kerjasama pengamanan dalam menciptakan rasa aman dan nyaman di kawasan pariwisata...
TRANSCRIPT
KERJASAMA PENGAMANAN DALAM MENCIPTAKANRASA AMAN DAN NYAMAN DI KAWASAN PARIWISATA
TUGU-MALIOBORO-KERATON YOGYAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi Pemerintahan Daerah
Disusun oleh:
TRI RINA NOVIYANTI
17610029
PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2019
KERJASAMA PENGAMANAN DALAM MENCIPTAKANRASA AMAN DAN NYAMAN DI KAWASAN PARIWISATA
TUGU-MALIOBORO-KERATON YOGYAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi Pemerintahan Daerah
Disusun oleh:
TRI RINA NOVIYANTI
17610029
PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2019
i
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : TRI RINA NOVIYANTI
Nomor Mahasiswa : 17610029
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul KERJASAMA
PENGAMANAN DALAM MENCIPTAKAN RASA AMAN DAN NYAMAN DI
KAWASAN PARIWISATA TUGU – MALIOBORO - KERATON
YOGYAKARTA adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya dalam tesis tersebut telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Yogyakarta, 25 Pebruari 2019
Yang membuat pernyataan
TRI RINA NOVIYANTI
iii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur Peneliti panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Tuhan
Pencipta Semesta Alam atas segala karunia dan ridho-Nya, sehingga Peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “ KERJASAMA PENGAMANAN
DALAM MENCIPTAKAN RASA AMAN DAN NYAMAN DI KAWASAN
PARIWISATA TUGU-MALIOBORO-KERATON YOGYAKARTA”.
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan studi Program
Magister Ilmu Pemerintahan pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta.
Di dalam menyelesaikan tesis ini, Peneliti banyak memperoleh bantuan baik
berupa bimbingan, petunjuk dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto selaku Ketua STPMD”APMD”.
2. Bapak Dr. R. Widodo Triputro selaku Direktur Program Magister Program
Studi Ilmu Pemerintahan STPMD”APMD”.
3. Bapak Dr. E.W. Tri Nugroho selaku Sekretaris Program Magister Program
Studi Ilmu Pemerintahan STPMD”APMD”.
4. Ibu Rr. Leslie Retno Angeningsih, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing utama
yang telah dengan sabar dan disela-sela kesibukan masih dapat meluangkan
waktu untuk membimbing dan membantu Peneliti guna menyelesaikan tesis ini.
5. Ibu Dra. B. Hari Saptaning Tyas, M.Si., selaku Dosen pembimbing pendamping
dan Dosen Penguji I, masih bersedia meluangkan waktu ditengah padatnya
aktivitas mengajar untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan serta
selalu memberikan dorongan semangat kepada Peneliti untuk segera
menyelesaikan Penelitian tesis ini.
iv
6. Bapak Ir. Muhammad Barori, M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah
meluangkan waktunya untuk mempelajari dan menguji tesis ini serta membantu
menyempurnakan isi tesis agar menjadi lebih baik.
7. Semua Dosen yang telah bersusah payah mentransfer ilmu pengetahuan kepada
Peneliti.
8. Semua Karyawan Program Magister Program Studi Ilmu Pemerintahan
STPMD”APMD” yang telah dengan tulus ikhlas membantu kelancaran selama
kegiatan perkuliahan sampai dengan penyelesaian tesis ini.
9. Kepala Kepolisian Daerah D.I. Yogyakarta.
10. Direktur Pamobvit Polda D.I. Yogyakarta.
11. Kasubditwisata Ditpamobvit Polda D.I. Yogyakarta beserta seluruh anggota
Subditwisata yang telah membantu memberikan informasi yang berguna untuk
menyelesaikan tesis ini.
12. Kapolresta Yogyakarta.
13. Kanit Pamobvit Satsabhara Polresta Yogyakarta beserta seluruh anggota Unit
Pamobvit yang telah membantu memberikan informasi serta data-data yang
berguna untuk menyelesaikan tesis ini.
14. Bhabinkamtibmas Keraton yang telah membantu memberikan data-data serta
mendampingi selama penelitian di Keraton Yogyakarta.
15. Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta beserta seluruh Staf.
16. Kasatpol PP Kota Yogyakarta beserta seluruh Staf yang telah membantu
memberikan informasi yang berguna serta mengijinkan untuk mengikuti rapat
koordinasi dengan Mitra Satpol PP Kota Yogyakarta.
17. Kepala UPT Pengelolaan Malioboro Kelas A beserta seluruh Staf yang dengan
tulus membantu memberikan data-data dan informasi yang sangat berharga.
18. Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat.
v
19. Staf pada KH. Panitrapura, KHP. Widya Budaya, KHP. Nitya Budaya, KHP.
Wahonosartakriya, Tepas Pariwisata dan Tepas Security Karaton Ngayogya-
karta Hadiningrat yang telah berkenan untuk memberikan bantuan informasi
dan data-data yang Peneliti butuhkan.
20. Ketua, Wakil Ketua, Anggota Ormas Mitra Satpol PP Kota Yogyakarta yaitu:
FKPM Paksikaton, Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri
Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (GM FKPPI), Laskar Kota Yogyakarta
(LAKODYA), Merdeka Karepe Dewe (MERKADE), Laskar Jogja (LASJO),
Forum Jogja Rembuk (FJR), Grup Rukun Akeh Sedulur (GRAS) dan Forum
Komunitas Kawasan Alun-alun Utara (FKKAU) yang telah banyak membantu
memberikan informasi dan data-data.
21. Semua pihak yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu-persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Seperti
pepatah “TIDAK ADA GADING YANG TAK RETAK”. Demikian juga tesis ini
banyak kekurangan, kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Rahman akan selalu memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada kita semua.
Akhirul kalam, Peneliti berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak terutama bagi para Stakeholders yang berkecimpung dalam
Pengamanan Destinasi Pariwisata, umumnya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
khususnya di Kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
Yogyakarta, 25 Pebruari 2019
Peneliti
TRI RINA NOVIYANTI
vi
MOTTO
JADIKANLAH SABAR DAN SHALAT
SEBAGAI PENOLONGMU
SESUNGGUHNYA ALLAH
BERSAMA ORANG-ORANG YANG SABAR
(AL BAQARAH : 153)
SELALU NIATKAN APAPUN YANG KITA KERJAKAN
HANYA KARENA ALLAH SWT
INSHAALLAH PAHALA, REZEKI DAN AMAL BAIK
MENJADI MILIK KITA
(DEASSY M. DESTIANI)
BOLEH JADI ALLAH MENGABULKAN HARAPAN KITA
DENGAN TAK MEMBERI APA YANG KITA INGINKAN
KARENA DIA MAHA TAHU
BAHAYA YANG AKAN MENIMPA DIBALIK KEINGINAN
(AA GYM)
vii
Persembahan
Segala puja dan puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam,
Pencipta yang sempurna, Perencana yang Indah bagi Makhluk Nya dan
tidak merasa lelah untuk mengurus Makhluk Nya.
Shalawat serta Salam untuk Junjungan kita Rasulullah Muhammad
SAW, Nabi akhir jaman, yang Syafaatnya kita tunggu saat Yaumil
Akhir.
Ibuku tercinta Ibu Sri Sumarningsih yang tidak pernah lelah selalu
mendoakan anak-anaknya.
Suamiku tercinta Letkol Kes Samidi, S.Pd yang selalu mendorong dan
memotivasi Peneliti untuk segera menyelesaikan Tesis ini.
Anakku tersayang Nasywa Athaya Karensa yang juga selalu
memberikan dorongan semangat dan tidak pernah mengeluh selama
ditinggal kuliah.
Kakak-kakak dan adik-adikku tersayang yang tak henti-hentinya
memompa semangat.
Rekan-rekan Angkatan 19 Program Magister Ilmu Pemerintahan
STPMD”APMD” yang selalu kompak.
Serta semua Pihak yang tidak dapat Kami sebutkan satu-persatu.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PENGESAHAN ............................................................................................... ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
INTISARI ........................................................................................................ xvii
ABSTRACT ...................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 14
ix
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 14
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 15
E. Kerangka Konseptual ...................................................................... 17
1. Kerjasama .................................................................................. 17
2. Pemangku Kepentingan (Stakeholders) ...................................... 20
3. Pengamanan................................................................................ 24
4. Destinasi Pariwisata................................,................................... 27
F. Metode Penelitian ............................................................................ 30
1. Jenis Penelitian........................................................................... 30
2. Obyek Penelitian ....................................................................... 30
3. Subyek Penelitian ...................................................................... 31
4. Lokasi Penelitian ........................................................................ 31
5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 31
6. Teknik Penentuan Informan ....................................................... 34
7. Teknik Analisis Data .................................................................. 39
BAB II PROFIL KAWASAN PARIWISATA TUGU-MALIOBORO-KERATON SERTA STAKEHOLDERS PENGAMANANDESTINASI PARIWISATA ............................................................... 42
A. Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta ............ 42
1. Kawasan Tugu Jogja .................................................................. 42
2. Kawasan Malioboro ................................................................... 44
3. Kawasan Keraton Yogyakarta ................................................... 49
x
B. Stakeholders Pengamanan Destinasi Pariwisata KawasanTugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta ............................................. 57
1. Direktorat Pamobvit Polda DIY ................................................ 58
2. Subditwisata Ditpamobvit Polda DIY ....................................... 63
3. Polresta Yogyakarta .................................................................. 64
4. Unit Pamobvit Satsabhara Polresta Yogyakarta ........................ 70
5. Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta ............................................ 71
6. UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro Kelas A ........................ 76
7. Satpol PP Kota Yogyakarta ........................................................ 78
8. Keraton Yogyakarta .................................................................... 83
9. Petugas Keamanan Malioboro/Jogoboro .................................... 88
10. Ormas Yang Sudah Melakukan Nota Kesepahaman (MoU)dengan Satpol PP Kota Yogyakarta ............................................ 92
a. Ormas GM FKPPI 1201 Kota Yogyakarta ........................... 92
b. FKPM Paksikaton ................................................................ 94
c. Ormas LAKODYA (Laskar Kota Yogyakarta) .................... 99
d. Ormas MERKADE (Merdeka Karepe Dewe) ...................... 100
e. LSM GRAS (Guyub Rukun Akeh Sedulur) ......................... 101
f. Ormas LASJO (Laskar Jogja) ............................................. 105
g. Ormas FKKAU (Forum Komunitas Kawasan Alun-alunUtara .................................................................................... 106
h. Ormas FJR (Forum Jogja Rembug) .................................... 109
xi
BAB III KERJASAMA STAKEHOLDERS PENGAMANAN DESTINASIPARIWISATA KAWASAN TUGU-MALIOBORO- KERATONYOGYAKARTA ........................................................................................ 118
A. Bentuk Kerjasama yang dilakukan Stakeholders PengamananDestinasi Pariwisata di Kawasan Tugu-Malioboro-KeratonYogyakarta ..................................................................................... 118
1. Bentuk Kerjasama Satpol PP Kota Yogyakarta dengan Ormaspeduli permasalahan ketenteraman dan ketertiban umumKota Yogyakarta ....................................................................... 119
2. Bentuk Kerjasama Polresta Yogyakarta dengan KeratonYogyakarta ................................................................................ 124
3. Bentuk Kerjasama UPT Pengelolaan Kawasan MalioboroKelas A dengan PT. Gada Indo Tama dan PT Badrikaselaku penyedia tenaga keamanan Malioboro/Jogoboro ......... 132
4. Bentuk Kerjasama Ditpamobvit Polda DIY dengan Disparda,UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro Kelas A, Ormaspeduli permasalahan ketenteraman dan ketertiban umum KotaYogyakarta serta Keraton Yogyakarta....................................... 138
5. Bentuk Kerjasama petugas keamanan Malioboro/Jogoborodengan Ormas peduli permasalahan ketenteraman dan ketertibanumum Kota Yogyakarta ............................................................. 142
B. Pelaksanaan Kerjasama .................................................................... 146
1. Pelaksanaan Kerjasama Satpol PP Kota Yogyakarta denganOrmas peduli permasalahan ketenteraman dan ketertibanumum Kota Yogyakarta selaku mitra Satpol PP ..................... 148
2. Pelaksanaan Kerjasama antara Polresta Yogyakarta denganKeraton Yogyakarta .................................................................. 157
3. Pelaksanaan Kerjasama UPT Pengelolaan Kawasan MalioboroKelas A dengan PT. Gada Indo Tama dan PT Badrikaselaku penyedia tenaga keamanan Malioboro/Jogoboro .......... 160
xii
4. Pelaksanaan Kerjasama Ditpamobvit Polda DIY denganDisparda, UPT Kawasan Malioboro Kelas A, Ormas pedulipermasalahan ketenteraman dan ketertiban umum KotaYogyakarta serta Keraton Yogyakarta....................................... 163
5. Pelaksanaan Kerjasama petugas keamanan Malioboro/Jogoboro dengan Ormas peduli permasalahan ketenteramandan ketertiban umum Kota Yogyakarta ..................................... 166
6. Wawancara dengan Pelaku Wisata dan Wisatawan tentangkondisi Destinasi Pariwisata kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta ................................................................... 169
C. Kendala dalam Pelaksanaan Kerjasama Pengamanan DestinasiPariwisata Kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.............. 173
1. Jumlah Personel/Sumber Daya Manusia.................................... 175
2. Kompetensi Personel/Sumber Daya Manusia... ....................... 177
3. Dukungan Anggaran ................................................................. 178
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 183
A. Kesimpulan .................................................................................... 183
B. Saran/Rekomendasi ....................................................................... 191
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 193
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel I.1 Data Informan Berdasarkan Pekerjaan/Profesi dan Jabatan ......................... 35
Tabel I.2 Data Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................................... 38
Tabel II.1 Data Jumlah Pengunjung di Keraton Yogyakarta bulan Januari s.d.
Agustus 2018 ............................................................................................... 56
Tabel II.2 Data Nota Kesepahaman (MoU) antara Satpol PP Kota Yogyakarta
Dengan Organisasi Masyarakat Kota Yogyakarta ...................................... 81
Tabel II.3 Kegiatan yang ditangani Petugas Jogoboro periode 1 Januari s.d
20 Agustus 2017 .......................................................................................... 90
Tabel III.1 Data Pelaksanaan Kerjasama Stakeholders di Kawasan Tugu-Malioboro-
Keraton Yogyakarta ..................................................................................... 147
Tabel III.2 Data Pelaksanaan Kerjasama Ormas yang melaksanakan Nota Kesepahaman
dengan Satpol PP Kota Yogyakarta ................................................................. 149
Tabel III.3 Data Lokasi Penugasan dan Jumlah Personel Ormas yang melaksanakan Nota
Kesepahaman dengan Satpol PP Kota Yogyakarta .......................................... 152
xiv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar II.1 Tugu Jogja ............................................................................ 44
Gambar II.2 Kawasan Malioboro ............................................................... 49
Gambar II.3 Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ....................................... 56
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Pertanyaan untuk Subditwisata Ditpamobvit Polda DIY/ UnitpamobvitSatsabhara Polresta Yogyakarta
Lampiran II Pertanyaan untuk Disparda Kota Yogyakarta/UPT Malioboro/Jogoboro/Satpol PP Kota Yogyakarta/Keraton Yogyakarta
Lampiran III Pertanyaan untuk anggota Ormas Mitra Satpol PP Kota Yogyakarta
Lampiran IV Pertanyaan untuk PKL/pelaku wisata
Lampiran V Pertanyaan untuk wisatawan
Lampiran VI Foto Dokumentasi
Lampiran VII Surat Ijin Penelitian
xvi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerjasama yang dilakukanStakeholders Pengamanan Destinasi Pariwisata di Kawasan Tugu-Malioboro-KeratonYogyakarta guna menciptakan situasi yang aman dan nyaman bagi wisatawan. Dalamrangka memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan khususnya di KawasanTugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta diperlukan kerjasama yang sinergis dan terpaduantara Stakeholders di Kawasan tersebut.
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptifkualitatif. Data-data diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancaramendalam (in-depth interview) kepada 30 (tigapuluh) orang. Penelitian ini dilakukanterhadap Stakeholders baik Stakeholders primer, Stakeholders sekunder maupunStakeholders kunci, yang mempunyai keterlibatan secara langsung maupun tidaklangsung terhadap keamanan di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta,dengan informan sesuai kompetensi terhadap topik penelitian. Selanjutnya data yangdiperoleh diolah dengan menggunakan analisa kualitatif. Prosedur penentuanInforman dilakukan secara purposive. Untuk mengecek kebenaran data atau informasiyang diperoleh dari para informan, dilakukan Teknik Triangulasi. Teknik inidilakukan untuk mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saatpengumpulan dan analisis data serta meningkatkan kredibilitas Penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kerjasama yang sudahdilakukan selama ini di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta masih bersifatparsial, karena masing-masing Stakeholders melakukan kerjasama dengan pihak lain.Bentuk kerjasama yang dilaksanakan ada dua macam, yang pertama berbentukBargaining atau tawar menawar, yang diwujudkan dalam bentuk pembuatan NotaKesepahaman (MoU) yang dilaksanakan antara Satpol PP Kota Yogyakarta denganmitra Satpol PP dan menggunakan sistem kontrak (lelang) yang dilaksanakan antaraUPT Malioboro dengan PT Gada Indo Tama dan PT Badrika selaku Badan UsahaJasa Pengamanan penyedia jasa keamanan Jogoboro. Bentuk kerjasama kedua yaituKoalisi atau Coalition yang dilaksanakan oleh Polresta Yogyakarta denganmenempatkan anggota Bhabinkamtibmas di Keraton Yogyakarta. SedangStakeholders lain belum melaksanakan kerjasama, karena kegiatan yang dilakukanlebih kepada pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya masing-masing yang memilikikemiripan. Namun demikian dalam pelaksanaan tugas di lapangan Stakeholderstersebut bekerja bersama-sama, antara lain kegiatan patroli termasuk patroli jalankaki, sambang, pembinaan dan melakukan komunikasi serta koordinasi untukkelancaran penugasan.
Kendala dalam kerjasama tersebut adanya Sumber Daya Manusia baik kuantitasmaupun kualitas, serta dukungan anggaran yang masih belum memadai. Untukmewujudkan kerjasama yang melibatkan Stakeholders terkait, dapat dibentuk SatuanTugas Terpadu di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta yang melibatkanseluruh Stakeholders terkait, sehingga pola pelayanan kepada wisatawan menjaditerintegrasi dari berbagai aspek pengamanan.Kata Kunci: Kerjasama, Stakeholders, Pengamanan, Destinasi Pariwisata dan
kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta
xvii
ABSTRACT
Aim of the research is to identify kind of cooperation among Stakeholders ofTourism Destination Security in Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta areas toprovide safe and convenient environment for tourists. To achieve that environmentespecially in these areas, synergic and comprehensive cooperation amongStakeholders are required.
The writer uses descriptive qualitative research method. In which she collectsdata through observation and in-depth interview to 30 (thirty) people. The researchincluded relevant stakeholders i.e. primary, secondary and key stakeholder thathaving direct and indirect involvement to the security of Tugu-Malioboro-KeratonYogyakarta areas based on their competencies to research topic. Data is processed byqualitative analysis. Informant are chosen purposively. Triangulation is used to checkdata validity and information from the respondent. This technique is used to minimizebias occurred in data collection and analysis and to increase research credibility.
The research shown that cooperation implemented in Tugu-Malioboro-KeratonYogyakarta areas are still partial since every Stakeholders initiated their ownpartnership with others. There are two forms of cooperation i.e. (1) Bargaining whichexecuted with MoU between Satpol PP Yogyakarta with partners and Biddingcontract system which executed between UPT Malioboro with PT Gada Indo Tamaand PT Badrika as Security Service Provider in the form of Jogoboro (security officerin local uniform). And (2) Coalition implemented by Polresta Yogyakarta by puttingmember of Bhabinkamtibmas in Keraton Yogyakarta. Other Stakeholders are not yethaving cooperation since the activity they conducted more to implement main dutyand function that almost similar each other. Nevertheless, in the field, theStakeholders are implementing the activity together such as walking patrol, visit,coaching, and communicating coordinating to smooth the task.
Obstacles of this cooperation are the lack of Human Resource both in quantityand quality and also the insufficiency on budget available. In order to performcooperation among relevant Stakeholders, it is needed to create Integrative Task Unitin Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta so that comprehensive services from allsecurity aspects could be given to tourists.Keywords: Cooperation, Stakeholders, Security, Tourism Destination and Tugu
Malioboro-Keraton Yogyakarta areas.
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya yang kaya
dengan berbagai monumental bangunan bersejarah masa lampau, seperti Candi
Prambanan, Candi Ratu Boko, Keraton Yogyakarta Kasultanan Yogyakarta dan
Pura Pakualaman. Semua peninggalan tersebut tetap berdiri kokoh hingga saat
ini, dan hal itu semakin memperkuat jati diri Yogyakarta sebagai Kota Budaya
(Heritage City), dimana adat istiadat dan tradisi masih bertahan dan dilestarikan.
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah destinasi pariwisata yang sangat terkenal
baik di dalam maupun di luar negeri, karena banyaknya tempat-tempat wisata
yang tersebar di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti wisata
alam (wisata bahari, wisata petualangan), wisata budaya (wisata warisan budaya
dan sejarah, wisata belanja dan kuliner, wisata kota dan desa) dan wisata buatan
manusia (wisata olahraga, wisata kawasan terintegrasi).
