kemampuan berpikir kreatif siswa dalam …eprints.ums.ac.id/73781/11/naskah publikasi helda ayu...

16
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Srata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh : HELDA AYU BINTARI RAHMAWATI A410150114 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: trandiep

Post on 06-Aug-2019

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING

SKILL (HOTS)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Srata I pada

Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh :

HELDA AYU BINTARI RAHMAWATI

A410150114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

i

Page 3: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

ii

Page 4: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

iii

Page 5: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

1

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN

SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa

SMP Negeri 3 Teras Boyolali kelas VII dalam menyelesaikan soal tipe higher order

thinking skill pada materi aritmatika sosial. (2) mengetahui proses kemampuan

berpikir kreatif siswa SMP Negeri 3 Teras Boyolali kelas VII dalam menyelesaikan

soal tipe higher order thinking skill pada materi aritmatika sosial. Berdasarkan

pendekatannya penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Waktu penelitian pada

semester genap tahun ajaran 2018/2019. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII

B SMP Negeri 3 Teras Boyolali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kemampuan berpikir kreatif yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tipe

higher order thinking skill (HOTS) dapat mencapai empat aspek kemampuan

berpikir kreatif yaitu kelancaran (fluency) ditunjukkan oleh kemampuan menemukan

solusi masalah. Keluwesan (flexibility) ditunjukkan oleh kemampuan

mengidentifikasi dua kemungkinan penyelesaian dengan sudut pandang yang

berbeda. Keaslian (originality) ditunjukkan oleh kemampuan mengeksplorasi

pengetahuan yang dimilikinya, dan terperinci (elaborasi) ditunjukkan oleh

kemampuan menciptakan suatu hal menjadi bentuk baru yang koheren.

Kata Kunci: kemampuan berpikir kreatif, higher order thinking skill (HOTS),

aritmatika sosial.

Abstract

The aim of the research is to: (1) know the creative thinking skills of students of

SMP Negeri 3 Teras Boyolali VII grade in a matter of high-level thinking skills in

social arithmetic material.. (2) know the process of creative thinking skills of

students of SMP Negeri 3 Teras Boyolali VII grade in solving higher order type

thinking skills in social arithmetic material . The subjects of this study is students of

class VII B SMP Negeri 3 Teras Boyolali. The results of this study indicate that the

creative thinking ability undertaken by students in solving the problem of the type of

higher order thinking skills (HOTS) can reach four aspects that is fluency shown

by ability to find solution problem. Flexibility is demonstrated by the ability

to identify two possible solutions to problems with different point of view.

Originality is show by the ability to explore the knowledge it possessed, and the

elaboration is demonstrated by the ability to create a thing into a coherent

new form.

Keywords: creative thinking ability, higher order thinking skill (HOTS), social

arithmetic.

Page 6: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

2

1. PENDAHULUAN

Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dalam dunia pendidikan, karena

matematika digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Menurut

Susanto (2015: 185) matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi

dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan

dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika

merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai

dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Salah satu bidang kajian pendidikan

yang seringkali menjadi perhatian adalah matematika. Menurut Hamzah dan

Muhlisrarini (2014: 49-52) terdapat beberapa macam fungsi matematika yaitu

sebagai suatu struktur, kumpulan sistem, sebagai sistem deduktif, ratunya ilmu dan

pelayan ilmu. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan

penting dalam pendidikan.

Menurut Sudarma (2013: 232) merumuskan makna kreatif itu secara sederhana

saja, yaitu kemampuan menemukan cara yang berbeda. Oran disebut kreatif, karena

dia mampu menemukan cara yang berbeda dari orang lain, sehingga melahirkan

produk yang berbeda. Berpikir merupakan suatu aktivitas mental yang sedang terjadi

dalam memikirkan suatu hal. Menurut King (2016: 324) secara formal, berpikir

melibatkan proses penggunaan informasi secara mental dengan cara membentuk

konsep, memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan memperlihatkannya

dalam cara yang kritis atau kreatif. Namun kenyataannya, kemampuan berpikir siswa

terbatasi oleh contoh-contoh soal yang diberikan oleh guru. Siswa lebih cenderung

senang belajar dengan tipe soal yang hampir sama dengan contoh dan jarang

menggunakan tipe soal yang berbeda dengan contoh, siswa mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan soal. Saat siswa merasa tidak mampu menyelesaikan soal,

mereka cenderung mengandalkan apa yang dicontohkan guru. Akibatnya, kurang

berkembangnya kemampuan kreativitas siswa.

