kelompok strategis perusahaan pelayaran - riza
TRANSCRIPT
KAJIAN TERHADAP PERBEDAAN PENDAPATAN HASIL USAHA PADA
KELOMPOK STRATEGIS PERUSAHAAN PELAYARAN KONTAINER
INTERNASIONAL
Oleh : Riza Syafrizal Citasuara
PENDAHULUAN
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya pelayaran kontainer internasional
berusaha menghasilkan laba yang maksimal. Laba merupakan syarat untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan. Menghasilkan laba merupakan syarat mutlak karena adanya
investasi yang telah ditanamkan dalam usaha. Besarnya laba bukan hanya sekedar hitungan
atas besaran Net Income semata dimana hitungan akhir haruslah menunjukkan bahwa
penerimaan dari hasil penjualan harus lebih besar dari totalitas biaya yang sudah dikeluarkan
untuk operasi/ produksi. Disisi lain memuaskan stake holder juga merupakan rangkaian
kewajiban yang harus dipenuhi. Hal itu disebabkan karena stake holder setiap saat bisa
menarik modalnya bila kinerja usaha tidak memuaskannya . Besarannya bisa diketahui
melalui perhitungan ROE ( Return on Equity ) ratio.
Untuk menghasilkan laba pelayaran haruslah memiliki strategi untuk menghadapi
persaingan. Upaya-upaya strategis yang dituangkan dalam bentuk kelompok-kelompok
aktivitas selanjutnya disebut dengan dimensi strategis. Penerapan dimensi strategis yang
serupa oleh sekelompok perusahaan dalam suatu industri disebut dengan kelompok strategis.
Pemilihan dimensi-dimensi strategis tentunya disesuaikan dengan jenis industri terkait. Oleh
karenanya bisa dianggap keputusan yang diambil oleh kelompok strategis walaupun bukan
berdasarkan konsensus pastilah sudah merupakan pertimbangan yang matang oleh
manajemen perusahaan ataupun atas dasar saran perusahaan konsultan internasional. Namun
ternyata out put ( berupa market share, net Income dan return on investment ) yang
dihasilkan tidaklah serupa, dengan kata lain tingginya laba pada masing-masing kelompok
strategis tidaklah sama/ berbeda. Secara logis semustinya dengan fokus yang sama maka out
put yang dihasilkan seharusnyaa sama. Perbedaan tersebutlah yang menjadi permasalahan
dalam laporan hasil penelitian ini.
1
Pembahasan data hasil penelitian ini adalah untuk membahas lebih lanjut tulisan pada
Jurnal Manajemen Transportasi Vol. VI No. 2 dengan judul “ Dimensi-dimensi Strategis
Industri Pelayaran Kontainer Internasional ”. Tulisan sebelumnya bertujuan untuk melihat
dimensi-dimensi strategis yang digunakan pelayaran internasional dalam menerapkan
strategi bersaing. Kelompok strategis yang menjadi pengamatan penulis, antara lain,
APL ( AMPL), Evergreen ( EVER ), Hanjin ( HJSC ), Maersk ( MLSL ), NYK ( NYKL )
OOCL, OSKL, P&O ( PONL ). Ke delapan perusahaan pelayaran tersebut bisa dikatakan
sebagai kelompok strategis karena menerapkan dimensi-dimensi strategis yang sama. Data
yang di evaluasi ini adalah hasil penelitian Kuartal 2 Tahun 200X
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi secara komprehensif berkaitan dengan
out put hasil penerapan dimensi-dimensi strategis dari industri pelayaran kontainer
internasional. Hal ini perlu menjadi pengamatan karena walaupun dimensi-dimensi strategis
yang dipilih relatif sama namun hasil akhirnya ternyata berbeda. Hasil akhir yang
dimaksudkan dapat dilihat dari penguasaan Market Share, Net Income dan Return On Equity
( ROE ). Sehingga melalui hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pemikiran bagi
pemberdayaan pelayaran nasional dalam menerapkan strategi bersaing.
Ruang lingkup penulisan ini adalah pada hasil penelitian yang berkaitan dengan dimensi-
dimensi strategi yang diterapkan sebagai fokus persaingan diantara pelayaran kontainer
internasional. Pelayaran yang dimaksud antara lain, APL, Evergreen, Hanjin, Maersk, NYK,
OOCL, OSKL, P&O. Efektifitas dari penerapan dimensi-dimensi Strategis bisa dilihat dari
out putnya, berupa penguasaan Market Share, Net Income dan Return on Equity ( ROE ).
Metodologi dasar yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan cara, pertama
terlebih dahulu mengantisipasi hasil implementasi dari 4 dimensi strategis yang diandalkan,
berupa data statistik baik kuantitatfi maupun kualitatif. Asumsi yang ada adalah dengan
penerapan dimensi yang sama tentunya hasilnya ( out put ) haruslah tidak jauh berbeda.
Kedua, menganalisis nilai out putnya dalam bentuk penguasaan pasar ( Market Share ) yang
realitas akhirnya berupa Net Income dan Return on Investment. Ketiga, berupa rekapitulasi
akhir yang sifatnya menganalisis hubungan-hubungan dari dimensi strategis yang ada.
2
Rizasyafrizalc,SE,MM
PEMBAHASAN
Di dalam menghadapi persaingan perusahaan pelayaran haruslah fokus kepada hal-hal
tertentu. Hal-hal tertentu tersebut selanjutnya dikelompokkan dan kemudian kelompok-
kelompok kegiatan disebut dengan dimensi-dimensi strategis. Untuk menyatukan
pemahaman tentang apa yang sedang dibahas ditulisan ini dengan pembahasan di jurnal
sebelumnya maka penulis perlu mencantumkan kembali tiga belas jenis dimensi strategis
suatu perusahaan menurut Porter :
• Spesialisasi
• Identifikasi merek
• Dorong versus tarik
• Seleksi saluran
• Mutu produk
• Kepeloporan teknologis
• Integrasi vertikal
• Posisi biaya
• Pelayanan
• Kebijaksanaan harga
• Daya kekuatan ( leverage ) jumlah kekuatan finansial dan daya operasi yang dimiliki;
• Hubungannya dengan perusahaan induk
• Hubungan dengan pemerintahan sendiri dan asing
( Porter 2005 : 113 )
Bagi pembaca yang memerlukan rincian penjelasan dari masing-masing dimensi bisa
melihat pada penjelasan penulis di Jurnal Manajemen Transportasi. Dari ketiga belas dimensi
menurut Porter diatas, penulis melihat bahwa ada 4 dimensi strategis yang terkait dengan
dimensi yang digunakan oleh APL, Evergreen, Hanjin, Maersk, NYK, OOCL, OSKL, P&O
sebagai kelompok strategis yang dimaksud. Keempat dimensi tersebut adalah sebagai
berikut.
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 3
Empat Dimensi Strategis pada Kelompok Strategis Pelayaran Kontainer Internasional
1. Perspektif Pelayanan
Berikut ini adalah kualifikasi tingkat pengelolaan e-commerce yang merupakan
perspektif pelayanan sebagai daya saing yang tingkat intensitas penggunaannya berbeda-
beda pada ke -6 perusahaan pelayaran diatas, yaitu meliputi :
a. Tingkat Pengalaman Pengelolaan Produk E-Commerce.
b. Inovasi Produk E-Commerce.
c. E-commerce berdasarkan Kompetensi Inti.
d. Fasilitasi booking lengkap, Instruksi BL & Pencetakan BL
e. Keanggotaan Portal ( GT Nexus,INTTRA, CargoSmart )
f. Menjadi Customer EDI.
