kerangka acuan - dinas kebudayaan & pariwisata...
TRANSCRIPT
2.1. PROFIL UMUM WILAYAH PERENCANAAN
2.1.1. BATAS ADMINISTRATIF PROVINSI MALUKU UTARA
Secara geografis Provinsi Maluku Utara terletak di antara 3 LU - 3 LS dan 124 -
129 BT yang membentang dari utara ke selatan sepanjang 770 Km dan dari barat
ke timur sepanjang 660 Km. Luas wilayah Provinsi Maluku Utara yang merupakan
provinsi kepulauan, secara keseluruhan yakni sebesar 145.801,1 Km2 dimana luas
wilayah daratan 45.069,66 Km2 (23,72%) dan wilayah perairan seluas 100.731,44
Km2 (76,28%) dengan panjang garis pantai sepanjang 3.104 Km.
Baik luas wilayah maupun batas wilayah kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara
disajikan dalam table dibawah ini:
Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara
Provinsi,Kabupaten/Kota
Luas Wilayah (Km2)Darat Laut Jumlah
Provinsi Maluku Utara 45.069,66 100.731,44 145.801,1Kabupaten Halmahera Barat 2.612,24 11.623,42 14.235,66Kabupaten Halmahera Tengah
2.276,83 6.104,65 8.381,48
Kabupaten Halmahera Utara 5.447,3 19.536,02 24.983.32
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 1
2PROFIL WILAYAH PERE
BAB
Provinsi,Kabupaten/Kota
Luas Wilayah (Km2)Darat Laut Jumlah
Kabupaten Halmahera Selatan
8.779,32 31.484,40 40.263,72
Kabupaten Halmahera Timur 6.506,2 7.695,82 14.202,02Kabupaten Kepulauan Sula 9.632,92 14.449,38 24.082,30Kota Ternate 250,85 5.544,55 5.795,40Kota Tidore Kepulauan 9.564 4.293,20 13.857,20
Sumber: Bappeda Provinsi Maluku Utara, 2006
Tabel 2.2. Batas Wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara
Provinsi,Kabupaten/
KotaBatas Wilayah
Provinsi Maluku Utara Utara :
Berbatasan dengan Samudera Pasifik dan Kabupaten Halmahera Utara
Timur : Berbatasan dengan Halmahera UtaraSelatan : Berbatasan dengan Kota Tidore KepulauanBarat : Berbatasan dengan Laut Maluku
Kabupaten Halmahera Barat
Utara :Berbatasan dengan Kecamatan Loloda Utara, Kabupaten Halmahera Utara
Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera UtaraSelatan : Berbatasan dengan Kota Tidore Kepulauan
Barat :Berbatasan dengan Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate dan Laut Maluku
Kabupaten Halmahera Tengah
Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Timur
Timur :Berbatasan dengan Kepulauan Raja Empat, Provinsi Papua
Selatan :Berbatasan dengan Teluk Weda, Kab. Halmahera Tengah dan Kabupaten Halmahera Selatan
Barat : Berbatasan dengan Kota Tidore KepulauanKabupaten Halmahera Utara
Utara : Berbatasan dengan Samudera Pasifik
Timur :Berbatasan dengan Kecamatan Wasilei, Kabupaten Halmahera Timur dan Laut Halmahera
Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera BaratBarat : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Barat
Kabupaten Halmahera Selatan
Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera TengahTimur : Berbatasan dengan Laut Halmahera
Selatan : Berbatasan dengan Laut SeramBarat : Berbatasan dengan Laut Maluku
Kabupaten Halmahera Timur
Utara : Berbatasan dengan Teluk Kao, Kab. Halmahera UtaraTimur : Berbatasan dengan Laut Halmahera
Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera TengahBarat : Berbatasan dengan Kota Tidore Kepulauan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 2
Provinsi,Kabupaten/
KotaBatas Wilayah
Kabupaten Kepulauan Sula
Utara : Berbatasan dengan Laut MalukuTimur : Berbatasan dengan Halmahera Selatan
Selatan : Berbatasan dengan Laut Banda
Barat :Berbatasan dengan Kabupaten Banggai Kepulauan - Provinsi Sulawesi Tengah
Kota Ternate Utara : Berbatasan dengan Laut MalukuTimur : Berbatasan dengan Selat Halmahera
Selatan : Berbatasan dengan Laut MalukuBarat : Berbatasan dengan Laut Maluku
Kota Tidore Kepulauan
Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera BaratTimur : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah
Selatan :Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Selatan dan Kecamatan Moti, Kota Ternate
Barat : Berbatasan dengan Laut Maluku
Sumber : BPS masing-masing Kabupaten/Kota, 2005
Ibukota Provinsi Maluku Utara terletak di Sofifi, Kecamatan Oba Utara, yang secara
administratif merupakan bagian dari Kota Tidore Kepulauan. Sofifi adalah ibukota
baru Provinsi Maluku Utara sejak 4 Agustus 2010 menggantikan kota terbesarnya,
Kota Ternate, yang telah berfungsi sebagai ibukota Provinsi Maluku Utara
sementara selama 11 tahun untuk menunggu kesiapan infrastruktur Sofifi. Provinsi
Maluku Utara terdiri dari 9 daerah otonomi yakni 7 (enam) kabupaten dan 2 (dua)
kota, yakni :
1. Kota Ternate
2. Kota Tidore Kepulauan
3. Kabupaten Halmahera Barat
4. Kabupaten Halmahera Tengah
5. Kabupaten Halmahera Utara
6. Kabupaten Halmahera Selatan
7. Kabupaten Halmahera Timur
8. Kabupaten Kepulauan Sula
9. Kabupaten Morotai
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 3
Gambar 2.1. Peta Administratif Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 4
2.1.1.1. Kota Ternate
Gambar 2.2. Peta Kota Ternate
Kota Ternate ditingkatkan statusnya dari Kota Administratif ke Kotamadya
berdasarkan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1999 tanggal 27 April 1999.
Kotamadya Ternate memiliki luas wilayah perairan sebesar 5.547.55 km 2 dan luas
daratan sebesar 133.75 km2.
Kota Ternate yang merupakan kota kepulauan terdiri dari 8 buah pulau yang dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 5
Tabel 2.3. Pulau Di Kota Ternate
No Nama Pulau Ukuran1 Pulau Ternate 992,12 km22 Pulau Moti 17,72 km23 Pulau Hiri 7,31 km24 Pulau Mayau 8,5 km25 Pulau Tifure 7 km26 Pulau Maka 0,5 km27 Pulau Mano 0,05 km28 Pulau Gurida 0,05 km2
Sumber: RIPPDA Maluku Utara 2006
Pulau – pulau dalam Kota Ternate terletak pada lingkup yang bergerak melalui
Kepulauan Filipina, Sangihe Talaud dan Minahasa yang dilingkupi lengkung
Sulawesi dan Pulau Sangihe dan berwatak vulkanis. Kota Ternate terdiri 4
kecamatan yakni :
a. Kecamatan Kota Ternate Selatan
b. Kecamatan Kota Ternate Utara
c. Kecamatan Pulau Ternate
d. Kecamatan Moti
Wilayah Kota Ternate terletak antara 12º - 3º BT dan 124º BB serta 3º - 3º LS Kota
Ternate berbatasan dengan :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Samudera Pasifik
b. Sebelah selatan barat laut berbatasan dengan Maluku
c. Sebelah timur berbatasan dengan Pulau Halmahera
2.1.1.2. Kota Tidore Kepulauan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 6
Gambar 2.3. Peta Tidore Kepulauan
Secara geografis letak Kota Tidore Kepulauan berada di antara 00o – 45o LU
sampai 00o – 05o LS serta 127o – 00o BT sampai 127o – 50o BT. Kota Tidore
Kepulauan sebagai daerah otonom yang baru dimekarkan dari Kabupaten
Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara sesuai UU Nomor 1 Tahun 2003, dimana
pada pasal 10 mempunyai batas wilayah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate
dan Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan, Kabupaten
Halmahera Timurdan Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera Tengah.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gane Barat, Kabupaten
Halmahera Selatan dan Kecamatan Pulau Moti.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Maluku
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 7
Secara administratif, sesuai dengan Pasal 7 UU Nomor 1 Tahun 2003, Kota Tidore
Kepulauan terdiri dari 5 kecamatan, yaitu :
a. Kecamatan Tidore
b. Kecamatan Tidore Selatan
c. Kecamatan Tidore Utara
d. Kecamatan Oba Selatan
e. Kecamatan Oba Utara
Kota tidore Kepulauan terdapat 20 Kelurahan serta 20 Desa, memiliki luas wilayah
14.220.020 km². Terdiri dari luas daratan 9.816.164 km² dan luas lautan 4.403.856
km². Kota Tidore Kepulauan terdiri dari 5 pulau besar dan kecil, yakni yang besar
adalah bagian tengah Pulau Halmahera dan Pulau Tidore. Sementara pulau kecil
adalah Pulau Mare, Pulau Maitara, dan Pulau Failonga. Dari pulau besar dan kecil
tersebut, hanya 4 pulau yang dihuni yakni bagian tengah Pulau Halmahera Tengah
(2 kecamatan), Pulau Tidore (3 kecamatan), Pulau Mare (2 desa), dan Pulau
Maitara (1 desa).
2.1.1.3. Kabupaten Halmahera Barat
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 8
Gambar 2.4. Peta Kabupaten Halmahera Barat
Kabupaten Halmahera Barat adalah kabupaten baru yang merupakan pemekaran
dari Kabupaten Maluku Utara. Lhirnya Undang – Undang No. 1 Tahun 2003, maka
Kabupaten Maluku Utara dimekarkan menjadi 3 kabupaten baru, yakni Kabupaten
Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, dan Kepulauan Sula. Kabupaten
Halmahera Barat terletak di Pulau Halmahera. Wilayah Halmahera Barat, terletak
antara 1’ – 3’ LU dan 125’ – 128’ BT. Kabupaten Halmahera Barat terletak di
kawasan timur Indonesia yang berbatasan dengan :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Loloda Utara
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Tidore Kepulauan
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Utara
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Ternate dan Laut Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 9
Secara administratif Kabupaten Halmahera Barat dibagi atas 5 kecamatan dan 133
desa. Ibu kota Halmahera Barat terletak di Kecamatan Jailolo yang dapat ditempuh
dari seluruh kecamatan dengan perjalanan darat, kecuali dari kecamatan Loloda
yang harus menempuh jalur laut.
2.1.1.4. Kabupaten Halmahera Tengah
Gambar 2.5. Peta Kabupaten HalmaheraTengah
Kabupaten Halmahera Tengah adalah bagian dari wilayah Provinsi Maluku Utara
yang terdiri dari beberapa wilayah. Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten
Halmahera Tengah terletak di antara 1º20 LU sampai 1º15 LS, 127º20 BT sampai
129º20 BT. Adapun batas – batas wilayah Kabupaten Halmahera Tengah adalah
sebagai berikut :
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 10
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Maba Selatan Kabupaten
Halmahera Timur
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Lautan Teduh dan Kabupaten Raja
Ampat Provinsi Papua Barat
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gane Timur dan
Kecamatan Gane Barat Halmahera Selatan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Oba Selatan Kota Tidore
Kepulauan
Dengan wilayah seluas kira – kira 7.995.50 km2 terdiri dari daratan 2.319,75 km2
(29%) dan lautan 5.675,75 km2 (71%). Kabupaten Halmahera Tengah secara
administrasi terdiri dari 3 kecamatan, 29 Desa. Halmahera Tengah terdiri dari ± 10
buah pulau besar dan kecil di antaranya yang besar adalah bagian tengah Pulau
Halmahera, gugus Pulau Gebe (P. Gebe dan P. Ju), gugusan Pulau Sayafi – Liwo.
2.1.1.5. Kabupaten Halmahera Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 11
Gambar 2.6. Peta Kabupaten Halmahera Utara
Kabupaten Halmahera Utara adalah kabupaten baru yang merupakan pemekaran
dari Kabupaten Maluku Utara. Kabupaten Halmahera Utara berada pada posisi
koordinat 157 – 2’0 LU, 128’-17’-128’-18’ BT.
Terbentuknya daerah otonom baru (pemekaran), kondisi kabupaten induk terutama
pada alokasi letak administrasi, kondisi topografis, demografis dan jenis lainnya
mengalami perubahan. Wilayah Kabupaten Halmahera Barat berasal dari
Kabupaten Maluku Utara, mengalami pemekaran menjadi 3 kabupaten baru.
Kabupaten Halmahera Utara diresmikan pada tahun 2003 dengan Ibu Kota Tobelo
yang terletak di jazirah utara Pulau Halmahera, tercakup di dalamnya Pulau Morotai
dan pulau – pulau kecil.
2.1.1.6. Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 12
Gambar 2.7. Peta Kabupaten Halmahera Selatan
Kabupaten Halmahera Selatan adalah sebuah kabupaten yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Maluku Utara. Kabupaten Halmahera Selatan dengan
ibu kota Labuha yang terletak di jazirah selatan di Pulau Halmahera yang
mencakup Pulau Bacan serta pulau di sekitarnya yaitu Makian, Kayoa, Gane Barat,
Gane Timur, Bacan Barat, dan Obi. Kabupaten Halamahera Selatan memiliki
wilayah seluas 40.236,72 km² yang terdiri dari daratan seluas 8.779,32 km² dan
luas lautan seluas 31.484,40 km2. Kabupaten ini terletak antara 126º45 BT dan
129º30 BT dan 0º 301 LU dan 2º 001 LU.
Kabupaten Halmahera Selatan adalah sebuah kabupaten yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Maluku Utara. Secara administratif Kabupaten
Halmahera Selatan dibagi atas 9 kecamatan dan 194 desa.
2.1.1.7. Kabupaten Halmahera Timur
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 13
Gambar 2.8. Peta Kabupaten Halmahera Timur
Secara geografis wilayah Kabupaten Halmahera Timur terletak di bagian timur
wilayah Provinsi Maluku Utara. Kabupaten ini terdiri dari 4 Kecamatan yang
berhadapan langsung dengan Teluk Kao dan lautan lepas Pasifik, dan ± 75% desa
memiliki garis pantai, sedangkan 25% lainnya di daerah pegunungan. Luas wilayah
Kabupaten Halmahera Timur yakni ± 5.615.25 km². Adapun batas – batas wilayah
Kabupaten Halmahera Timur adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kao
b. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bull dan Lautan
Halmahera/Samudera Pasifik
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Patani dan Kecamatan
Weda, Kabupaten Halmahera Tengah
d. Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Kao dan Kota Tidore Kepulauan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 14
2.1.1.8. Kabupaten Kepulauan Sula
Gambar 2.9. Peta Kabupaten Sula
Sebelumnya Sula adalah bagian dari Kabupaten Maluku Utara di mana pada
tanggal yang sama setahun lalu terpecah menjadi menjadi Kabupaten Halmahera
Utara dan Halmahera Selatan. Sementara kabupaten induk berubah nama menjadi
Kabupaten Halmahera Barat.
Kabupaten Sula terletak pada posisi 10º 45’00’’ LS dan 124º 05’00’’ – BT – 126º 50’00’’ BT. Dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Maluku
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda
c. Sebelah barat berbatasan dengan dengan Provinsi Sulawesi Tengah
d. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Seram
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 15
Luas total Kabupaten Kepulauan Sula adalah 24.08230 km² yang terdiri dari
daratan 9.632,92 km², dan luas lautan 14.449,38 km².
2.1.1.9. Kabupaten Morotai
Gambar 2.10. Peta Kabupaten Morotai
Kabupaten Pulau Morotai adalah kabupaten definitif baru yang terletak di
Kepulauan Halmahera, Maluku Utara. Kabupaten Pulau Morotai diresmikan oleh
Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada tanggal 29 Oktober 2008,
sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara untuk meningkatkan
pembangunan, pelayanan publik, dan potensi daerah berdasarkan aspirasi
masyarakat yang berkembang. Sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara,
Kabupaten Pulau Morotai merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia.
Secara geografis Kabupaten Pulau Morotai terletak di antara 2o00 sampai dengan
2o45’ Lintang Utara dan 128o15’ sampai dengan 128o48’ Bujur Timur. Luas
wilayah Pulau Morotai adalah 2.474,94 km2 atau 10 persen dari luas wilayah
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 16
daratan Kabupaten Maluku Utara dan berbatasan dengan Samudera Pasifik di
sebelah Utara, Laut Halmahera di sebelah Timur, Selat Morotai di sebelah Selatan
dan Laut Sulawesi di sebelah Barat. Posisi geografis Kabupaten Pulau Morotai
sebagai gerbang masuk menuju area Pasifik, yang merupakan sentra kegiatan
perdagangan global sangatlah strategis. Hal ini membuat Kabupaten Pulau Morotai
berpeluang besar menjadi sentra ekonomi baru di Indonesia bagian timur dan
menjadi incaran internasional, terutama negara-negara yang berkaitan dengan
perdagangan di area Pasifik.
Kabupaten Pulau Morotai terdiri dari lima kecamatan dan 64 desa dengan ibu kota
ditetapkan di Kecamatan Morotai Selatan yakni Daruba. Adapun 4 kecamatan
tersebut terdiri dari :
a. Kecamatan Morotai Jaya, beribukota Sopi
b. Kecamatan Morotai Selatan, beribukota Daruba
c. Kecamatan Morotai Selatan Barat, beribukota Wayabula
d. Kecamatan Morotai Timur, beribukota Sangowo
e. Kecamatan Morotai Utara, beribukota Bere – Bere
Kabupaten Pulau Morotai terdiri atas 33 pulau kecil, yang mana 7 pulau di
antaranya berpenghuni.
Secara geologis, Kabupaten Pulau Morotai rawan terhadap bencana alam seperti
gempa bumi tektonik dan tsunami. Kawasan Kabupaten Pulau Morotai terletak
pada pertemuan tiga lempeng, yakni Lempeng Australia yang bergerak ke arah
selatan, serta Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik, keduanya bergerak dari arah
barat. Bentang alam khas dengan beberapa fenomena karst seperti lapies, gua,
dan sungai bawah tanah, dijumpai di tempat-tempat dan teramati cukup baik pada
satuan batu gamping terumbu di bagian timur P. Morotai.
2.1.2. KONDISI GEOGRAFIS
2.1.2.1. Topografi
Topografi wilayah Maluku Utara sebagian besar bergunung-gunung dan berbukit-
bukit dimana sebagian besar yang ada termasuk kategori pulau vulkanis dan pulau
karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan daratan. Di setiap daerah terdapat
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 17
punggung gunung yang merapat ke pesisir dan pada daerah sekitar Teluk Buli
(timur) sampai Teluk Kao (utara), pesisir barat mulai dari Teluk Jailolo ke Utara dan
Teluk Weda ke selatan dan utara ditemui daerah dataran yang luas. Pada bagian
lainnya terdapat deretan pegunungan yang melandai dengan cepat ke arah pesisir
pulau – pulau yang relatif sedang (Obi, Morotai, Taliabu dan Bacan) umumnya
daratan luas yang diselingi pegunungan yang bervariasi. Topografi Pulau
Halmahera sebagian besar berupa pegunungan yang rapat mulai dari Teluk Kao,
Teluk Buli, Teluk Weda, Teluk Payahe dan Dodinga.
Tabel 2.4. Sebaran Gunung di Provinsi Maluku Utara
No Nama Gunung Tinggi Gunung (meter) Lokasi1 Gunung Gamalama 1.025 P. Ternate2 Gunung Tuanane 950 P. Moti3 Gunung Sabatal 1.025 P. Morotai4 Gunung Tobaru 1.035 P. Halmahera5 Gunung Betu Salat 2.619 P. Halmahera6 Gunung Ibu 1.325 P. Halmahera7 Gunung Gamkonora 1.635 P. Halmahera8 Gunung Jailolo 1.130 P. Halmahera9 Gunung Mamuya 1.269 P. Halmahera10 Gunung Kie Bessi 962 P. Makian11 Gunung Batu Sibela 2.111 P. Bacan12 Gunung Luku 1.060 P. Sula
Sumber: Maluku Utara dalam Angka, 2005/2006
2.1.2.2. Iklim dan Cuaca
Wilayah Maluku Utara dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim sehingga
iklimnya bervariasi antara tiap bagian wilayah yaitu iklim Halmahera Utara,
Halmahera Tengah, Halmahera Barat, Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula.
Berikut rincian musim berdasarkan iklim – iklim tersebut :
a. Daerah Iklim Halmahera Utara
Musim Hujan (Desember – Februari), sedangkan musim kemarau (Agustus –
Desember)
b. Daerah Iklim Halmahera Tengah/Barat
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 18
Musim Utara (Oktober – Maret), Pancaroba (April). Musim Selatan (April –
September) yang diselingi angin timur dan pancaroba pada bulan September.
c. Daerah Iklim Halmahera Selatan/Bacan
Musim Utara (Oktober – Maret) yang diselingi angin barat dan pancaroba (April),
Musim Selatan (April – Desember) diselingi angin timur dan pancaroba pada bulan
September
d. Daerah Iklim Kepulauan Sula
Musim Utara (Oktober – Maret) diselingi angin barat dan pancaroba pada bulan
April, musim selatan (April – September) diselingi angin timur dan pancaroba pada
bulan September.
Tabel 2.5. Keadaan Iklim Provinsi Maluku Utara
Kabupaten/Kota Curah Hujan(mm/th)1. Kabupaten Halmahera Barat 1.500 - 2.0002. Kabupaten Halmahera Tengah 1.695 - 2.5703. Kabupaten Halmahera Utara 1.500 - 4.5004. Kabupaten Halmahera Selatan 1.000 - 2.0005. Kabupaten Halmahera Timur 1.695 - 2.5706. Kabupaten Kepulauan Sula 1.000 - 2.0007. Kota Ternate 2.000 - 2.5008. Kota Tidore Kepulauan 2.000 - 2.500Sumber : BPS masing-masing Kabupaten/Kota, 2005
2.1.2.3. Kondisi Geologi dan Fisiografi
Bagian tengah dan utara Provinsi Maluku Utara sebagian besar merupakan daerah
pegunungan dengan bahan induk bervariasi. Di bagian utara dan timur laut
Semenanjung Halmahera didominasi oleh pegunungan, adapun pegunungan yang
didominasi bagian utara dan timur laut Semenanjung Halmahera berbeda secara
geologis. Semenanjung utara disusun oleh formasi gunung Api (Andesit dan batuan
beku Basaltik). Di semenanjung timur laut ditemukan batuan beku asam, basa, dan
ultra basa serta batuan sedimen.
Daerah pegunungan merupakan bentangan lahan dengan puncak tajam dan
punggung curam tertoreh serta lereng yang curam (> 40%). Di semenanjung utara
Halmahera terdapat gunung api aktif dan non aktif dengan bentuk dan struktur
yang sangat khas. Di daerah semenanjung utara Halmahera tersebut tidak
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 19
ditemukan dataran alluvial. Kemudian, memasuki daerah Kao ditemukan dataran
alluvial yang luas pada daerah pedalaman, dataran vulkanik yang berombak dan
dataran alluvial berawa secara lokal. Pulau Morotai memiliki banyak kesamaan
dengan Pulau Halmahera bagian utara dan timur, yakni dicirikan oleh gunung-
gunung yang berkembang dari batuan sedimen dan batuan beku basa. Di
semenanjung bagian selatan Halmahera lebih didominasi oleh daerah gunung yang
terutama berkembang dari bahan-bahan sedimentasi naal dan batu gamping (Marl
dan Limestone); pada bagian ini terbentang dataran sempit alluvial arah timur-
barat.
Di kawasan sepanjang pantai barat Halmahera terbentang sejumlah pulau besar
dan kecil, yaitu: Ternate di bagian utara sampai Obi di bagian selatan. Pulau-pulau
kecil di bagian utara umumnya merupakan daerah vulkanik yang tersusun dari
bahan andesit dan batuan beku basaltic, dengan kemiringan lereng curam (30-
45%) sampai sangat curam (>45%).
Kelompok Pulau Bacan merupakan bentangan lahan pegunungan yang sama
dengan Halmahera Utara, yaitu batuan beku basa dan batuan metamorfik.
Walaupun batuan metamorfik menyebar secara lokal, tetapi merupakan batuan
induk dominan di daerah ini. Di sepanjang pesisir terdapat dataran pantai yang
sempit dan di bagian tengah/pusat Pulau Bacan dibentuk oleh dataran alluvial.
Bentang lahan Pulau Obi mengikuti pola yang sama, bagian tengah didominasi
oleh daerah pegunungan dengan bahan penyusunnya batuan beku basa dan diapit
oleh deretan perbukitan dan batuan sedimen.
