kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

132
i TESIS KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN DI KECAMATAN BORONG KABUPATEN MANGGARAI TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR FRANSISKA NOVA NANUR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS

Upload: haliem

Post on 15-Dec-2016

295 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

i

TESIS

KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DALAM

PERTOLONGAN PERSALINAN DI KECAMATAN

BORONG KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

FRANSISKA NOVA NANUR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

TESIS

Page 2: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

ii

KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DALAM

PERTOLONGAN PERSALINAN DI KECAMATAN

BORONG KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

FRANSISKA NOVA NANUR

NIM 1392161052

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

iii

KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DALAM PERTOLONGAN

PERSALINAN DI KECAMATAN BORONG KABUPATEN MANGGARAI

TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Hasil Penelitian Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

FRANSISKA NOVA NANUR

NIM 1392161052

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Lembar Pengesahan

Page 4: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

iv

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 12 JUNI 2015

Pembimbing I,

Prof.Dr.dr. Mangku Karmaya,M.Repro,PA (K)

NIP. 19461231196021001

Pembimbing II,

Ni Putu Widarini,SKM, MPH

NIP. 197912242005012001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH

NIP. 19481010197702001

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)

NIP.195902151985102001

Tesis Ini Telah Diuji pada

Page 5: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

v

Tanggal 12 Juni 2015

Panitia Penguji Hasil Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No:……..,Tanggal…………………………….

Ketua : Prof.Dr.dr. Mangku Karmaya,M.Repro,PA (K)

Anggota :

1. Ni Putu Widarini,SKM, MPH

2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And

3. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi

4. Dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App. Bsc, PhD

Page 6: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

vi

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fransiska Nova Nanur

NIM : 1392161052

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Judul Tesis : Kemitraan Dukun dengan Bidan dalam Pertolongan

Persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai

Timur.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila

di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juni 2015

Yang Membuat Pernyataan

FRANSISKA NOVA NANUR

NIM.1392161052

Page 7: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan

Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan anugerah-Nya tesis ini dapat

terselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro., PA (K) sebagai

Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat,

bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana khususnya

dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan

kepada ibu Ni Putu Widarini, SKM, MPH sebagai Pembimbing II dengan penuh

perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.

Dr. dr. Ketut Suastika. Sp.PD., KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister

Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga

ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat

oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Strata 2 Pascasarjana Universitas

Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis,

yaitu Prof. Dr. dr Alex Pangkahila, MSc., Sp. And selaku penguji I, Dr. dr. Dyah

Page 8: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

viii

Pradnyaparamita Duarsa, Msi selaku penguji II, serta dr. Ni Wayan Arya Utami,

M.app. Bsc, PhD selaku penguji III yang telah memberikan masukan, saran,

sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

disertai penghargaan kepada seluruh guru serta dosen yang telah membimbing

penulis, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan

terima kasih kepada papa dan mama, kakak Nelci, kakak Vayan dan adik Olga yang

telah memberikan semangat dan dukungan mental maupun material sehingga dapat

menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga kepada Venansius Haryanto, S.Fil,

ibu Lambertin Landang, Lira Jenimas, A.md.Keb, dan Yustina Wendi, A.md.Keb

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih

juga penulis ucapkan kepada seluruh partisipan khususnya dukun dan bidan yang

membantu terlaksananya proses penelitian khusunya dalam pengambilan data

penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah

memberikan dukungannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta

kepada penulis sekeluarga.

Penulis

Page 9: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

ix

ABSTRAK

KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DALAM PERTOLONGAN

PERSALINAN DI KECAMATAN BORONG KABUPATEN MANGGARAI

TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Revolusi KIA di Provinsi NTT sudah berjalan sejak tahun 2009, akan tetapi

tidak berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya proporsi

pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan. Persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan di Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013 sebesar 67,69% dan sisanya

ditolong oleh tenaga non kesehatan. `Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

gambaran kemitraan dukun dengan bidan dan hambatan dalam pelaksanaan

kemitraan dukun dengan bidan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur.

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan

grounded theory. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam yang dilakukan

pada 10 informan kunci yaitu dukun dan bidan. Wawancara mendalam juga

dilakukan pada tokoh masyarakat, tokoh agama, ibu nifas dan pemegang kebijakan.

Teknik analisis data dengan thematic analisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran kemitraan dukun dengan

bidan dilihat dari beberapa hal yaitu tidak ada alokasi anggaran untuk membiayai

pelaksanaan program, sarana dan prasarana penunjang kemitraan belum memadai,

pembagian peran antara dukun dan bidan dalam pelaksanaan kemitraan sudah jelas,

koordinasi antara dukun dan bidan hanya bersifat insidental,pengambilan keputusan

hanya dilakukan oleh bidan, tidak ada pertemuan rutin antara dukun dan bidan,

adanya dukungan moral dari tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk keberlanjutan

program ini. Makna kemitraan yaitu makna bagi kelompok sasaran dan bagi pelaku

mitra. Hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan yaitu: masih ada

dukun yang tidak ingin bermitra dengan bidan dalam pertolongan persalinan, masih

ada ibu hamil yang tidak ingin bersalin di fasilitas kesehatan, kesulitan transportasi

untuk merujuk ibu hamil ke fasilitas kesehatan.

Dapat disimpulkan bahwa kemitraan dukun dan bidan di Kecamatan Borong

belum berjalan dengan baik. Hambatannya adalah masih ada dukun yang tidak

bermitra,hambatan trasportasi, dan hambatan dari ibu hamil itu sendiri. Perlu

mengalokasikan dana untuk membiayai program kemitraan, menyediakan

transportasi untuk merujuk ibu hamil ke fasilitas kesehatan, diadakan pertemuan

koordinasi bidan dan dukun, penyuluhan kepada masyarakat mengenai persalinan di

fasilitas kesehatan, masyarakat diharapkan memahami dan menyadari bahwa

persalinan di fasilitas kesehatan jauh lebih aman daripada persalinan di rumah.

Kata kunci: Kemitraan, dukun dan bidan, pertolongan persalinan, kualitatif

Page 10: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

x

ABSTRACT

PARTNERSHIP BETWEEN TRADITIONAL BIRTH ATTENDANTS (TBAS)

AND MIDWIVES IN AID DELIVERY AT SUBDISTRIC BORONG

MANGGARAI TIMUR- NTT

Maternal and child health revolution in NTT has been running for a long

time, but did not go well. This is evidenced by the high proportion of aid delivery by

non professional health worker. The proportion of deliveries according to person

who assited it in Manggarai Timur regency during 2013 In Manggarai Timur, is as

much as 67,69% by professional health worker, and the others by TBA. The goal of

this research is to describe and barriers of partnership between TBA and midwife to

aid delivery.

The study was a qualitative research, approach of grounded theory. In this

study using in depth interview as a data collection instrument with some partisipants

namely partnered traditional birth attendant, unpartnered traditional birth attendants,

midwife, stakeholder, prominent fiugre of religion and society.

This Research show many results of partnership between TBA and midwife

in Borong subdistric. Those are: lack of money to finance this program, enough

facilities and infrastructure, bad transportation, good relation between TBA and

midwife, clear role division between partners, unfixed time to do meeting between

TBA and and midvife, bad coordination between partners, unclear structural

organisation and this program is supported by society and religion figure and society

figure. The barriers of this partnership are: some TBAs don’t wish to cooperate with

midvife in running delivery, some of pregnant women don’t want to run their

delivery in good health facilities and the bad transportation to support this

partnership.

Conclusion: partnership between TBA and midwife in Borong subdistric are

not going well because inadequate infrastructure, there is no organizational structure,

coordination incidental, there are no regular meetings, decision-making by only a

midwife, there is support from religious leaders and public figure. Based on the data

obeve, these points are suggested: the governments have to fund this program,

providing enough transportation to take the pregnant woman to good health facilities,

doing the coordination meeting between TBA and midwife, giving the reward to

partnered TBA, socialiszation to society about the important of delivery in good

health facilties and finally society must realize that running delivery in good health

facilitis is more comfort than at home.

Key words: Partnership, TBA and midwife, the aid of delivery

Page 11: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN…………………………………………….. i

HALAMAN SAMPUL DALAM……………………………………………. ii

PRASYARAT GELAR……………………………………………………… iii

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………..... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI…………………………………………. v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………………………………. vi

UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………… .. vii

ABSTRAK………………………………………………………………… . ix

ABSTRACT………………………………………………………………… . x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 6

1.3 Tujuan .................................................................................... 7

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................... 7

1.3.2 Tujuan Khusus........................................................... 7

1.4 Manfaat penelitian .................................................................. 7

1.4.1 Manfaat Praktis ......................................................... 7

1.4.2 Manfaat Teoritis ........................................................ 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka ....................................................................... 9

2.1.1 Kemitraan Bidan dan Dukun ..................................... 9

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Dukun

dengan Bidan ............................................................. 22

Page 12: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

xii

2.2 Konsep Penelitian .................................................................. 25

2.2.1 Konsep Kemitraan ..................................................... 25

2.2.2 Konsep Dukun………………………………… ....... 26

2.2.3 Konsep Bidan…………………………………….. .. 26

2.3 Landasan Teori ....................................................................... 27

2.4 Model Penelitian ..................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................ 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 32

3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 33

3.4 Instrumen Penelitian ............................................................... 34

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................. 35

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data .......................................... 36

3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ................ 37

3.8 Keabsahan Data…………………………………………… .. 37

3.9 Etika Penelitian ....................................................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian…………………………. ... 39

4.2 Karakteristik Informan…………………………………. ........ 42

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan……………………… ........ 43

4.4 Keterbatasan Penelitian………………………………… ....... 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan……………………………………………….. ........ 86

5.2 Saran……………………………………………………… .... 89

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Page 13: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Penelitian ………………………………………………… 31

Halaman

Page 14: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Kehamilan………. 16

Tabel 2.2 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Persalinan….. 17

Tabel 2.3 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Nifas……….. 18

Tabel 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………………… 35

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Lokasi Penelitian… …. 42

Tabel 4.2 Karakteristik Partisipan……………………………… …. 43

Halaman

Page 15: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

xv

DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

ASEAN : Asociation South Easth Asian Nation

ASI : Air Susu Ibu

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Depkes : Departemen Kesehatan

KB : Keluarga Berencana

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KK : Kepala Keluarga

MDGs : Millenium Development Goals

NTT : Nusa Tenggara Timur

PTT : Pegawai Tidak Tetap

PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

Riskesdas : Riset Kesehatan dasar

SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia

TT : Tetanus Toxoid

WHO : World Health Organization

Page 16: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan kepada calon responden tentang penelitian yang akan

dilakukan.

Lampiran 2. Formulir persetujuan.

Lampiran 3. Pedoman wawancara mendalam dengan dukun yang bermitra.

Lampiran 4. Pedoman wawancara mendalam dengan dukun yang tidak bermitra.

Lampiran 5. Pedoman wawancara mendalam dengan bidan desa.

Lampiran 6. Pedoman wawancara mendalam dengan ibu nifas.

Lampiran 8. Pedoman wawancara mendalam dengan kepala desa dan tokoh

agama.

Page 17: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian ibu dan bayi merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat.

Setiap tahun di dunia diperkirakan empat juta bayi baru lahir meninggal pada

minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas. Tingginya kematian ibu dan

bayi menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan belum berhasil. Angka

kematian ibu tahun 2007 yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran meningkat menjadi

359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (BPS & Kemenkes, 2012). Angka

kematian bayi mencapai 34/1.000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan menurun

menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (BPS & Kemenkes, 2012). AKI

dan AKB di Indonesia belum mencapai target MDGs yang seharusnya dicapai pada

tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup untuk angka kematian ibu dan

23/1.000 kelahiran hidup untuk angka kematian bayi.

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Provinsi dengan AKI dan AKB

masih di atas target MDGs walaupun program revolusi KIA telah berjalan. Angka

kematian ibu di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2007 mencapai

306/100.000 kelahiran hidup menurun menjadi 220/100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2011 (Dinkes NTT, 2011). Angka kematian bayi mengalami penurunan dari

57/1.000 kelahiran hidup di tahun 2007 menjadi 45/1.000 kelahiran hidup pada tahun

2011.

Page 18: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

2

Manggarai Timur merupakan salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Timur

dengan angka kematian ibu dan bayi menempati urutan keempat setelah Kabupaten

TTU, TTS, dan Sumba Timur. Angka kematian bayi di Kabupaten Manggarai Timur

tahun 2012 yang dilaporkan adalah 7,16 per 1000 kelahiran hidup sedangkan pada

tahun 2013 mengalami peingkatan menjadi 11,28 per 1000 kelahiran hidup. Angka

kematian ibu tahun 2012 yang dilaporkan adalah 217 per 100.000 kelahiran hidup

mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 207 per 100.000 kelahiran hidup. Di

Kecamatan Borong jumlah kematian ibu yang terlaporkan pada tahun 2014 adalah

dua orang dan kematian bayi 14 orang angka ini belum menggambarkan angka

kematian sesungguhnya di populasi (Dinkes Manggarai Timur, 2014).

Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi pada kehamilan,

partus macet, infeksi dan komplikasi aborsi merupakan penyebab langsung kematian

ibu di Indonesia. Penyebab tidak langsung adalah proses persalinan yang ditolong

oleh tenaga non kesehatan seperti dukun. Keadaan ini ditambah dengan beberapa

faktor yang dapat meningkatkan resiko seperti keterlambatan dalam mengambil

keputusan, keterlambatan merujuk, keterlambatan penanganan, melahirkan pada

umur kurang dari dua puluh tahun atau lebih dari tiga puluh lima tahun, jarak

kelahiran yang terlalu dekat dan memiliki anak yang banyak (Kemenkes, 2011).

Strategi untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu di Indonesia adalah

melalui program Making Pregnancy Safer (MPS). Program ini memiliki tiga pesan

kunci yang meliputi semua ibu yang bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan yang

terampil, penanganan yang adekuat untuk setiap komplikasi obstetrik dan

pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dapat diakses oleh setiap wanita usia

Page 19: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

3

subur (Depkes, 2008). Berdasarkan hal ini, maka diperlukan peralihan peran

penolong dari tenaga non kesehatan ke tenaga kesehatan terlatih dalam upaya

peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Mulai tahun

2008, dikembangkan program kemitraan bidan dengan dukun. Program ini bertujuan

untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi, pemeriksaan

kehamilan yang komprehensif, pelayanan rujukan persalinan pada tenaga terlatih dan

berkompeten, pengalihan peran dukun menjadi mitra kerja untuk ikut merawat ibu

dan bayi dan menjadikan dukun sebagai kader kesehatan (Depkes, 2008).

Program kemitraan bidan dengan dukun sangat penting dalam membantu

mempercepat penurunan angka kematian ibu akibat komplikasi selama kehamilan,

persalinan dan nifas. Pembagian peran dalam kemitraan ini adalah bidan melakukan

semua tindakan dan prosedur medis, sedangkan dukun memiliki peran untuk

membacakan doa, menyediakan minuman herbal dan menyediakan perawatan

postpartum (UNICEF, 2008). Kemitraan bidan dengan dukun ini merupakan bentuk

pengalihfungsian peran dukun yang awalnya menolong persalinan menjadi rekan

bidan yang bekerjasama untuk memantau perkembangan kesehatan ibu dan bayi

(Depkes, 2008).

Bentuk kemitraan bidan dan dukun dalam persalinan adalah dukun

mengantarkan calon ibu bersalin ke bidan dan ikut mendampingi ibu saat proses

persalinan. Program ini telah berjalan akan tetapi masih ada dukun yang belum

bermitra dengan bidan dan proporsi persalinan yang ditolong dukun masih tinggi.

Hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi persalinan yang ditolong

oleh tenaga non kesehatan sebanyak 13,1%. Provinsi NTT merupakan salah satu

Page 20: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

4

provinsi yang proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan masih

tinggi, yaitu menempati urutan ketiga setelah Papua dan Papua Barat. Proporsi

persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan tahun 2013 di Provinsi NTT dan

Kabupaten Manggarai Timur sebanyak 25,92% dan 32,31% (BPS Manggarai Timur,

2014).

Kecamatan Borong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Manggarai

Timur dengan proporsi pertolongan persalinan oleh dukun yang tinggi yaitu 21%

(BPS Manggarai Timur, 2014). Program kemitraan bidan dengan dukun telah

berjalan sejak tahun lama akan tetapi, cakupan pertolongan persalinan oleh dukun

masih tinggi dan masih ada dukun yang tidak menjalin kemitraan dengan bidan.

Jumlah dukun di Kecamatan Borong tahun 2013 sebanyak 54 orang. Dukun yang

menjalin kemitraan dengan bidan di Kecamatan Borong pada tahun 2013 adalah 54

orang sedangkan jumlah dukun tidak menjalin kemitraan dengan bidan sebanyak 14

orang. Banyak kasus yang terjadi pada persalinan yang ditolong dukun tidak terlatih

seperti kasus kematian ibu karena infeksi post partum yang terjadi pada awal tahun

2014.

Hasil penelitian Salham dkk (2008) mengenai kemitraan bidan dan dukun bayi

sebagai upaya alih peran pertolongan persalinan di Sulawesi Tengah menunjukkan

bahwa 15% dukun belum menerima kehadiran bidan oleh karena dukun merasa

posisinya tergeser dengan kehadiran bidan di desa, sementara profesi ini merupakan

salah satu sumber penghasilan mereka. Keadaan ini menyebabkan mereka

mengambil jarak dengan bidan, sehingga tidak terjadi komunikasi diantara

mereka.hambatan yang ditemukan dalam bermitra adalah belum ada pembagian

Page 21: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

5

tugas yang jelas dan kongkrit tentang kemitraan antara bidan dengan dukun bayi,

pada umumnya bidan PTT masih berusia muda, kurang berpengalaman, kurang

menguasai adat dan tradisi masyarakat, serta bahasa komunitas di wilayah kerjanya

dan masih ada daerah-daerah yang belum tersentuh kehadiran bidan desa dan

fasilitas pelayanan kesehatan seperti polindes dan posyandu. Kemitraan yang

dilakukan bidan selama ini masih dalam batas pemaknaan transfer knowledge, dan

belum mengarah pada ”Alih Peran” pertolongan persalinan secara optimal. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Sudirman dan Sakung (2006) mengenai kemitraan bidan

dengan dukun bayi dalam menolong persalinan di Kecamatan Palolo menunjukkan

bahwa pandangan dukun bayi terhadap bidan tentang cara-cara yang dipraktekkan

dalam persalinan 15% mengatakan tidak sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan

oleh dukun bayi, masih ada dukun yang meragukan kemampuan bidan oleh karena

bidan masih berusia muda, kurang berpengalaman dan biaya persalinan cukup tinggi.

Alasan yang mendorong peneliti untuk meneliti kemitraan dukun dengan bidan

dalam pertolongan persalinan oleh karena penelitian-penelitian di atas dilakukan

pada budaya dan geografis yang berbeda dan belum pernah dilakukan penelitian

serupa pada budaya Manggarai. Budaya manggarai belum banyak dipengaruhi oleh

modernisasi dan masih banyak daerah yang berpegang kuat pada tradisi. Salah satu

tradisi yang masih kuat dalam masyarakat Manggarai hingga sekarang ini adalah

praktik pengobatan tradisional. Pemanfaatan dukun dalam pertolongan persalinan

merupakan salah satu bentuk praktik pengobatan tradisional yang masih banyak

dilakukan oleh masyarakat Manggarai ditengah perkembangan teknologi kesehatan

yang modern. Maka dari itu, pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan

Page 22: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

6

mencanangkan program kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan

persalinan untuk meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan. Program ini telah berjalan, akan tetapi proporsi pertolongan persalinan

oleh tenaga non kesehatan masih tinggi. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui

lebih dalam mengenai kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan

di Kecamatan Borong.

1.2 Rumusan Masalah

Kemitraan dukun dengan bidan di Kecamatan Borong sudah berjalan akan tetapi

masih ada dukun yang tidak bermitra dan proporsi pertolongan persalinan oleh dukun

masih tinggi yaitu 21%. Oleh karena itu perlu dikaji secara lebih mendalam

mengenai proses membangun kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan

persalinan dan untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun

dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten

manggarai Timur. Maka pertanyaan penelitiannya adalah:

1.2.1 Bagaimanakah gambaran kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan

persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur?

1.2.2 Bagaimanakah makna kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan

persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur?

1.2.3 Apa saja hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan dalam

pertolongan persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur?

Page 23: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menggali secara lebih mendalam mengenai

gambaran kemitraan dukun dengan bidan, makna kemitraan dukun dengan bidan dan

hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan

persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur.

1.3.2 Tujuan khusus

Penelitian ini untuk mengetahui:

1.3.2.1 Gambaran kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan.

1.3.2.2 Makna kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan.

1.3.2.3 Hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan dalam

pertolongan persalinan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian mengenai kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan

persalinan di Kecamatan Borong diharapkan akan menjadi masukkan bagi bidan

desa dan pemegang program KIA di puskesmas untuk mengembangkan program dan

strategi pendekatan kepada dukun agar ikut menjalin kemitraan dalam pertolongan

persalinan sehingga dapat meningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.

Page 24: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

8

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi yang berguna

untuk kepentingan penelitian kuantitatif sehingga dapat dicari kekuatan hubungannya

serta dapat digeneralisasi.

Page 25: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kemitraan Bidan dengan Dukun

2.1.1.1 Pengertian

Kemitraan bidan dengan dukun adalah bentuk kerjasama antara bidan dan

dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak dan

atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk meningkatkan

derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam dalam bermitra adalah menolong

kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada awalnya menolong persalinan

menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi (Depkes, 2008).

Hasil penelitian Rukmini dan Ristrini (2006) di Provinsi Jawa Timur dan

Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa sebagian besar dukun bayi mempunyai

hubungan kerjasama dengan bidan di desanya dan hanya terdapat 20% dukun bayi

yang tidak membangun hubungan kerjasama dengan para bidan. Kerjasama ini tidak

mencakup semua hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Di Kabupaten

Tuban misalnya, kerjasama ini dibangun hanya khusus untuk pertolongan persalinan.

Penelitian lain di Kabupaten Bangkalan, Banjar dan Tanah Laut menunjukkan bahwa

antara dukun dengan bidan tidak terjalin kerjasama yang baik karena masih banyak

masyarakat yang menggunakan jasa dukun untuk menolong persalinan. Penelitian

Page 26: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

10

lain yang dilakukan oleh Budiyono dkk (2011) di Kabupaten Demak menunjukkan

bahwa ada kerjasama yang baik antara bidan dengan dukun, walaupun masih ada

dukun yang belum mau bekerjasama dengan para bidan dalam menolong persalinan.

Penelitian Rosmadewi dan Metti (2012) di Puskesmas Tanjung Sari Kabupaten

Lampung Selatan menunjukkan bahwa kemitraan antara bidan dan dukun sudah

terjalin dengan baik. Indikatornya, dukun sudah menyadari bahwa yang mempunyai

kewenangan dalam menolong persalinan adalah tenaga kesehatan. Idealnya,

kemitraan bidan dengan dukun merupakan bentuk kerjasama yang harus saling

menguntungkan dengan menerapkan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan

kepercayaan.