Teknologi informasi sangat penting diterapkan oleh industri jasa untuk memenuhi
tuntutan customer yang ingin serba cepat dan praktis. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan
teknologi informasi mutlak dan tidak bisa ditangguhkan bagi industri jasa. Pelayaran juga
merupakan bagian dari industri jasa, sehingga penggunaan teknologi informasi mutlak
digunakan untuk menghasilkan jasa yang berkualitas. Dengan teknologi informasi maka
permintaan informasi yang diperlukan dapat segera dipenuhi dengan cara yang mudah
( praktis ).
Permintaan informasi bagi pengirim dan penerima barang merupakan salah satu
kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya oleh perusahaan pelayaran. Pengirim barang
( shipper ) dan penerima barang ( consignee ) selalu ingin mengetahui posisi dari barang
kiriman dari waktu ke waktu. Pelayaran ( carrier ) sebagai pengangkut juga ingin mengetahui
keberadaan barang berkaitan jumlah dan jenis barang, nomor kontainer, nama kapal dan
posisi stowage diatas kapal, nomor b/l, dan sebagainya sebagai bentuk tanggung jawab
terhadap pemilik barang. Shipper/ Consignee juga tidak perlu bolak balik antara perusahaan
pelayaran dan bea cukai karena apapun data yang dibutuhkan berkaitan urusan dengan bea
cukai sudah tersedia di jaringan komputer seperti EDI ( electronic data interchange ) ataupun
Portal lainnya. Begitu juga penjelasan mengenai jadwal keberangkatan dan ketibaan kapal .
Oleh karenanya perusahaan-pelayaran kontainer internasional selalu mengikuti dan
menerapkan teknologi informasi yang paling mutakhir.
4
Tabel 1
- Perspektif Pelayanan diantara Kelompok Strategis -
( Daya saing E-Commerce )
Perusahaan Pelayaran
Tingkat Pengalaman Pengelolaan
Poduk
Inovasi Produk
e-commerce berdasarkan
kompetensi inti
Menawarkan kelengkapan proses
booking, instruksi B/L hingga Pencetakan B/L
Keanggotaan Portal
Pelanggan EDI
APL High Yes Yes Yes GT Nexus Yes
China Shipping Low No No No No TBD
CMA Low No No No INTTRA TBD
COSCO Low No No No CargoSmart TBD
CP Ships Medium No No Yes GT Nexus Yes
Evergreen Medium No No No No Yes
Hanjin Medium No Yes Yes, Sea Waybill Only GT Nexus Yes
MaerskSealand High Yes Yes Yes INTTRA Yes
MOL Medium No No Yes GT Nexus Yes
MSC Low No No No INTTRA TBD
NYK Medium No Yes Yes INTTRA & GT
Nexus Yes
OOCL High Yes Yes Yes CargoSmart Yes
PONL High Yes Yes Yes INTTRA Yes
Dari tabel 1 di atas terlihat bahwa tingkat pengalaman pengelolaan produk ( level of
product sophistication ) tidak berhubungan langsung dengan keanggotaan pada portal
tertentu ( portal membership ). Namun tingkat pengalaman pengelolaan produk jelas
berkaitan erat dengan inovasi produk ( product innovator ) yang dihasilkan. Pengalaman
pengelolaan produk pada tingkatan sedang dan rendah tidak menghasilkan inovasi produk.
Pengalaman pengelolaan produk menghasilkan konsentrasi pada kompetensi inti pelayaran
kontainer internasional hal itu dapat dilihat dari 6 pemanfaat e-commerce untuk core
competencies 4 diantaranya memiliki nilai tinggi ( high ) dan 2 memiliki nilai menengah
( medium ) dalam hal tingkat pengalaman pengelolaan produk, yaitu APL, Hanjin, Maersk
Sealand, NYK, OOCL dan P&O.
5
Rizasyafrizalc,SE,MM
Tingkat pengalaman pengelolaan produk juga menghasilkan kemampuan dalam hal
pelayanan booking komprehensif hingga instruksi pembuatan B/L dan pencetakannya.
Kelihatannya tingkat pengalaman pada level menengahpun sebenarnya juga bisa
menawarkan pelayanan serupa. Perlu diketahui bahwa kecepatan menerbitkan B/L tanpa
masalah apapun merupakan fokus utama dan umum yang diharapkan customer dari
perusahaan pelayaran. Penerbitan B/L yang cepat merupakan benefit buat customer karena
customer bisa menggunakan B/L untuk segera mencairkan L/C yang ada di bank. Salah satu
manfaat kecepatan menerima uang adalah untuk menutup pembelian bahan baku atau bahan
mentah bagi proses produksi lanjutan.
Berkaitan dengan portal ( portal membership ) ada indikasi portal tertentu berpengaruh
langsung pada kompetensi inti. Dari 12 perusahaan pelayaran yang menggunakan
e-commerce berdasarkan kompetensi inti hanya 6 ( 50 % dari total responden ) saja,
3 menggunakan portal GT Nexus, 3 perusahaan pelayaran menggunakan portal INTTRA, dan
1 perusahaan pelayaran menggunakan CargoSmart. Perusahaan pelayaran NYK
menggunakan INTTRA dan juga GT Nexus. Evergreen kelihatannya menggunakan sistem
informasi khusus milik internalnya kalau dilihat dari tabel 2.
2. Perspektif Spesialisasi :
a. Tingkat Kepercayaan Customer
b. Kepedulian kepada Customer
c. Jaminan jaringan kerja dan jaminan ukuran kapal
d. Kehandalan operasi logistik
e. Kapasitas Kepeloporan
f. Efektifitas Biaya
g. Innovasi
h. Terobosan dalam teknologi informasi
i. Pertumbuhan Bisnis Customer
Untuk bisa dipercaya perusahaan pelayaran haruslah memiliki tingkat kepedulian
untuk masa yang lama. Perusahaan pelayaran bisa membangun imej positif di mata customer
dengan cara menyelesaikan permasalahan-permasalahan pelayanan yang terjadi serta
memberikan pelayanan yang maksimal secara konsisten secara terus menerus. Kepercayaan
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 6
Rizasyafrizalc,SE,MM
customer tidak datang dari penjelasan kata-kata tetapi diperlukan bukti konkrit dalam bentuk
pelayanan yang baik dan konsisten dan kadangkala membutuhkan pengorbanan. Sayangnya
pada tabel 2 tingkat kepercayaan kepada customer tidak terukur. Hal ini mungkin disebabkan
karena customer menganggap semua pelayaran kontainer internasional yang pada umumnya
perusahaan besar sudah pasti dapat dipercaya, sehingga tidak ada kelebihan antara satu
pelayaran dengan pelayaran lainnya. Begitu juga dengan data kepedulian pada customer.
Untuk mendapatkan pengukuran yang paling efektif perlu dilihat dari repons dan tindakan
pelayaran bila terjadi masalah. Hasil pengukuran hanya terlihat di Maersk Line.
