kelompok 2 revisi tpkl - analasis penyebab kekeringan di daerah cianjur
DESCRIPTION
analisis kekeringan di cianjurTRANSCRIPT
ANALISIS PENYEBAB KEKERINGAN DI DAERAH
CIANJUR
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan
Oleh :
Kelompok 2
Eryalfan Setyo P NIM 111710201028
Eny Musharofah NIM 111710201046
Panda Triajaya NIM 111710201064
JURUSAN TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER2012
ABSTRACT
Indonesia is a mostly agrarian country with population work as
farmers. In recent seasons in Indonesia occurred in irregular. The drought
that occurred in Cianjur district was a disaster due to the irregularity of the
season. This disaster occurred because of environmental factors caused by
human behavior. Solutions that can be done to solve this problem by
mitigation and prevention. Countermeasure and prevention that can be
done by way of the construction of waterways and annual tree planting can
save water so that it can serve for backup water when going on long
drought.
Keywords: agraria, Cianjur, farmers, long drought.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang dilewati garis khatulistiwa. Musim
yang dimiliki ada dua yaitu musim panas dan hujan. Dahulu musim terjadi
secara bergantian dan teratur, tetapi dewasa ini musim terjadi tidak sesuai
dengan siklus yang biasanya terjadi. Hal ini dapat dipengaruhi karena
banyak sebab yang berpengaruh pada perubahan iklim sehingga
mengakibatkan ketidakteraturan musim (Irianto, 2002)
Ketidakteraturan musim berpengaruh besar pada sektor pertanian.
Hal ini karena pertanian di Indonesia masih sangat bergantung dengan
kondisi lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang dapat berpengaruh pada
perubahan musim yaitu eksploitasi sumber daya alam, degradasi
lingkungan, pertumbuhan penduduk, ketahanan pangan, intensifikasi
pertanian, kekeringan, banjir, pemanasan global dan lain-lain.
Makalah ini akan membahas tentang permasalahan mengenai
kekeringan yang ada di daerah Cianjur. Pada makalah ini penulis akan
mengkaji penyebab kekeringan serta memberikan solusi untuk mengatasi
kekeringan tersebut.
1.2 Tujuan
1. Menganalisis penyebab terjadinya kekeringan di daerah Cianjur.
2. Menjelaskan berbagai upaya mengatasi kekeringan di daerah
Cianjur.
1.3 Manfaat
1. Memberikan informasi mengenai penyebab terjadinya kekeringan di
Cianjur.
2. Meningkatkan pengetahuan serta kreatifitas mahasiswa dalam
pengembangan ilmu pengetahuan praktis yang didapat selama ini.
BAB 2. REVIEW MATERI/STUDI KASUS
2.1 Studi Kasus
Kasus yang akan dianalisis pada makalah ini adalah kasus
kekeringan yang terjadi di daerah Cianjur. Daerah ini mengalami
kekeringan sejak bulan Juni 2012. Sebanyak 18 kecamatan daerah Cianjur
mengalami krisis sumber daya air. Kekeringan ini dipicu oleh musim
kemarau panjang yang terjadi di Indonesia. Akibat dari kekeringan yang
melanda daerah ini adalah 987 hektar areal sawah mengalami kerusakan.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kabupaten Cianjur, pengategorian tingkat kerusakan yang terjadi sebanyak
424 hektar masuk kategori rusak ringan, 275 hektar mengalami rusak
sedang, rusak berat sebanyak 189 hektar dan puso sebanyak 99 hektar, para
petani mengalami kerugian ratusan juta rupiah dan ketahanan pangan daerah
yang mengalami kekeringan menurun. Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah adalah dengan mengoptimalkan sistem gilir-giling, melakukan
jadwal pemberian air yang diperketat, dan para petani dihimbau untuk
mengikuti pola tanam yang sesuai. (Anonim, 2012)
2.2 Teori/Pemikiran Terkait
a. Eksploitasi Sumberdaya Alam dan Degradasi Lingkungan
Eksploitasi sumberdaya alam adalah tindakan secara berlebihan
menggunakan sumber daya alam yang ada dengan tidak memperhatikan
keberlanjutan lingkungan hidup. Eksploitasi sumberdaya alam secara
berlebihan selain berdampak pada kerusakan lingkungan hidup yang akan
menurunkan kualitas hidup masyarakat juga dapat memicu terjadinya
konflik (Anonim , 2012).
