kemandirian petani dalam budidaya

63
i

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

i

Page 2: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

ii

KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

BAYAM CABUT DI DESA MONCOBALANG

KECAMATAN BAROMBONG

KABUPATEN GOWA

ST KHADIJAH AL QUBRAH

105960044610

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 3: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

iii

Page 4: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

iv

Page 5: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Makassar, Juli 2015

ST KHADIJAALQUBRAH

105960044610

iv

Page 6: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

vi

ABSTRAK

ST KHADIJAH ALQUBRAH 105960044610. Kemandirian Petani Dalam

Budidaya Bayam Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten

Gowa. Dibimbing oleh AMRUDDIN dan St AISYAH.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui Kemandirian Petani Dalam

Budidaya Bayam Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten

Gowa.

Populasi penelitian ini adalah semua petani bayam cabut di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa sebanyak > 143 orang

yang terbagi dari 3 Dusun. Sampel pada penelitian di ambil secara Purposive

dengan mengambil 1 Dusun yaitu Tompobalang sebagai sampel yang berjumlah

38 orang karena melihat profesi pokok petani disana sebagai petani bayam.

Dengan menggunakan analisis data secara statistik deskriptif untuk menganalisis

data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tampa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian petani dalam budidaya

bayam cabut di Dusun Tompobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

dipengaruhi oleh Petani Pengelolah sebagai pelaku yang mengkoordinir usaha

taninya, modal, bibit, pupuk dan pemupukan,dan sumber Air yang tersedia baik

yang berasal dari sumur galian maupun sumur bor.

v

Page 7: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat

dan hidayah_nya yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya. Shalawat dan

salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga,

sahabat dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana pertanian Universitas Muhammadijah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud anpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pda

kesempatanini ini penulis menyempaikan ucapan terimah kasih kepada yang

terhormat:

1. Amruddin, S.Pt.,M.Si selaku pembimbing 1 dan ibu St. Aisyah, S.Pt.,M.Si

selaku pembimbing 2 yang senantiasa meluangkan waktunya dan sabar

untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat

terselesaikan .

2. Bapak Ir. Saleh Molla , M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Amruddin, S.Pt.,M.Si selaku ketua jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orang tua ayahanda S. Puddin dan Ibunda Hj St Aisyah yang sudah

banyak memberikan bantuan dan dengan sabar serta doanya, dan terima

vi

Page 8: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

viii

kasih untuk kakakku Hamdani yang seantiasa membimbing d membant

dalam penyusunan skripsi dan untuk suamiku Irwan dan anakku Naimah

yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan dan segenap terimah

kasih untuk teman- teman yang sudah memberikan bantuan baik moril

maupun material sehingga skripsi dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen jurusan agribisnis di Fakultas pertanian khusunya dosen

jurusan agribisnis yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada Pemerintah Kabupaten Gowa Khususnya Kepada Pak Camat

Barombong, Pak Desa Moncobalang dan untuk semua masyarakat Petani

bayam di Dusun Tompobalang yang sudah bersedia membantu

memberikan data sehingga data yang kami butuhkan dalam penyusunan

skripsi dengan mudah terselesaikan.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga

akhir yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua

pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini

bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi penulis

yang membutuhkan. Semoga kristal- kristal Allah SWT senantiasa

tercurah kepadanya. Amin.

Makassar, Agustus 2015

St Khadijah Qubrah

vii

Page 9: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ....................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7

2.1 Kemandirian Petani ................................................................... 7

2.2 Budidaya Bayam Cabut ............................................................ 15

2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. 16

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 18

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 18

3.2 Populasi dan Sampel .................................................................. 18

3.3 Jenis dan sumber data ................................................................ 18

3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 19

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................. 19

Page 10: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

x

3.6 Definisi Operasional .................................................................. 20

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................. 22

4.1 Kondisi Geografis ...................................................................... 22

4.2 Kondisi Demograrafis ................................................................ 23

4.3 Kondisi Pertanian ....................................................................... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 26

5.1 Identitas Petani Responden ........................................................ 26

5.2 Tingkat Produksi Bayam Cabut ................................................. 33

5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bayam ........................... 35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

Page 11: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ................. 23

2. Keadaan penduduk berdasarkan usia di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 .................... 24

3. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencarian di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun

2015 ................................................................................................... 24

4. Kondisi penggunaan lahan di Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 ....................................... 27

5. Tingkat umur petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 ....................................... 28

6. Tingkat pendidikan responden petani bayam cabut di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun

2015 ................................................................................................... 29

7. Tanggungan keluarga petani bayam cabut di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 .................... 30

8. Pengalaman Usahatani Petani Bayam Cabut Berdasarkan lama

usaha di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten

Gowa Tahun 2015 ............................................................................. 31

9. Luas lahan petani bayam cabut di Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 ....................................... 32

10. Kemandirian petani dalam budidaya bayam cabut di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabuaten Gowa Tahun

2015 ................................................................................................... 35

Page 12: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pemikiran .................................................................... 17

Page 13: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Teks

1. Kuesioner Penelitian ....................................................................... 43

2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 45

3. Identitas Responden ....................................................................... 46

4. Rekapitulasi Data ............................................................................. 47

5. Dokumentasi Penelitian ................................................................. 48

6. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 49

Page 14: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan pertanian sudah selayaknya berorientasi pada Resources

base, yang berarti bahwa kedudukan sumberdaya alam pada suatu wilayah

merupakan titik sentral perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi terhadap

keberadaan suatu wilayah serta lokasi pengembangan berdasarkan

agroekosistem, kesesuaian lahan dan potensi/peluang pasar dilakukan dalam

penentuan prioritas komoditas dan alternatifnya (Stepanus, 2011).

Pembangunan pertanian perlu dilaksanakan dengan pendekatan

perencanaan wilayah atau komoditas pertanian yang dikembangkan berdasarkan

kesesuaian lahan/lokasi dan pendekatan agribisnis berbasis pedesaan.

Kemandirian adalah suatu konsep yang sering dihubungkan dengan

pembangunan. Kemandirian merupakan sasaran utama untuk meningkatkan

produksi dan pendapatan dengan memperhatikan faktor manusianya sebagai

subjek maksudnya bagaimana cara berikir manusia atau petaninya untuk

berkembang (Zhulaiman, Wahyuddin, 2012).

Kemandirian petani merupakan kegiatan usahatani meliputi faktor produksi

dan faktor utama yang mempengaruhi diantaranya seperti; petani pengelola,

lahan usahata, modal, bibit, pupuk dan pemupukan, dan jumlah air yang tersedia

serta cara mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga, faktor-

faktor diluar usahatani (ekstern) antara lain; tersedianya sarana transportasi dan

Page 15: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

2

komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani

(harga hasil, harga saprodi dan lain-lain) serta sarana penyuluhan bagi petani.

Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman

pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sebagian besar hasil

pertanian berupa sayuran yang dikonsumsi sendiri dan seluruh hasil perkebunan

adalah ekspor. Wilayah pedesaan yang bercirikan pertanian sebagai basis

ekonomi . Dengan kemajuan yang dicapai sektor pertanian tanaman pangan dan

tanaman hortikultura, maka pembangunan sektor industri yang didukung sektor

pertanian juga semakin maju. Dalam memenuhi kebutuhan nasional dari

produksi dalam negeri nampaknya masih sangat sulit untuk direalisasikan

karena kompleksnya kendala dan masalah yang dihadapi dalam usaha tani untuk

mencapai peningkatan hasil produksi pangan dan hortikultur seperti bayam.

(Rizki, 2012).

Bayam (Amaranthus sp) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

amerika tropik, kandungan nutrisi yang cukup tinggi pada bayam dan rasanya

yang cukup lezat menjadikan bayam sebagai salah satu komoditi unggulan yang

banyak diminati masyarakat untuk dikomsumsi. Konsumsi bayam di indonesia

mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Budidaya bayam pun terbilang

cukup mudah dilakukan.

Bayam biasanya diperbanyak secara generatif yaitu melalui biji, bayam

dapat dibudidayakan tanah berPH netral baik didataran tinggi maupun di dataran

rendah (Hadsoeganda, 2010).

Page 16: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

3

Permintaan bayam yang cukup tinggi belum dapat dipenuhi secara

maksimal oleh banyak petani bayam. Keberhasilan petani dalam mengelolah

usaha taninya ditentukan dari usaha petani disektor pertanian itu sendiri, selain

itu juga dipengaruhi juga oleh kemandirian dari petani itu sendiri, tanah

usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi yang digunakan, sumber air

yang memadai. Selain itu ada pula beberapa pendukung yang bisa ikut

mempengaruhi antara lain; tersedianya sarana transportasi dan komunikasi,

aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga

hasil, harga saprodi dan lain-lain) serta sarana penyuluhan bagi petani.