Jaminan Jaringan Kerja seringkali diperlukan dalam operasional sehari-hari karena
banyak hal yang tidak dapat diprediksi secara pasti. Sebagai contoh adalah aktivitas APL
( American President Line ) di Jakarta. Kontainer untuk ekspor terlambat sehingga tidak
dapat masuk pelabuhan Tanjung Priok ( port of Tanjung Priok). Ketentuan pelabuhan adalah,
kontainer yang akan diberangkatkan harus sudah masuk ke area pelabuhan 9 jam sebelum
kapal tiba. Kontainer terlambat tiba bisa dikarenakan hambatan di gudang pabrik misalnya
pada saat stuffing terjadi demo buruh. Sebab lainnya adalah kemacetan lalu lintas yang
menghambat kedatangan truk pembawa kontainer dari pabrik di luar kota ( Cikarang dan
Tangerang ) ke pelabuhan Tanjung Priok. Dalam situasi seperti ini hubungan erat antara APL
dengan pihak otoritas pelabuhan bisa sebagai bentuk jaminan jaringan kerja sehingga
kontainer yang terlambat bisa diberi izin khusus untuk masuk pelabuhan dan langsung
diturunkan di dermaga agar bisa loading langsung ke atas kapal. Contoh lain keterlambatan
adalah kontainer tidak terangkut karena kapal sudah berangkat, sedangkan ketentuan L/C
mensyaratkan barang harus berangkat dalam minggu itu juga, tidak bisa ditunda-tunda.
Dalam situasi ini kembali jaringan kerja yang telah dibangun oleh unit operasi pelayaran
sebagai ujung tombak pelayanan kembali diperlukan. Unit operasi pelayaran APL bisa
mengusahakan barang tetap berangkat tepat waktu dengan cara mengusahakan eksternal
feeder, baik feeder umum maupun feeder dari perusahaan pelayaran lainnya. Semua jaringan
kerja yang ada di kerahkan agar kontainer tersebut bisa di muat ke atas mother vessel yang
sama yang sedang sandar di Singapur. Lebih lanjut dapat dijelaskan perkembangan
pengoperasian feeder. Pada mulanya feeder di operasikan sendiri, lalu dioperasikan oleh
agen, perkembangan yang lebih lanjut adalah pengoperasian kapal feeder bersama, dan
perkembangan pengoperasian feeder yang paling mutakhir adalah dengan cara operasi aliansi
global dengan menggunakan kapal extra large. Tujuan utama perkembangan ini jelas
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 7
Rizasyafrizalc,SE,MM
penghematan biaya secara merata dari beberapa perusahaan pelayaran kontainer
internasional. Bila 2 atau 3 pelayaran mengoperasikan kapal feeder sendiri-sendiri maka
biaya yang dikeluarkan adalah sangat besar, karena kadangkala kapasitas kapal tidak terisi
penuh. Namun penggunaan satu feeder mengangkut kargo 2 atau 3 pelayaran maka akan
tercapai efisiensi biaya karena hanya menanggung biaya pengoperasian satu kapal dan
biayanya dibagi diantara perusahaan pelayaran sesuai dengan jumlah banyaknya kargo yang
dimuat.
Kehandalan dalam operasi logistik memberikan kontribusi berupa rasa yakin pada diri
customer bahwa dengan penggunakan pelayaran dimaksud maka tidak akan muncul
permasalahan. Pelayanan logistik bisa sebagai indikasi tingkat kapabilitas perusahaan
pelayaran yang tinggi dikarenakan sifatnya yang rumit dan kompleks dan memerlukan
kordinasi dengan pihak eksternal perusahaan seperti perusahaan feeder, kereta api dan
pesawat terbang. Mampu memberikan pelayanan logistik dengan baik, menunjukkan tingkat
spesialisasi dalam bidang transportasi.
Kepeloporan juga penting karena dengan kepeloporan perusahaan pelayaran dapat
menunjukkan tingkat dedikasi yang dimilikinya. Mendahului perusahaan pelayaran lain
dengan cara memberikan tingkat atau jenis pelayanan tertentu kepada customer bisa menjalin
ikatan bisnis berdasarkan kepercayaan dengan customer. Hal ini wajar karena kepeloporan
dianggap membawa pembaharuan yang sifatnya menguntungkan customer sehingga
pelayaran yang menjadi pelopor dianggap telah berkorban lebih dahulu bagi customer dan
adalah wajar kalau kemudian hari akan mendapatkan kepercayaan lebih besar dari
Customer.
Effektifitas biaya ( Cost effective ) maksudnya adalah prestasi maksimum berkaitan
dengan produksi dan pengiriman barang dagangan yang menggunakan sejumlah sumber
daya tertentu. Jadi effektifitas biaya di dalam perusahaan maksudnya bila perusahaan
memiliki batas atas pengeluaran tertentu untuk menghasilkan jumlah maksimum barang
maupun jasa.
Inovasi bisa menjadi asal mula kepeloporan karena inovasi umumnya merupakan ide
yang baru di pasar. Inovasi berarti perusahaan mampu membuat terobosan-terobasan yang
sifatnya menguntungkan customer karena adanya efisiensi pada pelaksanaan di tingkat
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 8
Rizasyafrizalc,SE,MM
operasional. Pelayanan-pelayanan ekstra yang sifatnya di luar kegiatan operasional umum
memang akan memberikan manfaat pada pertumbuhan bisnis customer. Dari semua uraian
tentang spesialisasi ini dapat disimpulkan dimensi strategis dari segi spesialisasi ini tidak bisa
diabaikan begitu saja karena manfaat-manfaatnya yang jelas pada customer.
Terobosan dalam teknologi informasi menunjukkan bahwa perusahaan pelayaran yang
menggunakan teknologi informasi yang mutakhir dan selalu memperbaharui teknologinya
mempunyai kemampuan keuangan yang handal dan memiliki prestige serta memberikan
kesan selalu menyediakan pelayanan informasi yang prima sehingga segala sesuatunya
berkaitan dengan bisnis menjadi lebih mudah dan ringan bagi customer.
Dari semua penjelasan diatas dapatlah disimpulkan bahwa orientasi dari semua
pengalaman dan peningkatan yang dilakukan perusahaan pelayaran semata-mata untuk
kepentingan dan kelancaran bisnis customer yang berdampak meminimalisasi pengeluaran
biaya. Kelancaran pelayanan yang diberikan oleh perusahaan pelayaran akan mengikat
customer dan menarik customer baru. Kelancaran bisnis customer akan mempunyai efek
pada pertumbuhan bisnis customer itu sendiri, diantaranya adalah karena meningkatnya
kepercayaan pembeli ( importir/ consignee ) terhadap penjual ( eksportir/ shipper ) untuk
memperbesar kapasitas pembeliannya.
Tabel 2
- Perspektif Spesialisasi dalam Persaingan -
Perusahaan Pelayaran
Tingkat Kepercayaan
Customer
Kepedulian pada
Customer
Jaminan Jaringan kerja / Ukuran Kapal
Kehandalan Operasi Logistik
Kapasitas Kepeloporan
Efektifitas Biaya
Innovasi IT
solutions Client Business
AMPL
EVER
HJSC
MLSL
NYKL
OOCL
OSKL
PONL
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 9
Rizasyafrizalc,SE,MM
Tingkat kepercayaan bisa dilihat dari booking rutin pada perusahaan pelayaran terkait.
Sulit untuk mencek booking rutin customer dan memperbandingkannya dengan potensi yang
dimiliki customer terkait untuk mendapatkan kepastian loyalitas customer sebagai indikasi
tingkat kepercayaan. Sehingga itu sebabnya data tidak terlihat secara eksplisitpada tabel
berkaitan dengan tingkat kepercayaan customer. Namun untuk kepedulian pada customer
Maersk Sealand mendapatkan penilaian kualitatif.
