kepercayaan dir 5 dan remaja
DESCRIPTION
dddaTRANSCRIPT
KEPERCAYAAN DIRI
REMAJA PUTRI OVERWEIGHT
DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
SKRIPSI
DIAN MUSTIKA SARI 02.40.0098
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2006
i
KEPERCAYAAN DIRI
REMAJA PUTRI OVERWEIGHT
DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
DIAN MUSTIKA SARI 02.40.0098
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2006
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Guna Memperoleh Derajat Psikologi
Pada Tanggal
Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
Dekan,
(Drs. M. Suharsono, Msi)
Dewan Penguji
1. Drs. Pius Heru Priyanto, M.Si ___________________
2. Dra. M. Yang Roswita, M.Si ___________________
3. Drs. HM. Edy Widiyatmadi, M.Si ___________________
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Sederhana ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus, Bapa yang Baik
Keluargaku yang telah memberi warna dalam hidupku dengan
keunikan mereka
Serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung tanpa
kenal lelah
iv
HALAMAN MOTTO
Tidak ada kebenaran yang benar-benar absolute
Semua tergantung bagaimana cara pandang kita
Sesuatu yang putih bisa tampak hitam dan sesuatu yang hitam,
tampak putih di mata kita.
Jika kita sungguh-sungguh melakukan apa yang sanggup kita
lakukan,
kita akan membuat diri kita bangga dalam arti yang sesunguhnya.
- Thomas Edison –
Yakinkanlah,
bahwa kehidupan yang anda kejar
cukup berharga untuk diperjuangkan sampai mati.
- Charles Mayes -
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah Bapa di Surga atas berkat, karunia dan
limpahan kasihNya yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Kepercayaan Diri Remaja Putri
Overweight ditinjau dari Dukungan Sosial”
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan
dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan , doa dan dorongan
dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat selesai.
Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, peneliti
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Bapak Drs. M. Suharsono, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.
2. Bapak Siswanto, S.Psi. M.Si selaku dosen wali, yang telah membantu
dan memberikan bimbingan serta dukungan dari awal kuliah sampai saat
ini.
3. Ibu Dra. M. Yang Roswita, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang
telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk
membimbing, memberi saran dan dorongan hingga terselesaikannya
skripsi ini.
4. Semua Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Unika
Soegijapranata Semarang yang telah memberikan ilmunya dan
pengalaman sebagai pengetahuan baru kepada peneliti
vi
5. Seluruh staf TU (Tata Usaha) Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Unika Soegijapranata Semarang yang telah banyak membantu dalam
segala urusan administrasi maupun birokrasi.
6. Kepala Kelurahan Panggung Lor beserta para stafnya yang telah
memberi ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di Tanah
Mas
7. Seluruh warga Tanah Mas terutama para remaja putri yang telah
bersedia membantu peneliti mengisi skala penelitian.
8. Kedua orang tuaku yang telah meberi warna dalam kehidupanku dengan
semua keunikan mereka.
9. Adikku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, nasehat dan
dukungan bagi peneliti.
10. Cek Ho sekeluarga yang telah memberikan dukungan serta bantuan
materi dan perhatian sehingga peneliti dapat melanjutkan pendidikan
hingga Perguruan Tinggi.
11. Ko Ing, Tio Hwat, Cek Hwie dan tante Atik sekeluarga, Cek Jun dan
tante Nanik yang telah memberikan banyak perhatian dan menjadi
tempat berbagi suka dan duka.
12. Para sahabat dan teman-temanku:Dessy, Inul (Dini), Buto (ivan), Sugie,
Maya, Tete, Jane, Pipi, Kemput, Belinda, Bona, Linda, Lia, Bagonk
(Angga), Gambuz (Stevanus A) Tommy, Apiau, Kristian, yang telah
vii
mendorong peneliti untuk lebih percaya diri dan mengajarkan arti
pertemanan sejati.
13. Para petugas perpustakaan Fakultas: Tommy, Wiwid, Monop, Putri,
yang telah menemani dan membantu peneliti dalam mencari buku.
14. special untuk Lintang, terima kasih untuk pengolahan datanya dan
pelajarannya sehingga peneliti benar-benar mengerti akan data yang
diperoleh dan cara pengukurannya.
15. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang
teleh membantu peneliti selama ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini
jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik demi
kebaikan peneliti di masa datang Semoga karya sederhana ini dapet
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan almamater pada
khususnya.
Semarang, September 2007
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………. I
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………..………….. iv
HALAMAN MOTTO……………………………………………….... v
UCAPAN TERIMA KASIH……….………………………………… vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………. xii
DAFTAR LAMPIRAN………..……………………………………... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1
B. Tujuan Penelitian…………………………………………. 9
C. Manfaat Penelitian………………………………………... 9
1. Manfaat Teoritis…………………………………...... 9
2. Manfaat Praktis……………………………………… 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight……………... 10
1. Pengertian Kepercayaan Diri Remaja Putri
Overweight………………………………………………..
10
a. Pengertian Kepercayaan diri…………………… 10
b. Perkembangan Pada Masa Remaja…………….. 12
c. Pengertian dan Pengukuran Overweight.……….. 14
2. Karakteristik Kepercayaan Diri……………………... 18
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri 23
ix
B. Dukungan Sosial………..………………………..….......... 28
1. Pengertian Dukungan Sosial……………..…………. 28
2. Jenis-jenis Dukungan Sosial………………………... 30
C. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kepercayaan
Diri pada Remaja Putri Overweight………..……………...
33
D. Hipotesis………………………………………………….. 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian…………………………... 37
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………… 37
1. Kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight……….. 37
2. Dukungan Sosial…………………………..………... 38
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel………………. 38
1. Populasi……………………………………………... 38
2. Teknik Pengambilan Sampel……………...………… 39
D. Metode Pengumpulan Data……………………………….. 40
1. Skala Kepercayaan Diri pada Remaja Putri
Overweight…………………………………………..
41
2. Skala Dukungan Sosial……………...……………… 43
E. Validitas dan Reliabilitas…………………………………. 45
1. Validitas Alat Ukur…………………………………. 45
2. Reliabilitas Alat Ukur………………………………. 46
F. Metode Analisis Data…………………………………….. 47
BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Orientasi Kancah Penelitian dan Persiapan Penelitian…… 48
1. Orientasi Kancah Penelitian……………...…………. 48
x
2. Persiapan Penelitian………………………………… 49
B. Pelaksanaan Penelitian……………………………………. 52
C. Uji Validitas dan Reliabilitas……………………………... 54
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kepercayaan
Diri .............................................................................
54
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial 55
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………..…………………………. 57
1. Uji Asumsi………………………………………….. 57
a. Uji Normalitas………………………………….. 57
b. Uji Linearitas………...………………………… 58
2. Uji Hipotesis………………………………………… 58
B. Pembahasan………………………………………………. 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………...…... 64
B. Saran……………………………………………………… 64
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………… 70
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Berat Badan Ideal Berdasarkan Tinggi Badan Menurut
Baku Harvard……………………………………………..
16
Tabel 2 Rancangan Sebaran Skala Item Kepercayaan Diri Remaja
Putri Overweight ………………..………………...............
43
Tabel 3 Rancangan Sebaran Skala Item Dukungan Sosial ……….. 44
Tabel 4 Sebaran Nomor Item Skala Kepercayaan Diri pada
Remaja Putri Overweight…………………………….……
50
Tabel 5 Sebaran Nomor item Skala Dukungan Sosial…………….. 51
Tabel 6 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kepercayaan Diri
pada Remaja Putri Overweight……………………...…….
55
Tabel 7 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Dukungan
Sosial………………………………………………………
56
Tabel 8 Pengelompokan berat Badan Overweight dan Obesitas….. 116
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN
A-1 Skala Kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight………... 71
A-2 Skala Dukungan Sosial……………………………............ 75
LAMPIRAN B DATA KASAR PENELITIAN
B-1 Data Kasar Skala Kepercayaan Diri Remaja Putri
Overweigt………………………………………………………..
78
B-2 Data Kasar Skala Dukungan Sosial………………………. 82
LAMPIRAN C UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
C-1 Skala Kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight………... 86
C-2 Skala Dukungan Sosial……………………………............ 95
LAMPIRAN D DATA PENELITIAN
D-1 Data Item Valid Skala Kepercayaan Diri pada Remaja
Putri Overweight……………………………………..……
100
D-2 Data item Valid Skala Dukungan Sosial………...……….. 104
LAMPIRAN E UJI ASUMSI
E-1 Uji Normalitas………………………………….………… 107
E-2 uji Linieritas…………………………………….………… 110
LAMPIRAN F ANALISIS DATA…………………………………… 113
LAMPIRAN G SURAT IJIN DAN BUKTI PENELITIAN…………. 115
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan remaja senantiasa menarik untuk dibicarakan karena
kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Ibarat
sebuah rumah, jika kehidupan masa anak adalah pondasi yang menentukan
kehidupan selanjutnya, maka pada masa remaja individu bagaikan rumah
yang sudah terbentuk dan setelah masuk masa dewasa rumah tersebut tidak
mengalami perubahan yang besar. Artinya perilaku atau sikap seseorang
terbentuk sejak masa anak-anak dan akan semakin diperkuat pada masa
remaja, pengaruh dari luar maupun dalam diri individu akan mempengaruhi
perilakunya pada saat dewasa.
Sarwono (1994,h.51) mengatakan masa remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam arti psikologis
tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi inilah yang
merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan
psikologis muncul sebagai akibat dari perubahan fisik. Hall (dalam
Rahmawati, 2006,h.21) menyebut masa ini sebagai masa “storm dan
stress”.
Dalam perkembangannya remaja disibukkan dengan tubuh mereka
dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka,
masalah penampilan pada remaja putri menjadi hal utama sehingga dapat
berpengaruh terhadap perkembangan kepercayaan dirinya. Semua wanita
terutama remaja putri tentu ingin memiliki tubuh langsing dan menarik
1
sesuai dengan persepsi budaya kita tentang citra perempuan ideal dimata
masyarakat dengan tubuh seperti bintang film atau gadis-gadis yang
menghiasi majalah. Remaja putri menganggap bahwa memiliki tubuh ideal
dapat lebih unggul dan menjadi pusat perhatian diantara teman-temannya
dan menjadi individu yang penuh percaya diri.
Adanya keinginan untuk diterima dan diakui dalam kelompok, serta
ketertarikan terhadap lawan jenis sangat besar, hal ini memicu remaja putri
untuk lebih memperhatikan penampilannya. Tubuh yang langsing bukan
hanya akan menambah rasa percaya diri namun juga dapat menghindarkan
resiko penyakit yang menyertai kelebihan berat badan. Sedangkan keadaan
remaja putri yang mengalami overweight bukan hanya dapat menurunkan
daya tarik dan penampilan saja, namun juga dapat mengganggu kesehatan
dan menimbulkan masalah psikologis dan sosial. Bentuk badan yang
cenderung agak lebar, berbeda dari teman-teman sebayanya yang memiliki
tubuh ideal menyebabkan remaja putri mengalami krisis percaya diri.
Kelebihan berat badan hingga kegemukan bukan hanya terjadi di
Indonesia, namun lebih menjadi masalah global di seluruh dunia. Hal ini
tampak pada penelitian World Health Organization (dikutip naked-
traveler.blogspot.com, 2007) baru-baru ini tentang “Negara tergendut di
dunia” , ternyata persentasi kegemukan orang Indonesia adalah 16,1% dari
jumlah penduduknya dan menempati urutan ke 175 dari 194 negara di
dunia. Kemajauan di bidang pengetahuan ekonomi dan teknologi telah
menciptakan suatu lingkungan dengan gaya hidup cenderung sedentary atau
kurang gerak dan pola makanan enak yang tinggi kalori dan lemak. Oleh
sebab itu Atkinson, dkk (dalam Rahmawati, 2006,h.3) berpendapat bahwa
2
kalori yang tinggi dalam tubuh tersebut apabila tidak digunakan secara
seimbang maka diubah menjadi lemak yang akan menimbulkan obesitas.
Mengutip hasil survey nasional 1996-1997 di ibu kota seluruh
Indonesia yang ditulis Hadi (dalam www.kompas.com, 2005), ditemukan
bahwa 8,1% laki-laki (lebih dari 18 tahun) mengalami overweight
(kelebihan berat badan), dan 6,8% mengalami obesitas (kegemukan).
Sedangkan perempuan 10,5% overweight dan 13,8% obesitas. Obesitas dan
overweight menurut Sjarif (dalam Rahmawati, 2006,h.8) adalah dua istilah
yang sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan.
Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda.
Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat
badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau
jaringan non-lemak, misalnya seorang atlit binaragawan kelebihan berat
badan dapat disebabkan oleh hipertrofi otot. Hal ini didukung dengan
pernyataan Wiwid (dalam www.pikiran-rakyat.com) yang menyatakan
bahwa overweight adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang
abnormal dengan batasan berat badan antara 10-20% dari berat badan
normal. Sementara obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai
penumpukan jaringan lemak tubuh yang abnormal, dengan batasan berat
badan di atas 20% dari berat badan normal. Overweight dan obesitas
diketahui dapat memicu beberapa penyakit degeneratif, seperti jantung
koroner, diabetes mellitus tipe 2, hipertensi dan dislipidemia. Selain itu
overweight dan obesitas juga dapat menyebabkan peradangan dan nyeri
sendi, kesulitan bernapas,berhenti napas saat tidur, gangguan menstruasi,
3
serta beberapa gangguan kesuburan (www.kompas.com, kolom kesehatan,
2003).
