keselamatan kerja
DESCRIPTION
Keselamatan kerja beserta perundang - undangan tentang K3TRANSCRIPT
1
MAKALAH
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Oleh:
Muhammad Miqdad Al Muttaqin ( 213150 )
Gia Lestari Jiwandari ( 21315014 )
Sulthonul Zikri ( 21315017 )
Ardi Tri Nugroho ( 213150 )
Hermawati Malisa Sandradewi ( 213150 )
Alex Sugiyanto ( 213150 )
Novi Mutiara Violent ( 213150 )
M.Iqbal Kahfie Kurnia ( 213150 )
AKS IBU KARTINI
JURUSAN TATA BOGA
SEMARANG
2016
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan berkat rahmat dan taufiq hidayahNya terutama nikmat kesempatan
dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang kesehatan dan
keselamatan kerja..
Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw. Yang memberikan syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada Sofia Daniati, S.Pd selaku dosen pengampu mata kuliahkesehatan dan
keselamatan kerja yang telah membimbing, memberikan penjelasan, dan
tambahan materi selama pembelajaran sehingga penulis mendapatkan banyak
bahan dan inspirasi dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan.Untuk itu segala kesalahan mohon dimaafkan, dan segala bentuk
kritik dan saran sangat penulis harapkan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Semarang, 21 Maret 2016
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian K3..................................................................................................6
2.2 Tujuan K3........................................................................................................6
2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja............................................................................7
2.4Bahaya di Tempat Kerja...................................................................................8
2.5 Perundang-Undangan......................................................................................10
2.6 Pencegahan dan Pengendalian.........................................................................20
2.7 Program-program untuk meningkatkan keselamatan......................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap
faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan
hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak
dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas
(K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki
ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai
pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam
lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat
seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu
keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu
dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat
kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat
jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin
keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah
kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat,
antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
6
B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan
kesehatan kerja (K3). Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ?
2. Apa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ?
3. Apa peyebab keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ?
4. Bahaya apa sajakah yang akan terjadi di tempat kerja ?
5. Sebutkan perundang-undangan yang mengatur tentang keselamatan dan
kesehatan kerja ?
6. Bagaimana pencegahan dan pengendalian bahaya keselamatan dan
kesehatan kerja ?
7. Bagaimana cara untuk meningkatkan keselamatan kerja ?
C. Tujuan
Agar kita mengetahui tentang keselamatan dan kesehatan kerja sehingga kita
dapat antisipasi saat bekerja.
7
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertiankeselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan
dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan.
Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo,
patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari
kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan
kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang
dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.Kep.463/MEN/1993
adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di
tempat kerja /perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap
sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
2.2 Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang
kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan
penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh
pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan
menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan
kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
8
Pendapat para ahli tentang tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja
antara lain yaitu :
1) Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam
melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
kinerja.
2) Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.Kep. 463/MEN/1993
yaitu
1) Mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
sejahtera.
2) Sehingga akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat,
dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental,
sosial, dan bebas kecelakaan.
2.3Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja, yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
9
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a) Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a) Stamina pegawai yang tidak stabil.
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa
risiko bahaya.
2.4 Bahaya Di Tempat Kerja
Bahaya fisik dan mekanik
Bahaya fisik adalah sumber utama dari kecelakaan di banyak industri.
Bahaya tersebut mungkin tidak bisa dihindari dalam banyak industri
seperti konstruksi dan pertambangan, namun seiring berjalannya
waktu, manusia mengembangkan metode dan prosedur keamanan
untuk mengatur risiko tersebut.
Permesinan adalah komponen utama di berbagai industri seperti
manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan pertanian, dan bisa
membahayakan pekerja.
Tempat kerja yang sempit yang memiliki ventilasi dan pintu
masuk/keluar terbatas, seperti tank militer, saluran air, dan sebagainya
juga membahayakan.
Kebisingan juga memberikan bahaya tersendiri yang mampu
mengakibatkan hilangnya pendengaran.
Temperatur ekstrim panas mampu memberikan stres panas, kelelahan,
kram, mengabutkan kacamatan keselamatan, dehidrasi, menyebabkan
tangan berkeringat, pusing, dan lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan kerja.
10
Bahaya kimiawi dan biologis
a. Bahaya Kimia
Yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi adalah semua
bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja di lingkungan kerja
yang berbentuk :
Debu (asbes,berilium,biji timah putih,dll)
Uap (Uap logam)
Gas (Sianida, gas asam sulfida,CO,dll)
Larutan (asam kuat atau basa kuat)
Bahaya bahan kimia dapat berasal dari :
Desinfektans pensuci hama (misalnya ruang Bedah, Obsgyn, dll) dapat
menyebabkan gangguan pernafasan, dermatitis
Uap zat anaestesi (misalnya ruang Operasi) dapat menimbulkan
gangguanpernafasan
Mercuri (Tensimeter pecah, termometer dll) dapat menyebabkan
kecelakaan misalnya luka.
