kewenangan camat dalam penegakan disiplin …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/deni yusup permana...

150
i KEWENANGAN CAMAT DALAM PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH (STUDI DI KECAMATAN KALIWEDI KABUPATEN CIREBON) SKRIPSI DENI YUSUP PERMANA E1A008246 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

Upload: doanliem

Post on 03-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

i

KEWENANGAN CAMAT DALAM PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI

NEGERI SIPIL DAERAH (STUDI DI KECAMATAN KALIWEDI

KABUPATEN CIREBON)

SKRIPSI

DENI YUSUP PERMANA E1A008246

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

ii

KEWENANGAN CAMAT DALAM PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI

NEGERI SIPIL DAERAH (STUDI DI KECAMATAN KALIWEDI

KABUPATEN CIREBON)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

DENI YUSUP PERMANA

E1A008246

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

iii

LEMBAR PENGESAHAN ISI DAN FORMAT

KEWENANGAN CAMAT DALAM PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH (STUDI DI KECAMATAN KALIWEDI

KABUPATEN CIREBON)

Oleh :

DENI YUSUP PERMANA

E1A008246

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disahkan

Pada Tanggal : 21 Februari 2013

Pembimbing I/Penguji I

Hj. Setiadjeng Kadarsih, S.H., M.H. NIP. 19630926 199002 2 001

Pembimbing II/Penguji II

Sri Hartini, S.H.,M.H NIP. 19630926 199002 2 001

Penguji III

H. Supriyanto, S.H., M.H. NIP. 19630926 199002 2 001

Mengetahui Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. NIP. 19640923 198901 1 001

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

KEWENANGAN CAMAT DALAM PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI

NEGERI SIPIL DAERAH (STUDI DI KECAMATAN KALIWEDI

KABUPATEN CIREBON)

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta

informasi-informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk

pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Purwokerto, 21 Februari 2013

DENI YUSUP PERMANA NIM E1A008246

v

ABSTRAK Kewenangan Camat dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Daerah

(Studi di Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon)

Deni Yusup Permana E1A008246

Negara Republik Indonesia adalah merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini diwujudkan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan otonomi Daerah sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945. Berkaitan dengan otonomi daerah dalam hal ini Kewenangan Camat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil Daerah Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon mendapatkan pelimpahan sebagian wewenang dari Bupati/Walikota yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 126 ayat (2).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kewenangan Camat Kaliwedi dalam Penegakan disiplin pegawai negeri sipil daerah di Kabupaten Cirebon. Guna mencapai tujuan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan spesifikasi penelitian preskriptif. Lokasi penelitian di kantor Kecamatn Kaliwedi Kabupaten Cirebon. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang disusun secara sistematis, logis dan rasional. Data yang terkumpul kemudian diolah, disajikan, dan dianalisis secara normatif kualitatif Hasil penelitian ini memberikan simpulan bahwa kewenangan Camat dalam Penegakan disiplin pegawai negeri sipil daerah di Kecamatan Kaliwedi kabupaten Cirebon adalah berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan. Sejalan dengan hal itu Camat juga mendasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan juga Peraturan Bupati Cirebon Nomor 18 tahun 2010 Tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Pemerintahan Dari Bupati Kepada Camat yang berarti bahwa kewenangan Camat merupakan kewenangan Delegatif.

Kata kunci : Kewenangan, Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon, Disiplin Pegawai Negeri Sipil Daerah.

vi

ABSTRACK

The Republic of Indonesia is a country that adheres to the principle of

decentralization Unity in running the government. This is realized by providing

the opportunity and freedom to the area to conduct regional autonomy as

provided in Article 18 paragraph (1) and (2) of the Constitution of 1945. Relating

to regional autonomy in this case the disciplinary authority of Head Civil Service

Regional District Cirebon regency Kaliwedi get partial delegation of authority

from the Regent / Mayor stated in Law No. 32 Year 2004 on Regional

Government Article 126 paragraph (2).

This study aims to determine how the authority Kaliwedi Enforcement Sub

discipline regional civil servants in the district of Cirebon. To achieve these

objectives, this research using normative juridical approach and prescriptive

research specifications. The research location Kecamatn office Kaliwedi Cirebon

regency. Source of data used are primary data and secondary data, compiled

systematically, logically and rationally. The collected data is then processed,

presented, and analyzed qualitatively normative.

The results provide the conclusion that the disciplinary authority of the

Head in a civil enforcement area in District Kaliwedi Cirebon district is based on

the Law No. 32 Year 2004 on Regional Government and followed by Government

Regulation 19 of 2008 on Sub. Accordingly Head also based on Government

Regulation No. 53 Year 2010 on Civil Service Discipline and Cirebon decree No.

18 of 2010 On Delegation of Authority Part Of Regents To Sub Sub, which means

that the authority is the authority Delegatif.

Keywords: Authority, District Kaliwedi Cirebon District, Regional Civil

Discipline.

vii

PRAKATA

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “KEWENANGAN CAMAT DALAM PENEGAKAN DISIPLIN

PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH (STUDI DI KECAMATAN

KALIWEDI KABUPATEN CIREBON)”.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan terbatasnya

literatur. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun akan

diterima dengan ketulusan hati.

Dalam proses penulisan ini, penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan

yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

2. Ibu Hj. Setiadjeng Kadarsih, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I

sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan dan bimbingan

dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Sri Hartini, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen

Penguji II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh

kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak H. Supriyanto, S.H., M.H., selaku Dosen Penguji pada seminar skripsi

dan pendadaran yang telah memberikan koreksi dan saran mengenai

perbaikan skripsi ini.

5. Ibu Neni selaku pengampu angkatan 2008 serta Bapak Teguh dan semua staf

bagian pendidikan yang telah memberikan bantuan dalam hal administratif

birokrasi selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi ini.

viii

6. Seluruh dosen pengajar, dan staf administrasi, dan seluruh civitas akademika

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang telah membekali dan

memberikan kesempatan penulis menimba ilmu.

7. Bapak Sugeng Darsono, S.H., M.M selaku Kepala Camat Kaliwedi

Kabupaten Cirebon yang telah bermurah hati memberikan ijin penelitian,

informasi dan data yang penulis butuhkan.

8. Bapak Adi Sumarno, S.E selaku Sekretaris Kecamatan atas kesediaannya

menerima dan memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian serta

memberikan data yang Peneliti butuhkan dalam proses penelitian skripsi ini.

9. Bapak Sri Darmanto, S.sos., Mpssp selaku Kasubit pembinaan BKPPD

Kabupaten Cirebon atas kesediaannya menerima dan memberikan

kesempatan penulis melakukan penelitian serta memberikan data yang

penulis butuhkan dalam proses penelitian skripsi ini.

10. Kepada seluruh jajaran Pemerintahan Kabupaten Cirebon, atas kesediaannya

menerima dan memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian serta

memberikan data yang penulis butuhkan dalam proses penulisan skripsi ini.

11. Kepada keluarga tercinta, Ayahanda Muslih, S.pd dan Ibunda Eti Herawati

yang telah melahirkan, mendidik, menyayangi, membesarkan, mendoakan,

dan memberikan semangat selalu kepada penulis. Mbaku Karolina Candrasari

tetap semangat.

12. Keluarga besar di Bojonegoro dan Bayalangu terimakasih atas support yang

diberikan.

13. Untuk Anak-anak Helios Purwokerto terimakasih sudah sparing dan

mendukung, terimakasih juga untuk para instruktur yang memberikan

pengetahuan lebih tentang gaya hidup sehat.

14. Untuk Bandung Karate Club Purwokerto Osh Arigato semangat yang

diberikan kepada saya.

ix

15. Sahabat-sahabatku dikampus Hukum, Nico Utama Handoko, Reza Febrian

Pratama, Yogi Tri Pamuji, Asep Jaya Permana, dan Theo Karismajaya yang

sudah gokil bareng sampe akhir.

16. Keluarga Besar KKN Posdaya Desa Cibuyur Kecamatan Warungpring

Pemalang periode Januari-Februari 2012, terimakasih atas motivasi dan

dukungannya selama ini.Aris dewa handayanto, Yekti Budihasto, Rebecca

Sihombing, Eka Sulistyowati, Faiq Uzer, Ahmad alfi Dimyati. Leni Mega

Puspita, dan Ratna terimakasih udah gokil bareng dan motivasinya.

17. Anak-anak kosan Laviola tetep semangat sukses terus buat kalian.

18. Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman angkatan

2008 (Kita jaga persaudaraan kita, salam 2008), serta semua pihak yang turut

membantu dan tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis,

mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis juga memohon maaf kepada

semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam ucapan maupun tindakan selama

berinteraksi dan berproses di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat. dan menambah pengetahuan.

Purwokerto, 21 Februari 2013

DENI YUSUP PERMANA E1A008246

x

Halaman Persembahan

Bismilahirrohmanirohim….. Puji syukur kehadirat Allah S.W.T Tuhan seluruh Alam jagat raya yang

Maha Besar dan Maha Pengasih, Maha Perkasa dan Maha Segala Kesempurnaan yang ada pada-Nya..

Tidak ada daya dan Upaya Selain dari-Nya. Junjungan Besar Nabi Muhammad S.A.W beserta para sahabatnya,

keluarganya dan juga para umatnya, semoga Allah memberikan kedudukan yang mulia kepada Nabi besar Sepanjang masa ini…

Halaman persembahan ini saya buat untuk mengungkapkan “sesuatu” yang mungkin belum sempat terucap oleh kata-kata dan halaman persembahan ini sebagai salah satu bentuk rasa terimakasih tentunya melalui kata-kata yang saya tuangkan kedalam bentuk tulisan. Kepada orang-orang yang telah membantu proses perkuliahan saya selama 4 Tahun 6 bulan, kepada kedua orang tua saya tercinta, kepada sahabat-sahabat saya, teman- teman saya dan seluruh pihak yang telah membantu baik dalam bentuk materiil maupun imateriil.

Alhamdulilah wasyukurillah… Tidak Henti-hentinya saya mengucapkan syukur kepada Allah S.W.T yang telah

memberikan izin-Nya kepada saya untuk menjadi Sarjana Hukum (S.H), yang telah memberikan saya kesenangan serta pertolongan disaat bagaimanapun kondisi saya,

karena bagi saya kekuatan terbesar hanya berasal dari Allah S.W.T dan doa kedua orang Tua. Tak lupa kepada Nabi Besar Umat Islam Muhammad S.A.W yang telah memberikan

safaatnya.Semoga Nabi besar Muhammad S.A.W diberikan kedudukan yang tinggi beserta para keluarga dan para sahabatnya serta umatnya. Kepada Kedua Orang tua Saya

tercinta Bapak Muslih, S.Pd dan Ibu Eti Herawati yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi terbesar dalam hidup saya, mendoakan saya tiada hentinya,

memberikan wejangan yang bermanfaat sehingga saya dapat menyelesaikan studi saya di Unversitas Jenderal Soedirman, Kepada kakak saya satu-satunya mba Karolina

Chandrasari yang telah mengkawatirkan saya kalo saya sakit tapi mba berisik juga nih

xi

Tanya-tanya mulu tentang pacar, ade kan males jawabnya tiap hari yang diomongin monoton, kan aku cowo wasjar dong yang dipikirin karier dulu karena ademu ini suatu

saat kan jadi kepala keluarga juga #asyeeeeekkkk hahahahaha# KEpada Keponakan saya Lutfi kamu jangan nakal dong masa om dilempar sama remote

tv, kan sakit -_- HAdeeeeehhhhh ampun # Nakal banget kau -_-# Buat kakak Ipar Mas teguh Semangat terus aja saya doakan semua baik-baik saja,,makasih

uang jajanya #HAHA#

Buat Genk Kodok: Kalo gada kalian ga rame ya kita terbentuk pas kira2 1 atau 2 tahunan ini ya coba kita kenal lama mungkin bakal banyak cerita tuh, ini aja dah banyak banget ceritanya kalian (Nico Utama Handoko, Reza Febrian Pratama, Asep Jaya Permana, Yogi Tri Pamuji,

dan Theo Kharismajaya) Koplak Kabeh…Nico kalo jadi orang yang bersih dong kususnya kalo Touring bawa baju lebih, Reza Kontrol Emosimu za aja mewek bae ya hahahahaha,

Yogi wah selamat ya kamu duluan ternyata yang dapet kerja nih harus tambah gentleman dong Ok! Asep juga alhamdulilah ya,PPSS gada kualifikasi Hukumnya jangan Lumpuh Layu dong kan duit bukan dari polisi aja okeh, Theo awakmu sing q kelingan

terus john pokoke langka mundure hahaha konyol abis .

Buat Kimculers dan anak2 kelas D: Terimakasih kalian Acil, Jimbun, Anggoro, Kendar, Ardi, Azin, Yogi, Aji, Doni, Dani( Si kembar), Dani Gendut, Anas, Kirana (siho), Yanuar (dongo),Bewok, Dwinanda LLHNK, Bojes, Waduh sapa maning ya klalen q john…….Pokoke kabeane sing q klalen jenenge tapi q kenal #HEHEHEHEHE# terimakasih atas bantuanya , sudah becandaan dan sudah

membantu dalam bentuk apapun pokoknya.

Buat Temen-temen F.H UNSOED: Terimakasih semuanya yang sudah datang diseminar saya jam 8 pagi waktu itu,pas banget

posisinya ada liga champion M.U VS Real Madrid tak kiro rak podo teko tapi alhamdulilah teman-teman datang. Buat Anak-anak HAN, HTN, HI, Pidana, perdata

pokoke kuabeh podo semngat ya skripsinya…..semoga Alumnus F.,H Unsoed kususnya setelah lulus langsung mendapat pekerjaan yang diinginkan.Amin Ya Robal Alamin.

xii

MOTTO

Ipk itu bagi saya adalah guratan tulisan yang telah kita peroleh dari usaha kita tak peduli tinggi atau rendah yang didapatkan tapi bukan berarti Ipk

menentukan nasib baik atau buruk kita karena konteks tersebut sudah tertulis oleh Guratan tulisan yang telah dibuat Oleh Tuhan Y.M.E. maka jangan

menyerah, berdoa, berusaha, berikhtiar, berusaha menjadi pribadi yang baik adalah kunci kesuksesan itu sendiri…

You Can if you Think You can (Selama anda berpikir bahwa Anda bisa pasti bisa)

-Badruzzaman Yahya-

Jangan Kawatirkan dengan apa yang mungkin kita kawatirkan, jangan takut dengan apa yang kita hadapi nanti, jangan terlalu larut dengan kesedihan kita dan juga jangan terlalu bangga , berproseslah dengan apa yang ada didunia ini, tetaplah berusaha menjadi pribadi yang baik, lemah lembut dalam bertutur kata, meniru ilmu padi, dan hadapilah semua kemungkinan terburuk dengan Doa , Iktiar dan Tawakal karena diri kita adalah seseorang yang “Belajar menghadapi sesuatu” bukan “Berapa banyak kita menghadapi sesuatu”….

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ i

SURAT PERNYATAAN ................................................................... ii

ABSTRAK .......................................................................................... iii

ABSTRACT ....................................................................................... iv

PRAKATA ......................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................... viii

MOTTO ............................................................................................. x

DAFTAR ISI ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................. 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Administrasi Negara .................................................... 7

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara ............................. 7

2. Kedudukan Hukum Administrasi Negara ............................ 12

3. Asas-asas Hukum Administrasi Negara .............................. 13

4. Sumber-sumber Hukum Administrasi Negara ..................... 17

B. Pemerintahan Daerah ............................................................... 21

1. Definisi Pemerintahan Daerah ............................................ 21

2. Asas-asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ............... 27

3. Otonomi Daerah ................................................................. 32

C. Teori Kewenangan ................................................................... 38

xiv

1. Definisi Kewenangan ......................................................... 38

2. Jenis-jenis Kewenangan ...................................................... 41

3. Sumber dan Cara memperoleh wewenang pemerintahan ..... 42

D. Kecamatan ............................................................................... 51

1. Wewenang Tugas dan Kewajiban Camat ............................ 54

2. Struktur Organisasi Kecamatan ........................................... 56

E. Kedudukan Hukum Kepegawaian dalam Hukum Administrasi Negara ................................................................................................. 58

Pengertian Hukum Kepegawaian ........................................ 58

F. Obyek Hukum Kepegawaian .................................................... 60

1. Pengertian Pegawai Negeri ................................................. 60

2. Jenis Pegawai Negeri Sipil .................................................. 64

3. Kedudukan, Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil ....... 65

4. Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil ........................... 67

G. Disiplin ................................................................................... 74

1. Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil ........................... 75

2. Indisipliner ......................................................................... 76

3. Sanksi ................................................................................. 76

4. Penjatuhan Hukuman Disiplin ............................................ 85

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan .................................................................. 86

B. Spesifikasi Penelitian ............................................................... 88

C. Lokasi Penelitian ...................................................................... 88

D. Sumber Data............................................................................. 89

E. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 90

F. Metode Penyajian Data ............................................................. 91

G. Analisis Data ............................................................................ 91

xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 93

1. Bahan Hukum Primer ......................................................... 93

2. Bahan Hukum Sekunder ..................................................... 115

B. Pembahasan ............................................................................. 122

1. Kewenangan Camat dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Daerah(Studi di Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon) . 122

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................. 130

B. Saran ........................................................................................ 131

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pergeseran pengaturan hubungan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah

yang dahulunya bersifat sentralistik ke bentuk yang desentralistik berimplikasi

pada perubahan tata kelola pemerintahan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974

tentang pemerintahan daerah bisa dikatakan sangat sentralistik berganti menjadi

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang lebih memberikan ruang kepada

daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, selanjutnya Undang-Undang ini

direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang sedikit memangkas

kewenangan pemerintah daerah dalam mengelola aparatur dan birokrasi

daerahnya.

Pergeseran sistem pemerintahan daerah, yang semula bersifat sentralistik

menjadi desentralistik, adalah diimplementasikannya otonomi lokal yang

diberikan kepada pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa.

Implementasi dari perubahan ini mengakibatkan tidak hanya perubahan pola

hubungan antara pemerintah Kabupaten/Kota dengan Kecamatan, tetapi juga

hubungan antara Kecamatan dan Desa. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974

tentang Pemerintahan Daerah, Kecamatan merupakan wilayah administratif

pemerintahan, sehingga secara otomatis Camat adalah seorang kepala wilayah dan

2

kewenangan yang dimilikinya cukup besar, yakni bersifat atributif.1 Secara

signifikan perubahan kewenangan Camat terjadi pada UU Nomor 22 tahun 1999,

yakni wilayah Kecamatan hanya sebagai lingkungan kerja perangkat daerah dan

Camat hanyalah sebagai perangkat daerah, serta kewenangan yang berkurang,

yaitu bersifat delegatif dari kepala daerah. Tidak jauh berbeda dengan Undang-

Undang Nomor 22 tahun 1999, pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

masih relatif sama, hanya saja untuk beberapa persoalan mendapat kewenangan

secara atributif. Dalam hal ini Camat Kaliwedi Kabupaten Cirebon khususnya

mendapatkan pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati kepada

Camat menurut peraturan Bupati Cirebon Nomor 18 Tahun 2010. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Bab I Pasal 1 angka 5

menyebutkan bahwa Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja Camat

sebagai perangkat daerah kabupaten/kota.Undang-Undang No 32 tahun 2004 pada

pasal 126 ayat (1) menyatakan bahwa Kecamatan dibentuk di wilayah

Kabupaten/Kota dengan Perda berpedoman pada Peraturan pemerintah, ayat (2)

Kecamatan sebagaimana dimaksud ayat 1 dipimpin oleh Camat yang dalam

pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau

Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Di samping itu pada

ayat 3 disebutkan selain tugas sebagaimana disebut pada ayat 2, Camat juga

menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. Pada penjelasan pasal 126 ayat 1

1http://salmantabir.wordpress.com/2011/11/26/eksistensi-kewenangan-dan-tanggung-

jawab-camat-dalam-otonomi-daerah/ diakses pada tanggal 25/1/2013

3

dikatakan bahwa Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat

daerah Kabupaten dan daerah Kota.

Beberapa Undang-Undang yang dikemukakan di atas, terdapat perbedaan

baik status Kecamatan maupun kedudukan Camat dari waktu yang lalu, yang

tentunya mempengaruhi terhadap apa yang menjadi kewenangan dan tanggung

jawab Camat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan juga berpengaruh

terhadap eksistensi pemerintah Kecamatan dalam melakukan pelayanan publik2.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 menyebutkan bahwa

Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah

memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan

diserahi tugas dalam suatu jabatan negara atau diserahi tugas negara lainnya dan

digaji berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 bahwa

Pegawai Negeri mempunyai kedudukan sebagai unsur aparatur negara dan

bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,

jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan

pembangunan. Pegawai Negeri Sipil adalah bagian dari Pegawai Negeri,

disamping Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia (POLRI), sebagaimana tercantum dalam Pasal 2

angka 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa

“Pegawai Negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota Tentara

Nasional Indonesia (TNI) dan Anggota Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)”.

2 http://salmantabir.wordpress.com/2011/11/26/eksistensi-kewenangan-dan-tanggung-jawab-camat-dalam-otonomi-daerah/ diakses pada tanggal 25/1/2013

4

Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi

Masyarakat haruslah menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah

laku, tindakan dan ketaatan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku,

bilamana dalam menjalankan tugasnya Pegawai Negeri itu lalai sehingga

menimbulkan kerugian bagi pihak lain atau bagi Negara maka mereka harus

mempertanggung-jawabkan kelalaianya itu. Oleh sebab itu pelaksanaan peraturan

disiplin guna membina Pegawai Negeri Sipil harus benar-benar dilaksanakan

secara tegas dan dengan pengawasan yang menyeluruh. Terhadap setiap adanya

pelanggaran peraturan disiplin ( indisipliner ) harus dijatuhi hukuman disiplin

yang sesuai dengan pelanggaran yang telah dilakukan, hal ini adalah sebagai

upaya untuk mencapai sasaran yang hendak dituju, sehingga hukuman disiplin

akan benar-benar dapat ditegakkan.

