bab iv gambaran umum desa cihideung ilir, … · sebanyak delapan buah yang tersebar di lima rukun...

15
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 178 hektare. Desa Cihideung Ilir termasuk dataran tinggi dan berada pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 2 - 4 meter kubik. Secara administratif, Desa Cihideung Ilir terbagi ke dalam dua dusun, lima rukun warga (RW), dan 24 rukun tetangga (RT). Secara geografis, Desa Cihideung Ilir berbatasan dengan desa-desa lain di sekitarnya, yaitu terdiri dari: 1. Sebelah Utara : Desa Cibanteng/Jalan Provinsi. 2. Sebelah Timur : Desa Babakan/Kali Cihideung. 3. Sebelah Selatan : Desa Cihideung Udik. 4. Sebelah Barat : Desa Cihideung Udik. Jika ditinjau dari letak geografisnya, Desa Cihideung Ilir mempunyai letak yang cukup strategis karena akses Desa Cihideung Ilir yang relatif dekat dengan Kampus Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, Desa Cihideung Ilir termasuk ke dalam “Desa Lingkar Kampus”. Kondisi ini memberikan keuntungan secara geografis dan memberikan pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi desa tersebut, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Prasarana perhubungan yang terdapat di Desa Cihideung Ilir berupa jalan raya. Jarak dari desa ke pusat kecamatan adalah 4 kilometer, jarak dari desa ke ibukota kabupaten adalah 25 kilometer, dan jarak dari desa ke ibukota provinsi adalah 130 kilometer. Prasarana perhubungan yang berupa jalan raya yang baik memungkinkan tersedianya transportasi yang lancar bagi keberadaan mobil pribadi dan angkutan umum seperti, ojek dan odong-odong sebagai sarana transportasi di Desa Cihideung Ilir. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Cihideung Ilir terdiri dari sarana pendidikan, prasarana kesehatan, transportasi dan perhubungan. Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Desa Cihideung Ilir termasuk cukup lengkap.

Upload: buinguyet

Post on 06-Sep-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IVGAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN

CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

4.1 Gambaran Umum Desa

4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana

Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah

sebesar 178 hektare. Desa Cihideung Ilir termasuk dataran tinggi dan berada pada

ketinggian 250 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 2 - 4 meter

kubik. Secara administratif, Desa Cihideung Ilir terbagi ke dalam dua dusun, lima

rukun warga (RW), dan 24 rukun tetangga (RT). Secara geografis, Desa

Cihideung Ilir berbatasan dengan desa-desa lain di sekitarnya, yaitu terdiri dari:

1. Sebelah Utara : Desa Cibanteng/Jalan Provinsi.

2. Sebelah Timur : Desa Babakan/Kali Cihideung.

3. Sebelah Selatan : Desa Cihideung Udik.

4. Sebelah Barat : Desa Cihideung Udik.

Jika ditinjau dari letak geografisnya, Desa Cihideung Ilir mempunyai letak

yang cukup strategis karena akses Desa Cihideung Ilir yang relatif dekat dengan

Kampus Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, Desa Cihideung Ilir termasuk

ke dalam “Desa Lingkar Kampus”. Kondisi ini memberikan keuntungan secara

geografis dan memberikan pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi desa

tersebut, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Prasarana perhubungan yang terdapat di Desa Cihideung Ilir berupa jalan

raya. Jarak dari desa ke pusat kecamatan adalah 4 kilometer, jarak dari desa ke

ibukota kabupaten adalah 25 kilometer, dan jarak dari desa ke ibukota provinsi

adalah 130 kilometer. Prasarana perhubungan yang berupa jalan raya yang baik

memungkinkan tersedianya transportasi yang lancar bagi keberadaan mobil

pribadi dan angkutan umum seperti, ojek dan odong-odong sebagai sarana

transportasi di Desa Cihideung Ilir.