Dalam perkembangannya overweight dapat diketahui dengan
menggunakan BMI (Body Mass Index) dan pengukuran berat badan ideal.
BMI adalah rasio antara tinggi badan dan berat badan yang kurang lebih
memberi gambaran akurat tentang proporsi lemak terhadap otot dan tubuh.
Cara pengukuran BMI dengan membagi berat badan (dalam kg) dengan
kuadrat tinggi badan (dalam m). Individu dengan hasil bmi 25-29,9
diakatakan mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan bmi 30 atau
lebih dikatakan mengalami obesitas sedangkan berat badan ideal diukur
dengan menggunakan cara, mengurangi tinggi badan (dalam cm) dengan
100, kemudian hasilnya dikurangi 10%-nya. Untuk mengetahui individu
yang kelebihan berat badan dengan menambahkan 10% dari hasilnya, dan
dikatakan obesitas bila 20% diatas berat ideal (dalam the weight book,
2002,h.7).
Selain masalah kesehatan, kelebihan berat badan juga berkaitan
dengan masalah psikologis dan sosial. Overweight dapat menyebabkan
masalah rendah diri , remaja yang mengalami overweight terkadang terlalu
memperhatikan bentuk tubuhnya yang berbeda dari teman-temannya. Hal
ini akan memunculkan perasaan kurang berharga terhadap diri sendiri yang
akan berkembang menjadi kurang percaya diri. Kesadaran bahwa
penampilan semakin penting dalam kehidupan sosial akan membuat
keprihatinan semakin bertambah. Semakin kuat keprihatinan remaja akan
dukungan sosial pada dirinya, kekhawatiran pada penampilan dirinya
semakin bertambah. Remaja putri cenderung lebih prihatin pada
4
penampilan diri daripada remaja putra karena remaja putri lebih sadar
bahwa penampilan diri memiliki peranan yang lebih penting dalam
dukungan sosial dibandingkan dengan remaja putra.
Seringkali orangtua dan masyarakat meletakkan standar dan harapan
yang kurang realistik terhadap remaja. Tanpa sadar orangtua suka
membanding-bandingkan anaknya, membicarakan kelebihan anak lain di
depan anaknya sendiri yang tanpa mereka sadari dapat menjatuhkan harga
diri anak. Selain itu, tanpa sadar masyarakat sering menciptakan trend yang
dijadikan patokan sebuah prestasi atau penerimaan sosial. Harapan orangtua
dan masyarakat yang tidak riil pada akhirnya membuat remaja tertekan dan
mendorong remaja tumbuh menjadi individu yang tidak bisa menerima
dirinya karena setiap orang mengharapkan dirinya memenuhi harapan
sosial. Akhirnya remaja tumbuh menjadi individu yang kurang percaya diri,
individu yang mempunyai pola pikir bahwa untuk diterima, dihargai,
dicintai dan diakui harus menyenangkan orang lain dan mengikuti
keinginan mereka yang artinya individu tersebut tidak melakukannya
dengan sepenuh hati namun hanya karena terpaksa. Remaja yang memiliki
kepercayaan diri yang rendah lebih mudah menyerah dan tidak dapat bebas
mengekspresikan perasaannya.
Menurut Rosen dan Reiter (1996, dalam Asri, 2004,h.288) ketidak
puasan pada bentuk tubuh adalah keterpakuan pikiran akan penilaian yang
negatif terhadap tampilan fisik dan perasaan malu dengan keadaan fisiknya
ketika berada di lingkungan sosial. Individu ini akan merasa kurang percaya
diri dan timbul rasa cemas ketika individu tersebut mengalami konflik batin
dan tekanan perasaan.
5
Kepercayaan diri remaja putri juga dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, kondisi lingkungan yang terlalu menekan remaja putri yang
overweight baik dari keluarga, pandangan tetangga dan teman-teman secara
tidak langsung mempengaruhi perilaku remaja putri. Biasanya tekanan itu
dapat berupa perbandingan tubuh remaja dengan tetangga yang lain, dan
komentar keluarga dan orang lain terhadap tubuh remaja putri, kurang dapat
diterima dalam pergaulan teman-teman secara terus menerus membuat
perasaan menjadi tidak nyaman. Namun ada beberapa remaja putri yang
tidak terlalu perduli terhadap penampilan mereka karena mereka merasa
nyaman dan memandang bentuk badannya tidak terlalu lebar dan teman-
temannya tidak pernah mempermasalahkan bentuk bandannya.
Loekmono (dalam Puspitasari, 1999,h.10) menyatakan secara formal
dapat digambarkan bahwa rasa percaya diri merupakan gabungan dari
pandangan positif terhadap diri sendiri, harga diri dan rasa aman. Rasa
percaya diri tidak terbentuk dengan sendirinya. Keseluruhan kepribadian
anak hubungan dengan orang-orang yang dianggapnya penting,
lingkungannya dan kehidupannya sehari-hari, semuanya itu mempengaruhi
pertumbuhan percaya diri anak. Lebih Hal ini didukung oleh pendapat
Breneche dan Amich (dalam Patriani, 2006,h.11) yang mengatakan bahwa
kepercayaan diri merupakan suatu perasaan cukup aman dan tahu tentang
sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan individu sehingga tidak perlu
membandingkan lagi dengan orang lain. Melalui evaluasi diri seseorang
dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang kemudian
akan berkembang menjadi kepercayaan diri (Coleman dalam Martani,
1991,h.18).
6
Perasaan diterima dan didukung oleh lingkungan sosial serta
penerimaan pada diri sendiri merupakan salah satu unsur kebahagiaan
dalam kehidupan seseorang. Agar merasa puas dan bahagia dengan
kehidupannya, remaja tidak hanya menyukai dan menerima diri sendiri
tetapi juga merasa bahwa ia diterima oleh orang lain. Semakin menyukai
dan menerima diri sendiri maka remaja semakin bahagia dan kepercayaan
dirinya akan meningkat. Demikian pula halnya, semakin banyak orang yang
menyukai dan menerima diri remaja, semakin remaja merasa puas dengan
statusnya di dalam kelompok sosial (Hurlock, 1992,h.201). Hal ini menjadi
modal dalam pembentukan kepercayaan diri remaja. Remaja putri yang
mengalami kelebihan berat badan membutuhkan dukungan sosial dari
orang-orang di sekitarnya ,sebab dukungan sosial menjadi salah satu unsur
kebahagiaan dalam kehidupan seseorang. Dukungan sosial mengacu pada
kesenangan yang dirasakan, pengenaan akan kepedulian, atau membantu
dan menerima pertolongan dari orang lain atau kelompok lain (Sarafino
dalam Smet, 1994,h.136). lebih lanjut Smet (1994,h.135) mengatakan
bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non
verbal, bantuan nyata berupa tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial
atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional
atau efek perilaku bagi pihak penerimanya. Dalam hal ini remaja putri yang
merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena
diperhatikan, sehingga remaja putri mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.
Masalah overweight dan obesitas sering membuat remaja putri
tertekan sehingga dapat menyebabkan ketidak stabilan emosi dan rentan
7
terhadap stres. Oleh sebab itu remaja putri membutuhkan orang-orang yang
mau mendukungnya dan tidak memojokkannya (dalam www.e-
psikologi.com). Menurut Piotnik dan Molenaver (dalam Prameswari,
2006,h.5) sistem dukungan sosial membantu remaja putri memobilisasi
sumber-sumber ketegangan untuk mengontrol emosi dan situasi-situasi
yang penuh stres. Salah satu strategi yang diharapkan dapat membantu
remaja putri dalam menghadapi stres adalah mencari dukungan dari
lingkungan sekitarnya. Salah satu dukungan yang dapat diberikan pada
remaja putri yang overweight adalah dukungan emosional. Dukungan ini
melibatkan rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga individu
tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan (Sarafino dalam
Prameswari, 2006, h.6). Selain dukungan emosional, dukungan yang dapat
diberikan pada remaja putri yang overweight dapat berupa penghargaan,
dukungan instrumental dan dukungan informasi. Menurut Nowinski (dalam
Retnowati, 2005,h.78) dukungan sosial sangat berguna dalam usaha
meningkatkan harga diri serta membangkitkan kepercayaan diri dan
memberikan keyakinan pada diri seseorang.
Orang yang kegemukan (obesitas) akan mengakibatkan tidak
percaya diri, dan pada kenyataannya bukan hanya orang yang kegemukan
saja yang tdak percaya diri. Remaja putri yang berat badannya berlebih
(overweight) juga mengalami masalah kurang percaya diri, oleh sebab itu
penelitian ini menggunakan remaja putri yang overweight.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa remaja
putri overweight di sekitar tempat tinggal peneliti, diketahui bahwa bentuk
tubuh memang secara tidak langsung mempengaruhi perilaku mereka. Ada
8
beberapa remaja putri yang merasa kurang percaya diri bila berhadapan
dengan orang yang baru dikenal atau dengan lawan jenisnya. Mereka
tampak pemalu dan canggung sehingga terkesan sebagai orang yang
pendiam..Oleh karena itu remaja putri melakukan diet untuk memiliki
badan yang ideal, agar dapat diperhatikan oleh lawan jenis dan lebih
percaya diri bila bertemu orang yang baru dikenal. Sejauh ini yang paling
memotivasi remaja putri untuk melakukan diet dan memperhatikan
penampilan adalah karena adanya ketertarikan terhadap lawan jenis.
B. Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial
dengan kepercayaan diri remaja putri yang overweight?
C. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi
sumbangan bagi berkembangnya psikologi terutama dalam bidang
psikologi perkembangan, psikologi kesehatan, psikologi remaja,
psikologi sosial dan psikologi kepribadian.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah
pengetahuan tentang kesehatan bagi remaja putri yang overweight
serta pengetahuan yang berkaitan dengan kepercayaan diri dan
dukungan sosial.
9
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight
1. Pengertian Kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight
a. Pengertian Kepercayaan Diri
Coleman (dalam Martani, 1991,h.18) mengatakan bahwa
melalui evaluasi diri seseorang dapat memahami diri sendiri dan
akan tahu siapa dirinya yang kemudian berkembang menjadi
kepercayaan diri. Kepercayaan diri sangat diperlukan dalam proses
sosialisasi dan merupakan perkembangan dari identitas diri. Oleh
karena itu kepercayaan diri sangat menunjang usaha seorang
remaja untuk menjawab siapa dirinya. Hurlock (1992,h.214)
mengatakan bahwa remaja yang memiliki kepercayaan diri
bersikap tenang dan seimbang dalam situasi sosial.
Kepercayaan diri menurut Branden (dikutip Walgito,
1993,h.7) adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan yang
ada dalam dirinya. Kepercayaan diri merupakan modal utama bagi
individu untuk mengaktualisasikan dirinya (Burn, 1993,h.199).
Kartono (1992,h.51) menuangkan gagasan kepercayaan diri
sebagai ciri-ciri hidup sehat yaitu mampu menanggulangi dan
berusaha mengatasi masalah dalam diri, disertai dengan keberanian
dan kemauan besar untuk mengatasi ujian hidup dan mengambil
pelajaran dari semua pengalaman untuk pendewasaan diri. Dengan
10
bertambahnya kepercayaan diri, semakin besar pula tuntutan untuk
bertanggung jawab penuh.
Lebih lanjut Loekmono (dikutip Puspitasari, 1999,h.10)
mengemukakan bahwa kepercayaan diri merupakan milik pribadi
yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
individu, untuk menentukan apakah individu tersebut dapat hidup
sehat dan bahagia. Individu yang tidak memiliki kepercayaan diri
biasanya melakukan kompensasi sebagai usaha untuk memperoleh
keseimbangan dalam dirinya. Secara formal dapat digambarkan
bahwa rasa percaya diri merupakan gabungan dari pandangan
positif terhadap diri sendiri, harga diri dan rasa aman.
Lebih lanjut Lauster (dikutip Puspitasari, 1999,h.11)
menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau
perasaan yakin atas kemampuan sendiri, sehingga individu dapat
bebas memilih hal-hal yang disukainya, tidak terlalu cemas dalam
melakukan tindakan-tindakannya dan bertanggung jawab atas
perbuatannya. Rubin (dalam Puspitasari, 1999,h.12)
mengungkapkan bahwa kepercayaan diri memberikan kekuatan
dalam menentukan langkah dan merupakan faktor utama dalam
mengatasi masalah. Tanpa kepercayaan diri individu tidak
mungkin dapat mengambil keputusan, melainkan akan merasa ragu
dengan apa yang dikerjakannya. Apabila individu tidak punya
kepercayaan diri berarti dia akan kehilangan langkah untuk
memperkuat harga diri dan meningkatkan kepercayaan diri.
11
Neill (dalam Ubaydillah, 2006,h.1)menyatakan bahwa
kepercayaan diri adalah sejauh mana individu punya keyakinan
terhadap penilaian atas kemampuan individu itu sendiri dan sejauh
mana individu dapat merasakan bahwa dirinya pantas untuk
berhasil.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hooper (2004,h.179) bahwa
orang yang percaya diri mampu menerima masalah atau keadaan
yang tidak menyenangkan lalu menyelesaikannya. Sedangkan
orang yang tidak percaya diri selalu menyalahkan orang lain atas
kesalahan yang diperbuat dan terlalu bergantung pada orang lain.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan dapat
ditarik kesimpulan bahwa definisi kepercayaan diri adalah suatu
sikap dan perasaan yakin terhadap diri dan kemapuannya, mampu
mengatasi masalahnya dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
b. Perkembangan pada Masa Remaja
Menurut Monk (1999,h.262) perkembangan dalam masa
remaja secara global berlangsung antara umur 12 sampai 21 tahun.
