irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/e-book kemampuan...ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak...

86

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ i Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Page 2: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

ii / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Page 3: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ iii Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Irwan SusantoAli Rokhman

Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Page 4: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

iv / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Copyright ©2019 by Lentera Q Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI : Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

ISBN : 978-602-26737-19-9

viii+74 hal., 17.5 X 25 cmCetakan pertama : 2019

Rancang Sampul : A. Jamroni & LQEditor bahasa : Achmad Sultoni, SPd, MPdEditor Isi : Dr. Ratno Purnomo, MSiTata Letak : ABK IndonesiaPenyusun : Iwan Susanto * Ali Rokhman ** Wiwiek Rabiatul Adawiyah ***

Penerbit : Lentera_QAlamat : Jl. Lingkar Selatan, Tamanwinangun RT.001, RW.009 Kebumen 54313 Jawa TengahAnggota IKAPI : 172/JTE/2019Telp. : 082149743807 / 081224493479Fax : 0287 3873103 Email : [email protected] : www.qlentera.co.idGroup : Lentera-QPemasaran : Toko Buku Lentera Kebumen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 TentangHak CiptaLingkup Hak Cipta1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau mem-

perbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pem-batasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan PidanaPasal 721. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1(satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, meng edar kan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di-pidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

* ) Mahasiswa Program Doktor Ilmu Menajemen Unsoed / Institut Teknologi Telkom Purwokerto** ) Fakultas FISIP Unsoed / Institut Teknologi Telkom Purwokerto*** ) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed

Page 5: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ v /

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwataala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan buku monograf ini. Buku monograf ini merupakan bagian dari hasil penelitian disertasi penulis dalam studi Program Doktor Ilmu Manajemen di universitas Jenderal Sudirman. Hasil penelitian ini sudah diseminasi pada International Conference On Rural pada tahun 2017 diterbitkan dalam proceeding ICORE 2017.

Buku ini mengambil bagian dari materi disertasi Penulis, khususnya bagian membangun konstruk organizaitonal control capability (OCC). Konstruk OCC merupakan novelty yang diusulkan dalam disertasi. Konstruk ini merupakan perwujudan kamampuan manajer dalam mengendalikan organisasi khususnya keputusan perusahaan. OCC sekaligus merupakan instrumen pengukuran kemampuan seorang manajer dalam mengendalikan organisasi. Oleh karena itu isi buku ini lebih banyak membahas metodologi membangun konstruk atau instrumen pengukuran.

Meski masih jauh dari sempurna, penulis berharap buku ini dapat memberikan manfaat baik dari aspek teoritis, manajerial, maupun metodologi. Dengan selesainya penyusunan buku ini, penulis mengucapkan

Page 6: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

vi / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

banyak terima kasih kepada segala pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesaikannya penyusunan buku ini. Wassalam.

Penulis

Page 7: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ vii /

DAFTAR ISI

PRAKATA -------------------------------------------------- vDAFTAR ISI ----------------------------------------------- vii

BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------- 1

1.1. Permasalahan -------------------------------------------- 31.2. Metode pemecahan masalah ----------------------------- 41.3. Temuan Kebaruan --------------------------------------- 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ------------------------------------- 71.1. Kemampuan pengendalian ------------------------------ 71.2. Sifat kemampuan pengendalian ------------------------- 81.3. Komponen organizational control capability -------------- 81.4. Logika Pengembangan Konsep Organizational control capability ------------------------- 211.5. Hubungan Komponen Konsep Organizational control capability ------------------------- 261.6. Organizational Control Capability ---------------------- 28

Page 8: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

viii / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN -------------------------- 333.1. Menentukan domain konstruk -------------------------- 333.2. Menyusun Item Skala ----------------------------------- 353.3. Pengumpulan data Awal -------------------------------- 543.4. Memurnikan ukuran ------------------------------------ 54

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ---------------------------- 594.1. Pengujian validitas dan reliabilitas ------------------------ 594.2. Pengujian Struktur Konstruk OCC ---------------------- 61

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ---------------------------- 655.1. Kesimpulan --------------------------------------------- 655.2. Saran ---------------------------------------------------- 66

DAFTAR PUSTAKA -------------------------------------- 67

Page 9: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 1 /

BAB I PENDAHULUAN

Laju perkembangan ekonomi, global dan teknologi tidak dapat dihindari oleh organisasi (Cummings & Worley, 2009) Organisasi harus mampu melakukan pengembangan untuk menyesuaiakan diri dengan perubahan lingkungan. Salah satu upaya menyesuaikan diri adalah melakukan inovasi. Banyak penelitian terdahulu membahas tentang keputusan inovasi. Penelitian keputusan inovasi banyak dan beragam, sesuai dengan konteks masing-masing studi (Talke & Heidenreich, 2014). Salah satu model struktur yang banyak digunakan oleh peneliti terdahulu adalah model adopsi inovasi versi Roger, yang diberi nama diffusion of innovation (Rogers, 1983). Tornatzky dan Fleischer (1990) memandang bahwa adopsi inovasi yang berkembang sampai dengan saat itu membutuh kan penyatuan konsep. Konsep adopsi inovasi teknologi perlu dipadukan dalam konsep ke-organisasian. Demikian pula konsep faktor lingkungan baik mikro maupun makro perlu dipadukan dengan konsep inovasi teknologi. Oleh karena itu pada tahun 1982 Tornatzky dan Fliescher memperkenalkan konsep baru teori adopsi inovasi, yaitu teori Technology Organization Environment. TOE memuat konsep Proses adopsi inovasi merupakan proses hubungan interaksi antara faktor konteks Teknologi, Organisasi dan Environmen. Konsep ini dituangkan dalam sebuah frame work TOE. Konsep TOE

Page 10: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

2 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

semakin memperjelas pemilahan faktor-faktor dalam konteks yang lebih jelas.

Pada perkembangan studi adopsi inovasi berikutnya Lacovou me-nemukan fenomena bahwa terdapat hasil penelitian yang tidak konsisten pada hubungan pengaruh beberapa faktor determinan yang dianggap sudah mapan terhadap keputusan inovasi (Lacovou, Izak, & Dexter, 1995). Lacovou melihat bahwa penelitian pada determinan yang sama belum tentu menghasilkan keputusan adopsi yang sama. Dengan mengguna kan dasar penggabungan teori DOI dan TOE, Lacovou pada tahun 1995 melalui studi kasus mengenai adopsi teknologi EDI dalam organisasi, memperkenalkan sebuah konsep dalam bentuk frame work adopsi EDI pada organisasi. Hasil penelitian dan frame work Lacovou bisa sedikit menggambarkan bahwa hasil penelitian adopsi inovasi teknologi dalam konteks organisasi dan lingkungan ekternal yang berbeda memberikan hasil penelitian yang berbeda.

Munculnya framework TOE dan frame work Lacovou dapat memban-tu memper jelas bahwa keputusan adopsi inovasi bersifat kontekstual dan merupakan hasil interaksi diantara faktor determinan. Selain faktor konteks yang menyebabkan inkonsistensi hasil penelitian keputusan adopsi inovasi, diduga faktor pengambil keputusan memegang peranan dalam keputusan adopsi inovasi (Chwelos, Benbasat, & Dexter, 2001; Cummings & Worley, 2009; Lacovou et al., 1995; Mohammed, Almsafir, Salih, & Alnaser, 2013; Olatokun & Kebonye, 2010). Dalam proses mengambil keputusan, subyek melakukan perhitungan dan pertimbangan atas berbagai faktor. Proses ini merupakan proses kognisi memperhitungkan aspek untung-rugi, baik-buruk hasil dari keputusan. Proses ini juga merupakan proses kalkulasi rasional. Kalkulasi rasional merupakan kemampuan memperhitungkan dan mengambil keputusan pada seseorang terhadap tindakan yang akan dilakukan (Bandura, 1991). Istilah kalkulasi rasional ini menyerupai pengertian rasional menurut Azjen (2007). Kalkulasi rasional bisa dalam

Page 11: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 3 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

wujud perhitungan ‘cost-benefit’. Angeles menggambarkan perhitungan ‘cost-benefit’ antara variabel External pressure dengan perceived.

Faktor peranan pengambil keputusan merupakan modal bagi organissi. Modal ini merupkan kemampuan organisasi dalam mengendalikan keputusan. Penelitian-penelitian sebelumnya belum menuangkan kemampuan pengendalian keputusan dan proses kalkulasi rasional dalam struktur model penelitian. Sementara itu diduga peroses pengen-dalian ini berpengaruh terhadap hasil keputusan adopsi inovasi terutama dalam konteks organisasi. Oleh karena itu penelitian ini dibutuhkan untuk meng ungkap peran faktor yang dapat mengendalikan keputusan adopsi inovasi. Penelitian ini bertujuan membangun sebuah entitas (konstruk) sebagai perwujudan kemampuan pengendalian keputusan dan proses kalkulasi rasional yang nantinya akan diberi nama organizational control capability; Konstruk baru ini memiliki kemampuan pengendalian keputusan, kalkulasi rasional. Konstruk ini wujud entitas dari ide framework Lacovou.

1.1. Permasalahan

Beberapa hasil penelitian tentang keputusan inovasi pada tingkat organisasi menunjukkan hasil yang ‘terkesan tidak konsisten’. Perbedaan hasil penelitian penga ruh determinan terhadap keputusan adopsi inovasi terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. 1. Fenomena Gap dan Riset Gap : Perbedaan hasil pengaruh beberapa determinan terhadap keputusan adopsi inovasi

Faktor Temuan Referensi

Organizational readiness(konteks organisasi)

Signifikan Mirchadani ( 2001); Lacovou (1995); Osakwe (2015); Grandon ( 2004); Chwelos (2001); (Pearson & Grandon, 2005)

Tdk signifikan Mirchadani ( 2001); Lacovou (1995); Gemino ( 2006)

Page 12: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

4 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Faktor Temuan Referensi

Compatibility(konteks teknologi)

Signifikan Mirchadani ( 2001); Teo ( 1997); Grandon ( 2004); Beatty (2001), Silk (2014); Neo ( 2012)

Tdk signifikan Hosseini (2016)

Complexity(konteks teknologi)

Signifikan (-) Riemenschneider (2003), Silk (2014), Neo ( 2012)

Tdk signifikan Chang & chung ( 2001);Laukkanen (2016)

External pressure(konteks environment)

Signifikan Beatty (2001); Lacovou (1995); (Chwelos et al., 2001); Grandon ( 2004);(Pearson & Grandon, 2005); (King, Grover, & Hufnagel, 1989)

Tdk signifikan Mirchadani ( 2001); Lacovou (1995); Kula (2003); Teo ( 1997); Gemino ( 2006)

Perbedaan hasil penelitian kesan ‘inkonsisten’ terhadap hasil penelitian teori-teori adopsi inovasi dan belum dapat dijelaskan melalui struktur model penelitian yang sudah ada. Fakta ini menyisakan sebuah pertanyaan, mengapa terjadi perbedaan hasi penelitian?

Pada penelitian terdahulu banyak membahas hubungan faktor sifat inovasi, faktor lingkungan dan faktor sifat organisasi terhadap keputusan inovasi. Pembahasan menekankan pada hubungan setiap masing-masing faktor terhadap keputusan inovasi. Perbedaan hasil penelitian diduga akibat keberadaan kapabilitas organisasi dalam mengendalikan keputusan (selanjutnya dinamai organizational control capability) . Bentuk kapabilitas ini tergambarkan dalam interaksi diantara faktor-faktor determinan. Keberadaan kapabilitas ini belum termuat dalam skema struktur model keputusan inovasi. Dari penjelasan di atas muncul pertanyaan, bagaimana-kah bentuk kapabilitas tersebut ? Bagaimana cara membangun kapabiltas tersebut ?

1.2. Metode pemecahan masalah

Penelitian ini akan membangun sebuah konstruk baru. Tahapan membangun konstruk organizational control capability mengikuti tahapan prosedur yang disarankan Churcill (1979) dan Gerbing (1988). Tahapan

Page 13: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 5 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

prosedur meliputi 7 tahap yaitu : (1) menentukan domain konstruk, (2) menyusun item skala, (3) mengumpulkan data awal, (4) memurnikan ukuran, (5) mengumpulkan data, (6) pengujian reliabilitas, (7) pengujian validitas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey.

1.3. Temuan Kebaruan

Kebaruan dalam penelitian ini adalah hadirnya sebuah konstruk baru, organizational control capability. Konstruk ini merepresentasikan sifat kemampuan seorang manajer dalam mengambil keputusan inovasi bagi perusahaan. Konstruk memberikan peran moderasi dalam hubungan antara determinan dengan keptusuan inovasi.

Jika pada penelitian-penelitian sebelumnya banyak membahas, hubungan masing-masing determinan dengan respon secara ‘one on one’, penelitian ini lebih membahas pada proses interaksi dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini membahas bagaimana proses interaksi diantara determinan dan bagaimana mereka mempengaruhi respon / keputusan inovasi. Proses interaksi dalam pengambilan keputusan ini yang kemudian diwujudkan dalam representasi konstruk OCC.

Page 14: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

6 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Page 15: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 7 /

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Kemampuan pengendalian

Pemahaman kata capability bearasal dari bahasi Inggris yang diartikan menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki makna ‘kemampuan’. Istilah “kemampuan” bbanyak digunakan untuk menekankan peran kunci dari manajemen strategis dalam mengadaptasi, mengintegrasikan, dan mengkonfigurasi ulang keterampilan organisasi, sumber daya, dan kompetensi fungsional secara tepat untuk disesuaikan dengan persyaratan lingkungan yang berubah (Rahmani & Mousavi, 2011). Teece memandang kemampuan sebagai penggunaan proses bisnis untuk menggunakan sumber daya yang memfasilitasi penyelesaian pekerjaan atau kegiatan tertentu dalam suatu organisasi (Teece et al., 1997).

Dalam konteks organisasi, kemampuan organisasi adakalanya diwakili oleh kemampan manager (Albert Bandura, 1991). Kualitas manager dalam mengambil keputusan mencerminkan kualitas kemampuan organisasi. Usaha manusia secara bersama dalam organisasi diarahkan melalui tujuan organisasi dicapai melalui hubungan sosial (Albert Bandura, 1991). Dalam melakukan pengendalian terhadap hasil bersama, pengambil keputusan harus mempertimbangkan peran serta orang lain, tujuan organisasi, aspek lingkungan dan kemampuan internal organisasi. Pencapaian tujuan

Page 16: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

8 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

organisasi diraih melalui upaya koordinasi dengan orang lain dalam organisasi, dan yang terpenting bagaimana mengambil keputusan dengan memanfaatkan potensi-potensi sumber daya manusia, membimbingnya dan memotivasinya. Dalam peran ini manager akan menghadapi berbagai hambatan, tantangan, dan kesulitan. Manager yang berorientasi pada ke-yakinan nilai kemampuannya, akan mempertimbangkan koridor-koridor tersebut. Manager akan menjadikan tujuan organisasi sebagai tantangan untuk mencapai tujuan, dan tidak mengabaikan kemampuan internal organisasi. Manager akan mengambil keputusan secara rasional. Dengan mekanisme pengambilan keputusan secara rasional, seorang manager melakukan pengendalian organisasi.

1.2. Sifat kemampuan pengendalian

Sifat kemampuan pengendalian dalam Teory of Planned Behavior dikenal dalam salah satu konstruk sebagai perceived behavioral control . Perceived behavioral control bersifat reasoned action, spontan, automatic activation dan perceptual control (Fishbein & Ajzen, 2010). Organizatio-nal control capability memiliki kemiripan dengan

Organizational control capability dapat dipandang sebagai re-konseptualisasi perceived behavioral control dalam TPB yang dibangun melalui kombinasi antara self efficacy dan self regulatory. Perbedaan antara Organizational control capability dan perceived behavioral control adalah : Sedangkan Organizational control capability bersifat rational action, deliberate, conscious attitude dan actual control.

