keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

13
TUGAS ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN Nama : Yogi Oktopianto NPM : 16309875 Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan : Teknik Sipil JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

Upload: yogi-oktopianto

Post on 30-Jun-2015

664 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

TUGAS ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN

Nama : Yogi Oktopianto

NPM : 16309875

Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan

Jurusan : Teknik Sipil

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS GUNADARMA

2012

Page 2: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

KETERBATASAN SALURAN IRIGASI KABUPATEN HULU SUNGAI

SELATAN, KALIMANTAN SELATAN

1. LATAR BELAKANG

Menyadari bahwa peran sektor pertanian dalam struktur dan

perekonomian nasional sangat strategis dan kegiatan pertanian tidak dapat

terlepas dari air, maka irigasi sebagai salah satu sektor pendukung keberhasilan

pembangunan pertanian akan tetap mempunyai peran yang sangat penting.

Dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang

Pengairan telah ditetapkan Kebijakan Pemerintah tentang penyelenggaraan tata

pengaturan air, ialah kebijakan mengenai segala usaha untuk mengatur

pembinaan seperti pemilikan, penguasaan, pengelolaan, penggunaan,

pengusahaan, dan pengawasan atas air beserta sumber-sumbernya, termasuk

kekayaan alam bukan hewani yang terkandung di dalamnya guna mencapai

manfaat yang sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat hidup dan perikehidupan

rakyat.

2. PERMASALAHAN

Kabupaten Hulu Sungai Selatan , Kalimantan Selatan, membutuhkan

irigasi guna meningkatkan hasil produksi menyusul lebih dari 1.000 hektar

lahan pertanian potensial di daerah tersebut tidak termanfaatkan secara

maksimal. Bila lahan yang mencapai ribuan hektar itu termanfaatkan maksimal,

Page 3: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

bukan cuma pendapatan dan kesejahteraan petani setempat yang meningkat,

tapi juga berimbas pada peningkatan produksi padi di HSS (Hulu Sungai

Selatan ) maupun produksi nasional. untuk meningkatkan produksi pertanian,

khususnya padi sawah, salah satu cara dengan membangun irigasi ke

persawahan yang selama ini kurang produktif.

3. PEMBAHASAN

Dari permasalahan yang dihadapi di atas untuk itu Kalimantan Selatan

membutuhkan jaringan irigasi guna meningkatkan hasil produksi pertanian. Jika

lahan pertanian potensi di daearah tersebut termanfaatkan dengan maksimal

maka tidak hanya kesejahteraan petani setempat yang meningkat, tapi juga

berimbas pada peningkatan produksi padi di HSS (Hulu Sungai Selatan )

maupun produksi nasional.

Penyediaan air irigasi pada jaringan irigasi yang multi guna diutamakan

terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan mengairi areal persawahan dan

selebihnya dapat diberikan dalam batas tertentu untuk perikanan, peternakan,

perkebunan, industri dan kelestarian lingkungan hidup.

Dalam hal ketersediaan air irigasi tidak mencukupi, dapat dilakukan

perubahan rencana penyediaan air irigasi dan perubahan alokasi air irigasi,

perkumpulan petani pemakai air menyesuaikan kembali rencana tata tanam di

daerah irigasi yang bersangkutan di Kalimantan Selatan.

Mengingat irigasi tidak terlepas dari pengelolaan sumberdaya air secara

keseluruhan maka pembaharuan kebijakan dalam bidang keirigasian harus

Page 4: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

dilaksanakan secara simultan dan konsisten dengan pembaharuan pengelolaan

sumberdaya air secara keseluruhan.

Berikut merupakan tata susunan norma hukum Republik Indonesia yang

mengatur tentang penyelesaian permasalahan irigasi :

I. Tata Susunan Norma Hukum Republik Indonesia Menurut TAP

MPRS No.XX/MPRS/1966

A. Undang – Undang Dasar 1945

Pasal 33 ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat “

B. TAP MPR

a. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan

Sumber Daya Alam

Bahwa sumber daya agraria/sumber daya alam meliputi bumi,

air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi generasi

sekarang dan generasi mendatang dalam rangka mewujudkan

masyarakat adil dan makmur.

Page 5: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

C. Udang-Undang / PERPU

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004

menegaskan bahwa Pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian

dilakukan dengan pengembangan sistem irigasi. Pengembangan

sistem irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung

jawab pemerintah dan pemerintah daerah, Pengembangan sistem

irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani

pemakai air

b. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

Pada pasal 12 Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 menjelaskan

guna menjamin kelestarian fungsi dari bangunan-bangunan

pengairan untuk menjaga tata pengairan dan tata air yang baik, perlu

dilakukan kegiatan-kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan serta

perbaikanperbaikan bangunan-bangunan pengairan tersebut.

D. Peratutan Pemerintah

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006

tentang Irigasi

Pasal 1 PP RI Nomor 20 Tahun 2006 menjelaskan bahwa Irigasi

adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi

untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi

Page 6: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan

irigasi tambak

Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan

pembuangannya, termasuk kegiatan membukamenutup pintu

bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem

golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi

pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.

b. Peratauran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2001

Tentang Irigasi

Pada pasal 2 PP RI 77 Tahun 2001 bahwa Irigasi

diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan air yang

menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, serta untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnyapetani.

Sementara untuk pembangunan jaringan irigasi termuat dalam

pasal 28 yang menjelaskan Rencana induk pengembangan irigasi

Propinsi/Kabupaten/Kota disusun berdasarkan atas rencana

pengembangan sumberdaya air dan rencana tata ruang wilayah serta

memperhatikan pelestarian sumberdaya air dan ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

Page 7: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

c. Peratauran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1982

Tentang Irigasi

Dalam pasal 25 menjelaskan bahwa pembangunan jaringan

irigasi utama beserta bangunan pelengkapnya, diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah yang bersangkutan, berdasarkan rencana

penyediaan air yang telah ditetapkan oleh Menteri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah ini.