Masa remaja dibagi menjadi tiga bagian yaitu; 12-15 tahun untuk
remaja awal,umur 15-18 tahun individu digolongkan remaja
pertengahan, umur 18-21 tahun memasuki tahap remaja akhir. Ada
empat perubahan tubuh yang paling menonjol pada perempuan
yaitu pertambahan tingi yang cepat, menarche, pertumbuhan buah
dada, pertumbuhan rambut kemaluan (Santrock, 2002,h.8).
Al-Mighwar (2006,h.68-73) menyatakan bahwa remaja
yang berumur 12-18 tahun merupakan masa kritis, memiliki emosi
12
yang masih tidak stabil, bimbang akan statusnya dalam masyarakat
termasuk kekhawatiran terhadap bentuk tubuh. Sedangkan pada
remaja yang berusia 19-21 tahun aspek fisik dan emosinya mulai
stabil, sehingga perasaan lebih tenang, lebih realistis artinya remaja
pada usia ini menilai dirinya apa adanya, sehingga timbul perasaan
positif terhadap dirinya
Monk (1998,h.268) mengungkapkan bahwa pada masa
puber perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya.
Terdapat empat perubahan tubuh yang paling menonjol pada
remaja putri antara lain pertambahan tinggi badan yang cepat,
menarche, pertumbuhan buah dada, pertumbuhan rambut
kemaluan. Perubahan fisik ini membuat remaja sibuk dengan
tubuhnya dan mengembangkan citra individual mengenai
gambaran tubuh remaja (Santrock, 2002,h.8).
Monk (1982,h.63)menambahkan bahwa minat pribadi dan
sosial merupakan kelompok minat yang paling kuat dimiliki oleh
banyak remaja awal. Minat pribadi timbul karena remaja
menyadari bahwa penerimaan sosial (terutama peer group-nya)
sangat dipengaruhi oleh kesan keseluruhan yang dinampakkan
remaja kepada lingkungannya. Hal-hal yang bersifat pribadi baik
bentuk tubuh, pakaian, dan hal lainnya sangat diminati karena erat
kaitanya dengan keberhasilan dalam pergaulan.
Menurut Monk (1999,h.268) penyimpangan dari bentuk
badan menimbulkan kegusaran batin yang cukup mendalam karena
pada masa ini perhatian terhadap penampilan diri sangat besar.
13
Pada remaja putri, penampilan sangat penting untuk menunjang
kepercayaan diri karena pada masa ini remaja mengalami
ketertarikan fisik dengan lawan jenis dan adanya pengaruh
popularitas pada remaja yang memiliki penampilan menarik
(Monk, 1982,h.33).
Perasaan gembira yang didapat remaja akibat penghargaan
terhadap diri, penting dalam menumbuhkan rasa percaya diri
remaja (Mappiare, 1982,h.60). sedangkan seseorang yang
mengalami ketidak puasan pada bentuk tubuh akan mempunyai
rasa kurang percaya diri (Brehm dalam Asri, 2004,h.289). Pada
perkembangannya sampai remaja memasuki tahap akhir remaja,
kepribadian remaja dipengaruhi oleh faktor internal , terutama citra
diri dan kepercayaan diri, dan faktor eksternal terutama lingkungan
sosial (Al-Mighwar, 2006,h.137).
c. Pengertian dan pengukuran overweight
Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan
dengan berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan
jaringan lemak atau jaringan non-lemak (Rahmawati, 2006,h.9).
Lebih lanjut Roche (dalam Asri, 2004,h.291) mendefinisikan
overweight atau kelebihan berat badan adalah suatu keadaan yang
merujuk pada berat badan seseorang yang melebihi berat badan
normal.
Sedangkan Wiwid (dalam www.pikiran-rakyat.com)
mendefinisikan obesitas atau kegemukan sebagai penumpukan
jaringan lemak tubuh yang abnormal, dengan batasan berat badan
14
di atas 20% dari berat badan normal, sedangkan overweight hanya
10% di atas berat badan normal. Banyak cara yang dapat dipakai
dalam melakukan pengukuran berat badan ideal, kelebihan berat
badan (overweight), dan kegemukan (obesitas).
Dalam perkembangannya overweight dapat diketahui
dengan menggunakan BMI (Body Mass Index) dan pengukuran
berat badan ideal. BMI adalah rasio antara tinggi badan dan berat
badan yang kurang lebih memberi gambaran akurat tentang
proporsi lemak terhadap otot dan tubuh.
Cara pengukuran BMI dengan membagi berat badan (dalam
kg) dengan kuadrat tinggi badan (dalam m). Individu dengan hasil
BMI dibawah 18,5 dikatakan underweight, BMI 18,5-24,9
dikatakan memiliki berat badan normal, BMI 25-29,9 diakatakan
mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan bmi 30 atau
lebih dikatakan mengalami obesitas. Sedangkan berat badan ideal
diukur dengan menggunakan cara, mengurangi tinggi badan
(dalam cm) dengan 100, kemudian hasilnya dikurangi 10%-nya.
Individu dikatakan kelebihan berat badan jika hasilnya 10% diatas
berat ideal dan dikatakan obesitas bila 20% diatas berat ideal
(dalam the weight book, 2002,h.7).
Wirakusumah (dalam Puspitasari, 1999,h.18-19)
mengungkapkan standar pengukuran berat badan yang lebih praktis
dan banyak digunakan orang awam yaitu Baku Harvard. Berat
ideal remaja pria dan remaja wanita menurut Baku Harvard
ditampilkan pada tabel 1.
15
Cara pengukuran Baku Harvard sudah begitu dikenal oleh
masyarakat karena pengukuran ini paling mudah digunakan dan
dimengerti. Kriteria yang digunakan dalam standar pengukuran
Baku Harvard untuk menentukan overweight dan obesitas adalah
kelebihan berat badan sebanyak 10% dari berat badan ideal
termasuk golongan kelebihan berat badan (overweight) dan
golongna kelebihan berat badan sebanyak 20% dari berat badan
ideal termasuk golongan kegemukan (obesitas).
Dalam penentuan berat badan ideal peneliti hanya
mencocokan dengan ketentuan pada tabel 1.
16
Tabel 1 Berat badan ideal berdasarkan tinggi badan menurut Baku
Harvard
Tinggi badan (cm)
Berat ideal remaja pria (Kg)
Berat ideal remaja wanita (Kg)
140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171
44,2 44,6 45,1 45,5 46,2 46,8 47,2 47,6 48,2 48,6 49,1 49,5 50,0 50,4 50,9 51,5 52,1 52,7 53,4 53,9 54,5 55,0 55,5 56,1 56,6 57,2 57,6 58,1 58,7 59,3 59,5 60,6
40,1 40,9 41,3 41,8 42,3 42,8 43,2 43,7 44,3 44,8 45,4 45,9 46,4 46,8 47,3 47,8 48,3 48,9 49,4 50,0 50,6 51,2 51,8 52,5 53,0 53,0 54,1 54,6 55,3 55,9 56,3 56,9
Sumber : Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan,
1994( dalamPuspitasari, 1999,h.19)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa remaja putri overweight yang memiliki
kepercayaan diri adalah remaja putri yang berusia 12-18 tahun
17
yang meskipun memiliki kelebihan berat badan sebanyak 10% dari
berat badan ideal namun memiliki suatu sikap dan perasaan yakin
terhadap diri dan kemapuannya, mampu mengatasi masalahnya
dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
2. Karakteristik Kepercayaan Diri
Menurut teori Rogers (dalam Schultz, 1991,h.50-54)
karakteristik individu yang percaya diri menunjuk pada beberapa
aspek dari kehidupan individu yang merasa memiliki kompetensi,
yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh
pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan realistik
terhadap diri sendiri. Loekmono (1983,h.46) menambahkan bahwa
kepercayan diri mempunyai sifat sportif, yang artinya berani
menerima kekalahan dan kekurangannya. Individu yang memiliki
kepercayaan diri adalah individu yang berani menghadapi resiko
dan bertanggung jawab atas kemungkinan mengalami kegagalan
dari tindakan yang telah dilakukan (Sobur dalam Puspitasari,
1999,h.13).
Lebih lanjut, seorang remaja yang memiliki kepercayaan
diri akan memiliki ciri-ciri seperti dikemukakan oleh Guilford dan
Lauster (dalam Afiatin dan Martaniah, 1998,h.67) sebagai berikut:
a. Merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan
Hal ini didasarkan oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan,
kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Orang yang
percaya diri merasa optimis, cukup ambisius, tidak selalu
18
memerlukan bantuan orang lain, sanggup bekerja keras,
mampu menghadapi tugas dengan baik dan bekerja secara
efektif serta bertanggungjawab atas keputusan yang
diperbuatnya.
b. Merasa diterima oleh kelompoknya
Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap
kemampuannya dalam hubungan sosial. Orang yang percaya
diri merasa bahwa kelompoknya atau orang lain
menyukainya, aktif menghadapi keadaan lingkunag, berani
mengemukakan kehendak dan ide-idenya secara
bertanggungjawab dan tidak mementingkan diri sendiri.
c. Percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan
sikap
Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan
kemampuannya. Orang yang percaya diri akan bersikap
tenang, tidak mudah gugup, cukup toleran terhadap berbagai
macam situasi.
Rini(dalam www.e-psikologi.com, 2002,h.2-3)
mengemukakan beberapa perbedaan karakteristik orang yang
percaya diri dengan orang yang kurang percaya diri. Karakteristik
individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional,
diantaranya adalah:
a. Percaya akan kompetensi atau kemampuan dirinya.
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi
diterima oleh orang lain atau kelompok.
19
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain,
berani menjadi diri sendiri.
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya
stabil).
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan
atau kegagalan, tergantung dari usaha sendiri dan tidak mudah
menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung pada
orang lain).
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri,
orang lain dan situasi di luar dirinya.
g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga
ketika harapan itu tidak terwujud, individu tetap mampu
melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Sedangkan karakteristik individu yang kurang percaya diri,
diantaranya adalah:
a. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi
mendapat pengakuan dan penerimaan kelompok.
b. Menyimpan rasa takut dan khawatir terhadap penolakan.
c. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekuranga
diri)dan memandang rendah kemampuan diri, namun di lain
pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri
sendiri.
d. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif.
e. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak
berani memasang target untuk berhasil.
20
f. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena
undervalue diri sendiri).
g. Selalu menempatkan atau memposisikan diri sebagai yang
terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu.
h. Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada
nasib, sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan atau
penerimaan serta bantuan orang lain).
Lindenfield (dalam Soeharnanto, 2002, h.18) berpendapat
bahwa orang yang percaya diri memiliki empat ciri, yaitu:
a. Cinta diri
Orang yang percaya diri mencintai diri sendiri, tercermin
dalam gaya hidup dan perilaku yang memelihara diri sendiri.
Rini (dalam www.e-psikologi.com, 2002,h.5) cinta diri berarti
menyadari dan menghargai sekecil apapun keberhasilan dan
potensi yang individu miliki.
b. Pemahaman diri
Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan
perasaan dan perilaku diri sendiri, tetapi juga berusaha
mengetahui pendapat orang lain mengenai dirinya. Menurut
Rini (dalam www.e-psikologi.com, 2002,h.5) pemahaman
diri dapat ditunjukkan dengan belajar menilai diri secara
obyektif dan jujur, tanpa tergantung dengan bantuan oarng
lain.
c. Tujuan hidup yang jelas
21
Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Hal ini
dikarenakan orang percaya diri memiliki pikiran yang jelas
mengapa melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil apa yang
diharapkan.
d. Berpikir positif
Orang yang percaya diri biasanya menyenangkan karena bisa
melihat kehidupan dari sisi yang cerah, mengharap dan
mencari pengalaman serta memperoleh hasil yang bagus.
Selanjutnya ciri-ciri remaja yang percaya diri menurut Lie
(dalam Patriani, 2006,h.17) antara lain:
a. Yakin kepada diri sendiri.
b. Tidak tergantung dengan orang lain.
c. Tidak ragu-ragu.
d. Merasa dirinya berharga.
e. Tidak menyombongkan diri.
f. Memiliki keberanian untuk bertindak.
Hal ini senada dengan pendapat Anthony (dikutip Cicilia,
2006,h.14) bahwa remaja yang memiliki kepercayaan diri meliputi:
a. Bertanggung jawab berarti mau menerima dan menanggung
resiko dari perbuatannya.
b. Rasa aman bearti tidak memiliki ketakutan dan kecemasan yag
dapat menghambat kepercayaan dirinya.
c. Harga diri berarti mampu menyadari segala kekurangan dan
kelebihan sehingga tidak memiliki perasaan rendah diri.
22
d. Mandiri berarti hidup tidak tergantung pada orang lain dan
selalu dapat mengembangkan atau mengerjakan sesuatu tanpa
menunggu orang lain.
e. Optimis berarti menyadari kemampuan yang dimiliki dan
berusaha untuk memperoleh yang terbaik dalam
kehidupannya.
f. Tidak mudah putus asa berarti memiliki mental yang kuat
untuk dapat menghadapi hal-hal yang terburuk dan berani
mencoba lagi setelah menghadapi kegagalan.
g. Memiliki komunikasi yang positif dengan orang lain, dengan
cara memberikan perhatian kepada orang lain.