1.3. Komponen organizational control capability1.3.1. Self Efficacy

Perceived self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan orang tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan kinerja pada suatu tingkat tertentu, dan meberikan dampak pada kehidupan mereka(Albert Bandura,

Page 17: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 9 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

1998). Keyakinan Self efficacy (self efficacy belief ) menentukan bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku. Keyakinan tersebut menghasilkan efek yang beragam melalui empat proses utama, yaitu kognitif (cognitive) , motivasional (motivational), afektif (affective) dan seleksi (selecting) . Orang yang memiliki self efficacy yang kuat akan mampu meningkatkan prestasi dan kesejahteraan pribadinya melalui banyak cara. Orang yang memiliki kemampuan yang meyakinkan akan melakukan tugas sulit terdorong karena tantangan yang harus dikuasai bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. Mereka memotivasi diri mereka sendiri melalui tujuan yang menantang dan menjaga komitmen yang kuat untuk mencapainya, meningkatkan dan mempertahankan usaha, serta tanggauh menghadapi kegagalan. Mereka segera bangkit lagi setelah mengalami kegagalan atau kemunduran. Mereka berani mendekati ancaman karena merasa yakin bahwa mereka dapat mengatasinya. Pandangan self efficacy semacam itu akan menghasilkan prestasi pribadi, mengurangi stres dan menurunkan kerentanan terhadap depresi. Sebalik-nya, orang-orang yang meragukan kemampuan mereka cenderung menghindar dari tugas-tugas sulit yang mereka pandang sebagai ancaman pribadi. Mereka memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen lemah untuk meraih tujuan yang mereka tetapkan. Ketika dihadapkan dengan tugas yang sulit, mereka berkutat dengan pemikiran pada kekurangan mereka, pada rintangan yang akan mereka hadapi, dan segala macam resiko buruk daripada berkonsentrasi bagaimana mengatasinya. Mereka cepat kendur upayanya dan mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan. Mereka lambat untuk bangkit memulihkan diri dari rasa kegagalan atau kemundu-ran. Mereka beranggapan bahwa kinerja buruk karena tidak berbakat.

Sumber-sumber Self EfficacyKeyakinan orang tentang keberhasilan mereka dapat dikembangkan

oleh empat sumber utama. Cara yang paling efektif untuk menciptakan

Page 18: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

10 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

rasa yang kuat dari keberhasilan adalah melalui pengalaman penguasaan. Keberhasilan membangun kepercayaan yang kuat dalam pribadi seseorang. Kegagalan akan bersifat merusak, terutama jika kegagalan terjadi sebelum mencapai keberhasilan. Jika orang mengalami keberhasilan dengan mudah mereka biasanya kemudian mereka cenderung berharap hasil yang cepat dan mudah putus asa ketika menemui kegagalan. Untuk membentuk self efficacy yang tangguh membutuhkan pengalaman dalam mengatasi hambatan dan kesulitan melalui usaha yang gigih. Kegagalan dan kesulitan yang dihadapi manusia dapat berguna sebagai pelajaran untuk mencapai keberhasilan yang biasanya membutuhkan usaha yang terus-menerus. Setelah orang menjadi yakin telah memiliki apa yang diperlukan agar berhasil, mereka gigih dalam menghadapi kesulitan dan cepat pulih dari kegagalan. Dengan segera bangkit dari masa-masa sulit, mereka akan muncul lebih kuat.

Cara kedua untuk menciptakan dan memperkuat self efficacy adalah melalui pengalaman yang dialami oleh orang lain (pengalaman model sosial). Melihat orang yang mirip dengan diri sendiri dan berhasil dengan upaya berkelanjutan menimbulkan keyakinannya ‘bahwa dirinya juga memiliki kemampuan menguasai kemampuan yang sama agar berhasil. Dengan cara yang sama, ketika mengamati orang lain gagal meskipun dengan upaya yang tinggi, akan menurunkan keyakinannya pada diri sendiri, dan melemahkan usahanya. Dampak dari pemodelan terhadap perceived self efficacy sangat dipengaruhi oleh persepsi kesamaan dirinya dengan dengan model. Semakin besar kesamaan semakin diasumsikan keberhasilan-kegagalan dirinya akan mirip dengan keberhasilan-kegagalan model. Jika orang melihat dirinya sangat berbeda dengan model, maka perceived self-efficacy tidak banyak dipengaruhi oleh perilaku model.

Pengaruh Pemodelan berpengaruh lebih dari sekedar sebagai standar sosial sebagai acuan untuk menilai kemampuan sendiri. Orang mencari model yang sudah mahir yang memiliki kompetensi seperti yang mereka

Page 19: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 11 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

inginkan. Melalui perilaku mereka dan melalui cara mengungkapkan pemikirannya, model yang kompeten mentransfer pengetahuan dan mengajarkan kepada pengamat keterampilan yang efektif dan strategi memenuhi tuntutan lingkungan.

Cara ketiga memperkuat keyakinan masyarakat adalah melalui persuasi sosial bahwa mereka mampu memenuhi syarat untuk berhasil. Orang yang dibujuk secara lisan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan ditugaskan kepadanya cenderung bertindak dengan upaya yang lebih besar. Sejauh dorongan persuasif terhadap perceived self efficacy menyebabkan orang berusaha keras untuk sukses, mereka menawarkan melalui pengembangan keterampilan dan pengembangan rasa personal efficacy.

Pembangun efficacy yang sukses melakukan tugasnya tidak sekedar menyampaikan penilaian positif saja. Selain untuk meningkatkan ke-percayaan masyarakat tentang kemampuan mereka, pembangun efficacy menyusun situasi yang dapat membawa kesuksesan dan menghindari menempatkan orang secara tergesa-gesa yang akan menyebabkan kegaga-lan. Mereka mengukur keberhasilan dengan memperbandingkan per-kembangan diri sendiri dari pada dengan memperbandingkan dengan orang lain.

Cara keempat menangani self efficacy adalah untuk mengurangi reaksi stres orang, mengubah emosi negatifnya dan keadaan fisiologis. Hal ini tidak semata-mata mengamati reaksi emosional dan fisik, namun yang penting mengamati bagaimana reaksi emosi dan stres dirasakan dan ditafsirkan. Orang yang memiliki self efficacy tinggi cenderung meman-dang reaksi ini sebagai dorongan afektif dan menjadikannya sebagai penyemangat kerja, sedangkan mereka yang dilanda keraguan diri menganggap reaksi ini sebagai hambatan. Efficacy dalam indikator fisiologis berperan mempengaruhi fungsi kesehatan dan kegiatan fisik.

Page 20: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

12 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

1.3.2. Self RegulasiPengertian self regulasi adalah kemampuan mengubah sendiri terha-

dap respon sendiri atau keadaan batin sendiri(Baumeister, Schmeichel, & Vohs, 2006). Markus dan Wurf (1987) memberikan pengertian self regulasi sebagai bagaimana individu mengontrol dan mengarahkan tindakan mereka sendiri. Bentuk self regulasi diantaranya menolak satu respon atau perilaku dan menggantinya dengan respon yang lebih diinginkan. Self-regulasi juga mencakup kemampuan untuk menunda kepuasan atau kesenangan.

Menurut Bandura (1991), keberadaan Sistem Self regulasi terdapat pada pusat proses sebab akibat. Self regulator tidak hanya memediasi pengaruh-pengaruh eksternal terhadap perilaku manusia, tapi juga memberi dasar arahan terhadap tindakan. Sebagian besar arah perilaku manusia, diatur oleh pikiran. Ketika orang yakin dengan apa yang mereka lakukan, mereka akan mengantisipasi kemungkinan akibat dari tindakan-nya, dengan cara menyusun tujuan dan melaksanakannya dalam bentuk tindakan nyata untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Melalui pelaksanaan pemikirannya tersebut, orang memotivasi diri sendiri dan mengarahkan tindakannya secara proaktif.

Kemampuan membentuk niat dan tindakan yang terarah, berakar pada aktifitas simbolik. Peristiwa yang akan terjada di masa mendatang tidak selalu merupakan akibat dari motivasi dan akibat dari tindakan saat ini. Namun begitu dengan menggunakan logika kognitif saat ini, pemahaman kejadian yang akan datang dapat diterjemahkan ke dalam motivasi dan pengaturan perilaku saat ini. Perilaku diarahkan melalui tujuan. Sumber sebab akibat bersemayam dalam pikiran manusia dan mekanisme self regulatory terjadi melalui rangsangan imbalan dan adanya petunjuk arah pelaksanaan.

Pada saat tindakan manusia diatur semata oleh external outcome, orang akan bertindak seperti kincir anging, bergerak secara teratur sesuai

Page 21: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 13 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

pengaruh sosial (lingkungan eksternal) terhadapnya. Tapi orang memiliki kemampuan self reflective dan self reactive yang memungkinkan mereka melaksanakan kontrol terhadap pikiran, perasaan, motivasi dan tindakan mereka. Dalam memberikan arahan pada diri sendiri (self directedness) orang mengadop standar perilaku tertentu yang bisa mengarahkan dan memotivasi serta mengatur tindakan melalui pengaruh self reactive. Oleh karena itu fungsi manusia adalah mengatur pengaruh yang dihasilkan oleh manusia sendiri dan pengaruh dari luar.

1.3.2.1. Mekanisme Self Regulatory BanduraBandura menjelaskan self regulasi berjalan melalui seperangkat

subfungsi psikologi yang harus dikembangkan dan digerakkan sehingga dapat menghasilkan perubahan yang dapat diatur sendiri (self directed change). Niat dan keinginan semata tidak akan memiliki dampak terhadap tindakan (behavior), jika orang tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan pengaruh terhadap motivasi dan tindakan mereka sendiri. Bandura menggambarakan mekanisme pelaksanaan self. Unsur dalam mekanisme pelaksanaan self regulasi (1991) sebagaiman gambar Gb. 2.1.

Fungsi forethought atau perencanaan merupakan tahapan orang melakukan analisis tugas. Dalam fase pemikiran rencana terdapat dua kategori proses yang saling berkaitan, yaitu analisis tugas (task analysis) dan keyakinan motivasi diri (self motivational belief). Proses analisis tugas merupakan proses dimana orang menetapkan tujuan dan rencana strategi.

Forethough

task analysis self motivational belief

Observation Judgemental

process Reaction

-Performance dimention - Quality monitoring -Personal standard

- referential performance - value activity

-evaluative self reaction - tangible self reaction - no self reaction

Sumber : Bandura, 1991Gambar 2. 1. Mekanisme Pelaksanaan Self Regulasi

Page 22: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

14 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Dalam tahap ini orang memikirkan langkah-langkah dalam mencapai tujuan juga mengupayakan langkah bagaimana cara mencapainya. Cara mencapai tujuan melalui usaha memotivasi diri diantaranya melalui keyakinan self efficacy, outcome expectation, goal orientation.

Tahap observation atau biasa disebut tahap self monitoring adalah tahap setelah proses forethought dalam mekanisme pelaksanaan self regulasi. Orang tidak dapat mengatur motivasi dan tindakan mereka sendiri jika mereka tidak memberi perhatian pada diri sendiri. Perhatian terutama ditujukan terhadap hasil kerja, kondisi kejadian, efek yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karen itu, keberhasilan self regulasi tergantung pada ketekunan, konsistensi, intensitas waktu pengamatan pada diri sendiri. Proses self monitoring bukan pengamatan diri yang sederhana. Dorongan secara kognitif dan tingkat keyakinan diri juga memberikan pengaruh terhadap bagaimana orang melaksanakan pengamatan diri. Orang merasakan bagaiman cara mengamati dirinya sendiri dan meng-identifikasi fungsi melalui informasi yang kemudian merekam dalam memori. Keadaan suasana saaat mempengaruhi kinerja seseorang juga dipantau dan diproses secara kognitif. Pemantauan diri juga dilakukan terhadap perilaku yang berkaitan dengan kompetensi dan self esteem seseorang, serta bagaiman mengaktifasi ingatan. Self observation men-dukung paling tidak dua fungsi penting dalam proses self regulasi, yaitu melayani informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan tujuan organisasi yang realistis dan mengevaluasi progres pelaksanaannya. Self observation yang dilakukan secara sistematik dapat membantu penyajikan informasi. Ketika orang mengamati pola pikir, reaksi emosi, dan perilaku pada saat reaksi terjadi, mereka akan mulai memperhatikan pola kejadian. Dengan menganalisa keteraturan dan situasi kejadian, orang akan dapat mengenali ciri-ciri penting dari kejadian tersebut. Rangkaian ini dapat memandu mereka mereka berperilaku dengan cara tertentu. Diagnostic self monitoring tidak selalu mengamati kejadian dilingkungan, namun dapat

Page 23: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 15 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

pula melalui eksperimenpribadi. Dengan melalui pengenalan ciri-ciri dan perbedaan dan kesamaan kejadian, orang dapat mengungkap faktor apa yang mempengaruhinya. Dengan memahami faktor-faktor tersebut orang menjadi tahu bagaimana faktor tersebut berdampak pada tingkat emosi mereka, tingkat motivasi dan kinerja mereka. Pemahaman pada diri sendiri memberikan dapat mengarahkan pada kemampuan pengendalian diri.

Fungsi menilai (judgemental function) merupakan langkah setelah self observasi. Informasi dari self observasi memberikan dasar untuk melaku-kan tindakan. Fungsi menilai diwujudkan melalui pembandingan antara kinerja dengan standar atau tujuan yang telah ditetapkan. Referensi pembanding akan berbeda untuk tujuan yang berbeda. Adakalanya orang menggunakan perbandingan dengan standar kerja yang digunakan dalam kelompoknya, kadang menggunakan perbandingan dengan kinerjanya sendiri dimasa lalu. Perilaku masa lalu seseorang akan digunakan secara berkelanjutan sebagai referensi pembanding dalam menilai terhadap kinerja yang sedang belangsung saat ini. Pencapaian masa lalu berdampak terhadap penilaian sendiri terutama yang berhubungan terhadap penetapan tujuan. Pada umumnya orang selalu berusaha mencapai hasil melebihi pencapaian masa lalu. Jika tingkat kinerja telah dicapai, maka menjadi tidak menantang lagi, sehingga orang akan berusaha untuk mencari tantangan baru pada tingkat yang lebih tinggi. Sebagian orang menilai perilaku mereka sendiri melalui perbandingan nilai kolektif dalam sistem sosial. Dalam sistem tersebut penilaiannya oleh diri sendiri diukur berdasar seberapa besar kontribusinya terhadap kelompok.

Fase self reaction merupakan tahapan respon seseorang setelah melakukan penilaian kerjanya terhadap standar yang sudah ditetapkan. Pada tahap ini kontrol self regulasi dicapai dengan cara memberikan imbalan bagi tindakan yang positif, atau sebaliknya dicapai dengan menyiapkan sanksi untuk perilaku negatif. Dengan demikian, orang cenderung bertindak positive dan menahan diri dari berperilaku negatif.

Page 24: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

16 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Imbalan mempengaruhi perilaku melalui motivasi. Bentuk imbalan motivasi dapat berupa orang menyisihkan waktu luang, istirahat santai, rekreasi untuk diri sendiri jika mampu mereka mampu mencapai kinerja. Orang-orang yang menghargai pencapaian sendiri biasanya mencapai kinerja lebih baik dibanding mereka yang melakukan aktifitas karena diperintah, tanpa pantauan diri sendiri dan tanpa penetapan tujuan oleh mereka sendiri.

Jika orang peduli terhadap kinerjanya, mereka akan berniat mengatur diri mereka sendiri untuk menyusun tujuan pengembangan secara bertahap. Orang akan menyusun tujuan berdasarkan hasil evaluasi diri (self reaction). Dampak dari efek motivasi diri dan evaluasi diri beragam. Ada dampak meningkatkan perilaku, sebaliknya ada yang berdampak menurunkannya, atau malahan tidak berdampak. Orang dapat mengarah-kan sendiri dampak tersebut dengan mempertimbangkan melalui pengarahan diri (self directedness). Ketika orang melaksanakan aktifitas kegiatan yang sedang berlangsung dan diberi informasi tentang hasil pencapaiannya kerjanya, secara spontan mereka akan mengarahkan tujuan mereka. Berbagai macam susunan tujuan dibuat sesuai dengan motivasi mereka. Semakin mereka menyusun tujuan yang menantang maka semakin termotivasi untuk mencapainya.

2.3.2.2. Mekanisme Self Regulatory Markus

Markus dan Wurf (1987), menyebutkan beberapa proses komponen terlibat dalam proses self regulasi. Komponen dalam proses self regulasi model Markus diantaranya (1) penetapan tujuan (goal setting), (2) persiapan kognitif untuk tindakan (preparation for action), seperti misal perencanaan, latihan, pilihan strategi, dan (3) siklus cybernetic (cybernetic cycle), yang meliputi pemantauan, penilaian, dan evaluasi diri.

Proses self regulation model Markus, merupakan model perilaku yang didasari motivasi. Salah satu komponen yang dapat membangkitkan

Page 25: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 17 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

motivasi adalah tujuan. Model self regulasi Markus berasumsi bahwa perilaku adalah selalu ada tujuan atau selalu terarah. Artinya orang memilih tujuan dari berbagai pilihan, kemudian menyusunnya dan berusaha mencapainya. Self regulasi berbicara bagaimana orang memilih dan kemudian bagaimana mencapainya.

