kel.1 (pengertian ilmu hadis)

15
BAB I “ PENDAHULUAN “ Ulumul Hadis (ilmu hadis) adalah salah satu bidang ilmu yang penting di dalam islam, yang sangat diperlukan dalam mengenal dan memahami Hadis-Hadis Nabi SAW. Hadis adalah sumber ajaran dan hukum islam kedua, setelah, dan berdampingan dengan Al-Qur’an. Penerimaan hadits sebagai sumber ajaran dan hukum islam adalah merupakan realisasi dan iman kepada Rasul SAW dan dua kalimat syahadat yang diikrarkan oleh setiap muslim, selain karena fungsi dari hadis itu sendiri, yaitu sebagai penjelas dan penafsir terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum, penjabaran dan petunjuk pelaksanaan dari ayat-ayat Al-Qur’an, terutama yang menyangkut tata cara pelaksanaan berbagai ibadah yang disyariatkan di dalam islam; dan sebagai sumber hukum dalam penetapan dan perumusan hukum, khususnya terhadap masalah-masalah yang dibicarakan secara global oleh Al-Qur’an, atau permasalahan yang tidak dibicarakan sama sekali oleh Al-Qur’an. Hadits-hadits yang dapat dijadikan pedoman dalam perumusan hukum dan pelaksanaan ibadah, serta sebagai sumber ajaran islam, adalah hadits-hadits yang Maqbul (yang diterima), yaitu Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Selain Hadis Maqbul, terdapat juga Hadis Mardud, yaitu hadis yang di tolak dan tidak sah penggunaannya sebagai dalil hukum atau sumber ajaran islam. Hadis yang disebutkan terakhir ini banyak sekali jumlah dan macamnya, seperti Hadits Maudhu’ (palsu), Hadis Munkar, Hadits Matruk, dan lain-lain dari berbagai macam Hadits Dha’if. Oleh karenanya, adalah 1

Upload: aini

Post on 29-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ilmu Ilmu Hadis

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Ulumul Hadis (ilmu hadis) adalah salah satu bidang ilmu yang penting di dalam islam, yang sangat diperlukan dalam mengenal dan memahami Hadis-Hadis Nabi SAW. Hadis adalah sumber ajaran dan hukum islam kedua, setelah, dan berdampingan dengan Al-Quran. Penerimaan hadits sebagai sumber ajaran dan hukum islam adalah merupakan realisasi dan iman kepada Rasul SAW dan dua kalimat syahadat yang diikrarkan oleh setiap muslim, selain karena fungsi dari hadis itu sendiri, yaitu sebagai penjelas dan penafsir terhadap ayat-ayat Al-Quran yang bersifat umum, penjabaran dan petunjuk pelaksanaan dari ayat-ayat Al-Quran, terutama yang menyangkut tata cara pelaksanaan berbagai ibadah yang disyariatkan di dalam islam; dan sebagai sumber hukum dalam penetapan dan perumusan hukum, khususnya terhadap masalah-masalah yang dibicarakan secara global oleh Al-Quran, atau permasalahan yang tidak dibicarakan sama sekali oleh Al-Quran.Hadits-hadits yang dapat dijadikan pedoman dalam perumusan hukum dan pelaksanaan ibadah, serta sebagai sumber ajaran islam, adalah hadits-hadits yang Maqbul (yang diterima), yaitu Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Selain Hadis Maqbul, terdapat juga Hadis Mardud, yaitu hadis yang di tolak dan tidak sah penggunaannya sebagai dalil hukum atau sumber ajaran islam. Hadis yang disebutkan terakhir ini banyak sekali jumlah dan macamnya, seperti Hadits Maudhu (palsu), Hadis Munkar, Hadits Matruk, dan lain-lain dari berbagai macam Hadits Dhaif. Oleh karenanya, adalah merupakan suatu keharusan bagi umat islam untuk mengenali Hadits-Hadits Shahih dan Hasan tersebut, sehingga tidak terjerumus ke dalam penggunaan Hadits Mardud (Dhaif). Pengenalan tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari dan memahami Ulumul Hadits (ilmu hadits), yang memuat segala permasalahan yang berkaitan dengan Hadits.Sesuai dengan tujuan serta target yang hendak di capai, yaitu memahami Ulumul Hadits yang mencakup beberapa pokok pembahasan yang diperlukan sebagai salah satu alat untuk memahami kandungan hadis, makalah ini memuat materi sebagai berikut: Pengenalan terhadap Ulumul Hadis, Pembagian dan sejarah pertumbuhannya.Akhirnya, tiada harapan yang lebih tulus dalam pembuatan makalah ini, kiranya mampu mengangat semangat serta gairah kita sebagai umat muslim untuk terus mengkaji Hadits-Hadits Nabi SAW. yang mana merupakan pedoman dasar umat islam setelah Al-Quran.BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ULUMUL HADITSUlumul Hadits adalah istilah ilmu hadits didalam tradisi ulama hadis. Ulum Al Hadits terdiri atas dua kata yaitu Ulum dan Al Hadist. Kata ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari ilm, jadi berarti Ilmu ilmu. Sedangkan Al Hadist dikalangan ulama hadist berarti Segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW dari perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat. Dengan demikian, gabungan kata Ulum Al Hadits mengandung pengertian Ilmu ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadits Nabi SAW .Pada mulanya, ilmu hadits memang merupakan beberapa ilmu yang masing masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang hadits nabi SAW. dan para perawinya, seperti ilmu al-hadits al-shahih, ilmu al-mursal, ilmu al-asma wa alkuna dan lain lain. Penulisan ilmu ilmu hadits secara parsial dilakukan, khususya oleh para ulama abad ke-3 H.Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan Ulumul Hadits, karena masing masing membicarakan tentang hadits dan para perawinya. Akan tetapi, pada masa berikutnya ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai digabungkan dan dijadikan satu, serta selanjutnya dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Terhadap ilmu yang sudah digabungkandan menjadi satu kesatuan tersebut tetap dipergunakan nama Ulumul Hadits , sebagaimana halnya sebelum disatukan. Jadi penggunaan lafadz jamak Ulumul Hadits, setelah keadaannya menjadi satu adalah mengandungmakna mufrad atau tunggal, yaitu ilmu hadits, karena telah terjadi perubahan makna lafadz tersebut dari maknanya yang pertama beberapa ilmu yang terpisah menjadi nama dari suatu disiplinilmu yang khusus, yang nama lainnya adalah Mushthalah Al Hadits.

