kencur

10
V. PEMBAHASAN Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami prinsip serta melakukan isolasi etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis dan analisis kuantitatifnya (menghitung jumlah rendemen). Kencur (Kaempferia galanga L.) termasuk dalam tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak, tidak berserat, berwarna putih, dan kulit luarnya berwarna coklat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwara lembayung dengan warna putih lebih dominan. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka. Berikut ini klasifikasi Kencur : a. Klasifikasi ilmiah Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Subfamili : Zingiberoideae Genus : Kaempferia Spesies : Kaempferia galanga (L) b. Nama Lokal :

Upload: tri-astuti-hanna-p

Post on 23-Oct-2015

159 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: kencur

V. PEMBAHASAN

Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami prinsip

serta melakukan isolasi etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur (Kaempferia

galanga L.) beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan menggunakan metode

kromatografi lapis tipis dan analisis kuantitatifnya (menghitung jumlah rendemen).

Kencur (Kaempferia galanga L.) termasuk dalam tanaman jenis empon-

empon yang mempunyai daging buah paling lunak, tidak berserat, berwarna putih,

dan kulit luarnya berwarna coklat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur

di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu

banyak air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Jumlah helaian daun

kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun

setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir

bunga berwara lembayung dengan warna putih lebih dominan. Kencur tumbuh dan

berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan. Kencur dapat

ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan

di tempat terbuka. Berikut ini klasifikasi Kencur :

a. Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Subfamili : Zingiberoideae

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galanga (L)

b. Nama Lokal :

Kencur (Indonesia, Jawa), Cikur (Sunda), Ceuko (Aceh); Kencor (Madura), Cekuh

(Bali), Kencur, Sukung (Minahasa); Asauli, sauleh, soul, umpa (Ambon), Cekir

(Sumba);

c. Komposisi kimia :

Pati (4,14 %), mineral (13,73 %), minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil

kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin,

asam anisat, alkaloid, dan gom.

d. Penyakit Yang Dapat Diobati :

Radang Lambung, Radang anak telinga, Influenza pada bayi; Masuk angin, Sakit

Kepala, Batuk, Menghilangkan darah kotor; Diare, Memperlancar haid, Mata Pegal,

keseleo, lelah.

(Anonim, 1987)

Page 2: kencur

Kandungan kimia utama dalam rimpang kencur adalah etil parametoksi

sinamat (terkandung dalam mnyak atsiri kencur) yang mempunyai aktivitas analgetik

dan diduga bertanggungjawab pula terhadap efek penambah nafsu makan. Berikut ini

adalah struktur dari etil parametoksi sinamat :

Struktur Etil p-metoksi sinamat

Etil parametoksi sinamat merupakan senyawa fenolik termetilasi dan

merupakan senyawa ester dari asam sinamat dengan substituent metoksi pada posisi

para, memiliki polaritas yang relatif tinggi. Senyawa ini larut baik dalam heksan,

petroleum eter, tetapi juga larut dalam etanol, tidak larut dalam air.

Prinsip kerja dri isolasi etil parametoksi sinamat pada percobaan ini adalah

etil parametoksi sinamat adalah etil parametoksi sinamat yang larut dalam etanol

merupakan komponen utama secara kuantitatif sehingga dapat diekstraksi dengan

etanol dan dikristalisasi melalui pemekatan dan pendinginan. Secara kualitatif, etil

parametoksi sinamat dapat dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan

dideteksi dengan pereaksi anisaldehid asam sulfat dan vanilin-asam sulfat.

Langkah pertama yang dilakukan dalam isolasi etil parametoksi sinamat

adalah maserasi serbuk rimpang kencur dengan etanol 95%. Pelarut yang digunakan

adalah etanol 95% karena etil parametoksi sinamat larut dalam etanol. Sebanyak 30

gram serbuk rimpang kencur dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml dan

ditambah dengan 200 ml etanol 95%. Campuran tersebut kemudian digojog dan

didiamkan termaserasi selama 1 minggu. Maserasi dilakukan selama 1 minggu agar

zat aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat terisolasi secara sempurna.

Maserasi merupakan suatu proses ekstraksi dingin yang berprinsip pada

difusi. Metode maserasi menitikberatkan pada perendaman dan penggojogan dan

menggunakan prinsip perendaman serbuk di dalam cairan penyari. Dengan

perendaman, susunan sel pada serbuk kencur akan luruh, sehingga zat aktif yang

terkandung di dalam bahan tersebut akan larut ke dalam cairan penyari. Penyari yang

digunakan adalah etanol karena etil parametoksi sinamat larut dalam etanol. Sampel

yang digunakan berupa serbuk agar luas permukaan kontak antara bahan dan penyari

besar sehingga penyarian lebih sempurna. Proses penggojogan bertujuan agar pelarut

dapat mengalir secara berulang-ulang ke dalam serbuk halus. Larutnya zat aktif akan

terjadi apabila cairan penyari menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel.

Di dalam rongga sel inilah terdapat zat aktif yang dapat larut dalam cairan penyari.

