kerjasama internasional

23
Kerjasama Internasional Kerjasama Regional (Liga Arab) Tugas UAS Ditujukan untuk Mata Kuliah Isu-Isu Politik Kontemporer II Dibuat oleh: Gerry Novandika Age 1111112000075

Upload: gerryage

Post on 28-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kerjasama regional

TRANSCRIPT

Page 1: kerjasama internasional

Kerjasama Internasional

Kerjasama Regional (Liga Arab)

Tugas UAS

Ditujukan untuk Mata Kuliah Isu-Isu Politik Kontemporer II

Dibuat oleh:

Gerry Novandika Age

1111112000075

PRODI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

Page 2: kerjasama internasional

Pengertian Kerjasama Internasional

Kerjasama Internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara

dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan

negara-negara di dunia. Kerjasama Internasional, yang meliputi kerjasama di bidang politik,

sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri

masing-masing.1

Pengertian kerjasama internasional tidak terlepas dengan bidang kajian ilmu

hubungan internasional. Dalam suatu kerjasama internasional bertemu dengan berbagai

macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di

dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional adalah sisi lain dari konflik internasional

yang juga merupakan salah satu aspek dalam Hubungan Internasional. Isu utama dari

kerjasama internasional yaitu berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang

diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang

unilateral dan kompetitif.2

Fungsi Kerjasama Internasional

1. Memperlancar hubungan ekonomi baik dalam bentuk pertukaran hasil produksi dan

faktor-faktor produksi serta memperlancar sistem pembayaran antarnegara.

2. Menciptakan kerjasama secara timbal balik antarnegara melalui perjanjian ataupun

melalui badan/organisasi Internasional dan nasional.

Bentuk-bentuk Kerjasama Internasional

Berdasarkan jumlah negara yang mengikuti kerjasama, dapat dibedakan menjadi tiga

macam bentuk kerjasama, yaitu:

1. Kerjasama bilateral. Merupakan hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara. Misalnya, kerja sama ekonomi yang terjalin antara Indonesia dengan Singapura atau Amerika dengan Arab Saudi. Kerja sama bilateral bertujuan untuk membina hubungan yang telah ada serta menjalin hubungan kerja sama perdagangan dengan negara mitra.

2. Kerjasama regional. Merupakan kerjasama yang dilakukan berdasarkan kesamaan regional maupun budaya yang sama. Kerjasama regional di antara negara-negara yang berasa dalam kondisi yang kurang lebih sama diharapkan dapat membantu merumuskan dan memperkuat strategi globalisasi yang

1 Artikel ini diakses pada tanggal 18 Juni 2014, http://kewarganegaraan2.wordpress.com/2008/03/26/hubungan-dan-kerjasama-internasional/

2 Anak Agung Banyu Perwita dan Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 33-34.

Page 3: kerjasama internasional

dilaksanakan secara bersama oleh negara-negara tersebut. Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa melakukan hal ini. Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya juga bersepakat melakukan hal yang serupa. Keputusan untuk membentuk suatu AFTA (ASEAN Free Trade Area) pada tahun 1992 adalah upaya negara-negara tersebut untuk secara bersama menangani globalisasi. Karena itu kerjasama regional dapat dilihat sebagai bagian dari strategi globalisasi.3

3. Kerjasama multilateral. Merupakan kerjasama yang dilakukan oleh lebih dari 2 negara. Hal ini bisa berupa bantuan luar negeri, pertahanan maupun ekonomi dan bidang lainnya. Kerjasama ini biasanya diakomodir oleh organisasi-organisasi internasional, seperti PBB dan organisasi dibawah naungannya seperti WTO, WHO, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pada bidangnya, kerjasama antara negara dapat dibedakan menjadi beberapa

macam, yaitu:

Kerjasama bidang Ekonomi

Kerjasama bidang ekonomi adalah bentuk kerjasama yang menitikberatkan pada

kepentingan ekonomi negara-negara yang melakukan kerjasama. Kerjasama ekonomi ini

diantaranya:

1) APEC (Asia Pasifik Economis Corporation), yaitu kerjasama ekonomi yang

dilakukan negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik.

2) MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa), yaitu kerjasama ekonomi yang dilakukan oleh

negara-negara di kawasan Eropa.

Kerjasama bidang Sosial

Kerjasama bidang sosial adalah bentuk kerjasama antara negara yang dilakukan dalam bidang

sosial. Kerjasama sosial ini di antaranya:

1) WHO (World Health Organization), yaitu kerjasama antara negara anggota PBB

dalam bidang kesehatan.

2) UNICEF (United Nations Children and Education Fund), yaitu kerjasama antara

anggotaanggota PBB dalam menangani permasalahan anak-anak.

3) ILO (Internasional Labour Organization), yaitu organsasi Internasional yang

bergerak dalam bidang perburuhan.

