manajemen km op
DESCRIPTION
operasiTRANSCRIPT
MANAJEMEN KAMAR OPERASI
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANGDewasa ini, kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan terus
meningkat, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang pembedahan dari media
massa dan elektronik disamping itu masyarakat sudah sadar hukum, oleh karena itu
perawat dituntut untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan.
Perawat mempunyai peran penting dan aktif dalam memberikan asuhan kepada
pasien sebelum, selama dan sesudah pembedahan. Asuhan yang bersifat kolaboratif dan
asuhan keperawatan mandiri secara bersama-sama dilaksanakan untuk mencegah
komplikasi serta meningkatkan pemulihan secara optimal.
Oleh karena itu, perawat profesional kamar operasi haruslah dilatih untuk dapat
mengambil keputusan dalam lingkup praktek keperwatan sebagai wujud tanggung
jawabnya. Tanggung jawab mempunyai implikasi tanggung gugat dengan
mempertahankan standar asuhan keperawatan kamar operasi pada tingkat yang tinggi
sebagai aspek legal dan kewajiban moral dari perawat kamar operasi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, perawat hendaknya selalu dapat mempertahankan
dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
1.2. TUJUAN
1.2.1.Tujuan Umum
Meningkatkan kompetensi perawat dalam perawatan perioperatif
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahai peran perawat secara keseluruhan dikamar operasi
b. Mampu memahami tentang manajemen kamar operasi
c. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kamar operasi
2
BAB IIISI
1.1. Manajemen Kamar Operasi
1.1.1 Pengertian
Kamar bedah atau kamar operasi adalah ruangan atau salah satu unit di dalam rumah
sakit yang khusus untuk melakukan tindakan pembedahan baik segera (Emergency)
maupun yang berencana (Elective).
Sehingga kamar operasi harus diletakkan pada suatu tempat yang mudah dicapai dari
bagian-bagian dari rumah sakit khususnya UGD, Unit Perawatan Intensif, Radiologi,
patologi dan Unit Perawatan Bedah. Dapat dikatakan bahwa rancang bangun kamar
operasi tergantung dari tipe rumah sakit tersebut sementara jumlah kamar operasi
tergantung dari beberapa hal, yaitu :
Jumlah dan lama waktu operasi yang diperlukan.
Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi bersama fasilitas penunjang
Perimbangan operasi berencana dan darurat
Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar bedah baik jam perhari maupun hari
perminggu.
Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan penyediaan
alat.
1.1.2 Syarat-syarat Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasinya sesuai dengan bentuk dan lahan yang
tersedia. Tetapi tetap memperhatikan dan memiliki persyaratan sebagai berikut :
Bentuk
Sudut-sudut lantai, dinding dan langit-langi harus melengkung. Lapisannya dari
bahan yang keras, tidak berpori, tahan terhadap api, kedap air, tidak mudah kotor
tidak memiliki sambungan, berwarna terang, tidak memantulkan cahaya dan
mudah dibersihkan.
Dinding kamar bedah terbaik terbuat dari bahan porcelain atau Vynil setinggi
langit-langit dan di cat dengan cat tembok yang mengandung weather shield.
3
Ukuran
Ukuran kamar bedah tergantung dari besar dan kecilnya rumah sakit dan
kegunaannya. Tetapi dianjurkan luas minimal 29,1 – 37,16 m2 dan maksimal 56 –
60 m2. Serta tinggi plafon minimal 2,5 cm dan maksimal 3,65 cm. Hal ini untuk
memudahkan penempatan peralatan anestesi, lampu operasi dan memudahkan
pembersihan.
Pintu
Pintu masuk dan keluar pasien haruslah berbeda. Demikian juga dengan pintu
untuk petugas yang berbeda dengan pasien. Setiap pintu harus terdapat kaca
sehingga orang dari luar dapat melihat keadaan didalam tanpa harus masuk. Tipe
pintu yang dianjurkan adalah sliding door, ini dimaksudkan untuk menghindari
terdorongnya udara dari luar kamar bedah. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi
minimal 2,10 m.
Sistem Ventilasi
Sebaiknya memakai sistem pengatur suhu sentral dan dapat diatur dengan alat
control yang memakai filter. Alat tersebut dinamakan Ultraclean Laminar
Airflow.
Sistem Penerangan
Lampu Penerangan didalam bedah memakai lampu pijar dan mudah dibersihkan.
Dan lampu operasi yang digunakan biasanya lampu khusus yang merupakan satu
sistem yang terdiri dari beberapa lampu. Lampu operasi memiliki kekhususan
dalam hal arah dan fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan panas, cahayanya
terang dan tidak menyilaukan. Pencahayaan antara 300 - 500 lux dan pada meja
operasi 10.000 – 20.000 lux.
