kementerian pertanian - ditjen...
TRANSCRIPT
Kementerian Pertanian
ModulPengembangan Unit UsahaLKM-A Pada GapoktanPUAPSeri 1. Penghimpunan Dana LKM-A
Direktorat Pembiayaan Pertanian,Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian2013
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Pelaksanaan Gapoktan Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP) terutama tentang penghimpunan dana oleh
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan bagian
penting dalam keberlanjutan lembaga. Semakin besar dana yang
terhimpun di LKM-A dari anggota berarti semakin besar peluang
lembaga dalam memproduktifkan dana kepada anggotanya, maka
semakin besar juga harapan keberlangsungan lembaga dalam
mengelola dana. Menurut peraturan Bank Indonesia lembaga
selain Bank tidak diperkenankan menghimpun dana masyarakat,
dan koperasi hanya boleh menghimpun dari anggotanya, oleh
sebab itu LKM-A sebagai wadah keuangan bagi anggota tani maka
perlu strategi dalam menghimpun dana anggota agar lembaga milik
Gapoktan ini dapat berjalan dengan baik.
Modul pada bagian ini mencakup ketentuan-ketentuan, kebijakan
dan seluruh proses prosedur pelayanan penghimpunan dana pada
LKM-A. Tujuannya adalah dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan, transparansi dan akuntabilitas LKM-A Gapoktan PUAP
kepada para anggotanya yang berfungsi sebagai pemilik dan
sekaligus sebagai anggotanya (pengguna jasa), pengawas internal
pada LKM-A Gapoktan PUAP dan bahan evaluasi.
B. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan pembelajaran umum adalah meningkatkan pemahaman
peserta tentang Standar Operasional Prosedur Penghimpunan
Dana Lembaga Keluangan Mikro Agribisnis Gapoktan PUAP.
C. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang kebijakan penghimpunan dana yang terdiri
dari kebijakan simpanan, kebijakan investasi berjangka,
2
kebijakan tentang bagi hasil dan bonus simpanan untuk
anggota.
2. Menjelaskan tentang kontrak penghimpunan dana yang terdiri
dari kontrak yang bersifat komersil dan kontrak non komersil.
3. Menjelaskan tentang distribusi produk penghimpunan dana
yang terdiri dari simpanan kerjasama modal dan titipan.
4. Menjelaskan tentang penghitungan distribusi bagi hasil yang
terdiri dari distribusi bagi hasil simpanan kerjasama modal dan
distribusi bonus titipan.
5. Menjelaskan tentang prosedur penghimpunan dana yang terdiri
dari pembukaan simpanan, setoran, penarikan dan penutupan
simpanan dan Investasi berjangka serta prosedur kehilangan
buku.
D. Kerangka Pembelajaran 1. Kebijakan Penghimpunan Dana
2. Kontrak Penghimpunan Dana
3. Produk Penghimpunan Dana
4. Penghitungan Distribusi Bagi Hasil Simpanan
5. Prosedur Penghimpunan Dana
E. Metoda 1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Brainstorming
4. Penugasan
F. Media/Alat Bantu 1) White Board
2) Kertas Plano
3) LCD Projector
4) Spidol
5) Lembar Soal Bagi Hasil Simpanan dan Bonus Titipan
3
BAB II KEBIJAKAN PENGHIMPUNAN DANA
A. Kebijakan Simpanan 1. Umum
a. LKM-A Gapoktan PUAP dapat menghimpun dana dari
anggota, calon anggota, koperasi lainnya, dan atau
anggotanya dalam bentuk tabungan dan simpanan
berjangka.
b. Tabungan dan simpanan memungkinkan untuk
dikembangkan yang esensinya tidak menyimpang dari
prinsip titipan dan kerjasama modal sesuai dengan
kepentingan dan manfaat yang ingin diperoleh.
c. Perhitungan bagi hasil untuk tabungan dan simpanan
berjangka sesuai pola bagi hasil dilakukan dengan sistem
distribusi pendapatan.
d. Penetapan distribusi pendapatan diperoleh dari perhitungan
saldo rata-rata perklasifikasi dana (titipan, simpanan
berjangka, atau investasi) dibagi total saldo rata-rata seluruh
klasifikasi dana, dikalikan dengan komponen pendapatan
dikalikan porsi bagi hasil/Jasa masing-masing produk
e. LKM-A Gapoktan PUAP harus memiliki standar pelayanan
simpanan yang terdiri dari:
1) Kebijakan porsi bagi hasil simpanan.
2) Kebijakan bagi hasil modal anggota (simpanan pokok
dan simpanan wajib).
3) Kebijakan promosi untuk menarik simpanan dari anggota
dan calon anggota.
4) Kebijakan perlindungan simpanan yang tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
5) Kebijakan prosedur pengaduan untuk menampung
ketidakpuasan penyimpan.
4
2. Ketentuan Simpanan a. Yang dapat menjadi penyimpan dalam LKM-A adalah
perorangan, dan kelompok atau lembaga.
b. Setiap penyimpan harus terlebih dahulu menjadi anggota /
calon anggota.
c. Penyetoran simpanan dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak
harus pemilik simpanan, namun penarikan simpanan harus
dilakukan oleh pemilik yang sah atau dapat dikuasakan
kepada pihak lain dengan disertai surat kuasa.
d. Proses pembukaan, penutupan, kartu simpanan hilang dan,
keluhan dari anggota ditangani/ dikoordinasikan langsung
oleh Staf Layanan Anggota.
e. Sistem dan kebijakan tarif/biaya simpanan diatur sebagai
berikut :
1) Bonus untuk simpanan Titipan tidak diperjanjikan di
awal dengan Anggota, tetapi LKM-A dapat
memberikan bonus sewaktu-waktu sesuai kebijakan
manajemen.
2) Bagi hasil simpanan Kerjasama Modal dihitung
berdasarkan perhitungan distribusi bagi hasil dan akan
dibayarkan pada setiap akhir bulan.
3) Seluruh pembayaran bagi hasil simpanan Kerjasama
Modal akan dikreditkan secara langsung ke dalam
masing-masing rekening simpanan Kerjasama Modal
yang bersangkutan.
4) Simpanan yang selama 1 (satu) tahun atau selama
periode tertentu tidak aktif dengan saldo di bawah atau
sebesar minimal tertentu (akan ditetapkan oleh
pengurus) maka akan ditutup secara otomatis.
5) Rekening Simpanan yang ditutup karena permintaan
anggota akan dikenakan biaya administrasi tutup
rekening sebesar jumlah yang akan ditetapkan oleh
Pengurus/Manajer LKM-A Gapoktan PUAP
6) Besarnya setoran awal untuk masing-masing produk
5
simpanan, serta realisasi setoran selanjutnya akan
ditetapkan oleh Pengurus/ Manajer LKM-A
7) Tanda tangan yang tercantum dalam kartu contoh
tanda tangan (specimen) adalah tanda tangan dari
penyimpan, dan dalam keadaan tertentu penyimpan
dapat menerbitkan surat kuasa penarikan simpanan
kepada pihak lain. Jika LKM-A Gapoktan PUAP tidak
menggunakan data specimen anggota untuk
pelaksanaan verifikasi pembayaran, maka untuk
memastikan keputusan pembayaran harus dimintakan
bukti identitas asli anggota (KTP/SIM).
8) LKM-A Gapoktan PUAP dapat pula mengoptimalkan
pelayanan transaksi keuangan di luar Kantor dengan
cara Manajer LKM-A Gapoktan PUAP dapat menunjuk
petugas untuk melakukan pelayanan transaksi di
lapangan, namun penanganan proses operasional
tetap menjadi tanggung jawab dan harus
dikoordinasikan kepada masing-masing Unit kerja
terkait sesuai proses transaksinya sebagaimana di
atas, dengan tambahan kebijakan sebagai berikut :
a) Transaksi di lapangan atau lokasi pasar harus
sudah di pertanggungjawabkan oleh petugas yang
bersangkutan pada hari yang sama sebelum tutup
Kas. Manajer LKM-A Gapoktan PUAP menetapkan
batas akhir (cut-off) pertanggungjawaban transaksi
lapangan tersebut.
b) Transaksi di lapangan atau lokasi pasar yang sudah
melampaui batas akhir (cut-off)
pertanggungjawabkan (Kas telah ditutup tetapi
petugas masih di lapangan), maka transaksi akan
dilakukan keesokan harinya. Terhadap transaksi
sejenis ini maka Manajer/Pejabat LKM-A Gapoktan
PUAP yang bersangkutan harus melakukan
monitoring dan pengawasan untuk tujuan
6
pengamanan, transaksi dan harta perusahaan yang
dipegang oleh petugas lapangan.
c) Untuk tujuan koordinasi dan keamanan, terhadap
transaksi di lapangan ditetapkan ketentuan sebagai
berikut :
Aparat di lapangan bertanggungjawab penuh
atas seluruh transaksi yang terjadi di lapangan.
Aparat di lapangan dapat diberikan uang modal
untuk transaksi di pasar sesuai dengan kondisi
masing-masing pasar dengan jumlah maksimal
tertentu yang akan ditetapkan tersendiri dalam
surat edaran, Pengurus/Manajer LKM-A
Gapoktan PUAP. Setiap Aparat/Petugas harus
melaporkan mempertanggung jawabkan
penggunaannya sebelum tutup kas pada
Pejabat Kas.
Untuk tujuan pengamanan (kontrol), jumlah
penarikan di atas jumlah tertentu harus
dilakukan, konfirmasi terlebih dahulu sebelum
penarikan kepada pejabat yang berwenang di
Kantor LKM-A Gapoktan PUAP (jumlah
penarikan dan pejabat yang bersangkutan akan
ditetapkan oleh Manajer LKM-A Gapoktan PUAP
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
penutupan Simpanan di lapangan tidak
diperkenankan untuk tujuan koordinasi kerja.
3. Kebijakan Simpanan Lainnya a. Rekening Simpanan Kerjasama Modal dapat dijadikan
sebagai jaminan, dan untuk Rekening Simpanan Kerjasama
Modal yang sebagai jaminan dari dilakukan pemblokiran di
Suku dan Kartu Simpanan atas saldo tersebut sejumlah
saldo yang dijaminkan.
b. Buku dan Kartu Simpanan yang dijaminkan harus diberi/cap
7
"Dijaminkan".
c. Pengembangan produk-produk simpanan dapat disusun dan
dibuat berdasarkan pada kebijakan umum di atas.
d. Produk Simpanan juga dapat dilekatkan pada tujuan
peningkatan kontrol atas pembiayaan, seperti :
1) Digunakan untuk penampungan dana-dana khusus yang
diperoleh dari atau terkait dengan hasil pembiayaan
sehingga dana yang ditampung tersebut dapat
digunakan untuk penyelesaian pembiayaan (escrow
account).
2) Pembentukan Simpanan Resiko Pembiayaan yang
merupakan setoran anggota yang berfungsi, sebagai
Simpanan Cadangan yang tidak dapat ditarik selama
fasilitas pembiayaan belum selesai/lunas. Simpanan ini
akan digunakan untuk menutup kewajiban anggota yang
tertunggak, dan dikembalikan kepada anggota jika
pembiayaan telah lunas.
B. Kebijakan Investasi Berjangka Simpanan berjangka (deposito) adalah simpanan berjangka dari
anggota, calon anggota, koperasi lain dan anggotanya kepada LKM-A
Gapoktan PUAP dengan jangka waktu tertentu antara waktu
penyetoran dan waktu penarikan kembali oleh deposan. Bagi LKM-A
Gapoktan PUAP dana yang diperoleh dari simpanan berjangka ini
harus diperlakukan secara produktif dalam bentuk pembiayaan
kepada anggota, calon anggota dan koperasi lain dan anggotanya
secara profesional. Penempatan dana pihak ke tiga ke dalam
simpanan berjangka ini akan memperoleh pendapatan bagi hasil,
dimana besarnya porsi bagi hasil ditentukan di muka ketika
pembukaan aplikasi simpanan berjangka dilakukan.
Kebijakan, ketentuan dan tata cara yang harus dipatuhi oleh pihak
pengelola simpanan berjangka LKM-A Gapoktan PUAP adalah
sebagai berikut:
1. Simpanan Berjangka yang diterima dari perorangan atau lembaga
8
untuk ditempatkan di dalam Simpanan Berjangka, dibukukan ke
dalam perkiraan Buku Besar Simpanan Berjangka dengan Buku
Pembantu sesuai jenis atau produk Simpanan Berjangka masing-
masing.
2. Besarnya Simpanan Berjangka yang dapat diproses oleh LKM-A
Gapoktan PUAP ditetapkan sebesar jumlah minimal yang akan
ditetapkan oleh Pengurus/Manajer LKM-A
3. Jangka waktu Simpanan Berjangka ditetapkan dalam jangka
waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan, dengan masing-masing porsi bagi
hasil/jasa yang akan ditetapkan tersendiri sesuai surat Edaran
Pengurus/Manajer LKM-A Gapoktan PUAP.
4. Simpanan Berjangka hanya dikeluarkan apabila anggota sudah
menyetujui/menandatangani suatu perjanjian (akad) yang
menyebutkan tanggal jatuh temponya/jangka waktu
pemberitahuan penarikan, porsi bagi hasil, jumlah Simpanan
Berjangka, pembukuan jumlah pokok setelah jatuh tempo, dan
sebagainya termasuk syarat-syarat yang harus dipenuhi Anggota
apabila menempatkan dananya untuk Simpanan Berjangka pada
LKM-A Gapoktan PUAP.
5. Perjanjian ditandatangani anggota pada waktu menempatkan
dananya pada Simpanan Berjangka. Akan tetapi apabila hal itu
tidak memungkinkan karena permohonan Simpanan Berjangka
dilakukan melalui telepon, surat dan sebagainya maka Simpanan
Berjangka dapat dikeluarkan setelah dana untuk pembukaan
tersebut telah diterima secara efektif.
6. Karyawan yang berwenang menerima permohonan Simpanan
Berjangka melalui telepon, surat harus tetap mengisi dan
melengkapi dengan perjanjian untuk setiap Simpanan Berjangka
yang dikeluarkan. Perjanjian harus memberikan data yang terinci
tentang ketentuan-ketentuan/syarat-syarat Simpanan Berjangka
yang akan dibukukan dan diketahui/ ditandatangani oleh Manajer
LKM-A Gapoktan PUAP. Selanjutnya harus ditandatangani oleh
Anggota pada saat yang telah ditentukan.
7. Setiap Simpanan Berjangka yang dituangkan ke dalam formulir
9
Simpanan Berjangka yang mempunyai nomor urut. Formulir yang
belum digunakan dikontrol sama dengan pengontrolan atas
Formulir Khusus, yakni Surat-surat Berharga untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan.
8. Bagi hasil simpanan Berjangka dihitung berdasarkan perhitungan
distribusi bagi hasil dan akan dibayar setiap akhir bulan.
9. Simpanan Berjangka hanya bisa diambil pada saat telah jatuh
tempo sesuai dengan perjanjian, untuk Simpanan Berjangka yang
telah jatuh tempo (tidak diperpanjang secara otomatis dan tidak
ada kesepakatan untuk dipindahkan ke Rekening Simpanan akan
dipindahkan ke perkiraan Titipan Simpanan Berjangka Jatuh
Tempo.
10. Ketentuan untuk pencairan Simpanan Berjangka sebelum jatuh
tempo, ditetapkan antara lain:
a. Pada prinsipnya sebelum jatuh tempo, bilyet Simpanan
Berjangka tidak dapat dicairkan.
b. Apabila ada desakan dari pemilik bilyet Simpanan Berjangka,
maka harus sepengetahuan dan atas persetujuan Manajer
LKM-A Gapoktan PUAP.
C. Kebijakan Bagi Hasil Dalam rangka menarik anggota menjadi calon anggota, LKM-A
Gapoktan PUAP sebaiknya memberikan perbedaan porsi bagi hasil
simpanan untuk anggota dan calon anggota, dengan menetapkan
porsi bagi hasil simpanan untuk anggota lebih tinggi dari porsi bagi
hasil simpanan untuk calon anggota dan anggotanya. Adapun
perhitungan porsi bagi hasil simpanan dilakukan dengan metode
distribusi bagi hasil pendapatan.
10
2.1 Tabel Distribusi bagi hasil
No Produk SRRH Pendapatan Porsi Bagian/porsi Indikasi
Hasil Anggota LKM Anggota LKM ( Index)
A B C D E F G H I 1 Simpati (Sim Petani)
C1 D1 = (C1/CT)*DT E1 F1
G1= E1 X D1
H1 = F1 X D2
I1 =G1XC
2 Sisuka (sukarela) C2 D2 E2 F2 3 Simpena
(berencana) C3 D3 E3 F3
Simpanan Berjangka 4 Sijaka 1 bulan C4 D4 E4 F4 5 Sijaka 3 bulan C5 D5 E5 F5 6 Sijaka 6 bulan C6 D6 E6 F6 7 Dana Penyertaan C7 D7 8 Modal Penyertaaan C8 D8 9 Simpanan Pokok C9 D9
10 Simpanan Wajib C10 D10 Jumlah CT DT
Perolehan bagi hasil:
Perolehan bagi hasil Pemilik
Modal “X” =
saldo rata-rata harian
Pemilik Modal “X” x
porsi pendapatan produk
Kerjasama Modal Bagi Hasil
x Porsi pemilik dana Total saldo rata-rata
harian seluruh dana anggota
11
D. Kebijakan jasa partisipasi dan bagi hasil modal anggota (simpanan pokok dan simpanan wajib) dari SHU
Bagi hasil partisipasi simpanan anggota dari SHU harus
berdasarkan prinsip keadilan koperasi yaitu besarnya
ditetapkan berdasarkan besar kecilnya nilai partisipasi
simpanan anggota kepada koperasinya (LKM-A Gapoktan
PUAP). Metoda perhitungannya sebagai berikut:
Pembagian SHU atas dasar simpanan anggota SHU bagian anggota partisipan “X”
=
nilai partisipasi simpanan “X”
X Bagian SHU atas partisipasi simpanan
Total partisipasi modal (simpanan seluruh anggota)
E. Kebijakan Lain-lain 1. Umum
a. Simpanan berjangka yang dijaminkan sebagai jaminan
pembiayaan harus dilakukan pemblokiran dan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan simpanan tersebut
harus diberikan tanda/cap “Dijaminkan”.
b. Pengembangan produk-produk Simpanan Berjangka
lainnya dapat disusun dan dibuat berdasarkan pada
kebijakan umum di atas.
2. Ketentuan Simpanan Titipan a. Yang dapat menjadi penyimpan/penabung adalah
anggota maupun calon anggota.
b. Kontrak (akad) yang digunakan dalam produk Simpanan
Titipan adalah Titipan Bergulir. Dana yang dititipkan
dalam kontrak ini dapat digulirkan oleh LKM-A kepada
12
anggotanya, dimana pihak LKM-A Gapoktan PUAP
dapat memberikan bonus kepada pemilik dana yang
besarnya ditentukan berdasarkan kebijakan, tetapi tidak
diperjanjikan di awal dengan pemilik dana.
c. Bonus yang diberikan kepada pemilik dana adalah
mengambil porsi pendapatan yang diperoleh LKM-A
Gapoktan PUAP dan diperlakukan sebagai biaya
operasional.
d. Setoran dan penarikan Simpanan Titipan dapat
dilakukan setiap saat pada jam kerja.
e. Anggota yang membuka rekening Simpanan Titipan
akan memperoleh buku tabungan sebagai tanda bukti
transaksinya.
f. Persyaratan pembukaan rekening Simpanan Titipan:
1) Mengisi formulir pembukaan rekening
tabungan/simpanan dan mengisi kartu spesimen
contoh tanda tangan
2) Membawa KTP asli dan fotocopy
3) Setoran awal minimal dan setoran berikutnya yang
telah ditetapkan oleh manajemen
g. Biaya-biaya :
1) Setiap bulan dikenakan biaya administrasi
2) Apabila ada permintaaan penggantian buku atau
penerbitan buku tabungan/simpanan baru
dikarenakan hilang atau habis, dikenakan biaya
3) Bila anggota menutup rekening maka dikenakan biaya
penutupan rekening
13
4) Atas bonus yang diperoleh penabung dikenakan biaya
pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku
h. Form yang digunakan pada produk Simpanan Titipan:
1) Form pembukaan tabungan/simpanan dan kartu
spesimen
2) Slip setoran
3) Slip penarikan
4) Buku simpanan atau tabungan
5) Penutupan rekening
i. Proses administrasi Simpanan Titipan seperti proses
pembukaan, penutupan, penerbitan buku Simpanan
Titipan, buku hilang dan keluhan dari Anggota ditangani
langsung oleh Seksi Layanan Anggota.
j. Sedangkan proses setoran dan pengambilan Simpanan
Titipan ditangani oleh Teller.
k. Tanda tangan yang tercantum dalam spesimen adalah
tanda tangan dari penabung dan penabung dapat
menerbitkan surat kuasa penarikan Simpanan Titipan
kepada pihak lain.
l. Teller diberikan batasan/ limit atas proses pengambilan
Simpanan Titipan, besarnya limit ini ditentukan oleh
Manajer LKM-A Gapoktan PUAP
3. Ketentuan Simpanan Kerjasama Modal
a. Yang dapat menjadi penabung Tabungan/simpanan
Kerjasama Modal adalah Anggota dan calon anggota.