Kerjasama bidang Pertahanan atau Politik

3 Hadi Soesastro, Kebijakan Persaingan, Daya Saing, Liberalisasi, Globalisasi, Regionalisasi dan Semua Itu (Jakarta: CSIS Working Paper Series, 2004), h. 11.

Page 4: kerjasama internasional

Kerjasama bidang pertahanan atau politik adalah kerjasama yang dilakukan dalam bidang

pertahanan atau politik. Bentuk kerjasama ini di antaranya:

1) SEATO (South East Asia Treaty Organization), yaitu pakta militer yang bertujuan

untuk membendung komunisme di kawasan Asia Tenggara.

2) ANZUS (Australia, New Zeland, and United States), adalah pakta militer yang

bertujuan untuk membendung arus komunisme di kawasan Australia, Selandia Baru, dan

Amerika Serikat.

3) NATO (North Atlantic Treaty Organization), adalah pakta pertahanan militer yang

bertujuan untuk membendung arus komunisme di kawasan Atlantik Utara.

4) CENTO (Central Treaty Organication), adalah pakta militer yang bertujuan untuk

membendung komunisme di Timur Tengah. Pakta militer ini dikenal juga dengan sebutan

yang terkenal dengan Pakta Baghdad.

5) Pakta Warsawa, yaitu pakta militer yang dibentuk oleh Uni Soviet untuk

membendumg pengaruh Amerika di Eropa Timur.4

Cakupan Kerjasama Internasional dalam Sektor Ekonomi

Perkembangan globalisasi yang berlangsung dalam dalam beberapa dasawarsa

terakhir telah menyebabkan berbagai perubahan yang fundamental dalam tatanan

perekonomian dunia baik dalam sektor keuangan maupun perdagangan. Perubahan tersebut

khususnya di bidang perdagangan yang telah mendorong sebagian besar negara di dunia ini

untuk melakukan penyesuaian kebijakan dan praktek perdagangan Internasional.

Perdagangan Internasional menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara yang akan

berlangsung atas dasar keunggulan absolut. Masing-masing-masing negara akan memperoleh

keuntungan dengan mengkhususkan diri pada komoditas tertentu.5

Didasari perdagangan bebas akan membawa manfaat yang lebih besar maka tuntutan

untuk liberalisasi perdagangan dunia semakin marak dilakukan oleh sejumlah negara dalam

berbagai forum perundingan perdagangan dalam berbagai forum baik multilateral, regional,

maupun bilateral.

International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) pada tahun 1945 dibentuk

dalam rangka membangun kembali sistem ekonomi Internasional yang porak poranda yang

kemudian menyusul berakhirnya Perang Dunia II. Tujuan pembentukannya tersebut dan

4 Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Kajian Restrukturisasi Kerjasama Ekonomi Internasional (Yogyakarta: Kantor Menteri Muda Urusan Restrukturisasi Ekonomi, 2001), h. 185 Ibid., h. 23

Page 5: kerjasama internasional

perkembangan selanjutnya, IMF dan WB dapat dilihat sebagai lembaga Internasional yang

mempunyai kekuatan besar dalam mempengaruhi perekonomian dunia. Kegiatan WB saat ini

difokuskan pada upaya mengentaskan kemiskinan melalui pemberian bantuan keuangan

kepada negara berpendapatan rendah dan menengah. Kegiatan IMF ditunjukan untuk

memajukan kerjasama Internasional di bidang moneter melalui upaya menjaga stabilitas nilai

tukar mata uang dan memberikan bantuan keuangan kepada negara anggota dalam rangka

mempercepat penyelesaian krisi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan neraca

pembayaran. IMF dalam hal ini memegang posisi strategis sebagai lembaga Internasional,

yang tugas utamanya adalah menjaga stabilitas keuangan Internasional.6

Dalam tataran multilateral, beberapa kesepakatan penting antara lain adalah GATT

tahun 1947, yang diakui dengan berbagai putaran perundingan dalam kerangka GATT dan

putaran perundingan yang disebut Uruguay Round berhasi membentuk World Trade

Organization (WTO). Pendirian WTO ini dimaksudkan antara lain untuk membangun sistem

perdagangan multilateral yang terintegrasi, viable dan bertahan lama.7.

Faktor pendorong yang melatarbelakangi negara-negara Asia Pasifik khususnya Asia

Timur adalah dengan menggunakan forum perundongan perdagangan yang lebih bersifat

regional maupun bilateral yang berasal tidak hanya dari dalam tetapi juga dari luar kawasan.

Faktor pendorong tersebut antara lain, Asia Timur pada dasarnya mengejar ketinggalan dari

banyak negara belahan dunia yang telah intensif memanfaatkan Free Trade Agreement (FTA)

dalam era 1990-an. Selain adanya kekhawatiran bahwa dengan tidak terlibat dalam FTA

membuat Asia Timur semakin tertinggal, dan negara-negara di luar kawasan juga semakin

banyak yang menyuruh untuk bergabung dalam FTA. Perkembangan FTA di Asia Timur

yang signifikan merupakan reaksi atas lambannya liberalisasi perdagangan di bawah

kerangka multilateral WTO dan APEC.

