kelenjar endokrin

24
6 BAB II IDENTIFIKASI KESULITAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA DALAM MEMPELAJARI KONSEP SISTEM HORMON A. Belajar Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Gagne (Dahar, 1996: 11) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Banyak batasan yang digunakan untuk menjelaskan tentang belajar, namun dapat disarikan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku hasil belajar pada diri individu, atau belajar diartikan sebagai perubahan konsepsi dan kebiasaan berpikir siswa. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara dirinya dengan individu lain atau dengan lingkungannya (Rustaman, et al. 2003: 5). Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar

Upload: lullu-qudsiyah

Post on 16-Feb-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

endokrin

TRANSCRIPT

Page 1: kelenjar endokrin

6

BAB II

IDENTIFIKASI KESULITAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI SISWA DALAM MEMPELAJARI

KONSEP SISTEM HORMON

A. Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto

(2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Gagne (Dahar, 1996: 11) belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman. Banyak batasan yang digunakan untuk menjelaskan

tentang belajar, namun dapat disarikan bahwa belajar diartikan sebagai

perubahan tingkah laku hasil belajar pada diri individu, atau belajar diartikan

sebagai perubahan konsepsi dan kebiasaan berpikir siswa. Hal ini disebabkan

karena adanya interaksi antara dirinya dengan individu lain atau dengan

lingkungannya (Rustaman, et al. 2003: 5).

Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah

anak didik. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru.

Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu

proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar

Page 2: kelenjar endokrin

7

anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik

melakukan proses belajar (Djamarah, 2002: 45). Dalam proses belajar guru

tidak hanya mempuyai tugas, tetapi juga mempunyai peran dan dituntut

kompetensinya dalam proses belajar mengajar (Rustaman, et al. 2003: 5).

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang mengandung

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, et al. 2003:

4). Kegiatan belajar mengajar adalah inti dari kegiatan dalam pendidikan.

Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses

belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik

terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya

(Djamarah, 2002: 52). Perlu lebih dipahami bahwa interaksi dalam proses

belajar mengajar tidak sekedar hubungan komunikasi antara guru dan siswa,

tetapi merupakan interaksi edukatif yang tidak hanya dalam bentuk

penyampaian materi pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai

pada diri siswa yang sedang belajar (Rustaman, et al. 2003: 4).

B. Kesulitan Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan

sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat

menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami

kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam

belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan

Page 3: kelenjar endokrin

8

oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan

dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada

akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di

bawah semestinya (Suwatno, 2008: 2).

Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan tampak dari berbagai

gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik,

kognitif maupun afektif. Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi

gejala kesulitan belajar (Suwatno, 2008: 2), antara lain: (1) menunjukkan

hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh

kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya, (2) hasil yang dicapai

tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, (3) lambat dalam

melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-

kawannya dari waktu yang disediakan, (4) menunjukkan sikap-sikap yang

tidak wajar (acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya),

(5) menunjukkan perilaku yang berkelainan (membolos, datang terlambat,

tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar

kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan

sebagainya), (6) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar

(pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam

menghadapi situasi tertentu).

Sementara itu, Burton (Makmun, 1998: 207) mengidentifikasi siswa

yang diduga mengalami kesulitan belajar yang ditunjukkan oleh adanya

kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurutnya siswa

Page 4: kelenjar endokrin

9

dikatakan gagal dalam belajar apabila: (1) dalam batas waktu tertentu yang

bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat

penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang

telah ditetapkan oleh guru (criterion reference); (2) tidak dapat mengerjakan

atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat

kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya; (3) tidak dapat

mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai

dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan

tertentu seperti yang berlaku pada kelompok sosial dan usia yang

bersangkutan; dan (4) tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery

level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran

berikutnya.

Secara statistik berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan

berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari

seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep

pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan

patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah

menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya

atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka

siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang

dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk

nilai hasil belajar (Suwatno, 2008: 6).

Page 5: kelenjar endokrin

10

C. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Pada dasarnya bila setiap kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya

akan bersumber kepada komponen-komponen yang berpengaruh atas

berlangsungnya proses belajar mengajar itu sendiri. Faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan

menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Slameto,

2010: 54). Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar dan faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu.

Faktor internal digolongkan menjadi dua yaitu faktor jasmaniah dan faktor

psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar

dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, diantaranya adalah faktor keluarga

dan faktor sekolah (Slameto, 2010: 54-60).

