kelompok-1-efek-rumah-kaca

Upload: wahyu-kurniawati

Post on 16-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kimia Kontekstual

TRANSCRIPT

Efek Rumah Kaca

BAB IPendahuluan

A. Latar Belakang MasalahDari tahun ke tahun jika kita mengamati kejadian di bumi ini, maka kita akan merasakan suatu perbedaan, yaitu suhu di permukaan bumi ini semakin panas dan cuaca menjadi tidak menentu. Para ahli menyebutnya dengan istilah pemanasan global atau global warming, dimana terjadi peningkatan suhu di permukaan bumi akibat efek rumah kaca. Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.Penelitian yang dilakukan oleh para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumu ini terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Tidak dapat dipungkiri lagi, semakin maju perkembangan zaman maka teknologi pun semakin maju, mau tidak mau manusia juga akan mangikuti perkembangan tersebut. Salah satunya adalah pemakaian bahan bakar fosil yang menghasilkan kontributor pemanasan global yaitu carbondioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), nitrogen oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Diamana gas-gas tersebut sangat sulit untuk diuraikan di atmosfer bumi. Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.

Fokus dari makalah kami adalah membahas tentang efek rumah kaca itu sendiri ditijau dari segi pengertian, hal-hal yang menyebabkan efek rumah kaca, akibat yang ditimbulkannya, serta solusi dalam mengatasi efek rumah kaca agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkannya.

B. Identifikasi Masalah

Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.C. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian efek rumah kaca?

2. Apa yang dapat menyebabkan timbulnya efek rumah kaca?

3. Apa akibat yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca?

4. Bagaimana solusi untukmengatasi efek rumah kaca?D. Tujuan PenulisanDari rumusan masalah tersebut dapat diketahui bahwa tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian efek rumah kaca.2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya efek rumah kaca.

3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca.

4. Untuk mengetahui solusi untukmengatasi efek rumah kaca.E. Manfaat Penulisan

Dari segenap pembahasan yang telah dipaparkan, harapan yang ingin diwujudkan dalam makalah ini tercakup secara teoritis dan secara praktis yang meliputi :

1. Secara teoritis

Makalah ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan terhadap usaha peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan.

2. Secara praktis

Tujuan praktis dari makalah ini adalah: Mendorong mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta untuk dapat memahami penyebab efek rumah kaca dan akibat yang ditimbulkannya, sehingga dapat dicarikan solusi untuk mengatasinya.F. Metode PenulisanMetode yang digunakan penulis dalam penulisan makalah ini antara lain :

1. Studi kepustakaan

Dengan memanfaatkan Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta Kampus 1 dan Kampus 2 guna memperoleh referensi utama.

2. Studi elektromedia

Dengan memanfaatkan fasilitas Internet dan situs-situs pendukung guna memperoleh referensi sekunder.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Efek Rumah Kaca

Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green house efect, pada awalnya berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam dan menyimpan sayur mayur dan bunga-bungaan di musim dingin. Para petani tersebut menggunakan rumah kaca karena sifat kaca yang mudah menyerap panas dan sulit melepas panas, di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruanagn rumah kaca sebagai gelombang panas berupa gelombang sinar infra merah, tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan.

Dari situlah istilah efek rumah kaca muncul, bumi diibaratkan sebagai tanaman, dan kaca sebagai atmosfer bumi, dimana atmosfer ini befungsi untuk menjaga suhu bumi agar tetap hangat walaupun di musim dingin.

Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena gas-gas dalam atmosfer dapat menyerap gelombang panas dari sinar matahari menjadikan suhu di bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup. Seandainya tidak ada gas rumah kaca jadi tidak ada efek rumah kaca, suhu di bumi rata-rata hanya akan -180 C, suhu yang terlalu rendah bagi sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 330C lebih tinggi , yaitu 150C, suhu ini sesuai bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup.

Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).

Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.

1. Uap air

Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.

Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

2. Karbondioksida

Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.

Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.

3. Metana

Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.

4. Nitrogen Oksida

Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.

5. Gas lainnya

Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan temoat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.

Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.