Page 3: kencur

Proses keluarnya zat aktif dari rongga sel disebabkan karena adanya perbedaan

konsentrasi di dalam dan di luar sel, sehingga terjadi difusi zat aktif ke luar sel. Oleh

karena itu pada proses maserasi perlu dilakukan penggojogan untuk mengacaukan

gradien konsentrasi larutan zat aktif di luar sel sehingga konsentrasi zat aktif di luar

sel pada tiap bagian larutan sama besar. Hal ini akan memudahkan terjadinya proses

difusi zat aktif dari dalam ke luar sel. Gradien konsentrasi adalah kondisi dimana

konsentrasi zat aktif dalam larutan di luar sel paling besar terdapat di daerah yang

dekat dengan sampel yang dimaserasi. Makin jauh dari sampel yang termaserasi,

konsentrasi zat aktif yang terlarut di luar sel makin sedikit.

Setelah 1 minggu, larutan disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh

filtrat etanol 95% yang diduga mengandung etil parametoksi sinamat. Filtrat yang

diperoleh kemudian dipekatkan dengan cara diuapkan di atas penangas air hingga

volume 10 ml. Pemekatan ini bertujuan untuk memperbesar konsentrasi etil

parametoksi sinamat dalam etanol 95%, sehingga pada saat dilakukan kristalisasi

akan menghasilkan kristal yang banyak dan mudah diamati.

Setelah dipekatkan, selanjutnya filtrat dituang ke dalam Erlenmeyer. Sisa-sisa

zat yang tertinggal pada cawan porselen dicuci dengan 5 ml etanol 95% dan

dicampurkan ke dalam Erlenmeyer. Kristalisasi dilakukan dengan menyimpan cairan

dalam almari pendingin selama 2 minggu hingga praktikum berikutnya. Prinsip

kristalisasi yang digunakan adalah perbedaan kelarutan etil parametoksi sinamat pada

keadaan panas dan dingin. Pada keadaan dingin, etil parametoksi sinamat tidak larut

dalam etanol sehingga dapat dipisahkan dari pelarutnya (etanol) dengan penyaringan.

Kristal yang diperoleh kemudian dipisahkan dari cairannya dengan kertas

saring yang sudah ditara. Kertas saring dan kristal yang diperoleh kemudian

dikeringkan pada suhu 50oC lalu ditimbang. Pada percobaan ini, berat kristal etil

parametoksi sinamat yang diperoleh sebesar 1,49 gram. Bentuk kristal secara

makroskopik berbentuk jarum dan berwarna putih kekuningan. Kristal yang

diperoleh kemudian dilakukan karakterisasi dengan mengamati bentuk kristal di

bawah mikroskop, menguji jarak lebur, menguji kelarutan dengan petroleum eter,

etanol 95%, air, dan melakukan analisis kualitatif dengan menggunakan kromatografi

lapis tipis. Karena kristal yang diperoleh sangat sedikit, maka untuk pengujian kristal

digunakan kristal dari kelompok VII.

Kelompok I dan II, dilakukan uji kelarutan dalam petroleum eter, kelompok

IV dan V melakukan uji kelarutan dalam etanol 95%, dan kelompok VII dan VIII

melakukan uji kelarutan dalam air. Dari hasil percobaan, 0,1 gram kristal etil

parametoksi sinamat larut dalam 0,5 ml petroleum eter, dan juga larut dalam 0,5 ml

etanol 95%. Etil parametoksi sinamat tidak larut dalam air.

Page 4: kencur

Dari hasil pengamatan bentuk kristal di bawah mikroskop, diperoleh gambar

kristal seperti di bawah ini :

Dari hasil uji jarak lebur didapatkan jarak lebur etil parametoksi sinamat

antara 460C-500C. Secara teori titik lebur etil parametoksi sinamat adalah sebesar

480C-490C (Darwis, 1990). Hasil pengujian titik lebur kristal yang didapat mendekati

titik lebur etil para metoksi sinamat.

Uji selanjutnya adalah melakukan analisis kualitatif dengan menggunakan

kromatografi lapis tipis. Dari kristal yang diperoleh diambil sebanyak 20 miligram,

kemudian dilarutkan dalam 1 ml etanol , sehingga diperoleh kadar etil parametoksi

sinamat 20 mg/ml. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254. Fase diam ini

terdiri dari lempeng silika yang dilapisi gypsum dan senyawa berfluoresensi di bawah

UV 254. Sistem kromatografi yang digunakan adalah fase normal. Fase diam ini

bersifat polar. Fase gerak yang digunakan bersifat non polar, yaitu toluene. Dengan

demikian senyawa-senyawa non polar akan lebih mudah terbawa fase gerak.

Sedangkan senyawa-senyawa polar akan lebih tertahan pada fase diam. Sampel

ditotolkan pada plat KLT sampai timbul spot jika diamati di bawah sinar UV.

Totolan jangan terlalu besar dan tebal agar tidak terjadi tailing. Sebagai pembanding

digunakan larutan pembanding etil parametoksi sinamat. Kemudian plat dicelupkan

ke dalam bejana yang telah dijenuhi fase gerak dan dielusi samapai jarak 8 cm.

