kemampuan berpikir kreatif siswa dalam …eprints.ums.ac.id/73781/11/naskah publikasi helda ayu...
TRANSCRIPT
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING
SKILL (HOTS)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Srata I pada
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh :
HELDA AYU BINTARI RAHMAWATI
A410150114
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa
SMP Negeri 3 Teras Boyolali kelas VII dalam menyelesaikan soal tipe higher order
thinking skill pada materi aritmatika sosial. (2) mengetahui proses kemampuan
berpikir kreatif siswa SMP Negeri 3 Teras Boyolali kelas VII dalam menyelesaikan
soal tipe higher order thinking skill pada materi aritmatika sosial. Berdasarkan
pendekatannya penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Waktu penelitian pada
semester genap tahun ajaran 2018/2019. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII
B SMP Negeri 3 Teras Boyolali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tipe
higher order thinking skill (HOTS) dapat mencapai empat aspek kemampuan
berpikir kreatif yaitu kelancaran (fluency) ditunjukkan oleh kemampuan menemukan
solusi masalah. Keluwesan (flexibility) ditunjukkan oleh kemampuan
mengidentifikasi dua kemungkinan penyelesaian dengan sudut pandang yang
berbeda. Keaslian (originality) ditunjukkan oleh kemampuan mengeksplorasi
pengetahuan yang dimilikinya, dan terperinci (elaborasi) ditunjukkan oleh
kemampuan menciptakan suatu hal menjadi bentuk baru yang koheren.
Kata Kunci: kemampuan berpikir kreatif, higher order thinking skill (HOTS),
aritmatika sosial.
Abstract
The aim of the research is to: (1) know the creative thinking skills of students of
SMP Negeri 3 Teras Boyolali VII grade in a matter of high-level thinking skills in
social arithmetic material.. (2) know the process of creative thinking skills of
students of SMP Negeri 3 Teras Boyolali VII grade in solving higher order type
thinking skills in social arithmetic material . The subjects of this study is students of
class VII B SMP Negeri 3 Teras Boyolali. The results of this study indicate that the
creative thinking ability undertaken by students in solving the problem of the type of
higher order thinking skills (HOTS) can reach four aspects that is fluency shown
by ability to find solution problem. Flexibility is demonstrated by the ability
to identify two possible solutions to problems with different point of view.
Originality is show by the ability to explore the knowledge it possessed, and the
elaboration is demonstrated by the ability to create a thing into a coherent
new form.
Keywords: creative thinking ability, higher order thinking skill (HOTS), social
arithmetic.
2
1. PENDAHULUAN
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dalam dunia pendidikan, karena
matematika digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Menurut
Susanto (2015: 185) matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi
dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan
dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Salah satu bidang kajian pendidikan
yang seringkali menjadi perhatian adalah matematika. Menurut Hamzah dan
Muhlisrarini (2014: 49-52) terdapat beberapa macam fungsi matematika yaitu
sebagai suatu struktur, kumpulan sistem, sebagai sistem deduktif, ratunya ilmu dan
pelayan ilmu. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan
penting dalam pendidikan.
Menurut Sudarma (2013: 232) merumuskan makna kreatif itu secara sederhana
saja, yaitu kemampuan menemukan cara yang berbeda. Oran disebut kreatif, karena
dia mampu menemukan cara yang berbeda dari orang lain, sehingga melahirkan
produk yang berbeda. Berpikir merupakan suatu aktivitas mental yang sedang terjadi
dalam memikirkan suatu hal. Menurut King (2016: 324) secara formal, berpikir
melibatkan proses penggunaan informasi secara mental dengan cara membentuk
konsep, memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan memperlihatkannya
dalam cara yang kritis atau kreatif. Namun kenyataannya, kemampuan berpikir siswa
terbatasi oleh contoh-contoh soal yang diberikan oleh guru. Siswa lebih cenderung
senang belajar dengan tipe soal yang hampir sama dengan contoh dan jarang
menggunakan tipe soal yang berbeda dengan contoh, siswa mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal. Saat siswa merasa tidak mampu menyelesaikan soal,
mereka cenderung mengandalkan apa yang dicontohkan guru. Akibatnya, kurang
berkembangnya kemampuan kreativitas siswa.