Sementara itu, lambannya liberalisasi perdagangan dalam tataran regional, khususnya

dalam kerangka APEC dan ASEAN telah mendorong ditempuhnya negosiasi perdagangan

secara bilateral. Perundingan perdagangan bilateral di kawasan Asia Pasfik mulai muncul

sejak tahun 1990-an, yang pertama adalah Thailand dan Laos. Sedangkan di Asia Tenggara

sendiri Bilateral Trade Agreement (BTA) mulai gencar dilakukan sejak tahun 2000,

Singapura yang berperan paling agresif.

6 Charles, P.R Joseph, dkk., IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional ((Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), h. 67 Sjamsul Arifin, dkk., Kerjasama Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), h. 11

Page 6: kerjasama internasional

Dalam kerjasama perdagangan bilateral, Indonesia saat ini sedang melakukan

negosiasi dengan Jepang dalam kerangka Indonesian-Japan Economic Partnership (IJEPA)

yang berlangsung pada tahun 2006. Mengingat ekonomi Indonesia dewasa ini sangat

memerlukan perbaikan kinerja ekspor dan investasi, efektivitas kerjasama bilateral dengan

Jepang akan memiliki nilai strategis bagi Indonesia. Beberapa kelemahan Indonesia terlihat

dalam perundingan bilateral dengan Jepang adalah rendahnya daya saing Indonesia,

keterbatasan negosiator yang handal dan lemahnya koordinasi antar pihak terkait.8

Dalam makalah ini penulis akan lebih mengerucutkan pembahasan makalah pada

kerjasama regional yaitu “Liga Arab”

Studi Kasus “Liga Arab”

Liga Arab adalah organisasi regional yang terdiri dari negara-negara Arab yang

terdapat di wilayah Asia Barat, Asia utara dan Afrika Timur Laut. Organisasi ini dibentuk

pada tanggal 22 Maret 1945 oleh Negara Mesir, Irak, Transjordan (Yordania pada tahun

1946), Libanon Arab Saudi, dan Suriah, kemudian diikuti oleh Yaman yang bergabung pada

tanggal 5 Mei 1945. sampai sekarang ini markas Liga Arab berada di Kairo, Mesir. Tujuan

utama dari liga Arab ini adalah untuk mendekatkan hubungan antara Negara-negara anggota

dan koordinasi kerjasama di antara mereka, untuk menjaga kemerdekaan dan kedaulatan

mereka, dan mempertimbangkan secara umum urusan dan kepentingan Negara-negara Arab.

Dalam piagam Liga Arab dinyatakan bahwa Liga Arab bertugas mengkoordinasikan

kegiatan ekonomi, termasuk hubungan niaga; komunikasi; kegiatan kebudayaan;

kewarganegaraan, parpor dan visa; kegiatan social; dan kegitan kesehatan. Dalam piagam

Arab ini juga melarang para anggota untuk menggunakan kekerasan terhadap satu sama lain.

Hingga saat ini Liga Arab memiliki 22 anggota dan ada 3 negara yang menjadi Negara

pemantau atau Negara pengamat. Negara-negara anggotanya antara lain :

Mesir, Irak, Yordania, Libanon, Arab Saudi, Suriah (22 September 1945); Yaman (5 Mei

1945); Libya (28 Maret 1953); Sudan ( 19 Januari 1956); Maroko, Tunisia ( 1 Oktober 1958);

Kuwait (20 Juli 1961); Aljazair (16 Agustus 1962); Uni Emirat Arab (12 Juni 1971); Bahrain,

Qatar (11 September 1971); Oman (29 September 1971); Mauritania (26 November 1973);

Somalia (14 Februari 1974); Palestina (9 Septmber 1976); Djibouti (9 April 1977); Komoro

(20 November 1993)

Negara pemantau (observer country) di sini berperan sebagai pihak pengamat atau

pemerhati terhadap semua kegiatan liga dengan tujuan untuk menjaga independensi liga.

8 Ibid., h. 14

Page 7: kerjasama internasional

Sebuah observer country tidak memiliki hak dan kewajiban sebagaimana yang dimiliki oleh

Negara anggota. Sejauh ini ada 3 negara pemantau, yaitu:

Eritrea, yang bergabung pada tanggal 6 Januari 2003, kemudian pada tahun 2006, Venezuela

juga bergabung menjadi Negara pemantau dan yang terakhir yaitu India yang menjadi Negara

pemantau pada tahun 2007.