Eksploitasi sumber daya alam berkaitan erat dengan degradasi
lingkungan. Menurut Sahara (2011) degradasi lingkungan yaitu penurunan
sifat lingkungan baik secara kualitas maupun kuantitas. Degradasi
lingkungan terjadi akibat dari eksploitasi sumberdaysa alam secara
berlebihan sehingga merusak lingkugan hidup. Dampak yang terjadi adalah
penurunan tingkat produksi pertanian dan juga telah mengakibatkan tingkat
kesuburan tanah menjadi menurun.
b. Pertumbuhan penduduk, ketahanan pangan dan intensifikasi
pertanian;
Menurut data BPS (2011), laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49
per tahun. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan
ketidakseimbangan antara penrtumbuhan penduduk dan lahan yang terbatas,
sehingga terjadi konversi lahan utamanya pertanian menjadi lahan non-
pertanian. Hal ini menyebabkan pembukaan lahan di daerah hutan dan
gunung yang sebenarnya merupakan daerah resapan air digunakan untuk
lahan pertanian yang mengakibatkan gangguan sistem hidrologi dan
mengganggu pengadaan sumber daya air sehingga saat kemarau akan terjadi
kekeringan yang menyebabkan ketahanan pangan suatu wilayah akan
menjadi rentan, karena kekeringan menyebabkan rusaknya sistem irigasi
(Wiranto, 2012). Hal ini berakibat lahan sawah kekeringan dan gagal panen
yang berpengaruh pada pasokan pangan yang menjadi terhambat.
Terhambatnya pasokan pangan ini akan mengganggu ketahanan pangan dan
dampaknya harga suatu bahan pangan meningkat dan susahnya mendapat
pasokan bahan pangan utama seperti beras.
Upaya yang harus dilakukan khususnya di Pulau Jawa adalah dengan
mengintensifkan pertanian yang ada dengan melakukan pengaturan irigasi
berbasis teknologi hemat air, dan teknik pengolahan pertanian lahan
pertanian. Intensifikasi pertanian adalah mengusahakan pertanian secara
intensif untuk mendapatkan hasil yang optimal (Rizqan, 2010:4).
c. Kekeringan dan Banjir serta Krisis Sumber Daya Air
Kekeringan adalah saat dimana total kebutuhan air untuk berbagai
sektor lebih besar daripada jumlah air yang tersedia untuk mencukupi
kebutuhan tersebut. Penyebab kekeringan adalah penyimpangan iklim,
gangguan keseimbangan hidrologis dan kekeringan agronomis. Dampak
dari kekeringan disektor pertanian adalah minimalnya pasokan air untuk
irigasi dan gagal panen. (Anonim, 2007:2)
Menurut Suparta (2004), banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan
tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Penyebab banjir dikarenakan
oleh curah hujan eksepsional yakni curah hujan menyimpang jauh lebih
tinggi dari normal yang terjadi pada waktu singkat dan kerusakan sistem
akibat pertumbuhan penduduk yang terkonsentrasi pada wilayah tertentu
sehingga terjadi alih fungsi lahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
pembabatan hutan liar, tidak adanya konservasi tanah sehingga merusak
sistem hidrologi DAS. (Irianto, 2002:1-2)
Menurut Arif (2008:3-4), kekeringan dapat menyebabkan krisis
sumber daya air karena pasokan air yang dibutuhkan manusia semakin
meningkat. Keadaan ini tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat
untuk melakukan penghematan aior. Hal ini mengakibatkan terjadinya krisis
sumber daya air bersih, khususnya saat kemarau. Upaya yang dilakukan
adalah dengan memperbaiki hutan kembali dan reboisasi agar memperbaiki
daerah resapan air.
d. Kebutuhan Energi dan Dampaknya Terhadap Perubahan Iklim
Energi adalah kemampuan melakukan usaha. Kebutuhan energi
berkaitan erat dengan perubahan iklim. Hal ini karena penggunaan energi
dunia 80% menggunakan bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil
yang begitu besar mengakibatkan banyak gas emisi yang dihasilkan yang
mengakibatkan adanya efek rumah kaca.
Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim yang menjadi
tidak menentu. Pergeseran musim dan peningkatan frekuensi kejadian iklim
ekstrim menyebabkan penciutan area lahan pertanian. Pada saat yang sama,
kasus gagal panen terutama pada komoditas pangan dan tanaman semusim
lainnya, akan semakin besar (Alwi dkk, 2007:36).
e. Dampak Pemanasan Global Terhadap Pertanian
Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata di bumi. Salah
satu penyebab terjadinya pemanasan global yaitu efek rumah kaca. Sinar
matahari yang diterima bumi sebagian akan dipantulkan kembali ke luar
angkasa berwujud gelombang radiasi infra merah. Radiasi tersebut sebagian
terperamkap di atmosfer bumi disebabkan karena menumpuknya jumlah gas
rumah kaca yang ada di atmosfer. Gas-gas tersebut menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi sehingga
mengakibatkan pemanasan global (Anonim:2012)
Pemanasan global sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
sektor pertanian. Hal ini karena pemanasan global dapat mempengaruhi
keadaan iklim mulai dari curah hujan pada suatu daerah menjadi sangat
rendah pada daerah gurun dan tropis menjadi tinggi pada daerah utara.
Pengaruh pemanasan global lainnya yakni suhu bumi meningkat lebih tinggi
atau panas tentu saja berakibat buruk bagi tanaman pertanian yang dapat
hidup dengan suhu tertentu. Pengaruh lainnya adalah kekeringan dan krisis
sumber daya air hal ini dibuktikan dengan lahan-lahan pertanian menjadi
gersang dan banyaknya sungai yang menyurut seperti yang terjadi pada
DAS Cianjur. Maka dari itu pemanasan global sangat mempengaruhi hasil
produksi pertanian oleh petani (Haryadi, 2007:17).
f. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sektor pertanian
Perubahan iklim yang terjadi sekarang di daerah Indonesia adalah
musim kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan. Oleh sebab itu,
diperlukan strategi penyiapan teknologi adaptasi dan mitigasi. Mitigasi
lingkungan adalah upaya mencegah atau menanggulangi dampak negatif
lingkungan. Menurut Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air (2009:6-8), langkah
strategis mitigasi lingkungan yang perlu dilakukan pada sektor pertanian
saat terjadi kekeringan adalah: melakukan usaha tani hemat air, gerakan
menanam pohon melalui pengembangan usahatani konservasi lahan terpadu
dan seleksi varietas padi,
Adaptasi yaitu upaya penyesuaian diri dengan lingkungan dan
melakukan perubahan yang mengarah pada peningkatan daya tahan dan
daya lenting terhadap perubahan. Menurut Dirjen Pengelolaan Lahan dan
Air (2009:8-10), langkah strategis adaptasi lingkungan yang dilakukan pada
sektor pertanian saat terjadi kekeringan:
1. Manajemen usahatani (penerapan pola tanam sesuai iklim dan
intensifkasi lahan pertanian),
2. Manajemen irigasi (peningkatan potensi sumber daya air
alternatif),
3. Manajemen konservasi (peningkatan daya dukung DAS, dan
melakukan konservasi air)
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Hasil Diskusi
Kekeringan merupakan permasalahan yang sangat serius di bidang
pertanian. Hal ini karena tanaman yang ditanam oleh petani membutuhkan
air untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya supaya dapat tumbuh dengan
baik. Tidak mengherankan jika kekeringan yang terjadi di 18 wilayah
daerah Cianjur mengakibatkan banyak petani mengalami kerugian hingga
ratusan juta rupiah dan rusaknya 987 hektar sawah..
