yang

menjamin profesionalitas penyiaran.

KPI memiliki tugas dan wewenang sebagai wujud peran serta atas masyarakat

yang berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan

penyiaran. Dalam menjalankan fungsinya, KPI mempunyai wewenang sebagaimana

disebutkan dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2002 pada pasal 8 ayat (2):

a. Menetapkan standar program siaran

b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran

c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta

standar program siaran

d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman

perilaku penyiaran serta standar program siaran

e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga

penyiaran, dan masyarakat.

KPI juga mempunyai tugas dan kewajiban yang disebutkan dalam

Undang-undang No. 32 Tahun 2002 pada pasal 8 ayat (3):

a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar

sesuai dengan hak asasi manusia

b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran.

Page 52: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

40

c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran

dan industri terkait.

d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang.

e. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik

dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran, dan

f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang

menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

KPI juga memiliki kewenangan dalam hal perizinan Penyiaran. Dan sebelum

menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib memperoleh izin

penyelenggaraan penyiaran. Lembaga penyiaran juga harus melalui tahapan proses

sebelum mendapatkan izin penyelenggaraan penyiaran serta perpanjangan izin. Izin

dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh negara sebagaimana

disebutkan dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2002 Pasal 33 ayat (4) setelah

memperoleh:

a. Masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI;

b. Rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI;

c. Hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus

untuk perizinan antara KPI dan Pemerintah; dan

d. Izin alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh Pemerintah

atas usul KPI.

Page 53: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

41

Dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 28 Tahun 2008

Tentang tata cara dan persyaratan perizinan penyelenggaraan penyiaran pada Pasal 17

ayat (1-2), KPI melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan program siaran dan

Menteri melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi dan data

teknik penyiaran. KPI dalam melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan

program siaran, berdasarkan pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran yang ditetapkan oleh KPI dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

KPI melaksanakan Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) setelah Pemohon melengkapi

persyaratan administrasi, program siaran, dan data teknik penyiaran dalam jangka

waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh KPI dengan memperhatikan ketentuan

yang berlaku.

Kemudian KPI memberitahukan secara tertulis kepada Menteri tentang

Pemohon yang dinyatakan tidak layak menyelenggarakan penyiaran dengan

melampirkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh KPI. Dan KPI menerbitkan

Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran terhadap pemohon yang

memenuhi persyaratan dan dinyatakan layak. Sebelum KPI menyampaikan

Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran kepada Menteri, terlebih dahulu

KPI melaksanakan koordinasi dengan Menteri dalam rangka evaluasi persyaratan

administrasi dan data teknik penyiaran serta penentuan jadwal Forum Rapat Bersama.

Dan berdasarkan hasil kesepakatan secara administratif izin penyelenggaraan

penyiaran diberikan oleh Negara melalui KPI. Dan mengenai ketentuan lebih lanjut

Page 54: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

42

mengenai tata cara dan persyaratan perizinan penyelenggaran penyiaran disusun oleh

KPI bersama Pemerintah (Menteri komunikasi dan Informatika).

C. Kementrian Informasi dan informatika

Kementerian adalah lembaga Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan

tertentu dalam pemerintahan. Kementerian berkedudukan di ibukota negara

yaitu Jakarta dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.

Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang disingkat

(Kemkominfo RI) adalah kementrian dalam Pemerintahan Indonesia yang

membidangi urusan komunikasi dan informatika. Kemkominfo RI sebelumnya

bernama, Departemen Penerangan (1945-1999), Kementrian Negara Komunikasi dan

Informasi (2001-2005), dan Departemen Komunikasi dan Informatika(2005-2009).

Kementerian Komunikasi dan Informatika dipimpin oleh seorang Menteri

Komunikasi dan Informatika (Menkominfo).

Kemkominfo RI mempunyai tugas dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan dibidang komunikasi dan informatika untuk membantu Presien dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara, dan oleh sebab itu berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Presiden.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kemkominfo RI sebagaimana diatur dalam

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2015 menyelenggarakan

fungsi:

Page 55: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

43

a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya

dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan pos dan informatika,

penata kelolaan aplikasi informatika, pengelolaan informasi dan

komunikasi publik

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya dan perangkat

pos dan informatika, penyelenggaraan pos dan informatika,

penatakelolaan aplikasi informatika, pengelolaan informasi dan

komunikasi publik

c. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan pengelolaan

sumber daya dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan pos

dan informatika, penata kelolaan aplikasi informatika, pengelolaan

informasi dan komunikasi publik

d. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sumber daya manusia di

bidang komunikasi dan informatika

e. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur

organisasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika

f. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan

Kementerian Komunikasi dan Informatika

g. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan

Page 56: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

44

h. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

Komunikasi dan Informatika.