Menurut Winarto (2017) bahwa destinasi pariwisata Yogyakarta
menjadi pilihan kedua wisatawan asing setelah Bali. Hal ini diperkuat oleh
keterangan dari Hinggi Safaranti Corporate Marketing Communication Assistant
Manager Santika Indonesia Hotels & Resorts yang mengatakan bahwa di
samping Bali, Yogyakarta juga menjadi destinasi favorit. Data menunjukkan
bahwa tingkat hunian atau okupansi hotel-hotel di Yogyakarta cukup tinggi,
sebagai contoh Hotel Santika Premiere Yogyakarta sepanjang Januari hingga Juni
2017 bisa mencapai 75%. Dalam sambutan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku
Buwono X yang dibacakan oleh Riyadi Ida Bagus Salyo Subali, Staf Ahli
2
Gubernur Bidang Ekonomi dan Pembangunan pada acara Jogja Travel Mart
2017, disebutkan salah satu misi pembangunan DIY adalah menjadikan DIY
sebagai daerah tujuan wisata pertama (Purwono, 2017).
Diantara semua tempat wisata tersebut, ada sebuah “pameo” yang
beredar luas dikalangan wisatawan yang mengatakan bahwa: “Walaupun
seseorang sudah berkunjung ke berbagai destinasi pariwisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta, namun bila belum berkunjung ke kawasan Tugu-Malioboro-
Keraton Yogyakarta, maka orang tersebut belum dapat dikatakan telah
berwisata ke Daerah Istimewa Yogyakarta”. Hal ini disebabkan Tugu-Malioboro-
Keraton Yogyakarta, merupakan destinasi unggulan dan menjadi salah satu
kekuatan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dampak langsung dengan
adanya “ikon” tersebut, kawasan ini selalu dipadati oleh baik wisatawan
mancanegara maupun domestik/nusantara. Kunjungan wisatawan menurut Dinas
Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan kecenderungan
peningkatan kunjungan wisatawan yang signifikan setiap tahunnya. Dari data 5
tahun terakhir (2012 – 2016), menunjukkan pada tahun 2012 kunjungan
wisatawan mancanegara sebanyak 197.751 orang dan wisatawan
domestik/nusantara sebanyak 2.162.422 orang. Pada tahun 2013 wisatawan
mancanegara sebanyak 235.893 orang dan wisatawan domestik/nusantara
sebanyak 2.602.074 orang. Tahun 2014 kunjungan wisatawan mancanegara
sebanyak 254.213 orang dan wisatawan domestik/nusantara sebanyak 3.091.967
orang. Tahun 2015 kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 308.485 orang
dan wisatawan domestik/nusantara sebanyak 3.813.720 orang. Pada tahun 2016
kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 355.315 orang dan wisatawan
3
domestik/nusantara sebanyak 4.194.261. Sedangkan untuk tahun 2018, Dinas
Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki target kunjungan wisatawan
385 ribu wisatawan mancanegara dan 4,9 juta wisatawan domestik/nusantara
(Suryana, 2017).
Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara maupun
domestik/nusantara ke Daerah Istimewa Yogyakarta, berdampak juga terhadap
peningkatan jumlah wisatawan ke kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
Dengan keragaman perilaku yang dibawa oleh wisatawan mancanegara maupun
domestik/nusantara, berimplikasi pada berkembangnya berbagai gangguan
masyarakat seperti: kriminalitas, baik secara kualitas maupun kuantitas dalam
bentuk penipuan, pencopetan, pencurian dengan kekerasan (curas) seperti
penjambretan, penodongan, pencurian kendaraan bermotor (curanmor),
penganiayaan, serta gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas)
lainnya seperti kecelakaan lalu lintas (laka lantas), kemacetan lalu lintas yang
dapat menyebabkan kurang aman dan nyaman bagi wisatawan dalam beraktivitas
di kawasan tersebut.
Gangguan kriminalitas yang diperoleh dari data Polsek Keraton
Yogyakarta Polresta Yogyakarta selama 5 tahun terakhir (2013-September 2017)
menunjukkan adanya fluktuasi peningkatan kasus. Pada tahun 2013 terdapat 10
kasus gangguan kriminalitas, tahun 2014 sebanyak 46 kasus, tahun 2015 turun
menjadi 40 kasus, tahun 2016 naik menjadi 50 kasus, dan sampai September 2017
sebanyak 46 kasus. Data gangguan kriminalitas dari Polsek Gedongtengen
Polresta Yogyakarta yang wilayahnya sebagian berada di kawasan Malioboro
menunjukkan gangguan kriminalitas selama 3 tahun terakhir (2015-September
4
2017) adanya peningkatan kasus. Pada tahun 2015 dan 2016 gangguan
kriminalitas tercatat masing-masing ada 1 kasus, sedangkan sampai September
2017 meningkat menjadi 4 kasus atau naik empat kali lipat dibanding tahun
sebelumnya. Bahkan pada objek wisata Tamansari yang juga termasuk dalam
kawasan Keraton Yogyakarta, data dari Unit Pengamanan Objek Vital Polresta
Yogyakarta menunjukkan kasus kriminalitas pada tahun 2016 tercatat 3 kasus
dan sampai September 2017 terdapat 8 kasus, artinya di wilayah tersebut
kriminalitas naik hampir tiga kali lipat.
Indikator rasa aman dan nyaman masyarakat dan wisatawan selain
ditinjau dari angka gangguan kriminalitas juga dilihat dari adanya kejadian
kecelakaan lalu lintas, pelanggaran lalu lintas serta kemacetan lalu lintas. Data
yang diperoleh dari Unit lalu lintas Polsek Gedongtengen selama tahun 2017,
menunjukkan banyaknya angka pelanggaran lalu lintas di kawasan Malioboro
termasuk di sirip-sirip Malioboro yakni wilayah Jalan Sosrowijayan, Jalan Dagen
dan Jalan Pajeksan. Selain itu sepanjang Malioboro juga merupakan titik rawan
macet lalu lintas terutama pada siang dan malam hari pada hari kerja serta
sepanjang hari pada hari-hari libur (akhir minggu, libur nasional dan libur
panjang).
Dalam menjalankan amanah negara untuk menciptakan kondisi
keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang aman dan kondusif
tentunya tidak bisa berjalan sendiri melainkan perlu peran serta semua pihak,
sehingga harus dibangun suatu hubungan yang baik antara Polri dengan
masyarakat maupun Stakeholders seperti yang dituturkan oleh Kapolda Gorontalo
Brigjen Pol Drs Rachmad Fudail MH (Fadilah, 2017). Sejalan dengan pendapat
5
Solihin (2017) yang mengatakan bahwa keamanan dan ketertiban masyarakat
(kamtibmas) merupakan tanggung jawab bersama Polri dan masyarakat. Jika di
Bali ada “Pecalang”, yang sering juga disebut polisi tradisional Bali, adalah
seseorang yang ditugaskan untuk mengawasi keamanan desa adatnya. Ibaratnya
sebagai petugas keamanan desa adat, “Pecalang” telah terbukti ampuh
mengamankan jalannya upacara-upacara yang berlangsung di desa adatnya,
bahkan secara luas mampu mengamankan kegiatan - kegiatan yang berhubungan
dengan khalayak ramai (Iendro, 2012), maka di kawasan Malioboro-Keraton
Yogyakarta ada “Paksikaton” (Paguyuban Seksi Keamanan Keraton
Yogyakarta), sebuah pasukan pengamanan swakarsa yang bertugas
mengamankan kawasan Malioboro-Keraton Yogyakarta yang merupakan kawasan
wisata. “Paksikaton” merupakan paguyuban masyarakat yang peduli akan
stabilisasi dan harmonisasi keamanan. Dibentuk tanggal 14 Juni 2005 oleh Bapak
Muhammad Suhud, S.H., pendiri sekaligus Ketua Paksikaton Yogyakarta.
Anggota dari “Paksikaton” berasal dari masyarakat umum yang direkrut dan
dilatih untuk melakukan kegiatan pengamanan. Keunikan “Paksikaton” tidak
hanya dari tampilan “Udheng” pada uniformnya, tetapi mereka juga melakukan
kegiatan dengan istilah “Mengamankan Yogyakarta dengan Jempol” sebagai
simbol keramahan dari masyarakat Yogyakarta. Mereka bertugas melakukan
kegiatan pengamanan di sepanjang kawasan Malioboro sampai dengan Keraton
Yogyakarta Yogyakarta. Saat kegiatan kepariwisataan dan budaya terutama yang
melibatkan pihak Keraton Yogyakarta, maka “Paksikaton” juga akan dilibatkan
dalam kegiatan pengamanan, seperti kegiatan Labuhan di pantai Parangtritis,
6
Labuhan di gunung Merapi, Grebeg Maulud, dsb (Profil FKPM Paksikaton
Daerah Istimewa Yogyakarta).
Selain Paksikaton, pasukan pengamanan swakarsa lain yang melakukan
kegiatan pengamanan dan penertiban di kawasan Tugu-Malioboro tepatnya di
Jalan Margoutomo (Tugu Pal Putih), Jalan Pasar Kembang dan sekitar Titik Nol
Kilometer, merupakan Organisasi Masyarakat yang sudah melakukan Nota
Kesepahaman (MoU) dengan Satpol PP Kota Yogyakarta yakni Generasi Muda
Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (GM FKPPI),
Laskar Kota Yogyakarta (LAKODYA), Merdeka Karepe Dewe (MERKADE),
Laskar Jogja (LASJO), Forum Jogja Rembuk (FJR), Grup Rukun Akeh Sedulur
(GRAS), Forum Komunitas Kawasan Alun-alun Utara (FKKAU).
Disamping Organisasi Masyarakat tersebut di atas sebagai pasukan
pengamanan swakarsa, pasukan pengamanan lain yang juga melakukan kegiatan
pengamanan dan penertiban di kawasan Malioboro adalah “Jogoboro”.
“Jogoboro” atau Jogo/jaga (penjaga) Malioboro adalah personel pengamanan
yang direkrut oleh instansi Unit Pelayanan Terpadu (UPT) di kawasan Malioboro
dari Dinas Pariwisata Yogyakarta untuk membantu melakukan kegiatan
pengamanan dan penertiban di kawasan Malioboro (Kusnanto, 2017). Mereka
bertugas selain melakukan kegiatan pengamanan dengan cara patroli jalan kaki
juga membantu kegiatan masyarakat lainnya di kawasan Malioboro, seperti
menyeberangkan warga, mengingatkan para pedagang kaki lima yang berjualan di
kawasan Malioboro agar mentaati peraturan yang berlaku, serta melakukan
penertiban dengan meminta pemilik kendaraan untuk tidak parkir di bahu jalan
atau di jalur lambat karena akan mengganggu lalu lintas (Rusqiyati, 2017).
7
Sifat pengamanan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2015 dimaksud, salah
satunya adalah pengamanan terbuka meliputi kegiatan preemtif (cegah dini),
kegiatan preventif (pencegahan) dan tindakan hukum. Kegiatan preemtif (cegah
dini), sebagaimana dimaksud di atas meliputi kegiatan :
1. Koordinasi dengan pemangku kepentingan (Stakeholders) serta
potensi masyarakat lainnya dalam upaya mewujudkan keamanan
dan ketertiban di lingkungan usaha pariwisata; dan
2. Membangun kemitraan dengan pengusaha dan pengelola usaha
pariwisata, wisatawan, dan masyarakat sekitar lokasi/kawasan
pariwisata untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban di
lingkungan usaha pariwisata.
Pemahaman pemangku kepentingan (Stakeholders) yang juga menjadi
teori dasar mengacu pendapat dari Freeman (1984) yang mengatakan bahwa
Stakeholders sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan/atau
dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu, sedangkan menurut Clarkson
pengertian Stakeholders adalah kelompok atau individu yang dukungannya
diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup organisasi (Djadja, 2011).
Dalam rangka memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan di
kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta, tidak akan terlepas dari peran para
pemangku kepentingan (Stakeholders), diantaranya Pemerintah Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta yang diwakili oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
terutama Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro termasuk didalamnya Jogoboro
sebagai petugas keamanan, Polda D.I. Yogyakarta yang diwakili oleh
8
Subdirektorat pariwisata Direktorat Pengamanan Objek Vital Polda D.I.
Yogyakarta, Pemerintah Kota Yogyakarta yang diwakili oleh Satpol PP Kota
Yogyakarta, Polresta Yogyakarta sebagai pembuat dan penyusun kebijakan,
Swasta sebagai pelaku usaha wisata, masyarakat maupun pihak pengamanan
swakarsa lainnya seperti FKPM Paksikaton, Generasi Muda Forum Komunikasi
Putra Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (GM FKPPI), Laskar Kota
Yogyakarta (LAKODYA), Merdeka Karepe Dewe (MERKADE), Laskar Jogja
(LASJO), Forum Jogja Rembuk (FJR), Grup Rukun Akeh Sedulur (GRAS),
Forum Komunitas Kawasan Alun-alun Utara (FKKAU).
Peranan para pemangku kepentingan (Stakeholders) dalam memberikan
rasa aman dan nyaman bagi wisatawan di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton
Yogyakarta menghadirkan sebuah konsep pengamanan yang tidak dapat
dilakukan sendirian dan menuntut kebersamaan arah tindak dan keseimbangan
para pemangku kepentingan (Stakeholders). Apalagi secara administratif kawasan
Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta berada di 5 Kecamatan. Kawasan Tugu
berada di wilayah Kecamatan Jetis Yogyakarta, kawasan Malioboro berada di
wilayah 3 Kecamatan yakni Malioboro ke selatan sampai Jalan Pajeksan sebelah
barat jalan masuk Kecamatan Gedongtengen, Jalan Pajeksan sebelah timur jalan
masuk Kecamatan Danurejan, Jalan Pajeksan ke selatan masuk Kecamatan
Gondomanan, serta kawasan Keraton Yogyakarta berada di wilayah Kecamatan
Keraton Yogyakarta, sehingga diperlukan suatu kerjasama dalam bidang
pengamanan dari seluruh Stakeholders yang bertanggung jawab terhadap kawasan
Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
9
Konsepsi ini sejalan dengan pendapat dari Page, Carter, Fabricus, Baggio
et al, Laws et al, (dalam Teguh, 2015), yang mengatakan bahwa tata kelola
destinasi pariwisata yang tepat dan cerdas merupakan kristalisasi penerapan
keseimbangan nilai dalam kerangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya dan
kapasitas pemangku kepentingan serta keterlibatan masyarakat lokal. Skema
penerapan tata kelola destinasi ditujukan untuk saling melengkapi dan
memperkuat koalisi antar pemangku kepentingan agar menghasilkan sinergi,
ekosistem, dan keterkaitan dalam rangka peningkatan kualitas pengalaman wisata
melalui penerapan secara konsisten prinsip-prinsip berkelanjutan dan berbasis
masyarakat.
Bentuk kerjasama pemangku kepentingan (Stakeholders) Pengamanan
Destinasi Pariwisata yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah, swasta sebagai
pelaku usaha wisata, masyarakat maupun pihak pengamanan swakarsa lainnya di
kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta selama ini belum dilakukan dalam
satu kerjasama Pengamanan terpadu. Disini masing-masing pihak masih berjalan
sendiri-sendiri sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam melakukan
kegiatan pengamanan.
Dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan maupun
masyarakat lainnya khususnya di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta
diperlukan suatu kerjasama Pengamanan dan melibatkan para Stakeholders yang
bertanggung jawab baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
Pengamanan Destinasi Pariwisata di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton
Yogyakarta. Dengan adanya satu kerjasama Pengamanan dengan berbagai
Stakeholders, diharapkan tujuan dari pengamanan destinasi dapat tercapai yakni
10
terciptanya rasa aman dan nyaman bagi para wisatawan maupun masyarakat di
kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
Penelitian ini bukan satu-satunya yang meneliti tentang kerjasama
Stakeholders dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi para wisatawan pada
destinasi pariwisata, termasuk di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta,
namun ada Peneliti-Peneliti lain, yaitu:
1. Hasil Penelitian berjudul Peran Pemangku Kepentingan dalam
Pelaksanaan Model Desa Konservasi di Taman Nasional Gunung
Rinjani oleh Andi Chairil Ichsan, Rinekso Soekmadi, Soeryo
Adiwibowo, dan Cecep Kusmana (2017). Tujuan Penelitian
tersebut adalah untuk memberikan gambaran terkait kolaborasi
dalam pelaksanaan Model Desa Konservasi (MDK) di Taman
Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Hasil Penelitian di atas
menunjukkan proses kolaborasi yang melibatkan Stakeholders dari
pengembangan MDK belum maksimal. Dipublikasikan dalam
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Vol 14. No 1, Mei. Hal 47-
59. Penelitian tersebut berbeda dengan Penelitian yang Peneliti
lakukan. Sekalipun Penelitian ini sama-sama membahas tentang
kerjasama antar Stakeholders, namun berbeda substansi.
Penelitian ini menitikberatkan pada kerjasama Stakeholders
dalam bidang pengamanan kepariwisataan dan di wilayah destinasi
pariwisata yang juga berbeda yakni di kawasan Tugu-Malioboro-
Keraton Yogyakarta.
11
2. Hasil Penelitian dengan judul Analisis tingkat rasa aman wisatawan
domestik terhadap layanan Polisi Pariwisata di kawasan Malioboro
Yogyakarta yang ditulis oleh Sakti Anugerah Pratama (2016).
Dipublikasikan sebagai skripsi pada jurusan Pariwisata UGM.
Penelitian tersebut berbeda dengan Penelitian ini, karena Penelitian
terdahulu bertujuan untuk menganalisis mengenai prosedur standar
operasional Polisi Pariwisata sebagai acuan mereka dalam
melaksanakan tugasnya untuk menilai tingkat rasa aman wisatawan
domestik. Sedangkan Penelitian ini bertujuan untuk melihat
kerjasama Stakeholders Pengamanan Destinasi Pariwisata di
kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
3. Hasil Penelitian berjudul Pelayanan, Keamanan dan Daya tarik
mempengaruhi minat wisatawan yang berkunjung ke objek wisata
alam Gunung Mahawu, Tomohon yang dilakukan oleh Poppy
Margaretith Nivranti Sondakh dan Altje Tumbel (2016). Tujuan
Penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pelayanan, keamanan
dan daya tarik secara parsial dan simultan yang mempengaruhi
minat wisatawan yang berkunjung ke objek wisata alam
Gunung Mahawu di Kota Tomohon. Dipublikasikan dalam Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 01 tahun 2016. Sekalipun
Penelitian terdahulu membahas tentang keamanan yang
mempengaruhi minat wisatawan yang berkunjung ke objek wisata
alam Gunung Mahawu, Tomohon namun dalam Penelitian ini
berbeda substansi, yaitu kerjasama Stakeholders dalam bidang
12
pengamanan kepariwisataan guna menciptakan rasa aman dan
nyaman bagi wisatawan di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton
Yogyakarta.
4. Hasil Penelitian berjudul Peranan dan Kebutuhan Pemangku
Kepentingan dalam Tata Kelola Pariwisata di Taman Nasional
Bunaken Sulawesi Utara yang dilakukan oleh Heri Santoso, EKS
Harini Muntasib, Hariady Kartodihardjo, dan Rinekso Soekmadi
(2015) bertujuan untuk mengidentifikasi dan menguraikan peranan
serta kebutuhan para Pemangku Kepentingan dalam Tata Kelola
Pariwisata di TNB. Hasil Penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara pemangku kepentingan berupa koordinasi,
kerjasama, potensi konflik. Dipublikasikan pada Jurnal Penelitian
Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol. 12, No. 3, Desember, hal.
197-211. Penelitian terdahulu tersebut walaupun salah satu fokus
Penelitiannya adalah membahas tentang tugas pokok, fungsi dan
peranan para Stakeholders, namun dalam Penelitian ini berbeda
substansi, yaitu lebih menitikberatkan pada kerjasama Stakeholders
dalam bidang pengamanan kepariwisataan dan di wilayah destinasi
pariwisata yang juga berbeda yakni di kawasan Tugu-Malioboro-
Keraton Yogyakarta.
5. Hasil Penelitian berjudul Kajian Kenyamanan dan Keamanan
wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok yang dilakukan
oleh Wahyu Khalik Program Studi Magister Kajian Pariwisata
Universitas Udayana (2014). Tujuan Penelitian ini adalah untuk
13
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak-nyamanan
dan ketidak-amanan wisatawan, mengetahui tingkat pemahaman
masyarakat tentang sadar wisata, dan mengetahui partisipasi
masyarakat terhadap kenyamanan dan keamanan di kawasan Kuta
Lombok. Dipublikasikan dalam Jumpa Volume 01, No. 01, Juli
2014. Penelitian terdahulu membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidak-nyamanan dan ketidak-amanan wisatawan
serta untuk mengetahui partisipasi masyarakat terhadap
kenyamanan dan keamanan di kawasan Kuta Lombok sedangkan
Penelitian ini menitikberatkan pada kerjasama Stakeholders
termasuk Instansi Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan
peduli keamanan dalam menciptakan rasa aman dan nyaman bagi
wisatawan di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
6. Hasil Penelitian berjudul Peranan Polisi Pariwisata dalam
memberikan perlindungan kepada wisatawan di Yogyakarta, yang
ditulis oleh Danang Rizky (2010). Dipublikasikan sebagai skripsi
pada jurusan Ilmu Hukum UAJY. Skripsi tersebut berbeda dengan
Penelitian ini, karena skripsi di atas bertujuan untuk mengetahui
peranan Polisi Pariwisata dalam memberikan perlindungan kepada
wisatawan di Yogyakarta. Sedangkan Penelitian ini bertujuan
untuk melihat kerjasama Stakeholders dalam bidang Pengamanan
kepariwisataan di Kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, Peneliti merasa tergerak
dan perlu untuk mengangkat isu ini sebagai sebuah tema dalam penelitian karya
14
ilmiah yang berjudul: “Kerjasama Pengamanan Dalam Menciptakan Rasa Aman
dan Nyaman di Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan dalam latar belakang masalah,
maka fokus dalam Penelitian ini adalah :
1. Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh para Stakeholders
Pengamanan Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton
Yogyakarta.
2. Pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh para Stakeholders
Pengamanan Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton
Yogyakarta.
3. Kendala/hambatan dalam pelaksanaan kerjasama para Stakeholders
Pengamanan Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton
Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah pokok dalam Penelitian ini adalah :
1. Bagaimana bentuk kerjasama yang dilakukan oleh para
Stakeholders Pengamanan guna menciptakan Kawasan Pariwisata
Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata
yang aman dan nyaman?
15
2. Bagaimana pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh para
Stakeholders Pengamanan Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-
Keraton Yogyakarta?
3. Apa kendala/hambatan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan
kerjasama Pengamanan guna menciptakan Kawasan Pariwisata
Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata
yang aman dan nyaman?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
Penelitian ini adalah:
a) Untuk mengetahui bentuk kerjasama yang dilakukan oleh
para Stakeholders Pengamanan guna menciptakan Kawasan
Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta sebagai
daerah tujuan wisata yang aman dan nyaman.
b) Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan kerjasama yang
dilakukan oleh para Stakeholders Pengamanan Kawasan
Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
c) Untuk mengidentifikasi kendala/hambatan yang dihadapi
dalam rangka kerjasama para Stakeholders Pengamanan guna
menciptakan Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton
Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata yang aman dan
nyaman.
16
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah :
a) Sebagai bahan masukan tentang bentuk kerjasama yang
dilakukan para pemangku kepentingan (Stakeholders), di
antaranya Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
yang diwakili oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
terutama Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro
termasuk di dalamnya Jogoboro, Polda D.I. Yogyakarta
yang diwakili oleh Subdirektorat pariwisata Direktorat
Pengamanan Objek Vital Polda D.I.Yogyakarta Pemerintah
Kota Yogyakarta yang diwakili oleh Satpol PP Kota
Yogyakarta dan Polresta Yogyakarta, swasta sebagai pelaku
usaha wisata, masyarakat maupun pihak pengamanan
swakarsa lainnya seperti FKPM Paksikaton, Generasi Muda
Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI/Polri
Indonesia (GM FKPPI), Laskar Kota Yogyakarta
(LAKODYA), Merdeka Karepe Dewe (MERKADE), Laskar
Jogja (LASJO), Forum Jogja Rembuk (FJR), Grup Rukun
Akeh Sedulur (GRAS), Forum Komunitas Kawasan Alun-
alun Utara (FKKAU) guna menciptakan Kawasan Pariwisata
Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta sebagai daerah tujuan
wisata yang aman dan nyaman.
b) Dengan mengetahui sejauh mana pelaksanaan kerjasama
yang dilakukan oleh para Stakeholders Pengamanan Kawasan
17
Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta, maka perlu
diberikan rekomendasi bagi para pemangku kepentingan
(Stakeholders) agar membuat suatu kerjasama dalam bidang
keamanan dan diwujudkan dalam bentuk pembuatan nota
kesepahaman ataupun pembentukan Satuan Tugas Terpadu di
kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta (bisa
disingkat Satgas Terpadu Gumaton), yang tidak hanya
melibatkan pihak Institusi Pemerintah saja tetapi juga
melibatkan pihak lain termasuk pengamanan swakarsa dan
pihak swasta yang juga mempunyai kepentingan terhadap
keamanan dan kenyamanan di kawasan Tugu-Malioboro-
Keraton Yogyakarta.
c) Dengan teridentifikasinya kendala/hambatan yang dihadapi
dalam rangka kerjasama para Stakeholders Pengamanan,
maka akan didapatkan solusi ataupun pemecahan dari
kendala tersebut sehingga Kawasan Pariwisata Tugu-
Malioboro-Keraton Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata
yang aman dan nyaman akan tercapai.
E. Kerangka Konseptual
1. Kerjasama
Pamudji dalam bukunya yang berjudul “Kerjasama Antar Daerah
Dalam Rangka Pembinaan Wilayah” (1985:12-13) mengatakan bahwa
kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih
yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama.
18
Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada
suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur
interaksi dan unsur tujuan bersama. Jika salah satu dari ketiga unsur
tersebut tidak termuat pada suatu obyek yang dikaji, maka dapat
dianggap bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama. Unsur dua
pihak atau lebih biasanya menggambarkan suatu himpunan dari
kepentingan-kepentingan yang satu sama lain saling mempengaruhi
sehingga berinteraksi untuk mewujudkan tujuan bersama. Jika hubungan
atau interaksi itu tidak ditujukan pada terpenuhinya kepentingan masing-
masing pihak (kepentingan bersama) maka hubungan-hubungan
dimaksud bukanlah suatu kerjasama. Kerjasama senantiasa menempatkan
pihak-pihak yang berinteraksi itu pada posisi yang seimbang, serasi dan
selaras. Dari pendapat Pamudji tersebut kerjasama menunjuk adanya dua
pihak atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.
Sargent dalam Santosa (1992:29) menyatakan bahwa kerjasama
merupakan usaha terkoordinasi di antara anggota kelompok atau
masyarakat yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut
Santosa (1992: 29-30) menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu bentuk
interaksi sosial di mana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan
erat dengan tujuan anggota kelompok yang lain atau tujuan kelompok
secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai
tujuan bila individu lain juga mencapai tujuan. Dari pendapat tersebut
dapat dinyatakan bahwa kerjasama adalah bentuk interaksi sosial di
antara anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
19
Menurut Bowo dan Andy bahwa dalam pelaksanaan kerjasama
harus tercapai keuntungan bersama (2007:50-51). “Pelaksanaan
kerjasama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi
semua pihak yang terlibat didalamnya (win-win). Apabila satu pihak
dirugikan dalam proses kerjasama, maka kerjasama tidak lagi terpenuhi.
Dalam upaya mencapai keuntungan atau manfaat bersama dari
kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan
pemahaman sama terhadap tujuan bersama”. Hal ini mengandung arti
bahwa dalam melakukan kerjasama semua pihak harus mendapat
keuntungan dan manfaat dari pelaksanaan kerjasama serta perlu adanya
komunikasi dan pemahaman terhadap tujuan kerjasama.
Soekanto (2006) mengatakan bahwa ada 5 (lima) bentuk
kerjasama, yaitu:
a) Tawar menawar atau Bargaining, yaitu membentuk
kerjasama tentang sebuah kesepakatan pertukaran produk
atau juga jasa antara dua orang atau juga lebih.
b) Koalisi atau Coalition, yaitu suatu gabungan dari dua
lembaga organisasi atau juga lebih yang mempunyai tujuan
yang sama, mereka bekerjasama supaya mencapai tujuan
tersebut.
c) Joint Venture, yaitu kerjasama supaya mengerjakan proyek-
proyek tertentu agar dapat cepat terselesaikan dan juga tujuan
cepat tercapai.
20
d) Cooptation, yaitu suatu proses kerjasama penerimaan dari
berbagai unsur yang baru pada kepemimpinan sebuah
organisasi, hal ini dapat dijadikan sebuah cara
suapaya menghindari terjadinya sebuah kecurangan atau juga
hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa terjadi.
e) Atas dasar kerukunan, yaitu kerjasama yang didasari karena
sebuah kerukunan sesama manusia, biasanya sebuah
kerjasama yang didasari kerukunan tidak diharapkan imbalan
atau juga upah.
Dari 5 (lima) bentuk kerjasama di atas, fokus dalam Penelitian
tentang kerjasama yang digunakan oleh Stakeholders pengamanan di
Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta pada 2 (dua)
bentuk kerjasama, yakni tawar menawar atau Bargaining,
yaitu membentuk kerjasama tentang sebuah kesepakatan jasa antara dua
orang atau juga lebih, serta bentuk Koalisi atau Coalition, yaitu suatu
gabungan dari dua lembaga organisasi atau juga lebih yang
mempunyai tujuan yang sama. Walaupun dimungkinkan ada bentuk
kerjasama yang lain, misalnya kerjasama atas dasar kerukunan yang
merupakan bentuk kerjasama Paguyuban PKL di Kawasan Malioboro,
tetapi tidak menjadi fokus dari Penelitian ini.
2. Pemangku Kepentingan (Stakeholders)
Pada saat ini istilah atau kata Stakeholders sudah dikenal banyak
orang, yang dalam istilah Stakeholders sering digunakan oleh banyak
pihak karena berkaitannya dengan berbagai macam ilmu, seperti ilmu
21
bisnis, informasi dan komunikasi, pengolahan sumber daya dan
sebagainya. Stakeholders secara umum dapat diartikan sebagai suatu
masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu manusia yang
memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatu organisasi atau
perusahaan. Suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu
tersebut dapat dikatakan sebagai Stakeholders jika mereka memiliki
karakteristik seperti memiliki kekuasaan dan kepentingan terhadap
organisasi atau perusahaan.
Menurut Start & Hovland (dalam Sumpeno, 2012) bahwa
pemangku kepentingan didefinisikan sebagai kelompok atau organisasi
yang memiliki kepentingan langsung atau tidak langsung dalam sebuah
organisasi karena dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan
organisasi, tujuan, dan kebijakan. Meskipun para pelaku biasanya
melegitimasi dirinya sebagai Stakeholders, tetapi semua pemangku
kepentingan tidak sama dan memiliki kedudukan yang berbeda. Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemangku kepentingan adalah
seluruh pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi
fokus kajian atau perhatian.
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh Stakeholders
terhadap suatu issu, Stakeholders dapat dikategorikan ke dalam beberapa
kelompok, menurut Overseas Development Administration (ODA, 1995)
(dalam fannyanisha, 2013), sebagai berikut :
22
a) Stakeholders Utama (primer)
Stakeholders utama merupakan Stakeholders yang memiliki
kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan,
program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu
utama dalam proses pengambilan keputusan. Salah satu pihak yang
terkait di dalamnya adalah:
– Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait
dengan proyek, yakni masyarakat yang diidentifikasi akan
memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak dari
proyek ini. Tokoh masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh
masyarakat ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat
mewakili aspirasi masyarakat.
b) Stakeholders Pendukung (sekunder)
Stakeholders pendukung (sekunder) adalah Stakeholders yang
tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu
kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian
(concern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan
berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal
pemerintah. Beberapa bagian yang terkait di dalamnya antara lain
adalah:
– lembaga (Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak
memiliki tanggung jawab langsung.
– lembaga pemerintah yang terkait dengan isu tetapi tidak
23
memiliki kewenangan secara langsung dalam pengambilan
keputusan.
c) Stakeholders Kunci
Stakeholders kunci merupakan Stakeholders yang memiliki
kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan.
Stakeholders kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai
levelnya, legislatif, dan instansi. Misalnya, Stakeholders kunci
suatu proyek level daerah kabupaten/Kota, maka beberapa bagian
yang terkait di dalamnya antara lain adalah sebagai berikut:
– Pemerintah Kabupaten/Kota
– Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
Dari pendapat tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa
berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh Stakeholders
terhadap suatu isu, Stakeholders dapat dikategorikan ke dalam 3
kelompok, yakni Stakeholders utama (primer) merupakan
Stakeholders yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung
dengan suatu kebijakan, program, dan proyek, Stakeholders
pendukung (sekunder) adalah Stakeholders yang tidak
memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu
kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian serta
Stakeholders kunci merupakan Stakeholders yang memiliki
kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan.
24
3. Pengamanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (KBBI Online)
aman berarti bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, terlindung atau
tersembunyi, tenteram, tidak merasa takut atau khawatir. Sedangkan
pengamanan mempunyai arti proses, cara, perbuatan untuk
mengamankan. Dapat diartikan disini bahwa pengamanan mempunyai
makna proses, cara, perbuatan untuk memberikan rasa aman, tenteram,
terlindung dari berbagai macam ancaman dan gangguan.
Arti nyaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
(KBBI Online) adalah sedap, sejuk, enak. Sedangkan kenyamanan
mengandung arti keadaan nyaman, kesegaran, kesejukan. Dapat
diartikan bahwa kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan seseorang
yang merasa nyaman karena telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yang bersifat individual.
Kovari dan Zimanyi, 2011 (dalam Khalik, 2014) menyatakan
bahwa kenyamanan dan keamanan menjadi kondisi yang sangat penting
dalam industri pariwisata. Aspek tersebut pada dua dekade terakhir telah
menjadi isu yang semakin besar dan mempunyai dampak yang sangat
besar terhadap keberlangsungan aktivitas perjalanan dan pariwisata.
Sebagaimana dimaksudkan oleh UNWTO, 2004 yang dikutip oleh
Khalik (2014) bahwa destinasi wisata di negara berkembang sudah
saatnya untuk memberikan alternatif berwisata dengan jaminan
keselamatan dan rasa aman bagi wisatawan selama berwisata.
25
Menurut Mahagangga, et al (2013: 97) seperti dikutip Fanani dan
Pangestuti (2017) keamanan dan kenyamanan wisatawan adalah suatu
keadaan yang diharapkan stabil, menimbulkan perasaan yang tenang
tanpa disertai kekhawatiran ketika sedang melakukan perjalanan wisata
ke suatu tempat tujuan dan menginap selama beberapa waktu.
Polri oleh UUD 1945 yang diamandemen diberikan wewenang
dalam menjaga keamanan dalam negeri, UUD 1945 pasal 30 (4)
berbunyi: Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara
yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum.
Hal tersebut diperkuat dalam UU RI No. 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 2, fungsi Polri adalah salah
satu fungsi pemerintah negara di bidang pemelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat (kamtibmas), penegakan hukum (gakkum) serta
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan (lin, yom, yan)
kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri
(kamdagri). Sedang pasal 13, dipertegas kembali, tugas dan wewenang
adalah: memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas),
menegakkan hukum (gakkum) dan memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat (lin, yom, yan).
Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 12 tahun 2015, yang dimaksud dengan pengamanan adalah segala
usaha, pekerjaan, dan kegiatan dalam rangka pencegahan, penangkalan,
serta penegakan hukum terhadap setiap ancaman dan gangguan
26
keamanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengamanan adalah usaha,
pekerjaan, kegiatan guna mencegah, menangkal, menegakkan hukum
terhadap setiap ancaman, hambatan, tantangan dan gangguan keamanan.
Pengamanan kepariwisataan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a) legalitas, yaitu pengamanan kepariwisataan dilaksanakan
sesuai peraturan perundang-undangan;
b) profesional, yaitu dalam melaksanakan pengamanan
kepariwisataan dilaksanakan sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki sesuai peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab;
c) proporsional, yaitu pengamanan kepariwisataan dilaksanakan
sesuai peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab;
d) akuntabel, yaitu segala upaya dan tindakan yang
dilaksanakan harus dapat dipertanggungjawabkan;
e) nesesitas, yaitu pengamanan kepariwisataan diberikan
berdasarkan penilaian situasi dan kondisi yang dihadapi;
f) humanis, yaitu pengamanan kepariwisataan senantiasa
memperhatikan aspek kemanusiaan, sosial, perlindungan, dan
pelayanan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 09 tahun 2011, pengertian pengamanan adalah segala usaha,
pekerjaan, dan kegiatan dalam rangka pencegahan, penangkalan dan
penanggulangan serta penegakan hukum terhadap setiap ancaman dan
gangguan keamanan. Jadi dapat disimpulkan disini bahwa
27
pengamanan mengandung arti usaha, pekerjaan dan kegiatan guna
mencegah, menangkal dan menanggulangi setiap gangguan keamanan
dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
4. Destinasi Pariwisata
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan bahwa kepariwisataan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis,
terencana, terpadu, berkelanjutan, dan ber-tanggung jawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup
dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta
kepentingan nasional.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
ini, yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan dayatarik wisata yang dikunjungi dalam waktu
sementara. Arti pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Sedangkan
kepariwisataan dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan yang terkait
dengan pariwisata dan bersifat multidimensi dan multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi
antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Dari penjelasan
28
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepariwisataan merupakan
keseluruhan kegiatan pariwisata yang bersifat multi dimensi dan
multidisiplin karena melibatkan interaksi dari berbagai pihak.
Damanik dan Weber seperti dikutip oleh Rahayu (2016)
mengatakan bahwa Pariwisata adalah merupakan fenomena pergerakan
manusia, barang, dan jasa, yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan
organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan
layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan sebagainya.
Jenis-Jenis Pariwisata antara lain :
a) Wisata komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk
mengunjungi pameran-pameran dan pecan raya yang bersifat
komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan
sebagainya.
b) Wisata industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh
rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke
suatu kompleks atau daerah perindustrian, dengan maksud dan
tujuan untuk mengadakan peninjauan atau Penelitian.
c) Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar
keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang
dengan cara mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke
luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat
istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni
meraka.
29
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata
berkaitan erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan
individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan
sebagainya.
Dalam suatu Penelitian Wet Tropics Destinations Image (1998:74)
seperti dikutip Legawa (2008) kualitas destinasi pariwisata
diindentifikasi persepsi dan penilaian destinasi, dari beberapa faktor
tersebut ada 2 (dua) faktor yang menjadi fokus dalam Penelitian ini
yaitu:
a) lingkungan (tidak aman-aman)
b) kenyamanan
Dapat disimpulkan bahwa untuk membuat destinasi pariwisata
berkembang baik diperlukan antara lain adanya lingkungan yang aman
dan dapat memberikan kenyamanan bagi para wisatawan yang
berkunjung ke destinasi pariwisata tersebut.
Dari berbagai penjelasan dalam kerangka konseptual tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa kerjasama yang diartikan adanya dua
pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu
tujuan bersama yakni untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi
wisatawan baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan
nusantara (wisnus) yang berkunjung ke Kawasan Destinasi Pariwisata
Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta, diperlukan bagi para pemangku
kepentingan (Stakeholders) dalam hal ini adalah Stakeholders yang
terkait serta bertanggung jawab terhadap pengamanan khususnya di
30
Kawasan Destinasi Pariwisata, baik Stakeholders primer, sekunder
maupun Stakeholders kunci.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
menurut Bogdan dan Taylor, 1990 dalam Gunawan (2016) adalah
prosedur Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati
yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).
Metode deskriptif yang digunakan adalah merupakan metode yang
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki (Thea, 2013), dalam hal ini
adalah memberikan gambaran tentang “Kerjasama Pengamanan Dalam
Menciptakan Rasa Aman dan Nyaman di Kawasan Pariwisata Tugu-
Malioboro-Keraton Yogyakarta”.
2. Obyek Penelitian
Yang dimaksud obyek Penelitian, adalah hal, perkara, orang yang
menjadi pokok pembicaraan ataupun yang dijadikan sasaran untuk
diteliti, diperhatikan, dan sebagainya. Menurut Supranto (2000: 21)
obyek Penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang,
organisasi atau barang yang akan diteliti.
Kemudian dipertegas Anto Dayan (1986: 21), obyek Penelitian
adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data
31
secara lebih terarah. Adapun obyek Penelitian dalam tulisan ini adalah
“Kerjasama Pengamanan Dalam Menciptakan Rasa Aman dan Nyaman
di Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta”.
3. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian sebanyak 30 (tigapuluh) orang, terdiri dari Polri
7 (tujuh) orang, Pemda/Pemkot 8 (delapan) orang, Tepas Security
Keraton Yogyakarta Yogyakarta 1 (satu) orang, Ormas Peduli Keamanan
dan Ketertiban Umum 6 (enam) orang, Pemilik Toko dan PKL 4 (empat)
orang serta wisatawan 4 (empat) orang.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam melakukan Penelitian yakni di
Kawasan Pariwisata Tugu- Malioboro-Keraton Yogyakarta.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui :
a) Observasi (pengamatan)
Menurut (Arikunto, 2002) Observasi merupakan suatu
tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.
Marshal&Rossman (dalam Hendrarso, 2013:172) mengatakan
bahwa Observasi (pengamatan) adalah “deskripsi secara sistematis
tentang kejadian dan tingkah laku dalam setting sosial yang dipilih
untuk diteliti”.
Dari hasil ini kita dapat memperoleh gambaran yang jelas
tentang masalah dan petunjuk yang dibutuhkan. Melalui Observasi
32
secara langsung akan dipelajari bagaimana Kerjasama Pengamanan
yang dilakukan dalam Menciptakan Rasa Aman dan Nyaman di
Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
b) Wawancara mendalam (In-depth Interview)
Menurut Mashud (2013:69-80), pengertian wawancara
(Interview) adalah cara yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung
secara bertatap muka (face to face). Namun demikian, teknik
wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan
secara berhadapan (face to face), melainkan dapat saja dengan
memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan
internet.
Gunawan (2013) berpendapat bahwa dalam wawancara
mendalam berlangsung suatu diskusi terarah diantara Peneliti dan
informan menyangkut masalah yang diteliti, jenis pertanyaan yang
digunakan terbuka yang memungkinkan untuk memperoleh
jawaban bervariasi sesuai pemikiran Informan, Informan dapat
memberikan jawabannya secara lebih terinci serta Informan
diberikan kesempatan mengekspresikan caranya dalam menjawab
pertanyaan.