Disamping kemandirian ada juga faktor yang menjadi Permasalahan-

permasalahan dalam pengembangan pertanian di Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa. Yang sudah lama disadari sebagai faktor

penghambat keberhasilan petani, Di antaranya kurangnya perhatian dari

pemerintah dalam memberikan bantuan kepada petani dan petani yang berdiri

sendiri tampa ada naungan dari kelompok tani, tidak adanya saluran irigasi yang

tidak berfungsi baik bahkan sekitar 50 Ha lahan disana menjadi lahan tidur

karena tidak dapat dimanfaatkan oleh petani karena terendam air akibat tidak

adanya saluran irigasi. Permasalahan umum inilah yang dihadapi petani

dilahan pertanian yang mengakibatkan rendahnya skala produksi dan mutu

hasil diperoleh petani.

Produksi sayur di Kabupaten Gowa juga mampu memenuhi pasar kota

makassar bahkan dapat dikatakan sebagai sentra sayur–mayur karena melihat

potensi yang dimiliki Kabupaten Gowa, apalagi untuk Desa Moncobalang

Page 17: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

4

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa sebagian besar petaninya

membudidayakan tanaman bayam cabut.

Berdasarkan dari survey, dilakukan penelitian dengan judul “Kemandirian

Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa” .

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

adalah bagaimana Kemandirian petani dalam budidaya bayam cabut di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ?

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemandirian dalam budidaya

bayam cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

Kegunaan yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin

melanjutkan dan mengembangkan penelitian ini.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak – pihak atau pengambil keputusan

dalam menetapkan kebijaksanaan dalam melaksanakan penyuluhan pertanian

di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi masyarakat petani dalam berusaha

tani.

Page 18: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kemandirian petani

Kemandirian (Self relience) merupakan sasaran utama untuk

meningkatkan produksi dan pendapatan dan jarang memperhatikan faktor

manusia sebagai subjek. Dalam praktek sering kita jumpai martabat manusia

merosot hingga sekedar menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi.

Pembangunan dibidang ekonomi tidak menjamin terwujudnya perbaikan

ekonomi masyarakat secara merata. Kemandirian adalah satu sikap yang

mengutamakan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai 1

tujuan tampa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerjasama yang

saling menguntungkan dalam pengertian sosial atau pergaulan antar manusia

( kelompok, komunitas ), kemandirian juga bermakna sebagai organisasi diri

( Self – organization) atau manajemen diri ( Self- Manajement). Unsur-unsur

tersebut saling berinteraksi dan melengkapi sehingga mencul suatu kesembingan

pada arah ini, pencarian pola yang tepat, agar interaksi antar unsur selalu

mencapai keseimbangan menjadi sangat penting (Zhulaiman, Wahyuddin, 2012).

Proses kemandirian ini tampa ujung dalam kontak pembangunan sikap

mandiri harus dijadikan tolak ukur keberhasilan yakni apakah rakyat atau

masyarakat menjadi lebih mandiri atau semakin bergantung pada hasil industri

seperti pupuk.

Page 19: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

6

Agar interaksi unsur- unsur kemandirian menjadi efektif dan berkembang

kearah Selfish bisa dihindari perkembangan pribadi individu yang positif bisa

dibangun lewal LSM ( lembaga swadaya masyarakat ) yang dibentuk dan

diselenggarakan secara wajar dan bertahap dalam proses ini proses belajar-

mengajar akan berlangsung antar penerima dan pengajar yang disebabakan oleh

perbedaan latar belakang sosial-ekonomi dapat dihindari dengan demikian

( Zhulaiman, Wahyuddin, 2012).

Usahatani merupakan usaha dari suatu kesatuan antara kerja, modal, dan

pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi dilapangan pertanian,

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pembinaan usahatani, yaitu:

Organisasi usahatani, dengan perhatian khusus kepada pengelolaan unsur-unsur

produksi dan tujuan usahanya, Pola kepemilikan tanah usahatani, Kerja

usahatani, dengan perhatian khusus kepada pengelolaan unsur-unsur produksi

dan tujuan usahanya, Modal usahatani, dengan perhatian khusus kepada proporsi

dan sumber petani memperoleh modal.

Menurut Hernanto (2015), kemandirian petani dalam budidaya

berpengaruh terhadap usahatani diantaranya adalah Seperti telah diungkapkan

pada pengenalan terhadap usahatani antara lain :

1. Petani pengelolah

Petani sebagai seorang manajer yang bertugas yang mengelolah yang mereka

kerjakan. Berhasil atau tidaknya usahataninya tergantung dari kemampuan

mereka yang mengatur atau mengelolah faktor- faktor produksi yang mereka

kuasai jika seorang petani piawai dalam mengelolah usaha taninya artinya seorang

Page 20: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

7

petani sebagai manajer harus mampu mengorganisasikan alam, kerja dan modal

agar produksi dan produktivitas usahataninya dapat bernilai optimal.

Petani mempunyai banyak fungsi selain sebagai pengelolah petani juga

berfungsi sebagai pribadi, petani sebagai kepala keluarga, petani sebagai guru,

petani sebagai waraga sosial, petani sebagai warga negara. (Annonim, 2010).

2. Lahan usahatani

Dalam proses produksi pertanian tanah atau sebagai salah satu faktor

produksi utama yang merupakan sumber daya alam yang bersifat dapat

diperbaharui artinya keberadaan tanah yang jumlahnya relatif tetap, bisa

dimanfaatkan untuk proses produksi pertanian dengan tetap melakukan

konservasi terhadap kesuburan tanahnya. Tanah sebagai sumber daya alam

dengan fungsinya yang jamak sebagai unsur dan tumpuan harapan utama bagi

kehidupan manusia, tidak ada satu lagi kehidupan manusia yang tidak

berhubungan dengan tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lahan untuk pertanian penilaianya didasaran kepada kemampuan yaitu :

kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman, kemampuan

untuk berproduksi makin tinggi produksi persatuan semakin baik, kemampuan

untuk berproduksi secara lestari makin sedikit pengawetan tanah makin baik,

Sedangkan kemampuan tanah dibedakan dalam 8 kelas sebagai faktor pokok

antara lain meliputi: lereng, drainase, kedalaman tanah, tekstur tanah,

konselerasi, kelembaban, permeabilitas, resiko kebanjiran.

3. Modal

Page 21: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

8

Modal adalah faktor kemandirian pendukung sebuah usaha untuk lebih

maju, modal dibedakan kedalam modal tetap dan modal lanjar, modal tetap

terkait dengan tanah, alat-alat pertanian, bangunan dan sebagianya, sedangkan

modal lancar adalah modal yang bisa diubah dalam jangka pendek seperti

bibit, pupuk, dan obat – obatan, tenaga kerja dan lain- lain. Pelaksanaan

usaha tani memerlukan pendanaan dan manajemen keluarga.

Sumber modal dapat berasal dari milik sendiri, kredit dari bank dan

kontrak sewa menurut jangka waktu tertentu sampai peminjam dapat

mengembalikan sehingga angsuran menjadi dikuasai pemilik modal.

4. Bibit

Benih atau bibit secara umum adalah jenis varietas tanaman yang

dianggap bagus dengan kriteria tertentu untuk ditanam serta bisa menghasilkan

produksi yang baik disaat panen. Masalah benih atau bibit untuk indonesia

telah diatur lembaga pertanian yang berwenang dalam memberikan sertifikat

agar bisa dipasarkan kepetani.

Adapun langkah dalam pemelihan benih atau bibit yang sesuai yaitu:

a. Pilih jenis bibit atau benih yang direkomendasikan pemerintah

b. Amati sebelum menggunakan bibit apakah sudah banyak digunakan atau

tidak

c. Butiran- butiran bibit utuh.

d. Berasal dari jenis bibit unggul.

e. Cari informasi kepada sesama petani tentang kualitas bibit tersebut

5. Pupuk dan pemupukan

Page 22: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

9

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan

tanah, sedang pemupukan adalah penambahan zat hara tanaman kedalam

tanah dengan tujuan untuk memperbaiki sifat- sifat tanah, misalnya

pemberian pasir pada tanah liat, penambahan mineral pada organik,

pengapuran dan sebagainya (Kasifah, 2011).

Pupuk dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pupuk organik dan pupuk

anorganik, pupuk organik adalah pupuk yang langsung didapat dari alam

misalnya fosfar alam, pupuk organik misalnya pupuk kandang, kompos,

pupuk hijau, bokasi dan lain – lain. Pupuk ini juga umumnya memiliki

proses sangat lama bahkan sampai puluhan tahun untuk memperlihatkan

hasilnya. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat dengan jenis dan kadar

unsur haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah

tertentu seperti Urea, ZA, KCL dan lain – lain.