Kelompok Kepulauan Sulabesi mempunyai struktur yang sama, tetapi memiliki
bahan induk yang berbeda. Sebagian besar daratan Pulau Taliabu dan Kepulauan
Sula merupakan daerah pegunungan dengan puncak tajam dan lereng curam,
berkembang terutama dari batuan metamorfik. Di bagian barat Pulau Sanana juga
ditemukan bahan induk granit
2.1.2.4. Hidrologi
Sumberdaya air di Provinsi Maluku Utara meliputi curah hujan, danau, sungai, air
tanah dalam (mata air). Curah hujan di Provinsi Maluku Utara pada umumnya
cukup untuk memenuhi berbagai keperluan, seperti untuk irigasi, industri, air
minum, dan untuk keperluan domestik lainnya. Sebagai langkah untuk
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 20
menanggulangi dampak negatif yang timbul maupun meminimalisasi dampak maka
diperlukan upaya konservasi air tanah yang bertumpu pada aspek teknis dengan
melakukan pengaturan dan pembatasan daerah pengambilan air tanah pada zona-
zona konservasi air tanah dan kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan perlindungan tata air perlu untuk segera direhabilitasi dan diamankan.
Potensi sumber daya air di Provinsi Maluku Utara sangat bervariasi, dimana
terdapat sejumlah potensi sumber air tanah dengan akuifer berskala kecil sampai
tinggi. Selain itu juga terdapat berbagai mata air dengan debit yang bervariasi
antara 0.1 s/d 500 liter/detik.Di Provinsi Maluku Utara mengalir sekitar 98 aliran
sungai dan juga terdapat 6 (enam) danau yaitu: Danau Duma, Danau Putera, dan
Danau Puteri yang terdapat di Pulau Halmahera serta Danau Laguna, Danau Tolire
Besar dan Danau Tolire Kecil yang terdapat di Pulau Ternate.
Tabel 2.6. Potensi Debit Mata Air Sumber Air Bersih di Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 21
No. Nama Mata Air Kecamatan Debit (l/dt) No. Nama Mata Air Kecamatan Debit (l/dt)1 Jebubu Morotai Selatan 0.5 67 Maupo Patani 5.02 Samson Morotai Selatan 6.0 68 Bondi 1 Patani 5.03 Gaji Morotai Selatan 0.1 69 Bondi 2 Patani 5.04 Tanjung Batu Morotai Selatan 1.0 70 Yeisowo Patani 5.05 Sangawo Morotai Selatan 0.1 71 Giplun Patani 0.56 Cocobubu Morotai Selatan ;7.0 72 Dodinga Oba Utara 0.57* Akemahutu Morotai Selatan 35.0 73 Air Bak Oba Utara 0.18* Yao Morotai Utara 35.0 74 A. Pancuran Oba Utara 2.59 Air Jebubu Morotai Utara 4.0 75 Air Sagu Oba Utara 2.010 Bere Mahutu Morotai Utara 4.0 76 A. Durian Oba Utara 0.111 Laoumaake Morotai Utara 1.0 77 A.P. Merah Oba Utara 0.612* Aru Morotai Utara 18.0 78 Toe Oba Selatan 0.213* Lalum Morotai Utara 25.0 79* Akesafi Oba Selatan 200.014* Roringosa Morotai Utara 30.0 80 Besimeiho Oba Selatan 0.515* Lepalamo Morotai Utara 20.0 81 Gosale Oba Selatan 0.216* Cobubu Morotai Utara 12.0 82 Ake Mafu Oba Selatan 2.017* Lodo Morotai Utara 15.0 83* Ake Lelei Oba Selatan 10.018* Boku Morotai Utara 20.0 84* Ake Sangkole Wasile 20.019 Losua Morotai Utara 5.0 85 Air lelewi Wasile 0.120* Tatadi Morotai Utara 20.0 86* Lolobata Wasile 100.021 Teto sokiki Morotai Utara 4.0 87* Batu Lubang Kobe 200.022* Gogomu Morotai Utara 10.0 88 Babang Bacan 0.123* Memeta 1 Morotai Utara 10.0 89 Sayoang Bacan 7.024* Memeta 2 Morotai Utara 20.0 90 Penambung Bacan 2.025 Sagu Morotai Utara 0.2 91 Gersia 1 Bacan 1.026 Cendana Morotai Utara 2.0 92 Gersia 2 Bacan 2.027 Hapo 1 Morotai Utara 5.5 93 Kupal Bacan 3.028 Hapo 2 Morotai Utara 2.0 94 Arab Bacan 10.029* Damar Morotai Utara 10.0 95 Panas Kupal Bacan 0.130 Madola Morotai Utara 0.2 96 Kupal II Bacan 2.031 Bola Waro Morotai Utara 0.5 97 Panas II Bacan 5.032* Maloko Morotai Utara 15.0 98 Beringin I Bacan 2.033* Sosa iku 1 Ibu 100.0 99 Waymika Bacan 0.534* Sosa iku 2 Ibu 500.0 100 Air Jebubu 1 Bacan 15.035* Pancuran Ibu 10.0 101 Arumamamng Bacan 0.136* Akeboso Ibu 300.0 102 Sengga 1 Bacan 0.237 Goiu Ibu 0.5 103 Sengga 2 Bacan 0.138 Tuladi Ibu 0.2 104 Air Jejubu 2 Bacan 0.239 Kawao Sahu 0.5 105 Air Rota Bacan 0.140* Gamkonora Sahu 500.0 106 Air Tumbuh 1 Bacan 3.041* Duter Jailolo 200.0 107 Air Tumbuh 2 Bacan 0.442* Gurutu Jailolo 100.0 108 Indari 1 Bacan 2.043 Golo Jailolo 30.0 109 Indari 2 Bacan 0.144* Aketola Jailolo 500.0 110 Ahadao Bacan 11.045 Rugasi Jailolo 1.0 111* Air lelewi Bacan 35.046* Jailolo Jailolo 300.0 112 Telaga Biru Bacan 40.047* Gurango Jailolo 400.0 113 Air Kubung Bacan 2.048 Sahu Kao 5.0 114 Dolik 1 Gane Barat 1.049 Kupa-kupu Tobelo 7.0 115 Jebubu Dolik Gane Barat 3.050* Akedewuwu 1 Tobelo 40.0 116 Bublo Saketa Gane Barat 1.051* Akedewuwu 2 Tobelo 10.0 117 Hahal Gane Barat 0.252 Ake Banten 1 Ternate 2.0 118 Lamo Gane Barat 3.053 Ake Banten 2 Ternate 0.1 119 Cengo Gane Barat 3.054* Ake Gale Ternate 60.0 120 Jebubu Gumira Gane Barat 3.055* Ake Gale 2 Ternate 15.0 121 Jebubu Batula Gane Barat 2.056 Ake Santoso Ternate 1.8 122 Hafo Gane Barat 1.057 Air Tefe-tege Ternate 5.1 123 Posi-posi Gane Barat 0.558 Akerica Ternate 5.0 124 Doro Gane Timur 5.059 Ake Minta Ternate 0.2 125 Lemo-lemo 1 Gane Timur 12.560 Tubo Ternate 0.2 126 Lemo-lemo 2 Gane Timur 1.061 Ganefo Ternate 5.0 127 Usaha baru Gane Barat 8.062 Ake Sahu 1 Tidore - 128 Bidomelaku Gane Barat 10.063 Ake Sahu 2 Tidore 0.2 129 Tabmasa Gane Barat 0.264 Seli Tidore 3.0 130 Papaceda Gane Barat 1.065 Oerabo Patani 0.2 131 Oha 1 Gane Barat 2.066 Wailolo Patani 1.0 132 Oha 2 Gane Barat 2.0
Sumber: Dinas Sumber Daya Air Provinsi Maluku Utara, 2006
Tabel 2.7. Daftar Sungai di Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 22
No. Nama Sungai Panjang (Km) Aliran Sungai No. Nama Sungai Panjang
(Km) Aliran Sungai
1 Ake Togorora 5 Ternate Utara 50 Ake Torogan 20 Oba2 Ake Takome 4.8 P. Ternate 51 Ake Kao 50 Kao3 Ake Kolebatle 5 P. Ternate 52 Ake Dora 20 Kao4 Ngurah Pilatu 3,7 P. Ternate 53 Ake bong 12 Kao5 Hawa Madeho - P. Ternate 54 Ake Tum 14 Kao6 Tobololo 8,2 P. Ternate 55 Ake Mawae 13 Kao7 Dufa-dufa 1,5 Ternate Utara 56 Ake Tuba 8 Tobelo8 Sangaji 2,2 Ternate Utara 57 Ake Mede 15 Tobelo9 Sabia Besar 2,5 Ternate Utara 58 Ake Togawa 16 Tobelo
10 Soasio 2,8 Ternate Utara 59 Ake Dolady 10 Tobelo11 Marikubu 3,5 Kota Ternate 60 Ake Ibu 7 Tobelo12 Toboko 1,2 Kota Ternate 61 Ake Lamo 30 Jailolo13 Ake Telolo 1,8 Kota Ternate 62 Ake Diati 8 Jailolo14 Ake Bastiong 1,6 Kota Ternate 63 Ake 16 Akelamo15 Srobo 2,1 Ternate Selatan 64 Ake Mangura 14 Mafa16 Kalumata 1,1 Ternate Selatan 65 Ake Luing 2,5 Akelamo17 Fitu 1,2 Ternate Selatan 66 Ake Fati 15 Lawui18 Gambesi 1,3 Ternate Selatan 67 Ake Fluk 10 Lawui19 Sasa Kecil 1,3 Ternate Selatan 68 Ake Widi Besar 60 Lawui20 Sasa Besar 1,5 Ternate Selatan 69 Ake Rica 75 Lawui21 Kastela 2,8 Ternate Selatan 70 Ake Ori 6 Lawui22 Tiley 7,5 Daruba 71 Ake Baru 12 Lawui23 Sabatani 12,5 Daruba 72 Ake Kawasi 20 Lawui24 Bomban 19 Daruba 73 Ake Lower 11 Lawui25 Tawakale 5 Daruba 74 Tabopoma 18,5 Bacan26 Hawa Madeho 25,0 Daruba 75 Bibinoi Kecil 21 Bacan27 Tobololo 15 Daruba 76 Bibinoi Besar 24 Bacan28 Ake Pariama 17 Wasile 77 Songa 21 Bacan29 Ake Soalat 15 Wasile 78 Wayaua 22 Bacan30 Ake Subaiam 12 Wasile 79 Tawalw 8,3 Bacan31 Ake Mancalele 8 Wasile 80 Sayoa 26,0 Bacan32 Ake Opyang 22 Wasile 81 Sawadai 8,8 Bacan34 Ake Tulling 22 Wasile 82 Panmbonang 9,2 Bacan35 Ake Lolobata 12 Wasile 83 Toakona 9 Bacan36 Ake Gagaeli 18 Wasile 84 Gandasuli 18,6 Bacan37 Ake Pamalango 42 Maba 85 Kupai 16,4 Bacan38 Ake Onat 45 Maba 86 Mandaong 21,5 Bacan39 Ake Gan 10 Maba 87 Sungera 23 Bacan40 Ake Sangaji 60 Maba 88 Awanggo 24 Bacan41 Ake Terwele 23 Maba 89 Amasing Kali 16,4 Bacan42 Ake Wali 28 Maba 90 Galela 6 Bacan43 Ake Annas 25 Patani 91 Tabalema 15 Bacan44 Ake Kobe 17 Weda 92 Tabamoi 21 Bacan45 Ake Magata 7,5 Weda 93 Akademo 4,5 Bacan46 Ake Tilope 17 Weda 94 Sumea 13,5 Bacan47 Ake Baler 26 Oba 95 Kaputusang 17,3 Bacan48 Ake Lamo 13 Oba 96 Nondang 16,5 Bacan49 Ake Oba 12 Oba 97 Geti Baru 19,5 Bacan
98 Goro-goro 22,5 Bacan
Sumber: Dinas Sumber Daya Air Provinsi Maluku Utara, 2006
Tabel 2.8. Daftar Daerah Aliran Sungai di Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 23
Luas DAS Panjang Sungai Stasiun Hujan(Km5) Utama (Km) (Sta)
1 Ake Tohaki 592 49 Sta. Galela2 Ake Kao 1180 63 Sta. Galela3 Akediri 570 43 Sta. Galela4 Ake Akelamo 825 66 Sta. Galela5 Air Onat 417 50 Sta. Galela6 Air Sangaji 824 60 Sta. Galela7 Ake Waci 368 44 Sta. Galela8 Ake Kobe 775 43 Sta. Galela9 Air Dodaga 284 40 Sta. Galela10 Ake Noe 200 33 Sta. Galela11 Ake Waleh 214 33 Sta. Galela12 Ake Iyadimatiti 381 43 Sta. Ternate13 Ake Fidi 184 20 Sta. Ternate14 Foya 333 24 Sta. Ternate15 Ternate 102 5 Sta. Ternate16 Paisu Sayoang 165 33 Sta. Ternate17 Kuala Wadi Besar 475 64 Sta. Ternate
Nama SungaiNo.
Sumber: Dinas Sumber Daya Air Provinsi Maluku Utara, 2006
Tabel 2.9. Sungai Dan Kawasan Potensi Embung di Provinsi Maluku Utara
Asumsi No. Nama Sungai Luas DAS Panjang Sungai Vol. Embung Kecamatan
( Km²) ( Km) m³1 Ake Kao 1180 63 1 60,000 Kao2 Ake diri 570 43 80,000 Jailolo3 Ake Akelamu 825 66 100,000 Mava4 Air Onat 417 50 80,000 Maba5 Air Sangaji 824 60 100,000 Maba6 Ake Waci 368 44 60,000 Maba7 Ake Koke 775 43 100,000 Weda8 Air Dodaga 284 40 50,000 Wasille9 Ake Noe 200 33 30,000 Maba
10 Ake Waleh 214 33 30,000 Weda11 Ake Iyadimafifi 381 43 40,000 Oba12 Ake Fidi 184 20 40,000 Weda13 Foya 333 24 40,000 Weda14 Paisu Sayoang 265 33 40,000 P. Bacan15 Kuala Wadi Besar 476 64 100,000 P. Obi16 Ake Tohaki 592 49 100,000 Kao
Sumber: Dinas Sumber Daya Air Provinsi Maluku Utara, 2006
2.1.2.5. Gelombang
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 24
Gelombang yang terjadi di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
a. Bulan Januari, Februari, Maret, April: Ketinggian gelombang yang terjadi
bervariasi dari 0.5 m, 0.75 m, 1.25 m, dan 2.0 m dengan arah angin dari
Timur Laut;
b. Bulan Mei, Juni: Ketinggian gelomabang yang terjadi bervariasi dari 0.5 m,
0.75 m, dan 1.25 m dengan arah angin dari Timur Laut dan Tenggara. Hal ini
disebabkan oleh peralihan musim yang ditandai dengan bergesernya arah
angin yang terjadi;
c. Bulan Juli, Agustus, September, Oktober: Ketinggian gelombang yang terjadi
bervariasi dari 0.5 m, 0.75 m, 1.25 m, dan 2.5 m dengan arah angin dari
Tenggara;
d. Bulan November, Desember: Ketinggian gelombang yang terjadi bervariasi
dari 0.5 m, 0.75 m, 1.25 m, dan 2.0 m dengan arah angin dari Tenggara dan
Timur Laut. Hal ini disebabkan oleh adanya peralihan musim.
Gambar 2.11. Contoh Ilustrasi Gelombang yang Terjadi Pada Bulan Februari 2008
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, 2006
2.1.2.6. Sumberdaya Hutan
Kawasan Hutan di Provinsi Maluku Utara terdiri dari kawasan hutan lindung dan
kawasan hutan budidaya. Luasan total kawasan hutan di Provinsi Maluku Utara,
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 25
baik lindung maupun budidaya, sebesar 2.810.715 Ha yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota. Wilayah dengan luasan hutan terbesar adalah Kabupaten
Halmahera Selatan seluas 747.874,01 Ha dan terkecil adalah Kota Ternate seluas
14.886 Ha.
Kawasan hutan lindung menjadi potensi bagi lokasi penyediaan sumber air serta
sebagai perlindungan terhadap kawasan bawahnya. Namun demikian, kawasan
hutan lindung ini juga membatasi peluang pemanfaatan lahan secara lebih leluasa
bagi kegiatan budidaya. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya (yang dalam hal ini terdiri dari hutan lindung), tersebar di hampir
seluruh pulau dengan luasan total 557.950 Ha atau 19,64 % dari total luas daratan
yang sebagian besar tersebar di Halmahera Timur (181.964,90 Ha) dan Halmahera
Selatan (138.034,29 ha). Persentasi kawasan hutan lindung ini masih kurang
dibandingkan dengan luas minimum yang dipersyaratkan oleh Undang-Undang
Penataan Ruang (30 %). Adapun kawasan suaka alam yang terdiri atas beberapa
jenis, baik di daratan maupun di wilayah perairan laut. Lokasinya adalah sebagai
berikut:
a. Taman Nasional Aketajawe-Lolobata, Halmahera Tengah & Kota Tidore
Kepulauan, Halmahera Timur;
b. Cagar Alam Pulau Seho (Halmahera Utara);
c. Cagar Alam Wayabula di Pulau Morotai (diusulkan);
d. Suaka Margasatwa Gamkonora yang terdapat di Kecamatan Sahu/Ibu
(diusulkan);
e. Cagar Alam Saketa di Pulau Halmahera bagian Selatan;
f. Cagar Alam Gunung Sibela di Pulau Bacan;
g. Cagar Alam Pulau Obi;
h. Cagar Alam Lifamatola (Kota Tidore Kepulauan);
i. Cagar Alam Taliabu di Pulau Taliabu (Kepulauan Sula);
j. Cagar Alam Pulau Seho di Pulau Seho, Taliabu Barat (Kepulauan Sula);
k. Cagar Alam Taman Laut di Tobelo (diusulkan);
l. Cagar Alam Taman Laut di Gane Timur (diusulkan).
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 26
Tabel 2.10. Sebaran Dan Luas Status Kawasan Hutan di Provinsi Maluku Utara
Lindung Budidaya Total % LindungHalbar 14914.70 118671.30 133586.02 11.16Halsel 138034.29 609839.70 747874.01 18.45
Halteng 16296.98 190500.50 206847.43 7.87Haltim 181964.90 429420.30 611385.19 29.76Halut 9648292.00 388119.30 484602.26 19.90
Kep. Sula 68326.42 410221.90 478548.33 14.27Ternate 4056.87 10829.47 14886.34 27.25Tidore 37873.03 95112.66 132985.69 28.47Total 55795.00 2252765.00 2810715.00 19.64
Sumber: RTRW Provinsi Maluku Utara 2006-2016
Adapun total luasan kawasan hutan budidaya di Maluku Utara adalah sebesar
2.252.765 Ha, dimana kawasan terluas dimiliki oleh Kabupaten Halmahera Selatan
sebesar 609.839,70 Ha dan terkecil dimiliki oleh Kota Tidore sebesar 95.112,66 Ha.
Hutan budidaya menghasilkan berbagai jenis kayu komersial seperti meranti,
agathis, mersawa, merbau, benuang, nyatoh, motoa, bintanggur dan gaharu; jenis
hasil hutan non kayu seperti rotan, damar, sagu, minyak kayu putih, arang kayu,
arang serbu; beraneka ragam anggrek alam serta flora dan fauna menarik
lainnya.Jenis kayu yang paling dominan adalah jenis meranti (meranti merah dan
meranti putih) dan mersawa.
Realisasi produksi kayu bulat oleh HPH, HPHH, IPK maupun kayu olahan oleh
IPKH oleh PT. Taiwi Sidangoli berupa kayu gergaji dan plywood tiap tahun terus
mengalami peningkatan. Sedangkan HPHTI yang luasnya mencapai 11.399 Ha
dilakukan PT. Kirana Cakrawala di Miaf Kecamatan Maba merupakan Hutan
Tanaman Industri andalan Maluku Utara.
2.1.2.7. Flora dan Fauna
Propinsi Maluku Utara sebagai provinsi kepulauan menyimpan potensi kekayaan
hayati yang luar biasa besarnya. Maluku Utara memiliki beragam jenis flora dan
fauna. Berbagai jenis ikan dan hewan laut dapat ditemukan di Maluku Utara bahkan
terdapat beberapa flora yang tidak terdapat di daerah lain, misalnya Cengkeh Afo
dan Kelapa Raja.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 27
Kekayaan fauna yang dimiliki berupa beberapa spesies yang merupakan endemik
di Maluku Utara seperti Cenderawasih Gagak (lycocorax pyrhopterus), Kakatua
Putih (kakatua alba), dan burung yang termasuk langka di dunia yakni Burung
Bidadari (semioptera wallace).
Potensi flora dan fauna yang unik dan tidak terdapat di daerah lain merupakan
trademark dan daya tarik tersendiri yang menjadi pemikat bagi wisatawan untuk
datang ke Maluku Utara. Hal penting yang harus dilakukan adalah
mempertahankan keaslian dan keberadaan spesies tersebut agar tetap asli serta
tidak mengalami kepunahan.
Gambar 2.12. Keragaman Flora dan Fauna Maluku Utara
2.1.2.8. Sumberdaya Ekosistem Pesisir dan Laut
Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sebagian
wilayahnya merupakan gugusan pulau dengan perairan laut yang membentang
sangat luas. Dengan kondisi geografis wilayah yang sebagian besar merupakan
perairan dengan pulau-pulau kecil yang tersebar luas, Provinsi Maluku Utara
mempunyai sumberdaya pesisir dan laut cukup melimpah. Sebagian besar potensi
sumberdaya pesisir dan laut tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Secara umum sumberdaya pesisir dan laut yang terdapat di Provinsi Maluku Utara
dapat dibagi atas empat kelompok, yaitu :
a. sumberdaya dapat pulih (renewable resources), yang meliputi ekosistem
pesisir dan laut, seperti mangrove, padang lamun, rumput laut, dan
terumbu karang, serta sumberdaya perikanan, termasuk didalamnya
kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan budidaya pantai dan budidaya
laut (mariculture).
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 28
b. sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources), yang meliputi
mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas.
c. jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services).yang meliputi
pariwisata dan perhubungan laut.
A. Potensi Sumberdaya Pesisir dan Laut
Wilayah perairan di Maluku Utara kurang lebih 100.731,44 Km² atau sekitar 77
persen dari luas wilayah keseluruhan Provinsi Maluku Utara. Dengan luas perairan
yang sangat luas tersebut serta sebaran pulau-pulau kecil yang mengelilinginya
Provinsi Maluku Utara mempunyai potensi sumberdaya ekosistem pesisir dan laut
cukup melimpah, antara lain pulau-pulau kecil, terumbu karang, mangrove dan
padang lamun.
B. Potensi Pengembangan Pulau-Pulau Kecil
Sebagai provinsi kepulauan, Maluku Utara mempunyai beberapa pulau-pulau kecil
yang tersebar dan berbentuk gugusan pulau. Propinsi Maluku Utara mempunyai
395 pulau yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan pulau besar, dimana 64 pulau
yang dihuni dan 331 pulau yang tidak dihuni.
C. Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang dibentuk dari endapan (deposit) padat kalsium karbonat
(CaCO3) yang dihasilkan oleh hewan karang, alga berkapur dan biota lainnya yang
mampu mengsekresi kalsium karbonat. Hamparan terumbu karang di Maluku Utara
terpusat pada pulau-pulau kecil di beberapa gugusan pulau seperti gugus Morotai
(pulau Dodola, Posi-posi Rao, Saminyamao, dan Pulau Burung).
Berdasarkan hasil interpresetasi Citra Landsat 7 ETM 2004 diketahui bahwa luasan
mangrove di Ekosistem Terumbu Karang adalah 270,691 Ha.Secara umum kondisi
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 29
terumbu karang di perairan Maluku Utara relatif baik. Tutupan karang keras
berkisar 1,60 – 53,20 persen dengan kategori rusak hingga baik (PKSPL, IPB
2006). Karang keras terdiri dari karang keras Acropora dan Non-Acropora. Karang
Non Acropora lebih dominan di temukan hampir di seluruh perairan Maluku Utara.
Komunitas penyusun ekosistem terumbu karang selain karang keras adalah karang
lunak, spong, zoanthid, anemon laut, danalga kapur. Tutupan komunitas karang di
perairan Maluku Utara berkisar 17,70 – 84,70 persen dengan kategori rusak hingga
sangat baik (PKSPL-IPB, 2006). Umumnya kerusakan karang disebabkan
kerusakan fisik (bekas pengeboman) dan diantaranya di beberapa tempat di
musim-musim tertentu seperti di gugus kepuluan Morotai mempunyai partikel
terlarut (terutama bahan organik) yang relatif tinggi hingga akan menghambat
penetrasi cahaya matahari. Hal ini juga ditandai dengan spesies indikator karang
lunak yang lebih adaptasi dengan partikel terlarut.
Secara umum perairan pesisir di Maluku Utara ada dua tipe yaitu perairan yang
terbuka dan terutup. Perairan Maluku Utara yang tertutup atau perairan dalam pada
umumnya merupakan pantai yang agak landai dengan beberapa pulau-pulau kecil
di depannya. Potensi sumber daya karang relatif baik dengan karang Acropora,
Porites, dan karang lunak agak dominan di beberapa lokasi.
