kerangka dasar vertikal laporan sendiri dan kelompok

55
41 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan pada era globalisasi pada saat ini sangatlah pesat. Dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk mempermudah para ahli untuk menyelesaikan segala masalah dalam pengembangan pemanfaatan alam dalam hal ini bidang terkait adalah bidang teknik sipil, dalam laporan ini menjabarkan dan melaporkan hasil pengamatan yang mengenai pengukuran tanah tentang kerangka dasarvertikal. Oleh karena , perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang teknik sipil seperti pengukuran kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titik yang nantinya dapat dipergunakan untuk mengetahui kontur dari tanah tempat bangunan akan didirikan dan segala perangkat untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran KDV serta pengolahan datanya telah tersedia di dalam laporan ini. 1.2 Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran KDV. 2. Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran KDV. 3. Dapat mengolah data hasil pengamatan KDV dengan benar. 1.3 Prinsip Dasar Pengukuran Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7

Upload: rizkysamuraiflamenco

Post on 24-Jul-2015

211 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pembangunan pada era globalisasi pada saat ini sangatlah pesat.

Dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk mempermudah para ahli

untuk menyelesaikan segala masalah dalam pengembangan pemanfaatan alam dalam hal ini

bidang terkait adalah bidang teknik sipil, dalam laporan ini menjabarkan dan melaporkan

hasil pengamatan yang mengenai pengukuran tanah tentang kerangka dasarvertikal. Oleh

karena , perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang teknik sipil seperti

pengukuran kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titik yang nantinya

dapat dipergunakan untuk mengetahui kontur dari tanah tempat bangunan akan didirikan dan

segala perangkat untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran KDV serta pengolahan

datanya telah tersedia di dalam laporan ini.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran KDV.

2. Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran KDV.

3. Dapat mengolah data hasil pengamatan KDV dengan benar.

1.3 Prinsip Dasar Pengukuran

Untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas

mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu:

1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah

2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran

1.4 Volume Perkejaan

Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan. Berikut

adalah hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan :

|

Page 2: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

a. Persiapan perlengkapan alat ukur.

b. Persiapan pengukuran

c. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik.

d. Pengukuran sipat datar profil melintang.

1.5 Metode Penulisan

Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan praktikum survey

dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan studi lapangan dan studi

literatur.

1.6 Studi Lapangan

Metode penulisan yang digunakan untuk pengisian data pada tabel hasil pengamatan

praktikum sipat datar (Waterpass) adalah dengan studi lapangan atau pengamatan langsung di

lapangan.

1.7 Studi Literatur

Metode penulisan yang digunakan untuk menghitung data hasil pengamatan lapangan

serta penyusunan laporan adalah dengan metode literatur atau berdasarkan rumusan-rumusan

yang didapat dari berbagai macam sumber buku yang berhubungan dengan ilmu ukur tanah.

|

Page 3: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan

Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik

yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang

rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka airlaut rata-

rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal. Maksud pengukuran tinggi adalah

menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila tinggi h diketahui antara dua titik A dan B,

sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Hadan titik B letak lebih tinggi daripada titik A,

maka tinggi titik B, Hb = Ha + h. Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B

adalah jarak antara duabidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah

bidang yang lengkung,tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang

nivo yang melalui titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar. Beda

tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara:

a. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati

tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam hal ini

misalnya elevasi ± 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata.

b. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur

yang cukup t mkop-eliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat ukur

Theodolit.

c. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis

bidik atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat datar

(waterpass). Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode

pengukuran yang paling teliti. Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan

tinggi hasil pengukuran sipat datar.

|

Page 4: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

2.2 Tujuan Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif

akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup

layak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.

2.3 Metode Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran Sipat Datar KDV adalah pembuatan serangkaian titik-titik dilapangan

yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian titik-

titik lain yang lebih detail dan banyak.

Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:

1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,

2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,

3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat

diatas harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus

diaturter lebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi. Pengukuran dengan cara

menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda tinggi dua titik adalah jarak antara

kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya bidang nivo dianggap mendatar

untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila demikian, beda tiggi h dapat

ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang sembaranng dan dua mistar yang

dipasang di atas kedua titik A dan B.

2.4 Macam-Macam Alat Ukur Sipat Datar

Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi menjadi empat

macamutama, yaitu:

|

Page 5: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan

diatas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu

putar. Arah Garis Nivo dan Bidik

b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada

teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai

sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letaknya searah dengan garis

bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari

bagian bawah alat ukur penyipat datar.

Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat

dilakukan dengan tiga cara penempatan alat sipat datar tergantung pada keadaan di lapangan,

adapun tiga cara penempatan alat sipat datar, yaitu:

a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan

diukur beda tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya telah berdiri

rambu ukur. Sebagai contoh, hasil bidikan tadi kita beri nama a. Setelah di ketahui a,

pindahkan alat sipat datar ke titik A, lakukan bidikan yang sama terhadap titik B, maka di

ketahuilah hasil bidikan terhadap titik B yaitu b. Beda tinggi dari kedua titik tersebut ( h)

dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu diketahui bahwa dalam setiap pengukuran, letak

gelembung nivou harus berada di tengah-tengah.

b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk

suatu garis lurus, ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B, Arahkan garis

bidik dengan gelembung di tengah–tengah ke titik A (belakang) dan ke titik B (muka) yang

telah berdiri rambu ukur, dan misalkan pembacaaan pada dua mistar berturut– turut ada b

(belakang) dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa angka–angka pada rambu selalu

menyatakan jarak antara angka dan alas mistar, maka dengan mudahlah dapat dimengerti,

bahwa beda tinggi antara titik–titik A dan B ada h = b – m.

c. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tdak diantara titik A dan B, tidak pula diatas

salah satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi

diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A dan B

sekarang adalah berrturut-turut b dan m lagi, sehingga digambar didapat dengan mudah,

bahwa beda tinggi t = b – m. 7

|

Page 6: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

2.5 Penyetelan Instrumen Sipat Datar

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat datar adalah :

- Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertikal.

- Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.

- Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat datar.

Penyetelan instrument sipat datar wye adalah sebagai berikut :

- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis – garis rangka teleskopnya.

- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivau tabung dari teleskopnya.

- Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertical.

Gambar 1 Dumpy Level (type kekar)

Keterangan:

1. Teropong

2. Nivo Tabung

3. Pengatur nivo

4. Pengatur diafragma

5. Kunci horizontal

6. Skrup kiap

|

Page 7: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

7. Tribrach

8. Trivet

9. Kiap (leveling head)

10. Sumbu ke-1 6

2.6 Kesalahan-keslahan Pada Sipat Datar

Sesuai dengan karateristik, kesalahan dapat di bedakan dalam 3 klasifikasi

sebagaiberikut :

1. kesalahan acak

2. kesalahan sistematis

3. kesalahan Blunder

2.7 Pengenalan Alat Ukur

Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat penyipat

datar (waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel pengukuran, serta alat

tulis dan kalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai alat ukur serta bagian-bagiannya.

a. Waterpass Bagian – bagian penting dari alat waterpass Teropong jurusan Teropong

jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat Susunan lensa- lensa yang terdiri dari

lensa objektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat

kaca yang dibalur dengan bingkai dari logam (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat

goresan benang silang.

Nivo adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah-arah

horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya Nivo dibagi menjadi dua macam yaitu Nivo

kotak dan Nivo tabung. Pada waterpass yang digunakan adalah Nivo kotak. Nivo kotak,

terdiri atas kotak dari gelas yang dimasukkan dalam montur dari logam sedemikian hingga

bagian atas tidak tertutup. Kotak tersebut diisi dengan cairan atsiri (ether atau alkohol),

|

Page 8: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

bidang atas dari gelas diberi bentuk bidang lengkung dengan jari-jari besar. Bagian kecil

kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga bagian ini dari atas terlihat sebagai gelembung.

Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas. Garis singgung

pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah Nivo. Nivo kotak dikatakan

seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah. Cara mengaturnya dengan memutar tiga

sekrup penyetel. Sekrup-sekrup pada waterpass dan fungsinya : Sekrup koreksi Nivo,

mengatur agar garis arah Nivo berubah dari keadaan semula terhadap garis bidik teropong

dan sumbu tegak. Sekrup koreksi diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar

berubah terhadap garis arah Nivo dan sumbu tegak. Sekrup penyetel, mengatur kedudukan

bagian atas seluruhnya berubah terhadap bagian bawah. Sekrup helling, mengatur kedudukan

garis bidik dan garis arah Nivo bersama-sama berubah terhadap sumbu tegak.

b. Mistar / Rambu ukur Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4

meter, bahkan ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar

ini dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap cm ada

blok 10 merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih

dan hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.

c. Statip Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai

kaki untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk

menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata karena

dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada Nivo.

d. Pita Ukur Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam

minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50 meter. Pita

ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.

e. Payung Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu

sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan Nivo tidak menguap.

f. Tabel Pengukuran Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel

pengukuran untuk memudahkan analisa data.

g. Alat tulis dan Kalkulator Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan

menghitung koreksi kesalahan pembacaan benang.

|

Page 9: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

h. Patok kayu dan paku Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil

pengukuran, dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan

menggunakan patok/paku. Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pengukuran menyipat datar

dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila dua titik tentu itu terletak

jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-kira 2 km, maka beda tinggi antara dua titik itu

ditentukan dengan mengukur beda tinggi titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang

tentu itu. Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah cara

menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar ditempatkan

antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak antara alat

penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini memberi hasil

paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran dapat saling

memperkecil.

|

Page 10: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

BAB III

TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR

3.1 Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan dan mengaplikasikan berbagai metoda

pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktik pengukuran dan

pemetaan Ilmu Ukur Tanah.

3.2 Tujuan Instruksional Khusus

Pengukuran Sipat Datar KDV Dapat menyebutkan jenis – jenis alat yang digunakan

pada pengukuran sipat datar KDV. Dapat menyebutkan tahapan – tahapan pengukuran sipat

datar KDV. Dapat menggambarkan bentuk formulir ukuran yang digunakan. Dapat

memberikan nilai kesalahan garis bidik alat sipat datar yang digunakan. Dapat membuat tabel

untuk pengolahan data sipat datar KDV. Dapat memasukan angka – angka hasil survey ke

dalam tabel. Dapat memberikan nilai pengolahan data sipat datar KDV baik secara manual

maupun secara komputerisasi. Dapat menggambarkan hasil pengolahan data pada jalur

memanjang pengukuran menggunakan metode manual / grafis digital.