B. Penyebab Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya (CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride) di atmosfer yang disebut gas rumah kaca. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.Gas rumah kaca dapat dihasilkan baik secara alamiah maupun dari hasil kegiatan manusia. Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan komposisi gas rumah kaca di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan keangkasa sebagai hasil dari aktifitas manusia untuk membangun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Aktifitas-aktifitas yang menghasilkan gas rumah kaca diantarnya dari kegiatan perindustrian, penyediaan energi listrik, transportasi dan hal lain yang bersifat membakar suatu bahan. Sedangkan dari peristiwa secara alam juga menghasilkan/ mengeluarkan gas rumah kaca seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, peternakan hingga kita bernafaspun mengeluarkan gas rumah kaca. Selain itu aktifitas manusia dalam alih guna lahan juga mengemisikan gas rumah kaca.

Mekanisme kerja gas rumah kaca adalah sebagai berikut, lapisan atmosfir yang terdiri dari, berturut-turut : troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca.

Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik, terjadilah efek rumah kaca.

C. Akibat Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca tentu saja memiliki dampak yang ditimbulkannya, dampak tersebut dapat berupa dampak negatif dan positif.

1. Dampak negatif antara lain :

Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Efek rumah kaca menjadi penyebab global warming dan perubahan iklim. Iklim di bumi menjadi tak menentu dan susah diprediksikan, sehingga mengganggu sistem penerbangan dan petani dalam menentukan masa panen.2. Dampak positif adanyaefek rumah kaca antara lain :

Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena gas-gas dalam atmosfer dapat menyerap gelombang panas dari sinar matahari menjadikan suhu di bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup. Seandainya tidak ada gas rumah kaca jadi tidak ada efek rumah kaca, suhu di bumi rata-rata hanya akan -180 C, suhu yang terlalu rendah bagi sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 330C lebih tinggi , yaitu 150C, suhu ini sesuai bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup.

Dengan adanya efek rumah kaca membuat manusia menjadi berhati-hati dan berhemat terhadap penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan listrik.

Dengan adanya efek rumah kaca manusia menjadi sadar bahwa pohon dan hutan memiliki arti penting sekali bagi kelangsungan kehidupan, yaitu salah satunya dapat menyerap gas polutan dan menghasilkan oksigen. Maka reboisasi kembali digalakkan dan penanaman pohon di kota-kota besar mulai dilakukan.

Manusia menjadi kreatif, karena mengolah limbah seperti plastik, kertas untuk didaur ulang menjadi barang yang ekonomis.

Contoh fakta efek rumah kaca1. PARIS, KOMPAS.com (Kamis, 23 Desember 2010) - Para ilmuwan menegaskan, badai salju dan suhu dingin ekstrem yang melanda Eropa akhir-akhir ini adalah efek langsung dari pemanasan global. Anomali iklim tersebut masih mengakibatkan gangguan transportasi hingga Rabu (22/12/2010), pada saat jutaan warga Eropa bersiap mudik untuk merayakan Natal di kampung halaman.

Para peneliti dari Potsdam Institute for Climate Impact Research (Potsdam-Institut fr Klimafolgenforschung/PIK) di Jerman mengatakan, musim dingin ekstrem yang terjadi berturut-turut di benua Eropa dalam 10 tahun belakangan ini adalah akibat mencairnya lapisan es di kawasan Artik, dekat Kutub Utara, akibat pemanasan global.

Hilangnya lapisan es membuat permukaan laut di Samudra Artik langsung terkena sinar matahari. Energi panas matahari, yang biasanya dipantulkan lagi ke luar angkasa oleh lapisan es berwarna putih, kini terserap oleh permukaan laut, membuat laut di kawasan kutub itu memanas dan mengubah pola aliran udara di atmosfer.

Dalam model komputer, yang dibuat PIK dan dimuat di Journal of Geophysical Research awal bulan ini, terlihat kenaikan suhu udara di lautan Artik tersebut menimbulkan sistem tekanan tinggi. Sistem tekanan tinggi inilah yang membawa udara dingin kutub ke daratan Eropa.

Anomali ini bisa melipat tigakan probabilitas terjadinya musim dingin yang ekstrem di Eropa dan Asia utara, ungkap Vladimir Petoukhov, fisikawan dan peneliti utama PIK.

