kerangka kerja safeguard lingkungan dan ... - indonesian.pdfdan harus mengiku kebijakan operasional...

82
KERANGKA KERJA SAFEGUARD LINGKUNGAN DAN SOSIAL (ESSF) PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG CORAL TRIANGLE INITIATIVE (COREMAP - CTI) Fase Restrukturisasi 5 Juni 2017

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KERANGKA KERJA SAFEGUARD

    LINGKUNGAN DAN SOSIAL(ESSF)

    PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN

    TERUMBU KARANG

    CORAL TRIANGLE INITIATIVE

    (COREMAP - CTI)

    Fase Restrukturisasi

    5 Juni 2017

  • KERANGKA KERJA SAFEGUARD

    LINGKUNGAN DAN SOSIAL

    (ESSF)

    PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN

    TERUMBU KARANG

    CORAL TRIANGLE INITIATIVE

    (COREMAP - CTI)

    Fase Restrukturisasi

    5 Juni 2017

    Tim Penyusun

    Priti Swasti

    Irfan Kampono

    Endang Mardiana

    M. Afandi Juluhun

    Editor

    Susetiono

  • KERANGKA KERJA SAFEGUARD

    LINGKUNGAN DAN SOSIAL

    (ESSF)

    PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN

    TERUMBU KARANG

    CORAL TRIANGLE INITIATIVE

    (COREMAP - CTI)

    Fase Restrukturisasi

    5 Juni 2017

    Tim Penyusun

    Priti Swasti

    Irfan Kampono

    Endang Mardiana

    M. Afandi Juluhun

    Editor

    Susetiono

  • Da�ar singkatan:AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment)ADB Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) BNSP Badan Nasional Ser�fikasi Profesi (Na�onal Agency for Professional Cer�fica�on)BPN Badan Nasional Pertanahan (Na�onal Land Agency)CCRES Capturing Coral Reef and Related Ecosystems ProjectCOREMAP-CTI Coral Reef Rehabilita�on and Management Program – Coral Triangle Ini�a�veCRITC Coral Reef Informa�on and Training CenterDIPA Da�ar Isian Pelaksanaan Anggaran (Budget Implementa�on List)EA Environmental Assessment EIA Environmental Impact Assessment EMF Environmental Management Framework EMP Environmental Management PlanESSF The Environmental and Social Safeguard Framework GEF Global Environmental FundGOI the Government of Indonesia IP Indigenous PeoplesIPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment Plant)IPLT Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (Sewerage Treatment Plant)IPPF Indigenous Peoples Planning Framework KEPDIRJEN Keputusan Direktorat Jendral (Directorate General Decree)KEPMEN Keputusan Menteri (Ministry Decree)LARAP Land Acquisi�on and Rese�lement Ac�on PlanLARPF Land Acquisi�on and Rese�lement Policy Framework LH Lingkungan Hidup (Environment)LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Indonesian Ins�tute of Sciences)LSP Lembaga Ser�fikasi Profesi (Professional Cer�fica�on Agency)MarBEST Regional Training and Research Centre on Marine Biodiversity and Ecosystem HealthMCA Marine Conserva�on AreaMCS Monitoring, Control and SurveillanceMMAF Ministry of Marine Affairs and Fisheries (Kemeterian Kelautan dan Perikanan)MONEV Monitoring and Evalua�on NGO Non Governmental Organiza�onNH Natural HabitatsOP Opera�onal Policies PAP Project-Affected Persons PERMEN Peraturan Menteri (Ministry Regula�on)PERPRES Peraturan Presiden (Presiden�al Decree)PIU Project Implemen�ng Unit PMU Project Management UnitPP Peraturan Pemerintah (Government Regula�on)PRA Par�cipatory Rural AppraisalRP Restructuring PaperSA Social AssessmentSAP Suaka Alam Perairan (Marine Nature Reserve)SPPL Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (Statement Le�er of Ability in Environmental Management and Monitoring)TF Task Force TNP Taman Nasional Perairan (Marine Na�onal Park)TWP Taman Wisata Perairan (Marine Tourism Park)UKL/UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan (Environmental Management Plan)UU Undang-undang (Law)WB the World Bank

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    1. Pendahuluan

    Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang - Coral Triangle Ini�a�ve (COREMAP - CTI), yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia (yaitu pada awalnya oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Dirjen KP3K-KKP) dan mendapatkan pendanaan dari Bank Dunia (WB), merupakan kelanjutan dari COREMAP Fase-2. Belakangan COREMAP - CTI mengalami restrukturisasi yang melipu� penyederhanaan dan perampingan kegiatan seiring dengan pengunduran diri KKP sebagai Lembaga Pelaksana (Execu�ng Agency). Dalam restrukturisasi ini peran Execu�ng Agency berpindah ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dimana LIPI dianggap mampu melaksakannya sampai pada akhir proyek, sebagai respons dari pengunduran diri KKP.

    Restrukturisasi COREMAP-CTI bertujuan untuk penguatan kapasitas lembaga dalam melakukan melakukan pemantauan dan peneli�an ekosistem pesisir guna menghasilkan informasi terkait dengan pengelolaan sumberdaya yang berdasarkan kondisi riil. Restrukturisasi proyek ini bertujuan untuk mengurangi risiko potensial yang �mbul pada lingkungan dan sosial ke�ka pelaksanaannya.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat empat komponen proyek yang baru, yaitu:1). Penguatan Kelembagaan dalam Pemantauan Ekosistem Pesisir;2). Dukungan untuk Riset Ekosistem Pesisir Berbasis Kebutuhan Stakeholder;3). Penguatan Sistem Kelembagaan untuk Pemantauan dan Peneli�an Ekosistem

    Pesisir; dan4). Pengelolaan Proyek.

    Kerangka Kerja Safeguard Lingkungan dan Sosial (The Environmental and Social Safeguard Framework - ESSF) telah disiapkan merupakan prosedur yang diperlukan oleh COREMAP - CTI guna meminimalkan sekecil mungkin dampak lingkungan dan sosial yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan proyek dan subproyeknya.

    ESSF ini mencakup semua kegiatan yang telah dituangkan dalam restrukturisasi, termasuk 11 lokasi di Indonesia bagian barat yang semula merupakan lokasi COREMAP - CTI ADB, seper� telah diketahui bahwa LIPI telah melakukan kegiatan pemantauan serupa di bawah proyek COREMAP - CTI WB. LIPI pernah menjadi pelaksana proyek tersebut dan telah terbiasa dengan kebijakan dan persyaratan pengamanan (safeguard) terhadap proyek dari Bank Dunia.

    1 2

  • Da�ar singkatan:AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment)ADB Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) BNSP Badan Nasional Ser�fikasi Profesi (Na�onal Agency for Professional Cer�fica�on)BPN Badan Nasional Pertanahan (Na�onal Land Agency)CCRES Capturing Coral Reef and Related Ecosystems ProjectCOREMAP-CTI Coral Reef Rehabilita�on and Management Program – Coral Triangle Ini�a�veCRITC Coral Reef Informa�on and Training CenterDIPA Da�ar Isian Pelaksanaan Anggaran (Budget Implementa�on List)EA Environmental Assessment EIA Environmental Impact Assessment EMF Environmental Management Framework EMP Environmental Management PlanESSF The Environmental and Social Safeguard Framework GEF Global Environmental FundGOI the Government of Indonesia IP Indigenous PeoplesIPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment Plant)IPLT Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (Sewerage Treatment Plant)IPPF Indigenous Peoples Planning Framework KEPDIRJEN Keputusan Direktorat Jendral (Directorate General Decree)KEPMEN Keputusan Menteri (Ministry Decree)LARAP Land Acquisi�on and Rese�lement Ac�on PlanLARPF Land Acquisi�on and Rese�lement Policy Framework LH Lingkungan Hidup (Environment)LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Indonesian Ins�tute of Sciences)LSP Lembaga Ser�fikasi Profesi (Professional Cer�fica�on Agency)MarBEST Regional Training and Research Centre on Marine Biodiversity and Ecosystem HealthMCA Marine Conserva�on AreaMCS Monitoring, Control and SurveillanceMMAF Ministry of Marine Affairs and Fisheries (Kemeterian Kelautan dan Perikanan)MONEV Monitoring and Evalua�on NGO Non Governmental Organiza�onNH Natural HabitatsOP Opera�onal Policies PAP Project-Affected Persons PERMEN Peraturan Menteri (Ministry Regula�on)PERPRES Peraturan Presiden (Presiden�al Decree)PIU Project Implemen�ng Unit PMU Project Management UnitPP Peraturan Pemerintah (Government Regula�on)PRA Par�cipatory Rural AppraisalRP Restructuring PaperSA Social AssessmentSAP Suaka Alam Perairan (Marine Nature Reserve)SPPL Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (Statement Le�er of Ability in Environmental Management and Monitoring)TF Task Force TNP Taman Nasional Perairan (Marine Na�onal Park)TWP Taman Wisata Perairan (Marine Tourism Park)UKL/UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan (Environmental Management Plan)UU Undang-undang (Law)WB the World Bank

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    1. Pendahuluan

    Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang - Coral Triangle Ini�a�ve (COREMAP - CTI), yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia (yaitu pada awalnya oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Dirjen KP3K-KKP) dan mendapatkan pendanaan dari Bank Dunia (WB), merupakan kelanjutan dari COREMAP Fase-2. Belakangan COREMAP - CTI mengalami restrukturisasi yang melipu� penyederhanaan dan perampingan kegiatan seiring dengan pengunduran diri KKP sebagai Lembaga Pelaksana (Execu�ng Agency). Dalam restrukturisasi ini peran Execu�ng Agency berpindah ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dimana LIPI dianggap mampu melaksakannya sampai pada akhir proyek, sebagai respons dari pengunduran diri KKP.

    Restrukturisasi COREMAP-CTI bertujuan untuk penguatan kapasitas lembaga dalam melakukan melakukan pemantauan dan peneli�an ekosistem pesisir guna menghasilkan informasi terkait dengan pengelolaan sumberdaya yang berdasarkan kondisi riil. Restrukturisasi proyek ini bertujuan untuk mengurangi risiko potensial yang �mbul pada lingkungan dan sosial ke�ka pelaksanaannya.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat empat komponen proyek yang baru, yaitu:1). Penguatan Kelembagaan dalam Pemantauan Ekosistem Pesisir;2). Dukungan untuk Riset Ekosistem Pesisir Berbasis Kebutuhan Stakeholder;3). Penguatan Sistem Kelembagaan untuk Pemantauan dan Peneli�an Ekosistem

    Pesisir; dan4). Pengelolaan Proyek.

    Kerangka Kerja Safeguard Lingkungan dan Sosial (The Environmental and Social Safeguard Framework - ESSF) telah disiapkan merupakan prosedur yang diperlukan oleh COREMAP - CTI guna meminimalkan sekecil mungkin dampak lingkungan dan sosial yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan proyek dan subproyeknya.

    ESSF ini mencakup semua kegiatan yang telah dituangkan dalam restrukturisasi, termasuk 11 lokasi di Indonesia bagian barat yang semula merupakan lokasi COREMAP - CTI ADB, seper� telah diketahui bahwa LIPI telah melakukan kegiatan pemantauan serupa di bawah proyek COREMAP - CTI WB. LIPI pernah menjadi pelaksana proyek tersebut dan telah terbiasa dengan kebijakan dan persyaratan pengamanan (safeguard) terhadap proyek dari Bank Dunia.

    1 2

  • 3. Implementasi Aturan dan Mekanisme Penanganan Keluhan

    3.1. Implementasi Aturan ESSF COREMAP CTI.

    Implementasi aturan ESSF COREMAP-CTI dibuat guna memas�kan bahwa semua penanggungjawab memahami tanggung jawabnya pada proses skrining safeguard ESSF serta menyiapkan instrumen yang relevan untuk mengurangi dampak.

    Semua kegiatan / subproyek yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dan sosial harus mengiku� panduan ESSF. Setelah dampak diiden�fikasi, rencana �ndakan yang relevan harus disiapkan.

    Segala biaya yang �mbul karena pelaksanaan ESSF harus menjadi beban anggaran COREMAP-CTI.

