kencur
TRANSCRIPT
V. PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami prinsip
serta melakukan isolasi etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.) beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan menggunakan metode
kromatografi lapis tipis dan analisis kuantitatifnya (menghitung jumlah rendemen).
Kencur (Kaempferia galanga L.) termasuk dalam tanaman jenis empon-
empon yang mempunyai daging buah paling lunak, tidak berserat, berwarna putih,
dan kulit luarnya berwarna coklat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur
di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu
banyak air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Jumlah helaian daun
kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun
setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir
bunga berwara lembayung dengan warna putih lebih dominan. Kencur tumbuh dan
berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan. Kencur dapat
ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan
di tempat terbuka. Berikut ini klasifikasi Kencur :
a. Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Subfamili : Zingiberoideae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga (L)
b. Nama Lokal :
Kencur (Indonesia, Jawa), Cikur (Sunda), Ceuko (Aceh); Kencor (Madura), Cekuh
(Bali), Kencur, Sukung (Minahasa); Asauli, sauleh, soul, umpa (Ambon), Cekir
(Sumba);
c. Komposisi kimia :
Pati (4,14 %), mineral (13,73 %), minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil
kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin,
asam anisat, alkaloid, dan gom.
d. Penyakit Yang Dapat Diobati :
Radang Lambung, Radang anak telinga, Influenza pada bayi; Masuk angin, Sakit
Kepala, Batuk, Menghilangkan darah kotor; Diare, Memperlancar haid, Mata Pegal,
keseleo, lelah.
(Anonim, 1987)
Kandungan kimia utama dalam rimpang kencur adalah etil parametoksi
sinamat (terkandung dalam mnyak atsiri kencur) yang mempunyai aktivitas analgetik
dan diduga bertanggungjawab pula terhadap efek penambah nafsu makan. Berikut ini
adalah struktur dari etil parametoksi sinamat :
Struktur Etil p-metoksi sinamat
Etil parametoksi sinamat merupakan senyawa fenolik termetilasi dan
merupakan senyawa ester dari asam sinamat dengan substituent metoksi pada posisi
para, memiliki polaritas yang relatif tinggi. Senyawa ini larut baik dalam heksan,
petroleum eter, tetapi juga larut dalam etanol, tidak larut dalam air.
Prinsip kerja dri isolasi etil parametoksi sinamat pada percobaan ini adalah
etil parametoksi sinamat adalah etil parametoksi sinamat yang larut dalam etanol
merupakan komponen utama secara kuantitatif sehingga dapat diekstraksi dengan
etanol dan dikristalisasi melalui pemekatan dan pendinginan. Secara kualitatif, etil
parametoksi sinamat dapat dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan
dideteksi dengan pereaksi anisaldehid asam sulfat dan vanilin-asam sulfat.
Langkah pertama yang dilakukan dalam isolasi etil parametoksi sinamat
adalah maserasi serbuk rimpang kencur dengan etanol 95%. Pelarut yang digunakan
adalah etanol 95% karena etil parametoksi sinamat larut dalam etanol. Sebanyak 30
gram serbuk rimpang kencur dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml dan
ditambah dengan 200 ml etanol 95%. Campuran tersebut kemudian digojog dan
didiamkan termaserasi selama 1 minggu. Maserasi dilakukan selama 1 minggu agar
zat aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat terisolasi secara sempurna.
Maserasi merupakan suatu proses ekstraksi dingin yang berprinsip pada
difusi. Metode maserasi menitikberatkan pada perendaman dan penggojogan dan
menggunakan prinsip perendaman serbuk di dalam cairan penyari. Dengan
perendaman, susunan sel pada serbuk kencur akan luruh, sehingga zat aktif yang
terkandung di dalam bahan tersebut akan larut ke dalam cairan penyari. Penyari yang
digunakan adalah etanol karena etil parametoksi sinamat larut dalam etanol. Sampel
yang digunakan berupa serbuk agar luas permukaan kontak antara bahan dan penyari
besar sehingga penyarian lebih sempurna. Proses penggojogan bertujuan agar pelarut
dapat mengalir secara berulang-ulang ke dalam serbuk halus. Larutnya zat aktif akan
terjadi apabila cairan penyari menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel.
Di dalam rongga sel inilah terdapat zat aktif yang dapat larut dalam cairan penyari.
Proses keluarnya zat aktif dari rongga sel disebabkan karena adanya perbedaan
konsentrasi di dalam dan di luar sel, sehingga terjadi difusi zat aktif ke luar sel. Oleh
karena itu pada proses maserasi perlu dilakukan penggojogan untuk mengacaukan
gradien konsentrasi larutan zat aktif di luar sel sehingga konsentrasi zat aktif di luar
sel pada tiap bagian larutan sama besar. Hal ini akan memudahkan terjadinya proses
difusi zat aktif dari dalam ke luar sel. Gradien konsentrasi adalah kondisi dimana
konsentrasi zat aktif dalam larutan di luar sel paling besar terdapat di daerah yang
dekat dengan sampel yang dimaserasi. Makin jauh dari sampel yang termaserasi,
konsentrasi zat aktif yang terlarut di luar sel makin sedikit.
