kementerian kehutanan badan penelitian dan … · deskripsi individu rusa jantan yang telah...

31
KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI LAPORAN PENELITIAN PROGRAM INSENTIF RISET UNTUK PENELITI DAN PEREKAYASA LPND DAN LPD TAHUN 2011 PEMANFAATAN HASIL IKUTAN PENANGKARAN RUSA YANG BERNILAI EKONOMIS TINGGI PENELITI: Ir. MARIANA TAKANDJANDJI, M.Si. Drh. PUJO SETIO, M.Si. Ir. R. GARSETIASIH, MP. BOGOR, 2011

Upload: trinhdat

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI

LAPORAN PENELITIAN PROGRAM INSENTIF RISET

UNTUK PENELITI DAN PEREKAYASA LPND DAN LPD

TAHUN 2011

PEMANFAATAN HASIL IKUTAN PENANGKARAN RUSA

YANG BERNILAI EKONOMIS TINGGI

PENELITI:

Ir. MARIANA TAKANDJANDJI, M.Si.

Drh. PUJO SETIO, M.Si.

Ir. R. GARSETIASIH, MP.

BOGOR, 2011

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. i

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. ii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… iii

RINGKASAN ………..……….…………………………………………..…. iv

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …….……………………………………………. 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………….. 2

1.3. Tujuan dan Sasaran ………………..…………………………. 3

1.4. Luaran …………..……………………………………………… 3

1.5. Manfaat/Dampak ………………………………………………. 4

II. METODOLOGI

2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………. 4

2.2. Bahan dan Alat …………………………………………………. 4

2.3. Metode Kerja …………………………………..………………. 5

2.4. Analisis Data ……………………………………………………. 7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pemanenan dan Pengolahan Velvet …………………………….... 7

3.2. Limbah Penangkaran …………………………….. 18

3.3. Pemanfaatan Limbah Penangkaran Rusa ………………………….. 20

3.4. Nilai Ekonomi Hasil Ikutan Penangkaran Rusa …………………… 22

IV. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………. 23

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 24

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penampilan ranggah muda masa velvet pada rusa timor jantan di Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor ………………………… 7

2. Model kandang jepit sederhana dan posisi rusa dalam kandang jepit …. 9

3. Proses habituasi rusa jantan yang akan dipanen velvet-nya pada kandang jepit bertangga ……………………………………………………… 9

4. Proses penangkapan rusa jantan yang akan dipanen velvet-nya pada kandang jepit berkolong ………………………………………………………. 10

5. Penyuntikan obat bius lokal pada sekeliling basal ranggah dan posisi

pemotongan ranggah 1 - 2 cm di atas cincin ranggah ………..……..…... 10

6. Bekas pemotongan ranggah yang telah diberikan antiseptik untuk

mencegah infeksi pada rusa timor jantan… ………………………………. 11

7. Individu rusa yang baru mengalami pemotongan ranggah biasanya akan menyendiri, sehingga harus disediakan tempat khusus untuk memulihkan dirinya ……………………………………….……….. 11

8. Velvet yang dipanen dari tiga individu rusa timor jantan di Penangkaran

Rusa HP Dramaga, Bogor …..………….................................................. 12

9. Pengukuran Velvet setelah dipanen dan sebelum dilakukan pengolahan

lanjutan di laboratorium ……………………………………………………… 12

10. Produk Kompos Hasil Limbah Penangkaran Rusa ………………………. 20

11. Pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman kehutanan dengan perlakuan

kompos ………………………………………………………………………… 21

12. Produksi jenis tanaman pertanian yang diberi perlakuan kompos ……… 22

13. Produksi jenis tanaman pakan yang diberi perlakuan kompos ............... 22

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi individu rusa jantan yang telah diseleksi untuk pemanenan velvet

pada Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor ………………………....... 8

2. Hasil Pengukuran Morfometrik Velvet Panen Pada Penangkaran Rusa HP

Dramaga, Bogor …..………….……………………………………………… 13

3. Hasil analisis laboratorium terhadap kandungan mineral dan unsur

esensial velvet rusa timor di Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor ………………………………………………………………………….. 14

4. Kandungan protein dan asam amino (bk) pada serbuk velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara……..……………………............. 17

5. Kandungan mineral dan lemak (bk) serta turunannya pada serbuk velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara …………………………… 17

6. Limbah hasil penangkaran rusa di HP Dramaga, Bogor ……………….. 19

7. Kondisi limbah dalam proses pengomposan ……………………………... 19

8. Hasil analisis sampel kompos penangkaran rusa timor di HP Dramaga, Bogor ………………………………………………….......... 20

9. Data pertumbuhan tanaman kehutanan yang diberi perlakuan kompos 21

iv

RINGKASAN

Rusa timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu satwaliar yang memiliki potensi, yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dimana dagingnya sebagai sumber protein hewani yang rendah kolesterol, kulitnya sebagai bahan baku industri kerajinan kulit, dan ranggah muda (velvet) sebagai bahan baku obat-obatan tradisional. Sehubungan dengan itu, maka pada Tahun 2011 dengan pendanaan yang dialokasikan oleh Kementerian Riset dan Teknologi pada program insentif, penelitian dilakukan di penangkaran rusa timor di Hutan Penelitian (HP) Dramaga, Bogor. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data, informasi dan teknologi pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa berupa olahan velvet dan limbah penangkaran yang bernilai ekonomis. Pengetahuan dan teknologi ini dapat didifusikan kepada penangkar dan pengguna sehingga dapat meningkatkan nilai manfaat dari penangkaran rusa timor. Kegiatan penelitian dilakukan secara bersamaan (paralel) atau bertahap sesuai dengan jumlah individu rusa jantan dan waktu lepas ranggah terakhir (casting), serta masa velvet. Luaran yang ingin dicapai adalah paket IPTEK tentang teknik pemanenan ranggah muda, teknik pengolahan serbuk ranggah muda, hasil analisis laboratoris tentang bahan aktif atau unsur esensial serbuk ranggah muda, teknik pembuatan kompos limbah penangkaran, hasil analisis laboratoris kandungan hara kompos, serta hasil ujicoba pemanfaatan kompos. Manfaat dan dampak yang diharapkan adalah terwujudnya pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat memberi manfaat bagi pengguna dan pihak terkait lainnya berupa olahan velvet dan limbah penangkaran, serta difusinya kepada pengguna.

Kata Kunci: rusa timor, penangkaran, ranggah muda (velvet), kompos

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan penangkaran rusa timor (Rusa timorensis Blainville,

1822), sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Hal ini karena rusa timor

memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga lebih mudah

dikelola. Di samping itu, pengembangan penangkaran rusa timor berkaitan

dengan upaya pemanfaatan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik dari

aspek komoditas (penghasil daging, kulit dan ranggah, serta ikutan lainnya)

maupun aspek estetika (satwa peliharaan dan obyek wisata).