1) Faktor Internal

a. Faktor Jasmaniah

Faktor keadaan jasmani sangat berpengaruh terhadap proses maupun

prestasi belajar. Berikut ini yang termasuk ke dalam faktor jasmani adalah

faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu

jika kesehatan seseorang terganggu. Badan yang tidak sehat akan

mengakibatkan berkurangnya semangat di dalam belajar, mudah pusing atau

mengantuk. Oleh karena itu agar seseorang dapat belajar dengan baik harus

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin (Slameto, 2010: 54).

Keadaan cacat tubuh juga dapat mempengaruhi belajar. Siswa yang

cacat, belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia

Page 6: kelenjar endokrin

11

belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar

dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu (Slameto,

2010: 55).

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar peserta didik

adalah 1) intelegensi, 2) perhatian, 3) minat, 4) bakat, 5) motif dan 6)

kesiapan. Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan dengan situasi yang baru

dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui keterkaitan konsep dan mempelajarinya

dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang

tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang

rendah. Orang yang mempunyai intelegensi yang tinggi lebih mudah belajar

daripada yang tingkat intelegensinya rendah (Slameto, 2010: 56).

Agar siswa memperoleh hasil belajar yang baik, maka siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran

tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak

lagi suka belajar. Selanjutnya, minat merupakan kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar

pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari

tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-

baiknya karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 2010: 57).

Page 7: kelenjar endokrin

12

Bakat (attitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Jika bahan

pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya

lebih baik karena ia senang belajar dan selanjutnya ia lebih giat lagi dalam

belajar (Slameto, 2010: 57). Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa

yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai

motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan

melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang dirinya. Oleh

karena itu, motif yang kuat sangatlah perlu di dalam belajar, di dalam

membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-

latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat

(Slameto, 2010: 58).

Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan

kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan

kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika

siswa belajar dan sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik

(Slameto, 2010: 59).

2) Faktor Eksternal

a. Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa 1) cara

orang tua mendidik, 2) suasana rumah, 3) relasi antaranggota keluarga dan 4)

keadaan ekonomi keluarga. Cara orang tua dalam mendidik anak-anaknya

Page 8: kelenjar endokrin

13

merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan proses belajar.

Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat

menyebabkan anak kurang berhasil dalam proses belajarnya (Slameto, 2010:

60).

Suasana rumah merupakan faktor penting yang tidak termasuk faktor

yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak

akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat

terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana

rumah yang tegang, ribut dan sering cekcok, pertengkaran antaranggota

keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di

rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya menjadi terganggu (Slameto,

2010: 63).

Agar terciptanya kelancaran serta keberhasilan anak dalam belajar, maka

perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Relasi

antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik.

Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih

sayang dan dengan disertai bimbingan (Slameto, 2010: 62).

Keadaan ekonomi keluarga juga erat hubungannya dengan belajar anak.

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang

terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga

terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak

merasa minder dengan teman lain, hal ini pasti akan menggangu belajar anak.

Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai

Page 9: kelenjar endokrin

14

kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan

berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada

belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak (Slameto, 2010:

63).

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar salah satunya adalah 1) cara

belajar, 2) metode mengajar, 3) kurikulum, 4) keadaan gedung, 5) alat

pelajaran, 6) waktu sekolah, 7) relasi antara guru dengan siswa dan 8) relasi

antara siswa dengan siswa. Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang

salah. Jika cara belajar yang digunakan oleh siswa sudah tepat, maka akan

efektif pula hasil belajar siswa tersebut. Misalnya dalam pembagian waktu

untuk belajar. Terkadang karena akan tes keesokan harinya, siswa belajar

tidak teratur atau terus menerus. Dengan belajar demikian siswa akan kurang

beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara

teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar

yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar (Slameto,

2010: 69).

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam

mengajar (Slameto, 2010: 65). Sebelum melakukan proses belajar mengajar,

seorang guru menentukan metode yang akan digunakan agar tujuan

pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai. Pemilihan suatu metode tentu

harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan

menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak

Page 10: kelenjar endokrin

15

metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih

bermakna (Rustaman, et al. 2003: 107). Metode mengajar guru yang kurang

baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Jika guru tidak

pandai menggunakan metode yang tepat dalam mengajar, siswa akan sulit

pula dalam menerima dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh

guru sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya dan

menyebabkan siswa malas untuk belajar (Slameto, 2010: 65).