Bentuk kerjasama antara bidan dengan dukun dilakukan sejak kehamilan,

persalinan, dan masa nifas di mana antara bidan dan dukun sudah ditetapkan

pembagian peran masing-masing dalam bermitra. Di Provinsi Jawa Timur dan

Kalimantan Selatan, bentuk kerjasama antara bidan desa dan dukun bayi terjadi

sejak pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, rujukan persalinan yang

mengalami komplikasi, merawat ibu pasca melahirkan dan merawat bayi baru lahir.

Kerjasama terjadi bila ibu melahirkan meminta bantuan kepada dukun dan bidan

secara bersamaan atau bila dukun bayi tidak mampu melakukan pertolongan sendiri

(Ristrini & Rukmini, 2006). Di Puskesmas Mranggen I Kabupaten Demak bentuk

kerjasama belum ditetapkan secara pasti karena belum tertuang dalam sebuah

kesepakatan tertulis.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka pada hakikatnya kemitraan antara

bidan dengan dukun dibangun untuk membantu persalinan. Untuk itu sebagai sebuah

Page 27: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

11

bentuk kerjasama yang bertujuan untuk membantu persalinan, maka kemitraan

antara dukun dan bidan harus diorganisasi dengan baik sehingga antara kedua belah

pihak mengetahui selanjutnya menyadari peran masing-masing dalam membantu

persalinan. Prinsipnya adalah kepentingan ibu bersalin menjadi perhatian utama

dalam kemitraan yang dibangun.

2.1.1.2 Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun

Ruang lingkup kegiatan kemitraan mencakup masukan, proses dan luaran

program.

1. Input

Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana

kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan kegiatan.

2. Proses

Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan

dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun

mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada alih peran

dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu

nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun.

3. Output

Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan ibu dan

anak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait,

meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra, meningkatkan rujukan

oleh dukun, meningkatnya cakupan pertolongan persalinan serta meningkatnya

deteksi risti / komplikasi oleh masyarakat.

Page 28: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

12

2.1.1.3 Prinsip Kemitraan Bidan dan Dukun

Kemitraan hanya dapat dibentuk bila ada lebih dari satu orang atau satu

organisasi yang akan bekerjasama, dalam hal ini adalah bidan dan dukun bayi. Untuk

mencapai suatu kemitraan ada beberapa prinsip yang digunakan:

1. Kesetaraan

Kesetaraan yang dimaksud adalah saling menghargai pengetahuan,

pengalaman,keberadaan dan keahlian mitranya. Jadi harus dimulai dari menerima

mitra apa adanya setara dengan dirinya.

2. Keterbukaan

Keterbukaan yang dimaksud adalah kemauan bersama untuk menjelaskan

perasaan dan keinginannya serta membicarakan persoalan masing-masing yang

masih harus diuji kebenarananya. Antara bidan dan dukun bayi harus dibuat

suasana yang tidak membuat satunya merasa lebih rendah, lebih pintar dan lebih

mampu.

3. Saling Menguntungkan

Kemitraan yang dimaksud adalah tidak ada yang kehilangan atau kerugian yang

diterima pada salah satu pihak, tetapi terjadi sinergi dari para pihak. Dengan

demikian harus dicari hal apa yang dapat disinergikan dan menyebabkan

keuntungan lebih besar untuk para pihak yang bermitra.

Page 29: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

13

2.1.1.4 Landasan Kemitraan Bidan dan Dukun

Dalam suatu kerjasama yang berprinsip kemitraan ada beberapa landasan

yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra atau biasa disebut tujuh saling, yaitu:

1. Saling Memahami Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Bidan memiliki tugas dan fungsi utama dalam membantu persalinan ibu hamil.

Dukun bayi tidak melakukan tugas dan fungsi dalam membantu persalinan ibu

secara langsung. Tugas dan fungsi dukun bayi adalah mendorong agar proses

rujukan ibu bayi hanya kepada bidan atau tenaga kesehatan terlatih.

2. Saling Memahami Kemampuan Masing-masing

Bidan memiliki kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan

ibu sedangkan dukun bayi memiliki pengaruh dan dipercaya masyarakat. Masing-

masing kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam

mendukung persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.

3. Saling Menghubungi

Optimalisasi kemitraan antara bidan dan dukun bayi perlu terus ditingkatkan

dengan upaya saling menghubungi di antara masing-masing.

4. Saling Mendekati

Bidan lebih banyak berada di unit pelayanan (Puskesmas, Pustu, atau Poskesdes),

sedangkan dukun bayi sering dikunjungi atau mengunjungi ibu hamil. Untuk itu

perlu kiranya para pihak tersebut saling mendekati, seperti: mendorong dukun

bayi juga aktif datang ke posyandu, pustu, poskesdes ataupun Puskesmas.

Demikian pula dengan bidan desa untuk lebih aktif mengunjungi dukun bayi.

5. Saling Bersedia Membantu dan Dibantu

Page 30: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

14

Pada umumnya bidan yang ditugaskan di desa masih relatif muda, terutama di

daerah terpencil dan kurang banyak pengalaman dan kepercayaan dari masyarakat

dibandingkan dukun bayi. Pada sisi lain, dukun bayi dengan pengalaman yang

cukup banyak dan disegani oleh masyarakat tidak memiliki keterampilan medis.

Karenanya dukun bayi tidak bisa mendeteksi persoalan komplikasi kehamilan ibu

serta penanganannya secara medis. Hal tersebut perlu saling disadari dengan cara

sifat bersedia membantu dan dibantu.

6. Saling Mendorong dan Mendukung

Bidan perlu terus mendorong dan mendukung dukun bayi untuk tetap dihargai

oleh masyarakat. Demikian pula sebaliknya, dukun bayi perlu mendukung proses

persiapan dan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan.

7. Saling Menghargai

Saling menghargai antara bidan dan dukun bayi sangat penting. Dukun bayi telah

ada di masyarakat jauh sebelum keberadaan bidan ataupun perkembangan ilmu

kebidanan. Dukun bayi perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi

kebidanan yang dimiliki dan ditugaskan oleh pemerintah.

2.1.1.5 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kemitraan Bidan dan Dukun

Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan bidan dan dukun bayi bukan saja

pihak di desa/kelurahan, namun juga pihak-pihak terkait di tingkat kabupaten/kota

dan kecamatan. Berikut para pihak tersebut serta perannya.

Page 31: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

15

1. Tingkat Kabupaten

a. Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam program kemitraan bidan dan

dukun bayi.

b. Dalam program ini juga dilibatkan peran multi pihak seperti SKPD yang terkait

urusan kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat

Desa), Tim Penggerak PKK tingkat Kabupaten, organisasi profesi kesehatan,

akademisi, perguruan tinggi, LSM yang bergerak di bidang kesehatan, serta

yang tak kalah penting adalah melibatkan DPRD (khususnya Komisi yang

membidangi kesehatan).

c. Dinas Kesehatan akan membentuk tim yang terdiri dari berbagai pihak tersebut

di atas. Tim tersebut akan bertugas memberikan pembinaan, pengawasan dan

evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program ini.

2. Tingkat Kecamatan

Pada skala kecamatan akan didampingi oleh camat, kepala puskesmas, PKK

tingkat kecamatan, dan kelompok kerja operasional (Pokjanal) desa siaga tingkat

kecamatan. Kerjasama tersebut untuk mendampingi, mengawasi dan evaluasi

program kemitraan bidan dan dukun bayi secara berkala di tingkat kecamatan.

3. Tingkat Desa/Kelurahan

Pada skala desa/kelurahan, maka kepala desa/lurah bersama dengan kelompok

PKK, pengurus desa siaga, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan

mendampingi, memberikan pembinaan dan melakukan evaluasi proses kemitraan

secara berkala di tingkat desa/kelurahan bersama dengan bidan dan dukun bayi.

Page 32: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

16

2.1.1.6 Peran Bidan dan Dukun dalam Pelaksanaan Kemitraan

Peran bidan dan dukun dalam pelaksanakan program kemitraan dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1

Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Kehamilan

Bidan Dukun

1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil

(keadaan umum, menentukan taksiran

partus, menentukan keadaan janin

dalam kandungan, pemeriksaan

laboratorium yang diperlukan)

2. Melakukan tindakan pada ibu hamil

(pemberian imunisasi TT, pemberian

tablet Fe, pemberian pengobatan atau

tindakan apabila ada komplikasi)

3. Melakukan penyuluhan dan konseling

4. Melakukan kunjungan rumah

5. Melakukan rujukan apabila

diperlukan

6. Melakukan pencatatan

7. Membuat laporan

1. Memberikan motivasi ibu hamil

untuk periksa ke bidan

2. Mengantar ibu hamil yang tidak

mau periksa ke bidan

3. Membantu bidan pada masa

pemeriksaan ibu hamil

4. Melakukan penyuluhan pada ibu

hamil dan keluarga

5. Memotivasi ibu hamil dan

keluarga tentang KB

6. Melakukan ritual yang

berhubungan dengan adat dan

keagamaan

7. Melakukan motivasi pada saat

rujukan diperlukan

8. Melaporkan ke bidan apabila ada

ibu hamil baru

Page 33: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

17

Tabel 2.2

Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Persalinan

Bidan Dukun

1. Mempersiapkan sarana prasarana

persalinan aman dan alat resusitasi

bayi baru lahir

2. Memantau kemajuan persalinan

sesuai dengan partograf

3. Melakukan asuhan persalinan

4. Melaksanakan inisiasi menyusu

dini dan pemberian ASI segera dari

1 jam

5. Injeksi vit K1 dan salep mata

antibiotik pada bayi baru lahir

6. Melakukan perawatan bayi baru

lahir

7. Melakukan tindakan PPGDON

apabila mengalami komplikasi

8. Melakukan rujukan bila diperlukan

9. Melakukan pancatatan persalinan

10. Membuat laporan

1. Mengantar calon ibu bersalin ke

bidan

2. Mengingatkan keluarga menyiapkan

alat transportasi untuk pergi ke bidan

atau memanggil bidan

3. Mempersiapkan sarana prasarana

persalinan aman seperti air bersih

dan kain bersih

4. Mendampingi ibu saat bersalin

5. Membantu bidan pada saat proses

persalinan

6. Melakukan ritual (jika ada atau perlu)

7. Membantu bidan dalam merawat bayi

baru lahir

8. Membantu bidan dalam inisiasi

menyusu dini kurang dari 1 jam

9. Memotivasi rujukan bila diperlukan

9. Membantu bidan membersihkan ibu,

tempat dan alat setelah persalinan

Page 34: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

18

Tabel 2.3

Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Nifas

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara bidan dengan dukun

perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun

mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang

harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan –

dukun) yaitu mekanisme rujukan informasi ibu hamil, mekanisme rujukan kasus

persalinan, mekanisme pembagian biaya persalinan dan jadwal pertemuan rutin

bidan dengan dukun.

Bidan Dukun

1. Melakukan kunjungan neonatal dan

sekaligus pelayanan nifas

2. Melakukan penyuluhan dan

konseling pada ibu dan keluarga

(tanda-tanda bahaya dan penyakit

ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit,

kebersihan pribadi dan lingkungan,

kesehatan dan gizi, ASI Eksklusif,

parawatan tali pusat, KB setelah

melahirkan)

3. Melakukan rujukan apabila

diperlukan

4. Melakukan pencatatan

5. Membuat laporan

1. Melakukan kunjungan rumah dan

memberikan penyuluhan tentang

(tanda-tanda bahaya dan penyakit

ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit,

kebersihan pribadi dan

lingkungan, kesehatan dan gizi,

perawatan tali pusat dan

perawatan payudara)

2. Memotivasi ibu dan keluarga

untuk ber-KB setelah melahirkan

3. Melakukan ritual agama (jika ada

atau perlu)

4. Memotivasi rujukan bila

diperlukan

5. Melaporkan ke bidan apabila ada

calon akseptor KB

Page 35: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

19

2.1.1.7 Langkah-langkah Kemitraan Bidan dan Dukun

1. Pendataan kesehatan ibu dan anak

Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan

kesehatan ibu dan bayi, serta potensi untuk penanganan masalah melalui

kemitraan dukun dan bidan.

2. Identifikasi potensi yang mendukung kemitraan

Dalam membangun kemitraan, perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi yang

mendukung kemitraan. Potensi tersebut diantaranya adalah jumlah dan sebaran

dukun, kebiasaan atau budaya local masyarakat yang mendukung kemitraan,

dukungan pemerintah desa/kelurahan dalam peningkatan pelayanan kesehatan

masyarakat serta sumber pendanaan untuk mendukung kemitraan. Potensi ini

dapat menjadi dasar dalam membangun kemitraan.

3. Membangun dukungan para pihak

Dari langkah ini diharapkan muncul komitmen pemerintah untuk hadir pada

pertemuan pembentukan kesepakatan antara bidan dan dukun bayi, komitmen

untuk mendukung melalui program dan anggaran daerah, serta komitmen untuk

mendorong pembentukan regulasi yang menjamin keberlangsungan kemitraan

tersebut.

4. Pembentukan regulasi daerah

Meski telah dibangun kesepakatan dan kesepahaman antara peran dan tugas bidan

dan dukun bayi dalam kemitraan serta telah didukung komitmen informal atas

nama pemerintah daerah, hal tersebut juga perlu didukung dengan dengan

pembentukan regulasi daerah Peran para pihak dan konsekuensi pembiayaan perlu

Page 36: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

20

dituangkan dalam regulasi daerah agar dapat dijamin oleh program dan angggaran

pemerintah daerah. Proses pembentukan regulasi daerah dapat berupa peraturan

kepala daerah ataupun peraturan daerah. Regulasi ini selain dapat memberikan

jaminan ketersediaan dana dalam mendukung kemitraan juga mendorong

pemenuhan ketersediaan dan distribusi bidan yang lebih merata di desa-desa

terpencil sebagai syarat terbentuknya kemitraan.

5. Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi

Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi merupakan langkah untuk

optimalisasi pelaksanaan peran dan tugas masing-masing.

6. Pemantauan dan penilaian

Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah pemantuan

dan evaluasi yang dilakukan sercara terus menerus (bekesinambungan). Kegiatan

memantau dan menilai untuk melihat apakah semua kegiatan telah dilaksanakan

sesuai rencana yang ditetapkan.

7. Mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung

Dalam pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun bayi dibutuhkan sarana dan

prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan

kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian

pelayanan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah: Puskesmas, Pustu, Poskesdes,

Polindes, Rumah Tunggu Kelahiran, Posyandu, yang dilengkapi listrik dan air

bersih.

Sedangkan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang kemitraan, diantaranya:

mobiler: tempat tidur lengkap, lemari, meja, kursi, kain tirai; alat kesehatan

Page 37: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

21

(alkes): Bidan kit, dopler, sungkup/amubag, tabung oksigen, tiang infus,

incubator, timbangan bayi, balita dan timbangan ibu hamil, alat pengukur panjang

badan bayi; buku pegangan bidan, dukun bayi dan alat tulis; baju seragam dukun

bayi (dimaksudkan untuk memberi rasa bangga dan sebagai pengakuan atas status

dan peranan mereka di masyarakat), peralatan P3K (Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan); media penyuluhan: lembar balik penyuluhan, film tentang KIA,

brosur, poster, dan lain-lain.

8. Administrasi dan pelaporan

Secara administratif, dukun bayi juga menyusun laporan kegiatan yang dicatat

dalam buku laporan dukun bayi. Buku laporan tersebut disesuaikan dengan

kebijakan puskesmas dan kemudahan pembuatan oleh dukun bayi. Pembuatan

laporan dapat dilakukan bersama-sama antara kader posyandu dan dukun bayi

sehingga kader dapat membantu dukun bayi yang mengalami kesulitan dalam

pembuatan laporan.

9. Pembiayaan

Sumber pembiayaan kemitraan dukun dan bidan berasal dari APBD (melalui

dinas kesehatan dan puskesmas), dana BOK (Bantuan Operasional Khusus)

puskesmas, dana jaminan persalinan (jampersal), sumber dana dari pihak ketiga,

ataupun dana dari swadaya masyarakat desa. Dana-dana tersebut dipergunakan untuk

membiayai: pendataan kesehatan ibu dan anak; pertemuan-pertemuan koordinasi di

tingkat kabupaten/kota; pelatihan-pelatihan bagi bidan dan dukun bayi, pemberian

transport bagi dukun bayi setiap kali mengantarkan ibu hamil untuk memeriksakan

kehamilan di fasilitas kesehatan, insentif untuk dukun bayi untuk setiap persalinan

Page 38: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

22

yang dirujuk ke bidan; pelatihan-pelatihan berkala bagi bidan, dukun bayi,

penyediaan sarana dan prasarana pendukung kemitraan; penyusunan regulasi daerah

tentang kemitraan bidan, dukun bayi pembiayaan lain sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan keuangan daerah.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Dukun dengan Bidan

Bedasarkan sejumlah penelitian, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kemitraan bidan dengan dukun mencakup persepsi, pengetahuan, budaya, sikap,

pengalaman, dukungan khususnya dari stakeholder.

Penelitian Salham dkk (2008) di Sulawesi Tengah menunjukkan adanya

saling pesimis antara bidan dengan dukun terhadap peran masing-masing dalam

bermitra. Para bidan berpandangan bahwa aktifitas dukun bayi sebaiknya harus

dibatasi. Sudah saatnya para dukun tidak diberi peluang untuk menolong persalinan.

Sementara itu, para dukun kurang dapat menerima keberadaan para bidan sebab

dianggap dapat mengurangi “rizki” mereka atau bahkan mengabaikan keberadaan

mereka. Para dukun merasa bahwa posisi mereka akan tergeser dengan kehadiran

bidan desa, sementara profesi ini merupakan salah satu sumber penghasilan utama

mereka. Keadaan ini berujung pada buruknya komunikasi antara bidan dengan para

dukun. Sementara itu penelitian Sudirman dan Sakung (2006) di Kabupaten

Donggala menunjukkan bahwa para bidan menilai para dukun bayi sudah tidak

cocok lagi dalam memberi pertolongan persalinan dan sebaiknya sudah harus

dibatasi bahkan dihentikan dari aktivitas menolong persalinan. Alasannya, para

dukun bayi yang tidak terlatih umumnya masih menggunakan praktik-praktik

tradisional yang bisa membahayakan keselamatan ibu dan anak. Oleh karena itu

Page 39: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

23

bidan berpandangan bahwa sebaiknya dukun bekerjasama dengan bidan dalam

merawat ibu hamil, menolong persalinan dan merawat bayi sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Anggorodi (2009) menunjukkan bahwa

dukun yang tidak bermitra mengganggap istilah kemitraan sebagai bentuk kerja

yang tidak mutlak atau bergantung pada kebutuhan. Artinya bagi dukun jika suatu

kasus persalinan masih bisa ditangani sendiri maka mereka tidak harus meminta

bantuan tenaga kesehatan.

Kemitraan bidan dan dukun merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling

menguntungkan atas dasar prinsip keterbukaan dan kepercayaan. Di Indonesia,

program kemitraan ini telah dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam upaya

percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi. Hasil penelitian Budiyono dkk

(2011) menunjukkan bahwa para stakeholder (camat, kepala desa, tokoh masyarakat)

sangat setuju dan mendukung adanya kemitraan antara bidan dan dukun. Bentuk

dukungan yang diberikan antara lain berupa memberikan sosialisasi dan pengarahan

melalui musyawarah dan melakukan mediasi antara dukun dengan bidan.

Sejumlah penelitian memperlihatkan antusiasme para bidan dalam

mendukung adanya kemitraan dengan para dukun dalam hal membantu persalinan.

Para bidan mengungkapkan bahwa kerjasama ini dapat membantu meringankan

pekerjaan mereka dalam mengjangkau ibu hamil karena dukun umumnya sudah

sangat dekat dengan masyarakat. Para dukun lebih dahulu mengetahui jika ada

masyarakat yang hamil. Selain itu, dalam proses persalinan, dukun dapat membantu

memberikan dukungan kepada ibu bersalin untuk mengejan dan memijat sehingga

Page 40: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

24

sangat membantu pekerjaan bidan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kedekatan para dukun dengan ibu hamil dan keahlian tertentu yang dimiliki para

dukun dapat memungkinkan terjalinnya kemitraan antara para dukun dengan bidan

(Anggorodi, 2009).

Berbeda pandangan dengan bidan yang mau bermitra dengan para dukun,

bidan yang tidak mau bermitra dengan dukun mengungkapkan rasa kekecewaan

karena masyarakat cenderung lebih mengandalkan dukun bila ada persalinan,

ketimbang mereka sebagai para petugas kesehatan profesional (Anggorodi, 2009).

Ketidakpercayaan dari masyarakat akan kompetensi para bidan disebabkan karena

pada umumnya bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap) masih berusia muda, kurang

berpengalaman, kurang menguasai adat dan tradisi masyarakat, serta bahasa

komunitas di wilayah kerjanya (Salham dkk, 2008).

Pada pelaksanaan kemitraan ini ditemukan beberapa hambatan atau kendala

diantaranya adalah pertama, belum ada pembagian tugas yang jelas dan konkret

tentang kemitraan antara bidan dengan dukun bayi. Selama ini, para dukun hanya

diberi bimbingan dalam bentuk mengajarkan cara-cara persalinan higines sekalipun

pengetahun dan keterampilan dari bidan belum tentu mampu diadopsi oleh dukun

bayi, seperti menyuntik, memberi obat dan vitamin penambah darah atau mendeteksi

resiko penyakit yang dapat membahayakan bayi dan ibunya. Kedua, pada umumnya

Bidan PTT masih berusia muda, kurang berpengalaman, kurang menguasai adat dan

tradisi masyarakat, serta bahasa komunitas di wilayah kerjanya. Ketiga, masih ada

daerah-daerah yang belum tersentuh kehadiran bidan dan fasilitas pelayanan

kesehatan seperti polindes dan posyandu. Keempat, lokasi fasilitas pelayanan

Page 41: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

25

kesehatan kurang strategis sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat, keterlambatan

pasokan obat ke polindes dan masih banyak masyarakat yang mengandalkan

kemampuan dukun dalam memberi pertolongan persalinan (Salham dkk, 2008;

Sudirman & Sakung , 2006 ).

Penelitian-penelitian di atas masih bersifat dangkal dan belum semua aspek

kemitraan diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian kualitatif untuk

menggali lagi secara lebih mendalam mengenai kemitraan dukun dengan bidan

dalam pertolongan persalinan dan hambatan dalam pelaksanaan kemitraan pada

budaya Manggarai.

2.2 Konsep Penelitian

2.2.1 Konsep Kemitraan

Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki

kepentingan yang sama, di mana sebelum melaksanakan tugas masing-masing,

terlebih dahulu disepakati mengenai komitmen dan apa yang mejadi keinginan atau

cita-cita serta harapan dari masing-masing pihak untuk mencapai tujuan bersama

(Notoatmodjo, 2010).

