kerangka pemikiran

Upload: arungborneo4748

Post on 15-Jul-2015

340 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Kerangka Pemikiran Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pertumbuhan kota yang cenderung cepat mengakibatkankota tidak mampu menyediakan sarana dan prasarana yang layak dan memadai bagi kehidupan masyarakat, seperti sarana kesehatan, penerangan, terutama perumahan. Ketidakmampuan menyediakan sarana perumahan yang memadai ini menimbulkan adanya pemukimanpemukiman kumuh. Menurut Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah-Departemen Dalam Negeri, suatu permukiman atau daerah perkampungan dinyatakan kumuh dan miskin memiliki beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria sosial ekonomi Kriteria sosial ekonomi dapat dilihat dari sebagian besar penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan rendah, sebagian besar penduduknya bekerja di sektor informal kota, lingkungan pemukiman, rumah, fasilitas dan prasarana dibawah standar minimal sebagai tempat bermukim misalnya kepadatan penduduk yang tinggi >200 jiwa/ha, kepadatan bangunan >110 bangunan/ha, kondisi fasilitas lingkungan terbatas, kawasan permukiman rawan terhadap banjir. 2. Kriteria dari letak lokasi Kriteria dari letak lokasinya seperti lokasi pemukiman kumuh berada di lokasi sangat strategis dalam mendukung fungsi kota yang direncanakan sebagai bangunan komersial, lokasi pemukiman kumuh yang kurang strategis mendukung fungsi kota yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat kota dan lingkungan pemukiman kumuh yang terletak di loksi berbahaya menurut rencana induk kota areal diperuntukkan bagi jalur pengaman seperti bantaran sungai, jalan kereta api, jalur listrik tegangan tinggi . 3. Kriteria berdasarkan jenis dan aktifitas pekerjaan penduduk permukiman kumuh Jenis dan aktifitas pekerjaan pemukiman kumuh dilakukan umumnya tidak terorganisir, tidak menentu jumlah jam kerjanya, tidak ada perlindungan/ peraturan dari pemerintah, jenis usaha umumnya berskala kecil yang sangat tergantung pada teknologi sederhana, usaha merupakan milik keluarga, lokasi umumnya bersifat sementara yang menyatu dengan tempat tinggal, kualifikasi/ keterampilan diperoleh di luar pendidikan formal dan dalam pelaksanaan usaha belum menggunakan sistem manajemen.

Untuk hidup dan tinggal di permukiman kumuh ini tidak mudah, manusia dapat melangsungkan kehidupannya karena memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Ia tidak hanya mengandalkan kemampuan jasmani tetapi lebih dari itu, mengendalikan budayanya. Seperti konsep yang dikemukakan oleh Hobel, bahwa sumber daya hidup yang tersedia untuk manusia tergantung tiga faktor yaitu : lingkungan, kebudayaan dan manusia itu sendiri (Hobel,hal:177) Ketiga faktor ini penting untuk melihat bagaimana manusia yang hidup di permukiman kumuh dapat beradaptasi dengan lingkungan sesuai dengan kemampuan budayanya. Kebudayaan disini berarti perwujudan tanggapan manusia secara aktif terhadap lingkungan dan tantangan (Budi Santoso: 14). Pola adaptasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada semua unsur kebudayaan mencakup (Koentjaraningrat, hal: 219) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahasa Sistem Teknologi Sistem mata pencarian hidup atau ekonomi Organisasi sosial Sistem pengetahuan Religi Kesenian

Dalam proses adaptasi antara penghuni permukiman kumuh dan lingkungannya terdapat suatu interaksi sosial agar apa yang dimaksudkan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Interaksi sosial itu sendiri adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok dengan individu, antar kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial.