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri diatur dengan PP No 30 Tahun1980

sebagaimana diganti dengan PP No.53 Tahun 2010 dibuat dalam rangka

pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan itu sendiri diarahkan agar Pegawai

Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat

dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh ketaatan kepada

Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah serta bersatu padu, bermental baik,

berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bersih, bermutu tinggi dan sadar akan

tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan

pembangunan. Mereka yang sadar akan tanggung jawabnya adalah mereka yang

5

dapat melaksanakan semua kewajiban yang dibebankan dan menghindari

larangan-larangan yang ditentukan oleh Pemerintah.3

Pegawai Negeri Sipil yang tidak melakukan kewajiban dan melakukan

perbuatan yang dilarang sebagaimana diatur dalam PP No. 53 Tahun 2010

tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil, berarti dianggap telah melakukan

pelanggaran disiplin PNS. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan,

atau perbuatan PNS yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin PNS, baik

di dalam maupun di luar jam kerja. PNS dinyatakan melanggar Peraturan

Disiplin apabila dengan ucapan, tulisan, dan atau perbuatannya tersebut

secara sah terbukti melanggar ketentuan mengenai kewajiban dan atau

larangan PP No. 53 Tahun 2010. Berdasarkan latar belakang diatas penulis

tertarik untuk menyusun penulisan hukum dan dituangkan dalam skripsi

dengan judul : “KEWENANGAN CAMAT DALAM PENEGAKAN

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH (Studi di Kecamatan

Kaliwedi Kabupaten Cirebon)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik suatu

perumusan masalah yaitu :

Bagaimanakah kewenangan camat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil

Daeah di Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon?

3 Moh.Mahfud MD, Hukum Kepegawaian Indonesia,,Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 121

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimanakah kewenangan Camat dalam penegakan

disiplin Pegawai Negeri Sipil Daerah di lingkungan Kecamatan Kaliwedi

Kabupaten Cirebon.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan

sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum dan sebagai

tambahan wacana referensi acuan penelitian yang sejenis dari

permasalahan yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memajukan perkembangan Ilmu Hukum khususnya dan dibidang Hukum

Administrasi Negara pada umumnya.

2. Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

yang mendalam terhadap pemahaman mengenai kewenangan Camat dalam

hal ini pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati kepada

Camat dalam penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan

Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.Hukum Administrasi Negara

a. Pengertian Hukum Administrasi Negara

Apa itu hukum pemerintahan(bestuursrecht)? Apakah hukum untuk

pemerintah ataukah hukum dari pemerintah?Dengan kata lain,apakah hukum ini

diletakan (untuk mengatur) pemerintah ataukah hukum yang diletakan oleh

pemerintah? Pertanyaan-pertanyaan ini dikemukakan oleh A.M Donner,pada

halaman-halaman awal bukunya. Guna memahami secara lebih mendalam

terhadap hukum administrasi ini, pertanyaan-pertanyaan itu harus diberikan

jawaban sebaik-baiknya. Untuk dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan tersebut, terlebih dahulu dikemukakan mengenai definisi HAN yang

dikemukakan oleh para sarjana berikut ini.4

Wanner wij,beginend aan een inleiding in het algemeen

bestuursrecht,trachten tot een begripbepaling te komen, stuiten wij in de eerste

plaats op de term ‘bestuursrecht’.Wat omvat dit ondedeel van het recht?Wij

kunnen vaststellen dat bestuursrecht deel uitmaakt van het publiekrecht…Het

bestuurrecht kan worden omschreven als de regels(van het publiekrecht) welke

betrekking hebben ophet (openbaar) bestuur.(Apabila kita mengawali pengantar

hukum administrasi Negara secara umum berupaya untuk memahami konsep

tertentu, pertama-tama kita batasi pada term ‘hukum administrasi negara’. Apa isi

bagian hukum ini?. Kita dapat menetapkan bahwa hukum administrasi Negara

4Ridwan HR.Hukum Administrasi Negara ,PT Raja Grafindo,Jakarta,2007,hlm.30

8

dapat dijelaskan sebagai peraturan-peraturan (dari hukum publik) yang

berkenaaan dengan pemerintahan umum).5

Om tot een geode definitie te komen van de term ‘bestuurrecht’, moet

allerest vasgesteld worden dat het bestuurrecht deel uitmakt van het publiekrecht,

dat wil zeggen van het recht, dat het optreden van de overhead en de verhouding

tussen overhead en burgers of tussen overheidsorganen onderling regelt.. Dat het

bestuursrecht het geheel van regels omvat met betrekking tot de wijze waarop de

bestuursorganen hun taak vervullen. Het bestuursrecht houdt dus de spelregels in

met betrekking tot het functioneren van bestuur sorganen. (Untuk menemukan

definisi yang baik mengenai istilah ‘hukum administrasi negara’, pertama-tama

harus ditetapkan bahwa hukum administrasi Negara merupakan bagian dari

hukum public, yakni hukum yang mengatur tindakan pemerintah dan mengatur

hubungan antara pemerintah dengan warga Negara atau hubungan antar organ

pemerintahan.. Hukum administrasi Negara memuat keseluruhan peraturan yang

berkenaan dengan cara bagaimana organ pemerintahan melaksanakan tugasnya.

Jadi hukum administrasi Negara berisi aturan main yang berkenaan dengan fungsi

organ-organ pemerintahan)6

Prajudi Atmosudirjo mengatakan bahwa hukum administrasi Negara

adalah hukum mengenai pemerintah di dalam kedudukan,tugas,dan fungsingya

sebagai administrator.7

Utrecht mengatakan bahwa Administrasi Negara adalah gabungan jabatan

(complex van ambten), alat (apparaat) Administrasi yang dibawah pimpinan

5Ridwan HR,Ibid, hlm. 31 6 Ridwan HR.Ibid,hlm.32 7.Prajudi Atmosudirjo,Hukum Administrasi Negara,Ghalia Indonesia,Jakarta,1994,hlm.1

9

Pemerintah (Presiden yang dibantu oleh Menteri) melakukan sebagian dari

pekerjaan Pemerintah (tugas pemerintah, overheidstaak) fungsi administrasi yang

tidak ditugaskan kepada badan-badan pengadilan, badan legislatif (pusat) dan

badan-badan pemerintah (overheidsorganen) dari persekutuan hukum

(rechtsgemeenschappen) yang lebih rendah daripada negara (sebagai persekutuan

hukum tertinggi) yaitu badan-badan pemerintah (bestuursorganen) dari

persekutuan hukum daerah (swantatra,berotonomi) tingkat I,II dan III dan daerah

istimewa, yang masing-masing diberi kekuasaan(wewenang) untuk berdasarkan

inisiatif sendiri(swatantra, otonomi) atau berdasarkan suatu delegasi dari

Pemerintah Pusat (Medebewind) memerintah sendiri daerahnya.8

Sondang P.Siagian mendefinisikan Administrasi Negara sebagai

keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari suatu

Negara dalam usaha mencapai tujuan Negara.9 Menurut J.M Baron de Gerando

bahwa obyek Hukum Administrasi adalah peraturan - peraturan yang mengatur

hubungan timbal balik antara pemerintah dan rakyat. Deskripsi tentang obyek

Hukum Administrasi dari De Gerando seperti tersebut di atas kiranya mewarnai

Hukum Administrasi dalam perkembangan selanjutnya.10

Pemerintah dan pemerintahan mempunyai pengertian yang berbeda.

Pemerintah merujuk kepada organ atau alat perlengkapan, sedangkan

8 E Utrecht/Moh.Saleh Djindang,Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia,PT

Ichtiar Baru,anggota IKAPI,Jakarta,1990,hlm.1 9 Sondang P.Siagian,Filsafat Administrasi,Gunung Agung,Jakarta,1986,hlm.8 10 Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Indonesia, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta, 1994, hlm 22.

10

pemerintahan menunjukkan bidang tugas atau fungsi.11 Pengertian pemerintah

dapat diberikan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pemerintah dalam arti

sempit adalah organ atau alat-alat perlengkapan Negara yang diserahi tugas

pemerintahan atau melaksanakan undang-undang. Dalam pengertian ini

pemerintah hanya berfungsi sebagai badan eksekutif. Pemerintah dalam arti luas

adalah semua badan yang menyelenggarakan semua kekuasaan eksekutif,

legislative maupun yudikatif12.

Pengertian pemerintahan dalam rangka hukum administrasi digunakan

dalam arti “pemerintahan umum” atau “pemerintahan Negara”. Pemerintahan

dapat dipahami melalui dua pengertian yaitu disatu pihak dalam arti “fungsi

pemerintahan” (kegiatan memerintah), di lain pihak dalam arti “organisasi

pemerintahan” (kumpulan dari kesatuan-kesatuan pemerintahan).13

Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai rangkaian-rangkaian

aturan- aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat-alat perlengkapan

Negara menjalankan tugasnya14. Alat-alat administrasi Negara dalam

melaksanakan tugasnya, dengan sendirinya menimbulkan hubungan-hubungan

yang disebut hubungan hukum. Hubungan-hubungan ini dapat dibedakan dalam

dua jenis, yakni :

1). Hubungan hukum antara alat administrasi negara yang satu dengan

alat administrasi negara yang lain;

11http://muslimpoliticians.blogspot.com/2011/05/pengertian-pemerintah-dan-

pemerintahan.html.diakses 25/1/2013 12 Marbun,SF,M.Mahfud MD,Pokok-pokok Hukum Administrasi

Negara,Liberty,Yogyakarta,2000,hlm.8 13 Philipus M. Hadjon, dkk, Op Cit,hlm. 6. 14 Hartono Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1993,

hlm. 61.

11

2).Hubungan hukum antara alat administrasi negara dengan perseorangan

(individual), yakni para warga negara, atau dengan badan-badan hukum

swasta.15

Dalam suatu negara hukum, hubungan-hubungan hukum tersebut

disalurkan dalam kaidah-kaidah tertentu, dan kaidah-kaidah hukum inilah yang

merupakan materi dari Hukum Administrasi Negara.

Kaidah-kaidah hukum tersebut terdiri dari :

a). Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat

administrasi negara mengadakan kontak satu sama lain.

b). Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat

administrasi negara (pemerintah) dengan para warga negaranya.

Dalam ilmu hukum administrasi yang penting adalah perbuatan hukum

alat administrasi Negara dalam hubunganya dengan warga Negara, dimana

hubungan ini akan menimbulkan hak dan kewajiban16. Berdasarkan beberapa

definisi tersebut ,tampak bahwa dalam hukum administrasi Negara terkandung

dua aspek, yaitu pertama, aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara

bagaimana alat-alat perlengkapan Negara itu melakukan tugasnya;kedua, aturan-

aturan hukum yang mengatur hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara alat

perlengkapan administrasi Negara atau pemerintah dengan para warga

negaranya.17

15 Ibid,hlm. 62 16 Loc.Cit.hlm. 62 17Ridwan HR.Op.Cit.hlm.35

12

Seiring dengan perkembangan tugas-tugas pemerintahan, khususnya dalam

ajaran Welfare State ,yang memberikan kewenangan yang luas kepada

administrasi negara termasuk kewenangan dalam bidang legislasi, maka

peraturan-peraturan hukum dalam hukum administrasi Negara, disamping dibuat

oleh lembaga legislative, juga ada peraturan-peraturan yang dibuat secara mandiri

oleh administrasi Negara. Dengan demikian, untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan diatas, dapat diberikan jawaban bahwa hukum administrasi Negara

adalah hukum dan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemerintah dalam

arti sempit administrasi negara, peraturan-peraturan tersebut dibentuk oleh

lembaga legislative untuk mengatur tindakan pemerintahan dalam hubungannya

dengan warga Negara, dan sebagian peraturan-peraturan itu dibentuk pula oleh

administratif negara. Pembentukan peraturan-peraturan oleh administrasi Negara

atau pemerintah merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari dalam

penyelenggaraan Negara dan pemerintahan dalam suatu Negara hukum yang

modern, dengan alasan-alasan teoritis dan praktik yang akan disebutkan didepan18

b. Kedudukan Hukum Administrasi Negara Dalam Lapangan Hukum

Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu

Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan

Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan

mana bersumber dari kepentingan-kepentingan yang hendak dilindungi.

Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan (Individu/Privat) tetapi ada pula

yang bersifat umum (Publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang

18 Ridwan HR.Ibid.hlm 36.

13

jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan

terhadap siapa orang itu berhubungan.

Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur tiap-tiap hubungan di antara

Negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak

dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang

mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula

hubungan antara alat-alat perlengkapan Negara yang satu dengan alat-alat

perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum

Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau

perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan

warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana,

Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.19 Sedangkan Hukum Privat adalah

hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau

mengatur kepentingan individu, seperi Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain

sebagainya.20

Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari Hukum Publik

Karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah-masalah kepentingan

umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan nasional (bangsa),

masyarakat dan negara.

c. Asas-asas Hukum Administrasi Negara

Asas dalam istilah asingnya adalah beginsel, asal dari kata begin, artinya

permulaan atau awal, jadi yang dimaksud asas adalah sesuatu yang mengawali

19 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, 1992, hlm 195. 20Ibid, hlm 200.

14

atau yang menjadi permulaan sesuatu, dan yang dimaksud sesuatu disini adalah

kaidah. Sedangkan kaidah adalah ketentuan-ketentuan tentang bagaimana

seharusnya manusia bertingkah laku dalam pergaulan hidupnya dengan manusia

lainnya. Jadi asas itu sendiri adalah dasar dari suatu kaidah.21 Demikian banyak

kaidah-kaidah hukum, baik Hukum Perdata, Hukum Pidana, Hukum Tata Negara

maupun Hukum Administrasi Negara. Pembentukannya didasarkan kepada suatu

asas, dan asas yang menjadi dasar suatu kaidah disebut asas hukum, maka dalam

lapangan Hukum Administrasi Negara dikenal juga asas-asas Hukum

Administrasi Negara, yaitu sebagai berikut:

a. Asas legalitas

Setiap perbuatan administrasi berdasarkan hukum. Maksudnya ialah bahwa

setiap perbuatan administrasi negara dalam membuat peraturan maupun dalam

membuat ketetapan haruslah berdasarkan hukum yang berlaku. Asas legalitas

merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam setiap

penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap negara hukum

terutama bagi negara-negara hukumdalam sistem kontinental.22

b. Asas tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan/ asas de tournement de pouvoir

c. Asas tidak boleh menyerobot wewenang badan administrasi negara yang satu

dengan yang lainnya/ asas exes de pouvoir

d. Asas kesamaan hak bagi setiap penduduk negara atau disebut asas non

diskriminasi

21 Soehino, Asas-Asas Hukum Tata Pemerintahan, Liberty,Yogyakarta,1984, hlm. 9. 22 Ridwan. HR, Op Cit, hlm. 94.

15

Asas kesamaan hak bagi setiap penduduk adalah asas untuk mencegah

timbulnya perbuatan administrasi negara yang diskriminatif terhadap penduduk

Indonesia, karena hal tersebut bertentangan dengan pasal 27 ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945.

e. Asas upaya memaksa atau bersanksi sebagai jaminan agar taat kepada Hukum

Administrasi Negara.

Asas upaya memaksa atau bersanksi adalah asas untuk menjamin ketaatan

penduduk kepada peraturan-peraturan administrasi negara.

f. Asas kebebasan

Asas kebebasan yaitu kepada badan-badan administrasi negara diberikan

kebebasan dalam menyelesaikan masalah menyangkut kepeningan umum,

bangsa dan negara yang disebut asas freies ermessen.23

Pemberian freies ermessen kepada pemerintah atau administrasi negara

merupakan konsekuensi logis dari konsepsi welfae state, tetapi dalam kerangka

negara hukum, freies ermessen ini tidak dapat digunakan tanpa batas. Atas dasar

itu Sjachran Basah mengemukakan unsur-unsur freies ermessen dalam suatu

negara hukum, yaitu sebagai berikut:

1. Ditunjukan untuk menjalankan tugas-tugas servis publik;

2. Merupakan sikap tindak yang aktif dari administrasi negara;

3. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum;

4. Sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri;

23 Nico Utama Handoko,Pengangkatan guru honorer menjadi calon PNS berdasarkan PP

No.56 tahun 2012 di Kabupaten Indramayu,skripsi,Kementrian pendidikan dan kebudayaan universitas jenderal soedirman fakultas hukum purwokerto,2012.hlm.17

16

5. Sikap tindak itu dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan

penting yang timbul secara tiba-tiba;

6. Sikap tindak itu dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral kepada

Tuhan Yang Maha Esa maupun secara hukum.24

Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, freies ermessen dilakukan

oleh aparat pemerintah atau administrasi negara dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Belum ada aturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang penyelesaian

konkrito terhadap suatu masalah tertentu, padahal masalah tersebut menuntut

penyelesaian yang segera.

b. Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi dasar berbuat aparat pemerintah

memberikan kebebasan sepenuhnya.

c. Adanya delegasi Perundang-Undangan, maksudnya aparat pemerintah diberi

kekuasaan untuk mengatur sendiri, yang sebenarnya kekuasaan itu merupakan

kekuasaan aparat yang lebih tinggi tingkatannya.25

Pemerintah meskipun kewenangan bebas atau freies ermessen namun

dalam suatu negara hukum penggunaannya harus dalam batas-batas yang

dimungkinkan oleh hukum yang berlaku. Menurut Muchsan dalam bukunya

Ridwan HR menyebutkan bahwa pembatasan penggunaan freies ermessen yaitu:

a. Penggunaan freies ermessen tidak boleh bertentangan dengan sistem hukum

yang berlaku (kaidah hukum positif).

b. Penggunaan freies ermessen hanya ditunjukan demi kepentingan umum.26

24 Ridwan. HR, Op Cit, hlm. 178. 25 Ibid, hlm, 180. 26 Ibid, hlm, 181.

17

Asas-asas tersebut merupakan dasar dari segala peraturan administrasi

negara, artinya bahwa peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan tersebut

sedapat mungkin dibuat sesuai atau tidak bertentangan dengan asas tersebut.

d. Sumber-sumber Hukum Administrasi Negara

Sumber hukum secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

dapat menimbulan aturan hukum serta tempat diketemukannya aturan-aturan

hukum.27

Sumber hukum dalam Hukum Administrasi Negara terdiri dari :

a. Sumber Hukum Materiil

Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang mempengaruhi materi (isi)

dari aturan-aturan hukum.28 Sumber hukum materiil terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Sumber Hukum Historis

Sumber hukum historis memiliki dua arti yaitu pertama sebagai

sumber pengenalan hukum pada saat tertentu meliputi Undang-

Undang, putusan-putusan hakim, tulisan-tulisan ahli hukum dan

juga tulisan-tulisan yang bersifat yuridis sepanjang memuat

pemberitahuan mengenai lembaga-lembaga hukum. Kedua sebagi

sumber dimana pembuat Undang-Undang mengambil bahan dalam

membentuk Peraturan Perundang-Undangan meliputi sistem-sistem

hukum masa lalu.

2. Sumber Hukum Sosiologis

27 S.F Marbun dan Moh. Mahfud MD, Op Cit, hlm 21. 28 Loc.Cit, hlm. 21.

18

Merupakan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi isi hukum

positif meliputi peraturan hukum tertentu yang mencerminkan

kenyataan hidup da dalam masyarakat. Dalam pengertian sumber

hukum ini, pembuatan Peraturan Perundang-Undangan harus pula

memperhatikan situasi sosial ekonomi, hubungan sosial, situasi dan

perkembangan politik.

3. Sumber Hukum Filosofis

Sumber hukum Filosofis memiliki dua arti yaitu sebagai sumber

untuk isi hukum yang adil. Kedua sebagai sumber untuk menaati

kewajiban terhadap hukum.

Telah disebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang

berkenaan dengan pemerintah atau administrasi negara. Hukum Administrasi

Negara memuat peraturan-peraturan yang dibuat oleh pembuat Undang-Undang

(wetgever) dan sebagian dibuat oleh administrasi negara sendiri. Dalam

pembuatan Peraturan Perundang-Undangan yang merupakan isi Hukum

Administrasi Negara, pembuat Undang-Undang dan administrasi negara dapat

mengambil bahan-bahan historis dari berbagai sistem hukum yang pernah ada

pada waktu dan tempat tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor sosial yang

hidup dan berkembang ditengah masyarakat dan mengisi Peraturan Perundang-

Undangan dengan nilai-nilai positif yang menjadi rechtsidee masyarakat.

a. Sumber Hukum Formil

Sumber hukum formil adalah sumber hukum yang berasal dari aturan-aturan

hukum yang sudah mempunyai bentuk sebagai pernyataan berlakunya hukum.

19

Sumber Hukum Administrasi Negara dari arti formil, terdiri dari:

1. Undang-Undang/ Peraturan Perundang-Undangan

Dalam kepustakaan hukum tidak semua peraturan dapat dikatagorikan

sebagai peraturan hukum. Suatu peraturan adalah peraturan hukum

bilamana peraturan itu mengikat setiap orang dan karena ketaatannya

dapat dipaksakan oleh hakim. Untuk mengetahui peraturan itu sebagai

peraturan hukum digunakan kriteria formil yaitu sumber dari

peraturan itu. Peraturan hukum ini dalam pengertian formil disebut

dengan Peraturan Perundang-Undangan. Berdasarkan penjelasan pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan

Tata Usaha Negara, peraturan perUndang-Undangan adalah semua

peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh

Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah baik ditingkat Pusat

maupun di tingkat Daerah, serta semua Keputusan Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara, baik ditingkat Pusat ataupun di tingkat Daerah,

yang juga mengikat umum. Pasal ini mengisyaratkan bahwa Peraturan

Perundang-Undangan terdiri dari dua macam yaitu Undang-Undang/

Peraturan Daerah dan Keputusan Pemerintah/ Permerintahan Daerah.

Dari dua jenis peraturan ini, Undang-Undang merupakan sumber

hukum yang paling penting dalam Hukum Administrasi Negara.