Kemitraan bidan dan dukun adalah bentuk kerjasama bidan dengan dukun

yang saling menguntungkan dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan, dan

kepercayaan dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. Pada kemitraan

ini, kegiatan bidan mencakup aspek medis, sedangkan kegiatan dukun mencakup

aspek non medis. Aspek medis adalah proses pengelolaan dan pelayanan program

kesehatan ibu dan anak mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

penilaian. Aspek non medis adalah menggerakkan keterlibatan individu, keluarga

Page 42: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

26

dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta memberdayakan ibu

hamil dan keluarganya.

Kemitraan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah bentuk kerjasama

antara dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan, di mana dukun

mengantarkan calon ibu bersalin ke bidan dan ikut mendampingi ibu saat proses

persalinan.

2.2.2 Konsep Dukun

Dukun umumnya perempuan yang lebih tua, dan sangat dihormati di tengah

masyarakat karena pengetahuan dan pengalaman mereka dalam hal membantun

persalinan. Dukun adalah anggota masyarakat yang memiliki keterampilan menolong

persalinan secara tradisional yang diwariskan secara turun temurun atau melalui

pelatihan (Depkes, 2008).

Peran mereka mencakup pembantu kelahiran, memandikan, memijit-mijit,

membantu dalam urusan rumah tangga dan persiapan perawatan setelah melahirkan.

Pada konteks penelitian ini, dukun adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan

pengalaman menolong persalinan baik melalui pelatihan maupun ilmu turun-temurun

yang berdomisili di kecamatan Borong. Adapun dukun yang diteliti adalah dukun

yang menjalin kemitraan dengan bidan dan dukun yang tidak bermitra dengan bidan.

2.2.3 Konsep Bidan

Bidan berarti “bersama wanita” atau dalam bahasa Prancis berarti “wanita

bijaksana”. Secara tradisional bidan adalah wanita desa yang belajar dengan cara

mengikuti proses persalinan keluarga atau tetangganya. Keterampilan dan

pengetahuannya diturunkan dari generasi ke generasi. Bidan adalah individu yang

Page 43: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

27

sudah menempuh pendidikan di bidang kebidanan dan telah diakui di negara tempat

tinggalnya serta telah mendapatkan izin untuk melakukan praktik kebidanan (Myles,

2011).

Bidan adalah seseorang yang sudah menjalani program pendidikan

kebidanan, yang diakui di negaranya, berhasil menjalankan program studi di bidang

kebidanan, dan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk dapat terdaftar atau

mendapat izin resmi untuk melakukan praktik kebidanan (Myles, 2011). Bidan yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mereka yang telah menjalani program

pendidikan kebidanan dan ditempatkan di desa yang ada di kecamatan Borong.

2.3 Landasan Teori

Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antar individu-individu, kelompok-

kelompok, atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu

(Notoatmodjo,2012). Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen

dan harapan masing-masing, peninjauan kembali terhadap kesepakatan yang telah

dibuat, dan saling berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh.

Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi maka setiap pihak yang

terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerja sama dan melepaskan

kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh

sebab itu, dalam membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada kesamaan

perhatian, saling mempercayai dan menghormati, tujuan yang jelas dan terukur serta

kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain

(Notoatmodjo, 2012).

Page 44: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

28

Dalam rangka mengupayakan sebuah kemitraan yang sinergis, berikut ini

akan dipaparkan sejumlah elemen penting yang bisa mendukung berlangsungnya

proses kemitraan yang baik. Elemen-elemen tersebut antara lain sumber daya,

karakter pihak yang bermitra (patner), relasi antara patner, karakteristik kemitraan,

dan lingkungan sekitar (De Waal dkk, 2013; Eisler & Montouri, 2001; Lasker dkk,

2001, Shiveley, 2010).

Pertama, sumber daya. Sumber daya merupakan hal mendasar dan utama

dalam membangun sebuah kemitraan. Sumber daya ini meliputi dukungan finansial

(uang/dana), organisasi, informasi, agen pemerintah, stakeholder, perlengkapan dan

sarana prasarana seperti komputer, obat, makanan, buku-buku dan sebagainya.

Sumber daya yang dibutuhkan untuk menunjang kemitraan dukun dan bidan adalah

dana sebagai sumber pembiayaan program dan sarana prasarana seperti sarana

transportasi untuk merujuk ibu hamil, fasilitas kesehatan seperti puskesmas, pustu,

polindes yang dilengkapi dengan listrik dan air bersih, mobiler (tempat tidur lengkap,

lemari, meja, kursi, kain tirai), alat kesehatan seperti bidan kit, dopler, sungkup,

tabung oksigen, tiang infus, timbangan bayi, alat pengukur panjang badan bayi, buku

pegangan dukun, peralatan P3K dan media penyuluhan. (Kemendagri, 2014).

Kedua, karakteristik partner. Partner merupakan sumber daya utama dalam

membangun sebuah kemitraan. Karakteristik partner mencakup keterampilan dan

keahlian dari pihak yang bermitra serta persepsi mengenai keuntungan dan kerugian

dari kemitraan yang diikutinya. Umumnya, para partner yang sangat aktif di dalam

sebuah kemitraan, terdorong oleh rasa bahwa mereka akan memperoleh banyak

manfaat dari kemitraan yang dibangun. Sementara mereka yang kurang terlibat aktif,

Page 45: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

29

umumnya didorong oleh rasa bahwa kemitraan yang dibangun tidak sesuai dengan

kebutuhan mereka atau kemitraan yang dibangun mempunyai banyak kekurangan.

Ketiga, relasi antara partner. Relasi antara partner meliputi kepercayaan,

konflik, dan penghargaan. Kepercayaan merupakan prasyarat bagi terciptanya sebuah

kerjasama yang baik. Organisasi atau individu yang terlibat dalam kemitraan harus

menaruk kepercayaan kepada partnernya bahwa mereka akan sungguh

bertanggungjawab dengan tugas dan perannya masing-masing. Selain kepercayaan,

penghargaan juga merupakan bagian yang penting dalam kemitraan. Kemitraan akan

terjalin dengan baik apabila terdapat rasa saling apresiasi atau menghargai antara

partner. Konflik dan pembagian wewenang juga menjadi hal yang penting dalam

bermitra. Konflik bisa saja memperkuat sebuah kemitraan jika perbedaan pendapat

bisa meransang pendekatan yang baru dalam sebuah kemitraan. Tetapi apabila

sebuah konflik tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah antara

partner. Perbedaan wewenang antara partner juga menjadi potensi konflik ketika ada

pembatasan mengenai siapa yang terlibat, pendapat siapa yang dianggap benar dan

siapa yang paling berpengaruh dalam mengambil sebuah keputusan. Pada kemitraan

bidan dan dukun, landasan kemitraan yang harus dipenuhi adalah saling menghargai

kedudukan, tugas dan fungsi, saling memahami kemampuan masing-masing, saling

menghubungi, saling bersedia membantu, saling mendukung dan saling menghargai

(Kemendagri, 2014).

Keempat, karakteristik kemitraan. Kepemimpinan, manajemen pembagian

tugas, komunikasi yang efektif, komitmen, koordinasi dan efisiensi merupakan

karakteristik kemitraan yang sangat mempengaruhi terbentuknya sebuah kemitraan

Page 46: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

30

yang sinergis. Pertama, kepemimpinan. Pemimpin harus memiliki kemampuan dalam

membangun relasi untuk memperkuat kepercayaan, keterbukaan antara partner,

menciptakan kondisi yang dapat menjembatani perbedaan pendapat dan mampu

mengolah konflik antara partner. Kedua, komunikasi. Komunikasi merupakan hal

yang paling penting dalam menjalin kemitraan. Tanpa komunikasi yang memadai,

kolaborasi yang efektif tidak akan mungkin terjadi. Kualitas komunikasi memberikan

kontribusi bagi keberhasilan kemitraan. Ketiga, manajemen pembagian tugas

merupakan prosedur penentuan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan

pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pihak yang bermitra. Keempat

efisiensi. Efisiensi dalam hal ini adalah peran dan tanggung jawab partner sesuai

dengan kepentingan dan keahlian mereka masing-masing serta dapat memanfaatkan

secara efektif kemampuan finansial, sumber daya dan waktu yang ada.

Kelima, lingkungan eksternal. Kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh

lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal ini mencakup dukungan kebijakan dari

pemerintah, dan karakteristik dari masyarakat setempat.

Berdasarkan ulasan di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah kemitraan

membutuhkan banyak elemen sebagai daya dukung, sehingga bisa berjalan efektif

dalam mengupayakan kepentingan konstituen. Elemen-elemen tersebut antara lain

adalah sumber daya, karakter pihak yang bermitra, relasi antara partner, karakteristik

kemitraan dan lingkungan sekitar. Hal ini juga didukung oleh sejumlah penelitian

yang menemukan sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap kemitraan bidan

dengan dukun antara lain persepsi, budaya, ketersediaan sarana dan prasarana,

komunikasi dan dukungan khususnya dari stakeholder.

Page 47: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

31

2.4 Model Penelitian

Gambar 2.1 Model Penelitian

Sumber Daya

Dana

Sarana dan prasarana

Karakteristik Partner

Keterampilan

Motivasi

Relasi Antar Partner

Konflik

Kepercayaan

Penghargaan Kemitraan dukun dengan bidan

dalam pertolongan persalinan

Karakteristik Kemitraan

Peran

Komunikasi

Pengambilan Keputusan

Koordinasi

Komitmen

Lingkungan Eksternal

Karakteristik masyarakat

Dukungan TOMA,TOGA

Hambatan dalam Kemitraan

Page 48: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan

grounded theory. Grounded theory merupakan desain yang digunakan untuk

mengeksplorasi pengalaman orang banyak dari berbagai individu untuk

mengonfirmasi teori yang ada dan bila dimungkinkan peneliti mengembangkan

suatu teori atau konsep baru (Bungin, 2011).

Penelitian ini menggunakan pendekatan grounded theory karena peneliti

berusaha untuk mengeksplorasi pengalaman partisipan mengenai kemitraan dukun

dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten

Manggarai Timur.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Borong yaitu di Kelurahan Satar

Peot dan Desa Gurung Liwut Kabupaten Manggarai Timur Provinsi Nusa

Tenggara Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas beberapa

pertimbangan. Pertama, proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga non

kesehatan (dukun) di kedua wilayah ini masih tinggi. Kedua, masih ada dukun

yang belum bermitra dengan bidan dalam pertolongan persalinan. Pengumpulan

data dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2015.

Page 49: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

33

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapatkan melalui

wawancara mendalam.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dengan partisipan dukun

yang bermitra dengan bidan, dukun yang tidak bermitra dengan bidan, ibu nifas,

bidan desa, lurah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan penanggung jawab

program.

3.3.3 Partisipan

Pemilihan partisipan pada penelitian ini dilakukan secara purposif

(Purposive Sampling) dengan memperhatikan asas kecukupan, kesesuaian hingga

mencapai saturasi data. Berdasarkan hal di atas, maka partisipan pada penelitian

ini adalah dukun yang bermitra, dukun yang tidak bermitra, ibu nifas, bidan desa,

lurah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemegang program.

Dukun dan bidan dipilih karena mereka terlibat langsung dan sebagai pelaku

dalam program kemitraan dukun dengan bidan. Partisipan lain seperti ibu nifas,

tokoh agama, tokoh masyarakat dan penanggung jawab progam dipilih dengan

tujuan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari dukun dan bidan.

Dukun yang dipilih adalah dukun yang bermitra dan tidak bermitra dengan

bidan, sudah sering dan berpengalaman melakukan pertolongan persalinan dan

bersedia menjadi partisipan. Prosedur mencari dukun dilakukan dengan

menghubungi bidan yang bertugas di kedua wilayah ini dan mencari informasi

Page 50: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

34

kepada masyarakat mengenai dukun yang masih aktif menolong persalinan, dukun

yang sudah bermitra dan dukun tidak bermitra serta meminta alamat tinggal

mereka. Setelah mendapatkan informasi tersebut, peneliti mencari alamat tinggal

dukun untuk memberikan informasi mengenai penelitian yang dilakukan. Apabila

dukun bersedia menjadi partisipan, maka didiskusikan mengenai waktu dan

tempat untuk menggali informasi. Ibu nifas yang dipilih adalah ibu nifas yang

persalinannya murni ditolong oleh dukun dan ibu nifas yang persalinannya

ditolong dukun dan bidan. Prosedur mencari ibu nifas dilakukan dengan

menghubungi bidan dan masyarakat di kedua wilayah ini untuk mendapatkan

informasi mengenai ibu nifas yang persalinannya murni ditolong dukun dan ibu

yang ditolong dukun dan bidan. Setelah mendapatkan informasi, peneliti

mengunjungi ibu nifas untuk memberikan informasi mengenai penelitian yang

dilakukan. Apabila ibu bersedia untuk menjadi partisipan, maka didiskusikan

mengenai waktu dan tempat untuk proses penggalian informasi.

Tokoh masyarakat yang dipilih adalah tokoh masyarakat di Desa Gurung

Liwut, lurah Satar Peot dan tokoh agama.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang paling utama pada studi kualitatif adalah peneliti

sendiri. Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh pendamping peneliti yang

berjumlah satu orang untuk membantu mengambil gambar pada saat wawancara.

Selain itu, instrumen lain yang digunakan adalah pedoman wawancara mendalam,

alat perekam suara, alat pencatat dan kamera.

Page 51: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

35

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data akan disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1

Metode dan teknik pengumpulan data

Jenis

data

Sumber data Teknik Jumlah Jenis informasi

Data

primer

Dukun yang

bermitra

Dukun yang

tidak

bermitra

Bidan desa

Ibu nifas

Lurah, tokoh

masyrakat dan

tokoh agama

Pemegang program

WM

WM

WM

WM

WM

WM

5 Orang

3 orang

2 orang

2 orang

3 orang

1 orang

Sumber daya

Karakteristik

partner

Relasi antara

dukun dan

bidan

Karakteristik

kemitraan

Dukungan

lingkungan

eksternal

Hambatan

dalam

pelaksanaan

kemitraan

Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam. Wawancara mendalam

dilakukan dengan dua orang bidan desa karena dua bidan desa ini yang

bertanggung jawab di daerah penelitian, lima orang dukun bermitra karena mereka

ini yang aktif bermitra dan terdata di catatan bidan, tiga orang dukun yang tidak

bermitra karena berdasarkan informasi dari masyarakat dan bidan tiga orang ini

masih sangat aktif dan sering melakukan pertolongan persalinan di rumah, dua

orang ibu nifas karena hanya mereka yang sedang dalam periode masa nifas saat

Page 52: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

36

penelitian, lurah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan penanggung jawab program.

Wawancara mendalam digunakan untuk menggali informasi mengenai sumber

daya yang mendukung kemitraan, karakteristik partner, relasi antar partner,

karakteristik kemitraan, lingkungan eksternal dan hambatan dalam pelaksanaan

kemitraan.

Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar pedoman wawancara

mendalam dengan alat bantu perekam, buku catatan harian, alat tulis dan kamera

digital.

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif merupakan suatu proses yang panjang di mana peneliti

bekerja dengan data yang ada, membuat organisasi data, memilah menjadi

kesatuan yang dapat diolah, menyintesiskan, mencari serta berupaya menemukan

pola, poin-poin yang penting sehingga mampu memutuskan hal apa yang bisa

diceritakan kepada orang lain (Bungin, 2011).

Hasil penelitian ini dianalisis dengan thematic analisis. Tahapan analisis ini

akan dijelaskan di bawah ini (Hasbiansyah, 2008).

1. Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan. Wawancara direkam dan

dicatat.

2. Seluruh rekaman dan catatan hasil wawancara mendalam dengan partisipan

ditranskripkan kedalam bahasa tulisan.

3. Melakukan kodefikasi terhadap pernyataan-pernyataan penting yang relevan

dengan topik penelitian.

Page 53: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

37

4. Mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan tadi kedalam tema-tema atau unit-

unit makna serta menyisihkan pernyataan yang tumpang tindih atau berulang-

ulang. Pada bagian ini, peneliti membuat interpretasi terhadap hasil transkrip

wawancara berdasarkan sejumlah teori dan penelitian terkait kemitraan

5. Peneliti menarik kesimpulan umum dari seluruh hasil penelitian.

6. Peneliti melaporkan hasil penelitian.

3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk formal dan informal. Bentuk

penyajian formal dengan menggunakan tabel sedangkan bentuk informal disajikan

dengan narasi atau uraian kata-kata.

3.8 Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini diuji dengan metode triangulasi.

Triangluasi adalah uji keabsahan hasil penelitian yang paling dan mudah

dilakukan (Bungin, 2011). Jenis triangulasi yang digunakan pada penelitian ini

adalah triangulasi sumber data yaitu melakukan pengecekan data dengan fakta

dari sumber melalui partisipan yang berbeda, sampai menghasilkan data yang

saling memperkuat atau tidak ada kontradiksi satu dengan yang lainnya.

3.9 Etika Penelitian

Prinsip etika penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah prinsip

confidentiality dan anonymity. Nama partisipan menggunakan inisial dan semua

informasi yang diperoleh dijaga kerahasiaannya. Informasi yang didapatkan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Sebelum melakukan

penelitian, terlebih dahulu peneliti mengurus Ethical Clearence dari Yayasan

Page 54: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

38

Kerti Praja oleh karena penelitian ini melibatkan manusia. Selanjutnya peneliti

meminta ijin kepada Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan

Terpadu Kabupaten Manggarai Timur. Kemudian peneliti mengurus surat di

kantor camat Borong sebagai wilayah tempat penelitian.

Sebelum melakukan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan tujuan pengambilan data.

Semua partisipan bersedia dan menandatangani lembar kesediaan menjadi partisipan

untuk selanjutnya dapat dilakukan wawancara mendalam.

Page 55: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan atas hasil

penelitian. Sebelum masuk ke dalam inti pembahasan, peneliti akan memaparkan

tentang kondisi umum lokasi penelitian lalu diikuti dengan karakteristik partisipan.

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di dua tempat yaitu desa Gurung Liwut dan

kelurahan Satar Peot. Kedua lokasi ini terletak di Kecamatan Borong. Kedua wilayah

ini dipilih oleh karena jumlah dukun masih banyak, masih banyak ibu hamil yang

melakukan persalinan di rumah yang ditolong dukun serta masih ada dukun yang

tidak bermitra dengan bidan.

Kelurahan Satar Peot merupakan salah satu kelurahan baru hasil pemekaran

dari Rana Loba Kecamatan Borong. Terbentuknya Kelurahan Satar Peot tertuang

dalam Perda Manggarai Timur No 3/ 2010. Batas wilayah Kelurahan Satar Peot,

sebelah utara berbatasan dengan Desa Gurung Liwut, sebelah selatan berbatasan

dengan Kelurahan Rana Loba, sebelah timur berbatasan dengan desa Rana Masak

dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bangka Kantar.

Desa Gurung Liwut merupakan salah satu desa yang berada di wilayah

Kecamatan Borong. Desa ini terdiri dari Sembilan dusun. Batas wilayah Desa

Gurung Liwut, sebelah utara berbatasan dengan Desa Golo Leda, sebelah selatan

berbatasan dengan Kelurahan Satar Peot, Bagian timur berbatasan dengan Desa

Ngampang Mas dan Compang Riwu, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa

Page 56: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

40

Compang Tenda dan Golo meleng. Kondisi jalan di lokasi penelitian beraspal akan

tetapi banyak yang telah mengalami kerusakan. Sedangkan aliran listrik dari PLN

hanya di Keluran Satar Peot.

4.1.1 Aspek Kependudukan

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Satar

Peot sebesar 2585 jiwa dan 567 KK, dengan kepadatan penduduk sebesar 15 jiwa/

Km². Penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1346 dan perempuan berjumlah

1239. Sedangkan jumlah penduduk di Desa Gurung Liwut adalah 3850 jiwa dan 500

KK. Penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1475 jiwa dan perempuan

berjumlah 2375.

4.1.2 Aspek Sosial

1.Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan

Satar Peot dan Desa Gurung Liwut bervariasi. Penduduk yang berijazah sekolah

dasar adalah yang paling banyak terdapat di Kedua wilayah ini, selanjutnya berturut-

turut yang berijasah SLTP, tidak tamat SD, SLTA, buta huruf dan perguruan tinggi.

2.Agama

Berdasarkan data yang ada, sebagian besar penduduk Satar Peot beragama

Katolik. Sedangkan untuk agama Kristen Protestan dan Islam banyak dianut oleh

penduduk pendatang. Sedangkan Penduduk Desa Gurung Liwut seluruhnya

menganut agama Katolik.

3. Pekerjaan

Page 57: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

41

Berdasarkan data, mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Satar

Peot dan Desa Gurung Liwut adalah bertani. Mata pencaharian lainnya seperti PNS,

POLRI, ojek, pengusaha dan montir.

4. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Dukun di Wilayah Penelitian

Jumlah tenaga kesehatan di wilayah penelitian adalah delapan orang yang terdiri

dari lima orang perawat dan tiga orang bidan. Sedangkan jumlah dukun bayi di

wilayah penelitian adalah 13 orang yang terdiri dari 11 orang dukun perempuan dan

dua orang dukun laki-laki. Dari 13 orang dukun di atas, dukun bayi yang sampai saat

ini masih aktif menolong persalinan adalah sembilan orang. Jumlah dukun yang

bermitra dengan bidan sebanyak lima orang sedangkan yang tidak bermitra empat

orang.

5. Sosial budaya

Masyarakat di wilayah penelitian pada umumnya sangat percaya dan dekat

dengan para dukun baik untuk pertolongan persalinan maupun pengobatan penyakit

yang lainnya. Budaya lain yang sangat mempengaruhi pemanfaatan fasilitas

kesehatan oleh masyarakat adalah keyakinan bahwa hidup dan mati ada ditangan

Tuhan. Jadi ketika mengalami masalah kesehatan masyarakat cenderung untuk

pasrah pada Tuhan dan dalam budaya Manggarai dikenal dengan istilah “Wada”.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Berdasarkan data dari kelurahan, Sarana dan prasarana kesehatan yang

terdapat di wilayah penelitian mencakup posyandu, puskesmas pembantu dan klinik

bersalin. Sarana dan prasarana ini ikut mendukung proses berlangsungnya kemitraan

Page 58: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

42

dukun dan bidan. Berikut merupakan tabel sarana dan prasarana yang terdapat di

wilayah penelitian.

Tabel 4.1

Sarana dan Prasarana Kesehatan di Lokasi Penelitian

Sarana dan prasarana kesehatan Jumlah

Posyandu 9 unit

Klinik Bersalin Swasta

Puskesmas Pembantu

1 unit

1 unit

Sumber: RPJM Kelurahan Satar Peot dan Administrasi Desa Gurung Liwut

4.2 Karakteristik Partisipan

Pada penelitian ini, partisipan terdiri dari dua yaitu partisipan dan partisipan

kunci. Proses pengumpulan data pada kedua partisipan ini dilakukan dengan

wawancara mendalam. Karakteristik partisipan dapat dilihat dari umur, tingkat

pendidikan, alamat serta status partisipan.