Petoukhov menambahkan, efek aliran udara dingin dari kutub utara itu akan makin parah saat terjadi gangguan pada arus udara panas yang melintasi Samudra Atlantik dan perubahan aktivitas matahari.

Itulah yang terjadi saat ini. Para pakar cuaca mengatakan, saat ini arus udara hangat dari pantai timur AS (Gulf Stream) terhalang dan berbelok arah di tengah-tengah Atlantik.

Hal itu membuat aliran udara dingin dari Artik dan Eropa Timur tak terbendung masuk ke Eropa Barat. Saat arus dingin ini melintasi Laut Utara dan Laut Irlandia, uap air dari laut tersebut diubah menjadi salju dalam skala sangat besar dan menyebabkan badai salju parah di negara-negara Eropa Barat.

2. WASHINGTON, KOMPAS.com (24 November 2009)- Sejak persepakatan Kyoto tahun 1997 tentang pemanasan global, perubahan iklim justru menunjukkan gejala memburuk dan makin cepat melebihi perkiraan terburuk ditahun 1997. Ketika dunia selama belasan tahun bicara tentang pemanasan global, lautan Artik yang tadinya beku kini mencair menjadi jalur-jalur baru perkapalan. Di Greenland dan Antartika, lapisan es telah berkurang triliunan ton. Gletser di pegunungan Eropa, Amerika Selatan, Asia, dan Afrika menciut sangat cepat. Bersama itu pula, menjelang konferensi tingkat tinggi iklim di Kopenhagen bulan depan, fakta-fakta perubahan iklim lainnya terus berlangsung, antara lain: Semua air samudera di dunia telah meninggi 1.5 inchi Musim panas dan kebakaran hutan makin parah di seluruh dunia, dari Amerika bagian barat hingga Australia, bahkan sampai Gurun Sahel di Afrika utara. Banyak spesies kini terancam karena berubahnya iklim. Bukan saja beruang kutub yang kepayahan bermigrasi (yang telah menjadi ikon pemanasan global), tapi juga pada kupu-kupu yang sangat rapuh, berbagai spesies kodok, dan juga pada hutan-hutan pinus di Amerika utara. Temperatur selama 12 tahun terakhir lebih panas 0.4 derajat dibandingkan dengan 12 tahun sebelum 1997Perubahan dalam 12 tahun terakhir yang paling mengkhawatirkan para ilmuwan adalah yang terjadi di Artik, dimana lautan es musim panasnya lumer, dan hilangnya massa es beralas daratan pada lokasi-lokasi kunci di seluruh dunia. Semuanya terjadi jauh lebih cepat dari perkiraan.Dahulu di tahun 1997 tak ada orang yang menyangka bahwa lautan es di Artik bisa meleleh ini dimulai kira-kira 5 tahun yang lalu, kata Weaver. Dari 1993 hingga 1997, es di lautan biasanya mengecil kira-kira menjadi 2,7 juta mil persegi di musim panas. Dalam lima tahun terakhir rata-rata hanya menjadi 2 juta mil persegi. Selisih itu sebesar Alaska.Antartika mengalami peningkatan es laut yang kecil, dikarenakan efek dingin dari lubang di ozon, menurut Survei Antartika Inggris. Dalam waktu bersamaan, bongkah-bongkahan besar dari lapisan es lepas dari semenanjung Antartika.Walau es di Samudera Artik tak meningkatkan permukaan laut, tapi lumernya lapisan es raksasa dan gletser bisa menaikkan permukaan laut. Kedua hal tersebut terjadi dengan cepat di kedua kutub bumi.Pengukuran menunjukkan bahwa sejak tahun 2000, Greenland telah kehilangan lebih dari 1,5 triliun ton es, sementara Antartika 1 triliun ton sejak 2002. Menurut beberapa laporan dari Dewan Antar-Pemerintahan untuk Perubahan Iklim, para ilmuwan tidak mengantisipasi