Berdasarkan penjabaran dari beberapa pendapat di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kepercayaan diri adalah
optimis, mandiri, sportif, tidak takut serta mudah menyesuaikan
diri. Ciri-ciri kepercayaan diri ini akan dijadikan dasar dalam
pembentukan alat ukur berupa skala kepercayaan diri.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Ada banyak faktor yang membentuk atau menghambat
perkembangan rasa percaya diri individu. Unsur-unsur tersebut ada
yang berasal dari dalam pribadi individu sendiri, tetapi ada pula
yang berasal dari luar diri individu.
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, antara
lain:
23
a. Kondisi fisik
Menurut Suryabrata (dalam Puspitasari, 1999,h.121) kondisi
fisik individu akan berpengaruh terhadap kepercayaan dirinya.
Individu yang mempunyai fisik kurang sempurna seperti
kerempeng, terlalu tinggi, kegemukan atau cacat fisik, akan
menimbulkan perasaan tidak berharga terhadap keadaan
fisiknya karena individu tersebut merasa ada sesuatu yang
kurang pada dirinya dibandingkan dengan orang lain. Lebih
lanjut Brehm (dalam Asri, 2004,h.289) menyatakan bahwa
seseorang yang mengalami ketidak puasan pada bentuk tubuh
akan mempunyai rasa kurang percaya diri.
b. usia
Kepercayaan terbentuk dan berkembang sejalan dengan
berjalannya waktu. Pada masa remaja kepercayaan diri begitu
rapuh, karena pada masa itu suatu penolakan atau kegagalan
akan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan.
Karena perubahan fisik pada masa puber dan adanya kritik dari
teman-teman dan orang tua, tidak sedikit anak laki-laki
maupun perempuan yang mengalami perasaan kurang percaya
diri (Al-Mighwar, 2006,h.33). Menurut Hambly (1992,h.77)
kepercayaan diri terbentuk dan berkembang sejalan dengan
berjalannya waktu. Semakin dewasa individu akan terbiasa
dengan penolakan dan kegagalan, kemudian belajar menerima
kegagalan sebagai suatu resiko dari sebuah usaha.
24
c. Jenis kelamin
Perubahan yang terjadi pada masa remaja baik dalam
perubahan fisik dan psikologis biasanya lebih berpengaruh
pada remaja putri karena remaja putri lebih cepat matang
daripada remaja putra. More (Hurlock, 1992,h.195)
mengatakan, walaupun pengaruh perubahan fisik sama kuat
atau bahkan lebih kuat pada remaja putra namun ia
mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
menyesuaikan diri daripada remaja putri. WAnita lebih
memperhatikan fisiknya daripada pria, sehingga banyak
wanita menagalami kurang percaya diri terhadap fisiknya
(Wilson dan Wilson dalam Pudjijogyanti, 1988,h.24).
d. Harga diri
Harga diri merupakan fondasi untuk dapat percaya diri
(Murdoko, 2004,h.6). Ubaydillah (2006,h.1) mengatakan
harga diri atau self-esteem adalah sejauhmana individu
mempunyai perasan positif terhadap dirinya, memiliki
perasaan bahwa dirinya bernilai dan berharga, meyakini
sesuatu yang bernilai, bermartabat dan berharga dalam diri
individu tersebut. Perasaan gembira yang didapat remaja
akibat penghargaan terhadap diri, penting dalam
menumbuhkan rasa percaya diri remaja (Mappiare, 1982,h.60).
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu antara lain
sebagai kerikut:
25
a. Tingkat pendidikan
Monk (1992,h.271) mengatakan bahwa tingkat pendidikan
mempunyai pengaruh dalam menentukan kepercayaan diri.
Semakin tinggi pendidikan individu, semakin banyak yang
telah dipelajarinya dan hal ini berarti semakin individu
mengenal kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat
menentukan standar keberhasilannya sendiri. Individu yang
demikian ini mempunyai kepercayaan diri dalam menangani
sesuatu tanpa perasaan takut dan khawatir mengalami
kegagalan.
b. Dukungan sosial
Nowinski (dalam Retnowati, 2005,h.77) mengatakan
dukungan sosial sangat berguna dalam usaha meningkatkan
harga diri serta membangkitkan rasa percaya diri dan
memberikan keyakinan pada diri seseorang. Sari (dalam
Puspitasari, 1999, h.16) mengemukakan bahwa dukungan dari
lingkungan sekitar, seperti keluarga, sekolah, masyarakat dan
teman sebaya merupakan faktor yang menentukan dalam
terwujudnya kepercayaan diri. Semakin tinggi dukungan yang
diberikan dari lingkungan sosialnya, maka semakin tinggi
kepercayaan dirinya.
c. Kesuksesan dalam mencapai tujuan
Daradjat (dikutip Puspitasari, 1999,h.17) menyatakan bahwa
kesuksesan yang dicapai seseorang akan memberikan
kegembiraan dan hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan
26
diri. Dengan semakin banyak kesuksesan yang diperolehnya,
maka orang akan memiliki kepercayaan pada dirinya daripada
orang yang sering mengalami kegagalan.
Menurut Mangunhardjana (dikutip oleh Patriani, 2006,h.22)
faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah:
a. Faktor fisik
Seseorang akan lebih percaya diri bila memiliki fisik yang
sempurna.
b. Faktor mental
Seseorang akan lebih percaya diri bila memiliki kemampuan
atau keahlian yang diakui tinggi.
c. Faktor sosial
Seseorang akan lebih percaya diri bila mampu berinteraksi
dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain atu
lingkungan sekitarnya.
Ada beberapa proses yang perlu dilalui untuk membentuk
kepercayaan diri (Murdoko, 2004,h.124), yaitu:
a. Self Knowledge
Suatu proses ketika individu mempunyai pengetahuan akan
dirinya sendiri . Mempunyai orientasi yang jelas terhadap
dirinya dan mengenal dirinya sendiri tanpa syarat tertentu .
Pengetahuan terhadap diri sendiri ini tidak hanya meliputi
pengetahuan tentang fisik , melainkan juga pengetahuan
tentang seluruh aspek dari diri sendiri .
27
b. Self Acceptance
Suatu proses ketika individu sudah mulai sadar akan dirinya
sendiri. Kesadaran ini akan mendasari seseorang untuk
mampu menerima dirinya sendiri tanpa ragu2.penerimaan
terhadap diri sendiri akan berjalan dengan baik, ketika
individu berani membuka dirinya sendiri terhadap setiap
aspek yang dimilikinya.
c. Self Esteem
Suatu kondisi ketika individu meresa bahwa dirinya berharga.
Individu merasa bahwa dirinya mempunyai kebanggaan atas
dirinya sendiri. Kondisi ini akan menumbuhkan kepercayaan
diri pada individu yang bersangkutan karena ada dorongan
untuk mengakui dirinya sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepercayaan diri bersumber dari dalam dan
luar individu. Faktor dari dalam diri individu antara lain kondisi
fisik, usia, jenis kelamin dan harga diri. Sedangkan faktor yang
berasal dari luar individu antara lain tingkat pendidikan, dukungan
sosial dan kesuksesan dalam mencapai tujuan.
B. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Chaplin (1999,h.495) dalam kamus besar psikologi
menyatakan bahwa dukungan sosial memberikan dorongan,
pengobaran semangat dan nasehat kepada orang lain dalam satu
28
situasi. Sarafino (dalam Clercq, 1994,h.113) mendeskripsikan
dukungan sosial sebagai suatu kesenangan, perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang dirasakan dari orang lain atau
kelompok. Rook (dalam Smet, 1993,h.126) menganggap dukungan
sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial.
Lebih lanjut Gottlieb (dalam Smet, 1993,h.127) menyatakan bahwa
dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan atau
non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh
keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan
mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak
penerima. Dalam hal ini orang yang memperoleh dukungan sosial,
secara eosional merasa lega karena diperhatikan, medapat saran
atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason yang
mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan,
kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai
dan menyayangi kita. Cobb mendefinisikan dukungan sosial
sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau
menolong orang dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan
sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok
(Kuntjoro, 2002).
Effendi (dalam ANIMA, 1999,h.218) mengungkapkan
bahwa dukungan sosial berperan penting dalam memelihara
keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan. Melalui
dukungan sosial kesejahteraan psikologis akan meningkat karena
29
ada perhatian dan pengertian dan akan menimbulkan perasaan
memiliki, meningkatkan harga diri serta memiliki perasaan positif
mengenai diri. Pernyataan ini didukung pula oleh Nowinski (dalam
Retnowati, 2005,h.77) yang mengemukakan bahwa dukungan
sosial sangat berguna dalam usaha meningkatkan harga diri serta
membangkitkan rasa percaya diri dan memberikan keyakinan pada
diri seseorang. Orang yang memperoleh dukungan sosial yang
tinggi mengalami hal-hal yang positif dalam kehidupannya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa dukungan sosial adalah informasi verbal atau non-verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh
orang-orang yang berhubungan dengan individu tersebut di dalam
lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Dalam hal ini individu yang merasa
memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena
diperhatikan,mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada
dirinya.
2. Jenis-jenis Dukungan Sosial
Effendi (dalam ANIMA, 1999,h.218) mengungkapkan
bahwa dukungan sosial dapat berasal dari tempat kerja, keluarga,
pasangan hidup, temn-teman dan lingkungan sekitar. Lebih lanjut
taylor (dalam Wandansari, 2004,h.35) menyatakan bahwa
dukungan sosial dapat berupa dukungan instrumental,
30
informasional, penghargaan dan emosional yang diberkan pada
individu dengan tujuan membantu individu mengahadapi sumber
stres spesifik. House (dalam Smet, 1993,h.128) membedakan
empat jenis atau dimensi dukungan sosial, yaitu terdiri dari:
a. Dukungan emosional
Dukungan yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan ini
dapat memberikan rasa aman, nyaman, perasaan dimiliki dan
dicintai dalam situasi-situasi stress yang dirasakan individu.
b. Dukungan penghargaan
Dukungan yang terjadi melalui ungkapan penghargaan positif
kepada orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan
pendapat dan perasaan individu, serta adanya pembandingan
positif dari individu tersebut dengan orang lain. Dukungan ini
dapat memberi perasaan berharga dan dapat meningkatkan
harga diri individu.
c. Dukungan instrumental
Dukungan ini mencakup bantuan langsung seperti bantuan
uang atau materi lainnya.
d. Dukungan informatif
Dukungan yang terdiri dari pemberian nasihat, arahan, saran
atau umpan balik tentang bagaimana memecahkan persoalan.
Collins,dkk (dalam Marliyah, 2004,h.64) mengatakan
bahwa dukungan sosial dapat berupa:
31
a. Emotional support : yaitu ekspresi perhatian, simpati dan
penghargaan
b. Instrumental support : yaitu pemberian bantuan atau materi
yang nyata dalam menyelesaikan tugas-tugas.
c. Informational support : yaitu pemberian saran dan bimbingan.
Cutrona dan Orford (dalam Shinta, 1995,h.36) merangkum
menjadi lima dimensi fungsi dasar dukungan sosial, yaitu sebagai
berikut:
a. Dukungan materi: disebut juga bantuan nyata atau dukungan
alat.
b. Dukungan emosi: dukungan ini berhubungan dengan hal yang
bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi dan
ekspresi.
c. Dukungan penghargaan: dukungan ini terjadi bila ada ekspresi
penilaian yang positif terhadap individu.
d. Dukungan informasi
e. Integritas sosial: perasaan individu sebagai bagian dari suatu
kelompok yang memiliki minat dan pemikiran yang sama.
Hall dan Wellman (dalam Martaniah, 1998,h.73)
mengatakan bahwa dukungan sosial akan efektif bila:
a. frekuensinya cukup
b. pemberian dukungan memegang peranan yang sangat penting
dalam proses dukungan sosial
c. peran dukungan sosial akan efektif bila individu-individu yang
terlibat memiliki kehangatan hubungan yang tinggi
32
d. bila individu-individu yang terlibat menjalin hubungan timbal
balik
e. bila hal-hal yang telah disebutkan di atas berlangsung dalam
periode waktu cukup lama
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
dukungan sosial berupa dukungan emosional yaitu dengan
perhatian dan kasih sayang sehingga menumbuhkan perasaan aman
dan nyaman. Kemudian dukungan penghargaan berupa ungkapan
penghargaan positif dari orang lain yang berhubungan dengan
individu di lingkungan sosialnya sehingga menumbuhkan perasaan
berharga pada diri individu. Dukungan instrumental dapat berupa
materi atau uang, sedangkan dukungan informatif berupa
pemberian saran atau umpan balik terhadap masalah yang dihadapi
individu. Dukungan-dukungan ini akan menjadi efektif bila ada
timbal balik dan hubungan yang baik dari masing-masing individu,
prosesnya berlangsung lama dan berkesinambungan.
C. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kepercayaan Diri pada
Remaja Putri Overweight
Sarwono (1994,h.51) mengatakan masa remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam arti psikologis
tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi inilah
yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Menurut
Wilson dan Wilson (dikutip Pudjijogyanti, 1988,h.24) remaja putri lebih
memperhatikan penampilan dan keadaan fisiknya daripada remaja putra.
33
Hal ini disebabkan penampilan bagi remaja putri dianggap penting
karena dapat menentukan seberapa banyak dukungan sosial yang
diterima, kuatnya pengaruh lingkungan teman sebaya serta adanya
ketertarikan terhadap lawan jenis dan keinginan untuk menonjol diantara
teman-temannya. Penampilan diri akan menjadi penunjang yang utama
dari kepercayaan diri dalam pergaulannya dengan teman sebaya.