    PMU bertanggung jawab atas evaluasi dokumen safeguard. PMU harus memiliki unit safeguard lingkungan dan sosial yang bertanggung mengevaluasi dokumen ESSF untuk kegiatan / sub proyek yang telah direncanakan, dan memas�kan bahwa kegiatan proyek yang dilaksanakan memiliki dokumen safeguard yang tepat.

    Selain itu, unit safeguard PMU bertanggung jawab untuk memantau dan mengevaluasi, melaporkan, dan mendokumentasikan pelaksanaan ESSF, serta penyelesaian masalah. Laporan Safeguard merupakan bagian dari laporan kemajuan COREMAP-CTI.

    Bekerja sama dengan PMU, �m safeguard Bank Dunia akan memeriksa dokumentasi safeguard. Bank Dunia akan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan ESSF pada kegiatan / subproyek yang dilaksanakan.

    2. Mekanisme Penanganan Keluhan

    Prosedur pengaduan akan dilaksanakan secara wajar, misalnya waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi keluhan, dan akan diberikan secara gra�s bagi orang atau masyarakat yang terdampak.

    Mekanisme gan� rugi akan menggunakan semua mekanisme yang tersedia di PIU. Namun, bila diperlukan mekanisme tersebut dapat ditempuh dengan dua cara.

    Cara pertama, keluhan disampaikan kepada petugas lapangan yang mempunyai peran mencarikan solusi, mendokumentasikannya, dan melaporkannya ke PIU. PIU harus mampu menyelesaikan masalah tersebut sebelum dilanjutkan ke PMU. Namun, dimungkinkan akan terjadi eskalasi dan perluasan masalah pengaduan di PIU �ngkat kabupaten sebagai akibat

    COREMAP - CTI yang telah direstrukturisasi tetap diklasifikasikan sebagai proyek Kategory B dan harus mengiku� Kebijakan Operasional (Opera�onal Policies - OP) dari Bank Dunia, yang terkait dengan:

    1. OP 4.01 Kajian Lingkungan (Environmental Assessment - EA)2. OP 4.04 Habitat Alami (Natural Habitats - NH)3. OP 4.10 Masyarakat Adat (Indigenous People - IP)4. OP 4.12 Pemindahan Secara Paksa (Involuntary Rese�lement - IR)

    2. Kerangka Kerja Safeguard Lingkungan dan Sosial (ESSF)

    ESSF terdiri dari serangkaian kerangka kerja safeguard lingkungan dan sosial yang berlaku untuk semua kegiatan / subproyek yang telah diusulkan dan direncanakan dalam COREMAP - CTI. Kerangka kerja ini terdiri dari dua proses utama, yaitu (1) skrining lingkungan dan sosial, dan (2) penyiapan instrumen safeguard lingkungan dan sosial (EMP, LARAP, dan IPP) dengan mengiku� pedoman dalam Kerangka Kerja.

    Semua kegiatan / subproyek yang telah diusulkan dan direncanakan akan melaksanakan skrining lingkungan dan sosial, yang melipu�:

    1. Skrining terhadap da�ar nega�f. LIPI harus menetapkan kegiatan-kegiatan yang �dak akan dibiayai oleh dana COREMAP - CTI.

    2. Skrining terhadap da�ar centang (checklist) safeguard lingkungan dan sosial. Kerangka kerja ini menyiapkan secara rinci da�ar centang guna memandu unit pelaksana dalam mengiden�fikasi rencana aksi yang tepat untuk dikembangkan.

    Proses skrining dilakukan oleh Unit Pelaksana Proyek (Project Implemen�ng Unit - PIU), dalam hal ini adalah LIPI

    Jika kegiatan yang diusulkan lolos dari skrining Da�ar Nega�f, proses skrining kedua adalah da�ar centang safeguard lingkungan dan sosial. Da�ar centang ini merupakan alat bantu bagi PMU/PIU untuk mengenali resiko yang potensial dari kegiatan / sub-project yang telah direncanakan bagi lingkungan, keberadaan masyarakat adat, dan berbagai pembebasan lahan.

    Bila jawaban terhadap berbagai pertanyaan dalam da�ar centang adalah “Ya”, maka panduan ESSF harus diiku� selama berlangsungnya proyek / kegiatan.

    Panduan ESSF melipu�:1. Kerangka Kerja untuk Pengelolaan Lingkungan (EMF)2. Kerangka Kerja untuk Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali

    (LARPF).3. Kerangka Kerja untuk Masyarakat Adat (IPPF).

    3 4

  • 3. Implementasi Aturan dan Mekanisme Penanganan Keluhan

    3.1. Implementasi Aturan ESSF COREMAP CTI.

    Implementasi aturan ESSF COREMAP-CTI dibuat guna memas�kan bahwa semua penanggungjawab memahami tanggung jawabnya pada proses skrining safeguard ESSF serta menyiapkan instrumen yang relevan untuk mengurangi dampak.

    Semua kegiatan / subproyek yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dan sosial harus mengiku� panduan ESSF. Setelah dampak diiden�fikasi, rencana �ndakan yang relevan harus disiapkan.

    Segala biaya yang �mbul karena pelaksanaan ESSF harus menjadi beban anggaran COREMAP-CTI.

    PMU bertanggung jawab atas evaluasi dokumen safeguard. PMU harus memiliki unit safeguard lingkungan dan sosial yang bertanggung mengevaluasi dokumen ESSF untuk kegiatan / sub proyek yang telah direncanakan, dan memas�kan bahwa kegiatan proyek yang dilaksanakan memiliki dokumen safeguard yang tepat.

    Selain itu, unit safeguard PMU bertanggung jawab untuk memantau dan mengevaluasi, melaporkan, dan mendokumentasikan pelaksanaan ESSF, serta penyelesaian masalah. Laporan Safeguard merupakan bagian dari laporan kemajuan COREMAP-CTI.

    Bekerja sama dengan PMU, �m safeguard Bank Dunia akan memeriksa dokumentasi safeguard. Bank Dunia akan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan ESSF pada kegiatan / subproyek yang dilaksanakan.

    2. Mekanisme Penanganan Keluhan

    Prosedur pengaduan akan dilaksanakan secara wajar, misalnya waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi keluhan, dan akan diberikan secara gra�s bagi orang atau masyarakat yang terdampak.

    Mekanisme gan� rugi akan menggunakan semua mekanisme yang tersedia di PIU. Namun, bila diperlukan mekanisme tersebut dapat ditempuh dengan dua cara.

    Cara pertama, keluhan disampaikan kepada petugas lapangan yang mempunyai peran mencarikan solusi, mendokumentasikannya, dan melaporkannya ke PIU. PIU harus mampu menyelesaikan masalah tersebut sebelum dilanjutkan ke PMU. Namun, dimungkinkan akan terjadi eskalasi dan perluasan masalah pengaduan di PIU �ngkat kabupaten sebagai akibat

    COREMAP - CTI yang telah direstrukturisasi tetap diklasifikasikan sebagai proyek Kategory B dan harus mengiku� Kebijakan Operasional (Opera�onal Policies - OP) dari Bank Dunia, yang terkait dengan:

    1. OP 4.01 Kajian Lingkungan (Environmental Assessment - EA)2. OP 4.04 Habitat Alami (Natural Habitats - NH)3. OP 4.10 Masyarakat Adat (Indigenous People - IP)4. OP 4.12 Pemindahan Secara Paksa (Involuntary Rese�lement - IR)

    2. Kerangka Kerja Safeguard Lingkungan dan Sosial (ESSF)

    ESSF terdiri dari serangkaian kerangka kerja safeguard lingkungan dan sosial yang berlaku untuk semua kegiatan / subproyek yang telah diusulkan dan direncanakan dalam COREMAP - CTI. Kerangka kerja ini terdiri dari dua proses utama, yaitu (1) skrining lingkungan dan sosial, dan (2) penyiapan instrumen safeguard lingkungan dan sosial (EMP, LARAP, dan IPP) dengan mengiku� pedoman dalam Kerangka Kerja.

    Semua kegiatan / subproyek yang telah diusulkan dan direncanakan akan melaksanakan skrining lingkungan dan sosial, yang melipu�:

    1. Skrining terhadap da�ar nega�f. LIPI harus menetapkan kegiatan-kegiatan yang �dak akan dibiayai oleh dana COREMAP - CTI.

    2. Skrining terhadap da�ar centang (checklist) safeguard lingkungan dan sosial. Kerangka kerja ini menyiapkan secara rinci da�ar centang guna memandu unit pelaksana dalam mengiden�fikasi rencana aksi yang tepat untuk dikembangkan.

    Proses skrining dilakukan oleh Unit Pelaksana Proyek (Project Implemen�ng Unit - PIU), dalam hal ini adalah LIPI

    Jika kegiatan yang diusulkan lolos dari skrining Da�ar Nega�f, proses skrining kedua adalah da�ar centang safeguard lingkungan dan sosial. Da�ar centang ini merupakan alat bantu bagi PMU/PIU untuk mengenali resiko yang potensial dari kegiatan / sub-project yang telah direncanakan bagi lingkungan, keberadaan masyarakat adat, dan berbagai pembebasan lahan.

    Bila jawaban terhadap berbagai pertanyaan dalam da�ar centang adalah “Ya”, maka panduan ESSF harus diiku� selama berlangsungnya proyek / kegiatan.

    Panduan ESSF melipu�:1. Kerangka Kerja untuk Pengelolaan Lingkungan (EMF)2. Kerangka Kerja untuk Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali

    (LARPF).3. Kerangka Kerja untuk Masyarakat Adat (IPPF).

    3 4

  • 5. Peningkatan Kemampuan

    Guna melengkapi kemampuan yang telah tersedia dan mengatasi kesenjangan dalam pengelolaan safeguard lingkungan dan sosial, maka perlu menentukan batasan kemampuan dalam melaksanakan dan memantau safeguard lingkungan dan sosial sebagaimana ditetapkan dalam dokumen proyek.

    COREMAP - CTI akan melakukan penilaian kemampuan dan merencanakan pela�han ESSF bagi unit pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pemantauan safeguard.

    Untuk mengelola safeguard lingkungan yang efek�f, PMU memerlukan dukungan dari �ga hal utama: 1. Staf dan sumber daya yang berdedikasi; 2. Bantuan teknis; 3. Pela�han dan kepedulian.

    Peningkatan kemampuan untuk implementasi safeguard harus mencakup: (i) strategi pengembangan kelembagaan dan kerangka kerja organisasi untuk mengelola kawasan yang terdampak dan kegiatan proyek; (ii) lokakarya dan program pela�han untuk membangun kemampuan dari staf yang terlibat, masyarakat dan lembaga lainnya.

    Bank Dunia akan memantau dan memberikan bimbingan pada pelaksanaan program peningkatan kemampuan. Bank Dunia juga akan memberikan bantuan peningkatan kemampuan terhadap implementasi rencana kerja safeguard yang telah disetujui.

    6. Dokumentasi dan Keterbukaan Informasi

    PMU / PIU harus membuat dokumentasi ESSF yang baik dan dapat diandalkan, serta menyediakan akses informasi yang terkait dengan EMP untuk masyarakat setempat, misalnya mi�gasi dampak sosial dan lingkungan. Dokumen ESSF (baik dalam bahasa Indonesia dan Inggris) dan rencana �ndakan apapun (LARAP, EMP dan IPP) akan dipublikasikan secara elektronik di situs web Bank Dunia dan situs web proyek. Selain informasi berbasis situs web, rencana aksi juga akan disebar-luaskan pada tempat-tempat yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat yang mungkin akan terdampak.

    Konsultasi pemangku kepen�ngan (stakeholder) untuk finalisasi dokumen ESSF COREMAP-CTI sebelum restrukturisasi telah dilakukan di Sorong pada 2 - 3 Juli 2013 dan di Makassar pada 5 - 6 Juli 2013. Proses konsultasi dihadiri oleh stakeholder dan peserta dari lokasi COREMAP. Komentar dan masukan dari para peserta telah ditampung dalam Dokumen Final ESSF. Dokumen Final ESSF ini telah diunggah dalam website KKP dan LIPI dalam versi Bahasa Indonesia serta versi Bahasa Inggris dalam InfoShop Bank Dunia di tahun 2013.

    dari konflik kepen�ngan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka PMU disarankan mempunyai spesialis komunikasi yang berperan sebagai juru bicara dan pengelola keluhan proyek.

