kelenjar getah bening

45
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar getah bening (KGB) terdapat di beberapa tempat dalam tubuh kita. Sering timbul benjolan-benjolan di daerah tempat KGB berada dan sering pula hal itu menimbulkan kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien. Apakah pembesaran ini merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu gejala dari keganasan. Untuk itu perlu dikenali kemungkinan- kemungkinan penyebab dari pembesaran KGB tersebut dan dikenali pula gambaran klinisnya sehingga mengetahui tatalaksana yang akan dilakukan (Heusner, 2009). Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih 600 KGB, namun hanya di daerah submandibula, aksila atau inguinal yang normal teraba pada orang sehat. Sekitar 55% pembesaran KGB terjadi pada daerah kepala dan leher. Penderita terbanyak dengan jenis kelamin laki-laki (48,38%) pada kelompok umur 31-40 tahun (26,61%). Diagnosis hasil biopsi terbanyak adalah Metastasis karsinoma (41,44%%). (Kanwar, 2009).

Upload: agus-emonine

Post on 06-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKelenjar getah bening (KGB) terdapat di beberapa tempat dalam tubuh kita. Sering timbul benjolan-benjolan di daerah tempat KGB berada dan sering pula hal itu menimbulkan kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien. Apakah pembesaran ini merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu gejala dari keganasan. Untuk itu perlu dikenali kemungkinan-kemungkinan penyebab dari pembesaran KGB tersebut dan dikenali pula gambaran klinisnya sehingga mengetahui tatalaksana yang akan dilakukan (Heusner, 2009).Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih 600 KGB, namun hanya di daerah submandibula, aksila atau inguinal yang normal teraba pada orang sehat. Sekitar 55% pembesaran KGB terjadi pada daerah kepala dan leher. Penderita terbanyak dengan jenis kelamin laki-laki (48,38%) pada kelompok umur 31-40 tahun (26,61%). Diagnosis hasil biopsi terbanyak adalah Metastasis karsinoma (41,44%%). (Kanwar, 2009).WHO memperkirakan sekitar 1,5 juta orang di dunia saat ini hidup dengan NHL dan 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini tiap tahun. Sekitar 55 persendari NHL tipenya agresif dan tumbuh cepat. NHL merupakan kanker tercepat ketiga pertumbuhannya setelah kanker kulit dan paru-paru. Angka kejadian NHL meningkat 80 persen dibandingkan tahun 1970-an. Setiap tahun angka kejadian penyakit ini meningkat 3-7 pesen. NHL banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia 45-60 tahun (Williams dan Wilkins, 2004).Limfadenopati merujuk pada KGB yang abnormal, baik ukuran, konsistensi dan jumlahnya. Ada beberapa klasifikasi limfadenopati, tetapi yang sederhana dan yang biasa digunakan klinisi adalah limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata. Limfadenopati generalisata jika KGB membesar pada dua atau lebih daerah yang tidak berdekatan, sedangkan limfadenopati lokalisata apabila pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja. Membedakan keduanya merupakan hal yang penting untuk mengetahui diagnosis penyakit yang mendasarinya. Pada penderita limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya, 3 dari 4 penderita limfadenopati adalah lokalisata dan 1 dari 4 penderita merupakan limfadenopati generalisata (Kanwar, 2009).limfadenopati dapat menunjukkan adanya penyakit serius, pada umumnya disebabkan oleh infeksi. Bila didapatkan limfadenopati lokal, harus dilakukan evaluasi kemungkinan adanya limfadenopati generalisata. Pada sebagian besar kasus, diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fi sik. Kelenjar getah bening normal biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan cenderung lebih besar pada orang dewasa muda. Pada orang normal, kelenjar getah bening sering teraba di daerah inguinal karena trauma kronik dan infeksi yang sering terjadi di ekstremitas bawah; dapat juga teraba di daerah leher (terutama daerah submandibular) setelah infeksi daerah kepala dan leher.1 Pada umumnya, kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm merupakan temuan abnormal. Diperkirakan 1,1% penderita yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer mengidap keganasan. Faktor risiko utama keganasan meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras, terfi ksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, dan berlokasi di supraklavikula (Amaylia, 2013).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan UmumMakalah ini bertujuan supaya Mahasiswa/i STIKes Santa Elisabeth Medan Tahap Profesi Ners Angkatan IV 2014 mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan medikal bedah dengan sistem reproduksi lebih khususnya pada pasien yang mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening dengan sistem aplikasi NANDA, NOC dan NIC dalam menerapkannya kedalam praktik keperawatan medikal bedah di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2014.