Tabungan/simpanan Kerjasama Modal menggunakan akad
Kerjasama Modal Bagi Hasil, sehingga atas dana
14
Tabungan Kerjasama Modal ini, Anggota selaku pemilik
dana berhak mendapatkan bagi hasil dari LKM-A Gapoktan
PUAP (selaku Pengelola Dana) dimana proporsi porsi bagi
hasil sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan
misalnya Pemilik Dana 20 % LKM-A : 80 %, atau 30%:70%,
dan seterusnya
b. Pembayaran bagi hasil Tabungan Kerjasama Modal
diberikan setiap bulan, secara langsung menambah saldo
rekening tabungan tersebut dan hanya bisa diambil pada
saat tabungan tersebut akan diambil.
c. Jangka waktu Tabungan/simpanan Kerjasama Modal
dibatasi sampai dana tersebut oleh akan digunakan oleh
Anggota.
d. Tabungan/simpanan Kerjasama Modal tidak bisa ditarik
kecuali pada jangka waktu sesuai perjanjian atau dalam
keadaan yang sangat mendesak (darurat).
e. Anggota yang membuka rekening Tabungan/simpanan
Kerjasama Modal akan memperoleh buku tabungan
sebagai tanda bukti transaksinya.
f. Persyaratan pembukaan rekening Tabungan/simpanan
Kerjasama Modal Bagi Hasil:
1) Mengisi formulir pembukaan rekening
tabungan/simpanan dan mengisi kartu spesimen contoh
tanda tangan
2) Membawa KTP asli dan fotocopy
3) Setoran awal minimal setoran selanjutnya sesuai
ketentuan
g. Biaya-biaya :
1) Setiap bulan dikenakan biaya administrasi
15
2) Apabila ada permintaaan penggantian buku atau
penerbitan buku tabungan/simpanan baru dikarenakan
hilang atau habis, dikenakan biaya
3) Bila anggota menutup rekening maka dikenakan biaya
penutupan rekening
4) Atas bagi hasil yang diperoleh penabung dikenakan
biaya pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku
h. Form yang digunakan pada produk Tabungan/simpanan
Kerjasama Modal Bagi Hasil:
1) Form pembukaan tabungan/simpanan dan kartu
spesimen
2) Slip setoran
3) Slip penarikan
4) Buku tabungan
5) Penutupan rekening
i. Proses administrasi Tabungan/simpanan Kerjasama
Modal seperti proses pembukaan, penutupan, penerbitan
buku Tabungan/simpanan Kerjasama Modal Bagi Hasil,
buku hilang dan keluhan dari Anggota ditangani langsung
oleh Seksi Layanan Anggota.
j. Sedangkan proses setoran dan pengambilan
Tabungan/simpanan Kerjasama Modal ditangani oleh
Teller.
k. Tanda tangan yang tercantum dalam spesimen adalah
tanda tangan dari penabung dan penabung dapat
menerbitkan surat kuasa penarikan Tabungan Kerjasama
Modal kepada pihak lain
16
l. Teller diberikan batasan/ limit atas proses pengambilan
Tabungan Kerjasama Modal Bagi Hasil, besarnya limit ini
ditentukan oleh Manajer LKM-A Gapoktan PUAP
4. Ketentuan Simpanan Berjangka Kerjasama Modal
a. Simpanan berjangka menggunakan kontrak atau akad
Kerjasama Modal Tidak Bersyarat, dimana atas dana
simpanan berjangka dari Anggota selaku Pemilik Modal
berhak mendapatkan bagi hasil dari LKM-A Gapoktan
PUAP selaku Pengelola Dana dimana proporsi porsi bagi
hasilnya disesuaikan dengan produk jangka waktu
simpanan berjangka yang diambil.
b. Porsi bagi hasil simpanan berjangka yang ada di LKM-A
Gapoktan PUAP berdasarkan jangka waktu simpanan,
dimana produk simpanan berjangka 1 bulan dengan 6
bulan berbeda. Misalnya :
1) Produk 1 bulan :30 % Pemilik Modal, 70% LKM-A 2) Produk 3 bulan :40 % Pemilik Modal, 60% LKM-A 3) Produk 6 bulan :50 % Pemilik Modal, 50% LKM-A 4) Produk 12 bulan: 60% Pemilik Modal,40 % LKM-A
c. Penarikan simpanan berjangka tidak bisa dilakukan setiap
saat tetapi berdasarkan jangka waktu yang telah disepakati.
d. Bagi hasil diberikan setiap bulan dimana pembayarannya
bisa dilakukan secara tunai maupun secara pindah buku ke
rekening atas nama Anggota yang bersangkutan.
e. Perhitungan bagi hasil Kerjasama Modal untuk produk ini
menggunakan metode revenue sharing atau bagi
pendapatan, dimana bagi hasil dihitung dari total
17
pendapatan atas pengelolan dana Kerjasama Modal
tersebut.
f. Simpanan berjangka dapat digunakan sebagai jaminan
g. Si pemilik rekening memperoleh Bilyet simpanan berjangka
dan yang berwenang untuk menandatangani bilyet tersebut
adalah Manajer LKM-A Gapoktan PUAP dan Kabag
Operasional/Head Teller.
h. Pencairan Simpanan berjangka hanya dapat dilakukan
pada saat jatuh tempo dan Anggota harus membawa bilyet
simpanan asli disaat akan melakukan pencairan.
i. Bila ada pemilik rekening simpanan berjangka yang ingin
mencairkan rekeningnya sebelum jatuh tempo (untuk
kondisi tertentu misalnya untuk kebutuhan yang sangat
mendesak) maka dapat difasilitasi dengan pinjaman tanpa
imbalan (bunga/bagi hasil/jasa) dimana jangka waktunya
sama dengan tanggal jatuh tempo rekening simpanan
berjangkanya. Terhadap pinjaman pinjaman tanpa imbalan
(bunga/bagi hasil/jasa) tersebut pihak LKM-A Gapoktan
PUAP tidak diperbolehkan menetapkan fee kepada
Anggota, tetapi bila Anggota tersebut memberikan
kelebihan, LKM-A Gapoktan PUAP boleh menerima
kelebihan tersebut dan dibukukan sebagai pendapatan
operasional lainnya.
j. Yang bisa menjadi pemilik rekening simpanan berjangka
bisa perorangan maupun dalam bentuk lembaga dengan
persyaratan sebagai berikut :
1) Mengisi formulir permohonan pembukaan rekening
simpanan berjangka
2) Mengisi kartu spesimen
18
3) Membawa KTP asli dan fotocopy
4) Jumlah simpanan minimal
k. Simpanan Berjangka yang diterima dari perorangan atau
Badan Usaha untuk ditempatkan di dalam Simpanan
Berjangka, dibukukan ke dalam perkiraan Buku Besar
Simpanan Berjangka dengan Buku Pembantu sesuai jenis/
produk Simpanan Berjangka masing-masing.
l. Simpanan Berjangka hanya dikeluarkan apabila calon
penyimpan sudah menyetujui/menandatangani suatu
kontrak yang menyebutkan tanggal jatuh temponya/jangka
waktu pemberitahuan penarikan, porsi bagi hasil, Jumlah
Simpanan Berjangka, pembukuan jumlah pokok/ principal
setelah jatuh tempo, cara-cara pembayaran bagi hasil dan
sebagainya termasuk syarat-syarat yang harus dipenuhi
penyimpan apabila menempatkan dananya untuk
Simpanan Berjangka pada LKM-A Gapoktan PUAP.
m. Kontrak ditandatangani penyimpan pada waktu
menempatkan dananya pada Simpanan Berjangka, Akan
tetapi apabila hal itu tidak memungkinkan karena
permohonan Simpanan Berjangka dilakukan melalui
telepon, telex, surat dan sebagainya maka Simpanan
Berjangka dapat dikeluarkan setelah dana untuk
pembukaan tersebut telah diterima secara efektif.
n. Karyawan yang berwenang menerima permohonan
Simpanan Berjangka melalui telepon, telex dan sebagainya
harus tetap mengisi dan meiengkapi dengan kontrak untuk
setiap Simpanan Berjangka yang dikeluarkan. Kontrak
harus memberikan data yang terinci tentang ketentuan-
ketentuan syarat-syarat Simpanan Berjangka yang akan
19
dibukukan dan diparaf/diketahui oleh Pejabat yang
berwenang. Selanjutnya harus ditandatangani oleh si
pemilik rekening/penyimpan pada saat yang telah
ditentukan/diperjanjikan.
20
BAB III KONTRAK PENGHIMPUNAN DANA
A. Kontrak Komersil Kontrak komersil dapat diartikan sebagai kontrak kerjasama
yang mensyaratkan adanya pembagian hasil terhadap
penggunaan dana/modal yang disimpan atau diinvestasikan
dengan kata lain kontrak ini dapat dikatakan sebagai kontrak
bagi hasil. Kontrak komersil dalam operasional LKM-A
Gapoktan PUAP dibagi menjadi :
1. Simpanan Kerjasama Modal a. Definisi
Kerjasama Bagi Hasil adalah kontrak kerjasama
usaha/perniagaan antara pihak pemilik dana debagai
pihak yang menyediakan modal dana sebesar 100%
dengan pihak pengelola dana, untuk diusahakan
dengan porsi keuntungan akan dibagi bersama (porsi)
sesuai dengan kesepakatan dimuka dari keduabelah
pihak. Sedangkan kerugian (jika ada) akan ditanggung
Pemilik Modal , kecuali jika diketemukan adanya
kelalaian atau kesalahan oleh pihak pengelola dana,
seperti penyelewengan, kecurangan, dan
penyalahgunaan dana.
b. Tahapan :
1) Pihak yang berakad:
a) Pemilik Modal
b) Pengelola Modal
21
2) Obyek yang diakadkan :
a) Modal
b) Kegiatan Usaha/Kerja
c) Keuntungan
3) Akad (transaksi serah terima):
a) Serah
b) Terima
c. Syarat Kerjasama Modal Bagi Hasil:
1) Pihak yang berakad, keduabelah pihak harus
mempunyai kemampuan dan kemauan untuk
bekerjasama Modal Bagi Hasil
2) Obyek yang diakadkan:
a) Harus dinyatakan dalam jumlah/nominal yang
jelas
b) Jenis pekerjaan yang dibiayai, dan jangka waktu
kerjasama pengelolaan dananya
c) Porsi pembagian keuntungan telah disepakati
bersama, dan ditentukan tata cara
pembayarannya.
3) Akad:
a) Pihak-pihak yang berakad harus jelas dan
disebutkan
b) Materi akad yang berkaitan dengan modal,
kegiatan usaha/kerja dan porsi telah disepakati
bersama saat perjanjian (akad)
c) Resiko usaha yang timbul dari proses kerjasama
ini harus diperjelas pada saat transaksi atau ijab
qabul, yakni bila terjadi kerugian usaha maka
22
akan ditanggung oleh Pemilik Modal dan
pengelola tidak mendapatkan keuntungan dari
usaha yang telah dilakukan
d) Untuk memperkecil resiko terjadinya kerugian
usaha, Pemilik Modal dapat menyertakan
persyaratan kepada pengelola dalam
menjalankan usahanya dan harus disepakati
secara bersama
d. Akad kerjasama Kerjasama Modal dibedakan dalam
2 jenis:
a) Kerjasama Modal Tidak Bersyarat, akad ini
adalah perjanjian Kerjasama Modal yang tidak
mensyaratkan perjanjian tertentu (investasi tidak
terikat), misalnya dalam penyerahan si Pemilik
Modal tidak mensyaratkan kegiatan usaha apa
yang harus dilakukan dan ketentuan-ketentuan
lainnya, yang pada intinya memberikan
kebebasan kepada pengelola dana untuk
melakukan pengelolaan investasinya.
2) Kerjasama Modal Bersyarat, akad ini
mencantumkan persyaratan-persyaratan tertentu
yang harus dipenuhi dan dijalankan oleh si
pengelola dana yang berkaitan dengan tempat
usaha, tata cara usaha, dan obyek investasinya
(investasi yang terikat).
Sebagai contoh pengelola dana dipersyaratkan
dalam kerjasama untuk melakukan hal-hal sebagai
23
berikut:
a) Tidak mencampurkan dana Kerjasama Modal
yang diterima dengan dana lainnya
b) Tidak melakukan investasi pada kegiatan
usaha yang bersifat sistem jual beli cicilan,
tanpa adanya penjamin dan atau tanpa jaminan
c) Pengelola dana harus melakukan sendiri
kegiatan usahanya dan tidak diwakilkan kepada
pihak ketiga.
2. Titipan a. Definisi
Titipan dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum
yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si pemilik
menghendaki.
b. Rukun Titipan :
1) Pihak yang berakad atau bertransaksi
a) Orang yang menitipkan
b) Orang yang dititipi barang
2) Obyek yang diakadkan
a) Barang yang dititipkan (Titipan)
3) Akad (transaksi serah terima)
a) Serah
b) Terima
c. Syarat Titipan :
1) Pihak yang berakad
a) Cakap hukum
b) Sukarela tidak dalam keadaaan dipaksa/
terpaksa dibawah tekanan
24
2) Obyek yang dititipkan merupakan milik mutlak si
pemilik
3) Jelas apa yang dititipkan dan tidak mengandung
persyaratan-persyaratan lain
d. Jenis Titipan :
1) Titipan tanpa jaminan
a) Pihak yang dititipi tidak diperbolehkan
memanfaatkan barang yang dititipkan
b) Pada saat titipan dikembalikan, barang yang
dititipkan berada dalam kondisi yang sama pada
saat dititipkan
c) Jika barang yang dititipkan mengalami
kerusakan selama masa penitipan maka pihak
yang menerima titipan tidak dibebani
tanggungjawab.
d) Sebagai imbalan atas tanggung jawab
pemeliharaaan titipan, pihak yang menerima
titipan dapat meminta biaya penitipan.
2) Titipan dengan jaminan
a) Penerima titipan diperbolehkan memanfaatkan
dan berhak mendapat keuntungan dari titipan.
b) Penerima titipan bertanggung jawab atas titipan,
bila terjadi kerusakan atau kehilangan.
c) Keuntungan yang diperoleh pihak yang
menerima titipan dapat diberikan sebagian
kepada yang menitipkan sebagai bonus dengan
syarat tidak diperjanjikan sebelumnya.
25
B. Kontrak Non Komersil Kontrak Non Komersil dapat diartikan sebagai sebuah
kerjasama antara pemilik dana dengan LKM-A Gapoktan
PUAP, dimana pemilik dana atau barang mempercayakan
kepada LKM-A Gapoktan PUAP tanpa menuntut syarat
pembagian bagi hasil atau kelebihan dana yang dititipkan.
LKM-A Gapoktan PUAP harus menjaga titipan yang
diamanahkan kepadanya dan dapat dikembalikan kapan saja
bila si pemilik dana menghendakinya.
Ketentuan Kerjasama Non Komersil :
1. Orang yang menitipkan cakap hukum
2. Orang yang menerima titipan cakap hukum
3. Objek yang diditipkan dimiliki secara penuh oleh penitip
4. Akad kerjasama penitipan
5. Sukarela
6. Serah terima objek yang dikerjasamakan
7. Terima
26
BAB IV PRODUK PENGHIMPUNAN DANA
A. Simpanan Kerjasama Modal
1. Aplikasi layanan
a. Penyertaan modal
Berasal dari Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib
dari anggota, dimana atas penyertaan dana tersebut
anggota memperoleh SHU. Penyertaan modal dari
anggota/lembaga menggunakan akad Kerjasama
Usaha artinya anggota menyerahkan sepenuhnya
penyertaan dana modal tersebut kepada LKM-A
Gapoktan PUAP untuk dikelola, dan anggota
bersepakat memilih pengelola diantara mereka.
Kontrak yang digunakan :
1) Terhadap dana penyertaan modal sepenuhnya
menggunakan akad Kerjasama Modal Tidak
Bersyarat dengan sistem “Profit and Lost Sharing”
atau berbagi hasil dan berbagi kerugian/resiko.
2) Anggota selaku pemilik modal menyerahkan
sepenuhnya kepada LKM-A Gapoktan PUAP
selaku Pengelola Dana, untuk mengelola dana
tersebut secara profesional dan diinvestasikan
pada usaha-usaha yang menguntungkan dan
sesuai dengan aturan agama dan negara
3) Penetapan bagi hasil dengan menggunakan
metode perhitungan profit sharing, dalam artian
SHU yang diterima oleh Koperasi atas penyertaan
modal tersebut adalah metode bagi laba sehingga
27
pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi
dengan beban dan biaya-biaya atas pengelolaan
dana modal tersebut.
4) Penetapan porsi bagi hasil Kerjasama Modal
disepakati di awal antara pihak Koperasi dengan
LKM-A Gapoktan PUAP.
5) Selaku Pengelola Dana, LKM-A Gapoktan PUAP
setiap saat harus memberikan informasi secara
transparan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
perkembangan usaha dalam bentuk laporan
keuangan secara kontinyu kepada Anggota.
b. Investasi Tidak Terikat. Berasal dari Simpanan Berjangka anggota/calon
anggota, dimana atas investasi dana tersebut
anggota/calon anggota memperoleh bagi hasil.
Investasi dari anggota dan calon anggota
menggunakan akad Kerjasama Modal Tidak
Bersyarat artinya anggota/calon anggota
menyerahkan sepenuhnya investasi dana tersebut
kepada LKM-A Gapoktan PUAP untuk dikelola.
Kontrak yang digunakan :
1) Terhadap dana penyertaan modal sepenuhnya
menggunakan akad Kerjasama Modal Tidak
Bersyarat dengan sistim “Revenue Sharing” atau
berbagi hasil pendapatan.
2) Anggota/calon anggota selaku Pemilik Modal
menyerahkan sepenuhnya kepada LKM-A
Gapoktan PUAP selaku Pengelola Dana, untuk
28
mengelola dana tersebut secara profesional dan
diinvestasikan pada usaha-usaha yang
menguntungkan dan sesuai dengan aturan
agama dan negara.
3) Penetapan bagi hasil dengan menggunakan
metode perhitungan revenue sharing, dalam
artian bagi hasil yang diterima oleh
anggota/calon anggota atas investasi dana
tersebut adalah metode bagi pendapatan.
4) Penetapan porsi bagi hasil Kerjasama Modal
disepakati diawal antara pihak anggota/calon
anggota dengan LKM-A Gapoktan PUAP.
c. Investasi Terikat. Berasal dari Fasilitas Investasi Terikat dari
anggota/calon anggota, dimana atas investasi
dana tersebut anggota/calon anggota memperoleh
bagi hasil. Investasi dari anggota dan calon
anggota menggunakan akad Kerjasama Modal
Bersyarat artinya anggota/calon anggota
menyerahkan investasi dana tersebut kepada LKM-
A Gapoktan PUAP untuk dikelola dengan beberapa
persyaratan tertentu.
Akad Yang Digunakan :
1) Terhadap dana penyertaan modal sepenuhnya
menggunakan akad Kerjasama Modal Bersyarat
dengan sistim “Revenue Sharing” atau berbagi
hasil pendapatan.
29
2) Anggota/calon anggota selaku Pemilik Modal
menyerahkan sepenuhnya kepada LKM-A
Gapoktan PUAP selaku Pengelola Dana, untuk
mengelola dana tersebut secara profesional dan
diinvestasikan pada usaha-usaha yang
menguntungkan dan sesuai syariah.
3) Penetapan bagi hasil dengan menggunakan
metode perhitungan revenue sharing, dalam
artian bagi hasil yang diterima oleh
anggota/calon anggota atas investasi dana
tersebut adalah metode bagi pendapatan.
4) Penetapan porsi bagi hasil Kerjasama Modal
disepakati di awal antara pihak anggota/calon
anggota dengan LKM-A Gapoktan PUAP.
B. Titipan
Dana titipan berasal dari Simpanan/Tabungan
anggota/calon anggota, menggunakan kontrak atau akad
Titipan Bergulir artinya LKM-A Gapoktan PUAP dapat
mengelola dana tersebut, tetapi jika anggota akan menarik
dananya maka harus selalu tersedia. LKM-A Gapoktan PUAP
boleh memberikan bonus kepada penyimpan dengan syarat
tidak diperjanjikan dimuka.
C. Penentuan Produk Penghimpunan Dana
Penentuan produk oleh suatu LKM-A Gapoktan PUAP
disamping ditentukan oleh pilihan akad/kontrak juga akan
sangat ditentukan oleh jenis strategi pemasaran yang di pilih
oleh LKM-A Gapoktan PUAP. Salah satu strategi yang dapat
30
digunakan aladah dengan menggunakan STP (Segmenting, Targeting, Posisioning). LKM-A Gapoktan PUAP yang beroperasi dalam suatu pasar,
selalu menyadari bahwa pada hakikatnya mereka tidak dapat
melayani seluruh pelanggan yang ada di pasar tersebut.
Pelanggan terlalu banyak, sangat terpencar, dan mempunyai
keanekaragaman dalam tuntutan pelayanannya. Sementara itu,
mungkin pesaing memiliki posisi yang lebih baik dalam
melayani beberapa segmen pasar tertentu, sehingga LKM-A
Gapoktan PUAP sendiri akhirnya merasa lebih baik
menentukan bagian segmen pasar yang mana yang akan
dimasukinya secara efektif. Salah satu strategi utama dari
pemasaran strategik untuk menangani hal tersebut adalah
langkah-langkah pemasaran STP yaitu Segmenting, Targeting dan Positioning. 1. Segmenting (Penentuan Segmen Pasar)
Pasar terdiri dari para anggota nasabah, dan setiap anggota
nasabah berbeda satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat
berupa keinginan, sumber daya, lokasi, perilaku maupun
praktek-praktek yang ingin dilayaninya. Hal-hal tersebut
dapat digunakan sebagai dasar untuk memisah-misahkan
pasar dalam kelompok-kelompok, sehingga LKM-A dapat
menganalisa semua karakter para kelompok pasar. Adapun
dasar-dasar yang dapat digunakan untuk mensegmentasi
pasar yaitu:
a. Segmentasi demografis, segmentasi jenis ini
memisahkan pasar kedalam kelompok-kelompok yang
didasarkan pada variabel demografis seperti: Umur;
31
kebutuhan dan selera yang muda berbeda dengan yang
tua Jenis kelamin; pria dan wanita akan berbeda
seleranya penghasilan; karena faktor daya beli.
b. Segmentasi geografis, segmentasi ini didasarkan pada :
iklim; ada yang bertempat di iklim tropis, ada di iklim
dingin dataran; ada yang dipegunungan, ada yang
dipesisir, Segmentasi psikologi, segmentasi yang
didasarkan pada : kelas sosial; ada yang tinggi, ada
yang rendah gaya hidup; ada yang royal, ada yang tidak
berkepribadian; ada juga yang intelek.