3.3 Prosedur Persiapan Peralatan

o Alat sipat datar optis ( catat nomor serinya )

o Statif ( perhatiakan kecocokannya dengan alat )

o Unting – unting

o Rambu ukur 2 buah

o Alat tulis dan formulir ukuran

o Payung 1 buah ( untuk memayungi alat )

o Pita ukur 1 buah

o Meteran 1 buah

|

Page 11: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

o Patok pengukuran ( disesuaikan dengan wilayah pengukuran )

o Peta wilayah situasi ( dengan bebas pengukuran )

o Bon peminjaman alat dan absensi kelompok

3.4 Prosedur Pengukuran

Adapun prosedur pengukuran dengan menggunakan alat theodolite untuk menentukan

beda tinggi tanah, diantaranya:

- Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan,

- Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir peminjaman alat,

- Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,

- Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,

- Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya,

- Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,

- Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),

- Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tsb,

- Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup kaki kiap keluar atau

kedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,

- Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan muka,

- Menghimpitkan gelembung nivo tabung,

- Membidik rambu ukur belakang dan visir,

- Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,

- Memperjelas obyek rambu ukur dengan memutar skrup focus di atas teropong,

- Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang vertical diafragma

berhimpitdengan bagian tengah rambu,

|

Page 12: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

- Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB), BA

BB

- Periksa syarat BT 0 . 001 , jika sesuai teruskan dengan langkah 2 berikutnya, jika tidak

ulangi pembacaan,

- Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( B A B B ) x100 ,

- Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,

- Hitung koreksi garis bidik (Kgb),

- Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama),

- Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi patok-patok pada

jalur ukuran,

- Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang telah tersedia

(buat slagnya genap),

- Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA), benang bawah (BB),

dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan rambu muka,

- Mengukur jarak belakang (db) dan muka (dm) (jarak mendatar) menggunakan pita ukur,

- Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag satu, dan.NB :

Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan penghapus /tipe – x. jika salah

angka dicoret nilai yang benar ditulis diatas atau sebelahnya.

3.5 Prosedur Pengolahan Data

Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar KDV. Masukan nilai kesalahan garis

bidik kedalam tabel Masukan nilai benang atas BT,BB, d belakang d muka kedalam tabel

Hitung BT koreksi disetiap slag Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah

koreksi belakang dan muka Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menggunakan beda

tinggi setiap slag Hitung jarak pita ukur setiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan

jarak muka Menghitung total jarak jalur pengukuran dengan menggunakan semua jarak slag

Hitung bobot koreksi setiap slag dengan membagi jarak slag dengan total jarak pengukuran

|

Page 13: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Menghitung beda tinggi koreksi dengan cara menjumlahkan beda tinggi awal ( BTbk – BTmk

) dengan perkalian Control beda tinggi hasil koreksi Menghitung tinggi titik – titik

pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi titik sebelumnya dengan beda tinggi koreksi.

3.6 Prosedur Penggambaran

-Mengetahui jarak total pengukuran dan selisih beda tinggi terbesar

- Prinsip skala vertical berbeda dengan skala horizontal ( skala horizontal kurang dari skala

vertical )

- Tetapkan ukuran kertas ( lebih baik menggunakan kertas millimeter )

- Contoh skala horizontal 1:100 dan skala vertical 1:2

- Design / rancang tata letak penggambaran yang meliputi muka gambar, legenda, notasi dan

skala gambar ( sebaiknya di grafis )

|

Page 14: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

BAB IV

PELAKSANAAN PRAKTEK

4.1 Lokasi Pengukuran

Gambar 4.1 Lokasi pengukuran CAD

Gambar 4.2 Gambar Lokasi pengukuran CAD

|

Page 15: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Gambar 2 Gambar Lokasi Pengukuran Citra Satelit

4.2 Waktu Pengukuran

1. Hari : Selasa

Tanggal : 3 Februari 2015

Kegiatan : Pengenalan alat sipat datar dan Praktik Pengukuran KDV serta

mencari nilai KGB

Pukul : 15.00 sampai selesai

Lokasi : Parkiran FPTK UPI

2. Hari : Selasa

Tanggal : 10 Februari 2015

Kegiatan : Pengukuran Sipat Datar

Pukul : 15.00 sampai selesai

Lokasi : Sekitar Gedung FPOK UPI

3. Hari : Jum’at

Tanggal : 13 Februari 2015

Kegiatan : Pengukuran Sipat Datar

Pukul : 13.00 sampai selesai

|

Page 16: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Lokasi : Sekitar Gedung FPOK UPI

4.3 Pelaksanaan Praktikum

Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka saya

bersama rekan dari kelompok 5 melaksankan praktikum pengukuran sipat datar di sekitaran

FPOK UPI. Adapun langkah-langkah yang dilakukan :

1. Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.

2. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan praktikum

pengukuran sipat datar.

3. Setelah ke lapangan buat sketsa untuk memberikan tanda buat penyimpanan rambu

ataupun alat sipat datar.

4. Dalam membuat seketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan kontur yang

ada di lapangan

5. Jumlah slag yang di buat 16 slag. Setelah di buat 16 slag, kasih tanda dengan paku dan cat.

7. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah disediakan.

8. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan program

excel dan menampilkan gambar dengan AutoCAD.

|

Page 17: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

BAB V

PENGOLAHAN DATA

Tabel 1 Data yang Diperoleh

BAb BTb BBb BAm BTm BBm db dm Ʃd1 1-2 1.661 1.621 1.58 0.733 0.692 0.652 8 8 162 2-3 1.85 1.81 1.77 1.214 1.175 1.135 8 8 163 3-4 1.63 1.59 1.55 1.34 1.3 1.26 8 8 164 4-5 1.45 1.43 1.41 1.33 1.31 1.29 4 4 85 5-6 1.456 1.433 1.411 1.174 1.152 1.13 4.5 4.5 96 6-7 1.76 1.745 1.73 0.885 0.87 0.855 3 3 67 7-8 1.998 1.983 1.968 1.06 1.045 1.03 3 3 68 8-9 0.68 0.646 0.612 1.757 1.723 1.689 7 7 149 9-10 1.465 1.39 1.315 1.325 1.25 1.175 15 15 3010 10-11 1.365 1.29 1.215 1.575 1.5 1.425 15 15 3011 11-12 1.26 1.16 1.06 1.82 1.72 1.62 20 20 4012 12-13 1.095 1.078 1.06 1.51 1.492 1.475 3.5 3.5 713 13-14 1.12 1.08 1.04 1.68 1.64 1.6 8 8 1614 14-15 1.055 1.015 0.975 1.875 1.835 1.795 8 8 1615 15-16 0.715 0.665 0.615 2.225 2.175 2.125 10 10 2016 16-17 1.575 1.5 1.425 1.405 1.33 1.255 15 15 3017 17-18 1.42 1.32 1.22 1.63 1.53 1.43 20 20 4018 18-19 1.405 1.345 1.285 1.375 1.315 1.255 12 12 2419 19-20 1.675 1.635 1.595 0.552 0.512 0.472 8 8 1619 20-1 1.259 1.238 1.218 1.42 1.4 1.38 4 4 8