Page 59: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

43

Tabel 4.2

Karakteristik Partisipan dan partisipan kunci

No Kode Partisipan Umur Pendidikan Alamat Status Partisipan

1. D1 65 tahun SD Warat Dukun bermitra

2. D2 45 tahun SD Paka Dukun bermitra

3. D3 63 tahun SD Lidi Dukun bermitra

4. D4 50 tahun SD Rehes Dukun bermitra

5. D5 45 tahun SD Warat Dukun bermitra

6. DTM1 64 tahun SD Warat Dukun tidak bermitra

7. DTM2 48 tahun SD Warat Dukun tidak bermitra

8. DTM3 69 tahun Tidak tamat SD Kembur Dukun tidak bermitra

9. B1 35 tahun DI Kebidanan Rehes Bidan desa

10. B2 25 tahun DIII Kebidanan Warat Bidan desa

11. TA 50 tahun SMA Warat Tokoh agama

12. TM1 47 tahun SMA Peot Tokoh masyarakat

13. TM2 45 tahun SGO Paka Tokoh masyarakat

14. N1 43 tahun SD Warat Ibu Nifas

15. N2 27 tahun SD Lidi Ibu Nifas

16. PK 50 tahun Sarjana Toka Pemegang kebijakan

Sumber: Hasil Wawancara Mendalam dengan Partisipan pada Bulan Maret

sampai April 2015

4.3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.3.1 Sumber Daya Kemitraan

Sumber daya dalam kemitraan bidan dan dukun adalah segala sesuatu yang

mendukung proses kemitraan. Adapun sumber daya yang dimaksud mencakup daya

dukung finansial untuk membiayai proses kemitraan, sarana-prasana seperti ruang

bersalin yang sehat dan alat-alat kesehatan yang menunjang persalinan yang sehat

dan dukungan transportasi yang mendukung rujukan.

Page 60: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

44

4.3.1.1 Dukungan Finansial

Dana merupakan sumber daya yang mendukung proses kemitraan dukun dan

bidan dalam pertolongan persalinan. Dana ini digunakan untuk membiayai proses

kemitraan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan dukun yang bermitra, bidan dan

pemegang program mereka mengatakan bahwa tidak ada dana khusus dari

pemerintah untuk mendanai program kemitraan ini. Pernyataan dari dukun, bidan

dan pemegang program dapat dilihat sebagai berikut.

“Bulan Desember tahun 2014 ada. Biasanya setiap akhir tahun ada

pertemuan kemitraan tingkat puskesmas nah baru ada dananya. Biasanya

dipakai untuk membayar uang transport dukun dan bidan”.

(wawancara mendalam T1,B1)

“Kalau dana untuk kerjasama tidak ada.”

(wawancara mendalam T1, B2)

“Kalau untuk dana khusus tidak ada.Biasanya kami ambil dari dana BOK

tapi hanya untuk uang transport bidan dan dukun kalau ada pertemuan di

tingkat puskesmas.”

(wawancara mendalam T1, PP)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada dana khusus yang

dipersiapkan untuk mendanai kemitraan ini. Hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian Tobroni (2011) mengenai kemitraan dukun bayi dan bidan di Kabupaten

Bojonegoro bahwa pemerintah melalui dinas kesehatan provinsi mengalokasikan

dana dekosentrasi untuk pelaksanaan program kemitraan dukun dan bidan. Terbukti

bahwa dengan adanya dana kemitraan ini berhasil menembus target dengan

pencapain pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 99,34% dan

angka kematian ibu dan bayi mengalami penurunan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dedik Setiawan dkk (2005) mengenai

kemitraan bidan dan dukun bayi di Kabupaten Trenggalek, mengindikasikan bahwa

Page 61: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

45

keberhasilan kemitraan di tempat ini tidak terlepas dari adanya dukungan dana

pemerintah melalui dinas kesehatan. Dinas kesehatan memberikan dana bergulir

kepada puskesmas untuk diberikan kepada dukun setiap merujuk persalinan.

Dalam pendoman pelaksnaan kemitraan antara bidan dengan dukun

dijelaskan bahwa ada dana yang disiapkan oleh pemerintah yang dapat berasal dari

APBD (melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas), dana Jaminan Persalinan

(Jampersal), sumber dana dari pihak ketiga, ataupun dana dari swadaya masyarakat

desa atau swadana bidan setempat untuk mendanai program kemitraan ini. Dana

tersebut digunakan untuk pendataan kesehatan ibu dan anak, pertemuan-pertemuan

koordinasi, pelatihan bagi bidan dan dukun, pemberian transport bagi dukun setiap

kali mengantarkan ibu hamil ke fasilitas kesehatan, insentif untuk dukun setiap

persalinan yang dirujuk ke bidan, pelatihan-pelatihan berkala dukun-bidan dan

penyediaan sarana dan prasarana pendukung kemitraan (Kemendagri, 2014).

Dari aspek finansial, kemitraan antara bidan dengan dukun di Kecamatan

Borong belum secara sungguh mendapat perhatian. Kurang adanya perhatian dari

segi finansial menandakan ketidakseriusan pemerintah dalam menangani masalah

persalinan. Hal ini tentu menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan kemitraan

dukun dan bidan selama ini dan dapat diprediksi juga bahwa kedepannya kemitraan

ini tidak akan berkembang dan berhasil tanpa adanya dukungan dana baik dari

pemerintah maupun swasta.

Faktor lain juga dapat disebabkan oleh karena Kabupaten Manggarai Timur

merupakan kabupaten baru, dimana pemerintah masih mengutamakan alokasi dana

Page 62: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

46

untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan raya dan perkantoran sehingga

pemerintah belum dapat mengalokasikan dana untuk kemitraan ini.

4.3.1.2 Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya yang sangat

mendukung proses kemitraan dukun dan bidan. Sarana dan Prasarana tersebut

mencakup fasilitas kesehatan seperti polindes, poskesdes, pustu, posyandu dan

puskesmas, ruang bersalin dan alat-alat yang menunjang persalinan yang sehat, akses

jalan yang baik serta dukungan sarana transportasi.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap bidan yang bermitra, mereka

mengatakan bahwa sarana dan prasarana penunjang kemitraan masih belum

memadai. Pernyataan dari kedua bidan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Alat partus dan ruang untuk bersalin. Karena apabila tidak lengkap alat

dan tidak tersedia ruangan bagaimana kami mau tolong. Kebetulan kami

punya di sini lengkap semua sehingga apabila dukun datang mengantar ibu

hamil untuk bersalin kami dapat menolong. Sebenarnya yang dibutuhkan

juga mobil untuk jemput ibu hamil karena banyak ibu hamil dan dukun

selama ini mengeluh masalah transportasi.”

(Wawancara mendalam T1,B1)

“Lampu, tempat tidur, ruangan bersalin, transportasi, alat partus. Selama

ini yang lengkap hanya alat partus, ruangan bersalin hanya satu dan terlalu

sempit, lampu juga masih kurang transportasi tidak ada. Saat rujuk pasien

selama ini setengah mati cari mobil. Jalan juga rusak.”

(Wawancara mendalam T1,B2)

Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan

prasarana yang terdapat di lokasi penelitian belum cukup memadai untuk menunjang

pelaksanaan kemitraan ini. Dimana belum tersedia sarana transportasi seperti

ambulans desa untuk merujuk ibu hamil yang akan bersalin. Hal ini tentunya

menghambat proses rujukan ibu hamil oleh para dukun. Dalam panduan kemitraan

Page 63: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

47

antara bidan dan dukun, mobil juga merupakan sarana yang mendukung proses

kemitraan.

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Yusriani dan Amaliah Octaviani (2014)

mengenai kemitraan antara bidan dan dukun di Pangkep membuktikan bahwa ada

hubungan yang sangat signifikan antara ketersediaan fasilitas dengan kelancaran

program kemitraan tersebut.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Adriana Nara (2014) menemukan bahwa

ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas

persalinan oleh ibu hamil. Dimana kesulitan menjangkau fasilitas kesehatan karena

terbatasnya sarana transportasi membuat ibu memutuskan tidak bersalin di fasilitas

kesehatan.

Dalam pelaksanaan kemitraan dukun dan bidan, dibutuhkan sarana dan

prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan

kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian

pelayanan oleh bidan adalah puskesmas, pustu, poskesdes, polindes, rumah tunggu

kelahiran, posyandu, yang dilengkapi listrik dan air bersih. Sedangkan sarana yang

menunjang kemitraan diantaranya mobiler, alat kesehatan, buku pegangan bidan dan

dukun, baju seragam dukun, peralatan P3K, media penyuluhan dan sarana

transportasi (Kemendagri, 2014).

Fasilitas kesehatan yang dilengkapi oleh alat-alat persalinan yang sehat dan

tenaga yang berkompeten menjadi prasyarat utama dalam menangani persalinan.

Akan tetapi kelengkapan fasilitas kesehatan ini tidak menjamin peningkatan rujukan

persalinan oleh dukun bila sulit diakses dan dijangkau. Tingginya proporsi

Page 64: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

48

pertolongan persalinan oleh dukun selama ini salah satunya karena kesulitan untuk

menjangkau fasilitas kesehatan terutama karena hambatan transportasi. Di

Puskesmas Borong terdapat satu buah ambulans dimana ambulans ini hanya

digunakan untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Sarana transportasi lain yang sering

digunakan adalah bemo dan ojek dengan biaya yang cukup mahal dan jumlahnya

sedikit. Sedangkan program ambulans desa tidak berjalan. Hal ini menjadi suatu

kendala dalam merujuk persalinan oleh para dukun.

4.3.2 Karakteristik Partner

Karakteristik partner sangat berpengaruh terhadap sebuah proses kemitraan.

Kualitas-kualitas personal seperti pengetahuan dan keterampilan, motivasi, dan

persepsi manfaat merupakan elemen dari karakteristik partner yang berpengaruh

terhadap sebuah proses kemitraan. Dalam penelitian ini, peneliti menjabarkan

karakteristik partner ke dalam dua tema besar yaitu keterampilan dan keahlian serta

motivasi.

4.3.2.1 Keterampilan dan Keahlian

Keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh setiap partner sangat

berpengaruh terhadap pelaksanaan sebuah kemitraan. Berdasarkan wawancara

peneliti dengan bidan dan dukun yang bermitra mengenai keterampilan mereka

dalam membantu persalinan, sebagian besar mengatakan bahwa kompetensi mereka

sudah sangat memadai dalam hal membantu persalinan. Berikut kutipan pernyataan

dari pada dukun terkait dengan keterampilan bidan dalam hal menolong persalinan.

“Keterampilan menolong persalinan. Setiap saya mengantar ibu hamil

untuk bersalin saya selalu mengamati dan mereka sangat piawai menolong

persalinan apalagi ditunjang oleh alat yang lengkap.”

(wawancara mendalam, T2, D1)

Page 65: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

49

“Keterampilan menolong persalinan dan komunikasinya mereka itu bagus.

Kalau ada pertemuan di puskesmas saya selalu diajak ikut jadi pengalaman

saya bertambah makanya saya senang.”

(wawancara mendalam, T2, D2)

Sedangkan pernyataan dari para bidan terkait dengan kompetensi para

dukun, dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut.

“Keterampilan menjaga ibu hamil dari roh jahat dan memberi minum

makanya masyarakat disini sangat percaya pada mereka. Masyarakat di

sini selalu panggil dukun walaupun mereka sudah disini.”

(wawancara mendalam, T2, B1)

“Mereka hanya kasi minum air saja untuk melancarkan proses persalinan.

Mereka tidak pernah bertindak langsung dengan pasien tetapi hanya

memberikan air saja.”

(wawancara mendalam, T2, B2)

Berdasarkan pemaparan data di atas, dukun dan bidan saling mengakui

keterampilan dan kelebihannya masing-masing dalam bermitra. Dukun mengakui

bahwa para bidan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam

menolong persalinan melalui pendidikan formal yang telah mereka tempuh. Hal

inilah yang mendorong para dukun yang bermitra di Kecamatan Borong selalu

merujuk ibu bersalin agar ditangani oleh para bidan. Sementara itu pada bagian lain,

para bidan mengakui bahwa pengetahuan para dukun terutama yang berkaitan

dengan hal-hal supranatural dan yang dipegang teguh oleh kepercayaan masyarakat

tradisional merupakan kualitas personal dari para dukun yang sangat diperlukan

dalam kemitraan ini.

Kemitraan dibangun untuk memadukan keterampilan dan keahlian serta

sumber daya yang lain untuk menangani suatu permasalahan. Pemetaan keterampilan

Page 66: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

50

dan keahlian ini akan memudahkan dalam pembagian peran dan tugas dalam

bermitra untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan.

Dalam konteks kemitraan dukun dan bidan, dukun memiliki keahlian dalam hal

supranatural dan budaya setempat sedangkan bidan memiliki keahlian dalam

menangani persalinan sehingga kedua keterampilan ini dipadukan untuk menangani

masalah persalinan.

Hendaknya keahlian dan keterampilan ini dipahami oleh setiap anggota mitra

sesuai dengan landasan kemitraan yang menyebutkan bahwa para pihak yang

bermitra harus saling memahami kemampuan masing-masing dimana bidan memiliki

kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan ibu sedangkan

dukun bayi memiliki pengaruh dan dipercaya masyarakat. Masing-masing

kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam mendukung

persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.

4.3.2.2 Motivasi

Karakteristik partner yang lain adalah motivasi. Motivasi adalah suatu

dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan individu itu melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan wawancara, dukun

percaya bahwa bidan dapat menangani persalinan dengan mudah berkat

pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dari pendidikan formal. Dengan

demikan, para dukun terdorong untuk bekerjasama dengan para bidan. Sementara itu

para bidan mempunyai persepsi bahwa para dukun mempunyai hubungan yang

sangat dekat dengan ibu hamil dan masyarakat masih menaruh kepercayaan yang

begitu tinggi terhadap peran dukun dalam menangani persalinan.

Page 67: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

51

Pengakuan dari para dukun mengenai motivasi yang mendorong mereka

untuk bekerjasama dengan bidan dalam menangani persalinan. Pernyataan dari

dukun dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut.

“Karena sekarang setiap ibu hamil harus bersalin di bidan. Makanya saya

setiap ada ibu hamil yang akan bersalin saya selalu antar ke tempat bidan.

Dulu sejak tahun 1990an saya juga sering diajak oleh menteri sales untuk

ikut menolong persalinan di rumah. Mulai tahun 2012 saya diimbau oleh

bidan untuk selalu mengantar ibu hamil yang ingin bersalin ke pustu.”

(wawancara mendalam, T2, D1)

“Iya karena mereka ajak harus bekerjasama mau tidak mau saya harus

ikut. Saya juga berpikir setiap ibu hamil tidak sama ada yang pada saat

melahirkan bermasalah ada juga yang lancar-lancar saja. Kalau saya

bekerjasama untung saya tidak perlu susah payah bila ada yang mengalami

kesulitan saat melahirkan.”

(wawancara mendalam, T2, D2)

Pada pihak lain, para bidan mengatakan bahwa mereka bekerjasama dengan

para dukun karena kepercayaan masyarakat yang masih sangat tinggi terhadap para

dukun. Berikut pernyataan para bidan mengenai alasan mereka melakukan kerjasama

dengan para dukun.

“karena sebagian besar ibu hamil lebih percaya dukun untuk menolong

persalinan. Nah dengan adanya kerjasama ini harapan kami dukun selalu

mengantar mereka ke sini sehingga lebih banyak yang melahirkan di

fasilitas kesehatan.”

(wawancara mendalam T2, B1)

“Begini karena dukun sangat dekat dengan mereka. Selama ini mereka

lebih sering periksa hamil ke dukun. Masyarakat lebih dekat dengan dukun

daripada petugas sehingga kami mengajak dukun bekerjasama nanti dari

dukun ibu hamil diantarkan pada kami.”

(wawancara mendalam, T2,B2)

Bertolak dari pemaparan data di atas, para dukun di Kecamatan Borong

bekerjasama dengan para bidan, karena para bidan mengajak mereka untuk

bekerjasama dalam menangani persalinan. Selanjutnya menurut seorang dukun,

Page 68: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

52

kerjasama ini mempermudah mereka dalam menangani persalinan berkat

pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh para bidan. Dengan kata

lain, para dukun yakin dengan kredibilitas para bidan dalam menangani persalinan.

Para dukun memandang pendidikan dan keterampilan para bidan sebagai motivasi

yang mendorong mereka untuk bekerjasama dengan para bidan. Sementara itu pada

bagian lain, para bidan di Kecamatan Borong juga melihat adanya kualitas personal

yang dimiliki para dukun di Kecamatan Borong. Berdasarkan data di atas, dapat

digambarkan bahwa kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap para dukun dan

keberadaan dukun yang dekat dengan masyarkat, akhirnya mendorong para bidan

untuk bekerjasama dengan para dukun.

Penelitian Anggorodi (2009) di Sulawesi Tenggara dan Cirebon Jawa Barat

membuktikan bahwa peran dukun bayi di masyarakat masih cukup signifikan. Hal ini

terjadi karena besarnya kepercayaan masyarakat akan pertolongan para dukun.

Kepercayaan masyarakat terhadap dukun ini, hendaknya ditanggapi oleh para bidan

untuk melakukan kerjasama dengan para dukun dalam menangani persalinan.

Dalam pedoman kemitraan dukun dan bidan, dijelaskan mengenai karakter

bidan yaitu pengetahuan, keterampilan, muda dan miskin pengalaman, sedangkan

karakter dukun adalah holistik, terpercaya, diterima oleh masyarakat dan ada di

mana-mana. Dengan demikian kemitraan antara bidan dan dukun sebenarnya

dibangun di atas kualitas-kualitas personal ini.

Page 69: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

53

4.3.3 Relasi Antar Partner

Relasi antara partner dalam kemitraan antara bidan dengan dukun mencakup

kepercayaan, penghargaan dan konflik. Tingkat kepercayaan yang tinggi antara

partner menandakan baiknya relasi yang dibangun antara mereka. Penghargaan

antara partner juga menunjukkan baik atau buruknya relasi antara partner dalam

bermitra. Demikianpun halnya dengan konflik dan mekanisme penyelesaian konflik

juga menandakan relasi antara bidan dan dukun dalam bermitra.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan para dukun yang bermitra di

Kecamatan Borong, sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa sejauh ini relasi

mereka dengan para bidan tidak mengalami persoalan. Buktinya mereka selalu

mengantar pasien untuk ditangani oleh para bidan. Pernyataan para dukun terlihat

pada kutipan berikut:

“Baik nona karena setiap ada ibu hamil yang akan bersalin saya selalu antar

ke pustu dan kalaupun ada yg melahirkan di rumah saya akan suruh

keluarganya untuk pergi lapor ke pustu.”

(wawancara mendalam, T3, D1)

“Baik ibu tidak pernah ada perbedaan pendapat karena saya selalu ikut apa

yang mereka minta. Kalau mereka suruh ini itu saya selalu ikut seperti kalau

merujuk ibu hamil saya selalu diminta ikut bersama bidan.”

(wawancara mendalam, T3, D2)

“Baik nona saya biasa dipanggil kalau ada posyandu dan tidak ada masalah

dengan mereka.”

(wawancara mendalam, T3, D3)

Pengakuan yang sama juga diberikan oleh para dukun mengenai relasi

mereka dengan para bidan sejauh ini. Pernyataan mereka dapat dilihat pada kutipan

wawancara berikut:

Page 70: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

54

“Lumayan baik hanya ada satu dukun yang belum berhasil kerjasamanya

padahal kami sudah memberikan perhatian yang lebih pada dia. Kami sudah

angkat dia jadi kader tapi sama saja tidak ada perubahan.”

(wawancara mendalam, T3 B1)

“Tidak pernah ada masalah. Kalau yang kerjasama dengan kami semuanya

baik-baik saja karena mereka tiap ada yang akan bersalin mereka selalu

antar ke kami.”

(wawancara mendalam, T3 B2)

Relasi yang terjalin dengan baik antara bidan dengan dukun ini terlihat dalam

jawaban mereka bahwa sejauh ini mereka hampir tidak pernah mengalami konflik.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan para dukun yang bermitra, mereka

mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada konflik yang terjadi antara mereka dengan

bidan, kerena mereka sudah saling memahami peran dan kompetensi masing-masing.

Berikut adalah pernyataan para dukun terkait dengan relasi mereka dengan para

bidan.

“Tidak pernah ada masalah selama ini dengan bidan. Mereka semua baik-

baik. kalau ada yang mau dirujuk saya sering diminta ikut juga oleh bidan.

Bidan di pustu itu orangnya baik-baik.”

(wawancara mendalam, T3 D1)

“Tidak pernah ada masalah karena saya selalu menuruti apa yang mereka

inginkan.”

(waancara mendalam, T3 D2)

Tidak pernah ada masalah. Kalau posyandu saya biasanya ikut juga dengan

mereka”.

(wawancara dengan dukun 3)

Pernyataan yang sama juga diberikan oleh para bidan terkait dengan relasi

mereka dengan para dukun sejauh ini. Sebagian besar dari mereka mengatakan

bahwa sejauh ini antara mereka dengan para dukun tidak pernah terjadi konflik yang

Page 71: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

55

menyebabkan buruknya relasi antara mereka. Berikut adalah pernyataan dari para

bidan mengenai relasi mereka dengan para dukun.

“Tidak ada sejauh ini tidak ada masalah semuanya baik.”

(wawancara mendalam, T3 B1)

“Tidak pernah ada masalah. Kalau yang kerjasama dengan kami semuanya

baik-baik saja karena mereka tiap ada yang akan bersalin mereka selalu

antar ke kami.”

(wawancara mendalam, T3 B2)

Relasi yang terjalin baik antara bidan dengan dukun ini juga terlihat dari rasa

saling menghargai di antara mereka. Para dukun menghargai bidan sebagai orang

yang mempunyai kompetensi formal dalam menolong persalinan, dan sebaliknya

para bidan menghargai para dukun yang sudah berpengalaman dalam menolong

persalinan. Pernyataan pada dukun dan bidan terlihat dalam kutipan wawancara

berikut:

“Saya sangat menghargai mereka nona. Bentuk penghargaan saya kalau ada

ibu hamil saya selalu antar ke pustu itu saja bentuk penghargaan saya. Nona

tau kan kami yang di kampung ini tidak punya apa-apa untuk kasih mereka.”

(wawancara mendalam, T3 D1)

“Iya ibu kenapa tidak. Bagaimana kerjasama ini ke depannya kalau tidak

saling menghargai. Bentuk penghargaan saya terhadap mereka ya saya

mengikuti apa yang mereka inginkan itu saja ibu.”