Dan dalam hal Pemberian Izin Penyelenggaran Penyiaran Menteri Kominfo

memiliki tugas dan wewenang bekerjasama dengan KPI. Sebelum Lembaga

Penyiaran menyelenggarakan penyiaran maka wajib memperoleh Izin

Penyelenggaraan Penyiaran dari Menteri. Sebagaimana diatur dalam Peraturan

Menteri Kominfo No. 28 Tahun 2008 Tentang tata cara dan persyaratan perizinan

penyelenggaraan penyiaran. Menteri dalam hal ini bertugas mengumumkan terbuka

melalui media cetak dan/atau elektronik peluang penyelenggaraan penyiaran

Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Berbayar melalui terestrial

secara periodik setiap 5 (lima) tahun sekali untuk jasa penyiaran radio dan 10

(sepuluh) tahun sekali untuk jasa penyiaran televisi.5

Kemudian Menteri dalam rangka pelaksanaan Forum Rapat Bersama (FRB)

dapat membentuk tim seleksi apabila pada satu wilayah layanan siaran jumlah

rekomendasi kelayakan melebihi jumlah frekuensi yang ditetapkan dalam peluang

penyelenggaraan penyiaran. Dan setelah diperiksa kelengkapan persyaratan Izin

Penyiaran oleh Lembaga Penyiaran, maka Menteri akan menerbitkan Izin Prinsip

Penyelenggaraan Penyiaran bagi Pemohon yang permohonan izinnya disetujui dalam

Forum Rapat Bersama, paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah keputusan FRB.

5 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 28 Tahun 2008, pasal 15 ayat (1).

Page 57: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

45

D. Izin Penyelenggaraan Penyiaran

Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2002 pada pasal 1 ayat (14), Izin

Penyelenggaraan Penyiaran atau IPP adalah hak yang diberikan oleh negara kepada

lembaga penyiaran untuk menyelenggarakan penyiaran. Dan menurut Peraturan

Menteri Kominfo No. 28 Tahun 2008, Izin Penyelenggaraan Penyiaran yang

selanjutnya disebut IPP adalah hak yang diberikan oleh negara kepada Lembaga

Penyiaran untuk menyelenggarakan penyiaran, yang dalam Peraturan Pemerintah

disebut juga dengan istilah Izin Tetap Penyelenggaraan Penyiaran. Pengertian yang

lain juga dijelaskan juga bahwa IPP adalah izin yang dikeluarkan oleh Kemkominfo

Republik Indonesia dan KPI untuk mendapatkan lisensi mengadakan kegiatan

penyiaran. IPP terdiri dari izin prinsip jaringan telekomunikasi, izin prinsip

penyelenggaraan jasa telekomunikasi dan izin prinsip jasa penyediaan konten pada

jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal dengan mobilitas terbatas.

IPP merupakan bagian dari perilaku Penyiaran yang berlaku bagi Jasa

peyiaran radio atau jasa penyiaran televisi, yang dimana menurut UU Penyiaran pada

Pasal 13 ayat (2) yang diselenggarakan oleh:

1. Lembaga penyiaran publik

2. Lembaga penyiaran swasta

3. Lembaga penyiaran berlangganan, dan

Page 58: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

46

4. Lembaga penyiaran komunitas.

Menurut UU Penyiaran pada Pasal 33 ayat (4) disebutkan bahwa izin

penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh negara setelah memperoleh:

a. Masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI

b. Rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI

c. Hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus

untuk perizinan antara KPI dan Pemerintah, dan

d. Izin alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh Pemerintah

atas usul KPI.

Setelah memenuhi persyaratan dan mendapatkan Izin Penyelenggaraan

Penyiaran maka KPI Pusat akan menerbitkan Izin Penyelenggaran Penyiaran atau

perpanjangan izin dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung

sejak kesepakatan dalam Forum Rapat Bersama. Dan Izin penyelenggaraan penyiaran

dilarang dipindah tangankan kepada pihak lain. Pemohon wajib membayar biaya Izin

Penyelenggaraan Penyiaran melalui kas negara yang akan diatur kemudian dalam

Peraturan KPI sesuai dengan peraturan yang berlaku.

F. Mekanisme Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran

Lembaga Penyiaran yang akan menyelenggarakan penyiaran wajib

memperoleh Izin Penyelenggaraan Penyiaran dari Menteri. Menteri akan

Page 59: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

47

mengumumkan secara terbuka melalui media cetak dan/atau elektronik peluang

penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran

Berlangganan melalui terestrial secara periodik setiap 5 (lima) tahun sekali untuk jasa

penyiaran radio dan 10 (sepuluh) tahun sekali untuk jasa penyiaran televisi. Peluang

penyelenggaraan penyiaran dapat dibuka di luar periode, berdasarkan pertimbangan

aspek ekonomi atau perkembangan teknologi.6

Disebutkan dalam pasal 15 ayat (3) Peraturan Menteri Kominfo No. 28 Tahun

2008, Pengumuman yang diumumkan oleh Menteri sebagaimana dimaksudkan

meliputi:

a) wilayah layanan siaran

b) jangka waktu pengajuan permohonan; dan

c) jumlah kanal frekuensi.

Setelah adanya pengumuman peluang penyelenggaraan penyiaran dari

Menteri, maka Permohonan IPP untuk LPS dan LPB melalui terestrial boleh

diajukan. Permohonan IPP selanjutnya diajukan secara tertulis kepada Menteri

melalui KPI dalam jangka waktu yang ditentukan dalam pengumuman. Jangka waktu

pengajuan permohonan IPP sebagaimana dimaksud dapat diperpanjang dengan

memperhatikan masukan dari KPI.

6 Judhariksawan, Hukum Penyiaran, (Jakarta; Rajawali Press,2010), h.69.

Page 60: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

48

Selanjutnya, KPI melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan program

siaran dan Menteri melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi dan

data teknik penyiaran. Dan KPI dalam melakukan pemeriksaan kelengkapan

persyaratan program siaran, berdasarkan pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan

Standar Program Siaran yang ditetapkan oleh KPI dalam jangka waktu paling lama 1

(satu) bulan. Menteri dalam melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan

administrasi dan data teknik penyiaran dapat dibantu oleh Pemerintah Daerah yang

ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang komunikasi dan informatika

dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. Adapun Jangka waktu pemeriksaan

kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dapat diperpanjang.

