kemerdekaan berfikir (the freedom of thinking)

14
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH DRS. DISON MULJADI, M.SI SUNARLAN SS., M.SI SEJARAH PEMIKIRAN BARAT 2 SKS JURUSAN SEJARAH, FAKULTAS SASTRA, UNIVERSITAS JEMBER

Upload: elok-darojatin

Post on 09-Aug-2015

152 views

Category:

Government & Nonprofit


1 download

TRANSCRIPT

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAHDRS. DISON MULJADI, M.SI

SUNARLAN SS., M.SI

SEJARAH PEMIKIRAN BARAT

2 SKS

JURUSAN SEJARAH, FAKULTAS SASTRA, UNIVERSITAS JEMBER

Bahan bacaan:

1. R.F. Beerling, 1961, Pertumbuhan Dunia Modern, Djilid II, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat, Djakarta: Pustaka Rakjat NV.

2. JB. Bury, 1963, Sedjarah Kemerdekaan Berpikir, Terjemahan LM. Sitorus, Djakarta: PT. Pembangunan.

3. Crane Brinton, 1981, Pembentukan Pemikiran Modern, Terjemahan Samekto dan Pia Alisjahbana, Jakarta: Mutiara.

KEMERDEKAAN BERPIKIR DAN KEKUASAAN-KEKUASAAN YANG MELAWANNYA

Substansi Sejarah Pemikiran Barat pada hakekatnya berakar pada pembahasan sejarah pemikiran bangsa Yunani dan Romawi Klasik. Serta Para pakar mengatakan bahwa peradaban Yunani dan Romawi Klasik merupakan nenek moyang “Peradaban Barat Modern”. Peradaban Yunani dan Romawi juga dikatakan sebagai “Ibu Peradaban” Eropa.

Kemerdekaan berpikir adalah suatu aktivitas manusia yang diproses melalui otak, bersifat abstrak serta mempunyai sifat-sifat kebebasan dan kemerdekaan.

Kemerdekaan berpikir baru ada artinya apabila disertai tindakan-tindakan nyata berupa kebebasan, kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat dan berbicara.Hambatan-hambatan kemerdekaan berpikir:

1.Dianggap melanggar kepercayaan masyarakat yang telah dianut berabad-abad lamanya. Contoh bagaimana masyarakat Athena yang telah berabad-abad mempercayai bahwa matahari diciptakan oleh dewa dan berkewajiban bagi masyarakat untuk memuja setiap pagi matahari terbit dan sore hari ketika terbenam.

2.Pelarangan ataupun penolakan terhadap isi pemikiran baru, berkaitan dengan masalah kepentingan politik. Misalnya mereka yang memper-

tahankan kekuasaan disertai dengan berbagai alasan keagamaan, tradisi ataupun adat karena merasa kawatir akan kehilangan kekuasaannya.

KEBEBASAN AKAL1. Yunani

Kontribusi peradaban Yunani Klasik terhadap pembentukan peradaban dunia barat:

a. Kesusasteraan;b. Kesenianc. Kemerdekaan berpikir dan berbicara. Contoh: Sejarah kemerdekaan berpikir pertama kali

lahir di wilayah Ionia, Asia Kecil.

Pada abad VI SM oran-orang Ionia mulai mempertanyakan mengenai asal mula dan susunan dunia berdasarkan akal berpikir. Xenophanes, seorang pemikir Yunani mempertanyakan keberadaan para dewa-dewi dan mengejek gambaran antropologis bangsa Yunani tentang dewa-dewa mereka. Bahkan ia mengkritik dan mengecam karya sastra Homerus sebagai seorang penyair, pengarang yang paling ahli dalam menceritakan kisah kehidupan para dewa (mitologi).Ia mengecam Homerus dengan mengatakan bahwa dewa-dewa melakukan tindakan-tindakan yang akan dipandang hina dan rendah apabila dilakukan oleh manusia. Ia tidak yakin, bahwa isi syair Homerus merupakan ucapan dewata.

Pendapat keliru jika ada orang yang menyatakan bahwa karya-karya Homerus merupakan kitab suci bangsa Yunani. Yang jelas bahwa karya Homerus merupakan syair-syair berisi keduniawian bukan syair keagamaan, syair Homerus mengandung nilai-nilai kebebasan.

Demokritus, seorang pemikir bebas menyatakan bahwa terbentuknya alam semesta ini berdasar pada teori-teori atom yang nantinya pada abad XVII dikaitkan dengan teori alam dan kimia mengenai proses terjadinya benda-benda ruang angkasa.

Socrates (filsuf Athena) telah mendidik para pemudaAthena mengenai pentingnya berdebat me-

lalui forum tanya jawab. Bisa terjadi suatu pendapat yang sudah diterima umum tidak dapat dipertahankan dan kebenaran sulit ditetapkan. Hendaklah kepercayaan penduduk didasarkan pada kemampuan akal. Jadi kemerdekaan berpikir dikumandangkan oleh sekelompok sophist (ilmuwan) di Athena pada abad V SM dan selama 30 tahun terakhir mulai menjalar pada kaum terpelajar. Socrates sendiri pada usia 70 tahun didakwa oleh masyarakat sebagai orang yang tidak mengakui keberadaan Tuhan dan merusak moral pemuda Athena. Tetapi yang jelas ia dianggap sebagai peletak dasar konsep “demokrasi”.