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Cihideung Ilir terdiri dari

sarana pendidikan, prasarana kesehatan, transportasi dan perhubungan. Sarana

pendidikan yang terdapat di wilayah Desa Cihideung Ilir termasuk cukup lengkap.

Hal ini terlihat dari sudah tersedianya sarana pendidikan berupa sekolah mulai

dari jenjang play group (kelompok bermain) hingga jenjang SMA (Sekolah

Menengah Atas). Data selengkapnya mengenai sarana pendidikan yang terdapat di

Desa Cihideung Ilir dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Sarana Pendidikan, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009

Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)Play Group (kelompok bermain) 3Taman Kanak-kanak 3Sekolah Dasar/sederajat 5Sekolah Menengah Pertama/sederajat 2Sekolah Menengah Atas/sederajat 1

Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009

Prasarana kesehatan yang terdapat di wilayah Desa Cihideung sudah

termasuk cukup lengkap. Hal tersebut terlihat dari tersedianya prasarana

kesehatan berupa poliklinik/balai pengobatan, posyandu, dokter praktek, dan

rumah bersalin. Desa Cihideung Ilir memiliki pos pelayan terpadu (Posyandu)

sebanyak delapan buah yang tersebar di lima rukun warga. Kegiatan yang

dilakukan oleh posyandu dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga

karena ada pemberian Makanan Pendamping-Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk balita

dan makanan tambahan untuk Lansia. Selain itu, melalui posyandu juga bisa

dilakukan sosialisasi mengenai diversifikasi pangan sehingga tidak bergantung

pada makanan pokok beras. Data selengkapnya mengenai prasarana kesehatan

yang terdapat di Desa Cihideung Ilir dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Prasarana Kesehatan, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009

Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit)Poliklinik/Balai Pengobatan 2Posyandu 8Dokter Praktek 1Rumah Bersalin 2

Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009

Jumlah tenaga medis yang terdapat di Desa Cihideung Ilir sudah termasuk

cukup. Hal tersebut terlihat dari tersedianya beragam tenaga medis, antara lain

dokter swasta, bidan desa, bidan praktek swasta, dukun beranak terlatih, dan kader

39

posyandu. Dokter praktek swasta hanya berjumlah satu orang dan kader posyandu

yang ada di Desa Cihideung Ilir sebanyak 45 orang. Data selengkapnya mengenai

jumlah tenaga medis di Desa Cihideung Ilir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Tenaga Medis, Desa Cihideung Ilir, 2009

Tenaga Medis Jumlah (Unit)Dokter Praktek Swasta 1Bidan Desa 2Bidan Praktek Swasta 1Dukun Beranak tidak Terlatih 5Kader Posyandu 45

Sumber: Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cihideung Ilir, 2009

4.1.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir per Oktober 2009 adalah 9.393 jiwa

dengan total jumlah kepala keluarga 2.490 KK. Jumlah penduduk angkatan kerja

di Desa Cihideung Ilir terdiri dari penduduk usia yang bekerja dan penduduk usia

kerja yang tidak bekerja. Jumlah penduduk usia dewasa usia kerja 5.263 jiwa atau

56,03 persen dari total jumlah penduduk secara keseluruhan. Jumlah penduduk

usia kerja yang tidak bekerja 1.005 jiwa. Data selengkapnya mengenai jumlah

penduduk berdasarkan usia kerja yang bekerja dan usia kerja yang tidak bekerja

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja yang Bekerja dan Usia Kerja yang Tidak Bekerja, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009

Penduduk Jumlah (Orang)Jumlah penduduk 9.393Jumlah KK 2.490Jumlah penduduk dewasa usia kerja 5.263Jumlah penduduk dewasa usia bekerja yang bekerja 4.258Jumlah penduduk dewasa usia kerja yang tidak bekerja 1.005

Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009

Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir per Oktober 2009 terdiri dari 4.868

penduduk berjenis kelamin pria dan 4.525 penduduk berjenis kelamin wanita.

Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir berjenis kelamin pria lebih banyak daripada

40

jumlah penduduk berjenis kelamin wanita. Data selengkapnya mengenai jumlah

penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009

Jenis Kelamin Jumlah (Orang)Pria 4.868Wanita 4.525

Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009

Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir per Oktober 2009 yang berusia

antara 61 hingga 70 tahun merupakan usia terbanyak dibandingkan dengan usia

lainnya. Sebaliknya, penduduk yang berusia lebih dari 75 tahun hanya ada sedikit,

yaitu tujuh orang. Data selengkapnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan

tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009

Tingkat Usia (tahun) Jumlah (orang)0 – 10 1.28311-20 1.51921-30 1.17931-40 1.13041-50 98651-60 1.32861-70 1.63171-75 330> 75 7

Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cihideung Ilir dapat dikatakan masih

cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka penduduk yang hanya

tamat SD sejumlah 2.780 orang dan yang tamat pasca sarjana hanya berjumlah 40

orang. Data mengenai jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir berdasarkan tingkat

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.

41

Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Desa Cihideung Ilir, per Oktober 2009

Tingkatan Pendidikan Jumlah (orang)Tamat SD/Sederajat 2.780Tamat SMP/Sederajat 375Tamat SMA/Sederajat 1.850Tamat Diploma 640Tamat Sarjana S1 350Tamat Pascasarjana 40

Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir, 2009

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5 terlihat bahwa jumlah

penduduk usia kerja yang bekerja lebih banyak daripada jumlah penduduk usia

kerja yang tidak bekerja. Terdapat 80,90 persen penduduk usia kerja yang bekerja

dan 19,10 persen penduduk usia kerja yang tidak bekerja. Berdasarkan data

tersebut, 80,90 persen penduduk usia kerja yang bekerja tersebar ke dalam

berbagai macam jenis mata pencaharian. Data selengkapnya mengenai sebaran

penduduk usia kerja yang bekerja, berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, Desa Cihideung Ilir, 2009

Mata pencaharian Jumlah (orang)Petani 548Pedagang 945Pegawai negeri sipil 160TNI/POLRI 20Pensiunan PNS/POLRI/TNI 38Swasta 602Buruh Pabrik 588Pengrajin ind. rumahtangga 21Tukang Bangunan 191Penjahit 58Tukang Las 10Tukang Ojek 60Bengkel 15Sopir Angkutan 255Lain-lain 430

Sumber: Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cihideung Ilir, 2009

42

Tabel 9 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Cihideung

Ilir cukup bervariasi. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian lebih

sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor non-

pertanian. Di sektor pertanian, dari keseluruhan penduduk hanya ada 548 orang

yang bekerja sebagai petani. Sisanya bekerja di sektor non-pertanian. Mata

pencaharian di sektor non-pertanian yang paling diminati adalah sebagai pedagang.

Terdapat 945 orang bekerja sebagai pedagang dan pekerjaan-pekerjaan lain di

sektor non-pertanian adalah sebagai pegawai negeri sipil, TNI/POLRI, pensiunan

PNS/POLRI/TNI, swasta, buruh pabrik, pengrajin industri rumahtangga, tukang

bangunan, penjahit, tukang las, tukang ojek, bengkel, sopir angkutan, dan lain-lain.

Berdasarkan hal tersebut penduduk Desa Cihideung Ilir termasuk ke dalam

kategori masyarakat transisi dimana mata pencahariannya sudah berubah dari

sektor pertanian ke sektor non-pertanian.