Tahap pertama dalam proses self regulasi adalah tahap pemilihan tujuan (goal setting). Sebelum orang dapat secara efektif mengatur perilakunya, mereka harus menetapkan tujuan terlebih dahulu. Orang harus memutuskan apa yang akan mereka lakukan. Teoritisi self-regulation setuju bahwa perilaku mengendalikan diri dilakukan dalam rangka mencapai tujuan. Secara umum, dikenal tiga jenis faktor prediktor terhadap pe-milihan tujuan. Ketiga faktor tersebut adalah faktor harapan (expectation), faktor afektif (misal need, motives,values) dan faktor konsepsi diri (self conception) yang diinginkan (misal sejarah pribadi). Faktor harapan banyak ditemukan sebagai prediktor dari penetapan tujuan pada penelitian terdahulu. Orang biasanya memilih tujuan yang sesuai dengan harapan yang mereka anggap dapat dicapai. Faktor komponen afektif yang telah dikenal sebagai prediktor terhadap goal setting adalah – kebutuhan (need) , motif (motive), dan nilai-nilai (value). Kebutuhan (need) pada umumnya dipahami sebagai faktor internal, motivator perilaku yang berasal dari dalam, yang menginspirasi interaksi antara orang dan lingkungan (Markus & Wurf, 1987). Konsep need mirip dengan konsep motive kepunyaan McClelland. Perbedaan utama antara konsep need dan motive adalah bahwa need bersifat bawaan dan luas, sedangkan motive bersifat spesifik dan bisa dipelajari. Nuttin (1984) menggambarkan bahwa motive adalah “kebutuhan khusus”. Value memiliki kemiripan juga dengan motive. Namun McClelland (1985), menunjukkan bahwa value dan motive berbeda: value bersifat afeksi sadar dan terkait dengan perilaku orang memilih untuk melakukan sesuatu, sementara motive afeksi tidak sadar dan berkaitan dengan perilaku spontan.

Page 26: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

18 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Langkah kedua dalam proses self regulasi adalah mempersiapkan diri. Orang mempersiapkan diri untuk mencapai tujuan. Langkah mem-persiapkan diri meliputi perencanaan, pemilihan strategi (Markus & Wurf, 1987). Pada tahap ini, orang mengumpulkan informasi, menyusun rencana bagaimana hasil yang diinginkan. Markus & Wurf menambahkan bahwa untuk mencapai tujuan selain dibutuhkan pengetahuan prosedur , yaitu kemampuan kognitif menyusun langkah mempersiapkan diri di atas, adakalanya dibutuhkan pula kemampuan pengetahuan metakognitif. Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan memilih strategi mana yang efektif. Misalnya, hasil penelitian Mischel tentang penundaan pemuasan (delay gratification) menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk menunda kepuasan tergantung pada pengetahuan metakognitif mereka tentang strategi mana yang efektif. Demikian pula, Rosenbaum (1980) menunjukkan bahwa kemampuan untuk menahan rasa hawa dingin atau kantuk pada saat sedang bertugas tidak hanya tergantung pada kemampuan bertahan seseorang, tetapi juga pada kemampuan untuk memilih tindakan yang efektif. Contoh keterampilan metakognitif yaitu mengetahui kapan harus menggunakan strategi. Memilih waktu yang tepat menggunakan strategi akan lebih menjamin seseorang mendapatkan tujuannya (Meichenbaum & Asarnow 1979, Turk & Salovey 1985).

Tahap ketiga dalam proses self regulasi, adalah tahap pelaksanaan siklus cybernetic (cybernetic cycle) atau upaya melaksanakan tindakan. Cybernetics adalah studi tentang bagaimana orang menggunakan informasi untuk mengatur tindakan mereka (Wiener, 1948). Cybernetic cycle dikenal juga sebagai teori kontrol, karena menekankan kontrol umpan balik sebagai sarana pengaturan perilaku mereka sudah apakah sudah sesuai dengan standar. Sebelum Cybernetic cycle berkembang, sebagian besar teoritisi self-regulasi berbicara tentang siklus self-regulasi yang mencakup perilaku pemantauan (monitoring), membuat penilaian tentang seberapa baik perilaku sedang dijalankan (judgement), dan mengevaluasi atau memperkuat

Page 27: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 19 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

diri (self evaluation). Bandura (1978) mengusulkan siklus tiga-tahap tersebut. Selama fase self monitoring, orang menghadirkan berbagai aspek perilaku mereka, seperti kualitas perilaku atau frekuensi perilaku. Perilaku tersebut kemudian dinilai dan dibandingkan terhadap kriteria yang berasal dari standar sendiri atau standar lain yang ditetapkan. Selanjutnya, orang akan memberi imbalan (atau sanksi) bagi diri sendiri rasa setuju atau tidak setuju dan memberinya imbalan yang nyata. Bandura melihat proses ini sebagai keterlibatan secara sadar dan penting untuk membantu orang mengubah perilaku mereka sendiri. Proses ini kemudian menjadi sebuah siklus, yaitu cybernetic cycle.

Fase cybernetic cycle terdiri tiga tahap yaitu : pelaksanaan, penilaian dengan standar, dan langkah koreksi. Hasil langkah koreksi menjadi umpan balik ke tahap pelaksanaan. Umpan balik dapat benilai negatif atau positif. Siklus fase cybernetic cycle dibangun dengan menggunakan analogi fungsi teknik alat kontrol thermostat pada tungku. Sebuah termostat dipasang dalam ruangan sebagai sensor suhu. Suhu ruangan kemudian dibandingkan terhadap nilai yang diinginkan. Jika suhu dalam ruang bawah nilai yang diinginkan, termostat akan menghubungkan diri dengan tungku, tungku akan memberikan panas, suhu akan naik, dan perbedaan suhu berkurang. Ketika standar (batas) suhu tercapai, tungku mati. Urutan proses ini dikenal dengan TOTE (test, operate,test, exit), proses yang melibatkan empat tahap: (1) tahap uji coba (test), di mana nilai sekarang dibandingkan terhadap standar yang diacu (suhu saat di dalam ruangan dibandingkan dengan suhu yang diinginkan); (2) Tahap mengoperasikan (operate), di mana tindakan dilakukan untuk mencapai pada nilai sekarang agar sesuai dengan standar (panas datang jika suhu ruangan di bawah standar); (3) tahap uji lagi (test), di mana nilai baru dibandingkan dengan standar (suhu kamar baru dibandingkan dengan suhu yang diinginkan); dan (4) keluar atau berhenti, ketika tujuan yang diinginkan tercapai (tanur menutup ketika ruangan mencapai suhu yang dipilih).

Page 28: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

20 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

1.3.3. Executive functionKesepakatan definisi executive function belum ada. Sampai dengan saat

ini executive function didefinisikan secara berbeda di seluruh disiplin ilmu. Namun begitu pada umumnya ada komponen yang disepakati. Kesepaka-tan itu mencakup tindakan penghambat, menahan dan menunda tangga-pan, memilah, menetapkan tujuan, perencanaan, dan pengorganisasian, serta pemeliharaan dan peralihan (Singer, Bashir, 1999). Blair menjelaskan pengertian executive function sebagai aspek kognisi self yang dibutuhkan pada saat otak dan perilaku tidak berjalan secara otomatis. (Blair & Ursache, 2011; p 301). Terdapat beberapa bentuk executive function, diantaranya memilih pilihan, membuat keputusan, mengawali suatu tindakan, melakukan tangung jawab, melakukan pengontrolan, mengelola informasi, memecahkan masalah , mengatur perencanaan dan tindakan untuk mencapai tujuan. (Blair & Ursache, 2011,p 301; Baumeister, 1998, p 712). Logan (1985) menjelaskan, executive function mengandung komponen kemampuan memilih strategi, menyusun strategi, melaksanakan dan menjaga strategi serta menahan strategi jika diperlukan untuk ditahan.

Komponen dalam executive function meliputi : working memory ability, inhibitory control ability , attentional set shifting ability (Blair & Ursache, 2011; p 301). Working memory, merupakan kemampuan melakukan pengelolaan informasi dalam periode waktu yang singkat. Contoh tindakan dalam kategori working memory adalah tindakan update informasi; Inhibitory control ability, merupakan kemampuan mengaktifkan informasi khusus dan kemampuan menghambat respons otomatis yang salah; attentional-set shifting / cognition flexibility, merupakan kemampuan untuk menggeser-geser fokus perhatian atau pilihan secara fleksibel agar sesuai dengan tujuan. Kemampuan ini memungkinkan dapat memilih perilaku yang sesuai. Komponen dalam aspek executive function tersebut dibutuhkan untuk keperluan : organizing information, planning, problem solving, orchestrating thought – action in goal directed behavior, monitoring of behavior

Page 29: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 21 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

(Blair & Ursache, 2011; p 301) dimana pekerjaan-pekerjaan tersebut merupakan tugas pimpinan (Paglis & Green, 2002) atau manajer (Lau, Newman, & Broedling, 1980; Lau & Pavett, 1980).

1.4. Logika Pengembangan Konsep Organizational control capability

Logika pengembangan konsep OCC tersusun atas dasar peran-peran komponen pembentuk konsep baru yaitu self efficacy, self regulatory dan executive function. Komponen penyusun saling berhubungan membentuk logika sebuah entitas peran baru yaitu kemapuan pengendalian keputusan organisasi.

1.4.1. Peran Self EfficacyKeyakinan self-efficacy merupakan keyakinan orang tentang kemam-

puannya untuk menghasilkan kinerja pada suatu tingkat tertentu, sehingga memberikan dampak pada kehidupan mereka (Albert Bandura, 1998). Keyakinan self efficacy menentukan bagaimana orang menggunakan perasaannya, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku. Keyakinan self efficacy memberikan pengaruh melalui empat proses utama, yaitu kognitif (cognitive), motivasional (motivational), afeksi (affective) dan seleksi (selecting).

Manajer sebagai agen yang berperan memimpin organisasi, selalu dituntut atas kemampuannya menghubungkan tujuan jangka pendek dengan tujuan jangka panjang organisasi (Albert Bandura, 1997b), membuat keputusan (Mintzberg, 1973; Weick, 1974) dengan mendasarkan pada informasi (Robbins & Judge, 2013;p. 175), membangun motivasi anak buahnya (Albert Bandura, 1997b) agar selalu berorientasi terhadap hasil yang diinginkan (Mintzberg, 1973; Weick, 1974), membangun komunikasi, pemecahan masalah dan supervisi (Robertson & Sadri, 1993). Untuk mewujudkan tugas manajerial ini, seorang manajer membutuhkan

Page 30: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

22 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

kemampuan Managerial Self Efficacy (MSE). MSE merupakan penilaian seseorang akan dirinya, bahwa dirinya akan dapat melaksanakan tugas-tugas manajerial dengan baik.

Kepemimpinan adalah proses menganalisa tim kerja saat ini dan saat mendatang; merumuskan strategi untuk mencapai tujuan tim; mengarah-kan penerapan perubahan organisasi melalui pengembangan memotivasi terhadap anak buah; membangun komitmen anak buah untuk bekerja keras, bekerja sama dalam mencapai tujuan; mengatasi hambatan peruba-han (Paglis & Green, 2002). Untuk mewujudkan tugas kepemimpinan tersebut seorang pemimpin membutuhkan kemampuan leader self efficacy (LSE). LSE adalah penilaian seseorang bahwa dia dapat berhasil me-laksanakan kepemimpinan dengan menetapkan arahan bagi kelompok kerja, membangun hubungan dengan pengikut untuk mendapatkan komitmen mereka. (Paglis & Green, 2002).

1.4.2. Peran Self Regulatory Pengertian self regulatory adalah kemampuan mengubah diri sendiri

terhadap respon sendiri atau keadaan batin sendiri (Baumeister et al., 2006). Markus dan Wurf (1987) memberikan pengertian self regulasi sebagai bagaimana individu mengontrol dan mengarahkan tindakan mereka sendiri. Bentuk self regulasi diantaranya menolak satu respon atau perilaku yang sesuai dan menggantinya dengan respon yang lebih diinginkan. Self-regulasi juga mencakup kemampuan untuk menunda kepuasan atau kesenangan.

Menurut Bandura (1991), keberadaan sistem self regulasi terdapat pada pusat proses sebab akibat. Self regulasi tidak hanya memediasi pengaruh-pengaruh eksternal terhadap perilaku manusia, tapi juga memberi dasar arahan terhadap tindakan. Sebagian besar arah perilaku manusia, diatur oleh pikiran. Ketika orang yakin dengan apa yang mereka lakukan, mereka akan mengantisipasi dampaknya melalui cara menyusun

Page 31: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 23 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

tujuan dan melaksanakannya dalam bentuk tindakan nyata. Dalam rangka pelaksanaan pemikirannya tersebut, orang memotivasi diri sendiri dan mengarahkan tindakannya secara proaktif.

Teori sosial kognitif menjelaskan adanya kemampuan membentuk niat dan tindakan yang terarah pada diri manusia. Perilaku dapat diarahkan melalui tujuan. Melalui proses kognitif, orang dapat mengatur keinginan mendatang, cara mencapainya diatur melalui motivasi dan pengaturan perilaku. Kemudian manusia melaksanakan dan mengendalikan melalui rangsangan imbalan dan petunjuk cara melaksanakannya.

Proses self regulasi membentuk lingkaran tiga fase yaitu : forethought (pemikiran rencana), performance / volitional control (kontrol tindakan) dan self reflection (refleksi diri) (Boekaersts, Pintrich, & Zeidner, 2000). Fase forethought merupakan tahapan orang melakukan analisis tugas. Pada fase ini orang menetapkan tujuan dan rencana strategi. Orang memikirkan langkah-langkah dalam mencapai tujuan juga mengupayakan langkah bagaimana cara mencapainya. Cara mencapai tujuan melalui usaha memotivasi diri diantaranya melalui keyakinan self efficacy, outcome expectation, goal orientation.

Fase performance/volitional control merupakan fase orang melakukan pengendalian atas kehendak yang diinginkan. Dalam fase ini terdapat dua kategori proses yang bersifat pengendalian, yaitu self control dan self observation. Fase kategori self control merupakan kategori proses dimana orang bertindak fokus pada tugas dan mengoptimalkan usaha untuk mendapatkan keinginannya. Beberapa tindakan yang masuk dalam kategori self control diantaranya self instruction, imagery, attention focusing, task strategies. Fase kategori self observasi merupakan fase proses dimana orang melakukan perunutan hal-hal yang berpengaruh terhadap kinerjanya, keadaan yang meliputinya dan dampak yang diakibatkannya seperti self recording, self experimentation. Self recording merupakan teknik observasi yang banyak digunakan untuk meningkatkan kedekatan, ketepatan

Page 32: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

24 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

informasi, akurasi, dan tingkat feedback. Catatan data dapat mengungkap informasi suatu kejadian, membentuk menjadi informasi yang lebih berarti dan menyajikan data base yang bermanfaat untuk mengungkap progres.

Fase self reflection merupakan proses perenungan setelah orang melakukan suatu tindakan. Terdapat dua tahap proses dalam self reflection, yaitu self judgement dan self reaction. Self judgement meliputi prose evaluasi terhadap kinerja sendiri dan menganalisa (atribusi) hasilnya. Proses evaluasi dilakukan melalui pembandingan antara informasi hasil dari monitoring kegiatan dengan standar atau tujuan. Proses analisa dilakukan dengan menilai apakah suatu kegagalan disebabkan karena keterbatasan kemampuan ataukah karena kurangnya usaha. Proses analisa merupakan proses yang penting karena hasil analisa akan menjadi feedback. Self reaction merupakan proses reaksi sebagai akibat dari tindakan dan bersifat pasif. Terdapat dua macam self reaksi yaitu self satisfaction dan adaptif-defensive. Self satisfaction merupakan proses persepsi seseorang terhadap kinerjanya apakah hasilnya dapat memberikan rasa puas atau tidak puas. Tahap proses ini menjadi penting karena jika kinerjanya memberikan rasa puas, maka orang akan melakukan kembali tahapan tindakan yang akan memberikan rasa puas, dan menghindari tahapan tindakan yang menghasilkan rasa tidak puas. Adaptive - defensive merupakan tahapan penyimpulan dimana seseorang perlu melakukan tindakan perubahan apa tidak setelah melakukan proses self regulasi. Proses adaptif merupakan proses yang penting bagi seseorang dan akan meng-arahkan pada kinerja yang lebih baik. Sebaliknya proses defensif merupa-kan reaksi seseorang untuk melindungi diri dari rasa tidak puas atas hasil tindakan berikutnya atau sikap menghindari pada tindakan berikutnya. Selanjutnya self refleksi mempengaruhi fase pemikiran rencana pada tahap berikutnya, sehingga terbentuklah lingkaran fase.

