kelaikan udara sertifikasi transparansi jendela pesawat udara

Upload: fajar-iqbal

Post on 08-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kelaikan Udara

TRANSCRIPT

  • SERTIFIKASI TRANSPARANSI

    PADA JENDELA KABIN PESAWAT UDARA

    Dibuat dalam rangka memenuhi tugas besar mata kuliah

    AE4060 Kelaikan Udara

    Semester Ganjil 2014/2015

    Disusun Oleh :

    Muhammad Rafi Hadytama 13611006

    Anugrah Fajar Iqbal Ikhsani 13611024

    Galan Fazlur Rahman 13611038

    PROGRAM STUDI AERONOTIKA DAN ASTRONOTIKA

    FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2014

  • ii

    PRAKATA

    Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya tugas ini

    dapat diselesaikan. Laporan dengan judul Sertifikasi Transparencies pada Jendela

    Kabin Pesawat Udara ini dibuat untuk memenuhi tugas besar mata kuliah AE4060

    Kelaikan Udara semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

    Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mempelajari mengenai sertifikasi serta

    aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan industri manufaktur

    part pesawat udara. Dengan dibuatnya laporan ini, penulis berharap agar suatu saat

    nanti industri dirgantara di negeri ini dapat terus berkembang.

    Penulis sadar bahwa banyak kesalahan yang penulis lakukan dalam penulisan

    laporan ini, dan tidak sedikit pula kendala yang dihadapi. Pengetahuan penulis yang

    masih sedikit mengenai proses sertifikasi, kemudian kesulitan dalam mencari

    dokumen yang dibutuhkan dalam membuat laporan ini merupakan sedikit dari

    kendala yang penulis alami.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Rais Zain M. Sc. selaku dosen

    pembimbing kami dalam pembuatan laporan ini. Akhir kata, penulis meminta kritik

    dan saran dari pembaca apabila terdapat kesalahan dari laporan ini, agar laporan ini

    dapat dibuat untuk menjadi lebih baik dan penulis juga dapat memperbaiki diri.

    Semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu kelaikan udara.

    Bandung, Desember 2014

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    PRAKATA ............................................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah ...................................................... 1

    1.2. Ruang Lingkup Kajian ............................................................................... 1

    1.3. Tujuan ........................................................................................................ 2

    1.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 2

    1.5. Sistematika Penulisan................................................................................. 3

    BAB II DESKRIPSI PART .................................................................................. 4

    2.1. Penjelasan Produk / Part............................................................................. 4

    2.2. Produsen Part ............................................................................................. 8

    BAB III REGULASI DAN SERTIFIKASI ...................................................... 11

    3.1. Service Bulletin dan Airworthiness Directive.......................................... 11

    3.2. Technical Standard Order (TSO) ............................................................. 15

    3.3. Regulasi .................................................................................................... 16

    3.4. Sertifikasi ................................................................................................. 18

    BAB IV MANAJEMEN PROYEK.................................................................... 23

    4.1. Manajemen Jadwal Proyek Sertifikasi ..................................................... 23

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 24

    5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 24

    5.2. Saran ......................................................................................................... 24

    BAB VI DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 26

    LAMPIRAN ........................................................................................................... 27

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUSAN MASALAH

    1.1.1. LATAR BELAKANG

    Dunia penerbangan merupakan industri yang melibatkan penguasaan

    teknologi tingkat tinggi. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengembangkan

    industri ini untuk penguasaan teknologi tersebut sehingga Indonesia tidak

    perlu bergantung ke negeri lain dalam hal pengembangan teknologi dalam

    negeri. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi negeri yang benar-benar

    independen dalam hal teknologi. Berikut adalah aspek-aspek industri yang

    terlibat dalam dunia penerbangan :

    Industri Transportasi Udara

    Industri Manufaktur Pesawat Udara

    Industri Part Pendukung Pesawat Udara

    Industri Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO)

    Dll.

    1.1.2. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas pada subbab sebelumnya,

    maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah

    persiapan dari industri part pendukung, dalam hal ini jendela kabin

    pesawat udara, serta aspek-aspek yang dibutuhkan untuk membuat industri

    tersebut.