1.2.2 Tujuan Khusus

Makalah ini memiliki tujuan khusus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan medikal bedah supaya Mahasiswa/i STIKes Santa Elisabeth Medan Tahap Profesi Ners Angkatan IV 2014 mampu memahami:

1. Konsep Dasar Medik

1) Pengertian Kelenjar Getah Bening

2) Etiologi

3) Patofisiologi

4) Phatway

5) Manifestasi Klinik

6) Komplikasi

7) Prognosis

8) Pemeriksaan Diagnostik

9) Pentalaksanaan

2. Konsep Dasar Keperawatan

1) Pengkajian Keperawatan

2) Diagnosa Keperawatan

3) Rencana Keperawatan

4) Implementasi Keperawatan

5) Evaluasi

6) Discharge Planning

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Medik

2.1.1 Pengertian kelenjar getah beningLimfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm.2 Kepustakaan lain mendefi nisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliak, atau poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih besar dari 5 mm merupakan keadaan abnormal (Amaylia, 2013).Limfadenopati atau kelenjar getah bening merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan keresahan orang tua ataupun pasien itu sendiri. Apakah itu merupakan tanda dari keganasan, atau suatu keadaan yang normal. Untuk itu diperlukan suatu profil Limfadenopati untuk membantu menegakkan diagnosis agar diketahui cara penanganannya dengan baik (Robbin dan Cotran, 2009)Cairan getah bening atau sistem limfatik adalah jalan penting cairan dari ruang intrasersial dalam darah yang membawa protein dan pratikel besar ke luar dari ruang intersisial ke dalam darah sehingga protein tidak menumpuk di dalam ruang intersisial, apabila tidak berfungsi maka dalam 24 jam akan mengalami pembentukkan berupa benjolan atau pembengkakan yang biasanya jarang menimbulkan rasa sakit (Iryani, 2010).

Cairan limfatik adalah cairan putih menyerupai susu yang mengandung protein lemak dan limfosit yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh lewat pembuluh limfatik. Ada dua macam sel limfosit yaitu sel B dan T. Sel B berfungsi membantu melindungi tubuh melawan bakteri dengan membuat antibodi yang memusnahkan bakteri. Gejala dan penyakit kanker kelenjar getah bening meliputi pembengkakan kelenjar getah bening pada leher, ketiak atau pangkal paha (Heusner, 2009).Limfoma adalah kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal, seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada bebagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang, darah ataupun organ lain (Williams dan Wilkins, 2004).Ada dua jenis kanker sistem limfotik yaitu penyakit hodgkin dan limfoma non-hodgkin (NHL). Kanker kelanjar getah bening atau limfoma adalah sekelompok penyakit keganasan yang berkaitan dan mengenai sistem limfatik. Sistem limfatik merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yang membentuk pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker (Heusner, 2009).2.1.2 EtiologiMakin tua usia makin tinggi risiko terkena limfoma karena daya tahan tubuhnya menurun. Hingga kini penyebab limfoma belum diketahui secara pasti. Ada empat kemungkinan penyebabnya yaitu faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteri dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet, pewarna kimia) (Elsevier, 2005).Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan), infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-lain dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik) (Amaylia, 2013).

Etiologi limfadenopati terangkum pada tabel 2.1

No.PenyebabKarakteristik

1.Keganasan

a. Limfoma

b. Leukemia

c. Neuplasma kulit

d. Metastasis Demam, keringat malam, penurunan berat badan, asimtomatik.

Memar, splenomegali

Lesi kulit karakteristik

Bervariasi tergantung tumor kulit

2.Infeksi

a. Bruselosis

b. Cat-Scratch disease

c. CMV

d. HIV, infeksi primer

e. Limfogranuloma venereum

f. Mononukleosis

g. Faringitish. Rubela

i. Tuberkulosis

j. Tularemia

k. Demam tifoid

l. Sifilis

m. Hepatitis virusDemam, menggigil, malaise

Demam, menggigil, asimptomatik

Hepatitis, pneumonitis

Nyeri, promiskuitas seksual

Demam, malaise, splenomegali

Demam, eksudat orofangineal

Ruam kareakterisitik, demam

Demam, keringat malam, hemoptisis

Demam, ulkus pada tempat gigitan

Damam, konstipasi, diare

Ruam, ulkus tanpa nyeri

Demam, mual, muntah, diare

Artritis, nefritis, anemia, ruam

3.Autoimun a. Lupus eritematosus sistemik

b. Artritis reumatoid

c. Dermatomiositisd. Sindrom sjogrenArtritis simetris, kaku pada pagi hari, demamPerubahan kulit, kelemahan otot proksimal