Lebih lanjut Al-Mighwar (2006,h.68-73) menyatakan bahwa
remaja yang berumur 12-18 tahun merupakan masa kritis, memiliki
emosi yang masih tidak stabil, bimbang akan statusnya dalam
masyarakat termasuk kekhawatiran terhadap bentuk tubuh. Sedangkan
pada remaja yang berusia 19-21 tahun aspek fisik dan emosinya mulai
stabil, sehingga perasaan lebih tenang, lebih realistis artinya remaja pada
usia ini menilai dirinya apa adanya, sehingga timbul perasaan positif
terhadap dirinya. Oleh sebab itu penelitian lebih ditujukan pada remaja
yang berusia 12-18 tahun karena pada masa ini masa remaja merupakan
masa pergolakan perubahan baik fisik maupun psikologis, termasuk
pengaruhnya terhadap kepercayaan diri.
Loekmono (dalam Puspitasari, 1999,h.10) menyatakan secara
formal dapat digambarkan bahwa rasa percaya diri merupakan
gabungan dari pandangan positif terhadap diri sendiri, harga diri dan
rasa aman. Rasa percaya diri tidak terbentuk dengan sendirinya.
Keseluruhan kepribadian remaja dan hubungan dengan orang-orang
yang dianggapnya penting, lingkungannya dan kehidupannya sehari-
hari, semuanya itu mempengaruhi pertumbuhan percaya diri remaja.
34
Hurlock (1992,h.212) mengungkapkan bahwa dalam kebudayaan
kita, gemuk dianggap kurang menarik. Adanya kesadaran akan reaksi
sosial terhadap berbagai bentuk tubuh, menyebabkan remaja prihatin
akan pertumbuhan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar budaya
yang berlaku. Remaja yang tidak memiliki pemapilan diri seperti yang
diharapkan akan memberi perasaan tidak puas dan penilaian yang
negatif pada dirinya. Hal ini dapat menurunkan harga dirinya yang
berakibat kurangnya penghargaan terhadap dirinya dan jelas dapat
membuat remaja, khususnya remaja putri menjadi kurang percaya diri.
Menurut Nowinski (dikutip Retnowati, 2005,h.77) dukungan
sosial sangat berguna dalam usaha membangkitkan kepercayaan diri dan
memberikan keyakinan pada diri seseorang. Branden (dalam Martaniah,
1998,h.72) mengatakan bahwa penigkatan harga diri pada individu
menyebabkan individu dapat menghargai dirinya atau memiliki harga
diri positif sehingga ia akan mempunyai kepercayaan diri yang positif
pula. Martaniah ( 1998,h.73) menyatakan bahwa dari hasil penelitian
didapat bahwa peran kelompok teman sebaya dalam peningkatan
kepercayan diri sangat besar. Surya (2003,h.47) menambahkan bahwa
kepercayaan diri tumbuh dari poses interaksi yang sehat di lingkungan
sosial individu dan berlangsung secara continu dan berkesinambungan.
Dengan adanya dukungan baik berupa saran, perhatian dan
perasaan diterima diharapkan remaja putri yang overweight tidak terlalu
fokus dengan keadaan fisiknya dan terlalu berobsesi untuk memiliki
bentuk badan ideal yang tidak realistik. Remaja putri yang overweight
diharapkan dapat menemukan sisi lain kelebihan dari dirinya, dan dapat
35
berkompromi dengan keadaan tubuhnya serta mengembangkan
kelebihan yang dia miliki sehingga remaja putri ini memiliki
kepercayaan diri untuk tampil, berkompromi dengan dirinya, dapat
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, melakukan hal-hal yang remaja
putri inginkan dan dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang
remaja putri ambil. Gradner (dalam Asri, 2004,h.289) mengatakan
bahwa sebenarnya tampilan tidak hanya ditunjang oleh wajah dan
bentuk tubuh akan tetapi dipengaruhi oleh seberapa besar individu
tersebut dalam mengolah dan menampakkan potensi yang ada dalam
dirinya untuk membina hubungan interpersonal yang lebih jauh lagi.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan
sosial yang diberikan untuk remaja putri overweight dapat membantu
meningkatkan kepercayaan dirinya, membantu remaja putri yang
overweight menerima keadaan fisik mereka dan membangun rasa
percaya diri dengan meningkatkan kelebihan yang individu miliki.
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada korelasi positif
antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja putri
overweight . Hal ini berarti, semakin tinggi dukungan sosial yang
diperoleh maka semakin tinggi kepercayaan diri remaja putri
overweight. Demikian sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial
terhadap remaja putri overweight maka semakin rendah kepercayaan
dirinya.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. variabel tergantung: kepercayaan diri remaja putri overweight
2. variabel bebas: dukungan sosial
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight
Sikap dan perasaan yakin terhadap diri dan kemapuannya
yang dimiliki remaja putri berusia 12-18 tahun sehingga mampu
mengatasi masalahnya dan bertanggung jawab atas perbuatannya
meskipun remaja putri ini memiliki kelebihan berat badan sebanyak
10% dari berat badan ideal. Kepercayaan diri pada remaja putri
overweight akan diungkap menggunakan skala kepercayaan diri
dengan ciri-ciri optimis, mandiri, sportif, tidak takut serta mudah
menyesuaikan diri.
Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi
kepercayaan diri seseorang. Sebaliknya semakin rendak skor
kepercayaan diri yang diperoleh maka semakin rendah kepercayaan
diri seseorang.
37
2. Dukungan Sosial
dukungan sosial adalah informasi verbal atau non-verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh
orang-orang yang berhubungan dengan individu tersebut di dalam
lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Dukungan sosial akan diungkap dengan skala
dukungan sosial yang disusun berdasarkan jenis-jenis dukungan
sosial seperti dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental dan dukungan informatif.
Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin banyak
dukungan sosial yang didapat, demikian pula sebaliknya semakin
rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin sedikit dukungan
sosial yang didapat.
C. Polulasi dan Teknik pengambilan sampel
1. Populasi
Populasi adalah sejumlah individu atau orang yang paling
sedikit memiliki satu sifat yang sama. Dari populasi ini kemudian
diambil contoh atau sampel yang diharapkan dapat mewakili
populasi. Sampel penelitian merupakan bagian dari kelompok
individu yang diteliti dan mencerminkan keadaan populasi secara
keseluruhan (Hadi,2000,h.220).
38
Populasi penelitian merupakan faktor utama yang harus
ditentukan sebelum melakukan penelitian, dengan tujuan
menghindari kesalahan generalisasi dalam mengambil keputusan.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Azwar (2003, h.77)
populasi adalah sekelompok subyek yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian. Kelompok ini harus memiliki ciri-ciri
atau karakteristik yang membedakan dari kelompok subyek yan lain.
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Remaja putri berusia 12-18 tahun : perkembangan emosi masih
belum stabil, mulai berkembang minat pribadi dan sosial,
kebutuhan untuk diterima dalam kelompok teman sebaya
tergolong tinggi.
b. Memiliki kelebihan berat badan sebanyak 10% dari berat badan
ideal: tergolong overweight, cara menentukan apakah remaja
tersebut overweight adalah dengan mencocokan tabel yang telah
dibuat oleh peneliti untuk memudahkan penelitian.
c. Tinggal di daerah Tanah Mas: karena dapat menghemat waktu
dan biaya, peneliti sudah mengenal dan mengetahui daerah
pengambilan sampel, remaja putri di daerah Tanah Mas
memenuhi kriteria populasi.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel
biasanya disebut sebagai metode sampling. Sebutan untuk suatu
sampel biasanya mengikuti teknik atau jenis sampling yang
digunakan (Hadi,1984,h.222). sampel penelitian merupakan
39
sejumlah orang dari populasi penelitian yang mengambil bagian
dalam penelitian.
Peneliti mengambil sampel sesuai dengan karakteristik
populasi, yaitu remaja putri yang berusia 12-18 tahun, dan tinggal di
daerah Tanah Mas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
peneliti singgah di beberapa tempat makan, rental dvd dan buku di
Tanah Mas.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan
dengan teknik incidental sampling (Hadi, 1996,h.227). Sampel
diambil secara kebetulan yaitu anggota populasi yang dijumpai oleh
peneliti saat itu asalkan memenuhi karakteristik populasi diambil
menjadi sampel penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
skala. Metode skala merupakan suatu metode pengumpulan data yang
berbentuk self report yang berisi daftar atau kumpulan pernyataan-
pernyataan yang harus dijawab oleh individu (Azwar,2002,h.85).
Metode skala merupakan teknik pengumpulan data yang
memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari berbagai bentuk
alat pengumpul data yang lain. Metode skala ini digunakan untuk
mengukur variabel pada penelitian ini, yaitu kepercayaan diri remaja
putri overweight dan dukungan sosial.
Menurut Azwar (1999,h.4) karakteristik skala psikologi adalah:
40
• Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap
indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.
• Atribut psikologi diungkap secara tidak langsung tapi melalui
indikator-indikator perilaku yang kemudian diterjemahkan dalam
bentuk item, sehingga skala psikologi selalu berisi banyak item.
• Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban yang “benar”
atau “salah”.
Dalam metode skala ini, variable penelitian diklasifikasikan
secara rinci menjadi gejala-gejala dengan komponen-komponen seperti
terdapat dalam rancangan skala (blue print).
Pada penelitian ini menggunakan dua macam skala, yaitu skala
untuk mengungkap kepercayaan diri pada remaja putri overweight dan
skala untuk mengungkap dukungan sosial.
1. Skala Kepercayaan Diri pada Remaja Overweight
Skala kepercayaan diri adalah skala yang digunakan untuk
mengukur tingkat kepercayaan diri pada remaja putri overweight.
Skala yang disusun terdiri dari item-item yang mencerminkan
karakteristik sebagai berikut:
a. Optimis
Memiliki keyakinan akan keberhasilan dan berusaha untuk
memperoleh yang terbaik dalam kehidupannya.
b. Mandiri
41
Tidak bergantung pada orang lain dan tidak memerlukan orang
lain sebagai standar, karena dapat menentukan standar sendiri
dan mampu mengembangkan dan mengerjakan sesuatu tanpa
menunggu orang lain.
c. Sportif
Berani menerima kekalahan dan kelemahannya serta berani
menerima resiko dan bertanggung jawab atas kemungkinan
mengalami kegagalan dari tindakan yang telah dilakukan.
d. Tidak takut
Memiliki keberanian, mencoba melakukan hal-hal baru dalam
lingkungan dan situasi baru tanpa merasa takut atau cemas akan
keberadaan dirinya.
e. Mudah menyesuaikan diri
Tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
orang lain dan lingkungan sekitar.
Skala ini menggunakan model summated ratings dari Likert.
Subyek diminta memilih satu alternatif jawaban yang disediakan
pada setiap pernyataan, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pernyataan dalam skala
disusun dalam dua macam, yaitu pernyataan favourable dan
unfavourable. Untuk setiap jawaban terhadap butir yang tergolong
favourable, subyek memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sesuai
(SS), skor 3 untuk jawaban sesuai (S), skor 2 untuk jawaban tidak
sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS).
Sebaliknya jawaban terhadap butir yang tergolong unfavourable,
42
subyek memperoleh skor 1 jika menjawab sangat sesuai (SS), skor 2
untuk jawaban sesuai (S), skor 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS),
dan skor 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS).
Tabel 2 Blue Print Skala Kepercayaan Diri Remaja Putri
Overweight
karakteristik favourable unfavourable jumlah Optimis 4 4 8 mandiri 4 4 8 Sportif 4 4 8
Tidak takut 4 4 8 Mudah
menyesuaikan diri 4 4 8
jumlah 20 20 40
2. Skala Dukungan Sosial
Skala dukungan sosial adalah skala yang digunakan untuk
mengukur dukungan sosial pada remaja putri overweight. Skala yang
disusun terdiri dari item-item yang mencerminkan jenis-jenis
dukungan sosial, sebagai berikut:
a. Dukungan emosional
Dukungan yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan.
b. Dukungan penghargaan
Dukungan yang berupa ungkapan penghargaan positif, dorongan
maju atau persetujuan dengan pendapat dan perasaan individu.
c. Dukungan instrumental
Dukungan ini mencakup bantuan langsung seperti bantuan uang
atau materi lainnya.
43
d. Dukungan informasi
Dukungan yang terdiri dari pemberian nasihat, arahan, saran
atau umpan balik tentang bagaimana memecahkan persoalan.
Setiap komponen dalam skala dukungan sosial terdapat item-
item yang mendukung pernyataan (favourable) dan item yang tidak
mendukung pernyataan (unfavourable). Setiap item mempunyai
kemungkinan jawaban. Untuk setiap jawaban terhadap butir yang
tergolong favourable, subyek memperoleh skor 4 jika menjawab
sangat sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban sesuai (S), skor 2 untuk
jawaban tidak sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak
sesuai (STS). Sebaliknya jawaban terhadap butir yang tergolong
unfavourable, subyek memperoleh skor 1 jika menjawab sangat
sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban sesuai (S), skor 3 untuk jawaban
tidak sesuai (TS), dan skor 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai
(STS).
Tabel 3 Blue Print Skala Dukungan Sosial
Jenis dukungan sosial favourable unfavourable jumlah Dukungan emosional 4 4 8
Dukungan penghargaan 4 4 8
Dukungan instrumental 4 4 8 Dukungan informasi 4 4 8
total 16 16 32
44
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Alat Ukur
Azwar (1999,h.95) mendefinisikan validitas alat ukur sebagai
seberapa jauh ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat tes dikatakan memiliki
validitas yang tinggi bila alat ukur tersebut menjalankan fungsi
ukurnya dengan tujuan pengukuran.