Page 33: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 25 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

1.4.3. Peran Executive FunctionExecutive function berhubungan kemampuan orang melakukan

pengendalian terhadap pengelolaan dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Blair menjelaskan executive function sebagai aspek kognisi self yang dibutuhkan pada saat otak dan perilaku tidak berjalan secara otomatis (Blair & Ursache, 2011; p 301). Terdapat beberapa bentuk executive function, diantaranya memilih pilihan, membuat keputusan, mengawali suatu tindakan, melaksanakan tangung jawab, melakukan pengontrolan, mengelola informasi, memecahkan masalah , mengatur perencanaan dan tindakan untuk mencapai tujuan. (Blair & Ursache, 2011,p 301; Baumeister, 1998, p 712).

Komponen dalam aspek kognisi self meliputi : working memory ability, inhibitory control ability , attentional set shifting ability.(Blair & Ursache, 2011; p 301). Working memory, merupakan kemampuan melakukan pengelolaan informasi dalam periode waktu yang singkat. Contoh tindakan dalam kategori working memory adalah tindakan update informasi; Inhibitory control ability, merupakan kemampuan mengaktifkan informa-si khusus dan kemampuan menghambat respons otomatis yang salah; attentional-set shifting / cognition flexibility, merupakan kemampuan untuk menggeser-geser fokus perhatian atau pilihan secara fleksibel agar sesuai dengan tujuan. Kemampuan ini memungkinkan dapat memilih perilaku yang sesuai.

Komponen dalam aspek kognisi self tersebut dibutuhkan untuk keperluan : mengelola informasi, perencanaan, memecahkan masalah, menyelaraskan pikliran dan tindakan untuk mencapai tujuan, memantau perilaku (Blair & Ursache, 2011) dimana pekerjaan-pekerjaan tersebut merupakan tugas pimpinan (Paglis & Green, 2002) atau manajer (Lau, Newman, & Broedling, 1980; Lau & Pavett, 1980).

Page 34: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

26 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

1.5. Hubungan Komponen Konsep Organizational control capability

1.5.1. Hubungan Self Efficacy, Self Regulatory dan Executive Function.Jika kita akan membahas hubungan Self efficacy dan self regulatory,

maka keduanya akan bertemu dalam satu topik bahasan yaitu self concept. Epstein (1973) dalam Self (Baumeister, 1998) menjelaskan istilah self concept dengan pengertian orang yang memiliki ide tentang sifat self, tentang dunia/lingkungan dan tentang interaksi antara keduanya. Roger dan Wylie mendefinisikan pengertian self concept sebagai pandangan atau penilaian muatan yang ada dalam diri sendiri yang terbentuk melalui pengalaman langsung dan evaluasi yang diadopsi dari orang lain. [ Roger, 1959; Wylie, 1974] dalam (A Bandura, 1997).

Hal paling dasar yang mendorong manusia melakukan tindakan adalah keyakinan self efficacy (Bandura, 1997b). Keyakinan self-efficacy seseorang mendasari orang merasa yakin akan kemampuannya menghasilkan kinerja, berhasil untuk mencapai hasil yang diinginkan (Albert Bandura, 1997a), termasuk mampu mengendalikan diri (Bandura, 1997b). Kemampuan pengendalian diri merupakan ciri utama self regulatory dan executive function. Self efficacy memberikan pengaruh melalui mekanisme proses kognisi, motivasi, affeksi dan seleksi. Self-efficacy mempengaruhi melalui proses kognisi. Melalui proses kognisi self efficacy mempengaruhi pola pikir baik yang membantu diri sendiri atau menghambat diri sendiri. Self efficacy mendorong manusia memiliki kemampuan memprediksi kejadian mendatang, menyiasati dan memecahkan masalah serta mampu mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya.

Orang yang memiliki keyakinan self efficacy yang kuat, dapat me-mecahkan masalah dengan efisien, memiliki pemikiran analitis ketika mengambil keputusan, memiliki motivasi kuat, mampu bertahan dalam menghadapi rintangan, semakin besar pula usaha mereka. Sebaliknya jika

Page 35: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 27 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

keyakinan self efficacy-nya lemah mereka akan mengendurkan usaha atau bahkan membatalkan usaha mereka.(Albert Bandura, 1989).

1.5.2. Pengoperasian Executive Function dan Self RegulatorySebagaimana telah dikemukakan dibagian depan, executive function

meliputi komponen working memory, behavioral inhibition (atau inhibition control ability) dan task shifting (atau attentional set shifting). Sedangkan self regulatory beroperasi melalui mekanisme fase forethough, fase performance/volitional control dan fase reflection-reaction. Diantara kedua konstruk terdapat hubungan yang setara. Hubungan executive function terhadap operasionalisasi self regulatory digambarkan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2. 1. Hubungan executive function dan operasionalisasi self regulatory

Executive function Mekanisme Self regulatory Working memory Fase pemikiran rencana (forethought)Behavioral inhibition Fase performance/volitional controlTask shifting (swicthing), cognition flexibility

Fase refleksi ( self judgement dan self reaction)

Fase pemikiran rencana pada mekanisme self regulatory meliputi langkah penyusunan tujuan, strategi, dan upaya membangun motivasi dalam dangka mencapai tujuan. Keberhasilan fase pemikiran rencana, memerlukan strategi yang jelas, tahapan pencapaian tujuan yang disusun berdasar pada informasi-informasi yang relevan. Working memory merupakan bagian dari executive function yang perannya mengelola dan menyajikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam self regulatory fase pemikiran rencana.

Fase peroformance/voltional control merupakan fase pengendalian. Salah satu tanda keberhasilan self regulatory seseorang adalah kemampuan orang tersebut secara aktif untuk menghambat atau mengendalikan

Page 36: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

28 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan (Hofmann, Schmeichel, & Baddeley, 2012). Orang yang memiliki kemampuan pengendalian menghambat (inhibition) yang rendah akan melakukan tindakan yang tidak terencana, tidak sesuai tujuan, bersifat impulsif. Inhibition ability merupakan bagian dari executive function yang berperan mengendalikan kehendak. Kemampuan ini akan menjaga orang fokus pada orientasi tujuan, menjaga motivasi dan mampu menghindarkan diri dari penyimpangan arah tujuan.

Fase refleksi merupakan pengaturan diri yang meliputi proses perenungan dengan melakukan penilaian, evaluasi dan penentuan respon dalam wujud reaksi. Respon reaksi bisa dalam bentuk persepsi puas-tidak puas. Respon bisa pula dalam bentuk tindakan hasil evaluasi, seperti bentuk pilihan perlu melakukan perubahan atas tindakan sebelumnya apa tidak. Task switching dan cognitive flexibility merupakan bagian dari executive function yang berperan untuk melakukan analisa dan evaluasi atas tindakan sebelumnya, kemudian menentikan pilihan yang sesuai dengan tujuan dan terakhir menentukan keputusan.

1.6. Organizational Control Capability

Organizational control capability (OCC) adalah sebuah konstruk yang mewakili kemampuan organisasi dalam melakukan pengendalian perilaku agar selalu terarah kepada pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan pengendalian organisasi juga menyangkut pengendalian perilaku agar terhindar dari penyimpangan organisasi dan menyangkut pengambilan keputusan. Pelaksanaan pengambilan keputusan dalam organisasi, dapat berupa keputusan kolektif atau keputusan otoritas individu yang mewakili organisasi. Semua arah keputusan selalu dalam koridor mencapai tujuan organisasi.

Organizational control capability adalah sebuah konstruk yang menggambarkan kemampuan organisasi dalam menentukan tindakan,

Page 37: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 29 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

didasarkan pada kalkulasi rasional. Sifat unik dari OCC adalah adanya proses kognisi, dimana salah satu bentuknya adalah kalkulasi rasional. Pengertian kalkulasi rasional difahami sebagai proses kognisi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan memperhitungkan trade-off berbagai komponen yang berpengaruh di dalamnya. Bandura (1991) menjelaskan, proses kalkulasi dapat digambarkan sebagai kemampuan self reflective dan self reactive seseorang, sehingga memungkinkan dirinya melaksanakan kontrol terhadap pikiran, perasaan, motivasi dan tindakannya. Selanjutnya Bandura (1991) menjelaskan bahwa dengan menggunakan pemahaman logika kognitif, kemungkinan kejadian yang akan datang dapat direncana-kan ke dalam motivasi dan pengaturan perilaku saat ini. Ajzen (2007) menyebutkan pemahaman logika kognitif dengan istilah rasional. Ajzen (2009) menjelaskan, proses rasional adalah proses melalui perembugan, pertimbangan dan pemanfaatan informasi.

Dengan merujuk penjelasan Bandura di atas, maka proses kalkulasi rasional dapat difahami sebagai proses pengambilan keputusan, melalui kemampuan self reflektive dan self reactive, untuk melakukan kontrol terhadap pikiran, perasaan, motivasi dan tindakan sehingga menghasilkan sesuatu agar sesuai dengan apa yang direncanakan. Proses kalkulasi rasional tidak lain merupakan kemampuan organisasi dalam mengendalikan keputusan, baik itu keputusan inovasi, pengembangan organisasi, peruba-han terencana ataupun hal lain. Proses kalkulasi rasional bersifat rasional, concious dan deliberate. (Albert Bandura, 1991; Baumeister et al., 2006; Hall & Fong, 2007; Markus & Wurf, 1987) . Skema pembangunan konstruk OCC, berdasarkan komponen pembentuknya dapat dilihat pada Gb. 2.2.; Gambar Gb. 2.2. merupakan proposisi yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Ketiga dimensi yang menjadi komponen pembentuk OCC.

Self efficacySelf regulatory Executive function OCC

Page 38: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

30 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

31

Skema pembangunan konstruk OCC, berdasarkan komponen

pembentuknya dapat dilihat pada Gb. 2.2.; Gambar Gb. 2.2. merupakan

proposisi yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Ketiga dimensi

yang menjadi komponen pembentuk OCC.

OCC berhubungan dengan dimensi executive function pada diri

manusia. Dalam konteks organisasi, dimensi executive functionbehubungan

dengan aktifitas perencanaan, realisasi, pengawasan, evaluasi, memotivasi,

mengambil keputusan, mengkoordinasi. Dalam skup penelitian ini OCC

fokus pada tugas pengambilan keputusan. Keputusan manajer diharapkan

memiliki kualitas yang baik. Agar manajer dapat menciptakan keputusan

yang berkualitas, manajer membutuhkan keyakinan diri (self efficacy)

(Bandura, 1991), sehingga mampu mengambil keputusan dengan baik.

Manajer juga membutuhkan kemampuan pengendalian diri (self

regulatory) (Baumeister et al., 2006; Hall & Fong, 2007; Markus & Wurf,

1987). Pengendalian diri bisa dilakukan melalui penghindaran terhadap

penyimpangan organisasi atau selalu berorientasi pada tujuan organisasi

(Gavora, Jakešová, & Kalenda, 2015). Pengambilan keputusan dengan

baik bisa pula ditempuh melalui cara bertindak menggunakan proses

kalkulasi rasional, yaitu memperhitungkan konstrain yang membatasi,

memproses keputusan melalui pertimbangan dan pemanfaatan informasi,

tindakannya rasional, disadari, diperhitungkan (Albert Bandura, 1991;

Self efficacy

Self regulatory

Executive function

OCC

Gambar 2.2. Skema OCC dan komponen pembentuknya

Gambar 2.2. Skema OCC dan komponen pembentuknya

OCC berhubungan dengan dimensi executive function pada diri manusia. Dalam konteks organisasi, dimensi executive functionbehubungan dengan aktifitas perencanaan, realisasi, pengawasan, evaluasi, memotivasi, mengambil keputusan, mengkoordinasi. Dalam skup penelitian ini OCC fokus pada tugas pengambilan keputusan. Keputusan manajer diharapkan memiliki kualitas yang baik. Agar manajer dapat menciptakan keputusan yang berkualitas, manajer membutuhkan keyakinan diri (self eff icacy) (Bandura, 1991), sehingga mampu mengambil keputusan dengan baik. Manajer juga membutuhkan kemampuan pengendalian diri (self regulatory) (Baumeister et al., 2006; Hall & Fong, 2007; Markus & Wurf, 1987). Pengendalian diri bisa dilakukan melalui penghindaran terhadap penyimpangan organisasi atau selalu berorientasi pada tujuan organisasi (Gavora, Jakešová, & Kalenda, 2015). Pengambilan keputusan dengan baik bisa pula ditempuh melalui cara bertindak menggunakan proses kalkulasi rasional, yaitu memperhitungkan konstrain yang membatasi, memproses keputusan melalui pertimbangan dan pemanfaatan informasi, tindakannya rasional, disadari, diperhitungkan (Albert Bandura, 1991; Baumeister et al., 2006; Hall & Fong, 2007; Markus & Wurf, 1987). Skema pembangunan konstruk OCC secara rinci tampak dalam Gb. 2.3.

Page 39: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 31 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Directing Gaining follower commitment Overcoming obstacle, etc

Leader – Manager Tasks: Leadership & supervision Information managing Problem solving Decision making Negotiation, etc

Self Regulatory mechanism: Goal setting Preparation to action Cybernatic process

Self observation Self judgment Self respons

Self regulatory - Executive function

Organizational Self efficacy

Individual Self efficacy

Organizational control capability

Leader-Manager Task S R Mechanism

Perceived efficacy to exercise control of the LMT - SRM

Organization Managerial

Self Eff

Leader Self Eff

Self efficacy

Gambar 2.3. Skema Pembangunan konstruk Organizational control capability

Page 40: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

32 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Page 41: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 33 /

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, kemampuan kalkulasi rasional dapat difahami sebagai kemampuan pengendalian. Kemampuan manusia dalam melakukan pengendalian dalam fungsinya sebagai manager (Albert Bandura, 2001) didasari oleh self efficacy , self regulatory dan Executive function. Executive function memiliki hubungan dengan kemampuan pengendalian manusia, sebagaimana banyak dibahas dalam bidang cognitive psychology (Hofmann et al., 2012). Hubungan atribut-atribut ini menjadi dasar untuk memahami dimensi-dimensi yang terkandung dalam OCC.

Pembentukan skala pengukuran OCC menggunakan prosedur pem-bangunan skala pengukuran yang disarankan oleh Churcill (1979) dan Gerbing (1988). Prosedur ini terdiri 7 tahap yaitu : (1) menentukan domain konstruk, (2) menyusun item skala, (3) mengumpulkan data awal, (4) memurnikan ukuran, (5) mengumpulkan data, (6) pengujian reliabilitas, (7) pengujian validitas.

3.1. Menentukan domain konstruk

Prosedur pertama adalah menentukan domain konstruk. Prosedur pada tahap ini menentukan skup operasional konstruk dan menentukan dimensi

Page 42: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

34 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

konstruk OCC. Operasional OCC berhubungan dengan sifat executive function pada diri manusia. Dalam konteks organisasi sifat executive function mencakup aktifitas yang berhubungan dengan tugas pengelolaan organisasi. Bentuk tugas ini diantaranya perencanaan, realisasi, pengawasan, evaluasi, memotivasi, mengambil keputusan, pengembangan organisasi, koordinasi. Namun begitu, skup operasional OCC fokus pada kemampuan pengendalian yang berhubungan dengan pangambilan keputusan. Salah satu tugas seorang pimpinan, adalah mangatasi dan menyikapi adanya perubahan organisasi. Ketika perusahaan dituntut untuk melakukan perubahan, OCC akan berperan bagi manajer atau pimpinan untuk membantu menyikapi opsi inovasi baru. Kemampuan manajer atau pimpinan dalam mengambil keputusan membutuhkan dasar keyakinan kemampuan diri (self efficacy) (Bandura, 1991). Dalam konteks tugas ini, OCC menunjukkan perannya dalam dimensi tugas pengambilan keputu-san. OCC menggambarkan keyakinan diri (decision making efficacy) manajer dalam mengambil keputusan.

Saat melaksanakan proses pengambilan keputusan, manajer harus selalu menempatkan diri dalam koridor mencapai tujuan perusahaan. OCC mengambarkan kemampuan manajer atau pimpinan dalam mengambil keputusan dengan tetap berada pada koridor mencapai tujuan perusahaan. Dalam peran ini OCC memiliki dimensi berorientasi pada tujuan perusahaan (goal oriented). Manajer atau pimpinan juga membutuhkan kemampuan pengendalian diri (self regulatory) (Baumeister et al., 2006; Hall & Fong, 2007; Markus & Wurf, 1987). Selalu memperhitungkan konstrain yang membatasi wilayah keputusan. OCC menggambarkan peran ini dalam diri manajer atau pimpinan. OCC mengandung dimensi pengendalian diri. Segala sesuatu keputusan diproses melalui pertimbangan, pemanfaatan informasi dan perhitungan rasional. Dimensi OCC dalam sifat ini adalah rasional, consciousness, deliberate.