Sejarah dan Perkembangan Liga Arab

Sejarah Liga Arab dimulai ketika Kerajaan Inggris Raya menyadari pentingnya

persatuan diantara negara-negara Arab (Pan Arabia) di awal abad ke 20. Kerajaan Inggris

jugalah yang mendorong dan menjamin kerjasama diantara negara-negara Arab, yang

sebenarnya tujuan utamanya ialah untuk memimpin pemberontakan mereka melawan

Kekaisaraan Ottoman Turki selama Perang Dunia I. Inggris menjanjikan untuk membantu

Arab membangun sebuah persatuan Kerajaan Arab dibawah kekuasaan Sherif Hussein di

Mekah yang kekuasaannya akan menjangkau seluruh dunia Arab (sekarang lebih dikenal

sebagai Jazirah Arab, Irak, Suriah, Libanon, Palestina, Israel dan Yordania). Setelah

memenangkan peperangan, Inggris mengkhianati Sharif Hussein dan selanjutnya membagi

wilayah Arab menjadi negara-negara bagian kecil dan menerapkan kebijakan “Devide and

Rule”.

Ketika meletus Perang Dunia II, Inggris sekali lagi membutuhkan bantuan Arab dan

menyebarkan paham Arabisme dengan janji akan membentuk formasi awal Liga Arab. Akan

tetapi, kebanyakan intelektual Arab percaya bahwa sebenarnya Inggris tidak ingin

membentuk Liga Arab demi persatuan Arab, sebaliknya ingin menggunakan organisasi

tersebut untuk mencegah persatuan negara-negara Timur Tengah. (One.indoskripsi.com

diakses tanggal 13 Oktober 2009)

Melihat kenyataan itu, pemerintah Mesir mengajukan sebuah proposal untuk

pembentukan sebuah organisasi yang nyata pada tahun 1943. Mesir dan beberapa negara

Arab lainnya sebenarnya ingin sebuah kerjasama yang lebih erat tanpa kehilangan kedaulatan

negaranya. Perjanjian asli dari Liga Arab adalah membentuk sebuah organisasi regional yang

terdiri dari negara-negara yang berdaulat, tanpa memperdulikan bentuk negara tersebut yaitu

negara persatuan atau negara federal. Diantara tujuan-tujuan Liga Arab adalah

memperjuangkan kemerdekaan penuh untuk semua negara-negara Arab dan untuk mencegah

kaum Yahudi di Palestina. kemudian terbentuklah Liga Arab yang dikenal saat ini, yang

dibentuk didasarkan atas Pact of The League of Arab States (Pakta Liga Arab), dan menjadi

sebuah konstitusi dasar bagi organisasi Liga Arab.

Page 8: kerjasama internasional

Anggota dari Liga Arab ini pun terus bertambah hingga mencapai 22 anggota dan

memiliki 3 negara pemantau. Namun pada tahun 1979, keanggotaan Mesir dalam Liga Arab

dicabut karena Mesir terbukti menandatangani Perjanjian Damai dengan Israel. Dan kantor

pusat Liga Arab pun yang sebelumnya berkedudukan di Kairo, Mesir dipindahkan ke Tunis,

Tunisia. Akhirnya delapan tahun kemudian, yakni pada tahun 1987 para pemimpin dunia

Arab memutuskan untuk memperbaharui kembali hubungan diplomatic dengan Mesir dan

pada tahun 1989 Mesir diterima kembali menjadi anggota Liga Arab, selain itu, kantor pusat

Liga Arab juga dikembalikan ke Kairo, Mesir.

Selama perjalanannya, Liga Arab telah melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi Liga

(Summit Conference) paling tidak sebanyak 31 kali. Dimana konferensi pertama dilakukan di

Kairo, Mesir pada tanggal 13-17 Januari 1964. dan konferensi terakhir dilakukan di Doha,

pada tanggal 28-30 Maret 2009. kemudian merencanakan konferensi selanjutnya pada

tanggal 30 Maret-1 April 2010. konferensi ini dilaksanakan jika ada suatu masalah yan timbul

dan perlu dibahas secra lebih lanjut.

Seiring perkembangan zaman, Liga Arab dijadikan media bagi penyusunan hampir

semua dokumen-dokumen penting Arab yang mendukung integritas ekonomi diantara Negara

anggota, yaitu pembentukan Perjanjian Pelaksanaan Kerjasama Ekonomi Arab (Joint Arab

Economic Action Charter). Liga Arab telah menjalani banyak kemajuan dan kemunduran

dalam menjalankan fungsi dan tujuannya. Semua itu tidak terlepas dari gejolak yang terjadi di

kawasan Arab dan Timur Tengah. Seperti misalnya Amerika Serikat yang menginvasi

Palestina kemudian dilanjutkan dengan Irak.Liga Arab sebagai organisasi regional telah

terbukti gagal mengakomodasi masalah tersebut. Liga tidak dapat menghentikan invansi

Amerika, meredam gejolak antar negara anggota dan mempersatukan semua negara di

kawasan Timur Tengah. Perbedaan orientasi politik dan kepentingan anggota bisa jadi

merupakan salah satu penyebab gagalnya Liga Arab. Keberadaan sebuah negara Israel juga

telah menjadi batu sandungan bagi perdamaian negara anggota. Sampai sekarang konflik

Israel-Palestina belum menemui jalan terang. Amerika Serikat yang konon menjadi musuh

kedua bagi negara anggota, justru adalah pihak yang banyak berperan aktif dalam

mendamaikan kedua negara tersebut.