4.2 Karakteristik Rumahtangga Responden

Karakteristik rumahtangga responden adalah kondisi atau keadaan spesifik

rumahtangga yang berkaitan langsung dengan dirinya. Rumahtangga dalam

penelitian ini terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria

(RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai wanita (RTKW). Karakteristik

rumahtangga dalam penelitian ini baik pada RTKP maupun RTKW dibedakan ke

dalam tujuh kategori, yaitu usia seluruh anggota rumahtangga, jenis kelamin

seluruh anggota rumahtangga, jenis kelamin pengelola pangan rumahtangga,

tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga, tingkat pendidikan pengelola

pangan rumahtangga, status pekerjaan seluruh anggota rumahtangga, dan jenis

pekerjaan seluruh anggota rumahtangga.

Struktur rumahtangga terbagi ke dalam empat kategori berdasarkan siklus

hidupnya, yaitu rumahtangga lajang, rumahtangga tanpa anak, rumahtangga tahap

ekspansi demografis awal, dan rumahtangga tahap ekspansi demografis lanjut.

RTKP dan RTKW masing-masing memiliki empat struktur rumahtangga.

Berdasarkan hasil penelitian, pada RTKP ditemukan keempat struktur

rumahtangga sedangkan pada RTKW hanya ditemui tiga kategori struktur

rumahtangga. Persentase rumahtangga tahap ekspansi demografis lanjut RTKP

43

dan RTKW lebih banyak dibandingkan dengan struktur rumahtangga lainnya.

Sebaran karakteristik struktur rumahtangga berdasarkan RTKP dan RTKW secara

lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga Berdasarkan Tipe dan Struktur Rumahtangga, Komunitas Jembatan Serong, 2010

Karakteristik Struktur Rumahtangga

Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP)

n = 69

Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW)

n = 24Jumlah

(rumahtangga)

Persentase (%)

Jumlah (rumahtangga

)Persentase

(%)Lajang 1 1,5 0 0Tanpa Anak 1 1,5 1 4,2Tahap Ekspansi Demografis Awal 15 21,7 1 4,2Tahap Ekspansi Demografis Lanjut 52 75,3 22 91,6Total 69 100 24 100

4.2.1 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan UsiaUsia seluruh anggota rumahtangga baik pada RTKP maupun RTKW

dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu: (1) usia tidak produktif, dimana anggota

rumahtangga berusia 0 – 14 tahun dan 65 tahun ke atas, dan (2) usia produktif,

dimana anggota rumahtangga berusia 15 hingga kurang dari 64 tahun. Persentase

usia seluruh anggota rumahtangga RTKP dan RTKW yang termasuk ke dalam

kategori produktif lebih banyak daripada persentase usia seluruh anggota

rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak produktif. Namun demikian,

persentase usia seluruh anggota rumahtangga lebih banyak pada RTKW jika

dibandingkan dengan RTKP. Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat 67,9 persen

usia seluruh anggota rumahtangga RTKW termasuk ke dalam kategori produktif

dan 62,6 persen usia seluruh anggota rumahtangga RTKP termasuk ke dalam

kategori produktif. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa beban

tanggungan pada RTKP lebih banyak dibandingkan dengan beban tanggungan

RTKW. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya persentase usia seluruh anggota

rumahtangga RTKP yang termasuk ke dalam kategori tidak produktif

dibandingkan dengan RTKW. Berdasarkan rasio beban tanggungan, pada RTKW

44

setiap 48 orang anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak

produktif ditanggung oleh 100 orang anggota rumahtangga yang termasuk ke

dalam kategori produktif. Beban rasio tanggungan pada RTKP, yaitu setiap 60

orang anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak produktif

ditanggung oleh 100 orang anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam

kategori produktif. Sebaran jumlah dan persentase rumahtangga yang dikepalai

pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan usia

secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Usia, Komunitas Jembatan Serong, 2010

Karakteristik Rumahtangga

Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP)

n = 69

Rumahtangga yang Dikepalai Wanita

(RTKW)n = 24

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Usia Seluruh Anggota RumahtanggaTidak Produktif 154 37,4 36 32,1Produktif 258 62,6 76 67,9Total 412 100 112 100

4.2.2 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga dan jenis kelamin pengelola

pangan rumahtangga terbagi ke dalam dua kategori, yaitu pria dan wanita.