Sistem Gas Medis
Gas medis dipasang secara sentral memakai pipa. Diusahakan agar sistem
perpipaan melalui bawah lantai atau langit-langit, hal ini bertujuan untuk
mencegah bahaya penimbunan kamar bedah dalam operasi bila terjadi kebocoran.
Pipa gas medis dipasang di dinding atau langit-langit kemudian disambung
dengan pipa yang bisa ditarik sesuai dengan kebutuhan dan memiliki warna yang
membedakan gas nitrogen oksida dan oksigen.
Sistem Listrik
4
Di dalam kamar operasi sebaiknya memiliki 2 macam voltase karena alat-alat
operasi memiliki voltase yang berbeda. Stop kontak harus aman dari kemungkinan
tersentuh oleh petugas, dipasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari lantai. Bila
dalam kamar bedah mempunyai beberapa tombol tempat penyambungan aliran
listrik maka sebaiknya masing-masing stop kontak berbeda sirkuitnya. Hal ini
untuk mencegah bila saat pembedahaan terjadi gangguan listrik maka sambungan
listrik bisa dipindah ke tombol yang lain.
Sistem Komunikasi
Pada kamar operasi, sistem komunikasi sangat vital. Hal ini terutama pada saat
terjadi kasus emergency sehingga komunikasi bisa dilakukan antar kamar bedah,
ruangan lain dan juga laboratorium.
Peralatan
Semua peralatan dalam kamar operasi harus mobile yaitu memiliki roda dan
terbuat dari stainless steel sehingga mudah dibersihkan. Alat standar yang harus
ada dalam kamar operasi yaitu :
o Meja operasi
o Pesawat anestesi
o Lampu operasi yang tergantung tetap diatas meja operasi
o Monitor ECG
o Alat Diatermi
o Suction pump
o Standar infuse
o Baskom tempat instrument kotor dan standarnya
o Tempat alat tenun kotor beroda
o Piala ginjal / nierbekken
o Meja tulis
o 2 buah kursi bundar beroda
o Alat komunikasi intercom
o Jam dinding
o Lampu ruangan
5
1.1.3 Pembagian Area Kamar Operasi
Ada berbagai sebutan dan cara untuk membagi kamar operasi. Yang semuanya
bertujuan untuk menjaga strerilitas kamar operasi. Terdiri dari :
A. Menurut Area Sterilitas
a. Unrestricted Area
Daerah ini harus dipisahkan oleh pintu dengan daerah rumah sakit pada
umumnya. Pada daerah ini bila petugas dan pasien masuk tidak perlu
mengganti pakaian. Ini merupakan daerah peralihan dari luar kedalam kamar
operasi. Yang termasuk daerah ini adalah :
o Ruang tunggu pasien
o Ruang tata usaha
o Ruang kepala kamar bedah
o Ruang rapat
o Ruang ganti baju
o Ruang istirahat
o Gudang
o Kamar mandi & WC
b. Semirestricted Area
Merupakan daerah penghubung antara daerah bebas dengan daerah terbatas.
Setiap orang yang memasuki area ini wajib mengganti pakaian khusus kamar
operasi, masker dan topi. Demikian pula dengan pasien. Yang termasuk
daerah ini adalah :
o Ruang persiapan premedikasi
o Koridor
o Recovery room
o Ruang penyimpanan alat steril dan tidak steril
o Ruang pencucian alat bekas pakai ruang sterilisasi
o Ruang depo farmasi
o Ruang pembuang limbah operasi.
c. Restricted Area
Nama lainnya adalah Area High Septik, yang termasuk area ini adalah :
6
o Ruang cuci tangan
o Ruang induksi
o Ruang tindakan pembedahan (O.K)
B. Menurut 5 zona
a. Zone 4 (General Zone)
Yang termasuk zone ini adalah ruang tunggu, ruang tamu, kantor, ruang
dokter, ruang administrasi, ruang laboratorium patologi, runag penyimpanan
peralatan non steril, ruang ganti pakaian, ruang istirahat staf bedah, ruang
penyimpanan peralatan anestesi, ruang tempat penyimpanan makanan, toilet.
b. Zone 3 (Clean Zone)
Yang dimaksud dengan ruang ini adalah ruang penerimaan pasien dibagian
bedah, ruang anestesi, ruang endoscopi, tempat penyimpanan darah dan obat-
obatan.
c. Zone 2 ( Superclean Zone)
Area ini terdiri dari kamar bedah, area cuci tangan dan tempat memakai jas
operasi steril, ruang tempat penyimpanan peralatan bedah, tempat
penyimpanan linen steril dan ruang postanetesi. Untuk kru operasi yang tidak
ikut tindakan pembedahan, sebaiknya berada minimal 1 m dari tim operasi.
d. Zone 1 (Ultraclean Zone)
Adalah daerah 1 m dari luka operasi. Yang terdiri dari meja mayo dan meja
instrument.
e. Zone 0 (Aseptic Zone)
Merupakan area akan dilakukan insisi. Area ini mulai disebut area 0 ketika
pasien diletakkan di meja operasi, dilakukan anestesi, diberi antiseptic
dilakukan insisi sampai penjahitan selesai dilakukan.