Selain mengalami kegagalan, Liga Arab juga menuai banyak kemajuan dan

keberhasilan. Diantaranya Liga Arab dikenal berhasil dan efektif dalam menjalin dan

memelihara kerjasama dibidang ekonomi, sosial dan kebudayaan diantara negara anggota.

Dalam bidang pendidikan, Liga berperan besar dalam menyusun kurikulum sekolah negara-

negara Arab, melestarikan dokumen-dokumen dan hasil kebudayaan kuno dan berhasil juga

Page 9: kerjasama internasional

menerapkan teknologi modern dalam berbagai bidang. Dan menciptakan persatuan

telekomunikasi regional.

Perbandingan Liga Arab dengan Organisasi Lainnya.

Organisasi Liga Arab ini sedikit berbeda dengan Organisasi regional lainnya. Di mana

organisasi ini dibentuk bukan hanya berdasarkan letak wilayah tertentu, tetapi lebih pada

persamaan kebudayaan dan agama (Islam). Apabila dibandingkan dengan Uni Eropa, Liga

Arab belum berhasil mencapai suatu derajat peningkatan integrasi regional dan organisasi ini

juga tidak mempunyai hubungan langsung dengan warga Negara-negara anggotanya.

Organisasi ini hampir sama dengan organisasi Uni Latin (Latin Union). Apabila melihat dari

tujuannya, organisasi ini hampir sama dengan Organisasi Negara-Negara Amerika

(Organization of American States), Dewan Eropa (Council Of Europe) dan Uni Afrika

( African Union) yaitu tujuannya politik. Namun ada salah satu hal unik yang membedakan

dengan organisasi lainnya, dimana organisasi ini mempunyai peranan dalam menentukan

kurikulum sekolah dan pelestarian sejarah kebudayaan Arab. Dan yang menarik dari

organisasi ini yaitu semua anggota dari Liga Arab juga termasuk ke dalam organisasi

Konferensi Islam (Organization of the Islamic Conference). Organisasi ini dilandasi oleh

prinsip pendukungan dan memajukan nasionalisme persatuan Arab dan menjaga

keseimbangan Negara-negara Arab dalam beberapa hal. Hal ini sama seperti yang dilakukan

oleh Uni Afrika.

Apabila melihat sejarah, perkembangan dan perbandingan liga Arab dengan

Organisasi lain, dapat dilihat bahwa organisasi Liga Arab ini merupakan organisasi yang

cukup bermanfaat. Meskipun dalam bentuknya Liga Arab masih belum dikatakan sempurna.

Organisasi ini kurang memiliki kepaduan politik yang diperlukan untuk pengembangan cepat

dalam tingkat koodinasi yang lebih luas ataupun untuk mewujudkan integrasi pada taraf yang

sekarang ini.9

Perkembangan Liga Arab

Pada masa awal pembentukan Liga Arab, masalah Palestina menjadi pokok

pembahasan yang utama. Dalam hal ini palestina dapat dikatakan sebagai buah simalakama.

Sepanjang liga berbuat yang tidak diharapkan lebih daripada sekedar resolusi dan membuat

9 Artikel ini diakses pada tanggal 18 Juni 2014, http://tegerbangun366.blogspot.com/2010/02/organisasi-regional-liga-arab-league-of.html

Page 10: kerjasama internasional

perwakilan diplomatic, masalah palestina tidak mendatangkan apa pun. Namun, ketika liga

dihimbau untuk bertindak, palestina ternyata merupakan batu sandungan yang hampir

menghancurkan Liga. Dalam penyelesaian masalah pelestina ini menimbulkan konflik antara

Hashimiyah dan Mesir.10

Kendati Liga Arab menunjukkan lemahnya persatuan dan kekuatan militer bersama

dalam menghadapi Israel, namun pada tahun 1970-an dan 1980-an keanggotaan liga kian

meningkat, tumbuhnya kekuatan ekonomi, serta timbulnya ikatan kepentingan bersama yang

tercermin dari kehendak untuk memperluas kerjasama di antara sesame Negara anggota.

Berkembangnya keselarasan diantara Negara anggota terlihat dalam program liga yang telah

mendirikan pasar bersama Arab serta mendirikan Bank Pembangunan Arab, beberapa

lembaga pendidikan tinggi, biro anti narkotik, dan Arab pres . Namun perkembangan ini

belum dapat mengatasi persaingan tradisional di antara sesama Negara arab serta pertikaian

bagi kepemimpinan di dalam blok Negara Arab.

