kekuatan keluarga herti

3
Perbedaan Kelas dalam Kekuasaan Keluarga Keluarga-keluarga kelas bawah Besmer ( 1967 ), menyimpulkan karakteristik- karakteristik kekuasaan yang sering ditemukan dikalangan keluarga miskin. Suami nampaknya lebih mungkin menyatakan kekuasaannya semata-mata karena ia seorang pria, meskipun sebenarnya ia harus mengalihkan haknya kepada istri karena kurangnya sumber-sumber. Ayah paling sering kehilangan pengaruh didalam keluarga pada tingkat yang lebih rendah, sebagai akibat tidak memadainya kedudukan dan posisi sosialnya. Tema otoritas merupakan sebuah factor implicit yang kokoh didalam hubungan interpersonal kaum miskin. Terdapat suatu keyakinan yang kuat pada keabsahan kekuasaan sebagai sumber kekuasaan dan kebenaran pola-pola yang ada. Dominasi individu, bukan keahlian dan kebaikan nasihat-nasihatnya, merupakan hal yang diandalkan sebagai sumber yang lazim digunakan untuk keputusan- keputusan. Istri dari kelas bawah relative lebih banyak memiliki tugas darpada istri-istri dari kelas menengah atau kelas atas, atau suami kelas bawah, dengan demikian mempunyai pengaruh lebih besar dalam pengambilan keputusan keluarga daripada ibu rumah tangga dari kelas-kelas lain. Hal in benar, khususnya dalam bidang keuangan, dimana istri dari kelas bawah merasa bahwa mencari uang adalah tanggung jawab laki-laki dan menggunakannya secara bijaksanan adalah tugas wanita. Komarovsky ( 1964 ), Yang mempelajari satu kelompok bekerja kelas pekerja ( Kelas bekerja didefenisikan sebagai kelas bawah-atas dari pekerja kerah-biru dan kelas tengah-bawah dari pekerja kerah-biru ), menemukan bahwa terdapat variasi pola-pola dominansi didalam kelompok yang besar. Ia melaporkan bahwa suami dominant dalam 45 % perkawinan, istri 21% dan 27 % kekuasaan seimbang. Pendidikan merupakan determinan penting menyangkut bagaimana struktur kekuasaan keluarga otoritarian itu – semakin tinggi pendidikan, semakin fleksibel dan cita-cita dan protocol dari “ kelas menengah “ akan tergambar dalam perkawinan ini.

Upload: yanto-riyanto

Post on 24-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anak

TRANSCRIPT

Perbedaan Kelas dalam Kekuasaan Keluarga

Perbedaan Kelas dalam Kekuasaan Keluarga

Keluarga-keluarga kelas bawah

Besmer ( 1967 ), menyimpulkan karakteristik-karakteristik kekuasaan yang sering ditemukan dikalangan keluarga miskin. Suami nampaknya lebih mungkin menyatakan kekuasaannya semata-mata karena ia seorang pria, meskipun sebenarnya ia harus mengalihkan haknya kepada istri karena kurangnya sumber-sumber. Ayah paling sering kehilangan pengaruh didalam keluarga pada tingkat yang lebih rendah, sebagai akibat tidak memadainya kedudukan dan posisi sosialnya. Tema otoritas merupakan sebuah factor implicit yang kokoh didalam hubungan interpersonal kaum miskin. Terdapat suatu keyakinan yang kuat pada keabsahan kekuasaan sebagai sumber kekuasaan dan kebenaran pola-pola yang ada. Dominasi individu, bukan keahlian dan kebaikan nasihat-nasihatnya, merupakan hal yang diandalkan sebagai sumber yang lazim digunakan untuk keputusan-keputusan.

Istri dari kelas bawah relative lebih banyak memiliki tugas darpada istri-istri dari kelas menengah atau kelas atas, atau suami kelas bawah, dengan demikian mempunyai pengaruh lebih besar dalam pengambilan keputusan keluarga daripada ibu rumah tangga dari kelas-kelas lain. Hal in benar, khususnya dalam bidang keuangan, dimana istri dari kelas bawah merasa bahwa mencari uang adalah tanggung jawab laki-laki dan menggunakannya secara bijaksanan adalah tugas wanita.