C. Menurut Fungsinya
a. Daerah Bebas
Daerah dimana orang yang berada disini tidak perlu mengganti pakaian
dengan pakaian operasi khusus.
b. Daerah Peralihan
Merupakan daerah untuk alur peralihan dari daerah bebas ke daerah terbatas.
Sehingga perlu diatur alur untuk pasien, petugas dan peralatan, sebagai berikut
Alur pasien : pintu untuk pasien pra dan pasca bedah berbeda.
7
Alur petugas : pintu petugas berbeda dengan pasien.
Alur peralatan : pintu keluar masuk untuk peralatan kotor dan bersih
berbeda
Daerah peralihan ini terdiri sebagai berikut :
Preoperative Checkin Unit
Pasien yang akan menjalani pembedahan masuk melalui area ini. Disini
pakaian pasien diganti dengan pakaian kamar bedah.
Preoperative Holding Area
Ditempat ini pasien dipasang infus serta pencukuran area operasi dan
pemasangan kateter bila dibutuhkan dan premedikasi sebelum dilakukan
pembedahan.
Ruang Ganti Pakaian
Merupakan ruang ganti untuk petugas kamar operasi.
Ruang Istirahat
c. Daerah Penunjang
Ruang penunjang ini merupakan bagian yang penting dari keseluruhan sistem
pelayanan kamar bedah. Yang terdiri dari :
Ruang Administrasi / Tata Usaha
Kantor
Ruang Rapat
Ruang Laboratorium
Ruang Radiologi
Recovery Room
Ruang Cuci Tangan
Ruang Penyimpanan Alat-alat Anestesi
Ruang Penyimpanan Alat-alat bedah
Ruang Pencucian peralatan / Instrumen
Ruang Sterilisasi
Ruang Farmasi
Koridor
Gudang
8
1.2. Ketenagaan Kamar operasi
1.2.1. Pengorganisasian Kamar Operasi
Struktur organisasi adalah cara membagi pekerjaan, dikelompokkan dan dikoordinasi
secara formal. Saat ini terjadi kecenderungan untuk menyatukan beberapa unit kamar
operasi dalam satu bangunan yang komprehensif dengan alasan :
a. Dengan melakukan sentralisasi kamar bedah, lebih mudah dan murah untuk
mengadakan sarana penunjang kegiatan kamar bedh separti, listrik, mekanik, dan
perekayasaan yang dibutuhkan.
b. Kebutuhan dana untuk kamar pengadaan ruangan bagi fasilitas penunjang seperti
ruang ganti baju, ruang kantor dan lainnya dapat diperkecil.
c. Pengelompokkan kamar bedah memungkinkan adanya fleksibilitas pengunaan
ruang operasi untuk menghadapi fluktuasi kebutuhan.
d. Sentralisasi kamar bedah akan memudahkan manajemen dan supervisi. Kualitas
dan tingkat kemampuan manajemen merupakan salah satu kunci terpenting untuk
mencapai efektifitas unit kamar bedah.
e. Dengan adanya sentralisasi kamar bedah, maka penghematan ketenagaan dapat
dilakukan dengan mengurangi waktu yang tidak terpakai.
Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 1992 menetapkan 7 standar kamar
operasi seperti dibawah ini :
Standar 1. Falsafah dan tujuan
Pelayanan di kamar operasi harus memiliki falsafah dan tujuan tertulis yang
mencerminkan pelayanan medis dan pelayanan keperawatan agar dapat tercipta
koordinasi dan kesinambungan pelayanan pasien selama dilakukan tindakan
pembedahan.
Standar 2. Administrasi dan pengelolaan
Kamar operasi merupakan bagian integrall dari unit rumah sakit dan diatur agar
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Standar 3. Staf dan pimpinan
Pelayanan kamar operasi harus dilakukan oleh tenaga perawat dan non perawat
yang terlatih dan berpengalaman.
9
Standar 4. Fasilitas dan peralatan
Rancang bangun dan peralatan kamar operasi harus memenuhi syarat agar dapat
mendukung terselenggaranya pelayanan pembedahan yang efektif dan didukung
dengan program pemeliharaan peralatan kedokteran dan pengamanan.