hilangnya lapisan es di Antartika, kata Weaver. Dan rasio kecepatan melelehnya es makin tinggi, sehingga lapisan es di Greenland kini meleleh dua kali lebih cepat dibanding tujuh tahun lalu, sehingga meninggikan permukaan laut.Gletser di seluruh dunia menciut tiga kali lebih cepat dibanding tahun 1970an dan rata-rata tiap gletser telah kehilangan es setebal 25 kaki (7,62 m) sejak 1997, kata Michael Zemp, peneliti di Badan Pengawan Gletser Dunia di Universitas Zurich.Gletser adalah pengukur iklim yang handal, kata Zemp. Yang terjadi adalah hilangnya es yang makin cepat. Dan permafrost yaitu kawasan beku di utara juga meleleh dengan kecepatan yang mengkhawatirkan, kata Burkett.Ada satu lagi dampak pemanasan global baru diketahui setelah tahun 1997 yang membuat ilmuwan gigit jari. Semua samudera makin asam karena banyaknya karbondioksida yang diserap oleh air. Ini menyebabkan pengasaman, suatu isu yang bahkan tak diberi nama hingga beberapa tahun terakhir. Air yang lebih asam akan merusak karang, kerang, dan plankton, yang ujungnya mengancam rantai makanan di lautan, kata para bakar biologi.Di tahun 1997, tak disebut perihal tumbuhan dan satwa dalam hal pemanasan global. Namun kini keduanya ikut terancam, kata pakar biologi Universitas Stanford, Terry Root. Kini para ilmuwan sedang memikirkan spesies mana saja yang bisa diselamatkan dari kepunahan dan mana yang sudah tak tertolong. Beruang kutub adalah spesies pertama di daftar federal untuk spesies terancam, dan hewan sejenis kelinci kecil dari Amerika, Pika, kemungkinan juga terancam.Lebih dari 37 juta hektar hutan pinus di Kanada dan Amerika telah dirusak oleh kumbang yang tak mati (terkendali populasinya) karena musim salju tak sedingin dahulu lagi. Dan di Amerika bagian barat, jumlah daerah yang mengalami kebakaran berlipat. Penampung Sungai Colorado, penyedia air besar untuk Amerika Barat, hampir penuh di tahun 1999, tapi di tahun 2007 setengah dari persediaan air telah hilang setelah daerah itu menderita kemarau berkepanjangan terparah dalam catatan seabad.Kerugian asuransi dan pemadaman listrik menjulang dan para ahli mengatakan bahwa pemanasaan global turut ada andilnya juga di sini. Jumlah pemadaman listrik sehubungan cuaca di Amerika dari 2004-2008 tujuh kali lebih tinggi dibanding tahun 1993-1997, kata Evan Mills, kata staf peneliti dari Lab. Nasional Lawrence Berkeley. Pesan dari segi ilmu pengetahuan ialah bahwa kini kita tahu lebih banyak dibanding tahun 1997, dan semuanya kabar buruk, kata Eileen Claussen, ketua dari Pusat Perubahan Iklim Global di Pew. Keadaannya lebih parah dari perkiraan manapun.D. Solusi untuk Mengatasi Efek Rumah KacaMeningkatnya emisi gas rumah kaca di lapisan atmosfer bisa jadi akan terus meningkat tanpa adanya usaha pencegahan atau pengurangan emisi yang harus dilakukan oleh manusia. Hubungannya dengan pengurangan emisi gas CO2 di atmosfer adalah, pertama menggunakan bahan bakar alternatif akan bahan bakar minyak atau penggunaan bahan bakar minyak seefisien mungkin. Kedua, dengan cara pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Aplikasi pada sektor kehutanan adalah pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan yang berorientasi kepada kelestarian ekosistem.