Keratokonjungtivitis, gangguan ginjal, vaskulitis

Demam, conjungtivitis, strawberry tongue

4.Lain-lain atau kondisi tak lazima. Penyakit kawasaki

b. SarkoidosisPerubahan kulit, dispepsia, adenopati hilar

Demam, urtikaria, fatique

5.Latrogenika. Serum sicknnes

b. Obat Limfadenopati asimptomatik

(Amaylia, 2013).2.1.3 Patofisiologi dan Anatomi Fisiologi

Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal (limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 kelenjar getah bening leher dan drainage

Gambar 2.1 kelenjar getah bening aksila dan drainage

Gambar 2.1 kelenjar getah bening aksila dan drainage

Sistem Limfatik

Gambar 2.2 Letak getah bening pada pembuluh darah jantungSistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening membawa cairan dan protein yang hilang kembali ke darah .Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila suda berada dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau getah bening, komposisinya kira-kira sama dengan komposisi cairan interstisial. Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi di dekat persambungan vena cava dengan atrium kanan (Asih, 2011).Pembuluh limfa, seperti vena , mempunyai katup yang mencegah aliran balik cairan menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh tersebut membantu mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti vena, pembuluh limfa juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan ke arah jantung (Asih, 2011).Di sepanjang pembuluh limfa terdapat organ yang disebut nodus (simpul) limfa (lymph node) atau nodus getah bening yang menyaring limfa. Di dalam nodus limfa terdapat jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah denagn ruang-ruang yang penuh dengan sel darah putih. Sel-sel darah putih tersebut berfungsi untuk menyerang virus dan bakteri. Organ-organ limfa diantanya kelenjar getah bening (limfonodus), tonsil, tymus, limpa ( spleen atau lien) , limfonodulus. System limfe terdiri dari pembuluh limfe, nodus limfatik, organ limfatik, nodul limfatik, sel limfatik. Pembuluh limfe merupakan muara kapiler limfe, menyerupai vena kecil yang terdiri atas 3 lapis dan mempunyai katup pada lumen yang mencegah cairan limfe kembali ke jaringan. Kontraksi otot yang berdekatan juga mencegah limfe keluar dari pembuluh. Tonsil merupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang dibungkus oleh capsul jaringan pemyambung, tapi tidak lengkap. Terdiri atas bagian tengah (germinal center) dan Crypti.Tonsil ditemukan dipharyngeal yaitu :

1. Tonsil pharyngeal (adenoid), dibagian posterior naso pharynx

2. Tonsil palatina, posteo lateral cavum oral

3. Tonsil lingualis, sepanjang 1/3 posterior lidah (Asih, 2011).Nodus limfaticus terdapat di sepanjang jalur pembuluh limfe berupa benda oval atau bulat yang kecil. Ditemukan berkelompok yang menerima limfe dari bagian tubuh. Fungsi utama nodus limfaticus untuk menyaring antigen dari limfe dan menginisiasi respon imun. Timus terletak di mediastinum anterior berupa 2 lobus. Pada bayi dan anak-anak, timus agak besar dan sampai ke mediastinum superior. Timus terus berkembang sampai pubertas mencapai berat 30 -50 gr. Kemudian mengalami regresi dan digantikan oleh jaringan lemak (Iryani, 2010).Pada orang dewasa timus mengalami atrofi dan hampir tidak berfungsi. Limpa terletak di Quadran atas kiri abdomen, di inferior diaphragma yang memanjang dari iga 9 11, terletak dilateralis ginjal dan posterolateral gaster. Fungsi limfa yaitu:

1. Menginisiasi respon imun bila ada antigen didalam darah

2. Reservoir eritrosit dan platelet

3. Memfagosit eritrosit dan platelet yang defectiv

4. Phagosit bacteri dan benda asing lainnya (Iryani, 2010).Secara garis besar, sistem limfatik mempunyai 3 fungsi :

1. Aliran Cairan InterestialCairan interestial yang menggenangi jaringan secara terus menerus yang diambil oleh kapiler kapiler limfatik disebut dengan Limfa. Limfa mengalir melalui sistem pembuluh yang akhirnya kembali ke sistem sirkulasi. Ini dimulai pada ekstremitas dari sistem kapiler limfatik yang dirancang untuk menyerap cairan dalam jaringan yang kemudian dibawa melalui sistem limfatik yang bergerak dari kapiler ke limfatik (pembuluh getah bening) dan kemudian ke kelenjar getah bening. Getah bening ini disaring melalui benjolan dan keluar dari limfatik eferen. Dari sana getah bening melewati batang limfatik dan akhirnya ke dalam saluran limfatik. Pada titik ini getah bening dilewatkan kembali ke dalam aliran darah dimana perjalanan ini dimulai lagi.