Standar 5. Kebijakan dan prosedur
Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan dan pelayanan kamar operasi harus
dibuat tertulis dan dipasang pada kamar operasi.
Standar 6. Pengembanngan staf dan program pedidikan
Pendidikan berkelanjutan harus dikembangkan untuk tenaga dari uunit tersebut
sehingga staf dapat meningkatkan pengetuhuan, keterampilan, dan
kemampuannya untuk melaksanakn tindakan dan prosedur baru.
Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian mutu
Harus ada prosedur evaluasi untuk menilai penampilan kerja staf dan mutu
pelayanan pembedahan.
1.2.2.Ketenagaan Kamar Operasi
1. Kepala Unit Kamar Bedah
2. Wakil Kepala Unit Kamar Bedah
3. Koordinasi Sekretariat
4. Koordinator Sub Unit Pelayanan
5. Koordinator Sub Unit Penunjang
6. Koordinator Sub Unit Pendidikan dan Pelatihan
7. Penanggung Jawab Pelayanan Operasi Besar dan
Sedang
8. Pennggung Jawab Pelayanan Operasi Khusus
9. Penanggung Jawab operasi Kecil dan Bedah
Ambulatori
10. Penanggung Jawab Pelayanan Operasi Endoskopi dan
Bedah Invasif Minimal
11. Penanggung Jawab Pelayanan Kamar Persiapan dan
Kamar Pulih
10
Gambar 1. Alur pasien di kamar operasi
1.3. Etika Kerja Kamar Operasi
Etika kerja ialah nilai-nilai / norma tentang sikap perilaku/budaya yang baik yang
telah disepakati oleh masing-masing kelompok profesi di kamar operasi. Adapun
tujuannya agar anggota tim melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dengan
baik serta penuh kesadaran terhadap pasien dan keluarga.
1.3.1. Tata tertib kamar operasi
a. Wajib memakai baju khusus
Semua orang yang masuk kamar operasi tanpa kecuali wajib memakai baju
khusus sesuai ketentuan, topi, dan masker.
b. Tahu pembagian area
Semua petugas memahami tentang adanya ketentuan pembagian area kamar
operasi dengan segala konsekuensinya dan memahami ketentuan tersebut
11
Unit rawat inap,rawat intensif dan rawat darurat
Dipindahkan
Persiapan
Induksi
OPERASI
Pemindahan
Rawat intensif
Pemulihan
Ruangan
c. Memahami dan melaksanakan teknik aseptic sesuai peran dan fungsinya
d. Melaksanakan jadwal operasi
Semua anggota tim harus melaksanakan jadual harian operasi yang telah
dijadwalkan oleh perawat kepala kamar operasi.
e. Perubahan jadwal operasi harus disetujui ahli bedah dan perawat kepala
f. Pembatalan jadwal operasi harus dijelaskan oleh ahli bedah kepada pasien dan
keluarganya
g. Petugas bekerja sesuai uraian tugas yang telah ditentukan
h. Memberikan askep perioperatif sesuai dengan peran dan fungsinya, agar dapat
memberikan asuhan secara paripurna
i. Melakukan pemeliharaan alat dan ruangan kamar operasi dengan penuh tanggung
jawab.
j. Mendokumentasikan semua tindakan
k. Wajib menjamin kerahasiaan informasi
l. Berbicara seperlunya
Khusus pada pasien dengan pembiusan regional ( lumbal anestesi ) , tim bedah
harus berbicara seperlunya karena pasien dapan mendengar dan melihat keadaan
sekitarnya,
2.3.1. Pencatatan dan pelaporan
Asuhan Keperawatan
Registrasi pasien kamar bedah
Pemakaian obat-obatan, harus ditulis dengan lengkap dan jelas diformulir yang
telah tersedia
Peristiwa / kejadian luar biasa harus segera dilaporkan sesuai dengan system yang
berlaku
Catatan kegiatan rutin
Catatan pengiriman bahan pemeriksaan laboratorium harus ditulis lengkap, jelas
da singkat pada formulir yang telah tersedia
Laporan operasi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh ahli bedah/operator
Laporan anestesi harus ditulis lengkap, jelas, dan singkat oleh anestesi/perawat
anestesi.
12
1.4. Teknik aseptik-antiseptikAsepsis adalah prinsip bedah untuk mempertahankan keadaan bebas kuman. Keadaan
asepsis merupakan syarat mutlak dalam tindakan bedah.
Antisepsis adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas
kuman patogen. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dengan
membunuh kuman patogen.