Berdasarkan Undang-Undang ini Pemerintah memperoleh wewenang

utama untuk melakukan tindakan hukum tertentu atau wewenang

untuk membuat Peraturan Perundang-Undangan tertentu. Wewenang

20

yang diberikan Undang-Undang/ Peraturan Daerah, Pemerintah

Pusat/Pemerintah Daerah dapat membentuk Keputusan Pemerintah/

Kepala Daerah (besluit van algemeen strekking), yang termasuk

sebagai Peraturan Perundang-Undangan (algemeen verbindende

voorschriften) dan dapat menjadi dasar bagi Pemerintah Pusat/

Pemerintah Daerah untuk mengeluarkan ketetapan (beschkking).29

2. Praktek Administrasi Negara

Konvensi yang menjadi sumber Hukum Administrasi Negara adalah

praktek dan keputusan-keputusan pejabat administrasi negara atau

hukum tidak tertulis tetapi dipraktekkan dalam kenyataan oleh pejabat

administrasi negara. Konvensi penting mengingat Hukum

Administrasi Negara senantiasa bergerak dan sering kali dituntut

perubahan oleh situasi.30 Undang-Undang dianggap sebagai sumber

yang paling penting tetapi memiliki kelemahan yaitu jangkauan yang

terbatas, oleh sebab itu administrasi negara dapat mengambil yang

dianggap penting dalam rangka pelayanan pada masyarakat walaupun

belum ada aturannya dalam Undang-Undang. Tindakan-tindakan ini

melahirkan praktek-praktek administrasi negara. 31

3. Yurisprudensi

Keputusan hakim bisa menjadi sumber hukum formil bagi hukum

administrasi negara. Keputusan hakim yang dapat menjadi sumber

29 Ridwan. HR, Op Cit, hlm. 60-63. 30 SF Marbun dan Moh. Mahmud MD, Op Cit, hlm. 35. 31 Ridwan. HR, Op Cit, hlm. 64.

21

Hukum Administrasi Negara adalah keputusan hakim administrasi

atau hakim umum yang memutus perkara administrasi negara.32

4. Doktrin

SF dan Moh. Mahfud MD dalam bukunya Ridwan HR berpendapat

bahwa doktrin dapat menjadi sumber hukum formil Hukum

Administrasi Negara sebab pendapat para ahli dapat

melahirkanteori-teori dalam lapangan Hukum Administrasi Negara

yang kemudian dapat mendorong timbulnya kaidah-kaidah Hukum

Administrasi.33

2.Pemerintah Daerah

a. Definisi pemerintah daerah

Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 Menentukan bahwa : “ Negara

Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik “. Pasal 4 ayat

(1) Menentukan : “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan

pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”.Pasal 18 ayat (1)

menentukan bahwa :

“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-

tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah

yang diatur dengan Undang-Undang”.

32 SF Marbun dan Moh. Mahfud MD, Op Cit, hlm. 36. 33 Ridwan. HR, Op Cit, hlm. 69.

22

Ketentuan pasal-pasal tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa konsep

pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan suatu konsep yang dianut secara

formal dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dengan rumusan lain

dapat disimpulkan bahwa terdapat pembagian kekuasaan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah.34

Pengertian pemerintah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial,

ekonomi dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya. Menurut

terminologinya, Pemerintah berarti penguasa suatu negara (bagian negara),

sedangkan pemerintahan berarti segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam

menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara. Perkataan

pemerintah meliputi sekurang-kurangnya tiga pengertian :

1. Pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang

berkuasa memerintah dalam arti kata luas. Jadi yang meliputi

badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pemerintah dalam

pengertian ini disebut overhead government atau authorities atau

penguasa

2. Pemerintah sebagai badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa

memerintah di wilayah suatu negara. Misalnya: Raja, Presiden,

dan lain-lain.

34 Muhammad Fauzan,Hukum Pemerinatahan Daerah kajian tentang Hubungan

keuangan antara pusat dan daerah, Yogyakarta:UII Press,2006,hlm 36

23

3. Pemerintah sebagai organ eksekutif, dalam arti Kepala Negara

bersama mentri-mentrinya.35

Pengertian daerah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

lingkungan pemerintah, wilayah. Menurut Pasal 1 angka (2) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana yang telah

diubah PERPU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian diubah

kembali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

yang dimaksud dengan Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut:

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi daerah dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Menurut Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana yang telah dirubah dengan PERPU Nomor 3

Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian diubah kembali dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dimaksud Pemerintah

Daerah adalah sebagai berikut :

35 Abu Daud Busroh, Asas-asas Hukum Tata Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm.114.

24

Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah Daerah.

Struktur Pemerintahan Daerah berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana yang telah

dirubah dengan PERPU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian

diubah kembali dengan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut:

a. Pemerintah daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah dan DPRD

provinsi.

b. Pemerintah daerah kabupaten /kota yang terdiri atas pemerintahan daerah

kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.

Pasal 126 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 yaitu

mengatur tentang Pemerintahan Daerah yang didalamnya mengatur tugas seorang

Camat diantaranya adalah :

(1). Kecamatan dibentuk di wilayah Kabupaten/Kota dengan Perda berpedoman

pada Peraturan Pemerintah.

(2) Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Camat yang

dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang

Bupati atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.

(3) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Camat juga

menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi:

25

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b.Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum;

c.Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-

undangan;

d.Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan

umum;

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di

tingkat Kecamatan;

f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup

tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan

desa atau kelurahan.

(4) Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota

atas usul sekretaris daerah Kabupaten/Kota dari pegawai negeri sipil yang

menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dan ayat (3) dibantu oleh perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab

kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.

(6) Perangkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bertanggung

jawab kepada Camat.

26

(7) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat

(4), ayat (5), dan ayat (6) ditetapkan dengan peraturan Bupati atau Walikota

dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan urusan pemerintahan

memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan pemerintahan daerah yang

lainya. Hubungan yang dimaksud meliputi hubungan wewenang, keuangan,

pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainya.

Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya lainya

dilaksanakan secara adil dan merata. Hubungan-hubungan tersebut dapat

menimbulkan hubungan administrasi dan hubungan antarsusunan kewilayahan.36

Hubungan administrasi adalah hubungan yang terjadi sebagai konsekuensi

kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang merupakan satu kesatuan

dalam penyelenggaraan administrasi Negara. Hubungan kewilayahan adalah

hubungan yang terjadi sebagai konsekuensi dibentuk dan disusunya daerah

otonom yang diselenggarakan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan demikian, wilayah daerah merupakan satu kesatuan wilayah Negara yang

utuh dan bulat.37

Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi

kewenangan, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan

menjadi urusan pemerintah. Urusan pemerintah ini adalah pemerintah yang

mutlak menjadi kewenanganya dan urusan bidang lainya yaitu bagian-bagian

36 Widjaja,HAW, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, Dalam Rangka Sosialisasi

UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 2005.hlm.154

37 Loc.cit

27

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah. Penyelenggaraan

urusan pemerintah merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan antara

pemerintahan daerah, provinsi, kabupaten, dan kota atau antar pemerintah daerah

yang saling terkait, tergantung dan sinergis sebagai suatu system pemerintahan.

Pendapat HAW Widjaja tentang antar pemerintahan adalah hubungan

antara provinsi dengan provinsi, Kabupaten/Kota atau provinsi dengan

Kabupaten/Kota. Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang pemerintahan

daerah yang berdasarkan criteria tersebut terdiri dari atas urusan wajib dan urusan

pilihan. Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan

hak dan pelayanan dasar warga Negara, antara lain perlindungan hal

konstitusional, perlindungan kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat,

ketentraman dan ketertiban umum dalam rangka menjaga keutuhan NKRI dan

pemenuhan komitmen nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan

konvensi internasional. Urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada di

daerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan kondisi kekhasan, dan potensi unggulan daerah.38

b. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pemerintah daerah merupakan sub sistem dari negara kesatuan Republik

Indonesia. Agar pelaksanaan tugas-tugas pemerintah daerah dapat terselenggara

dengan baik maka perlu diperhatikan azas-azas yang menjadi landasan dan

pedoman pengaturannya sesuai dengan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945

setelah amandemen dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

38 Ibid,hlm.164-165.

28

Pemerintahan Daerah. Menurut Muhamad Fauzan dalam bukunya yang berjudul

Hukum Pemerintahan Daerah Kajian tentang Hubungan Keuangan Antara Pusat

dan Daerah menjabarkan bahwa sistem, penyelenggaraan pemerintahan

didasarkan pada 3 (tiga) azas, yaitu:

a. Desentralisasi dan Dekonsentrasi

Pengertian desentralisasi menurut Pasal 1 angka (7) Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana yang telah

dirubah dengan PERPU Nomor 3 Tahun 2005 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian diubah kembali

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah adalah penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desentralisasi dimaksudkan untuk memperlancar terlaksananya

urusan pemerintahan agar tidak terjadi penumpukan kekuasaan

dan mampu menciptakan pelayanan masyarakat yang ekonomis,

efektif dan berkualitas. Dalam proses desentralisasi akan

dijumpai proses pembentukan daerah yang berhak mengatur dan

mengurus kepentingan daerahnya, disertai dengan pendelegasian

29

kewenangan-kewenangan atau kekuasaan atas pengelolaan

urusan atau kegiatan tertentu39

Menurut Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 sebagaimana yang telah dirubah dengan PERPU Nomor 3

Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian

diubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dekonsentrasi adalah

Pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada

Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi

vertikal di wilayah tertentu. Pada hakekatnya dekonsentrasi

sama dengan desentralisasi, yang membedakan adalah karakter

atau sifat mekanisme pelaksanaanya. Pada desentralisasi,

pemencaran kekuasaan terletak pada bidang kenegaraan,

sedangkan dekonsentrasi pemencaran kekuasaan dibidang

kepegawaian atau administrasi. Pemegang kekuasaan dan

wewenang dalam dekonsentrasi masih ada pada pemerintah

pusat, hal tersebut dikarenakan konsep dekonsentrasi adalah

pelimpahan kekuasaan, berbeda dengan konsep desentralisasi

yang berupa penyerahan wewenang. Jadi urusan pemerintahan

39 Muhammad Fauzan, Op. Cit.hlm 45

30

yang dipencarkan dalam dekonsentrasi masih menjadi

kewenangan dan kekuasaan pemerintah pusat.

b. Azas Otonomi

Otonomi bukanlah suatu proses pemerdekaan daerah yang

dalam arti kemerdekaan (kedaulatan yang terpisah), atau

otonomi tidak dapat diartikan sebagai adanya kebebasan

penuh secara absolut dari suatu daerah karena otonomi adalah

suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada daerah

untuk bisa berkembang sesuai dengan potensi daerah yang

dimiliki. Dengan otonomi harus bermakna sebagai jalan untuk

mengoptimalisasi segala potensi lokal, baik alam, lingkungan

maupun kebudayaan. Optimalisasi bukanlah eksploitasi,

melainkan sebuah proses yang memungkinkan daerah bisa

mengembangkan diri, dan mengubah kehidupan massyarakat

daerah menjadi lebih baik.

c. Azas Tugas Pembantuan

Pengertian tugas pembantuan menurut Pasal 1 angka (9)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana yang telah dirubah dengan PERPU

Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang

kemudian diubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

31

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah

penugasan dari pemerintah kepada daerah dan atau desa dari

pemerintah provinsi kepada Kabupaten/Kota atau Desa dari

pemerintah Kabupaten/Kota kepada desa untuk melaksanakan

tugas tertentu.

Hakikat dari urusan yang dilaksanakan dalam konsep tugas pembantuan

menajdi urusan pemerintahan yang menugaskan dan daerah yang melaksanakan

tugas bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya saja. Pemerintah daerah

menggunakan azas otonomi dan tugas pembantuan dalam penyelenggaraan

pemeritahan daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, yaitu:

“Pemerintah daerah propinsi, daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus

sendiri pemerintahan menurut azas otonomi dan tugas pembantuan”. Pemberian

otonomi yang luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan

peran serta masyarakat. Daerah diharapkan mampu untuk meningkatkan daya

saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan, dan kekhususan, serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengelompokan asaz-azas penyelenggaraan pemerintahan tersebut

menimbulkan perbedaan menurut beberapa peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang pemerintahan daerah. Bagir Manan berpendapat bahwa

desentralisasi dan dekonsentrasi bukan azas melainkan suatu proses.40

40 Muhammad Fauzan,Ibid, Hal. 39.

32

c.Otonomi Daerah

Otonomi berasal dari bahasa Yunani “outonomos/outonomia” yang

berarti keputusan sendiri (self ruling), secara terperinci otonomi dapat

mengandung beberapa pengertian sebagai berikut :

a. Otonomi adalah suatu kondisi atau ciri untuk tidak dikontrol

oleh pihak lain ataupun kekuasaan luar.

b. Otonomi adalah bentuk pemerintahan sendiri (self government)

yaitu hak untuk memerintah atau menentukan nasib sendiri (the

right of self government; self determation).

c. Pemerintah sendiri yang dihormati, diakui dijamin tidak ada

kontrol oleh pihak lain terhadap fungsi daerah (local internal

affairs) atau terhadap minoritas suatu bangsa.

d. Pemerintahan otonomi memiliki pendapatan yang cukup untuk

menentukan nasibnya sendiri, memenuhi kesejahteraan hidup

maupun mencapai tujuan hidup secara adil (self determation,

self sufficiency, self relience).

e. Pemerintahan otonomi memiliki supremasi/dominasi

kekuasaan (supremacy ofauthority) atau hukum (rule) yang

dilaksanankan sepenuhnya oleh pemegang kekuasaan di

daerah.41

Pemerintah pusat berwenang menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada

daerah berdasarkan hak otonomi. Dalam tataran teoritis dikenal dengan adanya

41 Sidik Jatmika, Otonomi Daerah Prespektif Hubungan Internasional, Bigraf Publishing,

Yogyakarta, 2001, hlm. 1.

33

pembagian kekuasaan secara horisontal dan vertikal. Pembagian kekuasaan secara

horisontal yaitu suatu pembagian kekuasaan yang kekuasaan didalam suatu negara

dibagi dan diserahkan kepada tiga badan, tiga badan tersebut mempunyai

kedudukan sejajar yakni kekuasaan eksekutif yang diserahkan kepada pemerintah,

kekuasaan legislatif kepada parlemen, dan kekuasaan yudikatif kepada badan

peradilan. Sedangkan pembagian kekuasaan secara vertikal, yaitu suatu

pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dengan suatu pemerintah lainnya

yang lebih rendah.42

Beberapa sebab dianutnya pembagian kekuasaan secara vertikal

diantaranya adalah :

a. Kemampuan pemerintah berikut perangkatnya yang ada di

daerah terbatas;

b. Wilayah negara sangat luas ;

c. Pemerintah tidak mungkin mengetahui seluruh dan segala

macam kepentingan dan kebutuhan rakyat yang tersebar

diseluruh pelosok negara;

d. Hanya rakyat setempatlah yang mengetahui kebutuhan

kepentingan dan masalah yang dihadapi dan hanya mereka

yang mengetahui bagaimana cara yang sebaik-baiknya untuk

memenuhi kebutuhan tersebut;

e. Dilihat dari segi hukum, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18

menjamin adanya daerah dan wilayah;

42 Muhamad Fauzan, Op.cit, hlm. 35-36.

34

f. Adanya sejumlah urusan pemerintahan yang bersifat

kedaerahan yang memang lebih berdaya guna jika

dilaksanankan di daerah;

g. Daerah mempunyai kemampuan dan perangkat yang cukup

memadai untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya,

maka desentralisasi dilaksanakan dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah.43

Otonomi daerah dalam Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana yang telah dirubah

dengan PERPU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian diubah

kembali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Daerah Otonom juga dijelaskan dalam Pasal 1 angka (6) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana yang telah

dirubah dengan PERPU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian

dirubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

43http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.Sunarso,M.Si./BukuPSP

Daerah.pdf.diakses pada tanggal 15/01/2013

35

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, yaitu :

Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam kepustakaan terdapat beberapa jenis otonomi, yaitu:

(1) Otonomi materiil, (2) otonomi formal, (3) otonomi riil:

- Otonomi materiil mengandung arti bahwa urusan yang diserahkan

menjadi urusan rumah tangga diperinci secara tegas, pasti dan diberi

batas-batas (limitative), “zakelijk”. Dalam praktiknya penyerahan ini

dilakukan dalam UU pembentukan Daerah yang bersangkutan.

- Otonomi formal adalah sebaliknya, urusan yang diserahkan tidak dibatasi

dan tidak “zakelijk”. Daerah mempunyai kebebasan untuk mengatur dan

mengurus segala sesuatu yang menurut pandangannya adalah

kepentingan daerah, untuk kemajuan dan perkembangan daerah.

Batasnya ialah, bahwa daerah tidak boleh mengatur urusan yang telah

diatur oleh undang-undang atau peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.

Selain daripada itu, pengaturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan

kepentingan umum.

Otonomi riil merupakan kombinasi atau campuran otonomi

materiil dan otonomi formal. Di dalam undang-undang pembentukan

daerah, pemerintahan pusat menentukan urusan-urusan yang menjadi

36

pangkal untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Penyerahan

ini merupakan otonomi materiil. Kemudian setiap waktu daerah dapat

meminta tambahan urusan rumah tangganya sesuai dengan kesanggupan

dan kemampuan daerah. Penambahan urusan pemerintahan kepada daerah

dilakukan dengan UU penyerahan masing-masing urusan.44

a) Asas tugas pembantuan

Istilah medebewind sebagai terjemahan dari tugas pembantuan untuk pertama

kali diperkenalkan oleh Van Vollenhoven. Secara etimologis tugas pembantuan

merupakan terjemahan dari bahasa belanda medebewind yang berasal dari kata

mede=serta, turut dan bewind= berkuasa atau memerintah. Medebewind

merupakan pelaksanaan peraturan yang disusun oleh perlengkapan yang lebih

tinggi, oleh yang lebih rendah. Kedudukan pemerintah daerah yang berkaitan

dengan tugas pembantuan adalah membantu (medewerken), menunjukan salah

satu sifat bahkan hakikat hubungan antara pusat dan daerah. Meskipun bersifat

“membantu” dan tidak dalam hubungan atasan bawahan, daerah tidak

mempunyai hak menolak. Hubungan dalam tugas pembantuan timbul oleh atau

berdasarkan ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan. Pada

dasarnya tugas pembantuan adalah pembantuan melaksanakan peraturan

perundang-undangan tingkat yang lebih tinggi. (de uit voering van hogere

regelingen). Daerah terikat melaksanakan peraturan perundang-undangan

termasuk yang diperintahkan atau diminta (vorderen) dalam rangka tugas

pembantuan.

44 Muhamad Fauzan, Op.cit, hlm.68

37

Pengertian tugas pembantuan terdapat dalam pasal 1 angka 9 UU No.32

Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa:

“tugas pembantuan adalah unsur penugasan dari pemerintah kepada daerah

dan/atau desa dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta

dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Berdasarkan pasal tersebut maka yang terpenting dalam tugas pembantuan

adalah unsur pertanggung jawaban yang diemban oleh satuan pemerintahan yang

“membantu”. Pertanggung jawaban disini hanya berkaitan dengan pelaksanaannya

saja sedangkan klausul “ dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung

jawabkan kepada yang menugaskan” dalam pasal tersebut mengandung arti

bahwa hakikat urusan tersebut tetap merupakan urusan pemerintah yang

menugaskan.

Latar belakang perlunya asas tugas pembantuan dipergunakan dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah, yaitu:

1. Keterbatasan kemampuan pemerintah pusat atau daerah dalam hal

berhubungan dengan perangkat atau sumber daya manusia maupaun biaya.

2. Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang lebih baik dalam

penyelenggaraan pemeritahan.

3. Sifat urusan yang dilaksanakan.

38

3.Teori Kewenangan

a. Definisi Kewenangan

Kewenangan berasal dari kata dasar “wewenang” yang dalam bahasa

hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan

hak untuk berbuat atau tidak berbuat atau kekuasaan adalah kemampuan untuk

melaksanakan kehendak. Dalam hukum, wewenang sekaligus hak dan kewajiban.

Dalam kaitanya dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan

untuk mengatur sendiri dan mengelola sendiri, sedangkan kewajiban mempunyai

dua pengertian yakni horizontal dan vertikal. Secara horizontal berarti kekuasaan

untuk menyelenggarakan pemerintahan mestinya dan wewenang dalam pengertian

vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam suatu tertib

ikatan pemerintahan Negara secara keseluruhan.45

Perlu membedakan antara kewenangan (authority, gezag) dan wewenang

(competence, bevoegdheid), walaupun dalam praktik pembedaanya tidak selalu

dirasakan perlu. ”Kewenangan” adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”,

kekuasaan yang berasal dari kekuasaan Legislatif (diberi oleh Undang-undang)

atau dari Kekuasaan Eksekutif Administratif. Kewenangan (yang biasanya terdiri

atas beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang

tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang

urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu

onderdil tertentu saja. ”Kewenangan” di bidang kehakiman atau kekuasaan

mengadili sebaiknya kita sebut kompetensi atau yurisdiksi saja.