    1.2. RUANG LINGKUP KAJIAN

    Berikut adalah ruang lingkup kajian yang akan dibahas dalam laporan ini :

    a. Deskripsi mengenai produk/part yang akan dibuat

    b. Produk/part yang ada di pasar dan perusahaan yang sudah ada

    c. Contoh Service Bulletin (SB) dan Airworthiness Directive (AD)

  • 2

    d. Ringkasan dari contoh Technical Standard Order (TSO)

    e. Menetapkan regulasi yang akan diaplikasikan pada produk/part

    f. Mendaftar kemungkinan tempat pengujian untuk sertifikasi

    g. Merencanakan proses pengujian dan sertifikasi

    h. Membuat skedul kerja dalam Excel/Project Management

    i. Saran perbaikan agar proses pengajuan sertifikasi lebih sukses

    1.3. TUJUAN

    Naskah laporan ini disusun dengan maksud sebagai laporan dari pencapaian

    dalam mata kuliah AE4060 Kelaikan Udara. Selain itu, laporan ini juga dibuat

    dengan tujuan :

    a. Memberi gambaran mengenai transparencies dari jendela kabin

    pesawat udara

    b. Memberi gambaran mengenai aspek kelaikan udara yang berlaku pada

    transparencies jendela kabin pesawat udara

    c. Membuat alur persiapan dalam pembuatan transparencies jendela kabin

    pesawat udara

    1.4. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

    Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan

    laporan ini adalah :

    a. Studi Pustaka

    Studi pustaka digunakan dalam menentukan data-data yang dibutuhkan

    dalam membuat transparencies. Pustaka ini kami gunakan sebagai

    referensi mengenai spesifikasi dan juga aspek kelaikan udara yang

    dibutuhkan dalam membuat transparencies.

    b. Diskusi Kelompok

    Diskusi kelompok kami gunakan untuk menentukan hal-hal apa saja

    yang dibutuhkan untuk membuat transparencies jendela pesawat udara.

  • 3

    1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

    Sistematika penulisan dari naskah laporan ini adalah sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan

    Bab II Deskripsi Part

    Bab III Regulasi dan Sertifikasi

    Bab IV Manajemen Proyek

    Bab V Kesimpulan dan Saran

  • 4

    BAB II

    DESKRIPSI PART

    2.1. PENJELASAN PRODUK / PART

    2.1.1. JENDELA SECARA UMUM

    Definisi jendela menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah lubang yang

    dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai tempat keluar masuk udara.

    Sedangkan menurut Oxford Dictionaries, jendela atau window adalah An

    opening in the wall or roof of a building or vehicle, fitted with glass in a

    frame to admit light or air and allow people to see out. Jendela modern

    biasanya menggunakan material yang transparan/tembus pandang sehingga

    cahaya dapat menembus jendela dan penggunanya dapat melihat keluar

    melalui jendela tersebut.

    2.1.2. JENDELA KABIN PESAWAT UDARA

    Jendela pada kabin pesawat udara dipasang agar penumpang dapat melihat

    keadaan di luar kabin pesawat. Selain agar dapat menikmati pemandangan

    di luar kabin pesawat saat terbang, akses penglihatan ke luar kabin pesawat

    juga merupakan salah satu faktor yang harus dipenuhi oleh pihak

    manufacturer pesawat terkait dengan safety dari pesawat tersebut. Adanya

    jendela tersebut membuat penumpang menjadi lebih sadar terhadap keadaan

    di luar pesawat, sehingga jika terjadi keadaan darurat penumpang dapat

    melihat kondisi luar dan menyelamatkan diri dengan cara yang cepat dan

    tepat. Penumpang juga dapat memberi tahu kru kabin jika ada kejanggalan

    yang terlihat pada bagian luar dari pesawat udara.

    Jendela pada pesawat harus didesain dengan kuat dan ringan, terutama

    jendela pada pesawat yang terbang di tinggi terbang yang membutuhkan

    konfigurasi kabin bertekanan (pressurized cabin). Kabin bertekanan

    digunakan dalam penerbangan dengan memompa udara bertekanan ke kabin

    pesawat terbang untuk menjaga kondisi lingkungan yang nyaman bagi kru

    pesawat dan penumpang saat terbang di ketinggian.

  • 5

    Tekanan kabin merupakan hal yang penting pada penerbangan dengan

    tinggi terbang lebih dari 10.000 kaki (3,000 m) di atas permukaan laut untuk

    melindungi kru pesawat dan penumpang dari risiko beberapa masalah

    psikologis yang diakibatkan oleh tekanan udara yang rendah pada

    ketinggian tersebut. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk meningkatkan

    kenyamanan penumpang. Masalah psikologis utama adalah sebagai berikut:

    Hipoksia

    Mabuk ketinggian

    Mabuk pengurangan tekanan

    Barotrauma

    Udara bertekanan juga dibutuhkan di ruang kargo untuk mencegah barang

    yang sensitif terhadap tekanan mengalami kebocoran, deformasi, meledak

    atau hancur karena perbedaan tekanan. Tekanan dalam kabin, yang secara

    teknis disebut sebagai ketinggian efektif ekivalen kabin (equivalent effective

    cabin altitude) atau biasa disebut cabin altitude, adalah tekanan udara yang

    biasa diusahakan dalam sebuah pesawat yang sedang terbang. Untuk

    pesawat yang sedang terbang dengan tinggi terbang 40.000 kaki, tekanan di

    dalam kabin tidak boleh disamakan dengan tekanan saat di darat dengan

    alasan untuk menjaga fuselage pesawat dari batas tekanan yang diijinkan.