Pada tahun 1979 Mesir menandatangani perjanjian damai dengan Israel, yang

membuat Mesir diasingkan dari pergaulan Negara Negara Arab dan berakibat pada

dipindahkannya markas Liga Arab dari Kairo, Mesir ke Tunisia. Pada tahun 1987 para

pemimpin Arab memutuskan untuk memperbaiki hubungan diplomatik dengan Mesir. Mesir

diizinkan kembali ke Liga tahun 1989 dan markas besar Liga Arab dikembalikan seperti

semula, di Kairo.11

Tantangan Ke Depan

Liga Arab yang semula didirikan sebagai wujud dari persatuan bangsa bangsa arab

dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di wilayahnya, sulit untuk mencari penyelesaian

dari masalah masalah yang dihadapi para anggotanya. Dari setiap perundingan yang dimotori

oleh liga, cenderung mengalami kegagalan dan tidak jarang mengalami kebuntuan.

Jika dilihat dari sisi ekonomi, Liga Arab merupakan suatu organisasi regional yang sangat

menjajikan bagi tiap tiap anggota yanh masuk didalamnya. Dengan program yang dijalani,

yaitu pasar bersama, pendirian Bank Pembangunan Arab dan lain sebagainya yang

berhubungan dengan perekonomian ini berdampak sangat positif didalam mencapai

kemakmuran antara bangsa bangsa Arab itu sendiri.

Berbeda lagi dengan politik. Organisasi regional ini sulit untuk mencari kata sepakat

10 Riza Sihbudi, “Peranan Organisasi Regional dalam menyandera Timur Tengah”, (Bandung: Mizan Publika,2007) h. 35

11 Ibid,. h. 46

Page 11: kerjasama internasional

diantra para anggotanya. Dengan adanya kepentingan kepentingan Negara anggota yang tidak

bisa diganggu, maka dalam penyelesaian suatu konflik yang berbau politik sukar untuk

ditangani, dan jika terus dipaksakan itu dapat berakibat pada perseteruan didalam tubuh liga

itu sendiri.

Halangan – halangan yang dihadapi liga, yaitu tekanan dari dalam maupun dari luar.

Seperti yang terjadi pada palestina, yaitu dengan adanya embargo perekonomian yang

dijatuhkan oleh Barat, membuat liga sulit untuk mencairkan dana yang dikeluarkan untuk

membantu pemerintahan bersatu palestina maupun para pengungsi akibat serangan pasukan

Israel .

Untuk mengatasi kebuntuan dari setiap penyelesaian suatu konflik, Liga Arab harus

berani mengambil resiko. Dan selama masing masing kepentingan Negara anggota belum

bersatu, sulit untuk menjadikan liga sebagai penengah dalam konflik antara Negara Arab.

Liga Arab hanyalah sebuah organisasi yang memberikan bantuan baik berupa kebutuhan

ekonomi maupn mediator dalam penyelesaian konflik. Liga Arab tidak akan bisa memberikan

tekanan yang begitu mengikat kepada para anggotannya.

Upaya Liga Arab Dalam Menyelesaikan Konflik di Timur-tengah

Yang selama ini dikeluhkan oleh banyak pihak tentang Liga Arab adalah, sikap diam

Negara-negara anggotanya, berkenaan dengan konflik kemanusiaan yang terjadi di kawasan

Timur-tengah. Khususnya berkaitan dengan Tragedi Gaza pada beberapa waktu yang lalu

(akhir 2008). Seperti yang terlihat, para wakil yang terhormat dari Negara-negara anggota

Liga Arab justeru lebih suka ‘bertarung’ diatas podium dengan sesama mereka sendiri,

daripada memberikan sebuah langkah konkrit dalam menyelesaikan penderitaan warga

Palestina, terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di Gaza. Dan memang sejak

masuknya kembali Mesir sebagai anggota Liga Arab tahun 198910 (setelah dikeluarkan dari

keanggotaan pada 1979, karena mengakui kedaulatan Israel), secara perlahan namun pasti

banyak Negara-negara anggota yang mengikuti sikap Mesir mengakui kedaulatan Negara

Israel. Padahal di piagam Liga Arab sendiri sebelumnya dengan tegas menyatakan, menolak

pembentukan Negara Zionis Israel. Namun dengan diterimanya kembali Mesir sebagai

anggota Liga Arab, maka lambat laun sikap lama itu berubah. Kini hampir dalam setiap kali

konflik di Palestina yang timbul, sebagian besar pemimpin Negara-negara anggota Liga Arab

justeru lebih memilih berunding dengan Israel alih-alih mendahulukan warga Palestina, yang

secara ideologis lebih dekat dengan mereka.12

12 Ibid,. h. 67

Page 12: kerjasama internasional

Sebenarnya sangat ironis sekali sebuah organisasi yang semula dibentuk dengan

semangat pan-arabisme, serta menolak eksistensi dari Negara Israel. Pada akhirnya hanya