Dalam melakukan pemupukan beberapa hal yang perlu diperhatikan

antara lain.

a. Tanaman yang akan dipupuk

b. Jenis tanah yang akan dipupuk

c. Dosis ( jumlah) yang diberikan

d. Waktu pemupukan

e. Cara pemupukan

Secara kualitatif, kandunganunsur hara dalam pu[uk organi tidak dapat

lebih unggul dari pada pupuk anorganik. Namun penggunaan pupuk organik

secara terus- menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas

Page 23: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

10

tanah tanah lebih baik dibanding penggunaan pupuk anorganik menurut

(Musnamar, 2003). Selain itu penggunakan pupuk organik tidak akan

meninggalkann residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan

manusia.

6. Tersedianya sumber air

Manfaat air bagi pertanian dapatdikatakan sangat penting.air bagi para

petani adalah sumber daya pokok yang menunjang berlangsungnya

kegiatan pertanian. Tanpa pengairan yang baik, hasil dari tanaman yang

dikelolah oleh petani tidak akan maksimal. Air untuk pertanian umumnya

mencapai 69% dari jumlah air yang di gunakan untuk semua keperluan

manusia. Kelangkaan air akan mempengaruhi keamanan dan ketahanan

pangan serta angka harapan hidup manusia.

Para petani memanfaatkan air dipermukaan untuk keperluan irigasi.

Akan tetapi dengan semakin terbatasnya ketersediaan air permukaan

pemanfaatan air tanah sebagai irigasi pada budidaya pertanian menjadi

alternatif yang tidak akan dihindari. Namun dengan bantuana adanya sumur

bor semakin memudahkan petani sehingga petani dapat terus megelolah

usaha taninya tampa takut akan kekurangan air.

Dengan adanya air, petani dapat melaksanakan usaha taninya dengan

mudah karena air juga merupakan sumber kehidupan bagi tanaman untuk

tumbuh sehingga memudahkan petani dalam penanaman.

Menurut Suratiyah (2006), faktor kemandirian yang mempengaruhi

besarnya biaya dan pendapatan adalah:

Page 24: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

11

1. Faktor internal dan eksternal

Faktor internal dan eksternal saling mempengaruhi biaya dan pendapatan

diantaranya faktor internal terdiri dari: umur, pendidikan, pengetahuan,

pengalaman, dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan

modal. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari keseterdiaan dan harga.

2. Faktor manajemen

Disamping faktor internal dan eksternal maka manajemen juga sangat

menentukan. Dengan faktor internal tertentu maka petani harus dapat

mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah-ubah dan tidak

sepenuhnya dikuasai. Petani sebagai manajer harus dapat mengambil

keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil

yang memberikan pendapatan optimal.

Cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan

tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani

untuk menaikkan produksinya. Begitu pula dengan kebijaksanaan –

kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang

produksi bagi petani.

Pemerintah menciptakan kebijasanaan – kebijaksanaan khusus yang

dapat merangsang pembangunan pertanian, misalnya kebijaksaan harga,

subsidi pupuk, kegiatan–kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif,

perlombaan – perlombaan dengan hadiah menarik kepada petani – petani

Page 25: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

12

teladan dan lain–lain, sehingga petani dapat lebih berkembang lagi di

indonesia (Mulyasa, 2009).

Upaya mewujudkan pembangunan nasional dibidang pertanian (agribisnis)

juga dipengaruhi oleh adanya masalah atau penghambat sampai sejauh ini belum

mampu diselesaikan secara tuntas sehingga memerlukan perhatian yang lebih

serius dari perintah, sehingga kurangnya informasi teknologi.

Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya pendapatan dan

kesejahteraan petani secara signifikan dalam usahataninya. Petani sebagai unit

agribisnis yang terkecil belum mampu meraih nilai tambah yang rasional sesuai

skala usahatani terpadu ( Integrated farming Sistem ). Oleh karena itu persoalan

membangun kelembagaan di bidang pertanian dalam arti luas.

Agar petani mampu melaksanakan kegiatan yang tidak hanya menyangkut

on faram bussines saja, tetapi terkait erat dengan aspek – aspek off farm.(Rizki,

2012).

Walaupun melampaui masa – masa krisis ekonomi. Beberapa kondisi yang

dihadapi dalam usaha produktifnya yaitu, Kecilnya skala usaha tani, kurangnya

ransangan, masalah transfortasi dan informasi, luas usaha yang tidak

menguntungkan, belum mantapnya sistem dan pelayanan penyuluhan, lemahnya

tingkat teknologi, aspek sosial dan ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan bagi

petani.(Rizki, 2012).

Page 26: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

13

2.2. Budidaya Bayam Cabut

Bayam (Amaranths spp) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk

dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. dengan nama ilmiah Amaranthus

spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "Everlasting" (abadi).

Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula

dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya, Tanaman

bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein dan zat besi yang

penting, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam

masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar

negeri masuk ke wilayah Indonesia.

Pusat penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 Ha), Jawa

Tengah (3.479 Ha), dan Jawa Timur (3.022 hektar). Propinsi lainnya berada pada

kisaran luas panen antara 13.0 - 2.37 Ha. Di Indonesia total luas panen bayam

mencapai 31.981 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran

komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam

nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar.

Bayam cabut termasuk sayuran yang dapat tumbuh pada dataran rendah.

Bayam jenis ini menghendaki tanah yang gembur dan subur dengan ph 6-7

apabila Ph tanah lebih tinggi atau rendah mengakibatkan bayam tidak tumbuh

baik untuk penanamanya sendiri hampir sama dengan jenis lain namun lebih

penting dalam pemeliharaan adalah penyiangan, penggemburan, pemberian

Page 27: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

14

pupuk susulan dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dan penggemburan

dilakukan 2 MST selanjutnya dilakukan 2 minggu sekali.

Adapun jenis penyakit yang sering menyerang downy mildew , spinach bligh

oleh (virus mozaik cucumber) , dan penyakit noda daun.

Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri - ciri

memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih - putihan, dan

memilki bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya

merah disebut bayam merah, sedangkan yang batangnya putih disebut bayam

putih.

Menurut Syarat Tumbuhnya dapat tumbuh pada Keadaan angin yang

terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam khususnya untuk bayam yang

sudah tinggi sehingga Kencangnya angin dapat merobohkan tanaman. Karena

tanaman bayam cocok ditanam di dataran tinggi maka curah hujannya juga

termasuk tinggi sebagai syarat pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai

lebih dari 1.500 mm / tahun.

Pemeliharaan meliputi penyiangan dan pengendaliaan organisme

pengganggu tanaman (OPT) dan dapat dipanen pada umur 21 HST, sedangkan

Penyiangan ( weeding) dilakukan (1- 2) kali, dilakukanpada umur (7-10) HST

dengan menyingkirkan gulma disekitar daerah perakaran dan Penggunaan

pestisida tidak dianjurkan karena bayam langsung dikonsumsi (Susilo, 2014).

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan survey yang telah dilakukan dari dilihat bahwa dalam

pencapaian keberhasilan petani bayam cabut dalam mengelolah usaha tani

Page 28: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

15

bayamnya ditentukan dari petani pengelolah sebagai manager kemudian akan

dipengaruhi oleh kemandirian petani dari kemandirian dapat di bagi 2 yaitu

tingkat produksi dan faktor kemandirian yang mempengaruhi

Adapun kerangka pemikiran yang dapat diambil yaitu;

Gambar 1. Kerangka pemikiran Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam

Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Kabupaten Gowa.

petani bayam

Kemandirian petani

1. Petani pengelolah

2. Tanah usaha tani

3. Modal

4. Bibit

5. Pupuk dan pemupukan

6. Tersedianya sumber air

Tingkat produksi Faktor kemandirian

Page 29: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

16

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa, melihat karena potensi bayam yang dimiliki desa ini dan

kemandirian petani dalam menjalani profesinya serta untuk melihat lebih jauh

tentang kemandirian petani dalam budidaya bayam cabut di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, adapun penelitian dilakukan mulai

bulan April sampai Agustus tahun 2015.

3.2. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa yang berjumlah > 143 orang petani yang terdiri dari 3 Dusun

yang terdiri dari petani bayam musiman dan ada petani bayam pokok yang

membudidayakan bayam sepanjang tahun .

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap mewakili

populasi tersebut. adapun sampel diambil secara Purposive dengan memilih 1

Dusun yaitu Tompobalang yang berjumlah 38 orang petani melihat profesi

pokok petani bayam yang membudidayakan bayam cabut sepanjang tahun.

Page 30: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

17

3.3.Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis data : data kualitatif dengan menggunakan data informasi secara

asosiatif yang berupa gambaran informasi lengkap tentang pengaruh

keberhasilan petani.