UU No 41 tahun 1999, tentang Kehutanan pada pasal 10 ayat 2 dinyatakan bahwa pengurusan hutan meliputi kegiatan penyelengaraan :

1. Perencanaan kehutanan

2. Pengelolaan hutan

3. Penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan

4. Pengawasan

Sedangkan pada pasal 21 menyatakan bahwa pengelolaan hutan meliputi :

1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

2. Pmanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan

3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

4. Perlindungan hutan dan konservasi alam

Untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap pengurangan emisi gas CO2 pengelolaan sumber daya hutan harus dilakukan dengan azas demokrasi,transparasi, partisipasi dan akuntabilitas.

Keberadaan hutan dan kelestarian vegetasi diaggap penting dalam mencegah atau mengurangi efek rumah kaca. Hal ini karena hutan dan vegetasi lain dapat mengambil CO2 dari atmosfer untuk proses fotosintesa dan melepaskan O2 sebagai salah satu hasil dari proses fotosintesa.Fotosintesa mungkin merupakan fungsi yang yang terpenting dalam ekosistem karena fotosintesa merupakan satu-satunya jalan masuknya energi matahari kedalam system kehidupan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa hasil dari ekosistem berupa biomassa merupakan bahan makanan bagi manusia dan makhluk lain, bahan bangunan atau bahan pakaian. Bahkan fosil dari biomassa tumbuhan dan hewan menjadi bahan bakar minyak, gas dan batu bara.

Tidak ada cara lain untuk mengurangi emisi gas rumah kaca kecuali melalui proses fotosintesa, akan tetapi banyak cara untuk menambah emisi gas rumah kaca. Oleh sebab itu pembangunan sumber daya hutan dan menambah bentangan hijauan adalah salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.Contoh nyata upaya penanggulangan efek rumah kaca dalam kehidupan sehari-hari antara lain

Mengubah perilaku setiap orangUntuk mencegah terjadinya dampak-dampak dari bahaya efek rumah kaca, tentunya harus dimulai dari diri sendiri pada setiap orang. Kepedulian setiap individu untuk melakukan perubahan perilaku pada dirinya akan berdampak bagi generasi penerus di kemudian hari.

a. Penggunaan alat listrik

Listrik tidak sebersih yang dikira, karena letak pembangkit yang jauh, sehingga asap polusinya tidak kita rasakan. Pembangkit listrik merupakan penyumbang emisi yang besar karena masih menggunakan bahan bakar fosil untuk prosesnya. Sekitar 27% pembangkit listrik di Jawa-bali menggunakan batubara, batubara sendiri adalah bahan bakar yang paling kotor karena mengeluarkan emisi paling besar. Perlu diketahui juga, listrik menyumbang 26 % total emisi yang dihasilkan di Indonesia.

Menghemat penggunaan Listrik antara pukul 17.00 sampai 22.00. Memadamkan listrik jika sedang tidak digunakan. Karena pada kondisi stand by, alat elektronik masih mengalirkan listrik sebesar 5 watt. Kabel dari barang elektronik akan lebih baik jika dilepas dari stop kontak bila sudah tidak digunakan Menggunakan lampu hemat energi (CFL) dan lampu sensor cahaya untuk lampu taman, sehingga lampu akan hidup dan mati secara otomatis tergantung cahaya matahari. Memanfaatkan cahaya matahari untuk penerangan di dalam ruangan di pagi dan siang hari. Selain menghemat listrik juga dapat menurunkan emisi penyebab pemanasan global Menggunakan timer agar televisi otomatis mati saat ketiduran.

Memakai alat-alat elektronik dengan cara bijak, sehingga dapat menghemat penggunaan listrik. Misalnya :

Penggunaan komputer dan printer.

Menunggu beberapa saat setelah CPU menyala untuk menyalakan layar atau monitor. Layar bisa langsung dimatikan setelah mengklik shut down, sehingga tidak perlu menunggu komputer mati terlebih dahulu.

Menggunakan laptop lebih hemat energi dibandingkan dengan komputer pribadi (PC). Laptop hanya memerlukan daya 60 watt, sementara PC sekitar 200 watt (bahkan lebih).

Monitor komputer jenis LCD lebih hemat energi jika dibandingkan jenis CRT. Monitor jenis LCD hanya memerlukan listrik sebesar 40 watt, sedangkan jenis CRT memerlukan 120 watt. Saat stand by, monitor LCD hanya menggunakan listrik 3 watt, sedangkan monitor CRT menggunakan 20 watt.

Mematikan komputer atau laptop saat tidak digunakan. Printer yang sedang tidak digunakan, tetapi kabel selalu terpasang akan menghasilkan emisi sebesar 21 kg CO2 per tahun atau sekitar Rp. 17.000,00 per tahun

Penggunaan setrika.

Memilih setrika listrik yang menggunakan sistem pengatur panas otomatis.

Pada saat menyetrika, tingkat panas yang diperlukan lebih baik sesuai dengan bahan pakaiannya.