Pemanfaatan ranggah ranggah muda (velvet) maupun ranggah keras,

dan olahan limbah penangkaran dapat dilakukan tanpa harus membunuh individu

rusa yang ditangkarkan. Pemanfaatan hasil ikutan penangkaran ini memiliki

prospek ekonomis yang cukup tinggi. Ranggah, terutama masa velvet (umur 55 -

65 hari), diyakini memiliki khasiat sebagai food supplement yang berfungsi dalam

membantu meningkatkan stamina tubuh, memperlancar metabolisme, sirkulasi

darah, mengatasi masalah persendian, serta membantu memperbaiki masalah

reproduksi. Jumlah populasi rusa timor yang berada di penangkaran HP

Dramaga, Bogor hingga saat ini berjumlah 43 individu. Peningkatan populasi

akan meningkatkan limbah yang dihasilkan. Tetapi apabila limbah tersebut tidak

dikelola, akan berpotensi terhadap pencemaran lingkungan. Limbah

penangkaran rusa berupa faeces, urine, dan sisa pakan dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku pupuk kompos dalam kegiatan penanaman seperti tanaman

pertanian, kehutanan, dan hijauan pakan rusa.

Pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa, membutuhkan penelitian

dan pengembangan yang hasilnya dapat diaplikasikan dalam skala yang lebih

luas. Penelitian ini mengacu kepada Pedoman Program Insentif Peningkatan

Kemampuan Peneliti dan Perekayasa Tahun 2010 yang pendanaannya

dialokasikan oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Hasil penelitian difungsikan

untuk memacu produk IPTEK dan meningkatkan perolehan teknologi tepat guna

yang dibutuhkan masyarakat. Aplikasi IPTEK hasil penelitian penangkaran rusa

dapat diterapkan sebagai model penangkaran kepada lembaga konservasi ex-

situ rusa maupun kelompok masyarakat yang menangkarkan rusa. Dengan

demikian, pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa diharapkan dapat

2

memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui

pemanfaatan velvet dan limbah dari hasil penangkaran rusa.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian

terhadap nilai velvet dan hasil limbah penangkaran untuk mengetahui nilai

manfaat yang terkandung dari velvet dan limbah penangkaran tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Penangkaran rusa yang telah banyak dilakukan di Indonesia selama ini

belum optimal pemanfaatannya karena tujuan penangkaran masih terbatas pada

hanya sekedar untuk hobby, wisata, dan coba-coba. Padahal orientasi kedepan

dari para pelaku kegiatan penangkaran rusa yang utama yaitu dapat

menghasilkan produk rusa yang dapat dipanen untuk diperdagangkan atau

konsumsi secara lokal. Pemanfaatan hasil ikutan penangkaran sangat sedikit

sekali dilakukan dan belum optimal, padahal hasil ikutan tersebut bernilai

ekonomis tinggi. Velvet dan olahan limbah penangkaran berupa kompos adalah

dua jenis dari beberapa hasil ikutan penangkaran yang nilai ekonomisnya cukup

tinggi. Kedua komoditas tersebut dapat dipanen tanpa harus kehilangan individu

hidup dan pola pemanenan dapat mengurangi resiko dalam kegiatan

penangkaran rusa (perkelahian antar jantan, kerusakan sarana penangkaran,

kesehatan rusa dan lingkungan). Dalam mengoptimalkan hasil kegiatan

penangkaran melalui pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa tersebut

membutuhkan pengetahuan dan teknologi dari hasil penelitian, serta diharapkan

dapat didifusikan langsung kepada pengguna.

Pemanfaatan rusa di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah

karena aspek administrasi yang belum jelas dan pemanfaatan tersebut masih

terbatas hanya pada daging saja. Padahal pemanfaatan hasil ikutan yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi dari penangkaran rusa yaitu ranggah dan olahan

limbah penangkaran belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Besarnya

nilai ekonomi dari ranggah muda (velvet) yang merupakan bagian tubuh rusa

sampai saat ini belum banyak diketahui sehingga penelitian tentang besarnya

kontribusi ranggah muda bagi pendapatan dari suatu upaya penangkaran rusa

perlu dilakukan.

Untuk mengoptimalkan hasil dari kegiatan penangkaran rusa maka perlu

dilakukan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati rusa,

3

melalui pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa yang bernilai ekonomis

tinggi. Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor mencoba untuk melakukan

serangkaian penelitian tentang pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa

timor, yang dapat diterapkan pada masyarakat.

Sehubungan dengan arah kebijakan pembangunan ilmu pengetahuan

dan teknologi, kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kinerja di bidang

prioritas ketahanan pangan. Orientasi program insentif ristek tersebut ditujukan

untuk percepatan difusi dan pemanfaatan Iptek. Tujuan dari program insentif ini

diantaranya untuk mempercepat pertumbuhan inovasi teknologi yang bernilai

ekonomis tinggi. Berkaitan dengan ketahanan pangan, maka penangkaran rusa

timor yang telah dilakukan sejak Tahun 2008 di HP Dramaga, Bogor dapat

dijadikan sebagai stok dalam pemanfaatan hasil penangkaran berupa ranggah

muda dan limbah sehingga dapat digunakan sebagai sumber pendapatan yang

tinggi, dan dapat digunakan sebagai sumber obat-obatan.

Diharapkan melalui kegiatan ini, masyarakat dapat memanfaatkan rusa

tanpa harus membunuh rusanya sehingga kelestariannya tetap terjaga, dan

dapat berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya

masyarakat sekitar lokasi penangkaran.

1.3. Tujuan dan Sasaran

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi teknologi

pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa berupa olahan velvet dan limbah

penangkaran yang bernilai ekonomi tinggi. Pengetahuan dan teknologi ini dapat

didifusikan kepada pelaku penangkaran rusa dan pengguna lainnya sehingga

dapat meningkatkan nilai manfaat dari penangkaran rusa.

Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah tersedianya data

dan informasi teknik pemanenan ranggah muda (velvet), teknik pengolahan dan

analisis unsur esensial hasil olahan serbuk velvet; teknik pengolahan limbah

penangkaran, analisis unsur hara hasil olahan dan hasil ujicoba pemanfaatan

olahan limbah penangkaran sebagai pupuk kompos.

1.4. Luaran

Luaran yang dicapai dalam penelitian ini adalah paket pengetahuan dan

teknologi berupa teknik pemanenan/pemotongan velvet, teknik pengolahan

4

serbuk velvet, analisis laboratoris kandungan bahan aktif atau unsur esensial

serbuk velvet, teknik pembuatan kompos limbah, analisis laboratoris kandungan

hara kompos, serta hasil ujicoba pemanfaatan kompos untuk persemaian

tanaman kehutanan, pertanian, peternakan (hijauan pakan) sehingga percepatan

difusi dan pemanfaatan IPTEK dapat diadopsi oleh masyarakat. Target

pencapaian luaran dalam kegiatan penelitian ini adalah semua luaran tersebut

akan dirangkum secara terpisah atau bersama-sama dalam bentuk laporan

penelitian akhir tahun dan publikasi ilmiah.