Dengan demikian data yang diperoleh dari hasil wawancara
mendalam (In-depth Interview) tersebut sesuai dengan kondisi yang
ada tanpa mengurangi nilai validitas data yang diperoleh.
33
c) Dokumentasi
Pengertian dari kata dokumen menurut Gottschalk (dalam
Gunawan, 2016:175) seringkali digunakan para ahli dalam dua
pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi
sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak,
peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan
arkeologis. Pengertian kedua diperuntukkan bagi surat-surat resmi
dan surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang,
hibah, konsesi dan lainnya. Lebih lanjut Gottschalk menyatakan
bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih
luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis
sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau
arkeologis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
dokumentasi berarti pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan; pemberian atau
pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan,
guntingan koran, dan bahan referensi lain).
Data ini diperoleh dari laporan bulanan, buku intelijen dasar,
laporan kegiatan rutin maupun insidentil, laporan gangguan
keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dan kriminalitas,
data jumlah kunjungan wisatawan, buku registrasi, struktur
organisasi, visi dan misi organisasi.
34
6. Teknik Penentuan Informan
Dalam Penelitian ini digunakan prosedur penentuan Informan
secara purposive. Menurut Neuman, 2007 (dalam Zanynu, 2011) pada
teknik purposive Peneliti memilih Informan menurut kriteria tertentu
yang telah ditetapkan. Kriteria ini harus sesuai dengan topik penelitian,
sehingga Informan yang dipilihpun harus dianggap kredibel untuk
menjawab penelitian. Hal ini mempunyai pertimbangan tertentu yang
bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif.
Data dan informasi Penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer terdiri dari profil dari Stakeholders, jumlah
kunjungan wisatawan, data gangguan kriminalitas, data kerjasama yang
sudah dilakukan. Pengumpulan data primer melalui observasi dan
wawancara. Wawancara dilakukan semi terstruktur dan berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Penentuan
Stakeholders sebagai informan dilakukan melalui metode purposive dan
snowball atau bola salju. Informan dipilih dengan pertimbangan yang
bersangkutan memiliki pengalaman dan pengetahuan serta memahami
permasalahan yang ada. Selanjutnya berdasarkan informasi dari
informan sebelumnya, Peneliti dapat menetapkan informan berikutnya
yang dapat memberikan informasi dan data yang lebih lengkap terkait
dengan Penelitian. Pengumpulan data selain dari Stakeholders, juga
diambil dari para wisatawan yang berkunjung ke kawasan Tugu-
Malioboro-Keraton, berupa kegiatan wawancara. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah wisatawan sudah merasa aman dan nyaman
35
selama berwisata di kawasan tersebut, sehingga akan diketahui manfaat
dari kerjasama yang dilakukan Stakeholders pengamanan destinasi
pariwisata di kawasan tersebut, sudah dapat dirasakan oleh wisatawan
atau belum.
Data selanjutnya berupa data sekunder yang merupakan data
pendukung dalam bahasan Penelitian ini. Data sekunder dikumpulkan
dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Stakeholders yang berkaitan
dengan kerjasama Stakeholders pengamanan destinasi pariwisata di
kawasan Tugu-Malioboro-Keraton.
Jumlah informan pada Penelitian ini adalah sebanyak 30
(tigapuluh) informan yang terdiri dari berbagai pihak, baik sebagai
Stakeholders primer, Stakeholders sekunder dan Stakeholders kunci
maupun wisatawan yang akan merasakan dampak dari adanya kerjasama
tersebut.
Tabel I.1
Data Informan berdasarkan Pekerjaan/Profesi dan jabatan
NO NAMA PEKERJAAN JABATAN
1. AKBP Drs. Sutarno Polri Kasubditwisata PoldaDIY
2. Brig Agustinus Wahyu Polri anggota SubditwisataPolda DIY
3. Brig Pristian Polri anggota SubditwisataPolda DIY
4. Ipda Ismaryono Polri Kasubnit 2 ObvitPolresta Yogyakarta
5. Bripka Suyanto Polri anggota Unit
36
Pamobvit PolrestaYogyakarta
6. Brig Prayudha Polri anggota UnitPamobvit Polresta
Yogyakarta
7. Aipda Danan Ari K. Polri BhabinkamtibmasKeraton Yogyakarta
8. Drs. Ekwanto PNS KA UPT Malioboro
9. Darmanto, SH. PNS Ka DivisiPemberdayaan dan
Promosi
10. Syamsuhadi PNS Ka DivisiKetentraman,Ketertiban dan
Lalulintas
11. D. Afriani K, A.Md PNS Kasubbag TU UPTMalioboro
12. Yudho Pamungkas,SH PNS Kasi Dalops Satpol PPKota Yka
13. Bpk Naryanto Outsourcing Anggota Jogoboro
14. Ibu Santi Outsourcing Anggota Jogoboro
15. Bpk Maryono Outsourcing Anggota Jogoboro
16. Bpk Danu Sidik/MBPurojogowidigdo
Abdi Dalem Tepas SecurityKeraton Yogyakarta
17. M. Fuad Andrego Swasta Ketua Ormas FKKAU
18. Sdr Nuri Marjuki Swasta Ketua OrmasLAKODYA
19. Sdr Dwi Cahya P. Swasta Wakil Ketua OrmasLAKODYA
20. Bpk Sunardi Swasta Anggota PaguyubanPaksikaton
21. Sdr Fani Ristamaji Swasta Sekjen LSM GRAS
37
22. Sdr Kesno Swasta Anggota LSM GRAS
23. Ibu Yati Dimanto Swasta PKL KawasanMalioboro
24. Bpk Rubiyo Swasta PKL KawasanMalioboro
25. Sdri Nurul Yunani Swasta Supervisor UsahaRefleksi KeluargaKakiku Kawasan
Malioboro
26. Sdr Purwanto Swasta Karyawan RMLesehan Terang BulanKawasan Malioboro
27. Sdri Sujiati Swasta Wisatawan
28. Mr Martin Swasta Wisatawan
29. Sdri Wulansari Mahasiswi Wisatawan
30. Sdri Tida Mahasiswi Wisatawan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebaran informan
cukup beragam. Informan-informan tersebut tersebut merupakan unsur
yang berkompeten dalam pelaksanaan kerjasama di kawasan Tugu-
Malioboro-Keraton Yogyakarta. Hal ini dimaksudkan agar data yang
diperoleh memberikan informasi yang bersifat lengkap, berimbang dan
dapat dipertanggungjawabkan berkaitan dengan kerjasama Stakeholders
di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta.
Pemilihan informan juga didasarkan pada kompetensi serta
kapabilitas masing-masing informan dengan berdasarkan kompetensi ini
Peneliti akan dapat menggali informasi yang akurat sekaligus
memperoleh data pembanding informan.
38
Tabel I.2
Informan berdasarkan tingkat pendidikan
NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (ORANG)
1.
2.
3.
4.
5.
SLTP
SLTA
DIPLOMA
STRATA 1
STRATA 2
2
16
2
9
1
JUMLAH 30
Tabel I.2 di atas, menunjukkan keragaman tingkat pendidikan dari
para Informan, mulai dari tingkat pendidikan SLTP sampai dengan Strata
2. Hal ini dimaksudkan wawancara mendapatkan informasi yang
beragam dari aspek dan sudut pandang yang berbeda untuk mendapatkan
data yang diperlukan. Selain itu bila dikaji lebih lanjut tingkat pendidikan
informan disini menunjukkan tingkat pendidikan yang cukup memadai,
hal ini cukup signifikan karena dengan tingkat pendidikan yang memadai
informan bisa memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini. Meskipun kita lihat disini ada 2 (dua) orang Informan yang
berpendidikan SLTP, tetapi hal ini tidak menjadi persoalan karena dua
orang Informan tersebut merupakan PKL yang setiap hari berjualan di
kawasan Malioboro dan merupakan salah satu Stakeholders primer yang
memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap setiap kebijakan di
kawasan Malioboro, termasuk kebijakan yang menyangkut keamanan.
39
7. Teknik Analisis Data
Untuk mengolah dan menganalisis data, Penelitian ini
menggunakan metode analisis data kualitatif. Menurut Miles dan
Huberman (dalam Gunawan, 2016:210-212) mengemukakan tiga tahapan
yang harus dikerjakan dalam menganalisis data Penelitian kualitatif,
yaitu:
a) Reduksi data (data reduction)
Dikemukakan Sugiyono (dalam Gunawan, 2016:211),
mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari tema dan
polanya. Data yang direduksi akan memberikan gambaran
lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan
data.
b) Paparan data (data display)
Menurut Miles dan Huberman (dalam Gunawan, 2016:211),
pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Data Penelitian ini disajikan dalam
bentuk uraian yang didukung dengan matriks jaringan kerja.
c) Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing/verifying)
Penarikan simpulan merupakan hasil Penelitian yang
menjawab fokus Penelitian berdasarkan hasil analisis data.
40
Simpulan disajikan dalam bentuk objek Penelitian dengan
berpedoman pada kajian Penelitian.
Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses
pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan juga selama dan sesudah pengumpulan data.
Untuk mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh
Peneliti dalam Penelitian ini dari para informan, dilakukan Teknik
Triangulasi. Teknik ini dilakukan untuk mengurangi sebanyak mungkin
bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data serta
meningkatkan kredibilitas Penelitian.
Denzin (1978) seperti dikutip Gunawan (2013) mendefinisikan
triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang
dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang
dan perspektif yang berbeda. Selanjutnya Denzin (1978) membedakan
empat macam triangulasi, yaitu:
a) Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi
tertentu melalui berbagai sumber perolehan data. Triangulasi
sumber berarti membandingkan (mencek ulang) informasi
yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Penelitian
selain melalui wawancara dan observasi, bisa menggunakan
pengamatan berperan serta (participant observation),
dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi,
catatan tulisan pribadi, gambar, foto.
41
b) Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data
atau mengecek keabsahan temuan Penelitian. Triangulasi
tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh
dari subjek atau informan Penelitian diragukan kebenarannya.
Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa
teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya,
triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian,
triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.
c) Triangulasi Peneliti adalah menggunakan lebih dari satu orang
dalam mengadakan observasi atau wawancara. Teknik ini
diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai
informasi yang digali dari subjek Penelitian. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu
harus yang telah memiliki pengalaman Penelitian dan bebas
dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan Peneliti
dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
d) Triangulasi teori berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu
atau lebih teori. Triangulasi teoritik adalah memanfaatkan
dua teori atau lebih untuk diadu dan dipadu. Untuk itu
diperlukan rancangan Penelitian, pengumpulan data dan
analisis data yang lengkap, dengan demikian akan dapat
memberikan hasil yang lebih komprehensif.
42
BAB II `
PROFIL KAWASAN PARIWISATA TUGU-MALIOBORO-KERATON YOGYAKARTA SERTA STAKEHOLDERS PENGAMANAN
DESTINASI PARIWISATA
A. Kawasan Pariwisata Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta
1. Kawasan Tugu Jogja
Tugu Jogja merupakan ikon kota Yogyakarta yang terletak persis di
tengah-tengah perempatan Jalan Jenderal Soedirman, Jalan Pangeran
Mangkubumi, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu yang
didirikan oleh Sultan Hamengkubuwono I ini memiliki nilai simbolis dan
merupakan garis yang bersifat magis yang menghubungkan Laut Selatan,
Keraton Yogyakarta dan Gunung Merapi. Tugu ini sekarang merupakan
salah satu objek wisata Yogya yang paling sering dikunjungi pada waktu
malam hari terlebih jika sudah melewati pukul 24.00 karena lalu lintas sudah
sepi sehingga bisa berfoto selfie tanpa perlu khawatir dengan kendaraan
yang lalu lalang. Tugu Yogya atau Tugu Golong Gilig ini juga dikenal
dengan istilah “Tugu Pal Putih/De Witt Paal”, karena warna cat yang
digunakan sejak dulu adalah warna putih. Tugu pal ini berbentuk bulat
panjang dengan bola kecil dan ujung yang runcing di bagian atasnya
(Sumber: https://wisatapedi.com/tempat-wisata-dekat-malioboro-jogja-
sekitar/. Diunduh tanggal 23 Agustus 2018).
Fasilitas yang ada disekitar Kawasan Tugu Jogja adalah penginapan
yang harganya cukup terjangkau mulai dari Kelas Bintang 1 sampai dengan
43
Bintang 5 bisa dijumpai, selain itu juga banyak kuliner di sekitar kawasan
Tugu Jogja, mulai dari Gudeg, Kafe, Angkringan, ataupun sekedar minuman
ringan semuanya ada disini. Tidak mengherankan Kawasan Tugu Jogja ini
ramai dipenuhi oleh para wisatawan terutama pada malam hari, ketika cuaca
sudah tidak panas dan kendaraan yang melintas mulai berkurang. Ramainya
para wisatawan yang datang ke tempat ini, selain karena Tugu Jogja
merupakan ikon dan landmark Yogyakarta juga tidak adanya tiket masuk,
menyebabkan kawasan ini menjadi salah satu tujuan kunjungan wisata.
Tempatnya yang berada di area publik menyebabkan kawasan ini bebas
dikunjungi oleh siapapun. Paling tepat bila wisatawan berkunjung ke
kawasan ini pada malam hari karena pada siang hari arus lalu lintas ditempat
ini sangat ramai. Tidak mengherankan jika pada malam hari kawasan ini
menjadi ramai dan padat oleh banyaknya para wisatawan yang ingin
berswafoto maupun menikmati suasana malam hari di Yogyakarta.
44
Gambar II.1
Tugu Jogja
(Dokumentasi: https://wisatapedi. com/tempat-wisata-dekat-malioboro-jogja-sekitar/. Diunduh tanggal 23 Agustus 2018)
2. Kawasan Malioboro
Malioboro merupakan kawasan perbelanjaan yang legendaris yang
menjadi salah satu kebanggaan kota Yogyakarta. Penamaan Malioboro
berasal dari nama seorang anggota kolonial Inggris yang dahulu pernah
menduduki Jogja pada tahun 1811 – 1816 M yang bernama Marlborough.
Kolonial Hindia Belanda membangun Malioboro di pusat kota
Yogyakarta pada abad ke-19 sebagai pusat aktivitas pemerintahan dan
perekonomian. Secara simbolis juga bermaksud untuk menandingi
kekuasaan Keraton atas kemegahan Istananya yang mendominasi kawasan
tersebut.
45
Untuk menunjang tujuan tersebut maka selanjutnya Kolonial Belanda
mendirikan:
Benteng Vredeburg (didirikan pada tahun 1765. Sekarang benteng
tersebut dikenang menjadi sebuah museum yang dibuka untuk wisata
publik).
Istana Karesidenan Kolonial (sekarang menjadi Istana Kepresidenan
Yogyakarta Gedung Agung di tahun 1832 M).
Pasar Beringharjo, Hotel Garuda (dahulu sebagai tempat menginap dan
berkumpul para elit kolonial).
Kawasan Pertokoan Malioboro (menjadi pusat perekonomian
kolonial).
Malioboro menyajikan berbagai aktivitas belanja, mulai dari bentuk
aktivitas tradisional sampai dengan aktivitas belanja modern. Berbagai
macam cenderamata dan kerajinan bisa didapatkan disini seperti kerajinan
dari perak, kulit, kayu, kain batik, gerabah dan sebagainya.
Bagi pejalan kaki, saat ini kawasan Malioboro menjadi lebih nyaman
karena sudah dibangun pedestrian. Jalur pedestrian itu pun dilengkapi jalur
khusus penyandang disabilitas. Di sepanjang jalur pedestrian itu juga
disediakan tempat duduk bagi para wisatawan. Tempat duduk itu terbuat dari
kayu dan batu. Pernak-pernik unik seperti pohon dan lampu hias yang
mempercantik kawasan Malioboro.
Lokasi Malioboro berada di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta Daerah
Istimewa Yogyakarta. Malioboro merupakan kawasan wisata yang menjadi
46
andalan dari kota Yogyakarta sehingga banyak cara untuk sampai ketempat
ini. Jika wisatawan menggunakan kendaraan pribadi, dari Tugu Yogya terus
menuju ke Selatan. Agar lebih mudah bisa menanyakan ke penduduk lokal.
Hampir semua orang tahu Malioboro. Jika wisatawan menggunakan bus
Trans jogja, wisatawan bisa memilih trayek 1A, 2A, 3A, 8. Jika
wisatawan datang dari kota lain menggunakan kereta wisatawan bisa turun
di Stasiun Tugu dan langsung berjalan ke arah selatan. Bisa juga
menggunakan andong atau becak sambil menikmati suasana kota
Yogyakarta.
Kawasan Malioboro merupakan tempat umum sehingga wisatawan
tidak dikenakan biaya, hanya dikenakan biaya parkir kendaraan. Parkir
kendaraan sudah disiapkan dibeberapa kantung parkir seperti Taman Parkir
Abu Bakar Ali, Pasar Beringharjo, Depan Bank Indonesia, Area Parkir
Ketandan Malioboro, Senopati, Ngabean, serta tempat parkir Stasiun Tugu.
Fasilitas dan akomodasi sebagai sarana penunjang yang mendukung
sektor kepariwisataan di tempat ini sudah sangat lengkap. Hotel berbintang
lima sampai dengan hotel kelas melati banyak tersedia disekitar tampat ini
seperti di Jalan Mangkubumi, Jalan Dagen, Jalan Sosrowijayan, Jalan
Malioboro, Jalan Suryatmajan dan Jalan Mataram. Atau mencari penginapan
di bagian barat, yaitu di Jalan Ngasem dan daerah Wijilan yang letaknya
tidak jauh dari Malioboro. Rumah makan pun banyak tersebar di wilayah ini
dengan menu dan selera yang sangat beragam mulai dari warung angkringan,
masakan khas Yogyakarta yang disajikan dalam suasana lesehan seperti
47
gudeg, nasi goreng, sambel+lalapan dan sebagainya. Tersedia juga restoran
atau cafe yang menyediakan makanan masakan cina (chinese food), fast food
atau masakan ala barat berupa steak, beef lasagna dan lain-lain.
Fasilitas lain berupa tempat ibadah, polisi pariwisata, pos informasi,
kios money changer, ATM, warnet, tampat parkir dan lain-lain. Tersedia
juga kios yang menyediakan oleh–oleh makanan khas Yogyakarta yang
berada di Jalan Mataram atau sebelah barat Malioboro yang menyediakan
beragam jenis dan bentuk oleh-oleh dan penganan khas Jogja seperti yangko,
geplak, bakpia, berbagai jenis keripik dan lain-lain (Sumber:
https://www.njogja.co.id/kota-yogyakarta/malioboro-yogyakarta/ dan http://
pariwisata.jogjakota.go.id/. Diunduh tanggal 23 Agustus 2018).
Wisatawan di kawasan Malioboro juga akan diuntungkan dengan
adanya fasilitas internet yang disiapkan oleh Pemda DIY, yakni pemasangan
wi-fi gratis. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DIY Rony Primanto
Hari mengatakan, pihaknya telah memasang wi-fi gratis di kawasan
Malioboro. Menurut Rony Primanto Hari, kawasan Malioboro itu satu dari
13 titik yang terpasang wi-fi gratis.. "Ada 11 titik wi-fi di Jalan Malioboro.
Nama wi-finya Jogja Istimewa, gratis dan tidak ada kata sandinya untuk
memudahkan masyarakat mengaksesnya," kata Rony. Rony mengatakan,
pemasangan wi-fi gratis itu untuk menambah sarana yang ada di Jalan
Malioboro seiring adanya revitalisasi jalur pedestrian. Tujuannya, agar
pengunjung yang tidak memiliki kuota internet bisa langsung mengunggah
hasil swafoto atau melakukan siaran langsung di Jalan Malioboro. "Selain
48
itu, wi-fi ini bisa dimanfaatkan mahasiswa yang ingin browsing untuk
keperluan kuliah (Syaifudin, 2017).
Seperti halnya Tugu Jogja yang merupakan landmark Yogyakarta,
maka Malioboropun merupakan ikon Yogyakarta. Sehingga tepat adanya
“pameo” yang beredar luas dikalangan wisatawan yang mengatakan bahwa:
“Walaupun seseorang sudah berkunjung ke berbagai destinasi pariwisata di
Daerah Istimewa Yogyakarta, namun bila belum berkunjung ke kawasan
Malioboro, maka orang tersebut belum dapat dikatakan telah berwisata
ke Yogyakarta”. Ramainya para wisatawan yang datang ke kawasan
Malioboro ini, selain karena merupakan ikon Yogyakarta juga tidak adanya
tiket masuk, menyebabkan kawasan ini menjadi salah satu tujuan kunjungan
wisata. Tempatnya yang berada di area publik menyebabkan kawasan ini
bebas dikunjungi oleh siapapun. Disamping itu pedestrian yang telah
dipercantik dengan berbagai fasilitas seperti kursi taman, bolard tabung,
jalur khusus difabel, pohon perindang, bak sampah, serta fasilitas lainnya
sangat ramai dikunjungi wisatawan baik siang hari, sore hari, terlebih pada
malam hari volume kunjungan wisatawan akan semakin meningkat dan
padat. Sehingga tidak heran jika kawasan ini menjadi ramai oleh banyaknya
para wisatawan yang ingin berswafoto dengan latar belakang kawasan
pedestrian Malioboro maupun menikmati suasana malam hari di Yogyakarta.