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada

siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar

siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Jelaslah bahwa bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum

yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Misalnya

kurikulum yang terlalu padat di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan

bakat, minat dan perhatian siswa akan berpengaruh terhadap proses belajar

siswa (Slameto, 2010: 66). Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar

merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum (Rustaman, et al.

2003: 27).

Jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-

masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap

kelas. Jika gedung yang digunakan tidak baik dan tidak terawat, lebih-lebih

pengaturan alat-alat pendidikan yang terdapat dalam gedung tidak teratur

akan menyebabkan siswa cepat bosan dan tidak betah berada didalam

Page 11: kelenjar endokrin

16

ruangan kelas. Hal tersebut akan mengganggu proses belajar (Slameto, 2010:

69).

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat

pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh

siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran yang lengkap dan

tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada

siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka

belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Saat ini, dengan

banyaknya tuntutan yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang

membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti

buku-buku perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Mengusahakan

alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar

dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta

dapat belajar dengan baik pula (Slameto, 2010: 68).

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah,

waktu itu dapat pagi hari, siang atau sore hari. Waktu sekolah juga sangat

berpengaruh bagi keberhasilan proses belajar. Jika terjadi siswa terpaksa

masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang baik untuk siswa. Dimana

siswa harus beristirahat tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka

mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaliknya jika

siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang

baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah atau

lemah, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam

Page 12: kelenjar endokrin

17

menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar

berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih

waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap

belajar (Slameto, 2010: 68).

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut

juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Di dalam

relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga

akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha

mempelajari sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, ia

segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya

tidak maju. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa, menyebabkan

proses belajar mengajar itu kurang lancar. Siswa merasa jauh dengan guru

sehingga kurang berpartisipasi secara aktif dalam belajar (Slameto, 2010: 66).

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang

menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang

mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan oleh kelompok.

Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.

Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat

memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa (Slameto, 2010:

67).

Page 13: kelenjar endokrin

18

D. CRI (Certainty Of Response Index)

Para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau

tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan.

Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang

merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Ada beberapa cara yang

dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang terjadi pada

siswa antara lain tes diagnostik berbentuk uraian ataupun pilihan berganda

disertai alasan, serta wawancara individual (Suwatno, 2008: 10).

CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang

berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang

dimilikinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah

dimilikinya. CRI sering digunakan dalam survei-survei terutama yang

meminta responden untuk memberikan derajat kepastian yang dia miliki dari

kemampuannya untuk memilih dan membangun pengetahuan, konsep-konsep

atau hukum-hukum yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk

menentukan jawaban dari suatu pertanyaan (Liliawati dan Ramlan, 2009).

Seorang responden (siswa) yang tahu konsep, tidak tahu konsep atau

miskonsepsi dapat dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan

benar tidaknya jawaban suatu soal dengan tinggi rendahnya indeks kepastian

jawaban (CRI) yang diberikannya untuk soal tersebut. CRI biasanya

didasarkan pada suatu skala, sebagai contoh, skala enam (0-5) seperti yang

telah dikemukakan oleh Hasan (Liliawati dan Ramlan, 2009) sebagai berikut :

Page 14: kelenjar endokrin

19

0 (Totally Guessed Answer): Jika menjawab soal 100% ditebak 1 (Almost Guess): Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara

75%-99% 2 (Not Sure): Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara

50%-74% 3 (Sure): Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 25%-

49% 4 (Almost Certain): Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan

antara 1%-24% 5 (Certain): Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali

(0%)

Skala ini pada dasarnya untuk memberikan nilai tingkat keyakinan atau

kepercayaan yang dimiliki siswa dalam menjawab pertanyaan. Angka 0

menunjukkan tingkat keyakinan yang dimiliki siswa sangat rendah, siswa

menjawab pertanyaan dengan cara menebak. Hal tersebut menandakan bahwa

siswa tidak tahu sama sekali tentang konsep-konsep yang ditanyakan.

Sedangkan angka 5 menunjukkan tingkat kepercayaan siswa dalam menjawab

pertanyaan sangat tinggi. Mereka menjawab pertanyaan dengan pengetahuan

atau konsep-konsep yang benar tanpa ada unsur tebakan sama sekali. Tabel

2.1 menunjukan empat kemungkinan untuk jawaban dari tiap siswa secara

individu.