Slag No. TitikBacaan Belakang Bacaan Muka Jarak (d)

KGB yang akan dipergunakan diperoleh dari hasil perhitungan berikut ini:

Tabel 2 Sumber Data KGB

BAb BTb BBb BAm BTm BBm db dm Ʃd doptisb doptism Ʃdoptis

1 1-2 1.449 1.408 1.368 1.438 1.399 1.359 8.17 7.85 16.02 8.1 7.9 16

2 2-3 1.439 1.4 1.362 1.429 1.39 1.3515 7.69 7.7 15.39 7.7 7.75 15.45

doptisSlag No. Titik

Bacaan Belakang Bacaan Muka Jarak (d)

BTb1 - BTm1 BTb2 - BTm2db1 + dm1 db2 + dm2

( )-KGB = )(

= -0.000088

|

Page 18: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

5.3 Analisa Data Hasil Pengukuran

Diketahui Titik Tinggi = 909,5

Nilai kbg = -0,000088

Rumus Yang Di Gunakan

1. Btbk : BTb-(kgb.db)

2. BTmk : BTm-(kgb.dm)

3. ∆H : BTbk-BTmk

4. ∑d : db + dm

5. Bobot :∑d∑(∑d)

6. ∆Hk : ∆H-(∑∆ .bobot ¿

7. Ti : T + ∆Hk

8. Kemiringan :T 2−T∑d 12

x 100%

Ti−Td '+d

x 100%

9. :

a= 14.395 +910 GK1

28.79 b= 14.395

+909 GK2

Skala 1:200

Tinggi titik Awal = GK1- [(a/(a+b)*(GK1-GK2)]= 910 – [(14.395 /(14.395 +14.395)*(910-909)]= 909.5 m

Tinggi titik Awal = GK2- [(b/(a+b)*(GK2-GK1)]= 909 – [(14.395 /(14.395 +14.395)*( 909-910)]= 909,5 m

|

Page 19: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

MENCARI BTmk, BTbk, ∆H dan ∑d

Rumus :BTmk : BTm-(kgb.dm)BTbk : BTb-(kgb.db) ,kgb = -0,000088∆H : BTbk-BTmk∑d : db + dm

Slag 1BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.621 - ( -0.000088 . 8 )= 1.621 - ( -0.000703799 )= 1.621703799 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 0.692 - ( -0.000088 . 8 )= 0.692 - ( -0.000703799 )= 0.693 m

ΔH = BTbk – BTmk= 1.621 - 0.692= 0.929 m

∑d = dm + db= 8 + 8= 16 m

Slag 2BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.81 - ( -0.000088 . 8 )= 1.81 - ( -0.000703799 )= 1.810703799 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.175 - ( -0.000088 . 8 )= 1.175 - ( -0.000703799 )= 1.176

ΔH = BTbk – BTmk= 1.81 - 1.175= 0.635

∑d = dm + db= 8 + 8= 16 m

|

Page 20: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Slag 3BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.59 - ( -0.000088 . 8 )= 1.59 - ( -0.000703799 )= 1.590703799 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.300 - ( -0.000088 . 8 )= 1.300 - ( -0.000703799 )= 1.301 m

ΔH = BTbk – BTmk= 1.59 - 1.3= 0.29 m

∑d = dm + db= 8 + 8= 16 m

Slag 4BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.43 - ( -0.000088 . 4 )= 1.43 - ( -0.000351899 )= 1.430351899 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.310 - ( -0.000088 . 4 )= 1.310 - ( -0.000351899 )= 1.310 m

ΔH = BTbk – BTmk= 1.43 - 1.31= 0.12 m

∑d = dm + db= 4 + 4= 8 m

Slag 5BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.433 - ( -0.000088 . 4.5 )= 1.433 - ( -0.000395887 )= 1.433395887 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.152 - ( -0.000088 . 4.5 )= 1.152 - ( -0.000395887 )

|

Page 21: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

= 1.152

ΔH = BTbk – BTmk= 1.433 - 1.152= 0.281

∑d = dm + db= 4.5 + 4.5= 9 m

Slag 6BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.745 - ( -0.000088 . 3 )= 1.745 - ( -0.000263924 )= 1.745263924 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 0.870 - ( -0.000088 . 3 )= 0.870 - ( -0.000263924 )= 0.870

ΔH = BTbk – BTmk= 1.745 - 0.87= 0.875

∑d = dm + db= 3 + 3= 6 m

Slag 7BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.983 - ( -0.000088 . 3 )= 1.983 - ( -0.000263924 )= 1.983263924 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.045 - ( -0.000088 . 3 )= 1.045 - ( -0.000263924 )= 1.045

ΔH = BTbk – BTmk= 1.983 - 1.045= 0.938

∑d = dm + db= 3 + 3= 6 m

|

Page 22: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Slag 8BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 0.646 - ( -0.000088 . 7 )= 0.646 - ( -0.000615824 )= 0.646615824 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.723 - ( -0.000088 . 7 )= 0.692 - ( -0.000615824 )= 0.693