B. PEMBAGIAN ULUMUL HADITS1. ILMU HADITS RIWAYAHMenurut Ibn Al-Akfani, sebagaimana yang dikutip oleh Al Suyuthi, bahwa yang dimaksud dengan ilmu hadits riwayah adalah Ilmu hadits yang khusus berhubungan dengan riwayah adalah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi SAW. dan perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya dan penguraian lafadz-lafadznya. Sedangkan pengertian menurut Muhammad Ajjaj Al Khatib adalah: Yaitu ilmu yang membahas tentang pemindahan (periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat jasmaniah, atau tingkah laku dengan cara yang teliti dan terperinci.Definisi yang hampir senada dikemukakan oleh Zhafar Ahmad Ibn Lathif Al Utsmani Al Tahanawididalam Qawaid fi Ulum Al Hadits, Ilmu hadits yang khusus dengan riwayah adalah ilmu yang dapat diketahui dengannya perkataan, perbuatan dan keadaan Rasul SAW. serta periwayatan , pencatatan dan penguraian lafaz-lafaznya. Dari ketiga definisi diatas dapat dipahami bahwa ilmu hadits riwayah pada dasarnya adalah hadits nabi SAW dari segi periwayatan dan pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup:a. Cara periwayatan hadits, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga cara penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawinya yang lain.b. Cara pemeliharaan hadits, yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan, dan pembukuannya.Sedangkan tujuan dari urgensi ilmu ini adalah peeliharaan terhadap hadits Nabi SAW. agar tidak lenyap dan sia-sia serta terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam proses periwayatannya atau dalam penulisan dan pembukuannya. Dengan demikian, hadits hadits nabi SAW. dapat terpelihara kemurniannya dan dapat diamalkan hukum hukum dan tuntunan yang terkandung di dalamnya, yang hal ini sejaln dengan perintah Allah SWT. agar menjadikan Nabi SAW. sebagai ikutan dan suri teladan dalam kehidupan ini.Ilmu hadits riwayah ini sudah ada semenjak Nabi SAW. masih hidup, yaitu bersamaan dengan dimulainya periwayatan hadits itu sendiri. Para sahabat Nabi SAW. menaruh perhatian tinggi terhadap hadits nabi SAW. Mereka berupaya untuk memperoleh hadits hadits nabi dengan cara mendatangi majelis rasul SAW. serta mendengar dan menyimak pesan atau nasihat yang disampaikan beliau. Sedemikian besar perhatian mereka, sehingga kadang kadang mereka berjanji satu sama lainnya untuk secara bergantian menghadiri majelis nabi SAW. manakala di antara mereka ada yang sedang berhalangan. Hal tersebut seperti yang dilakukan oleh Umar ra, yang menceritakan Aku beserta seorang tetanggaku dari kaum anshar, yaitu Bani Ummayah Ibn Zaid, secara bergantian menghadiri majlis Rasul SAW. apabila giliranku yang hadir, maka aku akan menceritakan kepadanya apa yang aku dapatkan dari Rasul SAW. pada hari itu dan sebaliknya apabila giliran dia yang hadir, maka dia akan melakukan hal yang sama.Mereka juga memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan Rasul SAW. baik dalam beribadah maupun dalam aktivitas soaial dan akhlak Nabi SAW. sehari hari .semua yang mereka dengar dan terima dari Rasul SAW. mereka pahami dengan baik dan mereka pelihara melalui hafalan mereka.Apa yang telah dihafal oleh para sahabat dari hadits hadits nabi SAW, selanjutnya mereka sampaiakan dengan sangat hati hati kepada sahabat lain yang kebetulan belum mengetahuinya. Hal ini selain dalam rangka memelihara kelestarian hadits nabi SAW. juga dalam rangka menunaikan pesan yang terkandung dalam hadits nabi SAW.