Untuk Jaminan Jaringan Kerja dan Ukuran Kapal semua anggota kelompok strategis
memenuhi kriteria penilaian. NYK dan P&O memiliki nilai berkaitan dengan kehandalan
dalam hal Operasi Logistik.
Dalam hal kepeloporan APL secara berkala selalu mengadakan survey kepuasan/
keluhan customer setiap tahunnya, dan selalu tanggap menyiapkan solusi-solusi segera dan
terprogram kadangkala juga berupa teknologi canggih untuk mengurangi keluhan customer.
Dari segi kepeloporan hanya APL dan Evergreen yang mendapat penilaian berkaitan dengan
kepeloporan. Sementara tidak ada nilai masuk berkaitan dengan efektifitas biaya walaupun
itu terkait dengan elemen dari Perspektif Spesialisasi. Kesulitan atas pemahaman yang
seragamdari definisi efektifitas biaya mungkin yang menyebabkan sulitnya pengukuran
sehingga data tidak terhimpun. Disamping juga perusahaan pelayaran tentu saja
merahasiakan segala sesuatunya yang berkaitan dengan uang. APL dan Maersk Sealand
kelihatannya memiliki inovasi yang cukup untuk dapat mendapatkan penilaian dalam hal ini.
3. Perspektif Daya Kekuatan : 1. Jumlah kapal
2. Kapasitas Kapal
Kapal merupakan alat produksi yang mutlak dimiliki perusahaan pelayaran. Tanpa
alat produksi perusahaan pelayaran seperti petani tanpa cangkul atau bajak, tidak
mungkin berproduksi. Harga kapal sangat mahal sehingga memerlukan investasi yang
tidak sedikit. Harga kapal DWT 5.000 ton ( untuk Ocean Going ) USD. 175 juta dengan
pembayaran cash. Dengan catatan harga charter USD. 35.000/ ton. Untuk kapal Extra
Large Container bisa mengangkut kontainer antara 5000 hingga 8000 teus, dan untuk
kapal Ultra Large Container bisa mengangkut 14.000 teus. Mungkin itulah sebabnya
Maersk Sealand membuat kapal di China agar bisa mendapatkan kapal dengan harga
yang lebih murah ketimbang membeli di Eropa/ Amerika. Laporan internal MLSL awal
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 10
Rizasyafrizalc,SE,MM
tahun lalu menyebutkan sejak penanda tanganan kontrak dengan Guangzhou Shipyard
International ( 13 Maret 1997 ) hingga saat ini MLSL sudah menerima total 32 unit kapal
dari 3 galangan kapal yang berbeda di China. Persyaratan sertifikasi kelaikkan kapal
internasional berkaitan dengan keselamatan pelayaran merupakan hal lain yang
biayanyapun tidak kalah mahal. Disisi lain adalah umur kapal, walaupun misalnya setelah
berumur 15 tahun kapal bisa saja masih bagus karena kapal ditentukan oleh kelas, namun
biaya tinggi tetap akan terjadi karena ada sisi-sisi bisnis yang diminta asuransi. Asuransi
tidak mau mempertanggungkan kalau kapal sudah berumur 15 tahun. Seandainya menyetujui
pun perusahaan asuransi akan minta pertanggungan yang lebih tinggi lagi walaupun kapal
masih bagus. Begitu juga dari sudut ketentuan L/C yang sering mensyaratkan agar umur
kapal tidak melebihi 15 tahun.
Jumlah kapal dan kapasitas kapal memberikan indikasi tingkat kredibilitas perusahaan
pelayaran terkait. Tidak ada perusahaan pelayaran kontainer internasional yang dinyatakan
bonafid namun memiliki jumlah kapal yang sedikit dan lagi kecil. Banyaknya kapal
dan besarnya kapasitas kapal yang dioperasikan menunjukkan luasnya ruang jelajah antar
benua dan kemampuan untuk meningkatkan atau menjaga frequensi keberangkatan kapal
yang sudah ada. Kapasitas kapal yang besar memberikan jaminan kepada customer dalam hal
on time performance bahwa barangnya pasti terangkut dan sampai tujuan sesuai
yang diinginkannya. Dimensi daya kekuatan ini memberikan keyakinan kepada customer
( shipper ) berkaitan ketepatan waktu pengiriman sesuai perjanjiannya dengan pembeli
( consignee ). Perspektif daya kekuatan terkait dengan jumlah kapal dari anggota kelompok
bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3
- Perspektif Daya Kekuatan diantara Kelompok Strategis -
Perusahaan Jumlah Kapal yang
Dimiliki Kapal Tambahan Ranking
AMPL 88 4 5
EVER 159 22 2
HJSC 80 5 6
MLSL 364 54 1
NYKL 98 13 4
OOCL 60 10 7
OSKL nil nil -
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 11
Rizasyafrizalc,SE,MM
PONL 154 20 3
Tabel 3 diatas mencantumkan jumlah kepemilikan kapal sebagai alat produksi di
kelompok strategis pelayaran kontainer internasional. Kemudian penulis membuat ranking
diantara kelompok strategis perusahaan pelayaran kontainer internasional tersebut. Hasilnya
perusahaan pelayaran yang paling banyak memiliki alat produksi yaitu Maersk Sealand
di ranking satu hingga yang paling sedikit yaitu OOCL di ranking ke tujuh. Sedangkan data
OSKL tidak diperoleh. Posisi kepemilikan kapal semakin ‘mutlak’ pada Maersk Sealand
karena setelah penelitian di buat Maersk Sealand membeli P&O. Dari segi investasi untuk
alat produksi ( membeli kapal ) nomor satu Maersk Sealand ( 54 unit kapal ), nomor dua
Evergreen dan P&O ( 22 dan 20 unit kapal ), selanjutnya NYKL dan OOCL ( 13 dan 10 unit
kapal ), hal ini menunjukkan keseriusan perusahaan pelayaran di dalam mengantisipasi
bertambah luasnya pasar.
4. Perspektif Seleksi Saluran :
1. Tujuan Service Pelayaran
2. Jumlah kantor Cabang dan Agen di seluruh dunia
Dimensi Seleksi Saluran ini terkait erat dengan dimensi daya kekuatan. Dimensi seleksi
saluran berkaitan dengan tujuan servis dari perusahaan pelayaran. Makin banyak tujuan
servis berarti makin banyak memerlukan kapal yang musti dikerahkan untuk beroperasi di
seluruh dunia. Tujuan servis yang menjadi idola perusahaan pelayaran adalah dari dan ke
Amerika disebabkan tingginya ocean freight dari dan menuju ke sana. Karena Amerika
adalah negara kaya yang penduduknya mempunyai daya beli yang tinggi, Amerika menjadi
negara tujuan penjualan dari negara-negara produsen di dunia. Secara menyeluruh tujuan
servis diseluruh dunia meliputi Transpacific, Transatlantic, Asia Europa, Africa, Australia,
Latin America dan intra Asia. Tabel 4 a berikut adalah servis/ tujuan servis yang dilakukan
oleh enam dari delapan pelayaran kontainer internasional.