1.5. Manfaat atau Dampak

Manfaat dan dampak yang diharapkan dari penelitian adalah dapat

memberi manfaat kepada pengguna dan pihak terkait lainnya yakni kelompok

peneliti, pendidik, dan penyuluh (manfaat sumber informasi IPTEK), kelompok

penangkar masyarakat dan swasta (manfaat aplikasi IPTEK pemanfaatan dan

pengolahan hasil ikutan penangkaran), kelompok usahawan masyarakat atau

badan hukum (manfaat penyediaan bahan baku, pengolahan lanjutan,

pengemasan dan jasa lainnya ), serta kelompok pengguna komoditas olahan

hasil ikutan penangkaran.

II. METODOLOGI

2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di penangkaran rusa Hutan Penelitian (HP)

Dramaga-Bogor, Jawa Barat dan penangkaran rusa sambar (Rusa unicolor)

Dinas Peternakan Kabupaten Paser Utara, Kalimantan Timur sebagai lokasi

pembanding velvet (mitra dalam kegiatan ini). Kegiatan dilakukan mulai bulan

Maret sampai dengan Nopember 2011.

2.2. Bahan dan Alat

Untuk melaksanakan kegiatan penelitian, diperlukan bahan dan alat:

a. Kelompok rusa timor jantan umur ≥ 2-3 tahun yang beranggah muda,

b. Limbah penangkaran rusa (sisa pakan dan faeces),

c. Kompos (bak, sekop, termometer tanah, timbangan, sepatu boot, sarung

tangan, masker),

d. Kandang pemeliharaan rusa (kandang individu, kandang jepit),

5

e. Pakan rusa hijauan (rumput), konsentrat (ubi, dedak, jagung) dan premix

(vitamin dan obat-obatan),

f. Peralatan bius, pemotongan velvet, dan pengambilan sampel (obat bius,

timbangan, kandang jepit, meteran, pisau, gergaji besi, hand-counter,

stop watch, alkohol, vaccum tube, syring needle, gunting, box ice, kain

penutup, obat luka, sarung tangan karet, tambang plastik, kantung plastik

transparan, karung plastik, masker wajah, sepatu kandang, dan kapas

streril),

g. Peralatan persemaian,

h. Peralatan pemeliharaan rusa (parang, gerobak dorong, keranjang bambu,

bak pakan, pemotong rumput, gunting stek, ember, sapu),

i. Peralatan pengukuran pertumbuhan (meteran, kaliper, pH meter),

j. Peralatan dokumentasi (kamera foto atau video),

k. Perlengkapan alat tulis menulis, dan tally sheet.

2.3. Metode Kerja

Penelitian dilakukan dengan tahapan (1) persiapan teknis (pengumpulan

data sekunder, diskusi dan konsultasi dengan nara sumber, penentuan faktor-

faktor yang akan dievaluasi, kriteria yang akan digunakan, penyusunan rencana

kerja), (2) pemanenan velvet, (3) pengolahan velvet, (4) pengolahan limbah

penangkaran, (5) analisis sampel, (6) ujicoba pemanfaatan kompos, (7)

pengumpulan dan analisis data, dan (8) difusi kegiatan iptek (melibatkan

masyarakat setempat dan pemerintah daerah).

a. Persiapan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah

pengumpulan data sekunder, diskusi dan konsultasi dengan nara sumber,

penentuan faktor-faktor yang akan dievaluasi dan kriteria yang akan digunakan

serta penyusunan rencana kerja.

b. Pemanenan Velvet

Pemanenan ranggah muda (velvet) dilakukan pada rusa jantan mulai

periode ranggah kedua yang sudah bercabang (umur rusa sekitar 2 tahun atau

lebih). Waktu pemanenan sekitar 55 - 65 hari setelah tumbuh velvet baru.

Pemanenan dilakukan pada sekitar 1 - 2 cm di atas cincin ranggah. Velvet hasil

potongan kemudian diukur (linear dan beratnya) serta dibuat deskripsi visualnya

6

sedangkan pengolahan dan analisis velvet dilakukan di laboratorium FAPET IPB.

Metode pemotongan velvet pada rusa jantan dilakukan di kandang jepit setelah

dibius secara lokal.

c. Pengolahan Velvet

Teknik pengolahan velvet dilakukan melalui pengirisan, pengeringan, dan

pelumatan menjadi serbuk velvet. Serbuk velvet rusa dianalisis secara

laboratoris untuk mengetahui kandungan unsur esensial.

d. Pengolahan Limbah Penangkaran

Pengolahan limbah penangkaran rusa dilakukan melalui proses anaerob

atau fermentasi. Pengolahan limbah penangkaran rusa diharapkan dapat

mengurangi mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadikan peluang usaha

bagi penangkar karena produk pupuk kandang banyak dibutuhkan masyarakat.

Bahan yang digunakan sebagai limbah adalah kotoran (faeces) rusa, sisa

pakan, dan lumpur atau tanah yang berasal dari kandang rusa. Bahan tersebut

kemudian dicampur jadi satu dan dimasukkan ke dalam bak limbah yang terbuat

dari beton dan ditutup dengan terpal (metode anaerob) selama 2 - 3 bulan.

Kompos yang dihasilkan dianalisis kandungan unsur hara di Laboratorium Balai

Besar Penelitian Veteriner, Bogor.

e. Ujicoba Pemanfaatan Kompos Limbah Penangkaran

Pemanfaatan olahan limbah penangkaran dilakukan dengan ujicoba

penggunaan kompos bagi kegiatan penanaman kehutanan, pertanian, dan

peternakan. Jenis tanaman kehutanan yang menggunakan kompos limbah

penangkaran yakni Khaya grandifolia, Intsia biyuga, Azadirachta excelsa,

Samanea saman, dan Swietenia macrophylla. Tanaman pertanian yang

menggunakan kompos limbah penangkaran adalah jagung (Zea mays), kacang

tanah (Arachis hypogaea), sorghum (Sorghum vulgare), ubi jalar (Ipoemea

batatas), dan singkong (Manihot utilisima). Sedangkan hijauan pakan rusa yang

memanfaatkan kompos yakni rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput

setaria (Setaria sphacelata), rumput raja (Pennisetum purpuphoides), kaliandra

(Caliandra calothyrtus), turi (Sesbania grandiflora), dan lamtoro (Leucaena

leucocephalla).