Proses interaksi adalah sistem keseimbangan. Semua unsur dalam keadaan seimbang. Interaksi adalah gambaran tentang proses berhubungan yang saling pengaruhmempengaruhi dalam pikiran dan tindakan dalam masyarakat. Gillin mengartikan bahwa interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial dimana menyangkut hubungan antar individu, individu dan kelompok atau antar kelompok. Menurut Charles P. Loomis sebuah hubungan bisa disebut interaksi jika memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1. Jumlah pelakunya dua orang atau lebih 2. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambanglambang. 3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. 4. Adanya tujuan yang hendak dicapai. Interaksi sosial tidak mungkin terrjadi jika tidak memenuhi dua syarat. Dua syarat agar interaksi sosiala dapat terjadi, yaitu: 1. Kontak. Kontak adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung antara satu pihak dengan pihak lainnya. 2. Komunikasi. Komunikasi adalah persamaan pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap suatu hal. Artinya terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak tubuh atau sikap (Soekanto, 2002:67). Interaksi yang terus berlangsung menyebabkan adanya suatu hubungan sosial yang timbul karena adanya pemahaman secara subyektif terhadap suatu tindakan. Analisis penelitian ini akan menggunakan pendekatan teori fenomenologi (Phenomenological Sociology). Teori fenomenologi hendak menerangkan bagaimana kehidupan masyarakat itu dapat terbentuk. Kaum fenomenologi memandang tingkah laku manusia apa yang mereka katakaa dan mereka perbuat sebagai hasil dari bagaimana

mereka menafsirkan (memahami) dunianya. Untuk melakukan ini menuntut apa yang oleh Weber disebut Verstehen, pemahaman yang empatik (pemihakan, sikap yang tidak jatuh pada simpati atau antipasti, atau kemampuan menyerap dan mengungkapkan lagi perasaan-perasaan, motif-motif, dan pemikiran yang ada dibalik tindakan-tindakan orang lain. Untuk menangkap makna-makna dari tingkah laku manusia, kaum fenomenologi berusaha memandang sesuatu dari sudut pandang orang itu sendiri (tingkah laku orang lain ridak diartikan menurut sudut pandangnya sendiri yang bisa-bisa berkesan subyektif). (Robert Bogdan, 1993). Istilah fenomenologi digunakan untuk menandai suatu metode filsafat yang ditentukan oleh Edmund Husserl, teori fenomenologi sangat memusatkan perhatian pada soal kesadaran. Bagi Husserl, kesadaran tadi selalu merupakan kesadaran akan suatu hal, oleh karena itu kesadaran ini mempunyai dua aspek yang saling melengkapi, yaitu proses sabar dan objek dari kesadaran itu sendiri. Implikasi dari kesadaran tersebut sangat erat kaitannya dengan maksud orangnya. Dengan hadirnya maksud dalam kesadaran, maka kesadaran selalu memberikan makna terhadap objek yang dihadapi. Dapat disimpulkan bahwa, selain terdapat dalam kesadaran juga diarahkan pada tindakan. Dalam interaksi sosial, manusia menanggapi tindakan orang lain tidak atas dasar tindakan itu sendiri melainkan berdasarkan maksud dari tindakan tersebut (Dadang H.P, 2009) Alferd Schutz sebagai salah satu seorang tokoh teori ini yang bertolak dari pandangan Weber. Menurut Alferd Schutz, tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti. (George Ritzer,1980)

Pemahaman secara subjektif terhadap sesuatu tindakan sangat menentukan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor yang memberikan arti terhadap tindakan sendiri maupun bagi pihak lain yang akan menerjemahkan dan memahaminya serta akan bereaksi atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh aktor. Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada satu pihak dari subyektifitas yang disebutnya: antar subyektifitas. Konsep ini menunjuk kepada pemisahan keadaan subyektif atau secara sederhana menunjuk kepada dimensi dari kesadaran umum ke kesadaran khusus kelompok sosial yang sedang saling berintegrasi. Intersubyektifitas yang memungkinkan pergaulan sosial itu terjadi, tergantung pada pengetahuan tentang peranan masing-masing yang diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi. Konsep intersubyektifitas mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompok-kelompok sosial saling menginterpretasikan tindakannya masing-masing dan pengalaman mereka juga diperoleh melalui cara yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara individual. Faktor saling memahami satu sama lain baik antar individu maupun antar kelompok ini diperlukan untuk terciptanya kerjasama di hampir semua organisasi sosial, (George Ritzer,1980) Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan utnuk terjadinya saling bertindak atau berinteraksi dan saling memahami antar sesama manusia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan masing-masing baik antar individu maupun antar kelompok. (George Ritzer,1980) Ada empat unsur pokok dari teori ini:

1. Perhatian terhadap aktor Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh subyektifitas yang menjadi sumber penyimpangan, bias dan ketidaktepatan informasi, sehingga diperlukan pengamatan sistematis yang dikendalikan oleh aturan yang ketat baik prosedur maupun tekniknyauntuk menjamin keabsahan data yang diperoleh. 2. Memusatkan perhatian kepada kenyataan yang penting atau yang pokok dan kepada sikap yang wajar atau alamiah (natural attitude). Alasannya adalah bahwa tidak keseluruhan gajala kehidupan sosial mampu diamati. 3. Menusatkan perhatian kepada masalah mikro. Maksudnya, mempelajari proses pembentukan dan pemeliharan hubungan sosial pada tingkat interaksi tatap muka untuk memanhaminya dalam hubungannya dengan situasi tertentu. 4. Memperlihatkan pertumbuhan, perubahan dan proses tindakan. Berusaha memahami bagaimana keteraturan dalam masyarakat diciptakan dan dipelihara dalam pergaulan sehari-hari. Teori ini jelas bukan bermaksud mempelajari fakta sosial secara langsung. Tetapi proses terbentuknya fakta sosial itulah yang menjadi pusat perhatiannya. Fenomenologi mempelajari bagaimana individu ikut serta dalam proses pembentukan dan pemeliharaan fakta sosial yang memaksa mereka itu. Pada penelitian ini, teori fenomenologi banyak memberikan gambaran terhadap penelitian mengenai Masyarakat Permukiman Kumuh di Bantaran Sungai Aur Kelurahan 9/10 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I. Sebuah hunian di bantaran sungai tumbuh dan berkembang karena adanya interaksi, dalam suatu proses terbentuknya hubungan-hubungan sosial yang timbul karena adanya kesadaran. Fungsi sungai yang banyak manfaat serta terbatasnya lahan di perkotaan menyebabkan penduduk asli maupun pendatang mendorong masyarakat untuk mendirikan rumah di bantaran sungai. Faktor pendorong lain yaitu penggunaan air sungai untuk keperluan hidup seharihari, dari mencuci, mandi dan sering juga sebagai sumber air minum dan masak. Dari proses inilah terbentuk suatu kehidupan sosial antar sesama penghuni permukiman kumuh dan lingkungan di luar mereka.

Teori fenomenologi dapat diartikan sebuah proses terbentuknya suatu tindakan yang lebih menekankan kepada kesadaran akan apa yang dilakukan oleh individu iitu sendiri atau kelompok untuk mencapai tu sendiri atau kelompok untuk mencapai tujuan. Oleh karenanya kehidupan masyarakat permukiman kumuh ini dapat dipahami dengan melihat dunia makna yang tersimpan dalam diri orang-orang yang terlibat didalamnya yang dilihat pada fokus alasan-alasan (reasons) yang tersembunyi dibalik tindakan mereka. Artinya kajian mengenai kehidupannya tersebut dipahami dan dideskripsikan bukan menurut tafsiran dan konsep yang dibangun peneliti, akan tetapi masyarakat permukiman kumuh yang member makna tentang kehidupan yang mereka jalani. Dalam penelitian ini fenomenologi digunakan sebagai batasan konsep dalam menjelaskan proses terbentuknya suatu kehidupan sosial masyarakat permukiman kumuh, yang dipusatkan pada faktor lingkungan sosial budayanya, yaitu: mata pencaharian atau ekonomi, pendidikan, dan kepemilikan bangunan atau rumah. Teori ini sebagai pedoman untuk menjelaskan tingkah laku aktor (masyarakat) dalam membentuk lingkungan melalui sudut pandang aktor itu sendiri, artinya pada akhirnya penelitian ini merupakan penjelasan dari rangkaian kegiatan yang dilakukan sang aktor.

Alur Kerangka Pemikiran

Masyarakat Permukiman Kumuh

Interaksi Sosial

Adaptasi Sosial

Teori Fenomenologi (phenomenological sociologi) Alfred Schutz

Struktur Sosial (Mata pencaharian, Pendidikan dan Kepemilikan Bangunan)

Proses terbentuknya tindakan sosial Melalui kesadaran individu untuk mencapai tujuan

Keterangan : : Struktur berpikir/ sistematika berpikir. : Batasan ruang lingkup kajian