2. Mencegah InfeksiSementara kapiler getah bening mengumpulkan cairan interstisial mereka juga mengambil sesuatu hal lain seperti virus dan bakteri, ini terbawa dalam getah bening sampai mereka mencapai kelenjar getah bening yang mana dirancang untuk menghancurkan virus dan bakteri dengan menggunakan berbagai metode. Pertama sel makrofag menelan bakteri, ini dikenal sebagai fagositosis. Kedua sel limfosit menghasilkan antibodi, ini dikenal sebagai respon kekebalan tubuh. Proses ini diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang berjalan melalui getah bening tetapi sistem limfatik tidak meninggalkan ini di sana. Beberapa sel Limfosit akan meninggalkan node dengan perjalanan di getah bening dan memasuki darah ketika getah bening bergabung kembali, ini memungkinkan untuk menangani infeksi pada jaringan lain.

3. Pengangkutan LipidIni bukan satu-satunya daerah dimana perlawanan berlangsung, limpa juga menyaring darah dengan cara yang sama seperti sebuah nodus yang menyaring getah bening, sel B dan sel T yang bermigrasi dari sumsum tulang merah dan Thymus yang telah matang pada limpa (Ada 3 jenis sel T yang menakjubkan, itu adalah memori T sel yang dapat mengenali patogen yang telah memasuki tubuh sebelumnya. Dan dapat menangani mereka dengan lebih cepat, sel T lainnya disebut helper dan sitotoksik) yang melaksanakan fungsi kekebalan, sedangkan sel makrofag limpa menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan oleh fagositosis. Ada nodul limfatik seperti amandel yang menjaga terhadap infeksi bakteri yang mana ini menggunakan sel limfosit. Kelenjar timus mematangkan sel yang diproduksi di sumsum tulang merah. Setelah sel-sel ini matang, sel sel ini kemudian bermigrasi ke jaringan limfatik seperti amandel yang mana kemudian berkumpul pada suatu wilayah dan mulai melawan infeksi. Sumsum tulang Merah memproduksi sel B dan sel T yang bermigrasi ke daerah lain dari sistem getah bening untuk membantu dalam respon kekebalan (Asih, 2011).Jaringan kapiler dan pembuluh juga mengangkut lipid dan vitamin yang larut lemak A, D, E dan K ke dalam darah, yang menyebabkan getah bening berubah warna menjadi krem. Lipid dan vitamin yang diserap dalam saluran pencernaan dari makanan dan kemudian dikumpulkan oleh getah bening pada saat ini dikirimkan ke darah. Tanpa sistem limfatik kita akan berada dalam kesulitan, memiliki masalah dengan banyak penyakit. Jaringan tubuh akan menjadi macet dengan cairan dan sisa-sisa yang membuat kita menjadi bengkak. Kita juga akan kehilangan vitamin yang diperlukan (Iryani, 2010).Pembuluh Getah Bening

1. Kapiler getah bening

Kapiler getah bening terdiri dari:

a. Saluran yang berdinding tipis

b. Dilapisi endotel

c. Lumennya tidak teratur

Kapiler getah bening merupakan pembuluh Limfe yang terkecil, membentuk anyaman yang luas & berakhir buntu. Berfungsi: menampung cairan Limfe yang berasal dari masing2 kapiler .

2. Pembuluh getah bening yang besar

Kapiler-kapiler getah bening bergabung dengan pembuluh getah bening yang lebih besar .Terdiri dari saluran yang dindingnya lebih tebal memiliki katub. Dindingnya terdiri dari 3 lapisan:

a. T. Intima terdiri dari endotel dan sabut elastis.

b. T. Media terdiri dari sabut otot plos.

c. T. Adventitia terdiri dari sabut kolagen, sabut elastis, dan sabut otot polos (Heusner, 2009).Dalam perjalanan pembuluh getah bening yang besar, pembuluh getah bening ini mencurahkan isinya ke dalam kelenjar getah bening (Lymph Nodes). Katub pembuluh getah bening merupakan lipatan T. Intima yang terdiri dari jaringan ikatkendor, dan dilapisi endotel yang terletak berpasangan dan berhadapan kedua ujung bebas searah dengan aliran limfe (Kanwar, 2009).