(wawancara mendalam, T3 D2)

“Saya menghargai mereka buktinya setiap kali mereka panggil saat

posyandu saya selalu datang.”

(wawancara mendalam T3 D3)

“Iya kami menghargai mereka. Bentuk penghargaannya bila ada kegiatan

tingkat puskesmas kami selalu undang mereka untuk hadir dan mereka

mendapatkan uang transport. Kalau untuk tingkat desa hanya ucapan terima

kasih saja.”

(wawancara mendalam, T3 B1)

“Tidak ada penghargaan. Sekarang ini dana persalinan untuk petugas tidak

ada. Semua persalinan gratis jadi kami tidak ada uang untuk bayar dukun.

Page 72: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

56

Bentuk penghargaan lain juga tidak ada. Paling kami ngomong baik-baik

saja dengan mereka karena komunikasi ini yang paling penting.”

(wawancara mendalam, T3 B2)

Bertolak dari data di atas, kecenderungan dukun dan bidan di Kecamatan

Borong mengakui bahwa sejauh ini relasi antara mereka terjalin dengan baik.

Buktinya bahwa para dukun selalu bersedia untuk merujuk ibu hamil kepada bidan

bukan karena terpaksa tetapi karena mereka merasa dihargai dan diterima baik oleh

para bidan. Bukti dari relasi yang baik ini juga terlihat dari data penelitian di atas

bahwa sejauh ini antara bidan dan dukun di Kecamatan Borong tidak pernah terjadi

konflik yang menyebabkan ada pihak yang merasa tidak dihargai keberadaanya

dalam kemitraan ini. Relasi yang baik ini juga terlihat dari adanya komitmen dari

kedua belah pihak untuk saling menghargai antara kedua belah pihak.

Penelitian dari Yusriani dan Amaliah Octaviani (2014) di Kabupaten Pangkep

membuktikan bahwa ada koefisien relasi yang begitu kuat antara sikap partner

dengan proses berjalannya suatu kemitraan. Dalam penelitian ini kedua peneliti ini

mensinyalir bahwa para bidan dan dukun menaruh rasa saling menghormati yang

pada gilirannya memberi efek yang positif terhadap kemitraan.

Dalam pedoman kemitraan dukun dan bidan, dijelaskan beberapa landasan

yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra, salah satu diantaranya adalah saling

menghargai. Saling mengahargai antara dukun dan bidan sangat penting. Dukun bayi

telah ada di masyarakat jauh sebelum keberadaan bidan ataupun perkembangan ilmu

kebidanan. Dukun bayi perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi

kebidanan yang dimiliki dan ditugaskan oleh pemerintah (Kemendagri, 2014).

Page 73: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

57

Suatu persahabatan dapat dikatakan sebagai persahabatan yang sejati apabila

antara sahabat saling menghargai. Demikian halnya dengan kemitraan. Kemitraan

akan berjalan dengan baik apabila antara anggota mitra saling harga menghargai.

Seberapa kecilpun peran atau kontribusi anggota suatu kemitraan, perlu dihargai oleh

anggota mitra yang lain. Oleh karena itu, para anggota suatu kemitraan harus saling

menghargai.

4.3.4 Karakteristik Kemitraan

Karakteristik kemitraan bersinggungan erat dengan aspek-aspek organisasi

dalam suatu kemitraan. Dengan demikian, karakteristik kemitraan berarti mencakup

manajemen pembagian peran, komunikasi, pengambilan keputusan, koordinasi dan

komitmen sebagai anggota sebuah organisasi. Dalam konteks kemitraan antara bidan

dengan dukun, karakteristik kemitraan bersentuhan dengan soal pembagian peran

antara bidan dengan dukun dalam membantu persalinan, komunikasi antara bidan

dengan dukun yang terjadi dalam pertemuan yang sudah terjadwal dengan baik,

mekanisme koordinasi dalam merujuk pasien dan sejauh mana keduanya

berkomitmen untuk kepentingan kemitraan tersebut.

4.3.4.1 Pembagian Peran

Dalam konteks kemitraan dukun dan bidan, manajemen pembagian peran

merupakan aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan kemitraan. Masing-masing

pihak memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sesuai dengan

kesepakatan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan para dukun yang bermitra

mereka mengatakan bahwa peran atau tugas mereka dalam kemitraan ini adalah

mengantar pasien ke pustu dan membantu bidan dalam menolong persalinan seperti

Page 74: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

58

memijit, memberikan air untuk diminum oleh ibu yang hendak bersalin. Berikut

pernyataan dari para dukun:

“Kalau ada yang melahirkan saya antar ke pustu. Sampai di sana saya

bantu pijat-pijat dengan bantu memberikan minum bila dibutuhkan ibu

hamil sedangkan yang menolong persalinan sampai selesai bidan. Nanti

setelah selesai saya bantu bersih/lap ibu bersalin. Itu saja yang saya

kerjakan.”

(wawancara mendalam, T4 I, D1)

“Kami sama-sama menunggu. Kalau di rumah sakit saya tidak ikut campur

tetapi kalau di pustu di sini saya biasanya memberikan minum dengan halia

untuk mengusir setan. Saya juga biasanya bantu pijat dan pegang-pegang

perut ibu hamil.”

(wawancara mendalam, T4 I, D2)

“Saya kasih air untuk minum dan nonton mereka menolong persalinan.

Terkadang ada bidan yang menyuruh saya keluar maka saya keluar dan

mengintip dari jendela saja.”

(Wawancara mendalam, T4 I, D3)

Sementara itu para bidan menangani secara penuh proses persalinan.

Pernyataan para bidan mengenai tugas mereka dalam membantu proses persalinan

terlihat dalam kutipan wawancara berikut.

”Kami biasanya yang menolong persalinan sedangkan dukun bantu

memberikan minum, pegang-pegang perut ibu hamil dan kadang kami

minta mereka untuk menyiapkan susu untuk ibu hamil.”

(wawancara mendalam T4 I, B1)

“Dukun benar-benar hanya mendampingi saja. Semua tindakan bidan yang

lakukan. Mereka hanya mendampingi.”

(wawancara mendalam, T4 I, B2)

Prinsipnya dalam sebuah kemitraan, pembagian peran harus juga

mempertimbangkan kompetensi masing-masing partner dan setiap partner harus

menjalankan peran sesuai dengan fungsinya masing-masing. Berkaitan dengan

pembagian peran antara bidan dengan dukun yang bermitra di Kecamatan Borong,

Page 75: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

59

mereka berpendapat bahwa pembagian peran yang mereka sudah jalankan selama ini

sudah sesuai dengan kompetensi mereka masing-masing. Pernyataan para dukun

terkait dengan pembagian peran mereka selama ini, dapat dilihat pada kutipan

wawancara berikut:

“Sudah sesuai nona karena mereka sekolah khusus untuk menolong

persalinan sedangkan saya hanya berdasarkan pengalaman saja. Tidak ada

dokumen tertulis paling saya bantu pijit dan kasi minum bila dibutuhkan.”

(wawancara mendalam, T4 I, D1)

“Sudah sesuai ibu karena saya serahkan sepenuhnya kepada bidan. Tidak

tertulis di buku mengenai pembagian tugas kami.”

(wawancara mendalam, T4 I, D2)

“Iya nona sudah sesuai karena biasanya saya antar ke puskesmas kalau ibu

hamilnya yang minta melahirkan di puskesmas tapi kalau tidak saya tolong

disini saja.”

(wawancara mendalam, T4 I, D3)

Sedangkan persepsi para bidan terkait dengan pembagian peran dengan para

dukun dalam kemitraan yang telah berjalan selama ini, dapat dilihat pada pernyataan

mereka sebagai berikut:

“Sudah karena petugas kesehatan punya tanggung jawab untuk menolong

persalinan. Kami tidak punya dokumen tertulis paling kami jalankan

seperti biasa saja selama ini.”

(wawancara mendalam, T4 I, B1)

“Sudah sesuai. Kalau dukun hanya sebatas memberikan air saja sedangkan

semua tindakan bidan punya tanggung jawab sudah. Tidak ada dokumen

tertulis.”

(wawancara mendalam, T4 I, B2)

Pembagian peran selama ini yang dirasa oleh para dukun dan bidan sudah

berjalan baik, dinilai sangat mendukung proses kemitraan mereka selanjutnya.

Berikut pernyataan mereka:

Page 76: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

60

“Iya nona sudah mendukung. Kami ini tinggal ikut saja apa yang bidan

suruh.”

(wawancara mendalam, T4 I, D1)

“Sangat mendukung ibu. Menyiapkan halia untuk menjaga ibu hamil dari

roh jahat itu hanya kami yang bisa melakukan bidan tidak bisa. Kalau

menolong persalinan itu tanggung jawab bidan. Jadi saling melengkapi.”

(wawancara mendalam, T4 I, D2)

“Sudah mendukung nona. Tetapi kadang kalau saya ke puskesmas bidan

usir saya keluar dari ruang bersalin.”

(wawancara mendalam, T4 I, D3)

“Ya mendukung. Sebenarnya dari segi ilmu kesehatan yang paling penting

kan pertolongan persalinannya. Untuk jaga badan dari roh jahat dan lain-

lain tidak terlalu penting hanya karena masyarakat percaya saja.”

(wawancara mendalam, T4 I, B1)

“Sudah mendukung karena saling melengkapi. Mereka yang datang antar

kami yang tolong di sini.”

(wawancara mendalam, T4 I, B2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini para dukun umumnya

berperan dalam aspek non teknis kesehatan. Dengan kata lain, para dukun bertugas

mendampingi ibu bersalin dan menolong bidan dalam hal menangani persalinan.

Para dukun berperan dalam memberi air, memijit ibu bersalin dan juga menangani

hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan budaya setempat. Sedangkan bidan

bereperan dalam aspek teknis kesehatan.

Selanjutnya dukun dan bidan yang bermitra umumnya tidak menyatakan

keberatan terkait dengan pembagian peran ini. Hal ini tampak dari pengakuan dukun

yang cenderung mengatakan bahwa selama ini tugas mereka hanyalah merujuk ibu

hamil, sedangkan yang dominan berperan dalam menangani persalinan adalah bidan.

Para dukun juga memberikan pengakuan bahwa pembagian peran yang terjadi

selama ini, sudah sangat mendukung kemitraan. Para bidan juga memberikan

Page 77: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

61

pengakuan yang serupa berkaitan dengan pembagian peran ini. Menurut para bidan

pembagian peran antara mereka dengan dukun yang sudah berjalan selama ini sudah

sesuai dengan apa yang digariskan dalam pedoman kemitraan antara bidan dengan

dukun, di mana bidan merupakan penanggung jawab penuh dalam menangani

persalinan. Namun pembagian peran ini tidak tertulis dalam dokumen yang resmi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiyono

dkk (2011) di Puskesmas Mranggen Kabupaten Demak menjelaskan bahwa peran

dukun hanya sebatas melakukan pemijatan saja sedangkan yang menolong persalinan

adalah bidan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Metti dan Rosmadewi (2012)

bahwa dukun sudah mengetahui peran mereka tidak lagi menolong persalinan

melainkan membantu bidan dalam merawat ibu dan bayi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pembagian peran dalam kemitraan

bidan dan dukun di Kecamatan Borong sudah mengikuti apa yang ditegaskan oleh

departemen kesehatan yaitu bahwa tugas dukun bukan lagi sebagai penolong utama

dalam persalinan tetapi hanya mendampingi bidan dan ibu hamil dalam persalinan.

Dalam pedoman, peran bidan dan dukun dalam pelaksanaan kemitraan telah

dibagi sejak periode kehamilan, persalinan dan nifas. Bidan dan dukun hendaknya

saling memahami kedudukan tugas dan fungsi dalam bermitra, dimana bidan

memiliki tugas dan fungsi utama dalam membantu persalinan ibu hamil. Dukun bayi

tidak melakukan tugas dan fungsi dalam membantu persalinan secara langsung

melainkan mendorong agar proses rujukan ibu bayi hanya kepada bidan atau tenaga

kesehatan terlatih (Kemendagri, 2014).

Page 78: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

62

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara dukun dan bidan dalam

pertolongan persalinan, perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara

mereka. Meskipun mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada

beberapa hal penting yang harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota

kesepakatan) yaitu mekanisme rujukan kasus persalinan dan pembagian biaya

persalinan (Depkes, 2008).

Pembagian peran atau tugas dukun dan bidan dalam persalinan sudah jelas

walaupun tidak ada dokumen tertulis. Masing-masing pihak diharapkan dalam

melaksanakan perannya dengan baik sehingga persalinan dapat ditangani dan

kematian ibu dan bayi akibat persalinan dapat ditekan.

4.3.4.2 Komunikasi

Komunikasi antara partner adalah hal yang sangat penting di dalam sebuah

kemitraan. Dalam konteks kemitraan antara bidan dan dukun, komunikasi antara

keduanya adalah sesuatu hal yang perlu untuk kepentingan kemitraan. Sebagai

sebuah organisasi, maka komunikasi antara bidan dengan dukun diupayakan agar

terjadwal dengan baik seperti pertemuan bulanan atau juga tahunan.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan dukun dan bidan yang bermitra,

mereka tidak pernah mengadakan pertemuan di tingkat desa/kelurahan tetapi untuk

tingkat kecamatan pernah dilaksanakan beberapa kali. Berikut adalah pernyataan

para dukun:

“Kalau dengan bidan tidak pernah ada pertemuan. Paling dulu dokter dari

puskesmas datang dan kami kumpul di aula gereja membahas masalah

persalinan di rumah dan dulu juga pernah ada pertemuan juga dengan

dokter tapi saya tidak ikut.”

(wawancara mendalam, T4 II, D1)

Page 79: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

63

“Kalau dengan bidan yang di sini tidak pernah tetapi kalau di puskesmas

Borong pernah diundang tiga kali ibu. Bila ada pertemuan saya biasanya

pergi dengan bidan. Dua kali dengan bidan Beci satu kali dengan bidan

Marni. Di puskesmas kami diberi pengarahan mengenai persalinan. Setiap

ibu hamil harus bersalin di fasilitas kesehatan jangan paksa untuk tolong

sendiri di rumah nanti kalau ada perdarahan berbahaya. Biasanya kalau

ada pertemuan begitu saya dapat uang transport ibu.”

(wawancara mendalam, T4 II, D2)

“Pernah saya diundang ke puskesmas dapat pengarahan tentang

persalinan. Dokter bilang kalau ada yang melahirkan harus melahirkan di

fasilitas kesehatan jangan paksa untuk bersalin di rumah. Tiga kali saya

diundang dari puskesmas dapat pengarahan dari dokter tentang

persalinan.”

(wawancara mendalam, T4 II, D3)

Pernyataan para bidan dapat dilihat para kutipan wawancara berikut:

“Kalau pertemuan rutin tingkat desa tidak ada. Pertemuan biasanya untuk

tingkat puskesmas dilakukan setiap akhir tahun untuk membahas hal apa

saja yang dilakukan dukun dan bidan. Tidak semua dukun diundang paling

hanya satu sampai dua orang saja.”

(wawancara mendalam, T4 II, B 1)

“Kalau pertemuan rutin tidak ada. Paling setahun sekali ada semacam

pelatihan atau pengarahan pada dukun. Yang dibahas mengenai persalinan

yang tidak boleh ditolong dukun. Dukun hanya sebatas mendamping,

mengajak pasien dan mengantar pasien ke pustu atau puskesmas.”

(wawancara mendalam, T4 II, B 2)

komunikasi yang dimaksudkan dalam konteks kemitraan ini adalah frekuensi

pertemuan yang dilakukan oleh para bidan dengan dukun di tingkat desa, kecamatan

ataupun juga kabupaten. Berdasarkan data di atas, jelas terlihat bahwa menurut para

dukun selama ini mereka kurang bahkan tidak pernah melakukan petemuan dengan

para dukun di tingkat desa. Para dukun hanya melakukan petemuan dengan bidan

dan dokter di tingkat puskesmas. Dalam pertemuan ini, para dukun selalu diingatkan

akan pentingnya penanganan persalinan oleh tenaga profesional kesehatan yaitu

Page 80: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

64

bidan. Pengakuan yang sama juga diutarakan oleh para bidan yaitu bahwa selama ini

tidak pernah diadakan pertemuan rutin tingkat desa tetapi hanya diadakan pertemuan

tingkat puskesmas pada akhir tahun yang membahas tentang kerjasama antara dukun

dan bidan selama tahun itu.

Penelitian yang dilakukan oleh Dedik dkk (2005) mengenai kemitraan bidan

dan dukun bayi di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur meanganjurkan saran bahwa

dukun bayi perlu diberikan wawasan dan pengetahuan dalam bidang kesehatan ibu

dan bayi yang baru lahir, terutama juga tentang tanda bahaya pada kehamilan,

persalinan dan nifas, serta persiapan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam

menyonsong kelahiran bayi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Budiyono dkk

(2011) mengungkapkan bahwa bidan desa kurang bisa diterima oleh dukun karena

faktor komunikasi dan pendekatan yang kurang intensif.

Terhenti atau tidak berjalannya suatu organisasi apapun sering terjadi karena

tersumbatnya saluran komunikasi diantara anggota organisasi. Demikian pula dalam

kemitraan, diperlukan komunikasi yang efektif diantara anggota mitra. Salah satu

saluran komunikasi diantara mitra adalah dengan adanya pertemuan atau rapat rutin

kemitraan. Pertemuan rutin dan terjadwal antar mitra sangat diperlukan untuk

mengetahui perkembangan kemitraan. Sehingga apabila ditemukan masalah di

lapangan, maka dapat secara langsung dilakukan langkah-langkah penanganan yang

cepat dan tepat.

Page 81: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

65

4.3.4.3 Koordinasi

Kemitraan sebagai suatu organisasi tentunya menuntut fungsi koordinasi

yang jelas antara pimpinan dengan bawaan atau antara sesama bawaan terkait dengan

pelaksanaan tugas. Dalam konteks kemitraan antara bidan dan dukun, bidan tentunya

harus senantiasa berkoordinasi dengan dukun dalam hal merujuk pasien misalnya.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan para bidan dukun, sebagian besar

dari mereka menjawab bahwa selama ini bidan yang berinisiatif untuk menghubungi

para dukun dan posyandu adalah kesempatan yang sering kali digunakan oleh para

bidan untuk berkoordinasi dengan para dukun. Pernyataan dari para bidan mengenai

fungsi koordinasi dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Koordinasinya lewat posyandu dan bila bertemu secara tidak sengaja di

jalan. Bila ada posyandu saya terkadang ikut akan tetapi bila tidak ibu

hamilnya sendiri yang melaporkan. Biasanya juga saat posyandu bidan

langsung menanyakan pada ibu hamil mengenai

(wawancara mendalam, T4 IV, D1)

“Koordinasinya ibu lewat posyandu. Saya biasanya menyuruh ibu hamil

untuk selalu ikut posyandu. Kalau koordinasi langsung dengan bidan tidak

pernah karena kami hanya ketemu bila ada yang bersalin.”

(wawancara mendalam, T4 IV, D2)

“Bidan yang melakukan koordinasi nona. Koordinasinya melalui posyandu.

Saya juga kurang tahu karena saya tidak pernah antar ibu hamil ke pustu.”

(wawancara mendalam, T4 IV D3)

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh para dukun dalam kutipan

wawancara berikut:

“Koordinasinya melalui posyandu karena terkadang kami mengundang

mereka untuk datang dan juga apabila secara tidak sengaja bertemu di bemo

atau di jalan biasanya kami tanya mungkin ada lagi ibu yang hamil. Kadang

mereka yang tanya “ibu bagaiman dengan ibu A apa dia sudah pergi periksa

ke ibu” karena di sini ibu hamil lebih sering ke dukun.”

(wawancara mendalam, T4 IV, B1)

Page 82: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

66

“Kan kami punya di kantor bagi per wilayah posyandu. Setiap posyandu ada

penanggung jawabnya. Kalau posyandu harus pendekatan dengan dukun

tanya mungkin ada yang datang urut di mereka jadi dari situ kami tau.”

(wawancara mendalam, T4 IV, B2)

Selanjutnya para dukun dan bidan mengantakan bahwa fungsi koordinasi

yang telah dijalankan selama ini sudah cukup membantu proses kemitraan antara

kedua belah pihak. Misalnya para dukun mengatakan bahwa posyandu merupakan

kesempatan yang tampan di mana semua ibu hamil bisa terdata dengan baik oleh

bidan, dan para dukun menganjurkan para bidan untuk mengikuti posyandu.

Pernyataan para dukun terkait dengan fungsi koordinasi yang telah mereka

jalankan selama ini dalam hubungannya dengan kemitraan, dapat dilihat para kutipan

wawancara berikut:

“Sudah cukup nona daripada saya harus ke pustu untuk melaporkan semua

ibu hamil. Cukup pada saat mengantarkan mereka untuk melahirkan saya

bertemu bidan. Tetapi bila ada yang bersalin pada malam hari di rumah

maka keesokan harinya saya menyuruh suaminya untuk melaporkan

kelahiran ini di bidan agar mereka tahu.”

(wawancara mendalam, T4 IV, D1)

“Sudah cukup ibu karena ada posyandu juga jadi semua ibu hamil bisa

terdata oleh bidan. Memang selama ini semua ibu hamil yang datang untuk

pijit ke rumah selalu saya suruh untuk ikut posyandu.”

(wawancara mendalam, T4 IV, D2)

Para bidan juga melontarkan pengakuan yang sama mengenai fungsi

koordinasi yang telah dijalankan selama ini. Bidan menambahkan bahwa fungsi

koordinasi selama ini juga didukung oleh para dukun yang aktif. Berikut adalah

pernyataan dari pada bidan:

“Iya sudah baik karena dukunnya juga sangat aktif hanya yang di Paka saja

yang masih kurang kalau yang lain sudah ok.”

(wawancara mendalam, T4 IV, B1)

Page 83: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

67

“Sudah ew kan bidan sudah punya wilayah binaan masing-masing. Jadi

bidan yang koordinasi wilayah binaannya dia. Dia yang bertanggung jawab

penuh untuk wilayah binaannya.”

(wawancara mendalam, T4 IV, B2)

Sebagai suatu organisasi, kemitraan antara bidan dan dukun juga memerlukan

adanya fungsi koordinasi yang tertata dengan teratur. Terkait dengan fungsi

koordinasi, sebagian besar dukun dan bidan yang bermitra di Kecamatan Borong

mengatakan bahwa selama ini mereka berkoordinasi melalui posyandu. Terkadang

juga koordinasi antara dukun dan bidan terjadi secara informal, seperti ketika

berpapasan di jalan. Dari data ini, dapat dikatakan bahwa selama ini fungsi

koordinasi antara dukun dan bidan yang bermitra di Kecamatan Borong hanya

bersifat momental bahkan insidental atau belum ada jadwal yang terprogram dengan

jelas.