7

2.4. Analisis Data

Data analisis dan pelaporan yang telah diperoleh (primer dan sekunder)

diolah dan dianalisis berdasarkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil

yang diperolah dituangkan dalam laporan penelitian dan diharapkan bermanfaat

sebagai pedoman dalam upaya pengembangan penangkaran rusa timor.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pemanenan dan Pengolahan Velvet

a. Seleksi Rusa Jantan Beranggah Muda

Seleksi terhadap rusa jantan yang memiliki ranggah muda (velvet)

dilakukan dengan mempertimbangkan umur dan ketersediaan obyek. Pada

penelitian ini, tiga individu rusa jantan yang telah diketahui masa lepas ranggah

(casting) dipilih untuk dilakukan pemanenan velvet. Pemanenan velvet dilakukan

pada rusa jantan mulai periode ranggah ketiga yang sudah bercabang sempurna

atau pada umur rusa sekitar 3 tahun atau lebih (Gambar 1). Sementara itu,

deskripsi individu jantan terseleksi tersebut sebagaimana pada Tabel 1.

Gambar 1. Penampilan ranggah muda masa velvet pada rusa timor jantan di Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor

8

Tabel 1. Deskripsi individu rusa jantan yang telah diseleksi untuk pemanenan velvet pada Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor

Deskripsi Individu Individu I Individu II Individu III

No. Registrasi Penangkaran HBT-M-2-081007-1 ALP-M-1-000806-1 TSI-M-4-150803-1

Tanggal casting periode sebelumnya

29-01-2010 20-01-2010 11-11-2009

Tanggal casting sebelum pemanenan velvet

10-12-2010 28-12-2010 05-01-2011

Tanggal panen velvet 25-02-2011 02-03-2011 17-03-2011

Umur velvet setelah casting 77 hari 64 hari 71 hari

Umur ranggah yang telah siap panen dipengaruhi dengan lamanya

pertumbuhan ranggah pasca casting hingga hampir mendekati munculnya

percabangan kedua. Setelah casting, pedicle (titik tumbuh ranggah) mulai

mengalami regenerasi hingga 10 hari pertama. Dengan demikian, umur velvet

masa pertumbuhan hingga siap panen pada penelitian ini berkisar 54 - 67 hari

(rata-rata 60,67 ± 6,51 hari) atau umur setelah casting berkisar 64 - 77 hari (rata-

rata 70,67 ± 6,51 hari). Umur velvet hasil penelitian ini lebih lama dibandingkan

penelitian Dradjat (2000) terhadap produksi ranggah muda persilangan rusa

timor dan rusa sambar pada peternakan “Steigerwald deer farm” Australia, yaitu

30 - 40 hari. Namun demikian, menurut Semiadi dan Nugraha (2004), umur

panen velvet pada penangkaran rusa sambar (Rusa unicolor) di Kabupaten

Paser Utara Kalimantan Timur mendekati kisaran pengalaman lapangan, yaitu 50

- 55 hari.

b. Teknik Penangkapan Rusa

Rusa yang telah diseleksi untuk dipanen velvet-nya digiring melalui lorong

giring (gang-way) menuju kandang jepit sederhana berukuran 2x1x2 m3 (Gambar

2). Proses ini dilakukan habituasi rusa terhadap lingkungan untuk menghindari

stres selama berkisar 2 jam hingga 36 jam, tergantung karakter individu rusa.

Proses habituasi di lorong dan kandang jepit, dilakukan pemberian pakan berupa

hijauan segar dan ditambah pakan atraktif seperti ubi dan wortel. Petugas

dibiasakan pula memberi makan langsung melalui tangan untuk membiasakan

rusa terhadap situasi dan kondisi kandang jepit (Gambar 3).

9

Gambar 2. Model kandang jepit sederhana dan posisi rusa dalam kandang jepit

Gambar 3. Proses habituasi rusa jantan yang akan dipanen velvet-nya pada kandang jepit bertangga

Teknik penangkapan rusa menggunakan kandang jepit badan beralas

yang dapat dilepas. Penggunaan kandang jepit beralas lepas dapat dilakukan

dengan dua model, yaitu model kandang jepit bertangga (Gambar 3) dan model

kandang jepit berkolong (Gambar 4). Kedua model tersebut sudah diuji dan

dapat digunakan untuk penangkapan. Namun demikian, model kandang jepit

berkolong memberikan waktu habituasi yang lebih singkat. Hal ini disebabkan

rusa tidak merasa aneh pada saat melalui kandang jepit berkolong dibandingkan

model bertangga yang tidak umum dalam kandang rusa. Selanjutnya,

penangkapan rusa dilakukan dengan cara menarik pengunci alas kandang jepit,

10

sehingga alas kandang lepas ke bawah dan rusa terperangkap badannya

dengan posisi kaki menggantung (Gambar 4).

Gambar 4. Proses penangkapan rusa jantan yang akan dipanen velvet-nya pada kandang jepit berkolong

c. Teknik Pemotongan Velvet

Rusa yang telah diperangkap harus segera dilakukan tindakan. Langkah

pertama adalah melakukan penutupan kepala bagian wajah rusa menggunakan

kain berwarna gelap agar rusa tidak terlalu stres. Selanjutnya dilakukan

penyuntikan obat bius lokal ®Lidocain sebanyak satu ampul untuk setiap

ranggah. Cara penyuntikan di sekeliling bagian basal ranggah (secara

melingkar) melalui tiga titik penyuntikan (Gambar 5). Penggunaan obat bius

lokal dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit pada waktu

di potong bagian ranggahnya.

Gambar 5. Penyuntikan obat bius lokal pada sekeliling basal ranggah dan posisi pemotongan ranggah 1 - 2 cm di atas cincin ranggah

Pengikatan selanjutnya dilakukan pada bagian atas penyuntikan atau di

bawah cincin ranggah (hubungan ranggah dan basal) menggunakan karet yang

tebal dan kuat (ex karet ban dalam motor). Hal ini dilakukan untuk menghindari

perdarahan pembuluh vascular pada waktu pemotonggan ranggah.

11

Pemotongan ranggah dilakukan dengan alat yang tajam dan bersih.

Pada penelitian ini digunakan gergaji besi dengan mata gergaji kecil yang telah

disterilkan menggunakan desinfektan dan antiseptik cair (®dettol dan alkohol

70%). Pemotongan dilakukan dengan cepat mulai ranggah pertama yang telah

dibius lokal terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pada ranggah berikutnya.

Posisi pemotongan sekitar 1 - 2 cm di atas cincin ranggah.

Proses yang dilakukan pasca pemotongan ranggah adalah

membersihkan bekas luka dengan menggunakan antiseptik cair yang diusap

perlahan pada bekas potongan ranggah. Karet pengikat selanjutnya dapat

dilepas setelah beberapa menit pemotongan ranggah untuk memberikan

kesempatan penghentian aliran darah vascular yang secara alami akan tertutup

melalui proses aglutinasi. Sisa darah yang mungkin terdapat pada daerah

pemotongan ranggah dibersihkan, kemudian kain penutup kepala rusa dibuka

dan rusa dilepas perlahan dengan membebaskan dari jepitan badan. Proses

pemotongan ranggah mulai dari penangkapan hingga pelepasan rusa dari

kandang jepit membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit.