Kemudian, KPI melaksanakan Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) setelah

Pemohon melengkapi persyaratan administrasi, program siaran, dan data teknik

penyiaran dalam jangka waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh KPI dengan

memperhatikan ketentuan yang berlaku. Tata cara pelaksanaan EDP sesuai dengan

ketentuan yang disusun oleh KPI.

KPI memberitahukan secara tertulis kepada Menteri tentang Pemohon yang

dinyatakan tidak layak menyelenggarakan penyiaran dengan melampirkan hasil

evaluasi yang telah dilakukan oleh KPI. Dan KPI menerbitkan Rekomendasi

Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran terhadap pemohon yang memenuhi

persyaratan dan dinyatakan layak.

Page 61: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

49

Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran yang disebutkan dalam

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 28 Tahun 2008 pasal 17 ayat (9),

memuat sekurang-kurangnya:

a. Nama lembaga penyiaran, alamat kantor dan stasiun pemancar, serta

nama sebutan di udara.

b. Usulan dan penggunaan spektrum frekuensi.

c. Wilayah layanan siaran sesuai dengan Rencana Induk Frekuensi.

d. Jasa penyelenggaraan penyiaran.

Sebelum KPI menyampaikan Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan

Penyiaran kepada Menteri, terlebih dahulu KPI melaksanakan koordinasi dengan

Menteri dalam rangka evaluasi persyaratan administrasi dan data teknik penyiaran

serta penentuan jadwal Forum Rapat Bersama (FRB).

Dalam proses perizinan penyelenggaraan penyiaran , Menteri dalam jangka

waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya

Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran dari KPI dengan persyaratan

yang sudah lengkap kemudian mengundang KPI dan instansi terkait untuk

mengadakan FRB.

Sebagaimana pendapat Prof. Andi Subakti terkait hal dalam Mekanisme

Perizinan Penyelenggaran penyiaran ini, yang pada dasarnya transisi demokrasinya

Page 62: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

50

dunia penyiaran ini tidak mudah, karena pemerintah sendiri tidak ingin memberikan

kewenangan dalam pengaturan penyiaran itu seratus persen kepada KPI. Sehingga

kalo bisa dibilang bahasa halusnya itu sebuah Kompromi. Nah, kompromi ini yang

dimaksud disini adalah masih adanya keterlibatan pemerintah dalam hal pengambilan

keputusan.tapi pada sisi yang lain juga bagi pemerintah kompromi ini bukanlah hal

yang menguntungkan akan tetapi kondisi tersebut tetaplah harus diterima.7

7Wawancara dengan Prof. Andi Faisal Bakti, MA, PhD, Guru besar Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarifhidayatullah Jakarta, Pada hari Jum’at tanggal 16

September 2016.

Page 63: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

51

BAB IV

KEWENANGAN DAN KESELARASAN PEMBERIAN IZIN

PENYELENGGARAAN PENYIARAN

A. Kewenangan Komisi Penyiaran Indonesia dengan Kementrian Informasi

dan Informatika dalam hal pemberian izin penyelenggaran penyiaran

Gelombang reformasi memunculkan desakan untuk mengamandemen UU

No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran, dilatarbelakangi warisan orde Baru dalam

menumbangkan rezim Soeharto. Seputar Penyusunan UU No.32 Tahun 2002

tentang penyiaran banyak terjadi interaksi kekuasaan, seperti negara yang

termasuk di dalamnya eksekutif dan legislatif , pasar dan publik yang merupakan

repesentasi unsur-unsur civil society, yang dimana masing-masing memiliki

kepentingan pada banyak titik saling meniadakan.

Berbagai kepentingan tersebut ada yang bertabrakan, ada yang mendukung

UU Penyiaran dan ada juga yang menolaknya. Titik pemerintahan menginginkan

UU penyiaran memandatkan kepada pemerintah sebagai eksekutor bukan KPI. Di

sisi lainnya publik memandang bahwa negara yang selama ini otoriter terhadap

dunia penyiaran yang karena kewenangannya harus dipereteli sehingga publiklah

yang menjadi panglima penyiaran. Dan bukan hanya negara saja, industri

penyiaran juga membahayakan pada regulasi penyiaran sehingga nilai-nilai publik

dalam dunia penyiaran tetap terjaga.

Tentang interaksi kekuasaan antara eksekutif dan legislatif dalam dunia

penyiaran adalah karena ketidaksiapan pemerintah untuk melepaskan kewenangan

yang selama ini dimiliki dalam dunia penyiaran.

Page 64: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

52

Secara keseluruhannya proses demokrasi penyiaran tidaklah semudah yang

dibayangkan, karena paradigma pemerintah masih seperti yang lama, seperti

halnya pemerintah ngotot untuk tidak memberikan kewenangan pengaturan

penyiaran seratus persen kepada KPI.Sebagaimana yang penulis kutip dari

pendapat narasumber bahwasanya dalam konteks demokratisasi KPI merupakan

representasi dari masyarakat. Karena itu komprominya adalah masih terlibatnya

pemerintah dalam pengambilan keputusan. Kompromi ini juga diperlukan agar

keputusan KPI memiliki kekuatan hukum, yang mana nantinya keputusan KPI

diterjemahkan menjadi Peraturan Pemerintah (PP).1

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya oleh penulis pada bab-bab

sebelumnya bahwa, Izin penyelenggaraan penyiaran adalah hak yang diberikan

oleh negara kepada lembaga penyiaran untuk menyelenggarakan penyiaran. Yang

sebagaimana diatur dalam UU Penyiaran dalam Pasal 33 perihal perizinan, dan

Peraturan Menteri Kominfo No. 28 Tahun 2008 yang mengatur tentang tata cara

dan persyaratan perizinan penyelenggaraan penyiaran.