Epicurus, mengajarkan bahwa terjadinya suatu agama disebabkan adanya rasa takut manusia, maka untuk menghilangkan rasa takut perlu kemer-

dekaan berpikir manusia (rasionalisme). Epicurus dikenal sebagai seorang tokoh materialis yang memberikan keterangan tentang proses terjadinya dunia berdasarkan teori atom dari konsep Democritus dan juga menyanggah bahwa terjadinya alam semesta dikendalikan oleh Tuhan.

Kaum Stoycin telah memberikan kontribusi berharga bagi kemerdekaan berpikir terutama memperoleh kemerdekaan bertanya-jawab. Menurut kaum Stoycin, bahwa undang-undang bisa dianggap tidak adil dan manusia bisa berbuat kilaf tetapi ia tidak dapat menemukan dasar menuntun masyarakat. Bagaimanapun undang-undang itu harus berpihak dan adil bagi kepentingan umum.

Pericles pada abad V SM di negara kota Athena mulai memperkenalkan sistim demokrasi dan sekaligus penganut asas kemerdekaan berpikir. Ia akrab dengan Anasagoras yang tidak percaya kepada dewa-dewa yang hidup pada alam pikiran rakyat. Kemudian Anasagoras diserang lawan-lawan politiknya dan dijatuhi hukuman denda yang sangat berat.

Protagoras, mengeluarkan sebuah buku “Tentang Dewa-Dewa”. Ia menyatakan bahwa orang tidak mengenal para dewa-dewa dengan menggunakan akal. Apakah dewa-dewa itu sebenarnya ada atau tidak? Yang jelas kita tidak dapat mengetahuinya. Kemudian ia dituduh menghina Tuhan dan melarikan diri dengan bantuan pejabat di Athena.

Oleh sebab itu pada diri bangsa Yunani dikenal sebagai pelopor kemerdekaan berpikir dan berbicara bagi dunia Pemikiran Barat karena beberapa hal:

1. Yunani merupakan tempat lahirnya kemerdekaan berpikir dan munculnya sejumlah tokoh kemerdekaan berpikir;

2. Kaum pendeta bertugas dan berkewajiban mengurus tempat-tempat suci dan sebagai pengemban agama;

3. Mereka dapat mendiamkan suara-suara yang diperdengarkan melawan kepercayaan agama. Kaum pendeta sebagai abdi negara merupakan pelaksana teknis dalam memimpin melakukan ritual.

4. Pihak penguasa Yunani juga tidak pernah melakukan tindakan-tindakan menangkap atau menghukum mereka yang menentang,, mempertahankan tentang kebenaran ajaran agama.

2. Romawi

Pada umunya politik Romawi memperbolehkan segala macam agama dan pendapat umum di seluruh imperium. Penghinaan terhadap dewa tidak di hukum. Seorang Kaisar Romawi, Tiberius menyatakan “jika dewa-dewa itu di hina biarkan mereka sendiri yang bertindak”.Peraturan toleransi ini tidak berlaku terhadap agama Kristen dan perlakuan terhadap agama Dunia Timur sebagai permulaan penuntutan terhadap agama di Eropa.Jadi semua agama diperbolehkan untuk dianut sebagai alat menentramkan masyarakat yang masih bodoh, kecuali agama Kristen dan agama Yahudi.

Agama Yahudi dilarang karena dianggap terlalu ekslusif sehingga berbahaya bagi keamanan dan keutuhan imperium Romawi.Pada masa pemerintahan Trajanus telah dicantumkan ketentuan bahwa menjadi pemeluk agama Kristen adalah pelanggaran yang dapat dijatuhi hukuman mati.pada abad IV ketika pemerintah Romawi mulai menunjukkan tanda-tanda kerapuhan, pernah seorang Kaisar Roma bernama Diocletianus mencoba berlaku sangat kejam dan banyak mendatangkan korban terhadap pemeluk agama Kristen namun usaha itu gagal karena orang-orang Kristen sudah terlalu banyak untuk dimusnahkan.

Selanjutnya pada masa Abad Pertengahan ketika posisi agama Kristen sangat kuat pernah terjadi adanya politik paksaan yang mengerikan yang dilakukan oleh pejabat gereja Kristen yang membelenggu pemikiran. Sebagai akibatnya pengaruh gereja menjadi sangat dominan dalam konsep pemikiran.Tokoh-tokoh pemikir gereja antara lain: St. Augustinus (354-430), Hugo dari St. Victor (1096-1141) dan Joachim dari Fiore (1145-1202.Jadi para pakar menyatakan bahwa pada Abad Pertengahan telah terjadi pembelengguan akal, meskipun beberapa pakar lain merasa keberatan terhadap pernyataan tersebut.