kesulitan belajar (dispraksia)

17
KESULITAN BELAJAR DISPRAKSIA PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Oleh : 1. Rina Istiani (113194028) 2. Lutfi Widiarta (113194029) 3. Meida Wulan Sari (113194035) 4. Iriene Eka Siswanty (113194038)

Upload: ismatul-izzati

Post on 23-Oct-2015

353 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

kesulitan belajar

TRANSCRIPT

Page 1: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

KESULITAN BELAJAR

DISPRAKSIA

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Oleh :

1. Rina Istiani (113194028)

2. Lutfi Widiarta (113194029)

3. Meida Wulan Sari (113194035)

4. Iriene Eka Siswanty (113194038)

Pendidikan Kimia A 2011

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Surabaya

2011

Page 2: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas karuniaNya makalh ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul Kesulitan Belajar “Dispraksia” dengan

tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit kesulitan yang kami hadapi. Namun, kami

menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan makalah ini tidak lain berkat bimbingan, dorongan

orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu kami

mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penulisan

makalah ini.

Dengan selesainya makalah ini, diharapkan dapat memberikan wawasan tentang salah

satu kesulitan belajar yang dialami anak sehingga para orang tua dapat mengantisipasinya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran agar dalam penulisan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.

Surabaya, 14 Desember 2011

Penulis

Page 3: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

Dasar Teori

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai

tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya

disebabkan oleh factor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak

yang lazim yang disebut sebagai kesulitan belajar spesifik, serta factor psikologis yaitu kesulitan

belajar yang berkenaan dengan motivasi dan minat belajar.

Pengertian kesulitan belajar adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak dan

remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf integensi dan

kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Hal ini disebabkan oleh gangguan didalam saraf

pusat otak yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan

bicara, membaca, menilis, dan berhitung. Anak-anak di sekolah pada umumnya memiliki

karakteristik individu yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual, ataupun social-

emosional.

Kesulitan belajar ada banyak jrnis seperti dispraksia, diseleksia, diskalkulia, disfasia,

gangguan pemutusan perhatian, autis, dan gangguam memori karena terjadi gangguan

pemrosesan pada SSP. Semua gangguan tersebut dimasukkan dalam DMO karena lesinya

minimal sehingga tidak nampak pada neuroimaging tetapi terlihat sebagai gangguan fungsional

dan sering diikuti adanya gangguan perilaku dan gangguan belajar.

Page 4: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

Kesulitan Belajar

“Dispraksia”

A. Definisi Dispraksia

Dispraksia merupakan penyakit gangguan otak yang mengakibatkan penderitanya

tidak bisa menentukan koordinat arah dan gerakan tubuh dengan baik. Penderita gangguan

ini kesulitan melakukan aktivitas sederhana yang dilakukan manusia normal seperti

berpakaian, mengikat tali sepatu, bahkan memegang pensil. Dispraksia berasal dari kata

“Dys” yang artinya tidak mudah atau sulit dan “praxis” yang artinya bertindak, melakukan.

Nama lain Dispraksia adalah Development Co-ordination Disorder (DCD), Perceptuo-

Motor Dysfunction, dan Motor Learning Disability. Pada jaman dulu lebih dikenal dengan

nama Clumsy Child Syndrome. Menurut penelitian, gangguan ini kadang diturunkan

dalam keluarga dan gejalanya tumpang tindih dengan gangguan lain yang mirip misalnya

disleksia.

Menurut penelitian secara medis, dispraksia adalah gangguan atau ketidakmatangan

anak dalam mengorganisir gerakan akibat kurang mampunya otak memproses informasi

sehingga pesan-pesan tidak secara penuh atau benar ditransmisikan. Dispraksia

mempengaruhi perencanaan apa-apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.

Hal ini menyebabkan timbulnya kesulitan dalam berpikir, merencanakan dan melakukan

tugas-tugas motorik atau sensori.

B. Penyebab

Menurut Belinda Hill, speech pathologist di Australian Dyspraxia Support Group

and Resource Centre Inc. di New South Wales, dispraksia bukanlah gangguan yang terjadi

pada otot dan gangguan kecerdasan walaupun akibatnya mempengaruhi kemampuan

berbahasa dan pengucapan. Masalah dispraksia terjadi ketika otak mencoba

memerintahkan untuk melaksanakan apa yang mesti dilakukan, namun kemudian sinyal

perintah otak itu diacak sehingga otot tidak dapat membaca sinyal tersebut. Keluarga yang

hidup dengan anak dispraksia sering kali biasanya tidak menyadari kondisi anak dengan

segera. Hal ini menyebabkan anak dispraksia mempunyai kepercayaan diri yang rendah

akibat gangguan yang dideritanya dan kekurangtahuan keluarga. Anak dispraksia juga

rawan terhadap gangguan depresi serta mempunyai kesulitan dalam emosi dan perilaku.

