keselamatan kerja dan proses
DESCRIPTION
analisis berita kecelakaan kerjaTRANSCRIPT
KESELAMATAN KERJA DAN PROSES
Analisa Surat Kabar Mengenai Keselamatan Kerja
Disusun oleh:
Danu Purnawan 21030112130079
Nikolaus Darmawan 21030112130079
Yonathan Nusaputra H 21030112130066
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
Empat Pekerja Pabrik Gula di Cilacap Tewas Tersembur Uap Panas
(Kamis, 30 Juli 2009, 02:57 WIB)
CILACAP--Kecelakaan tragis terjadi di pabrik gula rafinasi, PT Dharmapala Usaha Sukses, yang berlokasi di kompleks Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, Jateng. Empat pekerja pabrik yang sedang mengecek dan membersihkan mesin pengolahan gula rafinasi, Rabu (29/7), tewas seketika karena tersembur uap panas yang panasnya mencapai 400 derajat celcius.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari lokasi, saat itu sebenarnya ada lima pekerja yang ditugaskan membersihkan mesin. Mereka terdiri dari Feri Kisbianto (32), Jumono (28), Puji Sutrisno (23), Rasito (25), dan Adi Purnomo (23). Dari kelima pekerja itu, hanya Adi Purnomo yang sempat menyelamatkan diri.
Sebelumnya kejadian, mesin sebenarnya sempat dimatikan. Kelima pekerja itu kemudian masuk ke dalam mesin untuk membersihkan sisa-sisa gula rafinasi yang menempel di dinding mesin. Namun saat mereka berada dalam mesin, seorang pekerja bagian prosesing bernama Ridho, tiba-tiba menghidupkan mesin dengan membuka keran uap gula yang bersuhu 400 derajat celsius.
Saat itu juga, uap langsung menyembur ke tubuh lima pekerja yang sedang membersihkan. Sempat terdengar suara jerit kesakitan, namun suara itu hanya terdengar sekejap. Suara itu sempat terdengar karyawan lain yang seketika itu juga langsung menutup keran dan mematikan mesin.
Akibat semburan uap panas, empat pekerja langsung meninggal dengan kondisi tubuh melepuh. Sementara seorang karyawan, Adi Purnomo, berhasil diselamatkan dan dikeluarkan dari dalam mesin dalam kondisi masih bernafas. Kini Adi menjalani perawatan di RSUD Cilacap dan kondisinya cukup kritis.
Menurut salah seorang pekerja, musibah itu terjadi karena kesalahan informasi. Pada saat mereka masih di ruang mesin, seorang operator tiba tiba menyalakan mesin, karena menduga pekerjaan mereka telah selesai
"Karyawan bagian prosesing yang menyalakan keran tersebut sempat dikeroyok oleh karyawan lainnya karena seharusnya mengetahui, bahwa ada karyawan yang sedang bertugas membersihkan turbin sejak lima hari lalu. Pengeroyokan itu bisa dihentikan dan Udin langsung diamankan satpam," jelas Ridho, salah seorang pekerja.
Polisi kini memeriksa sejumlah saksi mata atas musibah tersebut. Hingga berita ini diturunkan, mayat sebagian korban masih dievakuasi, sedang korban lainnya dibawa ke kamar jenazah RSUD Cilacap.
Ruang jenazah RSUD Cilacap, tak pelak diwarnai suara tangisan keluarga yang datang menjenguk korban. Bahkan salah seorang keluarga pingsan karena tak kuat melihat kondisi jenazah yang sudah terbungkus plastik tersebut. wid/rif
source: http://www.republika.co.id/berita/shortlink/65615
Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan juga tidak diharapkan. Tidak
terduga, artinya dari latar belakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan. Tidak
diharapkan artinya, peristiwa kecelakaan tersebut disertai adanya kerugian dari yang paling ringan
sampai ke yang paling berat.
Sedangkan kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan seringkali
tidak terduga. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan beberapa kerugian seperti waktu, harta benda atau
properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.
Kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Tidak diduga dari semula, karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur
kesengajaan dan perencanaan.
2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian
fisik maupun material.
3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses
kerja.