Gambar 2.4 Aliran limfe pada pembuluh getah bening

3. Pembuluh limfe besar

Pembuluh limfe besar merupakan gabungan dari pembuluh limfe, membentuk 2 pembuluh limfe utama:

a. Ductus Lymphaticus Dexter, menerima cairan limfe dari bagian kanan atas tubuh.

d. Ductus Thoracicus, Menerima cairan limfe dari bagian tubuh kiri & kanan saluran pencernaan makanan. Dindingnya terdiri dari: T. Intima terdiri dari sabut kolagen dan sabut elastis, T. Media terdiri dari sabut otot plos, T. Adventitia terdapat pada Vasa Vasorum (Heusner, 2009).Kelenjar Limfatik

Jaringan Haematopoetik terdiri dari 2 jenis jaringan:1. Jaringan Myeloid2. Jaringan Limfoid / LimfatikJaringan Limfatik dalam tubuh tdp dalam 4 bentuk:

1. Kelenjar Getah Bening

2. Thymus

3. Lien = Limpa

4. Aggregasi dari Limfosit tak berkapsul dalam jaringan ikat kendor.

Jaringan Limfatik merupakan Parenchym pada organ-organ Limfatik. Jaringan Limfatik secara mikroskopik dibagi 2 komponen:

1. Stroma merupakan kerangka seperti busa (Spongelike Framework)

2. Free Cells mengisi mata anyaman

Perbandingan kedua nya berbeda. Jaringan Limfatik dibedakan:

1. Jaringan Limfatik Kendor

2. Jaringan Limfatik Padat

3. Jaringan Limfatik Noduler (Asih, 2011).Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi (Asih, 2011).Tabel 2.2 Perbandingan dan limfatik Sistem KardiovaskularSistem Kardiovaskuler (Darah)Sistem Limfatik (Getah Bening)

Darah bertanggung jawab untuk

mengumpulkan dan mendistribusikan

oksigen, nutrisi dan hormon ke seluruh

jaringan tubuh.Getah bening bertanggung jawab untuk

mengumpulkan dan mengeluarkan produkproduk

sisa tertinggal dalam jaringan.

Darah mengalir dalam suatu loop terus

menerus tertutup seluruh tubuh melalui

arteri, kapiler, dan vena.Getah bening mengalir dalam rangkaian

terbuka dari jaringan ke pembuluh limfatik.

Setelah di dalam kapal ini, getah bening

mengalir hanya satu arah.

Darah dipompa tubuh. Jantung memompa

Darah ke dalam arteri yang membawa ke

semua dari. Vena kembali darah dari

seluruh bagian tubuh ke jantung.Getah tidak dipompa. Hal pasif mengalir

dari jaringan ke kapiler getah bening.

Aliran dalam pembuluh limfatik dibantu

oleh gerakan tubuh lainnya seperti

pernapasan dan tindakan otot di dekatnya

dan pembuluh darah.

Darah terdiri dari plasma cair yang

mengangkut sel-sel darah putih dan merah

dan platelet.Getah bening yang telah disaring dan siap

untuk adalah cairan putih susu atau jelas.

Darah terlihat dan kerusakan pembuluh darah menyebabkan tanda-tanda jelas

seperti perdarahan atau memar.Getah tidak terlihat dan kerusakan pada sistem limfatik sulit untuk mendeteksi

sampai bengkak terjadi.

Darah disaring oleh ginjal. Semua darah

mengalir melalui ginjal di mana sampah

produk dan cairan kelebihan dihapus.

Diperlukan cairan dikembalikan ke

sirkulasi jantung.Limfe disaring oleh kelenjar getah bening

di seluruh tubuh. Simpul tersebut

menghapus beberapa cairan dan puingpuing.

Mereka juga membunuh patogen

dan beberapa sel-sel kanker.

(Asih, 2011).Tabel 2.2 Perbandingan dan limfatik Sistem KardiovaskularSistem Kardiovaskuler (Darah)Sistem Limfatik (Getah Bening)

Pembuluh darah kerusakan atau

insufisiensi menghasilkan pembengkakan

yang berisi cairan protein rendah.Limfatik kapal kerusakan atau insufisiensi

menghasilkan pembengkakan yang berisi

cairan kaya protein.

(Asih, 2011).Aliran darah Dibandingkan dengan Aliran LimfatikAliran darah yang dipompa oleh jantung diedarkan di seluruh tubuh dan dibersihkan dengan menjadi disaring oleh ginjal. Sistem limfatik tidak memiliki pompa untuk membantu dalam alirannya, sistem ini dirancang sedemikian rupa sehingga hanya getah bening mengalir keatas melalui tubuh perjalanan dari ekstremitas (kaki dan tangan) dan keatas melalui tubuh menuju leher. kemudian berjalan melalui tubuh, melewati getah bening kelenjar getah bening di mana ia disaring.Pada pangkal leher, getah bening memasuki vena subklavia dan sekali lagi menjadi plasma dalam aliran darah (Asih, 2011).Limfatik Kapiler