Komarovsky ( 1964 ), Yang mempelajari satu kelompok bekerja kelas pekerja ( Kelas bekerja didefenisikan sebagai kelas bawah-atas dari pekerja kerah-biru dan kelas tengah-bawah dari pekerja kerah-biru ), menemukan bahwa terdapat variasi pola-pola dominansi didalam kelompok yang besar. Ia melaporkan bahwa suami dominant dalam 45 % perkawinan, istri 21% dan 27 % kekuasaan seimbang. Pendidikan merupakan determinan penting menyangkut bagaimana struktur kekuasaan keluarga otoritarian itu semakin tinggi pendidikan, semakin fleksibel dan cita-cita dan protocol dari kelas menengah akan tergambar dalam perkawinan ini. Kejadian dominansi suami semakin menurun bersamaan dengan pendidikan yang lebih baik, dan sebaliknya atribut-atribut kepala keluarga lebih menonjol dikalangan kelas bawah.

Keluarga Kelas Menengah

Menurut kanter (1978), perkawinan yang paling adil atau perkawinan berdasarkan persahabatan nampaknya ditemukan dikelas bawah, kelas pekerja berkerah putih, mungkin disebabkan oleh suami memiliki waktu luang banyak untuk ambil bagian dalam pekerjaan rumah tangga dan bertindak sebagai sahabat seorang istri. Kekuasaan ahli dan sumber lebih sering digunakan sebagai suatu basis bagi kekuasaan dikalangan keluarga-keluaraga menengah keatas ( Szinovacs, 1987 ).Tahap Perkembangan Keluarga

Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sebuah keluarga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan siklus kehidupan keluarga, seperti distribusi kekuasaan dikalangan anggota keluarga. Keluarga cenderung berkembang mulai dari dimana konsentrasi utama kekuasaan berada ditangan kaum dewasa, ketika anak-anak masih kecil, hingga pengaturan kekuasaan dipikul bersama ( shared power ), ketika anak-anak menginjak masa adolesen. Secara lebih spesifik, selama tahun-tahun pertama perkawinan, sebelum anak-anak, suami istri cenderung lebih sinkratis berdiskusi, membuat keputusan-keputusan penting dikalangan mereka sendiri, kecuali kepututsan-keputusan tentang pekerjaan suami dan persoalan-persoalan rumah tangga. ( Blood, 1969 ). Kemudian dalam siklus kehidupan keluarga, ketika anak-anak masih dalam pengasuhan dan sistemnya masih kompleks, setiap pasangan biasanya memiliki bidang-bidang kekuasaan yang didefinisikan secara jelas dan memiliki kekuasaan pengambilan keputusan, meskipun keputusan-keputusan utama masih dilakukan secara bersama-sama. Corrales ( 1975 ) menerangkan bahwa ketika perubahan-perubahan Diad menjadi Triad ditambah dengan seorang bayi, kelihatan kekuasaan istri agak menurun. Sama halnya, suami membahas hamper semua bidang, kini semakin berkurang seiring dengan jalannya waktu, yang merupakan suatu tanda, adanya kesenjangan antara suami/istri. Selama masa adolescent anak-anak yang lebih besar memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam keluarga daripada ketika mereka masih muda, dimana banyak sekali komflik yang timbul pada saat waktu berputar sekitar distribusi kekuasaan. Dalam tahun-tahun keluarga berikutnya,pasangan menikah kembali kepada suatu hubungan diadik dan mereka bersama-sama berkuasa dalam mengambil keputusan.Kelompok Situasional

Perubahan-perubahan situasional dapat pula menjadi tanda-tanda perubahan dari struktur kekuasaan keluarga misalnya telah diobservasi bahwa jika seorang suami menganggur dalam jangka waktu tertentu, biasanya ia akan kehilangan kekuasaan dalam keluaraga. Jika sumber kekuasaan merupakan basis bagi kekuasaannya ( Elder, 1974 ; Mc Cubbin dan Dahl, 1985 ). Seorang suami atau istri yang sakit kronis atau alkoholik, biasanya tidak diikut sertakan dalam proses pengambilan keputusan.Kelompok situasional ( kemungkinan-kemungkinan yang bias terjadi ) lain juga mempengaruhi kekuasaan keluarga. Tekanan waktu merupakan suatu factor yang telah dipelajari. Dibawah tingginya tekanan waktu, terdapat kemungkinan yang lebih besar adanya kesepakatan ( yang bertentangan pun bias benar ). Kehadiran orang lain, sementara penggunaan kekuasaan sedang berlangsung, juga mempengaruhi proses-proses kekuasaan yang digunakan. Malahan taktik penggunaan yang dapat diterima digunakan dalam hubungannya dengan kehadiran orang lain. Dan akhirnya stress keluarga mempengaruhi tingkah laku anggota keluarag, dalam kekuasaan dan situasi tawar menawar. Stress yang meningkat cenderung mengurangi toleransi timbale balik pada ambiguitas, fleksibilitas kognitif dan keterampilan pemecahan masalah ( Szinovaz, !987 )