Adapun cara yang paling banyak digunakan untuk
mengetahui validitas alat ukur menurut Ancok (1985,h.13) adalah
dengan cara mengkorelasikan skor yang diperoleh setiap item
dengan skor total, dengan teknik korelasi yaitu Product Moment dari
Karl Pearson, dengan rumus sebagai berikut :
( ) ( )( )( ){ } ( ){ }2222 .. yyNxxN
yxxyNxyr
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
Keterangan:
xyr : Koefisien korelasi antara skor dukungan sosial dengan skor kepercayaan diri remaja putri overweight
xΣ : Jumlah skor dukungan sosial yΣ : Jumlah skor kepercayaan diri remaja putri overweight xyΣ : Jumlah perkalian antara skor dukungan sosial dengan skor
kepercayaan diri remaja putri overweight N : Jumlah banyaknya subyek
Hasil korelasi yang diperoleh dengan rumus Korelasi Product
Moment, perlu dikoreksi lagi untuk menghindari terjadinya
kelebihan bobot atau over estimate. Over estimate terjadi karena skor
item yang dikorelasikan dengan skor total ikut sebagai komponen
45
skor total dan mengakibatkan angka korelasi menjadi lebih besar.
Angka korelasi yang berlebihan bobot ini akan dikoreksi
menggunakan teknik koreksi Part Whole (Ancok,1985,h.17) adapun
rumusnya adalah sebagai berikut :
( ) ( )( ) ( ) ( )( )( ){ }xyxyyx
xyxypq
SDSDrSDSD
SDSDrr
222 −+
−=
Keterangan : pqr : Angka korelasi setelah dikoreksi
xyr : Angka korelasi setelah dikoreksi
xSD : Standar deviasi skor item ySD : Standar deviasi skor total item
2. Reliabilitas Alat Ukur
Azwar (1998,h.8) mengungkap bahwa reliabilitas adalah
indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas terhadap
item-item yang valid pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik koefisien Alpha yang dikembangkan oleh
Cronbach, dengan rumus sebagai berikut :
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ΣΣ
−⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
−= 2
2
11 Stot
Sk
k xα
Keterangan : α : Koefisien Alpha Cronbach k : Jumlah item 1 : Bilangan konstan
2xSΣ : Jumlah varian butir soal
2StotΣ : Jumlah varian total
46
F. Metode Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses pengolahan data dari
penyebaran skala yang telah dilakukan peneliti. Dalam penelitian ini
data yang diperoleh akan diolah menggunakan metode statistik. Menurut
Hadi (dikutip Cicilia,2006,h.25) kelebihan metode statistik adalah :
1. Statistik bekerja dengan angka yang menunjukkan nilai atau harga.
2. Statistik bersifat obyektif sehingga unsur-unsur subyektif dapat
dihindari. Dalam arti lain, statistik sebagai alat penilaian tidak dapat
berbicara lain, kecuali apa adanya.
3. Statistik bersifat universal, dalam arti dapat digunakan hamper dalam
semua penelitian.
Dari analisis data didapat hasil yang nantinya dipakai untuk
mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini
data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik
yaitu dengan menggunakan korelasi Product Moment, dengan rumus
sebagai berikut :
( ) ( )( )( ){ } ( ){ }2222 .. yyNxxN
yxxyNxyr
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
Keterangan:
xyr : Koefisien korelasi antara skor dukungan sosial dengan skor kepercayaan diri remaja putri overweight
xΣ : Jumlah skor dukungan sosial yΣ : Jumlah skor kepercayaan diri remaja putri overweight xyΣ : Jumlah perkalian antara skor dukungan sosial dengan skor
kepercayaan diri remaja putri overweight N : Jumlah banyaknya subyek
47
BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Orientasi Kancah Penelitian dan Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di daerah perumahan Tanah Mas,
kelurahan Panggung Lor, kecamatan Semarang Utara, kota Semarang,
propinsi Jawa Tengah. Batas wilayah Tanah Mas sebelah utara adalah
Laut Jawa, sebelah selatan adalah Kelurahan Panggung Kidul, sebelah
barat berbatasan dengan sungai Banjir Kanal Barat dan disebelah timur
berbatasan dengan kelurahan kuningan.
Ketinggian tanah dari permukaan laut di daerah Tanah Mas
adalah 1,5 meter. Tanah Mas merupakan daerah dataran rendah. Luas
wilayah Tanah Mas adalah 123,470 ha. Jumlah penduduk secara
keseluruhan mencapai 14.399 jiwa, 6,977 berjenis kelamin laki-laki,
sisanya sebanyak 7,422 jiwa berjenis kelamin perempuan. (didapat dari
data kelurahan pada bulan Juni 2007).
Pertimbangan peneliti untuk melakukan pengambilan data di
daerah Tanah Mas berdasarkan pertimbangan – pertimbangan berikut:
a. Peneliti sudah mengenal dan mengetahui lokasi sehingga
memudahkan dalam melakukan penelitian.
b. Terdapatnya subyek penelitian yang sesuai dengan karakteristik atau
cirri-ciri dari polulasi, yaitu remaja putri berusia 12-18 tahun yang
overweight.
c. agar dapat menghemat waktu dan tenaga.
48
2. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian yang dilakukan dimulai dari penyusunan
alat ukur, permohonan ijin penelitian serta pelaksanaan uji coba alat
ukur. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Penyusunan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
dua macam skala, yaitu: skala persepsi gaya kepemimpinan
transformasional dan skala motivasi kerja. Proses penyusunan
kedua skala ini meliputi beberapa tahap, yaitu:
• Pembuatan definisi operasional mengenai kedua variabel
yang hendak diukur.
• Menentukan indikator perilaku dari kedua variabel tersebut,
yang dalam hal ini adalah karakteristik dari kepercayaan diri
dan jenis-jenis dukungan sosial.
• Pemilihan metode dan skala yang akan digunakan.
• Penentuan bobot nilai.
• Pembuatan blue print.
• Penulisan item.
• Pembuatan variasi sebaran item.
Penjelasan singkat serta variasi sebaran item dari masing-
masing skala adalah sebagai berikut:
1) Skala Kepercayaan Diri
Skala ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui
kepercayaan diri remaja putri overweight dengan
memperhatikan skor yang diperoleh melalui pengerjaan skala.
49
Skala ini disusun berdasarkan lima karakteristik kepercayaan
diri. Skala ini terdiri dari 40 item (20 item favourable dan 20
item unfavourable). Dengan empat kemungkinan jawaban, yaitu
SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS
(Sangat Tidak Sesuai). Skor untuk tiap jawaban berkisar antara
1 (satu) sampai dengan 4 (empat) yang disesuaikan dengan
keadaan item tersebut (favourable atau unfavourable). Variasi
sebaran item dari skala persepsi gaya kepemimpinan
transformasional dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4
Sebaran Nomor Item Skala Kepercayaan Diri
Jumlah Bagian Item Karakteristik Favourable Unfavourable
Jumlah
a. Optimis 1, 11, 21, 31 6, 16, 26, 36 8 b. Mandiri 2, 12, 22, 32 7, 17, 27, 37 8 c. Sprotif 3, 13, 23, 33 8, 18, 28, 38 8 d. Tidak takut 4, 14, 24, 34 9, 19, 29, 39 8 e. Mudah menyesuaikan diri
5, 15, 25, 35 10, 20, 30, 40 8
jumlah 20 20 40
2) Skala Dukungan Sosial
Skala ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui
dukungan sosial yang diperoleh remaja putri overweight dengan
memperhatikan skor yang diperoleh melalui pengerjaan skala.
Skala ini disusun berdasarkan empat jenis dukungan sosial.
Skala ini terdiri dari 32 item ( 16 item favourable dan 16 item
unfavourable). Dengan empat kemungkinan jawaban, yaitu SS
50
(Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat
Tidak Sesuai). Skor untuk tiap jawaban berkisar antara 1 (satu)
sampai dengan 4 (empat) yang disesuaikan dengan keadaan item
tersebut (favourable atau unfavourable). Variasi sebaran item
dari skala gaya kepemimpinan transformasional dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 5
Sebaran Nomor Item skala Dukungan Sosial
Jumlah Bagian Item Jenis Favorable Unfavourable
jumlah
a. Dukungan emosional
1, 9, 17, 25 5, 13, 21, 29 8
b. Dukungan penghargaan
2, 10, 18, 26 6, 14, 22, 30 8
c. Dukungan instrumental
3, 11, 19, 27 7, 15, 23, 31 8
d. Dukungan informasi
4, 12, 20, 28 8, 16, 24, 32 8
jumlah 16 16 32
b. Permohonan Ijin Penelitian
Perijinan merupakan syarat awal dalam melaksanakan
suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sebelum
melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan
perijinan untuk melakukan penelitian di Tanah Mas pada Dekan
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang.
Setelah mendapat surat rekomendasi dari Dekan
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang, peneliti
kemudian mengajukan ijin untuk penelitian kepada Kepala
51
Kelurahan Panggung Lor yang merupakan perwakilan dari
daerah tempat peneliti mengadakan penelitian.
Berdasarkan surat tanggal 26 juli 2007 nomor
847/B.7.3/FP/VII/2007, surat penelitian diajukan kepada Kepala
Kelurahan Panggung Lor dan kemudian pihak kelurahan melalui
Sekretaris Kepala Kelurahan mengeluarkan surat ijin penelitian
pada tanggal 3 Agustus 2007 tertuju kepada seluruh warga yang
berada di kawasan perumahan Tanah Mas.
B. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di daerah perumahan Tanah
Mas Semarang. Pengambilan sampel dilakukan selama sebelas hari
mulai dari tanggal 3-13 Agustus 2007. Pengambilan data pada penelitian
ini menggunakan metode try out terpakai. Hal ini dilakukan mengingat
terbatasnya jumlah subyek penelitian, efisiensi dalam segi waktu, tenaga
dan biaya. Pada metode try out terpakai, penyebaran skala atau
pengambilan data hanya dilakukan satu kali saja, dalam arti data subyek
yang telah digunakan untuk data uji coba juga akan digunakan sebagai
data penelitian.
Penelitian dilakukan di beberapa tempat di wilayah Tanah
Mas seperti tempat makan, rental buku dan video, serta melakukan
penjajakan dari rumah ke rumah dengan bantuan informasi tetangga.
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada sore hingga malam hari, antara
jam 16.00-21.00. hal ini dikarenakan melihat kondisi subyek yang rata-
rata anak sekolah. Dari pelaksanaan penelitian selama 11 hari didapat
52
subyek sebanyak 40 orang. Jumlah subyek ini menurut peneliti sudah
dapat mewakili populasi berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Sukadji (2000,h.26) yang mengatakan bahwa untuk penelitian
korelasional dibutuhkan minimal 30 subyek untuk dijadikan sampel
yang dapat digeneralisasikan pada populasi.
Adapun cara pemberian skala yaitu dengan memberikan skala
secara langsung kepada subyek. Peneliti memilih subyek yang sesuai
dengan ciri-ciri yaitu dengan mencocokkan berat badan subyek pada
tabel berat badan yang sudah dirancang oleh peneliti untuk
memudahkan peneliti. Kemudian peneliti meminta subyek mengisi skala
dengan menjelaskan secara singkat petunjuk pengisian skala, pengisian
skala dilakukan saat itu juga dan setelah selesai skala dikembalikan pada
peneliti.
Ada beberapa subyek yang membawa pulang skala yang akan
diisi, lalu hari berikutnya baru menyerahkan skala melalui penjaga
rental. Subyek yang berasal dari rental ada 4 orang yang tidak
memenuhi kriteria oleh sebab itu hasil skala yang berasal dari rental vcd
dan buku akan disaring kembali dan dipilih subyek yang benar-benar
termasuk dalam kriteria penelitian. Adanya subyek yang tidak
memenuhi kriteria disebabkan karena peneliti lupa membawa daftar
tabel yang sudah dirancang.. Dalam melakukan penelitian, subyek
bersikap positif dan mudah bekerja sama sehingga peneliti tidak
memiliki hambatan dalam penyebaran skala.
Langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi untuk data
kepercayaan diri dan dukungan sosial sesuai dengan data masing-
53
masing subyek, kemudian dilakukan analisis data. Data hasil penelitian
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas kedua alat ukur
dilakukan melalui bantuan program komputer Statistical Packages for
Social Sciences (SPSS) for Windows Release 13.0. Uji validitas
dilakukan dengan teknik Product Moment, yang kemudian hasilnya
dikoreksi dengan teknik Part Whole. Sedangkan untuk uji reliabilitas
dilakukan melalui teknik Alpha Cronbach.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas skala Kepercayaan Diri
Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas dengan taraf
signifikansi 5% pada skala Kepercayaan Diri dari yang semula
berjumlah 40 item, gugur sebanyak 5 item sehingga didapat 35 item
valid. Dengan koefisien validitas antara 0,307 – 0,813 sedangkan
koefisien reliabilitasnya menunjukkan nilai Alpha Cronbach sebesar
0,940. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Sebaran nomor
item valid dan gugur pada skala Kepercayaan Diri dapat dilihat pada
tabel 6 di bawah ini.