    Cara kedua, adalah menyediakan nomor telefon “hotline” dimana seseorang dapat menelfon dan melaporkan keluhannya dengan menggunakan nomor “hotline” tersebut. Cara ini akan melibatkan PMU secara langsung pada se�ap keluhan. PMU akan memeriksa kembali keluhan tersebut sesuai dengan fakta yang aktual dan logis sebelum mengambil �ndakan untuk menanggapi keluhan dan membuat solusi.

    Pada mekanisme tersebut, PMU akan mempunyai unit yang menangani keluhan dan ber�ndak yang sesuai serta tepat waktu. Unit keluhan ini bertanggung jawab atas penyelesaian masalah, dokumentasi, dan pencatatan semua proses pengaduan mulai dari penerimaan, penerusan, tanggapan, dan penutupan pengaduan. Selanjutnya, PMU dapat mengetahui dan melacak semua keluhan serta membuat solusi yang efek�f.

    4. Pengawasan, Pemantauan dan Evaluasi

    Pengawasan, pemantauan dan evaluasi akan dilakukan oleh berbagai �ngkatan organisasi COREMAP - CTI, seper�:

    1. Unit Pelaksana Proyek (PI) 2. Kantor Pengelola Proyek (PMU) 3. Bank Dunia 4. Ins�tusi independen

    PIU bertugas mengawasi dan memantau dan mengevaluasi ESSF dari kegiatan / subproyek yang dilakukan oleh pelaksana.

    PMU akan melakukan pengawasan dan pemantauan secara reguler atas kinerja safeguard dan pelaporan temuan secara berkala yang merupakan bagian dari laporan kemajuan proyek COREMAP - CTI kepada Bank Dunia. PMU juga akan melakukan evaluasi paska implementasi terhadap pelaksanaan safeguard pada subproyek sekitar satu tahun setelah selesainya suatu subproyek, yang bertujuan untuk memas�kan apakah tujuan penerapan safeguard telah tercapai.

    Bank Dunia akan melakukan pengawasan ru�n untuk memeriksa pelaksanaan safeguard dan untuk memberikan rekomendasi kepada PMU mengenai �ndak lanjutnya, bila diperlukan.

    Ins�tusi Independen akan dipilih oleh PMU untuk melakukan pengawasan, pemantauan, pelaporan pelaksanaan ESSF termasuk peningkatan kapasitas. Anggaran untuk lembaga independen adalah termasuk dalam anggaran safeguard yang dialokasikan untuk ESSF.

    5 6

  • 5. Peningkatan Kemampuan

    Guna melengkapi kemampuan yang telah tersedia dan mengatasi kesenjangan dalam pengelolaan safeguard lingkungan dan sosial, maka perlu menentukan batasan kemampuan dalam melaksanakan dan memantau safeguard lingkungan dan sosial sebagaimana ditetapkan dalam dokumen proyek.

    COREMAP - CTI akan melakukan penilaian kemampuan dan merencanakan pela�han ESSF bagi unit pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pemantauan safeguard.

    Untuk mengelola safeguard lingkungan yang efek�f, PMU memerlukan dukungan dari �ga hal utama: 1. Staf dan sumber daya yang berdedikasi; 2. Bantuan teknis; 3. Pela�han dan kepedulian.

    Peningkatan kemampuan untuk implementasi safeguard harus mencakup: (i) strategi pengembangan kelembagaan dan kerangka kerja organisasi untuk mengelola kawasan yang terdampak dan kegiatan proyek; (ii) lokakarya dan program pela�han untuk membangun kemampuan dari staf yang terlibat, masyarakat dan lembaga lainnya.

    Bank Dunia akan memantau dan memberikan bimbingan pada pelaksanaan program peningkatan kemampuan. Bank Dunia juga akan memberikan bantuan peningkatan kemampuan terhadap implementasi rencana kerja safeguard yang telah disetujui.

    6. Dokumentasi dan Keterbukaan Informasi

    PMU / PIU harus membuat dokumentasi ESSF yang baik dan dapat diandalkan, serta menyediakan akses informasi yang terkait dengan EMP untuk masyarakat setempat, misalnya mi�gasi dampak sosial dan lingkungan. Dokumen ESSF (baik dalam bahasa Indonesia dan Inggris) dan rencana �ndakan apapun (LARAP, EMP dan IPP) akan dipublikasikan secara elektronik di situs web Bank Dunia dan situs web proyek. Selain informasi berbasis situs web, rencana aksi juga akan disebar-luaskan pada tempat-tempat yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat yang mungkin akan terdampak.

    Konsultasi pemangku kepen�ngan (stakeholder) untuk finalisasi dokumen ESSF COREMAP-CTI sebelum restrukturisasi telah dilakukan di Sorong pada 2 - 3 Juli 2013 dan di Makassar pada 5 - 6 Juli 2013. Proses konsultasi dihadiri oleh stakeholder dan peserta dari lokasi COREMAP. Komentar dan masukan dari para peserta telah ditampung dalam Dokumen Final ESSF. Dokumen Final ESSF ini telah diunggah dalam website KKP dan LIPI dalam versi Bahasa Indonesia serta versi Bahasa Inggris dalam InfoShop Bank Dunia di tahun 2013.

    dari konflik kepen�ngan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka PMU disarankan mempunyai spesialis komunikasi yang berperan sebagai juru bicara dan pengelola keluhan proyek.

    Cara kedua, adalah menyediakan nomor telefon “hotline” dimana seseorang dapat menelfon dan melaporkan keluhannya dengan menggunakan nomor “hotline” tersebut. Cara ini akan melibatkan PMU secara langsung pada se�ap keluhan. PMU akan memeriksa kembali keluhan tersebut sesuai dengan fakta yang aktual dan logis sebelum mengambil �ndakan untuk menanggapi keluhan dan membuat solusi.

    Pada mekanisme tersebut, PMU akan mempunyai unit yang menangani keluhan dan ber�ndak yang sesuai serta tepat waktu. Unit keluhan ini bertanggung jawab atas penyelesaian masalah, dokumentasi, dan pencatatan semua proses pengaduan mulai dari penerimaan, penerusan, tanggapan, dan penutupan pengaduan. Selanjutnya, PMU dapat mengetahui dan melacak semua keluhan serta membuat solusi yang efek�f.

    4. Pengawasan, Pemantauan dan Evaluasi

    Pengawasan, pemantauan dan evaluasi akan dilakukan oleh berbagai �ngkatan organisasi COREMAP - CTI, seper�:

    1. Unit Pelaksana Proyek (PI) 2. Kantor Pengelola Proyek (PMU) 3. Bank Dunia 4. Ins�tusi independen

    PIU bertugas mengawasi dan memantau dan mengevaluasi ESSF dari kegiatan / subproyek yang dilakukan oleh pelaksana.

    PMU akan melakukan pengawasan dan pemantauan secara reguler atas kinerja safeguard dan pelaporan temuan secara berkala yang merupakan bagian dari laporan kemajuan proyek COREMAP - CTI kepada Bank Dunia. PMU juga akan melakukan evaluasi paska implementasi terhadap pelaksanaan safeguard pada subproyek sekitar satu tahun setelah selesainya suatu subproyek, yang bertujuan untuk memas�kan apakah tujuan penerapan safeguard telah tercapai.

    Bank Dunia akan melakukan pengawasan ru�n untuk memeriksa pelaksanaan safeguard dan untuk memberikan rekomendasi kepada PMU mengenai �ndak lanjutnya, bila diperlukan.

    Ins�tusi Independen akan dipilih oleh PMU untuk melakukan pengawasan, pemantauan, pelaporan pelaksanaan ESSF termasuk peningkatan kapasitas. Anggaran untuk lembaga independen adalah termasuk dalam anggaran safeguard yang dialokasikan untuk ESSF.

    5 6

  • Da�ar Isi

    Da�ar Singkatan.................................................................................................................. 1

    Ringkasan Ekseku�f ............................................................................................................ 2

    Da�ar Isi ............................................................................................................................. 8

    Pendahuluan ..................................................................................................................... 10 ESSF ........................................................................................................................ 10 Deskripsi Proyek COREMAP - CTI ............................................................................ 10 Komponen dan Sub-komponen Program COREMAP - CTI ........................................ 11 Struktur Dokumen .................................................................................................. 18

    Tinjauan Peraturan dan Kebijakan ...................................................................................... 19Undang-Undang, Peraturan dan Kebijakan yang Berhubungan dengan Safeguard Lingkungan dan Sosial ............................................................................. 19 Safeguard Lingkungan .................................................................................... 19 Safeguard Sosial ............................................................................................. 20

    Kebijakan Safeguard Lingkungan dan Sosial Bank Dunia diterapkan untuk COREMAP - CTI ............................................................................................... 21

    Kerangka Kerja Safeguard Lingkungan dan Sosial (ESSF) ..................................................... 25 Proses Skrining Sosial dan Lingkungan ...................................................................... 25 Da�ar Nega�f COREMAP - CTI ........................................................................ 25 Da�ar Centang Safeguard Lingkungan dan Sosial ........................................... 26 Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan .................................................................. 29 Penilaian Lingkungan ..................................................................................... 29 Monitoring dan Evaluasi EMP ........................................................................ 32 Kerangka Kerja Safeguard Sosial ............................................................................... 33 Kerangka Kerja untuk Pembebasan Lahan ...................................................... 33 Kerangka Kerja Perencanaan bagi Masyarakat Adat (IPPF) ............................. 33 Pengaturan untuk Implementasi ESSF COREMAP - CTI............................................. 34 Tanggung Jawab Ins�tusi ............................................................................... 35 Mekanisme Penanganan Keluhan .................................................................. 37

    Supervisi, Monitoring dan Evaluasi ..................................................................................... 38

    Dokumentasi dan Keterbukaan Informasi .......................................................................... 39

    Anggaran dan Pembiayaan ................................................................................................. 40

    Konsep dokumen ESSF terbaru untuk COREMAP - CTI yang telah direstrukturisasi akan dikonsultasikan dengan stakeholder untuk finalisasinya, dan konsep dokumen tersebut akan disebar-luaskan dalam Bahasa Indonesia di website LIPI serta dalam versi Bahasa Inggris di website Bank Dunia.

    7. Anggaran dan Pembiayaan

    COREMAP - CTI akan menyediakan anggaran dan prosedur pembiayaan untuk mempersiapkan ESSF dan kegiatan yang terkait, seper� monitoring, evaluasi, dokumentasi, diseminasi, dan peningkatan kemampuan.

    Biaya yang akan �mbul berkaitan dalam penyiapan ESSF, adalah sebagai berikut:Ÿ Penyiapan instrumen safeguard (EMP/UKL-UPL, SPPL, LARAP, IPP) pada tahap

    persiapan kegiatan/subproyek.Ÿ Peningkatan kemampuan dalam menyiapkan instrumen safeguard.Ÿ Biaya untuk implementasi dan pemantauan instrumen safeguard.Ÿ Pembentukan unit atau penunjukan orang yang menangani safeguard dan keluhan

    di PMU.