2. ILMU HADITS DIRAYAHIbn Al Akfani memberikan definisi ilmu hadits ilmu dirayah sebagai berikut:a. Dan ilmu hadits yang khusus tentang dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam dan hukum hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan nya.b. Definisi yag lebih ringkas namun komprehensi tentang ilmu hadits dirayah dikemukakan oleh M.Ajjajal Khatib yaitu ilmu hadits dirayah yaitu kumpulan kaidah kaidah dan masalah masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi diterima atau ditolaknya.Objek kajian atau pokok bahasan ilmu hadits dirayah ini berdasarkan definisi di atas adalah sanad dan matan hadits. Pembahasan tentang sanad meliputi:a. Segi persambungan sanad yaitu bahwa suatu rangkaian sanad hadits haruslah bersambung mulai dari sahabat sampai kepada periwayat terakhir yang menuliskan atau membukukan hadits tersebut oleh karenanya,tidak dibenarkan suatu rangkaiansanad tersebut yang terputus ,tersembunyi, tidak diketahui identitasnya atau tersamar.b. Segi kepercayaan sanad yaitu bahwa setiap perawi yang terdapat dalam sanad suatu hadits harus memiliki sifat adil dan dhabith (kuat atau cermat penghafalan haditsnya).c. Segi keselamatannya dari kejanggalan.d. Keselamatannya dari cacat.e. Tinggi dan rendahnya martabat suatu sanad.Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi ke shahihan atau kedhaifan nya. Hal tersebut dapat dilihat melalui kesejalanannya dengan makna dan tujuan yang terkandung dalam Al-Quran.a. Dari kejanggalan redaksib. Dari cacat atau kejanggalan pada maknanya karena bertentangan dengan akal dan pancaindra atau dengan kandungan dan makna Al-Quran atau dengan fakta sejarahc. Dari kata kata asing yaitu kata kata yang tidak bisa dipahami berdasarkan maknanya yang umum dikenal

Tujuan dan urgensi ilmu hadits dirayah adalah untuk mengetahui dan menetapkan hadits hadits maqbul dan yang mardud.Ilmu Hadits dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum dikenal dengan Ulumul Hadits, Mushthalah Al Hadits, atau Ushul Al Hadits. Keseluruhan nama-nama di atas meskipun bervariasi namun mempunyai arti dan tujuan yang sama, yaitu ilmu yang membahas tentang kaidah kaidah untuk mengetahui keadaan perawi (sanad) dan marwi (matan) suatu hadis dari segi diterima dan ditolaknya.Para ulama hadits membagiu ilmu hadits dirayah ini menjadi beberapa bagian, berdasarkan kepada permasalahan yang dibahas padanya, seperti pembahasan tentang pembagian hadits shahih, hasan, dan dhaif, serta macam macam nya, pembahasan tentang tata cara penerimaan dan periwayata hadits, pembahasan Al Jarih dan Al Tadil serta tingkatan tingkatannya, pembahasan tentang perawi, latar belakang kehiduannya, dan pengklasifikasiannya antara yang tsiqat dan yang dhaif dan pembahasan lainnya. Masing-masing pembahasan di atas dipandang sebagai macam-macam dari Ulumul Hadits, sehingga karena banyaknya, imam al suyuthi menyatakan bahwa macam-macam Ulumul Hadits tersebut banyak sekali, bahkan tidak terhingga jumlahya. Ibn Al Shalah menyebutkan ada 65 macam Ulumul Hadits sesuai dengan pembahasannya, seperti dikemukakan di atas.