49
Gambar II.2Kawasan Malioboro
(Dokumentasi : Ditpamobvit Polda DIY, 2018)
3. Kawasan Keraton Yogyakarta
Merupakan obyek wisata yang paling populer dan sering dikunjungi
oleh para wisatawan, baik itu wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara. Faktor sejarah membuat orang banyak yang datang ke keraton
Yogyakarta ini. Sebab, keraton ini merupakan keraton yang masih ada
hingga saat ini dan termasuk sebuah keraton di Indonesia yang paling besar
dan terkenal.
Lingkungan Keraton Yogyakarta disusun secara konsentrik yang
merupakan tata ruang keraton yang tediri dari :
50
a. Lapis terluar : Dalam lapisan ini terdapat alun-alun Selatan dengan
segala perlengkapannya yang terdiri dari Alun-alun utara dengan
Masjid Agung, Pekapalan, Pagelaran dan Pasar, sedangkan Alun-alun
Selatan terdiri dari Kandang Gajah Kepatihan yang merupakan sarana
birokrasi dan benteng sebagai sarana pertahanan militer.
b. Lapis kedua yang terdiri dari : Siti Hinggil yang merupakan halaman
yang disebut juga pelataran yang ditinggikan yang berada di sebelah
utara dan selatan. Siti Hinggil Utara terdapat tempat yang bernama
bangsal Witana dan bangsal Maguntur Tangkil. Tempat ini digunakan
untuk upacara kenegaraan. Siti Hinggil Selatan sering dipergunakan
untuk kepentingan Sultan yang bersifat pribadi misalnya menyaksikan
latihan para prajurit hingga adu macan dengan manusia (rampogan)
atau banteng. Bagian terakhir dari lapisan ini adalah Supit
Urang/Pemengkang yang merupakan jalan yang mengitari Siti Hinggil.
c. Lapis ketiga Keraton Yogyakarta terdiri dari Pelataran Kemadhungan
Utara dan Selatan. Pelataran Kemadhungan digunakan untuk ruang
transit menuju ruang utama. Pada pelataran Kemadhungan Utara
terdapat bangsal yang bernama Pancaniti dan pada pelataran
Kemadhungan Selatan terdapat bangsal Kemadhungan.
d. Lapis ke empat berdiri Pelataran Sri Manganti dan bangsal Sri
Manganti yang dipergunakan untuk ruang tunggu sebelum menghadap
raja. Di bangsal ini terdapat bangsal Trajumas yang terletak di sisi
utara Pelataran Kemagangan sedangkan bangsal kemagangan berada
51
disebelah selatan. Bangsal ini diperuntukkan sebagai tempat transit
terakhir sebelum ke pusat Istana.
e. Lapis terakhir adalah pusat konsentrik yang terdapat pelataran
Kedhaton. Tata ruang dari yang tersusun oleh bangunan yang terdiri
dari tratag, pendhopo, pringgitan.
Setiap pelataran tesebut dihubungkan oleh benteng yang kuat dan
dihubungkan oleh gerbang. Gerbang tersebut jumlahnya ada sembilan,
sembilan pelataran terdapat 9 pintu gerbang.
a. Gerbang Pangurakan
b. Gerbang Brajanala
c. Gerbang Srimanganti
d. Gerbang Danapratapa
e. Gerbang Kemangangan
f. Gerbang Gadung Mlathi
g. Gerbang Kemandhungan
h. Gerbang Gading
i. Gerbang Tarub Agung
Dilihat dari jumlah pelataran dan gerbang yang berjumlah sembilan
yang menyimbolkan kesempurnaan sebagai alegori dari sembilan lubang
yang terdapat pada manusia. Keraton dibangun berdasar sumbu imajiner
utara-selatan berperan sebagai sumbu primer dan sumbu barat-timur
berperan sebagai sumbu sekunder.
52
Banyak benda-benda peninggalan dalam keraton yang banyak
menyimpan cerita sejarah yang berguna untuk tujuan penelitian dan referensi
yang berguna pengetahuan generasi penerus bangsa. Benda-benda tersebut
seperti perpustakaan yang menyimpan naskah kuno, pusaka kerajaan dan
museum foto yang menyimpan koleksi foto raja-raja di Yogyakarta, keluarga
dan kerabatanya. Upacara tradisional pun secara rutin dilaksanakan untuk
melestarikan kebudayaan leluhur seperti jamasan (memandikan pusaka dan
kereta kerajaan) dan Grebeg Maulud.
Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang lebih dikenal
dengan nama Keraton Yogyakarta merupakan museum hidup bagi
kebudayaan Jawa yang berada di Yogyakarta dan menjadi pusat
perkembangan kebudayaan Jawa. Para wisatawan dapat menyaksikan dan
belajar secara langsung bagaimana budaya jawa tersebut dijaga dan
dilestarikan di Keraton Yogyakarta. Keraton Yogyakarta dibangun Pangeran
Mangkubumi pada tahun 1755 , beberapa bulan setelah penandatanganan
Perjanjian Giyanti. Keraton Yogyakarta didirikan dan menjadi garis imajiner
yang merupakan garis lurus yang menghubungkan Gunung Merapi dan
Pantai Parangtritis.
Keraton Yogyakarta buka setiap hari mulai pukul 08.30-14.00 WIB,
kecuali hari Jumat mulai pukul 08.00-13.00 WIB. Untuk mengunjungi
Keraton Yogyakarta terdapat dua loket pintu masuk yaitu yang pertama di
Tepas Keprajuritan (Depan Alun-alun Utara) dan pintu kedua terdapat di
Tepas Pariwisata (Regol Keben). Jika wisatawan memasuki Keraton dari
53
pintu pertama maka para wisatawan sebatas dapat memasuki Bangsal
Pagelaran dan Siti Hinggil dan melihat beberapa koleksi kereta dari Keraton
Yogyakarta. Sedangkan bila wisatawan masuk dari Tepas Pariwisata maka
dapat menelusuri dan memasuki kompleks Sri Manganti dan Kedathon yang
terdapat Bangsal Kencono yang merupakan Balairung Utama di Keraton
Yogyakarta. Jarak antara loket yang pertama dan yang kedua dapat ditempuh
dengan jalan kaki atau naik becak karena melewati Jalan Rotowijayan.
Pada hari hari tertentu dan sudah terjadwal, wisatawan dapat melihat
pertunjukan seni yang diadakan di Keraton Yogyakarta. Pertunjukan seni
tersebut seperti macapat, wayang kulit, wayang golek dan tari-tarian. Untuk
melihat pertunjukan seni tersebut, wisatawan tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan. Selanjutnya wisatawan dapat menyusuri kompleks Keraton
selanjutnya, dengan memasuki Museum Batik yang pernah diresmikan oleh
Sri Sultan HB X pada tahun 2005. Dalam museum tersebut, pengunjung
akan banyak melihat beberapa koleksi batik dan peralatan yang digunakan
dalam membatik semasa kepemimpinan Sultan HB VIII hingga Sultan HB
X. Di dalam museum ini juga terdapat benda-benda yang merupakan hadiah
dari sejumlah pengusaha batik di Yogyakarta maupun dari daerah lain.
Keraton Yogyakarta berlokasi di pusat kota Yogyakarta. Halaman
depan Keraton berupa Alun-alun Utara Yogyakarta dan halaman belakang
Keraton berupa Alun-alun Selatan Yogyakarta. Lokasi dan letak Keraton
Yogyakarta yang berada di pusat kota Yogyakarta menjadikan akses menuju
ke tempat tersebut sangat mudah, baik dengan menggunakan kendaraan
54
pribadi ataupun menggunakan kendaraan umum. Tiket masuk bagian dalam
Keraton bagi wisatawan mancanegara Rp.15.000,- dan bagi wisatawan
nusantara Rp. 7.500,-. Murahnya harga masuk Keraton tersebut merupakan
salah satu penyebab ramainya para wisatawan untuk berkunjung ke Keraton
ini. Disamping harga tiket yang sangat terjangkau, adanya fasilititas yang
disiapkan oleh pihak Keraton juga menjadi penyebab banyaknya wisatawan
yang tertarik untuk berkunjung ke obyek wisata ini. Salah satu fasilitas
yang terdapat di Keraton ini yaitu adanya pertunjukan yang diadakan setiap
hari dengan jadwal sebagai berikut :
Senin : Musik Jawa/Gamelan, dimulai pukul 10.00-12.00 WIB;
Selasa : Musik Jawa, dimulai pukul 10.00-12.00 WIB;
Rabu : Pertunjukan Wayang Golek, dimulai pukul 09.00-12.00 WIB;
Kamis : Musik Jawa dan pertunjukan Tari Klasik, dimulai pukul 10.00-12.00
WIB;
Jumat : Macapat dimulai pukul 10.00-11.30 WIB;
Sabtu : Pertunjukan Wayang Kulit dimulai pukul 07.00-13.00 WIB;
Minggu : Pertunjukan Tari/Tari Jawa, dimulai pukul 11.00 -12.00 WIB.
Fasilitas lain yang mendukung kepariwisataan berupa tempat parkir
kendaraan yang terdapat di sekitar Pagelaran, Keben dan Alun-alun utara.
Terdapat juga deretan kios penjual cinderamata yang berada disekitar
Keraton (Sumber: https://www.njogja.co.id/kota-yogyakarta/keraton-
yogyakarta/ dan Tepas Pariwisata Keraton Yogyakarta. Diunduh tanggal 26
Agustus 2018).
55
Dengan adanya berbagai fasilitas yang telah disiapkan tersebut tidak
mengherankan jikalau Keraton Yogyakarta menjadi salah satu destinasi
utama baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara
disamping Tugu Jogja dan Malioboro, terlebih bagi wisatawan yang senang
dengan budaya dan nilai tradisi adiluhung. Hal ini dapat kita saksikan
bilamana ada kegiatan-kegiatan budaya, maka pengunjung akan tumpah
ruah, rela berdesak-desakan untuk ikut menyaksikan kegiatan tersebut.
Sebagai contoh adalah kegiatan Pisowanan Ageng. Ribuan warga
Yogyakarta memenuhi Pagelaran Keraton menghadiri Pisowanan Ageng
yang dilaksanakan bersamaan dengan momen peluncuran rebranding logo
“Jogja Istimewa” pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2015. Istilah Pisowanan
Ageng menjadi akrab ditelinga wisatawan. Acara istimewa ini dikemas
dengan partisipasi ribuan warga Yogyakarta yang tetap dibalut dengan
budaya Jawa yang kental (sumber:https://travel.kompas.com. 9 Maret 2015.
Diunduh 20 Januari 2019). Selain Pisowanan Ageng, kegiatan budaya lain
yang juga membuat wisatawan tertarik yakni acara Sekatenan, Upacara
Labuhan, Jamasan Pustaka, Upacara Garebeg. Tidaklah mengherankan
bilamana Keraton Yogyakarta selalu dikunjungi oleh wisatawan baik
wisatawan nusantara maupun mancanegara disebabkan budaya dan tradisi
yang masih dijunjung tinggi dan mampu bersinergi dengan laju modernisasi.
56
Gambar II.3
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
(Dokumentasi: Bhabinkamtibmas Keraton Yogyakarta, 2018).
Tabel II.1
Data Jumlah pengunjung di Keraton Yogyakartabulan Januari s.d. Agustus 2018
No Destinasi Pariwisata Asal Wisatawan
Jumlah PengunjungJanuari s.d. Agustus2018
1. Keraton Yogyakarta WisatawanMancanegara
81.954
Wisatawan Nusantara 239.297
Jumlah Keseluruhan 321.251
(Sumber:Tepas Pariwisata Keraton Yogyakarta, 2018)
Tabel II.1 di atas menunjukkan cukup banyak Wisatawan baik
Wisatawan Wancanegara maupun Wisatawan Nusantara yang melakukan
kunjungan wisata ke Keraton Yogyakarta. Peningkatan kunjungan tersebut
57
akan mengalami tren positif pada saat libur sekolah, libur Natal dan libur
Tahun Baru. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Bapak Danu Sidik anggota
Tepas Security Keraton Yogyakarta pada wawancara tanggal 13 September
2018 yang mengatakan bahwa peningkatan kunjungan wisatawan terjadi
pada hari Sabtu dan Minggu, saat liburan sekolah, saat libur Natal dan Tahun
Baru. Sehingga dapat diprediksikan bahwa jumlah pengunjung Keraton
Yogyakarta tersebut sampai dengan bulan Desember 2018 akan meningkat
cukup signifikan.
B. Stakeholders Pengamanan Destinasi Pariwisata Kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta
Dalam rangka memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan di
kawasan Tugu-Malioboro-Keraton, tidak akan terlepas dari peran para pemangku
kepentingan (Stakeholders), diantaranya Pemerintah Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta yang diwakili oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta terutama Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro termasuk didalamnya petugas keamanan
Malioboro/Jogoboro sebagai petugas keamanan, Polda DIY yang diwakili oleh
Subdirektorat pariwisata Direktorat Pengamanan Objek Vital Polda DIY, Pemerintah
Kota Yogyakarta yang diwakili oleh Satpol PP Kota Yogyakarta, Polresta
Yogyakarta sebagai pembuat dan penyusun kebijakan, Swasta sebagai pelaku usaha
wisata, masyarakat maupun pihak pengamanan swakarsa lainnya selaku mitra Satpol
PP seperti Paguyuban Paksikaton, Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri
Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (GM FKPPI), Laskar Kota Yogyakarta
(LAKODYA), Merdeka Karepe Dewe (MERKADE), Laskar Jogja (LASJO), Forum
58
Jogja Rembug (FJR), Grup Rukun Akeh Sedulur (GRAS), Forum Komunitas
Kawasan Alun-alun Utara (FKKAU).
1. Direktorat Pamobvit Polda DIY
Direktorat Pamobvit Polda DIY sebagai unsur pelaksana tugas Polda
DIY bertugas menyelenggarakan kegiatan pengamanan terhadap obyek
khusus yang meliputi personel dan fasilitas, materiil logistik, kegiatan
lingkungan industri termasuk VIP dan obyek pariwisata yang memerlukan
pengamanan khusus. Sebagai aparatur Negara pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakan hukum dan memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, dituntut harus mampu
mengantisipasi dan menangani berbagai bentuk gangguan keamanan dan
ketertiban yang terjadi maupun yang akan terjadi pada masyarakat di
lingkungan obyek vital wilayah Polda DIY. Dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya Direktorat Pamobvit Polda DIY terus berupaya
melakukan sinergi dengan segenap komponen masyarakat untuk
menciptakan kondisi yang aman dan kondusif pada obyek vital nasional,
obyek vital yang dikelola BUMN, obyek pariwisata, obyek vital lainnya dan
VIP, sehingga masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari – hari tanpa
diliputi rasa takut dan khawatir akan timbulnya gangguan kamtibmas.
a. Visi dan Misi Ditpamobvit Polda DIY
1) Visi Ditpamobvit Polda DIY.
“Terwujudnya Ditpamobvit Polda DIY yang profesional, Modern,
Terpercaya dan Berintegritas”.
59
2) Misi Ditpamobvit Polda DIY.
a) Mewujudkan postur Ditpamobvit Polda DIY yang ideal,
efektif dan efisien;
b) Meningkatkan kualitas personel yang profesional, kompeten,
unggul, terpercaya, berkepribadian dan dicintai masyarakat
melalui peningkatan kemampuan bahasa asing serta
peningkatan kemampuan fungsi teknis;
c) Meningkatkan stabilitas keamanan pada objek vital nasional
dan objek vital lainnya;
d) Meningkatkan pengawasan dalam rangka mewujudkan Polri
yang profesional dan akuntabel demi tercapainya institusi
wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani;
e) Menjaga keamanan wilayah DIY sebagai kota pelajar, kota
budaya, kota pariwisata dan kota perjuangan serta mendorong
terwujudnya Yogyakarta sebagai kota pusaka (heritage city).
b. Tujuan jangka menengah Ditpamobvit Polda DIY
1) Terwujudnya personel Ditpamobvit Polda DIY yang profesional,
bermoral, modern, terpercaya serta dicintai oleh masyarakat;
2) Terwujudnya Pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set)
personel Ditpamobvit Polda DIY;
3) Terciptanya situasi keamanan yang kondusif pada objek vital
nasional dan objek vital lainnya di wilayah
60
Yogyakarta, guna mendukung tercapainya prioritas sasaran
pembangunan daerah;
4) Terwujudnya kerjasama lintas instansi dan Pemerintah Propinsi
DIY dalam rangka menciptakan keamanan objek vital nasional
dan objek vital lainnya melalui sinergi polisional;
5) Terjaganya predikat Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa yang
merupakan kota budaya, kota pelajar, kota wisata dan kota
perjuangan serta mendorong terwujudnya Yogyakarta sebagai kota
pusaka (heritage city).
c. Sasaran strategis Ditpamobvit Polda DIY
1) Meningkatnya pelayanan prima dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat serta berintegritas dengan mengedepankan
upaya pre-emtif dan preventif yang didukung oleh penegakan
hukum yang tegas, adil, transparan dan akuntabel pada objek vital
nasional maupun objek vital lainnya;
2) Terselenggaranya kegiatan fungsi kepolisian dalam mendukung
terciptanya Jogja Istimewa sebagai kota pusaka (Heritage City).
d. Sasaran Prioritas Ditpamobvit Polda DIY
1) Meningkatnya pelaksanaan tugas patroli pada objek vital
nasional maupun objek vital lainnya di wilayah D.I.Yogyakarta;
2) Meningkatnya pelaksanaan tugas pengamanan pada objek vital
nasional maupun objek vital lainnya di wilayah D.I.Yogyakarta;
61
3) Berperan aktif mendukung predikat DIY sebagai kota budaya, kota
pelajar, kota wisata dan kota perjuangan serta mendorong
terwujudnya Yogyakarta sebagai Kota Pusaka (Heritage City).
e. Arah kebijakan Ditpamobvit Polda DIY tahun 2019
1) Meningkatkan pelaksanaan tugas patroli;
2) Terpenuhi dan terpeliharanya Alpalkam dan Almatsus serta
modernisasi teknologi pendukung layanan publik;
3) Meningkatkan pengamanan terhadap objek vital nasional maupun
objek vital lainnya;
4) Meningkatkan pelaksanaan tugas bantuan pelayanan masyarakat
5) Meningkatkan Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah
Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
WBK/WBBM di lingkungan Instansi Pemerintah;
6) Meningkatkan pengamanan wilayah Tugu, Malioboro dan Keraton
Yogyakarta (Gumaton).
(Sumber: Renja Ditpamobvit Polda DIY tahun 2018 dan RarenjaDitpamobvit Polda DIY tahun 2019).
62
Struktur organisasi Ditpamobvit (Lampiran tersendiri)
63
2. Subditwisata Ditpamobvit Polda DIY
Subdirektorat pariwisata atau disingkat Subditwisata merupakan Sub
Satuan Kerja (Subsatker) dibawah Direktorat Pamobvit (Ditpamobvit) yang
bertugas menyelenggarakan pengamanan obyek wisata termasuk mobilitas
wisatawan yang memerlukan pengamanan khusus.
a. Tupoksi Subditwisata
1) Menyelenggarakan pengamanan obyek daya tarik wisata (ODTW)
dan sarana prasarana pariwisata yang memerlukan pengamanan
khusus;
2) Menyelenggarakan pengamanan usaha pariwisata dan wisatawan
yang memerlukan pengamanan khusus.
b. Personel Subditwisata
Personel Subditwisata berjumlah 21 orang, yang terdiri dari:
1) Kasubdit, berpangkat AKBP sebanyak 1 orang;
2) Kanit, berpangkat Kompol sebanyak 2 orang;
3) Bintara Administrasi (Bamin), berpangkat Brigadir sebanyak 1
orang;
4) Anggota operasional, berpangkat Brigadir sebanyak 17 orang.
64
Struktur Organisasi Subditwisata Ditpamobvit Polda DIY
(Sumber: Data Subditwisata Ditpamobvit Polda DIY, 2018)
3. Polresta Yogyakarta
a. Visi Polresta Yogyakarta
“Terwujudnya Polresta Yogyakarta yang Profesional, Modern,
Terpercaya dan Berintegritas”.
b. Misi Polresta Yogyakarta
1) Meningkatkan percepatan pelaksanaan postur Polresta yang
ideal, efektif dan efisien;
DIRPAMOBVIT
WADIRPAMOBVIT
KASUBDIT WISATA
KANIT A KANIT B
PANIT A
ANGGOTA
UNIT A
PANIT B
ANGGOTA
UNIT B
BAMIN
65
2) Meningkatkan kualitas personel yang profesional, kompeten,
unggul, terpercaya, berkepribadian dan dicintai masyarakat
melalui seleksi yang objektif, bersih, transparan, akuntabel dan
humanis melalui pendidikan dan latihan;
3) Meningkatkan kemampuan pencegahan kejahatan melalui deteksi
dini, peringatan dini dan cegah dini secara cepat, akurat dan
efektif, pemolisian yang proaktif serta sinergi polisional;
4) Menjaga dan meningkatkan stabilitas kamtibmas yang didukung
oleh seluruh komponen masyarakat;
5) Menyelenggarakan penegakan hukum yang berkeadilan,
menjunjung tinggi HAM dan anti KKN;
6) Meningkatkan pengawasan dalam rangka mewujudkan Polri yang
profesional dan akuntabel demi tercapainya institusi wilayah
bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani;
7) Menjaga keamanan wilayah kota Yogyakarta sebagai kota
pelajar, kota budaya, kota pariwisata dan kota perjuangan serta
mendorong terciptanya Jogja Istimewa.
c. Tujuan jangka menengah Polresta Yogyakarta
1) Terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat Yogyakarta
sebagai kota pendidikan, pariwisata dan budaya yang rukun, aman
dan damai serta mendukung kesetaraan dan hak asasi manusia
dalam suatu kehidupan sosial yang demokratis;
66
2) Terwujudnya penegakan hukum yang profesional, bermoral,
modern dan akuntabel serta anti KKN;
3) Terwujudnya Polri yang mampu menjadi pelindung, pengayom
dan pelayanan kepada masyarakat yang terpercaya serta semakin
dicintai oleh masyarakat;
4) Terjaganya predikat D.I.Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa
yang merupakan kota budaya, kota pelajar, kota wisata dan
kota perjuangan serta mendorong terciptanya Jogja Istimewa
sebagai kota pusaka (heritage city).
d. Sasaran strategis Polresta Yogyakarta
1) Terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat kota
Yogyakarta sebagai kota pendidikan, pariwisata dan budaya yang
rukun, aman dan damai serta mendukung kesetaraan dan hak asasi
manusia dalam suatu kehidupan sosial yang demokratis;
2) Terwujudnya penegakan hukum yang profesional, bermoral,
modern dan akuntabel serta anti KKN;
3) Terwujudnya Polri yang mampu pelindung, pengayom dan
pelayanan kepada masyarakat yang terpercaya serta semakin
dicintai oleh masyarakat;
4) Terjaganya predikat kota Yogyakarta sebagai kota budaya, kota
pelajar, kota wisata dan kota perjuangan serta mendorong
terciptanya Jogja Istimewa sebagai kota pusaka (heritage city).