Membiasakan menyetrika sekaligus dan menghindari mencabut dan mencolokkan kembali setrika ke sumber listrik.

Membersihkan bagian bawah setrika dari kerak yang dapat menghambat panas. Mematikan setrika ketika selesai digunakan atau bila akan ditinggalkan untuk mengerjakan yang lain

Penggunaan pompa air.

Menggunakan reservoir/tangki penampungair untuk kebutuhan air rumah tangga, jika tidak, maka menggunakan pompa air untuk mengisi bak atau ember.

Menyalakan pompa air bila air di dalam tangki hampir habis.

Menggunakan sistem kontrol otomatis atau pelampung pemutus arus otomatik pada tangki air yang berfungsi untuk memutus arus listrik ke pompa air bila air sudah penuh.

Menghindari pompa yang sering hidup-mati karena semakin besar juga daya listrik yang dipakai.

Memilih jenis pompa air sesuai dengan kebutuhan dan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi.

Penggunaan charger handphone (HP).

Saat mengisi ulang baterai handphone, hanya 5% energi listrik yang masuk ke baterai handphone. Sisanya 95% terbuang percuma. Ini disebabkan teknologi charger handphone belum hemat energi. Untuk mengurangi pemborosan listrik, segera mencabut charger, jika baterai handphone sudah penuh. Penggunaan magic jar.

Tidak semestinya membiarkan magic jar menyala selama 24 jam. Mematikan magic jar setelah nasi atau masakan matang, Menyalakan magic jar hanya pada saat ingin memanaskan nasi atau masakan. Stop kontak.

Melepas kabel dari stop kontak jika sudahtidak digunakan atau menggunakan stop kontak dengan tombol on/off agar tidak perlu mencabut dan memasang kabel.

Proses mencuci.

Menurut penelitian Institut Manufaktur di Universitas Cambrige, enam puluh persen pemborosan energi diasosiasikan dengan masa selama mencuci dan mengeringkan pakaian. Menggunakan air dingin untuk mencuci dan membilasnya dan mengeringkan pakaian di jemuran. Hal terebut dapat menghemat energi. Dengan demikian, kita telah mengurangi emisi karbon dioksida sampai90%. b. Penggunaan kendaraan bermotor

Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Mendukung petani lokal

Dengan membeli produk-produk lokal, maka sama halnya dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi polusi yang digunakan dan dihasilkan dari kendaraan yang digunakan untuk mengangkut produk dari luar kota dan luar negeri. Selain itu juga, produk lokal tidak kalah kualitas dan desainnya dibandingkan produk impor. Semakin banyak membeli makanan impor, maka semakin besar kontribusi emisi CO2. Memperbaiki kualitas kendaraan, melakukan uji emisi dan merawat kendaraan bermotor dengan baik.

c. Go green

Untuk mengatasi pengurangan polusi udara pada di atmosfer, maka dapat dilakukan juga penanaman tanaman. Penanaman tanaman dapat berupa pohon dapat dilakukan di halaman dan tempat-tempat yang banyak menghasilkan polusi udara, seperti di pinggir-pinggir jalan. Selain itu juga, melakukan reboisasi pada gunung-gunung yang gundul dan membuat taman-taman di perkotaan atau biasa disebut dengan taman kota.d. Pengelolaan sampah

Sampah merupakan masalah jangka panjang karena sampah akan terus ada. Jika tidak dilakukan langkah-langkah untuk menanggulangi masalah sampah, maka sampah akan terus menumpuk di tempat pembuangan sampah akhir. Hal tersebut secara tidak sadar akan menghasilkan emisi gas CO2 dan CH4, dimana gas-gas tersebut merupakan gas rumah kaca. Jika sampahsampah tersebut ditimbun terus-menerus, maka konsentrasi gas

CO2 dan CH4 di atmosfer akan terganggu dan menyebabkan efek rumah kaca semakin berbahaya. Namun, membakar sampah bukanlah cara untuk mengatasi masalah ini. Karena dengan membakar sampah, maka akan mengakibatkan polusi udara.

Untuk mengatasi masalah ini, yang dapat dilakukan adalah :

Mengurangi penggunaan sampah

Membawa kantong plastik dari rumah atau keranjang belanjaan ketika berbelanja ke pasar.