Setelah 1 minggu, larutan disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh
filtrat etanol 95% yang diduga mengandung etil parametoksi sinamat. Filtrat yang
diperoleh kemudian dipekatkan dengan cara diuapkan di atas penangas air hingga
volume 10 ml. Pemekatan ini bertujuan untuk memperbesar konsentrasi etil
parametoksi sinamat dalam etanol 95%, sehingga pada saat dilakukan kristalisasi
akan menghasilkan kristal yang banyak dan mudah diamati.
Setelah dipekatkan, selanjutnya filtrat dituang ke dalam Erlenmeyer. Sisa-sisa
zat yang tertinggal pada cawan porselen dicuci dengan 5 ml etanol 95% dan
dicampurkan ke dalam Erlenmeyer. Kristalisasi dilakukan dengan menyimpan cairan
dalam almari pendingin selama 2 minggu hingga praktikum berikutnya. Prinsip
kristalisasi yang digunakan adalah perbedaan kelarutan etil parametoksi sinamat pada
keadaan panas dan dingin. Pada keadaan dingin, etil parametoksi sinamat tidak larut
dalam etanol sehingga dapat dipisahkan dari pelarutnya (etanol) dengan penyaringan.
Kristal yang diperoleh kemudian dipisahkan dari cairannya dengan kertas
saring yang sudah ditara. Kertas saring dan kristal yang diperoleh kemudian
dikeringkan pada suhu 50oC lalu ditimbang. Pada percobaan ini, berat kristal etil
parametoksi sinamat yang diperoleh sebesar 1,49 gram. Bentuk kristal secara
makroskopik berbentuk jarum dan berwarna putih kekuningan. Kristal yang
diperoleh kemudian dilakukan karakterisasi dengan mengamati bentuk kristal di
bawah mikroskop, menguji jarak lebur, menguji kelarutan dengan petroleum eter,
etanol 95%, air, dan melakukan analisis kualitatif dengan menggunakan kromatografi
lapis tipis. Karena kristal yang diperoleh sangat sedikit, maka untuk pengujian kristal
digunakan kristal dari kelompok VII.
Kelompok I dan II, dilakukan uji kelarutan dalam petroleum eter, kelompok
IV dan V melakukan uji kelarutan dalam etanol 95%, dan kelompok VII dan VIII
melakukan uji kelarutan dalam air. Dari hasil percobaan, 0,1 gram kristal etil
parametoksi sinamat larut dalam 0,5 ml petroleum eter, dan juga larut dalam 0,5 ml
etanol 95%. Etil parametoksi sinamat tidak larut dalam air.
Dari hasil pengamatan bentuk kristal di bawah mikroskop, diperoleh gambar
kristal seperti di bawah ini :
Dari hasil uji jarak lebur didapatkan jarak lebur etil parametoksi sinamat
antara 460C-500C. Secara teori titik lebur etil parametoksi sinamat adalah sebesar
480C-490C (Darwis, 1990). Hasil pengujian titik lebur kristal yang didapat mendekati
titik lebur etil para metoksi sinamat.
Uji selanjutnya adalah melakukan analisis kualitatif dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis. Dari kristal yang diperoleh diambil sebanyak 20 miligram,
kemudian dilarutkan dalam 1 ml etanol , sehingga diperoleh kadar etil parametoksi
sinamat 20 mg/ml. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254. Fase diam ini
terdiri dari lempeng silika yang dilapisi gypsum dan senyawa berfluoresensi di bawah
UV 254. Sistem kromatografi yang digunakan adalah fase normal. Fase diam ini
bersifat polar. Fase gerak yang digunakan bersifat non polar, yaitu toluene. Dengan
demikian senyawa-senyawa non polar akan lebih mudah terbawa fase gerak.
Sedangkan senyawa-senyawa polar akan lebih tertahan pada fase diam. Sampel
ditotolkan pada plat KLT sampai timbul spot jika diamati di bawah sinar UV.
Totolan jangan terlalu besar dan tebal agar tidak terjadi tailing. Sebagai pembanding
digunakan larutan pembanding etil parametoksi sinamat. Kemudian plat dicelupkan
ke dalam bejana yang telah dijenuhi fase gerak dan dielusi samapai jarak 8 cm.
