kewarganegaraan

14
1. Gratifikasi Kasus Gratifikasi mantan Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Kasus gratifikasi dengan terdakwa mantan Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog, Widjanarko Puspoyo, segera maju ke tahap penuntutan. Menurut Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Pidana Khusus, M Salim, penyidikan kasus itu telah selesai.Kasus gratifikasi ini terjadi dalam impor beras pada 2001-2002. Dugaan gratifikasi dari Vietnam Southern Food Corporation dalam impor beras 2001-2002. Vietnam Food adalah rekanan Bulog. Vietnam Food diduga telah mengirimkan uang sebesar $ 1,5 juta ke PT Tugu Dana Utama. PT Tugu kemudian mengirimkan $ 1,2 juta ke PT Arden Bridge Investment milik Widjokongko Puspoyo- adik kandung Widjanarko. Dari PT Arden ini, uang mengalir ke Widjanarko, Endang Ernawati-istri Widjanarko, Winda Nindyati-putri Widjanarko, dan Rinaldy Puspoyo-putra Widjanarko. Rp 1,5 triliun ke mantan Direktur Utama Perum Bulog, Widjanarko Puspoyo. Penyebab : Vietnam Food melakukan penyuapan dengan tujuan agar ia mendapatkan keuntungan dalam impor beras pada tahun 2001-2002 yang lalu. Solusi : pemerintah harus tegas dalam memberikan hukuman pada kedua belah pihak agar kejadian itu tidak terulangi lagi. Bupati Pelalawan Tersangka Kasus Gratifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Bupati Pelalawan Tengku Azmun Jaafar sebagai tersangka dalam kasus dugaan gratifikasi atau suap senilai Rp600 juta atas keluarnya sejumlah Izin Penebangan Kayu (IPK).Namun hingga kini orang nomor satu di Pelalawan tersebut belum ditahan. Kepala Hubungan Masyarakat KPK Johan Budi kepada Media Indonesia, Rabu, (22/8) mengatakan Azmun ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan Surat Tanda Penerimaaan Barang Bukti (STTB)/220/Dak.2/KPK/VI/2007 tangal 13 Agustus 2007. STPBB ini diterima oleh penyidik KPK Eko Puji Nugroho.Menurut Johan, saat ini KPK telah menyita sejumlah barang bukti yang memperkuat penetapan Azmun sebagai tersangka. Barang bukti yang disita antara lain buku kas

Upload: felicindy

Post on 06-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

rangkuman

TRANSCRIPT

1. GratifikasiKasus Gratifikasi mantan Direktur Utama Perusahaan Umum BulogKasus gratifikasi dengan terdakwa mantan Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog, Widjanarko Puspoyo, segera maju ke tahap penuntutan. Menurut Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Pidana Khusus, M Salim, penyidikan kasus itu telah selesai.Kasus gratifikasi ini terjadi dalam impor beras pada 2001-2002. Dugaan gratifikasi dari Vietnam Southern Food Corporation dalam impor beras 2001-2002. Vietnam Food adalah rekanan Bulog. Vietnam Food diduga telah mengirimkan uang sebesar $ 1,5 juta ke PT Tugu Dana Utama. PT Tugu kemudian mengirimkan $ 1,2 juta ke PT Arden Bridge Investment milik Widjokongko Puspoyo-adik kandung Widjanarko. Dari PT Arden ini, uang mengalir ke Widjanarko, Endang Ernawati-istri Widjanarko, Winda Nindyati-putri Widjanarko, dan Rinaldy Puspoyo-putra Widjanarko. Rp 1,5 triliun ke mantan Direktur Utama Perum Bulog, Widjanarko Puspoyo.Penyebab : Vietnam Food melakukan penyuapan dengan tujuan agar ia mendapatkan keuntungan dalam impor beras pada tahun 2001-2002 yang lalu.Solusi : pemerintah harus tegas dalam memberikan hukuman pada kedua belah pihak agar kejadian itu tidak terulangi lagi.