Berpikir kreatif dan kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah
secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi,
merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal.. Menurut Johnson
3
(2007: 183) berpikir kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan
pemahaman-pemahaman baru.
Kreativitas atau berpikir kreatif sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah
yang tidak terduga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpikir kreatif diharapkan
siswa mampu menyelesaikan masalah atau soal dengan berbagai ide atau gagasan
yang luas. Munandar (2014: 192) menyebutkan bahwa siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif memenuhi keterampilan berpikir lancar, berpikir luwes
(fleksibel), berpikir orisinal, dan berpikir terperinci (elaborasi).
Menurut Arifin Nugroho (2018: 20) mengatakan bahwa HOTS merupakan
suatu keterampilan dalam mengolah dan menggabungkan informasi berupa fakta
maupun gagasan-gagasan yang dapat diperoleh denan cara memahami,
menghubungkan, mengkategorikan, dan mengevaluasinya. Terdapat beberapa
indikator bahwa suatu soal dikatakan HOTS yaitu soal tersebut mengukur level
kognitif penalaran (menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) siswa, masalah yang
diberikan cenderung kompleks sehingga memiliki kemungkinan lebih dari satu
solusi, informasi dan ide pada soal menggunakan stimulus yang kontekstual menarik
dan inovatif sehingga mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
Dalam perkembangannya taksonomi tujuan pendidikan yang disusun oleh
Bloom dalam Djauhari (2015: 848) mengalami revisi oleh Andreson dan Krathwohl
yang mengklasifikasikan proses kognitif menjadi enam kategori, yaitu mengingat
(remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisi
(analysing), mengevaluasi (evaluating), dan menciptakan (creating). Menurut
Djauhari (2015: 849) taksonomi dalam ranah kognitif dalam pendidikan digunakan
untuk menentukan tingkat kemampuan soal serta mengidentifikasikan kemampuan
siswa mulai tingkat yang rendah hingga tingkat yang tinggi. Tingkatan remembering,
understanding, dan applying dikategorikan dalam recalling dan processing yaitu
Lowr Order Thinking Skill (LOTS), sedangkan analyzing, evaluating, creating
dikategorikan dalam creative thinking yaitu Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Salah satu soal dianggap memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah soal
uraian atau sering disebut dengan soal cerita. Soal cerita disajikan untuk materi
aritmatika sosial. Aritmatika sosial berkaitan dengan harga jual, harga beli, untung,
4
dan rugi. Soal yang disajikan pada materi aritmatika sosial pada umumnya soal
narasi atau soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Tujuan penelitian ini ada dua. 1) mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa
SMP Negeri 3 Teras Boyolali kelas VII dalam menyelesaikan soal tipe higher order
thinking skill pada materi aritmatika sosial 2) mengetahui proses kemampuan
berpikir kreatif siswa SMP Negeri 3 Teras Boyolali kelas VII dalam menyelesaikan
soal tipe higher order thinking skill pada materi aritmatika sosial.
2. METODE
Penelitian ini berdasarkan pendekatannya merupakan penelitian kualitatif. Waktu
penelitian semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 3 Teras Boyolali pada kelas VII B. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) tes, yang digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal matematika tipe HOTS
pada pokok bahasan aritmatika sosial (2) wawancara, yang digunakan untuk
menggali informasi siswa lebih lanjut berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif
siswa (3) dokumentasi, yang digunakan untuk mendapatkan data siswa, hasil
pekerjaan siswa, serta foto-foto proses penelitian. Metode penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS pada pokok bahasan aritmatika sosial. Jenis penelitian
yang digunakan adalah fenomenologi. Menurut Yusuf (2014: 350) mengemukakan
bahwa fenomenologi adalah ilmu tentang gejala atau hal-hal apa saja yang tampak.