67
e. Sasaran Prioritas Polresta Yogyakarta
1) Peningkatan kualitas pelayanan kepolisian berbasis teknologi
informasi untuk mempercepat perbaikan organisasi;
2) Pemetaan aktifitas siber, penegakan hukum kejahatan siber dan
produksi kontens kreatif dalam rangka merawat kebhinekaan di
media sosial;
3) Peningkatan profesionalisme penegakan hukum terhadap
kejahatan terorisme, narkoba, korupsi dan kejahatan lainnya yang
meresahkan masyarakat;
4) Penguatan sistem pengawasan dan sistem manajemen kinerja yang
efektif untuk mendorong penguatan reformasi;
5) Peningkatan fasilitas aparatur Polri dan pelayanan masyarakat;
6) Peningkatan kapasitas, kapabilitas, kompetensi dan kesejahteraan
aparatur Polri;
7) Mendukung predikat DIY sebagai kota budaya, kota pelajar, kota
wisata dan kota perjuangan serta mendorong terwujudnya
Yogyakarta sebagai kota pusaka (Heritage City) warisan dunia.
f. Arah kebijakan Polresta Yogyakarta tahun 2019
1) Pemeliharaan dan pengembangan sistem pelaporan masyarakat
kepada Polri TI;
2) Peningkatan kualitas pelayanan dan sikap petugas serta
meniadakan pungutan liar pada pelayanan publik;
3) Pengelolaan Quick response kepolisian;
68
4) Peningkatan kemampuan Bhabinkamtibmas dan kelompok sadar
kamtibmas melalui pemolisian komunitas dalam mencegah
gangguan kamtibmas;
5) Penguatan kerjasama dengan civil sociate dalam mengidentifikasi
masalah sosial dan penyelesaiannya;
6) Penguatan kerjasama dalam penanggulangan kejahatan siber;
7) Peningkatan sinergitas melalui kerma dengan stakeholder dalam
upaya kelola medsos;
8) Pemberdayaan masyarakat untuk kamtibmas;
9) Terpenuhinya dan terpeliharanya alpalkam dan almatsus serta
modernisasi teknologi pendukung layanan publik;
10) Meningkatkan pengamanan daerah wisata dan obyek vital serta
pengamanan di Gumaton (Tugu, Malioboro dan Keraton
Yogyakarta);
11) Meningkatkan patroli didaerah wisata, obyek vital dan kawasan
tertentu serta di Gumaton (Tugu, Malioboro dan Keraton
Yogyakarta)
(Sumber: Renja Polresta Yogyakarta tahun 2019)
69
Struktur organisasi Polresta Yogyakarta (Lampiran tersendiri)
70
4. Unit Pamobvit Satsabhara Polresta Yogyakarta
a. Visi Unit Pamobvit Polresta Yogyakarta
“Terwujudnya Unit Pamobvit Polresta Yogyakarta yang Profesional,
unggul, dan terpercaya, berkepribadian dan semakin dicintai
masyarakat/wisatawaan, guna menciptanya situasi yang kondusif pada
objek vital nasional maupun objek tertentu serta mendukung
terciptanya Jogja Istimewa berlandaskan semangat gotong royong”.
b. Misi Unit Pamobvit Polresta Yogyakarta
1) Mewujudkan pelayanan kamtibmas prima melalui kegiatan
preemtif dan preventif dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi guna mewujudkan keamanan yang kondusif pada objek
vital nasional maupun objek tertentu;
2) Meningkatkan kehadiran Polisi Pamobvit Polresta Yogyakarta di
tengah-tengah masyarakat, pengelola objek vital nasional maupun
objek tertentu;
3) Mewujudkan kemitraan dengan masyarakat dan meningkatkan
sinergi polisional antara instansi dan lembaga terkait.
c. Tugas Pokok Unit Pamobvit Polresta Yogyakarta
1) Melaksanakan kegiatan penjagaan, pengawalan, patroli, dan
pengamanan objek vital;
71
2) Melaksanakan kegiatan pengamanan pariwisata dan Very
Important Person (VIP).
(Sumber: Peraturan Kapolri nomor 23 tahun 2010 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja pada tingkat Kepolisian Resor)
Struktur Organisasi Unit Pamobvit Polresta Yogyakarta
(Sumber: Peraturan Kapolri nomor 23 tahun 2010 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja pada tingkat Kepolisian Resor)
5. Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta terbentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota Yogyakarta. Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta merupakan Perangkat Daerah (PD) yang mempunyai tugas
pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan di bidang pariwisata.
KASATSABHARA
KANITPAMOBVIT
BAMIN
KASUBNITPAMPARIWISATAKASUBNITPAMWASTER
UNITI
UNITII
UNITIII
UNITI
I
UNITII
UNITIII
72
Untuk mencapai sebuah pemerintahan yang baik dan dalam rangka
mewujudkan aspirasi masyarakat serta mencapai tujuan daerah, Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang
memuat rencana kinerja dan pelaksanaan pengukuran kinerja selama 5 (lima)
tahun ke depan pada Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor
11 Tahun 2017 tentang RPJMD Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022.
a. Tugas pokok dan fungsi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Yogyakarta, yang berada
di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota berdasarkan Peraturan
Walikota Yogyakarta Nomor 81 Tahun 2016 dan Nomor 61 Tahun 2017
tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Adapun tugas pokok Dinas Pariwisata
adalah menyelenggarakan kewenangan Pemerintah Kota dalam rangka
desentralisasi di bidang pariwisata. Dalam menyelenggarakan tugas pokok
tersebut Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta mempunyai fungsi:
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang pariwisata;
3) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan urusan dibidang
pariwisata;
4) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pariwisata;
5) Pengelolaan Taman Pintar dengan Pola Pengelolaan Keuangan
73
Badan Layanan Umum Daerah;
6) Pengelolaan kesekretariatan meliputi perencanaan umum,
kepegawaian, keuangan, evaluasi dan pelaporan;
7) Pelaksanaan pengawasan, pengendalian evaluasi,dan pelaporan di
bidang pariwisata.
b. Struktur organisasi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Dibentuk berdasarkan pada Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 61
Tahun 2017 tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan
Tata Kerja Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta sebagai berikut:
74
Struktur organisasi Disparda (Lampiran tersendiri)
75
c. Kepegawaian
Struktur kepegawaian Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta pada tahun
2017 memiliki sumber daya aparatur sebanyak 125 pegawai, yang terdiri
dari 33 orang PNS, Non PNS yang terdiri dari 3 orang tenaga bantuan
(naban) dan Non PNS Taman Pintar sebanyak 89 orang terdiri dari Pegawai
Tetap (43 orang), Pegawai Tidak Tetap (1 orang), Security (22 orang) dan
Cleaning Service (23 orang). Penempatan berdasarkan lokasi kerja sebagai
berikut, 19 orang berkantor di Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Jl. Suroto
11 Kotabaru, 10 orang berkantor di UPT Malioboro Jl. Malioboro dan 97
orang berkantor di Taman Pintar Jl. Panembahan Senopati No. 1-3.
d. Tujuan organisasi
1) Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan (wisman dan wisnus)
ke Kota Yogyakarta;
2) Meningkatkan lama tinggal wisatawan baik wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara yang berkunjung Kota
Yogyakarta.
e. Sasaran organisasi
1) Jumlah kunjungan wisatawan meningkat;
2) Lama tinggal wisatawan meningkat.
(Sumber: http://ppid.jogjakota.go.id/assets/attachment/blog/LKIP_2017_Dinas_Pariwisata_(2).pdf, diunduh tanggal 27 Agustus 2018)
76
6. Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro Kelas A (UPTMalioboro)
Dalam rangka optimalisasi dan koordinasi pengelolaan kawasan
Malioboro dibidang pengembangan pariwisata dan budaya, serta
mewujudkan kawasan yang bersih, tertib, indah dan nyaman telah dibentuk
Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengelolaan Kawasan Malioboro yang
merupakan unsur pelaksana dilingkungan Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengelolaan
Kawasan Malioboro dipandang sangat perlu karena Malioboro merupakan
ikon kota Yogyakarta, dan selalu menjadi tujuan wisata dari berbagai
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.
a. Kedudukan
UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro Kelas A merupakan unsur
pelaksana tugas teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
tertentu berkedudukan dibawah Dinas Pariwisata;
UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro Kelas A dipimpin oleh Kepala
UPT yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
b. Fungsi
UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro Kelas A mempunyai fungsi
penyelenggaraan ketugasan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu Dinas di bidang pengelolaan pariwisata, kebersihan,
keindahan, pemeliharaan sarana prasarana, pembinaan ketentraman dan
77
ketertiban, usaha perdagangan, penataan kawasan parkir dan transportasi
yang berada di kawasan Malioboro.
c. Tugas
1) Melakukan perawatan dan pemeliharaan kebersihan, pertamanan,
sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya yang menjadi
kewenanganan UPT;
2) Melakukan pemberdayaan komunitas Malioboro;
3) Melakukan promosi kawasan Malioboro;
4) Melakukan pembinaan, pengawasan, pemantauan dan
pengendalian ketentraman, ketertiban dan lalu lintas di kawasan
Malioboro.
Struktur Organisasi
Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro Kelas A
KEPALAUPT
SUB BAGIANTATA USAHA
POK JABATANFUNGSIONAL
UNSURORGANISASI
78
(Sumber: Lampiran Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 35 Tahun2017Tentang Pembentukan, Susunan organisasi, Kedudukan, Fungsi, Tugasdan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Pariwisata KotaYogyakarta)
7. Satpol PP Kota Yogyakarta
Satuan Polisi Pamong Praja, disingkat Satpol PP, adalah
perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban
umum serta menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan
Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
a. Visi Satpol PP Kota Yogyakarta
“Menjadi Institusi Penegak Peraturan Perundang-undangan Yang
Profesional”.
b. Misi Satpol PP Kota Yogyakarta
1) Mewujudkan Penegakan Peraturan Perundang-undangan yang
Inovatif, Responsif, dan Kompeten;
2) Mewujudkan Kondusifitas Masyarakat yang Aman, Nyaman dan
Tertib.
c. Sasaran Strategis
1) Terwujudnya peningkatan profesional dan proporsionalitas kerja
pegawai;
2) Terwujudnya Penyelesaian Pelanggaran K3 (Ketertiban,
Ketentraman, Keindahan) Kota Yogyakarta;
3) Terpenuhinya Perlindungan Masyarakat.
79
d. Tujuan
1) Meningkatkan Ketaatan Masyarakat terhadap Peraturan Daerah
dan Perundang-undangan Yang Lain;
2) Meningkatkan Ketentraman Berbasis Partisipasi Masyarakat.
e. Tugas
Menegakkan Peraturan Daerah, menyelenggarakan ketertiban umum
dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.
f. Fungsi
1) Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
serta perlindungan masyarakat;
2) Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Peraturan Kepala
Daerah;
3) Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat di daerah;
4) Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat;
5) Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan Peraturan Kepala
Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan/atau Aparatur lainnya;
6) Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum
agar mematuhi dan mentaati Perda dan Peraturan Kepala Daerah;
7) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah.
80
Struktur Organisasi
Satpol PP Kota Yogyakarta
(Sumber: Data Bidang Pengembangan Kapasitas Satpol PP KotaYogyakarta, 2018)
Guna membantu Satpol PP Kota Yogyakarta selaku Perangkat Daerah
di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta yang melaksanakan tugas di
bidang penegakan Peraturan Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat, pada tanggal 8
Januari 2018 telah dilaksanakan kerjasama/Nota Kesepahaman antara Satpol
PP Kota Yogyakarta dengan organisasi masyarakat peduli permasalahan
ketenteraman dan ketertiban umum di kota Yogyakarta. Kerjasama ini
disebabkan adanya keterbatasan jumlah personel Satpol PP Kota Yogyakarta
81
dalam melaksanakan tupoksinya, sehingga diperlukan kerjasama dengan
pihak lain untuk membantu penanganan permasalahan ketenteraman dan
ketertiban umum di kota Yogyakarta dalam bentuk pelaksanaan kegiatan
operasional penertiban dan pengamanan, terutama di kawasan Tugu-
Malioboro-Keraton.
Tabel II.2
Data Nota Kesepahaman (MoU) antara Satpol PP Kota Yogyakarta dengan
Organisasi Masyarakat Kota Yogyakarta
NONAMA
ORMASNO. MoU TGL
BERLAKUTGL
BERAKHIRPEJABAT
PENANDATANGAN1. FKKAU 300/026 8-01-2018 31-12-2018 Drs. Nurwidi Hartana
(Kasatpol PP Kota
Yogyakarta) dengan
M. Fuad Andreago,
SE,.MM. (Ketua
FKKAU)
2. GRAS 300/028 8-01-2018 31-12-2018 Drs. Nurwidi Hartana
(Kasatpol PP Kota
Yogyakarta) dengan
Yogo Prasetyo
Prihutomo (Ketua
GRAS)
3. FJR 300/671/V/2018
16-05-2018 31-12-2018 Drs. Nurwidi Hartana
(Kasatpol PP Kota
Yogyakarta) dengan
Panji Wening
Hariyanto, SH (Sekjen
FJR)
4. LAKODYA 300/030 8-01-2018 31-12-2018 Drs. Nurwidi Hartana
82
(Kasatpol PP Kota
Yogyakarta) dengan
Nuri Marjuki (Ketua
LAKODYA)
5. MERKADE 300/029 8-01-2018 31-12-2018 Drs. NUR WIDI Drs.
Nurwidi Hartana
(Kasatpol PP Kota
Yogyakarta) dengan
Dwi Purwanto (Ketua
MERKADE)
6. PAKSI-KATON
300/025 8-01-2018 31-12-2018 Drs. Nurwidi Hartana
(Kasatpol PP Kota
Yogyakarta) dengan
M. Suhud, SH (Ketua
PAKSIKATON)
7. GM FKPPI 300/027 8-01-2018 31-12-2018 Drs. Nurwidi Hartana
(Kasatpol PP Kota
Yogyakarta) dengan
Heruwintoko (Ketua
GM FKPPI)
8. LASJO 300/031 8-01-2018 31-12-2018 Drs. Nurwidi Hartana
(Kasatpol PP Kota
Yogyakarta) dengan
Indra Eka Putra (Ketua
LASJO)
(Sumber : Data Satpol PP Kota Yogyakarta, 2018)
Dari Tabel di atas, dapat dilihat bahwa ada 8 (delapan) Organisasi
Masyarakat/Paguyuban peduli permasalahan ketenteraman dan ketertiban
umum di kota Yogyakarta yang telah melakukan kerjasama dengan Satpol
83
PP Kota Yogyakarta. Kedelapan Organisasi Masyarakat/Paguyuban tersebut
dipilih dan diajak kerjasama tentu karena Organisasi Masyarakat/Paguyuban
itu bersifat legal/berbadan hukum, memiliki visi, misi, struktur organisasi,
program kerja yang jelas dan memiliki kesamaan tujuan yang sama yakni
mewujudkan kota Yogyakarta yang aman, tertib, bersatu dan damai.
8. Keraton Yogyakarta
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai ibukota atau kuthanegara
Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi
atau Sri Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792) pada hari Kamis Pahing
tanggal 7 Oktober 1756. Sri Sultan Hamengku Buwana I adalah seorang raja
yang serba bisa. Beliau sendiri yang merancang dan memimpin
pembangunan Keraton, menentukan tata letak, bentuk bangunan, motif
ukiran dan hiasan, macam tanaman, warna cat. Yang kesemuanya itu
merupakan khazanah kebudayaan Jawa yang merupakan paduan
(sinkretisme) antara kebudayaan Hindu dengan Islam, yang dirintis oleh
Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Letak Keraton Ngayogyakarta
pada titik tengah garis imajiner antara Laut Selatan dan Gunung Merapi yang
merupakan tempat-tempat bersejarah bagi Keraton Ngayogyakarta.
Bangunan fisik Keraton Ngayogyakarta sendiri terbentang dari Panggung
Krapyak-Keraton-Tugu. Adapun bangunan-bangunan Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat adalah:
84
a. Tugu (dinamakan Tugu Golong Gilig atau dikenal juga sebagai
Tugu Pal Putih);
b. Jalan Malioboro;
c. Kepatihan;
d. Pasar Beringharjo;
e. Benteng Vredeburg;
f. Alun-alun Lor;
g. Pagelaran;
h. Bangsal Pancaniti;
i. Regol Sri Manganti;
j. Bangsal Sri Manganti;
k. Bangsal Traju Mas;
l. Regol/pintu gerbang Danapratapa;
m. Gedhong Purwaretna;
n. Bangsal Kencana;
o. Bangsal Prabayeksa;
p. Gedhong Jene;
q. Bangsal Manis;
r. Bangsal Mandalasana;
s. Bangsal Kotak;
t. Gedhong Parentah Hageng Keraton;
u. Gedhong Gangsa;
v. Gedhong Patehan;
85
w. Bangsal Kesatriyan;
x. Museum HB IX;
y. Bangsal Sedhahan;
z. Regol Kamagangan;
aa. Bangsal Kamagangan;
bb. Regol Gadhungmlathi;
cc. Bangsal Kamandhungan;
dd. Sitihinggil Kidul;
ee. Alun-alun Kidul;
ff. Plengkung Gading;
gg. Panggung Krapyak;
hh. Beteng Keraton;
ii. Tamansari;
jj. Masjid Kagungan Dalem Kauman;
kk. Museum Sonobudoyo serta Keraton Kilen.
Struktur organisasi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berubah-ubah
sesuai tuntutan dan kemajuan jaman. Namun pada dasarnya lembaga-
lembaga utama Keraton tetap pada fungsi dan tugas masing-masing.
86
Struktur organisasi Keraton Yogyakarta (Lampiran tersendiri)
87
Raja-Raja yang memerintah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sebagai
berikut:
a. Sri Sultan Hamengku Buwana I (BRM Sujana) : 1755-1792;
b. Sri Sultan Hamengku Buwana II (GRM Sundara) : 1792-1812;
c. Sri Sultan Hamengku Buwana III (GRM Suraja) : 1812-1814;
d. Sri Sultan Hamengku Buwana IV (GRM Ibnu Jarot): 1814-1823;
e. Sri Sultan Hamengku Buwana V (GRM Gatot Menol):1823-1855;
f. Sri Sultan Hamengku Buwana VI (GRM Mustaja) : 1855-1877;
g. Sri Sultan Hamengku Buwana VII (GRM Murteja) : 1877-1921;
h. Sri Sultan Hamengku Buwana VIII (GRM Sujadi) : 1921-1939;
i. Sri Sultan Hamengku Buwana IX (GRM Darajatun) : 1940-1988;
j. Sri Sultan Hamengku Buwana X (BRM Herjuno D) : 1989 s.d.
sekarang.
Pepatih Dalem Ngayogyakarta
a. Danureja I : 1755-1799;
b. Danureja II : 1799-1811;
c. Danureja III : 1811-1847;
d. Danureja IV : 1847-1879;
e. Danureja V : 1879-1899;
f. Danureja VI : 1899-1912;
g. Danureja VII: 1912-1933;
h. Danureja VIII: 1933-1945.
(Sumber: KHP Widya Budaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, 2018)
88
Jumlah personel Tepas Security sebanyak 38 orang, terdiri dari 34
orang laki-laki dan 4 orang perempuan, pelaksanaan tugas dibagi menjadi 3
shift (08.00-15.00 WIB, 15.00-22.00 WIB, 22.00-08.00 WIB). Anggota
Tepas Security secara bergantian melaksanakan kegiatan patroli diwilayah
wisata Keraton Yogyakarta (Keben-Plataran-Museum-Keraton Kilen). Jika
ada kejadian kriminalitas, akan segera dilaporkan ke Polsek Kraton.