Karang batu pada lokasi ini bervariasi dan mempunyai keanekaragaman yang
cukup tinggi. Pada umumnya pertumbuhan karang batu berada pada posisi tebing
(curam) dengan kemiringan mendekati 600. Jenis yang alga dominan adalah
Acropora Polifera, Fungia sp, Porites nigrecens dan Pocillophora verrucosa yang
banyak terdapatpada kedalaman 3-5 meter. Untuk kedalaman di atas 5 meter lebih
banyak didomnasi oleh karang batu jenis Pocillphora meanndrina dan Favites
abdita. Pada kedalaman 1 meter terdapat patahan karang yang telah ditumbuhi
oleh turf algae dan diselingi oleh Halimeda sp yang berada diantara batuan kerikil
(rublle). Tingkat kemiringan dasar perairan dimulai dari kedalaman 7 meter dan
seterusnya.
Pengamatan pada lokasi ini berada pada daerah yang agak berteluk dimana pada
bagian pantai terdapat banyak pohon kelapa dan beberapa hutan tropis yang
tumbuh memanjang sepanjang pantai. Kondisi perairan disini mempunyai
pergerakan arus sedang dan kecerahan agak baik sehingga air kelihatan agak
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 30
jernih dan bersih. Substrat dasar perairan dimulai dengan adanya pasir pada
bagian pantai patahan karang, karang mati dan pasir agak berlumpur.
Kedalaman antara 0,5 – 1 meter terdapat banyak patahan karang batu dan
beberapa patahan pohon kelapa yang berada pada dasar perairan. Kedalaman 3 –
4 meter, terdapat beberapa kubangan dengan didominasi oleh patahan karang
yang telah ditumbuhi oleh turf algae. Sedangkan kedalaman 5 – 7 meter terdapat
pertumbuhan karang batu yang cukup padat dan beranekaragam. Diantara
kepadatan karang batu pada kedalaman ini terdapat beberapa jenis soft coral dari
marga Sinularia sp dan Sarcophyton sp. Karang batu yang mendominasi lokasi ini
pada umumnya berupa karang massif terutama dari jenis Porites lutea, Favites sp
serta beberapa jenis Acropora seperti Acropora palifera dan Acropora digitifera.
Kondisi karang batu pada areal ini termasuk kategori sedang hingga baik (30-50
persen).
Gambar 2.13. Terumbu Karang di Kepulauan Maluku Utara
Tabel 2.11. Ekosistem Pesisir dan Lautan Wilayah Pesisir
No Kabupaten Mangrove (Ha) Terumbu Karang (Ha)
1 Kota Ternate - 1,106
2 Kota Tidore Kepulauan 6,370 12,979
3 Halmahera Barat 3,745 21,868
4 Halmahera Selatan 12,550 73,496
5 Halmahera Tengah 11,250 16,331
6 Halmahera Timur 22,500 47,008
7 Halmahera Utara 4,340 53,962
8 Kepuluan Sula 2,425 43,942
Total 63,180 270,691
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 31
Sumber: RTR Pesisir dan Kelautan (Regional Marine Planning) Wilayah Maluku dan Maluku Utara
D. Ekosistem Mangrove
Mangrove (hutan bakau) di perairan Maluku Utara merupakan ekosistem mangrove
tipologi kepulauan. Mangrove di sini umumnya tidak terlalu tinggi karena suplai
nutrien (yang umumnya disuplai oleh sungai) tidak terlalu tinggi. Kandungan
lumpurnya tidak terlalu tinggi. Sebaran mangrove di perairan Maluku Utara terdapat
di beberapa pulau-pulau kecil dan sebagian pantai terutama yang berbentuk teluk
kecil atau terlindung.
Mangrove di Maluku Utara pada umumnya tidak membentuk system zonasi karena
tidak terlalu tebal. Berdasarkan hasil interpretasi Citra Landsat 7 ETM 2004
diketahui bahwa luasan mangrove di Maluku Utara adalah 63,180 Ha. Ekosistem
mangrove di perairan Maluku Utara didominasi oleh Rhizophora sp, terutama
Rhizophora apiculata, sedang jenis lain seperti Sonneratia dan Avicennia sangat
jarang ditemukan. Kondisi mangrove relatif baik berdasarkan tutupan mangrove,
meskipun tidak terlalu baik.
Gambar 2.14. Jenis Bakau yang Terdapat di Maluku Utara
E. Ekosistem Lamun
Lamun umum berasosiasi dengan karang dan mangrove yang habitatnya terletak
antara habitat mangrove dan habitat karang. Sebaran lamun cukup luas hampir
sama dengan sebaran terumbu karang, meskipun tidak seluas hamparan karang.
Jenis lamun yang ditemukan di perairan Maluku Utara antara lain: Cymodocea
serrulata, Cymodocea rotundata, Halodule sp., Syringodium isoetifolium, Enhalus
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 32
acoroides dan Halophila sp. Hasil penelitian tutupan (%) jumlah jenis, subsrat dan
sebaran padang lamun di pesisir Maluku Utara diketahui bahwa tutupan padang
lamun di perairan Maluku Utara adalah berkisar antara 5-95%. Bervariasinya
pertumbuhan dan kelebatan padang lamun erat kaitannya deangan habitat dimana
lamun itu tumbuh. Wilayah perairan yang mempunyai ciri-ciri profil pantai yang
curam, perairan berombak, tipe subsrat bervariasi seperti pecahan karang, gravel
dan pasir kasar, habitat semacam ini didominasi jenis Thalassia hemprichii,
sedangkan jenis lainnya yang tersebar secara sporadis seperti Halodule uninervis,
Halodule pinifolia dan Halophila ovalis.Jenis lamun seperti Enhalus acoroides,
Syringodium isoetifoilium, Cymnodecea rotundata mulai banyak ditemukan pada
habitat yang sedikit ada lumpur, pasir halus sampai kasar dan sedikit gravel.
Habitat ini dicirikan dengan pesisir pantai banyak dijumpai ekosistem mangrove,
sehingga jenis Enhalusacoroides mulai banyak ditemukan.
Ditemukan jenis lamun Syringiodium Isoetifolium baik secara vegetasi tunggal
maupun campuran disepanjang pantai selatan Pulau Morotai , hal ini memberikan
informasi bahwa secara ekonomi jenis ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan
menjadi salah satu makanan hewan dugong. Demikian pula jenis Enhalus
Acoroides bisa dimanfaatkan sebagai penambah nilai gizi masyarakat, sedangkan
jenis-jenis Thalassia hemprichi di beberapa daerah sudah dapat dimanfaatkan
sebagai makanan kambing dan domba. Menurut hasil penelitian tim kajian asosiasi
ekosistem padang lamun dan terumbu karang di Pulau Bintan 2004, terkait dengan
persepsi masyarakat terhadap manfaat lamun ternyata persentase tertinggi lamun
dimanfaatkan buahnya untuk dimakan dan persepsi masyarakat tentang
pengetahuan lamun untuk habitat ikan dan biota masing-masing yaitu 38% dan
42%.
Tabel 2.12. Manfaat Lamun Bagi Masyarakat
No Pemanfaatan lamun
Rata-Rata(%
)Keterangan
1 Buah Ea dimakan bijinya 38.0 Konsumsi sendiri
2 Habitat ikan dan biota laut 42,0 Kepiting, kerang, kuda laut, teripang , sotong
3 Obat 6,8 Tergigit, ikan lepu, cacingan, kencing manis, muntaber
4 Makanan ikan Dogong 3,0 -
5 Penahan sediment 3,2 -
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 33
6 Pupuk tanaman 3,0 -7 Objek wisata 2,7 -8 Untuk acar 1,3 -
Sumber:Laporan Akhir Kajian Asosiasi Ekosistem Padang Lamun dan Terumbu Karang di Pulau Bintan Riau, 2004
Pada Tabel di atas dapat memberikan gambaran bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya dan masyarakat pesisir khususnya bahwa sumberdaya padang lamun
baik secara ekologi dan ekonomi memberikan kontribusi terutama nilai kandungan
gizinya dan memberikan alternatif jenis mata pencaharian masyarakat pesisir untuk
dapat mengelola padang lamun di Maluku Utara secara optimal dan lestari.
F. Potensi Perikanan Tangkap Provinsi Maluku Utara
Provinsi Maluku Utara yang sebagain besar wilayahnya berupa perairan memiliki
potensi sumberdaya perikanan laut cukup besar.Potensi perikanan laut yang
terdapat di Perairan Maluku Utara sebesar 1.035.230,00 ton per tahun dengan
potensi lestari yang dapat dimanfaatkan setiap tahun diperkirakan sebesar
828.180,00 ton per tahun (Dinas Perikanan dan Kelauatan Pemerintah Provinsi
Maluku Utara, 2005).Estimasi potensi sumber daya perikanan tangkap di Provinsi
Maluku Utara dapat dilihat Tabel 3.12.
Jenis-jenis sumberdaya ikan yang ditangkap oleh nelayan di sekitar perairan
Maluku Utara sekitar 98 jenis ikan, 74 di antaranya bernilai ekonomis penting, 20
jenisnya merupakan komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
termasuk di antaranya ikan pelagis besar seperti cakalang (Katsuwonus Pelamis),
tuna (Thunnus spp), tongkol (Euthynnus spp), dan jenis-jenis ikan pelagis kecil kecil
seperti kembung (Rastralliger), layang (Decapterus), tembang (Sardinella spp), dan
selar (Selaroides spp) cumi-cumi (Loligo spp), teri (Stelephorus), dan nener
bandeng, serta jenis ikan hias ekosistem terumbu karang.
Jenis ikan yang tersebar di perairan Maluku Utara adalah:
a. Ikan pelagis besar yang terdiri dari tuna, cakalang, tongkol, kakap dan tenggiri dengan potensi per tahun sebesar 405.325,00 ton;
b. Ikan pelagis kecil yang terdiri dari ikan teri, kembung, layang selar dan julung dengan potensi per tahunnya sebesar 337.169.834,33 ton;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 34
c. Jenis ikan domersial yang terdiri dari kakap merah, lencan, ekor kuning dan baronang dengan potensi per tahunnya sebesar 127.340,10 ton;
d. Ikan Karang dengan potensi per tahunnya sebesar 84.752,23 ton per tahun
e. Lobster dengan potensi per tahun sebesar 18.740.46 ton;
f. Cumi-cumi dengan potensi per tahun sebesar 28.592,73 ton;
g. Udang Peneid dengan potensi per tahunnyasebesar 33.186,58 ton.
Tabel 2.13. Jenis Sumber Daya Ikan dan Potensi Serta Estimasinya Tahun 2005
No JenisSumberDaya Ikan (SDI)
Potensi(Ton/Tahun)
Estimasi SDIDi Bawah 12 Mil
1 Pelagis Besar 405.325,00 324.260,00
2 Pelagis Kecil 337.292,91 269.834,33
3 Demersal 127.340,10 101.872,08
4 Ikan Karang 84.752,23 67.801,78
5 Lobster 18.740,46 14.992,37
6 Cumi-Cumi 28.592,73 22.874,18
7 Udang Peneid 33.186,58 26.545,26
Total 1.035.230,00 828,180,00
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelauatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara, 2005
Sementara itu Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang terdapat di Provinsi
Maluku Utara dan sekitarnya sangat luas, yaitu 106.977,32 Km² dengan luas
perairan paparan benua kurang lebih 143 Km². Wilayah Pengelolaan Perikanan
tersebut terdiri dari WPP Laut Seram-Teluk Tomini, WPP Laut Sulawesi dan
Samudra Pasifik dan WPP laut Banda. Potensi perikanan untuk jenis ikan pelagis
cukup besar di WPP Laut Seram-Teluk Tomini, WPP Laut Sulawesi dan Samudra
Pasifik, potensi pelagis besar lebih potensial di WPP Laut Seram-Teluk Tomini,
WPP laut Sulawesi dan Samudra Pasifik serta WPP Laut Banda dan untuk potensi
jenis ikan domersial terdapat di WPP Laut Seram sampai Teluk Tomini dan WPP
laut Sulawesi dan Samudera Pasifik.
Selain ikan-ikan pelagis dan demersal, perairan Maluku Utara yang mempunyai
terumbu karang cukup luas juga mempunyai potensi ikan-ikan karang. Jenis-jenis
ikan karang yang banyak ditemukan di peraiaran Maluku Utara anatara lain, ekor
kuning, pisang-pisang, baronang, kakatua/gigi anjing, kerapu, ikan kerondong,
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 35
napoleon, kakap dan lencam. Untuk ikan hias jenisnya meliputi Pomacentridae,
Libridae, Chaetodontodae, Acanthuridae, Balistidae, Serranidae. Sedangkan
untukjenis non ikan dapat ditemui jenis-jenis antara lain: udang, kepiting, rajungan,
rebon, lobster/udang karang, udang kipas, udang laut dalam, mimi, moluska dan
teripang.
Gambar 2.15. Sebaran Potensi Perikanan Di Wilayah Provinsi Maluku UtaraSumber : Pemerintah Pusat Maluku Utara
Berdasarkan sebaran wilayah perairan di beberapa kabupaten dan kota yang
terdapat di Privinsi Maluku Utara potensi sumberdaya ikan rata-rata cukup tinggi,
baik potensi sumberdaya ikan pelagis kecil, pelagis besar maupun demersal.
Berikut ini merupakan penyebaran potensi kelompok sumberdaya ikan di beberapa
kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara.
Tabel 2.14. Distribusi Potensi Sumberdaya Ikan Di Kabupaten/Kota
di Provinsi Maluku Utara Tahun 2005
DaerahPenyebaran
Penyebaran Potensi Kelompok Sumberdaya IkanJumlah(Ton)Pelagis
BesarPelagisKecil Demersal Ikan
KarangUdang
LobsterCumi-Cumi
UdangPeneid
1. Halmahera Selatan 5,079.62 26,893.87 22,890.77 10,299.54
5,156.31 550.72 5,537.40 136,408.63
2. Halmahera Utara 65,202.21 24,505.20 20,465.32 9,261.20 4,213.80 738.60 574.44 124,960.7
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 36
DaerahPenyebaran
Penyebaran Potensi Kelompok Sumberdaya IkanJumlah(Ton)Pelagis
BesarPelagisKecil Demersal Ikan
KarangUdang
LobsterCumi-Cumi
UdangPeneid
7
3. Halmahera Timur 60,070.67 19,942.44 10,963.55 10,260.44
1,321.75 6,887.75 6,879.79 116,326.39
4. Halmahera Barat 46,124.34 18,909.86 11,227.21 10,257.86
1,640.32 7,200.82 6,773.47 102,133.88
5. Halmahera Tengah 53,802.12 20,262.44 11,132.91 10,168.49
1,855.08 711.39 3,674.22 101,606.35
6. Kep. Sula 60,834.09 22,894.78 14,492.44 9,267.88 2,292.38 9,053.23 5,800.43 124,635.23
7. Ternate 44,643.02 21,366.15 7,882.02 5,274.93 952.6 - - 80,118.72
8. Tidore 42,096.26 21,524.31 5,874.03 5,045.51 958.1 - - 75,498.21
Total 437.852,33
176.299,05
104.928,25
69.835,85
18,390.34
25,142.51
29,239.75
828.180.00
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan, Maluku Utara, 2005
Pencapaian produksi perikanan tangkap pada tahun 2005 didominasi oleh jenis pelagis
kecil 37.403.40 ton (34,96 persen), pelagis besar 30.132.92 ton (28.16 persen) dan
demersal 13.999.95 ton (13.09 persen).
Tabel 2.15. Produksi Perikanan Tangkap Sampai Dengan Tahun 2005
No Kel. SDI Potensi(Ton)Pencapaian Produksi (ton) Kenaikan
2004 2005 Volume %1 Pelagis Besar 241.245.69 27.393.56 30.132.92 2.739 28.16
2 Pelagis kecil 135.843.46 34.003.09 37.403.40 3.400 34.96
3 Demersal 102.937.66 12.727.23 13.999.95 1.273 13.09
4 Ikan Karang 78.313.04 7.287.16 8.015.88 729 7.49
5 Lobster 14.382.19 3.314.58 3.314.58 301 3.10
6 Cumi – Cumi 68.617 10.022.30 10.022.30 911 9.37
7 Udang Penaeid 21.204.21 4.100.09 4.100.09 373 3.83
Jumlah 662.544.00 97.262.82 106.989.10 9.726 100
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan, Maluku Utara, 2005
G. Potensi Perikanan Budidaya Di Provinsi Maluku Utara
Selain potensi perikanan tangkap di Provinsi Maluku Utara juga mempunyai potensi
cukup besar pada perikanan Budidaya. Kawasan pesisir dan laut Provinsi Maluku
Utara dengan kualitas perairan yang masih baik memungkinkan pengembangan
budidaya laut, terutama kerapu, lobster, rumput laut dan mutiara. Sedangkan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 37
beberapa kawasan tersedia suplai air tawar yang berkualitas sehingga cocok untuk
pengembangan budidaya payau. Bahkan beberapa kawasan memiliki sumber air
tawar yang berkualitas menjadi alternatif bagi pengembangan budidaya air tawar
(kolam).
Sampai tahun 2005 dari areal budidaya laut, payau dan kolam di Provinsi Maluku
Tenggara seluas 1.326,4 Ha.Dari Luas tersebut terdapat potensi luas lahan
budidaya laut sebesar805 Ha, budidaya payau 218 Ha dan budidaya air tawar
303,1 Ha.
Berdasarkan jenis komoditas yang dibudidayakan perikanan budidaya di Provinsi
Maluku Utara terdiri dari beberapa jenis komoditi, yaitu ikan kerapu dengan luas
lahan sebesar 24,75 Ha, rumput laut dengan luas lahan 74,25 Ha, ikan nila dan
ikan mas dengan luas lahan 22,67 Ha dan Udang Windu dengan luas lahan 20,10
Ha. Produksi yang dicapai pada tahun 2004 untuk jenis ikan kerapu sebesar
38.484 ton per tahun, rumput laut sebesar 16.387 ton per tahun, ikan nila dan ikan
mas sebesar 19.682 ton per tahun dan udang windu sebesar 3.556 ton per tahun.
Tabel 2.16. Potensi Luas Lahan Perikanan Budidaya di Provinsi Maluku Utara Tahun 2005
DaerahPenyebaran
Luasan KesesuaianLahan Budidaya (Ha) Total(Ha)
Laut Payau Air TawarHalmahera Selatan 97.3 50.5 28.9 176.8Halmahera Utara 56.5 51.3 87.4 195.1Halmahera Timur 11.7 21.4 95.8 128.8Halmahera Barat 459.0 50.1 52.3 561.4Halmahera Tengah 79.4 16.3 15.3 111.0Kepulauan Sula 16.9 21.8 18.0 56.7Kota Ternate 80.5 1.0 2.0 83.5Kota Tidore 4.0 5.7 3.5 13.2Jumlah 805.3 218.0 303.1 1,326.4
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan, Maluku Utara 2005
Produksi ikan untuk kegiatan budidaya dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.
Hal ini dapat dilihat dari produksi ikan hasil budidaya berdasarkan data dari Dinas
Perikanan dan Keluatan Maluku Utara pada tahun 2004 adalah 662,1 ton naik
menjadi 866,30 ton pada tahun 2005.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 38
Tabel 2.17. Pencapaian Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2005
No Potensi LahanProduksi (ton)
2004 2005
1 Laut 523.39 850.50
2 Payau 2.87 7.60
3 Air Tawar 135.84 8.20
Total 662.1 866.30
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan, Maluku Utara
Namun demikian apabila dilihat dari potensi dan pengembangan produksi
perikanan budidaya, sampai saat ini optimalisasi dan produktivitas perikanan
budidaya di Provinsi Maluku Utara masih rendah, hal dapat dilihat dari luas areal
budidaya yang sudah dikembangkan dan produksi yang dicapai.Berdasarkan
perkembangan luas arel budidaya yang telah dimanfaatkan dengan potensi areal
yang ada menujukan bahwa tingkat pemanfaatan potensi perikanan budidaya di
Maluku Utara masih sangat rendah.
Tabel 2.18. Pemanfaatan Luas Areal Budidaya Berdasarkan Jenis Usaha Tahun 2004 dan 2005
No Jenis BudidayaPerkembangan Luas Budidaya (Ha)
2004 2005 Jumlah %
1 Rumput Laut 21.88 28.97 7.09 26.252 KJA Kerapu 4.66 6.80 2.14 23.753 Tambak 21.5 21.97 0.47 23.754 Kolam 5.9 6.29 0.39 12.55 KJA Air Tawar 0.24 0.30 0.06 13.75
Total 54.18 64.33 10.15 100Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan, Maluku Utara 2005
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 39
2.2. PROFIL KEPARIWISATAAN WILAYAH
PERENCANAAN2.2.1. DAYA TARIK WISATA
Kepariwisataan Maluku Utara ditunjang oleh potensi kondisi alam dan benda-benda
peninggalan kebudayaan masa lalu sehingga wisata budaya dan purbakala, wisata
alam, dan wisata bahari dapat dikembangkan di Maluku Utara. Wisata alam
meliputi wisata hutan, wisata bahari baik berupa wisata pantai maupun wisata
taman laut, wisata pertanian, wisata cagar alam, dan sebagainya. Adapun wisata
sejarah sebagian besar berupa benteng atau monumen peninggalan sejarah
terdapat di seluruh kota/kabupaten di Maluku Utara. Berbagai macam potensi
wisata tersebut tersebar di seluruh wilayah, meliputi kawasan Kota Ternate, Kota
Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Utara,
Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten
Halmahera Selatan. Kabupaten Kepulauan Sula dan Kabupaten Morotai.
Gambar 2.16. Peta Sebaran Daya Tarik Wisata di Maluku Utara
2.2.1.1. Kota Ternate
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 40
Kota Ternate memiliki beberapa daya tarik wisata unggulan, beberapa diantaranya
yaitu:
1. GUNUNG GAMALAMAGunung Gamalama merupakan salah satu gunung api yang ada di Provinsi Maluku Utara ini memiliki ketinggian sekitar 1.715 m dpl. Gunung yang berdiameter 11 km ini, memiliki danau kawah dan kawah ganda.
2. DANAU TOLIREDanau Tolire yang berada di bawah kaki Gunung Gamalama terbagi menjadi dua bagian, yakni Tolire besar dan Tolire kecil. Jarak dari Danau Tolire besar dan Danau Tolire kecil hanya 200 meter.
3. BENTENG TOLOKOBenteng yang mula-mula dikenal dengan nama Tolukko dan kemudian lebih dikenal dengan nama Benteng Hollandia ini, dibangun pada tahun 1540 oleh Francisco Serao, seorang panglima Portugis. Benteng ini juga dijadikan sebagai tempat untuk menggiring rakyat yang melarikan diri dari serangan Spanyol.
4. ISTANA KESULTANAN TERNATEIstana Kesultanan Ternate terletak di dataran pantai di Kampung Soa-Sio, Kelurahan Letter C, Kodya Ternate, Provinsi Maluku Utara. Letak Istana Kesultanan Ternate tidak jauh dari pusat kota
5. MUSEUM SONYINE MALIGEDalam bangunan megah berwarna kuning ini tersimpan benda-benda bersejarah. Satu di antaranya adalah Mahkota Berambut Kesultanan Ternate. Dipercaya, rambut yang melekat pada bagian atas mahkota tumbuh setiap tahun.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 41
6. MASJID SULTAN TERNATEMasjid Sultan Ternate terletak di kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Masjid ini menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di kawasan timur Nusantara ini.
7. UPACARA ADAT KOLOLI KIEUpacara Adat Kololi Kie mempunyai arti yaitu sebuah kegiatan ritual masyarakat tradisional untuk mengitari atau mengililingi gunung Gamalama sambil menziarahi beberapa makam keramat yang ada di sekeliling pulau kecil yg memiliki gunung berapi.
8. FESTIVAL LEGU GAMLegu Gam atau pesta rakyat berasal dari tradisi adat istiadat Maluku Utara. Secara historis pesta rakyat yang melibatkan pihak kerajaan / kesultanan ini dilakukan dalam bentuk tari-tarian atau biasa disebut Tarian Legu.
9. SWERINGSwering tepat berada di seberang Kantor Gubernur Maluku Utara. Saat malam, puluhan tempat makan bergabung disini. Mulai dari makanan pecel ayam goreng Surabaya, Soto Konro Makassar, Martabak Bandung, sampai mie ayam tersedia disini. Tidak heran, tempat ini masih ramai didatangi orang sampai jam 2 pagi.
10. PANTAI SULAMADAHAPantai berpasir hitam ini menyuguhkan pemandangan yang indah, yakni Pulau Hiri di seberang pantai. Dulunya, Pulau Hiri merupakan tempat persembunyian Sultan Ternate Muhammad Djabir
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 42
11. BENTENG KALAMATABenteng yang dibangun pada tahun 1625 ini terletak di pinggir pantai selatan Ternate. Benteng ini dibangun dengan konsep seperti kura-kura dan difungsikan sebagai benteng pertahanan.