2. Sumber data yaitu : Data primer dan data sekunder, (a) Data primer

diperoleh dengan memilih langsung responden untuk dimintai keteranganya

tentang jumlah petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa, (b) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor

desa dan instansi terkait meliputi monografi desa.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara

langsung di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

b. Wawancara adalah pengumpulan data primer dengan mengajukan pertanyaan

yang sistematis dan langsung kepada petani dengan menggunakan alat bantu

pedoman wawancara.

c. Dokumentasi adalah kumpulan data yang berbentuk nyata dan diperoleh

berdasarkan sistem pengelolaan data yang disebut dengan proses

dokumentasi seperti gambaran monografi desa atau foto yang diambil saat

dilokasi.

Page 31: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

18

3.5. Teknik Analiasa Data

Analisi data yang digunakan dalam penelitian adalah statistik deskriptif.

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan unyuk menganalisis

data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tampa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum atau generalisasikan. Pada Kemandirian petani dalam budidaya

bayam cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

3.6. Definisi operasional

a. Kemandirian adalah suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan petani

tampa ada bantuan dari pihak apapun.

b. Petani pengelolah artinya petani sebagai manager yang mampu

mengorganisasikan alam, kerja dan modal agar produksi dan produtivitas

usahataninya.

c. Lahan usaha tani sebagai salah satu faktor produksi utama yang merupaan

sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui.

d. Modal adalah sejumlah dana yang dikeluarkan untuk usaha

e. Bibit adalah benih bayam yang digunakan petani

f. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan

tanah

g. Pemupukan adalah penambahan zat hara tanaman kedalam tanah untuk

menjaga kesuburan tanah.

Page 32: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

19

h. Tingkat produksi adalah sejumlah hasil produksi bayam yang dihasilkan

petani tergantung luar lahan dalam sekali panen.

Page 33: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

20

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Desa Moncobalang berada 144 KM dari Ibu Kota Provinsi atau 15 KM dari

Kota Sungguminasa Ibukota Kabupaten Gowa atau 4 KM ibu kota Kecamatan

Barombong Desa Moncobalang dengan luas wilayah 373,75 KM2.

Batas- batas wilayah Desa Moncobalang:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tinggimae Kecamatan Barombong

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lempangan dan Desa Bone Kecamatan

Barombong

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bontolebang Kecamatan Takalar.

Desa Moncobalang memiliki iklim dengan tipe D4 (3,032) dengan

ketinggian 200 – 700 dari permukaanlaut dan dikenal 2 musim yaitu musim

kemarau dan musim hujan.

Pada musim kemarau dimulai pada bulan juni hingga september dan musim

hujan dimulai pada bulan Desember hingga bulan Maret. Keadaan seperti itu

berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan (musim

pancaroba ) sekitar bulan April – Mei dan bulan Oktober- Nopember. Jumlah

curah hujan di Desa moncobalang tertinggi pada bulan januari mencapai 1.182 M

(hasil pantauan beberapa stasiun/pos pengamatan) dan terendah pada bulan

Agustus- September.

Page 34: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

21

4.2 Kondisi Demogratis

4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui persentasi jumlah suatu penduduk berdasarkan jenis

kelamin dapat dihitung dengan menjumlah keseluruhan laki- laki dan jumlah

keseluruhan perempuan dalam satu Dusun baik itu bayi, anak-anak, remaja,

dewasa sampai lanjut sehingga jumlah laki- laki dan jumlah perempuan dapat

diketahui jumlahnyadapat sesuai yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Moncobalang

Sumber : Datas Sekunder kantor Desa Moncobalang 2015

Tabel 1 terlihat bahwa jumlah penduduk di Desa Moncobalang adalah 1.268

jiwa, dimana terdapat 632 jiwa yang berjenis kelamin laki – laki dengan

persentase 50,32 % dan 630 jiwa yang berjenis perempuan dengan persentase

49,68 %. dari jumlah perempuan dan laki –laki dapat dilihat perbandingan

jumlah laki – laki lebih banyak dibanding perempuaan.

2.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia

Dalam sebuah penduduk dapat digolongkan menjadi beberapa golongan

atau kalangan mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua

sampai dengan lanjut usia, Keadaan penduduk berdasarkan umur dapat dilihat

pada Tabel 2.

No Uraian Jumlah Persentasi (%)

1 Laki- laki 632 50,32

2 Perempuan 630 49,68

Jumlah 1.268 100,00

Page 35: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

22

Tabel 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2014.

Golongan umur Jumlah Persentase (%)

0-3 Tahun 34 5,53

4- 6 Tahun 35 5,70

7- 12 Tahun 65 10,58

13- 15 Tahun 39 6,35

16- 22 Tahun 91 14,80

23- 45 Tahun 135 21,98

46- 60 Tahun 123 20,03

61 Tahun keatas 54 8,79

Jumlah 614 100

Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Moncobalang 2014

Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa keadaan penduduk berdasarkan usia

diDesa Moncobalang yang tetniggi yaitu pada usia golongan umur 23-45 dengan

jumlah 135 dengan persentase 21,98 %, kemudian golongan umur 46-60 dengan

jumlah 123 dengan persentase 20,03 %, golongan umur 16-22 dengan jumlah 91

dengan persentase 14,80 %, golongan umur 7-12 dengan jumlah 65 dengan

persentase 10,58, golongan umur 61 > dengan jumlah 54 dengan persentase

8,79 %, golongan umur 13-15 dengan jumlah 39 dengan persentase 6,35 %,

golongan 4-6 dengan jumlah 35 dengan persentase 5,70 dan untuk golongan umur

terendah dengan usia 0-3 dengan jumlah 34 dengan persentase 5,53 %.

2.2.3 Keadaan Penduduk

Mata pencarian tiap kepala rumah tangga di Desa MoncobalangKecamatan

Barombong Kabupaten Gowa dapat dibagi menjadi beberapa profesi mulai yang

berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil, Pedagang, Tukang bangunan, Petani,

sampai pada Buruh dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 36: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

23

Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2014.

No Jenis

Pekerjaan

Jumlah

Persentase (%)

1 PNS 24 3,79

2 Pedagang 25 3,95

3 Tukang bangunan 124 19,62

4 Petani 381 60,28

5 Buruh 78 12,34

Jumlah 632 100

Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Moncobalang, 2014

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian

yaitu sekitar 632 orang, dengan jumlah PNS sekitar 24 orang dengan persentase

3,79 %, pedagang 25 orang dengan persentase 3,95 %,, tukang bangunan 124

orang dengan persentase 19,62 %, 382 orang petani dengan persentase 60,28 dan

78 orang berprofesi sebagai buruh dengan persentase 12,34 %.

4.3 Kondisi Pertanian

Penggunaan lahan di Desa Moncobalang dibedakan menjadi beberapa antara

lain : Lahan untuk sawah, ladang, perkebunaan kakao, pemukiman, bahkan ada

yang ada yang menjadi lahan tidur karena tidak dapat dimanfaatka oleh

masyarakat dikarenakan beberapa faktor baik karena untuk rencana pembangunan

atau pun karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk digunakan untuk

berusaha tani yang belum pasti berapa luasnya seperti yang terlihat pada

Tabel 4.

Page 37: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

24

Tabel 4. Kondisi Penggunaan Lahan di Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2014.

No Peruntukan Luas (Ha)

1 Sawah 179,36

2 Ladang 97,79

3 Perkebunan KaKao 17

4 Permukiman 79,65

5 Lain- lain 60

Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Moncobalang 2015

Dari Tabel 4 dapat dilihat penggunaan lahan di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa dapat dibagi menjadi 5 bagian yang

terdiri : yang memiliki lahan seluas 179,36 Ha digunakan sebagai lahan sawah,

97,79 Ha digunakan sebagai ladang, dan 17 Ha digunakan sebagai perkebunan

kakao dan 79,65 Ha digunakan sebagai perkebunan dan sekitar 60 Ha selebihnya

digunakan untuk lain – lain baik itu untuk bangunan,hutan, lahan tidur, ataupun

bangunan tua yang belum direnovasi atau dilakukan perbaikan.

Page 38: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Petani Responden

Identitas responden menggambarkan kondisi dan status orang tersebut,

identitas petani responden meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan

keluarga dan pengalaman berusaha tani.