Persentase jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga RTKP dan RTKW

berbeda. Jika dibandingkan antara RTKP dan RTKW maka pada RTKP

persentase jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga lebih banyak yang berjenis

kelamin pria sedangkan pada RTKW persentase jenis kelamin seluruh anggota

rumahtangga lebih banyak yang berjenis kelamin wanita. Berdasarkan Tabel 12

terdapat 53,6 persen jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga RTKP berjenis

kelamin pria dan 58,9 persen jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga RTKW

berjenis kelamin wanita. Persentase jenis kelamin seluruh anggota rumahtangga

RTKP lebih banyak berjenis kelamin pria dan hal ini sesuai dengan data

monografi Desa Cihideung Ilir mengenai jenis kelamin penduduk yang tercantum

45

dalam Profil Desa Cihideung Ilir, 2009, yang menunjukkan bahwa jumlah

penduduk pria di Desa Cihideung Ilir lebih banyak daripada jumlah penduduk

yang berjenis kelamin wanita.

Jika dilihat berdasarkan pengelola pangan rumahtangga maka persentase

pada RTKP dan RTKW lebih banyak yang berjenis kelamin wanita. Tabel 12

menunjukkan bahwa pada RTKP, terdapat 98,6 persen jenis kelamin pengelola

pangan berjenis kelamin wanita dan 100 persen jenis kelamin pengelola pangan

RTKW berjenis kelamin wanita. Terdapat 1,4 persen jenis kelamin pengelola

pangan RTKP yang berjenis kelamin pria. Ia menjadi pengelola pangan di

rumahtangganya karena ia termasuk ke dalam struktur rumahtangga tanpa anak.

Pada RTKP, pengelola pangan lebih banyak yang berjenis kelamin wanita diduga

disebabkan oleh sibuknya pria dalam mencari nafkah sehingga kewenangan untuk

mengelola pangan dilimpahkan ke wanita (pasangannya). Oleh karena itu,

pengelola pangan rumahtangga pada hampir semua tipe rumahtangga berjenis

kelamin wanita. Sebaran jumlah dan persentase rumahtangga yang dikepalai pria

(RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan jenis

kelamin secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran Jumlah dan Persentase Anggota dan Pengelola Pangan Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Jenis Kelamin, Komunitas Jembatan Serong, 2010

Karakteristik Rumahtangga

Rumahtangga yang Dikepalai Pria

(RTKP)n = 69

Rumahtangga yang Dikepalai Wanita

(RTKW)n=24

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jenis Kelamin Seluruh Anggota RumahtanggaPria 221 53,6 46 41,1Wanita 191 46,4 66 58,9Total 412 100 112 100Jenis Kelamin Pengelola Pangan Rumahtangga Pria 1 1,4 0 0Wanita 68 98,6 24 100Total 69 100 24 100

46

4.2.3 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga dan tingkat pendidikan

pengelola pangan rumahtangga terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) tingkat

pendidikan rendah, dimana jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani oleh

anggota dan pengelola pangan rumahtangga baik lulus maupun tidak lulus hingga

tingkat SD atau sederajat dan termasuk juga yang tidak pernah sekolah dan belum

sekolah, (2) tingkat pendidikan sedang, dimana jenjang pendidikan formal yang

pernah dijalani oleh anggota dan pengelola pangan rumahtangga baik lulus

maupun tidak lulus hingga tingkat SMP atau sederajat, (3) tingkat pendidikan

tinggi, dimana jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani oleh anggota dan

pengelola pangan rumahtangga baik lulus maupun tidak lulus hingga tingkat SMA

atau sederajat dan lebih dari SMA (Diploma dan Sarjana).

Persentase tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga baik RTKP

maupun RTKW lebih banyak yang termasuk ke dalam kategori rendah. Namun

demikian, tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga yang termasuk ke

dalam kategori rendah lebih banyak pada RTKW dibandingkan dengan RTKP.