12. PANTAI KASTELAPantai Kastela berada di sebuah kampung yang bernama kastela, benteng ini menyuguhkan suasana pantai dengan pemandangan Pulau Maitara dan Pulau Tidore
13. DANAU NGADE/ LAGUNADanau laguna terletak di kelurahan fitu kecamatan kota Ternate Selatan. Orang ternate menyebutnya Danau Ngade karena terletak di desa Ngade. Danau dengan air yang tenang dan kelilingi bukit yang hijau serta laut dan gunung yang terbentang dihadapannya, menawarkan keindahan ini dikawasan danau telah dikembangkan budidaya ikan dan pada saatnya akan menjadi obyek wisata pancing.
14. BATU ANGUSBatu Angus merupakan lava yang telah beku oleh letusan gunung Gamalama. Dilokasi tersebut juga terdapat monumen Jepang.
2.2.1.2. Kota Tidore Kepulauan
Kota Tidore Kepulauan memiliki beberapa daya tarik wisata unggulan, beberapa
diantaranya yaitu:
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 43
1. KRATON SULTAN TIDOREKraton Sultan Tidore terletak di kota Soasio, bangunan ini masih pada tahap renovasi dan dahulu bangunan ini merupakan pusat pemerintahan Kasultanan Tidore.
2. MASJID KESULTANAN TIDOREMasjid ini biasa digunakan oleh kalangan kesultanan untuk melaksanakan ibadah, masjid ini sering dipugar, terutama atapnya dimana aslinya mengunakan rumbia.
3. PANTAI COBOPantai ini terletak 18 km dari kota Soa sio, sangat cocok untuk rekreasi keluarga, seperti berenang dan memancing.
4. PANTAI AKESAHUPantai ini terdapat di Kecamatan Tidore dan paling banyak diminati oleh wisatawan domestik.
5. AIR PANAS AKESAHUAir panas Akesahu terdapat di kawasan Pantai Akesahu, yang menawarkan pemandian air hangat alami.
6. BENTENG TAHULA SOA SIOBenteng Tahula Soa sio adalah benteng buatan Spanyol yang difungsikan sebagai benteng pertahanan.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 44
7. PULAU MAITARAPulau Maitara cukup terkenal dengan gambarnya yang terdapat di uang seribu rupiah. Pulau ini pantai berpasir putih dan keindahan panorama bawah laut yang sangat indah.
2.2.1.3. Kabupaten Halmahera Barat
Kabupaten Halmahera Barat Kepulauan memiliki beberapa daya tarik wisata
unggulan, beberapa diantaranya yaitu:
1. FESTIVAL JAILOLOFestival teluk Jailolo adalah even tahunan bagi para wisatawan umum yang menawarkan Kehidupan masyarakat Halbar serta keindahan bawah lautnya menjadi aset wisata selain kekayaan budaya dan eksotisme alamnya.
2. PANTAI TUADAPantai ini terdapat di Kecamatan Jailolo berpasir putih dengan air jernigh, sangat ocok untuk memancing dan berenang.
3. RUMAH ADAT SASADUSasadu adalah rumah adat masyarakat Maluku Utara yang digunakan masyarakat Sahu dan Jailolo sebagai tempat untuk upacara adat saat panen raya dan sebagai tempat bermusyawarah.
4. PANTAI BO BOPantai Bo bo memiliki panorama alam laut yang indah dan perpasir putih. Pantai ini berjarak sekitar 15 menit dari kota Jailolo
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 45
5. PANTAI DISATerdapat di Kecamatan Sahu memiliki panorama alam laut yang indah dan berpasir putih. Pantai ini sekitar 15 menit dari Sahu.
6. KASULTANAN JAILOLOKesultanan Jailolo, yang berpusat di Pulau Halmahera, pulau terbesar di Maluku Utara. Menurut legenda yang sempat dicatat sampai abad ke-14, kesultanan Jailolo merupakan kerajaan tertua di Maluku Utara hingga pada akhir abad ke-17 tidak tercatat lagi secara administratif karena dianeksasi oleh Kesultanan Ternate dengan bantuan VOC.
2.2.1.4. Kabupaten Halmahera Tengah
Kabupaten Halmahera Tengah Kepulauan memiliki beberapa daya tarik wisata
unggulan, beberapa diantaranya yaitu:
1. PANTAI TELUK WEDAPantai ini menawarkan panorama alam yang indah dengan hamparan perbukitan di sekelilingnya. Pantai ini sangat cocok untuk berenang, memancing dan mendayung.
2. KEPULAUAN GEBEKepulauan Gebe adalah gugusan pulau yang teridir dari :Pulau Gebe;Pulau Fau;Pulau Yoi;Pulau Uta; danPulau Sain. Umumnya daerah ini memiliki panorama pantai dan laut yang mempesona
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 46
3. GUA BOKIMANURUGoa ini terletak 5 km dari Sagea kecamatan Weda, dengan kedalaman goa sekitar 30 km. Goa ini dipenuhi Stalaktit yang berwarna-warna, di sekitarnya jg terdapat sungai Sagea.
2.2.1.5. Kabupaten Halmahera Utara
Kabupaten Halmahera UtaraKepulauan memiliki beberapa daya tarik wisata
unggulan, beberapa diantaranya yaitu:
1. PANTAI LUARIPantai Luari memiliki pasir putih dan panorama alam yang indah serta mempunyai pohon yang cukup rindah. Pantai ini biasanya digunakan untuk berenang dan memancing.
2. PULAU METIPulau meti terletak di desa Todokuiha,desa todokuiha terletak di selatan tobelo (mawea). dari pelabuhan todokuiha tersedia transportasi umum dengan menggunakan perahu tradisional ketinting ± 20 menit perjalanan. dan merupakan tujuan wisata akhir pekan bagi masyarakat sekitar. meskipun pantainya sendiri tidaklah terlalu bagus namun seperti halnya pantai-pantai di halmahera utara pada umumnya, hamparan pasir putih dan air laut yang jernih
3. PULAU PAWOLEPesisir pulaunya didominasi oleh bebatuan karang namun pasir putih yang ditawarkan oleh pulau Pawole merupakan yang terbaik di antara pulau-pulau kecil yang tersebar di Kota Tobelo. Selain berenang dan snorkeling, berjalan mengitari pulau dapat menjadi kegiatan lain yang menantang.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 47
4. PULAU TAGALAYAPulau Tagalaya memiliki pasir putih dan hutan bakau yang tumbuh di sekitarnya. Di perairannya terdapat taman laut yang memiliki biota laut yang beranekaragam dan asli.
5. PULAU KAKARAPulau Kakara mempunyai salah satu rumah adat Hibua Lamo dan juga terdapat fasilitas wisata bahari yaitu berupa diving center.
6. DANAU DUMADanau yang terletak di kecamatan Galela ini merupakan danau terbesar di Halmahera Utara, yang mempunyai pemandangan yang indah dan terdapat tambak ikan di sekitarnya.
7. BANGKAI KAPAL TOSIMARUKapal ini merupakan peninggalan Jepang yang digunakan sebagai kapal barang pada masa PD II. Kapal ini terletak di perairan Sosol, Malifut. Selain kapal, wisatawan juga ditawarkan keindahan pantai dan pasir putih.
8. BANDARA KAODi Bandara Kao terdapat beberapa peninggalan PD II antara lain meriam antik, bunker dan landasan pesawat terbang
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 48
9. TALAGA PACADanau Paca menawarkan panorama alam yang indah dengan hamparan perbukitan di sekelilingnya. Danau ini sangat cocok untuk berenang, memancing dan mendayung. Juga terdapat gubuk apung yang menarik.
10. AIR PANAS MAMUYAAir panas Mamuya berasal dari lereng Gunung Api Mamuya, airnya jernih dan panas sehingga dapat dipake untuk mandi dan menyembuhkan penyakit kulit. Pada waktu tertentu digunakan penduduk sekitar untuk mencuci
2.2.1.6. Kabupaten Halmahera Selatan
Kabupaten Halmahera Selatan memiliki beberapa daya tarik wisata unggulan,
beberapa diantaranya yaitu:
1. KEPULAUAN GURAICIKepulauan Guraici merupakan suatu gugusan pulau yang terdiri dari beberapa pulau. Kepulauan ini menawarkan keindahan pantai dan aktifitas watersport (snorkeling, diving, jetski dll)
2. PULAU LELEIPulau Lelei merupakan salah satu pulau di gugusan kepulauan Guraici, letaknya sangat strategis karena dikelilingi empat pulau besar disekitarnya dengan pantai yang indah dan aktifitas water sport
3. TAMAN LAUT KEPULAUAN WIDIWidi adalah pulau kecil dari kepulauan Widi yang terletak di Kecamatan Gane Timur, memiliki pasir putih, ikan dan karang yang indah.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 49
4. PULAU SAMBIKITerletak di Kecamatan Obi, Halsel memiliki keindahan alam dan pasir putih, serta terumbu karang yang sangat indah
5. CAGAR ALAM GUNUNG SIBELAGunung Sibela merupakan salah satu gunung tertinggi di Maluku Utara dengan ketinggian 2.118 meter di atas permukaan laut.Cagar alam ini terletak di Pulau Bacan yang memiliki banyak sumber mata air yang mengalir dibeberapa sungai.
6. KESULTANAN BACANKesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua. Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang berada di bawah administrasi pemerintahan Bacan.
2.2.1.7. Kabupaten Halmahera Timur
Kabupaten Halmahera Timur memiliki beberapa daya tarik wisata unggulan,
beberapa diantaranya yaitu:
1. TN AKETAWAJE-LOLOBATATaman Nasional Aketajawe-Lolobata merupaka 2 hutan lindung yang mempunyai keanekaragaman flora dan fauna yang sangat beragam dan indah. Taman Nasional ini juga sebagai kawasan untuk penelitian dan pendidikan. Di TN ini juga terdapat habitat burung Bidadari.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 50
2. PANTAI MABATerletak di desa Lolobata – Hatetabako, memiliki hamparan pasir yang putih dan indah, juga menawarkan panorama alam yang indah.
3. PULAU MOBONPulau Mobon adalah tempat sakral bagi masyarakat Maba sebagai tempat ritual pada waktu tertentu.di Pulau ini juga terdapat mumi kecil.
4. PEMUKIMAN SUKU TOGUTILSuku Togutil adalah suku asli yang hidup di pedalaman pulau Halmahera". Walaupun mereka masih primitif karena pola hidup secara nomaden tanpa merobah dan merusak alam,komunitas suku pengembara ini ditemui di beberapa kawasan. Di utara masih terdapatdi Tobelo, di tengah di Dodaga, di pedalaman Kao, di pedalaman Wasilei dan agak ke selatan juga terdapat beberapa komunitas mereka di pedalaman Maba dan Buli.
2.2.1.8. Kabupaten Kepulauan Sula
Kabupaten Kepulauan Sula memiliki beberapa daya tarik wisata unggulan,
beberapa diantaranya yaitu:
1. PANTAI FUKUWEUTerletak di desa Fukuweu yang mempunyai legenda dari air yang dibawa oleh sultan Ternate yang akan dimanfaatkan sebagai mata air. Ikan di pantai tersebut sama dengan ikan yang berada di Kraton Ternate
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 51
2. PANTAI MANAFPantai ini terletak di desa Manaf Kecamatan Sula Barat, pantai ini menawarkan pasir putih sepanjang 500 meter dengan lebar 20 meter.
2.2.1.9. Kabupaten Morotai
Kabupaten Halmahera Selatan memiliki beberapa daya tarik wisata unggulan,
beberapa diantaranya yaitu:
1. BANGKAI KAPAL PD IIKabupaten Pulau Morotai pernah menjadi pangkalan militer Amerika Serikat dalam menyusun kekuatan semasa PD IIsehingga asih terdapat juga bangkai – bangkai tank atau kapal selam yang tenggelam di dasar perairan Pulu Morotai yang sangat menarik minat para divers.
2. PENINGGALAN PD IIKabupaten Pulau Morotai yang tempo dulu adalah sebuah pulau kecil strategis yang pernah menjadi pangkalan militer Amerika Serikat dalam menyusun kekuatan semasa PD II. Sampai saat ini masih terdapat sisa – sisa PD II seperti puing – puing pesawat tempur, bangkai kapal perang, rongsokan tank, dan bunker tempat persembunyian tentara Sekutu.
3. PULAU SUM SUMPulau inimerupakan pulau yang bersejarah, dan terletak3 mil di depan kota Daruba. SumSum adalah pulau kecil dengan panorama alam pantai pasir putih berkerikil. Jenderal Douglas Mc Arthur, pemimpin pasukan sekutu untuk kawasan Asia Pasifik pada masa perang dunia II pernah tinggal di pulau ini. hal ini terbukti dari Goa pusat komando dan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 52
tempat pendaratan amphibi masih terlihat di pulau ini.
4. PATUNG MC ARTHURDi Kabupaten Morotai terdapat pulau bekas tempat persembunyian Panglima Sekutu di Asia Pasifik, MC Arthur. Di pulau ini dibangun sebuah monumen untuk Mc Arthur sebagai tanda bahwa dia pernah berada di pulau tersebut.
5. PULAU DODOLAPulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil, keduanya berada di Kecamatan Morotai Selatan. Di Taman Laut Dodola ini para wisatawan dapat menikmati rekreasi selam (diving) dan memancing. Pada kawasan ini terdapat juga panorama pantai berpasir putih sepanjang 16 km.
6. PULAU NGELE NGELEPulau Ngelengele Besar dan Pulau Ngelengele Kecil, keduanya berada di Kecamatan Morotai Selatan Barat dan berjarak sekitar lima mil dari Pelabuhan Daruba, wisatawan dapat menikmati pasir putih, matahari tropis, dan laut biru serta sangat cocok untuk diving, karena terdiri dari keelokan berbagai jenis terumbu karang dan ikan hias, kerang kima, bintang laut, dan bulu babi
7. PULAU GALO GALOPulau Galo – Galo Kecil, yang dapat dijangkau dengan speed boat dan long boat dariPelabuhan Daruba ini, juga menyimpan keindahan dasar laut dan pantai pasir putih yang menawan.
2.2.2. AKSESIBILITAS
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 53
Sebagai provinsi kepulauan, sub-sektor perhubungan laut merupakan pilihan utama
dalam kegiatan transportasi, sebagai pengangkutan yang murah, mudah dan dapat
mengangkut barang dan orang dalam jumlah besar. Sistem transportasi darat juga
sangat penting terutama sebagai pendukung kota-kota dan wilayah daratan yang
relatif luas seperti Pulau Halmahera, sedang subsistem transportasi udara
meskipun masih terbatas dapat mendukung pergerakan antar kota-kota di wilayah
Provinsi Maluku Utara yang telah tersedia pelabuhana. Untuk mendukung
pembangunan dan kegiatan wilayah, semua moda (intermoda) transportasi harus
dioptimalkan dan diaktifkan mengikuti sistem gugus pulau.
2.2.2.1. Aksesibilitas Darat
Sistem transportasi darat di Provinsi Maluku Utara dapat meliputi jaringan jalan,
terminal, ferry dan dermaga ferry, yang menghubungkan antar wilayah dan antar
pulau. Sampai tahun 2007, jaringan jalan darat yang ada baru menghubungkan
sebagian wilayah Provinsi Maluku Utara, melingkar mengelilingi pulau seperti di
Pulau Ternate. Sarana transportasi darat yang dikembangkan dewasa ini adalah
trans Halmahera dengan maksud untuk membuka aksesibilitas antar berbagai
kabupaten yang berada di Pulau Halmahera, namun pada Pulau Halmahera
jaringan jalan yang tersedia lebih terkonsentrasi di Kota Ternate, Tidore Kepulauan,
Jailolo, sebagian Halmahera Timur dan Kabupaten Halmahera Selatan jaringan
jalan masih terbatas. Permasalahan yang dihadapi sektor transportasi darat adalah
jaringan jalan yang tersedia belum menjangkau secara merata pada seluruh Gugus
Pulau, masih terputus-putus, belum menjangkau pusat-pusat produksi, utamanya
pusat kegiatan pertanian, belum menjangkau pusat-pusat permukiman, sehingga
secara umum jaringan jalan belum berperanuntuk mewujudkan keterkaitan antar
kota dan antar kawasan produksi.
Berdasarkan data tersebut sangat diperlukan jaringan jalan penghubung yang
melingkupi seluruh wilayah Provinsi Maluku Utara, dapat merupakan Trans
Halmahera, yang menghubungkan intra dan inter provinsi ini dengan provinsi lain.
Berdasarkan kondisi jalan, secara persentase terjadi penurunan pada panjang jalan
aspal terhadap seluruh jenis jalan yang ada (yaitu jalan aspal agregat dan jalan
tanah), namun panjang jalan aspal tersebut meningkat sebesar 88,86% atau
185,25 KM, sejak tahun 2003 – 2005, persentase tersebut menurun karena
panjang tanah meningkat sangat tinggi 664% antara tahun 2004 ke 2005.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 54
Tabel 2.19. Data Kondisi Jalan Berdasarkan Jenis Perkerasan di Provinsi Maluku Utara
Nomor
Nama Ruas Status Panjang(Km)
Jenis Perkerasan
Urut
Ruas
SubRuas
AspalHotmix
(Km)
Aspal
Lapen
(Km)
Sirtu (Km)
Tanah
(Km)
Belum
Ada Jala
n (Km)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11JALAN PROVINSI
1 026 - Sanana – Manaf Prov 31,68 - 31,68 - - -
2 027 - Sanana – Pohea Prov 12,05 - 12,05 - - -
3 028 - Labuha – Babang Prov 18,32 - 18,32 - - -
4 029 - Payahe – Weda Prov 24,50 24,50 - - - -
4 030 1 Sp. Dodinga – Bobaneigo Prov 3,32 1,40 1,92 - - -
5 030 2 Bobaneigo – Ekor Prov 41,81 10,00
25,00 - 6,81 -
6 030 3 Ekor – Subaim Prov 52,47 8,00 - - 44,47 -
7 031 - Keliling Pulau Tidore Prov 29,19 29,19 - - - -
8 031 11 K
Jalan Danau Pado (SoaSio)
Prov 9,25 - 9,25 - - -
9 031 12 K Jalan Provinsi (Soa Sio) Prov 6,76 6,76 - - - -
10 032 - Keliling Pulau Ternate Prov 23,50 23,50 - - - -
11 032 11 K Jalan Propinsi (Ternate) Prov 16,60 16,6
0 - - - -
12 033 1 Jailolo – Goal Prov 21,19 - 21,19 - - -
13 033 2 Sp. Sidangoli - Jailolo Prov 32,40 21,00
11,40 - - -
14 039 1 Daruba – Daeo Prov 25,59 - 25,59 - - -
15 039 2 Daeo – Bere - Bere Prov 68,00 - 12,41
45,59
10,00 -
16 054 2Sp. Dodinga-Dermaga
LautProv 3,30 3,30 - - -
17 058 1 Weda – Sagea Prov 50,00 - 11,50
48,50 - -
18 058 2 Sagea – Gotowase Prov 60,00 - - - 60,00 -
19 059 1 Subaim – Buli Prov 60,00 - 25,00
35,00 - -
20 059 2 Buli – Gotowase Prov 45,00 - - 45,00 - -
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 55
Nomor
Nama Ruas Status Panjang(Km)
Jenis Perkerasan
Urut
Ruas
SubRuas
AspalHotmix
(Km)
Aspal
Lapen
(Km)
Sirtu (Km)
Tanah
(Km)
Belum
Ada Jala
n (Km)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21 070 - Bobong – Tikong Prov 58,00 - 2,00 12,00 4,00 40,0
0
22 071 - Dofa - Falabisahaya Prov 20,50 - 20,50 - - -
TOTAL JALAN PROVINSI - 688,93 119,75
227,81
186,09
125,28
40,00
JALAN NEGARA
1 054 - Sidangoli – Boso Neg 23,23 23,23 - - - -
2 038 - Boso – Kao Neg 71,49 71,49 - - - -
3 036 - Kao – Podiwang Neg 32,90 32,90 - - - -
4 034 - Podiwang - Tobelo Neg 47,88 47,88 - - - -
5 035 - Tobelo – Galela Neg 27,02 27,02 - - - -
6 037 - Galela – Lapter Neg 10,87 10,87 - - - -
TOTAL JALAN NEGARA - 213,39 213,39 - - - -
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum 2007
2.2.2.2. Aksesibilitas Udara
Jaringan transportasi udara semakin dibutuhkan dalam menunjang aksesibilitas di
Provinsi Maluku Utara, selain merupakan provinsi kepulauan, jumlah dan
penyebaran penduduk yang terus meningkat, serta berfungsi sebagai pendukung
pergerakan interregional, antar provinsi dan intra wilayah yang tidak terjangkau
oleh jalur darat dan laut.
Jumlah pelabuhan udara di Provinsi Maluku Utara 10 (sepuluh) buah yang tersebar
di beberapa pulau dan kota terdiri dari kelas III sebanyak 1 buah, kelas IV
sebanyak 2 buah, kelas V sebanyak 2 buah, dan kelas perintis sebanyak 8 buah.
Bandar udara Sultan Babullah yang berada di Ternate mempunyai klas tertinggi,
yaitu sebagaiBandar Udara Pusat Penyebaran Tersier, yang menjadi centre point dari jalur penerbangan di Provinsi Maluku Utara baik intra wilayah maupun antar
provinsi. Sesuai klas-nya jenis pesawat yang dapat mendarat di bandara tersebut
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 56
baru setingkat Cassa 212 dan Fokker 28, sehingga untuk mencapai kota-kota
besar di provinsi lain dariBandar udara Sultan Babullah harus melalui bandar udara
di Kota Ambon dan Kota Manado. Terbatasnya kemampuan dan kondisi-nya
Bandar udara Sultan Babullah perlu ditingkatkan kelengkapan serta
kemampuannya karena belum memenuhi standar pelayanan sebagai bandar udara
utama di Provinsi Maluku Utara.
Jadwal penerbangan pada masing-masing bandara udara tersebut pada umumnya
tidak setiap hari kecuali Bandar Udara Sultan Babullah yang semakin sering
disinggahi dalam rute armada penerbangan di Indonesia dan sekarang telah
terdapat 5 armada penerbangan.BahkanBandara Bobong dan Dofa yang berada di
Kabupaten Sula tidak mempunyai jadwal penerbangan yang pasti. Untuk melayani
inter-regional perlu dibangun bandara udara yang mempunyai klas lebih tinggi,
sehingga pesawat yang mendarat lebih besar kapasitasnya serta jarak tempuh
lebih jauh.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 57
Gambar 2.17. Penerbangan Menuju Maluku Utara (Bandara Sultan Babullah)
Tabel 2.20. Kondisi Bandar Udara di Provinsi Maluku Utara Beserta JadwalPenerbangannya Tahun 2003
No Lokasi Bandara Kabupaten/ Kota Kelas
Bandara
Dimensi Landasan ( m x
m)
Jadwal Penerbangan
1 Ternate (Babullah) KotaTernate kelas III 900 x 23 Setiap Hari
2 GalelaKabupaten Halmahera
Utarakelas IV 750 x 23 Selasa
3 KaoKabupaten Halmahera
Utarakelas IV 900 x 23 2x Seminggu
4 LabuhaKabupaten Halmahera
Selatankelas V 825 x 23 Kamis
5 DarubaKabupaten Halmahera
Utarakelas V
2000 x
23Selasa
6 TobeloKabupaten Halmahera
Utarakelas perintis
1440 x
45-
7 Woimina - kelas perintis 900 x 20 -
8 Kure Pasai - kelas perintis - -
9 SananaKabupaten Kepulauan
Sulakelas perintis 850 x 23 Kamis
1
0Bobong
Kabupaten Kepulauan
Sulakelas perintis 900 x 23
1
1Dofa/Falabisahaya
Kabupaten Kepulauan
Sulakelas perintis
1100 x
23
1
2Maba/Buli
Kabupaten Halmahera
Timurkelas perintis 900 x 23
Rabu, Jum`at,
Minggu
1
3Patani/Gebe
Kabupaten Halmahera
Tengahkelas perintis 900 x 23 Jum`at, Selasa
1
4
Pati (Morotai
Selatan)Kabupaten Morotai - 850 x 23 -
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Maluku Utara, 2007
Berdasarkan data tersebut, kelas bandara udara yang ada di Provinsi Maluku Utara
antara lain:
a. Bandara Udara Klas III : Baabullah
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 58
b. Bandara Udara Klas IV : Galela, Kao
c. Bandara Udara Klas V : Labuha, Daruba
d. Bandara Udara Perintis : Tobelo, Woimina, Kure Pasai, Sanana, Bobong,
Dofa, Buli, dan Gebe
e. Bandara Udara Klas - : Pati (Morotai Selatan)
2.2.2.3. Aksesibilitas Laut
Sebagai provinsi yang merupakan pulau-pulau, peran trasnportasi laut menjadi
sangat penting sebagai alat penghubung antar wilayah di Provinsi Maluku Utara,
apalagi mengingat terbatasnya transportasi darat yang tersedia. Prasarana
terpenting dalam sistem transportasi laut adalah pelabuhan. Seluruh wilayah gugus
pulau di Provinsi Maluku Utara memiliki pelabuhan, utamanya pelabuhan rakyat
yang merupakan pintu-pintu keluar wilayah yang bersangkutan utamanya pada
daerah-daerah yang mempunyai produktifitas hasil pertanian yang cukup tinggi,
dimana tidak terdapat alternatif lain untuk mengangkut hasil pertanian maupun
perkebunan tersebut kecuali menggunakan sarana transportasi laut.