Debu zat kimia (Gudang obat, desinfektan dll) dapat
menyebabkan Gangguan Pernafasan yang dapat menjadi Kanker paru-
paru dalam jangka panjang
Keracunan (zat desinfektan, Insektisida)
Ledakan /kebakaran oleh zat kimia/gas O2, dll.
b. Bahaya biologis
Bakteri
Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, misalnya: penyakit
antraks, Penyakit TBC,dll
Virus
Penyakit yang dpt disebabkan oleh virus,misalnya : Hepatitis (nakes di
RS), Rabies (petugas laboratorium), dll
Jamur
Misalnya : Dermatofitosis terdapat pada pemulung, tukang cuci, dll.
11
Parasit
Misalnya : Ankilostomiasis, tripanosomiasis yang biasanya diderita
oleh pekerja diperkebunan,pertanian, kehutanan, dll
c. Masalah psikologis dan sosial
Stresakibat jam kerja terlalu tinggi atau tidak sesuai waktunya
Kekerasandi dalam organisasi
Penindasan
Pelecehan seksual
Keberadaan bahan candu yang tidak menyenangkan dalam
lingkungan kerja, seperti rokok dan alkohol
2.5 Perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk
tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan tempat kerja
tersebut;
2. "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas langsung sesuatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;
12
3. "pengusaha" ialah :
a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang mewakili
berkedudukan di luar Indonesia.
4. "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Mneteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini.
5. "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6. "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
1. Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
2. Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di
mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut,
atau disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
13
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak,
logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau
minieral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun
di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di
darat, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di
udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau
perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi
atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau
getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar,
televisi, atau telepon;
14
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau
riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan
atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
3. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja,
ruangan-ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat
membahayakan keselamatan atau kesehatan yang bekerja atau yang berada
di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut dalam
ayat (2).
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
15
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut
dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.
Pasal 4
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan,
pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas
bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang
melakukannya dan keselamatan umum.
3. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut
dalam ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa
yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan
tersebut.
16
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5
1. Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini
sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini
dan membantu pelaksanaannya.
2. Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan
peraturan perundangan.
Pasal 6
1. Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan
permohonan banding kepada Panitia Banding.
2. Tata cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia
Banding dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
3. Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.
Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus
membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan
peraturan perundangan.
Pasal 8
1. Pengurus di wajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
2. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh
Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
3. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan
perundangan.
17
BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9
1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat
tersebut di atas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan
dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.
4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
dijalankan.
BAB VI
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 10
1. Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina
Keselamatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga
kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi.
18
2. Susunan Panitia Pembina dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas
dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
BAB VII
KECELAKAAN
Pasal 11
1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam
tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud
dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau keselamatan kerja
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat
kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal
khususditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas
yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
19
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati
semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan.
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
1. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan.
2. Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman
pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-
20
lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah).
3. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada
pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di dalam satu
tahun sesudah Undang-undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-
ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam
Undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan
kerja yang ada pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku, tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.
Pasal 18
Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN
KERJA" dan mulai berlaku pada hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
21
2.6 Pencegahan Dan Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pencegahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menyadarkan para karyawan mengenai bahaya-bahaya yang
berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Memasang alat-alat kontrol produksi.
Menyusun prosedur-prosedur kerja yang aman.
Mendorong penggunaan alat-alat pengaman/pelindung yang layak.
Cara Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup
mengisolasi bahan berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan,
menggunakan cara kerja basah dan ventilasi pergantian udara.
Pengendalian administrasi : mengurangi waktu pajanan, menyusun
peraturan keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung,
memasang tanda-tanda peringatan, membuat daftar data bahan-
bahan yang aman, melakukan pelatihan sistem penangganan
darurat
Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan
2.7 Program-Program Untuk Meningkatkan Keselamatan
Berikut ini empat hal program keselamatan kerja dapat terlaksana
dengan sukses:
1. Harus ada ketulusan (lebih dari biasanya) dalam memberikan dukungan
kepada manajemen puncak dan menengah.
2. Harus ditetapkan secara jelas bahwa keselamatan merupakan tanggung
jawab manajer operasional.
3. Sikap yang positif terhadap keselamatan harus ada dan dijaga. Karyawan
juga harus yakin bahwa program keselamatan itu bermanfaat.
4. Seseorang atau departemen sebaiknya bertanggung jawab atas program
keselamatan dan tanggung jawab untuk operasionalnya.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja Melindungi
tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja. Menjamin keselamatan orang lain
yang berada di tempat kerja.
Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien.Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja keadaan tempat
lingkungan kerja, pengaturan udara, pengaturan penerangan, pemakaian peralatan
kerja, kondisi fisik dan mental pegawai. Bahaya ditempat kerja adalah bahaya
mekanik dan fisik, bahan kimia dan bahan biologis, psikologis dan
sosial.Perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja.Pencegahan dan
pengendalian serta ada program-program untuk keselamatan dan kesehatan kerja.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://ardisukma.blogspot.co.id/2013/07/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja.html
http://k3rs.blogspot.co.id/2012/04/prinsip-dasar-k3.html
ppt healty dan safety