Hingga saat ini, para dukun dan bidan merasa bahwa fungsi koordinasi yang

berjalan selama ini sudah cukup mendukung kemitraan. Seorang bidan misalnya

mengatakan bahwa posyandu merupakan kesempatan yang baik untuk mendata

semua ibu hamil. Tentunya kemungkinan kendala yang dialami adalah mendata ibu

hamil yang tidak datang posyandu. Dalam hal ini koordinasi yang tertata rapi dan

teratur antara bidan dengan dukun bisa mengatasi persoalan ini.

Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun merupakan langkah untuk

optimalisasi pelaksanaan peran dan tugas masing-masing. Koordinasi didefinisikan

sebagai proses penyatuan tujuan-tujuan dalam suatu kerjasama organisasi dan

merupakan kegiatan pada tingkat satu satuan yang terpisah dalam suatu kerjasama

organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Koordinasi

dibutuhkan sekali dalam suatu kerjasama sebab tanpa koordinasi akan tidak

Page 84: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

68

mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan

kerjasama dalam itu sendiri.

Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruh

kegiatan mencapai tujuan yang diharapkan, beban tiap anggota mitra menjadi

seimbang dan selaras. Koordinasi sangat dibutuhkan terutama pada pekerjaan lebih

yang insidentil dan tidak rutin serta pekerjaan yang tidak direncanakan terlebih

dahulu, juga bagi kerjasma yang menerapkan tujuan tinggi. Oleh karena itu, fungsi

koordinasi yang dilakukan oleh pihak yang bermitra merupakan suatu keharusan.

4.3.4.4 Pengambilan Keputusan

Dalam organisasi kemitraan, pembagian wewenang dalam mengambilan

keputusan adalah sesuatu hal yang penting, mengingat hal ini rentan menimbulkan

konflik jika tidak diorganisir dengan baik. Dengan demikian, pengambilan keputusan

harus tertuang dalam kesepakatan tertulis. Dalam konteks kemitraan bidan dan

dukun, pengambilan keputusan terjadi ketika menangani persalinan.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan para dukun dan bidan yang bermitra,

sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa yang berperan besar dalam

mengambil keptusan ketika menangani persalinan adalah para bidan. Sedangkan para

dukun umumnya mengikuti apa yang diinstruksikan oleh para bidan.

Pernyataan para dukun mengenai pengambilan keputusan dalam manangani

persalinan, dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“Yang ambil keputusan adalah bidan. Saya sebagai dukun hanya mengikuti

saja. Jika mereka bilang harus rujuk ya rujuk saya hanya menemai saat

merujuk saja.”

(wawancara mendalam, T4 III, D1)

Page 85: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

69

“Keputusan biasanya diambil oleh bidan. Kami tinggal menjalankan dan

mengikuti saja. Apabila bidan menyuruh untuk merujuk maka kami ikut

merujuk.”

(wawancara mendalam, T4 III, D2)

“Untuk ibu hamil yang bersalin di bidan mereka yang mengambil

keputusan. Tetapi kalau saya yang tolong sendiri kalau ada kesulitan maka

saya yang mengambil keputusan untuk merujuk ke puskesmas.”

(wawancara mendalam, T4 III, D2)

Sedangkan pernyataan dari para bidan dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“Selama ini tidak ada. Paling kami bidan saja yang mengambil keputusan

untuk semua partus. Dukun tinggal ikut saja apa yang kami putuskan.”

(wawancara mendalam, T4 III, D1)

“Bidan yang ambil keputusan pokoknya dukun benar-benar damping. Mau

ambil tindakan apa semua bidan dan tidak dokumen tertulisnya. Kalau

sudah di fasilitas tu bidan punya tanggung jawab sudah.”

(wawancara mendalam, T4 III, D2)

Bertolak dari pemaparan isi di atas, dalam kemitraan bidan dan dukun di

Kecamatan Borong, bidan memegang peranan yang penting dalam mengambil

keputusan ketika menangani persalinan. Para dukun mengatakan bahwa mereka

tinggal mengikuti apa yang diperintahkan oleh bidan dalam menolong persalinan.

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh para bidan, yaitu bahwa merekalah

yang memegang kendali untuk mengambil keputusan ketika menangani persalinan.

Dalam hal ini dukun merupakan penolong bidan ketika menangani persalinan.

Berkaitan dengan wewenang mengambil keputusan yang telah berjalan selama ini,

dukun cenderung mengatakan bahwa itu sudah tepat, karena penanganan persalinan

merupakan tugas pokok dari para bidan, sedangkan para dukun hanya bertugas untuk

mendamping ibu hamil. Hal yang sama juga disampaikan oleh bidan. Hingga saat ini,

Page 86: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

70

tidak ada dokumen tertulis yang berisi tentang wewenang mengambil keputusan

dalam kemitraan antara bidan dan dukun di Kecamatan Borong.

Tidak terlibatnya dukun dalam proses pengambilan keputusan tentu

berpotensi terjadinya konflik pribadi bagi para dukun karena pada dasarnya setiap

orang yang terlibat dalam suatu kemitraan pasti menginginkan agar dilibatkan dalam

proses pengambilan keputusan. Dalam Notoatmodjo (2010) dijelaskan bahwa setiap

individu atau organisasi apabila sudah bersedia menjalin kemitraan, maka kedudukan

mereka setara atau sama tingkatnya sehingga tidak ada anggota mitra yang

memaksakan kehendak karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap

yang lain. Demikian pula dalam pengambilan keputusan, masing-masing anggota

mempunyai hak dan suara yang sama.

Sikap dukun yang cenderung hanya mengikuti apa yang diputuskan bidan dan

tidak mempermasalahkannya mungkin disebabkan karena tingkat pendidikan dukun

di wilayah penelitian yang umumnya masih rendah. Individu dengan tingkat

pendidikan yang rendah pada umumnya lebih cepat menerima dan mengikuti

pengaruh dari luar khususnya dari orang yang dipandang lebih tinggi dari mereka.

Faktor lain juga karena dukun tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

prinsip-prinsip kemitraan.

4.3.4.6 Komitmen

Komitmen anggota adalah suatu hal yang sangat penting dalam membangun

hidup berorganisasi. Dalam konteks kemitraan antara bidan dengan dukun, komitmen

dari bidan dan dukun dalam bermitra merupakan suatu syarat utama agar kemitraan

ini terus berjalan dengan baik. Berdasarkan wawancara peneliti dengan para dukun

Page 87: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

71

dan bidan yang bermitra, umumnya mereka mengatakan berkomitmen penuh untuk

terus menjalankan kemtiraan ini. Para dukun mengatakan bahwa untuk mereka

kemitraan ini semata untuk membantu ibu hamil dalam hal bersalin. Komitmen yang

sama juga ditunjukan oleh para bidan.

Pernyataan para dukun dan bidan terkait dengan komitmen mereka dalam

menjalankan kemitraan ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“Iya nona karena kami juga tidak mendapatkan keuntungan. Pekerjaan ini

bersifat sosial saja. Kalau saya pribadi yang penting mereka selamat dan

sehat saja. Saya hanya membantu.”

(wawancara mendalam, T4 V, D1)

“Iya ibu karena kami juga tidak mendapatkan keuntungan. Pekerjaan ini

sifatnya sosial. Kami bersedia keluar malam hari tanpa dibayar. Bila ada ibu

hamil yang memberikan uang syukur jika tidak juga tidak apa-apa yang

penting mereka bisa melahirkan bayinya dengan selamat.”

(wawancara mendalam, T4 V, D2)

“Oh iya kami selalu mengutamakan kepentingan pasien. Yang partus di sini

kan yang ada kartu BPJS gratis persalinannya dan dukun juga biar tidak

dapat apa-apa mereka tetap semangat mengantarkan ibu hamil untuk

bersalin di sini.”

(wawancara mendalam, T4 V, B1)

“Heem..utamakan keselamatan ibu hamil. Karena semuanya juga

gratis..kalau ada ibu yang bandel biasanya langsung dijemput mobil

puskesmas.”

(wawancara mendalam, T4 V, B2)

Bertolak dari isi yang telah dideskripsikan di atas, dapat disimpulkan bahwa

para dukun dan bidan yang bermitra di Kecamatan Borong, berkomitmen penuh

untuk mengutamakan kepentingan ibu hamil. Hal ini tampak dari pengakuan para

dukun yang mengatakan bahwa, walaupun mereka tidak mendapatkan apa-apa dari

kemitraan ini, khususnya keuntungan finansial, mereka akan terus bekerjasama demi

kepentingan ibu hamil. Pengakuan yang sama juga diutarakan oleh para bidan yaitu

Page 88: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

72

bahwa mereka mementingkan keselamatan ibu hamil. Komitmen ini juga diperkuat

dengan tersedianya layanan BPJS yang memungkinkan semua ibu hamil

mendapatkan pelayanan secara gratis. Dengan demikian, secara umum dapat

disimpulkan bahwa hingga saat ini para dukun dan bidan yang bermitra di

Kecamatan Borong, berkomitmen untuk tetap melanjutkan kerjasama ini demi

keselamatan ibu hamil.

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa suatu kemitraan dalam program

kesehatan akan mencapi tujuan apabila pihak yang bermitra mampu meningkatkan

apa yang menjadi komitmen bersama Komitmen adalah suatu kesediaan dan

pengorbanan baik dari waktu, pikiran, tenaga dan sebagainya dari masing-masing

pihak yang bermitra terhadap pemecahan masalah kesehatan yang telah disepakati

bersama. Dukun dan bidan yang bermitra di Kecamatan Borong telah mampu

meningkatkan komitmen bersama dengan bersedia mengorbankan waktu dan tenaga

mereka untuk menangani persalinan. Dengan adanya komitmen dari kedua belah

pihak ini diharapkan dapat meningkatkan proporsi pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan

bayi.

4.3.5 Lingkungan Eksternal

Pengaruh lingkungan eksternal dalam kemitraan antara bidan dan dukun

dalam penelitian ini mencakup dukungan dari keluarga para dukun, dukungan

masyarakat serta pandangan tokoh agama dan masyarakat mengenai kemitraan ini.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti, para dukun umumnya

mengakui bahwa keluarga sangat mendukung kerjasama mereka dengan para dukun.

Page 89: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

73

Berikut pernyataan para dukun mengenai dukungan keluarga terhadap kerjasama

mereka dengan para bidan

“Iya nona mereka sangat mendukung. Kalau ada yang panggil malam hari

mereka tidak pernah marah dan mereka setia untuk mengantar saya ke

rumah ibu hamil.”

(wawancara mendalam, T5 D1)

“Mereka mendukung ibu buktinya selama ini mereka tidak pernah memarahi

saya kalau saya keluar malam-malam untuk merujuk ibu hamil bahkan

mereka selalu mengantar saya pada saat keluar malam hari.”

(wawancara mendalam T5 D2)

“Mereka mendukung nona. Mereka juga tidak banyak ngomong. Kalau ada

yang panggil saya malam hari mereka selalu setia mengantar saya.”

(wawancara mendalam T5 D3)

Selanjutnya berdasarkan wawancara peneliti dengan dukun dan bidan yang

bermitra terkait dengan dukungan masyarakat, mereka mengatakan bahwa sejauh ini

masyarakat cenderung mengakui kerjasama ini, walaupun masih ada yang lebih

memilih para dukun dalam hal menolong perslainan. Berikut kutipan wawancara:

“Iya nona mereka mendukung karena mereka juga sangat antusias untuk

melahirkan di tempat bidan. Dukun di sini cuma saya jadi kalau saya bilang

ayo ke tempat bidan untuk bersalin mereka pasti ikut.”

(wawancara mendalam T5 D1)

“Masih ada yang belum mendukung karena masih ada yang tetap ingin

melahirkan di rumah. Akan tetapi saya selalu memberitahu agar si ibu hamil

melahirkan di tempat bidan karena kami sudah bekerjasama dengan bidan.”

(wawancara mendalam T5 D2)

“Dukung karena mereka setiap diajak dukun untuk bersalin di sini selalu

mau kadang ada yang datang sendiri tanpa dukun. Hanya ada satu dua

orang yang sedikit bandel.”

(wawancara mendalam T5 B1)

Tokoh masyarakat dan tokoh agama juga sangat mendukung program ini.

Berikut ini adalah kutipan pernyataan mereka:

Page 90: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

74

“Setuju karena itu sangat membantu.kalau terjadi perdarahan kan petugas

kesehatan yang lebih cocok untuk menolong. Tapi kalau saat mendesak

misalnya tidak ada kendaraan atau bersalin di kebun pada saat malam hari

dukun bisalah untuk membantu. Saya mendukung kerjasama ini sehingga

kematian ibu bersalin bisa berkurang. Yang penting saling menghargai dan

menjaga perasaan satu sama lain serta tidak saling menjatuhan.”

(wawancara mendalamT5 TA)

“Bagus kalau ada kerjasama seperti ini. Apalagi kita ini di kota kan tidak

bagus kalau sudah di kota tapi bersalinnya masih pake dukun sementara bidan

kita punya sudah banyak sekali nona. Makanya saya sangat setuju kalau ada

kerjasama seperti itu biar kedepan semakin baik kesehatan kita.”

(wawancara mendalam T5 TM)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka untuk konteks kemitraan di Kecamatan

Borong, jelas terlihat bahwa keluarga dukun sangat mendukung kerjasama dukun

dengan para bidan. Hal ini bisa dimaklumi mungkin karena karakter masyarkat di

lokasi penelitian yang mana ikatan kekeluargaannya sangat tinggi. Sedangkan

masyarakat umumnya mendukung program kemitraan ini. Hingga sekarang ini,

kesadaran masyrakat akan pentingnya pelayanan kesehatan dengan menggunakan

fasilitas kesehatan yang sehat sudah semakin tinggi. Mungkin karena perseberan

pelayanan kesehatan seperti posyandu, polindes yang sudah semakin banyak.

Sedangkan berdasarkan wawancara penulis dengan tokoh agama dan tokoh

masyarakat, mereka sangat mendukung program ini. Mereka berharap agar kegiatan

ini harus semakin ditingkatkan pada hari-hari yang akan datang.

Penelitian yang dilakukan Dedik Setiawan dkk (2005) mengenai kemitraan

bidan dan dukun bayi di kabupaten Trenggalek Jawa Timur, mensiyalir bahwa

keberhasilan kemitraan yang dilaksanakan di tempat itu, juga sangat dipengaruhi

oleh optimalisasi jaringan yang dibuat oleh dinas kesehatan setempat melalui

optimalisasi peran kepala desa dan tokoh masyarakat dalam memobilisasi dukun dan

Page 91: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

75

masyarakat di sana. Dengan demikian, program kemitraan antara bidan dan dukun

sungguh mendapatkan dukungan dari banyak pihak.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Budiyono dkk (2011) mengenai kemitraan

dukun dan bidan dalam menurunkan angka kematian ibu di Puskesmas Mranggen

menjelaskan bahwa tokoh masyarakat dan tokoh agama sangat mendukung

kemitraan ini. Bentuk dukungan mereka adalah sosialisasi dan pengarahan kepada

dukun dan bidan, melakukan mediasi dan sosialisasi kepada masyarakat dengan

melibatkan PKK, kader posyandu dan petugas penyuluh KB.

Kemitraan dukun dan bidan perlu didukung oleh pihak-pihak terkait seperti

kepala daerah, dinas kesehatan, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Dukungan dari

pihak-pihak ini akan mendorong terbentuknya kemitraan terutama melalui dukungan

program, dana dan dukungan moral. Dukungan langsung dari pihak-pihak ini kepada

bidan dan dukun juga dapat membantu memecahkan kebekuan relasi antara dukun

dan bidan. Untuk mendapatkan dukungan ini, perlu dilakukan konsultasi, advokasi

dan sosialisasi kepada kepala daerah, tokoh masyarakat dan tokoh agama sehingga

dapat menjamin keberlangsungan kemitraan ini.

4.3.6 Makna Kemitraan

Makna kemitraan yang dimaksudkan adalah manfaat kemitraan. Program

kemitraan ini mempunyai dua jenis manfaat yaitu bagi kelompok sasaran dan bagi

pelaku kemitraan. Bagi kelompok sasaran, kemitraan ini memberikan manfaat secara

langsung terhadap keselamatan ibu dan bayi sedangkan bagi pelaku kemitraan,

kerjasama ini memberikan keuntungan.

Page 92: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

76

Kemitraan ini juga memberikan manfaat bagi ibu hamil, bersalin dan nifas. Bagi ibu

bersalin, dengan adanya kemitraan dukun dan bidan proses persalinan dapat berjalan

lancar. Pernyataan ibu nifas mengenai manfaat kemitraan dukun dan bidan:

“ Saya merasa aman nona karena melahirkan di fasilitas kesehatan dan tetap

ditemani dan diberikan air minum untuk melancarkan proses persalinan oleh

dukun. Pokoknya waktu saya melahirkan semuanya aman dan lancar”.

(wawancara mendalam T1 N1)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan dukun dan bidan

memberikan manfaat bagi peningkatan proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tobroni

(2011) menunjukkan bahwa kemitraan dukun bayi dan bidan memberikan manfaat

bagi kelompok sasaran. Manfaat tersebut diantaranya perubahan angka cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan dan penurunan angka kematian ibu. Penelitian lain

oleh Dedik dkk (2005) tentang kemitraan bidan dan dukun bayi di Kabupaten

Trenggalek menemukan bahwa selama lebih dari 10 tahun kemitraan ini berjalan,

kemitraan ini banyak memberikan perubahan positif yaitu peningkatan cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penurunan cakupan pertolongan

persalinan oleh dukun, penurunan angka kematian ibu dan bayi serta peningkatan

jumlah dukun yang bermitra dengan bidan.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan para dukun yang bermitra di

Kecamatan Borong, sebagian besar mereka mengatakan bahwa bagi mereka

kemitraan ini tidak memberikan keuntungan atau manfaat khususnya manfaat

ekonomi. Mereka bermitra semata untuk membantu orang lain. Pernyataan para

dukun dapat terlihat pada kutipan berikut.

Page 93: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

77

“Kalau untuk saya memang tidak ada nona. Saya di sini sifatnya membantu

orang lain. Saya biasanya diperhatikan oleh keluarga ibu bersalin.

Biasanya pada acara “Cear Cumpe” saya selalu diundang dan diberikan

bingkisan sebagai ucapan terima kasih. Itu saja nona.”

(wawancara mendalam, T2, D1)

“Memang keuntungan untuk saya pribadi tidak ada. Dulu pernah saat

pertama kali saya ikut pertemuan di puskesmas Borong dengan bidan beci

memang ada uang katanya untuk kami hanya waktu itu dokter bilang nanti

untuk uangnya diberikan melalui kepala desa dan kader. Saya juga tidak

mungkin minta ya kalau dikasi syukur kalau tidak ya kami hanya kerja

secara sosial saja.”

(wawancara mendalam, T2, D2)

“Untuk saya pribadi tidak ada manfaatnya saya hanya berniat untuk

membantu sesama saja. Dulu saya pernah dapat uang waktu ikut sidang di

puskesmas. Kalau sekarang tiap tiga bulan saya diberi uang oleh bidan

saat posyandu. Dari ibu nifas juga kalau mereka ingat saya.”

(wawancara mendalam, T2, D3)

Sementara dari pihak bidan, mereka beranggapan bahwa kerjasama dengan

para dukun memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi peningkatan akses

pelayanan kesehatan untuk masyarakat terutama untuk layanan persalinan oleh

tenaga kesehatan. Berikut kutipan peryataan para bidan:

“Iya dapat manfaat. Manfaat yang kami rasakan selama ini angka

persalinan di fasilitas kesehatan sudah meningkat hanya tinggal satu

posyandu saja yang belum ada kemajuan yaitu posyandu paka karena

tanggapannya dukun itu kerjasama yang dibuat berarti dia yang menolong

persalinan padahal sebenarnya bukan. Dia salah persepsi.”

(wawancara mendalam, T2,B1)

“Manfaatnya besar sekali. Setiap ada yang akan bersalin dukun antar ke

kami sehingga pasien murni ditolong oleh petugas kesehatan, terus

jaringan K1 untuk ibu hamil dapat karena biasanya setiap posyandu kami

tanya nenek ada tidak yang datang periksa ke nenek nanti dia kasitau

jadinya kami tau. Pada akhirnya ada peningkatan pasien yang melahirkan

di fasilitas kesehatan.”

(wawancara mendalam, T2, B2)

Page 94: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

78

Bagi dukun kemitraan ini tidak memberikan keuntungan. Dukun bermitra

hanya semata untuk membantu sesama. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

Husen (2011) bahwa dukun yang bermitra mendapatkan insentif, uang transportasi

dan uang pulsa. Tidak adanya keuntungan yang diperoleh dukun dari kemitraan ini

tentu berpotensi menjadi permasalahan di kemudian hari. Kemitraan ini bisa saja

terputus suatu saat karena dukun menyadari bahwa mereka tidak mendapatkan

manfaat atau keuntungan.

Sarwono (2003) menjelaskan bahwa hubungan kemitraan akan bertahan lama

apabila pihak-pihak yang bermitra saling mendapatkan keuntungan dan akan putus

bila ada pihak yang merasa dirugikan atau tidak mendapatkan manfaat. Hal yang

sama juga dijelaskan dalam pedoman kemitraan dukun dengan bidan, bahwa

kemitraan yang dibangun harus saling menguntungkan artinya tidak ada pihak yang

mengalami kerugian atau kehilangan sehingga harus dicari hal apa yang dapat

disinergikan dan menyebabkan keuntungan untuk para pihak yang bermitra

(Kemendagri, 2014).

Dalam pelaksanaan kemitraan, harus tercapai keuntungan bersama. Tujuan

kemitraan hanya akan dapat tercapai bila diperoleh manfaat bagi semua pihak yang

terlibat didalamnya. Apabila suatu pihak dirugikan dalam kemitraan, maka dapat

dipastikan kemitraan ini tidak berjalan dengan baik. Dalam upaya mencapai

keuntungan atau manfaat, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan

pemahaman yang sama terhadap tujuan bersama.

Page 95: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

79

4.3.7 Hambatan dalam Pelaksanaan Kemitraan

Kemitraan antara bidan dengan dukun juga tidak luput dari berbagai

hambatan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Pertama, hambatan

internal dapat diketahui dari alasan tiga dukun yang tidak mau bermitra dengan

bidan. Dari hasil wawancara peneliti dengan para dukun yang tidak mau bermitra,

salah seorang dukun berpendapat bahwa antara persalinan yang ditolong oleh bidan

dan dukun tidak ada perbedaan, sehingga tidak perlu membangun kerjasama.

Sedangkan dukun yang lain mengatakan bahwa ia tidak mau bekerjasama dengan

para bidan karena ia pernah ditipu untuk diberikan insentif oleh bidan setelah

menolong persalinan dan juga ia trauma dengan cara menolong persalinan yang

dilakukan oleh bidan dengan cara menarik bayi dari dalam pintu rahim ibu bersalin.