Page 5: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

Cara kerja motorik manusia, menurut Richard Haier, guru besar saraf dari Universitas

California di Irvine, lebih banyak difungsikan oleh daerah lymbic temporal (pada pria) dan

cyngulata gyrus (pada wanita). Sehingga, anak atau individu bisa mengalami gangguan

dispraksia, bila terjadi ketidakseimbangan diantara keduanya. Disamping pola kreativitas,

penyembuhan, pemecahan masalah, sampai kepada menikmati hubungan yang sempurna,

yang sepenuhnya ada pada kerja otak kanan.

C. Jenis dispraksia

1. Dispraksia ideomotoris

Dispraksia ideomotoris ditandai kurangnya kemampuan dalam melakukan gerak

praktis sederhana, seperti menggunting atau menggunakan sendok. Gerakannya

terkesan canggung dan kurang luwes.

2. Dispraksia ideosional

Anak dapat melakukan gerak kompleks tapi tidak mampu menyelesaikan secara

keseluruhan terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak tenang. Kesulitan terletak

pada urutan gerakan, anak sering bingung dalam mengawali aktivitas, misalnya

mengikuti irama musik.

3. Dispraksia konstruksinal

Anak mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan kompleks yang

berkaitan dengan bentuk seperti menyusun balok dan menggambar. Kondisi ini dapat

mempengaruhi gangguan menulis (disfragia). Hal ini disebabkan karena kegagalan

dalam konsep konstruktif.

4. Dispraksia oral

Sering ditemukan pada anak yang mengalami perkembangan disfasia (gangguan

perkembangan bahasa). Anak mempunyai gangguan dalam bicara karena adanya

konsep gerakan motorik di dalam mulut. Berbicara dipandang sebagai bentuk gerakan

halus dan terampil dalam rongga mulut sehingga anak kurang mampu kalau diminta

untuk menirukan gerak, misalnya menjulurkan atau menggerakkan lidah.

D. Perilaku anak yang mengalami dispraksia

1. Pada bayi

Dispraksia sering ditandai dengan sedikit atau tidak adanya ocehan. Ketika mulai

belajar bicara, huruf konsonan yang diucapkannya sangat sedikit.

2. Pada anak usia 3 – 5 tahun (usia pra sekolah)

Page 6: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

1. Aktivitas motorik yang sangat tinggi termasuk mengayun-ayunkan kaki dan

menghentak-hentakan kaki ketika duduk, bertepuk tangan atau menari.

2. Tangan mengembang ketika berlari.

3. Kesukaran mengayuh pedal sepeda roda tiga atau mainan serupa.

4. Ketrampilan motorik halus yang jelek, misal sukar memegang pensil atau

menggunakan gunting.

5. Kurang melakukan permainan yang imajinatif.

6. Mengalami kesulitan berbahasa yang terus menerus.

7. Respon terbatas pada instruksi lisan apa saja.

8. Terlambat berguling, merangkak, berjalan.

9. Sukar menyesuaikan diri saat beralih ke makanan padat.

10. Sukar melangkah, memanjat, menyusun puzzle, mempelajari ketrampilan baru

secara insting dan lambat mengembangkan kata-kata.

11. Sulit berbicara dengan jelas dan kesulitan menggerakkan mata sehingga lebih suka

menggerakkan kepalanya daripada menggerakkan matanya.

3. Pada anak yang lebih besar (usia sekolah)

1. Kesulitan dalam berkata-kata maupun mengekspresikan diri.

2. Sebagian anak dispraksia terlalu sensitif terhadap sentuhan.

3. Sukar mengingat instruksi dan menyalin tulisan dari papan tulis.

4. Tidak dapat menangkap konsep seperti : “di bawah”, “di atas”, “di dalam” atau “di

luar”.

5. Mengalami kesukaran dalam memakai baju, menalikan sepatu dan menggunakan

garpu atau pisau.

6. Keseimbangan badan yang buruk, sulit belajar naik sepeda.

7. Kemampuan membaca yang rendah dan buruk dalam menulis.

8. Sebagian anak dispraksia mengalami articulatory dyspraxia yang menyebabkan

mereka mengalami kesulitan dalam berbicara dan mengeja.