Adapun prosedur untuk segmentasi pasar ini adalah:
Pertama; Tahap survey, peneliti pasar membuat wawancara
informal dengan individu atau kelompok untuk
mendapatkan wawasan tentang motivasi, sikap
dan perilaku mereka.
Kedua; Tahap analisis, peneliti mulai memisahkan pasar
menjadi kelompok-kelompok pasar sesuai dengan
karakternya masing-masing.
Ketiga; Tahap penyusunan profil, masing-masing
kelompok disusun profilnya kemudian diberi nama
berdasarkan karakteristik khasnya yang dominan.
2. Targeting (Penentuan Target Pasar)
Sebagai hasil evaluasi dari berbagai segmen pasar,
perusahaan sekarang harus menentukan target yang mana
dan berapa banyak segmen yang akan dimasuki. Ada lima
32
pola yang dapat dipertimbangakan perusahaan dalam
menentukan target pasar, lima pola tersebut adalah:
Konsentrasi pada segmen tunggal, perusahaan hanya
memilih satu segmen sebagai pasarnya. Keuntungannya
adalah perusahaan dapat melakukan penghematan melalui
spesialisasi operasional, distribusi dan promosinya.
Kelemahanya resiko rugi apabila selera segmen yang dituju
berubah, atau ada perusahaan lain yang ikut menggarapi
segmen khusus ini.
Spesialisasi selektif, perusahaan memilih sejumlah segmen
yang masing-masing segmen tidak ada hubungannya.
Keuntungannya adalah penyebaran resiko perusahaan, jadi
apabila segmen yang satu sudah tidak menarik, segmen
yang lain masih menghasilkan profit.
Spesialisasi produk, disini perusahaan memusatkan diri
dalam pembuatan suatu produk tertentu yang dijualnya
kepada beragam kelompok anggota nasabah. Resiko yang
merugikan timbul apabila ada produk sejenis dengan
teknologi baru.
Spesialisasi pasar, disini perusahaan memusatkan diri untuk
melayani berbagai kebutuhan dari suatu kelompok pasar
tertentu. Resiko ruginya apabila kelompok pasar tertentu
tersebut berubah selera atau mengurangi anggaran
belanjanya.
Peliputan pasar secara penuh, disini perusahaan berusaha
melayani semua kelompok pelanggan dengan semua produk
yang mungkin dibutuhkan. Untuk menerapkan pola ini, hanya
perusahaan yang besar yang dapat melakukannya.
33
3. Positioning (Penentuan Posisi Pasar)
Bagi setiap segmen yang ingin dimasuki oleh perusahaan,
perlu dikembangkan suatu strategi penempatan produk. Hal
ini penting untuk membentuk persepsi atau tanggapan
konsumen mengenai posisi yang dipegang setiap produk
dipasaran. Tugas penentuan posisi meliputi tiga langkah
yang meliputi : mengenali keunggulan bersaing yang dapat
dimanfaatkan, memilih keunggulan bersaing yang tepat, dan
secara efektif memberikan isyarat kepada pasar tentang
konsep penetuan posisi produk yang diharapkan.
Penerapan strategi pemasaran STP ini lebih bersifat
membantu LKM-A Gapoktan PUAP dalam menentukan
segmen pasar yang akan dituju dan menciptakan persepsi
yang diinginkan oleh perusahaan dari konsumen mengenai
produknya.
Berdasarkan penentuan strategi STP yang digunakan oleh
LKM-A Gapoktan PUAP, maka LKM-A Gapoktan PUAP
dapat menentukan produk sesuai dengan STP nya, misalkan
kalau sasarannya ibu-ibu petai maka LKM-A Gapoktan
PUAP dapat menentukan produk simanis (Simpanan
Masyarakat petani sejahtera) adalah produk simpanan yang
segmennya adalah rumah tangga dan akadnya bisa
menggunakan bagi hasil keuntungan atau kerjasama modal,
Simapanan Berjangka Hari Raya adalah produk simpanan
dengan segmen yang luas dan biasa menggunakan akad
bagi hasil keuntungan berjangka.
34
BAB V PENGHITUNGAN DISTRIBUSI
BAGI HASIL
A. Distribusi Bagi Hasil Simpanan Kerjasama Modal
1. Pengantar
Salah satu kewajiban yang harus diberikan oleh LKM-A
Gapoktan PUAP kepada anggotanya adalah pemberian
bagi hasil terhadap simpanan yang diterima oleh LKM-A
Gapoktan PUAP. Untuk melaksanakan kewajiban tersebut
diperlukan suatu konsep tertentu yang kemudian dalam
pemberian kewajiban tersebut yang merupakan hak
anggota supaya adil dan tidak bertentangan dengan
konsep syariah. Konsep yang dipakai dalam proses
pelaksanaan kewajiban ini adalah konsep bagi hasil yang
tentunya harus disesuaikan dengan akad yang digunakan
dalam setiap produk simpanan yang dikeluarkan oleh
setiap LKM-A Gapoktan PUAP. Sebelum kita membahas
secara detil langkah dan proses penghitungan bagi hasil
simpanan tersebut alangkah lebih baiknya kalau kita
membahas prinsip yang mendasari dan prinsip ini harus
dilaksanakan sebagai upaya dalam pelaksanaan konsep
keadilan yang mendasari pelaksanaan konsep bagi hasil
simpanan tersebut.
2. Pengertian
a. Prinsip adalah sesuatu yang harus ada dalam proses
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan apabila
35
kurang atau tidak ada akan mengurangi nilai atau
eksistensinya.
b. Bagi hasil adalah tata cara pembagian hasil usaha
antara pemilik dana dengan pengelola dana dalam hal ini
LKM-A dalam kegiatan kerjasama
3. Prinsip-Prinsip Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil disini dimaksud adalah beberapa hal yang
harus ada dan atau dipenuhi seseorang melakukan
kegiatan kerjasama dengan orang lain yang menggunakan
kontrak Kerjasama Modal. Dan pengertian ini dimaksudkan
agar semua pihak yang melakukan kegiatan kerjasama
dengan kontrak Kerjasama Modal agar masing-masing
berusaha memenuhi prinsip-prinsip di bawah ini agar
kerjasama tersebut memenuhi harapan dan memuaskan
kedua belah pihak dan diridloi oleh Pencipta.
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Keadilan
b. Peningkatan prestasi
c. Kebersamaan dan tolong menolong
d. Keterbukaan
e. Tanggungjawab
f. Pemenuhan rukun dan syarat.
4. Penghitungan Bagi Hasil Simpanan Disamping menggunakan pendekatan dan langkah
penghitungan diatas, untuk lebih memudahkan proses
36
penghitungan ada cara lain yaitu dengan penggunaan
pendekatan tabel distribusi. Berikut dibawah ini akan
dibahas langkah perhitungan bagi hasil simpanan dengan
akad bagi hasil keuntungan yang menggunakan
pendekatan tabel distribusi.
37
5.2 TABEL DISTRIBUSI PENDAPATAN
No Produk SRRH Pendapatan Porsi Bagian/porsi Indikasi Hasil
Anggota LKM Anggota LKM ( Index) A B C D E F G H I 1 Simpati (Sim Petani) C1 D1=(C1/CT)*DT E1 F1 G1=E1XD1 H1=F1X D1 I1=G1XC 2 Sisuka (Sukarela) C2 D2 E2 F2 3 Simpena (Berencana) C3 D3 E3 F3 4 Sijaka 1 bulan C4 D4 E4 F4 5 Sijaka 3 bulan C5 D5 E5 F5 6 Sijaka 6 bulan C6 D6 E6 F6 7 Dana Penyertaan C7 D7 8 Modal Penyertaaan C8 D8 9 Simpanan Pokok C9 D9
10 Simpanan Wajib C10 D10 Jumlah CT DT
Keterangan : C : dari tabel perhitungan saldo rata-rata DT : dari pos pendapatan pada laporan hasil usaha D : dihitung dari rumus ---- D = (C/CT) x DT ( CT = Total Saldo rata-rata dan DT total laba Kotor) E : Porsi untuk anggota yang telah ditetapkan F : Porsi untuk LKM yang telah ditetapkan G : Bagian (porsi) anggota ---- G = D x E H : Bagian (porsi) LKM ---- H = D x F I : Indikasi Hasil ( Index) ---- I = G/C
38
Contoh menurut catatan saldo rata-rata bulanan LKM-A Gapoktan PUAP Tani Maju per bulan Nopember 2011 sebagai berikut :
Simpati (Sim Petani) : Rp. 5,500,000.00 Sisuka (sukarela) : Rp. 3,500,000.00 Simpena (berencana) : Rp. 2,000,000.00 Sijaka 1 bulan : Rp. 2,000,000.00 Sijaka 3 bulan : Rp. 1,000,000.00 Sijaka 6 bulan : Rp. 2,000,000.00 Dana Penyertaan : Rp. 3,000,000.00 Modal Penyertaaan : Rp. 2,000,000.00 Simpanan Pokok : Rp. 3,000,000.00 Simpanan Wajib : Rp. 2,000,000.00 Jumlah : Rp. 26,000,000.00
Catatan kartu kotrak kerjasama modal atas nama Pak Acim
sebagai berikut : Tanggal Kode Mutasi Saldo Validasi
01-11-2011 01 100.000 100.000 10-11-2011 01 75.000 175.000 15-11-2011 02 30.000 145.000 26-11-2011 01 15.000 160.000 30-11-2011 01 155.000 315.000
Pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan bulan tersebut
sebesar Rp. 2.000.000; Hitunglah bagi hasil simpanan Pak Acim
1. Hitung rata-rata saldo simpanan setiap anggota
Jangka waktu mengendapnya dana x saldo simpanan Jumlah hari bulan bersangkutan – 1
Saldo rata-rata penyimpan “ Acim” Nov KETERANGAN SALDO HARI HITUNGAN
01 Buka Rek. Rp.100.000 100.000,- 9 9 x 100.000,- 900.000,-
10 Setor Rp. 75.000 175.000,- 5 3 x 175.000,- 525.000,- 15 Tarik Rp. 30.000 145.000,- 11 11 x 145.000,- 1.595.000,- 26 Setor Rp. 15.000 160.000,- 4 4 x 160.000,- 640.000,- 30 Setor Rp. 155.000 315.00,- 0 0 x 315.000,- 0,-
TOTAL 3.660.000,- SRRH 126,206.90
SRRH : saldo rata-rata harian
2. Hitungan rata-rata saldo bulanan setiap produk simpanan,
Dihitung dengan menggunakan : Tabel Perhitungan Saldo
39
Rata-rata, Hasil tersebut dipindah pada Form 1 kolom C
selanjutnya hasil tersebut dijumlah untuk mengetahui total rata-
rata saldo (CT)
Aktivitas kolom C.
3. Hitung rata-rata saldo bulanan seluruh simpanan dan modal
(termasuk simpanan pokok khusus, pokok dan wajib serta
modal penyertaan)
Dalam contoh soal : Rp. 26.000.000,-
4. Hitung total pendapatan pembiayaan dan distribusi
pendapatan setiap produk simpanan.
5. Hitung total pendapatan dapat diketahui dari neraca bulanan.
Dalam contoh soal : Rp. 2.000.000,- dan dipindahkan pada
kolom D Total (DT)
Hitung distribusi pendapatan setiap produk simpanan dengan
rumus : Dn = (Cn/Ct) x DT (Aktivitas kolom D)
6. Hitung pendapatan bagian anggota dan BMT untuk tiap produk
simpanan sesuai dengan porsi bagi hasil yang telah ditetapkan
dengan rumus : Untuk anggota : G = D x E,
Untuk BMT : H = D x F (Aktivitas kolom G & H)
7. Hitung indikasi hasil bagian nasabah untuk setiap jenis
simpanan dengan rumus :
In = Gn/Cn (Aktivitas kolom I)
8. Hitung bagi hasil untuk setiap anggota penyimpan untuk setiap
jenis produk simpanan.
40
Pendapatan Bagi Hasil Anggota = Saldo Rata-rata Simpanan
Anggota x Indikasi Pendapatan
Perhitungan bagi hasil simpanan mudharabah untuk Pak Acim
adalah sebagai berikut :
Dari Form 1 kolom terakhir (index hasil tabungan) diperoleh angka
0,0308
Maka Pak Acim memperoleh bagi hasil sebesar :
Rp. 126,206.90 x 0.06154 = Rp. 7,766.77
41
5.3 Tabel Hitungan Distribusi Pendapatan dan Bagi Hasil
No Produk SRRH Pendapata Porsi Bagian/porsi Indikasi
Hasil Anggota LKM Anggota LKM ( Index)
A B C D E F G H I 1 Simpati (Sim Petani) 5,500,000.00 423,076.92 80% 20% 338,461.54 84,615.38 0.061538462 2 Sisuka (sukarela) 3,500,000.00 269,230.77 75% 25% 201,923.08 67,307.69 0.057692308 3 Simpena
(berencana) 2,000,000.00 153,846.15 75% 25% 115,384.62 38,461.54 0.057692308
4 Sijaka 1 bulan 2,000,000.00 153,846.15 75% 25% 115,384.62 38,461.54 0.057692308 5 Sijaka 3 bulan 1,000,000.00 76,923.08 68% 32% 52,307.69 24,615.38 0.052307692 6 Sijaka 6 bulan 2,000,000.00 153,846.15 75% 25% 115,384.62 38,461.54 0.057692308 7 Dana Penyertaan 3,000,000.00 230,769.23 230,769.23 8 Modal Penyertaaan 2,000,000.00 153,846.15 153,846.15 9 Simpanan Pokok 3,000,000.00 230,769.23 230,769.23
10 Simpanan Wajib 2,000,000.00 153,846.15 153,846.15 Jumlah 26,000,000.00 2,000,000.00 938,846.15 1,061,153.85
Keterangan : C : dari tabel perhitungan saldo rata-rata DT : dari pos pendapatan pada laporan hasil usaha D : dihitung dari rumus ---- D = (C/CT) x DT ( CT = Total Saldo rata-rata dan DT total laba Kotor) E : Porsi untuk anggota yang telah ditetapkan F : Porsi untuk BMT yang telah ditetapkan G : Bagian (porsi) anggota ---- G = D x E H : Bagian (porsi) BMT ---- H = D x F I : Indikasi Hasil ( Index) ---- I = G/C
42
Contoh perhitungan bagi hasil Simpanan Berjangka dengan
kontrak/akad Kerjasama Modal
Bu Lela menempatkan dananya dalam simpanan Berjangka
Kerjasama Modal dengan jangka waktu 1 bulan di LKM-A
Gapoktan PUAP pada tanggal 1 September 2011, sebesar
Rp.10.000.000,-
a) Saldo rata-rata harian Bu Lela pada bulan September 2011
adalah: Rp. 10.000.000,-
b) Total saldo rata-rata Simpanan Berjangka Kerjasama Modal
per akhir September 2006 yang tercatat pada LKM-A
Gapoktan PUAP adalah sebesar Rp.250.000.000,-
c) Total Dana Pihak Ketiga per akhir September 2011 yang
tercatat pada LKM-A Gapoktan PUAP adalah sebesar Rp.
500.000.000,-.
d) Sedangkan total pendapatan LKM-A Gapoktan PUAP pada
bulan September 2011 tercatat sebesar = Rp. 9.000.000,-
e) Porsi pendapatan untuk total Simpanan Berjangka Kerjasama
Modal yang ditempatkan adalah sebagai berikut:
= Total SRR SB Kerjasama Modal x total pendapatan Total dana pihak ketiga 250.000.000 = ------------------------ x 9.000.000,- 500.000.000 = 4.500.000,- f) Porsi yang ditetapkan oleh LKM-A Gapoktan PUAP adalah
sebesar 60 : 40 (Anggota: LKM-A Gapoktan PUAP)
43
g) Perolehan bagi hasil Simpanan Berjangka Kerjasama Modal
untuk Bu Lela adalah sebesar: = SRRH Anggota x Porsi Pendapatan Kerjasama Modal x porsi Total SRRH (Seluruh Simpanan Berjangka Kerjasama Modal
) 10.000.000 = ------------------- x 4.500.000,- x 60 % 250.000.000 10.000.000 = -------------------- x 2.700.000,- 250.000.000 = 108.000,- h) Equivalent Rate untuk bagi hasil Simpanan Berjangka
Kerjasama Modal 1 bulan adalah sebesar: 108.000,- = ----------------- x 100% = 1,08 % per bulan 10.000.000
B. Distribusi Bonus Titipan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menghitung bagi
hasil dari produk simpanan yang menggunakan perjanjian
akad titipan adalah sebagai berikut :
1. Besarnya porsi bagi hasil adalah berupa bonus yang
ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen lembaga,
tentunya dengan tetap memperhatikan prinsip keadilan dan
harga pasar.
2. Pembagian bagi hasil diambil dari laba kotor.
44
3. Proses penghitungan pada langkah dan prosedurnya tetap
mengunakaan langkah dan proses seperti mengunakan
akad bagi hasil keuntungan tapi tidak terdapat porsi.
Contoh :
Saldo rata-rata rekening titipan untuk Bu Lela di LKM adalah
sebesar Rp. 1.000.000,00. Sesuai dengan kebijakan
manajemen maka untuk simpanan titipan akan diberikan
bonus sebesar 20% dari keuntungan yang diperoleh
penggunaan dana simpanan titipan itu.
Diasumsikan total saldo rata-rata simpanan titipan di LKM
sebesar Rp. 15.000.000, sedangkan keuntungan yang
diperoleh Rp. 3.000.000,00 maka pada akhir bulan tuan
Soedradjat mendapat bonus dari LKM sebesar :
Rp. 1.000.000
Rp. 15.000.000 x Rp. 3.000.000 x 20% = Rp. 5.217,39
45
BAB VI PROSEDUR PENGHIMPUNAN DANA
A. Prosedur Pembukaan Simpanan dan Investasi berjangka
1. Anggota melengkapi formulir pembukaan simpanan atau
tabungan, dan menyerahkan formulir pembukaan
simpatan/tabungan dan kartu identitas diri (KTP atau SIM
atau Kartu Pelajar) kepada staf bagian Layanan Anggota.
2. Staf Layanan Anggota memeriksa dan meneliti seluruh
persyaratan yang diserahkan oleh Anggota. Bila identitas diri
tidak cocok dengan data yang tertera dalam formulir
pembukaan tabungan, staf Layanan Anggota mengembalikan
data kepada Anggota untuk dilengkapi.
3. Staf Layanan Anggota menyiapkan formulir tanda tangan dan
kemudian diserahkan kepada Anggota.
4. Anggota membubuhkan tanda tangan diatas formulir tanda
tangan.
5. Staf Layanan Anggota memeriksa dan melakukan verifikasi
tanda tangan dengan kartu identitas diri Anggota.
6. Bila tidak cocok, staf Layanan Anggota mengembalikan
formulir tanda tangan untuk diperbaiki.
7. Bila cocok, maka staf Layanan Anggota melakukan input ke
sistem komputer untuk mendapatkan nomor tabungan dan
sebelumnya memasukkan Anggota ke dalam file informasi
anggota (customer information file)
8. Menyiapkan buku tabungan
46
9. Staf Layanan Anggota menyerahkan copy kartu identitas diri
Anggota, formulir tanda tangan, formulir pembukaan dan
buku simpanan atau tabungan kepada Supervisor (untuk
dilakukan otorisasi).
10. Supervisor melakukan pemeriksaan, memberikan
persetujuan melalui terminal komputer dan membubuhkan
tanda tangan di atas buku Tabungan.
11. Supervisor menyerahkan kembali copy kartu identitas diri
Anggota, formulir tanda tangan, formulir pembukaan dan
buku tabungan kepada staf Layanan Anggota.
12. Anggota melengkapi slip setoran tabungan dan uang tunai
dan menyerahkan kepada staf Layanan Anggota.
13. Teller melakukan validasi data anggota pada buku tabungan.
14. Teller melakukan kegiatan tabungan sesuai prosedur
penyetoran tabungan. Anggota menerima kembali buku
tabungan.
B. Prosedur Setoran Simpanan dan Investasi berjangka
1. Anggota mengisi slip setoran simpanan/tabungan
2. Anggota menyerahkan buku simpanan/tabungan, slip dan
uang tunai kepada Teller.
3. Teller menerima buku simpanan/tabungan, slip setoran dan
uang tunai serta melakukan penghitungan atas uang setoran
yang diterima dari anggota sesuai prosedur penerimaan uang
tunai.
47
4. Teller melakukan input/ posting ke menu penyetoran pada
sistem komputer dan pada akhir hari /setelah tutup kas
membuat jurnal listing.
5. Teller melakukan validasi slip setoran simpanan/tabungan
dan mencetak mutasi setoran tersebut kedalam buku
tabungan dan selanjutnya menyerahkan kembali buku
simpanan/tabungan kepada anggota.
6. Teller melampirkan slip setoran ke dalam daftar penerimaan
kas.
C. Prosedur Penarikan Simpanan dan Investasi berjangka
1. Bila pengambilan simpanan/tabungan secara tunai, anggota
melengkapi slip pengambilan simpanan/tabungan dan
menyerahkan slip dan buku simpanan/tabungan kepada
Teller.
2. Teller menerima slip pengambilan dan buku
simpanan/tabungan dari anggota, dan melakukan verifikasi
tanda tangan telah sesuai Kartu Spesimen tanda tangan.
3. Teller melakukan posting/ input ke sistem komputer dengan
menu pengambilan tunai,
a. Bila besarnya pengambilan simpanan/tabungan sesuai
dengan besarnya limit yang diberikan kepada Teller, maka
prosesnya dapat langsung ke langkah nomor 7
b. Bila besarnya pengambilan simpanan/tabungan melebihi
limit Teller, maka Teller menyerahkan buku
48
simpanan/tabungan dan slip pengambilan kepada
Supervisor.
4. Supervisor melakukan verifikasi untuk melihat kebenaran
transaksi dan kemudian memberikan persetujuan.
5. Supervisor menyerahkan kembali buku simpanan/tabungan
dan slip pengambilan simpanan/tabungan
6. Teller melakukan validasi slip pengambilan
simpanan/tabungan dan melakukan pencetakan mutasi
pengambilan tersebut kedalam buku simpanan/tabungan
7. Teller menyiapkan pembayaran dan melakukan penghitungan
uang sesuai prosedur pengeluaran kas.
