kesulitan belajar

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belajar merupakan tugas utama siswa. Pada dasarnya, setiap tugas berakhir dengan dua kemungkinan, yakni berhasil atau gagal. Keberhasilan dalam belajar merupakan harapan yang diinginkan bukan hanya oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga guru yang mengajarnya, orang tua, keluarga dan masyarakat. Dalam upaya pencapaian keberhasilan belajar, tak jarang ditemukan faktor-faktor yang dapat menghambat keberhasilan belajar siswa, sehingga menimbulkan gejala kesulitan dalam belajar. Dalam kondisi ini, seorang guru atau konselor sekolah perlu memberikan bantuan berupa mengadakan diagnosis kesulitan belajar dan melakukan pengajaran perbaikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah atau setidaknya meminimalkan dan memecahkan kesulitan belajar. Jika masalah dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar dapat direntaskan, dampak positif yang diperoleh adalah meningkatnya prestasi belajar dan juga keberhasilan belajar secara optimal. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1

Upload: liiyach-lailiyah

Post on 14-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan Observasi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGBelajar merupakan tugas utama siswa. Pada dasarnya, setiap tugas berakhir dengan dua kemungkinan, yakni berhasil atau gagal. Keberhasilan dalam belajar merupakan harapan yang diinginkan bukan hanya oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga guru yang mengajarnya, orang tua, keluarga dan masyarakat. Dalam upaya pencapaian keberhasilan belajar, tak jarang ditemukan faktor-faktor yang dapat menghambat keberhasilan belajar siswa, sehingga menimbulkan gejala kesulitan dalam belajar.Dalam kondisi ini, seorang guru atau konselor sekolah perlu memberikan bantuan berupa mengadakan diagnosis kesulitan belajar dan melakukan pengajaran perbaikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah atau setidaknya meminimalkan dan memecahkan kesulitan belajar. Jika masalah dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar dapat direntaskan, dampak positif yang diperoleh adalah meningkatnya prestasi belajar dan juga keberhasilan belajar secara optimal.1.2 RUMUSAN MASALAH1.2.1 Apakah pengertian kesulitan belajar?1.2.2 Apa faktor penyebab siswa kesulitan belajar?1.2.3 Bagaimana langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar?1.2.4 Bagaimana upaya mengatasi kesulitan belajar?1.2.5 Bagaimana kondisi sekolah di SD Iskandar Said Surabaya?1.2.6 Bagaimana hasil analisis kesulitan belajar?

1.3 TUJUAN1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kesulitan belajar.1.3.2 Untuk mengetahui faktor penyebab siswa kesulitan belajar.1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar.1.3.4 Untuk mengetahui upaya mengatasi kesulitan belajar.1.3.5 Untuk mengetahui kondisi sekolah di SD Iskandar Said Surabaya.1.3.6 Untuk mengetahui hasil analisis kesulitan belajar.

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Pengertian Kesulitan BelajarKesulitan belajar merupakan suatu bentuk gangguan dalam satu atau lebih dari faktor pisik dan psikis yang mendasar yang meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan yang dengan sendirinya muncul sebagai kemampuan tidak sempurna untuk mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, atau membuat perhitungan matematikal, termasuk juga kelemahan motorik ringan, gangguan emosional atau akibat keadaan ekonomi, budaya, atau lingkungan yang tidak menguntungkan (Betty, 2002).Burton (1952:622-624) mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut[footnoteRef:2] : [2: Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.307.]

a. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion referenced). Dalam konteks sistem pendidikan Indonesia angka nilai batas lulus (passing grade, grade-standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60 atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal). Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan ke dalam lower group.b. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya: intelegensi, bakat). Ia diramalkan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemapuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam under archievers.c. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced). Kasus siswa bersangkutan dapat dikategorikan ke dalam slow learners.d. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya. Kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learners atau belum matang (immature) sehingga mungkin harus menjadi pengulang (repeaters) pelajaran.Dari keempat definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat perkembangannya).Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek substansial-material, fungsional-struktural, dan behavioral atau yang mencakup segi-segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan batasan waktu yang dimaksud, dapat berarti satu periode pendidikan atau fase perkembangan, satu tingkat atau kelas tahun pelajaran, semester atau triwulan, mingguan bahkan jam pelajaran tertentu.