Keterbatasan air yang mengakibatkan kekeringan pada daerah
Cianjur ini boleh jadi disebabkan oleh beberpa faktor. Interaksi dari
berbagai faktor baik dari SDA maupun SDM telah berdampak buruk di
sektor pertanian. Faktor pertama pemicu kekeringan akibat terjadinya
musim kemarau berpanjangan. Hal ini dikarenakan perubahan iklim akibat
dari pemanasan global yang terjadi dewasa ini. Di Indonesia, salah satu
penyebab lebih cepatnya pemanasan global adalah pambabatan, pembakaran
hutan dan pemakaian energi sekitar 80% menggunakan energi fosil.
Pembabatan dan pembakaran hutan secara ilegal yang terjadi di kawasan
Cianjur termasuk dalam eksploitasi sumber daya alam berlebihan karena
banyak kayu hasil pembabatan digunakan untuk keperluan pribadi. Akibat
dari eksploitasi berlebihan ini menyebabkan degadrasi lingkungan sektor
pertanian khususnya di Indonesia, yakni turunnya efektifitas tanah dalam
menyimpan dan menyerap air sehingga cadangan air tanah semakin
menurun dan jika musim kemarau datang akan terjadi kekeringan.
Sedangkan penggunaan energi yang bersumber dari pembakaran fosil
mengakibatkan besarnya emisi gas yang dihasilkan sehingga berdampak
pada efek rumah kaca dan terjadilah pemanasan global.
Faktor kedua terjadinya kekeringan adalah terganggunya sistem
hidrologi alam akibat laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Hal
ini meningkatknya kebutuhan lahan untuk dijadikan perumahan dan
lapangan kerja sehingga terjadinya perambahan hutan serta penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan daya dukungnya. Berkurangnya hutan ini
menyebabkan wilayah resapan air menjadi menurun yang mengakibatkan
erosi dan pendangkalan alur-alur hidrologi alam sehingga saat musim
kemarau muncul kelangkaan dan keterbatasan air.
Faktor ketiga adalah kekeringan agronomis, yang disebabkan oleh
kurangnya penyesuaian teknologi budidaya dengan kondisi keterbatasan air
yang dihadapai, penggunaan air yang tidak menggunakan teknologi hemat
air. Hal ini dipicu karena pemikiran para petani yang menganggap air bukan
barang ekonomis sehingga dapat digunakan sesukanya dan keinginan para
petani untuk menanam padi dalam kondisi keterbatasan air sehingga terjadi
gagal panen.
Kekeringan di daerah Cianjur juga tentunya mengganggu ketahanan
pangan karena sebagian besar hasil produksi padi gagal panen, tentu saja hal
ini akan menyetidakimbangkan kebutuhan pangan dan ketersediaan pangan
yang ada sehingga seharusnya dilakukan intensifikasi pertanian supaya
kebutuhan pangan dapat tercukupi. Hal ini merupakan adaptasi yang
dilakukan dalam upaya memperkecil efek negatif dari kekeringan seperti
melakukan teknologi hemat air dan teknologi budidaya tanaman.
Solusi dan upaya pencegahan dari permasalahan tersebut dapat
diatasi dengan peran semua pihak. Pihak yang harus berperan aktif untuk
mengatasi masalah ini yaitu pemerintah dan masyarakat yang
bersangkuatan. Pemerintah harus berperan aktif untuk membantu petani.
Upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan jadwal pemberian air
yang diperketat dan petani dihimbau untuk mengikuti pola tanam yang
sesuai. Masyarakat harus berperan aktif untuk menanam pohon tahunan dan
program reboisasi yang dapat dimanfaatkan untuk peresapan dan
penyimpanan cadangan air tanah sehingga pada saat terjadi musim kemarau
wilayah tersebut tidak akan mengalami kekeringan kembali. Selain itu perlu
dilakukan perbaikan hutan yang telah rusak dan melindungio hutan-hutan
yang masih terjaga kelestariannya. Upaya penting lainnya adalah penekanan
laju kelahiran dengan program KB. Karena semakin tinggi laju
pertumbuhan maka sebanding dengan kebutuhan lahan yang besar dan
mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan.