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 12
Tabel 4a
- Perspektif Seleksi Saluran -
Grand Alliance Vessel Capacity
(in TEUs) Transpacific Transatlantic Asia Europe Africa Australia Latin America
NYKL 223,233
OOCL 177,480 Grand Alliance
PONL 413,615
CHKY Alliance HJSC 291,940
AMPL 245,567 New World Alliance OSKL 171,535
( Tujuan Pelayaran )
Pasti ada alasan yang pasti kenapa ada area yang tidak termasuk tujuan suatu pelayaran, seperti halnya
juga kenapa NYK dan OSKL mengunjungi seluruh benua. Untuk mengoperasikan kapal ke suatu tujuan paling
tidak harus diperlukan kantor cabang atau agensi di tujuan, menyiapkan sumber daya manusia, memfasilitasi
jaringan sistim informasi, jumlah kapal yang memadai, dan yang terpenting volume kargo yang menarik untuk
diangkut. Biaya untuk semua itu tidaklah kecil. Persiapan yang setengah-setengah dalam persaingan menghadapi
pelayaran kontainer
13
Tabel 4b
- Perspektif Seleksi Saluran -
( Jumlah Kantor Cabang dan Kantor Agen
Masing-Masing Anggota Kelompok Strategis Dalam Struktur Matrix )
AMPL EVER HJSC MLSL NYKL OOCL OSKL PONL
Preferred Model (FLO/Agency)? FLO Agency Agency FLO FLO FLO Mixed FLO
No. of Offices 315 240 200 300 N.A N.A N.A N.A
- Branches 190 N.A N.A N.A N.A N.A N.A N.A
- Agencies 125 N.A N.A N.A N.A N.A N.A N.A
No. of Countries 55 80 60 119 69 50 74 170
Africa Countries 2 2 NIL 33 2 NIL 17 50
Asia ME Countries 25 44 22 38 26 22 19 44
Europe Countries 41 17 19 29 24 22 19 36
Americas Countries 23 22 11 17 15 4 17 33
Oceana Countries 1 1 1 2 2 2 2 10
Tabel 4b diatas memberikan gambaran jumlah kantor cabang maupun keagenan dari
masing-masing pelayaran dari kelompok strategis di seluruh dunia. Diatas telah disebutkan
untuk menetapkan suatu area sebagai tujuan servis, pelayaran perlu memiliki kantor cabang
atau paling tidak keagenan di tujuan. Tujuan mendirikan kantor cabang atau keagenan di
negara tujuan adalah untuk memasarkan jasa pelayaran dan selain itu adalah untuk mengurus
izin masuk dan sandar kapal di pelabuhan negara tersebut, disamping juga untuk mengurus
keperluan kapal dan krunya. Sedangkan dari sisi barang, keperluan pengadaan kantor cabang
atau agensi adalah untuk menjamin barang tiba dengan aman serta terjamin pengurusannya di
tujuan sehingga dapat diterima oleh pemilik barang sesuai keinginannya. Jadi tersebarnya
kantor cabang ataupun agen dari perusahaan pelayaran kontainer internasional di seluruh
dunia dari sudut pelayanan adalah bertujuan untuk menjamin smooth delivery, sedangkan dari
sudut pemasaran adalah untuk menjaring muatan yang sebanyak-banyaknya. Jadi peranan
kantor cabang atau agensi tidaklah kecil.
Dari segi struktur keuangan ( financially Structured ) maka tanggung jawab terhadap
budget kantor-kantor cabang di luar negeri adalah sebagai berikut. Dimulai dengan Holding
menentkan budget kepada semua kantor cabang sesuai dengan potensi daerah dan tingkat
14
Rizasyafrizalc,SE,MM
pertumbuhan ekonomi. Semua pendapatan harus di setorkan langsung ke holding. Pada
tingkat regional cara memenuhi target budget adalah dengan mengejar bersama-sama target
yang telah ditetapkan pusat ( holding company ) diantara semua kantor ( country ) dibawah
naungan regional. Dibawah tingkatan regional adalah tingkatan country yang membagi
budget yang dibebankan kepadanya kepada semua tingkat distrik ( district ) dibawah
naungannya. Bila ada kekurangan dari jumlah budget utama yang ditargetkan oleh holding
tersebut diatas maka kewajiban mengisi kekurangan tersebut dibagi menjadi tanggung jawab
masing-masing country dan distrik.
Persyaratan Keberhasilan Dimensi-Dimensi Strategis
Ada istilah yang mengatakan “ depend on the man behind the gun “. Istilah ini sangat
tepat untuk mengawali pembahasan berkaitan dengan persyaratan-persyaratan apa yang
menunjang keberhasilan penerapan suatu strategi. Seberapa ampuhnyapun suatu strategi tetap
tergantung cara pelaksanaannya dan orang yang melaksanakannya. Pemahaman yang berbeda
akan berakibat pada penerapan yang berbeda dan tentu saja hasilnyapun akan jauh berbeda.
Dalam suatu diskusi santai berkaitan dengan implementasi strategi perusahaan di ruang Pusat
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ( P3M ) STMT Trisakti, seorang profesor
menyatakan kepada penulis bahwa penerapan strategi harga di barat akan berbeda hasilnya
bila diterapkan di Indonesia. Hal itu disebabkan budaya dan cara berpikir yang berbeda
antara barat dan Indonesia. Perbedaan itu menghasilkan pemahaman yang berbeda pula.
Sebagai contoh kalau di barat ( Eropa dan Amerika ) penerapan strategi harga rendah akan
menghasilkan tingkat penjualan yang tinggi, hal ini disebabkan asumsi bahwa barang tersebut
memang benar-benar murah. Hal itu dimungkinkan karena kualitas barang hasil produksi di
barat sudah terjamin karena terstandardisasinya proses produksi dan bahan mentah yang
digunakan serta ketatnya penerapan hukum di sana. Pembeli di Eropa dan Amerika tidak
perlu ragu lagi terhadap kualitas produksi. Tetapi di Indonesia sebaliknya, harga yang rendah
mengidentifikasikan produk yang dijual berkualitas rendah, jadi di Indonesia belum tentu
penerapan harga yang rendah akan berdampak pada naiknya volume penjualan.Harga yang
rendah di Indonesia kadangkala bisa mengandung konotasi produk gagal. Jadi agar suatu
strategi berhasil perlu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan. Diantara banyak
ketentuan-ketentuan yang bisa diaplikasikan dalam strategi bisnis, menurut Rumelt kriteria-
kriteria berikut ini harus dipenuhi agar berhasil :
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 15
Rizasyafrizalc,SE,MM
Konsistensi ( consistency ) : suatu strategi tidak boleh menerapkan sasaran-sasaran dan
kebijakan-kebijakan yang satu sama lain tidak konsisten.
Keserasian ( consonance ) : Suatu strategi mampu memberikan respons adaptive
( menyesuaikan diri ) terhadap perubahan lingkungan eksternal dan semua perkembangan
mendasar yang terjadi disana.
Keunggulan ( advantage ) : Suatu strategi bisnis harus mampu menciptakan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif ( competitive advantage ) pada bidang aktivitas
yang dilakukan.
Fisibilitas ( feasibility ) : suatu strategi tidak boleh terlalu membebani sumber-sumber yang
ada atau tidak boleh menciptakan sub-sub persoalan lain yang tak dapat dipecahkan.