54
Tabel 6
Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kepercayaan Diri
Jumlah Bagian Item Karakteristik Favourable Unfavourable
Total item valid
a. Optimis 1, 11, 21, 31 6, 16, 26, 36* 7 b. Mandiri 2, 12, 22*, 32 7, 17, 27, 37 7 c. Sprotif 3, 13, 23*, 33 8, 18, 28, 38 7 d. Tidak takut 4, 14, 24, 34 9, 19, 29, 39* 7 e. Mudah menyesuaikan diri
5, 15*, 25, 35 10, 20, 30, 40 7
Total Item Valid 17 18 35
Keterangan:
__* = item gugur
2. Uji Validitas dan Reliabilitas skala Dukungan Sosial
Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas dengan taraf signifikansi
5% pada skala Dukungan Sosial yang semula 32 item, gugur sebanyak
11 item sehingga didapat 21 item valid. Dengan koefisien validitas
antara 0,321 – 0,687 sedangkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,888
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C-2. Sebaran nomor
item valid dan gugur pada skala Dukungan Sosial dapat dilihat pada
tabel 7 di bawah ini.
55
Tabel 7
Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Dukungan Sosial
Jumlah Bagian Item Jenis Favorable Unfavourable
Total Item Valid
a. Dukungan emosional
1, 9, 17, 25 5*, 13*, 21, 29* 5
b. Dukungan penghargaan
2, 10, 18, 26 6, 14*, 22, 30 7
c. Dukungan instrumental
3, 11, 19*, 27 7, 15, 23*, 31 5
d. Dukungan informasi
4*, 12, 20*, 28 8, 16*, 24*, 32* 4
Total Item Valid 12 9 21
Keterangan:
__* = item gugur
56
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk memenuhi syarat analisis data
dengan teknik korelasi product moment, yang aman terdiri dari satu
variabel tergantung dan satu variabel bebas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap dua variabel
penelitian, yaitu kepercayaan diri pada remaja putri overweight
dan dukungan sosial dengan menggunakan Kolmogorov
Smirnov of Fit Test melalui program Statistical Packages for
Social Sciences for Windows (SPSS) for Windows Release 13.0,
diketahui bahwa:
• Hasil uji normalitas pada skala dukungan sosial diperoleh
nilai K-SZ sebesar 0,860 dengan p = 0,450 (p>0,05) yang
berarti sebarannya normal.
• Hasil uji normalitas pada skala kepercayaan diri remaja
putri overweight diperoleh nilai K-SZ sebesar 0,820
dengan p = 0,511 (p>0.05) yang berarti sebarannya normal.
Data hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
57
b. Uji Linearitas
Hasil uji linearitas dengan program computer
Statistical Packages for Social Sciences for Windows (SPSS)
for Windows Release 13.0, menunjukkan bahwa:
hubungan antara variabel dukungan sosial dengan kepercayaan
diri pada remaja putri overweight bersifat linier dengan F linier =
27,521 dengan p = 0,000 (p<0,05). Hasil perhitungan uji
linearitas selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji asumsi, selanjutnya uji hipotesis
dengan mengunakan korelasi product moment, perhitungan
dilakukan dengan menggunakan program Statistical Packages for
Social Sciences for Windows (SPSS) for Windows Release 13.0..
Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi antara
variabel dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja putri
overweight (rxy) sebesar 0,648 dengan p = 0,000 (p<0,05).
Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri
pada remaja putri overweight. Hal ini berarti semakin tinggi
dukungan sosialnya maka semakin tinggi kepercayaan dirinya,
demikian sebaliknya semakin rendah dukungan sosialnya maka
semakin rendah pula kepercayaan dirinya. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan diterima. Hasil selengkapnya dapat dilihat di
lampiran.
58
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian
diperoleh hasil yang menunjukkan rxy = 0,648 dengan (p<0,01), maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima, yaitu ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan
kepercayaan diri pada remaja putri overweight. Hal ini berarti semakin
tinggi dukungan sosialnya maka semakin tinggi kepercayaan dirinya,
demikian sebaliknya semakin rendah dukungan sosialnya maka semakin
rendah pula kepercayaan dirinya.
Dukungan sosial berupa perhatian, kepedulian, dorongan dan
nasehat sangat besar pengaruhnya terhadap kepercayaan diri remaja
putri overweight. Bagi remaja putri yang overweight, kelebihan berat
badan sebesar 10% dari berat badan ideal menyebabkan bentuk tubuh
menjadi agak tambun dan jelas berbeda dengan teman-teman yang
memiliki bentuk badan ideal. Oleh sebab itu remaja putri overweight
biasanya memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya karena
penampilannya yang kurang menarik.
Pada masa remaja awal, remaja putri mengalami pertumbuhan
menuju kedewasaan yang berarti adanya pertumbuhan baik psikologis
maupun fisik. Pada masa remaja ini mulai tampak ketertarikan terhadap
minat pribadi dan sosial. Adanya kebutuhan untuk diterima
kelompoknya (peer group-nya) secara sosial memungkinkan remaja
mengembangkan minat pribadi. Bentuk tubuh, penampilan biasanya
dijadikan patokan terhadap penerimaan sosial di lingkungannya. Hal ini
sesuai dengan teori yang diungkapkan Harlock (1992,h.212) yang
59
mengatakan bahwa kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap
berbagai bentuk tubuh menyebabkan remaja prihatin akan pertumbuhan
tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku.
Remaja yang tidak memiliki penampilan diri seperti yang diharapkan
akan memberi perasaan tidak puas dan penilaian negatif terhadap
dirinya dan menjadi tidak percaya diri.
Adanya dukungan berupa perhatian, kasih sayang, nasehat,
kepedulian membuat remaja putri overweight merasa diterima oleh
lingkungan sosialnya terutama kelompok teman sebaya, hal ini
menumbuhkan perasaan berharga pada diri remaja putri overweight, dari
perasaan berharga ini maka muncul sikap percaya diri yang dicerminkan
dalam perilaku tidak takut, mudah menyesuaikan diri, sportif, mandiri
dan memiliki sikap optimis.
Hasil dari pengujian dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa remaja putri overweight yang memiliki dukungan sosial tinggi
memiliki keeprcayaan diri. Dalam hal ini dukungan berupa saran,
perhatian, umpan balik dan dukungan berupa materi dapat
meningkatkan kepercayaan diri remaja. Hal ini tampak pada perilaku
remaja yang bersifat optimis, percaya pada diri sendiri, mandiri dan
tidak bergantung dengan orang lain, sportif dalam mengakui kesalahan
dan betanggung jawab atas semua perbuatannya, perasaan tidak takut
saat berada di lingkungan baru dan sikap yang mudah menyesuaikan
diri.
Untuk melihat sejauh mana pengaruh dukungan sosial
terhadap kepercayaan diri pada remaja putri overweight maka dilakukan
60
perbandingan nilai mean empirik antara dukungan sosial dengan
kepercayaan diri pada remaja putri overweight. Nilai mean empirik
(ME) dari kepercayaan diri adalah sebesar 98,45 dan mean hipotetik
(MH) sebesar 87,5 serta standart deviasi hipotetik (SDh) kepercayaan
diri sebesar 17,5 maka dapat diketahui bahwa kepercayaan diri remaja
putri overweight tergolong sedang. Hal ini berarti subyek penelitian
sebagian besar memiliki kepercayaan diri yang cukup. Remaja putri
overweight yang memiliki kepercayaan diri sangat tinggi (skor 122,5-
140) sebanyak 3 orang (7,5%), kepercayaan diri tergolong tinggi (skor
105-122,5) sebanyak 8 orang (20%), kepercayaan diri yang tergolong
sedang (skor 70-105) sebanyak 27 orang (67,5%), kepercayaan remaja
putri overweight tergolong rendah (skor 52,5-70) sebanyak 2 orang, dan
(skor < 52,5) menunjukkan bahwa tidak ada remaja yang memiliki
kepercayaan diri sangat rendah.
Nilai mean empirik (ME) dukungan sosial adalah 67,33
dengan mean hipotetik (MH) sebesar 52,5 dan standart deviasi hipotetik
(SDh) sebesar 10,5 maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
yang diperoleh remaja putri overweight tergolong tinggi.hal ini berarti
sebagian besar subyek penelitian mendapatkan dukungan sosial yang
besar. Dukungan sosial yang diterima remaja putri overweight sebanyak
8 orang (20%) tergolong sangat tinggi (skor 73,5-84), 19 orang (47,5%)
mendapat dukungan sosial yang tergolong tinggi (skor 63-73,5), 13
orang (20%) mendapat dukungan sosial yang tergolong sedang (skor 42-
63), dan (skor 21-42) menunjukkan bahwa tidak ada remaja yang
mendapatkan dukungan sosial rendah dan sangat rendah.
61
Nilai mean empirik dukungan sosial yang tinggi dipengaruhi oleh
banyaknya dukungan dan perhatian yang didapat sehingga remaja putri
yang overweight merasa diterima dengan baik di lingkungan sosialnya.
Meskipun dukungan sosial yang didapat cukup tinggi namun nilai
kepercayaan diri masih tergolong sedang. Hal ini dikarenakan pada
masa remaja keinginan untuk menonjol dan ketertarikan terhadap lawan
jenis tergolong tinggi. Keadaan fisik yang berbeda dari teman-teman
yang memiliki badan ideal membuat kepercayaan diri remaja putri
overweight tidak begitu tinggi. Walaupun tidak terlalu tinggi namun
dukungan sosial tetap memberi pangaruh terhadap peningkatan
kepercayaan diri remaja putri yang overweight.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa
sumbangan efektif (SE) dukungan sosial terhadap kepercayaan diri
remaja putri overweight adalah sebesar 42% sedangkan faktor-faktor
lain baik dari dalam diri individu maupun pengaruh dari luar diri
individu memberi sumbangan efektif sebesar 58%. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan Nowinski (dalam Retnowati,
2005,h.77) yang mengatakan dukungan sosial berguna dalam usaha
meningkatkan harga diri serta membangkitkan rasa percaya diri dan
memberikan keyakinan pada diri seseorang.
Dalam penelitian ini ada beberapa kelemahan, yaitu:
1. Kemungkinan adanya pengaruh social desirability, yaitu keinginan
subyek penelitian memberikan jawaban yang sesuai dengan norma-
norma lingkungan yang berlaku dan tidak sesuai dengan keadaan
mereka yang sebenarnya.
62
2. Ada kemungkinan subyek dalam mengisi skala penelitian kurang
serius karena ada beberapa subyek yang mengisi dengan
berkelompok dan sambil bercanda.
3. Ada beberapa skala yang ditinggal sehingga peneliti tidak bias
mengontrol dalam pengisian skala dan peneliti tidak mengetahui
apakah subyek mengisi sendiri skala tersebut atau tidak.
4. pengunaan try out terpakai dan jumlah item yang cukup banyak
yaitu 82 item, dapat mempengaruhi subyek dalam mengisi skala
seperti merasa jenuh dan bosan dalam menjawab.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efek dari
beberapa kelemahan dalam penelitian terhadap hasil penelitian adalah
hasil penelitian ada yang tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya
dari remaja putri yang mengalami overweight .
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil
penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial
dengan kepercayaan diri remaja putri overweight. Sumbangan efektif
dukungan sosial terhadap kepercayaan diri remaja putri overweight
sebesar 42% sedangkan 58% sumbangan efektif berasal dari variabel
lain baik yang berasal dari dalam diri individu maupun faktor-faktor lain
diluar diri individu.
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan
di atas maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Remaja putri yang overweight diharapkan dapat menggali lebih
banyak potensi yang ada di dalam dirinya, dapat merasa bangga
dengan dirinya dan dapat membantu remaja putri overweight yang
kurang percaya diri untuk dapat menerima keadaan dirinya serta
bentuk tubuhnya, melakukan apapun sesuai dengan keinginannya
tanpa harus merasa takut untuk kehilangan teman dan tidak terpaku
dengan bentuk tubuhnya saat ini.
2. Keluarga dan teman-teman diharapkan untuk tetap memberikan
dukungan sosial kepada remaja putri overweight yaitu berupa
64
kesediaan untuk menjadi teman berbagi di saat senang maupun
sedih, dan menghargai mereka sebagai seseorang yang unik tanpa
memandang bentuk tubuh. Dukungan berupa materi maupun
informasi juga sangat dibutuhkan agar remaja putri yang overweight
dapat lebih mengembangkan diri dengan potensi yang dimiliki.
3. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk:
a. Peneliti selanjutnya perlu mempertimbangkan variabel-variabel
lain yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan dukungan
sosial seperti kondisi fisik, usia, jenis kelamin, harga diri,
tingkat pendidikan, kesuksesan dalam mencapai tujuan,
penerimaan diridan harga diri.
b. Meminimalkan kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi
selama penelitian berlangsung dengan mencari waktu dan
tempat yang tepat dalam penelitian sehingga peneliti benar-
benar dapat mengawasi dan mengontrol subyek dalam mengisi
skala.
c. Memperhatikan item-item di dalam skala yang akan dipakai di
dalam penelitian apakah skala yang akan digunakan sudah
berisi item-item yang akan mengungkap hal-hal yang akan
diteliti.
d. Membuat jumlah item dalam skala penelitian tidak terlalu
banyak agar tidak membuat subyek merasa jenuh dan bosan
dalam mengisi skala.
65
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mighwar, M.Ag. 2006. Psikologi Remaja; Petunjuk Bagi Guru dan Orangtua. Bandung: CV. Pustaka Setia. Ancok, D.1987. Tehnik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Asri, P.N, Setiasih. 2004. Penerapan Metode Akupuntur. ANIMA volume 19 nomor 3. April. Surabaya: Fakultas psikologi Universitas Surabaya. Azwar, S. 1999. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar _______. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Liberty _______. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Burn, R.B. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta. Penerbit Arcan. Clerq, L,D. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan: Suatu Pendahuluan. Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Soegijapranata. Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Alih bahasa: Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. Effendi, R.W. Tjahjono, E. 1999. Hubungan Antara Perilaku Coping dan Dukungan Sosial dengan Kecemasan pada Ibu Hamil Anak Pertama. ANIMA volume 14 nomor 54. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Hadi. 2005. http://www.kompas.com/ver1/Perempuan/0703/18/065115.htm Hambly, K. 1989. Psikologi Populer: Bagaimana Menigkatkan Rasa Percaya Diri. Jakarta: Penerbit umum. Hooper,D. 2004. Menyelaraskan Pikiran dan Tindakan. Semarang: PT. Dahara Prize.