8. Buku simpanan/tabungan dan uang pengambilan
simpanan/tabungan telah diterima oleh anggota.
9. Pada akhir hari Teller melakukan jurnal listing terhadap
transaksi pengeluaran kas dan melampirkan slip pengambilan
simpanan/tabungan tersebut ke dalam daftar transaksi.
D. Prosedur Penutupan Simpanan dan Investasi berjangka
1. Anggota mengisi formulir penutupan Simpanan/tabungan dan
slip pengambilan Simpanan/tabungan tanpa mencantumkan
besarnya nominal saldo Simpanan/tabungan, kemudian
menyerahkan formulir penutupan tersebut kepada staf
Layanan Anggota (LN) untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Staf Layanan Anggota melakukan pemeriksan kelengkapan
dan kebenaran pengisian, jika telah sesuai segera serahkan
49
formulir penutupan, slip pengambilan berikut buku
Simpanan/tabungan kepada Teller untuk diproses.
3. Bila dana penutupan Simpanan/tabungan diambil secara tunai,
Teller melakukan verifikasi tanda tangan yang kegiatannya
dibahas didalam prosedur verifikasi tanda tangan.
4. Teller melakukan input atas transaksi pengambilan pada
sistem komputer dengan menu penutupan
Simpanan/tabungan , dan perhatikan saldo yang
dikonfirmasikan oleh sistem atas penutupan (pengambilan)
tersebut,
a. Bila besar pengambilan simpanan/tabungan sesuai dengan
besar limit Teller, maka prosesnya dapat langsung ke
langkah nomor 7
b. Bila besar pengambilan simpanan/tabungan melebihi limit
Teller, maka Teller menyerahkan buku simpanan/tabungan,
slip pengambilan simpanan/tabungan kepada Supervisor.
5. Supervisor melakukan verifikasi untuk melihat kebenaran
transaksi dan kemudian memberikan persetujuan.
6. Supervisor menyerahkan kembali buku simpanan/tabungan
dan slip pengambilan simpanan/tabungan kepada Teller untuk
dilakukan proses validasi.
7. Teller melakukan validasi diatas buku simpanan/tabungan dan
slip pengambilan, kemudian mengisi jumlah nominal pada slip
pengambilan sesuai dengan jumlah yang dibayarkan (setelah
dikurangi biaya penutupan).
50
8. Teller menyiapkan pembayaran dikurangi biaya penutupan
simpanan/tabungan dan melakukan penghitungan uang, dan
mencatat pengeluaran tersebut ke dalam daftar pengeluaran
kas.
9. Setelah uang diserahkan kepada anggota, Teller menyimpan
slip pengambilan/formulir penutupan simpanan/tabungan dan
buku simpanan yang ditutup di dalam file sementara yang
proses selanjutnya akan dilakukan pada akhir hari, sesuai
prosedur simpanan/tabungan.
E. Prosedur Kehilangan Buku
1. Anggota menyerahkan surat keterangan buku
simpanan/tabungan hilang kepada staf Layanan Anggota,
selanjutnya staf Layanan Anggota menyerahkan surat
keterangan tersebut kepada Teller untuk dilakukan verifikasi
tanda tangan.
2. Teller melakukan verifikasi tanda tangan sesuai prosedur
verifikasi tanda tangan, dan menyerahkan kembali surat
keterangan tersebut kepada staf Layanan Anggota.
3. Staf Layanan Anggota mengambil formulir pembukaan
simpanan/tabungan dan copy kartu identitas diri anggota
(KTP/SIM/Kartu Pelajar) dari dalam file dan melakukan
pengecekan dengan identitas diri anggota,
a. Bila tidak cocok, dikembalikan kepada anggota.
b. Bila cocok, maka penerbitan buku baru bisa dilakukan
51
DAFTAR PUSTAKA
i. 1. Antonio, M, S. 2001. Bank Syari’ah : Dari Teori ke Praktek. Gema
Insani Press, Jakarta.
2. Azis, A. 2000. Tata Cara Pendirian BMT. Pinbuk Press, Jakarta.
3. BMT Ibaadurrahman, 2001. Kumpulan Modul Pelatihan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah. Bogor 4. Diinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa Barat, 2011. Standar
Operasinal dan Prosedur (SOP) Koperasi Jasa Keuangan
Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah. Bandung
52
Lampiran-1
Soal 1
Jika diketahui pada UPK/LKM Mitra Sejahtera Sukagalih, terdapat 20 orang Penyimpan Sijaka 1 bulan, yang delapan belas diantaranya SRRH-nya telah dihitung sebesar Rp. 4,500,000.00, dan terdapat dua orang yang belum dihitung yaitu penabung atas nama Acimdan Lela
Jumlah SRRH Setiap Produk Tabungan : Nisabah Sijaka 2 bulan : Rp. 3,000,000.00 80:20 Sijaka 3 bulan : Rp. 5,000,000.00 75:25 Sijaka 6 bulan : Rp. 1,000,000.00 70:30 Sijaka 12 bulan : Rp. 2,500,000.00 70:30 Dana Penyertaan : Rp. 3,500,000.00 Simpanan Pokok Khusus
: Rp. 15,000,000.00
Simpanan Pokok : Rp. 3,000,000.00 Simpanan Wajib : Rp. 2,000,000.00
Pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan bulan ini sebesar Rp. 3.500.000, Hitunglah bagi hasil simpanan Acim & Lela dengan data di bawah ini, Jika diketahui porsi 85:15
Tanggal Kode D K Saldo Val
01-01-2011 01 150.000 150.000
10-01-2011 01 85.000 235.000
15-01-2011 02 50.000 185.000
26-01-2011 01 20.000 205.000
30-01-2011 01 150.000 305.000
Tanggal Kode D K Saldo Val
03-01-2011 01 100.000 100.000
11-01-2011 02 75.000 25.000
14-01-2011 01 30.000 55.000
27-01-2011 01 15.000 70.000
31-01-2011 01 155.000 225.000
Irawan
Lela
53
TABEL DISTRIBUSI PENDAPATAN
No Produk Total SRR H Pendapatan Porsi Bagian/porsi Indikasi
Hasil Anggota LKM Anggota LKM ( Index)
A B C D E F G H I 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 Jumlah
Pertanyaanya Berapa bagian bagi hasil untuk Acim dan Lela ?
54
Lampiran-2
Soal 2
Dari data anggota LKM-A Gapoktan PUAP Tani Maju untuk produk Simpel yang menggunakan akad wadi’ah/Titipan terdapat 20 orang dengan 18 orang SRRH-nya RP. 33.576.000,00 dan keuntungan LKM dari simpanan ini Rp. 8.000.000,00, sedangkan dua orang lagi datanya sebagai berikut :
Nina
No. Tanggal Kode Mutasi Saldo Validasi Debet Kredit 1 2 /09/2011 01 200.000,00 200.000,00 2 6 /09/2011 01 600.000.00 800.000,00 3 11/09/2011 01 400.000,00 1.200.000,00 4 13/09/2011 01 100.000,00 1.300.000,00 5 28/09/2011 01 50.000,00 1.350.000,00 Lela
No. Tanggal Kode Mutasi Saldo Validasi Debet Kredit 1 3/09/2011 01 100.000,00 100.000,00 2 6 /09/2011 01 200.000.00 300.000,00 3 9/09/2011 02 200.000,0
0 100.000,00
4 25/09/2011 01 250.000,00 350.000,00 Jika diketahui kebijakan bonus yang untuk penyimpan adalah 25 % maka berapakah bagian bonus untuk dua anggota diatas ?
55
Lampiran-3
Soal 3
Dari data anggota LKM-A Gapoktan PUAP Adil Makmur, pada ahkir tahun 2011 didapat data sebagai berikut :
No. Prouduk Nama Anggota Acim Lela Fansyuri
1 Simpanan Pokok Khusus 1.000.000,00 2.000.000,00 500.000,00 2 Simpanan Pokok 200.000,00 200.000,00 2.000.000,00 3 Simpanan Wajib 55.000,00 65.000,00 40.000,00 4 Dana Penyertaan 2.500.000,00 3.000.000,00 - No Produk Jumlah akhir Tahun 1 Simpanan Pokok Khusus 100.000.000,00 2 Simpanan Pokok 25.000.000,00 3 Simpanan Wajib 11.550.000,00 4 Dana Peyertaan 125.000.000,00 Jika diketahui total SHU tahun berjalan adalah Rp. 25 juta dan besaran pembagian SHU 35 % berapa jumlah pembagian SHU masing-masing ?
Kementerian Pertanian
ModulPengembangan Unit UsahaLKM-A Pada GapoktanPUAPSeri 2. Penyaluran Dana LKM-A
Direktorat Pembiayaan Pertanian,Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian2013
1
BAB I PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu
membiayai kebutuhan usaha, sedangkan arti pembiayaan secara
luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Menurut
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil. Pembiayaan merupakan aktivitas penting dalam lembaga
keuangan karena aktiva paling besar dalam sebuah lembaga
keuangan adalah outstanding portofolio pembiayaan yang juga
merupakan sumber pendapatan utama penunjang keberlanjutan
lembaga keuangan. Semakin tinggi outstanding pembiayaan maka
semakin besar peluang pendapatan yang akan diperoleh, tetapi
semakin besar pula resiko yang dihadapi. Untuk itu dalam modul
ini titik beratnya bukan pada penanganan pembiayaan bermasalah
namun bagaimana memberikan pembiayaan berkwalitas dan
menghindari resiko pembiayaan sekecil mungkin sehinga perlu
adanya manajemen pembiayaan yang baik.
Dalam ilmu manajemen bahwa manajemen pembiayaan
merupakan suatu cara usaha mengatur dan melakukan proses
pembiayaan untuk mencapai tujuan pembiayaan yaitu keamanan,
kelancaran dan menghasilkan. Usaha mengatur dan melakukan
proses pembiayaan ini adalah dengan melakukan analisa
2
kelayakan usaha dan analisa pembiayaan. Analisa kelayakan
berdasarkan usaha meliputi aspek manajemen, aspek pemasaran,
aspek produksi, aspek hukum, aspek keuangan dan aspek sosial
ekonomi. Layak berdasarkan hasil analisa kelayakan usaha belum
tentu layak dibiayai karena tidak cukup hanya layak usaha namun
perlu adanya analisa kelayakan pembiayaan dengan
memperhatikan faktor carakter, capital, capacity, condition dan
colateral atau dikenal dengan istilah 5C. Penerapan 5C bukan
sekedar syarat diatas kertas, tetapi masuk dalam ruang bisnis
anggota. Salah satu yang membedakan analisa pembiayaan pada
sistem konvensional dengan LKM-A Gapoktan PUAP adalah
bagaimana pihak LKM-A Gapoktan PUAP terjun langsung melihat
dan terlibat dalam proses bisnis calon anggota sehingga
memahami betul kejadian-kejadian bisnis. Ini dilakukan karena
LKM-A Gapoktan PUAP bukan memberikan pinjaman uang tetapi
LKM-A Gapoktan PUAP terlibat dalam bisnisnya anggota. Untuk itu
disusun panduan manajemen pembiayaan sebagai acuan bagi
para praktisi atau pelaku/pelaksana LKM-A Gapoktan PUAP agar
tidak memberikan perlakuan berbeda kepada calon anggota
siapapun sehinggga bila anggota melakukan pengajuan
pembiayaan dapat memahami dengan jelas tahapan dan proses
yang berlaku.
Panduan ini juga dilatarbelakangi oleh keragaman anggota pada
LKM-A Gapoktan PUAP, agar para pengelola dapat melakukan
pembiayaan kepada anggota dengan cepat, tepat dan cermat
sehingga bukan hanya sekedar aturan tetapi lebih dari itu
merupakan kebutuhan bagi LKM-A Gapoktan PUAP. Oleh sebab
itu dalam proses pembiayaan LKM-A Gapoktan PUAP melakukan
tingkat kehati hatian baik sebelum melakukan pencairan maupun
setelah melakukan pencairan.
3
B. TUJUAN Tujuan umum dari modul pembiayaan ini adalah :
1. Memahami, menjelaskan dan melaksanakan kegiatan
penyaluran dana agar menghasilkan pembiayaan yang
berkwalitas yaitu keamanan (pembiayaan aman dalam usaha),
kelancaran (pembiayaan lancar dalam pengembalian dan
menghasilkan (pembiayaan menghasilkan keuntungan bagi
anggota)
2. Keberlanjutan (sustainable) LKM-A Gapoktan PUAP
C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 1. Peserta dapat menjelaskan pengertian, tujuan, dan proses
penyaluran dana
2. Peserta memahami dan mampu melaksanakan produk-produk
dan akad penyaluran dana
3. Peserta memahami dan mampu melakukan analisa penyaluran
dana
4. Peserta mampu menghitung dan menetapkan harga (pricing)
5. Peserta dapat memahami dan mengkalisifikasikan penyaluran
dana sesuai standar kolektibilitas yang berlaku
D. KERANGKA PEMBELAJARAN Materi pembelajaran yang diberikan pada diklat ini terdiri atas:
1. Tujuan, Konsep Dasar dan Kebijakan
2. Jenis Produk, dan Kontrak Usaha Pembiayaan
3. Analisi Pembiayaan
E. METODE Metode pembelajaran yaitu belajar dari pengalaman (Experiential
Learning Cycle) dengan ceramah, diskusi (sharing pendapat), diskusi
kelompok, studi kasus, role play, games
4
F. MEDIA DAN ALAT BANTU Plano, meta plan, solatif kertas, flipchart, infocus, kertas HVS, dan
lain lain.
5
BAB II
JENIS PEMBIAYAAN
A. BERDASARKAN TUJUAN Berdasarkan tujuan penggunaannya pembiayaan dibagi menjadi
dua yaitu tujuan produktif dan non produktif (konsumtif). Produktif
Pembiayaan dengan tujuan produktif digunakan untuk pembiayaan
modal kerja, investasi, jasa usaha dan pembiayaan multi guna.
Pembiayaan untuk tujuan non produktif biasanya digunakan untuk
kebutuhan peralatan rumah tangga
B. BERDASARKAN PRODUK
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan jangka pendek
yang diberikan kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan
modal kerja seperti pembelian/pengadaan/penyediaan unsur-
unsur barang dalam rangka perputaran usaha. Pembiayaan
modal kerja juga dapat dikembalikan dengan system jual tempo
atau bayar panen
2. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan jangka menengah
atau panjang yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
pengadaan sarana/prasarana usaha (aktiva tetap).
Pengembalian investasi dilakukan dengan cara mencicil sesuai
dengan kemampuan anggota berdasarkan analisisis kelayakan
usaha
3. Pembiayaan jasa, yaitu pembiayaan yang dapat digunakan
untuk sewa suatu barang, talangan dana, maupun biaya jasa
suatu pengurusan (diutamakan secara kolektif).
6
4. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan untuk anggota
LKM-A Gapoktan PUAP untuk keperluan konsumtif, seperti
perbaikan rumah, pembelian alat rumah tangga dan lain-lain
5. Pembiayaan Multi Jasa, yaitu pembiayaan lainnya yang
dibutuhkan oleh anggota, misalnya membutuhkan modal kerja
untuk beberapa jenis kegiatan dan kontrak
C. BERDASARKAN KONTRAK Kontrak usaha adalah suatu kesepakatan antara dua belah pihak
atau lebih dalam menjalankan usaha yang mengatur kesepahaman-
kesepahaman dan menjadi pengikat pihak-pihak yang terlibat.
Kontrak pembiayaan pada LKM-A Gapoktan PUAP bersifat
komersil (bisnis) dan pinjaman kebajikan (sosial).
1. Komersil
1.1. Kerjasama Modal Kerjasama modal, adalah suatu bentuk perniagaan dimana
pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengguna
modal untuk diniagakan dengan pendapatan/keuntungan
akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan proporsi
bagi hasil diantara kedua belah pihak. Kerjasama modal
terbagi menjadi
a. Revenue sharing adalah kerjasama modal dimana pihak
pemodal mendapatkan bagian dari pendapatan dari
pengusaha namun tidak menanggung kerugian usaha,
b. Lose and Profit Sharing, adalah kerjasama modal
dimana pihak pemodal dan pengusaha berbagi
keuntungan dan kerugian sesuai dengan proporsi yang
disepakati diantara kedua belah pihak, dengan catatan
kerugian yang ditanggung oleh pemodal bukan
7
merupakan kelalaian pengguna modal, maksimal
sebesar modal yang disertakan dalam usaha.
SKEMA KERJASAMA MODAL
Contoh pembiyaan
Pak Engkos mengajukan pembiayaan ke LKM-A Gapoktan PUAP untuk beternak ayam pedaging untuk 500 ekor sesuai dengan kapasitas kandang yang Pak Engkosmiliki, dari hasil wawancara diketahui :
Biaya pemeliharaan Rp 200/ ekor x 500 Rp. 100.000.00
Biaya sewa kandang Rp 200/ekor x 500 Rp. 100.000.00
DOC (anak ayam) Rp 3000 x 500 Rp.1.500.000.00
Pakan perekor 2.5 kg x Rp 2000 x 500 Rp.2.500.000.00
Obat-obatan, penerangan dll Rp. 50.000.00
----------------------- +
Total dana yang dibutuhkan Rp.4.250.000.00
Kemungkinan I
Aqad pembiayaan bagi hasil dengan kesepakatan porsi 30% LKM-A Gapoktan PUAP : 70% Pak Engkos
Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut :
Anggota Gapoktan
LKM-A Gapoktan
Usaha Pertanian
Pembagian Keuntungan
MODAL
Keahlian ketrampilan
Modal 100 %
Nisbah X % Nisbah Y %
PERJANJIAN BAGI HASIL
8
Terjadi mortalitas (kematian) 30 ekor
Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 470 = 587,5 kg
Harga panen Rp 9000 /kg x 587,5 Rp.5.287.500
Keuntungan 5.287.500 – 4.250.000 Rp.1.035.500
Bagi Hasil LKM-A Gapoktan PUAP 30% Rp. 311.250
Konversi 7 %
Kemungkinan II
Aqad Pembiayaan bagi hasil dengan kesepakatan porsi 30% LKM-A Gapoktan PUAP dan 70% Pak Engkos
Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut :
Terjadi mortalitas (kematian) 100 ekor
Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 400 = 500 kg
Harga panen Rp 9000 /kg x 500 Rp.4.500.000
Keuntungan 4.500.000 – 4.250.000 Rp. 250.000
Bagi Hasil LKM-A Gapoktan PUAP 30% Rp. 75.000
Konversi 2 %
Kemungkinan III
Aqad Pembiayaan bagi hasil dengan kesepakatan porsi 30% LKM-A Gapoktan PUAP : 70% Pak Engkos
Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut :
Terjadi mortalitas (kematian) 100 ekor
Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 400 = 500 kg
Harga panen Rp 7.500 /kg x 500 Rp.3.750.000
Keuntungan 3.750.000 – 4.250.000 Rp. (500.000)
Bagi Hasil LKM-A Gapoktan PUAP Rp 0
Konversi 0 %
9
Dalam hal demikian LKM-A Gapoktan PUAP bukan tidak dapat bagi hasil
saja, bahkan rugi sebesar Rp 500.000 dan Pak Engkos tidak mempunyai
hutang kepada LKM-A tidak harus menyetor kekurangananya sebesar
Rp. 500.000. LKM-A Gapoktan PUAP rugi modal dan Pak Engkosrugi tenaga dan waktu
Beberapa syarat pembiayaan bagi hasil
Bisnis yang dibiayai relatif dapat dipisahkan dengan kegiatan bisnis lainnya
Layak (sesuai hasil analisa kelayakan)
Intervensi pemilik dana relatif dimungkinkan
Ketersediaan SDM , baik dari perilaku bisnis ataupun pemilik dana
Secara nyata penerima dana menunjukkan tingkat amanah yang memadari (history)
1.2. Kerjasama Usaha Pembiayaan kerjasama usaha, adalah suatu bentuk kontrak
kerjasama perniagaan antara beberapa pemilik modal untuk
menyertakan modalnya dalam suatu usaha, dimana masing-
masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam
pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dan
risiko dibagi menurut proporsi penyertaan modal atau
berdasarkan kesepakatan bersama.