Penyebab Kecelakaan Kerja
Sebab dasar merupakan penyebab yang mendasari secara umum terjadinya suatu kejadian atau
peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi factor :
Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya
penerapan K3 di perusahaan
Manusia atau para pekerjanya sendiri
Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja
Sebab utama dari kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum
dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab utama kecelakaan kerja karena:
Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman (Unsafe Action) yaitu merupakan
tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab
antara lain:
a. Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and skill)
b. Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate Capability)
c. Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (Biodilly defect)
d. Kelelahan dan kejenuhan (Fatique and Boredom)
e. Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (Unsafe attitude and Habits)
f. Kebingungan dan stres (Confuse and Stress) karena prosedur kerja yang baru dan belum
dipahami
g. Belum menguasai / belum trampil dengan peralatan mesin-mesin baru (Lack of skill)
h. Penurunan konsentrasi (Difficulting in concerting) dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan
i. Sikap masa bodoh (Ignorance) dari tenaga kerja
j. Kurang adanya motivasi kerja (Improper motivation) dari tenaga kerja
k. Kurang adanya kepuasan kerja (Low job satisfaction)
l. Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri
Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan seringkali disebut sebagai “Human Error” dan sering
disalah-artikan karena selalu dituduhkan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan. Padahal
seringkali kecelakaan terjadi karena kesalahan desain mesin dan peralatan kerja yang tidak sesuai.
Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (Unsafe Condition) yaitu kondisi tidak
aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan; lingkungan dan tempat kerja; proses kerja; sifat
pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik,
tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu
maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi
ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi
Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber penyebab kecelakaan. Apabila
interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang
mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyediaan saran kerja yang
sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak
desain sistem kerja. Satu pendekatan yang Holistic (Sederhana dan mudah dipahami secara
menyeluruh), Systemic (Secara menyeluruh pada sistem yang ada) dan Interdisiplinary (antar
disiplin pada bidang studi) harus diterapkan untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga
kecelakaan kerja dapat dicegah sedini mungkin. Kecelakaan kerja akan terjadi apabila terdapat
kesenjangan atau ketidak harmonisan interaksi antara manusia pekerja – tugas/pekerjaan –
peralatan kerja.
Klasifikasi Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan.
Terjatuh, tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja
Tersandung benda atau objek, terbentur kepada benda, terjepit antara dua benda
Terpapar dengan benda panas atau suhu tinggi
Terkena arus listrik
Terpapar dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya
Mesin-mesin, seperti; mesin penggerak kecuali motor elektrik, mesin transmisi, mesin-
mesin produksi, mesin-mesin pertambangan, mesin-mesin pertamina, dan lain-lain.
Sarana alat angkat & angkut, seperti forklift, alat angkut kereta, alat angkut beroda selain
kereta, alat angkut diperairan, alat angkut di udara, dan lain-lain
Peralatan lain, seperti; bejana tekan, tanur/dapur peleburan, instalasi listrik, termasuk
motor listrik, alat-alat tangan listrik, perkakas, tangga, perancah dan lain-lain
Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti; bahan mudah meledak, debu, gas, cairan,
bahan kimia, radiasi dan lain-lain.
Lingkungan kerja, seperti; tekanan panas dan tekanan dingin, intensitas kebisingan tinggi,
getaran, ruang di bawah tanah, dan lain-lain.
3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya
Patah tulang
Keseleo/dislokasi/terkilir
Kenyerian otot dan kejang
Gagar otak dan luka bagian dalam lainnya
Amputasi dan enukleasi (mengeluarkan organ tubuh/mengeluarkan karena merusak inti
sel)
Luka tergores dan luka terluar lainnya
Memar dan retak
Luka bakar
Keracunan akut
Aspixia atau sesak nafas
Efek terkena arus listrik
Efek terkena paparan radiasi
Luka pada banyak tempat di bagian tubuh, dan lain-lain
4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka
Kepala
Leher
Badan
Anggota gerak atas
Anggota gerak bawah
Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Setiap kecelakaan adalah malapetaka, kerugian dan kerusakan pada manusia, harta benda atau properti
dan proses produksi. Implikasi yang berhubungan dengan kecelakaan sekurang-kurangnya berupa
gangguan kinerja perusahaan dan penurunan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya, akibat dari
peristiwa kecelakaan dapat dilihat dari besar-kecilnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya suatu
peristiwa kecelakaan. Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Kerugian/ Biaya Langsung (Direct Costs)
Yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai
dengan tahap rehabilitasi, seperti:
a. Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya
b. Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan
c. Biaya pengobatan dan perawatan
d. Biaya angkut dan biaya rumah sakit
e. Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan
f. Upah selama tidak mampu bekerja
g. Biaya perbaikan peralatan yang rusak, dan lain-lain
2. Kerugian/Biaya Tidak Langsung (Indirect Costs)
Yaitu merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi sesuatu yang tidak
terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan. Biaya tidak langsung ini
mencakup antara lain:
a. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan
b. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa simpati serta
setia kawan untuk membantu dan memberikan pertolongan pada korban, mengantar ke
rumah sakit, dan lain-lain
c. Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus,
dan lain-lain.
d. Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya.
e. Biaya penyelidikan dan sosial lainnya, seperti;
Mengunjungi tenaga kerja yang sedang menderita akibat kecelakaan
Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan
Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan pekerjaan dari tenaga
kerja yang menderita kecelakaan
Merekrut dan melatih tenaga kerja baru
Timbulnya ketegangan dan stress serta menurunnya moral dan mental tenaga kerja
Analisa Kasus Kecelakaan Kerja “Empat Pekerja Pabrik Gula di Cilacap Tewas Tersembur Uap Panas”
Kecelakaan kerja yang terjadi pada artikel tesebut merupakan suatu kejadian yang tidak terdug
dan tidak diharapkan. Kecelakaan kerja yang terjadi merupakan kecelakaan yang tidak terdapat unsur
kesengajaan dan perencanaan, disertai dengan kerugian fisik maupun material, dan menyebabkan
gangguan proses kerja.
Penyebab kecelakaan kerja pada pabrik gula tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa sebab,
diantaranya yaitu komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam
upaya penerapan K3 masih kurang, manusia atau para pekerjanya sendiri (Human Error), dan kondisi
tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja yang tidak sesuai standar.
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi kecelakaan yang
telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran bersikap lebih hati-hati serta
teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula krsital tersebut telah kosong serta aman
dialirkan uap panas ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan
saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya
kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam
bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen yang baik
seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki risiko yang besar
untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah
dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut sehingga operator kran dapat memastikan
bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih
dapat diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana
apabila di dalam tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala
yang mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.
Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan,
inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk
meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan tersebut,
menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaan tersebut.
Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian kecelakaan kerja
tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak akan dapat mengambil
pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan yang
cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan
sejenisnya.
Kecelakaan kerja pada pabrik gula tersebut dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaanya
yaitu terpapar dengan benda panas atau suhu tinggi dan terpapar dengan bahan – bahan berbahaya.
Sedangkan klasifikasi menurut agen penyebabnya yaitu lingkungan kerja pada suhu tinggi dan bahan –
bahan berbahaya. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya yaitu kecelekaan kerja yang
menyebabkan kematian.
Pabrik gula tersebut pasti mengalami kerugian akibat kecelakaan kerja berupa kerugian
langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian pabrik secara langsung meliputi ganti rugi terhadap
korban dan keluarganya, biaya pertolongan pertama pada kecelakaan, biaya pengobatan dan
perawatan, biaya angkut dan biaya rumah sakit, biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan.
Sedangkan kerugian secara tidak langsung meliputi hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti
rasa ingin tahu dan rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan pertolongan pada
korban, mengantar ke rumah sakit, dan lain-lain, kemudian terhentinya proses produksi sementara,
kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus, dan lain-lain, biaya penyelidikan dan sosial lainnya.
Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Peraturan perundangan
Ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya,
perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja
peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervise medis, P3K, dan
pemeriksaan kesehatan
2. Standarisasi
Penetapan standar-standar resmi, semi resmi atau tidak resmi, misalnya; konstruksi yang
memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
keselamatan dan higiene umum, atau alat-alat pelindung diri.
3. Pengawasan
Pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik
Meliputi sifat dan ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman,
pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau
penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan
peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset Medis
Meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan
teknologis, dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis
Penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
7. Penelitian Secara Statistik
Menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan
apa, dan apa sebab-sebabnya.
8. Pendidikan dan pelatihan
Menyangkut pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja bagi tenaga kerja.
9. Penggairahan
Penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
10. Asuransi
Intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan
premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
11. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan
Merupakan ukuran utama yang efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah
kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung
kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.