Berpikir kreatif dan kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah

secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi,

merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal.. Menurut Johnson

Page 7: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

3

(2007: 183) berpikir kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan

pemahaman-pemahaman baru.

Kreativitas atau berpikir kreatif sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah

yang tidak terduga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpikir kreatif diharapkan

siswa mampu menyelesaikan masalah atau soal dengan berbagai ide atau gagasan

yang luas. Munandar (2014: 192) menyebutkan bahwa siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kreatif memenuhi keterampilan berpikir lancar, berpikir luwes

(fleksibel), berpikir orisinal, dan berpikir terperinci (elaborasi).

Menurut Arifin Nugroho (2018: 20) mengatakan bahwa HOTS merupakan

suatu keterampilan dalam mengolah dan menggabungkan informasi berupa fakta

maupun gagasan-gagasan yang dapat diperoleh denan cara memahami,

menghubungkan, mengkategorikan, dan mengevaluasinya. Terdapat beberapa

indikator bahwa suatu soal dikatakan HOTS yaitu soal tersebut mengukur level

kognitif penalaran (menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) siswa, masalah yang

diberikan cenderung kompleks sehingga memiliki kemungkinan lebih dari satu

solusi, informasi dan ide pada soal menggunakan stimulus yang kontekstual menarik

dan inovatif sehingga mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.

Dalam perkembangannya taksonomi tujuan pendidikan yang disusun oleh

Bloom dalam Djauhari (2015: 848) mengalami revisi oleh Andreson dan Krathwohl

yang mengklasifikasikan proses kognitif menjadi enam kategori, yaitu mengingat

(remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisi

(analysing), mengevaluasi (evaluating), dan menciptakan (creating). Menurut

Djauhari (2015: 849) taksonomi dalam ranah kognitif dalam pendidikan digunakan

untuk menentukan tingkat kemampuan soal serta mengidentifikasikan kemampuan

siswa mulai tingkat yang rendah hingga tingkat yang tinggi. Tingkatan remembering,

understanding, dan applying dikategorikan dalam recalling dan processing yaitu

Lowr Order Thinking Skill (LOTS), sedangkan analyzing, evaluating, creating

dikategorikan dalam creative thinking yaitu Higher Order Thinking Skill (HOTS).

Salah satu soal dianggap memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah soal

uraian atau sering disebut dengan soal cerita. Soal cerita disajikan untuk materi

aritmatika sosial. Aritmatika sosial berkaitan dengan harga jual, harga beli, untung,

Page 8: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

4

dan rugi. Soal yang disajikan pada materi aritmatika sosial pada umumnya soal

narasi atau soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Tujuan penelitian ini ada dua. 1) mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa

SMP Negeri 3 Teras Boyolali kelas VII dalam menyelesaikan soal tipe higher order

thinking skill pada materi aritmatika sosial 2) mengetahui proses kemampuan

berpikir kreatif siswa SMP Negeri 3 Teras Boyolali kelas VII dalam menyelesaikan

soal tipe higher order thinking skill pada materi aritmatika sosial.

2. METODE

Penelitian ini berdasarkan pendekatannya merupakan penelitian kualitatif. Waktu

penelitian semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini dilaksanakan di

SMP Negeri 3 Teras Boyolali pada kelas VII B. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) tes, yang digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal matematika tipe HOTS

pada pokok bahasan aritmatika sosial (2) wawancara, yang digunakan untuk

menggali informasi siswa lebih lanjut berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif

siswa (3) dokumentasi, yang digunakan untuk mendapatkan data siswa, hasil

pekerjaan siswa, serta foto-foto proses penelitian. Metode penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa dalam

menyelesaikan soal HOTS pada pokok bahasan aritmatika sosial. Jenis penelitian

yang digunakan adalah fenomenologi. Menurut Yusuf (2014: 350) mengemukakan

bahwa fenomenologi adalah ilmu tentang gejala atau hal-hal apa saja yang tampak.