A. Sumber Infeksi
Udara
Udara merupakan sumber kuman, karena debu yang halus di udara
mengandung sejumlah mikroba yang dapat menempel pada alat bedah,
permukaan kulit maupun alat lain di ruang pembedahan. Suasana yang lembab
merupakan kondisi yang baik buat pertumbuhan dan reproduksi bakteri.
Alat dan Pembedah
Mikroba atau bakteri dapat berpindah melalui perantara yang berupa hewan,
manusia dan alat atau instrument bedah yang terkontaminasi.
Kulit
Ada 2 macam mikroorganisme yang tinggal pada kulit manusia. Flora
komensal yang ada pada keadaan normal terdapat di kulit dan tidak patogen
sampai kulit terluka. Flora transien yang dipindahkan ke kulit melalui sumber
pencemaran.
Visera
Bakeri yang berada di usus dalam keadaan fisioligik umumnya adalah bakteri
komensal tetapi dapat menjadi patogen melaui luka pembedahan.
Darah
Darah penderita infeksi atau sepsis mengandung virus atau bakteria patogen
sehingga penyakit mudah ditularkan bila alat bedah yang digunakan untuk
penderita lain tanpa disucihamakan dahulu.
B. Pengendalian Infeksi
Lingkungan pembedahan
Lingkungan sekitar pembedahan merupakan dareah aseptik. Karena itu tidak
dapat dipakai untuk tindakan lain agar keadaan aseptic tetap terjaga.
13
Udara kamar operasi harus diganti setiap 18-25 kali tiap jam dan ini baru
dapat dilaksanakan bila tekanan dalam kamar operasi lebih positif.
Kelembaban udara yang rendah akan mengurangi kelistrikan statis sehingga
transmisi bakteria lebih sedikit. Kelembaban kamar bedah ini sebaiknya dijaga
sekitar 50 %. Kamar operasi sebaiknya bersuhu sejuk agar personil kamar
operasi dapat bekerja tanpa berkeringat. Standar suhu yang dianjurkan 20o –
24o C.
Personil Kamar Operasi
Personil medik dan paramedik merupakan pembawa kuman melalui kontak
langsung atau udara, karena S.aureus dari hidung, ketiak, daerah anus,
perineum dan genitalia sangat mudah disebarkan. Maka petugas kamar operasi
dan orang yang berada di kamar operasi harus tunduk pada peraturan dan
teknik asepsis yang berlaku, antara lain sbb :
o Mencuci tangan sesuai prosedur, terutama untuk kru bedah steril. Dan
menjaga sterilitas tangan dengan posisi tangan di depan dada.
o Memperhatikan sterilitas badan sebatas pinggang ke atas dan dibawah
dagu.
o Mentaati zone sterilitas kamar operasi.
o Menjaga jarak aman dari alat steril minimal 30 cm
o Kru bedah yang sudah memakai jas steril harus selalu menghadap ke steril.
Dan bila bersisihan jalan harus saling membelakangi.
o Semua kru bedah yang ada di area steril harus berbicara seperlunya saat
pembedahan. Terutama pada pasien dengan pembiusan regional (lumbal
anestesi) karena pasien masih dalam keadaan sadar.
o Membatasi berjalan-jalan dalam kamar operasi, agar bagian tubuh yang
tidak steril jangan sampai menyentuh bagian steril.
o Ahli anestesi dan perawat sirkuler tidak boleh melintas di depan tim
operasi yang sudah memakai baju operasi steril.
o Tim bedah steril haruslah memakai gaun steril, masker dan tutup kepala.
Gaun steril penutup badan mengurangi kontaminasi. Tutup kepala
melindungi rambut agar tidak menyebarkan kuman. Masker mencegah
kontaminasi dari hidung, mulut, cambang dan kumis. Gaun steril harus
diganti setiap berganti tindakan.
14
o Memeriksa keutuhan sarung tangan steril sebelum dipakai. Dan sarung
tangan yang dipakai harus sesuai dengan ukuran tangan.
o Setiap pergantian operasi, harus mengganti sarung tangan dan jas operasi.
Pakaian Dasar dan Gaun Bedah
Pakaian bedah dibagi dua macam yaitu yang dipakai setiap orang yang masuk
ke kamar bedah yang merupakan pakaian dasar dan gaun operasi yang dipakai
oleh petugas yang melakukan tindakan pembedahan yang merupakan gaun
penutup steril.
Cuci Tangan
Cuci tangan yang dimaksud disini adalah cuci tangan dengan teknik
Fuerbringer, yaitu menggunakan sikat dan sabun dibawah air mengalir dengan
prosedur tertentu agar tangan dan lengan bawah bebas dari mikroorganisme.