ΔH = BTbk – BTmk= 0.646 - 1.723= -1.077

∑d = dm + db= 7 + 7= 14 m

Slag 9BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.39 - ( -0.000088 . 15 )= 1.39 - ( -0.001319622 )= 1.391319622 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.250 - ( -0.000088 . 15 )= 1.250 - ( -0.001319622 )= 1.251

ΔH = BTbk – BTmk= 1.39 - 1.25= 0.14

∑d = dm + db= 15 + 15= 30 m

Slag 10BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.29 - ( -0.000088 . 15 )= 1.29 - ( -0.001319622 )= 1.291319622 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.500 - ( -0.000088 . 15 )= 1.500 - ( -0.001319622 )

|

Page 23: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

= 1.501 m

ΔH = BTbk – BTmk= 1.29 - 1.5= -0.21 m

∑d = dm + db= 15 + 15= 30 m

Slag 11BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.16 - ( -0.000088 . 20 )= 1.16 - ( -0.001759497 )= 1.161759497 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 0.692 - ( -0.000088 . 8 )= 0.692 - ( -0.000703799 )= 0.693 m

ΔH = BTbk – BTmk= 1.16 - 1.72= -0.56 m

∑d = dm + db= 20 + 20= 40 m

Slag 12BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.078 - ( -0.000088 . 3.5 )= 1.078 - ( -0.000307912 )= 1.078307912 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.492 - ( -0.000088 . 3.5 )= 1.492 - ( -0.000307912 )= 1.492 m

ΔH = BTbk – BTmk= 1.078 - 1.492= -0.414

∑d = dm + db= 3.5 + 3.5= 7 m

Slag 13

|

Page 24: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

BTbk = BTb – ( Kgb.db)= 1.08 - ( -0.000088 . 8 )= 1.08 - ( -0.000703799 )= 1.080703799 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.640 - ( -0.000088 . 8 )= 1.640 - ( -0.000703799 )= 1.641

ΔH = BTbk – BTmk= 1.08 - 1.64= -0.56

∑d = dm + db= 8 + 8= 16 m

Slag 14BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.015 - ( -0.000088 . 8 )= 1.015 - ( -0.000703799 )= 1.015703799 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.835 - ( -0.000088 . 8 )= 1.835 - ( -0.000703799 )= 1.836

ΔH = BTbk – BTmk= 1.015 - 1.835= -0.82

∑d = dm + db= 8 + 8= 16 m

Slag 15BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 0.665 - ( -0.000088 . 10 )= 0.665 - ( -0.000879748 )= 0.665879748 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 2.175 - ( -0.000088 . 10 )= 2.175 - ( -0.000879748 )= 2.176

|

Page 25: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

ΔH = BTbk – BTmk= 0.665 - 2.175= -1.51

∑d = dm + db= 10 + 10= 20 m

Slag 16BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.5 - ( -0.000088 . 15 )= 1.5 - ( -0.001319622 )= 1.501319622 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.330 - ( -0.000088 . 15 )= 1.330 - ( -0.001319622 )= 1.331

ΔH = BTbk – BTmk= 1.5 - 1.33= 0.17

∑d = dm + db= 15 + 15= 30 m

Slag 17BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.32 - ( -0.000088 . 20 )= 1.32 - ( -0.001759497 )= 1.321759497 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.530 - ( -0.000088 . 20 )= 1.530 - ( -0.001759497 )= 1.532 m

ΔH = BTbk – BTmk= 1.32 - 1.53= -0.21 m

∑d = dm + db= 20 + 20= 40 m

Slag 18BTbk = BTb – ( Kgb.db)

|

Page 26: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

= 1.345 - ( -0.000088 . 12 )= 1.345 - ( -0.001055698 )= 1.346055698 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 1.315 - ( -0.000088 . 12 )= 1.315 - ( -0.001055698 )= 1.316 m

ΔH = BTbk – BTmk= 1.345 - 1.315= 0.03 m

∑d = dm + db= 12 + 12= 24 m

Slag 19BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.635 - ( -0.000088 . 8 )= 1.635 - ( -0.000703799 )= 1.635703799 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 0.512 - ( -0.000088 . 8 )= 0.512 - ( -0.000703799 )= 0.513

ΔH = BTbk – BTmk= 1.635 - 0.512= 1.123

∑d = dm + db= 8 + 8= 16 m

Slag 20BTbk = BTb – ( Kgb.db)

= 1.238 - ( -0.000088 . 4 )= 1.238 - ( -0.000351899 )= 1.238351899 m

BTmk = BTm – ( Kgb.dm)= 0.512 - ( -0.000088 . 8 )= 0.512 - ( -0.000703799 )= 0.513

ΔH = BTbk – BTmk

|

Page 27: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

= 1.238 - 1.4= -0.162

∑d = dm + db= 4 + 4= 8 m

TITIK KONTROL

|

Page 28: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Menghitung ∑(∑d) dan ∑( ΔH)

∑(∑d) = ∑d1 + ∑d2 + ∑d3 + ∑d4 + ∑d5 +∑d6 + ∑d7 + ∑d8 + ∑d9 + ∑d10 +∑d11 + ∑d12 + ∑d13 + ∑d14 + ∑d15 +∑d16 + ∑d17 + ∑d18 + ∑d19 + ∑d20

= 16 + 16 + 16 + 8 + 9 +6 + 6 + 14 + 30 + 30 + 40+ 7 + 16 + 16 + 20 + 30 +40 + 24 + 16 + 8