Bupati Pelalawan Tersangka Kasus Gratifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Bupati Pelalawan Tengku Azmun Jaafar sebagai tersangka dalam kasus dugaan gratifikasi atau suap senilai Rp600 juta atas keluarnya sejumlah Izin Penebangan Kayu (IPK).Namun hingga kini orang nomor satu di Pelalawan tersebut belum ditahan. Kepala Hubungan Masyarakat KPK Johan Budi kepada Media Indonesia, Rabu, (22/8) mengatakan Azmun ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan Surat Tanda Penerimaaan Barang Bukti (STTB)/220/Dak.2/KPK/VI/2007 tangal 13 Agustus 2007. STPBB ini diterima oleh penyidik KPK Eko Puji Nugroho.Menurut Johan, saat ini KPK telah menyita sejumlah barang bukti yang memperkuat penetapan Azmun sebagai tersangka. Barang bukti yang disita antara lain buku kas PT Persada Karya Sejati tahun 2006, 3 lembar form PT Persada Karya Sejati tanggal 26 Januari, 1 lembar kuitansi tertanggal 20 Januari 2006 dengan nilai Rp600 juta.Penyebab : Ia melakukan gratifikasi dengan tujuan agar dapat mendapatkan sejumlah Izin Penebangan Kayu.Solusi : pemerintah harus lebih mengawasi instansi pemerintahan agar hal seperti itu tidak terulangi lagi. Karena Bupati seharusnya menjadi panutan bagi masyarakatnya bukan memberikan contoh yang tidak baik.

Kejagung Akan Telusuri Penyuap Bos Bea Cukai Juanda Kejaksaan Agung telah menetapkan bekas Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandara Juanda, Surabaya, Argandiono sebagai tersangka kasus gratifikasi Rp 11,7 miliar pada 30 Juni 2011. Kini, Korps Adhyaksa menelusuri pihak lain yang diduga memberi suap kepada Argandiono.Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Andhi Nirwanto menyatakan, terseretnya bekas Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Bandara Juanda itu, tak membuat puas instansinya.Pasalnya, kemungkinan munculnya tersangka baru dalam perkara ini sangat terbuka. Selain itu, Andhi berpendapat bahwa Argandiono tak mungkin mendapat uang tanpa dijanjikan sesuatu oleh pihak pemberi.Sejauh ini, kami belum menetapkan tersangka lain pada kasus ini. Namun, sudah diperintahkan untuk mengembangkan kasus ini dan menjerat para pelaku lainnya, baik dari penyuap dan disuap, katanya di Gedung Bundar Kejagung, Jakarta kemarin.Andhi optimis jajarannya dapat membekuk tersangka lainnya yang turut terlibat dalam perkara ini. Namun, katanya, saat ini yang sedang difokuskan oleh pihaknya ialah memanggil Argandiono ke Jakarta. Semua ini butuh waktu. Kami akan terus menelusuri dan mencari fakta baru untuk mengembangkan perkara ini, ucapnya.Sejak 2004 sampai 2011, Argandiono disangka mengumpulkan dana mencapai Rp 11,7 miliar. Uang diterimanya secara tunai maupun transfer dari pengusaha yang diduga membutuhkan jasa Argandiono. Dari hasil penelusuran penyidik pada Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (JAM Pidsus), lanjut Noor, antara lain ada pengusaha yang memberi uang seratus juta sebulanPenyebab : pengusaha itu melakukan gratifikasi karena membutuhkan jasa dari Argandiono yang masih diselidiki oleh Kejaksaan AgungSolusi : kejaksaan agung sebaiknya melakukan penyelidikan itu dengan cepat, agar permasalahan ini cepat selesai dan tidak berlarut-larut lagi.