Setelah meninggalkan jaringan, getah bening harus memasukkan sistem limfatik melalui kapiler limfatik khusus. Sekitar 70 persen di antaranya kapiler dangkal yang terletak dekat, atau hanya di bawah, kulit. 30 persen sisanya, yang dikenal sebagai kapiler limfatik dalam, mengelilingi sebagian besar organ tubuh. Kapiler limfatik mulai sebagai pembuluh buta-berakhir yang hanya satu sel di tebal. Sel-sel ini disusun dalam pola sedikit tumpang tindih, sangat mirip dengan herpes zoster di atap rumah.Masing-masing sel individu diikat ke jaringan terdekat oleh penahan filamen. Tekanan dari fluida yang mengelilingi gaya kapiler sel-sel untuk memisahkan sejenak untuk memungkinkan getah bening untuk memasuki kapiler. Kemudian sel-sel dari dinding berdekatan. Ini tidak memungkinkan getah bening untuk meninggalkan kapiler. Melainkan dipaksa untuk bergerak maju (Asih, 2011).Kapiler limfatik

Kapiler limfatik secara bertahap bergabung bersama untuk membentuk jaringan mesh-seperti tabung yang terletak lebih dalam tubuh. Saat mereka menjadi lebih besar, struktur ini dikenal sebagai pembuluh limfatik (Robbin dan Cotran, 2009).Limfe Nodes

Ada antara 600-700 kelenjar getah bening hadir dalam tubuh manusia rata-rata. Limfe nodes ini berperan untuk menyaring kelenjar getah bening sebelum dapat dikembalikan ke sistem peredaran darah. Meskipun node dapat menambah atau mengurangi ukuran sepanjang hidup, setiap node yang telah rusak atau hancur, tidak beregenerasi. Pembuluh limfatik aferen membawa unfiltered getah bening ke node. Produk-produk limbah sini, dan beberapa cairan, yang disaring. Di bagian lain dari node, limfosit, yang khusus sel darah putih, membunuh patogen yang mungkin ada (Williams dan Wilkins, 2004).Hal ini menyebabkan pembengkakan umumnya dikenal sebagai pembengkakan kelenjar bengkak. Kelenjar getah bening juga perangkap sel-sel kanker dan memperlambat penyebaran kanker sampai mereka kewalahan oleh itu. Pembuluh limfatik eferen membawa keluar getah bening disaring dari node untuk melanjutkan kembali ke sistem peredaran darah (Williams dan Wilkins, 2004).2.1.4 PhatwayCairan limfe adalah cairan mirip plasma dengan kadar protein lebih rendah. Kelenjar limfe menambahkan limfosit, sehingga dalam saluran limfe jumlah selnya besar. Kedudukan system limfatik pada peredaran darah dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.3 Sistem perjalanan kelenjar getah bening dalam tubuhFaktor pendorong gerak cairan limfe:

1. Pembuluh limfa mirip vena, punya katup yang bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memecah cairan ke arah jantung.

2. Perlawanan pertama yang dilakukan tubuh adalah dengan respon immun non spesifik: sel makrofag dan cairan limfa. Sehingga cairan limfatik mengalir melalui sistem limfatik yang berfungsi juga dalam sirkulasi sistem immun seluler.3. Fungsi dari sistem saluran limfe juga untuk mengembalikan cairan dan protein dari jaringan kembali ke darah melalui sistem limfatik, maka faktor pendorong gerak cairan limfe juga dikarenakan adanya cairan yang keluar dari kapiler darah (Asih, 2011).2.1.5 Manifestasi klinikGejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom. Pada limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita stadium I dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada 10% penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan kemungkinan adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal yang jarang, tetapi spesifi k untuk limfoma Hodgkin (Amaylia, 2013).2.1.6 Komplikasi1. Tuberkulosis

2. Tripanosomiasis

3. Scrub typhus

4. Leishmaniasis

5. Tularemia

6. Bruselosis

7. Karsinoma organ dalam

8. Kanker kepala dan leher

9. Kanker kulit (Amaylia, 2013).2.1.7 Prognosis

1. Limfadenopati daerah kepala dan leherKelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak, umumnya berupa infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal, cat-scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki, limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa bulan. Limfadenopati supraklavikula kemungkinan besar (54%-85%) disebabkan oleh keganasan.3 Kelenjar getah bening servikal yang mengalami infl amasi dalam beberapa hari, kemudian berfl uktuasi (terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi stafi lokokus dan streptokokus (Amaylia, 2013).Kelenjar getah bening servikal yang berfl uktuasi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa tanda-tanda infl amasi atau nyeri yang signifi kan merupakan petunjuk infeksi mikobakterium, mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat scratch disease).1 Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid, dan esofagus).1 Limfadenopati servikal merupakan manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh mikobakterium nontuberkulosa (Amaylia, 2013).2. Limfadenopati epitroklear

Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan sifi lis sekunder (Amaylia, 2013).