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa pada RTKP, terdapat 74,8 persen

tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga termasuk ke dalam kategori

rendah dan 79,5 persen tingkat pendidikan seluruh anggota rumahtangga RTKW

termasuk ke dalam kategori rendah. Tingginya angka tingkat pendidikan seluruh

anggota rumahtangga RTKW yang termasuk ke dalam kategori rendah diduga

diakibatkan oleh terbatasnya pendapatan yang diperoleh rumahtangga tersebut.

Oleh karena itu, diduga RTKW lebih cenderung mengutamakan kebutuhan

pangan dibandingkan akan kebutuhan pendidikan karena sebagian besar

pendapatan RTKW termasuk ke dalam kategori tingkat pendapatan rendah yang

pendapatan per bulannya berkisar antara Rp. 210.000 hingga Rp. 940.700.

Persentase tingkat pendidikan pengelola pangan rumahtangga baik pada

RTKP maupun RTKW lebih banyak yang termasuk ke dalam kategori tingkat

pendidikan rendah bahkan pada RTKW tidak ada pengelola pangan yang tingkat

pendidikannya termasuk ke dalam kategori tinggi. Berdasarkan Tabel 13 diketahui

bahwa terdapat 95,8 tingkat pendidikan pengelola pangan RTKW termasuk ke

47

dalam kategori rendah dan 75,4 tingkat pendidikan pengelola pangan RTKP

termasuk ke dalam kategori rendah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan pengelola pangan baik pada

RTKP maupun RTKW termasuk ke dalam kategori rendah. Tingginya tingkat

pendidikan pengelola pangan RTKW yang termasuk ke dalam kategori rendah

diduga berhubungan dengan tingkat ketahanan pangan. Hal tersebut disebabkan

oleh adanya dugaan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pengelola pangan

maka akan semakin tinggi pula pengetahuan pangan dan gizinya sehingga akan

berdampak pada semakin tahan ketahanan pangannya. Sebaliknya jika tingkat

pendidikan pengelola pangan rendah maka diduga semakin rentan ketahanan

pangannya karena diduga tingkat pendidikan pengelola pangan yang rendah

berdampak pada kurangnya pengetahuan pangan dan gizi sehingga hal tersebut

berpengaruh ketika memilih dan membeli jenis bahan pangan.

Menurut data monografi Desa Cihideung Ilir, secara keseluruhan tingkat

pendidikan penduduk Desa Cihideung Ilir sudah cukup baik, dan itu terbukti

dalam penelitian ini dimana sebagian besar seluruh anggota rumahtangga baik

pada RTKP dan RTKW termasuk ke dalam kategori tingkat pendidikan rendah.

Hal ini diduga disebabkan karena belum tingginya kesadaran akan pentingnya

pendidikan dan penduduk yang mampu sekolah hingga tingkat SD berasal dari

strata ekonomi lemah, sehingga mereka tidak memiliki cukup biaya untuk

melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Sebaran jumlah dan

persentase rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang

dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan tingkat pendidikan secara lengkap dapat

dilihat pada Tabel 13.

48

Tabel 13. Sebaran Jumlah dan Persentase Anggota dan Pengelola Pangan Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Komunitas Jembatan Serong, 2010

Karakteristik Rumahtangga

Rumahtangga yang Dikepalai Pria

(RTKP)n = 69

Rumahtangga yang Dikepalai Wanita

(RTKW)n=24

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Tingkat Pendidikan Seluruh Anggota RumahtanggaRendah 308 74,8 89 79,5Sedang 65 15,8 15 13,4Tinggi 39 9,5 8 7,1Total 412 100 112 100Tingkat Pendidikan Pengelola Pangan RumahtanggaRendah 52 75,4 23 95,8Sedang 10 14,5 1 4,2Tinggi 7 10,1 0 0Total 69 100 24 100