E. Keputusan Presiden

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1980 Tentang

Kebijaksanaan Mengenai pencetakan sawah

Untuk memenuhi kebutuhan akan pangan terutama beras dalam

rangka usaha swasembada pangan serta untuk meningkatkan pendapatan

petani, dipandang perlu mengusahakan penambahan areal pertanian

persawahan yang telah ada dengan cara pencetakan sawah baru. Dimana

dalam pasal 1 dijelaskan bahwa Lokasi kegiatan pencetakan sawah

adalah daerah dalam kawasan jaringan irigasi yang dibangun oleh

Pemerintah.

F. Peraturan Pelaksanaan

Peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang

Irigasi.

Page 8: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

Termuat dalam pasal 26 dijelaskan bahwa Setiap pembangunan

jaringan irigasi dilengkapi dengan pembangunan jaringan drainase yang

merupakan satu kesatuan dengan jaringan irigasi yang bersangkutan

G. Peraturan Mentri

a. Peraturan Menteri PU Nomor 31 Tahun 2007 tentang Komisi Irigasi

b. Peraturan Menteri PU Nomor 33 Tahun 2007 tentang Pemberdayaan

P3A

c. Peraturan Menteri PU Nomor 30 Tahun 2007 tentang

Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP)

Termuat dalam pasal 9 bahwa Pembangunan dan/atau

peningkatan jaringan irigasi dilaksanakan berdasarkan rencana induk

pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan

memperhatikan rencana pembangunan pertanian dan disesuaikan

dengan norma, standar, pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh

Menteri. Dimana Pelaksanaan konstruksi untuk pembangunan

dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder dapat

dilaksanakan dengan cara swakelola atau kontraktual.

d. Instruksi Mentri

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 1992 tentang

Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1992

tentang Pelayanan Irigasi.

Page 9: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

II. Tata Susunan Norma Hukum Republik Indonesia Menurut TAP MPR

No.III/MPR/2000

A. Undang – Undang Dasar 1945

Pasal 33 ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat “

B. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI

a. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan

Sumber Daya Alam

Bahwa sumber daya agraria/sumber daya alam meliputi bumi,

air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi generasi

sekarang dan generasi mendatang dalam rangka mewujudkan

masyarakat adil dan makmur.

C. Undang-undang

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004

menegaskan bahwa Pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian

Page 10: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

dilakukan dengan pengembangan sistem irigasi. Pengembangan

sistem irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung

jawab pemerintah dan pemerintah daerah, Pengembangan sistem

irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani

pemakai air

b. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

Pada pasal 12 Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 menjelaskan

guna menjamin kelestarian fungsi dari bangunan-bangunan

pengairan untuk menjaga tata pengairan dan tata air yang baik, perlu

dilakukan kegiatan-kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan serta

perbaikanperbaikan bangunan-bangunan pengairan tersebut.

D. Peraturan Pemerintah

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006

tentang Irigasi

Pasal 1 PP RI Nomor 20 Tahun 2006 menjelaskan bahwa Irigasi

adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi

untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi

permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan

irigasi tambak.

Page 11: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

b. Peratauran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2001

Tentang Irigasi

c. Peratauran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1982

Tentang Irigasi

Dalam pasal 25 menjelaskan bahwa pembangunan jaringan

irigasi utama beserta bangunan pelengkapnya, diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah yang bersangkutan, berdasarkan rencana

penyediaan air yang telah ditetapkan oleh Menteri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah ini.

E. Keputusan Presiden

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1980 Tentang

Kebijaksanaan Mengenai pencetakan sawah

Untuk memenuhi kebutuhan akan pangan terutama beras dalam

rangka usaha swasembada pangan serta untuk meningkatkan pendapatan

petani, dipandang perlu mengusahakan penambahan areal pertanian

persawahan yang telah ada dengan cara pencetakan sawah baru. Dimana

dalam pasal 1 dijelaskan bahwa Lokasi kegiatan pencetakan sawah

adalah daerah dalam kawasan jaringan irigasi yang dibangun oleh

Pemerintah.

Page 12: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

F. Peraturan Daerah

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 10 Tahun 2009

Tentang Irigasi di Kalimantan Selatan

Pengembangan jaringan irigasi Kalimantan Selatan Termuat

dalam pasal 32 dimana pengembangan jaringan irigasi meliputi

pembangunan jaringan irigasi dan peningkatan jaringan irigasi.

Pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi pada jaringan irigasi

lintas kabupaten/kota, harus mendapat izin dan persetujuan disain dari

Pemerintah Daerah.

4. KESIMPULAN

Dalam rangka mengatasi keterbatasan jaringan Irigasi di Kalimantan

selatan dibutuhkan pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi yang

dilaksanakan berdasarkan rencana induk pengelolaan sumber daya air pada

wilayah sungai dengan memperhatikan rencana pembangunan pertanian dan

disesuaikan dengan norma, standar, pedoman, dan manual yang telah

ditetapkan, serta pembangunan yang sesuai hukum Republik Indonesia.

Untuk terselenggaranya penyediaan air di segala bidang kehidupan dan

penghidupan, diperlukan adanya pengaturan penggunaan dan pemanfaatan,

pembinaan pengelolaan, pemeliharaan serta pengendalian pengawasan jaringan

irigasi yang ada.

Page 13: Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan

5. DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional http://www.bappenas.go.id/

Direktorat Pengairan dan Irigasi-BAPPENAS http://air.bappenas.go.id

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia http://www.mpr.go.id

Pemerintah Provinsi Kalimanatan Selatan http://www.kalselprov.go.id/