45Muhammad Fauzan, Ibid.hlm 79-80

39

Di dalam kewenangan tedapat wewenang-wewenang (rechts

bevoegdheden). Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak

hukum public misalnya wewenang menandatangani/menerbitkan surat-surat izin

dari seorang pejabat atas nama Menteri, sedangkan kewenangan tetap berada di

tangan Menteri (delegasi wewenang)46

Mengenai wewenang itu, H.D Stout mengatakan bahwa; “Bevoegdheid is

een begrip uit het bestuurlijke organisatierecht,wat kan worden omschreven als

het geheel van regels dat betrekking heft op de verkrijging en uitoefening van

bestuursrectelijke bevoegdheden door publiekrechtelijke rechtssubjecten in het

bestuursrechtelijke rechtsverkeer (Wewenang merupakan pengertian yang berasal

dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan

aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang

pemerintahan oleh subjek hukum public di dalam hubungan publik). Menurut

F.P.C.L.Tonnaer, “Overheidsbevoegdheid wordt in dit verband opgevat als het

vermogen om positief recht vast te stellen en aldus rechtsbetrekkingen tussen

burgers onderling en tussen overhead en te scheppen” (Kewenangan pemerintah

dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif

dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan

warga Negara).47

Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata

Negara dan hukum administrasi Negara. Begitu pentingnya kedudukan

kewenangan ini sehingga F.A.M.Stroink dan J.G.Steeenbeek menyebutnya

46Prajudi Atmosudirjo,Op Cit,hlm.78 47 Ridwan HR.Op Cit.hlm.101

40

sebagai konsep inti dalam hukum tata Negara dan hukum administrasi, “Het

begrip bevoegdheid is dan ook een kernbegrip in het staats-en administratief

recht”. Kewenagan yang didalamnya terkandung hak dan kewajiban,menurut

P.Nicolai adalah sebagai berikut:

“Kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu yaitu tindakan-

tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum, dan mencakup

mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum. Hak berisi kebebasan untuk

melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk

melakukan tindakan tertentu,sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk

melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu”48.

Dalam negara hukum, wewenang pemerintahan itu berasal dari peraturan

perundang-undangan yang berlaku R.J.H.M Huisman menyatakan pendapat

berikut ini :

“Organ pemerintahan tidak dapat menganggap bahwa ia memiliki sendiri

wewenang pemerintahan. Kewenangan hanya diberikan oleh undang-undang.

Pembuat undang-undang dapat memberikan wewenang pemerintahan tidak hanya

kepada organ pemerintahan, tetapi juga terhadap para pegawai (misalnya

inspektur pajak, inspektur lingkungan, dan sebagainya) atau terhadap badan

khusus (seperti dewan pemilihan umum,pengadilan khusus untuk perkara sewa

tanah) atau bahkan terhadap badan hukum privat”49

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata wewenang memiliki

arti:

48Ibid,hlm.102 49 Ibid,hlm 103

41

Mempunyai (mendapat) hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.50

Kewenangan memiliki arti:

a. Hal wenang

b. Hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu.51

Kekuasaan dalam KBBI memiliki arti:

a. Kuasa (untuk mengurus,memerintah,dan sebagainya)

b. Kemampuan,kesanggupan

c. Daerah (tempat dsb) yang dikuasai

d. Kemampuan orang atau golongan, untuk menguasai orang atau golongan

lain berdasarkan kewibaan, wewenang, karisma, atau kekuatan fisik.52

b . J e n i s - j e n i s k e w e n a n g a n

Setiap perbuatan pemerintahan harus bertumpu pada suatu kewenangan

yang sah t a np a d i s e r t a i ke w e na n ga n ya n g sa h , s e o r a n g p e j a b a t

a t u p u n l e m b a ga t i d a k d ap a t melaksanakan suatu perbuatan

pemerintahan o leh karena itu, kewenangan yang sah merupakan atribut

bagi setiap pejabat ataupun lembaga. Be rd a sa r ka n su m b e r n ya ,

w e w e na n g d i b e d a ka n m e n j a d i d u a ya i t u w e w e na ng personal dan

wewenang ofisial. Wewenang personal yaitu wewenang yang

bersumber p ad a i n t e l e ge ns i , p e nga l a m a n , n i l a i a t a u n o r m a ,

d a n ke sa n g gu p a n u n t u k m e m i m p i n . sedangkan wewenang ofisial

50 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Cetakan kedua, Balai Pustaka,Jakarta,1989,hlm.1010.

51 Loc Cit 52 Ibid,hlm 468

42

merupakan wewenang resmi yang diterima dari wewenang yang berada di

atasnya.53

c.Sumber dan Cara memperoleh wewenang pemerintahan

Seiring dengan pilar utama Negara hukum,yaitu asas legalitas

(legaliteitsbeginsel atau het beginsel van wetmatigheid van bestuur), berdasarkan

prinsip ini tersirat bahwa wewenang pemerintahan berasal dari peraturan

perundang-undangan,artinya sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan

perundang-undangan. Secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan

perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi

dan mandate. Indroharto mengatakan bahwa pada atribusi terjadi pemberian

wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan. Di sini dilahirkan atau diciptakan suatu wewenang baru.

Lebih lanjut disebutkan bahwa legislator yang kompeten untuk memberikan

atribusi wewenang pemerintahan itu dibedakan antara:

a. Berkedudukan sebagai original legislator, di Negara kita ditingkat pusat

adalah MPR sebagai pembentuk konstitusi dan DPR bersama-sama

pemerintah sebagai yang melahirkan suatu undang-undang dan di tingkat

daerah adalah DPRD dan pemda yang melahirkan peraturan daerah;

b. Bertindak sebagai delegated legislator; seperti presiden yang berdasar

pada suatu ketentuan undang-undang mengeluarkan peraturan pemerintah

53 http://www.scribd.com/doc/43230805/Teori-Kewenangan.diakses pada tanggal

25/11/12

43

dimana diciptakan wewenang-wewenang pemerintahan kepada badan atau

jabatan tata usaha negara tertentu54.

Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh

badan atau jabatan tata usaha negara yang telah memperoleh wewenang

pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan tata usaha negara

lainya.Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya suatu atribusi

wewenang.Mengenai atribusi, delegasi, dan mandat ini, H.D.van Wijk/Willem

Konijnenbelt mendefinisikan sebagai berikut:

a. Atrributie:toekenning van een bestuursbevoegheid door een wetgever aan

eenbestuursorgaan (atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan

oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan);

b. Delegatie: overdracht van een bevoegheid van het ene bestuursorgaan aan

een ander (delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu

organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainya);

c. Mandaat: een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namens hem uitoefenen

door een ander (mandate terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan

kewenanganya dijalankan oleh organ lain atas namanya)55

Berbeda dengan Van Wijk, F.A.M.Stroink dan J.G Steenbeek menyebutkan

bahwa hanya ada dua cara organ pemerintahan memperoleh wewenang yaitu

atribusi dan delegasi, Er bestaan slechts twee wijzen waarop een organ aan een

bevoegdheid kan komen,namelijk attributie en delegatie”. Mengenai atribusi dan

delegasi disebutkan bahwa, ”Bij attributie gaat het om het overdragen van een

54Ridwan HR.Op Cit,hlm.104 55 Ridwan HR.Ibid.hlm.104-105.

44

reeds bestaande bevoegdheid (door het organ dat die bevoegdheid

geattributueerd heft gekregen,aan een ander organ;aan delegatie gaat dus altijd

logischewijs vooraf) “Atribusi berkenaan dengan penyerahan wewenang baru,

sedangkan delegasi menyangkut pelimpahan wewenang yang telah ada (oleh

organ yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada organ lain;jadi

delegasi secara logis selalu didahului oleh atribusi). Dalam hal mandate

dikemukakan sebagai berikut:

“Pada mandat tidak dibicarakan penyerahan-penyerahan wewenang, tidak pula

pelimpahan wewenang. Dalam hal mandate tidak terjadi perubahan wewenang

apapun (setidak-tidaknya dalam arti yuridis formal) yang ada hanya hubungan

internal,sebagai contoh Menteri dengan pegawai,menteri mempunyai kewenangan

dan melimpahkan kepada pegawai untuk mengambil keputusan tertentu atas nama

Menteri,sementara secara yurisdis wewenang dan tanggung jawab tetap berada

pada organ kementerian. Pegawai memutuskan secara faktual, menteri secara

yuridis)56.

Pengertian atribusi dan delegasi berdasarakan Algemene bepalingen van

Administratief Recht adalah sebagai berikut. ”Van atrributie van bevoegdheid kan

worden gesproken wanner de wet (in materiele zin) een bepaaldebevoegdheid aan

een bepaald organ toekent”. (Atribusi wewenang dikemukakan bila undang-

undang(dalam arti material) menyerahkan wewenang tertentu kepada organ

tertentu). Dalam hal delegasi disebutkan,”…Te verstaande overdracht van die

bevoegdheid door het bestuursorgaan waaraandeze is gegeven,aan een ander

56 Ridwan HR.Ibid.hlm.106

45

organ, dat de overgedragen bevoegdheid alseigen bevoegdheid zal uitofenen

(..berarti pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan yang telah diberi

wewenang, kepada organ lainya, yang akan melaksanakan wewenang yang telah

dilimpahkan itu sebagai wewenangnya sendiri). Di dalam Algemene Wet

Bestuursrecht (Awb), mandat berarti, ”Het door een bestuursorganen aan een

ander verlenen van de bevoegdheid in zijn naam besluiten te nemen, yaitu

(pembnerian wewenang oleh organ pemerintahan kepada organ lainya untuk

mengambil keputusan atas namanya), sedangkan delegasi diartikan sebagai,”Het

overdragen door een bestuursorgaan van zijn bevoegdheid tot het nemen van

besluiten aan een ander die deze onder eigen verantwoordelijkheid uitoefent”

(Pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan kepada organ lain untuk

mengambil keputusan dengan tanggungjawab sendiri).Artinya dalam penyerahan

wewenang melalui delegasi ini, pemberi wewenang telah lepas dari

tanggungjawab hukum atau dari tuntutan pihak ketiga jika dalam penggunaan

wewenang itu menimbulkan kerugian pada pihak lain57.

Dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi ini

terdapat syarat-syarat sebagai berikut.

1. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat lagi

menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu.

2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,

artinya delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam

peraturan perundang-undangan.

57 Ridwan HR.Ibid.hlm.106-107.

46

3. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki

kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi.

4. Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegans

berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang

tersebut.

5. Peraturan kebijakan (beleidregel), artinya delegans memberikan instruksi

(petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.

Dalam kajian Hukum Administrasi Negara, mengetahui sumber dan cara

memperoleh wewenang organ pemerintahan ini penting, karena berkenaan dengan

pertanggungjawaban hukum (rechtelijke verantwording) dalam penggunaan

wewenang tersebut, seiring dengan salah satu prinsip negara hukum;geen

bevoegdheid zonder verantwoordelijkheid atau there is no authority without

responsibility” (tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban). Di dalam

setiap pemberian kewenangan kepada pejabat pemerintahan tertentu tersirat

pertanggungjawaban dari pejabat yang bersangkutan58

Berdasarkan keterangan tersebut diatas, tampak bahwa wewenang yang

diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari peraturan perundang-

undangan. Dengan kata lain organ pemerintahan memperoleh kewenangan secara

langsung dari redaksi pasal tertentu dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Dalam hal atribusi penerima wewenang dapat menciptakan wewenang baru atau

memperluas wewenang yang sudah ada dengan tanggung jawab intern dan ekstern

pelaksanaan wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada penerima

58Ridwan HR,Ibid,hlm.108

47

wewenang (atributaris) pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang, namun

hanya ada pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu ke pejabat yang lainya.

Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi (delegans), tetapi

beralih kepada penerima delegasi (delegataris). Sementara itu, pada mandat,

penerima mandat (mandataris) hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi

mandat (mandans), tanggung jawab akhir keputusan yang diambil mandataris

tetap berada pada mandans. Hal ini karena pada dasarnya, penerima pihak ini

bukan pihak lain dari pemberi mandat. Untuk memperjelas perbedaan antara

delegasi dan mandat dapat dilihat pada gambar dibawah ini .

Perbedaan antara Delegasi dan Mandat

No. Delegasi No. Mandat

1.

2.

3

4.

Overdracht van bevoegdheid;

(pelimpahan wewenang);

Bevoegdheid kan door het

oorspronkelijk bevoegde organ niet

incidenteel uitgoefend worden;

(kewenangan tidak dapat dijalankan

secara insidental oleh organ yang

memiliki wewenang asli)

Overgang van verantwoordelijkheid;

(terjadi peralihan tanggung jawab)

Wetelijke basist vereist; (harus

berdasarkan UU);

1.

2.

3.

4

Opdracht tot uitvoering;

(perintah untuk melaksanakan)

Bevoegdheid kan door mandaat gever

nog incidenteel uitgeofend

worden;(kewenangan dapat sewaktu-

waktu dilaksanakan oleh mandans);

Behooud van verantwoordelijkheid;

(tidak terjadi peralihan tanggung jawab)

Geen wetelijke basis vereist;

(Tidak harus berdasarkan UU);

48

5. Moet schriftelijke; (Harus tertulis); 5. Kan schriftelijk,ma gook mondeling;

(Dapat tertulis,dapat pula secara

lisan);59

Philipus.M Hadjon membuat perbedaan antara delegasi dan mandat sebagai

berikut:

Mandat Delegasi

a. Prosedur pelimpahan

b. Tanggung jawab dan tanggung gugat

c. Kemungkinan si Pemberi menggunakan wewenang itu lagi

Dalam hubungan rutin atasan-

bawahan: hal biasa kecuali

dilarang secara tegas

Tetap pada pemberi mandate

Setiap saat dapat

menggunakan sendiri

wewenang yang dilimpahkan

itu

Dari suatu organ pemerintahan

kepada organ lain: dengan

peraturan perundang-undangan.

Tanggung jawab dan tanggung

gugat beralih kepada delegataris

Tidak dapat menggunakan

wewenang itu lagi kecuali setelah

ada pencabutan dengan berpegang

pada asas “contraries actus”

Dalam kepustakaan terdapat pembagian mengenai sifat wewenang

pemerintahan, yaitu yang bersifat terikat, fakultatif dan bebas, terutama dalam

kaitanya dengan kewenangan pembuatan dan penerbitan keputusan-keputusan

(Besluiten) dan ketetapan-ketetapan (beschikkingen) oleh organ pemerintahan

59 Ridwan HR,Ibid,hlm.109

49

sehingga dikenal ada keputusan atau ketetapan yang bersifat terikat dan bebas.

Indroharto mengatakan sebagai berikut:

1. Wewenang pemerintahan yang bersifat terikat,yakni terjadi apabila

peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang

bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan

dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dari keputusan yang

harus diambil. Dengan kata lain, terjadi apabila peraturan dasar yang

menentukan isi dari keputusan yang harus diambil secara terperinci,

maka wewenang pemerintahan semacam itu merupakan wewenang

yang terikat.

2. Wewenang fakultatif terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usaha

Negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau

sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat

dilakukan dalam hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu sebagaimana

ditentukan dalam peraturan dasarnya.

3. Wewenang bebas, yakni terjadi ketika peratuan dasarnya member

kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara untuk

menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan

dikeluarkanya atau peraturan dasarnya memberika ruang lingkup

kebebasan kepada pejabat tata usaha negara yang bersangkutan.

Philipus M.Hadjon, dengan mengutip pendapat Spelt dan Ten Berge,

membagi kewenangan bebas dalam dua kategori, yaitu kebebasan

kebijaksanaan (beleidsvrijheid) dan kebebasan penilaian

50

(beoordelingsvrijheid). Ada kebebasan kebijaksanaan (wewenang

diskresi dalam arti sempit) bila peraturan perundang-undangan

memberikan wewenang tertentu kepada organ pemerintahan,

sedangkan organ tersebut bebas untuk (tidak) menggunakanya

meskipun syarat-syarat bagi penggunaanya secara sah dipenuhi.

Adapun kebebasan penilaian (wewenang diskresi dalam arti yang tidak

sesungguhnya) ada apabila sejauh menurut hukum diserahkan kepada

organ pemerintahan untuk menilai secara mandiri dan eksklusif apakah

syarat-syarat bagi pelaksanaan suatu wewenang secara sah telah

dipenuhi. Berdasarkan pengertian ini Philipus M.Hadjon

menyimpulkan adanya dua jenis kekuasaan bebas atau kekuasaan

diskresi yaitu (1) kewenangan untuk memutus secara

mandiri;(2),kewenangan interpretasi terhadap norma-norma tersamar

(vege norm)60

Meskipun kepada pemerintah diberikan kewenangan bebas, dalam suatu negara

hukum pada dasarnya tidak terdapat kebebasan dalam arti yang seluas-luasnya

atau kebebasan tanpa batas sebab dalam suatu negara hukum; “Zowel de

bevoegdheidstoekenning, al de aard en de omvang van de bevoegdheid als de

bevoegdheidsuitoefening zijn aan juridische grenzen onderworpen. Inzake

bevoegdheidstoekenning en het tegendeel daarvan, bestaan juridisch geschreven

en ongeschreven regels” (Baik penyerahan wewenang, sifat dan isi wewenang,

maupun pelaksanaan wewenang tunduk pada batasan-batasan yuridis. Mengenai

60 Ridwan HR,Ibid,hlm 110-112

51

penyerahan wewenang dan sebaliknya, terdapat aturan-aturan hukum tertulis dan

tidak tertulis). Di samping itu dalam Negara hukum juga dianut prinsip bahwa

setiap penggunaan kewenangan pemerintahan harus disertai dengan

pertanggungjawaban hukum. Terlepas dari bagaimana wewenang itu diperoleh

dan apa isi dan sifat wewenang serta bagaimana mempertanggungjawabkan

wewenang tersebut, yang pasti bahwa wewenang merupakan factor penting dalam

hubunganya dengan masalah pemerintahan, karena berdasarkan pada wewenang

inilah pemerintah atau administrasi negara dapat melakukan berbagai tindakan

hukum dibidang publik (publiekrechtschandeling)61

4. Definisi Penegakan

Penegakan ialah proses, cara, perbuatan menegakan62. Dalam hal ini

penegakan dikaitkan dengan penegakan hukum. Penegakan hukum adalah proses

pemungsian norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau

hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara63.

5. Kecamatan

Pasal 77 undang-undang Nomor 5 tahun 1974 mengatakan bahwa kepala wilayah:

a. Propinsi dan ibukota negara disebut Gubernur;

b. Kabupaten disebut Bupati;

c. Kotamadya disebut Walikotamadya;

d. Kota administratif disebut Walikota;

61 Ridwan HR,Ibid,hlm 112. 62http://www.artikata.com/arti-380786-penegakan.html.diakses pada tanggal 25/01/2013 63 http://sasmitasmansa.wordpress.com/2011/12/07/pengertian-penegakan-hukum/ diakses

pada tanggal 25/01/2013

52

e. Kecamatan disebut Camat.

Pasal 81 undang-undang Nomor 5 tahun 1974 bahwa Camat merupakan

kepala wilayah dari Kecamatan, dimana kepala wilayah sebagai wakil pemerintah

adalah penguasa tunggal dibidang pemerintahan dalam wilayahnya dalam artian

memimpin pemerintahan, mengkoordinasikan pembangunan masyarakat di segala

bidang. Wewenang dan tugas camat sebagai kepala wilayah Kecamatan adalah

sama dengan wewenang kepala wilayah lainya seperti Bupati, Walikota,

Gubernur, Walikota. Tugas dan wewenang Camat selaku kepala wilayah dari

Kecamatan adalah:

a. Membina ketenteraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan

kebijaksanaan ketenteraman dan ketertiban yang ditetapkan oleh

Pemerintah;

b. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang pembinaan ideologi,

Negara dan politik dalam negeri serta pembinaan kesatuan Bangsa sesuai

dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah;

c. Menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan-kegiatan Instansi-instansi

Vertikal dan antara Instansi-instansi Vertikal dengan Dinas-Dinas Daerah,

baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan untuk mencapai daya

guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya;

d. membimbing dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan Daerah;

e. Mengusahakan secara terus menerus agar segala peraturan perundang-

undangan dan Peraturan Daerah dijalankan oleh Instansi-instansi

Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta pejabat-pejabat yang ditugaskan

53

untuk itu serta mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk

menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintah;

f. Melaksanakan segala tugas pemerintahan yang dengan atau berdasarkan

peraturan perundang-undangan diberikan kepadanya;

g. Melaksanakan segala tugas pemerintah yang tidak termasuk dalam tugas

sesuatu Instansi lainnya.

Kewenangan yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1974 diatas, jelas terlihat bahwa camat selaku kepala wilayah, wakil pemerintah

pusat dan pemimpin tunggal diwilayahnya. Selain itu kecamatan juga dapat

mengambil tindakan yang digunakan untuk kelancaran pemerintahan, sehingga

terlihat bahwa Camat memiliki kedudukan yang kuat.

Pada era Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 dijelaskan bahwa camat posisinya tidak lagi sebagai kepala

wilayah melainkan perangkat daerah dimana dalam UU No.32 Tahun 2004 pasal

120, dijelaskan bahwa perangkat daerah Kabupaten dan Kota terdiri dari

secretariat daerah, secretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah,

Kecamatan dan Kelurahan,, jadi posisi Camat secara hukum sama dengan posisi

kepala dinas dan Camat merupakan perpanjang tanganan dari Bupati. Lebih lanjut

tugas dan wewenang camat di ungkapkan dalam pasal 126 ayat (2) Camat yang

dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati

atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Pasal 126 ayat

(3) Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Meliputi:

54

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan kegiatan masyarakat.

b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

umum.

c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-

undangan.

d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan pelayanan fasilitas

umum.

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat

kecamatan.

f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan.

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup

tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau

kelurahan.

2.1 Wewenang , Tugas, dan Kewajiban Camat

Wewenang, tugas dan kewajiban camat dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Tugas Hukum

Tugas hukum adalah tugas menurut hukum yaitu wewenang, tugas dan

kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

Tugas ini merupakan tugas yang utama karena wajib dilaksanakan

sebaik-baiknya. Melalaikan tugas tersebut, Camat dapat dihukum.

b. Tugas Departemen

Tugas ini adalah menurut Departemen dalam negeri. Tugas pokok

Camat dalam pembangunan adalah bidang pemerintahan, keamanan

55

dan ketertiban wilayah, politik, ekonomi, social budaya, pembangunan

masyarakat desa, keagrariaan, administrasi serta perhatian khusus.

c. Tugas Daerah

Urusan yang diserahkan kepada daerah adalah urusan-urusan yang

menjadi urusan rumah tangga dan tanggung jawab daerah adanya

urursan daerah mengharuskan adanya pelaksanaan urusan yang terdiri

dari pegawai daerah yang diangkat dan diberhentikan serta digaji oleh

daerah. Urusan daerah dilaksanakan oleh suatu daerah administratif.

Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dalam usaha

penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai perangkat pemerintah

atas dasar dekosentrasi. Batas daerah administrative adalah sama

dengan batas wilayah. Urusan pemerintahan yang telah dilimpahkan

kepada daerah berdasarkan desentralisasi, pada tingkat kecamatan

kembali dilaksanakan oleh perangkat pemerintahan yang ada di daerah,

yaitu Camat. Berarti camat menyelenggarakan urusan pemerintahan

yang tidak dilimpahkan maupun yang sudah dilimpahkan kepada

daerah.

d. Tugas Sosial.

Tugas sosial ini mencakup semua tugas yang tidak termasuk tugas

pemerintahan (governmental). Tugas sosial ini merupakan unsure

pembantu untuk suksesnya Camat diwilayah dan membantu dalam

kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, wewenang, tugas, dan

kewajiban Camat meliputi seluruh urusan pemerintahan, urusan umum

56

maupun urusan daerah, dalam ruang lingkup Kecamatan ditambah

dengan tugas-tugas yang bukan termasuk pemerintahan (non

governmental). Semua tugas mempunyai sasaran yang sama, yaitu

meningkatkan taraf hidup masyarakat untuk mencapai masyarakat adil

dan makmur berdasarkan pancasila. Camat harus dinamis, kreatif dan

bekerja sesuai dengan prinsip manajemen dan camat harus terus

berusaha mencapai tujuan diatas dengan membuat rencana yang dapat

dilaksanakan (uitvoerboar). Kegiatan dan hasil yang dicapai Camat

inilah yang menjadi salah satu ukuran tentang sukses atau gagalnya

camat dalam melaksanakan wewenang, tugas, dan kewajibanya64

Peraturan Bupati Cirebon Nomor 18 Tahun 2010 Tentang pelimpahan

sebagian kewenangan pemerintahan dari bupati kepada Camat dikatakan bahwa

dalam BAB I Ketentuan umum pasal 1 angka 13 bahwa wewenang Camat adalah

hak dan kewajiban Camat yang merupakan pelimpahan sebagian kewenangan

pemerintahan dari Bupati untuk menentukan kebijakan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan. Angka 14 mengatakan bahwa

kewenangan adalah proses pengalihan kewenangan pemerintahan dari Bupati

kepada Camat dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

2.2 Struktur Organisasi Kecamatan

Victor A.Thompson menyatakan bahwa : “suatu organisasi adalah suatu

integrasi dari sejumlah spesialis-spesialis yang bekerja sama dangat rasional dan

64 A’dawiah,Linda diniah,Peranan camat purwokerto selatan dalam penerbitan surat izin

usaha perdagangan (SIUP) dikabupaten banyumas,skripsi,Kementerian pendidikan dan kebudayaan universitas jenderal soedirman fakultas hokum purwokerto,2009,hlm 41-42

57

imperasional untuk mencapai beberapa tujuan spesifik yang telah dirumuskan

sebelumnya.65

Chester Bernard juga mengemukakan tentang organisasi bahwa suatu

organisasi adalah suatu system dari aktivita-aktivita orang yang terkoordinasi

secara sadar atau kekuatan-kekuatan yang terdiri dari dua orang atau lebih.66

Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 pasal 32 ayat (1) tentang

organisasi perangkat daerah menyebutkan bahwa:

(1) Kecamatan terdiri dari 1 (satu) sekretariat, paling banyak 5 (lima) seksi, dan

secretariat membawahkan paling banyak 3 (tiga) subbagian.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 Tahun 2004 pasal 15 yang

mengatur tentang pedoman organisasi kecamatan menyebutkan bahwa susunan

organisasi kecamatan terdiri dari:

a. Camat;

b. Sekretaris kecamatan atau Sekretaris kepala distrik bagi kecamatan di

propinsi papua;

c. Seksi Pemerintahan;

d. Seksi ketentraman dan ketertiban umum;

e. Seksi lain dalam lingkungan kecamatan yang nomenklaturnya disesuaikan

dengan spesifikasi dan karakteristik wilayah kecamatan sesuai kebutuhan

daerah;

f. Kelompok jabatan fungsional.

65Miftah,Thoha,Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara,Jakarta,PT

RajaGrafindo Persada,2005,hlm.125-126 66 Miftah,Thoha,Ibid,hlm.126.

58

Struktur organisasi kecamatan berpedoman pada Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004. Di dalam peraturan tersebut tidak ditemukan ketentuan yang

mengatur mengenai bentuk dan susunan Organisasi Kecamatan, namun hanya

ditemukan ketentuan yang mengatur bahwa susunan organisasi perangkat daerah

sebagaimana dimaksud dalam pasal 120 ayat (1) dan (2) ditetapkan dalam Perda

dengan memperhatikan factor-faktor tertentu dan berpedoman pada peraturan

pemerintah (pasal 128 ayat (1) UU.No.32 Tahun 2004). Dari ketentuan tersebut

maka struktur organisasi Kecamatan berpedoman pada peraturan daerah

Kabupaten/Kota, yang berbeda-beda dari satu daerah Kabupaten/Kota dengan

daerah Kabupaten/Kota yang lain oleh karena itu susunan organisasi, fungsi dan

tugasnya ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah berdasarkan

kemampuan, kebutuhan dan beban kerja.

3.Kedudukan Hukum Kepegawaian dalam Hukum Administrasi Negara.

a. Pengertian Hukum Kepegawaian

Hukum Kepegawaian yang dipelajari dalam Hukum Administrasi Negara

adalah hukum yang berlaku bagi pegawai yang bekerja pada administrasi negara

berkedudukan sebagai Pegawai Negeri. Materi ini dalam Hukum Kepegawaian

biasanya dikenal dalam studi Hukum Administrasi Negara yaitu hukum mengenai

subyek hukum (person) dalam lapangan administrasi negara yang dalam status

kepegawaian itu merupakan hubungan dinas publik, sedangkan pegawai-pegawai

pada perusahaan swasta yang tidak mempunyai hubungan dinas publik menjadi

59

lapangan studi sendiri, seperti Hukum Perburuhan atau Hukum Perjanjian Kerja

seperti yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.67

Menurut Logemann yang dimaksud dengan hubungan dinas publik adalah

bilamana seseorang mengikatkan dirinya untuk tunduk pada perintah dari

pemerintah untuk melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan yang dalam

melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan itu dihargai dengan pemberian

gaji dan beberapa keuntungan lain. Jadi inti dari hubungan dinas publik itu adalah

adanya kewajiban bagi pegawai yang bersangkutan untuk tunduk dalam

pengangkatan dalam beberapa macam jabatan tertentu yang berakibat bahwa

pegawai yang bersangkutan tidak menolak (menerima tanpa syarat)

pengangkatannya dalam satu jabatan yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Sebaliknya pemerintah berhak mengangkat seseorang pegawai dalam jabatan

tertentu tanpa harus adanya persesuaian kehendak dari yang bersangkutan. Jadi

yang terpenting dari hubungan dinas publik adalah kewajiban dari pegawai yang

bersangkutan untuk tunduk pada pengangkatan oleh pemerintah dalam satu atau

beberapa macam jabatan tertentu.68

Hubungan antara Hukum Kepegawaian dengan Hukum Administrasi

Negara adalah sebagai berikut :

a. Objek Hukum Administrasi Negara adalah kekuasaan pemerintah.

b. Penyelenggaraan pemeintahan sebagian besar dilakukan oleh Pegawai

Negeri.

67Moh.Mahfud MD,Loc.Cit,hlm.1 68 E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Fak. Hukum dan PM,

Unpad, Bandung, 1960, hlm 142-143.

60

c. Tugas dan wewenang Pegawai Negeri berupa public service dituangkan

dalam Pasal 3 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa

Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur,

adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan

pembangunan.

d. Hubungan antara Pegawai Negeri dengan negara adalah hubungan dinas

publik.

e. Sengketa kepegawaian merupakan sengketa Tata Usaha Negara.69

4.Obyek Hukum Kepegawaian.

Pengertian Pegawai Negeri

Kranenburg memberikan pengertian dari Pegawai Negeri, yaitu pejabat

yang ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang

memangku jabatan mewakili seperti anggota parlemen, presiden dan sebagainya.

Logemann dengan menggunakan criteria yang bersifat materiil mencermati

hubungan antara Pegawai Negeri dengan memberikan pengertian Pegawai Negeri

sebagai tiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas dengan Negara.70

Definisi Pegawai negeri ditetapkan dalam pasal 1 angka 1 undang-undang

Republik Indonesia Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas undang-udang

nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok kepegawaian dengan perumusan

sebagai berikut:

69 Sri hartini, dkk, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,hlm

16. 70 Sri hartini, dkk.Ibid.hlm.1

61

Pegawai negeri adalah setiap warga negara republik indonesia yang telah

memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan

diserahi tugas dalam suatu jabatan negara atau diserahi tugas negara lainnya, dan

digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Moh. Mahfud MD, pengertian Pegawai Negeri dibedakan

menjadi dua, yaitu :

1. Pengertian Stipulatif

Pengertian yang bersifat stipulatif (penetapan tentang makna yang

diberikan oleh UU tentang Pegawai Negeri terdapat dalam Pasal 1 angka

1, yang berkaitan dengan masalah hubungan pegawai negeri dengan

hukum administrasi dan Pasal 3 UU No. 43 Tahun 1999, yang berkaitan

dengan masalah hubungan pegawai negeri dengan pemerintah, atau

mengenai kedudukan pegawai negeri. Pengertian stipulatif tersebut

selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

Pasal 1 angka 1 :

Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara republik Indonesia yang telah

memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang

dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas Negara

lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 3 :

Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara yang

bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

62

professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara,

pemerintahan, dan pembangunan.

2. Pengertian Ekstentif (Perluasan Pengertian)

Disamping pengertian stipulatif tersebut diatas ada beberapa golongan

pegawai yang sebenarnya bukan pegawai negeri menurut UU No. 43

Tahun 1999 tetapi dalam hal tertentu dianggap sebagai dan diperlakukan

sama dengan Pegawai Negeri. Perluasan tersebut antara lain terdapat

dalam :

a. Ketentuan yang terdapat dalam pasal 415-437 KUH Pidana, mengenai

kejahatan jabatan. Menurut pasal-pasal tersebut tersebut orang yang

melakukan kejahatan jabatan adalah mereka yang melakukan

kejahatan berkenaan dengan tugasnya sebagai orang yang diserahi

satu jabatan publik baik tetap maupun sementara. Jadi orang yang

diserahi jabatan publik itu belum tentu Pegawai Negeri, menurut UU

no. 43 Tahun 1999, jika melakukan kejahatan dalam kualitasnya

sebagai pemegang jabatan publik maka ia dianggap dan diperlakukan

sama dengan Pegawai Negeri khusus untuk kejahatan yang dilakukan.

b. Ketentuan pasal 92 KUH pidana yang berkaitan dengan status anggota

dewan rakyat, dewan daerah dan kepala desa. Mereka (yang

disebutkan dalam Pasal 92 KUH Pidana) bukanlah pegawai negeri

menurut pengertian UU No.43 Tahun 1999, tetapi jika terjadi

kejahatan dalam kualitas/kedudukan masing-masing, maka mereka itu

dianggap dan diperlakukan sama dengan pegawai negeri.

63

c. Ketentuan UU Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi. UU No. 3 Tahun 1971 ini memperluas juga

pengertian pegawai negeri sehingga mencangkup “orang-orang yang

menerima gaji atau upah atau keuangan Negara atau keuangan daerah,

atau badan hukum yang menerima bantuan dari keuangan Negara atau

keuangan daerah atau badan-badan hukum lain yang mempergunakan

modal dan kelonggaran dari Negara atu masyarakat”. Mereka tersebut

boleh jadi bukan pegawai negeri menurut UU No. 43 Tahun 1999,

tetapi jika melakukan korupsi mereka dianggap dan diperlakukan

sama dengan pegawai negeri, khusus dalam kaitanya dengan tindak

korupsinya itu, artinya bias dituntut dengan sanksi pidana sesuai

dengan UU No. 3 Tahun 1971.

d. Ketentuan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1974 tentang

Pembatasan kegiatan Pegawai Negeri Dalam Usaha Swasta. Ada

beberapa golongan yang bukan pegawai negeri menurut pengertian

UU No. 43 Tahun 1999, tetapi PP No. 6 Tahun 1974 memberikan

perluasan sehingga mencangkup banyak pegawai lainnya.71

Berdasarkan rumusan diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai unsur-

unsur yang harus dipenuhi agar seseorang dapat disebut Pegawai Negeri

adalah :

71 Moh. Mahfud MD, op.cit, hlm 8-10.

64

a) Seseorang yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan

peraturan dalam perundang-undangan yang berlaku;

b) Diangkat oleh pejabat yang berwenang;

c) Diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau tugas Negara lainnya;

d) Digaji menurut peraturan perundangan yang berlaku.

4.1 Jenis Pegawai Negeri Sipil

Undang-undang No.43 Tahun 1999 dalam Pasal 2 ayat (1) membagi

Pegawai Negeri menjadi :

1. Pegawai Negeri Sipil;

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia;

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-undang No.43 Tahun 1999 dalam Pasal 2 ayat (1) tidak

menyebutkan apa yang dimaksud pengertian masing-masing bagiannya, namun

disini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pegawai

Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri bukan anggota Tentara Nasional Indonesia

dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.72

Berdasarkan penjabaran diatas, Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian

dari pegawai negeri yang merupakan aparatur Negara. Menurut UU No.43 Tahun

1999 pasal 2 ayat(2) Pegawai Negeri Sipil dibagi menjadi :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya

dibebankan pada Anggaran pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada

72 Sri hartini, dkk.Op.Cit.hlm 36

65

Departemen,Lembaga pemerintah Nondepartemen, Kesekretariatan Lembaga

Negara,Instansi Vertikal di Daerah Provinsi Kabupaten/Kota, Kepaniteraan

Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas Negara lainya.

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil daerah

provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah dan bekerja pada pemerintah daerah, atau dipekerjakan diluar

instansi induknya. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah

yang diperbantukan diluar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang

menerima perbantuan.73

Di samping pegawainegeri sebagaimana yang dimaksud pada pasal 2 ayat

(1), pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap. Pegawai

tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna

melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis

professional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri.

Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai arti sebagai pegawai diluar PNS dan

pegawai lainya (tenaga kerja). Penamaan pegawai tidak tetap merupakan salah

satu bentuk antisipasi pemerintah terhadap banyaknya kebutuhan pegawai namun

dibatasi oleh dana APBD/APBN dalam penggajianya.74

4.2 Kedudukan, Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil

a. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

73 Sri hartini, dkk.Ibid.hlm.37 74 Sri hartini, dkk.Ibid.hlm.37

66

Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang-undang Nomor 43

Tahun 1999 Pasal 3 ayat (1) yaitu Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur Negara

yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara,

pemerintah dan pembangunan. Rumusan kedudukan Pegawai Negeri tersebut

bertitik tolak pada pokok pikiran bahwa Pemerintah tidak hanya menjalankan

fungsi pembangunan, atau dengan kata lain Pemerintah bukan hanya

melaksanakan tertib Pemerintahan, tetapi juga harus mampu menggerakkan dan

memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak.75

Pegawai Negeri mempunyai peranan amat penting sebab pegawai negeri

merupakan unsur aparatur Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan

pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Negara. Kelancaran pelaksanaan

pemerintahan dan pembangunan nasional terutama sekali tergantung pada

kesempurnaan aparatur Negara yang pada pokoknya tergantung juga dari

kesempurnaan pegawai negeri (sebagian dari aparatur Negara)

Dalam konteks hukum publik, pegawai negeri sipil bertugas membantu

presiden sebagai kepala pemerintahan dalam menyelenggarakan pemerintahan,

tugas melaksanakan peraturan perundang-undangan, dalam arti kata wajib

mengusahakan agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati oleh masyarakat.

Di dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan pada umumnya, kepada

pegawai negeri diberikan tugas kedinasan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya.

Sebagai abdi Negara seorang pegawai negeri juga wajib setia dan taat kepada

75 Moh.Mahfud MD, op.cit, hal 23.

67

pancasila sebagai falsafah dan ideology Negara, kepada Undang-Undang Dasar

1945, kepada Negara, dan kepada pemerintah. Pegawai Negeri Sipil sebagai

unsure aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi masyarakat dituntut untuk dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik, karenanya ia harus mempunyai kesetiaan,

ketaatan penuh terhadap pancasila, UUD 1945, Negara dan pemerintah sehingga

dapat memusatkan segala perhatian dan pikiran serta mengerahkan segala daya

upaya dan tenaganya untuk menyelenggarakan tugas pemerintah dan

pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.76

4.3 Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil

Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mengetahui hak dan kewajiban

sebagai pegawai. Hak Pegawai Negeri merupakan suatu pemberian dan

penghargaan dari Negara kepada pegawainya sebagai imbalan atas jasa-

jasanya sebagai Pegawai Negeri Sipil. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan atau tidak dilakukan oleh

setiap Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan perundang-undangan.77

1) Kewajiban-Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Menurut Sastra Djatmika dan Marsono dalam bukunya “Hukum

Kepegawaian di Indonesia” kewajiban-kewajiban Pegawai Negeri dapat

dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungannya dengan tugas dalam

jabatan. Kewajiban-kewajiban tersebut yaitu berupa tugas pokok

76 Sri hartini, dkk.Op.Cit.hlm 38-39. 77Sastra Djatmika,Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta,1982,

hlm 163.

68

dan fungsi kesatuan organisasi yang berhubungan dengan tugas

dalam jabatan yang sudah ditetapkan secara terperinci oleh

masing-masing menteri.

2. Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan dengan

tugas dalam jabatan, melainkan dengan kedudukannya sebagai

Pegawai Negeri pada umumnya, sebagai unsur aparatur Negara,

abdi Negara dan abdi masyarakat.

3. Kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan ketaatan dengan

rahasia jabatan.78

Adapun kewajiban yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil menurut

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

adalah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dari ketiga

pasal tersebut, maka kewajiban Pegawai Negeri Sipil meliputi lima hal

sebagai berikut :

1. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan

pemerintah

2. Menaati peraturan perundang-undangan dan melaksanakan tugas

kedinasan

3. Menyimpan rahasia jabatan

4. Mengangkat sumpah/janji pada pengangkatan pertama

5. Mengangkat sumpah dan janji dalam memangku jabatan

78 Loc.Cit.

69

Sri Hartini, dkk dalam buku Hukum Kepegawaian di Indonesia

menyatakan bahwa untuk menjunjung tinggi kedudukan Pegawai Negeri Sipil,

diperlukan elemen-elemen penunjang kewajiban meliputi kesetiaan, ketaatan,

pengabdian, kesadaran, tanggungjawab, jujur, tertib, bersemangat dengan

memegang rahasia negara dan melaksanakan tugas kedinasan.

a. Kesetiaan berarti tekad dan sikap batin serta kesanggupan untuk

mewujudkan dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945 dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab. Pada

umumnya kesetiaan timbul dari pengetahuan dan pemahaman dan

keyakinan yang mendalam terhadap apa yang disetiai, oleh karena

itu setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mempelajari, memahami,

menghayati dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pada

dasarnya dirumuskan secara singkat, oleh karena itu setiap Pegawai

Negeri Sipil berkewajiban untuk menjabarkan dan melaksanakan

sacara taat asas, kreatif dan konstruktif terhadap nilai-nilai yang

terkandung, baik dalam tugas maupun dalam sikap, perilaku dan

perbuatannya sehari-hari. Pelanggaran terhadap disiplin,

pelanggaran hukum dalam dinas maupun di luar dinas secara

langsung maupun tidak langsung merupakan pelanggaran terhadap

nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Ketaatan berarti kesanggupan seseorang untuk menaati segala

peraturan perundang-undangan dan peraturan (kedinasan) yang

70

berlaku serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang

ditentukan.

c. Pengabdian (terhadap negara dan masyarakat) merupakan

kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia

dalam hubungan formal baik dengan negara secara keseluruhan

maupun dengan masyarakat secara khusus.

d. Kesadaran berarti merasa, tahu dan ingat (pada keadaan yang

sebenarnya) atau keadaan ingat (tahu) akan dirinya.

e. Jujur berarti lurus hati; tidak curang (lurus adalah tegak benar),

terus terang (benar adanya). Kejujuran adalah ketulusan hati

seseorang dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak

menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya atau

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya apabila terdapat

sesuatu hal, boleh dituntut dan dipersalahkan.

f. Menjunjung tinggi berarti memuliakan atau menghargai dan

menaati martabat bangsa. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa

dan negara mengandung arti bahwa norma-norma yang hidup

dalam bangsa dan Negara Indonesia harus dihormati. Setiap

Pegawai Negeri Sipil harus menghindari tindakan dan tingkah laku

yang dapat menurunkan atau dapat mencemarkan kehormatan

bangsa dan negara.

g. Cermat berarti (dengan seksama); (dengan) teliti; dengan sepenuh

minat (perhatian).

71

h. Tertib berarti menaati peraturan yang baik, aturan yang bertalian

dengan baik.

i. Semangat berarti jiwa kehidupan yang mendorong seseorang untuk

bekerja keras dengan tekad yang bulat untuk melaksanakan tugas

dalam rangka pencapaian tujuan. Bersemangat berarti ada

semangatnya, mengandung semangat. Biasanya semangat timbul

karena keyakinan atas kebenaran dan kegunaan tujuan yang akan

dicapai.

j. Rahasia berarti sesuatu yang bersembunyi (hanya diketahui oleh

seseorang atau beberapa orang saja; ataupun sengaja

disembunyikan supaya orang lain tidak mengetahuinya). Rahasia

dapat berupa rencana, kegiatan atau tindakan yang akan, sedang

atau telah dilaksanakan yang dapat menimbulkan kerugian atau

bahaya, apabila diberitahukan kepada atau diketahui oleh orang

yang tidak berhak.

k. Tugas Kedinasan berarti sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang

ditentukan untuk dilakukan terhadap bagian pekerjaan umum yang

mengurus sesuatu pekerjaan tertentu.79

4.4 Hak-hak Pegawai Negeri Sipil

Hak-hak Pegawai Negeri Sipil tercantum dalam Pasal 7-10

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 adalah :

79 Sri Hartini, dkk, op. cit, hal 40-41.

72

1. Hak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban

kerja dan tanggung jawabnya (Pasal 7),

Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai

dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. Gaji merupakan

balas jasa atau penghargaan atas hasil kerja seseorang yang terdiri

dari gaji pokok dan tunjangan-tunjangan.