KPI pada tahun 2006 mengajukan permohonan perkara kepada Mahkamah

Konstitusi dengan termohon Presiden RI cq Menteri Kominfo yang diwakili oleh

Dr. S. Sinansari Ecip, Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D, Dr. H. Andrik Purwasito,

D.E.A., dan yang lainnya. atas pokok sengketa adanya surat dari Departemen

Kominfo tanggal 17 Oktober 2006 perihal penyesuaian izin penyelenggaraan

penyiaran bagi lembaga penyiaran swasta yang telah memiliki Izin Stasiun Radio

1 Wawancara dengan Prof. Andi Faisal Bakti, MA, PhD, Guru besar Ilmu Komunkasi

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarifhidayatullah Jakarta, Pada hari Jum’at

tanggal 16 September 2016.

Page 65: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

53

dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dan/atau Izin Siaran Nasional

untuk Televisi dari Departemen Penerangan di Wilayah Propinsi DKI Jakarta,

Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Dalam hal ini KPI berpendapat bahwa

Menkominfo telah melangkahi wewenangnya yaitu dalam pemberian dan

perpanjangan izin penyiaran.2

Setelah Menkominfo memberikan izin, barulah ia memberitahukannya

kepada KPI. Dasar hukum surat dari Menkominfo tersebut adalah Peraturan

Pemerintah, sedangkan pernyataan KPI berlandaskan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Sengketa antara KPI dan Presiden cq. Kominfo

ini telah sempat diajukan ke Mahkamah Konstitusi, namun Mahkamah Konstitusi

dalam putusannya menyatakan bahwa permohonan tersebut tidak dapat diterima.

Hal tersebut dikarenakan tidak dipenuhinya syarat-syarat formalitas dalam

beracara di pengadilan, yaitu bahwa KPI bukan merupakan lembaga yang

kewenangannya diberikan oleh UUD 1945 melainkan oleh Undang-Undang,

sehingga KPI tidak memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing)

sebagaimana ditentukan Pasal 61 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

Tentang Mahkamah Konstitusi untuk mengajukan permohonan.

Berdasarkan hasil pertimbangan Mahkamah Konstitusi yang tidak

memberikan keputusan dari perkara tersebut KPI memiliki kewenangan yang

ambigu. Dan sekarang jalan dalam penyelesaian sengketa perebutan kewenangan

tersebut KPI bersama Kemkominfo melaksanakan Forum Rapat Bersama dalam

2

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16077/kpi-ajukan-sengketa-kewenangan-

melawan-depkominfo

Page 66: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

54

menentukan kesepakatan dalam hal Pemberian Izin Penyelenggaraan Penyiaran.

Izin Penyelenggaraan Penyiaran merupakan salah satu instrumen utama

pengawasan penyiaran, UU Penyiaran menggantikan UU No. 24 Tahun 1997

tentang Penyiaran adalah memastikan perubahan mendasar dari model sentralisasi

ke model desentralisasi. Wujud nyata implementasi prinsip desentralisasi ini, UU

Penyiaran memperkenalkan KPI sebagai regulator yang terdiri dari KPI pusat dan

KPI daerah.

KPI memiliki kewenangan dalam hal perizinan Penyiaran yang mana, KPI

melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan program siaran dan Menteri

melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi dan data teknik

penyiaran. KPI dalam melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan program

siaran, berdasarkan pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran yang ditetapkan oleh KPI dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

Dan Menteri dalam melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi

dan data teknik penyiaran dapat dibantu oleh Pemerintah Daerah yang ruang

lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang komunikasi dan informatika

dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

Lalu KPI melaksanakan Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) setelah

Pemohon melengkapi persyaratan administrasi, program siaran, dan data teknik

penyiaran dalam jangka waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh KPI

dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Kemudian, KPI memberitahukan

secara tertulis kepada Menteri tentang Pemohon yang dinyatakan tidak layak

Page 67: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

55

menyelenggarakan penyiaran dengan melampirkan hasil evaluasi yang telah

dilakukan oleh KPI.

Dan KPI menerbitkan Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan

Penyiaran terhadap pemohon yang memenuhi persyaratan dan dinyatakan layak.

Sebelum KPI menyampaikan Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan

Penyiaran kepada Menteri, terlebih dahulu KPI melaksanakan koordinasi dengan

Menteri dalam rangka evaluasi persyaratan administrasi dan data teknik penyiaran

serta penentuan jadwal Forum Rapat Bersama.

UU Penyiaran belum sepenuhnyanya mengakomodasi (menguntungkan

kepentingan publik, hal ini ditandai dengan, KPI tidak dijadikan Independence

regulatory body dengan kewenangan penuh untuk mengatur dunia penyiaran,

melainkan berbagi kewenangan dengan pemerintah. Kemudian adanya pergulatan

kepentingan yang ketat antar negara, pasar, dan publik, lalu yang terjadi adalah

kompromi kepentingan.3 Padahal dalam konteks demokratisasi media KPI

merupakan representasi dari masyarakat. Karena itu, maka komprominya adalah

pemerintah masih dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Manusia yang sebagai Makhluk sosial sekaligus sebagai khalifah di Bumi

ini yang mengemban amanah, dan manusia berkuasa di muka bumi ini, maka

kekuasaan itu diperoleh sebagai suatu pendelegasian kewenangan dari Allah SWT.