Penyelidikan tersangka grafitikasi alih fungsi hutan, Al Amin NasutionKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah selesai menyidik tersangka gratifikasi alih fungsi hutan, Al Amin Nasution. Namun, penyidik batal melimpahkan berkas perkara dan tersangka ke penuntutan, karena mantan anggota DPR RI nonaktif tersebut beralasan sakit.Hal itu diungkapkan juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi SP, di Gedung KPK, Jakarta, kemarin. "Menurut jadwal, hari ini (kemarin) kami akan melimpahkan perkara Al Amin ke penuntutan. Tetapi, batal dilakukan karena yang bersangkutan mengeluh sakit," kata Johan.Al Amin ditangkap penyidik KPK di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Azirwan dan seorang wanita serta dua ajudan Azirwan. Saat menggelandang dari Pub Mistere, Hotel Ritz Carlton, penyidik KPK menyita uang Rp 3,9 juta dan Rp 60 juta dari tangan Al Amin.Anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) DPR itu, dituduh menerima sejumlah uang dari Azirwan terkait pemberian rekomendasi alih fungsi hutan lindung di Kabupaten Bintan untuk dijadikan Kota Bandar Seri Bintan. Azirwan saat ini sudah diadili di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).Dalam persidangan perkara Azirwan pernah terungkap bahwa Sekda Bintan itu sangat kesal terhadap sikap Al Amin yang selalu meminta uang kepadanya selama rekomendasi alih fungsi hutan lindung tersebut belum dikeluarkan DPR-RI. Menurut ajudan Azirwan, saat menjadi saksi pada persidangan tersebut, Sekda Bintan itu pernah mengungkapkan kekesalannya dengan mengibaratkan Al Amin sebagai perampok karena selalu meminta uang yang dikait-kaitkan dengan pemberian rekomendasi alih fungsi hutan lindung tersebut.Selain terkait dengan kasus gratifikasi pemberian rekomendasi alih fungsi hutan lindung di Bintan, Al Amin dikabarkan ikut terlibat dalam dugaan suap pada alih fungsi hutan bakau di Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan, dan alih fungsi hutan di Batam. Penyebab : Azirwan ingin mengambil alih fungsi hutan lindung di Kabupaten Bintan untuk dijadikan Kota Bandar Seri Bintan.Solusi : Kedua belah pihak, baik Al Amin maupun Azirwan harus diberikan hukuman yang berat agar mereka sadar dan membuat orang lain takut untuk melakukan gratifikasi.

Polisi Bekuk Pencuri Uang DisdikBOGOR, KOMPAS.com Aparat Satuan Reserse Polres Bogor Kota menangkap tiga tersangka pencuri uang sebanyak Rp 570 juta milik Dinas Pendidikan Kota Bogor. Dua tersangka lainnya masih buron.Kepala Polres Bogor Kota Ajun Komisaris Besar Nugroho Slamet Wibowo mengatakan, ketiga tersangka ditangkap dua hari lalu. "Penangkapan mereka hasil pengembangan empat tersangka pencuri barang-barang elektronika yang ditangkap anggota Polsek Tanah Sarean Kota," kata Nugroho di Aula Kantor Polres di Jalan Kapten Muslihat, Kamis (14/4/2011) siang.Ketiga tersangka adalah Dadang, Lawading, dan Hasan, yang semuanya asal Ambon, berdomisili di Bondongan, Bogor Tengah, Kota Bogor. Yang buron adalah Irawan dan Amir."Yang merencanakan Irawan. Saya kebagian Rp 125 juta. Sekarang uangnya sudah habis, saya pakai untuk berfoya-foya. Enggak ada yang saya kirim ke anak istri di Ambon," kata Dadang Hapid (28).Dia mengatakan, mereka mencuri di Kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor di Jalan Pajajaran, Bogor Utara, karena melihat kantor tersebut mudah untuk dimasuki."Enggak ada orang dalam yang kasih tahu. Kami masuk, cari-cari saja ruang bendahara dengan melihat-lihat papan nama di depan ruangan. Lalu kami masuk dan cari-cari tempat menyimpan uang," ujarnya.Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Aim Halim Hermana yang hadir di Polres Bogor Kota mengatakan, sangat berterima kasih Polres berhasil menangkap para pelaku. "Sejak kasus pencurian itu pada Oktober 2010 lalu, kami sangat tertekan. Uang yang dicuri itu berasal dari APBD yang rencananya untuk 11 kegiatan bagi peningkatan kualitas SDM, khususnya guru-guru," katanya. Penyebab : Tersangka tergoda untuk melakukan pencurian karena keadaan di Kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor kurang ketat dalam penjagaan sehingga mudah dimasuki.Solusi : Dinas Pendidikan Kota Bogor sebaiknya lebih memperketat penjagaan agar hal seperti ini tidak terulangi lagi.

Polisi Masih Telusuri Kasus Pencurian Mobil Pengisian ATMRabu, 18 Mei 2011 08:04 WIBREPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Polisi masih mengembangkan kasus pencurian mobil pengisian uang ATM BCA milik PT Armorindo di Pondok Kopi, Jakarta Timur. Pelaku diduga mengambil uang sekitar Rp 460 juta.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Baharudin Djafar mengatakan, polisi telah memeriksa sembilan saksi terkait kasus ini. "Status mereka masih menjadi saksi. Masih pengembangan," katanya di Mapolda Metro Jaya, Selasa (17/5).