Tabel 2.1 Ketentuan untuk perorangan siswa dan untuk setiap pertanyaan yang diberikan didasarkan pada kombinasi dari jawaban benar atau salah dan

tinggi rendahnya CRI

Kriteria Jawaban CRI Rendah (<2,5) CRI Tinggi (>2,5) Jawaban benar Jawaban benar tapi CRI

rendah berarti tidak tahu konsep (Lucky Guess).

Jawaban benar dan CRI tinggi berarti menguasai konsep dengan baik

Jawaban salah Jawaban salah tapi CRI rendah berarti tidak tahu konsep

Jawaban salah tetapi CRI tinggi berarti terjadi miskonsepsi

Sumber : Liliawati dan Ramlan, 2009

Page 15: kelenjar endokrin

20

E. Konsep Sistem Hormon

Hormon berasal dari kata hormao yang berarti merangsang. Hormon

dibentuk pada suatu kelenjar, akan tetapi menjalankan fungsinya di tempat

lain. Umumnya hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Hormon

merupakan senyawa protein atau senyawa steroid. Melalui sirkulasi darah

hormon mencapai sel-sel target yang biasanya terletak jauh dari kelenjar

endokrin. Pada sel-sel target ini terdapat reseptor yang dapat mengikat jenis

hormon khusus secara selektif, pengikat ini mencetuskan reaksi-reaksi kimia

tertentu yang dapat merubah metabolisme dan fungsi sel tersebut. Efek kerja

hormon lebih lambat dibandingkan dengan impuls saraf (Pratiwi, et al. 2004:

179).

Macam-macam kelenjar endokrin pada tubuh manusia antara lain

hipofisis, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, ovarium dan testis,

kelenjar pencernaan dan epifisis (Pratiwi, et al. 2004: 180).

Gambar 2.1 Macam-Macam Kelenjar Endokrin pada Tubuh Manusia

(Sumber: Tn 1, 2009)

Page 16: kelenjar endokrin

21

1. Kelenjar Hipofisis (Pituitari)

Kelenjar hipofisis terletak pada tursica dasar tengkorak. Kelenjar ini

bergantung pada hipotalamus melalui tangkai hipofisis yang disebut

infundibulum (Kurnadi, 2008: 182). Kelenjar ini disebut master of glands

karena mempengaruhi aktivitas kelenjar yang lain. Hipofisis terbagi menjadi

tiga lobus, masing-masing lobus mengeluarkan beberapa hormon yang

berlainan (Purnomo, 2007: 301).

a. Kelenjar Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)

Hormon-hormon yang dihasilkan beserta fungsinya dapat dilihat pada

Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Hormon yang dihasilkan Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)

Hormon Prinsip Kerja Oksitoksin • Menstimulasi kontraksi sel otot polos pada

rahim wanita hamil selama melahirkan • Menstimulasi kontraksi sel-sel kontraktil

dari kelenjar susu agar mengeluarkan air susu

Hormon antidiuretik (ADH) / Vasopressin

Menurunkan volume urin dan meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah.

Sumber : Pratiwi, et al. 2004: 180

b. Kelenjar Hipofisis Intermediet

Terletak diantara adeno dan neurohipofisis. Pada manusia lobus ini

sangat sempit atau hanya tinggal sisa-sisanya saja dengan fungsi yang tidak

jelas (Kurnadi, 2008: 183).

Page 17: kelenjar endokrin

22

c. Kelenjar Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)

Adenohipofisis menghasilkan hormon-hormon protein yang mengatur

berbagai aktifitas organ-organ tubuh dari pertumbuhan, perkembangan

sampai reproduksi. Hormon-hormon ini dapat bekerja langsung pada

kelenjar endokrin ataupun pada sel-sel target organ-organ lain. Karena

hormon-hormon adenohipofisis memiliki khasiat pertumbuhan dan

perkembangan daripada sel-sel target, maka hormon-hormon ini disebut

juga hormon trophic (Kurnadi, 2008: 185).