Selanjutnya dikatakannya : “ Suatu strategi bisnis yang tidak mampu memenuhi salah satu
atau semua kriteria tersebut diatas harus benar-benar dicurigai. Jika itu terjadi, maka strategi
tersebut sudah tentu gagal untuk, sekurang-kurangnya, menjalankan salah satu fungsi pokok
yang sangat vital bagi keberlangsungan suatu usaha “.( Rumelt 2003 : 119 )
Hal lain selain tehnik penerapan strategi yang musti diperhatikan adalah bagaimana
orientasi perusahaan terhadap pasar. Di dalam pengertian ini meliputi pemahaman
perusahaan atas hal-hal yang menjadi daya tarik bagi customer dan juga nilai-nilai yang
dianut customer. Kemudian juga adalah bagaimana pemanfaatan informasi tentang customer
dan pesaing dan aktifitas bisnisnya menjadi suatu dimensi strategi yang melandasi tindakan
strategis. Pada prinsipnya semua itu perlu penjabaran yang tepat ke dalam strategi. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat dari definisi-definisi terkait dengan market orientation seperti
yang dikutip dari beberapa ahli berikut ini.
“ Market orientation is explained as representing superior skills in understanding and
satisfying customers ( Day 1994 : 37-52 ), Its principal features are given in three groups :
1. A set of beliefs that put the customer’s interest first ( Deshpande, Farley, and Webster
1993 : 23-27 ).
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 16
Rizasyafrizalc,SE,MM
2. The ability of the organisation to generate, disseminate and use superior information
about customers and competitors ( Kohli and Jaworski 1990 : 1-18)
3. The coordinated application of interfuctional resources to the creation of superior
customer value ( Shapiro 1988 : 119-125 , Narver and Slater 1990 : 20-35; Slater and
Narver 1994 : 46-54 “ )..
Sedangkan Porter memperingatkan tentang inti pokok dari suatu strategi yaitu
haruslah menjadikan segala aktivitas berbeda dari pesaing.Atau melakukan aktivitas yang
sama namun dengan cara yang berbeda. “ Semakin banyak benchmarking yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan, semakin mereka menjadi serupa satu dengan lainnya.
Semakin pesaing-pesaing melakukan outsourcing terhadap aktivitas-aktivitasnya pada
pihak ketiga yang dianggap lebih efisien dan seringkali adalah perusahaan yang sama,
semakin aktivits-aktivitasnya tersebut menjadi bersifat generik/ umum. Ketika para
pesaing saling meniru aktivitas-aktivitas untuk meningkatkan kualitas, pengolahan waktu,
ataupun hubungan kerja dengan para suplier, pemusatan strategi dan persaingan menjadi
serentetan persaingan identitas yang tidak bisa dimenangkan oleh siapapun”
( Porter 2003 :17 )
Kemudian penjelasan dilanjutkan pada halaman 18 sebagai berikut :
“ Inti pokok dari strategi terletak pada aktivitas yang dilakukan perusahaan – yakni
melakukan aktivitas yang berbeda dari aktivitas yang dilakukan pesaing atau melakukan
aktivitas yang sama dengan cara yang berbeda. ( Porter 2003 :18 )
Out Put Penerapan Empat Dimensi Strategis Oleh Kelompok Strategis Pelayaran
Kontainer Internasional
Dampak penerapan empat dimensi strategis diatas oleh ke delapan pelayaran kontainer
internasional bisa dilihat dari penguasaan market share masing-masing pelayaran seperti
terlihat pada tabel 5a berikut ini.
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 17
Tabel 5a
Market Share & Ranking
TPEB TPWB TAWB TAEB LTAM NB LTAM SB Total
Market Share
Rank Market Share
Rank Market Share
Rank Market Share
Rank Market Share
Rank Market Share
Rank Market Share
Rank
AMPL 8% 4 9% 3 4% 9 5% 7 4% 10 3% 10 7% 3
EVER 9% 2 8% 4 6% 6 5% 6 3% 11 3% 11 7% 2
HJSC 9% 3 9% 2 5% 8 3% 14 1% 22 0% 38 7% 4
MLSL 12% 1 13% 1 !5% 1 12% 2 14% 1 17% 1 13% 1
NYKL 6% 6 5% 10 2% 17 3% 15 0% 55 0% 59 4% 9
OOCL 5% 8 6% 6 3% 13 4% 8 0% 75 0% 64 4% 6
OSKL 4% 11 4% 11 2% 19 1% 20 1% 31 1% 30 3% 15
PONL 3% 13 4% 12 8% 4 7% 5 2% 14 2% 12 4% 8
Pada kolom terakhir dapat dilihat ranking dari penguasaan pasar oleh masing-masing
anggota kelompok strategis untuk tujuan Amerika sebagai tujuan yang memiliki revenue
yang paling menarik. Ranking tertinggi adalah Maersk Sealand hampir pada semua tujuan ke
Amerika ( Amerika Serikat maupun Amerika Latin ). Evergreen walaupun untuk Amerika
Latin ada pada ranking 11 menduduki ranking ke 2 untuk keseluruhan tujuan Amerika. APL
yang menduduki ranking ke 3, untuk Amerika Latin menduduki ranking 10. Tabel 5 b berikut
ini menunjukkan perolehan kargo dalam FEU ( Fourty Equivalent Unit ) sebagai interprestasi
market share dan ranking yang ada di tabel 5 a.
Tabel 5b
Jumlah Perolehan Kontainer dan Persentasenya diantara Kelompok Strategis Terhadap 500 Customer terbesar
( Per Area Tujuan di Amerika Termasuk Amerika Latin ) ( F E U )
TPEB TPWB TAWB TAEB LTNB
FEU Total NVOCC%
FEU Total NVOCC% FEU Total NVOCC% FEU Total NVOCC% FEU Total NVOCC% F
AMPL 194,525 5.8% 129,737 12.3% 29,553 19.4% 22,997 28.6% 17,577 11.8%
EVER 264,183 13.1% 107,902 8.3% 46,033 26.6% 26,340 24.8% 15,258 8.7%
HJSC 234,850 14.6% 127,026 13.0% 29,798 35.6% 15,271 32.9% 3,351 7.1%
MLSL 387,562 4.6% 193,357 9.7% 127,628 12.9% 67,263 13.2% 1.1%
NYKL 155,358 13.2% 65,771 12.0% 15,994 25.4% 16,293 22.4% 9 10.9%
OOCL 143,241 10.8% 82,870 21.8% 18,431 17.2% 22,206 25.1% 1 100.0%
18
Rizasyafrizalc,SE,MM
OSKL 99,482 9.9% 52,638 9.0% 12,029 32.0% 6,206 21.4% 1,898 91.0%
PONL 103,814 10.9% 56,843 14.5% 57,646 27.1% 36,962 14.0% 12,442 4.4%
Pada bagian pendahuluan diatas telah disinggung secara eksplisit bahwa tujuan hakiki
dari menjalankan perusahaan apapun bidangnya termasuk perusahaan pelayaran adalah
menghasilkan laba. Laba yang tinggi menunjukkan kinerja operasi/ produksi perusahaan
yang baik walaupun mungkin belum maksimal. Kinerja usaha yang baik dalam menerapkan
atau melaksanakan dimensi-dimensi strategis yang disebut alinea di atas harus memberikan
hasil perhitungan/ rasio yang positif. Perhitungan/ rasio yang menjadi titik perhatian utama
pada umumnya adalah Net Income dan ROE ( return on equity ).
Net Income menurut Pass & Lowes adalah, “ perbedaan antara penerimaan penjualan
( sales revenue ) perusahaan dan semua biaya ( costs ).menurut istilah akuntasi, laba bersih
adalah perbedaan antara laba kotor ( Gross Profit ) dan biaya-biaya yang timbul dalam
menjalankan suatu perusahaan termasuk biaya penyusutan ( depreciation ) dan bebas bunga
( interest )” . ( Pass & Lowes, 1999 : 397 )
Tabel 6 a berikut ini menunjukkan net income dari masing-masing anggota kelompok
strategis.