Dalam konteks penelitian kualitatif, penelitian fenomenologi selalu difokuskan pada

menggali, memahami, dan menafsirkan arti fenomena, peristiwa, dan hubungannya

dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu.

Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi sumber dengan

mewawancarai siswa dan membandingkan data hasil tes dengan hasil wawancara.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik data analisis data kualitatif. Teknik

analisis data dilakukan secara interaktif. Menuru Sugiyono (2018: 337). Langkah-

langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu reduksi data (data reduction),

Page 9: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

5

penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion

drawing/verification).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Teras Boyolali tahun

ajaran 2018/2019. Beralamatkan Jl. Tawangsari, Teras, Boyolali. Deskripsi

pelaksanaan penelitian ini diawali dengan memberikan surat izin penelitian (riset)

kepada kepala sekolah SMP Negeri 3 Teras Boyolali pada tanggal 10 November

2018 dengan maksud untuk mendapatkan izin penelitian. Setelah mendapatkan izin

penelitian, peneliti bertemu dan menyerahkan lembar validasi tes kepada 3 validator

instrumen yaitu dosen Program Studi Pendidikan Matematika UMS dan 2 guru mata

pelajaran matematika di SMP Negeri 3 Teras Boyolali. Melalui lembar validasi tes

dapat diketahui apakah instrumen soal tersebut valid untuk dikerjakan siswa.

Dalam pelaksanaan pengambilan data di lapangan, disini peneliti memberikan

instrumen soal tersebut di kelas VII B kepada 27 siswa sebagai bakal calon subjek

untuk mengerjakan instrumen soal. Pada tanggal 19 Februari 2019, peneliti

memberikan instrumen soal tersebut kepada 27 siswa Namun pada tanggal 26

Februari 2019, di dalam kelas terdapat 27 siswa yang terpilih untuk diambil datanya

dengan pertimbangan hasil tes dan wawancara. Dalam penelitian, peneliti memilih 3

siswa yang akan dijadikan subjek wawancara. Siswa terpilih berdasarkan

kemampuan berpikir kreatif pada kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun siswa

yang mengikuti wawancara diberikan inisial yaitu S-1, S-2, dan S-3. Berikut daftar

subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Daftar Inisial Subjek Penelitian

Nama Subjek

Nandita Pawestri Kurniantono S-1 (subjek satu)

Satria Yoga Aditama S-2 (subjek dua)

Ahmad Fauzi S-3 (subjek tiga)

Page 10: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

6

Menurut Munandar (2014: 192) menyebutkan bahwa siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kreatif memenuhi keterampilan berpikir lancar, berpikir luwes

(fleksibel), berpikir orisinal, dan berpikir terperinci (elaborasi). Dimana berpikir

kreatif dapat memiliki arti menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan,

arus pemikiran lancar, menghasilkan gagasan yang beragam, arah pemikiran yang

berbeda, memberikan jawaban yang tidak lazim, dan mengembangkan, menambah,

memperkaya, dan memperluas suatu gagasan. Karena itu, untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir kreatif siswa diperlukan kriteria soal yang mencakup taksonomi

tujuan pendidikan dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif seharusnya

dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Dengan berpikir kreatif, seseorang

dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai tinggi di masyarakat. Tanpa berpikir

kreatif siswa hanya akan bekerja pada sebuah kognitif yang sempit. Berpikir beda

pada pembelajaran matematika bukan hanya sekedar cara untuk melibatkan

kreativitas atau ekspresi pada diri siswa, melainkan membangun siswa untuk berpikir

lebih fleksibel.