Menggunakan kantong plastik dari daun singkong atau bahan daur ulang. Karena tas kertas atau plastik sama tidak baiknya. Plastik yang ramah lingkungan seperti tas plastik dari daun singkong hanya membutuhkan waktu 6 bulan sampai 5 tahun untuk terurai.

Membawa bekal minum kemana ketika bepergian dengan menggunakan botol minum sendiri.

Memilih sabun dan shampoo berukuran besar dan bisa diisi ulang, selain lebih ekonomis juga dapat mengurangi sampah kemasan.

Menghindari penggunaan sedotan dan sumpit sekali pakai untuk mengurangi sampah.

Menghindari menggunakan produk dalam bentuk sachet untuk mengurangi sampah.

Mencuci dan menggunakan kembali peralatan makan sekali pakai untuk acara berikutnya. Jika sudah tidak bisa digunakan, maka bisa diberikanlah pada pemulung.

Memilih teh bubuk, bukan teh celup. Karena teh celup terbuat dari bahan yang sulit hancur.

Menghabiskan makanan dan minuman yang terdapat di piring dan gelas untuk mengurangi sampah. Memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik. Memisahkan antara sampah organik, plastik dan kertas, maka akan mempermudah dalam proses mendaur ulang sampah. Sampah organik bisa dijadikan kompos. Sampah plastik bisa dijadikan kerajinan tangan atau didaur ulang kembali menjadi plastik. Sedangkan sampah kertas bisa didaur ulang kembali menjadi kertas daur ulang dan kertas yang biasa digunakan (HVS). Menghemat penggunaan kertas.

Setiap harinya sampah kertas di seluruh dunia berasal dari 27.000 batang kayu. Pada tahun 2005, Indonesia mengonsumsi kertas sebanyak 5,6 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan sebanyak 22,4 juta m3 kayu yang diambil dari hutan alam atau sama dengan menebang hutan seluas 640 ribu hektar per hari. Kegiatan penebangan dan kebakaran hutan merupakan penyumbang emisi terbesar, yaitu sekitar 64% dari total emisi di Indonesia. Diantaranya diakibatkan oleh kegiatan pabrik kertas. (Kementerian Lingkungan Hidup, 1999)

Cara bijak menghemat penggunaan kertas adalah :

Membaca koran dengan cara online

Menggunakan pulsa elektrik untuk menghindari pembeliab voucher isi ulang Memakai ulang amplop yang sudah dipakai dengan kondisi ytang masih memungkinkan untuk dipakai

Memikirkan kembali sebelum mengeprint dokumen dan menghindari mencetak dokumen yang tidak penting

Menggunakan kertas bolak-balik untuk menghemat kertas

Mengumpulkan kertas yang satu sisinya masih kosong untuk dipakai ulang sebagai buku catatan

Mengumpulkan kertas bekas yang kedua sisinya telah digunakan untuk didaur ulang

Mengurangi penggunaan tisu

Mengurangi konsumsi daging sapi

Dengan banyaknya masyarakat yang mengonsumsi sapi, maka akan semakin banyak pula sapi di peternakan sapi. Kotoran sapi menghasilkan emisi NO2 dan pembusukan kotorannya mengeluarkan gas CH4. Sehingga semakin banyak sapi, maka akan semakin banyak jumlah kotorannya. Mendaur ulang kertsa, plastik, dan logamMendaur ulang kertas bekas untuk dijadikan kertas kembali ataupun kerajinan tangan akan sangat membantu jumlah sampah kertas. Hal tersebut juga dapat dilakukan untuk sampah plastik dan logam. Membuat kompos

Jika mempunyai perkebunan atau hobi berkebun, maka menggunakan pupuk kompos yang tidak mengandung zat kimia untuk tanaman. Karena pupuk yang mengandung zat kimia mengandung nitrogen, sehingga menciptakan polusi air dan menghabiskan banyak energi dalam pembuatannya.e. Beradaptasi dengan dapak efek rumah kaca