C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS

Pada dasarnya Ulumul Hadits telah lahir sejak dimulainya periwayatan hadits di dalam islam, terutama setelah Rasul SAW. wafat, Ketika umat merasakan perlunya meghimpun hadits hadits Rasul SAW. dikarenakan adanya kekhawatiran hadits hadits tersebut akan hilang atau lenyap. Para sahabat mulai giat melakuakan pencatatan dan periwayatan hadits. Mereka telah mulai mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-metode tertentu dalam menerima hadits namun mereka belumlah menuliskan kaidah kaidah tersebut.Di dalam surat Al Hujarat Ayat : 6, Allah SWT. memerintahkan orang orang yang beriman untuk meneliti dan mempertanyakan berita berita yang datang dari orang orang yang fasik. Hai orang orang yang beriman ,jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah berita tersebut dengan teliti agar kamu tidak menimpakanmusibah kepada suatu kaumtanpa mengetahui keadaan (yang sebenarnya)yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu.Disamping itu rasul SAW juga mendorong serta menganjurkan para sahabta dan yang lainnya yang mendengar atau menerima hadits hadits beliau untuk menyampaikan dan meriwayatkannya kepada mereka yang tidak mendengar atau mengetahuinya. Di dalam sebuah haditsnya rasul SAW bersabda: Semoga Allah membaguskan rupa seseorang yang mendengar dari kami sesuatu (hadits), lantas dia menyampaikannya (hadits tersebut) sebagaimana dia dengar, kadang kadang orang yang menyampaikan lebih hafal daripada yang mendengar. Berdasarkan pada ayat Al Quran dan hadits nabi di atas, maka para sahabat mulai meneliti dan bersikap hati hati dalam menerima dan meriwayatkan hadits hadits nabi SAW, terutama apabila mereka meragukan si pembawa atau penyampai riwayat tersebut. Dengan demikian mulailah lahir pembicaraan mengenai isnad dan nilainya dalam menerima dan menolak suatu riwayat.Setelah terjadi fitnah didalam kehidupan umat islam, para sahabat mulai meminta keterangan tentang orang orang yang menyampaikan hadits atau khabar kepada mereka. Mereka menerima atau mengambil hadits dari orang orang yang tetap berpegang kepada sunnah rasul SAW. dan sebaliknya mereka tidak mengambil hadits dari mereka para ahli bidah.Apabila dicermati sikap dan aktivitas para sahabat terhadap hadits nabi SAW dan periwayatannya maka dapat disimpulkam beberapa ketentuan umum yang diberlakukan dan dipatuhi oleh para sahabat yaitu:a. Penyedikitan periwayatan hadits dan pembatsannya untuk hal hal yang diperlukan saja. Sikap ini dilaksanakan dalam rangka memelihara kemurnian hadits dari kekeliruan dan kesalahan.b. Ketelitian dalam periwayatan, baik ketika menerima atau menyampaikan riwayat.c. Kritik terhadap matan hadits . kritik terhadap matan hadits ini dilakukan oleh para sahabat dengan cara membandingkan dengan nash al Quran atau kaidah kaidah dasar agama .

Ketelitian dan sikap hati-hati para sahabat tersebut diikuti oleh para ulama hadits yang datang sesudah mereka dan sikap tersebut semakin ditingkatkan terutama setelah munculnya hadits hadits palsu yaitu sekitar tahun 41 H, setelah masa pemerintahan khalifah Ali ra. Semenjak itu mulailah dilakuakan penelitian terhadap sanad hadits dengan mempraktikkan ilmu Al jarah wa Al Tadil dan sekaligus mulai pulalah ilmu Al Jarah wa Al Tadil ini tumbuh berkembang.Setelah munculnya kegiatan pemalsuan hadits dari pihak pihak yang tidak bertanggung jawab maka aktivitas tertentu dilkukan oleh para ulama hadits dalam rangka memelihara kemurnian hadits yaitu seperti:a. Melakukan pembahasan terhadap sanad hadits serta penelitian terhadap keadaan setiap para perawi hadits,hal yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan.b. Melakukan perjalanan (rihlah) dalam mencari sumber hadits agar dapat mendengar langsung dari perawi asalnya dan meneliti kebenaran riwayat tersebut melaluinya.c. Melakukan perbandingan antara riwayatseorang perawi dengan riwayat perawi yang lain yang lebih tsiqat dan terpercaya dalam rangka untuk mengetahui kedhaifan atau kepalsuan suatu hadits.