Tabel 6a
Analisis Pendapatan dari Persaingan
( Competitive Net Income Analysis ) Perusahaan Pelayaran Pendapatan Rata-Rata Ranking
AMPL 95 6
EVER 82 7
HJSC 107 5
MLSL 214 3
NYKL 248 1
OOCL 166 4
OSKL 239 2
PONL 58 8
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 19
Rizasyafrizalc,SE,MM
Selanjutnya yang menjadi perhatian adalah ROE. Mengapa ROE yang menjadi ratio
pengukuran setelah Net Income ? Hal ini bisa dipahami dari penjelasan Walsh dalam “ Key
Management Ratio “. Menurut Walsh Return on Equity adalah, “ Pengembalian atas ekuitas.
Ratio ini bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan perusahaan. ROE
mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang
saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang
mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah
menarik dana baru. Hal itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang,
menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang
lebih besar, dan seterusnya. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai
yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya “.
( Walsh 2004 : 57 ).
Jelaslah bahwa ROE itu penting karena tingginya ROE berdampak pada meningkatnya
harga saham dan juga membuat perusahaan kelihatan menarik bagi para investor pada saat
perusahaan memerlukan dana baru. Tingginya harga saham dan mudahnya mendapatkan
dana baru menjadi pendorong bagi perkembangan perusahaan lebih lanjut, menciptakan
kondisi pasar yang sesuai dan putarannya kembali kepada laba yang besar.
Tabel 6b
Rasio Return On Equity dalam Rata-rata Perusahaan RoE Avg Ranking
AMPL 2 5
EVER 7 4
HJSC 20 1
MLSL Nil -
NYKL 10 3
OOCL 15 2
OSKL 7 4
PONL 2 5
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 20
Rekapitulasi Penerapan Empat Dimensi Strategis Oleh Kelompok Strategis
Agak sulit sebenarnya untuk memperbandingkan pengaruh langsung antara elemen pada
tabel 1 dan 2 dengan out put berupa net income ( tabel 6a ) dan ROE ( tabel 6b ). Namun
yang pasti elemen-elemen pada tabel 1 dan 2 tersebut secara relatif pasti mampu
menimbulkan motivasi dan menumbuhkan keyakinan customer atas pelayanan terhadap
pelayaran kontainer internasional terkait. Hal-hal yang positif memang memotivisir dan
memberikan keyakinan pada diri seseorang. Namun berbeda bila melihat elemen pada tabel 3
tentang jumlah kapal dan tabel 4a/ 4b tentang tujuan servis pelayaran/ jumlah kantor cabang
maka hubungannya terlihat dengan jelas. Alasannya bila seseorang ingin mengirimkan
barangnya ke suatu tempat di luar negeri haruslah menggunakan perusahaan pelayaran yang
mempunyai tujuan ke sana. Untuk menjamin keberangkatannya tepat waktu dan rutin ( liner )
tentulah customer melihat kepada jumlah kapal yang dimiliki perusahaan pelayaran tersebut.
Sedangkan untuk menjamin pelayanan di tujuan maka customer akan melihat apakah ada
kantor cabang di negara tujuan pengiriman. Jadi dengan begitu maka tabel 3 dan 4a/ 4b
mempunyai hubungan langsung dengan penguasaan market share dan perolehan kontainer
( tabel 5a dan 5b ) serta net income dan return on equity ( tabel 6a dan 6b ). Berikut tabel 7
yang berisi perbandingan berdasarkan ranking dari tabel-tabel tersebut diatas.
Tabel 7
Rekapitulasi
Tabel :
Subjek
Tabel 4b Tabel 3 Tabel 6a Tabel 6b Tabel 5a
Perusahaan Pelayaran
Jumlah Negara Tujuan
Jumlah Kapal yang dimiliki
Ranking ( Net Income
US$ MM )
RoE Avg Ranking Market Share ke Amerika
AMPL 55 ( 7 ) 88 ( 5 ) 6 ( 95 ) 2 ( 5 ) 3
EVER 80 ( 3 ) 159 ( 2 ) 7 ( 82 ) 7 ( 4 ) 2
HJSC 60 ( 6 ) 80 ( 6 ) 5 ( 107 ) 20 ( 1 ) 4
MLSL 119 ( 2 ) 364 ( 1 ) 3 ( 214 ) Nil 1
NYKL 69 ( 5 ) 98 ( 4 ) 1 ( 248 ) 10 ( 3 ) 9
OOCL 50 ( 8 ) 60 ( 7 ) 4 ( 166 ) 15 ( 2 ) 6
OSKL 74 ( 4 ) Nil 2 ( 239 ) 7 ( 4 ) 15
PONL 170 ( 1) 154 ( 3 ) 8 ( 58 ) 2 ( 5 ) 8
21
• Hubungan antara Jumlah Negara Tujuan dengan Jumlah Kapal yang dimiliki.
Hal ini bisa dilihat dari tabel diatas, 5 pelayaran yang terbanyak negara tujuan servisnya
yaitu, P&O ( 1 ), Maersk Sealand ( 2 ), Evergreen ( 3 ), OSKL ( 4 ) dan NYK ( 5 ).
Sedangkan jumlah kapal yang dimiliki paling banyak, Maersk Sealand ( 1 ),
Evergreen ( 2 ), P&O ( 3 ), NYK ( 4 ). OSKL ( tdk ada datanya ).
Melihat perbandingan antara jumlah negara tujuan dengan banyaknya jumlah kapal
kelihatan bahwa 5 pelayaran ini paling banyak memiliki kapal dan juga sekaligus pemegang
rekord negara paling banyak yang dikunjungi, urutan tidak jauh perbedaannya antara urutan
jumlah kapal dengan urutan jumlah negara terbanyak yang dikunjungi. Diatas telah
dinyatakan bahwa makin banyak jumlah tujuan maka makin banyak kapal yang diperlukan.
• Hubungan antara Jumlah Negara Tujuan dengan Net Income.
Masih dengan urutan diatas yaitu 5 pelayaran yang terbanyak negara yang menjadi
tujuan servisnya yaitu , P&O ( 1 ), Maersk Sealand ( 2 ), Evergreen ( 3 ), OSKL ( 4 ) dan
NYK ( 5 ).
Sedangkan ranking net income nya adalah sebagai berikut, NYK ( 1 ). OSKL ( 2 ),
Maersk Sealand ( 3 ), sedangkan Evergreen ( 7 ), P&O ( 8 ). Kelihatannya untuk Evergreen
dan P & O jumlah negara tujuan tidak dengan serta merta menaikkan net income. Namun
bagi NYK banyaknya negara tujuan serta merta menaikkan net incomenya. .
Dari perbandingan ini yang tidak terukur pertama, adalah tingkat efisiensi biaya operasi
kapal per perusahaan pelayaran, yang kedua adalah jarak tempuh ke negara tujuan yang biasa
diukur dengan transit time, serta tingkat efektifitas pemasaran dan pelayanan dari masing-
masing pelayaran.
• Hubungan antara Jumlah Kapal yang dimiliki dengan Net Income.
Kembali kepada urutan perusahaan pelayaran kontainer internasional yang paling banyak
memiliki jumlah kapal, Maersk Sealand ( 1 ), Evergreen ( 2 ), P&O ( 3 ), NYK ( 4 ). OSKL
( tdk ada datanya ).