    7 8

  • Da�ar Isi

    Da�ar Singkatan.................................................................................................................. 1

    Ringkasan Ekseku�f ............................................................................................................ 2

    Da�ar Isi ............................................................................................................................. 8

    Pendahuluan ..................................................................................................................... 10 ESSF ........................................................................................................................ 10 Deskripsi Proyek COREMAP - CTI ............................................................................ 10 Komponen dan Sub-komponen Program COREMAP - CTI ........................................ 11 Struktur Dokumen .................................................................................................. 18

    Tinjauan Peraturan dan Kebijakan ...................................................................................... 19Undang-Undang, Peraturan dan Kebijakan yang Berhubungan dengan Safeguard Lingkungan dan Sosial ............................................................................. 19 Safeguard Lingkungan .................................................................................... 19 Safeguard Sosial ............................................................................................. 20

    Kebijakan Safeguard Lingkungan dan Sosial Bank Dunia diterapkan untuk COREMAP - CTI ............................................................................................... 21

    Kerangka Kerja Safeguard Lingkungan dan Sosial (ESSF) ..................................................... 25 Proses Skrining Sosial dan Lingkungan ...................................................................... 25 Da�ar Nega�f COREMAP - CTI ........................................................................ 25 Da�ar Centang Safeguard Lingkungan dan Sosial ........................................... 26 Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan .................................................................. 29 Penilaian Lingkungan ..................................................................................... 29 Monitoring dan Evaluasi EMP ........................................................................ 32 Kerangka Kerja Safeguard Sosial ............................................................................... 33 Kerangka Kerja untuk Pembebasan Lahan ...................................................... 33 Kerangka Kerja Perencanaan bagi Masyarakat Adat (IPPF) ............................. 33 Pengaturan untuk Implementasi ESSF COREMAP - CTI............................................. 34 Tanggung Jawab Ins�tusi ............................................................................... 35 Mekanisme Penanganan Keluhan .................................................................. 37

    Supervisi, Monitoring dan Evaluasi ..................................................................................... 38

    Dokumentasi dan Keterbukaan Informasi .......................................................................... 39

    Anggaran dan Pembiayaan ................................................................................................. 40

    Konsep dokumen ESSF terbaru untuk COREMAP - CTI yang telah direstrukturisasi akan dikonsultasikan dengan stakeholder untuk finalisasinya, dan konsep dokumen tersebut akan disebar-luaskan dalam Bahasa Indonesia di website LIPI serta dalam versi Bahasa Inggris di website Bank Dunia.

    7. Anggaran dan Pembiayaan

    COREMAP - CTI akan menyediakan anggaran dan prosedur pembiayaan untuk mempersiapkan ESSF dan kegiatan yang terkait, seper� monitoring, evaluasi, dokumentasi, diseminasi, dan peningkatan kemampuan.

    Biaya yang akan �mbul berkaitan dalam penyiapan ESSF, adalah sebagai berikut:Ÿ Penyiapan instrumen safeguard (EMP/UKL-UPL, SPPL, LARAP, IPP) pada tahap

    persiapan kegiatan/subproyek.Ÿ Peningkatan kemampuan dalam menyiapkan instrumen safeguard.Ÿ Biaya untuk implementasi dan pemantauan instrumen safeguard.Ÿ Pembentukan unit atau penunjukan orang yang menangani safeguard dan keluhan

    di PMU.

    7 8

  • PENDAHULUAN

    ESSFKerangka kerja safeguard lingkungan dan sosial (Environmental and Social Safeguard Framework - ESSF) adalah dibentuk untuk meminimalkan dampak lingkungan dan sosial yang mungkin terjadi karena implementasi COREMAP-CTI. Program ini diharapkan �dak menimbulkan dampak nega�f pada sosial dan lingkungan. Namun, dimungkinkan beberapa sub-komponen �dak dapat dihindari menyertakan kegiatan yang dapat memicu isu lingkungan dan sosial yang menjadi perha�an bagi Kebijakan Operasional Bank Dunia.

    ESSF disiapkan untuk memenuhi persyaratan dari COREMAP-CTI guna meminimalkan dampak lingkungan dan sosial yang mungkin �mbul akibat dari pelaksanaan proyek ini berikut sub-proyeknya. ESSF menjamin bahwa implementasi COREMAP-CTI sesuai dengan Kebijakan Operasional Bank Dunia dan peraturan Indonesia.

    ESSF menyiapkan panduan untuk memas�kan bahwa se�ap kegiatan atau sub proyek yang diusulkan / direncanakan ke�ka implementasinya �dak akan menimbulkan dampak pada lingkungan maupun sosial. Jika dampak buruk �dak dapat dihindari, maka upaya untuk meminimalkan dan mangurangi dampaknya diatur dalam kerangka kerja.

    ESSF juga memper�mbangkan kerangka pengelolaan dampak lingkungan dan sosial dari COREMAP-2 dan COREMAP-CTI sebelum direstrukturisasi. Diketahui bahwa pela�han pengelolaan safeguard yang kon�nyu kepada stakeholder lokal dan staf proyek adalah pen�ng untuk menjamin safeguard dapat dilaksanakan secara sempurna. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan selama implementasi COREMAP-CTI yang direstrukturisasi.

    Deskripsi Proyek COREMAP-CTI

    Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang - Coral Triangle Ini�a�ve (COREMAP -CTI), yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia (yaitu pada awalnya oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Dirjen KP3K-KKP) dan mendapatkan pendanaan dari Bank Dunia (WB), merupakan kelanjutan dari COREMAP Fase-2. Belakangan COREMAP-CTI mengalami restrukturisasi yang melipu� penyederhanaan dan perampingan kegiatan seiring dengan pengunduran diri KKP sebagai Lembaga Pelaksana (Execu�ng Agency). Dalam restrukturisasi ini peran Execu�ng Agency berpindah ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dimana LIPI dianggap mampu melaksakannya sampai pada akhir proyek, sebagai respons dari pengunduran diri KKP.

    Restrukturisasi tersebut mencakup perubahan pada PDO yang mencerminkan perubahan pada lingkup dan sifat proyek. PDO COREMAP-CTI sebelumnya adalah untuk melembagakan

    ANNEX A. Format EMP (UKL-UPL) (sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No 16/2012) dan Format SPPL (sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 16/2012).................................... 41

    ANNEX B. Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemindahan Pemukiman (LARPF)........................................................................................... 47 ANNEX B1. Outline Rencana Aksi Pembebasan Lahan dan Pemindahan Pemukiman (LARAP) ............................................... 55 ANNEX B2. Contoh Surat Pernyataan Sumbangan Lahan ................................ 56

    ANNEX C. Kerangka Perencanaan bagi Masyarakat Adat (IPPF) ........................................... 57

    ANNEX D. Penerapan Kode Lingkungan (ECOPs) ................................................................. 67

    ANNEX E. Prosedur atas Penemuan Asset Fisik Budaya ....................................................... 69

    APPENDIX A. Jenis Pekerjaan Umum yang Membutuhkan EMP (UKL / UPL) (sesuai dengan PERMEN No. 10 / PRT / M / 2008) ........................................... 70

    APPENDIX B. Klausul Standar untuk Pengelolaan Lingkungan selama Pembangunan ......... 75

    APPENDIX C. Standar Rencana Monitoring ......................................................................... 76

    9 10

  • PENDAHULUAN

    ESSFKerangka kerja safeguard lingkungan dan sosial (Environmental and Social Safeguard Framework - ESSF) adalah dibentuk untuk meminimalkan dampak lingkungan dan sosial yang mungkin terjadi karena implementasi COREMAP-CTI. Program ini diharapkan �dak menimbulkan dampak nega�f pada sosial dan lingkungan. Namun, dimungkinkan beberapa sub-komponen �dak dapat dihindari menyertakan kegiatan yang dapat memicu isu lingkungan dan sosial yang menjadi perha�an bagi Kebijakan Operasional Bank Dunia.

    ESSF disiapkan untuk memenuhi persyaratan dari COREMAP-CTI guna meminimalkan dampak lingkungan dan sosial yang mungkin �mbul akibat dari pelaksanaan proyek ini berikut sub-proyeknya. ESSF menjamin bahwa implementasi COREMAP-CTI sesuai dengan Kebijakan Operasional Bank Dunia dan peraturan Indonesia.

    ESSF menyiapkan panduan untuk memas�kan bahwa se�ap kegiatan atau sub proyek yang diusulkan / direncanakan ke�ka implementasinya �dak akan menimbulkan dampak pada lingkungan maupun sosial. Jika dampak buruk �dak dapat dihindari, maka upaya untuk meminimalkan dan mangurangi dampaknya diatur dalam kerangka kerja.

    ESSF juga memper�mbangkan kerangka pengelolaan dampak lingkungan dan sosial dari COREMAP-2 dan COREMAP-CTI sebelum direstrukturisasi. Diketahui bahwa pela�han pengelolaan safeguard yang kon�nyu kepada stakeholder lokal dan staf proyek adalah pen�ng untuk menjamin safeguard dapat dilaksanakan secara sempurna. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan selama implementasi COREMAP-CTI yang direstrukturisasi.

    Deskripsi Proyek COREMAP-CTI

    Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang - Coral Triangle Ini�a�ve (COREMAP -CTI), yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia (yaitu pada awalnya oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Dirjen KP3K-KKP) dan mendapatkan pendanaan dari Bank Dunia (WB), merupakan kelanjutan dari COREMAP Fase-2. Belakangan COREMAP-CTI mengalami restrukturisasi yang melipu� penyederhanaan dan perampingan kegiatan seiring dengan pengunduran diri KKP sebagai Lembaga Pelaksana (Execu�ng Agency). Dalam restrukturisasi ini peran Execu�ng Agency berpindah ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dimana LIPI dianggap mampu melaksakannya sampai pada akhir proyek, sebagai respons dari pengunduran diri KKP.

    Restrukturisasi tersebut mencakup perubahan pada PDO yang mencerminkan perubahan pada lingkup dan sifat proyek. PDO COREMAP-CTI sebelumnya adalah untuk melembagakan

    ANNEX A. Format EMP (UKL-UPL) (sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No 16/2012) dan Format SPPL (sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 16/2012).................................... 41

    ANNEX B. Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemindahan Pemukiman (LARPF)........................................................................................... 47 ANNEX B1. Outline Rencana Aksi Pembebasan Lahan dan Pemindahan Pemukiman (LARAP) ............................................... 55 ANNEX B2. Contoh Surat Pernyataan Sumbangan Lahan ................................ 56

    ANNEX C. Kerangka Perencanaan bagi Masyarakat Adat (IPPF) ........................................... 57

    ANNEX D. Penerapan Kode Lingkungan (ECOPs) ................................................................. 67

    ANNEX E. Prosedur atas Penemuan Asset Fisik Budaya ....................................................... 69

    APPENDIX A. Jenis Pekerjaan Umum yang Membutuhkan EMP (UKL / UPL) (sesuai dengan PERMEN No. 10 / PRT / M / 2008) ........................................... 70

    APPENDIX B. Klausul Standar untuk Pengelolaan Lingkungan selama Pembangunan ......... 75

    APPENDIX C. Standar Rencana Monitoring ......................................................................... 76

    9 10

  • pendekatan COREMAP yang berkelanjutan, terdesentralisasi dan terpadu untuk pengelolaan sumber daya terumbu karang secara berkelanjutan, ekosistem terkait dan keanekaragaman haya� untuk kesejahteraan masyarakat di kabupaten terpilih dalam provinsi di Indonesia. Sedangkan, PDO setelah restrukturisasi adalah untuk memperkuat kapasitas kelembagaan dalam pemantauan dan peneli�an ekosistem pesisir untuk menghasilkan informasi pengelolaan sumber daya berbasis buk�. Pada proyek yang direstruktur ini berusaha untuk lebih mengurangi �ngkat resiko lingkungan dan sosial ke�ka pelaksanaannya.

    Restrukturisasi tersebut memberikan kesempatan untuk:i. Menyederhanakan desain proyek untuk menjamin tercapainya tujuan proyek selama

    sisa waktu dari proyek tersebut.ii. Memperbaiki keberlanjutan proyek dan program yang dihasilkan berikut outcome-

    nya setelah proyek ditutup.

    Komponen dan Sub-komponen Program COREMAP-CTI

    Untuk mencapai tujuannya maka program COREMAP-CTI yang direstrukturisasi didesain mempunyai empat komponen utama, yaitu:

    1. Penguatan Kelembagaan untuk Pemantauan Ekosistem Pesisir.2. Dukungan untuk Riset Ekosistem Pesisir Berbasis Kebutuhan Stakeholder.3. Penguatan Kelembagaan Ins�tusi Pelaksana Riset dan Pemantauan Ekosistem Pesisir.4. Pengelolaan Proyek.

    Masing-masing komponen tersebut terdiri dari berbagai sub-komponen seper� yang dirangkum dalam tabel berikut.

    Tabel 1. KOMPONEN dan SUB-KOMPONEN PROGRAM COREMAP-CTI.

    No. Komponen Sub-komponen

    1 Penguatan Kelembagaan untuk Pemantauan Ekosistem Pesisir.

    Sub-komponen 1.1.a: Mendukung pemantauan ekosistem pesisir yang akurat:a). Melakukan pemantauan dan survey ekosistem pesisir yang

    komprehensif serta ilmiah di 20 lokasi:Ÿ 9 kabupaten di Indonesia bagian �mur (Pangkep, Selayar,

    Sikka, Buton Induk, Buton Tengah, Buton Selatan, Wakatobi, Biak, Raja Ampat.