Dengan cuaca yang tidak menentu merupakan salah satu dampak efek rumah kaca. Mulai saat ini selalu siap sedia jas hujan, payung dan sepatu bot untuk bepergian. Bahaya efek rumah kaca mungkin sudah tidak dapat dihindari lagi. Namun, jika upaya-upaya sederhana di atas dilakukan oleh semua masyarakat secara bersama-sama dan terus-menerus, maka dampak dari efek rumah kaca dapat dikurangi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adanya efek rumah kaca adalah disebabkan oleh bertambahnya jumlah gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosfir yang menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi dipantulkan kembali ke permukaan dan menyebabkan temperatur permukaan bumi menjadi lebih panas. Gas-ga rumah kaca itu antara lain : Uap air, Karbondioksida, Metana, Nitrogen Oksida, Gas lainnya berupa Hidrofluorokarbon (HCFC-22), klorofluorokarbon (CFC) , PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride).

Akibat yang ditimbulkan dari efek rumah kaca memiliki dampak negatif dan positif, tetapi kebanyakan dampak yang ditimbulkan adalah dampak negatif karena merugikan kesejahteran makhluk hidup.

Beberapa solusi untuk mengatasi adanya efek rumah kaca dapat dilakukan dari pihak pemerintah dan masyarakat untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan. Dari pemerintah dapat dilakukan dengan membuat kebijakan untuk mengajak masyarakat dalam menanggulangi efek rumah kaca. Sementara masyarakat dapat melakukan kegiatan-kegiatan dalam kehidupan sehari-hari misalnya : penghematan penggunaan alat listrik, keefisienan penggunaan kendaraan bermotor dengan cara menghemat BBM, Go green dengan reboisasi atau penanaman pohon, pengelolaan sampah, beradaptasi dengan dapak efek rumah kaca.

B. Saran

Melalui pembahasan dalam makalah ini diharapkan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar mampu dan mau mengetahui dan memahami efek rumah kaca, penyebab timbulnya efek rumah kaca, akibat yang ditimbulkan, dan solusi dalam menanggulangi dampaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Rakhma, Nova. 2011. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/328/jbptunikompp-gdl-novarakhma-16372-3-laporan-a.pdf(diakses pada 12 Maret 2011, 11:33)

Supriono,Nano. 2008. Efek Rumah Kaca. http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2015058-efek-rumah-kaca/(diakses pada 12 Maret 2011, 19: 11)

Kaskus. 2009. Efek Rumah Kaca. http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5632034(diakses pada 12 Maret 2011, 19:23)

Wahono, Tri. 2011. Green Finance Solusi Perubahan Iklim. http://www.kompas.com(diakses pada 9 Maret 2011, 06:49)

AZ, Ridwan. 2011. Efek Rumah Kaca dan Pengertiannya. http://ridwanaz.com/teknologi/efek-rumah-kaca-dan-pengertiannya/(diakses pada 19 Maret 2011, 20:12)

Sijagur, Meriam. 2010. Efek Rumah Kaca pada Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. http://www.meriam-sijagur.com/learning/94-pengetahuan-alam/573-efek-rumah-kaca-pada-pemanasan-global-dan-perubahan-iklim.html(diakses pada 19 Maret 2011, 19:45)

Nurdikiawan, Nugroho. 2007. Pemanasan Global Ancam Lingkungan Indonesia. http://www.pelangi.or.id(diakses pada 12 Maret 2011, 19:20)

Sumarwoto, Otto. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Badan Ekologi.

Wikipedia. 2011. Gas Rumah Kaca. http:// http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gas_rumah_kaca&action=edit(diakses pada 9 Maret 2011, 10:15)

Suryaman, Oni. 2007. Bagaimana Cara Menghadapi Pemanasan Global. http://www.wikimu.com/News/Home(diakses pada 9 Maret 2011, 10:20)

Wisnubrata, A. 2010. Mengurangi Emisi Bisa Bertindak Sendiri. http://www.kompas.com(diakses pada 8 Maret 2011, 11:44)

Wahono, Tri. 2007. Bukti Nyata Pemanasan Global. http://www.kompas.com(diakses pada 7 Maret 2011, 06:38)

Rahmawati Sunarya, Risa. 2009. Adakah Dampak Positif dari Efek Rumah Kaca?. http://chem-is-try.org(diakses pada 7 Maret 2011, 06:40)

4