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan Runisah, Herman & Dahlan (2016)

yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir

tingkat tinggi. Cendekiawan itu menjelaskan tentang kemampuan berpikir kreatif

dengan cara yang berbeda, tetapi mengandung konsep serupa yaitu generasi sesuatu

atau ide yang memiliki nilai kebaruan. Berpikir kreatif adalah cara berpikir yang

mengarahkan kepada generasi ide-ide atau pandangan baru atau cara baru dalam

memecahkan masalah. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mawaddah, Kartono &

Suyitno (2015) yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa mencapai ketuntasan baik secara individu maupun klasikal. Kemampuan

berpikir kreatif matematiskelas model discovery learning dengan pendekatan

metakognitif lebih baik dari kelas ekspositori, adanya pengaruh positif metakognisi

dan keterampilan proses terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada ketiga subjek dengan

kategori memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara umum sudah memenuhi

empat aspek kemampuan berpikir kreatif, sehingga ketiga subjek memenuhi aspek

kemampuan berpikir kreatif walaupun tiap subjek ada yang memiliki kesamaan

Page 11: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

7

dalam menyelesaikan soal HOTS berdasarkan hasil pekerjaan dan hasil wawancara

yang telah dilakukan. Adapun pembahasan dari temuan-temuan penelitian adalah

sebagai berikut.

3.1 Aspek Kelancaran (fluency)

Pada aspek ini, siswa dapat memberikan ide yang beragam, dibuktikan dalam

menjawab soal sama-sama memberikan cara penyelesaian yang berbeda tetapi

memunculkan substansi yang sama dalam menjawab. Dalam menulis jawabannya

dari ketiga subjek tersebut tidak melengkapi diketahui, ditanya dan jawab dalam

proses penulisan di lembar jawab masing-masing subjek.

Pada penelitian ini subjek lebih kreatif akan memiliki kelancaran (fluency)

yang lebih serta pemikirannya lebih mudah dalam menjawab. Sebagian besar ide yng

mereka miliki diperoleh saat pembelajaran dikelas. Misalnya konsep dalam

mengetahui harga jual, harga beli, diskon, tabungan dan bunga dengan soal yang

sering diberikan guru untuk memperoleh hasil yang setara. Kelancaran (fluency)

tercermin dalam perilaku seperti mengajukan pertanyaan, menjawab dengan

sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu

masalah, lancar dalam mengemukakan gagasan, bekerja lebih cepat dan melakukan

lebih banyak dari orang lain, dan dapat dengan cepat melihat kesalahan dan

kekurangan pada suatu obyek tertentu.

Berdasarkan data tertulis dan wawancara dari ketiga siswa kebanyakan mereka

hanya mampu mencapai aspek kelancaran (fluency) di setiap soal. Dalam menulis

jawabannya dari ketiga subjek tersebut tidak melengkapi diketahui, ditanya dan

jawab dalam proses penulisan di lembar jawab masing-masing subjek. Akan tetapi

ketiga subjek menjelaskan keterangan tersebut saat dilakukan wawancara jadi untuk

menutupi kekurangan mereka dalam penulisan di lembar jawab. Hal tersebut

menujukkan bahwa ketiga subjek lancar dalam menjawab soal karena mampu

mengungkapkan kemungkinan solusi yang diperlukan untuk menjawab masalah yang

sama. Seperti yang diungkapkan oleh Gufron & Risnawati (2016: 106) yang

menyatakan bahwa kelancaran berpikir merupakan kemampuan untuk mencetuskan

banyak gagasan, jawaban, atau penyelesaian masalah, memberikan banyak cara dan

selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Sehingga dapat diketahui bahwa aspek

Page 12: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

8

kelancaran ditunjukkan oleh kemampuan ketiga subjek dalam menemukan solusi

masalah dalam menjawab.

3.2 Aspek Keluwesan (flexibility)

Pada aspek ini, siswa mampu memberikan cara yang berbeda untuk menyelesaikan

masalah. Keluwesan (flexibility) tercermin dalam perilaku siswa berupa kemampuan

untuk memberikan berbagai macam penafsiran. Apabila diberikan suatu

permasalahan dalam matematika kemudian diminta untuk memecahkan dari

permasalahan tersebut, biasanya akan memikirkan berbagai cara yang berbeda untuk

memecahkannya.