menjadi sebuah perkumpulan orang-orang pragmatis, yang hanya memikirkan keuntungan

diri pribadi dan kelompoknya sendiri. Sangat jauh sekali bila dibandingkan dengan semangat

dan militansi IM (Ikhwanul Muslimin/Moslems Brotherhood), yang meskipun ditekan habis-

habisan dan bahkan banyak anggotanya yang ditangkap tanpa surat perintah oleh pihak

berwenang di Mesir dan dinyatakan organisasi terlarang. Tetapi justeru lebih bisa

mempertahankan eksistensinya dan bahkan menyebarkan gagasan-gagasannya melewati

batas Negara. Sebaliknya Liga Arab yang secara de facto dan de jure eksistensinya diakui

oleh PBB dan masyarakat internasional, malah tidak bisa memberikan solusi brilian dalam

tragedi kemanusiaan di Palestina dan seperti impoten (tidak berdaya) dalam menghadapi

kebuasan serdadu Israel di Palestina (khususnya Gaza), sehingga pantas bila Ahmadinejad

geram dan mengkritik sikap mayoritas Negara-negara Liga Arab yang terlihat masa bodoh.

Padahal dengan berbagai fasilitas dan keuntungan yang dimilikinya, sudah sepantasnyalah

Liga Arab harus memberikan yang terbaik untuk membela dan mendukung

perjuangan bangsa Palestina. Yang notabene masih se-ideologi dan serumpun dengan

mereka.

Meskipun begitu pada sekitar tanggal 30-31 Maret 2009 para pemimpin Negara-

negara Arab, yang juga menjadi petinggi Liga Arab mengadakan Arab League Summit ke-21

di Doha, Qatar. KTT kali ini selain menjadi agenda rutin dari para pemimpin Negara-negara

Arab, juga membahas beberapa agenda mengenai konflik di beberapa wilayah, seperti

membahas beberapa permasalahan dunia Arab, mulai dari kasus perintah penangkapan

Presiden Sudan Umar al-Bashir, pemulihan kembali Irak pasca invasi Amerika, pemulihan

Gaza pasca serangan Israel, hingga upaya Yahudisasi Yerusalem oleh Israel. Dari 22 negara

anggota Liga Arab yang hadir tampak 17 kepala Negara anggota Liga Arab, termasuk

Presiden Sudan Umar al-Bashir yang tetap datang meskipun mendapat ancaman penangkapan

oleh ICC (Pengadilan Internasional). Dalam pertemuan itu juga Presiden Suriah Bashar al-

Assad turut memberikan pidato sambutan dan juga menyerukan negara-negara Arab untuk

menyatukan suara menolak keputusan Pengadilan Internasional (ICC) yang memerintahkan

penangkapan Presiden Sudan Umar al-Bashir. Assad menyebut keputusan penangkan ICC

tersebut sebagai bentuk baru dari kolonialisme Barat terhadap dunia Arab dan Islam. Seruan

Assad mendapat tanggapan hangat dari Amir Qatar, Syaikh Hamdi bin Khalifah Ali Tsani,

yang memberikan pidato sambutan setelah Assad. Amir Qatar menyatakan, negara-negara

Arab seharusnya dapat berperan secara aktif dan bersinergi dalam menyelesaikan pelbagai

Page 13: kerjasama internasional

krisis dunia Arab. Sementara itu Sekjen Liga Arab Amr Mousa juga mengeluarkan

pernyataan senada, dan menyatakan liga Arab secara mutlak menolak keputusan ICC. Selain

itu delegasi dari Iraq Sekjen Persatuan Ulama Irak Syaikh Harits ad-Dhari menyerukan KTT

Liga Arab membuahkan resolusi untuk membangun kembali Irak yang kini porak poranda,

dan juga menyerukan agar KTT Liga Arab segera mendesak pihak Amerika untuk segera

menarik mundur pasukannya dari bumi Irak. Dari Palestina PM Ismail haniya juga

menyerukan KTT Arab kali ini dapat membuat keputusan tegas yang secara serius menyikapi

upaya yahudisasi Yerusalem, termasuk di dalamnya Masjid al-Aqsha, oleh Israel. Walaupun

penyelenggaraan KTT Arab League Summit ke-21 di Doha, Qatar tergolong sukses. Kendati

ada upaya dari Mesir untuk menggagalkan pertemuan tersebut, dimana upaya itu mulai

tampak ketika diadakannya KTT Darurat di Doha pada Januari Tahun kemarin. Belum lagi

krisis kemanusiaan yang penganannya masih belum terlaksana dengan baik, sehingga pantas

saja jika PM Palestina Ismail Haniya dalam pernyataannya mengkritik KTT Liga Arab ke-21

di Doha, Qatar. Hal itu berkaitan dengan hasil pertemuan tingkat tinggi Negara-negara Liga