Baharudin mengatakan, sembilan saksi yaitu sopir mobil Yunizar Simbolon, satpam yang ikut dalam mobil Ahmad dan Hendrik, serta teknisi pengisi ATM Zulfikar. Lima orang lainnya, merupakan saksi yang melihat dan menemukan mobil. "Sekarang ditangani Polres Jakarta Timur."

Pada Ahad (15/5), mobil pengisian ATM milik PT Armarindo dibawa kabur pencuri saat melakukan pengisian ATM di Apotik Tania, Pondok Kopi, Jakarta Timur sekitar pukul 21.30. Di dalam mobil tersebut terdapat tujuh karung uang.

Sebelum dibawa kabur, mobil itu ditumpangi oleh satu sopir, dua satpam dan satu teknisi pengisi ATM. Dalam perjalanan menuju Apotik Tania, Pondok Kopi, ada seseorang yang kemudian ikut menumpang mobil tersebut. Penumpang ini kemudian ikut ke Apotik Tania.

Pada saat akan mengisi ATM, satu satpam, sopir dan tenaga teknisi turun dari mobil. Sementara satpam Hendrik dan penumpang tadi masih di dalam mobil. Saat inilah kemudian mobil dibawa kabur.

Sekitar tengah malam, mobil kemudian ditemukan di wilayah Jatibening, Pondok Gede, Jakarta Timur. Pelaku berhasil menggondol sekitar Rp 460 juta dalam satu karung. Sementar enam karung uang ditinggalkan. Di mobil juga ditemukan Hendrik yang mengalami luka-luka.Penyebab : Peristiwa itu terjadi karena kecerobohan korban yang secara tidak sengaja mengijinkan tersangka menumpang dalam mobil ATM, sehingga dia berkesempatan untuk mencuri uang tersebut.Solusi : sebaiknya pihak Bank lebih hati-hati lagi dalam melakukan pengisian ATM agar hal ini tidak terjadi lagi.

Hakim Tunggal PN Medan Gelar Sidang Pencurian Uang Di Markas Poltabes MedanMedan pphe cyber newsPengadilan Negeri Medan dengan hakim tunggal yakni Sugiono SH, Kamis (30/9) sore mulai menyidangkan Brigadir Syaiful terdakwa Kasus pencurian uang di Markas Poltabes Medan yang terjadi Selasa tanggal 1 Juni 2010 yang lalu. Dalam sidang tersebut JPU Parada SH mendakwa Brigadir Syaiful dengan pasal 363 ayat 2, dengan pemberatan karena dilakukan di malam hari dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. Selain hakim tunggal, sidang yang dilaksanakan di sore hari menjelang magrib ini,juga terkesan sangat cepat. JPU menghadirkan 3 saksi dari kepolisian diantaranya Bendahara Poltabes Medan AIPTU AT Jenda Ginting . Dalam keterangan kepada hakim bahwa uang sebesar 12 juta yang dicuri oleh Syaiful ( anggota Provost ) bukan uang milik Poltabes Medan, melainkan milik pribadinya yang disimpan dilaci meja kerjanya. Jenda Ginting juga mengaku bahwa sebahagian uang tersebut sudah dikembalikan dan mereka telah berdamai atas perintah Kapoltabes Medan. Setelah mendengarkan keterangan saksi saksi, Hakim tunggal Sugiono SH langsung melanjutkan sidang untuk mendengarkan keterangan terdakwa. Terdakwa Brigadir Polisi Syaiful dalam keterangannya mengaku melakukan pencurian tersebut karena istrinya bakal melahirkan dan butuh dana. kamu kan bisa pinjam dari orang tua dan sanak family lainnya, kenapa harus mencuri Tanya Sugiono. saya menanggung biaya orang tua saya pak ujar terdakwa. Karena keterangan terdakwa tidak membantah melakukan pencurian tersebut dan dianggap cukup, Sugiono lantas menunda siding hingga kamis depan untuk mendengarkan tuntutan JPU. Sebelumnya Pencurian uang yang diduga uang kas Malpotabes Medan tersebut sempat mencengangkan masyarakat kota Medan, dan mencoreng muka institusi penegak hukum tersebut. Saat itu Kapoltabes Medan, Komisaris Besar (Kombes) Imam Margono, mengatakan sanksi terberat yang akan diterima personel Provost Poltabes Medan itu adalah pemecatan tidak dengan hormat. Tapi, kita tunggu dulu putusan pengadilan umum, ujar Imam saat dikonfirmasi. Menurut Imam, Syaiful tersangka tunggal dalam kasus pencurian uang kas untuk alokasi dana operasional Poltabes Medan. Penyebab : tersangka melakukan pencurian itu dalam keadaan terdesak karena membutuhkan dana untuk biaya persalinan istrinya.Solusi : Sebaiknya tersangka memikirkan terlebih dahulu akibat dari perbuatan yang akan dilakukannya. Karena seperti sekarang dia justru dipenjara dan tidak mendapat uang apapun.