Berdasarkan temuan peneliti dapat diketahui bahwa aspek keluwesan

(flexibility) dapat dicapai oleh beberpa siswa. Aspek keluwesan (flexibility)

ditunjukkan dengan menjelaskan cara lain dengan pendekatan yang sama atau cara

lain yang bisa digunakan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa S-1 dan S-2 yang dapat mecapai aspek

keluwesan (flexibility) dalam memecahkan permasalahan. Dalam aspek ini S-1 dapat

mencapai aspek keluwesan (flexibility) pada soal nomor 2 dengan memiliki

kemungkinan penyelesaian lain dalam proses menyelesaikan soal nomor 2.

Sedangkan S-2 dapat mencapai aspek keluwesan (flexibility) pada soal nomor 1 dan

3 dengan mengemukakan berbagai cara yang berbeda. Sesuai menurut Munandar

(2014: 192) menyebutkan bahwa keluwesan (flexibility) berkaitan dengan

menggunkan beragam strategi. Ciri keluwesan berpikir tercermin dalam perilaku

siswa berupa kemampuan untuk memberikan berbagai macam penafsiran. Apabila

diberikan suatu permasalahan dalam matematika kemudian diminta untuk

memecahkan dari permasalahan tersebut, biasanya akan memikirkan berbagai cara

yang berbeda untuk memecahkannya.

Sehingga dari uraian diatas membuktikan bahwa beberapa subjek tersebut telah

menunjukkan aspek keluwesan karena mampu mengidentifikasikan hasil

pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Nurlela & Ismayati

(2015: 49) bahwa keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan

yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan masalah.

Page 13: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

9

3.3 Aspek Keaslian (originality)

Pada aspek ini, siswa mampu menemukan cara tersendiri dalam menyelesaikan

masalah, terlihat dari jawaban yang diberikan saat mencari jawaban yang diberikan.

Saat menjawab soal, ketiga subjek mampu menggali kembali pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya untuk dikembangkan dalam menyelesaikan suatu

permasalahan.

Aspek keaslian (originality) ini dapat ditunjukkan melaui jawaban siswa yang

baru dan unik, atau cara siswa yang tidak biasa digunakan oleh siswa yang lain.

Siswa dengan kemampuan berpikir original dapat memberikan jawaban yang tidak

diduga dan tidak terpikirkan oleh orang lain pada umumnya. Ciri aspek keaslian

(originality) yaitu mampu dalam pemecahan masalah tidak pernah terpikirkan oleh

orang lain, mampu untuk selalu bertanya cara-cara yang baru, mampu untuk

menemukan gagasan atau penyelesaian yang baru. Siswa dengan kemampuan

berpikir original biasanya memberikan jawaban-jawaban yang unik terhadap suatu

pertanyaan.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa S-1 dan S-2 yang dapat mencapai

aspek keaslian (originality) dalam menjawab permasalahan. Dalam aspek ini S-1

dapat mencapai aspek keaslian (originality) pada semua soal yang diberikan.

Sehingga dapat diketahui bahwa siswa yang dapat mencapai aspek keaslian

(originality) biasanya mempuanyai kemampuan berpikir kreatif yang lebiih. Dapat

dilihat penelitian S-1 mencapai kemampuan berpikir kreatif paling banyak

dibandingkan yang lainnya. Sedangkan S-2 dapat mencapai aspek keaslian

(originality) pada soal nomor 2 dan 5 dengan mengemukakan gagasannya.

Aspek yang paling mengukur kemampuan berpikir kreatif sebenarnya pada

aspek keaslian (originality). Hal ini menunjukkan bahwa subjek memenuhi aspek

keaslian (originality) karena menggunakan caranya sendiri dalam menjawab. Hal ini

sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ghufron & Risnawati (2016: 106)

mengatakan bahwa keaslian berpikir merupakan kemampuan untuk melahirkan ide-

ide yang baru. Baru dalam penelitian ini bukan berarti harus sesuatu yang benar-

benar baru, tetapi dapat berupa sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Sehingga dapat

dikatakan bahwa menjawab soal telah mampu menemukan caranya sendiri tanpa

Page 14: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

10

terikat dengan cara yang biasanta diajarkan guru dengan cara mengeksplorasi

pengetahuan yang dimilikinya. Dijelaskan bahwa hubungan antara aspek keaslian

(originality) dengan kemampuan berpikir kreatif sangat erat sehingga apabila siswa

sudah dapat mencapai aspek keaslian dimungkinkan sudah dapat mencapai tingkat

berpikir kreatif.