    Ÿ 7 kawasan konservasi di Indonesia bagian �mur (Kapoposang, Sawu/Kupang, Aru Tenggara, Banda, Kepulauan Wayag Sayang di Raja Ampat, SAP Raja Ampat, Padaido).

    Ÿ 4 lokasi prioritas nasional, melipu� Spermonde, Lombok/Sekotong, Kendari dan Ternate.

    b). Mengembangkan dan meluncurkan Indeks Kesehatan Terumbu Karang yang baru:Ÿ Mengembangkan Indeks baru: Indeks akan memberikan

    pendekatan prak�s yang akan menghubungkan antara data lapangan dengan pengambilan keputusan untuk pengelolaan sumber daya dan investasi.

    Ÿ Membangun jembatan antara pemantauan dan manajemen: Kurangnya korelasi antara data pemantauan dan pengambil keputusan merupakan masalah global. Kemampuan LIPI dalam melakukan monitoring dan interpretasi data merupakan sarana penyampaian strategi pengelolaan terumbu karang yang dikembangkan melalui kerjasama dengan mitra lembaga riset internasional (seper� University of Queensland dan CCRES - GEF Bank Dunia).

    Ÿ Database online terpusat: Untuk membantu penggunaan dan pemasukan data oleh para pengumpulkan dan pengguna indeks kesehatan terumbu karang, database berbasis web yang terpusat akan dikembangkan oleh LIPI.

    Ÿ Pelaporan berbasis web: Indeks kesehatan terumbu karang akan berupa laporan kondisi pesisir. Laporan ini akan tersedia untuk umum melalui portal pemetaan online, termasuk InaGeoPortal.

    11 12

  • pendekatan COREMAP yang berkelanjutan, terdesentralisasi dan terpadu untuk pengelolaan sumber daya terumbu karang secara berkelanjutan, ekosistem terkait dan keanekaragaman haya� untuk kesejahteraan masyarakat di kabupaten terpilih dalam provinsi di Indonesia. Sedangkan, PDO setelah restrukturisasi adalah untuk memperkuat kapasitas kelembagaan dalam pemantauan dan peneli�an ekosistem pesisir untuk menghasilkan informasi pengelolaan sumber daya berbasis buk�. Pada proyek yang direstruktur ini berusaha untuk lebih mengurangi �ngkat resiko lingkungan dan sosial ke�ka pelaksanaannya.

    Restrukturisasi tersebut memberikan kesempatan untuk:i. Menyederhanakan desain proyek untuk menjamin tercapainya tujuan proyek selama

    sisa waktu dari proyek tersebut.ii. Memperbaiki keberlanjutan proyek dan program yang dihasilkan berikut outcome-

    nya setelah proyek ditutup.

    Komponen dan Sub-komponen Program COREMAP-CTI

    Untuk mencapai tujuannya maka program COREMAP-CTI yang direstrukturisasi didesain mempunyai empat komponen utama, yaitu:

    1. Penguatan Kelembagaan untuk Pemantauan Ekosistem Pesisir.2. Dukungan untuk Riset Ekosistem Pesisir Berbasis Kebutuhan Stakeholder.3. Penguatan Kelembagaan Ins�tusi Pelaksana Riset dan Pemantauan Ekosistem Pesisir.4. Pengelolaan Proyek.

    Masing-masing komponen tersebut terdiri dari berbagai sub-komponen seper� yang dirangkum dalam tabel berikut.

    Tabel 1. KOMPONEN dan SUB-KOMPONEN PROGRAM COREMAP-CTI.

    No. Komponen Sub-komponen

    1 Penguatan Kelembagaan untuk Pemantauan Ekosistem Pesisir.

    Sub-komponen 1.1.a: Mendukung pemantauan ekosistem pesisir yang akurat:a). Melakukan pemantauan dan survey ekosistem pesisir yang

    komprehensif serta ilmiah di 20 lokasi:Ÿ 9 kabupaten di Indonesia bagian �mur (Pangkep, Selayar,

    Sikka, Buton Induk, Buton Tengah, Buton Selatan, Wakatobi, Biak, Raja Ampat.

    Ÿ 7 kawasan konservasi di Indonesia bagian �mur (Kapoposang, Sawu/Kupang, Aru Tenggara, Banda, Kepulauan Wayag Sayang di Raja Ampat, SAP Raja Ampat, Padaido).

    Ÿ 4 lokasi prioritas nasional, melipu� Spermonde, Lombok/Sekotong, Kendari dan Ternate.

    b). Mengembangkan dan meluncurkan Indeks Kesehatan Terumbu Karang yang baru:Ÿ Mengembangkan Indeks baru: Indeks akan memberikan

    pendekatan prak�s yang akan menghubungkan antara data lapangan dengan pengambilan keputusan untuk pengelolaan sumber daya dan investasi.

    Ÿ Membangun jembatan antara pemantauan dan manajemen: Kurangnya korelasi antara data pemantauan dan pengambil keputusan merupakan masalah global. Kemampuan LIPI dalam melakukan monitoring dan interpretasi data merupakan sarana penyampaian strategi pengelolaan terumbu karang yang dikembangkan melalui kerjasama dengan mitra lembaga riset internasional (seper� University of Queensland dan CCRES - GEF Bank Dunia).

    Ÿ Database online terpusat: Untuk membantu penggunaan dan pemasukan data oleh para pengumpulkan dan pengguna indeks kesehatan terumbu karang, database berbasis web yang terpusat akan dikembangkan oleh LIPI.

    Ÿ Pelaporan berbasis web: Indeks kesehatan terumbu karang akan berupa laporan kondisi pesisir. Laporan ini akan tersedia untuk umum melalui portal pemetaan online, termasuk InaGeoPortal.

    11 12

  • 2 Dukungan untuk Riset Ekosistem Pesisir Berbasis Kebutuhan Stakeholder.

    Sub-komponen 2.1: Penguatan sistem kelembagaan untuk menjawab kebutuhan peneli�an ekosistem pesisir.Penguatan untuk menjawab kebutuhan peneli�an, melalui proses:Ÿ Peningkatan keterlibatan pengguna akhir dalam

    menentukan prioritas peneli�an dan menyebar-luaskan outcome hasil peneli�annya.

    Ÿ Dua simposium nasional per tahun untuk meningkatkan keterlibatan lintas sektor dan lembaga dalam pemilihan peneli�an ekosistem pesisir prioritas serta tata cara penyampaiannya.

    Ÿ Memberikan dana hibah kepada riset ekosistem pesisir unggulan, sedikitnya 10 hibah se�ap tahun, LIPI akan mendukung pelaksanaan riset unggulan tersebut sambil memperkuat jejaring dan kemampuan peneli�an secara nasional.

    Ÿ LIPI akan melakukan riset prioritas atas dasar kebutuhan yang jelas dimana akan menghasilkan se�daknya 18 publikasi riset selama proyek berlangsung. Studi tersebut akan mencakup thema, seper� perubahan iklim, keaneka-ragaman haya�, spesies terancam punah, sampah laut, dan hak pengelolaan perikanan.

    Sub-komponen 2.2: Penguatan kemampuan teknis untuk peneli�an ekosistem pesisir.

    Ÿ LIPI akan memperkuat ketrampilan sumberdaya manusianya, pengetahuan dan kemampuannya, begitu juga mitra peneli�annya melalui pela�han yang terarah (misal GIS, analisa data, tehnik peneli�an dan laboratoris), bagi sedikitnya 100 orang peneli� per tahun.

    Ÿ Meningkatkan peran LIPI sebagai pusat unggulan regional yang akan dicapai dengan memberikan penawaran pela�han �ngkat nasional dan internasional melalui wadah MarBEST Center.

    3 Penguatan Kelembagaan Ins�tusi Pelaksana Riset dan Pemantauan Ekosistem Pesisir.

    Sub-komponen 3.1: Memperkuat Kapasitas Kelembagaan untuk Pemantauan dan Riset Ekosistem Pesisir.

    . c). Pendirian Standar Ser�fikasi Tingkat Nasional untuk Pemantauan Ekosistem Pesisir:Ÿ LIPI akan memperoleh akreditasi dari Badan Nasional

    Ser�fikasi Profesi (BNSP), sebagai Lembaga Ser�fikasi Profesi Indonesia untuk pemantauan ekosistem pesisir.

    Ÿ Membuat rencana jangka panjang untuk staf dan pembiayaannya sebagai Badan Ser�fikasi Profesi berikut jejaring nasionalnya. LIPI akan mengembangkan standar kompetensi profesi nasional.

    Ÿ Melakukan kampanye promosi untuk peluncuran standar nasional.

    d). Membuat rencana pela�han dan monitoring �ngkat sub-nasional:Ÿ Membentuk 7 ins�tusi uji kompetensi sebagai jejaring

    nasional dan mitra LIPI untuk kegiatan pemantauan (misalnya, universitas) yang ada kaitannya dengan program pemantauan ekosistem pesisir di kabupaten serta provinsi di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan.

    Ÿ Mela�h dan menser�fikasi kepada se�daknya 25 orang assessor dan 100 orang surveyor per tahun.

    Sub-komponen 1.1.b: Mendukung pemantauan ekosistem pesisir yang akurat:Melakukan pemantauan dan survey ekosistem pesisir yang komprehensif serta ilmiah di 9 lokasi Indonesia bagian barat:

    Ÿ 7 kabupaten di Indonesia bagian barat (Tapanuli Tengah, Nias Utara, Mentawai, Batam, Bintan, Lingga, Natuna).

    Ÿ 2 kawasan konservasi laut di Indonesia bagian barat (Gili Matra, Anambas).

    Sub-komponen 1.2: Meningkatkan kemampuan bagi para pengguna hasil pemantauan pesisir:Ÿ Pemberian 20 beasiswa S2 internasional bagi staf teknis

    yang memenuhi syarat, berasal dari unit pemantauan dan pengelolaan ekosistem pesisir di seluruh Indonesia.

    Ÿ Memberikan pela�han tentang pemantauan dan pengelo-laan ekosistem pesisir kepada staf teknis di unit pemantau-an dan pengelolaan ekosistem pesisir di seluruh Indonesia.

    Tabel 1. Lanjutan.Tabel 1. Lanjutan.

    13 14

  • 2 Dukungan untuk Riset Ekosistem Pesisir Berbasis Kebutuhan Stakeholder.

    Sub-komponen 2.1: Penguatan sistem kelembagaan untuk menjawab kebutuhan peneli�an ekosistem pesisir.Penguatan untuk menjawab kebutuhan peneli�an, melalui proses:Ÿ Peningkatan keterlibatan pengguna akhir dalam

    menentukan prioritas peneli�an dan menyebar-luaskan outcome hasil peneli�annya.

    Ÿ Dua simposium nasional per tahun untuk meningkatkan keterlibatan lintas sektor dan lembaga dalam pemilihan peneli�an ekosistem pesisir prioritas serta tata cara penyampaiannya.

    Ÿ Memberikan dana hibah kepada riset ekosistem pesisir unggulan, sedikitnya 10 hibah se�ap tahun, LIPI akan mendukung pelaksanaan riset unggulan tersebut sambil memperkuat jejaring dan kemampuan peneli�an secara nasional.

    Ÿ LIPI akan melakukan riset prioritas atas dasar kebutuhan yang jelas dimana akan menghasilkan se�daknya 18 publikasi riset selama proyek berlangsung. Studi tersebut akan mencakup thema, seper� perubahan iklim, keaneka-ragaman haya�, spesies terancam punah, sampah laut, dan hak pengelolaan perikanan.

    Sub-komponen 2.2: Penguatan kemampuan teknis untuk peneli�an ekosistem pesisir.

    Ÿ LIPI akan memperkuat ketrampilan sumberdaya manusianya, pengetahuan dan kemampuannya, begitu juga mitra peneli�annya melalui pela�han yang terarah (misal GIS, analisa data, tehnik peneli�an dan laboratoris), bagi sedikitnya 100 orang peneli� per tahun.