Dalam konteks penelitian kualitatif, penelitian fenomenologi selalu difokuskan pada
menggali, memahami, dan menafsirkan arti fenomena, peristiwa, dan hubungannya
dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu.
Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi sumber dengan
mewawancarai siswa dan membandingkan data hasil tes dengan hasil wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik data analisis data kualitatif. Teknik
analisis data dilakukan secara interaktif. Menuru Sugiyono (2018: 337). Langkah-
langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu reduksi data (data reduction),
5
penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion
drawing/verification).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Teras Boyolali tahun
ajaran 2018/2019. Beralamatkan Jl. Tawangsari, Teras, Boyolali. Deskripsi
pelaksanaan penelitian ini diawali dengan memberikan surat izin penelitian (riset)
kepada kepala sekolah SMP Negeri 3 Teras Boyolali pada tanggal 10 November
2018 dengan maksud untuk mendapatkan izin penelitian. Setelah mendapatkan izin
penelitian, peneliti bertemu dan menyerahkan lembar validasi tes kepada 3 validator
instrumen yaitu dosen Program Studi Pendidikan Matematika UMS dan 2 guru mata
pelajaran matematika di SMP Negeri 3 Teras Boyolali. Melalui lembar validasi tes
dapat diketahui apakah instrumen soal tersebut valid untuk dikerjakan siswa.
Dalam pelaksanaan pengambilan data di lapangan, disini peneliti memberikan
instrumen soal tersebut di kelas VII B kepada 27 siswa sebagai bakal calon subjek
untuk mengerjakan instrumen soal. Pada tanggal 19 Februari 2019, peneliti
memberikan instrumen soal tersebut kepada 27 siswa Namun pada tanggal 26
Februari 2019, di dalam kelas terdapat 27 siswa yang terpilih untuk diambil datanya
dengan pertimbangan hasil tes dan wawancara. Dalam penelitian, peneliti memilih 3
siswa yang akan dijadikan subjek wawancara. Siswa terpilih berdasarkan
kemampuan berpikir kreatif pada kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun siswa
yang mengikuti wawancara diberikan inisial yaitu S-1, S-2, dan S-3. Berikut daftar
subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Daftar Inisial Subjek Penelitian
Nama Subjek
Nandita Pawestri Kurniantono S-1 (subjek satu)
Satria Yoga Aditama S-2 (subjek dua)
Ahmad Fauzi S-3 (subjek tiga)
6
Menurut Munandar (2014: 192) menyebutkan bahwa siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif memenuhi keterampilan berpikir lancar, berpikir luwes
(fleksibel), berpikir orisinal, dan berpikir terperinci (elaborasi). Dimana berpikir
kreatif dapat memiliki arti menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan,
arus pemikiran lancar, menghasilkan gagasan yang beragam, arah pemikiran yang
berbeda, memberikan jawaban yang tidak lazim, dan mengembangkan, menambah,
memperkaya, dan memperluas suatu gagasan. Karena itu, untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kreatif siswa diperlukan kriteria soal yang mencakup taksonomi
tujuan pendidikan dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif seharusnya
dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Dengan berpikir kreatif, seseorang
dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai tinggi di masyarakat. Tanpa berpikir
kreatif siswa hanya akan bekerja pada sebuah kognitif yang sempit. Berpikir beda
pada pembelajaran matematika bukan hanya sekedar cara untuk melibatkan
kreativitas atau ekspresi pada diri siswa, melainkan membangun siswa untuk berpikir
lebih fleksibel.