2. Hak untuk cuti (Pasal 8),

Yang dimaksud dengan cuti adalah tidak masuk kerja yang

diijinkan dalam jangka waktu tertentu. Dalam rangka usaha untuk

menjamin kesegaran jasmani dan rohani serta untuk kepentingan

Pegawai Negeri perlu diatur pemberian cuti. Cuti Pegawai Negeri

terdiri dari, cuti tahunan, cuti sakit, cuti karena alasan penting, cuti

besar, cuti bersalin, dan cuti di luar tanggungan Negara. Cuti besar

dapat digunakan oleh Pegawai Negeri yang bersangkutan untuk

memenuhi kewajiban agama, seperti menunaikan ibadah haji.

3. Hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan (Pasal 9 ayat (1)),

Dalam menjalankan tugas kewajiban selalu ada kemungkinan

bahwa Pegawai Negeri menghadapi risiko. Apabila seorang

Pegawai Negeri mengalami kecelakaan dalam dan karena

menjalankan tugas kewajibannya, maka ia berhak memperoleh

perawatan dan segala biaya perawatan itu ditanggung oleh Negara.

4. Hak untuk mendapatkan tunjangan cacat (Pasal 9 ayat (2)),

73

Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan

karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan ia

menderita cacat jasmani atau cacat rohani yang mengakibatkan ia

tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga, berdasarkan

keterangan dari Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau

Dokter Penguji Tersendiri, maka disamping pensiun yang berhak

diterimanya, kepadanya diberikan tunjangan bulanan yang

memungkinkan dapat hidup dengan layak.

5. Hak untuk mendapatkan uang duka (Pasal 9 ayat (3)),

H. Nainggolan dalam bukunya yang berjudul Pembinaan Pegawai

Negeri Sipil, menegaskan bahwa setiap Pegawai Negeri yang

tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka. Yang dimaksud

dengan tewas, ialah :

a. meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas

kewajibannya;

b. meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya

dengan dinasnya, sehingga kematian itu disamakan dengan

meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas

kewajibannya;

c. meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat

jasmani atau cacat rohani yang didapat dalam dan karena

menjalankan tugas kewajibannya;

74

d. meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak

bertanggung jawab ataupun sebagai akibat tindakan terhadap

anasir itu.80

6. Hak mendapatkan pensiun (Pasal 10).

Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap

Pegawai Negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya

kepada Negara. Pada pokoknya adalah menjadi kewajiban dari

setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya, dan untuk ini

setiap Pegawai Negeri wajib menjadi peserta dari sesuatu badan

asuransi sosial yang dibentuk oleh Pemerintah. Karena pensiun

bukan saja sebagai jaminan hari tua, tetapi juga adalah sebagai

balas jasa, maka Pemerintah memberikan sumbangannya kepada

Pegawai Negeri. luran Pensiun Pegawai Negeri dan sumbangan

Pemerintah tersebut dipupuk dan dikelola oleh badan asuransi

sosial.

4.5 Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti

yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin

“Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

pengembangan tabiat jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap

yang layak terhadap pekerjaan. Di dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara

80 H.Nainggolan, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Institut Jakarta, Jakarta, 1987, hal 37.

75

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalah “sikap mental yang

tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat

berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan

Pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang berlaku dalam masyarakat”.

Menurut Sutopo Yuwono di dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar

Produksi, diungkapkan bahwa disiplin adalah sikap kejiwaan seseorang atau

kelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi

keputusan yang telah ditetapkan.81

Disiplin dapat juga diartikan sebagai adanya suatu ketertiban dan keselarasan

dalam tingkah laku pergaulan anggota masyarakat menurut peraturan yang

berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis. Disiplin bisa dilihat apabila orang-

orang atau pegawai-pegawai dengan senang hati dan sadar melaksanakan dan

menaati segala aturan-aturan dan norma-norma yang telah ada.

4.6 Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri

Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang

apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.82

Kewajiban dan larangan itu harus ditaati oleh setiap Pegawai Negeri

Sipil dengan konsekuensi apabila Pegawai Negeri Sipil melakukan

pelanggaran atas ketentuan-ketentuan tersebut maka dapat dijatuhi hukuman

atau sanksi karena melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

81http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33097/3/ChapterII.pdf.diakses pada

tanggal 25/1/2013 82PP No. 53 Tahun2010 Pasal 1 ayat 1

76

4.7 Indisipliner

Dalam rumusan Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa pelanggaran disiplin

adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban

dan atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di

dalam maupun diluar jam kerja.

Sebagai bentuk pelanggaran ucapan itu adalah setiap kata-kata yang di ucapkan

di hadapan atau dapat didengar oleh orang lain seperti rapat, ceramah, diskusi,

telepon, radio, televisi, rekaman atau alat komunikasi lainnya. Sedangkan tulisan

adalah pernyataan pikiran atau perasaan secara tertulis baik dalam bentuk huruf-

huruf ( tulisan ) maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan dan lain -lain

yang serupa dengan itu. Adapun yang dimaksud dengan perbuatan adalah setiap

tingkah laku, sikap atau tindakan.

Dikategorikan sebagai Indisipliner adalah setiap perbuatan memperbanyak,

mengedarkan, mempertontonkan, menempelkan, menawarkan, menyimpan,

memiliki tulisan atau rekaman yang berisi anjuran atau hasutan untuk melanggar

ketentuan tentang kewajiban dan larangan kecuali apabila hal itu dilakukan untuk

kepentingan dinas.

4.8 Sanksi

Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin ( indisipliner )

akan diberikan sanksi. Dalam hukum dikenal ada beberapa sanksi yaitu sanksi

pidana, sanksi perdata dan sanksi administrasi. Dalam hukum administrasi

khususnya pada ruang lingkup kepegawaian sanksi yang dijatuhkan berupa sanksi

administrasi yang kaitannya dengan pelanggaran ketentuan tentang perkawinan

77

dan perceraian yaitu berupa penjatuhan hukuman disiplin. Sanksi administrasi

yang berupa hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai

Negeri Sipil karena melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010. Menurut Pasal 7

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Negeri Sipil, ada beberapa tingkat sanksi administrasi yang berupa hukuman

disiplin, yaitu :

Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :

a. hukuman disiplin ringan;

b. hukuman disiplin sedang;

c. hukuman disiplin berat.

Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :

a. teguran lisan;

b. tegoran tertulis; dan

c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :

a. penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun;

b. penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1

tahun; dan

c. penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 tahun.

Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :

a. penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling

lama 1 tahun;

78

b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;

c. pembebasan dari jabatan;

d. pemberhentian dengan tidak hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai

Negeri Sipil; dan

e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Sanksi indisipliner dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki

perilaku pegawai dan bukan untuk menyakiti. Tindakan disipliner hanya

dilakukan pada pegawai yang tidak dapat mendisiplinkan diri, menentang/tidak

dapat mematuhi praturan/prosedur organisasi. Melemahnya disiplin kerja akan

mempengaruhi moral pegawai maupun pelayanan publik secara langsung, oleh

karena itu tindakan koreksi dan pencegahan terhadap melemahnya peraturan harus

segera diatasi oleh semua komponen yang terlibat dalam organisasi.

1. Sanksi Hukum Administrasi Negara

Sanksi dalam hukum administrasi yaitu alat kekuasaan yang bersifat

hukum publik yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas

ketidak patuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum

administrasi negara. Berdasarkan definisi ini tampak ada empat unsur sanksi

dalam hukum administrasi negara, yaitu alat kekuasan (machtmiddelen),

bersifat hukum publik (publiekrechtelijke), digunakan oleh pemerintah

(overheid), sebagai reaksi atas ketidakpatuhan (reactie op niet-naleving).83

Menurut Philipus M. Hadjon dalam bukunya Pengantar Hukum

Administrasi Indonesia, menyatakan bahwa peran penting dalam pemberian

83 Ridwan HR, op.cit, hal 311.

79

sanksi dalam hukum administrasi meliputi 3 sanksi hukum, yaitu : sanksi

administrasi, sanksi pidana, dan sanksi perdata.

a. Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi adalah sanksi yang muncul dari hubungan

antara pemerintah dengan warga negara dan yang dilaksanakan tanpa

perantara pihak ketiga, yaitu tanpa perantara kekuasaan peradilan, tetapi

dapat secara langsung dilaksanakan oleh administrasi sendiri.

Macam-Macam Sanksi Administrasi yaitu :

a. Paksaan Pemerintah (Bestuurdwang)

Paksaan pemerintah adalah tindakan nyata yang dilakukan oleh organ

pemerintah atau atas nama pemerintah untuk memindahkan,

mengosongkan, menghalang-halangi, memperbaiki pada keadaan

semula apa yang telah dilakukan yang bertentangan dengan

kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam peraturan perundang-

undangan.

b. Penarikan Kembali Keputusan (Ketetapan) yang menguntungkan (ijin,

pembayaran, subsidi)

Penarikan kembali keputusan/ketetapan yang menguntungkan artinya

ketetapan itu memberikan hak-hak atau memberikan kemungkinan

untuk memperoleh sesuatu melalui ketetapan atau bilamana ketetapan

itu memberikan keringanan beban yang ada atau yang mungkin ada.

c. Pengenaan denda administratif (administratif boete)

80

Denda administratif dapat dilihat contohnya pada fiskal yang ditarik

oleh inspektur pajak dengan cara meninggikan pembayaran dari

ketentuan semula sebagai akibat dari kesalahannya. Denda

administratif tidak lebih dari sekedar reaksi dari pelanggaran norma

yang ditujukan untuk menambah hukuman yang pasti terutama denda

administratif yang terdapat dalam hukuman pajak.

d. Pengenaan Uang Paksa Oleh Pemerintah (Dwangsom)

Uang paksa, sebagai “ hukuman atau denda”, jumlahnya berdasarkan

syarat dalam perjanjiannya, yang harus dibayar karena tidak

menunaikan, tidak sempurna melaksanakan dengan biaya ganti

kerugian, kerusakan dan pembayaran bunga. Dalam hukuman

administrasi, pengenaan uang paksa ini dapat dikenakan kepada

seseorang atau warga Negara yang tidak mematuhi atau melanggar

ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sebagai alternatif dari

tindakan paksa pemerintah.

Ditinjau dari segi sasarannya, dalam hukum administrasi dikenal

dua jenis sanksi, yaitu :

a. Sanksi reparatoir (reparatoire sancties)

Sanksi reparatoir adalah sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas

pelanggaran norma, yang ditujukan untuk mengembalikan pada

kondisi semula atau menempatkan pada situasi yang sesuai dengan

hukum. Dengan kata lain, mengembalikan pada keadaan semula

sebelum terjadinya pelanggaran. Contoh dari sanksi reparatoir adalah

81

paksaan pemerintah (bestuursdwang) dan pengenaan uang paksa

(dwangsom).

b. Sanksi punitif (punitieve sancties)

Sanksi punitif adalah sanksi yang semata-mata ditujukan memberikan

hukuman pada seseorang. Contoh dari sanksi punitif adalah

pengenaan denda administrasi (bestuursboete).84

Berbicara mengenai sanksi hukum dapat dikaitkan dengan asas-

asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) yang merupakan salah satu

bentuk hukum tidak tertulis di Indonesia. Meskipun asas umum

pemerintahan yang baik tidak memiliki dasar yuridis yang formal namun

di Indonesia, merupakan salah satu sumber hukum administrasi Negara

dalam hukum positif. Sebagai dasar berlakunya AUPB di Indonesia adalah

Juklak MA Nomor 52/TUN/III/1992, yang menyatakan bahwa ” dalam hal

hakim mempertimbangkan adanya AUPB sebagai alasan pembatalan

KTUN, maka hal tersebut tidak perlu dimasukan dalam diktum, melainkan

cukup dalam pertimbangan dengan menyebut asas mana dari AUPB yang

dilanggar dan akhirnya harus mengacu pada Pasal 53 Ayat (2) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Menurut Prof. Kuncoro Purbopranoto dan SF. Marbun, macam-

macam AUPB dapat diterapkan di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Asas kepastian hukum;

2. Asas keseimbangan;

84 Ibid, hal 316.

82

3. Asas kesamaan;

4. Asas kecermatan;

5. Asas motivasi untuk setiap keputusan;

6. Asas permainan yang layak;

7. Asas keadilan dan kewajaran;

8. Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar;

9. Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi;

10. Asas kebijaksanaan;

11. Asas penyelenggaraan kepentingan umum.85

b. Sanksi Pidana

Pelaksanaan tugas-tugas pemerintahaan antara lain menuntut

terciptanya suasana tertib, termasuk tertib hukum. Pembangunan negara

merupakan bagian mendasar dari pelaksanaan tugas-tugas pemerintahaan

karena hal tersebut tidak terlepas dari upaya pemberian pelayanan pada

masyarakat dan para warga. Dalam rangka mewujudkan suasana tertib itu,

maka berbagai progam dan kebijakan pembangunan negara perlu didukung

dan ditegakkan oleh seperangkat kaidah peraturan perundang-undangan

yang antara lain memuat aturan dan pola perilaku tertentu, berupa

larangan-larangan, kewajiban-kewajiban dan anjuran-anjuran. Tiada

gunanya memberlakukan kaidah-kaidah hukum manakala kaidah-kaidah

itu tidak dapat dipaksakaan melalui sanksi dan menegakan kaidah-kaidah

dimaksudkan secara prosedural. Salah satu upaya pemaksaan hukum

85 Philipus M, Hadjon,dkk, op.cit, hal 192.

83

tersebut, adalah melalui pemberlakuan hukum pidana terhadap pihak

pelanggar, mengingat sanksi pidana membawa serta akibat hukum yang

berpaut dengan kemerdekaan pribadi (berupa pidana penjara, kurungan

yang berupa pengenaan denda) dari pelanggar yang bersangkutan. Itulah

sebabnya, hampir berbagai ketentuan kaidah perundang-undangan

(termasuk utamnya dibidang pemerintahan dan pembangunan Negara)

selalu disertai dengan pemberlakuan sanksi pidana. Sanksi-sanksi pidana

yang dimaksud, diberlakukan baik pada Undang-Undang (produk

legislatif) maupun pada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah,

termasuk Peraturan Daerah (Perda).

c. Sanksi Perdata

Dalam hukum perdata pada umumnya tidak memberi pengaturan

secara tegas mengenai pengenaan sanksi, berbeda dengan sanksi hukum

administrasi, yang mana prosedur sanksi administrasi dapat dilakukan

langsung oleh pemerintah tanpa melalui peradilan sedangkan dalam sanksi

keperdataan, prosedur sanksinya dapat dilakukan melalui peradilan (yaitu

melalui hakim perdata Pengadilan Negeri). Bilamana terjadi suatu

keterikatan perdata antara seseorang dengan ikatan hukum perdata

(misalnya kontrak) dimana pihak yang lalai atau tidak memenuhi

kewajiban dapat digugat oleh pihak yang lain melalui hakim perdata

Pengadilan Negeri, atau dengan kata lain pihak yang merasa

kepentingannya dirugikan dapat mengajukan tuntutan ganti rugi melalui

peradilan. Jadi pada intinya, khusus untuk sanksi perdata, pemerintah

84

dapat menggunakan dalam kapasitas suatu Badan Hukum atau Pengadilan

Negeri untuk mempertahankan hak-hak keperdataan seseorang yang

merasa dirugikan atau dilanggar.86

Penerapan sanksi secara bersama-sama antara hukum administrasi

dengan hukum lainya dapat terjadi, yakni komulasi internal dan komulasi

eksternal. Komulasi internal merupakan dua atau lebih sanksi administrasi

secara bersama-sama, misalnya penghentian pelayanan administrasi

dan/atau pencabutan ijin dan/atau pengenaan denda. Komulasi eksternal

merupakan penerapan sanksi administrasi secara bersama-sama dengan

sanksi lain, seperti sanksi pidana atau sanksi perdata. Sanksi pidana dapat

diterapkan bersama-sama dengan sanksi administarsi, artinya tidak

diterapkan prinsip “nebis in idem”.

Ada tiga perbedaan sanksi administrasi dengan sanksi pidana.

Dalam sanksi administrasi, sasaran penerapannya ditujukan pada

perbuatan, sedangkan dalam sanksi pidana ditujukan pada pelaku. Sifat

sanksi administrasi adalah reparatoir condemnatoir, yaitu pemulihan

kembali pada keadaan semula dan memberikan hukuman, sedangkan

dalam sanksi pidana bersifat condemnatoir. Prosedur sanksi administrasi

dilakukan secara langsung oleh pemerintah, tanpa melalui peradilan,

sedangkan prosedur dalam sanksi pidana harus melalui proses peradilan.87

86 Philipus M, Hadjon,dkk, op.cit, hal 245. 87 Ibid, hal 237.

85

4.9 Penjatuhan Hukuman Disiplin

Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, pejabat yg berwenang wajib

memeriksa PNS yg disangka melanggar untuk mengetahui :

a. Apakah PNS yang bersangkutan benar/tidak melakukan pelanggaran?.

b. Faktor-faktor yang mendorong/menyebabkan yang bersangkutan melakukan

pelanggaran

Hal- hal yang memberatkan dan meringankan :

a. Seberapa jauh sistem/mekanisme kerja telah rusak akibat pelanggaran

disiplin tersebut

b. Seberapa jauh/besar pelanggaran tersebut telah menyebabkan kerugian

kepada Negara

Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, pejabat yg berwenang wajib

memeriksa PNS yg disangka melanggar.

b. Pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti dan objektif

c. Pemeriksaan dilakukan secara tertutup

Pemeriksaan dapat mendengar atau meminta keterangan orang lain (pasal 26

PP No. 53 Tahun 2010)

86

BAB III

Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode merupakan cara kerja yang bersistem yang dimaksudkan untuk

memberikan kemudahan dalam pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang telah ditentukan88. Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini

adalah Yuridis Normatif atau legal approach, yaitu penelitian yang difokuskan

untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum

positif89. Konsep ini memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis

yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang.

Konsepsi ini memandang hukum sebagai suatu sistem normatif yang bersifat

mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang nyata.90 Objek

yang ada kemudian diteliti dengan pendekatan yang terdiri dari :

a. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach)

Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan yang dilakukan

dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang bersangkut-paut

dengan permasalahan yang diteliti91. Pendekatan Perundang-undangan

digunakan berkenaan dengan peraturan hukum yang mengatur mengenai

Kewenangan Camat sebagaimana telah ditetapkan dalam undang-undang.

88 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka,1991, hlm652.

89 Johny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Banyumedia,2006, hlm. 295.

90 Ronny Hanitijo Soemitro. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia,1988, hlm. 13-14.

91 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Kencana,2005 hlm. 70.

87

Dalam penelitian ini, peneliti menelaah peraturan yang berkaitan dengan

konsep kewenangan camat di Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon,

dimana aturan yang diteliti merupakan sistem yang tertutup, artinya terpisah

dari aspek-aspek yang lain, seperti sosial, budaya dan sebagainya. Tentunya

peneliti juga tidak meninggalkan sifat dari pendekatan Undang-undang ini

yaitu :

a. Comprehensive artinya norma-norma hukum yang ada di dalamnya terkait

antara satu dengan lain secara logis.

b. All-inclusive bahwa kumpulan norma hukum tersebut cukup mampu

menampung permasalahan hukum yang ada, sehingga tidak akan ada

kekurangan hukum.

c. Systematic bahwa disamping bertautan antara satu dengan yang lain,

norma-norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis.92

a. Pendekatan Analisis (analytical approach)

Pendekatan analisis adalah pendekatan dengan menganalisa bahan hukum

untuk mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan

dalam peraturan perundang-undangan93. Pendekatan Analisis (Analytical

Approach) dimaksudkan untuk mengetahui makna yang dikandung oleh

istilah-istilah hukum yang berkaitan dengan pengaturan terhadap kewenangan

Camat yang terkandung dalam aturan perundang-undangan secara

konsepsional dan penerapannya dalam praktik serta putusan-putusan hukum.

92 Johny Ibrahim. Op.cit. hlm.302-303. 93 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada,2007, hlm.54.

88

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan spesifikasi

penelitian preskriptif, yaitu suatu penelitian yang menetapkan standar,

prosedur, ketentuan-ketentuan dan rambu-rambu dalam melaksanakan aturan

hukum, sehingga apa yang senyatanya ada berhadapan dengan apa yang

seharusnya dan diakhiri dengan memberikan rumusan-rumusan tertentu.94

Dalam spesifikasi penelitian preskriptif ada dua macam spesifikasi penelitian

yaitu inventarisasi peraturan perundang-undangan dan sinkronisasi penelitian

untuk menemukan hukum in concreto. Penelitian ini akan menginventarisir

peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kewenangan camat

dalam penegakan disiplin pegawai negeri sipil dan juga untuk menemukan

apakah hukumnya yang sesuai untuk diterapkan in concreto guna

menyelesaikan suatu perkara tertentu,

2. Lokasi Penelitian

Peneliti menggunakan lokasi penelitian di Kecamatan Kaliwedi Kabupaten

Cirebon, Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman, Perpustakaan Pusat Universitas Jenderal Soedirman, media

internet, Kesbanglimas Kabupaten Cirebon, Badan Kepegawaian, Pendidikan

dan Pelatihan Daerah Kabupaten Cirebon, Pemda Kabupaten Cirebon yang

digunakan dalam pengumpulan bahan hukum.