Tersangka Pencuri Uang Multindo, Diantara Pelakunya Pembunuh Menejer PT.Asiatic

Tiga Tersangka kasus pencurian uang sebesar Rp 41 juta milik PT Multindo Auto Finance, yang terjadi di Jalan Sudirman, Thehok, Kecamatan Jambi Selatan, 21 Desember 2008 lalu, salah satu tersangkanya Syahrial alias Acok, pelaku pembunuh menejer PT.Asiatic Persada.Hal ini disampaikan Kapolsek Jambi Selatan , AKP Andre Sukendar, pada wartawan Kamis (9/7). Dia mengatakan, keterlibatan Acok, didalam kasus pencurian uang milik Multindo itu terungkap dari hasil pemeriksaan dua tersangka, Adi Madagi Syam (24) dan Rudimansyah (40), yang ditahan pada 2 Juli 2009 lalu.Keterlibatan Acok, didalam kasus pencurian itu terungkap dari nomor HP nya yang disimpan oleh tersangka Adi.Dari pemeriksaan kedua tersangka itu mengakui bahwa dalam kasus pencurian uang miliknya PT Multindo, Acok , terlibat didalamnya.Kini ketiga tersangka itu telah kita proses. Untuk tersanga Acok, proses dan penahanya dilakukan oleh Polres Muarojambi. Sedangkan tersangka Adi dan Rudi, kita memprosesnya, kata Andre. (infojambi.com/FRI)

JAKARTA -- Indonesian Coruption Watch (ICW) menyatakan dukungannya kepada KPK untuk mengungkap dugaan korupsi yang terjadi di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan Seram Bagian Timur (SBT), Maluku. Dugaan korupsi di dua kabupaten yang baru dimekarkan lebih dari lima tahun lalu itu, kini sementara di dalami KPK.

Koordinator Devisi Korupsi Politik ICW, Ade Irawan mengatakan, KPK harus bisa mengungkap dugaan korupsi di dua kabupaten itu. Sehingga tidak terkesan hanya wacana belaka. LSM anti korupsi itu berharap semoga KPK mendapat bukti kuat, sehingga tidak terbatas hanya pada pendalaman kasus. Tapi ditingkatkan ke penyelidikan, dan penyidikan sehingga ada efek jerah dari pelaku korupsi di Maluku.

KPK harus lebih serius dalam menangani kasus korupsi di SBB dan SBT itu. Karena problem sosial seperti rusuh dan lainnya juga biasanya bermula dari kasus korupsi, ungkap Irawan, kepada Ambon Ekspres, usai mengikuti dialog kenegaraan di DPD RI, Rabu (12/10).

Dia berjanji pihaknya akan melakukan pengawasan terhadap KPK dalam menangani kasus-kasus di Maluku, yakni dugaan korupsi di SBB dan SBT yang sementara di dalami. Apalagi ICW sering melakukan pengawasan ketat terhadap KPK dalam kasus korupdi di daerah.

Menurutnya, dugaan korupsi Maluku harus lebih diprioritaskan oleh KPK, karena Maluku termasuk memiliki indeks korupsi tertinggi di Indonesia. Dalam catatan ICW yang diperoleh dari hasil penelitian mereka, menunjukan Maluku masuk dalam 13 besar daerah terkorup di Indonesia.