Arab yang berlangsung dua hari itu, sama-sekali tidak membuahkan keputusan yang strategis

dan mampu menyelamatkan rakyat Palestina dari penderitaan di bawah bayang-bayang

penjajahan Israel, dimana hal itu juga dikuatkan oleh pernyataan salah satu pimpinan Hamas

Fawzi Barhoum. Semua fakta tersebut menjadi salah satu titik lemah dari hasil

penyelenggaraan KTT ke-21 Liga Arab di Doha, Qatar. 13

Meskipun begitu bukan berarti tidak ada upaya sama-sekali dari Negara-negara

anggota Liga Arab, dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Palestina. Karena

bagaimanapun Liga Arab telah mengajukan beberapa tuntutannya kepada AS, yang notabene

adalah bemper/pelindung dari Israel, jauh-jauh harinya sebelumnya dalam keikutsertaannya

dalam konferensi di Annapolis November 2007. Namun disadari maupun tidak, Liga Arab

memang tidak memiliki kemampuan untuk memaksakan tuntutannya baik terhadap Israel

maun PBB sekalipun (sudah menjadi rahasia umum jika setiap keputusan/resolusi dari DK

PBB terhadap masalah Palestina, terutama sanksi terhadap Israel selalu mendapat veto dari

AS). Apalagi tidak ada satupun pemimpin dari Negara-negara anggota Liga Arab yang betul-

betul kharismatik, setelah era Jamal Abd. Nasser dan Anwar Sadat (para presiden Mesir

terdahulu), maupun yang setegas raja Faisal bin Su’ud dengan melancarkan “Perang minyak”

terhadap AS pada awal tahun 1970-an. Kelemahan para pemimpin Liga Arab dan kekurang

tegasan mereka dalam menyikapi konflik di Timur-tengah (Palestina khususnya), telah

sempat menimbulkan perdebatan sengit dan saling kecam antara Presiden Libya Moammar

13 Ibid,. h. 75

Page 14: kerjasama internasional

Ghaddafi (yang sekarang memjadi pemimpin Uni afrika). Untungnya perdebatan itu mampu

dilerai oleh amir Qatar Syeikh Hamad ibn Khalifa al-Thani, sehingga tidak berkepanjangan.

Memang harus diakui bahwa sejauh ini upaya dari Negara-negara anggota Liga Arab untuk

menyelesaikan konflik di Timur-tengah (termasuk Palestina salah satunya), dari di

selenggarakannya KTT Liga Arab ke-21 ‘Arab Summit League’ di Doha Qatar (30-31 Maret

2009) hingga sekarang ini hanya mampu menghasilkan kecaman-kecaman terhadap tindakan

brutal militer Israel di Gaza dan Tepi Barat Palestina, maupun terhadap sikap AS yang selalu

membela Israel. Sehingga belum mampu untuk menggoyahkan maupun mempengaruhi sikap

AS dan menghentikan aksi militer Israel di Palestina. Meskipun begitu sejauh ini upaya dari

Negara-negara anggota Liga Arab dalam menyelesaikan permasalahan terkait konflik di

Timur-tengah, khususnya mengenai masalah di Palestina dapat dikatakan sudah cukup

maksimal jika diukur dari taraf kemampuan dan keberanian mereka. Karena untuk saat ini

belum memungkinkan jika Liga Arab mengeluarkan sikap, lebih dari tindakan mngecam aksi

militer Israel di Palestina maupun Lebanon dan mengkrtitik pembelaan AS yang terus-

menerus terhadap aksi militer Israel. Walaupun mungkin hal itu akan menjadikan Liga Arab

terus-terusan dikecam oleh Negara-negara yang merasa dirugikan dengan sikap lemahnya,

dan untuk kedepannya masih tetap diharapkan peningkatan dari sikap Liga Arab terhadap

berbagai konflik di Timur-tengah.14

Daftar Pustaka

Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Kajian Restrukturisasi Kerjasama Ekonomi Internasional , Yogyakarta: Kantor Menteri Muda Urusan Restrukturisasi Ekonomi, 2001.

14 Ibid,. h. 89

Page 15: kerjasama internasional

P.R Joseph, Charles, dkk., IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007.

Arifin, Sjamsul, dkk, Kerjasama Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007.

Sihbudi, Riza, “Peranan Organisasi Regional dalam menyandera Timur Tengah”, Bandung: Mizan Publika, 2007.

Banyu Perwita, Anak Agung dan Mochammad Yani, Yayan, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006

Soesastro, Hadi, Kebijakan Persaingan, Daya Saing, Liberalisasi, Globalisasi, Regionalisasi dan Semua

Itu, Jakarta: CSIS Working Paper Series, 2004

Sumber Internet:

http://kewarganegaraan2.wordpress.com/2008/03/26/hubungan-dan-kerjasama-internasional/

http://tegerbangun366.blogspot.com/2010/02/organisasi-regional-liga-arab-league-of.html