Demikianlah kegiatan para ulama hadits di abad pertama hijriyah yang telah memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan ilmu hadits. Bahkan pada akhir abad pertama itu telah terdapat beberapa klasifikasi hadits yaitu hadits marfu, hadits mawquf, hadits muttashildan hadits mursal. Dari macam macam hadits tersebut juga telah dibedakan antara hadits maqbulyang pada masa berikutnya disebut dengan hadits shahih dan hadits hasan, serta hadits mardud yang kemudian dikenal dengan berbagai macamnya.

Pada abad kedua hijriyah, ketika hadits telah dibukukan secara resmi atas prakarsa khalifah Umar ibn Abd Al Aziz dan dimotori oleh Muhammad ibn Muslim ibn Syihab al Zuhri, para ulama yang bertugas dalam menghimpun dan membuktikan hadits tersebut menerapkan ketentuan ketentuan ilmu hadits yang sudah ada dan berkembang sampai pada masa mereka. Mereka memperhatikan ketentuan ketentuan hadits shahih demikian juga keadaan para perawinya. Hal ini terutama karena telah terjadi perubahan yang besar dalam kehidupan umat islam,yaitu para penghafal hadits sudah mulai berkurang dan kualitas serta tingkat hafalan terhadap hadits pun sudah semakin menurun karena telah terjadi percampuran dan akulturasi antara masyarakat arab dan masyarakat non arab menyusul perkembangan dan perluasan daerah kekuasaan islam. Kondisi yang demikian memaksa para ulama hadits untuk semakin berhati hati dalam menerima dan menyampaiakan riwayat, dan merekapun telah merumuskan kaidah-kaidah dalam menentukan kualitas dan macam macam hadits. Hanya saja pada masa ini kaidah-kaidah tersebut masih bersifat rumusan yang tidak tertulis dan hanya disepakati dan diingat oleh para ulama hadits didalam hati mereka masing-masing.Pada abad ketiga hijriyah yang dikenal dengan masa keemasan dalam sejarah perkembangan hadits, mulailah ketentuan ketentuandan rumusan kaidah-kaidah hadits ditulis dan dibukukan namun masih bersifat parsial.Pada abad keempat dan kelima hijriyah mulailah ditulis secara khusus kitab-kitab yang membahas tentang ilmu hadits yang bersifat komprehesif.Pada abad-abad berikutnya bermunculanlah karya-karya dibidang ilmu hadits ini,yang sampai saat ini masih menjadi referensi utama dalam membicarakan ilmu hadits.

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Ulumul hadits adalah Ilmu ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadits Nabi SAW . Ulumul hadits terbagi menjadi dua bagian yaitu ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah.Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi SAW. dan perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya dan penguraian lafadz-lafadznya. Sedangkan ilmu hadits dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam dan hukum hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan nya.Pada dasarnya Ulumul Hadits telah lahir sejak dimulainya periwayatan hadits di dalam islam, terutama setelah Rasul SAW wafat, Ketika umat merasakan perlunya meghimpun hadits hadits Rasul SAW. dikarenakan adanya kekhawatiran hadits hadits tersebut akan hilang atau lenyap. Para sahabat mulai giat melakuakan pencatatan dan periwayatan hadits. Mereka telah mulai mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-metode tertentu dalam menerima hadits namun mereka belumlah menuliskan kaidah kaidah tersebut.Tapi, Pada abad keempat dan kelima hijriyah mulailah ditulis secara khusus kitab-kitab yang membahas tentang ilmu hadits yang bersifat komprehesif.Dan akhirnya ,Pada abad-abad berikutnya bermunculanlah karya-karya dibidang ilmu hadits ini,yang samapai saat ini masih menjadi referensi utama dalammembicarakan ilmu hadits.

SARANUntuk itu kita perlu mempelajari ulumul hadits karena Ilmu hadits merupakan salah satu disiplin ilmu agama yang sangat penting, terutama sekali untuk mempelajari dan menguasai hadits secara baik dan tepat, yang sesuai dengan metodeologinya.Untuk itu kami berharap, dengan mempelajari ulumul hadits kita dapat meningkatkan, mengembangkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta untuk menumbuhkan semangat belajar dan cinta ilmu pengetahuan dengan tidak meninggalkan akhlakul karimah.DAFTAR PUSTAKARanuwijaya, Utang, Ilmu Hadis: Gaya Media Pratama, Jakarta, 1998