Maka itu kami berharap ke KPK, agar Maluku lebih diprioritaskan dalam pemberantasan korupsi. Hasil penelitian kami membuktikan Maluku salah satu daerah terkorup. Maluku kalau tidak salah masuk dalam 13 besar daerah terkorup dari 33 provinsi di Indonesia,ungkapnya.

Sayangnya, kata dia belum ada kasus yang ditangani KPK sampai kepada penyidikan. Hanya baru pada tingkat pendalaman. Dia berharap ke depan bisa ada kasus korupsi yang diungkap oleh lembaga anti koruptor yang paling ditakuti tersebut.

Dalam kasus korupsi SBB dan SBT, memang KPK belum mempublikasikan secara detail kasus apa yang ditanganinya. Namun pihaknya telah menurunkan tim ke dua daerah tersebut pada September 2011 lalu. Tapi tim di tarik kembali ke Jakarta, lantaran kondisi Ambon tidak kondusif. Belum diketahui pasti, kapan tim akan diturunkan lagi untuk mengusut korupsi SBB dan SBT.

Informasi yang diperoleh wartawan Ambon Ekspres Biro Jakarta, Taufik Kadafik Namakule, di KPK menunjukan, bahwa KPK tetap akan menurunkan tim ke dua kabupaten tersebut, hanya saja keberangkatan tim akan dirahasiakan kepada media massa, sehingga tak bisa diketahui.

Hal ini terpaksa dilakukan untuk memastikan dugaan korupsi tersebut berada dalam kondisi aman. Artinya tidak ada pihak-pihak yang berkelit atau menghilangkan barang bukti sebelum tim diturunkan.

Kasus korupsi di dua kabupaten tersebut didalami KPK setelah lembaga superbody itu mendapat laporan masyarakat yang masuk di bagian pengaduan masyarakat (dumas) KPK. Laporan di dalami di lembaga tersebut, dan kesimpulannya harus ada tim penyidik yang turun untuk memastikan kasus yang ditangani.

Hal ini karena ada aktivis Maluku yang melaporkan kasus-kasus tersebut sering datang ke KPK menanyakan laporannya. Bahkan diinformasikan, para aktivisi tersebut ngamuk di dumas KPK lantaran laporannya tidak ditindalanjuti, padahal data-data yang dilaporkannya lengkap. (fik/fmc)

Terbukti Korupsi, Mantan Bos PT Pos Jakbar Diganjar 2 Tahun BuiJakarta (Detik.com) - Mantan Kepala Kantor Pos Jakarta Barat Abdul Maruf terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Ma'ruf pun diganjar hukuman 2 tahun penjara plus denda Rp 50 juta oleh majelis hakim pengadikan Tipikor.

"Menjatuhkan pidana kurungan 2 tahun penjara dan denda Rp 50 juta, jika tidak mampu membayar diganti hukuman 3 bulan penjara," ujar Ketua Majelis Hakim, Tjokorda Rae Suamba saat membacakan vonis di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (5/7/2011).

Ma'ruf terbukti melanggar pasal 3 UU No.31/1999 sebagaimana diubah menjadi UU No 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Mantan Bos PT Pos Jakbar ini menjabat tahun 2005-2006. Ma'aruf melakukan pembayaran seolah-olah untuk diberikan kepada pelanggan korporat yaitu PT Indosat Tbk, PT Amindoway Jaya dan PT Mandiri Tbk (persero) selama 2005-2006 sebanyak 15 kali.

Namun sebenarnya, uang ini tidak dibayarkan pada tiga perusahaan ini, melainkan masuk kantong Ma'ruf.

"Uang itu digunakan untuk memperkaya diri sendiri," ujar majelis hakim.

Akibat tindakan Ma'ruf, negara dan PT Pos dirugikan Rp 524 juta. Ma'ruf pun diwajibkan mengganti sisa kerugian ini sebesar Rp 519 juta.