22
Rizasyafrizalc,SE,MM
Sedangkan ranking net income nya adalah sebagai berikut, NYK ( 1 ). OSKL ( 2 ),
Maersk Sealand ( 3 ), sedangkan Evergreen ( 7 ), P&O ( 8 ).
Maersk Sealand memiliki jumlah kapal paling banyak, nomor 1, namun nomor 3 dalam
hal net income. Evergreen nomor 2 terbanyak jumlah kapalnya namun nomor 7 dalam hal
urutan net income. P&O nomor 3 terbanyak jumlah kapalnya namun nomor 8 dari segi
besarnya net income. NYK yang jumlah kapalnya nomor 4 terbanyak ternyata rankingnya
nomor 1 dalam hal perolehan net income. Secara penilaian kasar kelihatannya banyaknya
jumlah kepemilikan kapal menjadikan beban untuk mendapatkan net income. Terlihat pada
NYK dengan ranking 4 dalam hal jumlah kepemilikan kapal namun nomor 1 dari segi
pendapatan net income. Namun sekali lagi ini hanya merupakan penilaian kasar belum
memperhitungkan hal-hal lainnya karena kalau dilihat dari posisi Maersk Sealand antara
jumlah kepemilikan kapal ( no. 1 ) dengan net income tidak terlampau jauh pergesarannya
( no. 3 ). Masih perlu perhitungan lebih lanjut berkaitan dengan efisiensi biaya dan hal
lainnya.
• Berkaitan dengan Return On Equity, nilai tertinggi berkaitan dengan ROE ini adalah
Hajin ( 1 ), OOCL ( 2 ), NYKL ( 3 ), Evergreen dan OSKL ( 4 ), APL dan P&O ( 5 ).
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Untuk menghadapi persaingan perusahaan pelayaran kontainer internasional memiliki
dimensi-dimensi strategi yang serupa. Dimensi strategis merupakan aktivitas-
aktivitas pilihan yang diterapkan oleh salah satu kelompok strategis seperti APL,
Evergreen, Hanjin, Maersk, NYK, OOCL, OSKL dan P&O. Dimensi strategis yang
dipilih ada 4 perspektif yaitu Perspektif : Pelayanan, Spesialisasi, Daya Kekuatan,
Seleksi Saluran.
b. Ada hubungan yang jelas antara banyaknya tujuan servis dengan banyaknya kapal
yang dibutuhkan. Untuk memperluas jaringan operasi, pelayaran memerlukan jumlah
kapal yang banyak. Makin banyak negara yang menjadi tujuan servis maka makin
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 23
Rizasyafrizalc,SE,MM
banyak jumlah kapal yang dibutuhkan untujk menjamin kestabilan frequensi. Maersk
Sealand, Evergreen dan P&O menunjukkan hal itu.
c. Sulit untuk menarik kesimpulan singkat antara jumlah negara yang menjadi tujuan
servis dengan net income ( pendapatan ). Bagi Evergreen dan P&O banyaknya
jumlah negara tujuan tidak dengan serta merta manaikkan net income. Bagi NYK
keadaannya adalah kebalikannya. Namun untuk memastikan hubungan ini masih
perlu perhitungan lebih lanjut terkait dengan tingkat efisiensi biaya operasi kapal,
perbedaan jarak tempuh ke negara tujuan, dan efektifitas pemasaran serta
pelayanan.
d. Sebenarnya secara umum dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara jumlah kapal
dengan net income. Makin banyak kapal beroperasi maka akan makin banyak net
income ( pendapatan ) yang akan diperoleh. Namun Maersk Sealand yang memiliki
jumlah kapal paling banyak tetapi dalam hal net income ada dalam urutan nomor 3.
Evergreen nomor 2 terbanyak jumlah kapalnya namun nomor 7 dalam hal urutan net
income. Stelah Evergreen, P&O yang nomor 3 terbanyak jumlah kapalnya namun
nomor 8 dari segi besarnya net income. Sebaliknyalah dengan NYK yang jumlah
kapalnya nomor 4 terbanyak ternyata rankingnya nomor 1 dalam hal perolehan net
income. Untuk memastikan hal ini kelihatannya masih diperlukan perhitungan tingkat
efisiensi biaya operasi kapal per perusahaan pelayaran.
e. Untuk Return On Equity, nilai tertinggi adalah Hajin nomor 1, OOCL nomor 2,
NYK nomor 3, Evergreen dan OSKL posisi nomor 4, APL dan P&O di nomor 5.
2. Saran
a. Walalupun dimensi strategis yang diterapkan sama oleh ke delapan perusahaan
pelayaran kontainer internasional diatas tetapi dalam hal penerapan kelihatannya
masih perlu perhatian pada tingkat konsistensi, keserasian, keunggulan, dan fisibilitas
agar mencapai out put yang tinggi seperti yang di peringatkan oleh Rumelt.
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 24
Rizasyafrizalc,SE,MM
b. Rumusan kedua yang harus diperhatikan adalah apa yang dikemukakan oleh Porter
tentang pemahaman arti strategi yaitu melakukan aktivitas yang berbeda dari pesaing
atau melakukan aktivitas yang sama dengan cara yang berbeda. Jadi harus lebih baik
dari pesaing dalam segala hal.
c. Perlu di perhatikan market orientasi yang dimaksudkan oleh Day, yaitu
memaksimalkan keahlian dalam memahami dan memuaskan customers. Walaupun
dimensi strategis yang dipilih sama namun belum tentu keahlian dan pemahaman
pelaksanaan dimensi strategi setingkat.
d. Menutup servis/ pelayanan yang tidak menguntungkan untuk meningkatkan net
income.
DAFTAR PUSTAKA
Day, G.S : The Capabilities of Market-Driven Organizations, “Journal of Marketing, 58 ( October ), 1994.
Deshpande, R, Farley, Ju.U and Webster, F. Jr “ Corporate Culture, Customer Orientation,
and Innovativeness in Japanese Firms : A Quadrad Analysis “, Journal of Marketing, 57 ( January ), 1993.
Kohli, AK., and Jaworski, BJ . “ Market Orientation : The construct, Research Propositions,
and Managerial Implications “, Journal of Marketing, 54 ( April ), 1990. Narver, J.C and Slater, S.F “The effect of a Market Orientation on Business Profitability“,
Journal of Marketing, 54 ( October), 1990. _____________________, “ Does Competitive Environment Moderate the Market Orientation-Performance Relationship ? “ , Journal of Marketing, 58, 1994, Pass, Christopher & Bryan Lowes, Collins Kamus Lengkap Bisnis, edisi ke 2, Penerbit
Erlangga Jakarta 1999. Porter, Michael E., Implementasi Manajemen Stratejik Kebijakan dan Proses, Penerbit
Amara Books, Jogjakarta 2003. Porter, Michael E, Strategi Bersaing- Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing, Penerbit
Erlangga, Jakarta 2005. Rumelt, Richard, Implementasi Manajemen Stratejik Kebijakan dan Proses, Penerbit Amara
Books, Jogjakarta 2003.
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 25
Rizasyafrizalc,SE,MM
Shapiro , BS, “ What the Hell is Market Oriented ? “, Harvard Business Review, 66 ( November/ December ), 1988.
Walsh, Ciaran , Key Management Ratios, Penerbit Erlangga, Jakarta 2004.
____________
Jurnal Manajemen Transpor – Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti 26