Meskipun di Provinsi Maluku Utara terdapat pintu keluar negeri dari Ternate,
namun tidak tersedia pelabuhan dengan status pelabuhan internasional di provinsi
ini. Provinsi Maluku Utara memiliki 3 buah pelabuhan utama, yaitu pelabuhan
Ahmad Yani Ternate, Pelabuhan Goto Tidore, dan Pelabuhan Tobelo di Tobelo,
berikut rinciannya :
a. Pelabuhan dengan status tertinggi adalah pelabuhan nasional yaitu
pelabuhan Ahmad Yani di Ternate.Pelabuhan ini berperan sebagaipusat
koleksi distribusi inter regional maupun intraregional dan berfungsi sebagai
pintu gerbang (Gateway Port) ke wilayah Indonesia Bagian Timur. Secara
konstruksi Pelabuhan Ternate dapat dilabuhi/disandari oleh kapal-kapal
besar, seperti Kapal Pelni dan kapal-kapal swasta lainnya. Secara jaringan,
Pelabuhan Ahmad Yani di Ternate terkait dengan pelabuhan-pelabuhan lain
di luar wilayah Provinsi Maluku Utara, seperti Pelabuhan Surabaya,
Makassar, Bitung dan Ambon yang merupakan pintu gerbang ke wilayah
lainnya. Selain itu, juga terdapat jalur aksesibilitas yang kebanyakan
menggunakan jalur laut ke berbagai pelosok Maluku Utara dengan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 59
menggunakan kapal kayu dan speedboat yang kini semakin tinggi
permintaan pemakaian jasa angkatan laut tersebut.
b. Pelabuhan dengan hirarki kedua di Provinsi Maluku Utara, sebagai
pelabuhan kolektor (Collector Port) yang berfungsi sebagai pusat distribusi
barang dan orang dari Pelabuhan Ahmad Yani di Ternate ke wilayah lain
antara lain Pelabuhan Tobelo, Labuha, Sofifi, dan Sanana.
c. Pelabuhan dengan hirarki ketiga di Provinsi Maluku Utara, yang diklasifikasi
sebagai pelabuhan antara (Feeder Port) yang berfungsi mendistribusikan
barang dan orang dari pelabuhan kolektor ke wilayah yang lebih kecil, antara
lain Pelabuhan Daruba, Subaim, Buli, Patani, Lawui, Dofa, Bobong, Weda,
Soketa dan Payahe.
d. Hirarki selanjutnya setelah pelabuhan antara adalah pelabuhan kecil/lokal
(Local Port) yang lokasinya tersebar hampir di seluruh wilayah perairan
Provinsi Maluku Utara yang secara fisik memungkinkan untuk
didarati/menjadi pelabuhan.
Ditinjau dari segi sarana transportasi laut, pelayaran laut yang tersedia di Provinsi
Maluku Utara terdiri atas pelayaran nusantara, pelayaran perintis, lokal,
penyeberangan dan barang.
Pelayaran nusantara berfungsi menghubungkan Provinsi Maluku Utara dengan
provinsi lain di Indonesia, dengan rute pelayaran sebagai berikut:
a. Kapal Ciremai dengan rute Bitung – Ternate – Sorong;
b. Kapal Umsini dengan rute Bitung – Ternate – Sorong;
c. Kapal Lambelu dengan rute Bitung – ternate – Namlea (P. Buru – Provinsi
Maluku).
Frekuensi pelayaran adalah 2 (dua) minggu, dan karena untuk masuk ke Provinsi
Maluku Utara harus melalui Bitung dan Ambon, mengakibatkan jalur perjalanan
menjadi panjang danlama, sehinggameskipun melalui laut biaya menjadi mahal.
Hal ini berpengaruh terhadap tingginya harga-harga barang di provinsi ini.
Secara umum jaringan pelayaran perintis dan pelayaran rakyat di Provinsi Maluku
Utaratelah menghubungkan hampir seluruh pulau-pulau penting dan daerah-daerah
terpencil, sehingga keterkaitan antar wilayah telah terpenuhi, namun frekuensi
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 60
kedatangan kapal masih terbatas, sehingga perlu ditingkatkan untuk mengurangi
keterisolasian, keterbelakangan dan jaminan kelancaran pemasaran hasil produksi
wilayah.
Rute pelayaran perintis di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
a. Ternate – Babang – Lawui – Falabisahaya – Dofa – Bobong – Sanana –
Ambon–Namlea– Air Buaya – Sanana – Bobong – Dofa – Falabisahaya –
Lawui – Babang – Ternate;
b. Ternate – Gane Dalam – Bisui – Maffa – Weda – Patani – Gebe – Sorong –
Gebe – patani – Weda – Maffa – Bisui – Gane Dalam – Saketa – Ternate.
Rute pelayaran pertamamenunjukkan perjalanan dari Provinsi Maluku Utara ke
Provinsi Maluku (pulang-pergi), sedang rute kedua dari Provinsi Maluku
Utaramenuju Provinsi Maluku dan ProvinsiPapua Barat (pulang-pergi).
Jaringan penyeberangan ferry yang merupakan satu kesatuan dengan jalan raya
menghubungkan antar pulau yang berdekatan. Jalur penyeberangan yang terdapat
di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut :
a. Lintasan Bastiong – Sidangoli (Pulau Halmahera – Pulau Ternate);
b. Lintasan Soa Siu – Payahe (Pulau Halmahera – Pulau Tidore);
c. Lintasan Ternate – Rum (Pulau Ternate – Pulau Tidore);
d. Lintasan Daruba – Galela;
e. Lintasan Ternate – Labuha (Pulau Ternate – Pulau Bacan).
Tabel 2.21. Pelabuhan Laut di Provinsi Maluku Utara
No Nama Pelabuhan Lokasi Konstruksi1 Pelabuhan Ahmad Yani Kodya Ternate Beton
2 Pelabuhan Sanana Sanana Kep. Sula Beton
3 Pelabuhan Babang Bacan, Halmahera Selatan Beton
4 Pelabuhan Goto Soasio, Kodya Tidore Beton
5 Pelabuhan Jailolo Jailolo, Halmahera Barat Beton
6 Pelabuhan Tobelo Tobelo, Halmahera Utara Beton
7 Pelabuhan Daruba Morotai, Halmahera Utara Beton
8 Pelabuhan Mafa Mafa, Halmahera Timur Beton
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 61
No Nama Pelabuhan Lokasi Konstruksi9 Pelabuhan Gebe Gebe, Halmahera Timur Beton
10 Pelabuhan Laiwui Obi, Halmahera Selatan Beton
11 Pelabuhan Buli Buli, Halmahera Timur Beton
12 Pelabuhan Bastiong Bastiong, Ternate Komposite
13 Pelabuhan Dufa - Dufa Dufa – Dufa, Ternate Beton
14 Pelabuhan Falabishaya Mangoli Timur Beton
15 Pelabuhan Dofa Dofa, Mongoli Beton
16 Pelabuhan Bobong Bobong, Taliabu Timur Beton
17 Pelabuhan Labuha Labuha, Bacan Kayu
18 Pelabuhan Indari Indari, Bacan Kayu
19 Pelabuhan Galela Galela Beton
20 Pelabuhan Subaim Subaim Kayu
21 Pelabuhan Pediwang Pediwang, Kao Kayu
22 Pelabuhan Sofifi Sofifi, Oba Kayu
23 Pelabuhan Gita Gita, Payahe Kayu
24 Pelabuhan Saketa Saketa Beton
25 Pelabuhan Kayoa Kayoa Kayu
26 Pelabuhan Weda Weda Kayu
27 Pelabuhan Sidangoli Sidangoli, GAM Kayu
28 Pelabuhan Kedi Kedi Kayu
29 Pelabuhan Dama Dama Kayu
30 Pelabuhan Bere - Bere Bere – Bere, Morotai Kayu
31 Pelabuhan Wayabula Wayabula, Morotai Kayu
32 Pelabuhan Patani Patani Komposit
33 Pelabuhan Madopolo Madopolo, Obi Kayu
34 Pelabuhan Wailoar Wailoar, Obi Kayu
2.2.3. FASILITAS KEPARIWISATAAN
2.2.3.1. Sarana Akomodasi dan Rumah Makan
Jumlah hotel yang berada di kota pusat pelayanan di wilayah Maluku Utara (6
kabupaten dan 2 kota) berjumlah 20 buah, dan jumlah penginapan sebanyak 52
buah. Daftar jumlah hotel dan penginapan di provinsi Maluku Utara disajikan pada
Tabel berikut.
Tabel 2.22. Jumlah Hotel dan Penginapan di Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 62
No Kabupaten/Kota Jumlah
1 Halmahera Barat 6
2 Halmahera Tengah -
3 Kepulauan Sula -
4 Halmahera Selatan 14
5 Halmahera Utara 13
6 Halmahera Timur -
7 Ternate 38
8 Tidore Kepulauan 1
Maluku Utara 72
Sumber : RTRW dan RIPPDA Maluku Utara
Adapun jumlah restoran yang tersebar di Provinsi Maluku Utara adalah sebanyak
21 buah. Selain restoran terdapat juga tempat – tempat tradisional yang
menyediakan makanan khas daerah Maluku Utara yang juga merupakan daya tarik
wisata tersendiri.
2.2.3.2. Usaha Perjalanan Pariwisata
Usaha perjalanan wisata yang berada di Provinsi Maluku Utara belum dikelola
secara baik, terutama dalam penyususnan tour program yang belum banyak
diminati oleh konsumen untuk mengadakan perjalanan ke daerah–daerah ODTW.
Kebanyakan yang dilakukan adalah usaha sendiri dan lebih banyak memilih untuk
bepergian pada daerah–daerah yang relatif dekat (aksesibilitasnya mudah). Hanya
terdapat beberapa usaha perjalanan wisata yang program wisatanya hanya berupa
umroh maupun haji.
2.2.3.3. Usaha Cinderamata
Usaha ini masih belum maksimal yang disebabkan oleh rendahnya tingkat
permintaan akan cinderamata. Akan tetapi usaha cinderamata ini merupakan salah
satu penghasil untuk masyarakat yang potensial. Toko cinderamata belum banyak
tersedia di Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Maluku
Utara ternyata hanya ada 3 (tiga) toko cindera mata di Kota Ternate. Toko cindera
mata di kabupaten/kota lainnya belum dapat diidentifikasi baik dari segi jumlah
maupun lokasi.
2.2.4. FASILITAS UMUM PENDUKUNG KEPARIWISATAAN
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 63
2.2.4.1. Listrik
Kebutuhan penerangan merupakan hal yang sangat mutlak diperlukan baik
sebagai alat penerangan maupun alat produksi. Produksi listrik PLN wilayah IX
Maluku Utara selama tahun 2005 adalah 115.583.843 KWh dengan produksi
tertinggi adalah PLN Cabang Ternate sebanyak 58.110.802 KWh (50,27 persen)
diikuti PLN Cabang Halmahera Utara sebanyak 16.068.629 KWh (13,90 persen).
Jumlah produksi listrik tersebut yang terjual sebanyak 104.203.272 KWh (90,15
persen) dan sisanya untuk pemakaian sendiri oleh PLN dan susut sebanyak
11.380.571 KWh (9,85 persen). Banyaknya pelanggan dan banyaknya KWh terjual
di wilayah Maluku Utara sebanyak 87.017 pelanggan dengan daya tersambung
sebesar 70.667.800 VA.
Kondisi tersebut diatas menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Maluku Utara masih
sangat terbatas dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat penerangan.
Namun sesuai dengan program pemerintah khususnya di Provinsi Maluku Utara
diharapkan pada tahun 2027 seluruh penduduk akan dapat menikmati penerangan
yang bersumber dari Listrik PLN.
Tabel 2.23. Produksi Listrik Yang Dibangkitkan Menurut Cabang Di Provinsi Maluku Utara
No Unit/Cabang Produksi
(KWh)Dipakai Sendiri
(KWh)Disalurkan
(KWh)1 Halmahera Barat 7.557.812 144.476 7.413.336
2 Halmahera Tengah 1.450.489 - 1.450.489
3 Kepulauan Sula 8.056.713 20.863 8.035.850
4 Halmahera Selatan 8.025.253 40.032 7.985.221
5 Halmahera Utara 16.068.629 440.236 15.629.393
6 Halmahera Timur 3.017.205 - 3.017.205
7 Ternate 58.110.802 924.576 57.186.226
8 Tidore Kepulauan 13.296.940 145.748 13.151.192
Jumlah Total 115.583.843 1.715.931 113.867.912
Sumber: PLN Provinsi Maluku Utara, 2005/2006
Pengembangan kelistrikan di wilayah Provinsi Maluku Utara masih banyak
diperlukan oleh masyarakat meskipun pembangunan berjalan terus dan secara
makro seluruh kabupaten di Provinsi Maluku Utara telah teraliri listrik. Walau begitu
pengembangan wilayah senantiasa sejalan dengan perkembangan kebutuhan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 64
listrik hingga listrik mutlak diperlukan. Konsentrasi perkembangan produksi tinggi
(kegiatan perkotaan) meliputi Wilayah Provinsi Maluku Utara terutama Kota
Ternate, dimana tercatat laju pertumbuhan >30% (perkembangan tinggi), sehingga
diperkirakan akan membutuhkan konsumsi energi listrik sangat tinggi untuk
menunjang aktivitasnya. Berdasarkan hal tersebut, maka wilayah ini merupakan
wilayah dengan prioritas pelayanan prasarana energi listrik, sehingga perlu
membentuk dan menambah jaringan prasarana energi di Provinsi Maluku Utara.
2.2.4.2. Pos dan Telekomunikasi
Perkembangan sistem telekomunisasi di wilayah Provinsi MalukuUtara memang
terasa agak lambat. Berdasarkan data BPS tahun 2005/2006, bahwa pada tahun
2005 total SST sebanyak 16.000 SST. Sementara itu untuk melayani kebutuhan
surat-menyurat melalui jasa PT. Pos & Giro, maka dalam mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat, sampai dengan saat ini (Tahun 2005) di Maluku Utara telah
beroperasi Kantor PT. Pos & Giro sebanyak 16 kantor pos dan giro pembantu
dengan tujuan pendekatan pelayanan tepat waktu dan tepat sasaran, lihat Tabel
3.58. Jumlah surat yang dikirim di dalam negeri melalui kantor pos dan giro di
Provinsi Maluku Utara pada tahun 2005 tercatat 106.017 lembar. Sebagian besar
surat-surat yakni 43.376 lembar dikirim dengan fasilitas biasa dan 15.639 lembar
dengan fasilitas kilat serta sisanya dikirim dengan fasilitas kilat khusus, pos udara
dan tercatat sebesar 47.002. Sedangkan surat dari dalam negeri yang diterima
Kantor Pos di Maluku Utara sebanyak 229.417 yang sebagian besar dikirim dengan
fasilitas biasa. Disamping melayani pengiriman surat di dalam negeri, kantor pos
dan giro juga melayani pengiriman pos ke luar negeri. Sedangkan surat yang
diterima dari luar negeri sebanyak 6.007 lembar, terdiri dari 5808 lembar dengan
pos udara dan sisanya dikirim dengan surat tercatat dan biasa. Selain jasa
pengiriman surat, beberapa jasa pelayanan lain yang telah banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat adalah jasa paket pos dan pengiriman uang (wesel). Jumlah paket
pos yang dikirim melalui Kantor Pos di Provinsi Maluku Utara tahun 2005 sebanyak
54.391 Koli. Sedangkan jumlah paket yang diterima sebanyak 22 658 Koli dengan
rincian 22 502 berasal dari dalam negeri dan 156 koli berasal dari luar negeri.
Wesel pos yang dikirim dari Provinsi Maluku Utara pada tahun 2005 bernilai sekitar
Rp. 2589,66 juta rupiah. Hampir seluruh wesel tersebut dikirim di dalam negeri.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 65
Wesel pos yang diterima melalui kantor pos dan giro di Provinsi Maluku Utara
tahun 2005 bernilai sekitar Rp. 3581,86 juta rupiah yang sebagian besar berasal
dari dalam negeri.
Fasilitas telekomunikasi sangat diperlukan untuk memperlancar arus informasi
untuk memacu kegiatan ekonomi yang makin menuntut efisiensi dan pelayanan
yang cepat dan tepat. Pemanfaatan sarana telekomunikasi khususnya telepon dari
tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Ini terlihat dari pemakaian pulsa yang
terus meningkat. Pemakaian pulsa telepon pada tahun 2004 tercatat 109,247 juta
pulsa dan meningkat menjadi 202,963 juta pulsa pada tahun 2005.
Tabel 2.24. Jumlah Kantor Pos dan Kantor Pembantu di Provinsi Maluku Utara
No Kabupaten/Kota Kantor PosKantor
PembantuBertambah/berkurang
1 Halmahera Barat - 2 -
2 Halmahera Tengah - 2 -
3 Kepulauan Sula - 1 -
4 Halmahera Selatan - 2 -
5 Halmahera Utara - 2 -
6 Halmahera Timur - 2
7 Ternate 1 4 -
8 Tidore Kepulauan - 1 -
Jumlah Total 1 16 -
Sumber:BPS. Provinsi Maluku Utara dalam Angka, Tahun 2005/2006
Perkembangan jaringan telepon di Provinsi Maluku Utara sampai dengan tahun
2005 yaitu kapasitas terpasang tersedia 19.226 satuan sambungan telepon dengan
jumlah pelanggan yang tersebar di kabupaten/kota sebanyak 13.877 satuan
sambungan telepon. Sambungan telepon langsung sarana telekomunikasi lain
yang ada antara lain wartel dan warnet. Sarana telekomunikasi di Provinsi Maluku
Utara disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel 2.25. Sarana Telekomunikasi Provinsi Maluku Utara Tahun 2005
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 66
Kabupaten/KotaJaringan Telepon Jumlah
Wartel(buah)
Jumlah Warnet(buah)
Kapasitas Terpasang
(sambungan)
Kapasitas Terpakai
(sambungan)Halmahera Barat 530 468 10 -
Halmahera Tengah - - 4 -
Kepulauan Sula 2.820 1.985 27 1
Halmahera Selatan 1.024 816 14 -
Halmahera Utara - - 5 -
Halmahera Timur 1.690 1.551 13 1
Ternate 11.742 7.708 66 4
Tidore Kepulauan 1.420 1.349 7 -
Sumber: Kantor Divisi Regional Telkom Ternate
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka rencana pengembangan prasarana
telekomunikasi adalah sebagai berikut:
a. Penambahan jaringan telepon rumah di wilayah yang termasuk kawasan
perkotaan;
b. Penambahan telepon umum dan wartel di pusat permukiman perdesaan,
baik dengan jaringan kabel maupun nirkabel;
c. Pembangunan stasiun-stasiun komunikasi nirkabel di wilayah-wilayah
tertinggal/terisolasi;
Mengoptimalkan pemanfaatan jaringan komunikasi telepon nirkabel untuk
penambahan kekurangan SST pada kawasan perkotaan.
2.2.4.3. Air Bersih
Air minum/air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama bagi kelangsungan
hidup manusia, selain itu dengan tersedianya suatu sistem penyediaan air bersih
yang memadai akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Demikian
pula halnya dengan tersedianya sistem penyediaan air bersih bagi sebagian besar
masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan, maka derajat kesehatan
masyarakatnya pun dapat diharapkan akan meningkat pula. Adapun tujuan
pengembangan prasarana penyediaan air bersih adalah:
a. Melayani wilayah perkotaan dan produksi tinggi;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 67
b. Menciptakan tarikan perkembangan wilayah;
c. Melayani wilayah-wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas (tidak
mencukupi kebutuhan).
Sebagaimana halnya listrik sebagai alat penerangan, air bersih juga sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, dan merupakan kebutuhan yang sangat mutlak dan
utama untuk dapat dipenuhi. Sumber air masyarakat di Provinsi Maluku Utara
berasal dari PDAM, pompa air, sumur,dan mata air. Sejauh ini rumah tangga yang
menggunakan sumber air ledeng (PDAM) baru 6,09 persen. Selain melalui
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), masyarakat di provinsi ini juga
memperoleh air bersih melalui mata air maupun air permukaan seperti danau-
danau yang lokasinya mudah dijangkau masing-masing daerah.Jumlah pelanggan
distribusi air dari PDAM sampai dengan tahun 2004 adalah 13.588 pelanggan,
terjadi penurunan pada tahun 2005 sebanyak 1.200 pelanggan atau sekitar 8,9
persen.
Pada saat ini air bersih yang digunakan oleh sebagian kota di Provinsi Maluku
Utara berasal dari sumur-sumur gali, sumur-sumur bor, maupun air yang
diupayakan oleh PDAM setempat melalui sambungan-sambungan langsung
maupun melalui hidran-hidran umum. Kebutuhan air baku tersebut dipenuhi dari
sumber-sumber air baku yang berasal dari :
a. Kota Ternate terdapat 22 buah sumur dangkal/sumur dalam yang memiliki
total kapasitas 296.74 liter per detik,
b. Kota Tobelo (Kabupaten Halmahera Utara) terdapat 3 buah sumur yang
memilikikapasitas 75 liter per detik,
c. Kota Jailolo (Kabupaten Halmahera Barat) memiliki mata air Gam Lamo yang
memiliki kapasitas 30 liter per detik
d. Kota Sanana (Kabupaten Kepulauan Sula) memiliki 3 buah sumur yang
berkapasitas 85 liter per detik
e. Kota Tidore Kepulauan memiliki 6Sumur dan 1 mata air yang berkapasitas
50liter per detik.
Semua sumber-sumber tersebut sebagian besar digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat perkotaan, sementara untuk masyarakat yang tinggal di
pedesaan masih memenuhi kebutuhan air bersih dari sumur, mata air, sungai, dan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 68
sebagainya. Adapun kondisi pelayanan PDAM ini masih relatif kurang baik, hal ini
dapat dilihat intensitas penduduk di perkotaan tidak mendapatkan air bersih
terutama pada siang hari. Tingkat pelayanan PDAM setempat, baru melayani
12.378 pelanggan atau hanya 1,39 persen dari total jumlah penduduk.
Dalam mendesain suatu sistem pengolahan air bersih, perhitungan kebutuhan air
untuk daerah perencanaan perlu direncanakan semaksimal mungkin sehingga
pada pelaksanaannya dapat memenuhi kebutuhan pemakai di daerah
perencanaan. Hal yang perlu diperhitungkan dalam penentuan kebutuhan air
bersih/air minum adalah kehilangan air yang terjadi baik selama proses pengolahan
pada instalasi air bersih maupun proses pendistribusian air ke konsumen.
Perkiraan jumlah penduduk dan perkiraan fasilitas kota di masa mendatang
merupakan salah satu faktor yang menentukan kapasitas produksi sistem
penyediaan air bersih yang direncanakan. Berdasarkan RUTR Kota yang ada di
Provinsi Maluku Utara dan Biro Pusat Statistik diperoleh data jumlah penduduk
pada kurun waktu 5 tahun terakhir. Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut,
dapat diproyeksikan jumlah penduduk Provinsi Maluu Utara di masa yang akan
datang.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi persyaratan kualitas air minum, baik secara fisik,
kimia, dan biologis serta cukup secara kuantitas untuk memenuhi segala kebutuhan
yang diperlukan terutama pada jam puncak. Secara kualitas penyediaan air bersih
harus memenuhi persyaratan fisik, kimiawi, dan biologis, yaitu tidak berasa, tidak
berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta tidak
mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif,
kapasitas sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan
yang cukup terutama pada jam puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi
kebutuhan pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.