Gambar 6. Bekas pemotongan ranggah yang telah diberikan antiseptik untuk mencegah infeksi pada rusa timor jantan

Gambar 7. Individu rusa yang baru mengalami pemotongan ranggah biasanya akan menyendiri, sehingga harus disediakan tempat khusus untuk memulihkan dirinya

12

d. Pengolahan dan Hasil Analisis Kandungan Mineral Velvet

Velvet yang telah dipanen pada penelitian ini dilakukan pengukuran

morfometrik (Gambar 8 dan Tabel 2) sebelum dilakukan proses pembersihan dan

pengolahan lanjutan. Selanjutnya, velvet yang telah bersih dibungkus dengan

allumunium foil dan proses pengolahan selanjutnya dilakukan di laboratorium,

antara lain penyimpanan velvet di dalam freezer (-40C), penirisan, penyimpanan

dalam oven 450 C, penirisan kembali, pengirisan atau penggerusan halus.

Gambar 8. Velvet yang dipanen dari tiga individu rusa timor jantan di Penangkaran

Rusa HP Dramaga, Bogor

Gambar 9. Pengukuran Velvet setelah dipanen dan sebelum dilakukan pengolahan lanjutan di laboratorium

HBT-M-2-081007-1 ALP-M-1-000806-1 TSI-M-4-150803-1

13

Tabel 2. Hasil Pengukuran Morfometrik Velvet Panen Pada Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor

Ukuran Morfometrik Individu I

HBT-M-2-081007-1 Individu II

ALP-M-1-000806-1 Individu III

TSI-M-4-150803-1

Berat badan rusa (kg) 65,32 - 74,60

Panjang velvet panen (cm) 28,5 - 27,0

Berat velvet panen (gram) 500 480 520

Berat velvet hasil penelitian ini jauh lebih kecil dibandingkan berat velvet

persilangan rusa timor dan rusa sambar di Australia seperti yang dilaporkan

Dradjat (2000) yaitu rata-rata 1,34 ± 0,23 kg dari berat badan rusa rata-rata

105,86 ± 1,34 kg. Demikian pula dengan berat velvet pada rusa sambar di

Kabupaten Paser Utara, Kalimantan Timur hasil pengamatan bulan Nopember

2011 yakni 900 gram (untuk individu I) dengan panjang velvet 25 cm dan

diameter 13,5 cm serta 700 gram (untuk individu II) dengan panjang 26 cm dan

diameter 11,25 cm. Perbedaan ini disebabkan karena spesies rusa dan pola

pemeliharaan yang berbeda, termasuk asupan pakan berkadar protein serta

mineral tinggi. Namun demikian, hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa

unsur mineral velvet hasil penelitian ini masih cukup baik dan hampir setara

dengan nilai referensi produk olahan velvet dari luar negeri (Tabel 3).

Komposisi bahan kimia yang terkandung di dalam velvet mengandung

dua belas (12) komponen mineral diantaranya phosphor, kalium, kalsium,

magnesium, natrium, sulfur, besi, aluminium, mangan, tembaga, seng, dan

boron. Kandungan mineral tersebut secara medis memiliki efek yang berkaitan

dengan osteoporosis, pertumbuhan dan perkembangan serta penyembuhan

tulang pada manusia.

Pengolahan velvet pada rusa timor belum dilakukan karena jumlah velvet

yang dipanen masih kurang. Namun hasil studi banding di penangkaran rusa

sambar (Rusa unicolor) Dinas Peternakan Kabupaten Paser Utara, Kalimantan

Timur, telah melakukan pengolahan velvet dan telah memasarkan.

14

Tabel 3. Hasil analisis laboratorium terhadap kandungan mineral dan unsur esensial velvet rusa timor di Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor

Kandung Mineral

Nilai Velvet Hasil Penelitian

Nilai Referensi Produk Olahan

Velvet * Fungsi **

Rata-rata

SD

P (%) 4,67 1,27 5,80 Menyediakan struktur untuk tulang dan gigi,

dan merupakan komponen dari hampir semua reaksi metabolik

K (%) 0,33 0,14 0,42 Esensial untuk fungsi syaraf dan otot dan terlibat dalam keseimbangan elektrolit

Ca (%) 10,90 2,24 12,10 Membangun dan memelihara kesehatan gigi dan tulang, dan sangat penting untuk konduksi impuls saraf untuk menjaga jantung berdetak terus, dan menjaga otot dan syaraf bekerja dengan benar

Mg (%) 0,28 0,04 0,25 Diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi dan untuk syaraf normal dan fungsi otot

Na (%) 0,94 0,08 - Membantu tubuh mempertahankan elektrolit normal dan keseimbangan cairan

S (%) 0,14 0,10 0,85 Sebuah komponen dari berbagai asam amino dan insulin

Fe (ppm) 194,33 31,75 319,00 Penting untuk sel-sel darah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh

Al (ppm) 47,33 19,40 -

Mn (ppm) 4,67 2,08 3,40 Dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan jaringan ikat, dan pembentukan dan aktivasi enzim tertentu

Cu (ppm) 3,00 1,00 5,30 Diperlukan untuk produksi energi, pembentukan sel darah merah, tulang dan jaringan ikat dan memiliki tindakan antioksidan untuk membantu melindungi sel terhadap kerusakan oleh radikal bebas

Zn (ppm) 64,33 12,42 69,00 Sebuah komponen lebih dari 100 enzim yang diperlukan untuk kulit sehat, penyembuhan luka dan pertumbuhan

B (ppm) 4,00 1,00 -

Keterangan : * Sumber (http://www.velvita.com/composition.htm) ** Sumber Ewashkiw, C and M. Allen. 2011

(http://www.norelkco.com)

Proses pengolahan velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara,

Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:

1. Velvet yang sudah dipotong, dibersihkan dan dibungkus dengan aluminium

foil dimasukkan ke dalam termos es kemudian dimasukkan dalam freezer,

2. Velvet diiris tipis-tipis seperti keripik dengan menggunakan pisau potong,

15

3. Irisan tersebut dioven dalam suhu 450 C selama enam (6) jam kemudian

suhunya dinaikkan menjadi 500 C selama enam (6) jam, setelah itu 6 jam

kemudian dinaikkan lagi 50 C,

4. Velvet yang telah dioven kemudian digiling dengan menggunakan mixer (mix

mindong) sehingga berbentuk serbuk atau bubuk,

5. Bubuk atau serbuk kemudian dimasukkan ke dalam kapsul sebanyak 250

gram dan dikemas di dalam botol secara steril.