Teknik Tanpa Singgung
Bertujuan untuk mengusahakan agar benda steril yang akan dipakai tidak
bersinggungan dengan kulit tangan pemakai.
1.5 Pembersihan Kamar Operasi
Untuk menjaga kesterilan kamar operasi maka kamar operasi dan peralatan yang
didalamnya perlu dibersihkan secara periodik, sehingga bisa mencegah terjadinya infeksi
nosokomial yang berasal dari kamar bedah. Ada 3 macam pembersihan kamar operasi,
yaitu :
Pembersihan rutin / harian : Pembersihan ini dilakukan sebelum dan sesudah kamar
operasi digunakan.
Pembersihan Mingguan : Dilakukan setiap minggu
Pembersihan Sewaktu : Dilakukan bila kamar bedah digunakan untuk tindakan
pembedahan dalam kasus infeksi
1.6 Penanganan Limbah Kamar Operasi
Pembuangan dan penanganan limbah berdasrakan pada jenis limbah dengan prinsip
limbah padat dan cair ditangani secara terpisah.
Cara penanganan limbah :
Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ke tempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.
15
Limbah padat / anggota tubuh, ditempatkan dalam kantong / tempat tertutup yang
selanjutya dibakar / dikubur di rumah sakit sesuai ketentuan yagn berlaku atau
diserahkan ke keluarga pasien.
Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yagn tertutup
serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang di tempat pembuangan
rumah sakit.
Limbah infeksi diitempatkan pada tempat tertutup dan tidak mudah bocor serta
diberi label merah untuk dimusnahkan.
1.5. Jenis Alat Pembedahan
Instrumen atau peralatan operasi yang dimaksud disini adalah alat-alat yang disiapkan
dalam kondisi steril (suci hama) dan digunakan untuk tindakan pembedahan.
Instrumen dasar ini dipergunakan untuk pembedahan yang sifatnya sederhana dan
tidak memerlukan instrumen tambahan seperti eksisi atau eksterpasi tumor,
herniotomi, mastektomi, subtotal lobektomi dsb.Yaitu berupa Alat Kedokteran, Alat
Tenun dan Alat Kesehatan.
Instrumen dasar yang disiapkan antara lain :
Gagang pisau (Scalp Blade & Handle ) no.3 1 buah
Gagang pisau (Scalp Blade & Handle ) no.4 1 buah
Gunting jaringan 19,5 cm / Metzenbaum Scissors 1 buah
Gunting bengkok tumpul 17 cm (Mayo Scissors) 1 buah
Gunting bengkok tajam 16,5 cm 1 buah
Pinset anatomis (Tissue Forcep) 14/13 cm 1 / 1 buah
Pinset chirurgic (Disseting Forcep) 13/14 cm 1 / 1 buah
Arteri klem pean (Arteri Klem Van pean / Crhom) bengkok 14 cm 10 buah
Arteri klem pean ( Delicate Hemostatic Forcep pean Curve) lurus 14 cm 10 buah
Klem jaringan 15 cm 2 buah
Arteri klem kocher ( Kocher Arteri Forchep) 14 cm 6 buah
Naldvoelder 20 cm 4 buah
Spatel perut besar/kecil 1 / 1 buah
Doek klem ( Towel Klem) 14 cm 6 buah
Woendhaak berdaun panjang / langenback 22,5 cm 1 pasang
O haak 22,5 cm 1 pasang
Wound haak bergigi tumpul 4, 22,5 cm 1 pasang
16
Prepare klem (45o, 60o, 90o) 1 / 1 / 1 buah
Ujung suction 1 buah
Nierbekken 1 buah
Mangkok desinfektans 2 buah
Slang suction (2,5 – 3 cm) 1 buah
Gunting benang (Ligature Scissor) 2 buah
Jarum (berbagai bentuk) dan tempatnya 1 set
Instrumen dasar yang disediakan ini tidak semuanya dipakai, karena hal itu tergantung
dari kondisi pasien, situasi operasi dan kebutuhan operator. Sehingga tak jarang,
instrumen dasar ini perlu dilengkapi oleh instrument tambahan. Atapun juga
instrumen dasar tetapi berbeda ukuran.
2.2.1 Kelengkapan Instrumen
Selain dengan instrumen dasar yang disiapkan tersebut ada perlengkapan lain yang
juga harus disiapkan untuk menunjang jalannya operasi, baik dalam kondisi steril
maupun onsteril. Yaitu :
A. Alat Tenun
Adalah semua alat yang terbuat dari kain (tenun) dengan berbagai macam
fungsinya. Syarat umum untuk alat tenun yaitu :
Terbuat dari katun 100%
Warna khusus sehingga berbeda dengan warna yang digunakan diruangan.