Page 43: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 35 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

3.2. Menyusun Item Skala

Dalam tahap menyusun item skala, langkah pertama yang ditempuh adalah meninjau literatur terdahulu untuk mengidentifikasi item-item skala yang bisa diadopsi atau diadaptasi. Bilamana tidak ditemukan, maka penyusunan item skala ditempuh melalui langkah serapan opini sekelom-pok orang yang memiliki kemampuan memahami tentang metodologi penyusunan skala pengukuran.

3.2.1. Adopsi Item Skala Dari Literatur Terdahulu.Skala yang disusun harus memuat dimensi-dimensi yang telah

dituangkan pada bagian domain konstruk di atas. Dimensi yang mendasari sifat OCC adalah self efficacy dan self regulatory. Skala pengukuran pertama yang akan diadopsi adalah skala ukuran Decision Self Efficacy (DSE) oleh AM O’Connor (1995). DSE terdiri 11 item pertanyaan, dengan skoring 4 skala. Hasil validitas DSE terdahulu menunjukkan internal validity (cronbach’s alpha) sebesar 0,86. Item skala Decision Self Efficacy (AM O’Connor, 1995) beserta identifikasi item-item yang diadopsi disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1. Kuesioner Decision Self Efficacy (AM O’Connor, 1995)

Item Kemungkinan diterapkan1. I feel confident that i can get the fact

about the medication choice available to me

Dapat diterapkan; perlu re-wording

2. I feel confident that i can get fact about the benefit of each choice

Dapat diterapkan; perlu re-wording

3. I feel confident that i can get about the risk and side effects of each choice

Dapat diterapkan; perlu re-wording

4. i feel confident that i can understand the information enough to be able to make a choice

Dapat diterapkan; perlu re-wording

Page 44: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

36 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

5. i feel confident that i can ask question without feeling dumb

Dapat diterapkan; perlu re-wording

6. i feel confident that i can express my concerns about each choice

Dapat diterapkan; perlu re-wording

7. i feel confident that i can ask for advice Dapat diterapkan8. i feel confident that i can figure out the

choice that best suit meDapat diterapkan; perlu re-wording

9. i feel confident that i can handle unwanted pressure from others in making my choice

Dapat diterapkan; perlu re-wording

10. i feel confident that i can let the clinic team know what’s best for me

Tidak dapat diterapkan

11. i feel confident that i can delay my decision if i feel i need more time

Dapat diterapkan

Sebelas item skala DSE menggambarkan keyakinan kemampuan seorang manajer atau pimpinan dalam melaksanakan tugas yang ber-hubungan dengan pengambilan keputusan bagi perusahaan. Dasar memilih item untuk diadopsi adalah item yang merepresentasikan tindakan atau langkah yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, seperti mencari informasi, perhitungan resiko, mengetahui alasan keputusan, mengetahui tujuan keputusan, kemampuan evaluasi. Dari 11 item skala pengukuran DSE, hanya 10 item skala yang me-mungkinkan untuk diterapkan. Item no 10 tidak dapat diterapkan karena lebih menggambarkan tindakan berbagi informasi kepada anggota tim lain, bukan tindakan yang mendukung pengambilan keputusan. Meskipun kesepuluh skala pengukuran tersebut dapat diadopsi dan diterapkan, namun sebagian besar masih membutuhkan adaptasi melalui penyesuaian kalimat (re-wording) agar sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu pengambilan keputusan dalam konteks perusahaan.

Skala pengukuran kedua yang diadopsi dan diadaptasi adalah skala pengukuran berdimensi self regulatory. Dimensi self regulatory mewakili sifat pengoperasian kendali manusia sebagai agen dalam perannya mengelola organisasi yang memiliki tugas-tugas melakukan perencanaan,

Page 45: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 37 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

pelaksanaan, evaluasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Skala pengukuran self regulatory dalam disertasi ini mengadopsi skala penguku-ran Self Regulation Questionaire-Czechnya (SRQ-Cz) oleh Peter Gavora (2015). SRQ-Cz merupakan kusioner self regulatory hasil modifi-kasi dari Self Regulation Questionaire (SRQ) yang dikembangkan oleh Brown (1999). SRQ meliputi 4 dimensi, yaitu impuls control, goal orienta-tion, self direction dan decision making. SRQ memiliki jumlah item sebanyak 63. SRQ kemudian ditera ulang oleh Peter Gavora dan direduksi menjadi 27 item dengan dimensi sama. Hasil pengujian validasi SRQ-Cz terdahulu menunjukkan explained variance sebesar 43%, cronbach’s alpha sebesar 0,88 dan rata-2 total score faktor 3,7 dan rata-rata standart deviasi faktor 0,4. Item skala SRQ-Cz (2015) beserta dengan hasil identifikasi item yang dapat diadopsi disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2. Self Regulation Questionaire-Czechnya (Gavora et al., 2015)

Item Dimensi Kemungkinan diterapkan1. I usually keep track of my

progress toward my goalsImpuls control Tidak dapat diterapkan

2. I have trouble making up my mind about things

Dapat diterapkan

3. I get easily distracted from my plans

Dapat diterapkan, perlu re-wording

4. It’s hard for me to see anything helpful about changing my ways.

Dapat diterapkan, perlu re-wording

5. When it comes to deciding about a change, I feel overwhelmed by the choices

Dapat diterapkan, perlu re-wording

6. I have trouble following through with things once I’ve made up my mind to do something

Dapat diterapkan, perlu re-wording

7. I can come up with lots of ways to change, but it’s hard for me to decide which one to use.

Dapat diterapkan

8. I give up quickly Tidak dapat diterapkan

Page 46: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

38 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Item Dimensi Kemungkinan diterapkan9. I can stick to a plan that’s

working well.Goal orientation

Dapat diterapkan, perlu re-wording

10. I have personal standards, and try to live up to them.

Dapat diterapkan, perlu re-wording

11. I am set in my ways. Dapat diterapkan, perlu re-wording 12. I have rules that I stick by no

matter what.Dapat diterapkan, perlu re-wording

13. I know how I want to be. Dapat diterapkan, perlu re-wording14. I don’t notice the effects of

my actions until it’s too lateSelf direction Tidak dapat diterapkan

15. I don’t seem to learn from my mistakes.

Tidak dapat diterapkan

16. I usually only have to make a mistake one time in order to learn from it

Tidak dapat diterapkan

17. I have a hard time setting goals for myself.

Tidak dapat diterapkan

18. Often I don’t notice what I’m doing until someone calls it to my attention.

Self direction Tidak dapat diterapkan

19. I usually think before I act. Tidak dapat diterapkan20. I learn from my mistakes. Tidak dapat diterapkan21. As soon as I see a problem

or challenge, I start looking for possible solutions.

Decision making

Tidak diadop

22. When I’m trying to change something, I pay a lot of attention to how I’m doing.

Tidak diadop

23. As soon as I see things aren’t going right I want to do something about it.

Tidak diadop

24. There is usually more than one way to accomplish something.

Tidak diadop

25. I can usually find several different possibilities when I want to change something.

Tidak diadop

26. Usually I see the need to change before others do.

Tidak diadop

27. I’m good at finding different ways to get what I want.

Tidak diadop

Page 47: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 39 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Isi SRQ-Cz memerlukan penyesuaian dengan konteks penelitian in. Pertama penyesuaian dalam dimensi kemampuan kendali manusia. Kedua penyesuaian dalam peran sebagai manajer atau pimpinan yang bertugas mengambil keputusan. Oleh karena itu kuesioner Self Regulation Questionaire (SRQ-Cz) perlu dimodifikasi.

Diantara ke-4 dimensi dalam SRQ-Cz, dimensi yang item-itemnya dinilai memungkinkan untuk diterapkan adalah impuls control dan goal orientation. Pada dimensi ke-1, yaitu impuls control, tidak semua item-itemnya dapat diterapkan. Item ke-1 dan item-8 tidak dapat diterapkan karena sense yang termuat dalam kedua item cenderung menggambarkan sifat kepribadian individu. Selain itu item ke-1 memuat sense positif, berbeda dengan tujuh item yang lain yang memuat sense negatif. Item-item yang dapat diterapkan masih membutuhkan penyesuaian (re-wording) dengan konteks penelitian ini.

Skala pengukuran ketiga yang diadopsi adalah Modified Domain Specific Innovativeness (MDSI) Scale, yang dikembangkan oleh Pagani (2007). DSI pada awalnya diciptakan oleh Goldsmith dan Hofacker (1991). DSI merupakan skala pengukuran inovativeness konsumen pada inovasi tertentu. Modified DSI (Pagani, 2007) terdiri dari 9 item. MDSI merupakan hasil pengembangan dari DSI dengan menambahkan aspek psikologi (dimensi need for change) dan rational indicator (dimensi need for cognition).

Dari sejumlah 9 item yang tersedia, 5 item yang dapat diadopsi ke dalam penelitian ini. Item ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 tidak dapat diterapkan karena sense yang termuat didalamnya cenderung bersifat impulsive. Dimensi impulsive diadop dari skala pengukuran Self Regulation Questionaire Czechnya (Gavora et al., 2015).

Item yang memungkinkan untuk diadopsi dari MDSI adalah item ke-1, ke-6, ke-7, ke-8 dan ke-9. Kelima item yang dapat diadopsi ini membutuhkan penyesuaian redaksional kalimat (re-wording) agar sesuai

Page 48: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

40 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

dengan konteks yang sedang ditinjau. Diantara lima item tersebut, empat item (item ke-1, ke-6, ke-8, ke-9) memiliki kesamaan dalam hal sense muatan yang dikandungnya. Keempat item mengindikasikan adanya niat untuk adopsi inovasi bilamana bisa mendapatkan nilai kemanfaatan/kelebihan yang bisa ditawarkan oleh inovasi. Kesamaan alasan keempat item adalah pertimbangan karakter positive pada inovasi yang dapat memberikan kemanfaatan. Logika ini sejalan dengan teori-teori yang berorientasi pada adopsi inovasi seperti DOI, TRA, TPB, TAM. Berhubung diantara keempat item memiliki kesamaan alasan yang memotivasi orang berniat untuk mengadopsi, maka akan lebih efektif jika keempat item tersebut disubstitusi oleh satu item yang bisa mewakili keempat item tersebut.

Item ke-7 menggambarkan dimensi rasional. Item ini akan mewakili kemampuan kalkulasi rasional manajer. Meskipun kemampuan kalkulasi rasional sudah terwakili dalam dimensi rasional pada item ke-7, namun item ini belum menggambarkan secara jelas tarik ulur dan pertimbangan bobot antara atribut positif dan atribut negatif yang melekat pada karakter inovasi. Oleh karena itu perlu ditambahkan item yang dapat mewakili kebutuhan ini. Mekanisme ini ditempuh melalui proses Forum Group Discussion.

Item skala modified Domain Specific Innovativeness (Pagani, 2007) beserta dengan identifikasi item yang bisa diserap disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3. Modified Domain Specific Innovativeness Scale (Pagani, 2007)

Item Dimensi Kemungkinan diterapkan1. If I heard a mobil music service was

available I would be interested enough to adopt it

Involvement dapat diterapkan; perlu re-wording

2. Compared to my friends I make little use of mobile music service

Usage Tidak dapat diterapkan

Page 49: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 41 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Item Dimensi Kemungkinan diterapkan3. I would consider adopting a new mobil

music service, even if I had not heard of it yet

Intention to adopt

Tidak dapat diterapkan

4. In general, I am the last in my circle of friends to know the names of, and ways to access, mobile service

Opinion seeking Tidak dapat diterapkan

5. I know more about new mobile music service than other people

Perceived knowledge

Tidak dapat diterapkan

6. I adopt a new mobile music service because of the advantages it offers me

Need for change dapat diterapkan; perlu re-wording

7. Before adopting a new mobile music service I think about the benefits introduced by the innovation and its related status quo

Need for cognition (rasional)

Dapat diterapkan; perlu re-wording

8. If I heard that a new mobile music service was available in an easy to use way I would be interested enough to adopt it

Ease of use dapat diterapkan; perlu re-wording

9. I would adopt a mobile music service if the price was convenient

Price sensitivity dapat diterapkan; perlu re-wording

10. Before decide adopting the innovation I think about the positive characteristic offered by the innovation and its related status quo

Rasional adopsi Usulan baru : Pengganti item 1, 6,8, 9

3.2.2. Pembentukan Item Skala Proses Forum Group Discussion

Tornatzky dan Klein (1982) menjelaskan bahwa ketika terdapat lebih dari satu karakteristik inovasi, maka selain dibutuhkan menguji masing-masing pengaruh karakteristik tersebut, juga dibutuhkan menguji hubungan pengaruh diantara karakteristik tersebut terhadap keputusan adopsi inovasi. Hal ini sejalan dengan pandangan Bandura (1991) dan Ajzen (2007) yang difahami sebagai proses kalkulasi rasional. Proses kalkulasi rasional menurut Ajzen (2009) adalah proses melalui perembugan, pertimbangan dan pemanfaatan informasi. Dalam proses kalkulasi rasional terjadi tarik ulur antara kemanfaatan yang diberikan inovasi dengan konsekuensi biaya atau kerugian, sifat keunggulan inovasi dengan keterbatasan organisasi, faktor tekanan eksternal dengan keterbatasan organisasi. Indikator yang mewakili proses kalkulasi rasional selama ini belum ditemukan dalam artikel ilmiah. Untuk memenuhi kebutuhan indikator tersbut, penelitian

Page 50: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

42 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

ini membangun skala indikator kalkulasi rasional melalui mekanisme forum group discussion (FGD). Penyusunan indikator kalkulasi rasional menggunakan dasar analogi indikator no 7 pada skala MDSI. Indikator no 7 adalah indikator proses kognisi dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada perhitungan antara kemanfaatan yang diperoleh dari inovasi dan teknologi yang sudah ada. Jika merujuk pada teori adopsi inovasi TOE, perhitungan adopsi inovasi tidak semata membahas konteks teknologi saja, tapi juga memperhitungkan koteks organisasi dan lingkungan. Oleh karena itu, dengan merujuk pada teori TOE, maka indikator no 7 MDSI dapat dikembangkan lagi dengan menambahkan tinjauan aspek konteks organisasi dan lingkungan. Kumpulan indikator hasil pengembangan indikator no 7 MDSI kemudian dikelompokkan dalam satu dimensi yaitu dimensi Kalkulasi Rasional. Selain mengembang-kan indikator no 7 MDSI, penyusunan usulan indikator baru menambah-kan dimensi Rasional inhibitasi. Dimensi rasional inhibitasi diusulkan karena dibutuhkan sebagai bentuk negasi dari dimensi Rasional adopsi pada usulan indikator no 10 perubahan MDSI. Susunan indikator yang akan diproses melalui FGD disajikan dalam tabel 3.4.

Tabel 3. 4. Usulan item baru mewakili indikator kalkulasi rasional

Item Dimensi Kemungkinan diterapkan1. before decide rejecting the innovation I

think about negative characteristic of the innovation

Rasional inhibitasi

Usulan baru

2. before deciding to choose, I would do calculate between the benefit and the cost / loss on using the innovation

Kalkulasi Rasional

Usulan baru

3. before deciding to make decision, I would calculate between the benefit on using the innovation and the internal organization constraint

4. before deciding to make decision, I would calculate between external pressure and the internal organization constraint

Kalkulasi Rasional

Usulan baru

Page 51: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 43 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Selanjutnya, rangkuman identifikasi item yang dapat diadopsi dan hasil setelah proses re-wording disajikan dalam Tabel 3.5., Tabel 3.6. dan Tabel 3.7.