Dan karena Allah SWT. adalah sumber dari segala kekuasaan serta sebagai

3 Muh. Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta ; Kencana, 2010), h. 163

Page 68: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

56

pemilik kekuasaan yang dilimpahkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.4

Dengan demikian kewenangan serta kekuasaan yang dimiliki manusia hanyalah

sekedar amanah dan hendaklah manusia menunaikan amanahnya berpegang pada

prinsip umum hukum Allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surah An-

Nisa’ ayat 58 :

“Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan

adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha

Melihat.“

Dari ayat diatas dipahami bahwa manusia diwajibkan menyampaikan

amanah kepada yang berhak menerimanya dan wajib menetapkan hukum yang

adil , dan manusia yang dilimpahkan kewenangan haruslah berlaku adil jangan

semena-mena.

Penulis menilai mestinya suatu Undang- Undang disamping memerhatikan

aspek politis juga aspek hukum, yang dimana akan berujung terjadinya sebuah

kompromi. Sejatinya akumulasi kompromi belum tentu ideal secara hukum,

karena setiap kompromi cenderung tidak melihat keterkaitannya dengan hukum

lain.

4 A. Mustari Pide, Pengantar Hukum Tata Negara Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama)

1999, h. 3.

Page 69: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

57

B. Keselarasan Peraturan Perundang-undangan dalam hal pemberian izin

penyelenggaraan penyiaran antara Komisi Penyiaran Indonesia dan

Kementrian Informasi dan Informatika

Kenyataannya bahwa harmonisasi peraturan perundang-undangan oleh

sebagian orang dianggap tidak mempunyai implikasi yang signifikan terhadap

pelaksanaan peraturan perundang-undangan secara umum. Dengan demikian

selama tidak terjadi masalah dari pelaksanaan peraturan perundang-undangan

tersebut, maka penyelenggara negara tidak merasa memerlukan adanya suatu

harmonisasi hukum. Masalah baru dirasakan oleh penyelenggara negara apabila

dalam pelaksanaan perundang-undangan yang menemui kesulitan. Misalnya telah

terjadi duplikasi antara peraturan perundang-undangan yang sederajat satu sama

lain atau pertentangan dari sisi hierarki peraturan perundang-undangan.5

Harmonisasi hukum ditegaskan dalam Undang-undang No. 25 Tahun

2000, tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS),sub-program

pembentukan peraturan perundang-undangan, bahwa “sasaran program ini adalah

terciptanya harmonisasi peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan

aspirasi masyarakat dan kebutuhan pembangunan.

Sinkronisasi peraturan perundang-undangan adalah penyelarasan dan

penyerasian berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

peraturan perundang-undangan yang telah ada dan yang sedang disusun yang

mengatur suatu bidang tertentu. Maksud dari kegiatan sinkronisasi adalah agar

5 Kajian Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan dalam Mendukung Pembangunan

Nasional, Direktorat Hukum dan HAM, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Bappenas, Jakarta, 2005, h. 4-5.

Page 70: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

58

substansi yang diatur dalam produk perundang-undangan tidak tumpang tindih,

saling melengkapi (suplementer), saling terkait, dan semakin rendah jenis

pengaturannya maka semakin detail dan operasional materi muatannya. Adapun

tujuan dari kegiatan sinkronisasi adalah untuk mewujudkan landasan pengaturan

suatu bidang tertentu yang dapat memberikan kepastian hukum yang memadai

bagi penyelenggaraan bidang tersebut secara efisien dan efektif. Sinkronisasi

peraturan perundang-undangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu6:

a. Sinkronisasi Vertikal Dilakukan dengan melihat apakah suatu

peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu bidang

tertentu tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lain.

b. Sinkronisasi Horisontal dilakukan dengan melihat pada berbagai

peraturan perundang-undangan yang sederajat dan mengatur bidang

yang sama atau terkait.

Hierarki atau tata urutan perundang-undangan merupakan pedoman dalam

pembuatan aturan hukum di bawahnya. Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-

undangan berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Ketetapan MPR

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang;

6 http://www.penataanruang.net/ta/Lapan04/P2/SinkronisasiUU/Bab4.pdf

Page 71: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

59

d. Peraturan Pemerintah

e. Peraturan Presiden

f. Peraturan Daerah provinsi

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.7

Berbicara mengenai adanya suatu sistem hukum, maka ukuran tersebut

diletakkannya pada delapan asas yang dinamakan principles of legality, yaitu :

a. Suatu sitem hukum harus mengandung peraturan-peraturan,Peraturan-

peraturan yang telah dibuat itu harus diumumukan

b. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, oleh karena apabila

yang demikian itu ditolak, maka peraturan itu tidak bisa dipakai untuk

menjadi pedoman

c. Peraturan harus disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti,

d. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan yang bertentangan

satu sama lainnya.

e. Peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang

dapat dilakukan

f. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan sehingga

menyebabkan akan kehilangan orientasi

g. Harus ada kecocokan, antara peraturan yang diundangkan dengan

pelaksanaan sehari-hari.8

7 Lampiran UU No. 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.

8 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum ( Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2000) h. 51-52