    Selain itu, untuk memudahkan penyesuaian bila pesawat akan mendarat

    pada ketinggian diatas permukaan laut, biasanya tekanan di dalam kabin

    dijaga untuk setara dengan tekanan di ketinggian 8000 kaki. Ketinggian

    efektif ekivalen kabin yg umum, seperti pada Boeing 767, dijaga seperti

    pada ketinggian 6.900 kaki (2100 m) ketika terbang pada ketinggian 39.000

    kaki (12000 m). Kecenderungan untuk pesawat pesawat baru adalah

    membuat tekanan ketinggian efektif ekivalen kabin lebih rendah, sebagai

    contoh Airbus A380 memiliki tekanan kabin setara 5.000 kaki (1500 m)

    ketika terbang pada ketinggian 43.000 kaki (13000 m), sedangkan tekanan

    ketinggian efektif ekivalen kabin terendah saat ini adalah Bombardier

    Global Express yang bertekanan setara 4.500 kaki (1400 m) ketika terbang

  • 6

    pada ketinggian 41.000 kaki (12,000 m). Secara umum, menjaga tekanan

    kabin di bawah 8.000 kaki (2400 m) akan menghindarkan penumpang dari

    hipoksia, mabuk udara, demam pengurangan tekanan, dan barotrauma.

    Akibat dari beban yang ditimbulkan oleh perbedaan tekanan di dalam dan

    di luar kabin saat pesawat terbang tersebut, maka dibutuhkan jendela

    pesawat yang mampu menahan beban akibat perbedaan tekanan tersebut

    sehingga pesawat tersebut tetap aman dioperasikan. Apabila terjadi

    kerusakan maupun kegagalan pada jendela dalam menahan beban ini, akan

    menyebabkan kerugian pada pesawat mulai dari kehilangan tekanan pada

    kabin sampai dengan kecelakaan fatal yang menyebabkan hull loss.

    2.1.3. TRANSPARANSI JENDELA KABIN

    Bagian dari jendela kabin yang akan kami bahas untuk pembuatan sertifikasi

    pada laporan ini adalah bagian window pane atau transparancies. Window

    pane atau transparencies adalah lembaran material transparan yang menjadi

    bagian dari jendela kabin pesawat udara. Berikut adalah gambar dari

    window pane atau transparencies sebagai bagian dari jendela kabin pesawat

    udara :

    Gambar 1.1. Transparansi Jendela Kabin Pesawat Udara

  • 7

    2.1.4. TIPE TRANSPARANSI

    Ada berbagai macam material transparan yang biasanya digunakan sebagai

    bahan pembuatan transparencies. Berikut adalah beberapa contoh material

    tersebut :

    a. Glass (Kaca)

    Secara umum, kaca memiliki ketahanan yang baik terhadap goresan

    dan kerusakan karena bahan kimia. Namun kaca juga memiliki

    beberapa sifat unik yang perlu diperhitungkan dalam proses desain,

    seperti tidak adanya titik lebur yang pasti, tidak adanya deformasi

    plastis, adanya perbedaan kekuatan yang jauh antara beban tekan dan

    tarik, serta sifat-sifat lainnya. Ada dua tipe kaca yang biasanya

    digunakan sebagai transparencies, yaitu thermally toughened glass dan

    chemically toughened glass.

    b. Polymethyl-methacrylate (Acrylic)

    Acrylic atau akrilik yang biasanya digunakan sebagai material

    transparencies adalah polimer yang berbasis unplasticised methyl-

    methacrylate. Ada dua tipe dasar akrilik yang biasanya dipakai pada

    transparencies, yaitu as-cast acrylic material dan biaxally stretched

    acrylic material. Jika dibandingkan dengan kaca, maka akrilik ini

    bersifat lembut dan kuat. Namun, sifat mekanis akrilik juga bersifat

    melemah jika suhunya ditambah, walau sifat impak dan juga

    elongasinya tidak berubah.

    c. Polycarbonate

    Polycarbonate adalah termoplastik amorf yang memiliki kekuatan

    strain-to-break yang besar dan properti kekuatan impak yang tinggi

    pada rentang suhu normal yang biasanya dirasakan oleh pesawat udara.

    Selain itu, polycarbonate juga memiliki kekuatan properti statis yang

    lebih tinggi jika dibandingkan dengan material akrilik. Namun,

    polycarbonate juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya

  • 8

    adalah polimer dari polycarbonate ini sangat rentan terhadap degradasi

    akibat lingkungan, seperti penyerapan kelembaban serta degradasi UV.