Deteksi bercak dilakukan dengan mengamati di bawah sinar UV 254 nm

dan UV 366 nm serta diperkuat intensitasnya dengan pereaksi semprot anisaldehid

asam sulfat lalu dipanaskan pada suhu 105oC selama 5 menit. Sebelum disemprot,

kedua bercak pada sinar tampak berwarna ungu muda, di bawah UV 254 terjadi

pemadaman bercak, sedangkan pada UV 366 berpendar. Setelah disemprot dengan

anisaldehid asam sulfat, kedua bercak pada sinar tampak bercak berwarna ungu, pada

UV 254 berwarna ungu muda dan pada UV 366 berwarna orange. Pada masing-

masing totolan timbul 2 bercak, hal ini menunjukkan bahwa baik sampel maupun

pembanding tidak murni (masih terdapat pengotor).

Page 5: kencur

Parameter dari analisis kualitatif dengan KLT adalah harga Rf. Harga Rf

menunjukkan kepolaran dari suatu senyawa. Fase gerak pada sistem KLT

menggunakan toluena yang bersifat kurang polar dibandingkan dengan fase diam

silika gel GF 254. Akibatnya, senyawa etil parametoksi sinamat yang memiliki

polaritas relatif tinggi akan lebih tertahan oleh fase diam. Oleh sebab itu larutan

pembanding yang berupa etil parametoksi sinamat standar dan juga larutan sampel

memilki harga Rf yang kecil karena kurang terelusi. Harga Rf dari sampel adalah

0,525 dan 0,55 sedangkan Rf pembanding adalah 0,5625 dan 0,475. Rf dari sampel

dan pembanding tidak jauh beda. Dari hasil analisis KLT menunjukkan bahwa

sampel merupakan etil parametoksi sinamat. Hal ini dapat dilihat dari harga Rf dan

warna bercak antara sampel dan pembanding yang hampir sama. Selain itu, dari uji

kelarutan sesuai dengan teori bahwa etil parametoksi sinamat tidak larut dalam air,

larut dalam petroleum eter dan dalam etanol 95%. Dari uji karakterisasi kristal yang

diperoleh dapat disimpulkan bahwa dalam rimpang kencur tersebut mengandung etil

parametoksi sinamat. Namun, untuk membuktikan lebih lanjut apakah kristal yang

diperoleh benar-benar etil parametoksi sinamat perlu dilakukan analisis seperti

elusidasi struktur, spektrometer massa, GC-MS, dan sebagainya. Etil parametoksi

sinamat diisolasi dari rimpang kencur dan dapat dikristalisasi.

Selain uji kualitatif, juga dilakukan uji kuantitatif dengan menghitung

jumlah rendemen yang didapatkan. Dari hasil perhitungan didapatkan rendemen

sebesar 4,97%. Rendemen cukup besar sehingga dapat dikatakan bahwa isolasi

berjalan cukup efektif.

VI. KESIMPULAN

1. Etil parametoksi sinamat merupakan senyawa turunan fenol yang terkadung dalam

rimpang kencur (Kaemferia galanga L.)

2. Etil parametoksi sinamat dapat diekstraksi dengan maserasi menggunkan etanol

95% sebagai penyari.

3. Kristal yang didapat berbentuk jarum dan berwarna putih kekuningan.

4. Kristal etil parametoksi sinamat larut dalam petroleum eter dan dalam etanol 95%

(0,1 gram dalam 0,5 ml petroleum eter dan juga dalam 0,5 ml etanol 95%)

5. Jarak lebur dari kristal etil parametoksi sinamat adalah 460C- 500C.

6. Rendemen yang dihasilkan sebesar 1,37%

7. Hasil analisis KLT : Rf sampel = 0,525 dan 0,55

Rf pembanding = 0,5625 dan 0,475

Warna bercak pada sampel dan pembanding sama.

8. Kristal yang diperoleh dapat dikatakan merupakan etil parametoksi sinamat.

Page 6: kencur

VII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1987, Analisis Obat Tradisional I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2006, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=137, diakses

tanggal 20 Desember 2009.

Anonim, 2007, http://id.wikipedia.org/wiki/Kencur, diakses tanggal 20 Desember

2009.

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia Jilid I, Depkes RI, Jakarta.

Anonim, 1994, Materi Medika Indonesia Jilid II, Depkes RI, Jakarta.

Ikan, R., 1969, Natural Products, Academic Press, London and New York.

Riyanto, 1987, Seminar Nasional Metabolit Sekunder PAU Bioteknologi, UGM

Press, Yogyakarta.

Stahl, Egan, 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit

ITB, Bandung.

Surbakti, Darwis, 1990, Isolasi dan Transformasi Etil p-metoksisinamat dari

Kaempferia galanga, Linn, http://www.digilib.itb.ac.id, diakses tanggal 22

Desember 2009.

Syamsuhidayat, Sri Sugati, Dra, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I),

Depkes RI, Jakarta.

Yogyakarta, 21 Desember 2009

Mengetahui,

Asisten Praktikan,

Ami Afiyati (FA/07895)

Uswatul Jannah (FA/07896)

( ) Nurul Hilalussodik AF. (FA/07902)