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan Runisah, Herman & Dahlan (2016)
yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Cendekiawan itu menjelaskan tentang kemampuan berpikir kreatif
dengan cara yang berbeda, tetapi mengandung konsep serupa yaitu generasi sesuatu
atau ide yang memiliki nilai kebaruan. Berpikir kreatif adalah cara berpikir yang
mengarahkan kepada generasi ide-ide atau pandangan baru atau cara baru dalam
memecahkan masalah. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mawaddah, Kartono &
Suyitno (2015) yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa mencapai ketuntasan baik secara individu maupun klasikal. Kemampuan
berpikir kreatif matematiskelas model discovery learning dengan pendekatan
metakognitif lebih baik dari kelas ekspositori, adanya pengaruh positif metakognisi
dan keterampilan proses terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada ketiga subjek dengan
kategori memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara umum sudah memenuhi
empat aspek kemampuan berpikir kreatif, sehingga ketiga subjek memenuhi aspek
kemampuan berpikir kreatif walaupun tiap subjek ada yang memiliki kesamaan
7
dalam menyelesaikan soal HOTS berdasarkan hasil pekerjaan dan hasil wawancara
yang telah dilakukan. Adapun pembahasan dari temuan-temuan penelitian adalah
sebagai berikut.
3.1 Aspek Kelancaran (fluency)
Pada aspek ini, siswa dapat memberikan ide yang beragam, dibuktikan dalam
menjawab soal sama-sama memberikan cara penyelesaian yang berbeda tetapi
memunculkan substansi yang sama dalam menjawab. Dalam menulis jawabannya
dari ketiga subjek tersebut tidak melengkapi diketahui, ditanya dan jawab dalam
proses penulisan di lembar jawab masing-masing subjek.
Pada penelitian ini subjek lebih kreatif akan memiliki kelancaran (fluency)
yang lebih serta pemikirannya lebih mudah dalam menjawab. Sebagian besar ide yng
mereka miliki diperoleh saat pembelajaran dikelas. Misalnya konsep dalam
mengetahui harga jual, harga beli, diskon, tabungan dan bunga dengan soal yang
sering diberikan guru untuk memperoleh hasil yang setara. Kelancaran (fluency)
tercermin dalam perilaku seperti mengajukan pertanyaan, menjawab dengan
sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu
masalah, lancar dalam mengemukakan gagasan, bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak dari orang lain, dan dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
kekurangan pada suatu obyek tertentu.
Berdasarkan data tertulis dan wawancara dari ketiga siswa kebanyakan mereka
hanya mampu mencapai aspek kelancaran (fluency) di setiap soal. Dalam menulis
jawabannya dari ketiga subjek tersebut tidak melengkapi diketahui, ditanya dan
jawab dalam proses penulisan di lembar jawab masing-masing subjek. Akan tetapi
ketiga subjek menjelaskan keterangan tersebut saat dilakukan wawancara jadi untuk
menutupi kekurangan mereka dalam penulisan di lembar jawab. Hal tersebut
menujukkan bahwa ketiga subjek lancar dalam menjawab soal karena mampu
mengungkapkan kemungkinan solusi yang diperlukan untuk menjawab masalah yang
sama. Seperti yang diungkapkan oleh Gufron & Risnawati (2016: 106) yang
menyatakan bahwa kelancaran berpikir merupakan kemampuan untuk mencetuskan
banyak gagasan, jawaban, atau penyelesaian masalah, memberikan banyak cara dan
selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Sehingga dapat diketahui bahwa aspek
8
kelancaran ditunjukkan oleh kemampuan ketiga subjek dalam menemukan solusi
masalah dalam menjawab.
3.2 Aspek Keluwesan (flexibility)
Pada aspek ini, siswa mampu memberikan cara yang berbeda untuk menyelesaikan
masalah. Keluwesan (flexibility) tercermin dalam perilaku siswa berupa kemampuan
untuk memberikan berbagai macam penafsiran. Apabila diberikan suatu
permasalahan dalam matematika kemudian diminta untuk memecahkan dari
permasalahan tersebut, biasanya akan memikirkan berbagai cara yang berbeda untuk
memecahkannya.