    2.2. PRODUSEN PART

    Ada beberapa perusahaan atau produsen yang membuat transparencies jendela

    pesawat udara di dunia. Namun, belum ada satupun perusahaan yang membuat

    part tersebut di Indonesia. Oleh karena itu, pada subbab ini dibahas mengenai

    perusahaan dari luar negeri yang sudah memproduksi transparencies tersebut

    serta perusahaan dalam negeri yang berpotensial untuk memproduksi

    transparencies jendela pesawat udara.

    2.2.1. PERUSAHAAN LUAR NEGERI

    Salah satu perusahaan di luar negeri yang sudah membuat transparencies

    sebagai salah satu produknya adalah GKN Aerospace. Perusahaan ini adalah

    perusahaan dari Inggris, salah satu dari divisi dalam perusahaan GKN.

    Beberapa contoh produk sipil yang dibuat oleh GKN Aerospace adalah

    casing dari engine, Ice Protection System, dan tentunya transparencies.

    GKN Aerospace adalah salah satu pemimpin dari industri transparansi

    dirgantara, dengan kemampuan untuk mendukung seluruh jenis pesawat

    yang ada dalam kondisi pasar saat ini. Aplikasi dari produk transparencies

    buatan GKN Aerospace juga luas, mulai dari kanopi Lockheed Martin F-

    35 Lighting II, jendela kokpit Boeing 747-8, hingga jendela penumpang

    Boeing 787.

    Seperti yang telah disebutkan, GKN Aerospace merupakan salah satu

    pemimpin di bidang transparansi industri dirgantara. Ini ditunjukkan dengan

    lebih dari 2 juta jendela kabin dengan coating yang dibuat oleh GKN

    Aerospace, dan juga terpilihnya GKN Aerospace sebagai supplier jendela

    kabin untuk seluruh program pesawat udara komersil yang baru-baru ini

    diluncurkan. Beberapa pesawat yang didukung oleh jendela kabin buatan

  • 9

    GKN Aerospace adalah Airbus A320, Boeing 737, Boeing 747, Boeing 787,

    dan jenis pesawat komersil lainnya.

    2.2.2. PERUSAHAAN DALAM NEGERI

    Penulis menemukan beberapa kandidat produsen transparencies di dalam

    negeri. Dua di antara kandidat tersebut adalah PT Ahasimas Flat Glass Tbk

    dan PT Surya Adhitia Fortuna Glass :

    PT Asahimas Flat Glass Tbk dimulai dari gabungan antara

    perusahaan asal Jepang, Asahi Glass Co. Ltd., dengan perusahaan

    dalam negeri PT Rodamas, Asahimas memulai usaha membuat kaca

    pada April 1973 dengan membuat kaca bening menggunakan

    Foucalt Process. Dari sana, perusahaan ini mulai mendiversifikasi

    produknya menjadi Specialty Glass, Safety Glass, dan produk

    lainnya. Sejak 1975, perusahaan ini mulai membangun pabrik Safety

    Glass tersendiri, dan sejak itu banyak pabrik yang telah dibuat

    Asahimas untuk memproduksi berbagai jenis kaca.

    Salah satu produk yang dibuat oleh Asahimas adalah Automotive

    Glass, atau kaca yang digunakan untuk produk otomotif. Perusahaan

    ini adalah perusahaan perintis manufaktur Automotive Glass di

    Indonesia pada tahun 1975. Sejak itu, Asahimas terus berkembang

    sebagai supplier utama dari kaca untuk pasar OEM di Indonesia.

    Asahimas sendiri memiliki anak perusahaan PT Auto Glass

    Indonesia, yang melakukan penggantian dan juga perbaikan

    Automotive Safety Glass di Indonesia.

    PT Surya Adhitia Fortuna Glass Didirikan pada tahun 1991 di bawah

    nama PT Surya Fortuna Glass, perusahaan ini mulai memproduksi

    kaca setahun setelah didirikan. Pada awalnya, perusahaan ini hanya

    memproduksi kaca gedung untuk perusahaan induknya, namun sejak

    itu Fortuna Safety Glass telah membuat berbagai macam produk

  • 10

    kaca seperti Tempered Glass, Curved Glass, Laminated Glass, dan

    berbagai kaca jenis lainnya.

    Sebagai pembuat safety glass, Fortuna juga dapat membuat

    Automotive Glass yang diperuntukkan kepada industri otomotif.

    Selain itu, sudah banyak safety glass lain yang dibuat oleh Fortuna,

    seperti kaca antipeluru, kaca anti ledakan, kaca anti badai, dan

    berbagai jenis safety glass lainnya.