66
Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak: Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga. Jacken, T. 2002. The Weight Book. Jakarta: PT. TriExs Trimacindo. Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita; Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa jilid 1. Bandung: Penerbit mandar Maju. Kuntjoro, Z.S. 2002. Dukungan sosial pada Lansia. www.e-psikologi.com. Loekmono, L. 1983. Rasa Percaya pada Diri Sendiri. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Marini, R. 2002. Kepercayaan Diri Remaja Penderita Asma Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata (tidak diterbitkan). Marliyah, L, dkk. 2004. Persepsi Terhadap Dukungan Orangtua dan Pembuatan Keputusan Karir Remaja. Jurnal Provitae Volume 1. nomor 1. Desember. Martaniah, S.M.; Afiatin, T. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Psikologika Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi nomor VI Tahun III. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Martani, W, dkk. 1991. Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri Remaja. Jurnal Psikologi Tahun XVIII nomor 1. Juni. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Monk,F.J.K. 1999. Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Alih bahasa: Haditono, S.R. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Murdoko, E.W.H. 2004. Explore Your Personality- Prinsip Dasar Memahami Diri Sendiri untuk Mencapai Keberhasilan dalam Kehidupan Pribadi dan Pekerjaan tanpa Menyalahkan Orangtua. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Gramedia.
67
Patriani, I.I. 2006. Kepercayaan Diri pada Remaja Penghuni Panti Asuhan ditinjau dari Harga Diri. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata (tidak diterbitkan). Prameswari, E.T.R. 2006 Penerimaan Diri pada Mahasiswi Obesitas Ditinjau dari Konsep Diri dan dukungan Sosial. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata (tidak diterbitkan). Pudjijogyanti, C.R. 1988. konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit Arcan. Puspitasari, M.R. 1999. Kepercayaan Diri Remaja Putri Obesitas Diinjau dari Persepsi Terhadap Penampilan Diri. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata (tidak diterbitkan). Rahmawati, A. SRG. S.Psi. 2006. Harga Diri pada remaja Obesitas. Skripsi. Medan: Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Retnowati,L, dkk. 2005. Persepsi Remaja Ketergantungan Napsa Mengenai Dukungan Keluarga Selama Masa Rehabilitasi. ARKHE: Jurnal Ilmiah Psikologi. Tahun 10 nomor 2. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Rini, J.F. 2002.http://www.e-psikologi.com/remaja/130502.htm,. Santrock, J.W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sarwono, S.W. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Alih bahasa: Yustinus. Yogyakarta: Kanisius. Shinta, E. 1995. Perilaku Coping dan Dukungan Sosial pada Pemuda Penganggur Studi Deskriptif terhadap Pemuda Penganggur di Perkotaan. Jurnal Psikologi Indonesia nomor 1. Depok: IPSI. Soeharnanto, E. 2002. kepercayaan Diri dan Pola Asuh Otoriter Sebagai Toleransi Frustasi pada Remaja. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata (tidak diterbitkan).
68
Smet, B, MA. 1993. Psikologi Kesehatan. Semarang : Pusat Psikologi Kesehatan Fakultas Psikologi Universitas Soegijapranata Soekadji, S. 1983. Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Liberty Surya, H. 2003. Rahasia Membangun Percaya Diri. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Sukadji, S. 2000. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian.
Jakarta: Universitas Indonesia. Ubaydillah, AN. 2006.http://www.e-psikologi.com/remaja/101106.htm, Walgito, B. 1993. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Kepercayaan Diri Suatu Pendekatan Psikologi Humanistis. Wandansari, Y. 2004. Peran Dukungan Orangtua dan Guru Terhadap Penyesuaian Sosial Anak Berbakat Intelektual. Jurnal Provitae Volume 1. nomor 1. Desember. Wasito, H, 1995. Pengantar Metodologi Penelitian. Buku Panduan
Mahasisiwa. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Wiwid. Cara Aman dan Alami Atasi Kegemukan http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0204/07/hikmah/lainnya03.htm An. 8 Januari 2007. Pra Remaja Usia Rawan Kegemukan. http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehatan/0701/08/143358.htm NN. 25 Febuari 2007. Dunia Bulat Bundarhttp://naked-traveler.blogspot.com/2007/02/dunia-bulat-bundar.html Wahyurini, C, Ma’shum, Y. 5 Maret 2004. Perlukah Diet Buat Remaja? http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/05/muda/893637.htm Mu’tadin, Z. S.Psi. MSi. 13 Mei 2002. Obesitas dan Faktor Penyebab. http://www.e-psikologi.com/remaja/130502.htm.
69
LAMPIRAN
66
LAMPIRAN A
SKALA PENELITIAN
A-1 Skala Kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight
67
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri anda.
2. Bacalah setiap pernyataan dengan cermat lalu anda diminta memilih
satu (1) dari 4 jawaban, adapun pilihan jawabannya adalah sebagai
berikut:
SS : Bila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan keadaan
diri anda.
S : Bila pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan diri anda.
TS : Bila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri anda.
STS : Bila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan
keadaan diri anda.
3. Cara menjawab dengan memberi tanda (x) pada kolom yang tersedia
sesuai dengan jawaban yang anda pilih.
4. Jawablah sesuai dengan KONDISI ANDA yang sebenarnya dengan
sejujur-jujurnya bukan berdasarkan jawaban yang terbaik. 5. Semua jawaban adalah BENAR sehingga tidak ada jawaban yang
dianggap salah. 6. Angket ini hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah, sehingga
rahasia jawaban anda terjamin. 7. Tidak perlu terburu-buru dalam menjawab, karena waktu tidak dibatasi,
yang penting setiap nomor harus dijawab smua. 8. Bila ingin mengganti jawaban, maka jawaban pertama diberi tanda (=)
kemudian anda pilih jawaban yang lain.
Selamat mengerjakan !
Terima kasih atas kerjasamanya, TUHAN memberkati..
68
IDENTITAS DIRI USIA : BERAT BADAN : TINGGI BADAN :
SKALA I
NO PERNYATAAN SS S TS STS 1 Saya yakin akan kemampuan yang saya miliki SS S TS STS 2 Saya terbiasa untuk melakukan segala sesuatu
dengan kemampuan saya sendiri SS S TS STS
3 Bila saya memang salah, saya akan mengakuinya
SS S TS STS
4 Saya berani mengemukakan pendapat di depan umum
SS S TS STS
5 Saya senang bergaul dengan siapa saja SS S TS STS 6 Saya mudah putus asa SS S TS STS 7 Saya selalu meminta bantuan dalam
menyelesaikan masalah SS S TS STS
8 Saya cenderung mengingkari kesalahan saya sendiri
SS S TS STS
9 Saya merasa was-was bila teman-teman menolak saya
SS S TS STS
10 Saya merasa canggung bila berada di lingkungan yang baru
SS S TS STS
11 Saya dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kemampuan saya
SS S TS STS
12 Meskipun mendapat tugas yang sulit saya akan berusaha mengerjakannya sendiri
SS S TS STS
13 Saya menerima kritikan dari orang lain mengenai diri saya dengan hati terbuka.
SS S TS STS
14 Saya berani memulai pembicaraan dengan orang yang baru saya kenal
SS S TS STS
15 Walaupun bentuk badan saya berbeda dengan teman-teman, saya tetap dapat bergaul dengan baik
SS S TS STS
16 Saya sering kali tidak yakin terhadap sesuatu yang saya lakukan
SS S TS STS
17 Saya bertanya pada orang lain ketika akan mengambil keputusan
SS S TS STS
18 Saya mencari alasan bila berbuat salah, agar tidak dihukum
SS S TS STS
19 Sulit bagi saya untuk berbicara di depan SS S TS STS
69
banyak orang 20 Dalam suatu pesta saya merasa kurang yakin
bahwa saya mapu berpenampilan menarik SS S TS STS
21 Saya merasa keputusan yang saya ambil adalah yang terbaik
SS S TS STS
22 Saya menolak mengikuti kemauan teman yang tidak baik
SS S TS STS
23 Saya akan meminta maaf dan bertangung jawab atas kesalahan yang saya lakukan.
SS S TS STS
24 Bila ada teman yang berbuat salah, saya akan menegurnya
SS S TS STS
25 Mudah bagi saya untuk memulai pembicaraan dengan orang yang baru saya temui
SS S TS STS
26 Menurut saya, tidak banyak yang dapat diharapkan dari saya
SS S TS STS
27 Lebih baik saya meminta bantuan orang lain daripada saya mengerjakan pekerjaan dengan banyak kesalahan.
SS S TS STS
28 Saya cenderung menyalahkan orang lain atas masalah yang saya alami
SS S TS STS
29 Saya merasa takut bila teman-teman memperhatikan penampilan saya
SS S TS STS
30 Tidak mudah bagi saya berbicara dengan orang baru, terutama pria
SS S TS STS
31 Saya akan terus berusaha sampai saya berhasil mengerjakan sesuatu dengan baik.
SS S TS STS
32 Saya berani mengambil keputusan yang menurut saya baik tanpa harus meminta pendapat teman saya
SS S TS STS
33 Saya akan menerima saran dan kritik dari orang lain dan berusaha memperbaiki kesalahan saya
SS S TS STS
34 Saya berani mengikuti kegiatan tertentu seorang diri walaupun teman saya tidak ikut
SS S TS STS
35 Saya merasa disukai oleh orang disekitar saya SS S TS STS 36 Saya merasa temen-teman kurang dapat
menerima saya karena keadaan fisik saya yang kurang menarik
SS S TS STS
37 Saya akan mengikuti kemauan orang lain SS S TS STS 38 Saya tidak berani menerima resiko atas
perbuatan yang saya lakukan. SS S TS STS
39 Saya merasa takut bila ada teman yang lebih baik dari saya
SS S TS STS
40 Saya merasa malu jika ingin mengawali pembicaraan dengan orang baru saya kenal
SS S TS STS
70
LAMPIRAN A
SKALA PENELITIAN
A-2 Skala Dukungan Sosial
71
SKALA II
NO PERNYATAAN SS S TS STS1 Saya merasa dicintai keluarga SS S TS STS 2 Teman-teman menghargai ide yang saya sampaikan SS S TS STS 3 Keluarga sering membelikan pakaian yang sesuai
dengan tubuh saya SS S TS STS
4 Teman-teman sering menyarankan saya agar saya rajin berolahraga
SS S TS STS
5 Ketika saya sedih, teman-teman malah menjauhi saya
SS S TS STS
6 Saya merasa orang lain menilai negatif tentang saya SS S TS STS 7 Orang lain tidak peduli ketika saya merasa tertekan
dengan keadaan saya. SS S TS STS
8 Teman-teman jarang meberikan solusi ketika saya mengalami masalah dengan keadaan saya
SS S TS STS
9 Sahabat memberi semangat ketika saya kurang percaya diri
SS S TS STS
10 Teman-teman mau mengikutsertakan saya di dalam tugas kelompok
SS S TS STS
11 Ketika saya lupa membawa dompet, sahabat mau meminjamkan uangnya
SS S TS STS
12 Keluarga siap memberikan nasihat dan masukan bila saya membutuhkannya
SS S TS STS
13 Keluarga saya sering membanding-bandingkan keadaan fisik saya dengan orang lain
SS S TS STS
14 Saya jarang dilibatkan dalam acara kluarga SS S TS STS 15 Saya merasa kesulitan mendapat bantuan dari
orang lain karena keadaan saya SS S TS STS
16 Orang lain kadang memberi informasi kecantikan yang menyesatkan kepada saya
SS S TS STS
17 Ketika sedih, ada yang bersedia mendengarkan keluh kesah saya
SS S TS STS
18 saya merasa dihargai oleh orang lain SS S TS STS 19 Teman-teman memberikan saya tips tentang
perawatan tubuh SS S TS STS
20 Keluarga menyarankan agar saya menjaga kesehatan tubuh
SS S TS STS
21 Saya sering diejek karena keadaan diri saya SS S TS STS 22 Orang lain sering meremehkan fisik saya
SS S TS STS
23 Teman-teman tidak mau membantu saya mengerjakan tugas yang sulit karena malu dengan keadaan saya
SS S TS STS
72
24 Orangtua membiarkan saya memecahkan masalah saya sendiri walaupun saya merasa kesulitan
SS S TS STS
25 Teman-teman ada ketika saya membutuhkan seseorang untuk sharing
SS S TS STS
26 Teman-teman memuji penampilan saya saat bertemu di pesta.
SS S TS STS
27 Teman-teman bersedia membantu ketika saya kesulitan mengerjakan tugas.
SS S TS STS
28 Sahabat sering memberi pengarahan agar saya percaya diri
SS S TS STS
29 Ketika sakit, teman-teman tidak menjenguk saya SS S TS STS 30 Saya sering dijadikan bahan ejekan oleh teman-
teman SS S TS STS
31 Keluarga saya jarang membelikan baju yang sesuai dengan ukuran saya
SS S TS STS
32 Keluarga saya jarang meberikan nasihat dan saran terhadap keadaan saya
SS S TS STS
73