Page 72: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

60

Prinsip legalitas yang kelima, yaitu sistem tidak boleh mengandung

peraturan-peraturan yang bertentangan satu sama lain, menjadi isu yang sangat

penting dalam penelitian berkaitan dengan hierarki dalam peraturan perundang-

undangan. Peraturan perundang-undangan dalam suatu negara tidak menghendaki

atau membenarkan adanya pertentangan atau konflik di dalamnya.9

Undang-Undang yang dibuat oleh penguasa lebih tinggi dalam

kedudukannya, Undang- undang yang khusus menyampingkan undang-undang

yang bersifat umum, undang-undang yang baru mengalahkan yang lama, dan

undang-undang merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan bagi

masyarakat.10

Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga negara yang bersifat

independen yang ada di pusat dan di daerah yang tugas dan wewenangnya diatur

dalam Undang-undang ini sebagai wujud peran serta masyarakat di bidang

penyiaran. Dan Kementerian adalah lembaga Pemerintah Indonesia yang

membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Kementrian Komunikasi dan

Informatika Republik Indonesia yang disingkat (Kemkominfo RI) adalah

kementrian yang dalam Pemerintahan Indonesia yang membidangi urusan

komunikasi dan informatika. Dua lembaga Negara inilah yang membidangi dan

mengurus perihal penyiaran dalam hal pemberian izin penyelenggaraan penyiaran.

9 Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum ( Yogyakarta : Liberty. 2003) h. 92.

10 Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 117

Page 73: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

61

Izin Penyelenggaraan Penyiaran adalah hak yang diberikan oleh negara

kepada lembaga penyiaran untuk menyelenggarakan penyiaran.

Pasal 33 ayat (4) dan (5) UU Penyiaran mengatur:

Ayat (4): Izin dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh

negara setelah memperoleh:

a. masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI

b. rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI

c. hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus

untuk perizinan antara KPI dan Pemerintah

d. izin alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh

Pemerintah atas usul KPI.

Ayat (5) : Atas dasar hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)

huruf c, secara administratif izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh

Negara melalui KPI.

Prosedur pengaturan struktur sistem penyiaran yang menurut UU No.32

Tahun 2002 tentang Penyiaran seharusnya dikelola masyarakat melalui KPI

ternyata dipotong oleh PP No. 49, 50, 51, dan 52 paket Peraturan Pemerintah (PP)

tentang penyiaran yang terbit tahun 2005, sehingga terjadilah konflik antar

lembaga ini dalam hal perebutan kewenangan siapa yang memberikan izin

penyelenggaran penyiaran.

Page 74: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

62

Dan dengan hasil pertimbangan Mahkamah Konsitutusi, maka Mahkamah

tidak mempunyai kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus.

Mahkamah berpendapat bahwa hal demikian itulah yang dimaksud oleh UUD

1945. Sengketa kewenangan, yang kewenangannya tersebut diberikan oleh

undang-undang tidaklah menjadi kewenangan Mahkamah. Berdasarkan

pertimbangan tersebut, permohonan pemeriksaan perkara yang diajukan KPI tidak

dapat diterima oleh Mahkamah Konstitusi karena tidak kewenangan Mahkamah

memeriksanya serta memutusnya. Dan pada saat ini prosedur perizinan

menggunakan Peraturan Menteri Kominfo No.28 Tahun 2008.

Dan dari perihal diatas diatas mengenai perebutan kewenangan antar

lembaga tersebut, penulis menganalisis bahwa lemahnya wewenang KPI atas

lembaga-lembaga penyiaran di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah yang

dijadikan Landasan Kementrian Komunikasi dan Informatika.

Dan juga tidak adanya kepastian mengenai siapakah yang berhak

memutuskan perkara sengketa antar lembaga Negara, baik yang sama-sama

dibentuk oleh Undang-Undang Dasar, atau Undang-Undang dengan Undang-

Undang Dasar, atau Undang-Undang Dasar dengan Peraturan lain yang lebih

rendah dari Undang-Undang.

Page 75: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan pada bab-bab sebelumnya maka penulis

menyimpulkan bahwa :

Kewenangan KPI dalam hal perizinan Penyiaran adalah Memberi masukan

dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon (lembaga penyiaran) dan KPI,

Merekomendasikan kelayakan penyelenggaraan penyiaran, menyepakati hasil

dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus untuk perizinan antara KPI dan

Pemerintah; dan, izin alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh

Pemerintah atas usul KPI. Sedangkan dalam hal Pemberian Izin Penyelenggaran

Penyiaran Menteri Komunikasi dan Informatika memiliki tugas dan wewenang

bekerjasama dengan KPI. Menteri mengumumkan secara terbuka melalui media

cetak dan/atau elektronik peluang penyelenggaraan penyiaran Kemudian Menteri

mengadakan pelaksanaan Forum Rapat Bersama (FRB) dengan KPI untuk

menentukan hasil kesepakatan. Dan setelah diperiksa kelengkapan persyaratan

Izin Penyiaran oleh Lembaga Penyiaran, maka Menteri akan menerbitkan Izin

Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran bagi Pemohon yang permohonan izinnya

disetujui dalam Forum Rapat Bersama.