  • 11

    BAB III

    REGULASI DAN SERTIFIKASI

    3.1. SERVICE BULLETIN DAN AIRWORTHINESS DIRECTIVE

    Service Bulletin (SB) adalah sebuah buletin yang dikeluarkan oleh pihak

    pembuat pesawat udara kepada operator pesawat udara tersebut mengenai

    perbaikan produk yang disarankan untuk dilakukan oleh operator. SB ini tidak

    bersifat mandatory atau harus dilakukan, hanya sebagai saran saja. Sedangakan

    Airworthiness Directive (AD) adalah sebuah perintah dari otoritas

    penerbangan mengenai keadaan tidak aman (unsafe condition) yang terdapat

    pada produk penerbangan. Berbeda dengan SB, AD ini bersifat mandatory atau

    wajib, sehingga harus dipenuhi oleh seluruh operator pesawat yang AD-nya

    dikeluarkan dalam waktu yang tertera pada AD tersebut. Pada laporan ini

    tertera contoh dari SB dan AD yang membahas mengenai jendela kabin

    pesawat udara.

    3.1.1. CONTOH SERVICE BULLETIN

  • 12

  • 13

    3.1.2. CONTOH AIRWORTHINESS DIRECTIVE

    DEPARTMENT OF TRANSPORTATION

    Federal Aviation Administration

    14 CFR Part 39

    Amendment 39-3313; AD 78-14-06

    Airworthiness Directives; GULFSTREAM AMERICAN CORPORATION

    (GAC) (FORMERLY GRUMMAN

    AMERICAN AVIATION CORPORATION Model G-1159 Airplanes

    AGENCY: Federal Aviation Administration.

    DATES: Effective October 9, 1978.

    78-14-06 GULFSTREAM AMERICAN CORPORATION (GAC)

    (FORMERLY GRUMMAN AMERICAN AVIATION CORPORATION:

    Amendment 39-3261 as amended by amendment 39-3313. Applies to GAC

    Model G-1159, serial numbers 1 through 229, and 775, airplanes certificated

    in all categories.

    Compliance is required as indicated, unless already accomplished.

    To prevent cabin window pane failure and possible engine damage,

    accomplish the following:

    1. Prior to the accumulation of 600 landings on any window, or within the

    next 10 landings after the effective date of this AD, whichever occurs later,

    accomplish the following:

  • 14

    A. Inspect and replace all outer cabin window panes in accordance with

    GAC Customer Bulletin 270A, dated September 18, 1978, or later revision

    approved by the Chief, Engineering and Manufacturing Branch, Federal

    Aviation Administration, Southern Region, or in an equivalent manner

    approved by the Chief, Engineering and Manufacturing Branch, Federal

    Aviation Administration, Southern Region. The visual checks for cracks

    required by Customer Bulletin 270A may be performed by the pilot. The

    remaining provisions of this AD apply to aircraft with any reduced thickness

    outer cabin window pane installed with 600 or more landings.

    B. Restrict airplane operations to a maximum cabin pressure differential of

    8.0 psi and install one of the following placards on the instrument panel in

    full view of the pilot, or in an equivalent location approved by the FAA,

    utilizing a minimum of 1/8 inch high letters with the wording:

    1. "DO NOT EXCEED A MAXIMUM CABIN PRESSURE

    DIFFERENTIAL OF 8.0 PSI. THE TABLE CONTAINED IN GAAC

    LETTER DATED JUNE 20, 1978, MAY BE UTILIZED. COMPLY WITH

    THE INSPECTION REQUIREMENTS OF AD 78-14-06 PRIOR TO

    EACH FLIGHT."

    2. "DO NOT EXCEED A MAXIMUM CABIN PRESSURE

    DIFFERENTIAL OF 8.0 PSI."

    C. Incorporate G-1159 Airplane Flight Manual Interim Revision No. 19-5

    dated September 21, 1978, in the Basic Airplane Flight Manual dated April

    1, 1969.

    2. Repeat the inspection and replacement requirements of paragraph (1)(A)

    of this AD prior to each flight.

  • 15

    3. The inspection requirements and restrictions on operation may be

    discontinued, and the AFM Interim Revision removed once all affected

    outer cabin windowpanes are either replaced with full thickness outer panes

    identified in accordance with GAC Customer Bulletin 270A dated

    September 18, 1978, or later revision approved by the Chief, Engineering

    and Manufacturing Branch, Federal Aviation Administration, Southern

    Region; or replaced with windows with less than 600 landings.

    4. For the purpose of complying with this AD, subject to acceptance by the

    assigned FAA maintenance inspector, the number of landings may be

    determined by dividing each airplane's hours' time in service by the

    operator's fleet average time from take-off to landing for the airplane type.

    Alternately, if an operator has recorded pressure cycles, the number of

    pressure cycles may be used in lieu of landings.

    Amendment 39-3261 became effective July 20, 1978.

    This amendment 39-3313 becomes effective October 9, 1978.