Deteksi bercak dilakukan dengan mengamati di bawah sinar UV 254 nm
dan UV 366 nm serta diperkuat intensitasnya dengan pereaksi semprot anisaldehid
asam sulfat lalu dipanaskan pada suhu 105oC selama 5 menit. Sebelum disemprot,
kedua bercak pada sinar tampak berwarna ungu muda, di bawah UV 254 terjadi
pemadaman bercak, sedangkan pada UV 366 berpendar. Setelah disemprot dengan
anisaldehid asam sulfat, kedua bercak pada sinar tampak bercak berwarna ungu, pada
UV 254 berwarna ungu muda dan pada UV 366 berwarna orange. Pada masing-
masing totolan timbul 2 bercak, hal ini menunjukkan bahwa baik sampel maupun
pembanding tidak murni (masih terdapat pengotor).
Parameter dari analisis kualitatif dengan KLT adalah harga Rf. Harga Rf
menunjukkan kepolaran dari suatu senyawa. Fase gerak pada sistem KLT
menggunakan toluena yang bersifat kurang polar dibandingkan dengan fase diam
silika gel GF 254. Akibatnya, senyawa etil parametoksi sinamat yang memiliki
polaritas relatif tinggi akan lebih tertahan oleh fase diam. Oleh sebab itu larutan
pembanding yang berupa etil parametoksi sinamat standar dan juga larutan sampel
memilki harga Rf yang kecil karena kurang terelusi. Harga Rf dari sampel adalah
0,525 dan 0,55 sedangkan Rf pembanding adalah 0,5625 dan 0,475. Rf dari sampel
dan pembanding tidak jauh beda. Dari hasil analisis KLT menunjukkan bahwa
sampel merupakan etil parametoksi sinamat. Hal ini dapat dilihat dari harga Rf dan
warna bercak antara sampel dan pembanding yang hampir sama. Selain itu, dari uji
kelarutan sesuai dengan teori bahwa etil parametoksi sinamat tidak larut dalam air,
larut dalam petroleum eter dan dalam etanol 95%. Dari uji karakterisasi kristal yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa dalam rimpang kencur tersebut mengandung etil
parametoksi sinamat. Namun, untuk membuktikan lebih lanjut apakah kristal yang
diperoleh benar-benar etil parametoksi sinamat perlu dilakukan analisis seperti
elusidasi struktur, spektrometer massa, GC-MS, dan sebagainya. Etil parametoksi
sinamat diisolasi dari rimpang kencur dan dapat dikristalisasi.
Selain uji kualitatif, juga dilakukan uji kuantitatif dengan menghitung
jumlah rendemen yang didapatkan. Dari hasil perhitungan didapatkan rendemen
sebesar 4,97%. Rendemen cukup besar sehingga dapat dikatakan bahwa isolasi
berjalan cukup efektif.
VI. KESIMPULAN
1. Etil parametoksi sinamat merupakan senyawa turunan fenol yang terkadung dalam
rimpang kencur (Kaemferia galanga L.)
2. Etil parametoksi sinamat dapat diekstraksi dengan maserasi menggunkan etanol
95% sebagai penyari.
3. Kristal yang didapat berbentuk jarum dan berwarna putih kekuningan.
4. Kristal etil parametoksi sinamat larut dalam petroleum eter dan dalam etanol 95%
(0,1 gram dalam 0,5 ml petroleum eter dan juga dalam 0,5 ml etanol 95%)
5. Jarak lebur dari kristal etil parametoksi sinamat adalah 460C- 500C.
6. Rendemen yang dihasilkan sebesar 1,37%
7. Hasil analisis KLT : Rf sampel = 0,525 dan 0,55
Rf pembanding = 0,5625 dan 0,475
Warna bercak pada sampel dan pembanding sama.
8. Kristal yang diperoleh dapat dikatakan merupakan etil parametoksi sinamat.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1987, Analisis Obat Tradisional I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2006, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=137, diakses
tanggal 20 Desember 2009.
Anonim, 2007, http://id.wikipedia.org/wiki/Kencur, diakses tanggal 20 Desember
2009.
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia Jilid I, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 1994, Materi Medika Indonesia Jilid II, Depkes RI, Jakarta.
Ikan, R., 1969, Natural Products, Academic Press, London and New York.
Riyanto, 1987, Seminar Nasional Metabolit Sekunder PAU Bioteknologi, UGM
Press, Yogyakarta.
Stahl, Egan, 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit
ITB, Bandung.
Surbakti, Darwis, 1990, Isolasi dan Transformasi Etil p-metoksisinamat dari
Kaempferia galanga, Linn, http://www.digilib.itb.ac.id, diakses tanggal 22
Desember 2009.
Syamsuhidayat, Sri Sugati, Dra, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I),
Depkes RI, Jakarta.
Yogyakarta, 21 Desember 2009
Mengetahui,
Asisten Praktikan,
Ami Afiyati (FA/07895)
Uswatul Jannah (FA/07896)
( ) Nurul Hilalussodik AF. (FA/07902)