    Ÿ Meningkatkan peran LIPI sebagai pusat unggulan regional yang akan dicapai dengan memberikan penawaran pela�han �ngkat nasional dan internasional melalui wadah MarBEST Center.

    3 Penguatan Kelembagaan Ins�tusi Pelaksana Riset dan Pemantauan Ekosistem Pesisir.

    Sub-komponen 3.1: Memperkuat Kapasitas Kelembagaan untuk Pemantauan dan Riset Ekosistem Pesisir.

    . c). Pendirian Standar Ser�fikasi Tingkat Nasional untuk Pemantauan Ekosistem Pesisir:Ÿ LIPI akan memperoleh akreditasi dari Badan Nasional

    Ser�fikasi Profesi (BNSP), sebagai Lembaga Ser�fikasi Profesi Indonesia untuk pemantauan ekosistem pesisir.

    Ÿ Membuat rencana jangka panjang untuk staf dan pembiayaannya sebagai Badan Ser�fikasi Profesi berikut jejaring nasionalnya. LIPI akan mengembangkan standar kompetensi profesi nasional.

    Ÿ Melakukan kampanye promosi untuk peluncuran standar nasional.

    d). Membuat rencana pela�han dan monitoring �ngkat sub-nasional:Ÿ Membentuk 7 ins�tusi uji kompetensi sebagai jejaring

    nasional dan mitra LIPI untuk kegiatan pemantauan (misalnya, universitas) yang ada kaitannya dengan program pemantauan ekosistem pesisir di kabupaten serta provinsi di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan.

    Ÿ Mela�h dan menser�fikasi kepada se�daknya 25 orang assessor dan 100 orang surveyor per tahun.

    Sub-komponen 1.1.b: Mendukung pemantauan ekosistem pesisir yang akurat:Melakukan pemantauan dan survey ekosistem pesisir yang komprehensif serta ilmiah di 9 lokasi Indonesia bagian barat:

    Ÿ 7 kabupaten di Indonesia bagian barat (Tapanuli Tengah, Nias Utara, Mentawai, Batam, Bintan, Lingga, Natuna).

    Ÿ 2 kawasan konservasi laut di Indonesia bagian barat (Gili Matra, Anambas).

    Sub-komponen 1.2: Meningkatkan kemampuan bagi para pengguna hasil pemantauan pesisir:Ÿ Pemberian 20 beasiswa S2 internasional bagi staf teknis

    yang memenuhi syarat, berasal dari unit pemantauan dan pengelolaan ekosistem pesisir di seluruh Indonesia.

    Ÿ Memberikan pela�han tentang pemantauan dan pengelo-laan ekosistem pesisir kepada staf teknis di unit pemantau-an dan pengelolaan ekosistem pesisir di seluruh Indonesia.

    Tabel 1. Lanjutan.Tabel 1. Lanjutan.

    13 14

  • Sub-komponen 3.2: Memperkuat Jejaringan Pemantauan Ekosistem Pesisir dan Data Peneli�an serta Pengetahuan.Ÿ Memperkaya data nasional tentang ekosistem pesisir

    serta meningkatkan kemudahan bagi penggunanya, melalui hasil peneli�an dari hibah bersaing dan peneli�an prioritas yang telah tersimpan di dalam repositori data nasional.

    Ÿ Mengembangkan strategi jangka panjang dan perenca-naannya untuk memenuhi kebutuhan data ekosistem pesisir berikut diseminasinya sebagaimana dimandatkan oleh Badan Geospasial Nasional. LIPI juga akan melaku-kan peninjauan tentang hak kekayaan intelektual dan persyaratan hukum terkait dengan pengelolaan data, serta tata cara berbagi data, perjanjian, dan standarnya.

    Ÿ Melakukan serangkaian informasi kepada publik dan kampanye penyadaran untuk meningkatkan pengetahuan publik tentang ekosistem pesisir dan output dari program pemantauan serta peneli�annya LIPI.

    Ÿ Melakukan studi lebih mendalam untuk mengembangan dan meluncurkan kampanye tentang pen�ngnya Program COREMAP, guna meningkatkan kesadaran akan pen�ngnya lingkungan, serta pen�ngnya ekosistem pesisir di Indonesia dari segi sosial dan ekonomi.

    4 Pengelolaan Proyek

    Ÿ Monitoring dan evaluasi kinerja proyek.Ÿ Pemantauan kepatuhan terhadap pengamanan

    (safeguards) dan pengelolaan fidusia.Ÿ Koordinasi dengan mitra.

    . Investasi akan meningkatkan beberapa fasilitas LIPI yang telah ada, sebagai berikut:

    Ÿ LIPI mempunyai beberapa kampus kelautan dan pesisir yang perlu untuk di�ngkatkan agar LIPI menjadi pusat pela�han unggulan di regional, yang melipu�:

    Ÿ Unit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut Bitung, Sulawesi.

    Ÿ Unit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut Biak, Papua.

    Ÿ Unit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut Tual, Maluku.

    Ÿ Stasiun Peneli�an Lapangan Ternate, Maluku Utara.

    Ÿ Loka Pengembangan Bio Industry Laut, Mataram, Lombok.

    Ÿ Fasilitas-fasilitas di kantor pusat LIPI di Ancol.Ÿ COREMAP membentuk Pusat Informasi dan Pela�han

    Terumbu Karang. Fasilitasnya telah beroperasi lebih dari 10 tahun dan memerlukan renovasi untuk mendukung tujuan LIPI sebagai pusat pela�han unggulan di regional. Oleh karena itu, proyek ini akan membiayai pekerjaan fisik kecil untuk merenovasi bagian interior pada fasilitas pela�han yang berada di LIPI Jakarta Pusat (Jl. Raden Saleh) dan stasiun lapangan Pulau Pari. Renovasi ini juga akan mendukung pengembangan MarBEST Regional Training and Research Center serta memperkuat posisi LIPI di dalam jaringan UNESCO / IOC Western Pacific.

    Ÿ Keberhasilan repositori data nasional dari simpul regional adalah sebagian tergantung pada penyediaan data yang tepat waktu dan efisien.

    Ÿ LIPI akan mengupgrade dan merenovasi se�daknya 7 simpul data regional yang berada di suatu ins�tusi (misal, universitas), termasuk juga pengadaan sistem Teknologi Informasinya.

    Ÿ Pada saat bersamaan, LIPI akan membangun jaringan sub-nasional melalui 8 data logger dan stasiun pemantauan automa�s (buoys) yang akan mengisi repository data nasional.

    Tabel 1. Lanjutan.Tabel 1. Lanjutan.

    15 16

  • Sub-komponen 3.2: Memperkuat Jejaringan Pemantauan Ekosistem Pesisir dan Data Peneli�an serta Pengetahuan.Ÿ Memperkaya data nasional tentang ekosistem pesisir

    serta meningkatkan kemudahan bagi penggunanya, melalui hasil peneli�an dari hibah bersaing dan peneli�an prioritas yang telah tersimpan di dalam repositori data nasional.

    Ÿ Mengembangkan strategi jangka panjang dan perenca-naannya untuk memenuhi kebutuhan data ekosistem pesisir berikut diseminasinya sebagaimana dimandatkan oleh Badan Geospasial Nasional. LIPI juga akan melaku-kan peninjauan tentang hak kekayaan intelektual dan persyaratan hukum terkait dengan pengelolaan data, serta tata cara berbagi data, perjanjian, dan standarnya.

    Ÿ Melakukan serangkaian informasi kepada publik dan kampanye penyadaran untuk meningkatkan pengetahuan publik tentang ekosistem pesisir dan output dari program pemantauan serta peneli�annya LIPI.

    Ÿ Melakukan studi lebih mendalam untuk mengembangan dan meluncurkan kampanye tentang pen�ngnya Program COREMAP, guna meningkatkan kesadaran akan pen�ngnya lingkungan, serta pen�ngnya ekosistem pesisir di Indonesia dari segi sosial dan ekonomi.

    4 Pengelolaan Proyek

    Ÿ Monitoring dan evaluasi kinerja proyek.Ÿ Pemantauan kepatuhan terhadap pengamanan

    (safeguards) dan pengelolaan fidusia.Ÿ Koordinasi dengan mitra.

    . Investasi akan meningkatkan beberapa fasilitas LIPI yang telah ada, sebagai berikut:

    Ÿ LIPI mempunyai beberapa kampus kelautan dan pesisir yang perlu untuk di�ngkatkan agar LIPI menjadi pusat pela�han unggulan di regional, yang melipu�:

    Ÿ Unit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut Bitung, Sulawesi.

    Ÿ Unit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut Biak, Papua.

    Ÿ Unit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut Tual, Maluku.

    Ÿ Stasiun Peneli�an Lapangan Ternate, Maluku Utara.

    Ÿ Loka Pengembangan Bio Industry Laut, Mataram, Lombok.

    Ÿ Fasilitas-fasilitas di kantor pusat LIPI di Ancol.Ÿ COREMAP membentuk Pusat Informasi dan Pela�han

    Terumbu Karang. Fasilitasnya telah beroperasi lebih dari 10 tahun dan memerlukan renovasi untuk mendukung tujuan LIPI sebagai pusat pela�han unggulan di regional. Oleh karena itu, proyek ini akan membiayai pekerjaan fisik kecil untuk merenovasi bagian interior pada fasilitas pela�han yang berada di LIPI Jakarta Pusat (Jl. Raden Saleh) dan stasiun lapangan Pulau Pari. Renovasi ini juga akan mendukung pengembangan MarBEST Regional Training and Research Center serta memperkuat posisi LIPI di dalam jaringan UNESCO / IOC Western Pacific.

    Ÿ Keberhasilan repositori data nasional dari simpul regional adalah sebagian tergantung pada penyediaan data yang tepat waktu dan efisien.

    Ÿ LIPI akan mengupgrade dan merenovasi se�daknya 7 simpul data regional yang berada di suatu ins�tusi (misal, universitas), termasuk juga pengadaan sistem Teknologi Informasinya.

    Ÿ Pada saat bersamaan, LIPI akan membangun jaringan sub-nasional melalui 8 data logger dan stasiun pemantauan automa�s (buoys) yang akan mengisi repository data nasional.

    Tabel 1. Lanjutan.Tabel 1. Lanjutan.

    15 16

  • No. Kabupaten Provinsi

    12

    3456789

    Pangkep, Kepulauan SelayarButon Induk, Buton Tengah, Buton Selatan, Wakatobi SikkaBiakRaja AmpatTapanuli Tengah, Nias UtaraMentawaiBatam, Bintan, Lingga, Natuna4 lokasi prioritas nasionalŸ SpermondeŸ Lombok/SekotongŸ KendariŸ Ternate

    Sulawesi SelatanSulawesi Tenggara

    Nusa Tenggara TimurPapuaPapua BaratSumatera UtaraSumatera BaratKepulauan Riau

    Sulawesi SelatanNusa Tenggara BaratSulawesi TenggaraMaluku Utara

    No. Kawasan Konservasi Laut Lokasi (Provinsi)

    123456789

    Taman Nasional Perairan Laut SawuTaman Wisata Perairan KapoposangTaman Wisata Perairan Laut BandaSuaka Alam Perairan Raja AmpatSuaka Alam Perairan Aru TenggaraTaman Wisata Perairan PadaidoGili MatraAnambasPulau Pieh

    Nusa Tenggara TimurSulawesi SelatanMalukuPapuaMalukuBiak, PapuaNusa Tenggara BaratKepulauan RiauSumatera Barat

    No. Pusat La�han Unggulan Regional Lokasi (Provinsi)

    123456

    Unit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut - BitungUnit Pelaksana Teknis KonservasI Biota Laut - BiakUnit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut - TualStasiun Peneli�an Lapangan TernateLoka Pengembangan Bio Industri Laut - MataramFasilitas-fasilitas di kantor Pusat LIPI - Ancol

    Sulawesi UtaraPapuaMalukuMaluku UtaraNusa Tenggara BaratDKI Jakarta

    Tabel 4. LOKASI COREMAP - CTI sebagai KAMPUS KELAUTAN dan PESISIR.