    3.2. TECHNICAL STANDARD ORDER (TSO)

    Setelah melakukan pencarian di internet mengenai TSO untuk bagian

    transparencies, penulis tidak dapat menemukan TSO yang membahas

    mengenai bagian tersebut. Penulis hanya menemukan beberapa Advisory

    Circular (AC) mengenai standar material yang dapat digunakan sebagai

    transparencies, seperti pada AC No. 23-27, yang kemudian mengacu pada

    standar SAE-AMS-P-83310 untuk material akrilik atau MIL-PRF-8184 Type I

    untuk material polycarbonate as-cast dengan aplikasi untuk penarikan

    (stretching) atau Type II untuk material lembaran polycarbonate as-cast saja.

    Untuk material polycarbonate dibutuhkan klasifikasi Class 2, untuk

    meningkatkan ketahanan terhadap absorpsi kelembaban. Untuk contoh

    dokumen tersedia di bagian lampiran laporan ini. Contoh yang digunakan

    adalah MIL-PRF-8184F.

  • 16

    Pada intinya, isi dari dokumen MIL-PRF-8184F membahas spesifikasi prestasi

    (performance) dari lembaran plastik akrilik termodifikasi. Spesifikasi ini

    mencakup kualitas optik dan ketransparanan dari lembaran akrilik

    termodifikasi tersebut. Kemudian dituliskan mengenai apa saja kebutuhan yang

    diperlukan. Seperti kualifikasi, sifat material (warna, dimensi, dan ketebalan),

    optical uniformity, dan formability. Selain itu dituliskan juga metode-metode

    yang dilakukan untuk verifikasi data, pengemasan produk, serta catatan penting

    mengenai produk yang dibahas.

    3.3. REGULASI

    Regulasi yang akan kami gunakan sebagai basis pembuatan transparencies ini

    adalah CASR part 25.775 mengenai Windshield dan Windows, part 25.801

    mengenai Ditching, part 25.843 mengenai Pressurized Cabin, dan part 25.853

    mengenai Material Burn Criteria. Berikut adalah kutipan dari regulasi tersebut.

    25.775 Windshields and Windows

    (a) Internal panes must be made of nonsplintering material.

    (b) Windshield panes directly in front of the pilots in the normal conduct of

    their duties, and the supporting structures for these panes, must withstand,

    without penetration, the impact of a four pound bird when the velocity of the

    airplane (relative to the bird along the airplane's flight path) is equal to the value

    of VC, at sea level, selected under Sec. 25.335(a).

    (c) Unless it can be shown by analysis or tests that the probability of occurrence

    of a critical windshield fragmentation condition is of a low order, the airplane

    must have a means to minimize the danger to the pilots from flying windshield

    fragments due to bird impact. This must be shown for each transparent pane in

    the cockpit that

    (1) Appears in the front view of the airplane;

    (2) Is inclined 15 degrees or more to the longitudinal axis of the airplane; and

    (3) Has any part of the pane located where its fragmentation will constitute a

    hazard to the pilots.

  • 17

    (d) The design of windshields and windows in pressurized airplanes must be

    based on factors peculiar to high altitude operation, including the effects of

    continuous and cyclic pressurization loadings, the inherent characteristics of

    the material used, and the effects of temperatures and temperature differentials.

    The windshield and window panels must be capable of withstanding the

    maximum cabin pressure differential loads combined with critical aerodynamic

    pressure and temperature effects after any single failure in the installation or

    associated systems. It may be assumed that, after a single failure that is obvious

    to the flight crew (established under Sec. 25.1523), the cabin pressure

    differential is reduced from the maximum, in accordance with appropriate

    operating limitations, to allow continued safe flight of the airplane with a cabin

    pressure altitude of not more than 15,000 feet.

    (e) The windshield panels in front of the pilots must be arranged so that,

    assuming the loss of vision through any one panel, one or more panels remain

    available for use by a pilot seated at a pilot station to permit continued safe

    flight and landing.

    25.801 Ditching

    (e) Unless the effects of the collapse of external doors and windows are

    accounted for in the investigation of the probable behavior of the airplane in a

    water landing (as prescribed in paragraphs (c) and (d) of this section), the

    external doors and windows must be designed to withstand the probable

    maximum local pressures.

    25.843 Tests for Pressurized Cabins

    (a) Strength test. The complete pressurized cabin, including doors, windows,

    and valves, must be tested as a pressure vessel for the pressure differential

    specified in Sec. 25.365(d).