Kandungan nutrisi serbuk velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara,

Kalimantan Timur dianalisis di beberapa laboratorium yakni asam amino

(kromatografi/HPLC), asam lemak (kromatografi/GC) dan mineral (AAS)

dilakukan di laboratorium kimia terpadu, IPB. Uji mikroba (bakteri dan jamur)

patogen dianalisis di Laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner, Kementerian

Pertanian. Sedangkan kandungan air dianalisis di Laboratorium Nutrisi Pusat

Penelitian Biologi LIPI. Hasil analisis menunjukkan bahwa serbuk velvet rusa

sambar mengandung tujuh (7) dari sembilan (9) asam amino esensial yang dapat

disintesis oleh tubuh manusia berupa histidin, iso leusin, leusin, lysin, fenilananin,

threonin, dan valin. Asam amino methionin dan tryptophan tidak terdeteksi

dalam velvet tersebut. Sedangkan asam amino lainnya seperti aspartat,

glutamat, serin, glisin, arginin, alanin, dan tirosin tidak termasuk asam amino

esensial karena tubuh mampu mensintesis sendiri. Asam lemak linoleat dan

linolenat adalah asam lemak tidak jenuh yang berfungsi memelihara struktur dan

fungsi sel-sel dalam membran sel. Kedua asam lemak esensial tersebut

berfungsi sebagai precursor dari asam eicosanoat yang berperan penting dalam

mengatur proses fisologi dalam tubuh dan sebagai bahan dasar sintesis hormon-

hormon dalam mengatur terbentuknya pembekuan darah, kadar lemak darah,

immun respons, radang respons terhadap luka dan infeksi (Semiadi dan

Nugraha, 2004).

Indikasi atau kegunaan dari serbuk velvet rusa adalah:

1. Meningkatkan potensi seksual

Serbuk velvet rusa di Rusia digunakan untuk penderita ketidakmampuan

seksual (impotensi dan gangguan fungsi seksual lainnya). Serbuk velvet juga

dapat memberikan efek androgonik dan gonadotropik, yang membantu

mengatur aktivitas organ seks. Penelitian oleh Pavlenko (1969) dalam

Semiadi dan Nugraha (2004) menunjukkan velvet rusa mengandung bahan

16

biologis aktif yang berkhasiat bagi organ seks pria dan wanita sehingga

berguna mengatasi masalah biologis. Bahkan beberapa wanita yang sudah

memasuki masa menopause, dapat menstruasi lagi.

2. Berefek tonik

Di Rusia pada tahun 1930-an, pengujian telah dilakukan pada velvet rusa

(pantocrin) untuk membantu tentara yang terluka akibat peperangan sehingga

kembali kuat dan sehat. Ekstrak velvet (pantocrin) berperan mempercepat

proses penyembuhan alami pada tubuh dengan meningkatkan daya tahan

terhadap pengaruh eksternal yang merugikan.

3. Memperbaiki sirkulasi darah

Velvet juga bermanfaat untuk mengatasi gangguan penyumbatan pembuluh

darah sehingga memperbaiki sirkulasi darah. Velvet juga dapat mengurangi

resiko serangan jantung secara fatal dan stroke.

4. Menambah darah

Velvet rusa dapat pula meningkatkan jumlah eritrosit dan merangsang sintesis

sel darah merah, haemoglobin, leukosit, dan dapat meningkatkan percepatan

peremajaan sel.

5. Mengatasi efek penuaan

Jurnal Chemical and Pharmaceutical Buletin 36 (1998) dalam Semiadi dan

Nugraha (2004) menyebutkan bahwa ekstrak velvet rusa dapat meningkatkan

kadar testoteron pada tikus jantan sekaligus menurunkan kadar enzim yang

berhubungan dengan proses penuaan.

6. Meningkatkan kemampuan otot

Rata-rata kesehatan atlet meningkat setelah mengkonsumsi pantocrin.

7. Mempercepat penyembuhan luka

8. Ekstrak velvet rusa dapat mempercepat proses penyembuhan kerusakan

jaringan urat syaraf, luka, bisul dan keluhan emosi.

Kandungan protein dan asam amino serta turunannya dalam bahan

kering pada serbuk velvet rusa sambar (Rusa unicolor) di Api-api, Kabupaten

Paser Utara, Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

17

Tabel 4. Kandungan protein dan asam amino (bk) pada serbuk velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara

Nutrisi Hasil (%)

Protein 56,13

Asam Amino Asam Amino Esensial Valin Fenilalanin Iso leusin Leusin Lisin Histidin Threonin Methionin Tryptophan Asam Amino Non Esensial Aspartat Gkutamat Serin Glisin Arginin Alanin Tirosin

2,18 1,82 1,21 3,14 2,80 0,89 1,64

Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi

4,00 6,06 1,76 7,48 3,84 4,08 0,79

Sumber: Semiadi dan Nugraha (2004) serta Data UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan, Api-api (2011)

Tabel 5. Kandungan mineral dan lemak (bk) serta turunannya pada serbuk velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara

Nutrisi Hasil (%)

Phosphor (P) 0,12

Besi (Fe) 0,04

Calcium (Ca) 18,45

Lemak 2,48

Asam Lemak

Miristat 0,010

Palmitat 0,210

Stearat 0,042

Oleat 0,053

Linoleat 0,020

Arachidat 0,013

Linolenat 0,016

Sumber: Semiadi dan Nugraha (2004) dan Data UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan, Api-api (2011)

e. Tindakan Pasca Pemotongan

Sebelum dan sesudah pemotongan velvet, rusa harus dipisah karena

apabila tetap berada dalam kelompoknya, dikuatirkan perilakunya akan

menyerang anak dan rusa betina. Menurut Denholm (1984), kematian pada

anak dan rusa betina Fallow seringkali terjadi akibat penggabungan setelah

pemotongan velvet.

18

Semua peralatan yang digunakan untuk memotong velvet harus

disterilkan sebelum disimpan, dan didesinfektan apabila akan menggunakan lagi.

Kontaminasi pada permukaan velvet yang akan dipotong dapat dikurangi dengan

mengusapkan kain penyeka yang direndam desinfektan. Setelah velvet

dipotong, bekas potongan dibersihkan dengan kain penyeka kering yang steril

untuk mengurangi kontaminasi dan bertindak sebagai nidus untuk mencegah

penggumpalan. Sebelum rusa dilepas, permukaan bekas pemotongan disemprot

dengan antibiotik atau antiseptik. Penggunaan antibiotik atau antiseptik pada

luka dan pengusir insekta (lalat), sangat diperlukan. Penolak insekta (serangga)

berguna untuk menghindari iritasi setelah pemotongan velvet.

Prosedur yang dilakukan setelah pemotongan velvet pada rusa jantan

antara lain pemberian tanda, penimbangan, pemberian pakan, dan air minum.

Kemudian awasi rusa apabila terlihat tanda-tanda dari pengaruh bius dan

pemotongan velvet.