    Struktur Dokumen

    Dokumen ini terdiri atas 7 bagian, yaitu:

    Pendahuluan: Pengenalan tentang ESSF, rangkuman tentang diskripsi COREMAP - CTI, jus�fikasi dan komponen utamanya.

    Tinjauan Peraturan dan Kebijakan: Ringkasan hukum, perundang-undangan, standar nasional, pedoman teknis, kebijakan Bank Dunia dan dokumen-dokumen terkait yang diperlukan untuk mengurangi dan pengelolaan dampak nega�f lingkungan dan sosial yang �mbul oleh proyek yang diusulkan.

    Tata Cara Pelaksanaan dan Mekanisme gan� rugi: Merangkum implementasi kerangka kerja safeguard dan pertanggungan jawab pihak yang berwenang serta membuat outline tentang proses dan tanggung jawab terhadap pengaduan.

    Penilaian Lingkungan dan Proses skrining: Menguraikan proses penilaian terhadap potensi dampak nega�f lingkungan dan sosial termasuk juga penapisan terhadap Da�ar Nega�f Kegiatan Terlarang, Masyarakat Adat, dan Pembebasan Lahan.

    Kerangka Pengelolaan Lingkungan: Menguraikan bagaimana EMF akan digunakan untuk menentukan dampak yang mungkin �mbul dari subproyek dan langkah-langkah mi�gasinya.

    Kerangka Kerja Sosial: Menguraikan tentang kerangka kerja pengelolaan sosial yang telah dikembangkan guna mengatasi masalah sosial.

    Lokasi Program

    Bank Dunia merestruktur proyek COREMAP - CTI mencakup lokasi COREMAP - CTI ADB di Indonesia bagian barat serta lokasi COREMAP - CTI WB di Indonesia bagian �mur, seper� yang tertera pada tabel berikut.

    Tabel 2. LOKASI PROGRAM COREMAP - CTI.

    Tabel 3. LOKASI COREMAP - CTI sebagai KAWASAN KONSERVASI LAUT.

    17 18

  • No. Kabupaten Provinsi

    12

    3456789

    Pangkep, Kepulauan SelayarButon Induk, Buton Tengah, Buton Selatan, Wakatobi SikkaBiakRaja AmpatTapanuli Tengah, Nias UtaraMentawaiBatam, Bintan, Lingga, Natuna4 lokasi prioritas nasionalŸ SpermondeŸ Lombok/SekotongŸ KendariŸ Ternate

    Sulawesi SelatanSulawesi Tenggara

    Nusa Tenggara TimurPapuaPapua BaratSumatera UtaraSumatera BaratKepulauan Riau

    Sulawesi SelatanNusa Tenggara BaratSulawesi TenggaraMaluku Utara

    No. Kawasan Konservasi Laut Lokasi (Provinsi)

    123456789

    Taman Nasional Perairan Laut SawuTaman Wisata Perairan KapoposangTaman Wisata Perairan Laut BandaSuaka Alam Perairan Raja AmpatSuaka Alam Perairan Aru TenggaraTaman Wisata Perairan PadaidoGili MatraAnambasPulau Pieh

    Nusa Tenggara TimurSulawesi SelatanMalukuPapuaMalukuBiak, PapuaNusa Tenggara BaratKepulauan RiauSumatera Barat

    No. Pusat La�han Unggulan Regional Lokasi (Provinsi)

    123456

    Unit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut - BitungUnit Pelaksana Teknis KonservasI Biota Laut - BiakUnit Pelaksana Teknis Konservasi Biota Laut - TualStasiun Peneli�an Lapangan TernateLoka Pengembangan Bio Industri Laut - MataramFasilitas-fasilitas di kantor Pusat LIPI - Ancol

    Sulawesi UtaraPapuaMalukuMaluku UtaraNusa Tenggara BaratDKI Jakarta

    Tabel 4. LOKASI COREMAP - CTI sebagai KAMPUS KELAUTAN dan PESISIR.

    Struktur Dokumen

    Dokumen ini terdiri atas 7 bagian, yaitu:

    Pendahuluan: Pengenalan tentang ESSF, rangkuman tentang diskripsi COREMAP - CTI, jus�fikasi dan komponen utamanya.

    Tinjauan Peraturan dan Kebijakan: Ringkasan hukum, perundang-undangan, standar nasional, pedoman teknis, kebijakan Bank Dunia dan dokumen-dokumen terkait yang diperlukan untuk mengurangi dan pengelolaan dampak nega�f lingkungan dan sosial yang �mbul oleh proyek yang diusulkan.

    Tata Cara Pelaksanaan dan Mekanisme gan� rugi: Merangkum implementasi kerangka kerja safeguard dan pertanggungan jawab pihak yang berwenang serta membuat outline tentang proses dan tanggung jawab terhadap pengaduan.

    Penilaian Lingkungan dan Proses skrining: Menguraikan proses penilaian terhadap potensi dampak nega�f lingkungan dan sosial termasuk juga penapisan terhadap Da�ar Nega�f Kegiatan Terlarang, Masyarakat Adat, dan Pembebasan Lahan.

    Kerangka Pengelolaan Lingkungan: Menguraikan bagaimana EMF akan digunakan untuk menentukan dampak yang mungkin �mbul dari subproyek dan langkah-langkah mi�gasinya.

    Kerangka Kerja Sosial: Menguraikan tentang kerangka kerja pengelolaan sosial yang telah dikembangkan guna mengatasi masalah sosial.

    Lokasi Program

    Bank Dunia merestruktur proyek COREMAP - CTI mencakup lokasi COREMAP - CTI ADB di Indonesia bagian barat serta lokasi COREMAP - CTI WB di Indonesia bagian �mur, seper� yang tertera pada tabel berikut.

    Tabel 2. LOKASI PROGRAM COREMAP - CTI.

    Tabel 3. LOKASI COREMAP - CTI sebagai KAWASAN KONSERVASI LAUT.

    17 18

  • 2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (PERMEN) No. 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (yaitu dokumen AMDAL, formulir UKL-UPL, dan SPPL).

    3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.10 / PRT / M / 2008, tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang memerlukan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL).

    D. Keputusan Menteri (Kepmen)1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KEPMEN) No. 4/2001 tentang Kriteria Baku

    Kerusakan Terumbu Karang.2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KEPMEN) No. 201/2004 tentang Kriteria

    Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Bakau.

    E. Keputusan Direktorat Jendral (Kepdirjen)KEPDIRJEN Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil No. 44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Efek�vitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K).

    Safeguard Sosial

    Perundangan nasional terkait dengan safeguard sosial terdiri atas peraturan tentang pengadaan tanah dan Masyarakat Adat. Untuk COREMAP-CTI telah disiapkan sejumlah peraturan tang relevan dengan pembebasan lahan dan Masyarakat Adat.

    Pengadaan Tanaha. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Tahan bagi Pembangunan untuk Kepen�ngan

    Umum.b. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5/2012 tentang Petunjuk Teknis

    Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Kepen�ngan Umum.c. Peraturan Presiden No. 71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi

    Pembangunan untuk Kepen�ngan Umum.

    Masyarakat Adata. Undang-Undang No. 41/1999 tentang Kehutanan.b. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111/1999 tentang Pembinaan

    Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil (KAT).c. Keputusan Menteri Sosial No. 06/PEGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan

    Pemberdayaan Masyarakat Adat Terpencil.d. Keputusan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial No. 020.A/PS/KPTS/2002

    tentang Pedoman Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

    Lima Annex dan �ga appendix, sebagai berikut:

    Annex A. Contoh EMP dan SPPL (berdasarkan PERMEN LH No. 16/2012).Annex B. Kerangka Kerja Kebijakan Penguasaan Tanah dan Pemindahan Pemukiman

    (LARPF).Annex B1. Garis Besar Rencana kerja Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (LARAP).Annex B2. Contoh Surat Pernyataan Donasi Lahan.Annex C. Kerangka Kerja Perencanaan Masyarakat Adat (IPPF).Annex D. Kode – kode Lingkungan yang Diterapkan (ECOPs).Annex E. Prosedur – prosedur Perubahan Fisik Cagar Budaya.Appendix A. Jenis Pekerjaan Umum yang Memerlukan EMP (UKL/UPL) (berdasarkan

    PERMEN PU No: 10/PRT/M/2008).Appendix B. Ketentuan Standard Untuk Pengelolaan Lingkungan selama Pembangunan.Appendix C. Standar Perencanaan Monitoring.

    TINJAUAN PERATURAN DAN KEBIJAKAN

    Undang-Undang, Peraturan dan Kebijakan yang Berhubungan dengan Safeguard Lingkungan dan Sosial.

    Safeguard Lingkungan

    Perundang-undangan nasional tentang pengelolaan dan konservasi pesisir serta kelautan yang berkaitan dengan COREMAP-CTI adalah sebagai berikut:

    A. Undang – undang (UU)1. UU No. 32/2009, tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan yang

    menyatakan bahwa pengendalian dampak lingkungan diatur oleh AMDAL (Pasal 22) dan UKL – UPL (Pasal 34);

    2. UU No. 5/1990, Tentang Konservasi Sumber Daya Alam.

    B. Peraturan Pemerintah (PP)1. PP No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan, PP ini mengatur bahwa se�ap proyek

    wajib memiliki izin AMDAL.2. PP No. 19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/ atau Perusakan Laut.3. PP No. 82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

    Air.

    C. Peraturan Menteri (Permen)1. Peraturan Menteri (PERMEN) No. 05/2012, tentang jenis rencana usaha dan/atau

    kegiatan yang wajib memiliki AMDAL. Peraturan ini juga menangani kriteria penapisan untuk se�ap proyek yang �dak disebutkan dalam da�ar proyek wajib AMDAL (Lampiran II LH PERMEN No. 05/2012).19 20

  • 2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (PERMEN) No. 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (yaitu dokumen AMDAL, formulir UKL-UPL, dan SPPL).

    3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.10 / PRT / M / 2008, tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang memerlukan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL).

    D. Keputusan Menteri (Kepmen)1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KEPMEN) No. 4/2001 tentang Kriteria Baku

    Kerusakan Terumbu Karang.2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KEPMEN) No. 201/2004 tentang Kriteria

    Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Bakau.

    E. Keputusan Direktorat Jendral (Kepdirjen)KEPDIRJEN Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil No. 44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Efek�vitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K).

    Safeguard Sosial

    Perundangan nasional terkait dengan safeguard sosial terdiri atas peraturan tentang pengadaan tanah dan Masyarakat Adat. Untuk COREMAP-CTI telah disiapkan sejumlah peraturan tang relevan dengan pembebasan lahan dan Masyarakat Adat.

    Pengadaan Tanaha. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Tahan bagi Pembangunan untuk Kepen�ngan

    Umum.b. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5/2012 tentang Petunjuk Teknis

    Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Kepen�ngan Umum.c. Peraturan Presiden No. 71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi

    Pembangunan untuk Kepen�ngan Umum.

    Masyarakat Adata. Undang-Undang No. 41/1999 tentang Kehutanan.b. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111/1999 tentang Pembinaan

    Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil (KAT).c. Keputusan Menteri Sosial No. 06/PEGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan

    Pemberdayaan Masyarakat Adat Terpencil.d. Keputusan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial No. 020.A/PS/KPTS/2002

    tentang Pedoman Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

    Lima Annex dan �ga appendix, sebagai berikut:

    Annex A. Contoh EMP dan SPPL (berdasarkan PERMEN LH No. 16/2012).Annex B. Kerangka Kerja Kebijakan Penguasaan Tanah dan Pemindahan Pemukiman

    (LARPF).Annex B1. Garis Besar Rencana kerja Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (LARAP).Annex B2. Contoh Surat Pernyataan Donasi Lahan.Annex C. Kerangka Kerja Perencanaan Masyarakat Adat (IPPF).Annex D. Kode – kode Lingkungan yang Diterapkan (ECOPs).Annex E. Prosedur – prosedur Perubahan Fisik Cagar Budaya.Appendix A. Jenis Pekerjaan Umum yang Memerlukan EMP (UKL/UPL) (berdasarkan

    PERMEN PU No: 10/PRT/M/2008).Appendix B. Ketentuan Standard Untuk Pengelolaan Lingkungan selama Pembangunan.Appendix C. Standar Perencanaan Monitoring.