    25.853 Compartment Interiors

    Except as provided in paragraph (e) of this section, the following interior

    components of airplanes with passenger capacities of 20 or more must also

  • 18

    meet the test requirements of parts IV and V of Appendix F of this Part, or

    other approved equivalent method, in addition to the flammability

    requirements prescribed in paragraph (a) of this section:

    (1) Interior ceiling and wall panels, other than lighting lenses and windows;

    (2) Partitions, other than transparent panels needed to enhance cabin safety;

    3.4. SERTIFIKASI

    Berdasarkan regulasi yang telah disebutkan pada subbab sebelumnya, maka

    diperlukan pengujian untuk transparencies agar mendapatkan sertifikasi.

    Berikut adalah pembahasan mengenai apa saja yang harus dilakukan agar

    produk yang dibuat mendapatkan sertifikasi yang dibutuhkan.

    3.4.1. PENGUJIAN YANG DILAKUKAN

    Pengujian yang dilakukan untuk sertifikasi transparencies jendela kabin

    pesawat udara adalah uji impak, uji pressurization, dan uji vertical burn :

    a. Uji Impak

    Pengujian ini dilakukan untuk mengetes material terhadap

    scatterability. Spesimen yang akan diuji impak ditempatkan pada

    kerangka sepanjang sisi dari kaca dengan margin tidak lebih dari 9.5

    mm. Kerangka ini ditempatkan pada plat logam yang berat dan

    kekakuannya cukup untuk menghindari adanya distorsi. Spesimen yang

    dites harus dapat menahan beban impak dari bola baja yang dijatuhkan

    dari ketinggian yang cukup untuk menyebabkan adanya keretakan

    lapisan kaca luar, namun tidak cukup untuk melubangi laminasi.

    Laminasi yang telah diuji impak ini tidak boleh menunjukkan adanya

    separasi dari kaca dan interlayer selain pada daerah yang

    diperbolehkan, yaitu pada diameter 6.4 mm dari titik impak, dan di

    dalam area selebar 3.2 mm sepanjang setiap sisi dari garis keretakan

    yang merambat dari titik impak. Sejumlah kecil kaca boleh lepas dari

    bagian bawah assembly akibat keretakan dari bagian bawah plat.

  • 19

    b. Uji Tekanan (Pressurization)

    Untuk pesawat yang memiliki kompartemen bertekanan, maka harus

    dilakukan pengujian di mana bagian dari pesawat tersebut (dalam hal

    ini transparencies jendela kabin) harus bisa menahan beban perbedaan

    tekanan pada setting relief valve maksimum dikalikan dengan faktor

    1.33 untuk pesawat yang diizinkan untuk beroperasi di bawah 45000

    kaki, atau dengan faktor 1.67 untuk pesawat yang diizinkan beroperasi

    di atas 45000 kaki.

    c. Uji Ketahanan Bakar Vertikal (Vertical Burn)

    Pengujian ini menyatakan bahwa material yang diuji bakar vertikal

    tidak boleh terbakar lebih dari 8 inchi, dan rata-rata waktu api setelah

    sumber api dipindahkan tidak boleh lebih dari 15 detik. Tetesan dari

    spesimen uji tidak boleh tetap terbakar selama lebih dari 5 detik setelah

    jatuh.

    d. Tes Temperatur

    Pengujian untuk memeriksa pengaruh temperatur pada transparansi

    adalah dengan menggunakan dokumen MIL-PRF-8184F. Dokumen ini

    menjelaskan persyaratan apa yang harus dipenuhi untuk material.

    Untuk itu dibatasi tes yang berhubungan dengan temperatur.

    Tes ini menggunakan dua spesimen, dengan tebal 0.25 inch (6.4 mm)

    di tes sesuai dengan dokumen ASTM-D696 atau ASTM-E831.

    Hasilnya harus memenuhi persyaratan pada tabel berikut

  • 20

    Untuk cara pengujian, perusahaan diharuskan membayar dokumen

    tersebut ke ASTM sebesar US$ 40.

  • 21

    e. Uji Deformasi Akibat Temperatur

    Dua spesimen diuji sesuai dengan ASTM-D648 kecuali ketebelan dari

    sampel yang diuji diubah menjadi lebar dari spesimen. Sehingga tebal

    yang tidak terletak dalam cakupan dalam ASTMD648 harus di

    tumpuk atau di-machined. Bagian yang tidak di machining harus

    diletakan disamping. Jumlah Load yang dihitung harus memberikan

    maksimum fiber stress sebesar 264 psi (1,820 kPa). Semua hasil harus

    disimpan dan memenuhi tabel berikut.