E. Identifikasi atau tanda dan gejala yang harus diperhatikan

o Umur 3 – 7 tahun

1. Naik sepeda roda tiga

2. Melukis/ bermain potongan gambar/ mewarnai/ menggambar

3. Melompat lompat

Page 7: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

4. Berinteraksi dengan kelompok

5. Mudah teralih perhatiannya

6. Makan dan minum berantakan

7. Sensitivitas tinggi atau rendah terhadap stimulasi sensorik

8. Tidak menyukai tekstur tertentu saat makan/rambut disisir/kuku digunting

9. Membersihkan diri setelah buang air

10. Memakai/membuka baju

11. Gangguan tidur

12. Gangguan makan – berceceran

o Umur 7 – 11 tahun

1. Interaksi sosial – lebih senang bermain dengan anak yang lebih muda/memeluk

tidak pada tempatnya

2. Naik sepeda roda 2

3. Kemampuan buruk saat menulis atau menggunting

4. Sikap duduk di kursi

5. Berjalan-jalan mengelilingi tempat bermain – keliling pagar

6. Keterampilan bermain bola

7. Memakai/melepas sepatu atau tali sepatu

8. Membersihkan diri setelah buang air

9. Mengamuk saat di rumah, bukan di sekolah

10. Perhatian mudah teralih/tidak bisa diam

o Umur 11 – 16 tahun

1. Tulisan tangan buruk begitu juga kecepatan saat bekerja

2. Main berkelompok di mana diperlukan keterampilan main bola

3. Memakai/membuka baju lebih lambat dari teman sebaya

4. Sosialisasi kurang baik/teman sedikit

5. Terdapat gap antar teman sebaya, terisolasi secara social

6. Kesulitan di bidang matematika/geometri

7. Organisasi/pengaturan waktu/perencanaan

8. Sering melupakan benda-benda/ pekerjaan rumah yang susah dicatat

9. Hasil pekerjaan bervariasi setiap hari

10. Belum sadar akan kebersihan/membersihkan diri setelah buang air

11. Perawatan diri

Page 8: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

12. Kesadaran akan mode dalam berpakaian, kurang dibandingkan dengan teman

sebaya

o Dewasa

A. Belajar untuk menyetir mobil sistem manual

B. Perawatan diri/bercukur

C. Pengaturan waktu dan pekerjaan yang kompleks, contohnya menyiapkan makan

D. Aturan sosial di lingkungan kerja

E. Mencatat dengan cepat dan rapi

F. Mengatur diri dan pekerjaan

F. Dampak dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Kesulitan merawat diri sendiri

Anak dengan salah satu karakteristik di atas mungkin mengalami kesulitan

dengan sejumlah keterampilan hidup sehari-hari misalnya berpakaian, pergi ke toilet,

makan dan mengatur barang-barang.

2. Kesulitan dalam Pelajaran dan Olahraga

Seorang anak dengan gangguan perencanaan motorik dan / atau gangguan

keterampilan motorik kasar akan mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dalam

pelajaran dan olahraga, khususnya olahraga yang memerlukan kerjasama tim.

3. Kesulitan dalam Menulis

Menulis tangan adalah kegiatan yang kompleks yang menggabungkan banyak

ketrampilan sekaligus. Anak-anak dengan DCD (Development Co-ordination

Disorder) atau nama lain dari dispraksia sering kesulitan dengan tulisan tangan di

sekolah, sehingga tulisan tangan mereka sulit untuk rapi.

4. Kesulitan Perhatian dan Konsentrasi

Anak-anak dengan DCD dapat sering mengalami kesulitan mempertahankan

perhatian mereka pada tugas yang diberikan. Salah satu alasan kesulitan dengan

perhatian ini disebabkan oleh terganggunya pengolahan informasi sensoris.

5. Kesulitan dalam Pergaulan Sosial

Sebagai akibat dari karakteristik di atas anak-anak dengan DCD dapat

mengalami kesulitan berinteraksi dengan anak-anak lain yang seusia mereka.

Gangguan motorik kasar dan motorik halus, kesulitan perencanaan dan disfungsi

integrasi sensorik dapat menyulitkan seorang anak untuk terlibat dalam suatu

kegiatan atau permainan. Kesulitan bicara dan bahasa dapat membuat sulitnya

Page 9: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

berkomunikasi dengan orang lain atau memahami aturan permainan sehingga mereka

tidak diikutsertakan dalam permainan.

6. Gangguan Perilaku

Anak-anak dengan DCD dapat menunjukkan perilaku yang lebih sulit diatur

misalnya ketidakpatuhan, berteriak, menjerit, merengek, mengamuk atau perilaku

agresif. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam perhatian dan

konsentrasi, frustrasi tingkat tinggi sehingga mengurangi motivasi. Jadi, harapan

orangtua terhadap anak, pengetahuan orangtua, pengertian dan faktor pengasuhan

adalah faktor penting yang harus dipertimbangkan.

7. Kesulitan Berbicara dan Berbahasa

Anak dengan DCD dapat mengalami kesulitan dalam bidang-bidang berikut: pemahaman

bahasa, bahasa ekspresif dan fonologi (pengucapan).