Tabel 3. 5. Adaptasi dari skala Decision Self Efficacy

Item

1. i feel confident that i can get the fact about the innovation choice available to corporate

2. i feel confident that i can get the fact about the benefit of each innovation choice to corporate

3. i feel confident that i can get about the risk and side effects of each innovation choice to corporate

4. i feel confident that i can understand the information enough to be able to make a innovation choice to corporate

5. i feel confident that i can ask question without feeling dumb

6. i feel confident that i can express my conciderate about each innovation choice to corporate

7. i feel confident that i can ask for advice

8. i feel confident that i can figure out the innovation choice that best suit the corporate

9. i feel confident that i can handle unwanted whatever pressure in making my innovation choice

10. i feel confident that i can delay my decision if i feel i need more time

Tabel 3. 6. Adaptasi dari skala Self Regulation Questionaire-Czechnya

Questionaire Dimention

2. I have trouble making up my mind about things Impuls control(irrational control)3. I get easily distracted from my plans

4. It’s hard for me to see anything helpful about changing my ways.

5. When it comes to deciding about a change, I feel overwhelmed by the choices

6. I have trouble following through with things once I’ve made up my mind to do something

7. I can come up with lots of ways to change, but it’s hard for me to decide which one to use.

Page 52: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

44 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

9. I can stick to a plan that’s working well. Goal orientation10. the corporate have standards, and I try to live up to them.11. I am set in my ways.12. the corporate have rules that I stick by no matter what.13. I know how the corporate want to be

Tabel 3. 7. Adaptasi dari skala Modified Domain Specific Innovativeness Scale and Proposed New Items

Item Dimensi Keterangan1. Before decide adopting the innovation I think about

the positive characteristic offered by the innovation and its related status quo

Rasional adopsi Usulan Pengganti item 1, 6,8, 9

2. before decide rejecting the innovation I think about negative characteristic of the innovation

Rasional inhibitasi

Usulan baru

3. before deciding to choose, I would do calculate between the benefit and the cost / loss on using the innovation

Kalkulasi Rasional

Usulan baru

4. before deciding to make decision, I would calculate between the benefit on using the innovation and the internal organization constraint

5. before deciding to make decision, I would calculate between external pressure and the internal organization constraint

Akhirnya, dengan mengumpulkan hasil pemindaian item-item kuesioner dan mengadaptasikannya sesuai dengan konteks penelitian ini, maka terbentuklah skala Organizational Control Capability sebagaimana terlihat pada Tabel 3.8. Skala ini terdiri atas 6 dimensi, 26 item yaitu dimensi decision making (10 item), impuls control (6 item), goal orientation (5 item), rasional adopsi (1 item), rasional inhibitasi (1 item) dan kalkulasi rasional (3 item). Rekapitulasi dimensi penyusun OCC dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Page 53: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 45 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Tabel 3. 8. Skala Organizational Control Capability (Irwan, 2017)

Item Dimensi

1. i feel confident that i can get the fact about the innovation choice available to corporate

Decision making

2. i feel confident that i can get the fact about the benefit of each innovation choice to corporate

3. i feel confident that i can get about the risk and side effects of each innovation choice to corporate

4. i feel confident that i can understand the information enough to be able to make a innovation choice to corporate

Decision making

5. i feel confident that i can ask question without feeling dumb

6. i feel confident that i can express my conciderate about each innovation choice to corporate

7. i feel confident that i can ask for advice

8. i feel confident that i can figure out the innovation choice that best suit the corporate

9. i feel confident that i can handle unwanted whatever pressure in making my innovation choice

10. i feel confident that i can delay my decision if i feel i need more time

11. I have trouble making up my mind about things Impuls control(irrational control)

12. I get easily distracted from the corporate plans

13. It’s hard for me to see anything helpful about changing my ways.

14. When it comes to deciding about a change, I feel overwhelmed by the choices

15. I have trouble following through with things once I’ve made up my mind to do something

16. I can come up with lots of ways to change, but it’s hard for me to decide which one to use.

17. I can stick to a plan that’s working well. Goal orientation

18. the corporate have standards, and I try to live up to them.

19. I am set in corporate’s ways.

20. the corporate have rules that I stick by no matter what.

21. I know how the corporate want to be.

Page 54: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

46 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Item Dimensi

22. Before decide adopting the innovation I think about the positive characteristic offered by the innovation and its related status quo

Rasional adopsi

23. before decide rejecting the innovation I think about negative characteristic of the innovation first

Rasional inhibitasi

24. before deciding to choose, I would calculate between the benefit and the cost / loss on using the innovation for corporate

Kalkulasi rasional

25. before deciding to make decision, I would calculate between the benefit on using the innovation and the internal organization constraint

26. before deciding to make decision, I would calculate between external pressure and the internal organization constraint

Tabel 3. 9. Rekapitulasi dimensi pembentuk konstruk OCC

Dimension Number of item

Impulsive control 6

Goal orientation 5

Decision making 10

Rational adoption 1

Rational inhibitation 1

Rational calculation 3

Organizational control capability 26

3.2.3. Pengujian Face ValiditySkala OCC ini setelah dialih-bahasakan ke dalam bahasa Indonesia,

menjadi seperti pada Tabel 3.10. Dalam kuesioner organizational control capability terdapat beberapa istilah yang bisa menggantikan istilah-istilah yang selama ini menjadi indikator (determinant) yang telah digunakan secara umum pada artikel-artikel ilmiah tentang adopsi-resistansi inovasi. Berikut ini disajikan istilah yang bisa diartikan ke dalam beberapa indikator (determiant) lain dengan makna yang sama.

Page 55: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 47 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

i. positive characteristic of innovation : relative advantage, compatibility, trialability, observability (Rogers, 1983), convenient price (Pagani, 2007)

ii. negative characteristic of innovation : lack of compatibility, lack of trialability, lack of observability, complexity (Rogers, 1983)

iii. internal organizational constraint : lack of organizational readiness (Molla & Licker, 2005; Osakwe et al., 2015)

iv. external pressure : industrial competition (Robertson, T. S. & Gatignon, 1986), network externality (Fichman, 1992; Katz & Shapiro, 1986), perceived environmental readiness (Molla & Licker, 2005)

Tabel 3. 10. Organizational Control Capability Questionaire versi Bahasa

Item Dimensi

1. Saya merasa yakin bahwa saya bisa mendapatkan informasi tentang pilihan inovasi yang tersedia bagi perusahaan

Pengambilan Keputusan

2. Saya merasa yakin bahwa saya bisa mendapatkan informasi tentang manfaat setiap pilihan inovasi perusahaan

3. Saya merasa yakin bahwa saya bisa mengetahui risiko dan efek samping dari setiap pilihan inovasi untuk perusahaan

4. Saya merasa yakin bahwa saya dapat memahami informasi yang dibutuhkan untuk bisa membuat pilihan inovasi bagi perusahaan

5. Saya merasa yakin bahwa saya bisa mengajukan pertanyaan tanpa merasa bodoh

6. Saya merasa yakin bahwa saya dapat mengungkapkan pertimbangan saya tentang setiap pilihan inovasi untuk perusahaan

7. Saya merasa yakin bahwa saya dapat meminta saran

8. Saya merasa yakin bahwa saya dapat mengetahui pilihan inovasi yang paling sesuai bagi perusahaan

9. Saya merasa yakin bahwa saya dapat menangani tekanan yang mengganggu ketika membuat pilihan inovasi bagi perusahaan

10. Saya merasa yakin bahwa saya dapat menunda keputusan jika saya merasa membutuhkan lebih banyak waktu

Page 56: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

48 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Item Dimensi

11. Saya punya masalah memutuskan dalam berbagai hal Kontrol Impuls (irrational control)

12. Saya mudah menyimpang dari rencana perusahaan

13. Sulit bagi saya menerima cara baru yang bisa mengubah cara saya

14. Ketika harus memutuskan sebuah perubahan, saya merasa sulit memilih

15. Saya mengalami kesulitan menindaklanjuti dengan tindakan, hal yang sudah diputuskan

16. Saya bisa menemukan banyak cara untuk berubah, tapi saya kesulitan memilih salah satu diantaranya

17. Saya bisa patuh pada rencana yang sudah berjalan. Orientasi pada tujuan

18. Perusahaan memiliki standar, dan saya mencoba untuk mematuhinya

19. Saya patuh pada cara perusahaan

20. Perusahaan memiliki peraturan, apapun peraturan itu, saya patuh.

21. Saya tahu bagaimana keinginan perusahaan.

22. Sebelum memutuskan mengadopsi inovasi, saya memikirkan sifat positif yang ditawarkan oleh inovasi dan tarik ulurnya dengan status quo

Rasional adopsi

23. Sebelum memutuskan menolak inovasi, saya memikirkan sifat negatif dari inovasi terlebih dahulu

Rasional inhibitasi

24. Sebelum memutuskan untuk memilih, saya akan menghitung antara keuntungan dan biaya / kerugian dalam menggunakan inovasi untuk perusahaan

Kalkulasi rasional

25. sebelum memutuskan untuk membuat keputusan, saya akan memperhitungkan antara manfaat menggunakan inovasi dan kendala internal organisasi

26. sebelum memutuskan untuk membuat keputusan, saya akan memperhitungkan antara tekanan eksternal dan kendala internal organisasi

Konstruk OCC yang sudah terbangun, selanjutnya perlu diuji validitas dan reliabilitas. Validitas pertama yang diuji adalah validitas isi atau face vaildity. Langkah pengujian ini meliputi persiapan instrumen kemudian dilanjutkan dengan review expert judgement.

Page 57: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 49 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

a. Persiapan instrumenKuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner terstandar (sudah diuji) dan publicaly used sehingga tidak mengharuskan permintaan ijin kepada penulisnya dalam penggunaannya. Kuesioner kemudian diterjemahkan dari bahasa aslinya (Inggris) ke dalam bahasa Indonesia yang kemudian hasil terjemahannya di cek oleh peneliti yang berpengalaman dan ahli bahasa. Untuk memudahkan responden dalam mencerna makna pertanyaan dalam kuesioner, terjemahan menggunakan adaptasi kaidah bahasa dan budaya setempat dengan tanpa mengurangi maksud/makna aslinya. Selanjutnya hasil terjemahan kuesioner ke dalam Bahasa di terjemahkan kembali ke dalam bahasa aslinya, Inggris, untuk menguji bahwa tidak terjadi distorsi makna kuesioner terjemahan dengan kuesioner aslinya. (Tabel 3.10)

b. Expert judgementExpert judgement merupakan salah satu metode evaluasi oleh pakar

(Reiterer, 1997). Metode expert judgement bertujuan untuk pengujian face validity skala instrumen. Pada pengujian expert judgement ini melibatkan 6 expertise di bidang ilmu manajemen. Beberapa rekomendasi telah disampaikan oleh para expertise diantaranya perlunya beberapa item untuk di re-wording. Rekomendasi ekspertis yang terpenting adalah perubahan jumlah dimensi dari 6 dimensi menjadi 3 dimensi, dan perubahan jumlah item skala dari 26 menjadi 19 skala.

Berikut beberapa komentar dan masukan hasil review skala pengukuran konstruk OCC oleh ekspertise manajemen dapat dilihat pada tabel 3.11.

Page 58: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

50 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Tabel 3. 11. Komentar dan masukan hasil review skala pengukuran OCC

No Reviewer Komentar

1 Expert Judgement 1 1. Item no (4) digeser menjadi item sebelum no (1)2. Skala pengukuran menunjukkan pengukuran tindakan,

lebih baik menggunakan ukuran frekuensi tindakan : selalu, pernah, tidak pernah dll

3. Skala mengukur kemampuan maka kata ‘bisa’ atau ‘dapat’ diganti dengan ‘mampu’

4. Pada item (19) kata ‘cara’ sebaiknya diganti ‘prosedur’5. Item (22) – (26) tata bahasa sebaiknya menganut SPO

2 Expert Judgement 2 1. Penamaan dimensi ‘decision making’ sebaiknya diganti dengan ‘keyakinan mengambil keputusan’

2. Mengingat penamaan konstruk menggunakan istilah ‘organizational’ maka kata ‘inovasi’ sebaiknya diganti dengan ‘perubahan’ supaya lebih luas pengertiannya.

3. Item-item pada dimensi ‘impuls control’ agak sulit ditangkap. Sebaiknya wording-nya diubah menggunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti. Contoh menggunakan skala Buying Impulsiveness Scale karya Rook and Fisher 1995. Skala BIS lebih menggambarkan ekpresi tindakan impuls yaitu tindakan spontan, tanpa direncanakan, mendadak.

4. Penamaan dimensi ‘goal orientation’ sebaiknya diganti dengan ‘kepatuhan pada tujuan organisasi’ agar sesuai dengan maksud pengukuran.

5. Item (21) kata ‘tahu’ sebaiknya diganti ‘berusaha memenuhi’

6. Item (22) dan (23) dihilangkan saja karena sudah termuat pada item (24) – (26).

3 Expert Judgement 3 1. Kata kata yang menunjukkan kemampuan ‘bisa’, ‘dapat’ (pada dimensi decision making ) sebaiknya dikonsistenkan.

2. Item (5), (6) terasa questionable, sebaiknya bahasanya diperjelas.

3. Item (10) bahasanya diperhalus.4. Item (15) kata ‘dengan tindakan, hal’ diganti dengan

‘putusan’5. Item (18) kata ‘standar’ maknanya luas sebaiknya

dipersempit misal ‘peraturan’, ‘prosedur’.6. Item (20) wording baru ‘apapun peraturan perusahaan,

saya akan patuh’7. Item (22) sudah tertuang pada item (24)

Jika penyusunan skala pengukuran sudah terbentuk, sebaiknya diuji cobakan pada responden yang representatif.

Page 59: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 51 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

No Reviewer Komentar

4 Expert Judgement 4 1. Cek konsistensi antara definisi konsep dengan level teorinya dan wording item (level organisasi/individu)

2. Cek kembali pernyataan pada dimensi decision making (item 5 dan 7) -à mirip dengan item (1) keputusan dihilangkan

3. Penamaan dimensi goal orientation sebaiknya disesuaikan dengan item.

4. Pertimbangkan kembali nama konstruk barunya.

5 Expert Judgement 5 1. Dimensi rational adoption dan rational inhibition tdk berbeda dengan kalkulasi rasional. Sebaiknya dijadikan satu dimensi saja

2. Impuls control merupakan bentuk negasi dari kalkulasi rasional, rational adoption dan rational inhibition. Pada intinya sebenarnya ingin menguji proses tindakan rasional. Oleh karena itu keempat dimensi tersebut bisa dikategorikan dalam satu dimensi.

3. Dimensi OCC meliputi decision making efficacy, goal orientation dan kalkulasi rational

6 Expert Judgement 6 1. Pada item (3) kata ‘resiko’ dan ‘efek samping’ memiliki pengertian berbeda tidak. Jika Ya, beri penjelasan atau dipisahkan dalam item berbeda.

2. Pada item (4) pengertian ‘informasi’ perlu diperjelas.3. Pada item (5), kata ‘merasa bodoh’ perlu diperhalus.4. Pada item (6), kata menggungkap -à menjelaskan;

pertimbangan -àalasan5. Pada item (7), kata ‘saran’ diperjelas daran dari siapa.6. Pada Item (9), kata menangani -à mengatasi7. Pada item (13), kata cara baru -à inovasi baru; cara saya

-à kebiasaan saya8. Pada item (17), kata patuh -à konsisten; sudah berjalan

--àudah diputuskan9. Pada item (18), kata mematuhinya -à melaksanakannya,

memenuhya

10. Item (19) dan (20) memiliki kemiripan isi. Sebaiknya dipilih salah satu.Pada item (21) keinginan perusahaan -à visi, misi perusahaan

Setelah melalui langkah penyesuaian dengan saran dan masukan dari ekspertise dan juga melalui uji coba dengan menggunakan data simulasi, hasil revisi skala OCC tampak dalam Tabel 3.12.

Page 60: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

52 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Tabel 3. 12. Hasil revisi skala OCC pasca expert judgement.

Item Dimensi Skor

1 2 3 4 5 6 7

1. Saya yakin mampu mendapatkan informasi tentang pilihan inovasi yang tersedia untuk perubahan perusahaan

Keyakinan Kemampuan Mengambil Keputusan

2. Saya yakin mampu mendapatkan informasi tentang manfaat setiap pilihan inovasi untuk perubahan perusahaan

3. Saya yakin mampu mengetahui sisi negatif yang terdapat pada setiap pilihan inovasi untuk perubahan perusahaan

4. Saya yakin mampu memahami spesifikasi teknis yang dibutuhkan untuk bisa membuat pilihan inovasi untuk perubahan perusahaan

5. Saya yakin mampu menjelaskan dasar pertimbangan saya dalam memilih inovasi untuk perubahan perusahaan

6. Saya yakin mampu mengetahui pilihan inovasi yang paling sesuai untuk perubahan perusahaan

7. Saya yakin mampu mengatasi tekanan yang mengganggu ketika membuat pilihan inovasi untuk perusahaan

8. Saya yakin mampu menunda keputusan jika saya merasa memang harus ditunda

9. Saya yakin mampu menolak inovasi jika saya merasa memang harus ditolak.

Page 61: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 53 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Item Dimensi Skor

1 2 3 4 5 6 7

10. Saya berusaha patuh pada rencana yang sudah diputuskan perusahaan.

Kepatuhan pada tujuan organisasi

11. Saya berusaha memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan

12. Saya akan patuh, pada peraturan perusahaan.

13. Saya berusaha memenuhi apa keinginan perusahaan.

14. Saya akan menghitung antara keuntungan dan kerugian dalam menggunakan inovasi untuk perusahaan, sebelum memilih.

Kalkulasi rasional

15. Saya akan memperhitungkan antara manfaat menggunakan inovasi dan keterbatasan organisasi, sebelum memutuskan

16. Saya akan memperhitungkan antara tekanan eksternal dan keterbatasan organisasi, sebelum memutuskan untuk membuat keputusan.