94 Peter Mahmud Marzuki. Op.Cit. hlm.22-23.

89

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah:

3.1. Data Sekunder

Data sekunder akan dibagi dan diuraikan ke dalam tiga bagian

yaitu:

3.1.1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat

mengikat, terdiri dari:

a. Peraturan dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945,

b. Peraturan Perundang-undangan, antara lain:

b.1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang

pokok-pokok kepegawaian.

b.2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

b.3. PP No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Tahun 74

b.4 Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang

Kecamatan Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 40

b.5 Peraturan Bupati Cirebon Nomor 18 Tahun 2010 Tentang

pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari

Bupati kepada Camat

90

3.1.2.Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, terdiri dari:

a. Pustaka di bidang ilmu hukum,

b. Hasil penelitian di bidang hukum,

c. Artikel-artikel ilmiah, baik dari koran maupun internet,

3.1.3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu

kamus besar Bahasa Indonesia, kamus hukum, dan kamus-kamus

ilmiah lainnya.

4.1. Data Primer

Data yang langsung diperoleh dengan melakukan penelitian

langsung di lapangan. Dalam hal ini dari data primer adalah hasil

wawancara dengan Camat dan Sekmat Kecamatan kaliwedi kabupaten

cirebon yang digunakan untuk melengkapi kajian secara normatif.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan hanya digunakan

untuk proses pengumpulan data adalah

a. Data Sekunder, metode pengumpulan data yaitu dengan

menginventarisir peraturan Perundang-undangan untuk dipelajari

sebagai suatu kesatuan yang utuh dan dengan studi kepustakaan,

internet browsing, telaah artikel ilmiah, telaah karya ilmiah sarjana dan

studi dokumen, termasuk di dalamnya karya tulis ilmiah maupun jurnal

surat kabar.

91

b. Data Primer, metode pengumpulan data dengan melakukan penelitian

lapangan langsung pada obyek masalah yang akan diteliti, yaitu

dengan melakukan wawancara dengan Camat dan Sekmat Kecamatan

Kaliwedi Kabupaten Cirebon untuk didapatkan segala informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

5. Metode Penyajian Data

Metode penyajian bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode display, suatu kegiatan memilah-milah bahan hukum ke dalam

bagian-bagian tertentu yang mendeskripsikan seluruh bahan hukum yang

dikumpulkan. Selanjutnya, bahan hukum disajikan dalam bentuk Teks Naratif,

yaitu suatu penyajian dalam bentuk uraian yang mendasarkan pada teori yang

disusun secara logis dan sistematis. Setelah bahan hukum primer, sekunder

dan tersier dikumpulkan, akan dilakukan klasifikasi dan inventarisasi. Dari

hasil klasifikasi dan inventarisasi tersebut, hasil yang diperoleh akan disusun

secara sistematis dan logis untuk menyelesaikan masalah yang diteliti.

6. Metode Analisis Data

Analisis dimaksudkan untuk mengetahui makna yang dikandung dari

istilah-istilah yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan secara

konsep dan tekhnis penerapannya. Analisis bahan hukum bertujuan untuk

menjelaskan suatu permasalahan dengan memberikan arti atau makna

terhadap bahan hukum yang telah diolah sebelumnya. Penelitian ini

menggunakan logika deduktif melalui metode analisis normatif kualitatif.

Metode analisis normatif kualitatif merupakan cara menginterpretasikan

92

berdasarkan pengertian hukum, norma hukum, teori-teori hukum, serta doktrin

yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Norma hukum diperlukan

sebagai premis mayor, kemudian dikorelasikan dengan fakta-fakta yang

relevan (legal facts) yang dipakai sebagai premis minor dan melalui proses

silogisme akan diperoleh kesimpulan (conclution). Analisis bahan hukum

tersebut dilakukan dengan menggunakan model interpretasi sebagai berikut :

1. Interpretasi sistematis

Menurut P.W.C. Akkerman, interpretasi sistematis adalah interpretasi

dengan melihat kepada hubungan dimana aturan dalam suatu undang-undang

yang saling bergantung. Disamping itu juga harus dilihat bahwa hubungan itu

tidak bersifat teknis, melainkan juga harus dilihat asas yang melandasinya.

Landasan pemikiran interpretasi sistematis adalah undang-undang merupakan

suatu kesatuan dan tidak satu pun ketentuan dalam undang-undang merupakan

aturan yang berdiri sendiri.95

2. Interpretasi gramatikal

Merumuskan suatu aturan perundang-undangan atau suatu perjanjian

seharusnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat yang

menjadi tujuan pengaturan hukum tersebut, atau para pihak yang terkait

dengan pembuatan suatu teks perjanjian.96

Peneliti menggunakan kedua model interpretasi tersebut untuk mengetahui

makna ketentuan undang-undang dengan cara menguraikannya menurut

bahasa, susunan kata atau bunyinya tentang Objek yang diteliti.

95 Peter Mahmud Marzuki. (cet.ke-7). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.2007 hlm.112. 96 Johny Ibrahim. Op.cit. hlm.220.

93

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Bahan Hukum Primer.

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Perundang-undangan yang digunakan dalam

menganalisis kewenangan Camat dalam penegakan disiplin pegawai

negeri sipil daerah (studi dikecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon)

meliputi:

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian.

c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah;

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008

tentang Kecamatan;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil;

g. Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2008 Tentang

Organisasi Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Cirebon;

94

h. Peraturan Bupati Cirebon Nomor 73 Tahun 2008 tentang Rincian,

Tugas, Fungsi dan tata kerja Kecamatan;

i. Peraturan Bupati Cirebon Nomor 18 Tahun 2010 Tentang pelimpahan

sebagian kewenangan pemerintahan dari bupati kepada camat;

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam pasal 18,

18 A, 18 B Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Adapun bunyi pasal sebagai berikut:

Pasal 18 ayat (1), (2), (6)

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

daerah provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi,

Kabupaten, dan Kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan

undang-undang.

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

Pasal 18 A:

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah

provinsi, Kabupaten, dan Kota, atau antara provinsi dan Kabupaten dan Kota,

diatur dengan undang undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman

daerah.

95

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan

dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18 B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang

bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang.

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat

beserta hakhak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang

diatur dalam undangundang.

b. Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 mengatur tentang pokok-pokok

kepegawaian yang menyebutkan bahwa:

Pasal 1

(1) Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah

memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan

diserahi tugas dalam suatu jabatan negara atau diserahi tugas negara lainnya, dan

digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pejabat yang berwenang adalah.pejabat yang mempunyai kewenangan

mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pejabat yang berwajib adalah yang karena jabatan atau tugasnya berwenang

melakukan tindakan hukum yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

96

Pasal 2

1. Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. Pegawai Negeri Sipil sebagaimamna dimaksud dalam ayat (1) huruf, a terdiri

dari :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat, dan

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Pasal 3

(1) Pegawai Negeri berkedudukan sebagal unsur aparatur negara yang bertugas

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil,

dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara,pemerintahan, dan

penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Pasal 4

Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang

Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 34 A

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah

dibentuk Badan Kepegawaian Daerah.

(2) Badan Kepegawaian Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah

perangkat Daerah yang dibentuk oleh Kepala Daerah

97

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan Daerah .

Camat di dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 disebutkan sebagai

perangkat daerah. Hal ini secara jelas dan tegas disebutkan dalam pasal pasal 2

ayat (1),(2), dan (3) menyebutkan bahwa, “Negara Kesatuan Republik Indonesia

dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas Kabupaten

dan Kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah”, dalam pasal (2)

disebutkan bahwa “Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembatuan”. Ayat (3) disebutkan bahwa “Pemerintahan daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah”.

Pasal 120 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dikatakan bahwa

“Perangkat daerah Kabupaten/Kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat

DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, Kecamatan dan Kelurahan.jadi

secara hukum posisi Camat adalah sejajar dengan posisi kepala para dinas daerah

maupun lurah. Camat merupakan perpanjangan tangan Bupati. Secara terinci

kewenangan camat dalam pasal 126 ayat (1) dijelaskan bahwa “Kecamatan

dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Perda berpedoman pada Peraturan

Pemerintah”. Dalam pasal 126 ayat (2) dijelaskan bahwa : “Camat yang dalam

pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau

Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah”. Sementara pada

98

ayat (3) dijelaskan bahwa Camat juga menyelenggarakan tugas umum

pemerintahan meliputi:

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

umum;

c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-

undangan;

d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

Kecamatan;

f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau Kelurahan;

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau

Kelurahan.

(4) Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota

atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang

menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dan ayat (3) dibantu oleh perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab

kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.

(6) Perangkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bertanggung jawab

kepada Camat.

99

(7) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4),

ayat (5), dan ayat (6) ditetapkan dengan peraturan Bupati atau Walikota

dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah.

1) Pasal 35 ayat (1) Sekretaris Daerah merupakan jabatan Struktural eselon IIa.

2) Asisten, sekretaris DPRD, kepala dinas, kepalabadan, inspektur, Direktur

rumah sakit umum daerah kelas A dan kelas B, dan direktur rumah sakit

khusus daerah kelas A merupakan jabatan struktural eselon IIb.

3) Kepala kantor, camat, kepala bagian, sekretaris pada dinas, badan dan

inspektorat, inspektur pembantu, direktur rumah sakit umum daerah kelas C,

direktur rumah sakit khusus daerah kelas B, wakil direktur rumah sakit umum

daerah kelas A dan kelas B, dan wakil direktur rumah sakit khusus daerah kelas

A merupakan jabatan struktural eselon IIIa.

4) Kepala bidang pada dinas dan badan, kepala bagian dan kepala bidang pada

rumah sakit umum daerah, direktur rumah sakit umum daerah kelas D, dan

sekretaris camat merupakan jabatan struktural eselon IIIb.

5) Lurah, kepala seksi, kepala subbagian, kepala subbidang, dan kepala unit

pelaksana teknis dinas dan badan merupakan jabatan struktural eselon IVa.

6) Sekretaris kelurahan, kepala seksi pada kelurahan, kepala subbagian pada unit

pelaksana teknis, kepala tata usaha sekolah kejuruan dan kepala subbagian

pada sekretariat kecamatan merupakan jabatan struktural eselon IVb.

100

7) Kepala tata usaha sekolah lanjutan tingkat pertama dan kepala tata usaha

sekolah menengah merupakan jabatan struktural eselon Va.

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang

Kecamatan

Dijelaskan bahwa dalam peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2008 juga

mengatur mengenai tugas umum pemerintah dan kewenangan pemerintahan yang

dilimpahkan oleh Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi

daerah.Dalam pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa “Kecamatan dibentuk di wilayah

kabupaten/kota dengan Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah ini”.

Tugas umum pemerintahan dalam peraturan ini diatur dalam pasal 14 yang

berbunyi sebagai berikut:(1) Kecamatan merupakan perangkat daerah

kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah

kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat.(2) Camat berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah. Pasal 15

ayat (1) menyebutkan bahwa Camat menyelenggarakan tugas umum

pemerintahan yang meliputi:

a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;

c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

kecamatan;

f.Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; dan

101

g.Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

Pasal 15 ayat (2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat

melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota

untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek:

a. Perizinan;

b. Rekomendasi;

c. Koordinasi;

d. Pembinaan;

e. Pengawasan;

f. Fasilitasi;

g. Penetapan;

h. Penyelenggaraan; dan

i. Kewenangan lain yang dilimpahkan.

(3) Pelaksanaan kewenangan Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mencakup penyelenggaraan urusan pemerintahan pada lingkup kecamatan

sesuai peraturan perundang-undangan.

(4) Pelimpahan sebagian wewenang bupati/Walikota kepada Camat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan kriteria eksternalitas dan

efisiensi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang Camat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur

102

dengan Peraturan Bupati/Walikota berpedoman pada Peraturan Pemerintah

ini.

Tugas umum pemerintahan yang terdapat dalam pasal 15 dijelaskan dalam

pasal 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil menyebutkan bahwa:

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

(1). Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil

untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak

ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

(2). Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah PNS Pusat dan

PNS Daerah.

(3). Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang

tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS,

baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

(4). Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena

melanggar peraturan disiplin PNS.

Pasal 3

Setiap PNS wajib:

(1) Mengucapkan sumpah/janji PNS;

(2) Mengucapkan sumpah/janji jabatan

103

(3) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

Pemerintah;

(4) Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;

(5) Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh

pengabdian, kesadaran,dan tanggung jawab;

(6) Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,dan martabat PNS;

(7) Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang,

dan/atau golongan;

(8) Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus

dirahasiakan;

(9) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan

negara;

(10) Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal

yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di

bidang keamanan, keuangan, dan materiil;

(11) Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

(12) Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

(13) Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-

baiknya;

(14) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;

(15). Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

(16) Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan

104

(17) Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 7

(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a. Hukuman disiplin ringan;

b. Hukuman disiplin sedang; dan

c. Hukuman disiplin berat.

(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

terdiri dari:

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis; dan

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

terdiri dari:

a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;

b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

terdiri dari:

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;

b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;

c. Pembebasan dari jabatan;

d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS;

dan

105

e. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Dalam paragraf 1 pasal 8 Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010

menjelaskan apa yang dimaksud dengan pelanggaran dan jenis hukuman serta

pelanggaran terhadap kewajiban sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat

(2) Mengenai hukuman disiplin ringan yang disebutkan dalam pasal 1-14. Dalam

Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 Pasal 9 menjelaskan apa yang dimaksud

dengan pelanggaran dan jenis hukuman serta pelanggaran terhadap kewajiban

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) mengenai hukuman disiplin

sedang yang disebutkan dalam pasal 1-17. Pasal 10 Peraturan Pemerintah No.53

Tahun 2010 menjelaskan apa yang dimaksud dengan pelanggaran dan jenis

hukuman serta pelanggaran terhadap kewajiban sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal 7 ayat (4) mengenai hukuman disiplin berat yang disebutkan dalam

pasal 1-13.

Dalam paragraf 2 pasal 11 ayat 1-5 disebutkan pelanggaran terhadap larangan

yang dikategorikan sebagai hukuman disiplin ringan sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal 7 ayat(3). Pasal 12 ayat 1-9 disebutkan pelanggaran terhadap larangan

yang dikategorikan sebagai hukuman disiplin sedang sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal 7 ayat (3). Pasal 13 ayat 1-13 disebutkan pelanggaran terhadap

larangan yang dikategorikan sebagai hukuman disiplin sedang sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 7 ayat (4). Berkaitan dengan pejabat yang berwenang

memberikan sanksi disiplin sebagaimana didalam Peraturan Pemerintah No.30

tahun 1980 yang diubah menjadi Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 yaitu

tertuang didalam pasal 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22. Tata Cara Pemanggilan,

106

Pemeriksaan, Penjatuhan, dan Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin yaitu

tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1980 sebagaimana diubah

menjadi Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 yaitu tertuang didalam pasal 23,

24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31.

g. Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon No.7 Tahun 2008 tentang

organisasi kecamatan dan kelurahan di kabupaten Cirebon menyebutkan

bahwa:

Pasal 2 menyebutkan bahwa “Kecamatan merupakan wilayah kerja camat

sebagai perangkat daerah dipimpin oleh camat yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada bupati, melalui sekretaris daerah”. Di dalam pasal 3

ayat (1) disebutkan bahwa “Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati untuk menangani sebagian urusan

otonomi daerah. Dalam pasal 3 ayat (2) Camat juga menyelenggarakan tugas

umum pemerintahan meliputi:

a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;

c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

kecamatan;

f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

107

h. Melaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Pasal 3 ayat 3 disebutkan bahwa Pelimpahan sebagian kewenangan Bupati

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 4

Kecamatan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati untuk

menangani sebagian urusan otonomi daerah;

b. Pengoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;

c. Pengoordinasian upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;

d. Pengoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

e. Pengoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

f. Pengoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;

g. Pembinaan penyelenggaraan pelaksanaan pemerintahan desa dan/atau

kelurahan;

h. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

Pasal 7

(1) Susunan organisasi Kecamatan, terdiri atas :

a. Camat.

b. Sekretariat, membawahi :

1) Subbagian Umum dan Keuangan;

2) Subbagian Program.

108

c. Seksi Pemerintahan;

d. Seksi Ketenteraman dan Ketertiban;

e. Seksi Ekonomi dan Pembangunan;

f. Seksi Kesejahteraan Rakyat;

g. Seksi Pendapatan dan Pelayanan Umum;

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan Struktur Organisasi Kecamatan sebagaimana tercantum pada lampiran I

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

h. Peraturan Bupati Nomor 73 Tahun 2008 tentang Rincian, Tugas, Fungsi

dan tata kerja kecamatan di Kabupaten Cirebon

Dalam Bab II Peraturan Bupati Nomor 73 Tahun 2008 pasal 2 tentang

kecamatan menyebutkan bahwa :

(1) Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat merupakan perangkat daerah

sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja

tertentu, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui

Sekretaris Daerah.

(2) Kecamatan mempunyai tugas mengelola penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan, dan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kerja

kecamatan.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kecamatan

mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati

untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah;

109

b. Pengoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;

c. Pengoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

umum;

d. Pengoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-

undangan;

e. Pengoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

f. Pengoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat

kecamatan;

g. Pembinaan penyelenggaraan pelaksanaan pemerintahan desa dan/atau

kelurahan; dan

h. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan dan/atau kelurahan

(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2) dan ayat (3), Camat mempunyai uraian tugas:

a. Membantu Bupati, dalam melaksanakan tugas di bidang

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kehidupan

kemasyarakatan di wilayah kecamatan;

b. Mengelola rencana dan program Kerja Kecamatan, sebagai pedoman

pelaksanaan tugas, sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah;

c. Memimpin, mengoordinasikan, dan mengendalikan seluruh kegiatan di

wilayah kecamatan;

110

d. Menyusun dan melaporkan serta mempertanggung jawabkan tugas

kedinasan secara operasional dan administrasi kepada Bupati melalui

Sekretaris Daerah;

e. Membina dan memotivasi bawahan serta memelihara secara terus

menerus kemampuan berprestasi pegawai di kecamatan, dalam rangka

peningkatan produktifitas pegawai dan pengembangan karier pegawai;

f. Mendistribusikan dan memberi petunjuk serta arahan kepada Sekretaris

Kecamatan dan para Kepala Seksi, dalam rangka kelancaran pelaksanaan

tugas, sesuai bidang tugasnya;

g. Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan

tugas bawahan;

h. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

i. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban

umum

j. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-

undangan

k. Mengoordinasikan memelihara prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

l. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

kecamatan;

m. Mengelola pelaksanaan pembinaan, bimbingan dan pengawasan terhadap

penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan/atau Kelurahan;

111

n. Mengelola pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang

lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan

desa atau kelurahan;

o. Mengelola pelaksanaan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan

oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah yang

meliputi aspek: perizinan, rekomendasi, koordinasi, pembinaan,

pengawasan, fasilitasi, penetapan, penyelenggaraan dan keweangan

lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

p. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan

kepada masyarakat di wilayah kecamatan;

q. Melaksanakan pembinaan administrasi meliputi urusan ketatausahaan

dan program Kecamatan;

r. Menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas operasional perangkat

otonom di kecamatan yang menangani bidang-bidang pekerjaan umum,

pendidikan, kebudayaan, kesehatan dan keluarga berencana, pertanian,

peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan;

s. Menyelenggarakan pembinaan dalam bidang pertanahan, industri dan

perdagangan, lingkungan hidup, koperasi dan tenaga kerja di wilayah

kerjanya;

t. Menyelenggarakan pemerintahan bidang tertentu lainnya, yaitu informasi

dan komunikasi, kesejahteraan sosial, penanaman modal, pertambangan,

pemukiman, perimbangan keuangan dan penataan ruang;

112

u. Melaksanakan koordinasi, konsultasi dan komunikasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di

wilayah kecamatan, dengan satuan kerja terkait;

v. Mengoordinasikan UPT, di wilayah kerjanya;

w. Memberikan rekomendasi dalam rangka melaksanakan evaluasi dan

penilaian pelaksanaan tugas berupa Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan (DP3) para Kepala UPT di wilayah kerjanya;

x. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap setiap pelaksanaan

kegiatan pembangunan dan kemasyarakatan, baik yang dilakukan oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat;

y. Memberikan saran dan bahan pertimbangan kepada Bupati, yang

berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan

dan kehidupan kemasyarakatan di wilayah kerjanya, dalam rangka

pengambilan keputusan/kebijakan;

z. Mengelola penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran kecamatan;

aa. Melaporkan secara rutin, baik tertulis maupun lisan kepada Bupati, setiap

kegiatan yang dilakukan atau kejadian di wilayah kerjanya;

bb. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas/kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di

wilayah kerja kecamatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

cc. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati, sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

113

i. Peraturan Bupati Cirebon Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pelimpahan

Sebagian Kewenangan Pemerintahan dari Bupati Kepada Camat

menyebutkan bahwa :

Pasal 2

(1) Kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati kepada Camat

meliputi Urusan Wajib dan Pilihan pada Lingkup Kecamatan.

(2) Dalam melaksanakan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi bidang :

a. Kesehatan;

b. Pendidikan;

c. Kelautan dan Perikanan;

d. Perhubungan;

e. Perindustrian dan Perdagangan;

f. Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

g. Pemerintahan umum dan Pemerintahan desa/Kelurahan;

h. Kependudukan dan Catatan Sipil;

i. Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana;

j. Ketentraman dan Ketertiban;

k. Sosial;

l. Kepegawaian;

m. Lingkungan hidup;

n. Komunikasi dan Informatika;

o. Pendapatan Daerah;

114

p. Pertanahan;

q. Perijinan.

(3) Dalam melaksanakan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) meliputi aspek:

a. Perijinan;

b. Rekomendasi;

c. Koordinasi;

d. Pembinaan;

e. Pengendalian;

f. Fasilitasi;

g. Penetapan;

h. Penyelenggaraan.

(4) Rincian sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

(3), tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dalam peraturan

bupati ini.