5.1.1 Umur petani

Umur petani sangat mempengaruhi kemanpuan fisiknya dalam bekerja dan

berfikir. Petani yang berumur mudah mempunyai kemampuan yang lebih besar

dari pada yang tua. Yang berusia muda cenderung menerima hal- hal baru untuk

menambah pengalaman baik dengan mengikuti penyuluhan yang dilakukan

sekitar desa, membacaatau dengan pengetahuan yang disampaikan secara lisan

oleh mahasiswa yang hendak melakukan penelitian tentang pertanian dengan

berbagi pengetahuan. Sehingga cepat mendapat pengalaman- pengalaman baru

yang berharga dalam berusaha tani namun tak jarang juga banyak petani muda

yang cenderung belajar dari pengalaman orang tua mereka yang lebih dulu yang

berprofesi sebagai petani. Sedangkan yang berusia tua mempunyai kapasitas

mengelolah usaha tani lebih baik, dan sangat berhati- hati dalam bertindak

dikarenakan telah banyak pengalaman yang dirasakan. Keadaan umur petani

dapat disajikan pada Tabel 5 .

Page 39: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

26

Tabel 5. Tingkat umur petani bayam cabut di Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015.

No Tingkat umur

(Tahun)

Jumlah responden

( Orang)

Persentase

(%)

1

2.

3.

4.

5.

21 – 30

31 – 40

41 – 50

51 – 60

61 -70

8

10

7

9

4

21,05

26,31

18,42

23,68

10,54

Jumlah 38 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2015

Berdasarkan Tabel 5 , dapat terlihat bahwa umur petani bayam di Dusun

Tompobalang yang umumnya merupakan petani yang merupakan tenaga kerja

yang produktif dimana umur petani terbanyak yaitu pada usia 31 – 40 dimana

terdapat persentase 26,31 %, kemudian 51- 60 dengan jumlah responden 9

dengan persentasi 23,64 % kemudian 21-30 petani dengan jumlah responden 8

dengan persentase 21,05 %, sedangkan umur petani yang terendah yaitu pada usia

61 -70 dimana hanya terdapat sekitar 4 orang dengan persentase 10,54 %. Pada

usia tersebut petani cenderung mewarisi usaha taninya kepada anak disebabkan

karena kemampuan fisiknya sudah mulai berkurang sedangkan pada usia 31 – 40

cenderung petani memiliki semangat untuk ingin mengembangkan usaha taninya

seperti yang diungkapkan oleh (Soekartawi,2006 ) yang menyatakan semangat

petani merupakan cara untuk berusaha untuk lebih cepat untuk menerapakan

teknik cara bercocok tanam yang baik dalam mengembangkan usaha taninya.

5.1.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menjadi faktor keberhasilan petani dalam mengelolah

usahataninya karena berpengaruh terhadap pola pikir petani dalam mengelolah

Page 40: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

27

usaha taninya. Secara umum petani yang berpedidikan tinggi akan lebih mudah

memungkinkan mereka bertindak lebih rasional dalam mengelolah usahataninya.

Hal ini dapat dilihat dari Tabel 6

Tabel 6. Tingkat pendidikan Responden Petani Bayam Cabut di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015.

No

Tingkat Pendidikan Jumlah petani

(Orang )

Persentase

(%)

1.

2.

3.

4.

SD

SMP

SMA

DIPLOMA

11

12

14

1

28,95

31,57

36,84

2,64

Jumlah 38 100 %

Sumber : Data Primer setelah Diolah 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani yang didominasi di

Dusun Tompobalang yaitu SMA dimana terdapat 14 orang dengan persentase

36,84 %, kemudian dikuti SMP dengan jumlah 12 dengan persentase 31,57 % ,

tamatan SD berjumlah 11 dengan persentase 28,97 %, sedangkan tingkat

pendidikan diploma yang hanya memiliki 1 responden dengan persentase 2,64 %,

dari data diatas dapat dilihat bahwa petani yang memiliki pendidikan SMA

memiliki persentase terbanyak untuk mengambil keputusan serta pengetahuan

serta karena pengalaman berusaha tani yang dimiliki. Hal ini menurut

pendekatan teori menurut Fatmawati (2004), tingkat pendidikan seseorang

ternyata sesuatu yang baru menurut pendidikan dan pengalaman yang mereka

dapat selama berusaha tani.

Page 41: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

28

5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tangungan keluarga adalah semua anggota keluaga yang menjadi

beban petani termasuk petani responden itu sendiri. Besarnya tanggungan

keluarga petani turut berpengaruh terhadap pengelolaan usahatani, karena

keluarga yang relatif besar merupakan tenaga kerja potensial. Namun besarnya

keluarga turut pula mempengaruhi beban petani itu sendiri sebagai kepala

keluarga. Adapun persentasi rata- rata jumlah tanggungan keluarga petani dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tanggungan Keluarga Petani Bayam Cabut di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015.

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Keluarga

(Orang)

Persentasi

(%)

1.

2.

3.

1 – 3

4 – 6

7 – 9

12

19

7

31,58

50

18,43

Jumlah 38 100%

Sumber :Data Primer Setelah Diolah 2015

Tabel 7 menunjukkan bahwa adanya variasi jumlah tanggungan keluarga

responden petani bayam cabut dari 38 petani yaitu yang memiliki tanggungan

keluarga 1 -3 dengan jumlah keluarga sebanyak 12 orang dengan jumlah

persentase 31,58 % untuk jumlah tanggungan keluaraga 4 -6 memiliki 19 orang

dengan persentasi 50 % dan untuk jumlah tanggungan keluarga 7-9 memiliki 7

orang dengan persentase 19 %. Keadaan demikian sangat mempengaruhi

terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan produksi dalam

memenuhi kebutuhannya hal ini sesuai dengan pendapat Fatmawati (2006) yang

Page 42: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

29

menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga sering dijadikan pertimbangan

bagi petani.

5.1.5. Pengalaman Usaha Tani

Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani bekerja menekuni

pekerjaannya dalam berusaha tani. Semakin lama petani melakukan usahanya

maka semakin besar akan berkembang suatu keterampilan dan keahlian dalam

menentukan cara yang tepat untuk mengembangkan suatu keterampilan dan

keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk mengembangkan

usahatani tanaman bayam secara efektif dan efisien karena sudah banyak

pengalaman. Untuk lebih jelasnya pengalaman responden dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Pengalaman Usaha Tani petani Bayam Cabut Berdasarkan Lama Usaha

Tani di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

Tahun 2015.

No Pengalaman Usaha Tani Jumlah Petani Persentase %

1.

2.

3.

1 – 10

11 – 20

21 – 30

26

10

2

68,42

26,31

5,27

Jumlah 38 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa berdasarkan pengalaman berusaha tani

responden petani yang memiliki jumlah persentasi terkecil yaitu 5,27 % dengan

pengalaman berusaha tani 21 -30 dengan jumlah petani 2 orang sedangkan yang

persentasi terbesar 68,42 % dengan pengalaman berusaha tani 1- 10 tahun

dengan jumlah petani 26 orang petani. Kemudian untuk pengalaman 11- 20

dengan jumlah 10 dengan persentasi 26,31 %. Dengan adanya pengalaman

Page 43: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

30

bertani maka dapat mempengaruhi keuntungan usaha tani karena petani yang

sudah banyak pengalaman sehingga akan berhati- hati dalam mengelolah usaha

taninya.

5.1.6. Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki oleh petani sangat berpengaruh pada produksi yang

dihasilkan. Luas Lahan garapan sangat berpengaruh terhadap petani dalam

mengelolah usahataninya. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah

merupakan faktor utama dalam usahatan, hal ini dikarenakan tanaman maupun

hewan memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat tinggal.

Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan yang dimiliki oleh petani responden

yang terdapat di Desa moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Luas lahan Petani Bayam Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan

Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 .

.

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentasi(%)

1.

2.

3.

4.

5.

0,01- 0,10

0,11 – 0,20

0,21 – 0,30

0,31 – 0,40

0,41 – 0,50

25

8

2

2

1

65,78

21,05

5,26

5,26

2,64

Jumlah 38 100 %

Sumber :Data Setelah Diolah ,2015

Tabel 9 menunjukkan bahwa persentasi luas lahan petani bayam cabut di

Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa yang terbesar yaitu

dengan luas lahan 0,01- 0,10 dengan jumlah 25 orang dengan persentase

65,78% , sedangkan untuk luas lahan 0,11 – 0,20 Ha dengan jumlah 8 dengan

persentase 21,05 %, sedangkan untuk luas lahan 0,21-0,40 dengan jumlah 2

Page 44: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

31

dengan persentase 5,26 % dan untuk luas lahan 0,41 – 0,50 hanya 1 orang petani

dengan persentase 2,64 %. Dengan demikian dapat dilihat bahwa jumlah luas

lahan petani bayam cabut dapat dikatakan relatif kecil namun usaha petani dalam

mengembangkan produksi bayam dilahan mereka cukup baik dengan

menggunakan pupuk serta adanya air dari sumur bor sehingga petani dapat terus

berproduksi tampa dipengaruhi oleh musim sehingga petani dapat mencukupi

kebutuhan keluarga dan usaha taninya

5.2. Tingkat Produksi Bayam Cabut

Dari hasil penelitian rata- rata produksi bayam cabut yang dihasilkan oleh

petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

rata – rata 9,30 ton/bulan dari total hasil sekitar 353,67 ton/tahun sedangkan

untuk keuntungan yang dapat diperoleh itu dipengaruhi pada tingkat harga bayam

dipasaran yang kadang hanya Rp 700,00 sampai harga tertinggi Rp 20.000,00/ikat

atau biasa disebut sisambi dalam bahasa makassar dengan berat 2 Kg/ikat .