Berdasarkan temuan peneliti dapat diketahui bahwa aspek keluwesan
(flexibility) dapat dicapai oleh beberpa siswa. Aspek keluwesan (flexibility)
ditunjukkan dengan menjelaskan cara lain dengan pendekatan yang sama atau cara
lain yang bisa digunakan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa S-1 dan S-2 yang dapat mecapai aspek
keluwesan (flexibility) dalam memecahkan permasalahan. Dalam aspek ini S-1 dapat
mencapai aspek keluwesan (flexibility) pada soal nomor 2 dengan memiliki
kemungkinan penyelesaian lain dalam proses menyelesaikan soal nomor 2.
Sedangkan S-2 dapat mencapai aspek keluwesan (flexibility) pada soal nomor 1 dan
3 dengan mengemukakan berbagai cara yang berbeda. Sesuai menurut Munandar
(2014: 192) menyebutkan bahwa keluwesan (flexibility) berkaitan dengan
menggunkan beragam strategi. Ciri keluwesan berpikir tercermin dalam perilaku
siswa berupa kemampuan untuk memberikan berbagai macam penafsiran. Apabila
diberikan suatu permasalahan dalam matematika kemudian diminta untuk
memecahkan dari permasalahan tersebut, biasanya akan memikirkan berbagai cara
yang berbeda untuk memecahkannya.
Sehingga dari uraian diatas membuktikan bahwa beberapa subjek tersebut telah
menunjukkan aspek keluwesan karena mampu mengidentifikasikan hasil
pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Nurlela & Ismayati
(2015: 49) bahwa keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan
yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan masalah.
9
3.3 Aspek Keaslian (originality)
Pada aspek ini, siswa mampu menemukan cara tersendiri dalam menyelesaikan
masalah, terlihat dari jawaban yang diberikan saat mencari jawaban yang diberikan.
Saat menjawab soal, ketiga subjek mampu menggali kembali pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya untuk dikembangkan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
Aspek keaslian (originality) ini dapat ditunjukkan melaui jawaban siswa yang
baru dan unik, atau cara siswa yang tidak biasa digunakan oleh siswa yang lain.
Siswa dengan kemampuan berpikir original dapat memberikan jawaban yang tidak
diduga dan tidak terpikirkan oleh orang lain pada umumnya. Ciri aspek keaslian
(originality) yaitu mampu dalam pemecahan masalah tidak pernah terpikirkan oleh
orang lain, mampu untuk selalu bertanya cara-cara yang baru, mampu untuk
menemukan gagasan atau penyelesaian yang baru. Siswa dengan kemampuan
berpikir original biasanya memberikan jawaban-jawaban yang unik terhadap suatu
pertanyaan.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa S-1 dan S-2 yang dapat mencapai
aspek keaslian (originality) dalam menjawab permasalahan. Dalam aspek ini S-1
dapat mencapai aspek keaslian (originality) pada semua soal yang diberikan.
Sehingga dapat diketahui bahwa siswa yang dapat mencapai aspek keaslian
(originality) biasanya mempuanyai kemampuan berpikir kreatif yang lebiih. Dapat
dilihat penelitian S-1 mencapai kemampuan berpikir kreatif paling banyak
dibandingkan yang lainnya. Sedangkan S-2 dapat mencapai aspek keaslian
(originality) pada soal nomor 2 dan 5 dengan mengemukakan gagasannya.
Aspek yang paling mengukur kemampuan berpikir kreatif sebenarnya pada
aspek keaslian (originality). Hal ini menunjukkan bahwa subjek memenuhi aspek
keaslian (originality) karena menggunakan caranya sendiri dalam menjawab. Hal ini
sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ghufron & Risnawati (2016: 106)
mengatakan bahwa keaslian berpikir merupakan kemampuan untuk melahirkan ide-
ide yang baru. Baru dalam penelitian ini bukan berarti harus sesuatu yang benar-
benar baru, tetapi dapat berupa sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa menjawab soal telah mampu menemukan caranya sendiri tanpa
10
terikat dengan cara yang biasanta diajarkan guru dengan cara mengeksplorasi
pengetahuan yang dimilikinya. Dijelaskan bahwa hubungan antara aspek keaslian
(originality) dengan kemampuan berpikir kreatif sangat erat sehingga apabila siswa
sudah dapat mencapai aspek keaslian dimungkinkan sudah dapat mencapai tingkat
berpikir kreatif.