Berikut adalah peryataan mereka:

“Pegawai di bawa ini banyak janjinya, katanya kalau melahirkan di bawa

dapat sabun, popok sama uang 3 ratus ribu untuk ibu bersalin. Tetapi ternyata

tidak. Saya juga pernah temani keponakan lahir di puskesmas nona. Saya lihat

cara mereka tolong, begitu kepala bayinya keluar, mereka langsung tarik. Adu

saya kaget setengah mati, karena kami punya tidak begitu. Itu mkanya saya

tidak mau sama sekali bekerjasama dengan mereka.”

(wawancara mendalam T6 DTM1)

“Saya tidak diajak nona karena saya juga tidak terlalu dikenal oleh bidan

makanya tidak kerjasama. Kalau ada ibu hamil yang mengalami kesulitan

melahirkan plasenta dan saya tidak bisa bantu saya antar ke puskesmas.

Kadang juga saya panggil kader suruh antar mereka ke puskesmas.”

(wawancara mendalam T6 DTM 2)

“ Malas nona harus bolak- balik. Buang-buang waktu saja. Selagi saya masih

bisa tolong ya saya tolong. Kalau saya tidak mampu ya saya suruh mereka ke

rumah sakit”.

(wawancara mendalam T6 DTM3)

Dukun tidak bermitra juga mengungkapkan bahwa mereka tidak bermitra

karena kuatnya persepsi bahwa “hidup mati ada di tangan Tuhan”. Dengan demikian

keselamatan ibu dan bayi tidak tergantung pada pihak yang menangani persalinan

seperti kutipan pernyataan partisipan di bawah ini.

Page 96: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

80

“Iya pernah dulu. Saya dulu dipanggil oleh bidan pada saat posyandu di

rumahnya lian. Bidannya bilang ibu kalau ada yang melahirkan jangan

melahirkan di sini (kampung) harus melahirkan di puskesmas. Coba ibu pikir

kalau melahirkan disini meninggal ibu bisa masuk penjara. Saya bilang kalau

melahirkan di puskesmas kalau meninggal juga ibu juga bisa masuk penjara.

Hidup dan mati ada ditangan Tuhan. Bagaimana kalau ibu hamil datang

kepalanya sudah keluar apa saya harus antar ke puskesmas juga?”

(wawancara mendalam T6 DTM1)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan antara bidan dan dukun tidak

sepenuhnya berjalan dengan baik karena sejumlah hambatan. Berdasarkan deksripsi

data di atas, hambatan internal diperoleh dari pengakuan dukun yang tidak bermitra

yaitu bahwa mereka tidak mau bermitra, karena kuatnya persepsi bahwa “hidup ada

di tangan Tuhan”. Dengan demikian keselamatan ibu dan bayi tidak tergantung pada

pihak yang menangani persalinan. Dukun tidak bermitra yang lain mengatakan

bahwa ia tidak mau bermitra karena tidak mendapatkan keuntungan finansial.

Bahkan ada semacam mosi tidak percaya kepada para bidan yang pernah

menjanjikan tip kepadanya ketika menolong persalinan. Di samping itu, dukun yang

tidak bermitra juga memberi kesaksian bahwa cara pertolongan persalinan dari para

bidan kadang terlalu kasar seperti menarik kepala bayi. Sementara itu dukun yang

tidak bermitra yang lain juga mengatakan bahwa ia tidak bermitra dengan bidan

karena ia tidak dikenal oleh para bidan dan kemitraan dianggap terlalu merepotkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afrisal dkk

(2013) mengenai kemitraan antara bidan dan dukun di wilayah kerja Puskesmas

Aska Kabupaten Sinjai memperlihatkan data bahwa ada banyak dukun yang tidak

mau bermitra dengan alasan kurang memiliki motivasi atau karena kepercayaan

bidan terhadap dukun terlatih atau sebaliknya yang masih kurang. Oleh karena itu,

para dukun yang tidak mau bermitra tersebut perlu diberikan pengetahuan yang lebih

Page 97: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

81

luas lagi tentang pentingnya kemitraan bidan dan dukun terlatih dan juga diberikan

pelatihan yang cukup khususnya dukun. Temuan ini juga sejalan dengan hasil

penelitian Sudirman dan Sakung (2006) di Kecamatan Palopo menunjukkan bahwa

dukun tidak bermitra dengan bidan karena masih meragukan kemampuan bidan oleh

karena masih berusia muda, dan kurang berpengalaman. Temuan ini sejalan dengan

penelitian Anggorodi (2009) menunjukkan bahwa alasan dukun tidak bermitra

dengan bidan karena beranggapan bahwa kerjasama ini tidak bersifat mutlak,

tergantung kebutuhan artinya apabila dukun masih sanggup untuk menagani kasus

persalinan maka akan ditangani sendiri tanpa meminta bantuan pada tenaga

kesehatan.

Kedua, hambatan eksternal. Hambatan eksternal dalam kemitraan berasal dari

faktor-faktor eksternal seperti transportasi dan masalah finansial. Berdasarkan

wawancara dengan para dukun, sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa

hambatan yang paling besar bagi mereka dalam bermitra dengan bidan adalah soal

transportasi dan anggapan ibu hamil yang mengatakan persalinan yang ditangani

oleh tenaga kesehatan yang profesional membutuhkan biaya yang tingg. Berikut

pernyataan mereka:

“Kesulitannya jika ada ibu yang bersalin malam hari karena tidak ada alat

transportasi ke tempat bidan.Jadi selama ini jika ada yang bersalin malam

hari saya yang tolong dan besoknya saya suru suaminya untuk melapor ke

pustu bahwa isterinya sudah lahiran sehingga bidan tahu. Dulu juga pernah

saya antar ibu bersalin ke rumah bidan sampai di sana ternyata bidannya

pulang kampung akhirnya kami balik lagi dan ibu yang saya antar itu

melahirkan di jalan pulang dan saya yang menolong. Untungnya tidak ada

kesulitan.”

(wawancara mendalam T6 D1)

“Hambatannya berasal dari ibu hamil itu sendiri. Pernah ada kasus isterinya

bapa Idan, waktu itu karena ada penyulit saya dengan bidan merujuk ibu ini ke

Page 98: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

82

puskesmas. Sampai di puskesmas, dokter menyarankan agar dia dirujuk ke

rumah sakit akan tetapi suaminya tidak bersedia karena tidak punya biaya dan

dia memaksa untuk pulang ke rumah. Setelah pulang ke rumah, ada satu dukun

yang memasukan tangannya ke dalam vagina si ibu dan pada saat saya

melihat vagina ibu ini sudah bengkak. Lalu saya memanggil bidan dan akirnya

kami merujuk lagi si ibu ke puskesmas. Sampai di puskesmas anaknya lahir

tetapi mati”

(wawancara mendalam T6 D2)

“Hambatannya jalannya rusak makanya saya tidak pernah antar ibu hamil

untuk melahirkan di pustu. Kalau yang ke Borong juga tunggu inisiatif dari ibu

hamilnya sendiri”

(wawancara medalam T6 D3)

“Paling yang sulit selama ini cari bemo. Kalau yang lain tidak ada masalah.

Kadang kita lagi tunggu bemo ibunya sudah lahir. Terpaksa saya tolong”.

(wawancara mendalam T6 D4)

“ Susah transportasi nona. Lama tunggu bemo apalagi kalau malam. Waktu

itu pernah ada yang melahirkan di jalan itu tadi karena terlalu lama tunggu

bemo akhirnya saya dengan sopir yang menolong. Pernah juga yang

melahirkan tepat di depan pintu puskesmas. Kami baru mau turun dari bemo

eh bayinya lahir akhirnya saya tolong disitu saja. Setelah semuanya sudah

lahir kami langsung pulang dan tidak sempat lagi masuk ke puskesmas”.

(wawancara mendalam T6 D5)

Sedangkan para bidan mengatakan bahwa hambatan mereka dalam membagun

kemitraan dengan para dukun adalah alasan transportasi. Berikut kutipan wawancara

dengan ibu bidan:

“Adakalanya dukun melarang ibu hamil dan keluarga untuk panggil petugas.

Ende Son yang di Paka itu nona kalau kami tanya dia jawab ibu jalan rusak,

ibu tidak ada mobil tetapi sekarang sudah berkurang.”

(wawancara mendalam T6 B1)

“Hambatan paling itu tadi dari partus di fasilitas kesehatan ada satu posyandu

yang masih jarang karena hambatan transportasi dan mereka bilang kami

tidak ada keluarga di atas masa kami harus bawa beras lagi untuk masak

kalau tidur diatas, bawa termos lagi.”

(wawancara mendalam T6 B2)

Page 99: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

83

Hambatan lain juga datang dari ibu hamil itu sendiri, dimana masih ada ibu

hamil yang tidak mau bersalin di fasilitas kesehatan karena mengganggap persalinan

di fasilitas kesehatan menguras biaya yang banyak. Berikut kutipan wawancaranya:

“ Aduh nona kalau bersalin di bawah (puskesmas) banyak sibuknya. Butuh

banyak uang. Uang bemo untuk ke puskesmas belum untuk beli makan selama di

puskesmas. Banyak sekali yang dipikirkan kalau bersalin di puskesmas. Kalau di sini

kan enak tinggal panggil dukun saja untuk bantu. Tidak bayar lagi”.

(wawancara mendalam T6 N1)

Bertolak dari wawancara di atas, untuk konteks kemitraan di Kecamatan

Borong hambatan umumnya berasal dari faktor-faktor eksternal seperti transportasi

yang mempersulit rujukan ibu hamil, anggapan keluarga ibu hamil yang mengatakan

bahwa persalinan dengan menggunakan fasilitas kesehatan seringkali menguras

biaya yang mahal dan juga merepotkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukakn oleh Christiana

dkk (2009) mengenai tingginya preferensi masyarkat Jawa Barat terhadap pelayanan

para dukun terjadi karena beberapa alasan seperti alasan ekonomi dan pragmatis dan

juga kuatnya anggapan di kalangan masyarakat bahwa persalinan yang ditangani

secara profesional oleh tenaga kesehatan hanya para ibu yang mengalami komplikasi

persalinan. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa, alasan ekonomi dan akses

kepada pelayanan kesehatan yang profesional juga sering membuat para ibu hamil

lebih memilih dukun dalam menangani persalinan.

Hasil penelitian More (2011), tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Nigeria, menunjukkan bahwa jarak dan ekonomi keluarga merupakan faktor yang

sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan. Penelitian lain yang

Page 100: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

84

dilakukan oleh Tobroni (2011) mengenai kemitraan dukun bayi dan bidan di

Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa hambatan yang ditemukan dalam

kemitraan adalah jarak fasilitas terlalu jauh dan tidak ada transportasi, pengambilan

keputusan yang sangat tergantung pada orang tua dan suami. Hasil penelitian

Adriana Nara (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

akses pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai

dimana akses yang sulit karena keterbatasan sarana transportasi menjadi kendala

dalam memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai.

Kemitraan dukun dan bidan akan berjalan lancar apabila didukung oleh

ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kemitraan seperti fasilitas kesehatan,

transportasi dan biaya. Selain itu juga ditunjang oleh persepsi dan pengetahuan yang

baik mengenai kemitraan dari pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Persepsi yang

positif dan pengetahuan yang baik mengenai kemitraan akan memotivasi dukun

untuk bermitra dengan bidan. Oleh karena itu, perlu diberikan pengarahan atau

sosialisasi serta penyamaan persepsi sebelum membangun kemitraan.

Faktor lain juga dapat disebabkan oleh karena tingkat pendidikan dan sosial

ekonomi masyarakat di lokasi penelitian masih rendah. Hal ini tentu berdampak pada

rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya persalinan di

fasilitas kesehatan serta himpitan ekonomi yang menjadi hambatan terbesar

masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai. Selain hal di

atas, peran suami sebagai pengambil keputusan juga berpengaruh terhadap

pemanfaatan fasilitas persalinan oleh ibu hamil.

Page 101: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

85

4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih bersifat subyektifitas peneliti, dimana penelitian ini

sangat tergantung pada interpretasi peneliti dan makna yang tersirat dalam

melakukan wawancara mendalam sehingga kecenderungan untuk bias tetap ada.

Proses triangulasi dilakukan peneliti untuk mengurangi bias. Peneliti menggunakan

triangulasi sumber data yang dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta

dari partisipan yang berbeda.

Page 102: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

86

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan di bawah ini.

5.1.1 Gambaran Kemitraan Dukun dan Bidan di Kecamatan Borong

Kemitraan dukun dan bidan di Kecamatan Borong belum berjalan dengan

baik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek di bawah ini.

1. Sumber Daya Kemitraan

a. Tidak ada alokasi dana khusus untuk membiayai pelaksanaan kemitraan dukun

dan bidan.

b. Sarana dan prasarana penunjang kemitraan belum cukup memadai.

2. Karakteristik Partner

a. Dukun dan bidan memiliki keahlian dan keterampilan masing-masing yang

mendukung pelaksanaan kemitraan.

b. Dukun dan bidan memiliki motivasi dalam bermitra dimana dukun bermitra

karena yakin dengan kredibilitas para bidan dalam menangani persalinan,

sedangkan bidan bermitra karena masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi

terhadap dukun dan dukun sangat dekat dengan masyarakat.

Page 103: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

87

3. Relasi Antar Partner

Relasi antara dukun dan bidan di Kecamatan Borong terjalin dengan baik dan tidak

pernah terjadi konflik yang menyebabkan ada pihak yang merasa tidak dihargai

keberadaannya.

4. Karakteristik Kemitraan

a. Pembagian peran dalam kemitraan sudah jelas, dimana dukun berperan dalam

aspek non medis seperti memijat, memberi minum dan mendampingi ibu

selama proses persalinan, sedangkan bidan berperan dalam aspek medis yaitu

menolong persalinan dan tindakan medis lainnya.

b. Tidak ada pertemuan rutin antara dukun dengan bidan baik di tingkat desa

maupun puskesmas. Pertemuan hanya dilakukan sekali dalam satu tahun di

tingkat puskesmas dan tidak semua dukun diundang dalam pertemuan tersebut

karena keterbatasan dana.

c. Pengambilan keputusan dalam kemitraan dukun dan bidan di Kecamatan

Borong dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan tidak melibatkan dukun.

d. Koordinasi yang dilakukan dalam kemitraan selama ini hanya bersifat

momental bahkan insidental untuk setiap ibu hamil.

e. Dukun dan bidan yang bermitra berkomitmen penuh untuk mengutamakan

kepentingan ibu hamil.

f. Program kemitraan dukun dan bidan di Kecamatan Borong tidak memiliki

struktur organisasi yang jelas baik pada tingkat puskesmas maupun tingkat

desa. Selama ini kemitraan tersebut berjalan apa adanya.

Page 104: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

88

5. Dukungan Lingkungan Eksternal

Kemitraan dukun dan bidan di Kecamatan Borong mendapatkan banyak dukungan

baik dari dari keluarga dukun, tokoh agama maupun tokoh masyarakat. Semua

pihak mengharapkan agar kegiatan kemitraan ini semakin ditingkatkan pada hari-

hari yang akan datang.

5.1.2 Makna Kemitraan

Kemitraan ini tidak memberikan manfaat dan keuntungan bagi para dukun.

Dukun bermitra karena terdorong untuk membantu sesama. Sedangkan bagi bidan,

kemitraan ini memberikan manfaat yang besar dimana dengan adanya kerjasama ini

dapat meningkatkan cakupan persalinan di fasilitas kesehatan. Kemitraan ini juga

memberikan manfaat pada kelompok sasaran yaitu ibu hamil.

5.1.3 Hambatan dalam Pelaksanaan Kemitraan

1. Hambatan transportasi untuk mengakses pelayanan kesehatan.

2. Kurangnya sosialisasi mengenai program kemitraan ini kepada dukun.

3. Masih ada dukun yang tidak ingin bermitra dengan bidan dalam pertolongan

persalinan karena alasan tidak mendapatkan keuntungan finansial bahkan

mosi tidak percaya kepada bidan yang pernah menjanjikan tip ketika

menolong persalinan, memiliki persepsi bahwa hidup ada di tangan Tuhan,

cara pertolongan persalinan oleh bidan bertentangan dengan cara persalinan

oleh dukun, dimana pertolongan persalinan oleh bidan terlalu kasar seperti

menarik kepala bayi.

Page 105: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

89

4. Masih ada ibu hamil yang tidak ingin bersalin di fasilitas kesehatan dengan

alasan persalinan di fasilitas kesehatan menguras biaya yang banyak dan

merepotkan.

5. Tidak ada dana untuk membiayai pelaksanaan program kemitraan ini.

6. Hambatan budaya dimana masyarakat mempunyai keyakinan secara turun

temurun bahwa hidup ada di tangan Tuhan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Bidan

Perlu menjaga keharmonisan hubungan dengan dukun dengan cara melakukan

kunjungan rumah, melakukan pendekatan pada dukun yang tidak mau bermitra

dengan cara mengangkat mereka menjadi kader posyandu serta memberikan

penyuluhan kepada masyarakat mengenai persalinan di fasilitas kesehatan.

5.2.2 Bagi Dukun

Dukun perlu meningkatkan kerjasama dengan selalu merujuk persalinan ke

fasilitas kesehatan dan bagi dukun yang belum bermitra agar segera bermitra dengan

bidan sehingga dapat membantu menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu

dan bayi.

5.2.2 Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

1. Perlu mengadakan pelatihan bagi dukun untuk dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan yang dapat menunjang pelaksanaan kemitraan.

Page 106: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

90

2. Perlu meningkatkan frekuensi pertemuan dukun dan bidan untuk

menyamakan persepsi dan mengevaluasi kemitraan yang telah terjalin.

Pertemuan ini diharapkan melibatkan semua dukun dan bidan.

3. Mengalokasikan dana sebagai sumber pembiayaan bagi program kemitraan

dukun dan bidan, dimana dana ini dapat digunakan untuk pelatihan bagi bidan

dan dukun, pertemuan-pertemuan koordinasi, insentif untuk dukun,

penyediaan sarana dan prasarana pendukung kemitraan serta biaya transport

bagi dukun setiap kali merujuk ibu hamil.

4. Menyediakan transportasi untuk merujuk ibu hamil ke fasilitas kesehatan.

5. Perlu memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu hamil

tentang persalinan di fasilitas kesehatan.

6. Pemberian reward bagi para dukun agar selalu termotivasi untuk merujuk ibu

hamil ke fasilitas kesehatan sehingga proporsi pertolongan persalinan di

fasilitas kesehatan meningkat.

5.2.3 Bagi Masyarakat

Masyarakat sebaiknya menyadari dan memahami bahwa persalinan di fasilitas

kesehatan jauh lebih aman daripada persalinan di rumah. Sehingga diharapkan semua

ibu hamil untuk bersalin di fasilitas kesehatan. Dengan demikian derajat kesehatan

ibu dan anak semakin membaik.

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti kemitraan dukun dan bidan sejak

kehamilan sampai masa nifas dengan mix method sehingga dapat digeneralisasi.

Page 107: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

91

DAFTAR PUSTAKA

Afrisal, S. & Yasir H. 2013. Hubungan Kemitraan Bidan dan Dukun Terlatih dengan

Peningkatan Cakupan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Aska Kab.

Sinjai. Jurnal Kesehatan 3(02) ISSN : 2302-1721.

Anggorodi, R. 2009. Dukun Bayi Dalam Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia.

Makara Kesehatan 13(1): 9-14

Badan Pusat Statistik dan Kementerian Kesehatan RI. 2012. Survei Demografi

Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Manggarai Timur. 2014. Manggarai Timur Dalam Angka.

Borong.

Bungin, B. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Budiyono, Suparwati, A., Syamsulhuda, Nikita, Adrian. 2011. Kemitraan Bidan dan

Dukun dalam Mendukung Penurunan Angka Kematian Ibu di Puskesmas

Mranggen I Kabupaten Demak. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 11(1).

Christiana, L., Cynthia L, Michael J & Peter H. 2009. Why do some women still

prefer traditional birth attendants and home delivery?: a qualitative study on

delivery care services in West Java Province, Indonesia. BMC Pregnancy and

Childbirth 10(43): 1471-2393.

Dedik, S., Nurmalasari & Rechy. 2005. Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi di

Kabupaten Trenggalek. University Network for Governance Innovation.

Yogyakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun (1st ed.).

Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Desa Gurung Liwut. 2014. Administrasi Desa Gurung Liwut. Paka.

De Waal, A., Kennedy, S.,Robert, G. 2013. Key Determinants of Effective

Partnerships: The Case of Partnerships between lead Firms and Farmers in

Pineapple value chains in Uganda and Kenya. Maastricht School of

Management.

Page 108: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

92

Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur. 2013. Profil Kesehatan Manggarai

Timur. Borong.

Dinas Kesehatan Provinsi NTT. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Kupang.

Eisler Riane & Alfonso Montouri. 2001. The Partnership Organization: A System

Approach. 33 (2). Calofornia.

Husen. 2011. Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Onembute

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Onembute: UPTD Puskesmas

Onembute.

Ikatan Bidan Indonesia. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP IBI

Kelurahan Satar peot. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kelurahan

Satar Peot. Peot

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Lima Strategi Operasional Turunkan Angka

Kematian Ibu. Jakarta.

Kementerian Dalam Negeri RI. 2014. Panduan Penerapan Praktik Cerdas Kemitraan

Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu. Jakarta: Tim BASICS.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Indonesia. Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Lasker, d., Elisa, S., & Rebecca, M. 2001. Partnership Synergy: A Practical

Framework for Studying and Strengthening the Collaborative Advantage. New

York Academi of Medicine. The Milbank Quarterly: 79(02).

Metti, D & Rosmadewi. 2012. Hubungan Kemitraan Bidan dan Dukun dengan

Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Sari

Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai 5(1 ).

More, B. 2011. Utilization of Health Care Services by Pregnant Mothers during

Delivery: A Community Based Study in Nigeria. East Africa Journal of Public

Health.

Myles. 2011. Buku Ajar Bidan. In D. Fraser & M. Cooper (Eds.), Kebidanan

(Revisi.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Page 109: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

93

Nara, A. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan,

Jumlah Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan

Fasilitas Persalinan yang Memadai oleh Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas

Kawangu Sumba Timur (Tesis). Denpasar: Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Udayana.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi (Revisi 201.). Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku (Revisi.). Jakarta:

Rineka Cipta.

Rukmini & Ristrini. 2006. Persepsi Dukun Bayi Terhadap Kemitraan Dengan Bidan

dalam Pertolongan Persalinan Di Pedesaan (Studi di Provinsi Jawa Timur dan

Kalimantan Selatan). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 10(2).

Salham, M., Pagen, I., Baan, F., & Mansyur, A. 2008. Kemitraan Bidan dan Dukun

Bayi sebagai Upaya Alih Peran Pertolongan Persalinan di Sulawesi Tengah.

Shiveley, J. 2010. The Five C’s of Partnship Work. Miami University.