= 368 m

∑( ΔH ) = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3 + ΔH4 + ΔH5 +ΔH6 + ΔH7 + ΔH8 + ΔH9 + ΔH10 +ΔH11 + ΔH12 + ΔH13 + ΔH14 + ΔH15 +ΔH16 + ΔH17 + ΔH18 + ΔH19 + ΔH20

= 0.9290 + 0.6350 + 0.2900 + 0.1200 + 0.2810 +0.8750 + 0.9380 + -1.0770 + 0.1400 + -0.2100+ -0.5600 + -0.4140 + -0.5600 + -0.8200 + -1.5100 + 0.1700 + -0.2100 +0.0300 + 1.1230 + -0.1620

= 0.008 m

MENCARI BOBOT

Rumus :

|

Page 29: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Bobot = (∑d )∑(∑d)

, dik ∑(∑d) = 368 m

Slag 1 Bobot = 16

368= 0.043478261

Slag 2 Bobot = 16

368= 0.043478261

Slag 3 Bobot = 16

368= 0.043478261

Slag 4 Bobot = 8

368= 0.02173913

Slag 5 Bobot = 8

368 = 0.024456522

Slag 6 Bobot = 6

368 = 0.016304348

Slag 7 Bobot = 6

368 = 0.016304348

Slag 8 Bobot = 14368

= 0.038043478

Slag 9 Bobot = 30

368 = 0.081521739

Slag 10 Bobot = 30

368 = 0.081521739

Slag 11 Bobot = 40

368 = 0.108695652

Slag 12 Bobot = 7

368= 0.019021739

Slag 13 Bobot = 16

368= 0.043478261

Slag 14 Bobot = 16

368 = 0.043478261

Slag 15 Bobot = 20

368 = 0.054347826

|

Page 30: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Slag 16 Bobot = 30

368 = 0.081521739

Slag 17 Bobot = 40

368 = 0.108695652

Slag 18 Bobot = 24368

= 0.065217391

Slag 19 Bobot = 16

368= 0.043478261

Slag 20 Bobot = 8

368 = 0.02173913

TITIK KONTROL

∑bobot = bobot1 + bobot2 + bobot3 + bobot4 + bobot5 + bobot6 + bobot7 + bobot8 + bobot9 + bobot10 + bobot11 + bobot12 + bobot13 + bobot14 + bobot15 + bobot16 + bobot17 + bobot18 + bobot19 + bobot20

= 0.04348 + 0.04348 + 0.04348 + 0.02174 + 0.02446+ 0.01630 + 0.01630+ 0.03804 + 0.08152 + 0.08152 + 0.10870 + 0.01902 + 0.04348 + 0.04348 + 0.05435 + 0.08152 + 0.10870 + 0.06522 + 0.04348 +0.02174

= 1

MENCARI ∆Hk

|

Page 31: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Rumus : ∆Hk : ∆H – (∑∆h.bobot)

Slag No. Titik ΔHK = ΔH – ( ∑ΔH . bobot )

1 1-2 ΔHK = 0.929 – ( 0.008 . 0.043478261 )= 0.929 - ( 0.000347826 )

= 0.928652174

2 2-3 ΔHK = 0.635 – ( 0.008 . 0.043478261 )= 0.635 -( 0.000347826 )

= 0.634652174

3 3-4 ΔHK = 0.29 – ( 0.008 . 0.043478261 )= 0.29 -( 0.000347826 )

= 0.289652174

4 4-5 ΔHK = 0.12 – ( 0.008 . 0.02173913 )= 0.12 -( 0.000173913 )

= 0.119826087

5 5-6 ΔHK = 0.281 – ( 0.008 . 0.024456522 )= 0.281 -( 0.000195652 )

= 0.280804348

6 6-7 ΔHK = 0.875 – ( 0.008 . 0.016304348 )= 0.875 -( 0.000130435 )

= 0.874869565

7 7-8 ΔHK = 0.938 – ( 0.008 . 0.016304348 )= 0.938 -( 0.000130435 )

= 0.937869565

8 8-9 ΔHK = -1.077 – ( 0.008 . 0.038043478 )= -1.077 -( 0.000304348 )

= -1.077304348

9 9-10 ΔHK = 0.14 – ( 0.008 . 0.081521739 )= 0.14 -( 0.000652174 )

= 0.139347826

10 10-11 ΔHK = -0.21 – ( 0.008 . 0.081521739 )= -0.21 -( 0.000652174 )

= -0.210652174

11 11-12 ΔHK = -0.56 – ( 0.008 . 0.108695652 )= -0.56 -( 0.000869565 )

= -0.560869565

12 12-13 ΔHK = -0.414 – ( 0.008 . 0.019021739 )= -0.414 -( 0.000152174 )

|

Page 32: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

= -0.414152174

13 13-14 ΔHK = -0.56 – ( 0.008 . 0.043478261 )= -0.56 -( 0.000347826 )

= -0.560347826

14 14-15 ΔHK = -0.82 – ( 0.008 . 0.043478261 )= -0.82 -( 0.000347826 )

= -0.820347826

15 15-16 ΔHK = -1.51 – ( 0.008 . 0.054347826 )= -1.51 -( 0.000434783 )

= -1.510434783

16 16-17 ΔHK = 0.17 – ( 0.008 . 0.081521739 )= 0.17 -( 0.000652174 )

= 0.169347826

17 17-18 ΔHK = -0.21 – ( 0.008 . 0.108695652 )= -0.21 -( 0.000869565 )

= -0.210869565

18 18-19 ΔHK = 0.03 – ( 0.008 . 0.065217391 )= 0.03 -( 0.000521739 )

= 0.029478261

19 19-20 ΔHK = 1.123 – ( 0.008 . 0.043478261 )= 1.123 -( 0.000347826 )