10
SKEMA KERJASAMA USAHA
Atep mempunyai usaha produksi gula merah dengan kapasitas 1000 kg per hari dan modal produksi yang sudah berjalan Rp 6.000/kg atau Rp 6.000.000 per hari. Keuntungan yang diterima Atep Rp 300/kg atau sebesar Rp. 300.000,- Kebutuhan pasar meningkat menjadi 1.500 kg per hari harus, jadi Atep membutuhkan tambahan modal sebesar 500 kg atau Rp. 3.000.000,- . Berdasarkan hasil analisa LKM-A setuju membiayai modal tambahan sebesar Rp. 3.000.000. Jadi total modal usaha Atep menjadi Rp. 9.000.000, porsi bagi hasil yang disetujui kedua belah pihak adalah 20% LKM-A dan 80% anggota. Setelah mendapatkan penambahan modal ternyata produksi dalam 1 bulan hanya 20 hari, sehingga Atep mendapatkan keuntungan selama 1 bulan sebesar Rp. 300 x 1.500 kg x 20 hari = Rp. 9.000.000 . Bagi hasil yang diterima LKM-A Gapoktan PUAP adalah 3/6 x 9.000.000 x 20% = Rp. 900.000,
1.3. Jual beli Piutang Jual beli adalah tagihan dari kontrak jual beli antara LKM-A
Gapoktan PUAP dengan anggota atas transaksi jual-beli, yang
USAHA
LKM-A GAPOKTAN
PUAP
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
MODAL LKM-A GAPOKTAN PUAP
PERJANJIAN
BAGI HASIL
Modal Rp A Modal Rp B
MITRA
B x Profit x Y% A+B A x Profit + { B x Profit x X%}
A+B A+B
11
mewajibkan anggota untuk melunasi kewajibannya sesuai jangka
waktu tertentu disertai dengan pembayaran imbalan berupa margin
keuntungan yang disepakati dimuka sesuai kontrak. Produk dari
kontrak jual beli ini dapat berupa piutang jual beli dan produk jual-beli
turunannya, yakni piutang atas pesanan produksi tani dan piutang
atas pesanan barang biasanya pesanan selesai dibuat pihak penjual
menyerahkan barang pesanan pembeli kemudian dibayar oleh
pembeli dengan cicilan
a. Kontrak Jual Beli Pembayaran Angsuran (Jual beli)
Pak Aceng memerlukan mesin pencabut ayam, dari hasil survey harga mesin Rp. 1.000.000 dan Pak Aceng bersedia membeli mesin ke LKM-A Gapoktan PUAP Rp. 1.200.000,-
Dari hasil musyawarah diketahui :
Mesin dijual oleh LKM-A Rp. 1.200.000
Tabungan yang dimiliki untuk uang muka Rp. 200.000
Sisa hutang Pak Aceng Rp. 1.000.000
Sumber pelunasan dari kekuatan simpan Rp. 5.000./hari
Pak Aceng wajib mengangsur Rp.5000./hari
selama 200 hari
SKEMA JUAL BELI
LKM-A
Anggota
SUPLIER PENJUAL
Negosiasi & Persyaratan
Akad Jual Beli
Bayar
Kirim
Beli Barang
Terima Barang & Dokumen
1
2
6
5
3
1
12
Apabila Pak Aceng tidak dapat melunasi dalam jangka waktu 200 hari karena sakit selama 1 minggu tidak boleh ada tambahan (denda) apapun.
b. Kontrak Jual beli Pembayaran Tempo
Encas seorang penjual ayam potong, omzet rata-rata setiap hari 75 kg karkas, sistem pembelian ke suplier dengan cara jual putus artinya pagi ayam diantar sore bayar dengan harga Rp 14.000/kg. Encas jual ke konsumen Rp. 17.000 (keuntungan Rp. 3000), biaya susut dan tidak terjual Rp 1.000, maka keuntungan Pak Encas Rp 2.000/kg. Encas mengajukan pembiayaan kepada LKM-A Gapoktan PUAP untuk keperluar modal tersebut, karena jika bayar ke suplier dengan cara kontan mendapat harga khusus yaitu sebesar Rp 13.250 /kg. Dari hasil analisa dana yang disetujui LKM-A Gapoktan PUAP adalah 75 kg x Rp 13.250 = Rp. 993.750
Dari kasus diatas LKM-A Gapoktan PUAP melakukan bisnis riil dengan mekanisme pasar, tidak dengan cara cicilan modal kerja karena salah satu ciri yang membedakan jual beli modal kerja dengan konsep bunga adalah pada bisnis riilnya. LKM-A Gapoktan PUAP menawarkan pembayaran tempo selama 1 (satu) minggu, dengan memberikan gambaran perbandingan kepada Pak Encas sebagai berikut (asumsi 75 kg)
SUPLIER LKM-A GAPOKTAN PUAP
Selisih
H A R G A (Rp) 14.000 13.450 550
Waktu (hari) 1 7 6
Keuntungan Tetap 550 x 75 kg 550x75x 6
Total selisih profit Tetap 42.250/hari 247.500
13
Dari perbandingan diatas, LKM-A Gapoktan PUAP mewajibkan Pak Encas untuk menabung setiap hari sebesar 50% dari keuntungan perhari yang diterima atau sebesar Rp 20.000. Sehingga dalam waktu 50 hari Pak Didi dapat mandiri karena untuk mebeli karkas dengan kontan dapat mengambil dari tabungannya bahkan memiliki kebiasaan menabung. Dengan tidak merubah pola suplier bahkan harga LKM-A Gapoktan PUAP lebih murah Rp 550 dan waktu lebih lama 1 minggu maka Pak Didi bersedia dengan tawaran LKM-A Gapoktan PUAP.
1.4. Sewa dan Jasa
Piutang sewa adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Pada pembiayaan
ini digunakan untuk mengambil manfaat suatu barang dan atau
tempat dengan sistem sewa. LKM-A Gapoktan PUAP bertindak
selaku pemberi sewa, dan mitra sebagai penyewa. Beberapa
contoh diantaranya adalah sewa rumah, kios, ataupun sewa untuk
perlengkapan pesta. Jangka waktu pembiayaan disesuaikan
dengan kegunaan sewa tersebut. Bisa juga sewa dengan jenis
penyerahan kepemilikan dimana si penyewa diakhir masa sewa
dapat memiliki objek sewa jenis ini. Sedangkan kebutuhan anggota
yang bersifat jasa seperti kebutuhan pembuatan SIM, pembayaran
tukang dapat digunakan akad jasa.
SKEMA PEMBIAYAAN SEWA
OBJEK SEWA/ Lahan
Nasabah PENJUAL SUPLIER
KJK 1
Sewa Objek
Hak Sewa
Hak Sewa dari KJKS
3
2
14
1.5. Multi Guna Jenis pembiayaan ini untuk keperluan anggota yang bersifat
multi guna seperti kegiatan yang membutuhkan modal kerja
untuk beberapa jenis kegiatan atau kontrak seperti modal usaha
dan pembuatan SIM, biaya pendidikan dan kebutuhan kerja
lainnya
2. Pinjaman Kebajikan Atau Sosial Disamping pembiayaan yang bersifat komersial (orientasi bisnis)
sebagaimana tersebut di atas, maka LKM-A Gapoktan PUAP
memberikan pinjaman yang bersifat sosial atau kebajikan (nirlaba).
Calon mitra yang mendapatkan pinjaman ini adalah pengusaha kecil
yang memiliki semangat dan kemauan berusaha namun terhambat
oleh modal. Secara teknis LKM-A Gapoktan PUAP, calon mitra ini
sulit untuk mendapatkan pembiayaan. LKM-A Gapoktan PUAP tidak
mendapatkan keuntungan atas pembiayaan ini dari anggotanya.
B. BERDASARKAN METODE Jenis pembiayaan berdasarkan metode dibagi menjadi dua yaitu
dengan metode individu dan kelompok.
1. Pembiayaan Metode Individu, yaitu pembiayaan yang diberikan
kepada individu atau perseorangan dan tidak melakukan
pembiayaan secara kolektif, masing-masing bertanggung jawab atas
pembiayaannya sehingga dibutuhkan syarat-syarat yang menjamin
pengembalian pembiayaan. Ada dua kemungkinan didalam
memasarkan produk pembiayaan individu, yang pertama dengan
cara jemput bola dan kedua, menunggu calon mitra datang ke
LKM-A Gapoktan PUAP. Pertama. Pemasaran melalui jemput bola.
Pembiayaan melalui jemput bola dilakukan dengan cara inisiatif dan
proaktif dimana LKM-A Gapoktan PUAP menawarkan produknya,
tentu harus melihat prosfek dan peluang usaha calon mitra.
15
Walaupun dengan cara menawarkan produk, LKM-A Gapoktan
PUAP harus memiliki posisi tawar jangan sampai kesan yang muncul
pada calon mitra bahwa LKM-A Gapoktan PUAP menjadi sangat
butuh melempar dana, namun sebaliknya LKM-A Gapoktan PUAP
menyampaikan informasi bahwa calon mitra menjadi merasa butuh
kehadiran LKM-A Gapoktan PUAP, artinya dibangun situasi yang
saling membutuhkan. Kasus yang dapat dilihat dalam paraktik di
lapang misalnya di sebuah pasar tradisional seorang pedagang
kelontong melakukan pembayaran setiap hari kepada bank keliling,
kejadian seperti itu merupakan kesempatan petugas lapang LKM-A
Gapoktan PUAP untuk mealukan pendekatan dengan calon mitra
dan menggali informasi lebih jauh tentang kondisi sebenarnya,
kesempatan itulah yang dilakukan petugas lapang untuk
memberikan gambaran pola kerja, keunikan dan kelebihan yang
dimiliki LKM-A Gapoktan PUAP, namun petugas lapang sekali-kali
tidak menawarkan pembiayaan secara terbuka tetapi justru
memancing calon mitra bertanya dan mengajukan pembiayaan.
Saat itulah LKM-A Gapoktan PUAP memiliki posisi tawar sehingga
calon mitra mudah untuk memenuhi persyaratan menjadi mitra
LKM-A Gapoktan PUAP. Kedua. Pemasaran menunggu calon mitra.
Pengajuan pembiayaan yang disebabkan oleh calon mitra yang
langsung datang ke LKM-A Gapoktan PUAP dapat mempermudah
LKM-A Gapoktan PUAP dalam menjelaskan sistem. Hal terpenting
dalam menjelaskan pembiayaan adalah tidak pernah menyampaikan
pinjaman kepada calon mitra, jika ada calon mitra datang ke LKM-A
Gapoktan PUAP untuk pinjam uang, maka dengan tegas bahwa
LKM-A Gapoktan PUAP tidak memberikan pinjaman tetapi
memberikan fasilitas pembiayaan (kerjasama usaha), menjual modal
kerja atau investasi dan produk lainnya. Dengan demikian
kebutuhan calon mitra menjadi jelas dan penggunaannya insya Allah
tidak akan disalahgunakan oleh calon mitra/anggota
16
2. Pembiayaan Metode Kelompok, yaitu pembiayaan yang diberikan
melalui mekanisme kelompok. Sasaran pembiayaan melalui
mekanisme kelompok dapat dibedakan dengan cara kolektif
karyawan yang bernaung di bawah suatu lembaga, kelompok sesuai
dengan jenis usaha dan kelompok bedasarkan demograpi atau
daerah tempat tinggal. Alasan menggunakan metode kelompok
karena pembiayaan ini nilanya kecil-kecil, berada dalam satu
komunitas dan rata-rata calon mitra tidak memiliki jaminan. Metode
ini memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri. Dari sisi biaya
opersional lebih murah karena dapat menghemat biaya transaksi,
dari sisi resiko lebih kecil karena selain mudah dikontrol
pembiayaannya menyebar ke banyak orang.
17
BAB III ASPEK MANAJEMEN
PEMBIAYAAN
A. TARGET PASAR
Dalam upaya peningkatan aktivitas pembiayaan, perlu kiranya dibuat
suatu pedoman dalam kegiatan solisitasi dan proses pembiayaan.
Untuk itu target pasar pembiayaan LKM-A Gapoktan PUAP adalah
sebagai berikut :
1. Dari segi aktivitas ekonomi a. Segmentasi umum, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada
mitra, baik sendiri-sendiri ataupun kolektif. Kegunaan
pembiayaan untuk modal kerja, investasi, maupun multiguna.
b. Segmentasi pasar, yaitu pembiayaan yang diberikan khusus
untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, investasi, maupun
multiguna para pedagang pasar. Pengertian pasar adalah
tempat bertemunya penjual dan pembeli secara fisik untuk
pelaksanaan transaksi jual beli.
2. Dari segi wilayah kerja Wilayah kerja LKM-A Gapoktan PUAP dalam melakukan
pembiayaan adalah wilayah sekitar kantor LKM-A Gapoktan PUAP
berada. LKM-A Gapoktan PUAP perlu menentukan radius wilayah
kerja, bila ada mitra yang radiusnya cukup jauh maka yang harus
dipertimbangkan adalah jumlah droping di wilayah tersebut untuk
mencapai kembalinya modal dan model pendampingan kelompok
agar efisien dan efektif .
3. Dari segi jenis usaha a. Pembiayaan untuk produksi pertanian b. Pembiayaan untuk perdagangan hasil tani c. Industri kecil hasil panen
d. Jasa
18
e. Konsumtif f. Dan lain-lain
4. Dari segi pengalaman Diutamakan mitra yang telah memiliki pengalaman mengelola usaha
baik on farm maupun off farm
B. Jangka Waktu Pembiayaan
1. Pembiayaan Modal Kerja
Jangka waktu pembiayaan untuk modal kerja dilakukan dengan
cara tempo melalui proses kontrak kerja misalnya 12 bulan (satu
tahun), namun jika mitra LKM-A Gapoktan PUAP belum mandiri
(belum mampu mengganti seluruh modal yang diberikan LKM-A
Gapoktan PUAP) kontrak dapat diperpanjang (lihat pada aplikasi
jual beli)
2. Pembiayaan Investasi Jangka waktu pembiayaan investasi disesuaikan dengan kondisi
kuangan LKM-A Gapoktan PUAP berdasarkan cashflow, hal ini
penting untuk keberlanjutan (suntainable) LKM-A Gapoktan PUAP,
bila perputaran dana memungkinkan dengan maksimal 1 tahun
maka LKM-A Gapoktan PUAP tidak boleh memaksakan lebih dari 1
tahun. Perlu menjadi perhatian bahwa mencegah kemungkinan
terjadinya keterlambatan angsuran merupakan faktor menentukan
jangka waktu pembiayaan
3. Pembiayaan Jasa atau Multiguna
Pada prinsipnya jangka waktu pembiayaan untuk jasa maupun
investasi harus menyesuaikan dengan kondisi keuangan LKM-A
Gapoktan PUAP, perputaran dana mitra dan memperhatikan kondisi
usaha secara umum.
19
C. Penentuan Margin Dan Porsi Bagi Hasil Keberlanjutan lembaga keuangan dipengaruhi oleh biaya administrasi,
biaya bagi hasil, kerugian pada pembiayaan, keuntungan yang
diperlukan lembaga. Sehingga lembaga keuangan perlu menutupi
biaya tersebut sesuai jumlah yang dikeluarkan
Porsi bagi hasil dan margin digunakan agar terjadinya keadilan dalam
memperoleh keuntungan baik pada pihak mitra maupun lembaga
karena bagi hasil diperoleh dari hasil usaha bukan dari pokok
sehingga tidak mendahului takdir. Besarnya proporsi bagi hasil
berdasarkan kesepakatan awal antara lembaga dengan mitra dengan
mempertimbangkan gugus tugas dan kontribusi dalam kerjasama
usaha misalnya 20 : 80, 30 : 70, 40 : 60, 50 : 50
Sedangkan margin merupakan penyeimbang dari modal kerja atau
investasi yang dimanfaatkan oleh mitra. Berbeda dengan penentuan
suku bunga, dalam menentukan porsi dan proporsi bagi hasil tidak
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang diberikan kepada deposan.
Tetapi sebaliknya justru deposan akan mendapatkan bagi hasil
tergantung dari pendapatan yang diterima LKM-A Gapoktan PUAP
pada bulan bersangkutan.
Sebelum melakukan penentuan harga maka hal prinsip yang harus
dipahami adalah perbedaan dan membedakan bisnis lembaga
keuangan konvensional dengan LKM-A yang focus menangani
pertanian. Pada keuangan konvensional lebih berbicara pada hal hal
moneter sedangkan dalam pengelolaan bisnis pertanian adalah sektor
riil. Oleh sebab itu LKM-A harus terjun langsung dalam bisnis mitra
kerjanya dan paham betul berapa rupiah yang digulirkan, sehingga
dalam menentukan margin dan porsi bagi hasil dapat mendekatkan
kepada keadilan. Beberapa kebijakkan yang diterapkan dalam
menentukan margin dan basil dipengaruhi oleh beberapa factor.
20
1. Jenis barang. Selisih harga jual atau margin terhadap barang
yang kompetitif dipasaran relatif lebih rendah dibanding investasi,
sehingga LKM-A Gapoktan PUAP memperhatikan faktor tersebut
sebagai ajang kompetitif.
2. Ada pembanding, yaitu penentuan harga dibandingkan dengan
aktifitas transakasi yang dilakukan mitra usaha atau anggota
terhadap suplayer. Contoh, apabila mitra usaha membeli sesuatu
produk pada suplayer dengan jual putus (tempo) terjadi selisih Rp
100 dibanding membeli kontan (cash), maka LKM-A Gapoktan
PUAP mengambil margin lebih kecil dari harga selesih Rp 100. bila
perlu jauh lebih kecil namun tetap masuk dalam range yang
diinginkan. Sebagaimana kasus Pak Didi pedagang yam potong
pada produk jual beli
3. Reputasi mitra pada pembiayaan sebelumnya. Reputasi
pembiayaan mitra dilihat dari kelancaran angsuran, perkembangan
dan prospek usaha, loyalitas serta tujuan usaha.
4. Alat Ukur. Pada bagian akhir LKM-A Gapoktan PUAP melakukan
perhitungan berdasarkan rumus harga jual sebagai alat ukur atau
sandaran menentukan harga, namun kompetisi harga dipasaran
menjadi hal penting bagi LKM-A Gapoktan PUAP sehingga
membutuhkan strategi khusus. Biaya yang perlu dipertimbangkan
untuk keberlanjutan LKM-A adalah biaya operasional, cadangan
penghapusan, dan memperkirakan bagi hasil yang diberikan untuk
investor.
Kementerian Pertanian
ModulPengembangan Unit UsahaLKM-A Pada GapoktanPUAPSeri 3. Analisa Penyaluran Dana LKM-A
Direktorat Pembiayaan Pertanian,Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian2013
1
BAB I ANALISA PEMBIAYAAN/PENYALURAN DANA
Analisis pembiayaan atau penyaluran dana adalah proses melihat, mengkaji
dan menilai usaha anggota agar mampu menghasilkan penyaluran dana yang
berkwalitas sehingga lembaga berkelanjutan (sustainable). Penyaluran dana
yang berkualitas kepada anggota dan calon anggota pada umumnya
menggunakan prinsip 5C namun sesungguhnya yang paling penting pada
LKM-A Gapoktan PUAP adalah character dan capasitas usaha
anggota/pemanfaat sehingga bagi LKM-A Gapoktan PUAP bukan sekedar
menyalurkan dana tetapi bagaimana memberikan pembiayaan. Secara
etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai kebutuhan
usaha dimana pemilik modal dalam hal ini LKM-A Gapoktan PUAP harus tahu
persis penggunaan dana dan usaha yang dijalankan pemanfaat.
Di dunia perbankan dalam melakukan penilaian analisis pembiayaan
menggunakan unsur 5C. Begitu juga LKM-A Gapoktan PUAP sebagai
lembaga keuangan mikro menggunakan unsur 5C ini, namun penilaian lebih
mengutamakan substansi dari 5C tersebut :
A. Character Adalah penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon anggota. Pada
bank biasanya dengan menggunakan data bank, jika pada bank lain nama
anggota yang bersangkutan pernah tidak bayar maka otomatis dianggap
tidak baik karakternya. Pada LKM-A Gapoktan PUAP dirancang untuk
penguatan anggota kelompok tani sehingga disaring melalui pendidikan
anggota dan kebersamaan. Jadi karakter tidak hanya dilihat dari satu
faktor saja, namun melalui proses, kecuali anggota kelompok tidak
menghendaki.
Pada pendekatan ini proses pemberian dana didasarkan atas
kepercayaan terhadap reputasi karakter usaha dan perilaku anggota.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling murni karena acuan
dasarnya adalah kepercayaan pada karakter usaha dan personalnya.
Pendekatan ini merupakan pendekatan paling komplek karena karakter
2
seseorang sangat sulit diketahui dengan baik. Jika pendekatan ini dipakai
maka secara teoritis memberikan jaminan kelayakan usaha, sebab
penilaian ini sangat tergantung kejelian dan kepekaan seorang analis.
Penilaian karakter memerlukan waktu dan metodologi yang lebih komplek
dibandingkan pendekatan yang lain, oleh sebab itu pendekatan yang
dilakukan LKM-A Gapoktan PUAP sebagaimana disebutkan diatas adalah
melalui pendekatan kelompok/kelembagaan yang disebut Gapoktan
B. Capacity Adalah penilaian kemampuan (capacity) anggota untuk melakukan
pembayaran. Kemampuan ini diukur dari hasil wawancara dan melihat
langsung kondisi usaha anggota. Pendekatan ini menekankan pada
kemampuan anggota mengembalikan pokok pembiayaan, apakah
berdasarkan pada proyek yang dibiayai atau sumber dana lainnya yang
mungkin menutup pengembalian dana pembiayaan. Penilaian
kemampuan pengembalian dana pembiayaan dapat dilakukan dengan
melihat penilaian alur keluar masuk dana/cash flow (secara sederhana)
serta mengembalikan pula dengan estimasi dari sumber dan penggunaan
dana (Source dan use of funds) anggota.
Beberapa penilaian kemampuan anggota adalah :
1. Penetapan Titik Kritis Proyek Aspek pasar merupakan aspek terpenting dari keseluruhan aspek yang
harus dianalisis. Tanpa adanya pemasaran maka keseluruhan
produksi akan macet. Pernyataan ini sepintas mengandung kebenaran,
namun jika dianalisis secara detail akan dijumpai beberapa kelemahan
utama pendekatan ini. Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan aspek lainnya merupakan hubungan yang saling berkait satu sama
lain. Karena itu keseluruhan aspek harus dinilai dengan seksama.
Namun setiap proyek harus mempunyai karakteristik dan keunikan
yang tidak ada persamaan dengan proyek lainnya.
Analisis pembiayaan harus dapat menemukan titik kritis dari suatu
proyek yang akan dibiayai, yaitu penentuan aspek mana yang paling
kritis untuk dianalisis yang merupakan faktor dominan akan
3
keberhasilan proyek. Jika titik kritis dapat dilalui maka aspek lain akan
dilakukan analisis kemudian.
2. Analisis Aspek Pembiayaan
Setelah mengetahui secara jelas titik kritis dan suatu usaha anggota,
maka langkah berikutnya adalah melakukan analisis setiap aspek yang
berkaitan dengan usaha anggota tersebut.
3. Analisis Aspek Yuridis
Sasaran dari analisis aspek ini adalah : Apakah anggota mempunyai
kecakapan (capacity) untuk mengadakan perjanjian; anggota LKM-A
Gapoktan PUAP minimal memahami tentang "akad pembiayaan" yang
sedang dibuat
4. Analisis Aspek Pemasaran
Kemampuan untuk memproduksi suatu barang atau jasa tidak akan
ada artinya jika tidak ada kemampuan memasarkan, apalagi dalam
situasi perekonomian yang kompetitif, dimana customer oriented lebih
menonjol dibandingkan production oriented.