Produksi bayam ini ditentukan juga terhadap luas lahan yang di olah petani bayam

itu sendiri dan faktor – faktor pendukung lainya. Seperti dalam luas lahan yang

hanya seluas 0,02 Ha petani dapat memproduksi sekitar 300 kg bayam dalam

sekali panen dengan 2- 3 kali masa panen, sedangkan untuk luas lahan 0,50 are

petani dalam memproduksi bayam 2600 kg (2,6 ton) / panen.

Selain budidaya bayam petani juga membudidayakan beberapa tanaman

hortikultur lainnya seperti kemangi, kangkung , terong , kacang, sawi, dan kacang

hijau namun hanya beberapa petani yang membudidayakan bahkan sebagian

petani bayam memilih untuk mendampingi tanaman bayam mereka salah satu

Page 45: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

32

tanaman hortikultura lainnya. Hal ini dapat dikatakan bahwa produksi bayam

di Kabupaten Gowa sudah dapat memenuhi kebutuhan pasar terhadap

permintaan konsumen akan kebutuhan bayam baik untuk rumah tangga, rumah

makan bahkan untuk beberapa daerah diluar gowa sendiri seperti takalar,

jeneponto, maros, pangkep bahkan untuk barru.

Hal ini juga tidak terlepas dari kemandirian petani untuk bertindak dan

berusaha untuk menyediakan kebutuhan berladang baik dengan membeli atau

berusaha sendiri. Saat ini produksi bayam lebih banyak diproyeksikan untuk

kebutuhan masih dalam sekitar sulawesi saja sedang untuk keluar walaupun

jumlahnya cukup tapi masih dalamnkualitas yang rendah karena kondisi bayam

yang akan mudah rusak akibat penggunaan pestida kimia yang dominan dilakukan

petani sebelum panen karena kondisi bayam yang terserang oleh hama apalagi

disaat harga bayam dipasaran naik dominan bayam akan memiliki kualitas yang

rendah.

Produksi bayam yang ada selain dipengaruhi luas lahan karena semakin luas

lahan yang dimiliki maka semakin besar produksi yang akan dihasilkan begitu

pula sebaliknya namun walaupun demikian masih dalam jumlah cukup sesuai

kebutuhan pasar. apalagi karena tidak dipengaruhi oleh musim karena petani

mampu untuk bertindak mandiri dan berkreasi sehingga petani mampu terus

berproduksi, sedangkan pada musim hujan petani cenderung akan membuat tenda

plastik sebagai penahan hujan dan tempat berlindung bayam sehingga kondisi

bayam tidak mudah rusak akibat tertimpa air saat hujan. Sedangkan untuk musim

kemarau dimana keadaan tanah akan mudah kering petani kemudian

Page 46: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

33

menggunakan sumur bor untuk penyiraman, sehingga tidak peduli dengan adanya

musim kemarau karena petani memanfaatkan sumur bor yang memang dibuat

disetiap ladang sehingga dengan bantuan pompa air proses penyiraman dengan

mudah dilakukan, pompa air dan pembuatan sumur air dapat terjadi karena

kemandirin petani untuk dapat membuat dan membeli dari hasil keuntungan

membudidayakan bayam cabut dan beberapa budidaya tanaman hortikultura

lainnya. sehingga mereka dapat mengairi sawah atau ladang mereka dengan air

pada musim kemarau, sehingga produksi bayam cabut dapat terus tersedia sesuai

kebutuhan konsumen ditambah lagi harga bayam yang cukup menjanjikan

walaupun harga dipasaran tidak stabil kadang ( naik/turun).

Peningkatan produksi pertanian akan turut berpengaruh pada petani, petani

diharapkan pada permasalahan pengetahuan petani dan luas lahan garapan yang

relatif sempit, serta penggunaan pupuk dan pestisida yang digunakan masih 100 %

dari bahan kimia sehingga walaupun produksi yang cukup tapi masih dalam

kualitas rendah, walaupun petani sadar akan kualitas bayam mereka hasilkan tapi

terbatas dengan pengetahuan untuk mendapatkan ketersedian pupuk organik

lainnya dan pestisida nabati kecuali pupuk kandang yang mudah didapatkan oleh

peternak ayam potong disekitar desa yang sudah memanfaatkan kotoran ayam

untuk dijadikan pupuk kandang sehingga tampa adanya penyuluhan atau adanya

naungan kelompok tani petani dapat berkembang sesuai dengan pengetahuan yang

diperoleh dari orang tua secara turun-temurun dan keinginan petani untuk terus

maju untuk memenuhi kebutuhan hidup petani dan keluarganya dan merupakan

Page 47: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

34

pekerjaan yang mudah bagi mereka sehingga sudah menjadi kesenangan petani

untuk berusaha tani bayam .

5.3. Faktor – Faktor Kemandirian Terhadap Produksi Bayam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kemandirian petani dalam

budidaya bayam cabut yang dihasilkan oleh petani di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa besar kecilnya dipengaruhi oleh petani

pengelolah sebagai pelaku utama, Lahan usaha tani yang digarap, modal, bibit,

pupuk dan pemupukan dan sumber air yang tersedia. berikut adalah gambaran

data- data yang diperoleh selama penelitian.

Tabel 10.Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

No Indikator Alternatif Jawaban Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 Petani Pengelolah Ya 27 71,05

Tidak 11 28,95

2. Luas lahan Ya 33 86,85

Tidak 5 13,15

3. Modal Ya 33 86,85

Tidak 3 7,89

4. Bibit Ya 30 78,95

Tidak 8 21,05

5. Pemupukan Ya 38 92,10

Tidak 5 13,15

6. Sumber air Ya 27 71,05

Tidak 11 28,96

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

Tabel 10 menunjukkan bahwa faktor – faktor kemandirian petani dalam

budidaya bayam cabut bahwa semua kegiatan usaha tani mulai dari pengelolaan

tanah, sampai bayam siap untuk dipanen semua dilakukan dengan baik oleh petani

sendiri tampa ada bantuan dari pemerintah baik untuk memberikan penyuluhan

Page 48: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

35

tentang pemanfaatan tanaman di sekitar lingkungan yang dapat dimanfaatkan

sebagai pestisida nabati ataupun cara mengifesienkan penggunaan pupuk

anorganik dengan memberikan subsidi pupuk organik kepada petani tentang

penggunaan pupuk atau pun bantuan untuk usaha taninya baik berupa modal

ataupun adanya saluran irigasi yang berfungsi baik.

Adapun faktor yang mempengaruhi kemandirian petani yaitu dari 38 orang

petani pengelolah, luas lahan, modal, bibit, pupuk dan sumber air yang tersedia

sedangkan untuk pemilikan lahan yang digarap oleh petani sebanyak 33 petani

mengelolah lahanya sendiri sedangkan 5 lainya menyewa tanah dari

keluarga,untuk modal petani 35 orang petani mengunakan modal sendiri

sedangkan 3 orang lainnya meminjam dari koperasi desa, sedangkan 30 orang

petani membeli bibit dari petani yang khusus membudidayakan bayam untuk

dijadikan bibit, 5 lainya bertindak sebagai petani dan penjual, sedangkan 3 lainya

memproduksi bibit sendiri untuk dibudidayakan, sedangkan untuk pupuk, semua

petani bayam yang berjumlah 38 orang disana menggunakan pupuk organik

(pupuk kandang) yang didampingi dengan pupuk anorganik ( urea ) namun 5

petani lainya selain menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik seperti

urea juga menggunakan pupuk NPK dan ZA, dan untuk sumber air 27 petani

menggunakan air sumur galian untuk penyiraman sedangkan 11 orang lainya

menggunakan air dari sumur bor yang dibantu oleh alat pemompa air dalam

penyiramannya dilihat karena luas lahan yang tidak memungkinkan petani untuk

melakukannya sendiri. Sehingga produksi dan produktivitas inilah yang

Page 49: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

36

membuat keberhasilan petani bayam di Desa ini tetap terjaga sehingga dapat

bernilai optimal.