= 1.122652174

20 20-1 ΔHK = -0.162 – ( 0.008 . 0.02173913 )= -0.162 -( 0.000173913 )

= -0.162173913

MENCARI Ti

|

Page 33: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Ti1 = 909.5 m

Ti2 = Ti1 + ΔHK1= 909.5 + 0.928652174= 910.4286522 m

Ti3 = Ti2 + ΔHK2= 910.4286522 + 0.634652174= 911.0633043 m

Ti4 = Ti3 + ΔHK3= 911.0633043 + 0.289652174= 911.3529565 m

Ti5 = Ti4 + ΔHK4= 911.3529565 + 0.119826087= 911.4727826 m

Ti6 = Ti5 + ΔHK5= 911.4727826 + 0.280804348= 911.753587 m

Ti7 = Ti6 + ΔHK6= 911.753587 + 0.874869565= 912.6284565 m

Ti8 = Ti7 + ΔHK7= 912.6284565 + 0.937869565= 913.5663261 m

Ti9 = Ti8 + ΔHK8= 912.6284565 + -1.510434783= 911.1180217 m

Ti10 = Ti9 + ΔHK9= 912.4890217 + 0.139347826= 912.6283696 m

Ti11 = Ti10 + ΔHK10= 912.6283696 + -0.210652174= 912.4177174 m

Ti12 = Ti11 + ΔHK11= 912.4177174 + -0.560869565= 911.8568478 m

Ti13 = Ti12 + ΔHK12

|

Page 34: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

= 911.8568478 + -0.414152174= 911.4426957 m

Ti14 = Ti13 + ΔHK13= 911.4426957 + -0.560347826= 910.8823478 m

Ti15 = Ti14 + ΔHK14= 910.8823478 + -0.820347826= 910.062 m

Ti16 = Ti15 + ΔHK15= 910.062 + -1.510434783= 908.5515652 m

Ti17 = Ti1 6 + ΔHK16= 908.5515652 + 0.169347826= 908.720913 m

Ti18 = Ti1 7 + ΔHK17= 908.720913 + -0.210869565= 908.5100435 m

Ti19 = Ti18 + ΔHK18= 908.5100435 + 0.029478261= 908.5395217 m

Ti20 = Ti19 + ΔHK19= 908.5395217 + 1.122652174= 909.6621739 m

MENCARI KEMIRINGAN

|

Page 35: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Slag Kemiringan = ∆HK : ∑d . 100%

1 Kemiringan = 0.928652174 : 16 .100% = 0.05804 %( Naik )

2 Kemiringan = 0.634652174 : 16 .100% = 0.03967 %( Naik )

3 Kemiringan = 0.289652174 : 16 .100% = 0.01810 %( Naik )

4 Kemiringan = 0.119826087 : 8 . 100% = 0.01498 %( Naik )

5 Kemiringan = 0.280804348 : 9 . 100% = 0.03120 %( Naik )

6 Kemiringan = 0.874869565 : 6 . 100% = 0.14581 %( Naik )

7 Kemiringan = 0.937869565 : 6 . 100% = 0.15631 %( Naik )

8 Kemiringan = -1.077304348 : 14 . 100% = -0.07695 %( Turun )

9 Kemiringan = 0.139347826 : 30 . 100% = 0.00464 %( Naik )

10 Kemiringan = -0.210652174 : 30 . 100% = -0.00702 %( Turun )

11 Kemiringan = -0.560869565 : 40 .100% = -0.01402 %( Turun )

12 Kemiringan = -0.414152174 : 7 . 100% = -0.05916 %( Turun )

13 Kemiringan = -0.560347826 : 16 . 100% = -0.03502 %( Turun )

14 Kemiringan = -0.820347826 : 16 . 100% = -0.05127 %( Turun )

15 Kemiringan = -1.510434783 : 20 . 100% = -0.07552 %( Turun )

16 Kemiringan = 0.169347826 : 30 . 100% = 0.00564 %( Naik )

|

Page 36: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

17 Kemiringan = -0.210869565 : 40 . 100% = -0.00527 %( Turun )

18 Kemiringan = 0.029478261 : 24 . 100% = 0.00123 %( Naik )

19 Kemiringan = 1.122652174 : 16 . 100% = 0.07017 %( Naik )

20 Kemiringan = -0.162173913 : 8 . 100% = -0.02027 %( Turun )

BAB V

PENUTUP

|

Page 37: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

5.1 Kesimpulan

Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau

ditentukan posisi vertikalnya berupa ke tinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian

tertentu. Bidang ketinggian ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level

- MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada

satu pilar dengan titik kerangka dasar vertikal. Maka Para mahasiswa mampu memahami,

mendeskripsikan, dan mengaplikasikan penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan

metoda pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan

pemetaan Ilmu Ukur Tanah. Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan

laporan ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut

penyusun berlapang dada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca

demi kesempurnaanpenyusunan laporan ini di kemudian hari. Akhirnya tiada kata yang dapat

penyusun sampaikan kepada segenap pembaca,melainkan hanya ucapan terima kasih, semoga

mereka selalu dalam lindungan Allah SWT ,dengan harapan dapat ridho dan pengampunan-

Nya. Semoga laporan ini bermanfaat bagisegenap pembaca pada umumnya dan bagi

penyusun

5.2 Saran

Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi waterpass

Pastikan alat waterpass, statif, pita ukur, dan lainnya layak pakai

Ikuti peraturan dan langkah peraturan dengan benar.

Lakukan pengukuran dengan teliti untuk menghindari kesalahan.

Saling berkoordinasi antar anggota kelompok untuk saling bekerjasama dalam

pelaksanaan pengukuran.