Selain itu bukan warna yang mencolok sehingga tidak menyebabkan mata
lelah.
Panjang laken harus dapat menutupi area steril dan tidak boleh menyentuh
lantai.
Jenis & Ukuran Alat Tenun yang dibutuhkan Ruang Operasi :
Laken besar, kepala 210 x 150 cm & Kaki 240 x 200 cm
Laken Kecil, 150 x 100 cm
Laken pembungkus alat (Laken berlapis)
Alas meja dorong (trolly) 100 x 75 cm
Duk lubang
Duk operasi
Baju dan celana operasi
Jas operasi
17
Topi operasi
Barakschort
Penutup kepala pasien
Kantong sarung tangan
Kantong canula suction dan cauter 30 x 30 cm
Sarung cauter
Sarung kaki
Sarung tabung oksigen
Sarung meja mayo 75 x 50 cm
Handuk steril 30 x 15 cm
Baju pasien kamar bedah
Perlak besar 110 x 75
Perlak kecil 50 x 40 cm
Skort plastik / karet
B. Alat Kesehatan
Benang
Ada tiga hal yang menentukan pemilihan benang jahit, yaitu bahan asal,
kemampuan tubuh untuh menyerapnya dan susunan filament benang.
o Bahan Asal
Menurut bahan asal, benang dibagi dalam benang yang terbuat dari usus
domba ( CATGUT ) dan dibedakan menjadi CATGUT murni dan
CATGUT CROMIC yang bahannya tercampur larutan asam kromat.
Catgut diserap kira-kira 1 minggu sementara Catgut Cromic diserap sekitar
2 – 3 minggu.
Selain itu, terdapat benang yang berasal dari silk dan kapas. Kedua bahan
ini bereaksi dengan jaringan tubuh meski minimal karena mengandung
bahan kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat diperkuat bila
dibasahi dengan larutan garam terlebih dahulu.
Disamping itu ada juga bahan yang dibuat dari bahan sintesis, baik itu dari
asam poliglikonik maupun poliglaktin -910 yang inert dan memiliki daya
tegang yang besar. Benang ini dapat dipakai pada semua jaringan,
termasuk kulit. Ataupun juga yang terbuat dari polyester, nailon atau
polipropilen yang umumnya dilapisi oleh bahan pelapis Teflon atau
18
dakron. Benang ini mempunyai daya tegang besar dan dipakai untuk
jaringan yang memerlukan kekuatan penyatuan yang besar.
o Kemampuan Tubuh untuk Menyerap
Benang yang dapat diserap melalui reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini
banyak dipakai. Penyerapan benang oleh jaringan dapat berlangsung
antara tiga hari sampai tiga bulan tergantung dari jenis benang dan kondisi
jaringan yang dijahit. Yang terdiri dari Catgut dan juga Asam Poligiklolik
dan Poliglaktin 910. Benang yang tidak dapat diserap oleh tubuh terbuat
dari bahan yang umumnya tidak menimbulkan reaksi jaringan karena
bukan merupakan bahan biologik. Benang ini dapat berasal dari sutra yang
sangat kuat dan liat, dari kapas yang kurang kuat dan mudah terurai, dan
dari polister yang merupakan bahan sintetik yang kuat dan biasanya
dilapisi Teflon. Selain itu juga terdapat benang nailon yang berdaya-tegang
besar, yang dibuat dari polipropelin yagn terdiri dari bahan yagn sangat
inert, dan baja yang terbuat dari baja tahan karat.
Karena tidak dapat diserap, maka benang akan tetap berada didalam tubuh.
Benang jenis ini biasanya dipakai pada jaringan yang sukar sembuh. Bila
terjadi infeksi, akan terbentuk fistel yang baru dapat sembuh setelah
benang, yang bersifat benda asing, dikeluarkan.
o Susunan Filamen Benang
Menurut bentuk untaian seratnya, benang dapat berupa monofilament bila
hanya terdiri dari satu serat saja dan polifilamen bila terdiri dari banyak
serat yang diuntai menjadi satu. Cara menguntainya dapat sejajar dibantu
bahan pelapis, atau diuntai bersilang sehingga penampangnya lebih bulat,
lebih lentur dan tidak mudah bergulung.
Ukuran benang ditentukan dalam metric atau satuan baku Eropa. Ukuran
terkecil dalam standar Eropa 11.0 (=11 kali 0) dan ukuran terbesar adalah 7.
Ukuran benang merupakan salah satu faktor yang menentukan kekuatan
jahitan, karena itu pemilihannya bergantung pada jaringan yang dijahit.
Sedang kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan yang dibuat, jarak
jahitan, dan jenis benang.