Tabel 2.26. Standar Pemakaian Air Bersih untuk Kota Kecil
No Uraian Keterangan
A Domestik
1 Sambungan Rumah 100 l/o/hr
2 Hidran Umum 30 l/o/hr
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 69
B Non Domestik
1 Sekolahan 10 l/murid/hr
2 Rumah Sakit 200 l/o/hr
3 Puskesmas 3 m3/hr
4 Mesjid 2 m3/hr
5 Kantor 10 l/pegawai/hr
6 Pasar 12 m3/hr
7 Hotel 150 l/kamar/hr
8 Rumah Makan 100 l/tamu/hr
9 Komplek Militer 60 l/o/hr
10 Kawasan Industri 0,2 – 0,8 l/det/ha
11 Kawasan Pariwisata 0,1 – 0,3 l/det/ha
Sumber:BPS Provinsi Maluku Utara dalam Angka, Tahun 2005/2006
Tabel 2.27. Pelanggan Dan Produksi PDAM di Provinsi Maluku Utara
No Produsen Pelanggan Produksi(m³)
1 Rumah Tangga 11.833 23.836
2 Usaha 286 14.577
3 Usaha Non Komersil 3 766
4 Instansi Pemerintah 177 8.357
5 Usaha Sosial 36 3.820
6 Usaha Pipa Khusus 59 7.498
7 Mobil Tanki 2 492
Tahun 2005 12.378 55.908
Tahun 2004 13.588 76.459
Sumber: PDAM Provinsi Maluku Utara, 2005
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 70
Minimnya air bersih yang dikelola oleh PDAM Provinsi Maluku Utara hingga tahun
2004 (hanya mencapai 5,80% dari total penduduk) menyebabkan masyarakat
memenuhi kebutuhan air bersih secara swadaya. Hal ini disebabkan karena
minimnya prasarana air bersih yang ada, mahalnya biaya sambungan air bersih
sehingga mengurangi minat penduduk menggunakan air PDAM. Selain itu juga
disebabkan karena masih terdapat air sungai dan sumur bersih yang dapat
digunakan masyarakat tanpa membayar.
2.2.4.4. Drainase
Aktivitas sosial ekonomi dan kondisi topografi yang beragam, seperti kegiatan
perdesaan, perkotaan, pertanian, industri, permukiman membutuhkan sistem
drainase yang beragam. Dalam pelaksanaan pembangunan sistem drainase
wilayah, pada prinsipnya harus efisien sehingga sistem drainase yang
dikembangkan adalah sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup
serta jaringan drainase terbuka, yaitu:
a. Sistem Jaringan Terbuka. Sistem saluran drainase terbuka direncanakan
menggunakan saluran dengan bentuk saluran trapesium dengan lining yang
pengalirannya dilakukan secara gravitasi. Keuntungan menggunakan sistem
terbuka ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih murah, teknologi
pembangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih sedikit.
Sedangkan kerugian sistem ini, yaitu limpasan air kembali lagi mengalir ke
jalan dan harus hati-hati terhadap kemungkinan terperosok ke saluran ini
karena sistemnya terbuka (terutama pada malam hari);
b. Sistem Jaringan Tertutup. Sistem ini dibuat dibawah jalan dengan membuat
perkerasan pada saluran, seperti saluran terbuka hanya permukaannya
ditutup. Sistem tertutup ini dibangun sebagai terusan agar sistem terbuka
tidak terpotong apabila sistem terbuka memotong jaringan jalan.
Ketersediaan prasarana drainase perkotaan umumnya dilakukan seiring dengan
penataan kota dan sebagai sarana pendukung untuk pemeliharaan jalan-jalan dan
sarana umum kota lainnya. Melihat kondisi permasalahan terkait drainase di
wilayah Provinsi Maluku Utara adalah keberadaan infrastruktur prasarana ini yang
belum terbangun dengan baik. Drainase adalah salah satu prasarana utilitas kota
yang sangat penting dalam pengembangan dan penataan kota. Sarana ini sebagai
salah satu pendukung yang penting bagi pengaturan sistem saluran pembuangan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 71
terbuka untuk air kotor dan upaya pencegahan terjadinya genangan air di
permukiman dan tempat penting lainnya, selain itu itu dapat dimanfaatkan untuk
pedestrian/trotoar dan keindahan kota.
2.2.5. PASAR
2.2.5.1. Segmentasi dan Profil Kunjungan
Berikut adalah data kunjungan wisatawan ke Maluku Utara menurut Badan Pusat
Statistik tahun 2009m baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Gambar 3.1. Kunjungan Wisatawan ke Maluku UtaraSumber : BPS, 2009
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah kunjungan wisman ke Maluku Utara mengalami pertumbuhan yang
fluktuatif dari tahun ke tahun. Kunjungan wisman dari tahun 2007 ke 2008
mengalami kenaikan sebesar 1889% (457 dari 23 orang)
2. Jumlah kunjungan wisnus ke Maluku Utara mengalami pertumbuhan yang
fluktuatif dari tahun ke tahun. Kunjungan wisnus dari tahun 2007 ke 2008
mengalami kenaikan sebesar 145% (107dari 23 orang)
2.2.5.2. Program Pemasaran yang Ada
A. Above The Line
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 72
Dalam program untuk memasarkan Maluku Utara sebagai daerah tujuan wisata,
Provinsi Maluku Utara telah melakukan beberapa kegiatan yang termasuk dalam
strategi program above the line, misalnya web site dan brosur.
Pembuatan website sebagai wadah untuk berpromosi Maluku Utara, diserahkan
pada kabupaten/ kota masing-masing di Provinsi Maluku Utara.
Gambar 3.2. Website Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara
Brosur merupakan salah satu wadah yang sering dipergunakan dalam promosi
pariwisata, hampir dari setiap kabupaten kota di Provinsi Maluku Utara
mempergunakan brosur sebagai alat untuk promosi pada calon wisatawan di
Provinsi Maluku Utara.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 73
Gambar 3.3. Brosur Pariwisata Kabupaten Halut dan Halteng
B. Below The Line
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 74
Dalam program untuk memasarkan Maluku Utara sebagai daerah tujuan wisata,
Provinsi Maluku Utara telah melakukan beberapa kegiatan yang termasuk dalam
strategi program below the line, misalnya farm trip dan travel mart.
Kegiatan farm trip pernah dilakukan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Maluku Utara
dengan mengundang wartawan dan media dari laur negeri untuk memperkenalkan
pariwisata Maluku Utara ke kancah Internasional.
2.2.6. INDUSTRI KEPARIWISATAAN
Industri Pariwisata dapat dikelompokan menjadi empat kategori usaha pariwisata
sebagai berikut:
2.2.6.1. Kategori Daya Tarik Wisata
Yang meliputi: Usaha Daya Tarik Wisata, Usaha Kawasan Pariwisata, Usaha
Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi, Usaha Wisata Tirta, dan Usaha
Spa. Kondisi usaha daya tarik wisata di Provinsi Maluku Utara masih terbatas pada
kawasan-kawasan perkotaan, itupun masih sangat terbatas kualitas maupun
kuantitasnya.
2.2.6.2. Kategori Transportasi Wisata
Yang meliputi: Usaha Jasa Transportasi Wisata, Usaha Jasa Perjalanan Wisata,
Usaha Biro Perjalanan Wisata, dan Usaha Agen Perjalanan Wisata; Kondisi usaha
daya tarik wisata di Provinsi Maluku Utara masih terbatas pada kawasan-kawasan
perkotaan, itupun masih sangat terbatas kualitas maupun kuantitasnya
2.2.6.3. Kategori Fasilitas Pariwisata/ Akomodasi dan MICE
Yang meliputi: Usaha Jasa Makanan dan Minuman, Usaha Penyediaan
Akomodasi, Usaha Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi,
dan Pameran (MICE) ; Kondisi usaha daya tarik wisata di Provinsi Maluku Utara
masih terbatas pada kawasan-kawasan perkotaan, itupun masih sangat terbatas
kualitas maupun kuantitasnya
2.2.6.4. Kategori Konsultasi, Informasi, dan Jasa lainnya
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 75
Yang meliputi: Usaha Jasa Informasi Pariwisata, Usaha Jasa Konsultan Pariwisata,
dan Usaha Jasa Pramuwisata. Dalam kategori ini perkembangannya di Maluku
Utara masih hanya berupa embrio-embrio, sehingga harus mendapatkan jasa
tersebut dari luar Provinsi Maluku Utara.
2.2.7. KELEMBAGAAN DAN SDM
2.2.7.1. Organisasi
A. Sektor Pemerintah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 (Pemerintahan Daerah) dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 (Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) adalah mendorong terciptanya
demokratisasi dalam pemerintahan. Tujuan demokrasi akan memposisikan
Pemerintah Daerah sebagai instrumen pendidikan politik di tingkat lokal yang
secara agregat akan menyumbang terhadap pendidikan politik secara nasional
sebagai elemen dasar dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara serta mempercepat terwujudnya masyarakat madani (civil society).
Melalui desentralisasi, Pemerintah Daerah dituntut untuk mengelola keuangan
daerah secara akuntabel dan transparan. Dengan kebijakan normatif yang ada,
pemerintah daerah diberi kesempatan untuk melakukan perubahan kebijakan dan
sistem pengelolaan keuangan daerah. Namun, paradigma tersebut belum menjadi
persepsi nasional yang merata di segala tingkatan dan tidak tersedianya tata ruang
secara nasional dan holistik yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan
sumber-sumber ekonomi, khususnya bagi sektor pariwisata yang berdampak
langsung bagi pembangunan ekonomi daerah.
Dasar-dasar yang melatarbelakangi perubahan tersebut adalah : pertama,
perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan seiring otonomi daerah dan
desentralisasi, kedua, semangat reinventing governance dan good governance,
dan ketiga, realitas regulasi dan instrumen pengelolaan keuangan daerah dalam
bentuk peraturan pelaksanaan yang baru dan mendorong terciptanya iklim
investasi yang baik.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 76
Timbulnya persaingan antar daerah dan pengembangan pariwisata secara parsial,
tanpa mengkaitkan dengan wilayah sekitarnya yang berdampak pada penurunan
kualitas produk wisata. Melalui otonomi daerah, Maluku Utara memiliki peluang
dalam pengembangan sumber daya pariwisata secara luas dan tidak tergantung
dengan pemerintah pusat. Permasalahan saat ini karena adanya perbedaan
kepentingan dan inkonsistensi antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
Pembagian Kewenangan Pemerintah dan Daerah yang telah diatur dalam Undang-
undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pasal 28,29,30.
Walaupun demikian masih terjadi tarik-menarik kepentingan sebagai akibat
ketidakjelasan hubungan kewenangan yang berpengaruh pada proses
penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan berdampak pada pengeluaran dana
yang sangat besar, serta potensi daerah tidak dapat berkembang secara optimal.
B. Sektor Swasta
Perkembangan organisasi swasta, seperti : PHRI, ASITA, ASPINDO dan lain-lain
masih belum dirasakan oleh para pekerja pariwisata di Indonesia. Faktor berdirinya
provinsi Maluku Utara sebagai provinsi baru dan Maluku Utara sebagai end destination merupakan beberapa faktor belum berkembangnya organisasi
kepariwisataan swasta di Provinsi Maluku Utara.
2.2.7.2. Sumberdaya Manusia
Perkembangan pariwisata di Provinsi Maluku Utara mulai menunjukkan sinyal yang
positif, hal ini dikarenakan dukungan yang sangat kuat dari pemerintah melalui
dinas pariwisata provinsi dan dinas pariwisata kabupaten kota masing-masing.
Hal ini dibuktikan oleh perencanaan yang serius dari dinas pariwisata Provinsi
Maluku Utara melalui penyusunan Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPPARDA)
Provinsi Maluku Utara. Hal ini tentunya akan sangat baik bila didukung oleh dinas
pariwisata kabupaten kota yang lain.
Namun dalam perkembangan SDM pariwisata dari masyarakat masih perlu
dibenahi dan ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya sebagai garda depan
pengembangan pariwisata di Provinsi Maluku Utara.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 77
2.3. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN RENCANA
PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN TERKAIT DENGAN PROVINSI MALUKU UTARA
2.3.1. TINJAUAN KEBIJAKAN NASIONAL
2.3.1.1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, peran Provinsi
Maluku Utara dalam konteks nasional adalah sebagai berikut:
A. Kota Ternate ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Kota
Tidore, Tobelo, Labuha, dan Sanana ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW), serta Daruba ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN).
B. Pelabuhan Ternate dan Labuha ditetapkan sebagai Pelabuhan Nasional di
Provinsi Maluku Utara.
C. Bandar Udara Sultan Baabullah ditetapkan sebagai Pusat Penyebaran
Tersier untuk kebijakan Bandar Udara sebagai Simpul Transportasi Udara
Nasional di Provinsi Maluku Utara.
D. Kebijakan Kawasan Lindung Nasional yang terdiri dari :
a. Cagar Alam Tobalai
b. Cagar Alam Pulau Seho
c. Cagar Alam Gunung Sibela
d. Cagar Alam Lifamatola
e. Cagar Alam Pulau Obi
f. Cagar Alam Taliabu
g. Taman Nasional Aketajawe – Lolobata
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 78
E. Kebijakan Kawasan Andalan Nasional yang terdiri dari
a. Kawasan Ternate, Tidore, Sidangoli, Sofifi, Weda dan sekitarnya
dengan sektor unggulan yakni perkebunan, perikanan laut, industri,
pertambangan, dan pariwisata.
b. Kawasan Bacan – Halmahera Selatan dengan sektor unggulan
perkebunan dan pertanian.
c. Kawasan Kepulauan Sula dengan sektor unggulan yakni perkebunan,
kehutanan, industri, pertambangan, dan perikanan.
d. Kawasan Andalan Laut Halmahera dan sekitarnya dengan sektor
unggulan yakni perikanan laut, pertambangan, dan pariwisata.
F. Kebijakan Kawasan Strategis Nasional yakni Kawasan Perbatasan Laut RI
termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo,
Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau (Provinsi Maluku Utara, Papua
Barat, dan Papua)
G. Kebijakan Indikasi Program Utama Lima Tahunan dengan Usulan Program
yakni Jaringan Pelayanan Feeder Dan Pulau – Pulau di Provinsi Maluku
Utara.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 79
Gambar 2.18. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 80
2.3.1.2. Keppres Nomor 120 Tahun 1993 Tentang Dewan Pengembangan KTI (DP-KTI)
Keppres Nomor 120 Tahun 1993 Tentang Dewan Pengembangan KTI (DP-KTI)
dikeluarkan dengan tujuan antara lain untuk mengantisipasi kesenjangan
pertumbuhan regional yang terjadi antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan
Kawasan Timur Indonesia (KTI), sekaligus mempercepat pertumbuhan di KTI. DP-
KTI ini menjadi wadah bagi perumusan dan penetapan kebijakan, strategi, serta
penentuan tahapan dan prioritas pelaksanaan untuk mempercepat pembangunan
KTI dan provinsi tertentu lainnya.
Berdasarkan Keppres Nomor 120 Tahun 1993, ada 9 (sembilan) provinsi termasuk
dalam wilayah KTI dan 4 (empat) provinsi tertentu lainnya yang dianggap perlu
diberlakukan kebijakan percepatan pembangunan. Kesembilan provinsi tersebut
adalah Nusa Tenggara Barat (NTB); Nusa Tenggara Timur (NTT); Timor-Timur
(yang kemudian merdeka); Irian Jaya (Papua); Maluku; Sulawesi Utara; Sulawesi
Tengah; Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Sementara keempat provinsi
yang termasuk dalam provinsi tertentu lainnya adalah Kalimantan Timur;
Kalimantan Selatan; Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Sejak awal tahun 1990 Pemerintah Indonesia telah menggariskan kebijakan
percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kebijakan tersebut
ditandai dengan dicantumkannya substansi percepatan pembangunan KTI pada
GBHN Tahun 1993. Kemudian dilakukan pembentukan DP-KTI pada tahun 1993
dan pembentukan Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur
Indonesia pada tahun 2000. Pada saat dibentuknya DP-KTI atau dikeluarkannya
Keppres Nomor 120 tahun 1993 tersebut, Timor Timur masih merupakan bagian
dari wilayah Indonesia (memisahkan diri dari NKRI pada tahun 1998) dan Provinsi
Maluku Utara masih merupakan bagian dari Provinsi Maluku (pemekaran pada
tahun 1999).
Guna mempercepat pembangunan daerah dan sekaligus mengurangi ketimpangan
pembangunan antar daerah, salah satu kebijakan yang dirumuskan oleh DP KTI
adalah kebijakan pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) di tiap provinsi di atas, yang merupakan suatu kawasan andalan untuk
dapat memicu pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 81
Pada hakikatnya,kebijakan pengembangan kawasan timur Indonesia ini turut
mempengaruhi dinamika pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata
Provinsi Maluku Utara.
A. VISI
Visi percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia hingga tahun 2010
adalah :
“Terwujudnya Kawasan Timur Indonesia sebagai kawasan yang maju, berkelanjutan, mempunyai kesetaraan akses ekonomi dan keberdayaan antarkawasan serta menjadi bagian tatanan global dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”
B. MISI
Misi percepatan pembanguna Kawasan Timur Indonesia hingga tahun 2010
adalah:
a. Memacu pertumbuhan ekonomi regional secara integratif;
b. Mengembangkan sumberdaya manusia setempat agar dapat
berpartisipasi dan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari
pembangunan KTI;
c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pembangunan
dengan pemberdayaan lembaga ekonomi, sosial dan
kemasyarakatan;
d. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor dan lintas
wilayah yang saling menguntungkan untuk
mengurangi/menghilangkan kesenjangan antarwilayah dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
e. Mengoptimalkan kerjasama ekonomi sub regional;
f. Meningkatkan investasi baik penanaman modal dalam negeri
maupun asing;
g. Memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana berdasarkan
asas konservasi agar lestari dan ditujukan bagi kesejahteraan,
terutama masyarakat di sekitarnya.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 82
C. TUJUAN
Tujuan percepatan pembangunan KTI adalah :
a. Mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial regional antara KTI
dengan KBI dan intra KTI;
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta serta
kesejahteraan masyarakat setempat;
c. Meningkatkan kesiapan KTI menghadapi era perdagangan bebas
dengan akulturasi budaya dan penguasaan teknologi;
d. Mewujudkan interdependensi antarkawasan dalam kerangka NKRI;
e. Mempercepat dan memantapkan pemulihan ekonomi di KTI.
D. SASARAN
Sasaran percepatan pembangunan KTI dibagi ke dalam dua sasaran, yaitu
sasaran jangka pendek (sampai dengan tahun 2004) dan sasaran jangka
menengah (sampai dengan tahun 2010).
a. Sasaran sampai dengan tahun 2004 adalah:
1) Tercapainya pendapatan per kapita mendekati rata-rata nasional;
2) Tercapainya Indeks Pembangunan Daerah dan indeks
Pembangunan Manusia mendekati rata-rata nasional;
3) Tercapainya peningkatan porsi investasi berkisar 20 persen dari
total investasi nasional dan ekspor KTI meningkat sekitar 20 persen;
4) Terselesaikannya konflik-konflik horizontal yang saat ini terjadi;
5) Tercapainya pengembangan sistem nasional jangka menengah di
KTI yang merupakan penetapan kawasan dan kota prioritas yang
dijabarkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);
b. Sasaran sampai dengan tahun 2010 adalah:
6) Tercapainya daya beli berada pada rata-rata nasional;
7) Tercapainya Indeks Pembangunan Daerah dan Indeks
Pembangunan Manusia berada pada rata-rata nasional;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 83
8) Tercapainya porsi investasi di atas 20 persen dari total investasi
nasional dan ekspor dari KTI tumbuh di atas 20 persen tertatanya
dan mantapnya kelembagaan ekonomi, sosial, budaya, polititk dan
pemerintahan dalam mempercepat pembangunan KTI;
9) Tercapainya pengembangan sistem nasional jangka panjang di KTI
yang merupakan penetapan kawasan dan kota prioritas yang
dijabarkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);
10) Tercapainya peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan.
2.3.2. TINJAUAN KEBIJAKAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA
2.3.2.1. Perda RTRW Provinsi Maluku Utara Tahun 2007 – 2027 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi Maluku Utara Tahun 2007 – 2027
Pengembangan pariwisata secara perwilayahan sangat dipengaruhi oleh titik
pertumbuhan pembangunan berupa kota/kabupaten yang menjadi pusat
pertumbuhan sehingga pertimbangan struktur ruang dan pemanfaatan lahan
sangat menentukan pengembangan pariwisata di Provinsi Maluku Utara. Berikut
berdasarkan PERDA Provinsi Maluku Utara Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Maluku Utara Tahun 2007 – 2027, Bagian Ketiga, mengenai Kebijakan dan
Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara, pasal 6, 7, 8,9, 10, 11
dan 12.
A. RTRW MALUKU UTARA TAHUN 2005 – 2007
a. Visi Agenda Pembangunan Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 – 2007
“Terdepansebagai Provinsi Kepulauanyang Berbasis Sumberdaya Alamdalam Mewujudkan Masyarakatyang Damai, Majudan Mandiridalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”
b. Misi Agenda Pembangunan Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 – 2007
1) Mendorong terwujudnya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
ajaran agama yang menghargai keberagaman;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 84
2) Mendukung terciptanya wawasan kebangsaan dan sistem
keamanan yang tangguh;
3) Mewujudkan sistem dan iklim pendidikan yang agamais,
demokratis, berkualitas serta menguasai IPTEK;
4) Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang sehat, dinamis dan
berdaya tahan dari pengaruh globalisasi;
5) Mendorong terwujudnya sistem dan kesadaran hukum yang
menjamin tegaknya supremasi hukum dan HAM;
6) Mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis sumberdaya
lokal yang berdaya saing dan berkelanjutan;
7) Memantapkan pelaksanaan otonomi daerah yang berbasis pada
pemerintahan yang bersih dan berwibawa;
8) Meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur wilayah yang
berkelanjutan;
9) Mengembangkan potensi sumber daya alam secara optimal.
c. Strategi Pokok Pembangunan Provinsi Maluku Utara
Strategi pokok pembangunan Provinsi Maluku Utara terdiri dari:
1) Penataan, pemantapan kelembagaan dan prasarana dan sarana pemerintahan guna memantapkan otonomi daerah
yang didukung oleh aparatur pemerintah yang handal,
profesional, dan berakhlak mulia guna mewujudkan tata
pemerintahan yang baik;
2) Pemulihan dan pemantapan situasi sosial pasca konflik melalui peningkatan penghayatan keimanan dan ketakwaan,
pemulihan kepercayaan dan toleransi dalam masyarakat,
pemberdayaan peran lembaga-lembaga keagamaan sehingga
terbina kerukunan dan kerjasama antarumat beragama, serta
kodifikasi, revitalisasi, pemutakhiran, dan pembelajaran nilai-nilai
budaya Moloku Kie Raha yang diiringi dengan penciptaan
lapangan usaha dan kesempatan kerja melalui pemberdayaan
masyarakat;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 85
3) Percepatan pembangunan melalui pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dengan menata penyebaran
guru secara merata, sistem kelola sekolah yang benar, pendirian
sekolah unggulan di tingkat SMA berdasarkan pertimbangan
kewilayahan untuk menciptakan sumber daya manusia yang
profesional dan berakhlak mulia sesuai dengan kebutuhan
pengembangan sumber daya setempat, mendorong keterlibatan
peran dunia usaha dalam pembangunan, serta pembangunan
infrastruktur wilayah secara berkelanjutan dengan penekanan
pada keterkaitan wilayah dan keterkaitan sektor-sektor unggulan
guna menciptakan keserasian pembangunan antar wilayah dan
mewujudkan pemerataan kesejahteraan rakyat.
d. Agenda Pembangunan Provinsi Maluku Utara tahun 2005 – 2007
1) Mewujudkan Maluku Utara yang Damai;
2) Mewujudkan Maluku Utara yang Maju;
3) Mewujudkan Maluku Utara yang Mandiri.
e. Prioritas Pembangunan Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 – 2007
Sasaran, prioritas, dan pokok-pokok arah kebijakan pembangunan
Provinsi Maluku Utara tahun 2005 – 2007 terdiri dari:
1) Mewujudkan Maluku Utara yang Damai; terdapat 4 (empat)
sasaran pokok dengan prioritas dan arah kebijakan sebagai
berikut:
(a) Sasaran pertama adalah semakin terwujudnya upaya
penegakan dan supremasi hukum sesuai dengan perangkat
perundang-undangan dan hukum yang berlaku,
tertanganinya kasus-kasus pelanggaran hukum secara
nyata, adil dan tidak memihak, serta terciptanya konsistensi
antara peraturan daerah dengan hierarki hukum di atasnya.
(b) Sasaran kedua adalah semakin meningkatnya rasa saling
percaya antar kelompok masyarakat yang tercermin dari
semakin menurunnya sikap saling mencurigai, ketegangan
dan ancaman konflik antarkelompok maupun golongan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 86
masyarakat; serta meningkatnya kerjasama antarkelompok
masyarakat dalam berbagai bentuk yang positif, konstruktif
dan berkesinambungan.
(c) Sasaran ketiga diarahkan untuk menegaskan kembali nilai-
nilai sosial budaya Moloku Kie Raha sebagai ciri identitas
kultural masyarakat Maluku Utara dalam rangka
melestarikan falsafah budaya dan basis tata nilai kehidupan
sosial masyarakat, sekaligus sebagai pranata dalam
memelihara stabilitas ketertiban sosial secara berkelanjutan.
(d) Sasaran keempat adalah meningkatnya pelayanan birokrasi
kepada masyarakat yang tercermin dari: (1) berkurangnya
secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan dimulai dari
tataran (jajaran) pejabat yang paling atas; (2) terciptanya
sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih, akuntabel,
transparan, efisien dan berwibawa; (3) terhapusnya aturan,
peraturan dan praktek yang bersifat diskriminatif terhadap
warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat; (4)
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan
kebijakan publik.