Setelah pemotongan velvet berakhir, perlu pembersihan semua sampah

di sekitar rusa, karena rusa akan memakan kantong plastik, kain lap, tutup jarum,

suntikan dan benda-benda lain yang tertinggal.

3.2. Limbah Penangkaran

Kotoran, air kencing (urine), dan sisa pakan rusa merupakan limbah yang

dihasilkan setiap hari di penangkaran rusa timor di HP Dramaga, Bogor yang

mengandung karbon dan nitrogen, serta memiliki banyak manfaat bagi aspek

ekonomi, lingkungan, dan tanah atau tanaman.

Rata-rata bahan limbah penangkaran rusa timor di HP Dramaga yang

diperoleh setiap hari terdiri dari kotoran (faeces) rusa sebanyak 39,501 kg dan

sisa pakan 17,74 kg sehingga total semua sebanyak 57,24 kg atau 28,620 kg

rata-rata per hari (Tabel 6). Kotoran rusa merupakan bahan utama dalam

pembuatan kompos karena memiliki kandungan nitrogen, potasium, dan serat

yang tinggi. Limbah penangkaran tersebut dimasukkan ke dalam bak berukuran

2x2 m dengan suhu rata-rata 44,50 C dan kelembaban 59,25% (Tabel 7).

19

Tabel 6. Limbah hasil penangkaran rusa di HP Dramaga, Bogor

Hari ke- Limbah Penangkaran Rusa Jumlah Rata-rata

Faeces Sisa Pakan

I 43,9 29,4 73,3 36,65

II 52,37 10,54 62,91 31,455

III 28,3 19,49 47,79 23,895

IV 32,86 14,9 47,76 23,88

V 36,4 13,05 49,45 24,725

VI 46,05 26,65 72,7 36,35

VII 45,335 17,85 63,185 31,5925

VIII 39,15 17,9 57,05 28,525

IX 34,15 15,4 49,55 24,775

X 36,5 12,2 48,7 24,35

Jumlah 395,015 177,38 572,395 286,198

Rata-rata 39,5015 17,738 57,240 28,620

Menciptakan kondisi limbah penangkaran dalam proses pengomposan

sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri (Tabel 7).

Tabel 7. Kondisi limbah dalam proses pengomposan

No. Lokasi Kondisi Hasil Pengamatan

1

HP Dramaga

Temperatur rata-rata 44,50C

2 Kelembaban 59,25%

3 pH 7,0

4 Berat kompos belum jadi 28,620 kg

5 Berat kompos sudah jadi 9,54 kg

6 Waktu pembalikan 4 hr sekali

7 Lama pengomposan 2,5 bulan

8 Aerasi Berjalan secara alami dengan kondisi oksigen (aerob)

9 Jenis aktivator Tidak menggunakan aktivator

Aerasi udara diperlukan untuk menghindari terjadinya kondisi anaerobik

yang dapat menimbulkan bau. Pembalikan yang dilakukan secara teratur dapat

meningkatkan aerasi dan sebaliknya apabila kekurangan udara, akan

menimbulkan aktivitas mikroba dan temperatur menurun. Namun apabila

kelebihan aerasi akan menyebabkan kompos menjadi kering dan unsur N

menghilang.

Kelembaban merupakan unsur penting dalam metabolisme pada mikroba

dan kelembaban yang baik adalah 50 - 60% sedangkan apabila kelembaban

terlalu basah (<60%) dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan aktivitas

mikroba menurun (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, 2010).

Hasil limbah penangkaran rusa timor di HP Dramaga berupa kompos

dikemas dalam plastik (Gambar 10) dan hasil analisis kompos tersebut disajikan

dalam Tabel 8.

20

Gambar 10. Produk Kompos Hasil Limbah Penangkaran Rusa

Tabel 8. Hasil analisis sampel kompos penangkaran rusa timor di HP Dramaga, Bogor

Hasil Analisis Kompos Rusa Keterangan

pH H2O (1:5) 7,5 Keasaman Air

Kadar Air (%) 56,91

Pengabuan (C Organik) % 6,45

Nitrogen Organik (%) NH4 (%) NO3 (%) Total

0,33 0,05 0,06 0,44

Ammonium Nitrogen Nitrat

C/N 15

Total HNO3+HCLO4 P2O5 (%) K2O (%) Fe (ppm) Besi Mn (ppm) Mangan Cu (ppm) Cuprum Zn (ppm) Zeng B (Boron) Pb (ppm) Plumbun Cd (ppm) Cadmium Co (ppm) Cobalt As (ppm) Arsenik Mo (ppm) Molibden Hg (ppm) Hidrargyrum

0,30 0,35

20772 1497

20 99 8

17 0,08 13 td*) td*) 0,01

Hara mikro Hara mikro Hara mikro Hara mikro Hara mikro Logam berat Logam berat Hara mikro Logam berat Hara mikro Logam berat

Sumber: Laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, 2011 *) = tidak terdeteksi

3.3. Pemanfaatan Limbah Penangkaran

Pemanfaatan olahan limbah penangkaran dilakukan dengan ujicoba

penggunaan kompos bagi tanaman kehutanan, pertanian, dan hijauan pakan

rusa. Jenis tanaman kehutanan sebanyak lima (5) jenis yakni Khaya grandifolia,

21

Intsia biyuga, Azadirachta excelsa, Samanea saman, dan Swietenia macrophylla.

Pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman kehutanan yang diberi limbah

penangkaran berupa kompos disajikan dalam Gambar 11.

Gambar 11. Pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman kehutanan dengan perlakuan kompos

Tabel 9. Data pertumbuhan tanaman kehutanan yang diberi perlakuan kompos

Jenis pohon Perlakuan Kompos Rusa (gram)

0 150 300

Trembesi 80,75 97,44 80

Mahoni 77,35 80,74 67,19

Khaya 97,32 87,79 79,03

Melia 73,22 103,7 109

Merbau 94,92 95,26 94,89

Tanaman pertanian yang diberi limbah penangkaran sebanyak lima (5)

jenis yaitu jagung (Zea mays), kacang tanah (Arachis hypogaea), sorghum

(Sorghum vulgare), ubi jalar (Ipoemea batatas), dan singkong (Manihot utilisima).

Hasil produksi yang dihasilkan oleh tanaman pertanian sebanyak empat (4) jenis

yang diberi kompos disajikan dalam Gambar 12. Sedangkan tanaman singkong

belum dipanen.

0

20

40

60

80

100

120

Trembesi Mahoni Khaya Melia Merbau

T 0

T150

T300

22

Gambar 12. Produksi jenis tanaman pertanian yang diberi perlakuan kompos

Hijauan pakan rusa yang diberi hasil limbah sebanyak lima (5) jenis yakni

rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata),

kaliandra (Caliandra calothyrtus), turi (Sesbania grandiflora), dan lamtoro

(Leucaena leucocephalla). Hijauan pakan yang baru dipanen dan diberikan

pada rusa timor di penangkaran baru dua (2) jenis yakni rumput gajah dan

sorghum, sedang tiga (3) jenis pakan lainnya belum dipanen. Hasil produksi dari

hijauan pakan yang telah dipanen disajikan dalam Gambar 13.