5.3.1.Petani Pengelolah

Faktor keberhasilan petani bayam dalam budidaya yang dilakukan oleh

petani melalui pengetahuan yang diperoleh sendiri tanpa ada interaksi atau adanya

gotong royong dari petani lain karena keterlibatan petani dalam kegiatan pertanian

sebagai faktor pendukung yang turut meninjau pelaksanaan usahataninya sendiri,

mulai dari pengolahan lahan, pemupukan, penyemaian, pemeliharan, penyiraman

sampai pada bayam siap untuk dipanen, seperti yang terlihat pada Tabel 10 dapat

dilihat bahwa 27 petani bekerja tanpa ada bantuan dari orang lain baik itu anak

ataupun bantuan dari buruh bantu yaitu merupakan petani yang memiliki luas

lahan antar 0,02 – 0,14 Ha sedangkan untuk petani yang memiliki luas lahan 0,15

– 0,50 Ha akan cenderung menggunakan buruh bantu atau pun dibantu oleh anak

atau saudara, namun masih dalam pengawasan petani namun tidak semua

pekerjaan akan diserahkan pada buruh bantu kecuali untuk pengelohan lahan dan

penyiraman atau sampai pada bayam siap dipanen yang bekerja sebagai buruh

cabut.

5.3.2. Luas Lahan

Jumlah lahan yang dimiliki petani responden bervariasi mulai dari luas

lahan 0,02 are sampai yang memiliki luas lahan sebesar 0,50 are yang dapat

dipanen 2- 3 kali perbulan sesuai dengan kemampuan petani dengan membagi

lahan menjadi beberapa bedengan dengan lebar 1- 2 m dan dengan panjang luas

lahan kemudian diolah lalu disemaikan ½ -3 liter bibit bayam setiap bedengan .

Page 50: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

37

Dengan masa tumbuh 15-25 setelah penanaman. Namun dalam sekali panen

petani dapat memanen 1- 3 bedengan karena proses penanaman tidak dilakukan

secara bersamaan dalam 1 lahan namun dilakukan bertahap oleh petani dalam

beberapa bedengan.

Status kepemilikan lahan 5 diantara 38 petani masih menggunakan lahan

sewa yang kemudian digarap untuk tanaman bayam cabut, sedangkan 33 petani

menggunakan lahan mereka sendiri seperti yang terlihat pada Tabel 10. walaupun

lahan yang dimiliki terbilang kecil tapi Dengan produksi yang dihasilkan mampu

mencapai 353,67 ton/tahun dari 38 petani dengan rata- rata pendapatan 9.307

ton/bulan bayam dengan jumlah luas lahan sekitar 40,8 Ha.

5.3.3. Modal

Penggunaan Modal dapat dilihat pada Tabel 10 bahwa modal yang

digunakan petani dari 38 petani berasal dari 33 orang yang menggunakan modal

sendiri sedangkn 5 lainnya merupakan modal pinjaman, hal dilakukan karena

keterbatasan petani untuk memulai usahanya sebelum usaha tani mereka

berkembang, sedangkan mereka yang menggunakan modal sendiri yaitu

merupakan petani yang awalnya hanya berpropesi sebagai tukang bangunan dan

menjadikan bertani bayam sebagai sampingan dari situlah mereka memperoleh

modal untuk memulai usaha taninya dengan menyisipkan sebagian penghasilan.

Modal yang digunakan juga bervariasi mulai dari modal dari

250.000,00/bulan sampai yang mengeluarkan modal Rp 2. 500.000,00/bulan

sesuai dengan kebutuhan dan luas lahan yang diolah petani itu sendiri untuk

pembelian pupuk,bibit, pestisida, bensin untuk pompa dan lain- lain.

Page 51: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

38

5.3.4. Bibit

Pada Tabel 10 ditunjukkan bahwa 30 petani yang menjawab ya merupakan

petani yang membeli bibit, sedangkan 5 petani lainnya merupakan petani yang

khusus membudidayakan bayam untuk dijadikan bibit sehingga petani bayam

tidak kesulitan untuk mendapatkan bibit, sedangkan 3 lainya selain

membudidayakan bayam juga memproduksi bibit sendiri untuk dibudidayakan

sehingga akan mengurangi jumlah pengeluaran. Adapun harga jual bibit yang

dikenakan petani penjual kepada petani bayam lainya harganya bervariasi mulai

Rp 85.000,00/liter sampai yang harga Rp 100.000,00/liter. Harga ini juga akan

melonjat naik saat memasuki musim penghujan karena sulitnya mendapatkan bibit

yang baik akibat rusaknya kondisi bayam saat terkena hujan secara terus-

menerus.

Petani bayam kadang memanfaatkan 1 musim tanam sebelum masuk musim

penghujan dengan menanam bayam untuk dijadikan bibit untuk persiapan musim

hujan sehingga dapat mengurangi jumlah pengeluaran untuk membeli bibit untuk

beberapa bulan kedepan selama musim penghujan datang, namun hal tersebut

tidak dilakukan semua petani melihat karena kebutuhan konsumen yang tak

henti–hentinya memenuhi kebutuhan pasar. namun ada juga petani yang

memperoleh bibit dengan membudidayakan sendiri walaupun jumlahnya tidak

untuk dipasarkan tapi mampu untuk memenuhi lahanya sehingga jumlah

pengeluaran pun akan berkurang.

Page 52: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

39

5.3.5 Pupuk

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua petani yang berjumlah 38

orang petani menggunakan pupuk organik ( Kandang ) dan pupuk anorganik (

Urea), namun diantara 38 orang tersebut 5 orang lainya juga menggunakan pupuk

anorganik lainnya seperti pupuk pupuk ZA dan NPK.

Saat ini petani disana belum dapat memproduksi pupuk organik sendiri oleh

karena terkendalanya jumlah hewan ternak yang mereka miliki. Hal itu juga

disebabkan karena kekwatiran petani akan tanaman mereka dan tanaman petani

lainnya yang bisa saja menjadi tujuan hewan ternak sehingga sampai saat ini

petani hanya mampu membeli pupuk organik dari peternak ayam potong disekitar

desa.

Pupuk merupakan faktor pendukung yang ikut mendukung kualitas bayam,

adapun pupuk yang dominan dipakai petani bayam yaitu dan pupuk organik

( pupuk kandang dan jerami ) dan anorganik (Urea) hal ini dilakukan petani

untuk memperbaiki produksi bayam dan kualitas bayam yang semakin rendah

serta kondisi tanah agar tetap terjaga akibat penggunaan bahan kimia, pupuk

organik digunakan saat tanah yang telah di olah telah disemaikan bibit sehingga

beberapa petani menggunakan pupuk kandang untuk menutupi bibit dengan

pupuk kandang sehingga bibit tidak mudah terbawa air saat penyiraman.

walaupun petani disana berharap adanya bantuan pupuk organik dan pertisida

nabati dari pemerintah setidaknya adanya penyuluhan tentang cara pemanfaatan

bahan alami disekitar mereka yang dimanfaatkan sebagai sumber pestisida nabati

Page 53: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

40

namun hal tersebut terkendala dengan kurangnya perhatian pemerintah setempat

terhadap petani sehingga petani bergantung dari pestida kimia

5.3.6 Sumber air

Sumber air yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 27 petani

menggunakam sumur galian untuk penyiraman yang teratur dilakukan oleh petani

yaitu pada pagi hari dan sore hari, sedangkan 11 orang petani lainya

menggunakan sumur bor dibantu dengan alat bantu pompa air hal ini tidak

terlepas dari kemandirian petani untuk membeli dan membuat sumur bor serta

menyediakan kebutuhan lainya yang dibutuhkan saat pemompaan dilakukan,

karena luas lahan yang digarap sehingga tidak memungkinkan petani

melakukanya sendiri. Pemompaan atau penyiraman umumnya akan dilakukan 2

atau 3 hari sekali untuk petani yang memiliki luaslahan 0,15 - 0,50 Ha. Namun

semua petani juga akan beralih kesumur bor saat memasuki musim kemarau

karena kondisi sumur galian yang akan kering memasuki musim kemarau,

sehingga untuk mendapatkan air petani harus menggunakan sumur bor. sehingga

bagi petani di Desa Moncobalang air bukan masalah yang terlalu sulit sehingga

produksi bayam mampu terpenuhi dipasaran yang terletak di Kecamatan

Panciro Pallangga dan Sungguminasa sesuai kebutuhan pasar terhadap permintaan

konsumen akan bayam.

Page 54: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan , maka disimpulkan bahwa Kemandirian

petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

ditentukan oleh petani pengelolah sebagai karena keterlibatan petani , Luas lahan

yang diolah, modal yang digunakan, bibit, yang digunakan,pupuk yang digunakan

baik organik maupun anorganik, serta air sumber air yang tersedia baik dari sumur

galian maupun dari sumur bor.