Untuk item-item dibawah ini menggunakanSkor skala pengukuran :

Skor 1 : sangat setuju Skala 4 : ragu-raguSkala 7 : sangat tidak setuju

7 6 5 4 3 2 1

17. Saya mengambil keputusan untuk perusahaan dengan tanpa berpikir dulu.

18. Saya senang mengambil keputusan untuk perusahaan secara spontan

19. Jika saya mengambil keputusan untuk perusahaan, itu karena saya mengikuti perasaan saya.

Page 62: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

54 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Rekapitulasi dimensi penyusun konstruk OCC setelah review ekpertise dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3. 13. Rekapitulasi Skala OCC setelah review ekspertis

Dimension Number of items

Organizational Goal Obedient 9

Efficacy Decision making 4

Rational Calculation 6

Organizational control capability 19

3.3. Pengumpulan data Awal

Delapan belas kuesioner dibagikan kepada mahasiswa IT Telkom tingkat akhir. Tahap ini sebagai langkah pengumpulan data awal. Tujuan dari langkah ini adalah uji coba (mem-pilotkan) instrumen kuesioner apakah sudah layak untuk disebar. Diantara ke 18 responden, terdapat 16,6% mahasiswa wanita, 83,4% mahasiswa pria. Rentang usia responden 21-23 tahun.

3.4. Memurnikan ukuran

Berdasarkan hasil uji coba penyaringan faktor, faktor yang memenu-hi syarat dianalisa mengalami ekstraksi dari 6 faktor menjadi tiga faktor. Hasil uji coba ini sesuai dengan saran yang direkomendasikan oleh ekspertis. Sehingga faktor yang layak untuk dianalisa lebih lanjut ada tiga yaitu keyakinan kemampuan mengambil keputusan (self efficacy decision making), kepatuhan pada tujuan organisasi (organization goal obeydient) dan kalkulasi rasional (Rational calculation).

Proses pemurnian ukuran merupakan proses analisa faktor eksploratory. Analisis Faktor eksploratory menggunakan metode principal component analysis. Hasil EFA menunjukkan KMO MSA sebesar 0,686 pada tingkat

Page 63: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 55 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

signifikansi 0,0001. KMO MSA masih dibawah nilai standar yaitu 0,7. Langkah berikutnya proses pemurnian (purification). Lima (5) item perlu dieliminasi. Kelima item tersebut yaitu item 3, 6, 7, 8 dan 9. Selanjutnya setelah dianalisa EFA ulang, nilai KMO MSA mencapai 0,714. Nilai ini sudah melampaui standar KMO 0,7 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hasil EFA dengan menggunakan PCA menghasilkan tiga faktor dengan nilai eigenvalue lebih besar dari satu. Ketiga faktor ini mencapai nilai kumulatif varian 48,92%. Hasil ini memperkuat hasil analisa faktor dengan uji coba dan hasil rekomendasi ekspertise. Skema model pengukuran dan struktur model pembentukan konstruk OCC tapak dalam Gb. 3.1.

3.3.5. Pengumpulan Data

Langkah selanjutnya setelah analisa faktor adalah uji validitas dan reliabilitas. Dalam metode penelitian ini, data dikumpulkan menggunakan metode kuesioner. Kuesioner menggunakan 7 skala Likert, yang mewakili persepsi penilaian mulai ‘sangat setuju’ sampai dengan ‘sangat tidak setuju’. Sample kuesioner dibagikan kepada sekelompok dosen dan sekelompok mahasiswa IT Telkom tingkat akhir. Sebanyak seratus enam respondent terdiri atas 31 dosen dan 75 mahasiswa tingkat akhir. Semua responden mengembalikan kuesioner sudah terisi. Karena penelitian ini fokus pada keputusan tingkat perusahaan, setiap responden diminta mengisi kuesioner

56

3.3.5. Pengumpulan Data

Langkah selanjutnya setelah analisa faktor adalah uji validitas dan

reliabilitas. Dalam metode penelitian ini, data dikumpulkan menggunakan

metode kuesioner. Kuesioner menggunakan 7 skala Likert, yang mewakili

persepsi penilaian mulai ‘sangat setuju’ sampai dengan ‘sangat tidak

setuju’. Sample kuesioner dibagikan kepada sekelompok dosen dan

sekelompok mahasiswa IT Telkom tingkat akhir. Sebanyak seratus enam

respondent terdiri atas 31 dosen dan 75 mahasiswa tingkat akhir. Semua

responden mengembalikan kuesioner sudah terisi. Karena penelitian ini

fokus pada keputusan tingkat perusahaan, setiap responden diminta

mengisi kuesioner dengan mengasumsikan dirinya sebagai seorang

manajer atau pemilik perusahaan.

Berikut gambaran statistik deskriptif responden :

Jumlah responden : 106

Dosen = 31 ; usia : 25 – 38 th Mahasiswa = 75 ; usia : 18 – 21 th

Jenis Kelamin : Laki-laki = 66 Perempuan = 40

Organizational control capability

Decision-making efficacy

Organizational goal obedient

Rational calculation

indc indc indc indc indc indc

2nd order

1st order

Gambar 3.1. Model pengukuran dan struktur model OCC

model OCC

Page 64: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

56 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

dengan mengasumsikan dirinya sebagai seorang manajer atau pemilik perusahaan.

Berikut gambaran statistik deskriptif responden :Jumlah responden : 106 Dosen = 31 ; usia : 25 – 38 th

Mahasiswa = 75 ; usia : 18 – 21 thJenis Kelamin :Laki-laki = 66Perempuan = 40

Tabel 3. 14. Skore respon jawaban uji Instrumen OCC

OCC SE GO RCP 109,90 50,15 24,48 35,28 L 110,71 51,24 24,41 35,06

Rerata 110,41 50,83 24,43 35,14

Tabel 3. 15. Bobot skor tiap dimensi terhadap skor OCC (%)

OCC SE GO RC

P 100 45,63 22,27 32,10

L 100 46,28 22,05 31,67

Rerata 100 45,96 22,16 31,89

Tabel 3. 16. Pengujian beda rerata respon antara Laki-laki dengan Perempuan

OCC SEDM OGO RC

S2x 0,33 0,60 0,00 0,02

S2p 99,44 23,05 9,70 27,88

F= 0,18 1,37 0,01 0,04

Ftabel (1,120,0.1) = 2,75

S2x : varian antar variabel S2p : varian dalam variabel

Page 65: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 57 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Hasil pengujian beda rerata respon antara laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa tidak perbedaan respon jawaban antara responden laki-laki dan perempuan.

Tabel 3. 17. Pengujia beda rerata respon antara usia setengah baya dan remaja (dosen vs mahasiswa)

OCC SEDM OGO RC

S2x 1,94 0,10 0,00 3,08

S2p 78,48 15,46 8,48 26,96

F= 1,31 0,35 0,01 6,06

Ftabel (1,30,0.01) = 7,36

Hasil pengujian beda rerata respon antara responden usia setengah baya dan ramaje menunjukkan bahwa tidak perbedaan respon jawaban antara responden setengah baya dan remaja.

Page 66: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

58 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Page 67: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 59 /

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian validitas dan reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan analisis Partial Least Square. Konstruk yang diuji mengandung komponen beberapa dimensi dimana masing-masing dimensi memuat indikator. Konstruk OCC berada pada hirarki orde ke-2. Sehingga pengujian kosntruk OCC, relatif kompleks dibanding konstruk yang langsung diukur dengan indikator. Di samping itu hasil pilot study menunjukkan data sample tidak memenuhi uji normalitas data. Hasil pengujian score konstruk akan dipergunakan untuk analisa struktur model selanjutnya. Hal-hal tersebut menjadi dasar pemilihan partial least square sebagai alat analisis. PLS tidak memiliki kelebihan dalam hal uji konfirmatory seperti halnya alat analisa berbasis CB-SEM (misal AMOS). Meskipun begitu hasil analisa konfirmatory menggunakan PLS tidak perlu dikuatirkan karena tidak berbeda jauh dengan hasil analisa menggunakan CB-SEM (Hair, Hult, Ringle, & Sarstedt, 2014). Hasil validitas pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan PLS adalah sebagai berikut :

Page 68: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

60 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

4.1.1. Pengujian Internal ConsistencyPengujian internal consistency dalam penelitian sebagaimana saran

Hair (2014), menggunakan Cronbach Alpha untuk menguji reliabilitas instrumen, Menurut Nunnaly (1978), pengujian instrumen yang masih berada pada tahap awal mencapai Cronbach Alpha sebesar 0,7 sudah dianggap memenuhi syarat (diterima). Pengukuran internal consistensi instrumen yang lain adalah composite reliabilitas. Dalam penelitian eksploratori, menggunakan nilai composite reliabilitas 0,6 – 0,7 masih dapat diterima (Hair et al., 2014).

Hasil pengujian reliabilitas untuk masing- masing dari empat konstruk mencapai Cronbach Alpha lebih dari 0,7 (lihat Tabel 4.1. kolom 2) dan composite reliabilitas lebih besar dari 0,8 (lihat Tabel 4.1. kolom 3). Hasil pengujian ini menunjukkan internal consistency memenuhi syarat.

Tabel 4. 1. Pengukuran Reliabilitas

Dimension Cronb alpha Comp reliab AVE Sqr-AVE

OCC 0,733 0,851 0,555 0.7449

EDM 0,745 0,840 0.569 0.7543

OGO 0,748 0,840 0.572 0.7563

RC 0,733 0,807 0.513 0.7162

4.1.2. Pengujian Validitas konvergen dan Reliabilitas IndikatorValiditas konvergen adalah tingkat sejauh mana suatu ukuran berkore-

lasi positif dengan ukuran alternatif dari konstruk yang sama (Hair et al., 2014). Hair menyebut karakteristik ini sebagai reliabilitas indikator. Reliabilitas indikator dengan outer loading senilai lebih besar dari 0,7 sudah dapat diterima. Sementara, untuk sebuah penelitian yang me-ngembangkan skala baru menggunakan nilai outer loading antara 0,4 - 0,7, dapat diterima (Hair et al., 2014). Ukuran yang biasa digunakan untuk mengukur validitas konvergen suatu konstruk adalah average variance

Page 69: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 61 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

extracted (AVE). Validitas konvergen dengan nilai AVE lebih besar dari 0,5 sudah dapat diterima.

Reliabilitas konvergen untuk masing-masing dari keempat konstruk cukup baik karena nilai outer loading masing-masing indikator konstruk lebih besar dari 0,5 (Tabel 4.2 kolom 7) dan dan validitas konvergen dari keempat konstruk cukup baik karena nilai nilai AVE masing-masing lebih besar dari 0,5 (Tabel 4.1. kolom 4). Hasil pengujian validitas konvergen dan reliabilitas indikator menunjukkan telah memenuhi syarat.

4.1.3. Validitas DiskriminanValiditas diskriminan adalah sejauh mana sebuah konstruk benar-benar

berbeda dari konstruksi lainnya ketika diuji secara standar empiris. Salah satu metode yang biasa digunakan untuk menilai validitas diskriminan adalah cross loading indikator. Kriteria Cross loading indikator adalah nilai outer loading pada suatu konstruk harus lebih besar dari semua loding pada konstruksi lainnya. (lihat Tabel 4.2. kolom 4,5,6,7). Hasil ini menunjukkan validitas diskriminan terpenuhi.

Secara khusus, akar kuadrat dari setiap AVE konstruk harus lebih besar dari korelasi tertinggi dengan konstruksi lainnya. Validitas diskriminan setiap pemuatan Cross indikator pada konstruksi terkait dalam penelitian ini lebih besar daripada semua pemuatannya pada konstruksi lainnya. Pada perbandingan akar kuadrat nilai AVE dengan korelasi konstruk dalam penelitian ini, semua nilai konkret nilai AVE lebih besar daripada korelasi konstruksi dengan konstruk lainnya (lihat Tabel 4.1.). Hasil pengujian validitas diskriminan dengan demikian syaratnya terpenuhi.

4.2. Pengujian Struktur Konstruk OCC

Pengujian setiap endogenus konstruk menggunakan analisis jalur (path analisys). Hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien jalur masing-masing jalur dari OCC ke masing-masing endogen lebih besar dari 0,7. Hal ini

Page 70: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

62 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

berarti telah memenuhi persyaratan. Nilai uji t masing-masing konstruk lebih besar dari 1,96 (sig 5%) (lihat Tabel 4.3. dan Gambar 4.1.). Dengan demikian semua jalur endogen terbukti signifikan.

Tabel 4. 2. Pengukuran Validitas

Dimension

Item Cross loading Outer Loading

Before Purifying

After Purifying EDM OGO RC item <--- OCC T-Statistic

EDM

item1 item1 0.816 0.270 0.362 0.816 17.456

item2 item2 0.868 0.320 0.351 0.868 15.412

item3

item4 item4 0.635 0.272 0.273 0.635 5.798

item5 item5 0.681 0.147 0.263 0.681 4.419

item6

item7

item8

item9

OGO

item10 item10 0.257 0.705 0.227 0.705 4.119

item11 item11 0.329 0.835 0.358 0.835 10.028

item12 item12 0.122 0.716 0.275 0.716 3.133

item13 item13 0.268 0.756 0.293 0.756 9.189

RC

item14 item14 0.366 0.340 0.628 0.628 4.784

item15 item15 0.288 0.284 0.748 0.748 9.371

item16 item16 0.384 0.375 0.621 0.621 5.662

item17 item17 0.293 0.155 0.604 0.604 3.127

item18 item18 0.142 0.348 0.593 0.593 3.297

item19 item19 0.456 0.256 0.705 0.705 5.551

Page 71: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 63 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Gambar 4.1. Pengujian koefisien jalur struktur model

Tabel 4. 3. Korelasi konstruk

OCC OGO EDM RC T-test

OCC 1.000

OGO 0.731 1.000 10.930

EDM 0.761 0.338 1.000 13.974

RC 0.810 0.420 0.464 1.000 13.232

Page 72: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

64 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Page 73: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 65 /

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Konstruk Organizational control capability merupakan konstruk ordo dua yang terdiri atas tiga dimensi yaitu self efficacy decision making, organizational goal obedience dan rational calculation. Konstruk ini terdiri dari 14 indikator. Analisis statistik melalui EFA dan PLS menunjukkan hasil pengujian konstruk yang reliabel dan valid. Karakteristik penting dari OCC adalah keyakinan dalam pengambilan keputusan, proses perhitungan yang rasional, dan beroerientasi pada tujuan organisasi. Perhitungan rasional adalah proses kognisi untuk mencapai tujuan organisasi dengan memperhitungkan trade-off dari berbagai komponen yang mempengaruhinya. Ketika konstruk OCC dapat memastikan bahwa setiap tindakan dan keputusan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi, OCC akan menjadi konstruk yang penting. Dalam konteks teori adopsi inovasi, khususnya teori technologi organization environment, konstruk OCC diduga akan berperan sebagai moderator hubungan antara determinan TOE dengan keputusan adopsi inovasi. Studi ini dapat berkontribusi pada pengembangan teori adopsi inovasi. Studi ini dapat berkontribusi juga dalam konsep pengembangan pengambilan keputusan. Seorang manajer yang memiliki OCC yang tinggi memiliki kecenderungan

Page 74: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

66 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

keputusannya rasional. Terkait dengan teori TOE, manajer yang akan memutuskan adopsi inovasi akan mempetimbangkan dan memperhitung-kan konsteks teknologi, organisasi dan lingkungan.

5.2. Saran

Penelitian selanjutnya mungkin menunjuk ke pertanyaan konstruksi OCC dapat memastikan bahwa setiap tindakan dan keputusan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi.

Page 75: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 67 /

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I., & Albarracin, D. (2007). Predicting and changing behavior: A reasoned action approach. Prediction and Change of Health Behavior: Applying the Reasoned Action Approach, (February), 3–21. http://doi.org/10.4324/9780203838020

Bandura, A. (1989). Human Agency in Social Cognitive Theory. American Psychologist, 44(9), 1175–1184.

Bandura, A. (1991). Social Cognitive Theory of Self Regulation. In Organizational Behavior And Human Decision Processes 50 (pp. 248 – 287). Academic Press Inc.

Bandura, A. (1997a). Self Efficacy : The exercise of control (1st ed.). New York: W H Freeman and Company.