Tabel 2.3 Hormon yang dihasilkan Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)

Hormon Prinsip Kerja Growth Hormon (Somatotropin, GH)

Merangsang pertumbuhan sel-sel tulang, otot menambah anabolisme protein dan katabolisme lemak tubuh

Hormon tiroid (TSH) Merangsang produksi dan sekresi hormon-hormon dari kelejar tiroid

Hormon Adrenokorti kotrofik (ACTH)

Merangsang produksi dan sekresi hormon-hormon kelenjar adrenal cortex

Melanosyt stimulating hormon (MSH)

Merangsang melanosit untuk memproduksi melanin

Gonadotropin a. Follikel stimulating

hormon (FSH)

b. Luteinizing hormon (LH)

Mengatur aktivitas gonad (testis dan ovarium) • Pada wanita, merangsang perkembangan

folikel pada ovarium dan sekresi estrogen. • Pada pria, menstimulasi testis untuk

menghasilkan sperma

• Pada wanita, bersama dengan estrogen menstimulasi ovulasi dan pembentukan progesteron oleh korpus luteum pada ovarium.

Prolaktin Merangsang sekresi air susu ibu pada kelenjar payudara

Sumber : Kurnadi, 2008: 185

Page 18: kelenjar endokrin

23

Pada waktu anak-anak, hipersekresi hormon somatotrof menyebabkan

gigantisme, bila hipersekresi hormon somatotrof terjadi setelah dewasa

maka akan menyebabkan penyakit akromegali dan akan menyebabkan

penyakit dwarfisme jika tubuh mengalami hiposekresi hormon somatotrof.

2. Kelenjar Tiroid

Gambar 2.2 Letak Kelenjar Tiroid pada Tubuh

(Sumber: Tn 2, 2009)

Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang terdapat di leher bagian depan jakun

dan terdiri dari dua lobus. Hormon yang terpenting yang disekresikan

kelenjar tiroid adalah tiroksin. Tiroksin terdiri dari asam amino yang

mengandung yodium (Pratiwi et al. 2004: 181). Penjelasan lebih lanjut

mengenai hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dapat dilihat pada

Tabel 2.4.

Page 19: kelenjar endokrin

24

Tabel 2.4 Hormon yang Dihasilkan Kelenjar Tiroid

Hormon Prinsip kerja Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,

perkembangan, dan kegiatan sel saraf. Triodotironin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,

perkembangan, dan kegiatan sistem saraf. Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah

dengan cara mempercepat absorpsi kalsium oleh tulang.

Sumber : Pratiwi, et al. 2004: 181

Kelainan yang dapat terjadi pada kelenjar tiroid diantaranya:

hypertyroidea, hypotyroidea dan struma. Hypertyroidea terjadi karena

hormon tiroid disekresikan melebihi kadar normal. Sedangkan hypotyroidea

adalah keadaan kekurangan hormon tiroid. Bila terjadi pada masa bayi dan

anak maka akan menimbulkan creatinisme dan bila terjadi pada orang

dewasa dapat menimbulkan myxedema. Struma merupakan pembengkakan

kelenjar tiroid yang menimbulkan benjolan pada leher bagian depan.

Penyebab strauma antara lain peradangan, tumor, ataupun defisiensi iodium

(Kurnadi, 2008: 190).

3. Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratiroid berperan dalam mengendalikan kadar kalsium dalam

darah. Hormon yang dihasilkan yaitu parathormon (PTH) yang berfungsi

mengendalikan kadar kalisum dalam darah. Hiposekresi kelenjar ini

mengakibatkan kadar kalsium dalam darah menurun dan mengakibatkan

kejang-kejang otot (tetani). Sebaliknya, hipersekresi kelenjar ini

mengakibatkan kadar kalsium dalam darah meningkat sehingga

menyebabkan kelainan pada tulang seperti rapuh, abnormal dan mudah

Page 20: kelenjar endokrin

25

patah. Kelebihan kalsium dalam darah mengakibatkan terjadi endapan

dalam ginjal atau menderita batu ginjal (Purnomo, 2007: 303).

Gambar 2.3 Letak Kelenjar Paratiroid pada Tubuh (Sumber: Tn 3, 2010)

4. Kelenjar timus

Kelenjar ini terletak di sepanjang rongga trachea di rongga dada bagian

atas. Timus membesar sewaktu pubertas dan mengecil setelah dewasa.

Kelenjar ini merupakan kelenjar penimbunan hormon somatotrof atau

hormon pertumbuhan dan setelah dewasa tidak berfungsi lagi. Kelenjar

timus menghasilkan timosin yang berfungsi untuk merangsang pematangan

limfosit T (Kurnadi, 2008: 203).