DAFTAR PUSTAKA

|

Page 38: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Purwaamijaya, Iskandar Muda. DR.Ir.Drs.MT. 2008.Teknik Survei dan Pemetaan Uutuk

SMK.Jakarta.

Purwaamijaya, Iskandar Muda. DR.Ir.Drs.MT. 2011.Petunjuk Survei dan

Pemetaan.Bandung.

Wibowo, Adityo. 2008. Laporan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal. Bandung.

Nuryani, Nuri Hastuti. 2008. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Bandung.

Wongsocitro, Soetomo. 1983. Ilmu Ukur Tanah. Jakarta : PT. Pradnya Pratama.

|

Page 39: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

LAMPIRAN

PERALATAN

|

Page 40: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

Waterpass Automatic Level Topcon AT F3 Payung

Unting-unting / Plumb bob Pita Ukur

Rambu Ukur Statif / Tripod

|

Page 41: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

LOKASI PENGUKURAN DAN TITIK PATOK

|

Page 42: Kerangka dasar vertikal   laporan sendiri dan kelompok

RESUME

BAb BTb BBb BAm BTm BBm db dm Ʃd doptisb doptism Ʃdoptis

1 1-2 1.661 1.621 1.58 0.733 0.692 0.652 8 8 16 8.1 8.1 16.22 2-3 1.85 1.81 1.77 1.214 1.175 1.135 8 8 16 8 7.9 15.93 3-4 1.63 1.59 1.55 1.34 1.3 1.26 8 8 16 8 8 164 4-5 1.45 1.43 1.41 1.33 1.31 1.29 4 4 8 4 4 85 5-6 1.456 1.433 1.411 1.174 1.152 1.13 4.5 4.5 9 4.5 4.4 8.96 6-7 1.76 1.745 1.73 0.885 0.87 0.855 3 3 6 3 3 67 7-8 1.998 1.983 1.968 1.06 1.045 1.03 3 3 6 3 3 68 8-9 0.68 0.646 0.612 1.757 1.723 1.689 7 7 14 6.8 6.8 13.69 9-10 1.465 1.39 1.315 1.325 1.25 1.175 15 15 30 15 15 3010 10-11 1.365 1.29 1.215 1.575 1.5 1.425 15 15 30 15 15 3011 11-12 1.26 1.16 1.06 1.82 1.72 1.62 20 20 40 20 20 4012 12-13 1.095 1.078 1.06 1.51 1.492 1.475 3.5 3.5 7 3.5 3.5 713 13-14 1.12 1.08 1.04 1.68 1.64 1.6 8 8 16 8 8 1614 14-15 1.055 1.015 0.975 1.875 1.835 1.795 8 8 16 8 8 1615 15-16 0.715 0.665 0.615 2.225 2.175 2.125 10 10 20 10 10 2016 16-17 1.575 1.5 1.425 1.405 1.33 1.255 15 15 30 15 15 3017 17-18 1.42 1.32 1.22 1.63 1.53 1.43 20 20 40 20 20 4018 18-19 1.405 1.345 1.285 1.375 1.315 1.255 12 12 24 12 12 2419 19-20 1.675 1.635 1.595 0.552 0.512 0.472 8 8 16 8 8 1620 20-1 1.259 1.238 1.218 1.42 1.4 1.38 4 4 8 4.1 4 8.1

Slag No. TitikdoptisBacaan Belakang Bacaan Muka Jarak (d)

368 367.7Ʃ(Ʃd) =Ʃ(Ʃd)-Ʃ(Ʃdoptis) =

Ʃ(Ʃdoptis) =0.3

BTbk BTmk1.6217 0.692703799 0.9290 0.04348 0.92865 0.05804 909.500 Naik

1.8107038 1.175703799 0.635 0.04348 0.63465 0.03967 910.429 Naik1.5907038 1.300703799 0.29 0.04348 0.28965 0.01810 911.063 Naik1.4303519 1.310351899 0.12 0.02174 0.11983 0.01498 911.353 Naik

1.4334 1.1524 0.281 0.02446 0.28080 0.03120 911.473 Naik1.7453 0.8703 0.875 0.01630 0.87487 0.14581 911.754 Naik

1.9832639 1.045263924 0.938 0.01630 0.93787 0.15631 912.628 Naik0.6466158 1.723615824 -1.077 0.03804 -1.07730 -0.07695 913.566 Turun1.3913196 1.251319622 0.14 0.08152 0.13935 0.00464 912.489 Naik1.2913196 1.501319622 -0.21 0.08152 -0.21065 -0.00702 912.628 Turun1.1617595 1.721759497 -0.56 0.10870 -0.56087 -0.01402 912.418 Turun1.0783079 1.492307912 -0.414 0.01902 -0.41415 -0.05916 911.857 Turun1.0807038 1.640703799 -0.56 0.04348 -0.56035 -0.03502 911.443 Turun1.0157038 1.835703799 -0.82 0.04348 -0.82035 -0.05127 910.882 Turun0.6658797 2.175879748 -1.51 0.05435 -1.51043 -0.07552 910.062 Turun

1.5013 1.3313 0.17 0.08152 0.16935 0.00564 908.552 Naik1.3218 1.5318 -0.2100 0.10870 -0.21087 -0.00527 908.721 Turun

1.3460557 1.316055698 0.03 0.06522 0.02948 0.00123 908.510 Naik1.6357 0.5127 1.123 0.04348 1.12265 0.07017 908.540 Naik1.2384 1.4004 -0.162 0.02174 -0.16217 -0.02027 909.662 Turun

0.008 1 0

Ket

Jumlah Ʃ =>

TiKemiringan

%

Koreksi∆H Bobot ∆Hk

|