6.2 Saran

Penyuluhan sebaiknya juga dilakukan untuk Desa Moncobalang dan

sekiranya pemerintah lebih memperhatikan nasib masyarakat petani setempat

untuk lebih ditingkatkan melihat karena potensi Bayam yang dimilik desa ini

sebagai salah satu daerah penghasil bayam di Gowa.

Page 55: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

42

DAFTAR PUSTAKA

Annonim , 2012. Usaha Tani Indonesia.http://pustaka.usaha tani.com.html diakses

24 April 2015 .

Adiestya, Nurieke. 2012. Keberhasilan Petani, Jurnal penelitian. Universitas

Pajajaran. . http// cybex.deptan,go .id diakseS 24 Agustus 2015.

Data Primer dan Sekunder Dusun Moncobalang Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa. Tahun 2015.

Dix, H.M. 1981. Pencemaran lingkungan, John Willey & Sons. New York.

Hadisoegandanda A W. 1996.BAYAM sayuran penyangga petani

diindonesia.BPD. Bandung

Hardianto. 2014. Respon petani terhadap pemanfaatan pupuk organik pada

tanaman sawi. Skripsi .fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah .

Makassar.

Holdgate, MW., 1969, Sebuah prespektif Pencemaran Lingkungan, Cambridge

University Press, London.

Kasifah. 2011, Dasar- Dasar ilmu tanah. Aneka Ilmu. Makassar

Malinau, Stepanus, 2011 . Faktor Kemandirian Petani Yang Mempengaruhi

Keberhasilan Padi. Jurnal Penelitian Vol 1. Thn 2011. Badan Pusat

Statistik. Girirejo. Samarinda Utara

Mastugino. 2014. Gahara hijau. http// mastugino.blogspot.com/2014/09/manfaat-

air-bagi- kehidupan.html diakses 18 mei 2014

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Panggabean, Andreas.2010. Pengetahuan pertanian.articel indonesia.Universitas

Padjajaran.http//www. andsgabe. Blogspot.Com/2015/15/ posisi-

pertanian-dalam-teori-html.

Page 56: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

43

Rukmana, Rahmat. 1994. Bayam Bertanam & Pengolahan Pascapanen.

Kanisius. Yogyakarta.

Ramhadani, Rizki, 2012. Masalah dan Faktor – Faktor Keberhasilan Petani Padi

.Jurnal Penelitian tinjauan pustaka Vol 6. Thn 2012, Sumatera.

Indonesia.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani, UI Press. Jakarta

Susilo.2009. Budidaya bayam.. Swadaya Nusantara. Surabaya

Sugiyono. 2009. Metode penelitian kualitatif kuantitatif dan R & D.Alfarbeta.

Bandung:

Zhulaiman L and Wahyuddin. Maret 2012. Konsep Kemandirian Petani di

Pedesaan. . Jurnal penelitian. Vol 7 no 4 2012. Kalimantan Timur.

Page 57: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

44

Lampiran 1.Daftar Kuesioner Penelitian

KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA BAYACABUT

DI DESA MONCOBALANG KECAMATAN BAROMBONG

KABUPATEN GOWA

1.Identifikasi Responden

Nomor responden :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Luas lahan garapan :

Jml tgn keluarga :

Lama pengalaman bertani :

11. Pertanyaan Terbuka

1. Apakah semua kegiatan dalam usaha tani budidaya bayam mulai pengolahan

Lahan sampai pasca panen dilakukan bapak sendiri sebagai pelaku usaha tani ?

a. Ya, dilakukan

b. Tidak, dibantu

2. Apakah lahan yang bapak garap untuk budidaya bayam merupakan lahan milik

bapak?

a. Ya, milik

b.Tidak, milik

Page 58: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

45

3. Apakah modal yang bapak gunakan dalam memulai usaha tani bayam atau

Biaya yang dikeluarkan tiap bulanya meriupakan modal sendiri ?

a. Ya, sendiri

b. Tidak, Pinjaman

4. Apakah bapak memproduksi bibit bayam sendiri ?

a. Ya,kesulitan

b. Tidak, kesulitan

5. Apakah bapak menggunakan pupuk lain selain pupuk organik (kandang) dan

Pupuk anorganik (Urea) untuk tanaman bayam cabut ?

a. Ya,gunakan

b. Tidak, gunakan.

6. Apakah bapak menggunakan pompa air tiap kali penyiraman ?

a. Ya, Gunakan

b. Tidak, Gunakan

Page 59: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

46

Lampiran 2. Identitas Petani Responden Bayam Cabut di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

No Nama

responden

Umur

(tahun)

Tingkat

pendidikan

J.keluarga

(orang)

Luas

Lahan

(Ha)

Pengalaman

usahatani

(tahun)

1. M dg jaga 61 SD 5 0,08 3

2. F dg sa’bu 32 SMP 3 0,10 20

3. L dg tuju 55 SMP 7 0,20 20

4. J dg sila 55 SD 3 0,03 10

5. A dg sele 60 SMP 8 0,40 10

6. S dg ngemba 29 SMA 4 0,04 10

7. K dg mangka 39 SMP 56 0,10 20

8. M dg tinri 65 SD 4 0,10 45

9. S dg ma’ja 55 SMA 7 0,20 3

10. M dg kio 48 SMP 3 0,03 3

11. H dg tahang 60 SD 6 0,02 10

12. Y dg ngempo 68 SD 2 0,02 30

13. S dg nompo 36 SMP 3 0,15 1

14. Y dg gassing 49 SMA 4 0,50 12

15. H dg nyau 40 SMP 5 0,14 20

16. A dg sua 50 SMP 9 0,20 7

17. R dg tappa 39 SMA 4 0,05 2

18. E dg lau 25 SMP 4 0,09 8

19. M dg kalu 52 DIPLOMA 5 0,05 4

20. S dg nyonri 60 SD 1 0,03 2

21. H dg matto 31 SMP 3 0,25 20

22. N dg bombong 56 SMA 5 0,04 15

23. R dg malo 40 SD 4 0,05 5

24. K dg sikki 52 SMA 4 0,15 9

25. R dg nappa 22 SMA 5 0,06 4

26. T dg tappa 30 SMA 7 0,04 4

27. S dg lau 35 SMP 6 0,30 14

28. W dg nassa 27 SMA 5 0,02 2

29. M dg sikki 62 SD 9 0,03 10

30. J dg tayang 40 SMP 4 0,14 4

31. Nasir 25 SMP 4 0,06 2

32. Nasrullah 31 SMA 3 0,05 13

33. Henri dg sau 25 SMA 2 0,20 6

34. Muktar 43 SMP 4 0,15 3

35. S dg kulle 33 SMP 3 0,03 2

36. N dg nai 46 SMA 2 0,04 1

37. A dg bella 34 SMA 5 0,05 5

38. Kdg bantang 52 SD 5 0,02 3

Page 60: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

47

Lampiran 3. Hasil Jawaban Responden Petani Bayam Cabut di Desa

Moncobalang kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015.

I II III IV V VI

1. A a a a a b

2. A a a a a b

3. A a a a b a

4. A a a a b a

5. B a a a b a

6. A a a b b a

7. A a a a b b

8. A a a b a b

9. B a a a b a

10. A b b a a b

11. A a a a b b

12. A a a b a b

13. B b a a a a

14. B a a b b a

15. A a a b b b

16. B a a a b a

17. A a b a b b

18. A b a a a b

19. B a a b a b

20. A a a a b b

21. A a b b b a

22. A a b a a b

23. A a a a b b

24. B a a a b a

25. A a a a b b

26. A a a a b b

27. B a b a b a

28. A a a a b b

29. A a a a b b

30. A b a a b b

31. A a b a a b

32. A a a a b b

33. B a a a b a

34. B a a a b a

35. A b a a b b

36. A a a a a b

37. A a a a b b

38. A a a b b b

Faktor Faktor Keberhasilan Petani Bayam CabutNO

Page 61: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

48

Gambar 1. Wawancara Responden Petani Bayam

Gambar 2. Wawancara Responden Petani bayam

Page 62: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

49

Gambar 3. Wawancara Responden Petani Bayam

Gambar 4. Wawanara Responden Petani Bayam

Page 63: KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA

50

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

St Khadijah Al Qubrah dilahirkan di Takalar

Pattalassang tanggal 17 Desember 1991 . dari Ayahanda

S.puddin dan Ibunda Hj St Aisyah. Penulis merupakan anak

keempat dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui

penulis adalah SDN 347 Batu dan lulus tahun 2004, lalu melanjutkan pendidikan

di SMPN 1 Pitumpanua, Wajo dan selesai pada tahun 2006. Penulis melanjutkan

pendidikan di SMAN 2 Takalar, dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun 2010

penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

yang berjudul “Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa

Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”