Page 21: kelenjar endokrin

26

5. Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian. Bagian luar disebut adrenal

cortex dan bagian dalam disebut adrenal medulla. Bagian medula

menghasilkan hormon adrenalin. Bagian korteks mensekresikan hormon

kortin.

Gambar 2.4 Letak Kelenjar Adrenal pada Tubuh (Sumber: Tn 4, 2010)

Tabel 2.5 Hormon yang Dihasilkan Kelenjar Adrenal

Hormon Prinsip kerja Bagian korteks adrenal : a. Mineralkortikoid

b. Glukortikoid

a. Mengontrol metabolisme ion organik. b. Mengontrol metabolisme glukosa.

a. Menaikkan kadar glukosa darah b. Pengubahan protein menjadi glikogen di

hati c. Mengubah glikogen menjadi glukosa

Bagian medulla adrenal : a. Adrenalin dan

noradrenalin

a. Dilatasi bronkiolus b. Vasodilatasi pembuluh darah otak dan otot c. Mengubah glikogen menjadi glukosa dalam

hati d. Bersama insulin mengatur kadar gula darah

Sumber : Kurnadi, 2008: 197-200

Page 22: kelenjar endokrin

27

Sekresi berlebihan dari glukokortikoid dapat menyebabkan penyakit

Syndrome Crushing. Sedangkan sekresi yang berkurang dari glukokortikoid

dapat menyebabkan penyakit Adisson. Hal tersebut dapat terjadi misalnya

karena kelenjar adrenal terkena infeksi atau oleh sebab autoimun (Kurnadi,

2008: 202).

6. Kelenjar Pankreas

Pada pankreas tersebar kelompok kecil sel-sel yang kaya pembuluh

darah, disebut Pulau Langerhans. Hormon yang dihasilkan pankreas beserta

fungsinya dapat dilihat pada Tabel 2.6. Kelainan yang dapat terjadi pada

kelenjar pankreas salah satunya yaitu diabetes mellitus. Penyakit ini dapat

disebabkan oleh berbagai faktor baik keturunan maupun lingkungan,

misalnya karena pankreas tidak menghasilkan atau hanya sedikit

menghasilkan insulin (Kurnadi, 2008: 194).

Gambar 2.5 Letak Kelenjar Pankreas pada Tubuh

(Sumber: Tn 5, 2010)

Page 23: kelenjar endokrin

28

Tabel 2.6 Hormon yang Dihasilkan Kelenjar Pankreas

Hormon Prinsip kerja Efek Insulin Mengubah gula darah

(glukosa) menjadi gula otot (glikogen) di hati

Menurunkan kadar gula darah

Glukagon Mengubah glikogen menjadi glukosa

Meningkatkan kadar gula darah

Sumber : Kurnadi, 2008: 193

7. Kelenjar Kelamin (Ovarium dan Testis)

Kelenjar kelamin terdiri dari kelenjar testis (pada kelamin pria) dan

ovarium (pada kelamin wanita). Testis merupakan kelenjar kelamin yang

mengandung sel leydig. Sel-sel leydig menghasilkan hormon testosteron

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sekunder laki-laki, misalnya suara

menjadi besar, dada bertambah bidang, tumbuh rambut pada daerah tertentu.

Testosteron juga mempengaruhi proses spermatogenesis (Pratiwi, et al.

2004: 182). Ovarium adalah kelenjar yang mensekresikan hormon estrogen

dan progesteron. Kedua hormon ini berpengaruh terhadap pertumbuhan

kelamin sekunder pada wanita, misalnya payudara dan pinggul, serta

dimulainya menstruasi (Pratiwi, et al. 2004: 182).

8. Kelenjar Pencernaan

Kelenjar pada lambung menghasilkan hormon gastrin, yang berfungsi

menghasilkan sekresi getah lambung. Kelenjar pada usus memproduksi

hormon sekretin yang berfungsi merangsang sekresi getah pankreas dan

hormon kolsistokinin yang merangsang sekresi getah empedu (Pratiwi, et al.

2004: 183).

Page 24: kelenjar endokrin

29

9. Kelenjar Epifisis

Kelenjar ini terdapat di otak bagian atas. Kelenjar epifisis berfungsi

menghasilkan hormon melatonin yang berfungsi menghambat hormon

gonadotropik. Hormon lain yang dihasilkan oleh kelenjar ini adalah

adrenoglomerulotropin yang merangsang sekresi aldosteron oleh adrenal

cortex (Kurnadi, 2008: 203).