3.4 Aspek Terperinci (elaborasi)
Pada aspek ini, siswa menggunakan berbagai konsep matematika untuk
menyelesaikan masalah, bahwa ketiga subjek dapat menunjukkan hal tersebut
dengan memberikan cara yang sistematis dan kemudian diungkapkan melalui
perhitungan. Terperinci (elaborasi) berkaitan dengan kemampuan untuk
mengembangkan suatu gagasan secara jelas. Ciri bepikir elaborasi dapat dilihat dari
perilaku siswa berupa kemampuan mencari arti yang lebih mendalam terhadap
jawaban, menggunakan langkah-langkah dalam memecahkan masalah secara
terperinci, mengembangkan gagasan orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa berpikir
elaborasi merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-ide serta kemampuan
memerinci ide sampai hal yang sekecil-kecilnya.
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ghufron & Risnawati
(2016: 106) mengatakan bahwa elaborasi berpikir merupakan kemampuan untuk
memperkaya atau mengembangkan suatu gagasan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
aspek elaborasi ditunjukkan oleh kemampuan ketiga subjek dalam menciptakan suatu
hal menjadi bentuk baru yang koheren.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya serta mengacu pada
rumusan masalah dan tujuan penelitian maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
4.1 Kemampuan berpikir kreatif yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal
tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dapat mencapai empat kemampuan
berpikir kreatif yaitu kelancaran ditunjukkan oleh kemampuan menemukan
solusi masalah. Keluwesan ditunjukkan oleh kemampuan mengidentifikasi dua
kemungkinan penyelesaian dengan sudut pandang yang berbeda. Keaslian
11
ditunjukkan oleh kemampuan mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya,
dan elaborasi ditunjukkan oleh kemampuan menciptakan suatu hal menjadi
bentuk baru yang koheren.
4.2 Proses kemampuan berpikir kreatif yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dapat dilihat dari hasil pekerjaan
siswa dan hasil wawancara yang telah disusun secara rapi dalam bentuk teks
narasi.
DAFTAR PUSTAKA
Djauhari, R. A. 2015. Analisis Buku Siswa Matematika SMP Ruang Lingkup
Statistika dengan Kesesuaian Unsur – Unsur Karakteristik Berpikir Kreatif.
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY
2015.ISBN.978-602-73403-0-5. Diakses pada tanggal 25 September 2018, dari
http://seminar.uny.ac.id/semnasmatematika/sites/seminar.uny...semnasmatemat
ika/.../PM121.pdf.
Ghufron, M. N. & Risnawati, S. R. 2016. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Johnson, Elaine B. 2007. Contxtual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning
Center (MLC).
King, L. A. 2016. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
Mawaddah, NE., Kartono & Suyitno, H. 2015. Model Pembelajran Discovery
Learning dengan Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Metakognisi
dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Unnes Journal of Mathematics
Education Research, 4(1), ISSN: 2252-6455.
Munandar, U. 2014. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurlaela, L. & Ismayati, E. 2015. Startegi Belajar Berpikir Kreatif. Yogyakarta:
Ombak.
Nugroho, R. Arifin. 2018. HOTS (Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi: Konsep,
Pembelajaran, Penilaian, dan Soal-Soal). Jakarta: PT. Gramedia.
12
Runisah, Herman, T. & Dahlan, J. A. 2016. The Enhancement of Students’ Creative
Thinking Skills in Mathematics thrugh The 5E Learning Cycle with
Metacognitive Technique. International Journal of Education and Research,
Vol. 4, No. 7, ISSN: 2411-5681.
Sudarma, Momon. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kreatif. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Yusuf, A. M. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.