Sedangkan pada kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Keraton seperti
Garebeg Syawal, Garebeg Besar, Garebeg Maulid, dsb selalu melibatkan
Instansi samping seperti Polresta Yogyakarta, Polsek Keraton, Koramil
Keraton, Camat Keraton, termasuk Organisasi masyarakat seperti
Paksikaton, FKKAU, dsb.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Danu Sidik anggota Tepas SecurityKeraton Yogyakarta, 13 September 2018)
9. Petugas Keamanan Malioboro/Jogoboro
Jogoboro atau Jogo/jaga (penjaga) Malioboro adalah tenaga
pengamanan yang dikontrak dan secara organisasi menjadi tanggung jawab
dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT) di kawasan Malioboro dari Dinas
Pariwisata Yogyakarta untuk membantu melakukan kegiatan pengamanan
dan penertiban di kawasan Malioboro (Kusnanto, 2017). Mereka bertugas
selain melakukan kegiatan pengamanan dengan cara patroli jalan kaki juga
membantu kegiatan masyarakat lainnya di kawasan Malioboro, seperti
menyeberangkan warga, mengingatkan para pedagang kaki lima yang
berjualan di kawasan Malioboro agar mentaati peraturan yang berlaku, serta
89
melakukan penertiban dengan meminta pemilik kendaraan untuk tidak parkir
di bahu jalan atau di jalur lambat karena akan mengganggu lalu lintas
(Rusqiyati, 2017).
Keberadaan Jogoboro selama ini menjadi perhatian wisatawan yang
berkunjung ke Malioboro. Dengan sigapnya Jogoboro menindaklanjuti
setiap aduan pengunjung yang membutuhkan bantuan. Jogoboro atau
penjaga keamanan kawasan Malioboro bukan hanya memberikan
kenyamanan setiap wisatawan yang berkunjung di Malioboro, mereka juga
memberikan warna tersendiri dalam mewujudkan Yogyakarta sebagai kota
tujuan wisata. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Yogyakarta, Eko Suryo Maharso berharap di tahun 2016 seluruh petugas
keamanan Malioboro atau Jogoboro memakai seragam yang menonjolkan
ciri khas Yogyakarta sehingga penampilannya semakin menarik wisatawan.
Dengan penampilan yang berbeda, jika wisatawan akan membutuhkan
bantuan atau informasi, Jogoboro akan lebih mudah dikenali. Walaupun
sampai saat ini Jogoboro masih menggunakan seragam berwarna hitam
untuk malam hari dan warna khakhi untuk siang hari dan belum
menggunakan pakaian seperti bregodo/prajurit Keraton.
Selain petugas Jogoboro, UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro Kelas
A juga merekrut petugas pengamanan sarana dan prasarana pedestrian
Malioboro yang merupakan tenaga kontrak/outsorcing dari PT Badrika yang
merupakan vendor pemenang lelang tahun 2018.
90
Jumlah personel keamanan Malioboro yaitu petugas Jogoboro dan
petugas pengamanan sarana dan prasarana pedestrian Malioboro sebanyak
110, terdiri dari petugas Jogoboro sebanyak 80 orang dan petugas
pengamanan sarana dan prasarana pedestrian 30 orang, dibagi menjadi 3
shift, masing-masing regu berdinas selama 8 jam, selama 24 jam setiap regu
bergantian untuk melakukan pengamanan di kawasan Malioboro. Status
personel Jogoboro merupakan outsorcing dari perusahaan penyedia tenaga
pengamanan/BUJP (Guard Service) Gada Indo Tama. Berikut data yang
diperoleh Peneliti tentang Laporan Kegiatan Personel Jogoboro selama
periode 1 Januari s.d. 20 Agustus 2017:
Tabel II.3
Kegiatan yang ditangani Petugas Jogoboro periode
1 Januari s.d. 20 Agustus 2017
No Nama Giat
Ditangani
Tahun 2017
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt
1. Kehilangan 11 7 10 6 9 10 7 3
2. Penemuan 11 10 8 8 4 6 7 3
3. Kriminalitas - - 1 3 5 2 1 -
4. Org Gila,
Gelandangan dan
Pengamen
2 3 5 - - - 1 -
5. Unjuk Rasa - 2 1 4 5 1 - 2
6. Pawai, Karnaval - - - 1 - 1 4 1
7. Ketertiban Umum 1 - 4 4 1 5 3 1
8. Kecelakaan Lalu 1 - 2 1 - 2 - 1
91
Lintas
9. Lain-Lain - 4 7 1 2 3 1 2
Jumlah 26 26 38 28 26 30 24 13
(Sumber : Data PT. Gada Indo Tama selaku penyedia tenaga pengamananJogoboro, 2018)
Tabel II.3 di atas, dapat kita cermati kegiatan yang dilakukan oleh
personel Jogoboro di kawasan Malioboro selama periode 1 Januari sampai
dengan 20 Agustus 2017, yang secara rutin dilaporkan kepada perusahaan
penyedia tenaga pengamanan/BUJP (Guard Service) Gada Indo Tama selaku
vendor, secara umum kegiatan yang harus dilakukan oleh petugas Jogoboro
cukup banyak dan beragam. Mulai dari menerima laporan kehilangan baik
barang maupun orang dari para wisatawan yang berkunjung ke kawasan
Malioboro, menertibkan orang gila, pengamen, gelandangan, pengamanan
unjuk rasa, pengamanan pawai/karnaval, menangani kecelakaan lalu lintas serta
tindakan pertama tempat kejadian perkara (TPTKP) gangguan kriminalitas di
kawasan Malioboro. Dengan jumlah petugas Jogoboro yang terbatas dan
kemampuan yang juga terbatas, maka sangat diperlukan kerjasama dengan
pihak terkait lainnya antara lain Polri, Satpol PP serta Ormas peduli keamanan
dan ketertiban agar tercipta situasi yang aman dan nyaman bagi wisatawan di
kawasan Malioboro.
92
10. Ormas Yang Sudah Melakukan Nota Kesepahaman (MoU) denganSatpol PP Kota Yogyakarta
a. Ormas GM FKPPI 1201 Kota Yogyakarta
1) Visi
a) Pengamanan untuk masyarakat dibawah naungan TNI Polri;
b) Menegakkan keadilan;
c) Membantu ketertiban lingkungan;
d) Mengayomi masyarakat.
2) Misi
a) Kami anggota FKPPI bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b) Kami anggota FKPPI berada digaris terdepan dalam
menghadapi setiap ancaman yang membahayakan NKRI;
c) Kami anggota FKPPI mengisi kemerdekaan dengan
pembangunan untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur;
d) Kami anggota FKPPI meningkatkan solidaritas persaudaraan
serta mengutamakan persatuan dan kesatuan;
e) Kami anggota FKPPI melanjutkan cita-cita juang patriot dan
meneruskan amal usaha TNI Polri.
3) Struktur Organisasi
a) Komandan;
b) Wakil Komandan;
c) Sekretaris 1;
93
d) Sekretaris 2;
e) Bendahara;
f) Seksi Organisasi
g) Seksi Humas;
Struktur Organisasi GM FKPPI
h)
i)
(Sumber: Data Sekretariat GM FKPPI 1201 Kota Yogyakarta, 2018)
Demi mewujudkan Kota Yogyakarta yang aman, tertib, bersatu
dan damai, maka telah dilaksanakan kerjasama antara Satpol PP Kota
Yogyakarta dengan GM FKPPI 1201 Kota Yogyakarta dengan
penandatanganan Nota Kesepahaman pada tanggal 8 Januari 2018.
Dalam kerjasama tersebut, Kami anggota FKPPI sebagai mitra dari
Satpol PP Kota Yogyakarta bertugas untuk membantu pelaksanaan
kegiatan sebagai berikut:
Komandan
Wakil Komandan
Sekretaris 1
Sekretaris 2
Bendahara
SieOrganisasi
SieHumas
94
a) Pengawasan dan pengamatan secara terbuka dan tertutup;
b) Pengamanan Khusus Kegiatan Pemerintah Yogyakarta; dan
c) Kegiatan operasional penertiban dan pengamanan.
Personel aktif FKPPI sebanyak 300 an orang, namun demikian
tidak semua dilibatkan dalam kerjasama dibidang ketenteraman dan
ketertiban membantu Satpol PP Kota Yogyakarta. Pelibatan personel
FKPPI sebanyak 12 orang/hari, pelaksanaan tugas sesuai jadwal yang
sudah dibuat oleh Satpol PP Kota Yogyakarta mulai pukul 15.00 WIB
s.d. 23.00 WIB, dengan lokasi penugasan di kawasan Jalan
Margoutomo (Tugu Pal Putih) (Sumber: Nota Kesepahaman antara
Satpol PP Kota Yogyakarta dengan GM FKPPI 1201 Kota Yogyakarta
dan wawancara dengan Kasi Dalops Satpol PP Kota Yogyakarta
tanggal 16 Agustus 2018).
b. FKPM Paksikaton
Diawal dideklarasikannya Paksikaton Yogyakarta adalah sebagai
bentuk apresiasi dari warga masyarakat dilingkungan wilayah Kecamatan
Kraton Yogyakarta (warga lebih menyebutnya dengan istilah “Jeron
Beteng”), yang merasa prihatin dengan maraknya aksi-aksi kejahatan dan
kriminal dilingkup wilayah “Jeron Beteng” Kecamatan Kraton Yogyakarta.
Oleh karenanya, seiring tumbuh dari rasa kepedulian dan keprihatinan
tersebut sehingga pada tanggal 14 Juni 2005 terbentuklah wadah Paguyuban
Masyarakat yang peduli akan stabilitas dan harmonisasi keamanan dilingkup
95
kecamatan Kraton Yogyakarta yang diberi nama “Paguyuban Seksi
Keamanan Kecamatan Kraton” yang dikenal dengan “Paksikaton” .
Sejak awal berdirinya “Paksikaton” tidak hanya intens dan peduli
pada sistem pengamanan lingkungan terkait tindak kejahatan saja, namun
juga aktif dan peduli ikut menjaga dan melestarikan kultur budaya dilingkup
Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang diwujudkan dengan
selalu aktif turut serta menjadi pengamanan prosesi kegiatan-kegiatan dan
upacara-upacara kebudayaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat meskipun
dengan ataupun tanpa adanya permintaan dari pihak penghageng Kraton.
Keunikan “Paksikaton” tidak hanya dari tampilan “Udheng” (penutup
kepala) sebagai simbol kebudayaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
sebagai uniformnya, namun juga pada motto dan filosofi gerakannya, yaitu
Cermat dalam bersikap, Cerdas dalam berpikir, dan Cekatan dalam
bertindak, yang direpresentasikan dalam gambar burung elang sebagai logo
organisasinya. Mereka juga melakukan kegiatan dengan istilah
“Mengamankan Yogyakarta dengan Jempol” sebagai simbol keramahan
dari masyarakat Yogyakarta.
Seiring dengan dengan perkembangan situasi keamanan dan
harmonisasi kenyamanan di wilayah Kota Yogyakarta, “Paksikaton”
berkembang di 14 Kecamatan diwilayah Kota Yogyakarta. Hingga di tahun
2016 “Paksikaton” sudah memiliki kepengurusan “Paksikaton” pada 4
Kabupaten yakni Korwil Sleman, Korwil Bantul, Korwil Kulonprogo dan
Korwil Gunungkidul dengan jumlah anggota aktif sebanyak 600 orang.
96
Pada tanggal 28 Desember 2012 Bapak Muchamad Suhud selaku
pendiri sekaligus Ketua “Paksikaton” Yogyakarta mewujudkan
“Paksikaton” sebagai Lembaga Organisasi Sosial Kemasyarakatan resmi
berbadan hukum sebagai “Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM)
Paksi” sesuai akta notaris nomor 09/XII/2012.
Pada akhirnya “Paksikaton” bukan hanya terfokus pada kegiatan
pengamanan dan pelestari budaya saja, tetapi turut serta membantu
Pemerintah Daerah antara lain ikut mensosialisasikan Perda tentang
Gelandangan dan Pengemis, membantu penertiban pada persimpangan jalan
serta membantu Satpol PP Kota Yogyakarta dalam penataan ikon
Yogyakarta dikawasan Malioboro.
1) Visi
“Menjaga kelestarian budaya dan istiadat Yogyakarta”.
2) Misi
a) FKPM Paksikaton mengajak anggotanya untuk peduli pada
lingkungannya;
b) Menjadi mitra TNI dan Polri dalam kegiatan kemasyarakatan;
c) Memelihara citra Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya;
d) Menjaga suasana Budaya, Keamanan, Ketenteraman,
Ketertiban dan juga Keharmonisan hubungan antar warganya;
97
e) Melestarikan dan mengembangkan seni budaya sebagai bagian
dari kebudayaan dan aset pariwisata nasional.
(Sumber: Profil FKPM Paksikaton Daerah Istimewa Yogyakarta).
Demi mewujudkan Kota Yogyakarta yang aman, tertib, bersatu dan damai,
maka telah dilaksanakan kerjasama antara Satpol PP Kota Yogyakarta
dengan Paguyuban “Paksikaton” dengan penandatanganan Nota
Kesepahaman pada tanggal 8 Januari 2018. Dalam kerjasama tersebut,
Paguyuban “Paksikaton” sebagai mitra dari Satpol PP Kota Yogyakarta
bertugas untuk membantu pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
1) Pengawasan dan pengamatan secara terbuka dan tertutup;
2) Operasi Gugus Malioboro dan Operasi Ketertiban Umum;
3) Pengamanan Khusus Kegiatan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Personel yang dilibatkan sebanyak 12 orang/hari, pelaksanaan tugas
sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh Satpol PP Kota Yogyakarta mulai
pukul 15.00 WIB s.d. 23.00 WIB, dengan lokasi penugasan di kawasan Jalan
Pasar Kembang Yogyakarta dan dikawasan Malioboro (Sumber: wawancara
dengan Kasi Dalops Satpol PP Kota Yogyakarta tanggal 16 Agustus 2018).
98
Struktur Organisasi FKPM Paksikaton
Penasehat/Pembina
Dewan Pertimbangan Organisasi
Korwil
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Team onCall
LogistikPublikasiHub antarLembaga
Korlap PenegakDisiplin
Litbang Keagamaan DharmaWanita
Dinas Kebudayaan
Dinas Pariwisata
Dinas Sosial
Dinas Ketertiban
Dinas Dikpora
BPBD
SAR
Kesbangpol
DivisiSeni danBudaya
Korcam
(Sumber: Profil FKPM Paksikaton DIY, 2018)
99
c. Ormas LAKODYA (Laskar Kota Yogyakarta)
Sebagai Ormas yang perduli terhadap permasalahan ketenteraman dan
ketertiban di Kota Yogyakarta, maka Ormas LAKODYA juga ikut
melaksanakan kerjasama dengan Satpol PP Kota Yogyakarta. Kerjasama ini
bertujuan untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota yang aman,
tertib, bersatu dan damai. Pelaksanaan penandatanganan Nota Kesepahaman
antara Drs Nurwidihartana selaku Kasatpol PP Kota Yogyakarta dengan
Nuri Marjuki selaku Ketua Ormas LAKODYA berlangsung pada tanggal 8
Januari 2018, bertempat di Satpol PP Kota Yogyakarta jalan Kenari nomor
56 Yogyakarta. Nota Kesepahaman ini berlaku sampai dengan 31 Desember
2018. Dalam kerjasama tersebut, Ormas LAKODYA sebagai mitra dari
Satpol PP Kota Yogyakarta bertugas untuk membantu pelaksanaan kegiatan
sebagai berikut:
1) Pengawasan dan pengamatan secara terbuka dan tertutup;
2) Pengamanan Khusus Kegiatan Pemerintah Kota Yogyakarta;
3) Kegiatan operasional penertiban dan pengamanan.
Jumlah personel aktif LAKODYA sebanyak 150 an orang. Namun
personel yang dilibatkan dalam penugasan sebanyak 12 orang/hari,
pelaksanaan tugas sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh Satpol PP Kota
Yogyakarta mulai pukul 15.00 WIB s.d. 23.00 WIB, dengan lokasi
penugasan di Jalan Margoutomo tepatnya di trotoar pintu masuk PT. KAI
Daops 6 (Sumber: Nota Kesepahaman antara Satpol PP Kota Yogyakarta
100
dengan Ormas LAKODYA dan wawancara dengan Kasi Dalops Satpol PP
tanggal 16 Agustus 2018)
d. Ormas MERKADE (Merdeka Karepe Dewe)
Ormas MERKADE merupakan Ormas yang peduli terhadap
permasalahan ketenteraman dan ketertiban di Kota Yogyakarta, oleh karena
itu Ormas MERKADE juga ditunjuk sebagai mitra Satpol PP Kota
Yogyakarta dan ikut melaksanakan kerjasama dengan Satpol PP Kota
Yogyakarta. Kerjasama ini bertujuan untuk mewujudkan Kota Yogyakarta
sebagai kota yang aman, tertib, bersatu dan damai. Pelaksanaan
penandatanganan Nota Kesepahaman antara Drs Nurwidihartana selaku
Kasatpol PP Kota Yogyakarta dengan Dwi Purwanto selaku Ketua Ormas
MERKADE berlangsung pada tanggal 8 Januari 2018, bertempat di Satpol
PP Kota Yogyakarta jalan Kenari nomor 56 Yogyakarta. Nota
Kesepahaman ini berlaku sampai dengan 31 Desember 2018. Dalam
kerjasama tersebut, Ormas MERKADE sebagai mitra dari Satpol PP Kota
Yogyakarta bertugas untuk membantu pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
1) Pengawasan dan pengamatan secara terbuka dan tertutup;
2) Pengamanan Khusus Kegiatan Pemerintah Kota Yogyakarta;
3) Kegiatan operasional penertiban dan pengamanan.
Jumlah personel yang tergabung dalam Ormas MERKADE sebanyak
300 an orang, sedangkan yang dilibatkan dalam kegiatan membantu
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat sebanyak 12 orang/hari. Pelaksanaan tugas sesuai
101
jadwal yang sudah dibuat oleh Satpol PP Kota Yogyakarta mulai pukul
15.00 WIB s.d. 23.00 WIB, dengan lokasi penugasan di Jalan Margoutomo
tepatnya di trotoar pintu masuk PT. KAI Daops 6 (Sumber: Nota
Kesepahaman antara Satpol PP Kota Yogyakarta dengan Ormas MERKADE
dan wawancara dengan Kasi Dalops Satpol PP tanggal 16 Agustus 2018)
e. LSM GRAS (Guyub Rukun Akeh Sedulur)
Lembaga Swadaya Masyarakat Guyub Rukun Akeh Sedulur (GRAS)
adalah sebuah organisasi masyarakat yang didirikan untuk mewadahi
aspirasi masyarakat daerah untuk mengisi pembangunan masyarakat yang
sejahtera dan mendapatkan hak yang sama. Didirikan tanggal 3 Agustus
2016 dengan Akta Nomor: 03.08.2016, SKT Nomor:300/SKT/001/2017,
komitmen LSM GRAS tidak akan pernah berafiliasi pada partai politik,
membangun stabilitas keamanan, mengembangkan seni budaya,
menciptakan sebuah iklim investasi yang kondusif yang berperan pada
kontrol sosial atas kebijakan pemerintah.
1) Visi
a) Membangun masyarakat yang aman, damai, dan bermartabat
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika;
b) Mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri, demokratis,
serta berbudaya dalam lingkungan yang bersumber dari nilai-
nilai Pancasila.
102
2) Misi
a) Membangun jati diri sebagai Warga Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b) Mendukung terwujudnya pembangunan, meningkatkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
Sumber Daya Manusia serta pengembangan kelembagaan
ekonomi, hukum, sosial dan budaya sehingga menjadi
masyarakat yang lebih terbuka, kritis dan obyektif tanpa
meninggalkan kearifan lokal;
c) Menciptakan kondisi keamanan yang tertib, aman dan
kondusif.
3) Struktur Organisasi
Dewan Pendiri: Yogo Prasetyo Prihutomo
Pratisto Hapsoro
Handoko Imanuel Sapto Nugroho
Rujito
Dewan Pembina: Yogo Pratomo, SH
Ali Subekti
Dr. A.S. Cahyono
Ari Kriswantoro, SE
Dewan Penasehat: Chang Wendriyanto
Muhammad Afandi, BAC
103
Pengurus Harian:
Ketua Umum : Yogo Prasetyo Prihutomo
Ketua Harian : Dedy Nugroho
Sekretaris : D.F. Fani Ristamaji
Bendahara : Rahmat Nugroho
Sartono
Ketua Bid Senbud: Wahyu Firmansyah
Jasmadi
Ketua Bid Hukum : Ali Subekti, SH (Hasibuan-Ali Law Office)
Ketua Bid Humas : Kentas Warastro, S.IP
Ketua Bid Sosial : Sukoarini
Ketua Bid Pemuda : Handoko Imanuel Sapto Nugroho
Ketua Bid Pemerintahan : Eko Muftiono
Ketua Bid Bankom, PB : Antok Teguh
Ketua Bid Ekonomi : Chandra Wahyu
Ketua Bid Organisasi dan Kaderisasi: Tri Handoyo
(Sumber: Data Sekretariat GRAS, 2018)
104
Struktur Organisasi GRAS (Guyub Rukun Akeh Sedulur)
Bersama dengan delapan Ormas lainnya, LSM GRAS juga
melaksanakan kerjasama dengan Satpol PP Kota Yogyakarta. Kerjasama ini
bertujuan untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota yang aman,
tertib, bersatu dan damai. Pelaksanaan penandatanganan Nota Kesepahaman
antara Drs Nurwidihartana selaku Kasatpol PP Kota Yogyakarta dengan
Yogo Prasetyo Prihutomo selaku Ketua LSM GRAS berlangsung pada
tanggal 8 Januari 2018, bertempat di Satpol PP Kota Yogyakarta jalan
Dewan Pendiri
Dewan Pembina
Dewan Penasehat
Pengurus Harian
Ketua Umum
Ketua Harian
KetuaBidSosial
KetuaBidHumas
KetuaBidHukum
KetuaBidSenbud
KetuaBidPemuda
KetuaBidPemerintah-an
KetuaBidBankom,PB
KetuaBidEkonomi
KetuaBidOrganisasi&Kaderisasi
(Sumber: Profil dan Kegiatan GRAS, 2018)
Sekretaris
Bendahara
105
Kenari nomor 56 Yogyakarta. Dalam kerjasama tersebut, LSM GRAS
sebagai mitra dari Satpol PP Kota Yogyakarta bertugas untuk membantu
pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
1) Pengawasan dan pengamatan secara terbuka dan tertutup;
2) Pengamanan Khusus Kegiatan Pemerintah Kota Yogyakarta;
3) Kegiatan operasional penertiban dan pengamanan.