115

2. Bahan Hukum Sekunder

a. Peta Administrasi Kabupaten Cirebon

116

b. Peta Kecamatan Kaliwedi

117

c. Lokasi Penelitian dan Kondisi Geografis Kecamatan kaliwedi

1.1 Geografi

Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa

Barat yang terletak dibagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu

gerbang Propinsi Jawa Tengah. Dalam sektor pertanian Kabupaten Cirebon

merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak dijalur pantura.Letak

daratannya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Dilihat dari permukaan

tanah/daratannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, pertama daerah dataran

rendah umumnya terletak disepanjang pantai utara Pulau Jawa, yaitu Kecamatan

Gegesik, Kaliwedi, Kapetakan, Arjawinangun, Panguragan, Klangenan, Cirebon

Utara, Cirebon Barat, Weru, Astanajapura, Pangenan, Karangsembung, Waled,

Ciledug, Losari, Babakan, Gebang, Palimanan, Plumbon, Depok dan Kecamatan

Pabedilan. Sedangkan sebagian lagi termasuk pada daerah dataran tinggi.

1.2 Batas Wilayah

Berdasarklan letak geografisnya, wilayah Kabupaten Cirebon berada pada posisi

108o40’ – 108o48’ Bujur Timur dan 6o30’ – 7o00’ Lintang Selatan, yang dibatasi

oleh:

- Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Indramayu

- Sebelah barat Laut berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka

- Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kuningan

- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kotamadya Cirebon dan

Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)

118

1.3 Topografi

Wilayah Kecamatan yang terletak sepanjang jalur pantura termasuk pada

dataran rendah yang memiliki letak ketinggian antara 0 – 10 m dari

permukaan air laut, sedangkan wilayah kecamatan yang terletak di bagian

selatan memiliki letak ketinggian antara 11 – 130 m dari permukaan laut.

1.4 Iklim

Faktor iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon diipengaruhi oleh

keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai dan

perbukitan terutama daerah bagian utara, timur, dan barat, sedangkan daerah

bagian selatan merupakan daerah perbukitan.

1.5 Hidrografi

Kabupaten Cirebon dilalui oleh 18 aliran sungai yang berhulu di bagian

selatan. Sungai – sungai yang ada di Kabupaten Cirebon yang tergolong besar

antara lain Cisanggarung, Ciwaringin, Cimanis, Cipager, Pekik, dan Kalijaga.

Pada umumnya, sungai – sungai besar tersebut dipergunakan untuk pengairan

pesawahan di samping untuk keperluan mandi, cuci, dan sebagai kakus

umum.

1.6 Letak dan keadaan geografis

Lokasi :108°40’-108°48’ BT6° 30’-7° 00’LS

Luas ( daerah administrasi ) :990,36 Km2

Ketinggian ( dari permukaan laut ) :0 – 130 m

Jarak Terjauh : Barat-Timur : 54 Km

119

Utara – Selatan : 39 Km97

Kecamatan Kaliwedi merupakan satu dari 40 Kecamatan di Kabupaten

Cirebon,.Kecamatan Kaliwedi merupakan pintu gerbang Kabupaten Cirebon dari

arah Utara. Wilayah Kecamatan Kaliwedi secara geografis memiliki posisi yang

strategis, yaitu terletak pada 108º 08´ 38–108º 24´ 02BT dan 7º 10´ – 7º 26´ 32 LS

di bagian utara wilayah Kabupaten Cirebon, dan merupakan pintu masuk dari arah

Bandung-Jakarta. Kedudukan dan jarak dari ibukota Propinsi Jawa Barat,

Bandung, ± 105 km dan dari ibukota negara, Jakarta, ± 255 km melalui Tol

Palimanan Kanci.98

Adapun kondisi wilayah Kecamatan Kaliwedi adalah sebagai berikut:

Kondisi Geografis :

Luas Wilayah : 2781 Ha

Sawah : 2296 Ha

Pekarangan : 485 Ha

Batas Wilayah

Sebelah Utara : Kecamatan Gegesik dan Kabupaten Indramayu

Sebelah Selatan : Kecamatan Arjawinangun dan Susukan

Sebelah Timur : Kecamatan Gegesik dan Arjawinangun

Sebelah Barat : Kecamatan Susukan dan Kabupaten Indramayu

Pembagian Wilayah Administratif

Jumlah Desa : 9 Desa, yaitu :

1. Kelurahan/Desa Guwa Kidul

97 http://www.cirebonkab.go.id/sekilas-kab-cirebon/letak-geografis.diakses pada tanggal 6/12/12

98 http://dapil.dprd-cirebonkab.go.id/kecamatan-kaliwedi.diakses pada tanggal 6/12/12

120

2. Kelurahan/Desa Guwa Lor

3. Kelurahan/Desa Kalideres

4. Kelurahan/Desa Prajawinangun Kulon

5. Kelurahan/Desa Prajawinangun Wetan

6. Kelurahan/Desa Ujungsemi

7. Kelurahan/Desa Wargabinangun

8. Kelurahan/Desa Kaliwedi Lor

9. Kelurahan/Desa Kaliwedi Kidul

Jumlah Dusun : 36

Jumlah RW : 85

Jumlah RT : 265

Kondisi Demografi

Jumlah penduduk : 42.817 jiwa

Laki-laki : 21.076 jiwa

Perempuan : 21.471 jiwa

Kepala Keluarga : 13.283 KK

1

Kelompok

Jabatan

Fungsional

CAMAT

SUGENG DARSONO,S.H.,MM

Pelaksana MASLURUN

Pelaksana Trantib MUSJAPA

Pelaksana Ekbang ABDUL MUJIB

Pelaksana Kesra HARI AJI WIBOWO

Pelaksana Yan UmSRI RORO,PH

Kasi Pemerintahan HANDI ROHANDI

Kasi Trantib SUNADI

Kasi Ekbang AKSANUDIN

Kasi Kesra SUMARNO

Kasi Yan Um & Pend H.BUDI HARJO,S.AP

Bendahara SUKARMA

Kasubag Umum & Pelayanan HUDIA SIFA HASIM

Kasubag Program_

SEKRETARIS CAMAT ADI SUMARNO, S.E

Pelaksana DENNY SISWANTO

Pelaksana Trantib ISKANDAR,AB

Pelaksana Ekbang _

Pelaksana Kesra _

Pelaksana Yan Um_

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR KECAMATAN KALIWEDI KABUPATEN CIREBON

121

122

B. Pembahasan

Kewenangan Camat dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Daerah (Studi di Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon)

Kewenangan sebagaimana yang telah dibahas di Bab II yaitu Kewenangan

berasal dari kata dasar “wewenang” yang dalam bahasa hukum tidak sama dengan

kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau

tidak berbuat atau kekuasaan adalah kemampuan untuk melaksanakan kehendak.

Dalam hukum, wewenang sekaligus hak dan kewajiban.Dalam kaitanya dengan

otonomi daerah , hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri

dan mengelola sendiri, sedangkan kewajiban mempunyai dua pengertian yakni

horizontal dan vertikal. Secara horizontal berarti kekuasaan untuk

menyelenggarakan pemerintahan mestinya dan wewenang dalam pengertian

vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam suatu tertib

ikatan pemerintahan Negara secara keseluruhan.99

Kita perlu membedakan antara kewenangan (authority,gezag) dan

wewenang (competence,bevoegdheid),walaupun dalam praktik pembedaanya

tidak selalu dirasakan perlu.”Kewenangan” adalah apa yang disebut “kekuasaan

formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan Legislatif (diberi oleh Undang-

undang) atau dari Kekuasaan Eksekutif Administratif. Kewenangan (yang

biasanya terdiri atas beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan

orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau

bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu

99Muhammad Fauzan, Op Cit.hlm 79-80

123

onderdil tertentu saja.”Kewenangan” di bidang kehakiman atau kekuasaan

mengadili sebaiknya kita sebut kompetensi atau yurisdiksi saja.

Di dalam kewenangan tedapat wewenang-wewenang (rechts

bevoegdheden). Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak

hukum publik.misalnya wewenang menandatangani/menerbitkan surat-surat izin

dari seorang pejabat atas nama Menteri,sedangkan kewenangan tetap berada di

tangan Menteri (delegasi wewenang)100

Kecamatan dipimpin oleh seorang kepala yang disebut sebagai Camat.

Pemerintahan Kecamatan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan

peraturan perundanng-undangan yang berlaku maka dalam penegakan disiplin

pegawai negeri sipil daerah di lingkungan Kecamatan Kaliwedi Kabupaten

Cirebon mendasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu

Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, perarutan

pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, Undang-undang Nomor 43

Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian Peraturan Pemerintah No.30

tahun 1980 sebagaimana diganti dengan Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010

tentang disiplin pegawai negeri sipil, Peraturan daerah Nomor 7 Tahun 2008

tentang organisasi Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Cirebon, Peraturan

Bupati Cirebon Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Pelimpahan sebagian kewenangan

pemerintahan dari Bupati kepada Camat, Peraturan Bupati No.73 Tahun 2008

tentang Rincian, Tugas, Fungsi, dan Tata kerja Kecamatan.

100Prajudi Atmosudirjo,Op Cit,hlm.78

124

Seperti yang sudah dibahas dalam Bab II bahwa Penegakan ialah proses,

cara, perbuatan menegakan101. Dalam hal ini penegakan dikaitkan dengan

penegakan hukum. Penegakan hukum adalah proses pemungsian norma-norma

hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau hubungan-hubungan hukum

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara102.Pembahasan

terhadap kewenangan Camat dalam penegakan disiplin pegawai negeri sipil

daerah di Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon tidak terlepas dari teori

Hukum Administrasi Negara yang mana hukum administrasi Negara ini adalah

berkaitan dengan jabatan publik yakni tentang Pegawai Negeri Sipil yang

dipelajari dalam hukum Kepegawaian.Hukum Kepegawaian adalah bagian dari

hukum administrasi Negara yang berkaitan dengan subyek hukum (Persoon)

dalam hukum administrasi Negara yang dalam status kepegawaian mereka

memiliki hubungan dinas publik.

Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil daerah

provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah dan bekerja pada pemerintah daerah,atau dipekerjakan diluar

instansi induknya. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah

yang diperbantukan diluar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang

menerima perbantuan.103

Kewenangan Camat dalam penegakan disiplin pegawai negeri sipil daerah

di Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon mendasarkan kepada pasal 126 ayat

101http://www.artikata.com/arti-380786-penegakan.html.diakses pada tanggal 25/01/2013 102 http://sasmitasmansa.wordpress.com/2011/12/07/pengertian-penegakan-hukum/

diakses pada tanggal 25/01/2013

103 Sri hartini, dkk.Op Cit.hlm.37

125

(2) Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah camat yang

dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati

atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Selain tugas

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Camat juga menyelenggarakan tugas umum

pemerintahan seperti yang tercantum dalam ayat (3) meliputi:

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;

c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat

kecamatan;

f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

g.Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Camat mempunyai

kewenangan yang dinyatakan dalam pasal 126 ayat (2) bahwa: “kecamatan

dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan

sebagian wewenang Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi

daerah” Ini berarti bahwa kewenangan yang dijalankan oleh Camat merupakan

kewenangan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota. Selain dalam Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 juga diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 19

Tahun 2008 tentang Kecamatan yang disebutkan dalam pasal 14 ayat (1) dan (2)

yaitu: :(1) Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai

126

pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan

dipimpin oleh Camat.(2) Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah

Kewenangan Camat juga diatur dalam peraturan pemerintah No.19 tahun

2008 tentang kecamatan dalam pasal 15 ayat (2), Peraturan daerah kabupaten

Cirebon Nomor 7 tahun 2008 tentang Organisasi Kecamatan dan kelurahan di

Kabupaten Cirebon yaitu pada pasal 3 ayat (1), Peraturan Bupati Cirebon Nomor

18 Tahun 2010 tentang Pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari

Bupati kepada Camat yaitu pada pasal 2.

H.D.van Wijk/Willem Konijnenbelt mendefinisikan sebagai berikut:

- Atrributie:toekenning van een bestuursbevoegheid door een wetgever aan

eenbestuursorgaan (atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh

pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan);

- Delegatie: overdracht van een bevoegheid van het ene bestuursorgaan aan een

ander (delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ

pemerintahan kepada organ pemerintahan lainya);

- Mandaat: een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namens hem uitoefenen door

een ander (mandate terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan

kewenanganya dijalankan oleh organ lain atas namanya)104

Delegasi sendiri adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Ada alasan

mengapa diperlukan pendelegasian, yaitu :

104 Ridwan HR.Ibid.hlm.104-105.

127

1.Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap

tugas sendiri.

2.Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.

3.Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan.

4.Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari

kesalahan.

5.Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan

keputusan.105

Sebagai seorang pemimpin yang mengepalai kecamatan maka Camat dalam hal

memimpin pegawai negeri sipil daerah di Kecamatan Kaliwedi Kabupaten

Cirebon mendasarkan kepada Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian yang mana peraturan tersebut terkandung suatu

kedudukan bahwa PNS adalah sebagai aparatur Negara seperti pada pasal 3 ayat

(1) dan (2). Kewajiban PNS juga tercantum dalam pasal 4, selain itu tentang kode

etik PNS dan peraturan disiplin PNS terdapat dalam pasal 26.

Dalam Penegakan disiplin pegawai negeri sipil daerah di Kecamatan Kaliwedi

Kabupaten Cirebon Camat sebagai seorang kepala yang memimpin kecamatan

maka Camat mendasarkan pada Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil sebagai acuan peraturan apabila ada pegawai

kecamatan yang melakukan pelanggaran baik ringan, sedang ataupun berat.

Didalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Camat dibantu oleh suatu

susunan organisasi kecamatan yang diatur dalam Peraturan Bupati Cirebon No 73

105 http://www.scribd.com/doc/38589172/Pengertian-Delegasi.diakses pada tanggal

19/12/12

128

Tahun 2008 Tentang tugas, Fungsi dan Tata kerja kecamatan di kabupaten

Cirebon, yaitu:

1. Sekretariat Kecamatan;

2. Sub bagiaan Umum;

3. Sub bagian Program;

4. Seksi Pemerintahan;

5. Seksi Ketertiban dan Ketentraman;

6. Seksi Ekonomi dan Pembangunan;

7. Seksi Kesejahteraan Rakyat;

8. Seksi Pendapatan dan Pelayanan Umum.

Ada beberapa contoh pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil

dilingkungan Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon seperti terlambat hadir dan

mangkir. Hukuman yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan

Pelanggaran tersebut berupa hukuman ringan yakni memberikan sanksi berupa

teguran lisan dan tidak tertulis karena teguran tertulis adalah kewenangan dari

BKPPD (Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah). Kewenangan

Camat dalam hal pelanggaran disiplin sedang dan berat tidak bisa ditindak oleh

Camat sendiri melainkan Camat sifatnya hanya mengusulkan kepada BKPPD

apabila menemui pelanggaran tersebut. Mengenai ukuran Disiplin PNS Daerah di

Kecamatan Kaliwedi tersebut adalah berupa daftar hadir (Presensi) yang belum

ada databasenya, sedangkan dilingkungan kecamatan kaliwedi belum ditemui

pelanggaran sedang dan berat dari tanggal 23 Desember 2011-23 Desember 2012

129

(satu tahun) seperti yang dikemukakan oleh Adi Sumarno.,S.E selaku Sekretaris

Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

Didalam peraturan Bupati Cirebon No.18 Tahun 2010 memang disebutkan

bahwa sebagian pelimpahan salah satunya adalah kepegawaian tetapi itu hanya

bersifat mengusulkan semata karena sesuai dengan bunyi Undang-undang Pokok-

pokok Kepegawaian pasal 1 angka 2 bahwa pejabat yang berwenang adalah yang

mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan dan memberhentikan

Pegawai Negeri yang ditegaskan pula dalam PP.No 53 tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Dalam hal ini Camat seperti yang tercantum dalam

PP.No.19 Tahun 2008 tentang kecamatan pasal 14 ayat (1) bahwa kecamatan

merupakan perangkat daerah yang dipimpin oleh Camat yang ditindaklanjuti oleh

Perda Kabupaten Cirebon No.7 Tahun 2008 tentang Organisasi Kecamatan dan

Kelurahan di Kabupaten Cirebon yang mana camat berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Ini berarti dalam

Undang-undang maupun perda yang telah disebutkan bahwa kewenangan camat

merupakan pelimpahan dari Bupati/Walikota khususnya dalam Kepegawaian.

130

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

Kewenangan Camat dalam penegakan disiplin pegawai negeri sipil daerah

terdapat dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 126 ayat (2),

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2008 pasal 15 ayat (2), Perda Kabupaten

Cirebon Nomor 7 Tahun 2008, Peraturan Bupati Cirebon Nomor 73 Tahun 2008

tentang Rincian, Tugas, Fungsi dan tata kerja Kecamatan, Peraturan Bupati

Cirebon Nomor 18 Tahun 2010 pasal 2 .

Kewenangan Camat Kaliwedi dalam Penegakan Disiplin Pegawai Negeri

Sipil Daerah Kabupaten Cirebon hanya berupa hukuman disiplin ringan dan jenis

hukumannya adalah teguran lisan sedangkan jenis hukuman lainnya adalah

kewenangan Bupati Cirebon. Dalam hal ini bahwa kewenangan Camat Kaliwedi

dalam Penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah merupakan kewenangan

Delegatif.

131

B. Saran

1. Seharusnya Kewenangan Camat kaliwedi dalam Penegakan disiplin

Pegawai Negeri Sipil Daerah tidak hanya teguran lisan.

2. Kecamatan Kaliwedi seyogyanya mempunyai database yang memuat

pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran disiplin agar

memudahkan dalam birokrasi kepegawaian daerah.

132

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Atmosudirjo,Prajudi,1994,Hukum Administrasi Negara,Ghalia Indonesia,Jakarta.

Busroh,Abu daud,1983,Asas-Asas Hukum Tata Negara,Ghalia Indonesia,Jakarta.

Muhammad Fauzan,2006,Hukum Pemerintahan Daerah Kajian tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah,UII Press.

E.Utrecht,1960,Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia,Fak.Hukum dan PM Unpad,Bandung

E Utrecht/Moh.Saleh Djindang,Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia,1990,PT Ichtiar Baru,anggota IKAPI,Jakarta

Hartini,Sri,dkk,2008,Hukum Kepegawaian Di Indonesia,Sinar Grafika,Jakarta.

Hartono Hadisoeprapto,1993, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Liberty, Yogyakarta,

H.Nainggolan,1987,Pembinaan Pegawai Negeri Sipil,Institut Jakarta,Jakarta.

Jatmika,Sidik,2001,Otonomi Daerah Perspektif Hubungan Internasional,Bigraf Publishing,Yogyakarta.

Ibrahim,Johnny 2008, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang : Banyumedia.

Marbun,SF,M.Mahfud MD,2000,Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara,Liberty,Yogyakarta.

Marsono,Sastra Djatmika,1982,Hukum Kepegawaian di Indonesia,Djambatan,Jakarta.

M.Natasaputra,1988,Hukum Administrasi Negara,Rajawali Pers,Jakarta.

Moh.Mahfud MD, 1988, Hukum Kepegawaian Indonesia,,Liberty, Yogyakarta.

Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum,Jakarta:Kencana,2009

M. Hadjon,Philipus dkk, 1994, Pengantar Hukum Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Ridwan HR,2007.Hukum Administrasi Negara ,PT Raja Grafindo,Jakarta.

133

Soemitro, Ronny Hanitijo 1988, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia.

R. Soeroso, 1992, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika,Jakarta.

Soehino, 1984,Asas-Asas Hukum Tata Pemerintahan,Liberty,Yogyakarta.

Sondang P.Siagian,1986,Filsafat Administrasi,Gunung Agung,Jakarta.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali, Jakarta.

Thoha,Miftah,2005,Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara,PT.RajaGrafindo Persada,Jakarta.

Widjaja,HAW,2005,Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, Dalam Rangka Sosialisasi UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang pemerintahan daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang pemerintahan daerah Lembaran Negara Republik Indonea Tahun 1999 Nomor 60

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89.

Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Tahun 74

Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Cirebon

134

Peraturan Bupati No. 73 Tahun 2008 tentang Rincian, Tugas, Fungsi dan tata kerja kecamatan.

Peraturan Bupati Cirebon Nomor 18 Tahun 2010 Tentang pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari bupati kepada camat

C. Sumber Lain-Lain.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1989,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Cetakan kedua, Balai Pustaka,Jakarta

Internet

http://salmantabir.wordpress.com/2011/11/26/eksistensi-kewenangan-dan-tanggung-jawab-camat-dalam-otonomi-daerah/ diakses pada tanggal 25/1/2013

http://www.scribd.com/doc/43230805/Teori-Kewenangan.diakses pada tanggal 25/11/12

http://www.scribd.com/doc/38589172/Pengertian-Delegasi diakses pada tanggal 6/12/12

http://www.cirebonkab.go.id/sekilas-kab-cirebon/letak-geografis diakses pada tanggal 6/12/12

http://dapil.dprd-cirebonkab.go.id/kecamatan-kaliwedi.diakses pada tanggal 6/12/12

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.Sunarso,M.Si./BukuPSP Daerah.pdf.diakses pada tanggal 15/1/2013

http://muslimpoliticians.blogspot.com/2011/05/pengertian-pemerintah-dan-pemerintahan.html.diakses pada tanggal 25/1/2013

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33097/3/ChapterII.pdf.diakses pada tanggal 25/1/2013

http://sasmitasmansa.wordpress.com/2011/12/07/pengertian-penegakan-hukum/ diakses pada tanggal 25/1/2013

135

Skripsi.

Linda diniah A’diniah,Peranan camat purwokerto selatan dalam penerbitan surat izin usaha perdagangan (SIUP) dikabupaten banyumas,skripsi,Kementerian pendidikan dan kebudayaan universitas jenderal soedirman fakultas hukum purwokerto,2009

Nico Utama Handoko,Pengangkatan guru honorer menjadi calon PNS berdasarkan PP 56 tahun 2012 di Kabupaten Indramayu,skripsi,Kementrian pendidikan dan kebudayaan universitas jenderal soedirman fakultas hukum purwokerto,2012