Sudirman & Sakung, J. 2006. Kemitraan Bidan dengan Dukun Bayi dalam Menolong

Persalinan Bagi Ibu-Ibu yang Melahirkan Di Pedesaan Kecamatan Palolo

Kabupaten Donggala (Tesis). Palu: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Muhammadiyah.

Titaley, C., Cynthia, L.,Michael D & Peter Heywood. 2009. Why Do Some Women

Still Prefer Traditional Birth Attendants And Home Delivery?: A Qualitative

Study On Delivery Care Services In West Java Province, Indonesia. BMC

Pregnancy and Childbirth, 10(43).

Tobroni, F. 2011. Kemitraan Dukun Bayi dan Bidan di Bojonegoro. University

Network for Governance Innovation. Yogyakarta.

UNICEF. 2008. Maternal and Newborn Health In Nigeria: Developing Strategies To

Accelerate Progres. Jurnal From http://www.unicef.org.

World Health Organization. 2005. The World Report 2005: Make Every Mother and

Child Count. Geneva.

Yusriani & Octaviani A. 2014. Partnership Between Midwives And Traditional Birth

Attendants (Tbas) In The Work Health District Minasate'ne Pangkep.

Page 110: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

94

International Conference on Emerging Trends In Academic Research.

November

Page 111: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

LEMBAR PENJELASAN

Selamat pagi/siang/malam, saya adalah mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Udayana Bali. Saya bermaksud untuk melaksanakan

penelitian terkait kemitraan atau kerjasama dukun dengan bidan dalam pertolongan

persalinan. Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui .proses membangun kemitraan dukun dengan bidan dalam

pertolongan persalinan.

2. Mengetahui hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan dalam

pertolongan persalinan.

Saudara terpilih sebagai orang yang akan diwawancarai dalam kegiatan ini. Oleh

karena itu, saya mohon keikutsertaan saudara dalam kegiatan ini. Keikutsertaan

dalam kegiatan ini bersifat sukarela, dijamin kerahasiaannya dan saudara berhak

untuk keluar atau mundur kapan pun bila menginginkannya. Saya akan menghormati

keputusan tersebut.

Jika Saudara bersedia untuk ikutserta dalam kegiatan ini, maka saya akan melakukan

wawancara mendalam tentang kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan

persalinan. Wawancara kurang-lebih satu jam. Nama dan alamat Saudara tidak akan

dicatat pada transkrip hasil wawancara. Saudara berhak untuk tidak menjawab pada

pertanyaan manapun.

Jika Saudara bersedia, maka Saudara/pewawancara akan menandatangani formulir

persetujuan yang telah disiapkan. Jika ada masalah terkait ketidaknyamanan selama

proses pelaksanaan kegiatan, Saudara dapat menghubungi saya di No HP

082328433476.

Page 112: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

Apakah Saudara bersedia untuk ikut serta sebagai responden dalam kegiatan ini?

1. Ya Minta responden untuk membaca pernyataan ikut serta dalam kegiatan dan

pewawancara menandatangai formulir tersebut.

2. Tidak Catat pada formulir harian dan lanjut ke responden berikutnya

Jelaskan alasannya:

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

Page 113: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

LEMBAR/FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Formulir persetujuan ini telah dibacakan untuk saya dan saya telah diberi kesempatan untuk

bertanya tentang kegiatan ini dan semua pertanyaan yang saya ajukan telah dijawab dengan

memuaskan. Saya dengan suka rela menyetujui untuk berpartisipasi pada kegiatan ini dan

memahami bahwa saya mempunyai hak untuk menarik diri dari kegiatan ini. Saya akan diberi

salinan dari formulir persetujuan yang telah ditandatangani untuk saya simpan sebagai bukti

keikutsertaan.

Tanda Tangan

Responden/Pewawancara

Tanda Tangan

Responden/

Pewawancara

TANGGAL/BULAN/

TAHUN

Page 114: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DALAM PERTOLONGAN

PERSALINAN DI KECAMATAN BORONG TAHUN 2015

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN BIDAN DESA

1. Nama Pewawancara :

2. Tanggal Wawancara Mendalam :

3. Nama Partisipan :

4. Alamat Partisipan :

5. Telepon Partisipan :

A. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri. Saya Fransiska Nova Nanur, mahasiswa Program

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan saat ini

sedang melakukan penelitian.

2. Menyampaikan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mewawancara ibu di

sini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kerja sama dengan dukun

dalam pertolongan persalinan.

3. Menjelaskan tentang kerahasiaan partisipan. Nama dan informasi yang ibu

berikan pada kami hari ini sangat kami jaga kerahasiaannya dan kami

gunakan hanya untuk kepentingan pendidikan. Mohon kiranya dapat

memberikan informasi yang terbuka dan tidak ada hal yang ditutupi.

4. Mempersiapkan alat perekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang

dibantu oleh pendamping peneliti.

5. Setelah tercipta suasana kondusif maka wawancara mendalam bisa dimulai.

Page 115: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

B. Pertanyaan yang diajukan

SUMBER DAYA

1. Dalam pelaksanaan kemitraan selama ini apakah ada dana yang menunjang

kegiatan kemitraan? Darimana sumber dana tersebut? Apakah dana yang

tersedia sudah mencukupi untuk mendukung seluruh proses kemitraan?

2. Sarana dan prasarana apa saja yang anda butuhkan untuk menunjang

pelaksanaan kemitraan? Apakah sarana dan prasarana tersebut telah tersedia

selama ini?

3. Apakah program kemitraan ini telah mendapatkan dukungan dari

masyarakat atau pemerintah? Bila iya bagaimana bentuk dukungannya? Bila

tidak, bentuk dukungan seperti apa yang anda harapkan untuk menunjang

pelaksanaan kemitraan ini?

KARAKTERISTIK PARTNER

1. Menurut anda keterampilan apa yang dukun miliki yang menunjang

pelaksanaan kemitraan? Bagaimana Anda melihat hal tersebut dalam

pengalaman kemitraan Anda selama ini?

2. Apa yang mendorong anda untuk bermitra dengan dukun?

3. Bagaimana persepsi anda terhadap kemitraan yang anda bangun? Apakah

anda mendapatkan manfaat dari kemitraan ini? Apakah mendapatkan

keuntungan? Apakah mengalami kerugian?

4. Apa saja harapan yang ingin anda capai dalam kemitraan ini?

Page 116: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

RELASI ANTARA PARTNER

1. Sejauh ini, bagaimana relasi anda dengan para dukun yang bermitra dengan

anda?

2. Apakah selama ini pernah terjadi konflik atau masalah antara anda dengan

dukun? Bila iya masalah apa yang pernah terjadi? Apa penyebab masalah

tersebut? Bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut?

3. Apakah anda percaya akan kemampuan dukun untuk bertanggungjawab

dengan tugasnya dalam pelaksanaan kemitraan? Bila iya apa alasannya?

Bila tidak mengapa?

4. Apakah anda sungguh menghargai dukun sebagai patner anda dalam

bermitra? Bagaimana bentuk penghargaan anda terhadap dukun? Apakah

penghargaan tersebut sama untuk semua dukun yang bermitra dengan anda?

Bila iya apa alasannya? Bila tidak, apa alasanya?

KARAKTERISTIK KEMITRAAN

Pembagian Peran

1. Apa tugas atau peran dari ibu dalam kemitraan ini? Jelaskan!

2. Apakah peran yang dijalankan sesuai dengan kemampuan ibu? Adakah

dokumen tertulis mengenai pembagian peran ini?

3. Apakah Anda merasa bahwa pembagian peran tersebut sungguh mendukung

proses kemtiraan ini?

Page 117: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

Komunikasi

1. Apakah ada pertemuan yang rutin antara anggota mitra? Kalau ya, apakah

pertemuan tersebut dibuat beradasarkan jadwal yang teratur? Apa yang Anda

bicarakan dalam pertemuan tersebut?

2. Menurut Anda, apakah pertemuan atau komunikasi yang Anda bangun selama

ini sudah cukup mendukung kemitraan ini? Kalau ya, jelaskan jabawan Anda,

kalau tidak, jelaskan jawaban Anda.

3. Sebagai sebuah bentuk organisasi, apa harapan Anda terhadap bentuk

komunikasi yang demi kepentingan kemitraan ini ke arah yang lebih baik?

Pengambilan Keputusan

1. Dalam kemitraan ini, apakah sudah ada pembagian yang jelas antara dukun dan

bidan (Anda) dalam hal mengambil keputusan tertentu, demi sebuah

penanganan kasus persalinan yang tepat? Kalau ada, apakah ada dokumen

tertulis?

2. Menurut Anda, apakah pembagian hak untuk mengambil keputusan yang telah

dibuat, sudah cukup memadai untuk kepentingan kemitraan ini? Kalau ya,

jelaskan! Kalau belum, kira-kira hal apa yang perlu diperbaiki?

Koordinasi

1. Bagaimana bentuk fungsi koordinasi yang sudah dijalani selama ini?Siapa yang

melakukan koordinasi?

2. Apakah fungsi koordinasi yang ada sudah berjalan dengan cukup baik dalam

mendukung kemitraan ini? Kalau ya, terangkan jawaban Anda; kalau belum,

hal apa yang perlu diperbaiki.

Page 118: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

Komitmen

Apakah anda yakin bahwa kemitraan ini berkomitmen sungguh untuk

mengutamakan kepentingan pasien? Jika iya jelaskan jawaban anda! Jika

belum hal-hal apa yang perlu diperbaiki?

Kepemimpinan

1. Dalam kemitraan yang Anda bangun ini, apakah sudah ada struktur organisasi

yang jelas (pemimpin-wakil-bendahara-pengrus)? Kalau ada, apakah ada

dalam bentuk dokumen tertulis?

2. Bagaimana Anda melihat fungsi kepemimpinan dalam kemitraan ini selama

ini? Apakah yang menjadi tugas pemimpin? Apakah fungsi kepemimpinan

tersebut sudah berjalan dengan baik untuk mendukung seluruh proses

kemitraan ini? Kalau ya, terangkan jawaban Anda; kalau belum, hal apa yang

perlu diperbaiki dari fungsi kepemimpinan dalam kemitraan ini?

LINGKUNGAN EKSTERNAL

1. Apakah Anda yang pertamakali berinisiatif dalam membangun kemitraan ini?

Kalau ya, apakah Anda mengalami kesulitan ketika mengajak para dukun untuk

bekerja sama? Jelaskan jawaban Anda.

2. Apakah masyarakat sungguh mendukung proses kemtiraan ini? kalau ya,

dukungan seperti apa? Kalau tidak, mengapa?

HAMBATAN PELAKSANAAN KEMITRAAN

1. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan kemitraan selama ini? Jelaskan!

2. Apa upaya yang telah anda lakukan untuk mengurangi atau mengatasi

hambatan tersebut? Jelaskan!

Page 119: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

3. Kemitraan seperti apa yang anda idealkan?

4. Apa saja harapan anda untuk membangun kemitraan yang sinergis di masa

depan?

Page 120: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DALAM PERTOLONGAN

PERSALINAN DI KECAMATAN BORONG TAHUN 2015

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN DUKUN BERMITRA

1. Nama Pewawancara :

2. Tanggal Wawancara Mendalam :

3. Nama Partisipan :

4. Alamat Partisipan :

5. Telepon Partisipan :

A. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri. Saya Fransiska Nova Nanur, mahasiswa Program

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan saat ini

sedang melakukan penelitian.

2. Menyampaikan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mewawancara ibu di

sini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kerja sama dengan dukun

dalam pertolongan persalinan.

3. Menjelaskan tentang kerahasiaan partisipan. Nama dan informasi yang ibu

berikan pada kami hari ini sangat kami jaga kerahasiaannya dan kami

gunakan hanya untuk kepentingan pendidikan. Mohon kiranya dapat

memberikan informasi yang terbuka dan tidak ada hal yang ditutupi.

4. Mempersiapkan alat perekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang

dibantu oleh pendamping peneliti.

5. Setelah tercipta suasana kondusif maka wawancara mendalam bisa dimulai.

Page 121: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

B. Pertanyaan yang diajukan

KARAKTERISTIK PATNER

1. Menurut anda keterampilan apa yang bidan miliki yang menunjang

pelaksanaan kemitraan? Bagaimana Anda melihat hal tersebut dalam

pengalaman kemitraan Anda selama ini?

2. Apa yang mendorong anda untuk bermitra dengan bidan?

3. Bagaimana persepsi anda terhadap kemitraan yang anda bangun? Apakah

anda mendapatkan manfaat dari kemitraan ini? Apakah mendapatkan

keuntungan? Apakah mengalami kerugian?

4. Apa saja harapan yang ingin anda capai dalam kemitraan ini?

RELASI ANTARA PARTNER

1. Sejauh ini, bagaimana relasi anda dengan para bidan yang bermitra dengan

anda?

2. Apakah selama ini pernah terjadi konflik atau masalah antara anda dengan

bidan? Bila iya masalah apa yang pernah terjadi? Apa penyebab masalah

tersebut? Bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut?

3. Apakah anda percaya akan kemampuan bidan untuk bertanggungjawab

dengan tugasnya dalam pelaksanaan kemitraan? Bila iya apa alasannya?

Bila tidak mengapa?

4. Apakah anda sungguh menghargai dukun sebagai patner anda dalam

bermitra? Bagaimana bentuk penghargaan anda terhadap dukun? Apakah

penghargaan tersebut sama untuk semua dukun yang bermitra dengan anda?

Bila iya apa alasannya? Bila tidak, apa alasanya?

Page 122: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

KARAKTERISTIK KEMITRAAN

Pembagian Peran

1. Apa tugas atau peran dari ibu dalam kemitraan ini? Jelaskan!

2. Apakah peran yang dijalankan sesuai dengan kemampuan ibu? Adakah

dokumen tertulis mengenai pembagian peran ini?

3. Apakah Anda merasa bahwa pembagian peran tersebut sungguh mendukung

proses kemtiraan ini?

Komunikasi

1. Apakah ada pertemuan yang rutin antara anggota mitra? Kalau ya, apakah

pertemuan tersebut dibuat beradasarkan jadwal yang teratur? Apa yang

Anda bicarakan dalam pertemuan tersebut?

2. Menurut Anda, apakah pertemuan atau komunikasi yang Anda bangun

selama ini sudah cukup mendukung kemitraan ini? Kalau ya, jelaskan

jabawan Anda, kalau tidak, jelaskan jawaban Anda.

3. Sebagai sebuah bentuk organisasi, apa harapan Anda terhadap bentuk

komunikasi yang demi kepentingan kemitraan ini ke arah yang lebih baik?

Pengambilan Keputusan

1. Dalam kemitraan ini, apakah sudah ada pembagian yang jelas antara dukun

dan bidan (Anda) dalam hal mengambil keputusan tertentu, demi sebuah

penanganan kasus persalinan yang tepat? Kalau ada, apakah ada dokumen

tertulis?

Page 123: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

2. Menurut Anda, apakah pembagian hak untuk mengambil keputusan yang

telah dibuat, sudah cukup memadai untuk kepentingan kemitraan ini? Kalau

ya, jelaskan! Kalau belum, kira-kira hal apa yang perlu diperbaiki?

Koordinasi

1. Bagaimana bentuk fungsi koordinasi yang sudah dijalani selama ini?Siapa

yang melakukan koordinasi?

2. Apakah fungsi koordinasi yang ada sudah berjalan dengan cukup baik

dalam mendukung kemitraan ini? Kalau ya, terangkan jawaban Anda; kalau

belum, hal apa yang perlu diperbaiki.

Komitmen

Apakah anda yakin bahwa kemitraan ini berkomitmen sungguh untuk

mengutamakan kepentingan pasien? Jika iya jelaskan jawaban anda! Jika

belum hal-hal apa yang perlu diperbaiki?

LINGKUNGAN EKSTERNAL

1. Apakah keluarga Anda sungguh mendukung Anda untuk bermitra dengan para

bidan? Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga?

2. Apakah masyarakat di tempat Anda, sungguh mendukung kemitraan Anda

dengan bidan? Jelaskan jawaban Anda

HAMBATAN PELAKSANAAN KEMITRAAN

5. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan kemitraan selama ini? Jelaskan!

6. Apa upaya yang telah anda lakukan untuk mengurangi atau mengatasi

hambatan tersebut? Jelaskan!

7. Kemitraan seperti apa yang anda idealkan?

Page 124: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

8. Apa saja harapan anda untuk membangun kemitraan yang sinergis di masa

depan?

Page 125: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DALAM PERTOLONGAN

PERSALINAN DI KECAMATAN BORONG TAHUN 2015

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN DUKUN TIDAK

BERMITRA

6. Nama Pewawancara :

7. Tanggal Wawancara Mendalam :

8. Nama Partisipan :

9. Alamat Partisipan :

10. Telepon Partisipan :

A. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri. Saya Fransiska Nova Nanur, mahasiswa Program

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan saat ini

sedang melakukan penelitian.

2. Menyampaikan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mewawancara ibu di

sini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kerja sama dengan dukun

dalam pertolongan persalinan.

3. Menjelaskan tentang kerahasiaan partisipan. Nama dan informasi yang ibu

berikan pada kami hari ini sangat kami jaga kerahasiaannya dan kami

gunakan hanya untuk kepentingan pendidikan. Mohon kiranya dapat

memberikan informasi yang terbuka dan tidak ada hal yang ditutupi.

4. Mempersiapkan alat perekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang

dibantu oleh pendamping peneliti.

5. Setelah tercipta suasana kondusif maka wawancara mendalam bisa dimulai.

Page 126: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

B. Pertanyaan yang diajukan

1. Apakah ibu pernah diajak bekerjasama oleh bidan? (kapan?)

2. Mengapa ibu memilih untuk tidak bekerjasama dengan bidan? (Apakah tidak

diajak atau ditawar?)

3. Apakah sebelumnya pernah diberikan sosialisasi atau informasi mengenai

kerjasama ini? (Kapan disosialisasikan? Siapa yang memberikan sosialisasi?)

4. Apabila suatu saat anda diajak bekerja sama, bagaimana tanggapan anda?

(Apakah bersedia? Apakah menolak?)

5. Bentuk kerjasama seperti apa yang anda inginkan?

Page 127: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DALAM PERTOLONGAN

PERSALINAN DI KECAMATAN BORONG TAHUN 2015

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN IBU NIFAS,

TOKOH AGAMA, TOKOH MASYARAKAT DAN PEMEGANG

PROGRAM KIA

1. Nama Pewawancara :

2. Tanggal Wawancara Mendalam :

3. Nama Partisipan :

4. Alamat Partisipan :

5. Telepon Partisipan :

A. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri. Saya Fransiska Nova Nanur, mahasiswa Program

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan saat ini

sedang melakukan penelitian.

2. Menyampaikan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mewawancara ibu di

sini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kerja sama dengan dukun

dalam pertolongan persalinan.

3. Menjelaskan tentang kerahasiaan partisipan. Nama dan informasi yang ibu

berikan pada kami hari ini sangat kami jaga kerahasiaannya dan kami

gunakan hanya untuk kepentingan pendidikan. Mohon kiranya dapat

memberikan informasi yang terbuka dan tidak ada hal yang ditutupi.

Page 128: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

4. Mempersiapkan alat perekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang

dibantu oleh pendamping peneliti.

5. Setelah tercipta suasana kondusif maka wawancar mendalam bisa dimulai.

B. Pertanyaan yang diajukan

Ibu nifas yang persalinannya ditolong dukun

1. Mengapa ibu memilih dukun sebagai penolong persalinan?

2. Coba ceritakan pengalaman ibu saat ditolong dukun? (Apakah proses

persalinan berjalan lancar? Apakah mengalami kesulitan?)

3. Alat apa saja yang digunakan dukun saat menolong persalinan?

4. Bagaimana perasaan ibu saat persalinan? (Apakah ibu merasa aman dan

nyaman? Apakah ibu merasa puas?)

5. Bagaimanakah keadaan kesehatan ibu dan bayi ibu setelah persalinan?

(Apakah sehat? Apakah mengalami gangguan kesehatan?)

Ibu nifas yang persalinannya ditolong dukun dan bidan

1. Coba ceritakan pengalaman ibu saat persalinan! (Apakah proses persalinan

berjalan lancar? Apakah mengalami hambatan?)

2. Sepengetahuan ibu, bagaimana pembagian peran antara dukun dengan bidan

selama proses pertolongan persalinan? (Apa saja yang dilakukan bidan? Apa

saja yang dilakukan dukun?)

3. Bagaimanakan perasaan ibu saat persalinan? (Apakah ibu merasa aman dan

nyaman? Apakah ibu merasa puas?)

4. Bagaimanakah keadaan kesehatan ibu dan bayi ibu setelah persalinan?

(Apakah sehat? Apakah mengalami gangguan kesehatan?)

Page 129: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

Tokoh Agama

1. Bagaimana pandangan bapak mengenai keberadaan dukun dan bidan saat ini?

2. Sejauh pengamatan bapak selama ini bagaimana pemanfaatan dukun dan

bidan oleh masyarakat? (Apakah jasa dukun lebih sering dimanfaatkan

daripada bidan oleh masyarakat? Mengapa?)

3. Apakah bapak pernah mendengar informasi mengenai kerjasama dukun

dengan bidan? (Informasi seperti apa yang bapak dengar mengenai topik ini?)

4. Bagaimana pendapat bapak tentang kerjasama ini? (Apakah setuju?

Alasannya? Apakah tidak setuju? Alasannya?)

5. Apakah bapak pernah terlibat atau diajak berdiskusi mengenai program ini?

6. Bagaimana bentuk dukungan bapak terhadap program ini?

Tokoh Masyarakat

1. Bagaimana pandangan bapak mengenai keberadaan dukun dan bidan saat ini?

2. Sejauh pengamatan bapak selama ini bagaimana pemanfaatan dukun dan

bidan oleh masyarakat? (Apakah jasa dukun lebih sering dimanfaatkan

daripada bidan oleh masyarakat? Mengapa?)

3. Apakah bapak pernah mendengar informasi mengenai kerjasama dukun

dengan bidan? (Informasi seperti apa yang bapak dengar mengenai topik ini?)

4. Bagaimana pendapat bapak tentang kerjasama ini? (Apakah setuju?

Alasannya? Apakah tidak setuju? Alasannya?)

5. Apakah bapak pernah dilibatkan atau diajak berdiskusi mengenai program

ini?

6. Bagaimana bentuk dukungan bapak terhadap program ini?

Page 130: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

Pemegang Program KIA

1. Bagaimanakah gambaran program kemitraan dukun dengan bidan dalam

pertolongan persalinan di wilayah kerja ibu/bapak?

2. Bagaimana proses awal membangun kemitraan dukun dengan bidan dalam

pertolongan persalinan?

3. Apakah ada alokasi dana untuk program kemitraan ini? (Darimana sumber

dananya?

4. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam program kemitraan ini?

5. Pihak mana saja yang terlibat dalam program kemitraan ini?

6. Sejauh mana program kemitraan ini telah berjalan?

7. Apa saja hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan program ini? Hal apa

saja yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

Page 131: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

91

Page 132: kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di

lxxxvii