4.2.4 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Status Pekerjaan Status pekerjaan seluruh anggota rumahtangga terbagi ke dalam dua

kategori, yaitu tidak bekerja dan bekerja. Persentase status pekerjaan seluruh

anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja pada RTKP

dan RTKW lebih banyak dibandingkan dengan persentase status pekerjaan

seluruh anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori bekerja. Jika

dibandingkan antar tipe rumahtangga, persentase status pekerjaan seluruh anggota

rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja pada RTKP lebih

banyak dibandingkan dengan persentase status pekerjaan seluruh anggota

rumahtangga RTKW yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja. Berdasarkan

Tabel 14 menunjukkan bahwa pada RTKP terdapat 65 persen status pekerjaan

seluruh anggota rumahtangga yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja dan

pada RTKW terdapat 61,6 persen status pekerjaan seluruh anggota rumahtangga

yang termasuk ke dalam kategori tidak bekerja. Pada RTKP, umumnya anggota

rumahtangga yang tidak bekerja, yaitu wanita (ibu) dan anak-anak yang sudah

termasuk kategori usia produktif namun tidak bekerja. Jumlah anggota

rumahtangga yang bekerja melalui pendapatan yang diperolehnya digunakan

49

untuk menanggung beban hidup anggota rumahtangga lainnya yang belum

bekerja. Sebaran jumlah dan persentase rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP)

dan rumahtangga yang dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan status pekerjaan

secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Status Pekerjaan, Komunitas Jembatan Serong, 2010

Karakteristik Rumahtangga

Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP)

n = 69

Rumahtangga yang Dikepalai Wanita

(RTKW)n=24

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Status PekerjaanTidak Bekerja 268 65 69 61,6Bekerja 144 35 43 38,4Total 412 100 112 100

4.2.5 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Mata Pencaharian Jenis pekerjaan anggota rumahtangga yang bekerja terbagi ke dalam

delapan kategori, yaitu: (1) PNS, (2) Karyawan Swasta, (3) Buruh Pabrik, (4)

Petani, (5) Buruh Tani, (6) Sopir/Tukang Ojek, (7) Berdagang, (8) Lain-lain

(pembantu rumahtangga, guru, tukang urut, montir/teknisi, kenek/tukang parkir).

Persentase mata pencaharian anggota rumahtangga yang bekerja pada RTKP dan

RTKW lebih banyak bekerja di sektor pertanian dibandingkan di sektor non-

pertanian. Pada RTKP mata pencaharian di sektor pertanian, hanya terdapat 13,9

persen yang bekerja baik sebagai petani maupun buruh tani dan di RTKW

terdapat 4,8 persen yang bekerja sebagai buruh tani. Mata pencaharian di sektor

non-pertanian, baik pada RTKP maupun RTKW yang paling diminati adalah

sebagai buruh pabrik. Di sektor non-pertanian, terdapat 25,7 persen RTKP bekerja

sebagai buruh pabrik dan 33,3 persen RTKW bekerja sebagai buruh pabrik.

Persentase mata pencaharian sebagai buruh pabrik lebih banyak dibandingkan

dengan mata pencaharian lainnya, seperti PNS, karyawan swasta, petani, buruh

tani, sopir/tukang ojek, berdagang, dan lain-lain (pembantu rumahtangga, guru,

tukang urut, montir/teknisi, kenek/tukang parkir). Oleh karena itu, dapat

50

disimpulkan bahwa baik pada RTKP maupun RTKW, persentase mata

pencaharian di sektor pertanian lebih sedikit dibandingkan dengan persentase

jenis pekerjaan di sektor non pertanian. Hal tersebut juga sesuai dengan data

monografi Desa Cihideung Ilir, dimana penduduk yang bekerja di sektor pertanian

lebih sedikit daripada penduduk yang bekerja di sektor non pertanian. Hal tersebut

diduga bisa disebabkan oleh semakin sempitnya lahan pertanian yang ada dan

semakin bertambahnya pabrik yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal

sehingga mereka lebih memilih bekerja di sektor non pertanian. Sebaran jumlah

dan persentase rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang

dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan mata pencaharian secara lengkap dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Mata Pencaharian, Komunitas Jembatan Serong, 2010

