keunikan budaya toraja

4
KEUNIKAN BUDAYA Toraja, ”Kota” Orang Mati Yang Hidup Harian Kompas, Jumat 14 Maret 2008 Oleh STANISLAUS SANDARUPA, Ph.D Dalam suatu wawancara yang dilakukan Televisi Fox, The History Channel dari Amerika Serikat dengan penulis baru-baru ini, salah satu pertanyaan menarik yang diajukan kepada saya adalah apa yang membuat Toraja menjadi sebuah budaya unik di dunia? Jawaban saya singkat saja, seperti yang tertuang dalam judul di atas, dengan ciri “Toraja sebagai kota orang mati yang hidup” di tengah era globalisasi dan era postmodernisme. The History Channel dari TV Fox mencari 12 episode lintasan ritus dari berbagai penjuru dunia yang akan ditayangkan pada Mei mendatang. Toraja dan Minangkabau mewakili Indonesia. Kebanyakan orang berpendapat bahwa keunikan budaya Toraja adalah upacara kematian. Pendapat ini kurang tepat karena upacara kematian dengan tingkat elaborasi yang tinggi ada di mana-mana, seperti upacara pemakaman Pak Harto atau upacara pemakaman di Bali dan Sumbawa. Keunikan budaya Toraja sebenarnya terletak pada kepercayaan dan praktik-praktik budaya yang memperlakukan orang mati hidup atau tidak mati. Dan ini hanya ada dan terjadi di Toraja Orang Toraja memiliki satu sistem kepercayaan yang disebut Alukta. Agama ini sering disebut Aluk Todolo untuk menggambarkan bahwa agama ini asli ciptaan leluhur orang Toraja. Disadari atau tidak, suatu pandangan yang masih dianut dan dipraktikkan oleh hampir seluruh masyarakat Toraja ialah pandangan tentang kehidupan yang berputar. Manusia berasal dari langit, turun ke Bumi-kehidupan di Bumi-dan kembali lagi ke langit setelah melalui transformasi. Pandangan ini tampak dalam semua aspek budaya Toraja. Misalnya, dalam lagu-lagu duka (badong)

Upload: eunhyce-skyezt

Post on 27-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Keunikan budaya Toraja, "Kota" orang mati yang hidup. Dikutip dari Harian Kompas.....

TRANSCRIPT

Page 1: KEUNIKAN BUDAYA TORAJA

KEUNIKAN BUDAYAToraja, ”Kota” Orang MatiYang HidupHarian Kompas, Jumat 14 Maret 2008Oleh STANISLAUS SANDARUPA, Ph.D

Dalam suatu wawancara yang dilakukan Televisi Fox, The History Channel dari Amerika Serikat dengan penulis baru-baru ini, salah satu pertanyaan menarik yang diajukan kepada saya adalah apa yang membuat Toraja menjadi sebuah budaya unik di dunia?

Jawaban saya singkat saja, seperti yang tertuang dalam judul di atas, dengan ciri “Toraja sebagai kota orang mati yang hidup” di tengah era globalisasi dan era postmodernisme. The History Channel dari TV Fox mencari 12 episode lintasan ritus dari berbagai penjuru dunia yang akan ditayangkan pada Mei mendatang. Toraja dan Minangkabau mewakili Indonesia.

Kebanyakan orang berpendapat bahwa keunikan budaya Toraja adalah upacara kematian. Pendapat ini kurang tepat karena upacara kematian dengan tingkat elaborasi yang tinggi ada di mana-mana, seperti upacara pemakaman Pak Harto atau upacara pemakaman di Bali dan Sumbawa. Keunikan budaya Toraja sebenarnya terletak pada kepercayaan dan praktik-praktik budaya yang memperlakukan orang mati hidup atau tidak mati. Dan ini hanya ada dan terjadi di Toraja

Orang Toraja memiliki satu sistem kepercayaan yang disebut Alukta. Agama ini sering disebut Aluk Todolo untuk menggambarkan bahwa agama ini asli ciptaan leluhur orang Toraja. Disadari atau tidak, suatu pandangan yang masih dianut dan dipraktikkan oleh hampir seluruh masyarakat Toraja ialah pandangan tentang kehidupan yang berputar.

Manusia berasal dari langit, turun ke Bumi-kehidupan di Bumi-dan kembali lagi ke langit setelah melalui transformasi. Pandangan ini tampak dalam semua aspek budaya Toraja. Misalnya, dalam lagu-lagu duka (badong) narasi bergerak dalam tema ini: manusia lahir di langit, turun ke bumi, dan kembali lagi ke langit (ossoran). Rumah tongkonan dan lumbung alang didirikan mengikuti gerakan dari selatan ke utara sampai titik senit tertinggi atau sebaliknya, dari utara ke selatan (puya), kembali ke langit tertinggi.

Page 2: KEUNIKAN BUDAYA TORAJA

THE UNIQUE OF CULTURALToraja as “the town” of the livingDead personsCompass, Friday 14 March 2008By STANISLAUS SANDARUPA, Ph.D

In an interview by Television Fox, The History Channel from United States with the writer recently, one of interesting question raised to me is what making Toraja become a unique culture in the world?

My answer just shorten, such as those which decanted in above title, with the characteristic " Toraja as the town of the living dead persons" in era of globalization and postmodernism. The History Channel from TV Fox look for 12 episode about rites of passage from various world which will be displayed at May. Toraja And Minangkabau deputize Indonesia.

Mostly people have a notion that the unique of Toraja’s culture is dead ceremony. This opinion less precisely because dead ceremony with the high elaboration storey in many place, like funeral ceremony Mr. Harto or funeral ceremony in Bali and Sumbawa. In fact, the unique of Toraja’s culture lay in belief and the culture practice treating dead persons live or not die. And this only there and happened in Toraja.

Torajanese own one belief system called Alukta. This Religion often referred by Aluk Todolo to descript that this religion is genuiness creation by ancestor of Toraja. Realized or not, one view which still be embraced and practice by almost all society in Toraja is view about life cycle.

Human come from sky, descend to earth-Earth live-and return again into sky after through transformation. This view see in all Toraja’s cultural aspect. For example, in sorrowful song ( badong) naration make a move in this theme: human being born in the sky, descend to earth, and back again to sky (ossoran). House of Tongkonan and beam mow founded to follow the movement from south to north until highest zenith dot or on the contrary, from north to south ( puya), return into highest sky.