  • 22

    f. Uji Kestabilan Termal

    Dua buah spesimen dengan ukuran 12 x 18 inchi (30 x 45 cm) akan

    dites. Setiap lembaran plastik digantung pada oven dengan udara

    bersirkulasi pada at 356 9 F (180 5 C) selama 2 jam. Setelah

    dikeluarkan dari oven, lembaran didinginkan pada kondisi standar

    (temperature of 77 2 F (25 1 C) and a relative humidity of 50 5

    percent) dengan digantung vertikal. Dan kemudian diperiksa sesuai

    dengan tabel Performance Characteristic (Karakteristik Prestasi)

    3.4.2. TEMPAT PENGUJIAN

    Ada beberapa tempat pengujian yang berpotensial untuk digunakan sebagai

    tempat pengujian produk yang akan dibuat. Berikut adalah beberapa tempat

    pengujian yang ada :

    Lee Aerospace, 9323 E 34th St N, Wichita, KS 67226, USA

    GKN Aerospace, Worcestershire B98 0TL, United Kingdom

    GTS, 4910 Burlington Way, Tacoma, WA 98409, USA

    JCS Technology, Weston-super-Mare North Somerset BS24 9B,

    United Kingdom

    Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kawasan

    Puspiptek Gedung 220 Cisauk Tangerang Selatan, untuk pengujian

    impak.

    Pengujian efek temperatur dan efek mekanik pada material

    Transparancies di Laboratorium Uji Polimer LIPI. Terletak di

    Laboratorium Uji Polimer, Pusat Penelitian Fisika LIPI, Jl.

    Cisitu/Sangkuriang No. 21/154 D, Bandung 40135 (ASTM

    qualified)

  • 23

    BAB IV

    MANAJEMEN PROYEK

    4.1. MANAJEMEN JADWAL PROYEK SERTIFIKASI

    Berikut adalah jadwal dari proyek sertifikasi transparencies jendela kabin

    pesawat udara yang kami ajukan :

    Tabel 4.1. Jadwal Proyek Sertifikasi Transparansi Jendela Kabin

  • 24

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. KESIMPULAN

    Transparencies atau window pane dari jendela kabin pesawat udara merupakan

    salah satu bagian yang paling sering digunakan pada pesawat udara. Tentunya,

    hampir atau bahkan semua pesawat udara komersil yang mengangkut

    penumpang memerlukannya. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia, sebagai

    salah satu negeri yang dapat memproduksi pesawat sendiri, untuk bisa juga

    memproduksi jendela kabin sendiri untuk menuju kemandirian industri

    dirgantara.

    Menurut penulis, dua perusahaan yang diajukan sebagai pembuat part

    transparansi jendela kabin mampu untuk membuat part tersebut. Kedua part

    tersebut sudah penulis nilai cukup memiliki kemampuan dan juga pengalaman

    di bidang transparensi, seperti pada safety glass atau automotive glass, walau

    mungkin masih belum terlalu mengenal regulasi mengenai industri

    kedirgantaraan yang biasanya sangat ketat. Ini dikarenakan regulasi tersebut

    harus bisa menjamin bahwa part yang dibuat aman digunakan untuk dipasang

    pada pesawat udara. Oleh karena itu, karena industri pembuatan part

    pendukung pesawat udara sendiri belum terlalu berkembang di Indonesia,

    maka pengujian yang dilakukan untuk memenuhi regulasi masih perlu

    dilakukan di luar negeri. Ini akan memakan biaya yang tidak sedikit, karena

    kebutuhan transportasi yang digunakan untuk mengangkut barang yang akan

    dites ke lokasi pengujian, dan tentunya dapat mempersulit proses sertifikasi.

    5.2. SARAN

    Penulis menyarankan agar dibuat fasilitas pengujian untuk transparencies yang

    memiliki sertifikat dari otoritas. Ini tentunya akan memudahkan proses

    pengujian yang dibutuhkan untuk proses sertifikasi. Selain itu, kemudahan ini

    juga dapat memacu lebih banyak perusahaan untuk masuk ke pasar

  • 25

    transparencies dan akan meningkatkan nilai industri penerbangan dari

    Indonesia. Ini dikarenakan Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki

    fasilitas pengujian tersebut, seperti fasilitas untuk uji impak di Balai Besar

    Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) milik Badan Pengkajian dan Penerapan

    Teknologi (BPPT), atau laboratorium uji ketahanan api yang dimiliki Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbang Permukiman).

  • 26

    BAB VI

    DAFTAR PUSTAKA

    Ministry of Transportation Republic of Indonesia. (2003, June 10). Civil Aviation

    Safety Reulations (CASR) Part 25 : Airworthiness Standards : Transport

    Category Airplanes. Revision 05. Indonesia : Ministry of Transportation

    Republic of Indonesia.

    Federal Aviation Administration. (2009, May 18). Advisory Circular No. 23-27 :

    Parts and Materials Substitution for Vintage Aircraft. United States of

    America : Federal Aviation Administration.

    Federal Aviation Administration. (2003, January 1). Advisory Circular No. 25.775-

    1 : Windows and Windshields. United States of America : Federal Aviation

    Administration.

  • 27

    LAMPIRAN