2.2 Faktor Penyebab Kesulitan BelajarBurton (1952:633-640), ia mengelompokkan faktor kesulitan belajar ke dalam dua kategori, yaitu[footnoteRef:3]: [3: Ibid.hlm.325.]

a. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain :1) Kelemahan secara fisik, seperti: Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat, atau sakit sehingga sering membawa gangguan emosional. Pancaindera (mata, telinga, alat bicara, dan sebagainya) mungkin berkembang kurang sempurna atau sakit (rusak) sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif. Ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-kelainan perilaku (kurang terkoordinasikan dan sebagainya). Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan anggota-anggota badan (tangan, kaki dan sebagainya). Penyakit menahun (asma dan sebagainya) menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.2) Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain: Kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang). Tampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya kurang minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah, kurang semangat (kurang gizi, kelelahan atau overwork, dan sebagainya), kurang keterampilan, dan kebiasaan fundamental dalam belajar.3) Kelemahan emosional, antara lain: Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity) Penyesuaian yang salah (maldjusment) terhadap orang-orang, situasi, dan tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan. Tercekam rasa phobia (takut, benci dan antipati), mekanisme pertahanan diri. Ketidakmatangan (immuturity).4) Kelemahan-kelamahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, antara lain: Tidak menentu dan kurang minat terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar. Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian. Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab. Malas, tak bernafsu untuk belajar. Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran. nerveous5) Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak diperlukan, seperti: Ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedang diikutinya secara sekuensial (meningkat dan berurutan), kurang menguasai bahasa (Inggris misalnya). Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.b. Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa, antara lain :1) Kurikulum yang seragam (uniform), bahan dan buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu.2) Ketidaksesuaian standar administratif (sistem pengajaran), penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar-mengajar, dan sebagainya.3) Terlalu berat beban belajar (siswa) dan atau mengajar (guru).4) Terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan di luar, dan sebagainya.5) Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan sebagainya.6) Kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan (dasar/asal) sebelumnya.7) Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status sosial ekonomi, keutuhan/keluarga, besarnya anggota keluarga, tradisi dan kultur keluarga, ketenteraman dan keamanan sosial psikologis dan sebagainya).8) Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstra kulikuler.9) Kekurangan makanan (gizi, kalori, dan sebagainya).2.3 Langkah-langkah Diagnosis Kesulitan BelajarDiagnosis kesulitan belajar ialah upaya identifikasi fenomena yang menunjukkan adanya kesulitan belajar dan bertujuan untuk menetapkan jenis kesulitan belajar siswa. Dalam melakukakan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai diagnostik kesulitan belajar.Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut :1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran2. Memeriksa pengelihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar3. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.Secara umum, langkah-langkah tersebut dapat dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk guru dan orang tua siswa dapat berhubungan dengan klinik psikologi.2.4 Upaya Mengatasi Kesulitan BelajarBanyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siawanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting untk menangani kesulitan belajar, meliputi:a. Menganalisis hasil diagnosis yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti.b. Menentukan kecakapan bidang bermasalahBerdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu: Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua.Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus-kasus tuna grahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.c. Menyusun dan melaksanakan program perbaikanDalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut: Tujuan pengajaran remedial Materi pengajaran remedial Metode pengajaran remedial Alokasi waktu pengajaran remedial Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan) dapat memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Guru juga dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu yang dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau pendukung cara memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.

BAB IIIINSTRUMEN PENELITIAN dan ANALISIS HASIL PENELITIAN3.1 Instrumen WawancaraWawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Lexy J, 2006 :186).Dimana tujuan wawancara, serta alasan mengapa saya menggunakan instrumen wawancara dalam pengumpulan data adalah, sebagai metode penunjang atau pelengkap selain menggunakan metode lain selain wawancara, serta digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan hasil yang telah diperoleh dengan cara observasi.3.2 Instrumen ObservasiDalam arti sempit, observasi berarti pengamatan secara langsug terhadap gejala yang diteliti. Dalam arti luas, observasi meliputi pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang sedang diteliti. Dalam rumusan diatas ada satu akata kunci yaitu pengamatan. Dilihat dari psikologis, istilah pengamatan tidak sama dengan melihat, sebab melihat hanya dengan melihat hanya dengan menggunakan penglihatan (mata); sedang dalam istilah pengamatan terkandung makna bahwa dalam melakukan pemahaman terhadap subjek yang dimati yang dilakukan dengan mengguanakan panca indra yaitu dengan penglihatan, pendengaran, penciuman. Bahkan bila di pandang perlu dengan menggnakan pengecap dan peraba.Gall dkk (2003 : 54) memandang observasi sebagai salah satu metode pengumpulan data dengan mengguanakan amati perilaku dan lingkugan (sosial maupun material) individu yang sedang di amati. Gibson, R.L. & Mitchel, M.H (1995 :260) memandang observasi sebagai teknik yang bisa di manfaatkan untuk memilah milah derajat dalam membuat konklusi tentang orang lain, meskipun diakui bahwa penggunaan observasi juga perlu dilengkapi dengan metode lain dalam penelitian manusia.3.3 Kondisi SekolahSD Iskandar Said ini berada di lingkungan yang cukup nyaman di tengah ramainya kota Surabaya. Walaupun tempatnya tidak begitu luas, fasilitas di sekolah ini tergolong cukup. Mulai dari ruang kelas yang nyaman, perpustakaan, kantin, laboratorium computer dan sebagainya. Sekolah ini juga dididik oleh tenaga pendidik yang profesional yang berpendidikan akhir minimal strata satu (S1). Sebagian besar siswanya adalah anak-anak yang berasal dari lingkungan sekitar sekolah dan berbagai daerah lain yang tidak terlalu jauh. Tingkat ekonomi orang tua anak didik di SD Iskandar Said, sebagian besar adalah ekonomi menengah. Hal ini cukup berpengaruh terhadap proses pembelajaran di sekolah.3.4 Identitas Narasumbera. Identitas Siswa Nama : M. Syahru RamadhanTempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 20 Desember 2006Jenis Kelamin : Laki-lakiKelas : II BHobby : Sepak BolaCita-cita : PolisiPrestasi yang pernah diraih : -Penyakit yang pernah diderita : -Pekerjaan : Ayah: Wiraswasta (Toko Sembako) Ibu: Ibu Rumah Tangga