3. Limfadenopati aksilaSebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral (Amaylia, 2013).

4. Limfadenopati supraklavikulaLimfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan. Pada penelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko paling tinggi ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun. Limfadenopati supraklavikula kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus.Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat) (Amaylia, 2013).5. Limfadenopati inguinalLimfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva, limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra (Amaylia, 2013).6. Limfadenopati generalisataLimfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut. Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun (immunocompromised) dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV, tuberkulosis, kriptokokosis, sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum timbulnya lesi kulit (Amaylia, 2013).

2.1.8 Pemeriksaan diganostik

1. Ultrasonography (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi.

USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk endiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.

2. CT-Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

3. Biopsi KelenjarJika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling besar, paling dicurigai, dan paling mudah diakses dengan pertimbangan nilai diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinal mempunyai nilai diagnostik paling rendah. Kelenjar getah bening supraklavikular mempunyai nilai diagnostik paling tinggi. Meskipun teknik pewarnaan imunohistokimia dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifi sitas biopsi aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap merupakan prosedur diagnostik terpilih. Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada biopsi merupakan hal yang penting untuk diagnostik yang tepat, terutama untuk membedakan limfoma dengan hiperplasia reaktif yang jinak (Amaylia, 2013).

2.1.9 Penatalaksanaan

Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodularmempunyai karakteristik terfi ksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh infl amasi karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar karena ekspansi tumor yang cepat (Amaylia, 2013).

Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar getah bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada 213 penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan ukuran kelenjar di bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm. Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa (tuberkulosis, catscratch disease, atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma).2 Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan 1,5 cm merupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan penyakit granulomatosa (Amaylia, 2013).2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Keperawatan1. Riwayat Kesehatan

a. Mengumpulkan data mengenai pasien dan menelaah masalah kesehatan dimasa lampau dan sekarang misalnya data biografi, keluhatan utama (meliputi informasi khusus mengenai gejala), pengobatan saat ini, riwayat medis pribadi dan keluarga, riwayat psikologis dan status fungsional.

b. Data subyktif: informasi yang hanya dapat dipastikan oleh pasien sendiri, seperti keluhan pasien.

c. Membentuk dasar perencanaan perawatan dan pendekatan terapi holistik.

2. Pengukuran nadi

a. Nadi mencerminkan jumlah darah yang dipompa keluar pada setiap denyut jantung.

b. Jumlah denyut nadi orang dewasa normal adalah antara 60 sampai 100 denyut/menit.

c. Palpasi salah satu dari titik pulsasi arteri pasien (biasanya arteri radialis) dengan menggunakan bantalan jari telunjuk dan jari tengah tangan anda.d. Hitung jumlah denyut nadi selama 1 menit (normal atau abnormal).

e. Periksalah iramanya (teratur atau tidak teratur).

f. Periksalah amplitudo nadi dengan menggunakan skala numerik:

0 = Tidak ada denyut

+1 = Denyut lemah atau halus

+2 = Denyut normal

+3 = Denyut melompat

3. Pengukuran tekanan darah

4. Inspeksi

a. Inspeksi setiap sistem tubuh dengan menggunakan penglihatan, penciuman dan pendengaran untuk mengobservasi kondisi normal dan penyimpangan.

b. Perhatikan warna, ukuran, lokasi, pergerakan, tekstur, kesimetrisan, bau, dan bunyi ketika anda memeriksa setiap bagian tubuh.

c. Gunakan inspeksi untuk membantu menentukan status mental, sifat kepribadian dan sikap dengan memperhatikan penampilan dan respons perilaku terhadap pertanyaan dan pemeriksaan fisik.5. Palpasi

a. Palpasi memerlukan sentuhan anda terhadap pasien dengan bagian-bagian yang berbeda dari tangan anda menggunakan berbagai derajat penekanan.

b. Kuku anda harus pendek dan tangan anda harus hangat.

c. Pakai sarung tangan ketika melakukan palpasi membaran mukosa atau area yang terkontaminasi dengan cairan tubuh.

d. Palpasi daerah yang nyeri dilakukan terakhir.

Palpasi ringan

a. Tekan kulit 1,5 20 cm dengan bantalan jari tangan anda, sentuhan seringan mungkin.b. Periksalah tekstur, nyeri tekan, suhu, kelembaban, elastisitas, pulsasi, organ superfisial dan masa.

Palpasi dalama. Palpasi kulit 3,5 5,0 cm dengan penekanan dalam yang kuat. Gunakan satu tangan diatas tangan lainnya untuk menghasilkan tekanan yang lebih kuat, bila diperlukan.b. Gunakan teknik ini untuk meraba organ dalam dan masa untuk menentukan ukuran, bentuk, nyeri tekan, kesimetrisan, dan mobilitas.