2) Mewujudkan Maluku Utara yang Maju; terdapat 3 (tiga) sasaran
pokok dengan prioritas dan arah kebijakan sebagai berikut:
(a) Sasaran pertama adalah meningkatnya kualitas sumber
daya manusia Maluku Utara yang tercermin dari
meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
serta meningkatnya pemahaman dan pengamalan ajaran-
ajaran agama, termasuk meningkatnya pembangunan dan
pemberdayaan jender.
(b) Sasaran kedua adalah menurunnya jumlah penduduk miskin
secara nyata yang tercermin dari penuruan angka penduduk
miskin 13,48% pada tahun 2007 serta berkurangnya
kesenjangan pembangunan antar kawasan dengan
mempercepat pengembangan kawasan serta meningkatkan
daya saing kawasan dan produk-produk unggulan daerah;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 87
mewujudkan keseimbangan pertumbuhan pembangunan
antar desa-kota dengan memperhatikan keserasian
pemanfaatan ruang dan penatagunaan tanah.
(c) Sasaran ketiga adalah meningkatnya ketersediaan
infrastruktur yang ditunjukkan oleh pembangunan dan
peningkatan berbagai sarana penunjang pembangunan.
3) Meningkatkan Kemandirian Pembangunan; terdapat 2 (dua)
sasaran pokok dengan prioritas dan arah kebijakan sebagai
berikut:
(a) Sasaran pertama adalah terciptanya lapangan kerja secara
memadai yang mampu mengurangi pengangguran terbuka
menjadi 11.4 persen pada tahun 2007 dengan didukung oleh
stabilitas ekonomi yang tetap terjaga. Untuk mencapai
sasaran tersebut pertumbuhan ekonomi diupayakan
meningkat dari 5,48 persen pada tahun 2005 menjadi 8,16
persen pada tahun 2009 atau rata-rata tumbuh sebesar 0,67
persen per tahun.
(b) Sasaran kedua adalah pengelolaan sumber daya alam yang
mengarah pada pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip
pembangunan berkelanjutan di seluruh sektor dan bidang
pembangunan dan membaiknya mutu lingkungan hidup.
B. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA 2007 – 2027
a. Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Maluku Utara
Visi pembangunan Provinsi Maluku Utara dalam Pola Dasar
Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Utara Tahun 2003 –
2007adalah :
“Terwujudnya Provinsi Maluku Utara Sebagai Provinsi Kepulauan, Dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Berbudaya, Maju, Damai, Mandiri, Adil dan Sejahtera Berbasis Sumberdaya”
b. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 88
1) Arah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara
adalah :
“Mewujudkan kesejahteraan hidup bagi seluruh warga
masyarakat dengan memantapkan nilai-nilai keagamaan dan
budaya yang berbasiskan sumber daya, serta membentuk
struktur ekonomi yang kuat dengan dukungan sumberdaya
dalam persaingan global, serta menjadikan Provinsi Maluku
Utara sebagai kawasan strategis di Kawasan Timur Indonesia
melalui pemantapan struktur ekonomi daerah”
2) Strategi jangka panjang pembangunan di Provinsi Maluku Utara
adalah sebagai berikut:
(a) Mendukung pembangunan sektor-sektor ekonomi dengan
penekanan sektor unggulan, secara terpadu dan tersinergi
antar sektor dan antar wilayah;
(b) Meningkatan kualitas sumberdaya manusia, yang dapat
diandalkan dalam persaingan global;
(c) Memantapkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi
dan bertanggung jawab yang didukung aparatur pemerintah
yang handal, profesional, transparan dan akuntabel.
3) Sedangkan strategi jangka pendek meliputi:
(a) Menanggulangi dampak pasca konflik horizontal, dengan
menciptakan kondisi politik dan sosial ekonomi yang lebih
kondusif melalui penciptaan kesempatan kerja dan usaha
bagi masyarakat miskin;
(b) Menyiapkan perangkat lunak dan perangkat keras bagi
aparatur pemerintah dalam rangka pelaksanaan otonomi
daerah dan penyiapan infrastruktur di wilayah-wilayah
pemekaran;
(c) Menjamin kehandalan ketahanan pangan yang merata
kepada segenap masyarakat di wilayah-wilayah rawan
pangan;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 89
(d) Mengantisipasi dan menanggulangi dampak bencana, baik
fisik maupun non fisik yang terencana dengan baik.
C. STRATEGI PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA
a. Pengembangan Tata Ruang Makro
Strategi untuk pengembangan tata ruang makro meliputi :
1) Mengembangkan pusat-pusat orientasi pelayanan di 8 gugus Pulau
dan mengembangkan kota-kota kabupaten sebagai pusat
pertumbuhan. Peningkatan fungsi kota ini perlu diimbangi dengan
peningkatan kapasitas dan jangkauan pelayanan kota-kota tersebut
sesuai dengan fungsi pelayanan masing-masing;
2) Meningkatkan akses antara ibukota provinsi dengan kota-kota
orientasi pelayanan wilayah pengembangan maupun kota-kota
kabupaten lainnya dan juga denganwilayah sekitarnya melalui
pengembangan sistem jaringan transportasi baik darat, laut,
maupun udara;
3) Meningkatkan peran kota-kota yang berfungsi sebagai pintu
keluar/masuk menuju provinsi lainnya melalui penyediaan
prasarana dan sarana dasar wilayah serta jaringan transportasi
yang menghubungkan wilayah Provinsi dengan wilayah
pelayanannya serta wilayah provinsi lainnya;
4) Meningkatkan pelayanan kota-kota yang befungsi sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), serta kota-kota lain yang
berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Pengembangan
diarahkan pada penyediaanprasarana dan sarana dasar wilayah
sesuai dengan fungsi dan peran kota-kota agar terjadi pemerataan
pelayanan.
b. Pengembangan Struktur Gugus Pulau
Strategi untuk pengembangan struktur gugus pulau meliputi :
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 90
1) Mengembangkan gugus pulau sesuai dengan kriteria yang berlaku;
2) Meningkatkan fungsi dan peran pusat-pusat gugus pulau yang ada;
3) Mengembangkan prasarana dan sarana dasar yang dibutuhkan
pada setiap gugus pulau;
4) Mengembangkan keterkaitan antar gugus pulau yang berdekatan;
5) Mengembangkan keterkaitan prasarana dan sarana antar gugus
pulau untuk memenuhi kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 91
Gambar 2.19. Peta Gugus Pulau Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 92
c. Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Perkotaan dan Pedesaan
Strategi untuk pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dan
pedesaan meliputi:
1) mengembangkan pusat-pusat permukiman sesuai dengan fungsi
dan peran masing-masing kota;
2) menyediakan prasarana dan sarana pendukung pusat permukiman
perkotaan dan perdesaan sesuai fungsi masing-masing;
3) mengembangkan interaksi desa-kota yang saling menguntungkan.
d. Pengembangan Sistem Kota – Kota
Strategi untuk pengembangan sistem kota – kota meliputi :
1) memperkuat keterkaitan ekonomi dan spasial di dalam wilayah
daratan di pulau-pulau besar serta pulau-pulau kecil.;
2) pengembangan wilayah daratan agar dapat membentuk suatu
kesatuan ekonomi spasial yang solid serta efesien dalam hal
penyediaan prasarana wilayah;
3) memperkuat fungsi-fungsi yang sudah ada di kota-kota yang
terpilih sebagai pusat-pusat pertumbuhan,agar terbentuk kesatuan
sistem yang mempunyai hierarki dan fungsi ruang saling mengisi;
4) mengembangkan keterkaitan antar kota secara fungsional yang
dilakukan dengan pengembangan fungsi pelayanan kota yang
terintegrasi antara ibukota Provinsi, ibukota kabupaten dan ibukota
kecamatan.
5) mengembangkan keterkaitan secara tata ruang yang dilakukan
dengan meningkatkan aksesibilitasnya terutama dengan
pengembangan jaringan jalan.
6) mengembangkan dan meningkatkan fungsi ibukota kabupaten
terutama sebagai pusat wilayah belakangnya.
7) mengarahkankota-kota menjadi pusat kegiatan koleksi dan
distribusi bagi wilayah belakang, berdasarkan kondisi potensi-
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 93
potensi sumber daya alam yang khas sehingga dapat menjadi
suatu keunggulan komperatif yang dapat meningkatkan
kemampuan ekonomi masyarakatnya.
8) Mengembangkan kota-kota sebagai pusat pelayanan yang
berhierarki agar tercapai efisiensi dalam pembiayaan
pembangunan fasilitas, dan dengan memperhatikan faktor
kedekatan gugus pulau sehingga dapat lebih memperluas cakupan
pelayanan kota-kota tersebut.
e. Peningkatan Akses Pelayanan Perkotaan dan Pusat Pertumbuhan
Ekonomi Wilayah yang Merata dan Berhierarki
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki meliputi :
1) Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan
perkotaan dan wilayah sekitarnya;
2) Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat pertumbuhan;
3) Menjaga kota-kota pantai dari bencana tsunami melalui
manajemen resiko bencana;
4) Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di
sekitarnya.
f. Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Jangkauan Pelayanan
Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Strategi untuk pengembanagan dan peningkatan kualitas jangkauan
pelayanan sistem jaringan prasarana dan transportasi meliputi :
1) Meningkatkan kualitas jaringan prasarana transportasi dan
mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut dan
udara agar dicapai pemerataan pembangunan, dengan
melihattingkatan kepentingan dan potensi kota-kota yang
bersangkutan;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 94
2) Mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi wilayah
agar dicapai keterkaitan antar pusat-pusat permukiman di provinsi;
3) Mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi wilayah
untuk membuka wilayah terisolir;
4) Mengembangkan sistem jaringan transportasi wilayah untuk
mendukung kegiatan evakuasi bila terjadi bencana alam;
5) Mengembangkan prasarana perhubungan lautdengan
meningkatkan keterkaitan intra-regional yaitu hubungan antar-
pelabuhandalam provinsi serta keterkaitan inter-regional yaitu
hubungan antara pelabuhan dalam provinsi dengan pelabuhan
yang ada di luar provinsi;
6) Mengembangkan fungsi pelabuhan-pelabuhan laut untuk
mendukung pengembangan wilayah terutama yang erat kaitannya
dengan pusat-pusat pengembangan;
7) Mengembangkan prasarana perhubungan darat untuk
meningkatkan keterkaitan intra pulau besar maupun pulau kecil;
8) Pengembangan jaringan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas
antara pusat-pusat produksi dengan daerah pemasaran;
mendukung pengembangan daerah pedalaman; memperlancar
perhubungan antar kota; serta mendukung pengembangan sektor
lainnya;
9) Pengembanganprasaranaperhubunganudara untuk
menciptakan hubungan dan keterkaitan antara pusat-pusat
kegiatan ekonomi dan pemerintahan, baik di dalam provinsi
maupun dengan daerahdi luar provinsi serta untuk meningkatkan
akses udara pada wilayah-wilayah yang didorong perkembangan-
nya maupun pada wilayah-wilayah yang masih sulit dijangkau;
10) Optimalisasi fungsi bandar udara Provinsi, pengembangan
bandara-bandara lokal, serta bandara-bandara perintis.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 95
Gambar 2.20. Peta Rencana Pengembangan Sistem Transportasi di Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 96
D. STRATEGI PENGEMBANGAN POLA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA
a. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung
1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup;
3) Pemantapan dan pengendalian kawasan lindung.
b. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya
1) Menetapkan kawasan budi daya untuk pemanfaatan sumber daya
alam;
2) Memanfaatkan ruang untuk kegiatan budidaya di Provinsi Maluku
Utara dilakukan secara optimal sesuai dengan daya dukung
lingkungannya;
3) Mengupayakan optimasi pemanfaatan sumber daya wilayah sesuai
dengan daya dukung lingkungan;
4) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan
antarkegiatan budidaya;
5) Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 97
Gambar 2.21. Peta Kawasan Lindung di Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 98
Gambar 2.22. Peta Rencana Kawasan Lindung dan Arahan Pengembangan Budidaya di Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 99
E. STRATEGI PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI MALUKU UTARA
c. Pelestarian dan Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup
Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup meliputi :
1) Menetapkan kawasan strategis provinsi berfungsi lindung, setelah
kawasan strategis nasional berfungsi lindung ditetapkan di
Provinsi Maluku Utara, yaitu di Pulau Jiew;
2) Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis provinsi yang
berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan, terutama diPulau
Gebe, Pulau Obi dan Pulau Jiew;
3) Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis
provinsi yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
4) Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan
di sekitar kawasan strategis provinsi yang dapat memicu
perkembangan kegiatan budi daya di kawasan yang berfungsi
lindung;
5) Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar
kawasan strategis provinsi yang berfungsi sebagai zona
penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan
budi daya terbangun; dan
6) Merehablitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat
dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di
sekitar kawasan strategis provinsi;
7) Merehabilitasi kawasan budi daya di Kawasan Pulau Gebe dan
Kawasan Pulau Obi, yang rusak sebagai akibat kegiatan
penambangan dan kegiatan budi daya lainnya.
d. Pengembangan dan Peningkatan Fungsi Kawasan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 100
Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam
perekonomian provinsi yang produktif, efisien dan mampu bersaing
dalam perekonomian nasional dan internasional meliputi :
1) Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi
sumberdaya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai
penggerak pengembangan wilayah, terutama di Kawasan
Ternate, Tidore, Sidangoli dan Sofifi,Kawasan Kepulauan Sula,
Kawasan Pulau Bacan, Kawasan Halmahera Selatan, Kawasan
Weda, Kawasan Pengembangan Ekonomi–Pertanian : Halut -
Halbar–Haltim, Kawasan Pulau Gebe, Kawasan Pulau Obi
2) Menciptakan iklim investasi yang kondusif;
3) Mengelola pemanfaatan sumberdaya alam agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung kawasan;
4) Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak
menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
5) Mengintensifkan promosi peluang investasi;
6) Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang
kegiatan ekonomi;
7) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.
e. Pemanfaatan Sumberdaya Alam Dan/Atau Teknologi Tinggi Secara
Optimal
Strategi pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi
secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat meliputi:
1) Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan
dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi;
2) Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya
dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau
turunannya; dan
3) Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan
keselamatan masyarakat.
f. Pengembangan Kawasan Cepat Tumbuh
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 101
Strategi pengembangan kawasan cepat tumbuh untuk mendukung
kawasan lain yang masih tertinggal meliputi :
1) Mengarahkan pengembangan untuk mendorong percepatan
pembangunan dan pertumbuhan kawasan tersebut sehingga
dapat mengembangkan kawasan tertinggal di sekitarnya dalam
suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis.
2) Mempertimbangkan batas wilayah administrasi, dan menekankan
pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses produksi dan
distribusi.
3) Pengembangan produk unggulan kawasan, serta mendorong
terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama
antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat
dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah.
4) Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana, seperti
pembangunan sistem jaringan perhubungan termasuk outlet-
outlet pemasaran yang efisien dalam rangka menghubungkan
kawasan cepat tumbuh dengan pusat-pusat perdagangan
nasional dan internasional, termasuk upaya untuk meningkatkan
aksesibilitas yang menghubungkan dengan wilayah-wilayah
tertinggal;
5) Peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk
mendukung pengembangan produk kawasan;
6) Pengembangan penelitian dan pengembanganyang menjadi
tulang punggung pengembangan produk berdaya saing;
7) Peningkatan akses terhadap sumber input atau faktor produksi,
meliputipengembangan sarana dan prasarana (infrastruktur fisik,
lembaga penyedia, pelayanan), sumber daya modal (lembaga
penyedia, jenis modal, pelayanan), dan input bahan baku
(lembaga penyedia, jenis input);
8) Pengembangan keterkaitan, kerjasama dan kemitraan, yaitu
penciptaan jaringan kerja/jejaring yang melibatkan baik
antardaerah dalam satu provinsi, antara pusat-provinsi-
kabupaten, antara pemerintah-pengusaha, atau antara
pemerintah-masyarakat-LSM-swasta, dan pengembangan
keterkaitan antar sektor/komoditi (input-output);
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 102
9) Penciptaan Iklim Usaha yang kondusif, yang terdiri dari
pengembangan regulasi yang meliputi kebijakan-kebijakan yang
diarahkan kepada pengurangan hambatan untuk iklim usaha,
seperti halnya kebijakan fiskal, insentif dan peraturan
perundangan lainnya, beserta penegakan hukumnya, serta
keberadaan leadership baik dalam pemerintahan dan pemimpin
pasar.
g. Pengembangan Kawasan Tertinggal
Strategi pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi
kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan dan mempercepat
pembangunan kawasan tersebut sehingga dapat tumbuh dan
berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar ketertinggalan
pembangunannya dengan kawasan lain meliputi:
1) Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan
berkelanjutan;
2) Membuka akses dan meningkatkan aksessibilitas antara kawasan
tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;
3) Mengembangkanprasarana dan da sarana penunjang kegiatan
ekonomi masyarakat;
4) Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; dan
5) Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam
pengelolaan kegiatan ekonomi.
6) Peningkatan kapasitas (capacity building) terhadap masyarakat,
aparatur pemerintah, kelembagaan, dan keuangan daerah;
7) Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembangunan
sarana dan prasarana ekonomi di kawasan tertinggal;
8) Percepatan pembangunan SDM sangat diperlukan melalui
pengembangan sarana dan prasarana sosial terutama bidang
pendidikan dan kesehatan;
9) Pembentukan pengelompokan permukiman untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penyediaan pelayanan umum, terutama
untuk wilayah-wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk
rendah dan tersebar;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 103
10) Peningkatan kepada sumber-sumber permodalan, khususnya
dengan skema dana bergulir dan kredit mikro, serta melalui upaya
penjaminan kredit mikro oleh pemerintah kepada perbankan;
11) Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di kawasan tertinggal
dengan kawasan cepat tumbuh dan strategis, terutama
pembangunan sistem jaringan transportasi yang menghubungkan
antar wilayah;
12) Pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal, melalui
peningkatkan nilai tambah produk-produk primer dengan
pendekatan terpadu dari hulu hingga hilir;
13) Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pengembangan
prasarana utama untuk kegiatan ekonomi seperti listrik, air bersih,
dan telekomunikasi.
F. STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA
Strategi untuk pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan dalam
kerangka yang berkelanjutan untuk menjamin pemanfaatan ruang yang
efisien, efektif dan responsif terhadap perkembangan kebutuhan aktivitas
masyarakat meliputi :
a. Memberikan peran terhadap institusi pengenali sebagai mediator dan
fasilitator untuk menampung aspirasi semua stake-holders dalam
pembangunan kawasan sehingga dapat dihasilkan keputusan yang
seimbang dan dapat diterima semua pihak.
b. Melakukan pemantapan dan pengendalian kawasan lindung yang ada di
Provinsi Maluku Utara yang meliputi kawasan Taman Nasional, cagar
alam, cagar budaya, serta kawasan-kawasan lain yang teridentifikasi
sebagai kawasan lindung, termasuk kawasan rawan bencana.
Pemantapan dan pengendalian harus dilakukan agar fungsi kawasan
lindung dalam pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam, sumberdaya buatan serta nilai sejarah dan atau budaya bangsa
dapat dipertahankan;
c. Mengendalikan kegiatan budidaya, misalnya hutan produksi,
permukiman, pariwisata, pertanian, dan pertambangan, yang dilakukan
pada kawasan-kawasan lindung tersebut. Kegiatan budidaya pada
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 104
kawasan lindung perlu dikendalikan agar dapat diusahakan selaras
dengan fungsi lindung.
G. PENDEKATAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN SEKTORAL
a. Pendekatan Struktural Antar Wilayah
Pendekatan pengembangan secara struktural antar wilayah dengan
demikian mengandung inti arahan sebagai berikut:
1) Kawasan Kota atau Perkotaan dengan orde tingkatan tertinggi
(orde I) menjadi pusat tumpuan pertumbuhan skala Provinsi yang
berinteraksi dengan wilayah provinsi lainnya, dan merupakan
salah satu titik (node) yang penting dalam skala tata ruang
nasional.
2) Kawasan perkotaan ibu kota Kabupaten dengan orde yang lebih
rendah (orde II) menjadi pusat pertumbuhan dalam skala wilayah
Kabupaten dan antar wilayah Kabupaten. Kawasan ini menjadi
pengikat sinergitas pertumbuhan antara Kabupaten dan menjadi
barometer pertumbuhan pembangunan dalam skala Provinsi;
3) Kawasan perkotaan lainnya dengan orde yang dua tahap lebih
rendah (orde III) merupakan pusat pertumbuhan pada skala
Kecamatan dan menjadi pengikat sinergitas pembangunan dalam
skala Kabupaten;
4) Kawasan semi perkotaan atau Desa-Kota (dapat dianggap
sebagai Orde IV) diantaranya merupakan Desa Pusat
Pertumbuhan, yang mengandalkan sumber daya lintas Desa dan
merupakan titik pertumbuhan yang cukup penting atau menjadi
andalan dalam skala Kabupaten yang tersebar di beberapa
Kecamatan. Kawasaan ini diharapkan akan bertumbuh menjadi
Perkotaan Orde yang yang lebih tinggi.
b. Pengembangan Wilayah Terpadu Lintas Sektoral
Dalam tata ruang ini ditetapkan prioritas pengembangan terpadu lintas
sektor/kegiatan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 105
1) Kelompoksektor/kegiatan agrokompleks (perikanan, pertanian,
peternakan) - perhubungan – jasa/perdagangan – industri –
energi;
2) Kelompok sektor/kegiatan pertambangan – lingkungan hidup;
3) Kelompok sektor/kegiatan pariwisata – lingkungan hidup.
c. Pengembangan Kawasan Sentra Industri Andalan
1) Pembagian wilayah pengembangan kawasan sentra
produksi/andalan di Provinsi Maluku Utara menjadi tiga bagian,
dengan masing-masing wilayah memiliki kerakteristik yang
berbeda, yaitu:
(a) Kawasan sentra produksi berbasis sumberdaya lokal;
(b) Kawasan andalan segitiga emas Ternate-Tidore-Sofifi;
(c) Kawasan strategis nasional bidang pertahanan dan
keamanan.
2) Kawasan Sentra Produksi Berbasis Sumberdaya Lokal, terdiri
dari:
(a) Kawasan sentra produksi Halmahera Utara, meliputi:
Kecamatan Tobelo, Tobelo Selatan, Galela, Morotai Utara,
Morotai Selatan, Morotai Selatan Barat, Loloda Utara, Kao
dan Malifut;
(b) Kawasan sentra produksi Halmahera Barat, meliputi:
Kecamatan Jailolo, Jailolo Selatan, Sahu, Ibu dan Loloda;
(c) Kawasan sentra produksi Halmahera Timur, meliputi:
Kecamatan Wasile, Maba, Maba Selatan dan Wasile
Selatan;
(d) Kawasan sentra produksi Halmahera Tengah, meliputi:
Kecamatan Weda, Patani dan Pulau Gebe;
(e) Kawasan sentra produksi Kota Ternate, meliputi:
Kecamatan Pulau Ternate, Ternate Selatan, Ternate Utara
dan Moti;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 106
(f) Kawasan sentra produksi Kota Tidore Kepulauan, meliputi:
Kecamatan Tidore, Tidore Selatan, Tidore Utara, Obi Utara
dan Obi;
(g) Kawasan sentra produksi Halmahera Selatan, meliputi:
Kecamatan Pulau Makian, Kayoa, Gane Timur, Gane Barat,
Obi, Obi Selatan, Bacan, Bacan Timur dan Bacan Barat;
(h) Kawasan sentra produksi Kepulauan Sula, meliputi:
Kecamatan Sanana, Mangole Timur, Sulabesi Barat,
Taliabu Barat, Taliabu Timur dan Mangole Barat.
3) Kawasan Andalan Segitiga Emas Ternate-Tidore-Sofifi yang
meliputi Kota Ternate, Tidore dan Sofifi yang membentuk suatu
keterkaitan segitiga pusat pertumbuhan yang menjadi lokomotif
pertumbuhan sektor-sektor jasa dan perdagangan di Provinsi
Maluku Utara. Melalui blok segitiga emas ini maka, terjalin
keterhubungan fungsional dan struktural di tingkat regional antar
Provinsi di wilayah Indonesia bagian timur maupun dalam
konstelasi perhubungan Internasional.
4) Kawasan Andalan Strategis Nasional Bidang Pertahanan dan
Keamanan, yakni di bagian sisi barat wilayah Provinsi Maluku
Utara, dilalui ALKI III (Alur Laut Kepulauan Indonesia III), yang
merupakan jalur lintasan utama pelayaran Internasional dari
Pasifik melewati Indonesia. Dengan adanya ALKI III ini, maka
wilayah Provinsi Maluku Utara khususnya di kawasan perairannya
menjadi suatu kawasan lintasan Internasional yang memerlukan
perhatian ditinjau dari segi pertahanan dan keamanan nasional.