Menanggapi vonis hakim, Ma'ruf langsung menyatakan banding. "Banding yang mulia," ujar Ma'ruf.Korupsi Nazaruddin di Mana-manaKomisi Pemberantasan Korupsi resminya kini memang hanya menyidik kasus suap kepada Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga, Wafid Muharram, terkait pembangunan wisma atlet SEA Games di Jakabaring, Palembang. Pada kasus ini, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, menjadi tersangka.Namun hasil pengembangan kasus ini, dari penggeledahan di rumah dan kantor Nazaruddin, hasilnya luar biasa. Nazaruddin diduga korupsi di mana-mana.Juru Bicara KPK Johan Budi, kepada Kompas di Jakarta, Senin (15/8/2011), menuturkan, kasus yang resmi menjadikan Nazaruddin sebagai tersangka memang baru kasus suap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora). Akan tetapi, KPK telah siap menjerat Nazaruddin dengan kasus korupsi lainnya.KPK, lanjut Johan, saat ini tengah melakukan penyelidikan dugaan korupsi di beberapa kementerian yang diduga melibatkan Nazaruddin. Penyelidikan dilakukan setelah KPK menemukan berkoli-koli dokumen di rumah dan kantor Nazaruddin saat digeledah."Kemarin data itu kami peroleh setelah penggeledahan di kantornya. Kan banyak, berkoli-koli dokumen. Selain itu, ada juga laporan masyarakat," kata Johan.Ia menuturkan, saat ini dua kasus korupsi yang diduga melibatkan Nazaruddin dan telah diselidiki KPK ada di Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Nasional.Di dua kementerian ini, lanjut Johan, Nazaruddin diduga terlibat dalam dugaan korupsi dalam pengadaan barang yang dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara. Belum diketahui secara persis berapa nilai proyek yang diduga dikorupsi Nazaruddin.Johan membeberkan, nilai proyek di dua kementerian itu mencapai lebih dari Rp 2 triliun.

Korupsi Gayus Mencapai Rp 1,7 Triliun

Sejak awal sebenarnya cenderung tak percaya bahwa uang pajak yang ditilep Gayus hanya Rp28 milyar, apalagi ditambah pengakuannya bahwa dari dana sejumlah itu dia hanya menikmati Rp1,5 milyar, selebihnya mengalir ke polisi (Rp11 milyar), jaksa (Rp5 milyar), hakim (Rp5 milyar), pengacara (Rp5 milyar).Apa masuk akal yang maling cuma dapat Rp1,5 milyar?Ketidakpercayaan ini berdasarkan banyaknya wajib pajak raksasa yang ditanganinya yakni 149 wajib pajak antara lain Chevron, Kaltim Prima Coal atau Kapuas Prima Coal (Metrotv bikin Kapuas Prima Coal), Bumi Resourches dan lain-lain. Dari 149 mega perusahaan ini, 60 ditangani Gayus langsung.Semua perusahaan itu ingin mendapatkan keringanan pajak atau tidak bisa menerima besaran jumlah tagihan dari instansi pajak dan Gayus dkk memanfaatkan peluang tersebut.Ketidakpercayan itu terjawab sudah, Majalah Tempo terbaru mengungkapkan bahwa kasus Gayus mencakup uang sebesar Rp1,7 triliun, saat ini dia masih menyimpan uang tersebut di beberapa deposit box dan menurut Tempo dia berulang kali membujuk penyidik akan memberikan deposit box tersebutkecuali satu untuk dia dan keluargaasal dibebaskan atau hukumannya diringankan.Berita ini membuktikan bahwa korupsi di instansi perpajakan adalah mega korupsi yang harus mendapat perhatian dan pengawalan super serius dari pers dan masyarakat.. Disinyalir potensi uang negara yang hanyut ke kantong-kantong petugas pajak dan gangnya mencapai Rp300 triliun!Gara-gara ulah petugas bejat di jawatan pajak kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan jalan raya berkualitas baik, sekolah-sekolah, bea siswa, perguruan tinggi, rumah sakit, obat-obatan, pasar, pembangkit listrik, taman hiburan dan fasilitas publik lainnya.Mungkin sudah saatnya kita lebih memperhatikan petugas pajak di kota kita, juga polisi, jaksa, hakim dan pengacara, bukan untuk mengusili atau mencampuri kehidupan pribadi mereka, tapi hanya untuk menyelamatkan fasilitas publik yang mungkin bisa kita peroleh kalau perilaku dan gaya hidup mereka wajar-wajar saja.Kalau kita begitu pedulinya pada maling ayam, maling jemuran, maling tape mobil, maling kaca spion, maling motor dan sejenisnya, mengapa tidak kita tingkatkan sedikit kepedulian kita pada para pencuri uang kita, rakyat Indonesia?