G. Cara menangani anak dispraksia

o Pendekatan untuk Mendukung Anak

1. Lingkungan

a) Pengertian dari keluarga, saudara kandung, teman sebaya dan guru

b) Adaptasi terhadap lingkungan, misalnya mencatat, memilih aktivitas fisik.

2. Individual

a) Latihan keterampilan merawat diri

b) Latihan Ball Skills

c) Hobi alternatif, sesuai kemampuan

3. Penyesuaian Tugas

a) Disediakan alat bantu alternatif untuk mencatat

b) Mengurangi beban pekerjaan rumah

o Meningkatkan Stabilitas Bahu dan Pinggul

1. Permainan merangkak

2. Bola, dimulai dengan bola besar, duduk kemudian berdiri dengan beban dan

posisi bervariasi, dengan dua dan satu tangan

3. Latihan dengan rintangan

4. Latihan lompat tali

5. Melompat

6. Bernyanyi dan bermain untuk memperbaiki kemampuan irama

o Latihan Aktifitas Motorik Halus

Page 10: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

1. Menulis dengan spidol di papan tulis

2. Menulis dengan spidol di kertas yang diletakkan di lantai

3. Mainan karet yang dapat diremas

4. Bermain dengan adonan/lilin

5. Bermain pita pada stik membentuk huruf

6. Bermain busa dan pasir, menggambar atau membentuk huruf

7. Permainan yang melatih mental tentang membentuk huruf

8. Memilih benda dalam tas sesuai perintah tanpa melihat ke dalam tas

o Untuk Memperbaiki Koordinasi Motorik

Diperlukan latihan untuk mempraktekkan keterampilan:

1. Sedikit tapi sering

2. Pada kondisi yang bervariasi

3. Minimal 15 menit 3 kali seminggu

4. Berorientasi fungsional atau perencanaan mengarah pada fungsi

5. Periksa sampai di mana taraf perkembangan anak

6. Berikan keterampilan yanbg bervariasi, latihlah anak agar berfikir sebelum

mengerjakan

7. Pastikan keterampilan sudah dikuasai

8. Tanamkan motivasi pada anak dengan cara memulai dan mengakhiri latihan

dengan memberikan tugas yang telah dia kuasai

o Jenis Latihan yang Direkomendasikan

1. Bersepeda

2. Berenang

3. Menari

4. Menunggang Kuda

5. Memancing

6. Bermain Trampolin

7. Olahraga Memanah

8. Bersampan

9. Bermain Tenis

10. Fotografi

11. Sepak bola/basket

12. Memasak

Page 11: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

13. Senam Lantai

14. Bulutangkis

15. Berlatih Seni Bela Diri

H. Terapi untuk anak dispraksia

Sebagai suatu sistem pendidikan untuk anak-anak dengan gangguan motorik,

Conductive Education mengajarkan bagaimana untuk “break down” kemampuan dan

ketrampilan yang mereka coba untuk ditampilkan. Dengan keberhasilan, keyakinan, dan

kepercayaan diri yang meningkat, mereka dapat melatihnya dalam kehidupan sehari-hari.

Anak dispraksia kurang efektif jika dimasukkan dalam kelas khusus untuk anak-anak

yang mengalami kesulitan belajar.

Yang dibutuhkan oleh anak-anak dispraksia adalah terapi satu lawan satu yaitu suatu

terapi dimana satu orang anak dispraksia ditangani oleh satu orang fisioterapis atau speech

pathologist. Mereka butuh penanganan dan dukungan profesional secara teratur termasuk

juga dukungan dari pendidikan yang dijalani.

Anak dispraksia biasanya dapat disembuhkan tergantung dari tingkat keparahannya.

Ada kemungkinan kambuh beberapa kali tapi tingkat kesukaran dalam koordinasi gerakan

akan semakin menurun. Anak juga bisa sembuh sendiri namun lebih lambat dan tidak

seefisien jika ditangani oleh terapis. Keluarga yang hidup dengan anak dispraksia

seringkali biasanya tidak menyadari kondisi anak dengan segera. Itu sebabnya, akibat

gangguan yang diidapnya dan kekurangtahuan keluarga, anak dispraksia punya self-esteem

yang rendah. Ia juga rawan kena depresi, mengalami masalah mental dan mengalami

kesukaran emosional dan perilaku.

Page 12: Kesulitan Belajar (Dispraksia)

DAFTAR PUSTAKA

Fadhilaharif “DYSPRAXIA / DCD (another info)”

http://fadhilaharif.multiply.com/reviews/item/19. (Diakses pada tanggal

12 Desember 2011 pada pukul 12.40)

Fadhilaharif “D C D (Developmental Coordination Disorder)”

http://fadhilaharif.multiply.com/reviews?&show_interstitial=1&u=

%2Freviews. (Diakses pada tanggal 12 Desember 2011 pada pukul

19.57)