Faktor-faktor yang dinilai adalah :
a. Produk Subsitusi
Titik sentral analisis harus ditekankan pada asumsi yang diajukan
oleh pemohon pembiayaan terhadap jumlah penawaran barang
didalam memperhitungkan titik keseimbangan antara penawaran
dan permintaan barang tersebut. Seorang analis harus mampu
mengidentifikasikan sejauh mana produk yang diajukan
pembiayaannya dapat mengatasi produk pengganti.
b. Perusahaan Pesaing
Dalam menganalisis faktor pesaing ini, harus mampu memprediksi
market share dari produk/jasa yang akan dipasarkan oleh anggota.
c. Tingkat Kemampuan Daya Beli Masyarakat
Walaupun suatu produk bersifat unik dan tidak ada barang
penggantinya, namun hal tersebut tidak menjamin produk tersebut
4
akan laku di pasaran. Sebab hal itu dipengaruhi pula oleh
kemampuan atau daya beli masyarakat yang menjadi target
pasarnya.
d. Program Promosi
Tujuan analisis ini adalah mengetahui sejauh mana rencana
anggota untuk mempromosikan barangnya. dan apakah program
tersebut cukup realistis untuk meningkatkan omset penjualannya.
e. Daerah Pemasaran
Untuk menaksir kuantitas hasil panen atau produk yang akan
dijual, dihubungkan dengan target market dalam suatu wilayah.
f. Faktor Musim
Analisis harus dapat mengungkapkan hubungan antara produk
dengan musim serta hubungannya dengan pola konsumsi atas
produk tersebut. Sehingga akan lebih tepat dalam memprediksi
volume penawaran.
g. Manajemen Pemasaran
Ini sangat penting dianalisis karena faktor ini merupakan motor
dari keseluruhan program penjualan. Yang harus diperhatikan
dalam analisis ini adalah organisasi, strategi sarana pemasaran,
jalur distribusi, dan anggaran biaya yang disediakan.
h. Kontrak Penjualan
Jika ini ada, maka hal tersebut menunjukkan target pasar yang
sudah jadi.
5. Analisis Aspek Teknis a. Lokasi Usaha
Lokasi usaha yang dianggap ideal, jika memenuhi kriteria berikut:
1) dekat dengan pasar
2) dekat dengan sumber bahan baku
3) dekat dengan tenaga kerja
4) dekat dengan suplier peralatan
5) dekat dengan sumber permodalan
6) transportasi mudah
7) ada fasilitas penunjang yang memadai
5
b. Fasilitas Gedung Bangunan Tempat Usaha yang Memadai
yang harus dianalisis adalah :
1) pendirian gedung tidak melanggar peraturan pemerintah
(perizinan bangunan)
2) gedung dan bangunan dapat menampung kegiatan dan usaha
3) gedung dan bangunan memenuhi persyaratan teknis
c. Mesin-Mesin yang dipakai
Beberapa faktor yang harus dianalisis adalah :
1) Kapasitas mesin, apakah sudah sesuai dengan rencana
produksi
2) Apakah konfigurasi mesin telah lengkap.
3) Reputasi merk.
4) Kemudahan reparasi.
5) Fleksibilitas mesin dengan mesin lain.
d. Proses Produksi
Faktor yang dinilai adalah ;
1) Urutan proses produksi, apakah telah menunjukkan tingkat
efisiensi yang maksimal.
2) Adakah standar-standar pengukuran.
3) Desain dan perencanaan produksi.
6. Analisis Aspek Keuangan Beberapa aspek yang harus dinilai adalah sbb :
a. Kemampuan memperoleh keuntungan
b. Sisa-sisa pembiayaan dengan pihak lain
c. Beban-beban rutin di luar kegiatan usaha
Pendekatan yang dapat dipakai dalam menilai aspek keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan Menabung
Pendekatan ini berasumsi bahwa dana pembiayaan dapat
bermanfaat jika debitur mampu melakukan pengembaliannya. Dan
untuk menilai kemampuan pengembalian ini, diasumsikan bahwa ;
antara usaha dan keluarga adalah unit kesatuan yang tidak dapat
6
dipisahkan. Jadi sesungguhnya pendekatan ini sama dengan
pendekatan repayment (kemampuan membayar).
Aplikasi pendekatan ini adalah sebagai berikut :
Melakukan analisis rugi laba masa lalu (lakukan dengan
wawancara).
Hitung semua penerimaan di luar usaha.
Hitung semua biaya di luar kegiatan usaha (seperti keluarga
lebaran, rekreasi, dll).
Tentukan kemampuan menabung
2. Pendekatan Kebutuhan Modal
Pendekatan ini progresif dibanding kemampuan menabung. Asumsi
yang dipakai pendekatan ini adalah :
Bahwa kegiatan usaha kecil sekalipun mampu dikembangkan
jika kita mampu menghitung secara tepat berapa
keuntungannya.
Bahwa kemandekan usaha kecil lebih banyak disebabkan oleh
kekurangan modal.
Pengembangan di masa datang memiliki korelasi dengan masa
lampau.
C. Capital Adalah penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon
anggota, yana diukur dengan posisi usahanya secara keseluruhan melalui
rasio finansialnya dan penekanan pada komposisi modalnya.
D. Conditions Penilaian conditions adalah melihat kondisi perekonomian secara umum
khususnya yang terkait dengan jenis usaha anggota, hal tersebut
dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai. Misalnya jika
tukang ojek memiliki satu motor kreditian, sementara akan ada program
pemerintah masuk angkutan kota dan dilarang beroperasi ojek, maka
kondisi ekonominya agak bermasalah.
7
E. Collateral Colateral adalah jaminan milik anggota. Penilaian untuk lebih meyakinkan
jika suatu resiko kegagalan pembayaran terjadi, maka Jaminan dipakai
sebagai pengganti dari kewajibannya. Jaminan dalam hal ini dapat
diartikan sesuatu yang dijadikan pengikat, dan colateral dalam LKM-A
Gapoktan PUAP lebih ditekankan pada faktor : kepercayaan, kedekatan
hubungan dengan pengusaha dan kegiatan usahanya; saling mengenal
karena daerah usahanya tidak luas melalui tanggung renteng dan atau
bersama tokoh setempat yang diiringi dengan pertemuan bersama.
Analisis merupakan kegiatan yang sangat kompleks, karena keharusan
menilai suatu kondisi eksternal dengan keterbatasan data yang tersedia.
Penilaian bersifat prediksi karenanya perlu formula dan pendekatan ilmiah
dalam melakukannya. Sebelum kegiatan analisis dilakukan, maka
diperlukan beberapa persiapan yaitu :
8
FORMAT Memorandum Analisa Pembiayan (MAP)
DATA PEMOHON Nama Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Identitas Diri KTP SIM Nomor Status Marital Lajang Menikah Duda/Janda Agama Pendidikan SD SLTP SMA S1 Tanggungan
Pekerjaan Wirausaha Karyawan Profesional Penghasilan Rp
Bidang Usaha Pengeluaran Rp
TEMPAT TINGGAL TEMPAT USAHA Alamat Alamat No. Telp No. Telp
PERFORMANCE (40%) 1. Lama Usaha [5] > 5 tahun
[4] 2-5 tahun [3] < 2 tahun
4. Administrasi Usaha [5] Terdokumentasi rapi [4] Catatan sederhana [3] Tidak ada catatan
2. Reputasi Usaha [5] Baik [4] Cukup Baik [3] Kurang Baik
5. Tempat Tinggal [5] Milik sendiri [4] Milik sendiri (kredit) [3] Milik orang tua/sewa
3. Usia [5] 30 – 45 tahun [4] 21 – 30 tahun [3] > 45 tahun
6. Tempat Usaha [5] Milik sendiri [4] Milik sendiri (kredit) [3] Milik orang tua/sewa
KAPASITAS (40%) 1. Rasio Laba / Kewajiban [5] > 3 kali [4] 2 – 3 kali [3] 1 – 2 kali 2. Rasio Laba / Bagi Hasil [5] > 5 kali [4] 4 – 5 kali [3] 2 -4 kali 3. Dana Sendiri [5] > 30 % [4] 20 – 30 % [3] 10 – 20 % 4. Perputaran Piutang [5] 1 bulan [4] 2 bulan [3] 3 bulan 5. Perputaran Persediaan [5] 1 bulan [4] 2 bulan [3] 3 bulan
JAMINAN (20%)
□ Simpanan Lancar □ ada □ Tidak ada □ Rp Nama Pemilik □
□ Simpanan Kelompok □ ada □ Tidak ada □ Rp Persetujuan Kelompok □
□ Jaminan lainnya □ ______________
Nilai Wajar Jaminan Rp. □ Nilai Likuidasi Rp. □ Potensi Jual Kembali □ Bagus □ Kurang Bagus Aspek Hukum □ Sempurna □ Tidak Sempurna
Nilai Prosentase _Nilai Likuidasi_ Pembiayaan _____________________ x 100% = _________ %
KESIMPULAN ANALISA JAMINAN
[5] Jaminan sangat mencukupi (> 100 %), dokumentasi sempurna [4] Jaminan mencukupi 70 – 99 %, dokumentasi sempurna [3] Jaminan antara 50 – 69 %, dokumentasi cukup
KESIMPULAN ANALISA KOMPONEN ANALISA BOBOT NILAI BOBOT X NILAI PERFORMANCE 40 % KAPASITAS 40 % JAMINAN 20 % TOTAL NILAI
9
1. Profil Usaha Sejarah Usaha Usaha yang dijalankan saat ini, system usaha yang dijalankan, lokasi usaha, status tempat usaha dan kepemilikan. Dijelaskan dalam bentuk deskripsi
Bagaimana usaha anggota?
10
2. Keuangan Tabungan pada Bank Rp .………………….(nama Bank ……….. )
Tabungan pada LKM-A Rp ..………………… Piutang dagang Rp…………………… Kas perhari Rp…………………… Investasi Rp…………………… terdiri dari : Penyaluran dana yang sedang berjalan ke pihak lain :
Nama lembaga/perorangan : ………………………………………… Besar pinjamaman : ………………………………………… Lama penyaluran dana : ………………………………………… Besar angsuran & bunga : ………………………………………… Modal awal : ………………………………………… Modal sekarang : ………………………………………… Aset : ………………………………………… Kapasitas Pembelanjaan : …………………………………………
3. Laba / Rugi Pendapatan Omzet hari/minggu/bulan : ………………………………………… a.Keuntungan (% dan Rp.) : ………………………………………… b.Sumber pendapatan lain : ………………………………………… : ………………………………………… Total Pendapatan (a+b) : ………………………………………… Pengeluaran Resiko Harian : ………………………………………… Transportasi belanja : ………………………………………… Biaya sekolah per hari : ………………………………………… Restribusi : ………………………………………… Angsuran penyaluran dana : ………………………………………… Arisan : ………………………………………… Gaji pegawai : ………………………………………… Gas dan atau minyak : ………………………………………… Listrik : ………………………………………… Telephon : ………………………………………… Air dan atau PAM : ………………………………………… SPP : ………………………………………… Asuransi : ………………………………………… Lain – lain : ………………………………………… Total pengeluaran harian : ………………………………………… Total pengeluaran bulanan : ………………………………………… Kemampuan simpan : ………………………………………… Prestasi pembiayaan sebelumnya: ………………………………………… Perkembangan usaha : ………………………………………… Jumlah Plafond yg diajukan …………………………………………..
11
Neraca
Harta Kewajiban dan Modal Kas Tabungan di Bank Persediaan Barang Piutang(dana di luar) Inventaris usaha Harta Tetap - -
Rp Rp Rp Rp Rp
Hutang ke Bank Hutang ke LKM-A lain Hutang ke pihak lain Modal
Rp Rp Rp Rp
Jumlah Rp Jumlah Rp
4. Titik Kritis (Manajemen, Pasar, Tekhnis, Keuangan, Lingkungan)
Siapa yang ganti bila
yang bersangkutan sakit : …………………………………………
Bila terjadi kerusakan alat : …………………………………………
Kondisi pasar turun : …………………………………………
Sumber Penghasilan lain : …………………………………………
Tabungan Kelompok : …………………………………………
Tabungan sendiri : …………………………………………
Asuransi : …………………………………………
5. Rekomendasi Character : ………………………………………… Capital : ………………………………………… Capability : ………………………………………… Conditions : ………………………………………… CashCollateral : ………………………………………… Berdasarkan data diatas rapat memutuskan a. layak b. tidak layak
6. Layak disetujui Jumlah Penyaluran Dana : ………………………………………… Angsuran : ………………………………………… Proporsi Bagi hasil : ………………………………………… Margin : ………………………………………… Jangka waktu : ………………………………………… Jumlah tabungan yg ditahan : …………………………………………
Pendamping
12
Setelah mempertimbangkan berbagai aspek berdasarkan data yang diperoleh maka dengan ini, komite memutuskan Penyaluran Dana atas nama tersebut dibawah dan disetujui oleh yang bersangkutan untuk memfasilitasi Penyaluran Dana dengan persetujuan sebagai berikut : Nama Nasabah Tanggal Alamat Nomor Status Nasabah Baru Lama Jenis Usaha Fasilitas Baru Rescheduling No Fasilitas Penyaluran Dana 1.
Fasilitas Lama (yang pernah diberikan) Pemb. ke- Jenis
Pembiayaan Jangka
Wkt Plafond Outstanding Keterangan
2. Penyaluran Dana 1. Plafond : Rp 2. Kegunaan usaha : Modal Investasi Konsumtif 3. Kontrak : Jual Beli Bagi hasil Sewa Kebajikan 4. Jangka Waktu : Hari Pekan Bulan : Hari Pekan Bulan
5. Bagi Hasil/ Marjin : __ % : __ % Margin Rp……….
6. Jumlah Angsuran : Rp per hari/ pekan/ bulan *) 7. Administrasi : Rp 8. Asuransi : Ya, Rp Tidak
Total Fasilitas Rp. Total Nilai 4,5 – 5,0 SANGAT LAYAK 4,0 – 4,5 CUKUP LAYAK 3,5 – 4,0 KURANG LAYAK Persyaratan lain jika ada: Keputusan Komite Disetujui Ditolak Tanggal Peserta Komite Penyaluran Dana (sesuai Batas Wewenang )
Nama & tanda tangan
Nama & tanda tangan
Nama & tanda tangan
Nama & tanda tangan
Kolom Persetujuan Koperasi dan Pemanfaat
Pejabat Koperasi
Suami Istri
Kementerian Pertanian
ModulPengembangan Unit UsahaLKM-A Pada GapoktanPUAPSeri 4. Akuntansi LKM-A
Direktorat Pembiayaan Pertanian,Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian2013
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
LKM-A merupakan kelompok lembaga keuangan mikro yang basisnya adalah
koperasi, sehingga modul akuntansi LKM-A ini mengacu kepada Pedoman
Umum Akuntansi Koperasi yang diterbitkan oleh Kantor Menegkop dan UKM
Republik Indonesia pada tahun 2001. Pedoman umum yang dimaksud
diterjemahkan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27
tentang Akuntansi Perkoperasian yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia pada tahun 1998 dan diperbaharui pada tahun 2002. Oleh karena
itu, Pedoman Umum PSAK No. 27 merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Pedoman Akuntansi LKM-A ini. Pedoman umum mengarahkan agar
akuntansi koperasi dilaksanakan berdasarkan nilai, norma dan prinsip-prinsip
koperasi dan proses akuntansi LKM-A harus sejalan dengan pedoman
tersebut, disesuaikan dengan karakteristik LKM-A. Selain itu, Akuntansi untuk
LKM-A juga berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan
PSAK No. 101 sampai dengan 111 tentang Akuntansi lembaga keuangan
syariah yang di keluarkan oleh IAI. Hal ini karena LKM-A bergerak pada
sector bisnis riil.
Prinsip-prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam
menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat.
Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari: kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka,
pengelolaan dilakukan secara demokratis pembagian sisa hasil usaha
dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan
perkoperasian dan kerjasama antar koperasi.
B. Tujuan Pembelajaran Umum Peserta dapat memahami tentang pencatatan sesuai standar akuntansi
2
C. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari materi motivasi, peserta diharapkan mampu :
1. Peserta dapat menjelaskan arti pentingnya akuntansi dalam lembaga
keuangan LKM-A Gapoktan PUAP
2. Peserta dapat melakukan pencatatan dengan baik sesuai stantar yang
berlaku
3. Peserta dapat mempraktikan di LKM-A sehingga mampu membuat laporan
keuangan dengan baik
D. Kerangka Pembelajaran Adapun kerangka belajar yang ditanamkan pada pelatihan ini adalah:
1. Konsep akuntansi menurut karakter kontraknya
2. Implementasi akuntansi sesuai PSAK lembaga keuangan
E. Metode Proses pelatihan menggunakan metode: Ceramah, Tanya Jawab, diskusi
kelompok dan praktik
F. Alat Bantu
Adapun alat bantu yang dibutuhkan dalam pelatihan ini adalah: a. White board
b. Infocus
c. Kertas metaplan
3
BAB II. PRINSIP DAN ATURAN
AKUNTANSI LKM-A
A. Prinsip Dasar Operasional Di dalam menjalankan operasinya fungsi LKM-A akan terdiri dari:
1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana
yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi berjangka atas dasar
prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi LKM-A.
2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana
sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam
hal ini LKM-A bertindak sebagai manajer investasi)
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan aturan dan norma yang berlaku
B. Pengertian Akuntansi Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan
informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan
yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.
Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu
kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi
ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi berguna bagi pihak-pihak di dalam
perusahaan itu sendiri maupun pihak-pihak di luar perusahaan.
Untuk menghasilkan informasi ekonomi, suatu perusahaan perlu
menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisa dan
pengendalian transaksi, serta kegiatan-kegiatan, kemudian melaporkan
hasilnya. Dengan demikian kegiatan akuntansi meliputi :
a. Identifikasi dan pengukuran data yang relevan untuk pengambilan
keputusan.
b. Pemrosesan data dan kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan.
c. Pengkomunikasian informasi kepada pihak pemakai laporan.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas merupakan suatu proses yang berulang
sehingga membentuk siklus. Secara ringkas proses akuntansi dapat
digambarkan sebagai berikut :
4
Proses Akuntasi
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kegiatan LKM-A meliputi arus
perputaran dana. Dana diperoleh dari anggota dalam bentuk modal dasar
LKM-A (Simp. Pokok, & Simp. Wajib) dan kewajiban (Simp. Sukarela &
pinjaman dari pihak ke-3), digunakan untuk melakukan kegiatan usaha
yang pada akhirnya diterima dalam bentuk dana lagi. Kemudian dana ini
sebagian diputarkan kembali untuk melakukan usaha dan sebagian lagi
dikembalikan kepada anggota.