3.2 Pembelajaran
Dari kekeringan di daerah Cianjur yang dibahas dalam makalah ini
memberikan pembelajaran bahwa kesadaran masyarakat untuk peduli
terhadap lingkungan sangatlah penting. Cara-cara yang dapat dilakukan
yaitu menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak mengeksploitasi SDA
secara berlebihan, meninggkatkan kesadaran diri terhadap lingkungan
dengan mengubah gaya hidup masyarakat Cianjur melalui hal-hal sederhana
seperti membuang sampah pada tempatnya, mulai memisahkan sampah
organik dan non organik, melakukan penghematan listrik, air, bahan bakar,
dan sumber daya yang dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui.
Pembelajaran lainnya yakni apabila dalam suatu musim tidak
memungkinkan menanam tanaman pangan yang membutuhkan air banyak
seperti padi, maka seharusnya tidak perlu dipaksakan karena hal ini akan
menyebabkan sumber daya air yang ada akan digunakan untuk pertanian
saja padahal air juga penting untuk kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
terakhir, seharusnya pemerintah daerah Cianjur lebih menekan laju
pertumbuhan dengan KB agar meminimalkan terjadinya alih fungsi lahan
pertanian ke non-pertanian.
BAB 4. KESIMPULAN
1. Kekeringan yang terjadi di daerah Cianjur disebabkan oleh
penyimpangan perubahan iklim akibat pemanasan global, terganggunya
sistem hidrologi alam dan kekeringan agronomis.
2. Solusi dan pencegahan kekeringan yang terjadi di daerah Cianjur antara
lain: nmelakukan jadwal pemberian air, mengikuti pola tanam yang
sesuai, reboisasi, memperbaiki kondisi hutan yang rusak, melindungi
hutan yang mesih terjaga kelestariannya dan mencanangkan Keluarga
Berencana.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kekeringan Melanda Wilayah Cianjur. www.antaranews.com (5 September 2012)
Anonim. 2007 . Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa. Jakarta
Anonim. 2012. Jangan Berlebihan Eksploitasi Sumber Daya Alam. Harian Analisa. http://www.analisadaily.com/mobile/read/?id=52770 (5 September 2012)
Anonim. 2012. Global Warming : Pengertian, Penyebab, Efek, Cara mengatasi. http://ciluk-ba.com/global-warming-pengertian-penyebab-efek-cara-mengatasi-15997/ (6 September 2012)
Alwi, T dkk. 2007. GATRA : Mandat Bali Selamatkan Bumi. Jakarta: PT Era Media Informasi
Arif Marfai, M. 2008. Krisis air, tantangan manajemen sumberdaya air. Yogyakarta
BPS. 2011. Badan Pusat Statistik: Kependudukan. www.bps.go.id (17 September 2011)
Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air. 2009. Upaya Departemen Pertanian dalam Adaptasi Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.
Haryadi. 2007. GATRA : Mandat Bali Selamatkan Bumi. Jakarta: PT Era Media Informasi
Irianto, G. 2002. Banjir Bandang: Penyebab Utama dan Upaya Antisipasinya. Tabloid “Sinar Tani”
Novita. 2007. Menekan Energi Demi Kehidupan Masa Depan.
Rizqan, A. 2010. Kualitas Tanah dan Air Intensifikasi Pertanian. Padang
Sahara, Vivi. 2011. Degradasi Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya. http://www.analisadaily.com (6 September 2012)
Suparta. 2004. Jenis-Jenis Banjir serta Berbagai Faktor Penyebabnya. http://duniabaca.com/jenis-jenis-banjir-serta-berbagai-faktor-penyebab-banjir.html (6 September 2012)
Wiranto, R. 2012. Kekeringan dan Ketahanan Pangan. Jakarta