19
Tabel 2.1 Ukuran dan jenis benang untuk berbagai jenis jaringan.
Jarum
Jarum jahit bedah, yang lurus dan lengkung memiliki perbedaan yang terletak
pada penampang batang jarum bulat atau bersegi tajam, bermata atau tidak
bermata. Yang masing-masing memiliki kegunaan, cara mempersiapkan dan
memasang benang berbeda. Kelengkungan jarum berbeda untuk kedalaman
jaringan yang berbeda. Sedangkan penampang batang jarum dipilih
berdasarkan lunak-kerasnya jaringan. Jarum yang sangat lengkung untuk luka
yang dalam dan penampang yang bulat untuk jaringan lunak dan bersegi untuk
kulit. arum yang bermata akan membuat lubang tusukan lebih besar sedangkan
jarum yang tidak bermata (Atraumatik) akan membuat lubang lebih halus.
Alat-alat Disposible
Yang dimaksud disini berupa kassa, sufratulle, hypafix, underpads, dower
kateter dll.
20
Lokasi Penjahitan Jenis Benang Ukuran
Eropa Metric
Fasia Semua 2.0 -1 3 – 4
Otot Semua 3.0 -0 2 – 3,5
Kulit Tak terserap 2.0 – 6.0 3 – 0,7
Lemak Terserap 2.0 – 3.0 3 – 2
Hepar Cromic Catgut 2.0 – 0 3 – 3,5
Ginjal Catgut 4.0 1,5
Pancreas Silk, Kapas 3.0 2
Usus halus Catgut, Silk, Kapas 2.0 – 3.0 3 – 2
Usus besar Cromic Catgut 4.0 – 0 1,5 – 3,5
Tendon Tak terserap 5.0 – 3.0 1 – 2
Kapsul sendi Tak terserap 3.0 – 2.0 2 – 3
Peritoneum Cromic Catgut 3.0 – 2.0 2 – 3
Bedah mikro Tak terserap 7.0 – 11.0 0,5 – 0,1
2.6. Perawatan periopertif
2.6.1 Perawatan periopertaif meliputi perawatan sebelum, selama, dan sesudah
pembedahan. Bertujuan untuk :
a. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien atau tim bedah lain.
b. Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan perioperatif
c. Mengetahui akibat pembedahan dan pembiusan yang dilakukan terhadap pasien
d. Mengetahui akibat pembedahan dan pembiusan yang dilakukan terhadap pasien
e. Mengantisipasi dan mengevaluasi kesulitan yang timbul
f. Mengevaluasi pengadaan, penggunaan, pemeliharaan alat serta tindakan, secara
berkesinambungan
2.6.2 Pengkajian pasien pre operatif:
Pengkajian keperawatan kepada pasien selama dilakukan tindakan operasi dapat
menggunakan format SAMPLE.
Ceklis persiapan pasien serah terima pasien yang masuk kamar operasi:
a. Inform Consent
b. Hasil pemeriksaan penunjang
c. Baju operasi
d. Perhiasan sudaah dilepas
e. Skiren luka operasi
f. Skintest antibiotika
g. Lavement
h. Pemasangan infus
i. Persediaan darah bila perlu
j. Konsul Ahli Anestesi
k. Bimbingan psikologis
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan
b. Nyeri
c. Gangguan kesimbangan cairan
d. Resiko injuri
21
2.6.3 Pengkajian pasien intra operatif:
Pengkajian keperawatan kepada pasien selama dilakukan tindakan operasi dapat
menggunakan format A,B,C, dst
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan
b. Resiko Injuri berhubungan dengan penggunaan peralatan bedah
c. Perubahan kesadaran
d. Resiko Penurunan cardiac output
e. Perubahan pola nafas
f. Penurunan ventilasi berhubungan dengan paparan agen anestesi
g. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, kehilangan
cairan tubuh
2.6.4 Pengkajian pasien post operatif:
Pengkajian keperawatan kepada pasien selama dilakukan tindakan operasi dapat
menggunakan format A,B,C, dst
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Cemas
b. Resiko Injuri
c. Perubahan kesadaran
d. Resiko Penurunan cardiac output
e. Perubahan pola nafas
f. Penurunan ventilasi berhubungan dengan paparan agen anestesi
g. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, kehilangan cairan
tubuh
2.6.5 Intervensi keperawatan
a. Mengontrol kecemasan
b. Melakukan observasi tanda-tanda vital
c. Melakukan penghitungan perdarahan dan kehilangan cairan
d. Melakukan rehidrasi cairan
e. Measang tali pengaman
22
f. Melakukan penghitungan penggunaan peralatan dan kasa
g. Pemasangan arde diatermi dengan benar
23