C. PERSAMAAN AKUNTANSI
Harta LKM-A adalah kekayaan yang dapat membentuk benda berwujud dan tidak berwujud, dapat diperoleh melalui hutang LKM-A dan atau modal LKM-A sendiri. Hutang LKM-A adalah hak anggota LKM-A (simpanan sukarela, simpanan berjangka dan simpanan jangka panjang) atas kekayaan LKM-A . Modal LKM-A adalah hak para pendiri (Simpanan Pokok Khusus, Simpanan Pokok, Simpanan Wajib) atas kekayaan LKM-A . Dari pengertian di atas maka dapat dirumuskan persamaan akuntansi sebagai berikut :
HARTA LKM-A = HUTANG LKM-A + MODAL LKM-A
Untuk dapat lebih mudah memahami persamaan akuntansi, berikut dapat dilihat dari contoh-contoh di bawah ini :
Transaksi 1
Pada tanggal 01/01/2011 telah disepakati untuk mendirikan LKM-A Maju Terus dengan setoran modal awal sebesar Rp. 70.000.000,- yang disetor penuh oleh pendiri yang terdiri dari Tuan ABCDE, penerimaan ini dicatat dengan persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut :
Transaksi
Pencatatan
Penggolongan
Pengikhtisaran
Laporan Akuntansi
Menganalisa dan Menginterprestasikan
Pemakaian Informasi Akuntansi
5
Harta = Hutang + Modal
Kas Modal Pendiri
(1) + 70.000.000,- = + 70.000.000,-
Transaksi 2
Tanggal 02/01/2011 LKM-A Maju Terus membuka rekening giro di BRI dengan setoran awal Rp. 20.000.000,- persamaan akuntansinya adalah
sebagi berikut :
Harta = Hutang + Modal
Kas + BRI Modal Pendiri
(1) + 70.000.000,- + 20.000.000,- = + 70.000.000,-
(2) - 20.000.000,- =
Saldo + 50.000.000,- + 20.000.000,- = 70.000.000,-
Transaksi 3
Tanggal 04/01/2011 LKM-A membeli kendaraan dengan kondisi 75% untuk opersional kantor seharga Rp. 3.000.000,00 persamaan
akuntansinya adalah sebagai berikut :
Harta = Hutang + Modal
Kas + BRI + Kendaraan Modal Pendiri
Saldo + 50.000.000,- + 20.000.000,- = 70.000.000,-
(3) - 3.000.000,- + 3.000.000,- =
Saldo + 47.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- = 70.000.000,-
Transaksi 4
Tanggal 05/01/2011 LKM-A menerima simpanan Sukarela dari Tuan Ali sebesar Rp. 15.000.000,- Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut
:
6
Harta = Hutang + Modal
Kas + BRI + Kendaraan Simp. Sisuka + Modal Pendiri
Saldo + 47.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- = 15.000.000,- + 70.000.000,-
(4) + 15.000.000,-
Saldo + 62.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- = + 15.000.000,- + 70.000.000,-
Hutang + Modal
Transaksi 5
Tanggal 06/01/2011 LKM-A Maju Terus memberikan pembiayaan kerjasama modal sebesar Rp. 25.000.000,- Persamaan akuntansinya adalah
sebagai berikut :
Harta = Hutang + Modal
Kas + BRI + Kendaraan + Pembiayaan Simp. Sisuka + Modal Pendiri
Saldo + 62.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- = 15.000.000,- + 70.000.000,-
(5) - 25.000.000,- + 25.000.000,-
Saldo + 37.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- + 25.000.000,- = + 15.000.000,- + 70.000.000,-
Transaksi 6
Tanggal 15/01/2011 Tuan Ali menarik simpanan sukarelanya Rp. 5.000.000,- persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut :
Harta = Hutang + Modal
Kas + BRI + Kendaraan + Pembiayaan Simp. Sisuka + Modal Pendiri
Saldo + 37.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- 25.000.000,- 15.000.000,- + 70.000.000,-
(6) - 5.000.000,- + 5.000.000,-
Saldo + 32.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- + 25.000.000,- = + 10.000.000,- + 70.000.000,-
Transaksi 7
Tanggal 24/01/2011 LKM-A menerima angsuran pembiayaan kerjasama modal sebesar Rp. 10.000.000,dan masuk modal pendiri Rp 4 juta- persamaan akuntansinya sebagai berikut :
7
Harta = Hutang + Modal
Kas + BRI + Kendaraan + Pembiayaan Simp. Sisuka + Modal Pendiri
Saldo + 32.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- + 25.000.000,- 10.000.000,- + 70.000.000,-
(7) + 14.000.000,- - 10.000.000,- + 4.000.000,-
Saldo + 46.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- + 15.000.000,- = + 10.000.000,- + 74.000.000,-
Transaksi 8
Tanggal 30/01/2011 LKM-A membayar gaji pengelola untuk bulan Januari sebesar Rp. 3.000.000,- persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut :
Harta = Hutang + Modal
Kas + BRI + Kendaraan + Pembiayaan Simp. Sisuka + Modal Pendiri
Saldo + 46.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- + 15.000.000,- 10.000.000,- + 74.000.000,-
(8) - 3.000.000,- - 3.000.000,-
Saldo + 43.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- + 15.000.000,- = + 10.000.000,- + 71.000.000,-
Dari semua transaksi di atas bila digabungkan dalam persamaan akuntansi
akan terlihat sebagai berikut :
Harta = Hutang + Modal
Kas + BRI + Kendaraan + Pembiayaan = Simp. Sisuka + Modal Pendiri
(1) + 70.000.000,- = + 70.000.000,-
(2) - 20.000.000,- + 20.000.000,- =
(3) - 3.000.000,- + 3.000.000,- =
(4) + 15.000.000,- = + 15.000.000,-
(5) - 25.000.000,- + 25.000.000,- =
(6) - 5.000.000,- = - 5.000.000,-
(7) + 14.000.000,- - 10.000.000,- = + 4.000.000,-
(8) - 3.000.000,- = - 3.000.000,-
Saldo + 43.000.000,- + 20.000.000,- + 3.000.000,- + 15.000.000,- = + 10.000.000,- + 71.000.000,-
Transaksi diatas jika di buat dalam bentuk neraca sebagai berikut :
8
NERACA
Harta Hutang + Modal
Kas Rp. 43.000.000,- Simpanan Rp. 10.000.000,-
BRI Rp. 20.000.000,-
Pembiayaan Rp. 15.000.000,-
Kendaraan Rp. 3.000.000,- Modal Rp. 71.000.000,-
Jumlah Harta Rp. 81.000.000,- Jml Hutang + Modal Rp. 81.000.000,-
D. Tata Buku Berpasangan dan Pengertian Debet-Kredit
Prinsip tata buku berpasangan ialah menciptakan keseimbangan antara debet dan kredit yaitu jumlah pada sisi debet harus sama dengan sisi kresit. Prinsip tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan rekening bentuk T dan bila digunakan pada persamaan akuntansi akan terlihat seperti dibawah ini :
Kelompok Rekening Pada Neraca
Debet (+) HARTA Kredit
(-) = Debet (+) HUTANG
Kredit (-) +
Debet (+) MODAL
Kredit (-)
Bertambah Berkurang Berkurang Bertambah Berkurang Bertambah
Pengertian dari kelompok rekening neraca di atas adalah sebagai berikut ;
- Harta akan bertambah di sisi debet dan akan berkurang di sisi kredit.
- Hutang akan bertambah di sisi kredit dan akan berkurang di sisi debet.
- Modal akan bertambah di sisi kredit dan akan berkurang di sisi debet.
Kelompok Rekening Laba-Rugi
Debet (+) PENDAPATAN
Kredit (-)
Debet (+) BIAYA
Kredit (-)
Berkurang Bertambah Bertambah Berkurang
9
Pengertian dari kelompok rekening laba-rugi di atas adalah sebagai berikut :
- Pendapatan akan bertambah di sisi kredit dan akan berkurang di sisi debet.
- Biaya akan bertambah di sisi debet dan akan berkurang di sisi kredit.
Bila dilihat dari posisi sifat saldo normal setiap kelompok dengan menggunakan persamaan akuntansi maka akan terlihat sebagai berikut :
Dari tabel di atas terlihat sifat dari harta LKM-A dan biaya LKM-A akan bertambah di sisi debet (bersaldo normal debet), sedangkan sifat hutang LKM-A , modal LKM-A dan pendapatan LKM-A akan bertambah di sisi kredit (bersaldo normal kredit) dan apabila dijumlahkan seluruh saldo normal debet akan seimbang dengan seluruh saldo normal kredit sehingga dapat ditarik kesimpulan memang akuntansi menganut sistem tata buku berpasangan yang seimbang.
Karena akuntansi menganut tata buku berpasangan, maka keseimbangan antara saldo normal debet akan sama dengan saldo normal kredit dan apabila hanya melibatkan harta, hutang dan modal saja maka neraca tidak akan dapat ditutup dengan seimbang tanpa melibatkan pendapatan dan biaya. Hubungan diantara rekening-rekening tersebut dapat dilihat di bawah ini :
Hubungan Diantara Rekening-rekening
Saldo Normal Debet Saldo Normal Kredit
Harta Bertambah, Debet Pada Harta
Biaya Bertambah, Debet Pada Biaya
Hutang Bertambah, Kredit Pada Hutang Modal Bertambah, Kredit Pada Modal
Pendapatan Bertambah, Kredit Pada Pendapatan
=
Harta LKM-A = Hutang LKM-A
+ Modal dan Cadangan
LKM-A
PENDAPATAN - BIAYA
10
Dari gambar di atas dapat dipahami bahwa harta LKM-A merupakan
penjumlahan dari hutang LKM-A di tambah modal dan cadangan LKM-A
karena dalam komponen modal dan cadangan terdapat saldo laba atau rugi
yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya.
Contoh Transaksi
Untuk memahami akuntansi tata buku berpasangan seperti di atas berikut kita coba dengan menggunakan contoh transaksi berikut ini :
Transaksi 1
Pada tanggal 01/01/2011 telah disepakati untuk mendirikan LKM-A Maju Terus dengan setoran modal awal sebesar Rp. 70.000.000,- yang disetor penuh oleh pendiri yang terdiri dari Tuan ABCDE, penerimaan ini dicatat sebagai berikut :
Kas Rp.70.000.000,- (Debet)
Modal Rp. 70.000.000,- (Kredit)
(Setoran Modal Pendiri)
Kas Modal
(1) 70.000.000,- (+)
(1) 70.000.000,- (+)
Saldo Rp. 70.000.000,- (+)
Saldo Rp. 70.000.000,- (+)
Transaksi 2
Tanggal 02/01/2011 LKM-A Maju Terus membuka rekening giro di BRI dengan setoran awal Rp. 20.000.000,- kemudian dicatat dalam jurnal sebagai berikut :
Giro BRI Rp. 20.000.000,- (Debet)
Kas Rp. 20.000.000,- (Kredit)
(Pembukaan rekening giro di BRI)
11
Kas BRI
Saldo Rp. 70.000.000,- (+)
2) Rp. 20.000.0000,-
Rp. 20.000.000,- (+)
Saldo Rp. 50.000.000,- (+)
Saldo Rp. 20.000.000,- (+)
Transaksi 3
Tanggal 03/01/2011 telah dibayar dengan tunai untuk sewa gedung kantor LKM-A selama 2 tahun sebesar Rp. 2.500.000,- lalu dicatat sebagi berikut :
Sewa Dibayar Dimuka Rp. 2.500.000,- (Debet)
Kas Rp. 2.500.000,- (Kredit)
(Sewa kantor LKM-A selama 2 tahun)
Kas Sewa Dibayar Dimuka
Saldo Rp. 50.000.000,- (+)
3) Rp. 2.500.0000,- (-)
3) Rp. 2.500.000,- (+)
Saldo Rp. 47.500.000,-
Saldo Rp. 2.500.000,- (+)
Transaksi 4
Tanggal 03/01/2011 LKM-A mengeluarkan biaya untuk pengurusan surat-surat perizinan operasional LKM-A sebesar Rp. 1.000.000,- Jurnal untuk transaksi ini adalah sebagai berikut :
Biaya Pra Opersional Rp. 1.000.000,- (Debet)
Kas Rp. 1.000.000,- (Kredit)
12
Biaya pengurusan surat-surat perizinan operasional LKM-A
Transaksi 5
Pada tanggal 03/01/2008 LKM-A melakukan pembelian peralatan kantor untuk keperluan operasional kantor sebesar Rp. 1.900.000,- yang dapat diperincikan sebagai berikut :
a. 1 Unit mesin ketik merk Brothers Rp. 500.000,-
b. 3 Unit kalkulator merk Casio Rp. 450.000,-
c. 3 Unit meja kantor Rp. 450.000,-
d. 6 Unit kursi kantor Rp. 300.000,-
e. 2 Unit papan tulis white board Rp. 200.000,-
Jumlah Rp. 1.900.000,-
Peralatan Kantor Rp. 1.900.000,-
Kas Rp. 1.900.000,-
(Pembelian Peralatan Kantor)
Kas
Peralatan Kantor
Saldo Rp. 46.500.000,- (+)
5) Rp. 1.900.0000,- (-)
5) Rp. 1.900.000,- (+)
Saldo Rp. 44.600.000,- (+)
Saldo Rp. 1.900.000,- (+)
Kas Biaya Pra Operasional
Saldo Rp. 47.500.000,- (+)
4) Rp. 1.000.0000,- (-)
4) Rp. 1.000.000,- (+)
Saldo Rp. 46.500.000,- (+)
Saldo Rp. 1.000.000,- (+)
13
Transaksi 6
Tanggal 04/01/2011 LKM-A membeli kendaraan dengan kondisi 75% untuk operasional kantor seharga Rp. 3.000.000,- transaksi ini dicatat dalam jurnal sebagai berikut :
Kendaraan Rp. 3.000.000,-
Kas Rp. 3.000.000,-
(Pembelian 1 unit kendaraan roda dua merk Honda kondisi 75% untuk operasional kantor)
Kas
Kendaraan
Saldo
Rp. 44.600.000,- (+)
6) 3.000.0000,- (-)
6) 3.000.000,- (+)
Saldo
Rp. 41.600.000,- (+)
Saldo
Rp. 3.000.000,- (+)
Transaksi 7
Tanggal 05/01/2011 LKM-A menerima simpanan Sukarela Sisuka dari Tuan Ali sebesar Rp. 15.000.000,- jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut :
Kas Rp. 15.000.000,- (Debet)
Simpanan Sisuka Rp. 15.000.000,- (Kredit)
(Penerimaan Simpanan Sisuka Tuan Ali)
14
Kas Sisuka
Saldo Rp. 41.600.000,- (+)
7) Rp. 15.000.000,- (+)
7) Rp. 15.000.000,- (+)
Saldo Rp. 15.000.000,- (+)
Saldo Rp. 56.600.000,- (+)
Transaksi 8
Pada tanggal 06/01/2011 LKM-A Maju Terus memberikan pembiayaan sebesar Rp. 25.000.000,- kepada 2 kelompok untuk 20 orang anggota, masing-masing kelompok mendapatkan Rp. 12. 500.000,- pembiayaan ini dicatat sebagai berikut :
Pembiayaan Rp. 25.000.000,- (Debet)
Kas Rp. 25.000.000,- (Kredit)
(Pembiayaan kelompok)
Kas Pembiayaan
Saldo Rp. 56.600.000,- (+)
8) Rp. 25.000.000,- (-)
8) Rp. 25.000.000,- (+)
Saldo Rp. 31.600.000,- (+)
Saldo Rp. 25.000.000,- (+)
Transaksi 9
Tanggal 15/01/2011 Tuan Ali menarik simpanan sukarela Sisuka sebesar Rp. 5.000.000,-, transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Simpanan Sisuka Rp. 5.000.000,- (Debet)
Kas Rp. 5.000.000,- (Kredit)
(Penarikan Simpanan Sisuka)
15
Kas Simpanan Sisuka
Saldo Rp. 31.600.000,- (+)
9) Rp. 5.000.000,- (-)
9) Rp. 5.000.000,- (-)
Saldo Rp. 15.000.000,- (+)
Saldo Rp. 26.600.000,- (+)
Saldo Rp. 10.000.000,- (+)
Transaksi 10
Pada tanggal 23/01/2011 LKM-A Maju Terus memperoleh titipan dana sosial sebesar Rp. 15.000.000,- titipan dana tersebut dicatat sebagai berikut ;
Kas Rp. 15.000.000,- (Debet)
Titipan dana sosial Rp. 15.000.000,- (Kredit)
(Penerimaan titipan dana sosial)
Kas Titipan Dana sosial
Saldo Rp. 26.600.000,- (+)
10) Rp. 15.000.000,- (+)
10) Rp. 15.500.000,- (+)
Saldo Rp. 15.000.000,- (+)
Saldo Rp. 41.600.000,- (+)
16
Transaksi 11
Tanggal 24/01/2011 dibayar rekening listrik kantor RP. 75.000,- dicatat sebagai berikut:
Biaya Listrik Kantor Rp. 75.000,- (Debet)
Kas Rp. 75.000,- (Kredit)
(Pembayaran rekening listrik kantor)
Kas Biaya Rekening Listrik
Saldo Rp. 41.600.000,- (+)
11) Rp. 75.000,-
11) Rp. 75.000,- (+)
Saldo Rp. 41.525.000,- (+)
Saldo Rp. 75.000,- (+)
Transaksi 12
Tanggal 24/01/2011 KELOMPOK A mengangsur pembiayaan Sisuka sebesar Rp. 10.000.000,- dan bagi hasil sebesar Rp. 4.000.000,- transaksi ini dicatat sebagai berikut:
Kas Rp. 14.000.000,- (Debet)
Angsuran KELOMPOK A Rp. 10.000.000,- (Kredit)
Pendapatan bagi hasil Rp. 4.000.000,- (Kredit)
(Penerimaan angsuran dan bagi hasil KELOMPOK A)
17
Kas
Pembiayaan
Saldo Rp. 41.525.000,- (+)
Saldo Rp. 25.000.000,- (+)
12) Rp. 10.000.000,- (-)
12) Rp. 14.000.000,- (+)
Saldo Rp. 15.000.000,- (+)
Saldo Rp. 55.525.000,- (+)
Pendapatan Bagi Hasil
12) Rp. 4.000.000,- (+)
Saldo Rp. 4.000.000,- (+)
Transaksi 13
Tanggal 31/01/2011 LKM-A Maju Terus membayar gaji pengelola untuk bulan Januari Rp. 3.000.000,- dicatat sebagai berikut :
Biaya Gaji Pengelola Rp. 3.000.000,- (Debet)
Kas Rp. 3.000.000,- (Kredit)
(Pembayaran gaji pengelola bulan Januari 2011)
Kas
Biaya Gaji Pengelola
Saldo Rp. 5.525.000,- (+)
13) Rp. 3.000.000,- (-)
13) Rp. 3.000.000,- (+)
Saldo Rp. 2.525.000,- (+)
Saldo Rp. 3.000.000,- (+)
18
Transaksi 14
Tanggal 31/01/2011 LKM-A telah menghitung biaya bagi hasil untuk simpanan Sisuka bulan Januari sebesar Rp. 100.000,- dan dicatat sebagai berikut :
Biaya Bagi Hasil Rp. 100.000,- (Debet)
Simpanan Sisuka Rp. 100.000,- (Kredit)
(Biaya bagi hasil simpanan Sisuka)
Transaksi 15
Sewa kantor yang dibayar dimuka selama 2 tahun sebesar Rp. 2.500.000,- untuk bulan Januari dibebankan sebesar Rp. 104.167,- pembebanan ini dicatat sebagai berikut :
Biaya Sewa Kantor Rp. 104.167,- (Debet)
Sewa Dibayar Dimuka Rp. 104.167,- (Kredit)
(Beban sewa kantor bulan Januari)
Biaya Bagi
Hasil Simp. Sisuka
14) Rp. 100.000,- (+)
Saldo Rp. 10.000.000,- (+)
Saldo Rp. 100.000,- (+)
14) Rp. 100.000,- (+)
Saldo Rp. 10.100.000,- (+)
19
Transaksi 16
Peralatan dan kendaraan yang dipakai untuk memperolah pendapatan harus dibebankan sebagai biaya dalam bulan ini, besarnya penyusutan peralatan dan kendaraan berdasarkan metode penyusutan garis lurus dihitung masing-masing adalah Rp. 39.583,- dan Rp. 62.500,- beban penyusutan ini dicatat sebagai berikut :
Biaya Penyusutan Peralatan Rp. 39.583,-
Biaya Penyusutan Kendaraan Rp. 62.500,-
Akumulasi Penyusutan Peralatan Rp. 39.583,-
Akumulasi Penyusutan Kendaraan Rp. 62.500,-
(Beban Penyusutan bulan Januari)
Biaya Penyusutan Peralatan
Akumulasi Penyusutan Peralatan
16) Rp. 39.583,- (+)
16) Rp. 39.583,- (+)
Saldo Rp. 39.583,- (+)
Saldo Rp. 39.583,- (+)
Biaya Sewa
Kantor Sewa Dibayar
Dimuka
15) Rp. 104.167,- (+)
Saldo Rp. 2.500.000,- (+)
15) Rp. 104.167,- (-)
Saldo Rp. 104.167,- (+)
Saldo Rp. 2.395.833,- (+)
20
Biaya Penyusutan Kendaraan
Akumulasi Penyusutan Kendaraan
16) Rp. 62.500,- (+)
16) Rp. 62.500,- (+)
Saldo Rp. 62.500,- (+)
Saldo Rp. 62.500,- (+)
Dari semua transaksi di atas apabila disusun neraca saldo LKM-A maka akan terlihat sebagai berikut :
21
LKM-A MAJU TERUS Neraca Saldo Debet Kredit
Kas Rp. 52.525.000,-
BRI Rp. 20.000.000,-
Sewa Dibayar Dimuka Rp. 2.395.833,-
Pembiayaan kerjasama modal Rp. 15.000.000,-
Peralatan Kantor Rp. 1.900.000,-
(Akumulasi Penyusutan Peralatan) Rp. 39.583,-
Kendaraan Rp. 3.000.000,-
(Akumulasi Penyusutan Kendaraan) Rp. 62.500,-
Biaya Pra Operasional Rp. 1.000.000,-
Simpanan Sukarela (Sisuka) Rp. 10.100.000,-
Titipan Dana social Rp. 15.000.000,-
Simpanan Pokok Khusus Rp. 70.000.000,-
Pendapatan Pembiayaan Sisuka Rp. 4.000.000,-
Biaya Bagi Hasil Sisuka Rp. 100.000,-
Biaya Listrik Rp. 75.000,-
Biaya Gaji Pengelola Rp. 3.000.000,-
Biaya Sewa Kantor Rp. 104.167,-
Biaya Penyusutan Peralatan Rp. 39.583,-
Biaya Penyusutan kendaraan Rp. 62.500,-
Rp. 99.202.083,- Rp.99.202.083,-
Sedangkan bila disusun laporan keuangan yaitu perhitungan laba/rugi dan neraca maka akan terlihat sebagai berikut :
22
LAPORAN KEUANGAN LKM-A MAJU TERUS
Pendapatan Pembiayaan Sisuka Rp. 4.000.000,-
Biaya Bagi Hasil Sisuka Rp. 100.000,-
Laba Kotor Rp. 3.900.000,-
Biaya Operasional :
Biaya Gaji Pengelola Rp. 3.000.000,-
Biaya Listrik Rp. 75.000,-
Biaya Sewa Kantor Rp. 104.167,-
Biaya Penyusutan Peralatan Rp. 39.583,-
Biaya Penyusutan Kendaraan Rp. 62.500,-
Jumlah Biaya Operasional Rp. 3.281.250,-
Laba Bersih Rp. 618.750,-
23
LKM-A MAJU TERUS Neraca
Per 31 Januari 2011 HARTA HUTANG + MODAL
Harta Lancar : Hutang Lancar :
Kas Rp. 52.525.000,- Simpanan Sisuka Rp. 10.100.000,-
BRI Rp. 20.000.000,-
Sewa Dibayar Dimuka Rp 2.395.833,- Hutang Jangka Panjang
Pembiayaan : Titipan Dana social Rp. 15.000.000,-
- Sisuka Rp. 15.000.000,-
Harta Tetap :
Peralatan Kantor Rp 1.900.000,-
Akum. Peny. Peralatan Rp. (39.583),-
Kendaraan Rp. 3.000.000,- Modal :
Akum. Peny. Kendaraan Rp. (62.500),-
Simpanan Pokok khusus Rp. 70.000.000,-
Laba Periode Januari Rp. 618.750,-
Harta Lain-lain :
Biaya Pra Operasional Rp. 1.000.000,-
Jumlah Harta Rp. 95.718.750,- Jumlah Hutang + Modal Rp. 95.718.750,-
a. Penggolongan Rekening Neraca dan Laba-Rugi
Harta, hutang dan modal merupakan rekening atau pos-pos pada neraca, pos-pos ini akan selalu tampak dalam neraca karena merupakan pos-pos yang kumulatif dari periode selanjutnya atau sering disebut juga sesuai dengan sifatnya sebagai rekening yang permanent atau real account.