Personel yang dilibatkan sebanyak 12 orang/hari, pelaksanaan tugas
sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh Satpol PP Kota Yogyakarta mulai
pukul 15.00 WIB s.d. 23.00 WIB, dengan lokasi penugasan di perempatan
Titik Nol sisi Barat Selatan Gedung Agung Yogyakarta (Sumber: Nota
Kesepahaman antara Satpol PP Kota Yogyakarta dengan LSM GRAS dan
wawancara dengan Kasi Dalops Satpol PP tanggal 16 Agustus 2018)
f. Ormas LASJO (Laskar Jogja)
Laskar Jogja adalah Ormas yang terbentuk untuk mempersatukan
seluruh wadah yang sudah ada dari berbagai kalangan. Siapapun bisa
menjadi anggota Laskar Jogja. Laskar Jogja bergerak untuk sosial dan
budaya serta mempertahankan kearifan budaya lokal, disamping itu setiap
anggota Laskar Jogja juga wajib menciptakan kedamaian dan
mempertahankan keistimewaan Yogyakarta.
Laskar Jogja bukan anggota partai tertentu, jadi apapun partainya,
organisasinya, agamanya, komunitasnya, sukunya, maupun domisilinya,
asalkan mempunyai rasa cinta terhadap Yogyakarta dan menjaga Yogyakarta
tetap aman dan tentram, bisa menjadi anggota Laskar Jogja.
106
Bersama dengan delapan Ormas lainnya, Laskar Jogja juga
melaksanakan kerjasama dengan Satpol PP Kota Yogyakarta. Kerjasama ini
bertujuan untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota yang aman,
tertib, bersatu dan damai. Pelaksanaan penandatanganan Nota Kesepahaman
antara Drs Nurwidihartana selaku Kasatpol PP Kota Yogyakarta dengan
Indra Eka Putra selaku Ketua Ormas Laskar Jogja berlangsung pada tanggal
8 Januari 2018, bertempat di Satpol PP Kota Yogyakarta jalan Kenari nomor
56 Yogyakarta. Dalam kerjasama tersebut, Ormas Laskar Jogja sebagai
mitra dari Satpol PP Kota Yogyakarta bertugas untuk membantu
pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
1) Pengawasan dan pengamatan secara terbuka dan tertutup;
2) Pengamanan Khusus Kegiatan Pemerintah Kota Yogyakarta;
3) Kegiatan operasional penertiban dan pengamanan.
Personel yang dilibatkan sebanyak 12 orang/hari, pelaksanaan tugas
sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh Satpol PP Kota Yogyakarta mulai
pukul 15.00 WIB s.d. 23.00 WIB, dengan lokasi penugasan di kawasan Jalan
Pasar Kembang Yogyakarta (Sumber: Nota Kesepahaman antara Satpol PP
Kota Yogyakarta dengan Ormas Laskar Jogja dan wawancara dengan Kasi
Dalops Satpol PP Kota Yogyakarta tanggal 16 Agustus 2018)
g. ORMAS FKKAU (Forum Komunitas Kawasan Alun-alun Utara)
Forum Komunitas Kawasan Alun-alun Utara atau yang selanjutnya
disebut FKKAU adalah perkumpulan pemangku kepentingan di kawasan
Alun-alun Utara yang terdiri dari warga kecamatan Gondomanan, warga
107
kecamatan Kraton, pedagang kaki lima, pekerja parkir dan unsur masyarakat
terkait. FKKAU berbadan hukum koperasi melalui akte notaris. FKKAU
dimaksudkan untuk mengakomodir seluruh gerak kehidupan warga dan
pelaku sosial budaya serta ekonomi, sehingga tercipta kebersamaan dan
kegotong royongan lahir batin agar bermanfaat bagi masyarakat luas serta
terbangun keselarasan cita-cita Komunitas Kawasan Alun-Alun Utara,
dengan filosofi dan paugeran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
1) Visi
“Membangun masyarakat kawasan alun-alun utara yang bersatu dalam
memajukan usaha sosial ekonomi dan melestarikan kebudayaan sesuai
cita-cita luhur Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat”.
2) Misi
a) Memajukan kegiatan usaha ekonomi sosial untuk kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat kawasan alun-alun utara;
b) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan pengorganisasian
masyarakat kawasan alun-alun utara;
c) Menjaga kelestarian dan fungsi bangunan/tata ruang kawasan
alun-alun utara sesuai petunjuk dan arahan Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat.
3) Program
a) Pengelolaan kawasan ekonomi berbasis pariwisata di alun-alun
utara;
b) Pembentukan koperasi pelaku lapangan di alun-alun utara;
108
c) Pengelolaan kawasan parkir di alun-alun utara;
d) Pengelolaan pasar malam perayaan sekaten di alun-alun utara;
e) Pengelolaan kegiatan/event/promosi pihak swasta yang bertempat
di alun-alun utara.
4) Kegiatan
a) Penataan zonasi pedagang berdasarkan barang dagangan;
b) Pelaksana kegiatan kebersihan kawasan alun-alun utara;
c) Penataan zonasi parkir berdasarkan jenis kendaraan;
d) Menjaga keamanan dan ketertiban pengunjung dan pelaku usaha
di kawasan alun-alun utara;
e) Fasilitasi kepanitiaan dan pelaksanaan pasar malam;
f) Fasilitasi pendampingan hukum dan sosial bagi pelaku usaha di
kawasan alun-alun utara;
g) Mengkoordinasikan setiap kegiatan dengan pihak pemerintah dan
aparat penegak hukum.
(Sumber: Data Sekretariat FKKAU, 2018)
FKKAU juga merupakan salah satu Ormas yang melaksanakan
kerjasama dengan Satpol PP Kota Yogyakarta. Kerjasama ini bertujuan
untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota yang aman, tertib, bersatu
dan damai. Pelaksanaan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Drs
Nurwidihartana selaku Kasatpol PP Kota Yogyakarta dengan Muhammad
Fuad Andreago, SE, MM selaku Ketua Ormas FKKAAU berlangsung pada
tanggal 8 Januari 2018, bertempat di Satpol PP Kota Yogyakarta jalan
109
Kenari nomor 56 Yogyakarta. Dalam kerjasama tersebut, Ormas FKKAAU
sebagai mitra dari Satpol PP Kota Yogyakarta bertugas untuk membantu
pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
1) Pengawasan dan pengamatan secara terbuka dan tertutup;
2) Pengamanan Khusus Kegiatan Pemerintah Kota Yogyakarta;
3) Kegiatan operasional penertiban dan pengamanan.
Lokasi penugasan meliputi depan Istana Kepresidenan Gedung Agung,
Benteng Vredeburg, Monumen Serangan Umum Satu Maret, dengan batas-
batas lokasi penugasan sebelah Utara Tugu Ngejaman yang berada di Jalan
Margomulyo, sebelah Timur sampai batas Monumen Serangan Umum Satu
Maret di Jalan Senopati, sebelah Selatan berbatasan dengan gapura di Jalan
Pangurakan Monumen Serangan Umum Satu Maret, sebelah Barat sampai
dengan batas Selatan Istana Kepresidenan Gedung Agung di Jalan KHA
Dahlan (Sumber: Nota Kesepahaman antara Satpol PP Kota Yogyakarta
dengan Ormas FKKAU dan wawancara dengan Kasi Dalops Satpol PP Kota
Yogyakarta tanggal 16 Agustus 2018)
h. ORMAS FJR (Forum Jogja Rembug)
Forum Jogja Rembug (FJR) merupakan salah satu Organisasi
Masyarakat yang tumbuh dan berkembang semakin eksis serta diterima oleh
beragam lapisan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Daerah-
daerah sekitarnya dengan tumbuhnya Forum Jogja Rembug (FJR) di Daerah
Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.
110
Didirikan pada awal tahun 2005 dan dikukuhkan pada hari Minggu
Legi tanggal 3 Mei 2009 dan berkedudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Basis-basis Anggota FJR di kawasan-kawasan potensial yang terdapat peran
aktif Tokoh Muda dalam menumbuhkan suasana persaudaraan dan tentunya
pembukaan sektor lapangan kerja bagi Anggota. Termasuk semakin
banyaknya permintaan dari tokoh-tokoh masyarakat dan personal yang
antusias mendukung dan bergabung ke FJR. Forum Jogja Rembug (FJR)
didirikan atas pemaknaan terhadap beragam suasana perubahan tatanan
kehidupan yang terjadi begitu cepat dan telah memberi konsekuensi/
tantangan besar bagi masyarakat kita. Melihat kesenjangan ekonomi sosial
yang sangat ekstrim dan implikasinya terhadap kondisi masyarakat lokal,
ternyata tidak hanya disebabkan oleh perubahan konstruksi sosial ekonomi
budaya yang telah mapan di dalam masyarakat, namun juga sangat
dipengaruhi oleh laju cepat perkembangan politik, ekonomi dan teknologi di
tingkat nasional maupun imbas dari konstalasi global.
Sebagai bentuk Gerakan Kultural “Ngumpulke Balung Pisah” maka
didirikanlah Forum Jogja Rembug (FJR), yang telah dirintis pendiriannya
sejak medio tahun 2005-an oleh Abah Suharno (Cak Harno) dan Panji
Wening Hariyanto SH, dengan komunitas/ kelompok Massa yang sifatnya
mengumpulkan Pemuda-pemuda dengan Rasa Solidaritas kesetiakawanan
sosial, kemudian bersama Tokoh-tokoh Kultural Masyarakat di DIY FJR
dikukuhkan pada hari Minggu Legi tanggal 3 Mei 2009 di Petilasan keramat
111
Prabu Brawijaya V yang terletak di Pantai Ngobaran, Gunung Kidul DIY,
dengan maksud untuk meresapi Jejak Sejarah para Leluhur Nusantara.
Dipilihnya Pantai Ngobaran (Api yang Berkobar) diharapkan FJR
mampu tumbuh dengan semangat menyala berkobar-kobar. Disegani bukan
ditakuti dalam mengawal dan menghimpun beragam potensi Pemuda/ Warga
Masyarakat menjadi Kekuatan Perubahan Sosial yang bermaslahat luas bagi
Kemanusiaan, Masyarakat dan Bangsa ini. Di Pantai Ngobaran juga terdapat
sumber Mata Air tawar ditepi laut yang tidak pernah kering sepanjang
musim, serta Goa yang tanah merahnya beraroma Wangi. Sehingga
diharapkan Gerakan Kultural FJR mampu membawa sumber penghidupan
dan menebarkan Harum Mewangi bagi kemaslahatan luas. Sekaligus
merupakan usaha untuk merealisasikan Prinsip Keadilan Sosial dalam aspek
pemerataan ekonomi yang dirasakan imbas positifnya bagi masyarakat luas,
khususnya lapisan Wong Cilik, dimana warga masyarakat sebenarnya ingin/
perlu ada kelembagaan wadah yang dapat menampung, minimal yang
dianggap bisa menjadi penambah teman/ saudara.
Forum Jogja Rembug (FJR) diharapkan bisa menjadi Perkumpulan/
Organisasi Masyarakat Kepemudaan baru yang lebih baik dan memiliki
posisi tawar kuat dengan adanya Basis Massa yang berlatar belakang
beragam potensi Kelas Sosial, Suku, Profesi, Karakter, dll serta dukungan
dari Tokoh-tokoh Masyarakat Lokal, Penegak Hukum, Akademisi,
Budayawan, Pengusaha, Pemerintah Daerah dan tentunya Warga Masyarakat
itu sendiri.
112
FJR mengusung semangat Musyawarah (Rembug). Dalam Asas
Rembug, ada kaidah Jawa yang termasyur yaitu “Gelar-Gulung”. Dalam
bertindak pun harus berembug dengan dirinya sendiri terlebih dahulu.
Instrospeksi adalah fase mutlak yang harus dilakukan. Gelar, artinya berfikir
untuk ke depan, aspek dan variable apa saja yang mungkin dibutuhkan.
Karena menggelar tikar berati berfikir ke depan. Gulung, artinya mentafakuri
kejadian yang telah lalu, Qodho’ dan Qodar. Nerima ing pandum minangka
syukur lan sabar. Karena menggulung tikar pasti ke arah belakang.
Mengambil Hikmah atas kesalahan dan kesuksesan di masa lalu. “Learn
from history then create your own history.”
1) Azas
Forum Jogja Rembug (FJR) berasaskan Pancasila.
2) Dasar
Forum Jogja Rembug (FJR) berdasarkan UUD 1945.
3) Visi
Menumbuhkan Harkat Martabat Kemanusiaan dan Keadilan Ekonomi
Sosial yang disemangati dengan Nilai-nilai Adiluhung Nusantara yang
ber-Bhineka Tunggal Eka.
4) Misi
a) Forum Jogja Rembug (FJR) berperan aktif berjuang mengawal
dan mempertahankan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai
Daerah Istimewa;
113
b) Forum Jogja Rembug (FJR) berperan aktif menumbuhkan Tradisi
penghormatan terhadap Nilai-nilai Budaya Nusantara dan
Kemanusiaan;
c) Forum Jogja Rembug (FJR) berperan aktif menumbuhkan suasana
Paseduluran, Gotong Royong, Guyub Rukun, Tepo Seliro dan
Kesetiakawanan Sosial tanpa mempersoalkan perbedaan SARA;
d) Forum Jogja Rembug (FJR) berperan aktif turut bersama Menjaga
Suasana Kondusif Keamanan Masyarakat di DIY dan sekitarnya;
e) Forum Jogja Rembug (FJR) berperan aktif menghadang
tumbuhnya bahaya laten Disentegrasi Bangsa di DIY dan
sekitarnya;
f) Forum Jogja Rembug (FJR) Menghimpun Jejaring Gerakan
Kultural beragam Potensi Masyarakat di DIY dan sekitarnya
menjadi Kekuatan Perubahan Sosial agar mampu mewujudkan
Masyarakat yang Berkeadilan, Bermartabat dan Sejahtera;
g) Forum Jogja Rembug (FJR) mampu menjadi Ujung Lidah Rakyat
dan Mitra yang baik bersama Tokoh-tokoh Agama, Masyarakat
Lokal, Penegak Hukum, Akademisi, Budayawan, Pengusaha,
Pemerintah Daerah/ Pemerintah Pusat.
5) Sifat, Identitas dan Spirit FJR
a) Forum Jogja Rembug (FJR) bersifat Independen, Terbuka, Solid,
Mengakar, Responsif, Multikultural, Egaliter, serta berorientasi
pada Sosial Ekonomi Kerakyatan;
114
b) Forum Jogja Rembug (FJR) adalah Ormas Independen yang
beridentitas sebagai Gerakan Kultural yang menjadi Motor
Penggerak dan perekat suasana Kebersamaan, Persaudaraan dan
Pemberdayaan masyarakat;
c) Forum Jogja Rembug (FJR) berspiritkan Patriotik, Kemanusiaan
dan Persaudaraan.
d) Doktrin & Paradigma FJR
e) Forum Jogja Rembug (FJR) mempunyai Doktrin Persaudaraan &
Persatuan dalam Satu Komando;
f) Forum Jogja Rembug (FJR) mempunyai Paradigma Lokal
Nasional Kultural yang merupakan cara pandang Forum Jogja
Rembug (FJR) tentang diri dan lingkungannya melalui
pembaharuan internal dan eksternal dalam rangka mewujudkan
tujuan Forum Jogja Rembug (FJR).
6) Bidang Garap FJR
a) Kegiatan / Aksi Sosial dan Kemanusiaan;
b) Religi, Tradisi Culture/ Local Etic dan Napak Tilas Leluhur
Nusantara;
c) Juru Perdamaian (Mediasi Konflik);
d) Jasa Pengamanan (Security Service);
e) Bantuan Hukum (Advokasi & Konsultasi) & Perlindungan Saksi;
f) Pengelolaan Parkir di Kawasan Wisata & Bisnis;
g) Kewirausahaan / Ekonomi Kerakyatan;
115
h) Penelitian Pengembangan dan Kajian Strategis;
i) Penyelamatan Lingkungan Hidup.
Demi mewujudkan Kota Yogyakarta yang aman, tertib, bersatu dan
damai, maka telah dilaksanakan kerjasama antara Satpol PP Kota
Yogyakarta dan Forum Jogja Rembug (FJR) dengan penandatanganan Nota
Kesepahaman pada tanggal 8 Januari 2018. Dalam kerjasama tersebut,
Forum Jogja Rembug (FJR) sebagai mitra dari Satpol PP Kota Yogyakarta
bertugas untuk membantu penanganan permasalahan ketenteraman dan
ketertiban umum di kota Yogyakarta dalam bentuk pelaksanaan kegiatan
operasional penertiban dan pengamanan.
Personel yang dilibatkan sebanyak 12 orang/hari, pelaksanaan tugas
sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh Satpol PP Kota Yogyakarta mulai
pukul 15.00 WIB s.d. 23.00 WIB, dengan lokasi penugasan di kawasan Jalan
Pasar Kembang Yogyakarta (Sumber: Nota Kesepahaman antara Satpol PP
Kota Yogyakarta dengan Forum Jogja Rembug (FJR) dan wawancara
dengan Kasi Dalops Satpol PP Kota Yogyakarta tanggal 16 Agustus 2018) .
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah destinasi pariwisata yang sangat
terkenal baik di dalam maupun di luar negeri, karena banyaknya tempat-
tempat wisata yang tersebar di seluruh wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Diantara semua tempat wisata yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta, ada sebuah “pameo” yang beredar luas dikalangan wisatawan
yang mengatakan bahwa: “Walaupun seseorang sudah berkunjung ke
berbagai Destinasi Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta, namun bila
116
belum berkunjung ke Kawasan Tugu-Malioboro-Keraton Yogyakarta,
maka orang tersebut belum dapat dikatakan telah berwisata ke Daerah
Istimewa Yogyakarta”. Hal ini disebabkan Tugu-Malioboro-Keraton
Yogyakarta, merupakan destinasi unggulan dan menjadi salah satu kekuatan
pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dampak langsung dengan
adanya “ikon” tersebut, kawasan ini selalu dipadati oleh baik wisatawan
mancanegara maupun domestik/nusantara.
Dalam menjalankan amanah negara untuk menciptakan kondisi
keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang aman dan kondusif
tentunya tidak bisa berjalan sendiri melainkan perlu peran serta semua pihak,
sehingga harus dibangun suatu hubungan yang baik antara Polri dengan
masyarakat maupun Stakeholders. Dalam rangka memberikan rasa aman dan
nyaman bagi wisatawan di kawasan Tugu-Malioboro-Keraton, tidak akan
terlepas dari peran para pemangku kepentingan (Stakeholders), diantaranya
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diwakili oleh Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta terutama Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Malioboro termasuk didalamnya Jogoboro sebagai petugas keamanan, Polda
D.I. Yogyakarta yang diwakili oleh Subdirektorat pariwisata Direktorat
Pengamanan Objek Vital Polda D.I. Yogyakarta, Pemerintah Kota
Yogyakarta yang diwakili oleh Satpol PP Kota Yogyakarta, Polresta
Yogyakarta sebagai pembuat dan penyusun kebijakan, Swasta sebagai
pelaku usaha wisata, masyarakat maupun pihak pengamanan swakarsa
lainnya seperti FKPM Paksikaton, Generasi Muda Forum Komunikasi Putra
117
Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (GM FKPPI), Laskar Kota
Yogyakarta (LAKODYA), Merdeka Karepe Dewe (MERKADE), Laskar
Jogja (LASJO), Forum Jogja Rembug (FJR), Grup Rukun Akeh Sedulur
(GRAS), Forum Komunitas Kawasan Alun-alun Utara (FKKAU).
Peranan para pemangku kepentingan (Stakeholders) dalam
memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan di kawasan Tugu-
Malioboro-Keraton menghadirkan sebuah konsep pengamanan yang
tidak dapat dilakukan sendirian dan menuntut kebersamaan arah tindak dan
keseimbangan para pemangku kepentingan (Stakeholders). Hal ini akan
dapat terlaksana karena adanya visi dan misi Stakeholders yang sejalan dan
adanya keselarasan tugas pokok dan fungsi masing-masing Stakeholders
tersebut guna mendukung predikat DIY sebagai kota budaya, kota pelajar,
kota wisata, kota perjuangan dan mendorong terwujudnya Yogyakarta
sebagai kota pusaka (Heritage City) warisan dunia serta mendorong
terciptanya Jogja Istimewa yang aman, tertib, bersatu dan damai.