Bandura, A. (1997b). Self-Efficacy: The Exercise of Control. Worth Publishers. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=eJ-PN9g_o-EC

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. Worth Publishers. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=eJ-PN9g_o-EC

Bandura, A. (1998). Self-Efficacy, 4(1994), 71–81.Bandura, A. (2001). Social Cognitive Theory : An Agentic Perspective.

Annual Review of Psychology, 52, 1–26.

Page 76: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

68 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Baumeister, R. F. (1998). The Self. In D. T. Gilbert, S. T. Fiske, & G. Lindzey (Eds.), Handbook of Social Psychology (4th ed.). New York: McGraw-Hill.

Baumeister, R. F., Schmeichel, B. J., & Vohs, K. D. (2006). Self Regulation and The Executive Function : the Self as Controlling Agent. In Social psyhology : Hanbook of Basic Principles (2nd edition) (2nd ed.). Ner York: Guilford.

Beatty, R. C., Shim, J. P., & Jones, M. C. (2001). Factors Influencing Corporate Web Site Adoption: A Time Based Assessment. Information and Management, 38, 337–354. http://doi.org/10.1016/S0378-7206(00)00064-1

Blair, C., & Ursache, A. (2011). A Bidirectional Model of Executive Functional and Self Regulation. In K. D. Vohs & R. F. Baumeister (Eds.), Handbook of Self Regulation: Research, Theory and Applications,2nd ed (2nd ed., pp. 300 – 320). New York, London: The Guildford Press.

Boekaersts, M., Pintrich, P. R., & Zeidner, M. (Eds.). (2000). Handbook Of Self Regulation, 1st ed (1st ed.). San Diego, California: Academic Press.

Brown, J. M., Miller, W. R., & Lawendowski, L. a. (1999). The Self-Regulation Questionnaire (SRQ). Innovations in Clinical Practice: A Source Book (Vol. 17), 17, 281–289.

Chang, M. K., & Cheung, W. (2001). Determinants of the intention to use Internet/WWW at work: A confirmatory study. Information and Management, 39(1), 1–14. http://doi.org/10.1016/S0378-7206(01)00075-1

Churchill, G. A., & Dedic, A. (1979). A Paradigm For Developing Better Measures Of Marketing.

Chwelos, P., Benbasat, I., & Dexter, A. S. (2001). Empirical Test of an EDI Adoption Model. Information System Research, 12(3), 304–321. http://doi.org/10.1287/isre.12.3.304.9708

Page 77: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 69 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Cummings, T. G., & Worley, C. G. (2009). Organization development and change (9th ed.). South Western Cengage Learning.

Eveland, J., Tornatzky, L. G., & Fleischer, M. (1990). Technological Innovation as a Process. Lexington, Massachusetts: Lexington Books.

Fichman, R. G. (1992). Q1 - US Information Technology Diffusion : A Review of Empirical Research, ( June).

Fishbein, M., & Ajzen, I. (2009). Predicting and Changing Behavior : The Reasoned Action Approach (1st ed.). New York: Psychology Press, Taylor & Francis Group.

Fishbein, M., & Ajzen, I. (2010). Predicting and changing behavior. Psychology (Vol. 3). http://doi.org/10.4324/9780203937082

Gavora, P., Jakešová, J., & Kalenda, J. (2015). The Czech Validation of the Self-regulation Questionnaire. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 171, 222–230. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.113

Gemino, A., Mackay, N., & Reich, B. H. (2006). Executive Decisions About Website Adoption in Small and Medium - Sized Enterprises. Journal of Information Technology Management, XVII(1), 34–49.

Gerbing, D. W., & Anderson, J. C. (1988). An Updated Paradigm for Scale Development Incorporating Unidimensionality and Its Assessment. Journal of Marketing Research, 25(May), 186 – 192.

Goldsmith, R. E., & Hofacker, C. F. (1991). Measuring Consumer Innovativeness. Journal of the Academy of Marketing Science. http://doi.org/10.1007/BF02726497

Grandon, E., & Pearson, J. M. (2004). E-commerce adoption: Perceptions of managers/owners of small and medium sized firms in Chile. Communications of the Association for Information Systems, 13, 81–102.

Hair, J. F. J., Hult, G. T. M., Ringle, C., & Sarstedt, M. (2014). A Primer on Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). (V. Knight, Ed.)Long Range Planning (Vol. 46). SAGE Publications. http://doi.org/10.1016/j.lrp.2013.01.002

Page 78: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

70 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Hall, P. A., & Fong, G. T. (2007). Temporal self-regulation theory : A model for individual health behavior, 1(March), 6–52. http://doi.org/10.1080/17437190701492437

Hofmann, W., Schmeichel, B. J., & Baddeley, A. D. (2012). Executive functions and self-regulation. Trends in Cognitive Sciences, 16(3), 174–180. http://doi.org/10.1016/j.tics.2012.01.006

Hosseini, M. H., Delaviz, M., Derakhshide, H., & Delaviz, M. (2016). Factors Affecting Consumer Resistance to Innovation in Mobile Phone Industry. International Journal of Asian Social Science, 6(9), 497–509. http://doi.org/10.18488/journal.1/2016.6.9/1.9.497.509

Katz, M. L., & Shapiro, C. (1986). Technology Adoption in the Presence of Network Externalities. Journal of Political Economy, 94(4), 822– 841.

King, W. R., Grover, V., & Hufnagel, E. H. (1989). Using information and information technology for sustainable competitive advantage: Some empirical evidence. Information & Management, 17(2), 87–93. http://doi.org/10.1016/0378-7206(89)90010-4

Kula, V., & Tatoglu, E. (2003). An exploratory study of Internet adoption by SMEs in an emerging market economy. European Business Review, 15(5), 324–333. http://doi.org/10.1108/09555340310493045

Lacovou, C. L., Izak, B., & Dexter, A. S. (1995). Electronict Data Interchange and Organizations : Adoption and Impact of Technology. MIS Quarterly, 19(4), 465–485. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/249629

Lau, A. W., Newman, A. R., & Broedling, L. A. (1980). The Nature of Managerial Work in the Public Sector. Public Administration Review, 40(5), 513 – 520.

Lau, A. W., & Pavett, C. M. (1980). The Nature of Managerial Work: A Comparison of Public- and Private-Sector Managers. Group & Organization Studies, 5(4), 453 – 466.

Page 79: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 71 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Laukkanen, T. (2016). Consumer adoption versus rejection decisions in seemingly similar service innovations: The case of the Internet and mobile banking. Journal of Business Research, 69(7), 2432–2439. http://doi.org/10.1016/j.jbusres.2016.01.013

Markus, H., & Wurf, E. (1987). The Dynamic Self- Concept: A Social Psychological Perspective. Annual Review of Psychology, 38, 299–337. http://doi.org/10.1146/annurev.psych.38.1.299

Mintzberg, H. (1973). The Nature of Managerial Work. Harper & Row.Mirchadani, D. A., & Motwani, J. (2001). Understanding small business

electronic commerce adoption: An empirical analysis. The Journal of Computer Information Systems, 41(3), 70–74. http://doi.org/10. 1080/08874417.2001.11647011

Mohammed, J. A., Almsafir, M. K., Salih, A., & Alnaser, M. (2013). The Factors That Affects E-Commerce Adoption in Small and Medium Enterprise: A Review. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 7(10), 406–412.

Molla, A., & Licker, P. S. (2005). Perceived E-Readiness Factors in E-Commerce Adoption : An Empirical Investigation in a Developing Country Perceived E-Readiness Factors in E-Commerce Adoption : An Empirical Investigation in a Developing Country. International Journal of Electronic Commerce, 10(1), 83 – 110.

Neo, E., & Calvert, P. J. (2012). Facebook and the diffusion of innovation in New Zealand public libraries. Journal of Librarianship & Information Science, 44(4), 227–237. http://doi.org/10.1177/0961000611435038

Olatokun, W., & Kebonye, M. (2010). e-Commerce Technology Adoption by SMEs in Botswana e-Commerce Technology Adoption by SMEs in Botswana. Australian Journal of Emerging Technologies and Society (Vol. 8 ) . R e t r i e v e d f ro m h t t p s : / / w w w. r e s e a r c h g a t e . n e t /publication/265223392_e-Commerce_Technology_Adoption_by_

Page 80: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

72 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

SMEs_in_Botswana_e-Commerce_Technology_Adoption_by_SMEs_in_Botswana

Osakwe, C. N., Chovancova, M., & Agu, M. (2015). Can micro-enterprises leverage on the adoption of corporate websites to bolster their brand visibility? Examining salient adoption issues in Nigeria. Information Development, 1(16). http://doi.org/10.1177/0266666915573551

Pagani, M. (2007). Technology Analysis & Strategic Management A Vicarious Innovativeness Scale for 3G Mobile Services : Integrating the Domain Specific Innovativeness Scale with Psychological and Rational Indicators. Technology Analysis & Strategic Management, 19(6), 709 – 728. http://doi.org/10.1080/09537320701711207

Paglis, L. L., & Green, S. G. (2002). Leadership Self-Efficacy and Managers’ Motivation for Leading Change. Journal of Organizational Behavior, 23(2), 215 – 235.

Pearson, J. M., & Grandon, E. E. (2005). An Empirical Study of Factors that Influence E-Commerce Adoption / Non-Adoption in Small and Medium Sized Businesses. Journal of Internet Commerce, 4(4), 119–132. http://doi.org/10.1300/J179v04n04

Rahmani, Z., & Mousavi, S. A. (2011). Enhancing the innovation capability in the organization: A conceptual framework. International Conference on Education and Management Technology, 13, 285–291. Retrieved rom http://search.ebscohost.com/login

Riemenschneider, C. K., Harrison, D. A., & Mykytyn, P. P. (2003). Understanding it adoption decisions in small business: Integrating current theories. Information and Management, 40(4), 269–285. http://doi.org/10.1016/S0378-7206(02)00010-1

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior. (Sally Yagan and Team, Ed.) (15th ed.). One Lake Street, Upper Saddle River, New Jersey 07458: Pearson Education, Inc.,. Retrieved from http://

Page 81: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 73 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

almuarief17.files.wordpress.com/2014/03/organizational-behavior-15e-stephen-p-robbins-timothy-a-judge-pdf-qwerty.pdf

Robertson, I. T., & Sadri, G. (1993). Managerial Self-efficacy and Managerial Performance. British Journal of Management, 4, 37 – 45.

Robertson, T. S. & Gatignon, H. (1986). Competitive Effects on Technology Diffusion. Journal of Marketing, 50(3), 1–12. http://doi.org /10.2307/1251581

Rogers, E. M. (1983). Diffusion of Innovation (3rd ed.). New York;NY: The Free Press. http://doi.org/82-70998

Silk, K. J., Hurley, A., Pace, K., Maloney, E. K., & Lapinski, M. (2014). A Diffusion of Innovations Approach to Understand Stakeholder Perceptions of Renewable Energy Initiatives. Science Communication, 36(5), 646–669. http://doi.org/10.1177/1075547014549891

Talke, K., & Heidenreich, S. (2014). How to overcome pro-change bias: Incorporating passive and active innovation resistance in innovation decision models. Journal of Product Innovation Management, 31(5), 894–907. http://doi.org/10.1111/jpim.12130

Teo, Thompson S. H. , Tan, M. and Buk, W. K. (1997). A Contingency Model of Internet Adoption in Singapore. International Journal of Electronic Commerce, 2(2), 95–118. http://doi.org/ 10.1111 /j.1365-2699.2011.02621.x

Tornatzky, L., & Klein, K. (1982). Innovation characteristics and innovation adoption-implementation: A meta-analysis of findings. IEEE Transactions on Engineering Management. http://doi.org/10.1109/TEM.1982.6447463

Weick, K. E. (1974). The Nature of Managerial work by Henry Mintzberg. Administrative Science Quarterly, 19(1), 111–118. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/2391793

Page 82: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

74 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Page 83: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 75 /

Irwan Susanto, lahir di Purworejo 14 Agustus 1966. Pendidikan sejak SD hingga SMA di tempuh di kota kelahirannya. Pada tahun 1986 melanjutkan pendidikan S1 di jurusan Teknik Nuklir Fakultas Teknik UGM. Pada tahun 1996 melanjutkan studi S2 mengambil program studi

Magister Manajemen di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Pada tahun 2014 melanjutkan Studi S3 mengambil program studi Doktor Ilmu Manajemen di Program Pasca Sarjana Universitas Jederal Soedirman konsentrasi Sistem Manajemen Informasi.

Pada saat kuliah S1, untuk memenuhi kebutuhan biaya kuliahnya, bekerja di sebuah Lembaga Kursus Komputer di Yogyakarta sebagai Instruktur Pelatihan Komputer. Mengajar materi dasar-dasar pemrogra-man dan algoritma, aplikasi pengolah kata, aplikasi spread sheet dan aplikasi data base. Pada tahun 1996 hingga 2000 bekerja di bidang konstruksi. Tahun 2000 sampai dengan 2002 bekerja di bidang niaga. Tahun 2002 hingga sekarang penulis mengajar di Institut Teknologi Telkom Purwokerto sebagai dosen. Mengajar mata kuliah Metodologi Penelitian, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Manajemen Bisnis dan

TENTANG PENULIS

Page 84: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

76 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran

Kewirausahaan, Manajemen Proyek Telematika, Pengantar Teknologi Informasi, Manajemen Sistem Informasi dan Komputer Masyarakat.

Melakuan penelitian tentang implementasi e-Govern ment selama tiga tahun, yaitu 2010 – 2012, bekerja sama dengan Dishubkominfo Pemda Kabupaten Purbalingga. Menjadi bagian dari tim penulis buku Filsafat Ilmu Manajemen dan buku Perkembangan Teori Manajemen selama masa kuliah doktoral. Meneliti di bidang implementasi ICT dan adopsi teknologi ICT.

Drs. Ali Rokhman,MSi, PhD, lahir 17 Oktober 1967 di desa Winduaji. Sebuah desa ditepi waduk Penjalin daerah perbatasan Kabupaten Brebes dengan Kabupaten Banyumas. Penulis menempuh pendidikan SD hingga SMP di kota kelahirannya. Pendidikan SMA ditempuh di SMA N 2

Purwokerto. Pada tahun 1986 menempuh pendidikan S1 di jurusan Ilmu Administrasi Negara Universi tas Jenderal Soedirman. Pada tahun 1998 lulus pendidikan S2 di Universitas Brawijaya jurusan Ilmu Administrasi. Pendidikan S3 ditempuh di Asahi Univesity Jepang jurusan Information Management Science pada tahun 2002.

Selama ini penulis banyak mendedikasikan dirinya pada dunia pen-didikan. Penulis adalah dosen di Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman, sejak tahun 1993. Pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas ISIPOL Unsoed pada tahun 2013-2017. Pada tahun 2017 hingga sekarang penulis dipercaya menjadi Rektor Istitut Teknologi Telkom Purwokerto.

Penulis telah banyak membuat karya ilmiah yang telah dipublikasikan di bidang ilmu komunikasi, ilmu administrasi publik, ilmu telekomunikasi dan komputer. Beberapa tahun terakhir ini penulis fokus di pengembangan TIK pedesaan dan smart city.

Page 85: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

\ 77 Iwan Susanto • Ali Rokhman • Wiwiek Rabiatul Adawiyah

Wiwiek Rabiatul Adawiyah, B. Acc, M.Sc., Ph.D., lahir 29 Desember 1970 di Sumbawa. Menempuh pendidikan SD dan SMP di tempat kelahirannya. Pendidikan SLTA ditempuh di SMA N 1 Sumbawa Besar lulus pada tahun 1988. Pendidikan S1 di University Of South Australia lulus pada tahun 1994. Pendidikan S2 di

University of Of Lincolnshire And Humberside lulus pada tahun 1998. Pendidikan S3 di Universiti Utara Malaysia, Kedah, Malaysia lulus pada tahun 2012.

Mendedikasikan diri sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman sejak tahun 2004. Pernah menjabat sebagai Wakil Dekan bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada tahun 2014 – 2017. Menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Manajemen Unsoed pada tahun 2018. Pada tahun 2019 menjabat sebagai Wakil Direktur Bidang Keuangan dan Sarana Prasarana Program Pasca Sarjana Unsoed.

Penulis telah banyak membuat karya ilmiah yang telah dipublikasikan dalam jurnal internasional. Banyak menulis di bidang manajemen SDM, Quality Management, Leadership, pengembangan UMKM, inovasi bisnis, pengembangan entreprener di pedesaan.

Page 86: irepository.ittelkom-pwt.ac.id/5466/1/E-book Kemampuan...Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan pidana

78 / KEMAMPUAN PENGENDALIAN ORGANISASI: Sebuah Tinjauan Empirik Membangun Skala Pengukuran