    TINJAUAN PERATURAN DAN KEBIJAKAN

    Undang-Undang, Peraturan dan Kebijakan yang Berhubungan dengan Safeguard Lingkungan dan Sosial.

    Safeguard Lingkungan

    Perundang-undangan nasional tentang pengelolaan dan konservasi pesisir serta kelautan yang berkaitan dengan COREMAP-CTI adalah sebagai berikut:

    A. Undang – undang (UU)1. UU No. 32/2009, tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan yang

    menyatakan bahwa pengendalian dampak lingkungan diatur oleh AMDAL (Pasal 22) dan UKL – UPL (Pasal 34);

    2. UU No. 5/1990, Tentang Konservasi Sumber Daya Alam.

    B. Peraturan Pemerintah (PP)1. PP No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan, PP ini mengatur bahwa se�ap proyek

    wajib memiliki izin AMDAL.2. PP No. 19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/ atau Perusakan Laut.3. PP No. 82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

    Air.

    C. Peraturan Menteri (Permen)1. Peraturan Menteri (PERMEN) No. 05/2012, tentang jenis rencana usaha dan/atau

    kegiatan yang wajib memiliki AMDAL. Peraturan ini juga menangani kriteria penapisan untuk se�ap proyek yang �dak disebutkan dalam da�ar proyek wajib AMDAL (Lampiran II LH PERMEN No. 05/2012).19 20

  • Tabel 5. Lanjutan.Kebijakan Safeguard Lingkungan dan Sosial Bank Dunia diterapkan untuk COREMAP-CTI

    COREMAP-CTI diklasifikasikan sebagai proyek Kategori B dan mengacu empat Kebijakan Operasional WB, berikut:

    1. Penilaian Lingkungan (OP 4.01),2. Habitat Alam (OP 4.04),3. Masyarakat Adat (OP 4.10),4. Pemindahan secara Paksa (OP 4.12).

    Kebijakan Safeguard Lingkungan dan Sosial dari WB yang diterapkan pada COREMAP-CTI dirangkum dalam Tabel 5.

    Tabel 5. KEBIJAKAN SAFEGUARD LINGKUNGAN DAN SOSIAL WB.

    Kode Kebijakan Operasional Uraian dan Tujuan

    OP 4.01 Penilaian Lingkungan (EA)

    Uraian:Bank Dunia memerlukan kajian lingkungan (EA) terhadap proyek yang diusulkan untuk dibiayai oleh Bank Dunia guna memas�kan bahwaproyek tersebut ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga dapat memperbaiki dalam pengambilan keputusan. EA memperha�kan lingkungan alam (udara, air, dan tanah), kesehatan dan keselamatan manusia, aspek sosial (pemindahan secara paksa, masyarakat adat, dan sumberdaya budaya fisik) dan aspek lingkungan lintas batas serta global. EA menganggap aspek alam dan sosial �dak bisa saling dipisahkan. EA dimulai sedini mungkin ke�ka perencanaan proyek dan terintegrasi erat dengan analisis ekonomi, keuangan, kelembagaan, sosial, serta teknis dari proyek yang diusulkan. EA harus mencakup analisis alterna�f terkait dengan desain dan lokasi, atau bila "�dak ada pilihan" untuk melakukan konsultasi publik maka penyebar-luasan informasi harus dilakukan sepanjang siklus proyek.

    Tujuan:Ÿ Untuk memberikan informasi kepada pengambil

    keputusan tentangi sifat dari risiko lingkungan dan sosial serta peluangnya.

    Ÿ Untuk memas�kan bahwa proyek yang diusulkan untuk dibiayai oleh Bank Dunia berwawasan lingkungan dan sosial yang sehat dan berkelanjutan (mendorong dampak posi�f, mencegah / mengurangi dampak nega�f).

    Ÿ Untuk meningkatkan transparansi dan par�sipasi pemangku kepen�ngan dalam proses pengambilan keputusan sebagai sebagai salah satu elemen yang pen�ng.

    OP 4.04 Habitat Alami (NH) Uraian:Bank Dunia �dak akan mendukung konversi yang signifikan atau kerusakan habitat alami yang parah. Jika hal ini �dak dapat dihindari, maka perlu penggan�an area konservasi yang serupa. Kebijakan ini menyiratkan pendekatan keha�-ha�an terhadap pengelolaan sumber daya alam untuk kepen�ngan pembangunan yang berkelanjutan. Jika terdapat potensi dampak, Bank Dunia menekankan kepada klien untuk menerapkan perlindungan yang mencakup persiapan, penilaian, dan pengawasan dimana harus melibatkan ahli yang berkualitas. Par�sipasi lokal yang mencakup pandangan / peran / kebutuhan masyarakat lokal termasuk LSM, untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta harus memberikan dorongan yang lebih kepada konservasi lokal.

    Tujuan:Ÿ Untuk melindungi, merawat, memulihkan habitat

    alami dan keanekaragaman haya�nya.Ÿ Untuk memas�kan keberlanjutan manfaat dan

    hasil yang diberikan oleh habitat alami kepada keseluruhan manusia.

    21 22

  • Tabel 5. Lanjutan.Kebijakan Safeguard Lingkungan dan Sosial Bank Dunia diterapkan untuk COREMAP-CTI

    COREMAP-CTI diklasifikasikan sebagai proyek Kategori B dan mengacu empat Kebijakan Operasional WB, berikut:

    1. Penilaian Lingkungan (OP 4.01),2. Habitat Alam (OP 4.04),3. Masyarakat Adat (OP 4.10),4. Pemindahan secara Paksa (OP 4.12).

    Kebijakan Safeguard Lingkungan dan Sosial dari WB yang diterapkan pada COREMAP-CTI dirangkum dalam Tabel 5.

    Tabel 5. KEBIJAKAN SAFEGUARD LINGKUNGAN DAN SOSIAL WB.

    Kode Kebijakan Operasional Uraian dan Tujuan

    OP 4.01 Penilaian Lingkungan (EA)

    Uraian:Bank Dunia memerlukan kajian lingkungan (EA) terhadap proyek yang diusulkan untuk dibiayai oleh Bank Dunia guna memas�kan bahwaproyek tersebut ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga dapat memperbaiki dalam pengambilan keputusan. EA memperha�kan lingkungan alam (udara, air, dan tanah), kesehatan dan keselamatan manusia, aspek sosial (pemindahan secara paksa, masyarakat adat, dan sumberdaya budaya fisik) dan aspek lingkungan lintas batas serta global. EA menganggap aspek alam dan sosial �dak bisa saling dipisahkan. EA dimulai sedini mungkin ke�ka perencanaan proyek dan terintegrasi erat dengan analisis ekonomi, keuangan, kelembagaan, sosial, serta teknis dari proyek yang diusulkan. EA harus mencakup analisis alterna�f terkait dengan desain dan lokasi, atau bila "�dak ada pilihan" untuk melakukan konsultasi publik maka penyebar-luasan informasi harus dilakukan sepanjang siklus proyek.

    Tujuan:Ÿ Untuk memberikan informasi kepada pengambil

    keputusan tentangi sifat dari risiko lingkungan dan sosial serta peluangnya.

    Ÿ Untuk memas�kan bahwa proyek yang diusulkan untuk dibiayai oleh Bank Dunia berwawasan lingkungan dan sosial yang sehat dan berkelanjutan (mendorong dampak posi�f, mencegah / mengurangi dampak nega�f).

    Ÿ Untuk meningkatkan transparansi dan par�sipasi pemangku kepen�ngan dalam proses pengambilan keputusan sebagai sebagai salah satu elemen yang pen�ng.

    OP 4.04 Habitat Alami (NH) Uraian:Bank Dunia �dak akan mendukung konversi yang signifikan atau kerusakan habitat alami yang parah. Jika hal ini �dak dapat dihindari, maka perlu penggan�an area konservasi yang serupa. Kebijakan ini menyiratkan pendekatan keha�-ha�an terhadap pengelolaan sumber daya alam untuk kepen�ngan pembangunan yang berkelanjutan. Jika terdapat potensi dampak, Bank Dunia menekankan kepada klien untuk menerapkan perlindungan yang mencakup persiapan, penilaian, dan pengawasan dimana harus melibatkan ahli yang berkualitas. Par�sipasi lokal yang mencakup pandangan / peran / kebutuhan masyarakat lokal termasuk LSM, untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta harus memberikan dorongan yang lebih kepada konservasi lokal.

    Tujuan:Ÿ Untuk melindungi, merawat, memulihkan habitat

    alami dan keanekaragaman haya�nya.Ÿ Untuk memas�kan keberlanjutan manfaat dan

    hasil yang diberikan oleh habitat alami kepada keseluruhan manusia.

    21 22

  • Tabel 5. Lanjutan. Tabel 5. Lanjutan.

    OP 4.10 Masyarakat Adat (IP) Uraian:Masyarakat Adat (IP) termasuk is�lah "etnis minoritas asli" merupakan kelompok sosial dengan iden�tas rentan, sosial dan budaya yang berbeda dengan masyarakat dominan, dan bergantung pada habitat atau wilayah historis yang berbeda secara geografis, serta budaya yang berbeda dengan lokasi proyek, dan biasanya bahasa juga berbeda.Bank Dunia mensyaratkan proyek yang melibatkan masyarakat adat untuk merancang dan melaksanakan proyek dengan cara yang memupuk rasa hormat penuh terhadap martabat, hak asasi manusia, dan keunikan masyarakat adat dan karenanya (a) menerima manfaat sosial dan ekonomi yang sesuai secara budaya, dan (b) �dak mengalami dampak buruk selama proses pembangunan. Penduduk Asli / Masyarakat Adat diiden�fikasi memiliki karakteris�k dalam berbagai �ngkatan, sebagai berikut (a) keterikatan dekat dengan wilayah leluhur dan sumber daya alam di wilayahnya, (b) diiden�fikasi oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain sebagai anggota kelompok dengan budaya yang berbeda, (c) bahasa masyarakat pribumi seringkali berbeda dengan bahasa nasional, dan (d) mempunyai lembaga adat budaya, ekonomi, sosial atau poli�k.Bank Dunia juga mensyaratkan agar proses konsultasi dengan masyarakat adat dapat dilakukan secara terbuka sebelum dimulainya persiapan proyek dan ke�ka pelaksanaan proyek guna mengetahui pandangan mereka serta mendapatkan dukungan sepenuhnya dari masyarakat luas.

    Tujuan:Ÿ Untuk memupuk rasa penuh hormat kepada hak

    asasi manusia, ekonomi, dan budaya Masyarakat Adat.

    Ÿ Untuk menghindari efek buruk pada Masyarakat Adat selama pelaksanaan proyek.

    OP 4.12 Pemindahan Secara Paksa

    Uraian:Pengalaman Bank Dunia menunjukkan bahwa pemindahan pemukiman secara paksa dalam proyek pembangunan, �dak tanggung-tanggung, sering kali menimbulkan risiko ekonomi, sosial, dan lingkungan yang parah; sarana produksi dibongkar, manusia menghadapi pemiskinan ke�ka aset produk�f atau sumber pendapatan mereka hilang; orang dipindahkan ke lingkungan di mana keterampilan produk�f mereka mungkin kurang laku dan �ngkat persaingan untuk sumber daya lebih besar; lembaga kemasyarakatan dan jejaring sosial melemah; kelompok kerabat tersebar; dan iden�tas budaya, kewenangan tradisional, dan potensi saling membantu semakin berkurang atau hilang. Kebijakan ini mencakup pengamanan untuk mengatasi dan mengurangi risiko pemiskinan ini.

    Tujuan:Ÿ Untuk meminimalkan pemindahan.Ÿ Untuk menjamin pemindahan tempat �nggal

    sebagai program pembangunan.Ÿ Untuk memberikan peluang kepada orang yang

    terdampak agar ikut berpar�sipasi. Ÿ Membantu orang yang terlantar untuk

    meningkatkan pendapatannya maupun standar hidupnya, atau se�daknya dapat memulihkan seper� sebelumnya.

    Ÿ Membantu orang yang terlantar tanpa mempedulikan legalitas kepemilikannya.

    Ÿ Membayar kompensasi terhadap aset yang terkena dampak dengan biaya penggan�an.

    Pen�ng untuk