3.4 Aspek Terperinci (elaborasi)

Pada aspek ini, siswa menggunakan berbagai konsep matematika untuk

menyelesaikan masalah, bahwa ketiga subjek dapat menunjukkan hal tersebut

dengan memberikan cara yang sistematis dan kemudian diungkapkan melalui

perhitungan. Terperinci (elaborasi) berkaitan dengan kemampuan untuk

mengembangkan suatu gagasan secara jelas. Ciri bepikir elaborasi dapat dilihat dari

perilaku siswa berupa kemampuan mencari arti yang lebih mendalam terhadap

jawaban, menggunakan langkah-langkah dalam memecahkan masalah secara

terperinci, mengembangkan gagasan orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa berpikir

elaborasi merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-ide serta kemampuan

memerinci ide sampai hal yang sekecil-kecilnya.

Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ghufron & Risnawati

(2016: 106) mengatakan bahwa elaborasi berpikir merupakan kemampuan untuk

memperkaya atau mengembangkan suatu gagasan. Sehingga dapat dikatakan bahwa

aspek elaborasi ditunjukkan oleh kemampuan ketiga subjek dalam menciptakan suatu

hal menjadi bentuk baru yang koheren.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya serta mengacu pada

rumusan masalah dan tujuan penelitian maka peneliti dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

4.1 Kemampuan berpikir kreatif yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal

tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dapat mencapai empat kemampuan

berpikir kreatif yaitu kelancaran ditunjukkan oleh kemampuan menemukan

solusi masalah. Keluwesan ditunjukkan oleh kemampuan mengidentifikasi dua

kemungkinan penyelesaian dengan sudut pandang yang berbeda. Keaslian

Page 15: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

11

ditunjukkan oleh kemampuan mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya,

dan elaborasi ditunjukkan oleh kemampuan menciptakan suatu hal menjadi

bentuk baru yang koheren.

4.2 Proses kemampuan berpikir kreatif yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan

soal tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dapat dilihat dari hasil pekerjaan

siswa dan hasil wawancara yang telah disusun secara rapi dalam bentuk teks

narasi.

DAFTAR PUSTAKA

Djauhari, R. A. 2015. Analisis Buku Siswa Matematika SMP Ruang Lingkup

Statistika dengan Kesesuaian Unsur – Unsur Karakteristik Berpikir Kreatif.

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY

2015.ISBN.978-602-73403-0-5. Diakses pada tanggal 25 September 2018, dari

http://seminar.uny.ac.id/semnasmatematika/sites/seminar.uny...semnasmatemat

ika/.../PM121.pdf.

Ghufron, M. N. & Risnawati, S. R. 2016. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Johnson, Elaine B. 2007. Contxtual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning

Center (MLC).

King, L. A. 2016. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba

Humanika.

Mawaddah, NE., Kartono & Suyitno, H. 2015. Model Pembelajran Discovery

Learning dengan Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Metakognisi

dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Unnes Journal of Mathematics

Education Research, 4(1), ISSN: 2252-6455.

Munandar, U. 2014. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nurlaela, L. & Ismayati, E. 2015. Startegi Belajar Berpikir Kreatif. Yogyakarta:

Ombak.

Nugroho, R. Arifin. 2018. HOTS (Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi: Konsep,

Pembelajaran, Penilaian, dan Soal-Soal). Jakarta: PT. Gramedia.

Page 16: KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM …eprints.ums.ac.id/73781/11/NASKAH PUBLIKASI helda ayu r.pdf · UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019. i . ii . iii . 1 KEMAMPUAN BERPIKIR

12

Runisah, Herman, T. & Dahlan, J. A. 2016. The Enhancement of Students’ Creative

Thinking Skills in Mathematics thrugh The 5E Learning Cycle with

Metacognitive Technique. International Journal of Education and Research,

Vol. 4, No. 7, ISSN: 2411-5681.

Sudarma, Momon. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kreatif. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Yusuf, A. M. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.