Adanya pangkalan Angkatan Laut (LANAL) di Ternate serta
sebaran sejumlah Pos Angkatan Laut (POSAL) dan fasilitas
Angkatan Udara di Morotai, telah menempatkan Provinsi Maluku
Utara sebagai kawasan yang secara militer mendapat pengawalan
ketat. Dengan demikian, maka jelas bahwa ditinjau dari segi
geopolitik maupun keberadaan berbagai fasilitas militer, telah
menempatkan Provinsi Maluku Utara sebagai Kawasan Andalan
Strategi Pertahanan dan Keamanan Nasional RI.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 107
d. Keterkaitan Struktur Ruang Secara Eksternal
Berdasarkan pola pengembangan wilayah provinsi dan kabupaten hasil
pemekaran serta pergerakan dengan wilayah luar provinsi memiliki
konsekuensi terhadap pola keterkaitan dengan wilayah eksternal berupa
adanya pusat-pusat pelayanan yang berfungsi sebagai "pintu-pintu
keluar-masuk" (multi gate) yaitu merupakan pusat keluar dan masuk di
kawasan laut - pulau beserta daratan/daerah belakangnya. Keberadaan
pusat pelayanan ini sangat dipengaruhi oleh faktor jarak dengan pusat
kegiatan eksternal, ketersediaan pelayanan transportasi baik udara, laut
maupun darat, serta potensi ekonomi dan surnber daya alam yang
dimiliki.Adapun beberapa kawasan yang terdapat di wilayah Provinsi
Maluku Utara yang berfungsi sebagai multi gate antara lain:
1) Pulau Ternate, Pulau Tidore dan Sidangoli (di Pulau Halmahera)
merupakan pintu masuk/keluar utama (main gate) dengan wilayah
luar baik melalui laut maupun udara seperti kota Menado, Bitung
(Sulawesi Utara), Makassar, Surabaya, Sorong (Papua) dan
lainnya;
2) Pulau Morotai merupakan daerah perbatasan bagian Utara
Indonesia yang memiliki potensi keterkaitan dengan wilayah
provinsi lainnya bahkan luar negeri (Filipina, dll);
3) Kota Subaim (kecamatan Wasile) memiliki keterkaitan dengan
kota Surabaya, Sorong dan lainnya;
4) Kawasan pertambangan Nikel di Pulau Gebe (kecamatan Patani),
dan di Lelief di kecamatan Weda memiliki keterkaitan dengan
wilayah luar terkait dengan pemasaran hasil tambang bahkan
hingga ke luar negeri;
5) Kota Bobong (Pulau Taliabu) yang memiliki keterkaitan dengan
wilayah Sulawesi Tengah (Kabupaten Banggai);
6) Pulau Sanana memiliki keterkaitan dengan wilayah di bagian
Selatan provinsi.
Keterkaitan diatas telah berjalan mengikuti pola aktivitas penduduk di
bidang sosial ekonomi serta pola penyediaan dan pelayanan
transportasi baik regional maupun nasional. Terkait dengan
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 108
pengembangan provinsi dan adanya kabupaten baru hasil pemekaran
akan memungkinkan munculnya pusat-pusat (simpul) pelayanan baru
yang di masa mendatang dapat berfungsi sebagai pintu-pintu
keluar/masuk bagi kawasan daratan dan pulau-laut di sekitarnya antara
lain:
1) Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan yang memiliki fungsi
pemerintahan dan pelayanan sebagai daerah otonom kota telah
memiliki pola interaksi dengan wilayah luar terkait dengan aktivitas
sosial ekonomi dan prasarana perhubungan yang tersedia di
dalam kota;
2) Kota Sofifi telah ditetapkan sebagai ibukota pemerintahan Provinsi
Maluku Utara, di masa mendatang memiliki prospek keterkaitan
secara fungsional dan administrasi pemerintahan dengan wilayah
luar;
3) Kota Weda merupakan ibukota pemerintahan kabupaten
Halmahera Tengah yang berpeluang memiliki keterkaitan secara
fungsional dengan wilayah luar kabupaten dan provinsi;
4) Kota Maba merupakan ibukota pemerintahan kabupaten
Halmahera Timur yang berpeluang memiliki keterkaitan secara
fungsional dengan wilayah luar kabupaten dan provinsi untuk
kawasan Pulau Halmahera bagian Timur;
5) Kota Tobelo dikarenakan potensi ekonomi dan prasarana
perhubungan yang dimilikinya, selama ini telah memiliki
keterkaitan dengan wilayah luar seperti kota Manado hingga
Surabaya. Selain itu, akibat fungsi baru yang diemban sebagai
ibukota pemerintahan kabupaten Halmahera Utara maka kota ini
berpeluang sebagai simpul pelayanan di kawasan Pulau
Halmahera bagian Utara yang memiliki keterkaitan dengan
wilayah luar kabupaten maupun provinsi;
6) Kota Labuha merupakan ibukota pemerintahan kabupaten
Halmahera Selatan yang berpeluang memiliki keterkaitan secara
fungsional dengan wilayah luar kabupaten dan provinsi dari
kawasan Pulau Bacan dan Pulau Halmahera bagian Selatan;
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 109
7) Kota Sanana merupakan ibukota pemerintahan kabupaten
Kepulauan Sula yang berpeluang memiliki keterkaitan secara
fungsional dengan wilayah luar kabupaten dan provinsi dari
kepulauan Sula.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 110
Gambar 2.23. Peta Keterkaitan Eksternal Provinsi Maluku Utara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 111
2.3.2.2. Program Penataan Ruang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJPM) Daerah Provinsi Maluku Utara
Program Penataan Ruang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Maluku Utara memiliki tujuan – tujuan yakni :
a. Melengkapi dan menyerasikan peraturan penataan ruang dengan peraturan
lain yang terkait;
b. Harmonisasi pembangunan penataan ruang antar wilayah dan antar negara
dan penetapan kawasan prioritas pembangunan nasional;
c. Mengendalikan pemanfaatan ruang yang efektif dengan menerapkan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan keseimbangan pembangunan antar fungsi;
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan
ruang; serta
e. Mewujudkan sistem kelembagaan penataan ruang yang dapat meningkatkan
koordinasi dan konsultasi antar pihak.
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah:
a. Pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjamin kesesuaian rencana
dengan pelaksanaan, penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan, dan
peningkatan keseimbangan pembangunan antar fungsi;
b. Pelaksanaan sosialisasi penataan ruang dan pelayanan informasi kepada
masyarakat; serta
c. Pemantapan koordinasi dan konsultasi antara pemerintah provinsi dengan
pusat, pemerintah kabupaten/kota dan antar lembaga eksekutif dan legislatif,
serta dengan lembaga dan organisasi masyarakat yang terkait dalam
kegiatan penataan ruang.
2.3.2.3. Kebijakan Sektor Pariwisata Provinsi Maluku Utara
A. VISI PENGEMBANGAN PARIWISATA PROVINSI MALUKU UTARA
Visi pengembangan pariwisata Provinsi Maluku Utara adalah :
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 112
“Menjadikan Provinsi Maluku Utara sebagai Gerbang Virtual Realitas Daerah Tujuan Wisata Alam dan Wisata Budaya yang berkelanjutan dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat”
B. MISI PENGEMBANGAN PARIWISATA PROVINSI MALUKU UTARA
Misi pengembangan pariwisata Provinsi Maluku Utara adalah :
a. Meningkatkan daya saing pariwisata Provinsi Maluku Utara baik pada
tingkat nasional maupun global sehingga mampu meningkatkan
jumlah kunjungan wisata mencapai tiga kali lipat pada tahun 2017,
melalui :
1) Mengembangkan produk-produk wisata andalan yang sudah
ada dan yang potensial dikembangkan (wisata alam, wisata
sejarah, dan wisata budaya) untuk memenuhi standar melalui
perencanaan dan pembangunan yang terstruktur, berwawasan
lingkungan, dan berkelanjutan.
2) Mengembangkan sistem pemasaran dan promosi yang efisien,
efektif dan mengglobal berbasis teknologi informasi.
b. Mengembangkan pariwisata Provinsi Maluku Utara yang berkelanjutan
melalui pembangunan sistem pengelolaan pariwisata secara
collaborative dan berwawasan lingkungan, melalui:
1) Membangun sistem pengelolaan pariwisata berkelanjutan
berbasis teknologi informasi melalui konsolidasi, koordinasi, dan
kolaborasi pemerintah dengan berbagai stakeholders pariwisata.
2) Membangun dan mengembangkan produk-produk wisata
berkelanjutan melalui penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.
3) Meningkatkan pelayanan dan kepuasan pengalaman
pengunjung melalui penyediaan pusat informasi wisata (tourism
information center)Provinsi Maluku Utara berbasis teknologi
informasi.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 113
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM pariwisata melalui
pendidikan, pelatihan, dan magang dengan:
1) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pariwisata dan keterlibatannya dalam pariwisata
melalui sosialisasi kepariwisataan kepada masyarakat dan
stakeholders yang terlibat dalam kepariwisataan Provinsi
Maluku Utara.
2) Meningkatkan kualitas SDM pariwisata di Provinsi Maluku Utara
melalui pendidikan, pelatihan, dan magang kepariwisataan.
d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Provinsi Maluku Utara
melalui pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha-
usaha pendukung pariwisata dengan :
1) Mengembangkan sistem kepariwisataan adat yang mendukung
kepariwisataan Provinsi Maluku Utara.
2) Meningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan
lapangan pekerjaan di sektor pariwisata.
3) Meningkatkan minat investasi bagi masyarakat setempat dan
masyarakat di luar Provinsi Maluku Utara melalui perperbaikan
iklim investasi yang kondusif.
C. KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA PROVINSI MALUKU UTARA
Konsep perencanaan pengembangan pariwisata Provinsi Maluku Utara
harus didasarkan pada prinsip sustainable tourism development.Prinsip
tersebut memuat 4 pilar utama, yaitu keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan
ekologi, keberlanjutan budaya dan keberlanjutan masyarakat. Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Provinsi Maluku Utara harus
memenuhi prinsip-prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan tersebut,
yaitu:
a. Keberlanjutan Ekologi
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 114
Pembangunan pariwisata harus memperhatikan kompatibilitas dan
memelihara proses-proses ekologi yang esensial, keanekaragaman
biologi, dan sumber daya biologi. Keberlanjutan ekologi meliputi :
1) Adanya strategi kebijakan dan pengembangan pariwisata lokal,
regional dan nasional yang berorientasi pada kelestarian sumber
daya lingkungan.
2) Tersedia petunjuk operasional wisata dan dokumen pengelolaan
lingkungan.
3) Baku mutu Amdal digunakan sebagai dasar pengembangan.
4) Desain, perencanaan, pembangunan, dan operasional fasilitas-
fasilitas menggunakan prinsip-prinsip keberlanjutan.
5) Pariwisata di kawasan lindung dimasukkan kedalam rencana
pengelolaan.
6) Mengawasi dan mengadakan riset tentang dampak aktual
wisatawan.
7) Mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima diantara
wisatawan.
8) Mengangkat perilaku wisatawan yang bertanggung jawab.
b. Keberlanjutan Budaya
Meningkatkan pengawasan masyarakat setempat melalui
kehidupannya dan harmonis dengan budaya dan nilai-nilai
masyarakat. Keberlanjutan budaya meliputi:
1) Wisata sebaiknya diinisiasi melalui masukan dari tokoh-tokoh
masyarakat setempat.
2) Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan dan mengelola sumber daya alam dan warisan
sejarah/budaya.
3) Melindungi keragaman budaya.
4) Menghargai lahan milik penduduk sekitar dan hak ulayat.
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 115
5) Menjamin perlindungan alam, budaya tradisional, dan
pengetahuan tradisional.
6) Bekerjasama secara aktif dengan tokoh-tokoh masyarakat dan
kelompok minoritas untuk menjamin bahwa masyarakat dan
budaya lokal digambarkan secara benar.
7) Memperkuat, mengasuh, dan memajukan kemampuan
masyarakat untuk memelihara keterampilan tradisional.
8) Mendidik wisatawan dan industri pariwisata berkaitan dengan
perilaku yang diinginkan dan yang dapat diterima oleh
masyarakat setempat.
c. Keberlanjutan Masyarakat
Pariwisata dirancang untuk memberikan keuntungan bagi masyarakat
lokal dan memberikan pendapatan bagi masyarakat tersebut.
Keberlanjutan masyarakat meliputi :
1) Masyarakat sebaiknya ikut terlibat dalam memelihara kendali
pembangunan pariwisata.
2) Pariwisata sebaiknya menyediakan lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar.
3) Menganjurkan para bisnis pariwisata untuk meminimalkan efek
negatif terhadap masyarakat lokal dan memberi efek positif
terhadapnya.
4) Menjamin distribusi keuntungan yang seimbang.
5) Menyediakan insentif finasial bagi usaha lokal yang masuk dalam
pariwisata.
6) Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia lokal.
d. Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi dalam hal ini adalah pariwisata tidak hanya
memberikan keuntungan dalam pendek tapi juga dalam jangka
menengah dan jangka panjang. Keberlanjutan ekonomi ini meliputi:
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 116
1) Membangun jejaring mitra bisnis baik berkala kecil maupun
berskala multinasional.
2) Menggunakan standar bertaraf internasional untuk pelatihan dan
sertifikasi.
3) Mempromosikan perilaku sadar lingkungan dan etika lokal
kepada para wisatawan.
4) Menyediakan produk wisata yang beragam dengan
mengembangkan berbagai aktivitas yang menarik bagi para
wisatawan.
5) Menyediakan dana untuk kegiatan pelatihan, pemasaran, dan
pengembangan produk wisata.
6) Menyediakan insentif bagi bisnis pariwisata yang melaksanakan
prinsip-prinsip keberlanjutan.
D. STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU UTARA
Strategi-strategi pengembangan pariwisata Provinsi Maluku Utara terdiri
dari:
a. Strategi pengembangan obyek wisata agar berdaya saing nasional,
regional, dan global, serta berkelanjutan. Adapun obyek wisata tersebut
terdiri dari obyek wisata pantai, bahari, pegunungan / hutan, pertanian
(agrowisata), budaya, sejarah, dan museum. Perencanaan obyek-
obyek wisata di Provinsi Maluku Utara diarahkan untuk memenuhi
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1) Konsep Konservasi dan Preservasi. Pengembangan pariwisata
Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan, yaitu konservasi dan
preservasi obyek-obyek wisata, minimalisasi dampak lingkungan
dan dampak sosial, serta memberi kesejahteraan pada
masyarakat.
2) Konsep Fungsional dan Estetika. Konsep fungsional disini adalah
konsep yang sesuai dengan fungsi kawasan wisata yang telah
ditetapkan. Konsep Estetika kawasan merupakan konsep yang
memberikan daya tarik baik dan pengalaman (experience) secara
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 117
visual maupun non-visual seperti sound, smell, tactility, dan taste
sehingga para wisatawan dapat menikmati setiap obyek wisata
yang dikunjunginya.
3) Konsep Low Maintenance atau tingkat pemeliharaan seminimal
mungkin. Hal ini mengingat kemampuan dana pemeliharaan yang
relatif rendah.Untuk mengatasi rendahnya anggaran pemeliharaan
obyek-obyek wisata, desain, dan pengembangan harus
mengakomodasi konsep low maintenance.
b. Strategi Perencanaan Paket Wisata
c. Strategi pengembangan sarana dan prasarana pendukung pariwisata
untuk mencapai sistem kepariwisataan yang berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan serta berpihak pada masyarakat.
d. Strategi peningkatan kualitas profesionalisme sumberdaya manusia
pariwisata melalui pendidikan, pelatihan, dan magang.
e. Strategi promosi dan pemasaran melalui pengembangan institusi
pariwisata dengan sistem pengelolaan yang melibatkan pihak-pihak
terkait.
f. Strategi pengembangan ekonomi dan investasi berbasis kesejahteraan
masyarakat setempat.
g. Strategi pengembangan sistem pengelolaan dan pemantauan
lingkungan menuju sistem kepariwisataan berkelanjutan.
2.1. PROFIL UMUM WILAYAH PERENCANAAN 1
2.1.1. BATAS ADMINISTRATIF PROVINSI MALUKU UTARA 12.1.1.1. Kota Ternate 52.1.1.2. Kota Tidore Kepulauan 72.1.1.3. Kabupaten Halmahera Barat 92.1.1.4. Kabupaten Halmahera Tengah 102.1.1.5. Kabupaten Halmahera Utara 122.1.1.6. Kabupaten Halmahera Selatan 132.1.1.7. Kabupaten Halmahera Timur 142.1.1.8. Kabupaten Kepulauan Sula 15
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 118
2.1.1.9. Kabupaten Morotai 16
2.1.2. KONDISI GEOGRAFIS 182.1.2.1. Topografi 182.1.2.2. Iklim dan Cuaca 192.1.2.3. Kondisi Geologi dan Fisiografi 202.1.2.4. Hidrologi 212.1.2.5. Gelombang 252.1.2.6. Sumberdaya Hutan 262.1.2.7. Flora dan Fauna 282.1.2.8. Sumberdaya Ekosistem Pesisir dan Laut 28
2.2. PROFIL KEPARIWISATAAN WILAYAH PERENCANAAN 41
2.2.1. DAYA TARIK WISATA 412.2.1.1. Kota Ternate 422.2.1.2. Kota Tidore Kepulauan 452.2.1.3. Kabupaten Halmahera Barat 462.2.1.4. Kabupaten Halmahera Tengah 472.2.1.5. Kabupaten Halmahera Utara 482.2.1.6. Kabupaten Halmahera Selatan 502.2.1.7. Kabupaten Halmahera Timur 522.2.1.8. Kabupaten Kepulauan Sula 532.2.1.9. Kabupaten Morotai 53
2.2.2. AKSESIBILITAS 552.2.2.1. Aksesibilitas Darat 552.2.2.2. Aksesibilitas Udara 572.2.2.3. Aksesibilitas Laut 60
2.2.3. FASILITAS KEPARIWISATAAN 642.2.3.1. Sarana Akomodasi dan Rumah Makan 642.2.3.2. Usaha Perjalanan Pariwisata 652.2.3.3. Usaha Cinderamata 65
2.2.4. FASILITAS UMUM PENDUKUNG KEPARIWISATAAN 652.2.4.1. Listrik 652.2.4.2. Pos dan Telekomunikasi 672.2.4.3. Air Bersih 692.2.4.4. Drainase 73
2.2.5. PASAR 742.2.5.1. Segmentasi dan Profil Kunjungan 742.2.5.2. Program Pemasaran yang Ada 75
2.2.6. INDUSTRI KEPARIWISATAAN 772.2.6.1. Kategori Daya Tarik Wisata 772.2.6.2. Kategori Transportasi Wisata 77
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 119
2.2.6.3. Kategori Fasilitas Pariwisata/ Akomodasi dan MICE 772.2.6.4. Kategori Konsultasi, Informasi, dan Jasa lainnya 78
2.2.7. KELEMBAGAAN DAN SDM 782.2.7.1. Organisasi 78A. Sektor Pemerintah 78B. Sektor Swasta 792.2.7.2. Sumberdaya Manusia 79
2.3. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN TERKAIT DENGAN PROVINSI MALUKU UTARA 80
2.3.1. TINJAUAN KEBIJAKAN NASIONAL 802.3.1.1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun Tahun 2008 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) 802.3.1.2. Keppres Nomor 120 Tahun 1993 Tentang Dewan Pengembangan KTI (DP-KTI) 83
2.3.2. TINJAUAN KEBIJAKAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA 862.3.2.1. Perda RTRW Provinsi Maluku Utara Tahun 2007 – 2027 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah provinsi Maluku Utara Tahun 2007 – 2027 862.3.2.2. Program Penataan Ruang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJPM) Daerah
Provinsi Maluku Utara 1152.3.2.3. Kebijakan Sektor Pariwisata Provinsi Maluku Utara 115
GAMBAR 2.1. PETA ADMINISTRATIF PROVINSI MALUKU UTARA 4GAMBAR 2.2. PETA KOTA TERNATE 5GAMBAR 2.3. PETA TIDORE KEPULAUAN 7GAMBAR 2.4. PETA KABUPATEN HALMAHERA BARAT 9GAMBAR 2.5. PETA KABUPATEN HALMAHERATENGAH 10GAMBAR 2.6. PETA KABUPATEN HALMAHERA UTARA 12GAMBAR 2.7. PETA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN 13GAMBAR 2.8. PETA KABUPATEN HALMAHERA TIMUR 14GAMBAR 2.9. PETA KABUPATEN SULA 15GAMBAR 2.10. PETA KABUPATEN MOROTAI 16GAMBAR 2.11. CONTOH ILUSTRASI GELOMBANG YANG TERJADI PADA
BULAN FEBRUARI 2008 25GAMBAR 2.12. KERAGAMAN FLORA DAN FAUNA MALUKU UTARA 28GAMBAR 2.13. TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN MALUKU UTARA 32GAMBAR 2.14. JENIS BAKAU YANG TERDAPAT DI MALUKU UTARA 33GAMBAR 2.15. SEBARAN POTENSI PERIKANAN DI WILAYAH PROVINSI
MALUKU UTARA 37GAMBAR 2.16. PETA SEBARAN DAYA TARIK WISATA DI MALUKU UTARA 41GAMBAR 2.17. PENERBANGAN MENUJU MALUKU UTARA (BANDARA SULTAN
BABULLAH) 59GAMBAR 2.18. PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH PROVINSI
MALUKU UTARA 82
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 120
GAMBAR 2.19. PETA GUGUS PULAU PROVINSI MALUKU UTARA 94GAMBAR 2.20. PETA RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI DI
PROVINSI MALUKU UTARA 99GAMBAR 2.21. PETA KAWASAN LINDUNG DI PROVINSI MALUKU UTARA 101GAMBAR 2.22. PETA RENCANA KAWASAN LINDUNG DAN ARAHAN
PENGEMBANGAN BUDIDAYA DI PROVINSI MALUKU UTARA 102GAMBAR 2.23. PETA KETERKAITAN EKSTERNAL PROVINSI MALUKU UTARA 114
TABEL 2.1. LUAS WILAYAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI MALUKU UTARA 1TABEL 2.2. BATAS WILAYAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI MALUKU
UTARA 2TABEL 2.3. PULAU DI KOTA TERNATE 6TABEL 2.4. SEBARAN GUNUNG DI PROVINSI MALUKU UTARA 18TABEL 2.5. KEADAAN IKLIM PROVINSI MALUKU UTARA 19TABEL 2.6. POTENSI DEBIT MATA AIR SUMBER AIR BERSIH DI PROVINSI
MALUKU UTARA 22TABEL 2.7. DAFTAR SUNGAI DI PROVINSI MALUKU UTARA 23TABEL 2.8. DAFTAR DAERAH ALIRAN SUNGAI DI PROVINSI MALUKU
UTARA 24TABEL 2.9. SUNGAI DAN KAWASAN POTENSI EMBUNG DI PROVINSI
MALUKU UTARA 24TABEL 2.10. SEBARAN DAN LUAS STATUS KAWASAN HUTAN DI PROVINSI
MALUKU UTARA 27TABEL 2.11. EKOSISTEM PESISIR DAN LAUTAN WILAYAH PESISIR 32TABEL 2.12. MANFAAT LAMUN BAGI MASYARAKAT 34TABEL 2.13. JENIS SUMBER DAYA IKAN DAN POTENSI SERTA
ESTIMASINYA TAHUN 2005 36TABEL 2.14. DISTRIBUSI POTENSI SUMBERDAYA IKAN DI
KABUPATEN/KOTA 37TABEL 2.15. PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP SAMPAI DENGAN TAHUN
2005 38TABEL 2.16. POTENSI LUAS LAHAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI
MALUKU UTARA TAHUN 2005 39TABEL 2.17. PENCAPAIAN PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TAHUN 2005 40TABEL 2.18. PEMANFAATAN LUAS AREAL BUDIDAYA BERDASARKAN
JENIS USAHA TAHUN 2004 DAN 2005 40TABEL 2.19. DATA KONDISI JALAN BERDASARKAN JENIS PERKERASAN DI
PROVINSI MALUKU UTARA 56TABEL 2.20. KONDISI BANDAR UDARA DI PROVINSI MALUKU UTARA
BESERTA JADWALPENERBANGANNYA TAHUN 2003 59TABEL 2.21. PELABUHAN LAUT DI PROVINSI MALUKU UTARA 63TABEL 2.22. JUMLAH HOTEL DAN PENGINAPAN DI PROVINSI MALUKU
UTARA 64
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 121
TABEL 2.23. PRODUKSI LISTRIK YANG DIBANGKITKAN MENURUT CABANG DI PROVINSI MALUKU UTARA 66
TABEL 2.24. JUMLAH KANTOR POS DAN KANTOR PEMBANTU DI PROVINSI MALUKU UTARA 68
TABEL 2.25. SARANA TELEKOMUNIKASI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2005 68
TABEL 2.26. STANDAR PEMAKAIAN AIR BERSIH UNTUK KOTA KECIL 71TABEL 2.27. PELANGGAN DAN PRODUKSI PDAM DI PROVINSI MALUKU
UTARA 72
Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara II - 122