kemampuan pertanggungjawaban pidana
TRANSCRIPT
8/18/2019 Kemampuan pertanggungjawaban pidana
http://slidepdf.com/reader/full/kemampuan-pertanggungjawaban-pidana 1/2
E. Kemampuan pertanggungjawaban pidana.
Elemen pertama dari kesalahan adalah kemampuan bertanggung jawab atautoerekeningsvatbaarheid . Dalam memberikan definisi terkait pertanggungjawaban, seperti
yang telah diutarakan diatas, sebenarnya Van Hamel telah memberi ukuran mengenaikemampuan bertanggung jawab yang meliputi tiga hal : Pertama, mampu memahamisecara sungguh-sungguh akibat dari perbuatannya. Kedua, mampu untuk menginsyafibahwa perbuatan itu bertentangan dengan ketertiban masyarakat. Ketiga, mampu untukmenentukan kehendak berbuat. Ketiga perbuatan tersebut bersifat kumulatif. Artinya,salah satu saja kemampuan bertanggung jawab tidak terpenuhi, maka seseorangdianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan. enada dengan Van Hammel adalahPompe yang dalam handboek -nya menyatakan sebagai berikut :
“Pertanggungjawaban pidana, pengertian keempat, yang menjadi dasar kesalahan, dapat dihubungkan dengan ketentuan Pasal 37 (Pasal 44 KUP!" Kemampuan
bertanggungjawab tertuju pada keadaan kemampuan berpikir pelaku, yang #ukup rkartimelakukan dan tidak melakukan" Keadaan kemampuan berpikir dengan demikian ada pada setiap orang normal" $adi karena hal tersebut pembentuk undang%undang dapat menganggap ada" Pasal 37 (Pasal 44 KUP! hanya meliputi kasus yang mana tidak ada pertanggungjawaban pidana yang dimaksud ini"&
!endapat Pompe yang menyatakan,(&"""""Kemampuan bertanggungjawab tertuju pada keadaan kemampuan berpikir pelaku, yang #ukup menguasai pikiran dan kehendak dan berdasarkan hal itu #ukup mampu untuk menyadari arti melakukan dan tidak melakukan&!, pada dasarnya sama dengan tiga kemampuan yang dikemukakan oleh VanHammel.
Kemampuan bertanggungjawab dalam K"#! tidak dirumuskan secara positif,melainkan dirumuskan secara negatif. !asal $$ K"#! %!asal &' 'etboek van tra)re#ht yang disinggung dalam pendapat Pompe di atas( menyatakan tidak mampu bertanggung jawab :
). *arangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkanpadanya, disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya %gebrekkigeontwikkeling ( atau terganggu karena penyakit %*iekelijke storing (, tidak dipidana.
+. ika ternyata bahwa perbuatan tidak dapat dipertanggungjawabkan padanyadisebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karenapenyakit, maka hakim dapat memerintahkan supaya orang itu dimasukkan kedalam rumah sakit jiwa, paling lama satu tahun sebagai waktu percobaan.
&. Ketentuan tersebut dalam ayat %+( hanya berlaku bagi ahkamah Agung,!engadilan inggi, dan !engadilan /egeri.
*erdasarkan ketentuan !asal $$ K"#! dapat ditarik beberapa kesimpulan,Pertama, kemampuan bertanggung jawab dilihat dari sisi si pelaku berupa keadaan akaldan jiwa yang cacat pertumbuhan atau terganggu karena penyakit. Kedua, penentuankemampuan bertanggung jawab dalam konteks yang pertama harus dilakukan olehseorang psikiater. Ketiga, ada hubungan kausal antara keadaan jiwa dan perbuatan yangdilakukan. Keempat, penilaian terhadap hubungan tersebut merupakan otoritas hakimyang mengadili perkara. Kelima, istem yang dipakai K"#! adalah deskriptif normatif karena di satu sisi, menggambarkan keadaan jiwa oleh psikiater, namun di sisi lain secaranormatif hakim akan menilai hubungan antara keadaan jiwa dan perbuatan yangdilakukan.
8/18/2019 Kemampuan pertanggungjawaban pidana
http://slidepdf.com/reader/full/kemampuan-pertanggungjawaban-pidana 2/2
Ada tiga metode untuk mementukan ketidakmampuan bertanggung jawab.Pertama, metode biologis yang dilakukan psikiater. ika psikiater menyatakan seseorangkelainan jiwa, maka tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana. #al ini karenaseeorang yang kelainan jiwa %gila( tidak memiliki kehendak sesuai adagium )uriosi nulla
voluntas est" Kedua, metode psikologis yang menunjukkan hubungan antara keadaan jiwayang abnormal dengan perbuatannya. etode ini mementingkan akibat jiwa terhadapperbuatannya sehingga dapat dikatakan tidak mampu bertanggung jawab dan tidak dapatdipidana. Ketiga, metode biologis-psikologis. elain memperhatikan keadaan jiwa, jugadilakukan penilaian hubungan antara perbuatan dengan keadaan jiwanya untukdinyatakan tidak bertanggung jawab. aat ini, metode biologis-psikologis yang digunakanuntuk menentukan seseorang mampu bertanggung jawab ataukah tidak. erkaitkemampuan bertanggung jawab dalam hubungan antara keadaan jiwa dan perbuatanyang dilakukan, hukum pidana mengenal gedeeltelijke ontoerekenigsvatbaarheid atauketidakmampuan bertanggung jawab untuk sebagian. Apabila terdapat keragu-raguanuntuk menentukan apakah seseorang mampu bertanggung jawab ataukah tidak, terdapat
dua pendapat yang dikemukakan oleh Pompe, yakni :
“Pertanggungjawaban bukanlah unsur perbuatan pidana" anya merupakan suatuanggapan" +apat dimengerti, bahwa kebanyakan orang berpikir demikian" Keadaantersebut, meskipun tidak jelas, dinyatakan sebagai normal" idak dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 37 (Pasal 44 KUP!adalah suatu dasar penghapus pidana" -leh karena itu (setelah penyelidikan!, tetapmeragukan mengenai dapat dipertanggungjawabkan, pelaku tetap dipidana&
asih menurut Pompe :
(“""""".erdasarkan karakter hukum pidana dan hukum a#ara pidana sebagai hukum publik, jika ada keragu%raguan tentang sesuatu, penuntut umum dan hakim berusahamenghilangkan keragu%raguan itu dengan penyelidikan" etelah penyelidikan yang luastentang perkara tersebut, masih tidak pasti, terdakwa harus dinyatakan bersalah&!"
!endapat Pompe tersebut didasarkan pada adagium, in dubio pro lege )ori bahwa jika terdapat keragu-raguan, hakim tetap menghukum terdakwa. ebaliknya, adapendapat yang dikemukakan oleh Noyon dan Langemeijer yang merujuk pada asas indubio pro reo. Artinya, jika terdapat keragu-raguan harus diambil keputusan yangmeringankan bagi terdakwa. Dengan demikian, terdakwa dianggap tidak mampubertanggung jawab sehingga tidak dijatuhi pidana.