Pendapatan dan biaya merupakan rekening atau pos-pos laba-rugi yang sifatnya sementara, pos-pos ini selalu terlihat paling lama hanya satu periode laporan keuangan dan tidak kumulatif dengan tahun selanjutnya
24
atau sering disebut juga sesuai dengan sifatnya sebagai rekening temporary atau nominal account.
b. Jenis Kegiatan dan Aliran dana Dalam LKM-A
Harta dalam LKM-A dinyatakan dalam bentuk penyaluran dana atau investasi dana baik dalam bentuk pembiayaan, penyertaan modal (penempatan modal pada lembaga keuangan lain), harta tetap dan harta lain-lain. Hutang LKM-A terdiri dari simpanan sukarela, tabungan perorangan, Hutang ke pihak III (Pinjaman-pinjaman), dan titipan dana social. Modal terdiri dari setoran simpanan pokok khusus pendiri, simpanan pokok, simpanan wajib, modal penyertaan, cadangan-cadangan, laba ditahan dan laba atau rugi periode berjalan. Bila dijabarkan menurut jenis kegiatannya maka persamaan akuntansi LKM-A adalah sebagai berikut :
÷
E. Akuntansi Jual beli
Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Transaksi Jual beli
1. Perlakuan akuntansi jual beli adalah sebagai berikut:
a. Pengakuan dan pengukuran uang muka.
1) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah
yang diterima LKM-A pada saat diterima.
2) Jika transaksi jual beli dilaksanakan, maka uang muka diakui
sebagai pembayaran piutang (bagian angsuran pembelian);
3) Jika transaksi jual beli tidak dilaksanakan, maka uang muka
dikembalikan kepada anggota setelah dikurangi dengan biaya-
biaya yang telah dikeluarkan LKM-A.
b. Pengakuan piutang
Pada saat akad jual beli, piutang jual beli diakui sebesar nilai
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati.
HARTA LKM-A MODAL LKM-A HUTANG LKM-A
Pembiayaan Anggota
Penyertaan Modal
Harta Tetap
Harta Lain-lain
Simpanan Sukarela
Simpanan Berjangka
Hutang Ke Pihak III
Titipan dana sosial
Simpanan Pokok
Simpanan Wajib
Modal Penyertaan
Cadangan-cadangan
Laba Ditahan
L/R Periode Berjalan
+
=
25
c. Pengakuan keuntungan
Keuntungan jual beli, diakui:
1) Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode
laporan keuangan yang sama, atau
2) Selain periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui
satu periode laporan keuangan
d. Pengakuan potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan
salah satu metode:
1) Pada saat penyelesaian, LKM-A mengurangi piutang jual beli dan
keuntungan jual beli, dan
2) Setelah penyelesaian, LKM-A terlebih dulu menerima pelunasan
jual beli dari anggota, kemudian LKM-A membayar pengakuan
potongan kepada anggota dengan mengurangi keuntungan jual
beli.
e. Pengakuan denda
Denda diakui sebagai dana kebajikan pada saat diterima.
f. Pada akhir periode, piutang jual beli disajikan sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasikan
g. Pada akhir periode, margin jual beli tangguhan disajikan sebagai pos
lawan piutang jual beli.
2. Jurnal Standar
a. Pada saat pembayaran uang muka kepada supplier (penjual
membeli dari supplier)
(Dr) Uang muka kepada supplier xx (Cr) Kas Xx
b. Pada saat perolehan barang jual beli
(Dr) Persediaan/aktiva jual beli xx (Cr) Uang muka kepada supplier Xx (Cr) Kas Xx
c. Pada saat dibatalkan, sebagian uang muka diterima kembali
(Dr) Kas xx (Dr) Beban operasional lain xx (Cr) Uang muka kepada supplier Xx
d. Bila terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak, atau kondisi
lainnya
26
(Dr) Kas xx (Dr) Beban operasional lain xx (Cr) Uang muka kepada supplier Xx
e. Bila terjadi kenaikan nilai wajar persediaan melebihi harga perolehan
maka keuntungan hanya boleh diakui pada saat direalisasi
(Dr) Kerugian penurunan nilai aktiva jual beli xx (Cr) Persediaan/aktiva jual beli Xx
f. Bila dalam jual beli tanpa pesanan atau jual beli dengan pesanan tidak
mengikat terjadi penurunan nilai wajar persediaan dibawah harga
perolehannya
(Dr) Beban penurunan nilai aktiva jual beli xx (Cr) Selisih penilaian persediaan aktiva jual beli Xx
g. Pada saat penjualan kepada pembeli
1) Pembayaran secara tunai
(Dr) Kas xx (Cr) Pendapatan margin jual beli xx (Cr) Persediaan/aktiva jual beli xx
2) Pembayaran secara angsuran
(Dr) Piutang jual beli xx (Cr) Margin jual beli tangguhan xx (Cr) Persediaan/aktiva jual beli xx
h. Uang muka
1) Penerimaan uang muka dari pembeli
(Dr) Kas xx (Cr) Titipan uang muka pembeli (uang muka) Xx
2) Pembatalan pesanan, pengembalian uang muka kepada pembeli
setelah dikurangi beban atau kerugian (jika ada), dan uang muka
lebih besar daripada beban atau kerugian
(Dr) Titipan uang muka pembeli xx (Cr) Beban/kerugian Xx (Cr) Kas Xx
3) Pembatalan pesanan, pengembalian uang muka kepada pembeli
setelah dikurangi beban atau kerugian (jika ada), dan uang muka
lebih kecil daripada beban atau kerugian
27
(Dr) Titipan uang muka pembeli xx (Dr) Piutang kepada pembeli xx (Cr) Beban/kerugian Xx
4) Apabila jual beli jadi dilaksanakan
(Dr) Titipan uang muka pembeli xx (Cr) Piutang jual beli Xx
i. Pada saat penerimaan angsuran dari pembeli
(Dr) Kas xx (Dr) Margin jual beli tangguhan xx (Cr) Piutang jual beli Xx (Cr) Pendapatan margin jual beli Xx
j. Pada saat terjadi tunggakan angsuran.
1) Pada saat pengakuan pendapatan
(Dr) Piutang jual beli jatuh tempo xx (Dr) Margin jual beli tangguhan xx (Cr) Piutang jual beli Xx (Cr) Pendapatan margin jual beli Xx
2) Pada saat penerimaan angsuran tunggakan
(Dr) Kas xx (Cr) Piutang jual beli jatuh tempo Xx
k. Pemberian potongan pelunasan dini dapat dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari 2 metode berikut ini:
1) Jika pada saat penyelesaian, LKM-A mengurangi piutang jual beli
dan keuntungan jual beli
(Dr) Margin jual beli tangguhan xx (Cr) Piutang jual beli (sebesar potongan) Xx
(Dr) Kas xx (Dr) Margin jual beli tangguhan xx (Cr) Pendapatan margin jual beli Xx (Cr) Piutang jual beli (sebesar sisa jumlah yang tidak dipotong) Xx
2) Jika setelah penyelesaian, LKM-A terlebih dulu menerima pelunasan
piutang jual beli dari anggota, kemudian LKM-A membayar
pengakuan potongan kepada anggota dengan mengurangi
keuntungan jual beli
(Dr) Kas xx (Dr) Margin jual beli tangguhan xx
28
(Cr) Pendapatan margin jual beli Xx (Cr) Piutang jual beli Xx
(Dr) Beban potongan xx (Cr) Kas (sebesar potongan) xx
l. Penerimaan denda, apabila anggota melanggar perjanjian dengan
sengaja
(Dr) Kas xx (Cr) Rekening dana kebajikan xx
B. AKUNTANSI KERJASAMA MODAL Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Transaksi Kerjasama
modal
1. Perlakuan Akuntansi pembiayaan Kerjasama modal
a. Pembiayaan Kerjasama modal dalam bentuk kas diakui pada saat
pembayaran tunai sebesar jumlah yang diberikan LKM-A pada saat
pembayaran.
b. Pembiayaan kerjasama modal yang diberikan secara bertahap diakui
pada setiap tahap pembayaran.
c. Pembiayaan kerjasama modal yang diberikan dalam bentuk aktiva
non-kas dinilai sebesar nilai wajar aktiva non-kas Selisih antara nilai
wajar dan nilai buku aktiva non-kas diakui sebagai keuntungan atau
kerugian LKM-A pada saat penyerahan.
d. Biaya yang terjadi akibat akad kerjasama modal tidak dapat diakui
sebagai bagian pembiayaan Kerjasama modal kecuali telah
disepakati bersama
e. Pembayaran kembali pembiayaan Kerjasama modal oleh peminjam
akan mengurangi pembiayaan Kerjasama modal.
f. Apabila sebagian pembiayaan Kerjasama modal hilang sebelum
dimulainya pekerjaan/proyek karena ada kerusakan atau sebab
lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak peminjam,
maka kerugian tersebut mengurangi pembiayaan Kerjasama modal
dan diakui sebagai kerugian LKM-A apabila kehilangan tersebut
terjadi setelah dimulainya pekerjaan, hal itu tidak mempengaruhi
penilaian pembiayaan Kerjasama modal.
29
g. Apabila seluruh pembiayaan Kerjasama modal hilang dan bukan
disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan peminjam, maka
pembiayaan Kerjasama modal diakhiri dan kerugian yang timbul
sebagai beban LKM-A.
h. Apabila akad kerjasama modal diakhiri sebelum jatuh tempo dan
saldo pembiayaan Kerjasama modal tidak langsung di bayar oleh
Peminjam, maka pembiayaan kerjasama modal diakui sebagai
Kerjasama modal dengan memperhatikan tingkat kolektibilitasnya.
i. Apabila pembiayaan kerjasama modal yang dimulai dan berakhir
dalam satu periode laporan yang sama, maka keuntungan atau
kerugian harus diakui pada saat pembayaran.
j. Apabila pembiayaan Kerjasama modal melewati satu periode
pelaporan, maka keuntungan kerjasama modal diakui pada saat
terjadinya realisasi bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati.
k. Bagi hasil Kerjasama modal dapat dilakukan dengan menggunakan
dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan
(revenue sharing).
l. Apabila Pembiayaan Kerjasama modal melewati suatu periode
pelaporan, maka kerugian Kerjasama modal diakui pada periode
terjadinya kerugian tersebut dan mengurangi pembiayan Kerjasama
modal.
m. Bagian keuntungan LKM-A yang tidak dibayarkan oleh Peminjam
pada saat akad jatuh tempo diakui sebagai Piutang Kerjasama modal
n. Kerugian yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan Peminjam
diakui sebagai piutang kerjasama modal.
2. Jurnal
a. Pada saat LKM-A membayarkan uang tunai kepada
Peminjam/Mudharib
(Dr) Pembiayaan Kerjasama modal xx (Cr) Kas xx
b. Pada saat LKM-A menyerahkan aktiva non-kas kepada Peminjam
30
1) Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas nilai
buku (Dr) Pembiayaan Kerjasama modal (sebesar nilai wajar) xx (Dr) Kerugian penyerahan aktiva xx (Cr)Aktiva non-kas xx
2) Jika Nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai buku.
(Dr) Pembiayaan Kerjasama modal (sebesar nilai wajar) xx (Cr) Aktiva non-kas (sebesar nilai Buku) xx (Cr) Keuntungan penyerahan aktiva xx
c. Pengakuan biaya akad Kerjasama modal
(Dr) Beban Akad Kerjasama modal xx (Cr) Kas xx
d. Jika biaya akad diakui sebagai beban
Tidak ada jurnal
e. Jika berdasarkan kesepakatan dapat di akui sebagai pembiayaan
(Dr) Pembiayaan Kerjasama modal xx (Cr) Beban Akad Kerjasama modal xx
f. Apabila sebagian pembiayaan kerjasama modal dalam bentuk aktiva
non-kas hilang sebelum dimulainya pekerjaan karena adanya
kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian Peminjam.
(Dr) Kerugian Pembiayaan Kerjasama modal xx (Cr) Pembiayaan Kerjasama modal xx
g. Apabila sebagian pembiayaan Kerjasama modal hilang setelah
dimulainya pekerjaan karena adanya kerusakan atau sebab lainnya
tanpa adanya kelalaian Peminjam.
Tidak ada jurnal;
h. Pada saat akad diakhiri akan dikompensasi dengan bagi hasil untuk
LKM-A.
1) Penerimaan keuntungan Kerjasama modal
(Dr) Kas xx (Cr) Pendapatan Bagi Hasil Kerjasama modal xx
2) Pencatatan kerugian yang timbul bukan akibat kelalaian atau
kesalahan Peminjam/Mudharib.
(Dr) Kerugian Bagi Hasil Kerjasama modal xx (Cr) Pembiayaan Kerjasama modal xx
31
3) Pencatatan kerugian yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan
Peminjam/Mudharib.
(Dr) Kerugian Bagi Hasil Kerjasama modal xx (Cr) Pembiayaan Kerjasama modal xx
4) Pelunasan pembiayan Kerjasama modal sebelum atau saat akad
jatuh tempo
(Dr) Kas xx (Cr) Pembiayaan Kerjasama modal xx
i. Pengembalian modal Kerjasama modal non-kas dengan nilai wajar
lebih rendah dari nilai historis (Dr)Aktiva non-kas xx (Dr) Kerugian Penyelesaian Pembiayaan Kerjasama modal xx (Cr) Pembiayaan Kerjasama modal xx
j. Pengembalian modal Kerjasama modal non-kas dengan nilai wajar
lebih tinggi dari nilai historis. (Dr)Aktiva non-kas xx (Cr) Keuntungan Penyelesaian Pembiayaan Kerjasama modal xx (Cr) Pembiayaan Kerjasama modal xx
k. Pada saat akad Kerjasama modal diakhiri sebelum jatuh tempo dan
kerugian bukan karena kesalahan mitra bisnis/penerima manfaat
maka kerugian tersebut mengurangi pembiayaan Kerjasama modal
(Dr) Kerugian Bagi Hasil Kerjasama modal xx (Cr) Pembiayaan Kerjasama modal xx
C. AKUNTANSI SEWA
Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Transaksi Sewa
1. Perlakuan Akuntansi Sewa
a. LKM-A sebagai pemilik obyek sewa
1) Aktiva yang dijadikan sebagai objek sewa diakui sebesar harga
perolehan
2) Objek sewa disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aktiva
sejenis, sedangkan objek sewa dalam sewa yang berakhir
dengan kepemilikan disusutkan sesuai masa sewa.
b. Perpindahan hak kepemilikan obyek sewa
32
1) Melaui hibah diakui saat seluruh pembayaran selesai dan obyek
sewa telah diserahkan kepada penyewa serta dikeluarkan dari
aktiva pemilik obyek sewa.
2) Melalui penjualan obyek sewa sebesar sisa cicilan sebelum
berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli
obyek sewa pemilik objek sewa mengakui keuntungan atas
kerugian tesebut sebesar selisih harga jual dan nilai bukunya.
3) Melalui pembayaran sekadarnya :
(a) Diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan
penyewa membeli objek sewa dari pemilik obyek sewa;
(b) Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada
saat terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa;
(c) Jika penyewa berjanji untuk membeli obyek sewa tetapi
kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya dan nilai
wajar obyek sewa ternyata lebih rendah dari nilai bukunya,
maka selisihnya diakui sebagai piutang pemilik obyek sewa
kepada penyewa.; dan
(d) Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek sewa dan
memutuskan untuk tidak melakukannya maka obyek sewa
dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih
rendah jika nilai wajar obyek sewa tersebut lebih rendah dari
nilai buku, maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada
periode berjalan.
4) Melalui penjualan obyek secara bertahap adalah sebagai berikut:
(a) Diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan
penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik obyek
sewa.
(b) Nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual dikeluarkan
dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya
perpindahan hak milik bagian obyek sewa.
(c) Pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian
sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian
obyek sewa yang telah dijual; dan
33
(d) Jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa
yang tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan
butir 3) (c) dan 3) (d) diatas
c. LKM-A sebagai penyewa
1) Pembayaran beban sewa diakui secara proporsional selain masa
akad.
2) Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut
dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban sewa atau
sewa yang berakhir dengan kepemilikan selain masa akad.
3) Jika Biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa berdasarkan
akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai
beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi
dalam sewa yang berakhir dengan kepemilikan melaui penjualan
obyek sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif
sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek sewa.
4) Perpindahan hak kepemilikan obyek sewa dengan cara :
(a) Hibah diakui sebagai aktiva sebesar nilai wajar dari obyek sewa
dan di sisi lain diakui sebagai pendapatan operasi lainnya.
(b) Pembelian sebelum berakhirnya jangka waktu dengan harga
sebesar sisa pembayaran sewa diakui sebesar kas yang
dibayarkan.
(c) Pembelian secara bertahap diakui sebesar harga perolehan
(d) Obyek sewa yang dibeli LKM-A untuk disewakan kembali
disajikan dalam neraca kepada pos aktiva Sewa.
(e) Akumulasi penyusutan aktiva sewa disajikan sebagai pos lawan
dari aktiva sewa.
(f) Tunggakan pendapatan sewa disajikan dalam pos piutang
pendapatan sewa.
(g) Uang muka pembayaran sewa aktiva Sewa atas beban pemilik
obyek sewa yang dibayarkan terlebih dahulu disajikan dalam pos
aktiva lain-lain pada akun piutang kepada pemilik obyek sewa.
34
2. Jurnal
Untuk Sewa & Sewa yang berakhir dengan kepemilikan
a. LKM-A sebagai pemilik obyek sewa
1) Pada saat perolehan
(Dr) Aktiva Sewa xx (Cr) Kas xx
2) Pada saat penyusutan
(Dr) Beban penyusutan xx (Cr) Akumulasi Penyusutan Aktiva Sewa xx
3) Penerimaan dari lessee pada saat jatuh tempo
(Dr) Kas xx (Cr) Pendapatan Sewa xx
4) Pada saat jatuh tempo dan penyewa belum melunasi pembayaran
sewa
(Dr) Piutang pendapatan Sewa xx (Cr) Pendapatan Sewa xx
5) Pada saat penerimaan pembayaran sewa.
(Dr) Kas xx (Cr) Piutang pendapatan Sewa xx
6) Pada saat pembebanan beban perbaikan
(Dr) Beban perbaikan aktiva Sewa xx (Cr) Kas xx
7) Apabila dalam masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas obyek
sewa yang bukan disebabkan tindakan/kelalaian penyewa yang
mengakibatkan jumlah cicilan yang telah di terima lebih besar dari
nilai sewa yang wajar.
(Dr) Beban pengembalian kelebihan penerimaan sewa xx
(Cr) Kas/Hutang kepada penyewa xx
8) Pada saat pengalihan obyek sewa dalam sewa yang berakhir
dengan kepemilikan
(a) Melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah diterima
dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa
(Dr) Akumulasi Penyusutan Aktiva Sewa xx (Cr) Aktiva Sewa xx
35
(b) Melalui penjualan obyek sewa sebelum masa berakhirnya masa
sewa dengan harga jual sebesar sisa cicilan sewa.
(1) Jika harga jual lebih besar dari nilai buku
(Dr) Kas xx (Dr) Akumulasi Penyusutan Aktiva Sewa xx (Cr) Aktiva Sewa xx (Cr) Keuntungan Penjualan Aktiva Sewa xx
(2) Jika harga jual sama dengan nilai buku (Dr) Kas xx (Cr) Akumulasi Penyusutan Aktiva Sewa Xx (Cr) Aktiva Sewa xx
(3) Jika harga jual lebih kecil dari nilai buku
(Dr) Kas xx (Dr) Akumulasi Penyusutan Aktiva Sewa xx (Cr) Aktiva Sewa xx (Cr) Kerugian Penjualan Aktiva Sewa xx
(c) Melalui penjualan obyek sewa dengan harga sekadarnya seolah
seluruh penerimaan sewa diterima dan obyek sewa tidak memiliki
nilai sisa
(Dr) Kas xx (Dr) Akumulasi Penyusutan Aktiva Sewa xx (Cr) Aktiva Sewa xx (Cr) keuntungan Penjualan Aktiva Sewa xx
(d) Jika penyewa berjanji untuk membeli tetapi kemudian
membatalkan, dan nilai wajar obyek sewa lebih rendah dari nilai
buku dari dibeli LKM-A kepada penyewa lessor.
(Dr) Piutang kepada penyewa xx (Cr) Akumulasi Penyusutan Aktiva Sewa xx
(e) Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli dan kemudian
menentukan untuk tidak membeli, dan nilai wajar obyek sewa
lebih rendah dari nilai buku, maka penurunan nilai buku tersebut
diakui sebagai kerugian :
(Dr) Beban penyusutan aktiva sewa xx (Cr) Akumulasi Penyusutan Aktiva Sewa xx
b. LKM-A sebagai penyewa
36
1) Pada saat pembayaran sewa
(a) Jika sewa di bayar untuk satu periode
(Dr) Beban sewa aktiva Sewa xx (Cr) Kas xx
(b) Jika sewa dibayar untuk lebih dari satu periode
(Dr) Sewa dibayar dimuka aktiva Sewa xx (Cr) Kas xx
2) Pada saat amortisasi sewa dibayar dimuka
(Dr) Beban sewa aktiva Sewa xx (Cr) Sewa dibayar dimuka aktiva Sewa xx
3) Pada saat perbaikan aktiva sewa atas beban pemiliki obyek sewa
(Dr) Piutang kepada pemilik obyek sewa xx (Cr) Kas xx
4) Apabila dalam masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas obyek
sewa yang bukan di sebabkan tindakan/kelalaian LKM-A sebagai
penyewa yang mengakibatkan jumlah cicilan yang telah dibayar lebih
besar dari nilai sewa yang wajar.
(Dr) Kas/Piutang kepada pemilik obyek sewa xx (Cr) Pendapatan kelebihan Pembayaran sewa xx
5) Pada saat penerimaan pengalihan obyek sewa dalam sewa yang
berakhir dengan kepemilikan.
(a) Melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah dibayar
dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa.
(1) Jika sumber pembayaran sewa aktiva sewa berasal dari Modal
(Dr) Aktiva Sewa xx (Cr) Pendapatan Operasi lainnya xx
(2) Jika sumber pembayaran sewa aktiva sewa berasal dari dana
investasi tidak terikat
(Dr) Aktiva Sewa xx (Cr) Pendapatan Operasi Utama lainnya xx
(b) Melalui pembelian obyek sewa sebelum berakhirnya masa sewa
dengan harga beli sebesar sisa cicilan sewa/sekadarnya
(Dr) Aktiva Sewa xx (Cr) Kas xx