6. Perkusi

a. Perkusi adalah mengetukkan jari atau tangan anda secara cepat dan tegas terhadap bagian-bagian tubuh pasien untuk membantu anda menentukan batas organ; mengidentifikasi bentuk, ukuran, dan posisi organ; serta menentukan apakah suatu organ bersifat padat atau terisi oleh cairan atau gas.

b. Perkusi juga melibatkan penggunaan telinga yang terlatih untuk mendeteksi variasi ringan dari bunyi. Organ dan jaringan menghasilkan bunyi dengan kekerasan, ketinggia nada, dan durasinya berbeda-beda.

Perkusi langsunga. Ketuk secara langsung bagian tubuh dengan menggunakan satu atau dua jari.b. Mintalah pasien untuk mengatakan pada anda bagian mana yang sakit, dan perhatikan tanda dari pasien yang menunjukkan ketidaknyamanan.

Perkusi tidak langsunga. Tekan bagian tubuh dengan bagian distal jari tengah tangan anda yang tidak dominan.

b. Jauhkan bagian tangan lainnya dari permukaan tubuh.

c. Fleksikan pergelangan tangan anda yang dominan dan pergunakan jari tengah untuk mengetuk secra cepat dan langsung pada titik dimana jari tengah anda yang lainnya menyentuh kulit pasien.7. Auskultasi (Saputra, 2014).2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Sebagai masalah keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening antara lain:

1. Nyeri akut b.d proses inflamasi kelenjar getah bening.

2. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi.

3. Hipertemi b.d reaksi imunologi tubuh terhadap sumber penyakit.

4. Gangguan pola tidur b.d peningkatan tekanan jumlah cairan pada kelenjar getah bening (Lynda Juall Carpenio, 2013).2.2.3 Rencana Keperawatan

1. Nyeri akut b.d proses inflamasi kelenjar getah bening.Tujuan:

Individu akan menyatakan redanya/berkurangnya nyeri setelah tindakan pereda nyeri yang memuaskan.

Intervensi:

1. Atasi kendala kurang pengetahuan, seperti:

a. Jelaskan penyebab nyeri kepada individu.

b. Jelaskan berapa lama nyeri akan berlangsung.

c. Jelaskan tentang pemeriksaan diagnostik dan prosedur yang akan dilakukan dengan menjelaskan ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan.

2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut akan kecanduan.

3. Sampaikan penerimaan anda atas respons klien terhadap nyeri.

4. Diskusikan alasan mengapa klien dapat mengalami peningkatan atau penurunan nyeri.

5. Berikan klien kesempatan untuk istirahat pada siang hari dan periode tidur yang tidak terganggu pada malam hari.

6. Bicarakan bersama klien dan keluarga mengenai penggunaan terapi distraksi, begitu pula dengan metode pereda nyeri lainnya.

7. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

8. Ajarkan tentang tindakan pereda nyeri noninvasif.

9. Berikan pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik.

10. Setelah memberikan obat pereda nyeri, kembali 30 menit untuk mengkaji efektivitasnya.

11. Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahpahaman keluarga (mis. Ketagihan, keraguan tentang nyeri).

12. Berikan kesempatan kepada klien untuk membicarakan ketakutan, kemarahan dan rasa frustasinya secara pribadi; pahami sulitnya situasi yang dihadapi (Lynda Juall, 2013).

2. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi.Tujuan:Individu akan menyatakan proses penyakit yang dialaminya.Intervensi:

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat.

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.

5. Indikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.

6. Berikan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat.

7. Berikan informasi pada keluarga tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat.

3. Hipertemi b.d reaksi imunulogi tubuh terhadap sumber penyakit.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam batas normal 36-37 o C . Intervensi:1. Monitor suhu sesering mungkin.2. Monitor warna dan suhu kulit.

3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR.

4. Berikan kompres pasien pada lipat paha dan aksila.

5. Monitor penurunan tingkat kesadaran.

6. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa.

7. Berikan anti piretik.8. Selimuti pasien dengan kain tebal atau menggunakan selimut (Lynda Juall Carpenio, 2013).2.2.4 EvaluasiEvaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah dibuat. Evaluasai ini berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir (Smeltzer dan Suzanne, 2001).

Evaluasi terdiri dari : Evaluasi proses dilakukan pada setiap akhir melakukan tindakan keperawatan, evaluasi hasil memberikan arah apakah rencana tindakan dihentikan atau dimodifikasi atau dilanjutkan (Smeltzer dan Suzanne, 2001).

Evaluasi hasil dicatat dan dapat dilihat pada catatan perkembangan yang meliputi subjektif, objektif, analisa dan planing. Evaluasi akhir menggambarkan apakah tujuan tercapai, tercapai sebagian atau tidak sesuai dengan rencana atau timbul masalah baru (Smeltzer dan Suzanne, 2001).