Gambar 13. Produksi jenis tanaman pakan yang diberi perlakuan kompos

3.4. Nilai Ekonomi Hasil Ikutan Penangkaran Rusa

1. Velvet

a. Berat basah sepasang velvet rusa sebanyak 500 gram per individu

b. Berat kering setelah diproses menjadi serbuk terjadi penyusutan sebesar

70% dari berat basah, sehingga berat serbuk menjadi 350 gram atau

350.000 mg per individu

c. Berat serbuk velvet yang dimasukkan ke dalam kapsul adalah sebanyak

250 mg per kapsul

38,44

20

44,54

25

0

10

20

30

40

50

Kacangtanah

Jagung Sorghum Ubi Jalar

Produksi Jenis Tanaman Pertanian

Jumlah Rata-rata(Kg)

36,5

47,33

0

10

20

30

40

50

Setaria Rumput gajah

Produksi Jenis Tanaman Pakan

Jumlah Rata-rata (Kg)

23

d. Dari berat serbuk velvet (350.000 mg) menjadi 1.400 kapsul

e. Kapsul yang telah jadi, dimasukkan ke dalam botol dan sebotol berisi 30

kapsul, sehingga dari 1400 kapsul menjadi 46,7 botol atau 47 botol

f. Harga serbuk velvet rusa Rp 100.000,- per botol sehingga total harga

yang diperoleh dari seekor rusa jantan sebesar Rp. 4.700.000,-

2. Kompos

a. Limbah penangkaran rusa yang dihasilkan sebanyak 28,620 kg dan

setelah jadi kompos sebanyak 9,64 kg (33,68%)

b. Harga kompos di pasaran sebesar Rp 1.000,- per kilogram sehingga dari

9,64 kg = Rp 9.640,-/hari untuk sebuah penangkaran rusa di HP Dramaga.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan :

1. Velvet (ranggah muda) pada rusa timor merupakan hasil ikutan penangkaran

yang dapat dimanfaatkan. Berat rata-rata velvet panen rusa timor di

penangkaran HP Dramaga, Bogor adalah 500 ± 20 gram, dengan waktu

panen setelah casting rata-rata 70,67 ± 6,51 hari. Kandungan mineral yang

dhasilkan dari velvet sebanyak 12 komponen.

2. Pemanfaatan ekstrak velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara,

Kalimantan Timur telah berhasil dipasarkan baik di dalam negeri maupun di

luar negeri karena berkhasiat sebagai obat.

3. Limbah penangkaran rusa yang dijadikan kompos telah diujicobakan pada

tanaman kehutanan (5 jenis), pertanian (5 jenis) dan hijauan pakan rusa

sebanyak 5 jenis, dan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan beberapa jenis

tanaman kehutanan dan produksi tanaman pertanian.

4. Nilai ekonomi hasil ikutan penangkaran rusa cukup tinggi.

4.2 Saran :

Hasil ikutan penangkaran rusa berupa velvet dan kompos merupakan

potensi kegiatan penangkaran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan

merupakan peluang baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

khususnya sekitar lokasi penangkaran. Dalam rangka mengoptimalkan nilai

hasil kegiatan penangkaran, pemanfaatan velvet dan limbah penangkaran perlu

dijadikan pertimbangan dalam tujuan pembangunan penangkaran sehingga tidak

hanya daging saja yang dijadikan sasaran utama produksi hasil penangkaran

rusa.

24

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah Ternak untuk Kompos dan Biogas. Kementerian Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertaninian. Nusa Tenggara Barat.

Denholm, L.J. 1984. Veterinary aspects of antlerogenesis and commercial velvet antler production. Proc. “Attwood” Veterinary Research Laboratory, Dept. Of Agriculture, Victoria. Australia.

Dradjat, A.S. 2000. Produksi Ranggah Muda pada Persilangan Rusa Timorensis (Cervus timorensis) dan Rusa Sambar (Cervus unicolor). Med. Pet. Vol. 23 No. 2:36 - 39.

Ewashkiw, C and M. Allen. 2011. Velvet Antler: A Gift from Nature. http://www.norelkco.com Generated: 21 July, 2011, 04:13.

Hedges, S., Duckworth, J.W., Timmins, R.J., Semiadi, G. & Priyono, A. 2008. Rusa timorensis. In: IUCN 2008. 2008 IUCN Red List of Threathened Species. (www.iucnredlist.org). Downloaded on 05 November 2008.

Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.355/Menhut-II/2008 tentang Pemberian Izin Pemanfaatan Non Komersial Dalam Negeri Jenis Satwa Yang Dilindungi Undang-Undang Untuk Penelitian dan Pengembangan Teknologi Penangkaran Kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, tanggal 24 September 2008.

Ma’ruf, A., T. Atmoko, I. Syahbani dan Mukhaidil. 2005. Teknologi penangkaran Rusa Sambar (Cervus unicolor) di Desa Api-Api Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Prosiding Gelar dan Dialog Teknologi: Teknologi untuk Kelestarian Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat, Mataram 29-30 Juni 2005. Bogor.

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, tanggal 27 Januari 1999.

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, tanggal 27 Januari 1999.

Semiadi, G. dan R. Taufiq Purna Nugraha. 2004. Panduan pemeliharaan rusa tropis. Pusat penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Semiadi, G. 2006. Biologi Rusa Tropis. Pusat penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Setio, P., M. Takandjandji dan R. T. Kwatrina. 2009. Peningkatan Reproduksi, Produktivitas Pertumbuhan dan Efektivitas Pengelolaan Pakan Pada Penangkaran Rusa Di HP Dramaga, Bogor. Laporan Penelitian Insentif DIKTI Untuk Peneliti dan Perekayasa LPD Dan LPND Tahun 2009. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.

Takandjandji, M. dan C. Handoko. 2005. Pertumbuhan dan perkembangan tanduk Rusa Timor di penangkaran Oilsonbai, NTT. Info Hutan. Vol. II No. 4. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

25

Takandjandji, M. 2007. Stres pada rusa timor (Cervus timorensis timorensis Blainville) di penangkaran Oilsonbai, NTT. Info Hutan Vol. IV, No. 2 : 123-129. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Takandjandji, M. 2007. Teknik Pemotongan Velvet Pada Rusa Di Penangkaran. Info Hutan Vol. IV, No. 4 : 385-390. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Wilson, R.P. 1984. Antler growth and control. Deer Refsresher Course. Proceedings No. 72. The University of Sydney. Australia.

Yerex, D. 1979. Deer farming in New Zealand. Published by deer farming services division of Agricultural Promotion Associates. Wellington, New Zealand.