Karakteristik Rumahtangga

Rumahtangga yang Dikepalai Pria

(RTKP)n = 69

Rumahtangga yang Dikepalai Wanita

(RTKW)n=24

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

PNS 5 3,5 0 0Karyawan Swasta 12 8,3 5 11,9Buruh Pabrik 37 25,7 14 33,3Petani 2 1,4 0 0Buruh Tani 18 12,5 2 4,8Sopir/Tukang Ojek 21 14,6 3 7,1Berdagang 21 14,6 12 28,6Lain-lain (pembantu rumahtangga, guru, tukang urut, montir/teknisi, kenek/tukang parkir)

28 19,4 6 14,3

Total 144 100 42 100

4.2.6 Rumahtangga Responden yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga Responden yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan rumahtangga terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1)

tingkat pendapatan rumahtangga rendah, dimana pendapatan yang diperoleh oleh

rumahtangga lebih besar dari Rp. 210.000 hingga Rp. 940.700 dalam satu bulan,

(2) tingkat pendapatan rumahtangga sedang, dimana pendapatan yang diperoleh

51

oleh rumahtangga lebih besar dari Rp. 940.700 hingga Rp. 1.800.000 dalam satu

bulan, (3) tingkat pendapatan rumahtangga tinggi, dimana pendapatan yang

diperoleh oleh rumahtangga lebih besar dari Rp. 1.800.000 hingga Rp. 8.925.000

dalam satu bulan. Tingkat pendapatan rumahtangga RTKP berbeda jika

dibandingkan dengan RTKW. Pada RTKP, tingkat pendapatan rumahtangga lebih

banyak yang termasuk ke dalam kategori tinggi sedangkan pada RTKW, tingkat

pendapatan rumahtangga lebih banyak yang termasuk ke dalam kategori rendah.

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebesar 36 persen RTKP tingkat

pendapatannya termasuk ke dalam kategori sedang dan tinggi sedangkan pada

RTKW hanya 25 persen rumahtangga tingkat pendapatannya termasuk ke dalam

kategori sedang dan tinggi. Perbedaan tingkat pendapatan dikedua rumahtangga

tersebut dikarenakan wanita yang bekerja hanya mampu mengakses pekerjaan-

pekerjaan yang berupah rendah sedangkan pria yang bekerja mampu mengakses

pekerjaan yang berupah tinggi sehingga pendapatan yang diperolehnya pun lebih

tinggi daripada pendapatan yang diterima oleh wanita. Wanita yang bekerja

umumnya bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik. Upah yang diterima wanita

yang bekerja di pabrik lebih sedikit daripada upah yang diterima oleh pria karena

wanita yang bekerja di pabrik umumnya hanya paruh waktu. Sebaran jumlah dan

persentase rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang

dikepalai wanita (RTKW) berdasarkan tingkat pendapatan rumahtangga secara

lengkap dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Sebaran Jumlah dan Persentase Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP) dan Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW) Berdasarkan Tingkat Pendapatan Rumahtangga, Komunitas Jembatan Serong, 2010

Karakteristik Rumahtangga

Rumahtangga yang Dikepalai Pria (RTKP)

n = 69

Rumahtangga yang Dikepalai Wanita (RTKW)

n=24Jumlah

(rumahtangga)

Persentase (%)

Jumlah (rumahtangga

) Persentase

(%)Tingkat Pendapatan RumahtanggaRendah 19 28 12 50Sedang 25 36 6 25Tinggi 25 36 6 25Total 69 100 24 100

52