Nama : FebrianiTempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 20 Februari 2006Jenis Kelamin : PerempuanKelas : II BHobby : MenariCita-cita : GuruPrestasi yang pernah diraih : -Penyakit yang pernah diderita : -Pekerjaan : Ayah: Buruh Tani di Desa Ibu: Ibu Rumah Tangga Wali: Guru SMP

b. Identitas GuruNama: Sri Wahyuni, S.TH.I.Tempat, Tanggal Lahir: Surabaya, 26 Agustus 1984Jenis Kelamin: PerempuanGuru Kelas: II BLama mengajar: 7 Tahun3.5 Hasil AnalisisDari hasil analisis pada rekap nilai sekolah siswa-siswi kelas II B di SD iskandar Said, telah dapatkan beberapa nama yang mengalami kesulitan belajar. Dan dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan instrumen wawancara dan observasi, antara lain:a. Dari hasil wawancara kami dengan wali kelas II B, masalah belajar yang pada umumnya terjadi pada sebagian besar peserta didik adalah dikarenakan lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung proses pembelajaran, sistem belajar dirumah yang kurang baik, tidak adanya motivasi belajar, kurang di awasinya oleh orang tua yang berakibat mereka lebih banyak bermain dari pada harus belajar, dan kurangnya sarana prasara yang mendukung belajar saat di rumah.b. Dari hasil wawancara kami dengan beberapa siswa kelas II B, ditemukan berbagai masalah kesulitan belajar yang dialami siswa. Diantaranya, pelajaran berbasis agama (maarif) dirasa sulit oleh siswa karena kurangnya pertemuan dan singkatnya durasi pelajaran, kurang adanya inovasi dari guru yang mengajar mata pelajaran tersebut, dalam pelajaran matematika dirasa sulit karena kurang latihan, jarangnya sarapan pagi di sekolah membuat siswa kurang bersemangat dan sulit berkonsentrasi dalam kegiatan belajar.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanKesulitan belajar adalah suatu keadaan siswa yang memiliki masalah sehingga tidak bisa belajar sebagaimana mestinya yang berdampak pada keberhasilan belajar. Dan keberhasilan belajar siswa itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal (yang bersumber dari dalam diri sendiri) maupun eksternal (yang bersumber dari luar diri sendiri atau lingkungan).Untuk dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, guru ataupun konselor di sekolah perlu melakukan diagnosis kesulitan belajar pada siswa. Diagnosis ini bertujuan untuk memahami hal-hal yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar, dan berupaya untuk membantunya.4.2 SaranSeorang guru perlu untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar, hal ini dilakukan tidak hanya untuk mengetahui kesulitan belajar siswa tersebut tetapi guru dapat memahami pula bagaimana sesungguhnya kesulitan belajar pada siswa yang bersangkutan sedeatil mungkin yang menyebabkan siswa menjadi kesulitan dalam belajar. Bila hal ini dapat terlaksana dengan baik niscaya kesulitan-kesulitan belajar siswa dapat dicegah dan diatasi. Serta dampak positif yang diperoleh adalah meningkatnya prestasi belajar dan juga keberhasilan belajar secara optimal dapat dicapai oleh siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin, M.Ed, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003.Makmun, Abin Syamsudin, Prof. DR. H. M.A., Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.201225 bahan ajar PGMI UIN Sunan Ampel Surabayahttps://afreliansristiyani.wordpress.com/2014/01/16/laporan-diagnosis-kesulitan-belajar/

15