Isi dari beberapa pasal dalam Peraturan Pemerintah tersebut bertentangan

dengan Undang-Undang Penyiaran, dimana dalam Undang-Undang Penyiaran,

KPI berwenang secara dalam pemberian izin dan perpanjangan izin

Page 76: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

64

penyelenggaraan penyiaran, berbeda dengan apa yang disebutkan dalam PP yaitu

bahwa KPI harus bermusyawarah bersama Menteri dalam pemberian persetujuan

atau penolakan izin penyelenggaraan penyiaran, dan menteri yang berwenang

menerbitkan keputusan persetujuan. Bahwa seharusnya suatu Peraturan

Pemerintah tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang, hal ini

sebagaimana dalam hierarki peraturan perundang-undangan yaitu bahwa peraturan

yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

Sedangkan posisi KPI yang lahir berdasarkan UU Penyiaran dan bukan lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD sehingga sedianya bukan

sebagai regulator sesuai UU Penyiaran. Selama ini terjadi tarik-menarik

wewenang antara Kemenkominfo dengan KPI terlebih pada hal pemberian izin

penyelenggaraan penyiaran.

Menkominfo yang dalam hal ini lembaga yang kewenangannya diatur

dalam UUD 1945, merasa bahwa sangat berwenang sebagai pemberi izin

penyelenggaraan penyiaran. Yang menjadi Faktor lemahnya wewenang KPI atas

lembaga-lembaga penyiaran di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah yang

dijadikan Landasan Kementrian Komunikasi dan Informatika, akan tetapi KPI dan

Kominfo melakukan kesepakatan-kesepakatan antara keduanya, dan menetapkan

pada saat ini prosedur perizinan menggunakan Peraturan Menteri Kominfo No.28

Tahun 2008.

B. Saran

Dari Kesimpulan yang telah penulis jabarkan maka, ada beberapa saran

yang bisa menjadi masukan :

Page 77: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

65

1. Revisi UU Penyiaran nantinya dapat menegaskan posisi dan wewenang

KPI sebagai lembaga negara yang bertugas dalam pengawasan Penyiaran

agar tidak terjadi lagi tarik menariknya kewenangan antar lembaga negara

yang dapat memicu terjadi konflik lagi.

2. Seharusnya Peraturan Pemerintah yang menjadi landasan kewenangan

tersebut tidak bertentangan dengan Undang-Undang Penyiaran.

Seharusnya suatu Peraturan Pemerintah tidak boleh bertentangan dengan

Undang-Undang, hal ini sebagaimana dalam hierarki peraturan perundang-

undangan yaitu bahwa peraturan yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Hierarki Peraturan

Perundang-undangan berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-

Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan, bahwa Peraturan Pemerintahan berada diurutan bawah setelah

Undang-undang.

3. Diperlukan juga adanya kepastian mengenai siapakah yang berhak

memutuskan perkara sengketa antar lembaga Negara, baik yang sama-

sama dibentuk oleh Undang-Undang Dasar, atau Undang-Undang dengan

Page 78: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

66

Undang-Undang Dasar, atau Undang-Undang Dasar dengan Peraturan lain

yang lebih rendah dari Undang-Undang. Sehingga ketika jika ada terjadi

sengketa antar lembaga yang yang bukan terbentuk oleh Undang-undang

Dasar, akan mendapat mendapat hasil putusan yang jelas dari sengketanya.

Sehingga terhindar dari konflik perebutan sebuah kewenangan lembaga

tersebut.

Page 79: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, A. dan Abdul Rozak. Demokrasi (Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani, Jakarta, ICCE bekerja sama dengan Kencana Prenada Media Group,

2008.

Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 2011.

________________. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi , Jakarta, Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi

RI, 2006.

Atmosudirdjo, Prayudi. Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia,

1983.

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka

Utama 1997.

________________, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revis Cetakan Pertama,

Jakarta, Gramedia, 2008.

Farida, Maria. Ilmu Perundang-undangan, Yogyakarta, Kanisius, 2005.

Ghoffar, Abdul. Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia setelah Perubahan

UUD 1945 dengan delapan negara maju, Jakarta, Kencana, 2009.

HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara. Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008.

Indra, Maulana. Pendekatan pengaturan pada sektor penyiaran menuju era

Page 80: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

konvergensi teknologi informasi dan komunikasi, Jakarta, Badan Pembinaan

Hukum nasional, 2012.

Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie

Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik,

Bandung, Citra Aditya Bakti, 1994.

Judhariksawan, Hukum Penyiaran, Jakarta, Rajawali Press, 2010.

____________, Pengantar Hukum telekomunikasi, Jakarta, PT. Grafindo Persada, 2005.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), UU Tentang Penyiaran No. 32 Tahun 2002,

Jakarta, 2010.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana, 2010.

Mufid, Muhammad. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta, Kencana,

2010.

Mertokusumo ,Soedikno. Mengenal Hukum, Yogyakarta, Liberty, 2003.

Pusat Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta,

Balai Pustaka, 2001.

Pudyatmoko, Sri. Perizinan, Problem dan Upaya Pembenahan, Jakarta, Grasindo,

2009.

Pide, A. Mustari. Pengantar Hukum Tata Negara Islam, Jakarta, Gaya Media

Pratama, 1999.

Raharjo, Satjipto. Ilmu Hukum , Bandung, Citra Aditya Bhakti, 2000

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia

Press, 2003.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjaun

Page 81: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

Singkat, JakartA, Rajawali Pers, 2001.

Soemitro, Ronny Hanitijo. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta,

Ghalia Indonesia, 2006

Sheehan, Michael. The Balance of Power: History & Theory, London, Routledge,

1996.

Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta , Liberty, 1998.

Sukanto, Suryono. Sosilogi Suatu Pengantar, Jakarta, UI Press, 1970.

Syafrudin, Ateng. Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih

dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Bandung, Universitas

Parahyangan, 2000.

Syafrudin, Ateng. Butir-butir Bahan Telaahan Tentang Asas-Asas Umum

Pemerintahan yang Layak Untuk Indonesia, dalam Paulus Efendi Lotulung,

Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Bandung, Citra

Aditya Bhakti, 1994.

Utrech, E. Pengantar Hukum Administrasiu Negara Indonesia Cet. 4, Jakarta,

Pustaka Sinar Harapan, 1960.

Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik,

Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010.

Zainudin, A. Rahman. Kekuasaan dan Negara (Pemikiran Politik Ibnu Khaldun),

Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Perundang-undangan

Undang- Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

Page 82: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

Peraturan Menteri No.28 Tahun 2008.

Lampiran II : UURI No. 39 Tahun 2008 Tentang Kementrian Negara.

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Website

http://www.kpi.go.id

Page 83: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

LAMPIRAN

Narasumber : Prof. Andi Faisal Bakti, MA., PhD., (Guru besar Fakultas Ilmu

Dakwah dan ilmu Komunikasi UIN Syarifhidayatullah Jakarta)

Waktu dan tempat : Jum’at tanggal 16 September 2016, di kediaman Narasumber

Cilandak Townhouse.

1. Bagaimana pendapat bapak tentang industri penyiaran yang keberatan dengan

posisi KPI sebagai regulator penyiaran yang akan mengkhawatirkan dunia

peyiaran?

KPI dibentuk untuk membantu masyarakat suapaya penyiaran itu betul

betul menjadi media untuk pendidikan yang mendidik masyarakat dan itulah

tujuan utamanya. Gelombang reformasi inilah yang memunculkan sebuah

desakan untuk mengamandemen UU No. 24 Tahun 1997 pada saat itu, yang

dimana latar belakangnya adalah untuk menumbangkan rezimnya Soeharto.

Sepanjang masa penyusunan UU penyiaran No. 32 tahun 2002 ini, banyak sekali

interaksi yang saling terkait, banyak campur tangan di dalamnya, interaksi

kekuasaan seperti termasuk negara yng didalamnya adalah eksekutif dan

legislatif, ada juga pasar serta publik yang merupakan unsur dari civil society.

Banyaknya berbagai kepentingan dalam dunia penyiaran, maka ada yang

mendukung dan ada juga yang menolak UU Penyiaran tersebut. Publik

menginginkan untuk menjadi panglima penyiaran sehingga kewenangan

Page 84: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

pemerintah dalam dunia penyiaran harus dipereteli agar tidak lagi bersifat

otoriter di dunia penyiaran. Bukan hanya itu saja industri penyiaran juga

membahayakan pada regulasi penyiaran makanya ketika adanya KPI ini bagi

mereka ini mengkhawatirkan kedudukannya, karena pastinya gerak dari industri

penyiaran akan terbatasi dengan posisinya KPI sebagai regulator penyiaran

sehingga mereka tidak bisa seeenaknya menguasai dunia penyiaran.

2. Menurut bapak bagaimana interaksi kekuasaan yang terjadi di dunia Penyiaran?

Pada saat seputar masa mengkonstruksi UU Penyiaran, interaksi

kekuasaan antara eksekutif dan legislatif bisa kita lihat bahwasanya pemerintah

itu tidak siap untuk melepas kewenangannya yang selama ini dimiliki untuk

mengatur dunia pennyiran. Karena pemerintah dahulunya yang sangat berperan

dalam dunia penyiaran sehingga banyak interaksi kekuasaan yang saling tarik

menarik untuk menguasai dunia penyiaran ini.

3. Tanggapan bapak tentang mekanisme izin penyelenggaraan penyiaran yang

mana “izin diberikan oleh negara melalui KPI ?

Pada dasarnya transisi demokrasinya dunia penyiaran ini tidak mudah,

karena pemerintah sendiri tidak ingin memberikan kewenangan dalam

pengaturan penyiaran itu seratus persen kepada KPI. Sehingga kalo bisa dibilang

bahasa halusnya itu sebuah Kompromi. Nah, kompromi ini yang dimaksud disini

Page 85: KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42530/1/NUR... · pemberian izin penyelenggaran ... informasi dapat digambarkan sebagai

adalah masih adanya keterlibatan pemerintah dalam hal pengambilan

keputusan.tapi pada sisi yang lain juga bagi pemerintah kompromi ini bukanlah

hal yang menguntungkan akan tetapi kondisi tersebut tetaplah harus diterima.

Banyak yang bereaksi atas kecendrungan kompromi tersebut, publik dan bahkan

pasar sendiri karena yang dikehendaki adalah agar KPI yang diberi kewenangan

penuh dalam dunia penyiaran. Bisa dilihat juga klausul “oleh negara melalui

KPI” ini bisa mengandung ketidakjelasan, yang mana dapat menjadi sebuah

kerancuan interpretasi yang muncul karenanya. Oleh karena perlulah sebuah

kejelasan siapakah yang mengatur regulasi penyiaran, dan KPI yang sebagai

lembaga regulator yang independen idealnya harus powerfull, dan perlu juga

adanya aturan yang memang jelas terhadap dunia penyiaran siapakah yang

memang berwenang di dalamnya.