kekeuasaan politik dalam pemerintahan...

74
KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA JATIWARINGIN TANGERANG Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.Sos) Oleh : IHWAN NUDIN NIM :106033201177 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA 1434 H / 2013 M

Upload: lamduong

Post on 13-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA

JATIWARINGIN TANGERANG

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.Sos)

Oleh :

IHWAN NUDIN

NIM :106033201177

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERSETUJUAN PEBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pebimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa :

Nama : Ihwan Nudin

NIM : 106033201177

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul :

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA

JATIWARINGIN TANGERANG

Telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 30 September 2013

Menetahui, menyetujui,

Ketua Program Studi Pebimbing

Ali Munhanif, Ph.D Drs. Agus Nugraha, MA

NIP. 19651212 19920 3 1004 NIP. 19680801 2000 3 1001

Page 3: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA

JATIWARINGIN TANGERANG

Oleh

Ihwan Nudin

106033201177

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 27

September 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Ali Munhanif, Ph.D M. Zaki Mubarak, M.Si

NIP. 19651212 19920 3 1004 NIP. 19680801 2000 3 1001

Penguji I, Penguji II,

A.Bakir Ihsan, MA Haniah Hanafie, M.Si NIP. 19651212 19920 3 1004 NIP. 19680801 2000 3 1001

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 27 September

2013

Ketua Program Studi

FISIP UIN Jakarta

Ali Munhanif, Ph.D

NIP. 19651212 19920 3 1004

Page 4: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBAR PERNYATAAN

Skripsi yang berjudul :

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA

JATIWARINGIN TANGERANG

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Agustus 2013

Ihwan Nudin

Page 5: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

ABSTRAKSI

Skripsi yang berjudul Kebijakan Pemerintah Kabupaten Tangerang

Tentang Pengelolaan Sampah di TPA Jatiwaringin Tangerang, ini diangkat

berdasarkan pengamatan penulis terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Sampah Jatiwaringin berada di desa Jatiwaringin Kecamatan Mauk Kabupaten

Tangerang. Keberadaannya yang sudah hampir lima belas tahun, ternyata

semakin memperparah keadaan lingkungan di sekitar.

Warga yang ekonominya menengah ke atas menolak keberadaan TPA

Jatiwaringin untuk terus berada di lingkungannya. Keberadaan TPA

Jatiwaringin sangat mengganggu ketentraman warga, khususnya Desa

Jatiwaringin, juga beberapa desa lainnya, yaitu Desa Buaranjati, Desa

Gintung, dan Desa Rajeg Mulya yang berada di tiga kecamatan, karena berada

tidak jauh dari kawasan TPA tersebut. Semetara warga dari kelas bawah

mendapatkan keuntungan dari adanya sampah dengan mengelolah dan

menjualnya.

Pemerintah Kabupaten Tangerang mengoptimalkan Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) sampah Jatiwaringin di Kecamatan Mauk sebagai

tempat pembuangan dan pengolahan sampah di wilayah tersebut. Selama ini

TPA seluas 12 hektare tersebut hanya difungsikan sebagai tempat

pembuangan sampah. Namun sejak tahun 2011 TPA tersebut sudah menjadi

tempat pengelolaan sampah. Optimalisasi TPA Jatiwaringin merupakan

langkah serius pemerintah menangani sampah yang merupakan tuntutan

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah. Dalam

aturan itu disebutkan setiap kota/kabupaten wajib mengolah sampahnya

Page 6: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

sendiri. Sehingga keberadaan TPA tersebut dapat diterima oleh semua lapisan

masyarakat.

Page 7: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang selalu

mencurahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada para hamba yang serius

dalam urusan dunia dan akhiratnya. Dialah source of all my power dalam

penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam tetap terlimpahkan teruntuk Nabi

Muhammad SAW sebagai penebar cinta dan kasih sayang pada semua makhluk.

Rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis berikan untuk kedua

orang tua penulis H. MUKDIN (Abah) dan Hj. MURTI (Ema) yang tak pernah

lelah mendoakan dan memotivasi penulis selama ini dan seterusnya, semoga Allah

SWT selalu menurunkan segala rahmat, ampunan dan syurga-Nya untuk mereka

di sini (dunia) dan di sana nanti (akhirat), Sudirman selalu memberikan semangat

dan motipasi kepada penulis dalam mengarungi luasnya lautan ilmu.

Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. DR. Komarudin Hidayat.

MA

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA.

3. Bapak. Ali Munhanif, Ph.D selaku penguji I dan Ketua Prodi Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak M. Zaki Mubarak, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Dosen Pembimbing Bapak Drs. Agus Nugraha, MA atas bimbingannya dalam

penyelesaian skripsi ini.

Page 8: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya Dosen Politik Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu kepada

penulis.

7. Pimpinan dan Staf perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

perpustakaan Fakultas Ilmu Politik, perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat, perpustakaan nasional Republik Indonesia, atas pelayanan dan

penyediaan buku-bukunya.

8. Seluruh teman- teman yang tak pernah lelah dan letih menanyakan penulis

dengan satu pertanyaan “berat”? (Sudirman, M. Thorik, Rahmat Ais Lutfi,

Iqbal dan Kosan Anak-anak Subang, Tangerang dan Lain-lainnya, teman-

teman pergerakan penulis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat,

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan terakhir untuk semua orang

yang menganggap diri ini pernah “ada” untuk mereka.

Semoga segala bentuk bantuan dan kontribusi yang diberikan dinilai

ibadah oleh Allah SWT, Jazakumullahu Khairal Jaza. Amiin.

Jakarta, 30 Agustus 2013

Ihwan Nudin

Page 9: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5

D. Metodologi Penlitian ................................................................ 6

E. Sistematika Penulisan ............................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kebijakan Publik .................................................... 9

B. Tahapan Kebijakan Publik ....................................................... 12

1. Penyusunan Agenda .......................................................... 13

2. Formulasi Kebijakan ......................................................... 14

3. Adopsi Kebijakan ............................................................... 14

4. Implementasi Kebijakan..................................................... 14

5. Evaluasi Kebijakan............................................................. 15

Page 10: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

C. ................................................................................................. Kebija

kan Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Sampah

1. ........................................................................................... Peme

rintah Pusat ............................................................................... 17

2. ........................................................................................... Peme

rintah Provinsi ............................................................................ 19

3. ........................................................................................... Peme

rintah Kabupaten/Kota .............................................................. 21

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG SAMPAH DI KABUPATEN

TANGERANG

A. Gambaran Umum Kabupaten Tangerang................................. 25

1. ........................................................................................... Sejara

h ................................................................................................ 25

2. ........................................................................................... Keada

an Geografis ............................................................................... 26

3. ........................................................................................... Keada

an Penduduk .............................................................................. 28

B. Pengaruh Sampah di Kabupaten Tangerang ........................... 29

C. Lingkungan di Kabupaten Tangerang ..................................... 31

1. ........................................................................................... Pengg

unaan Air Limbah ....................................................................... 32

2. ........................................................................................... Ruma

h Sehat ....................................................................................... 34

Page 11: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

3. ........................................................................................... Kelua

rga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar ........................ 34

4. ........................................................................................... Temp

at Pengelolaan Makanan ........................................................... 35

D. ............................................................................................... Sikap

Pemerintah Kabupaten Tangerang Tentang TPA ........................... 36

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA

JATIWARINGIN KABUPATEN TANGERANG

A. Permasalahan Sampah Di TPA Jatiwaringin Tangerang ......... 41

B. Langkah Pemerintah Terhadap TPA ........................................ 45

C. Tanggapan Warga Terhadap Kebijakan Publik ...................... 48

D. Titik Temu Tentang Sampah di TPA Jatiwaringin ................. 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................. 48

B. Saran ........................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
Page 13: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I

Page 14: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia sampah merupakan benda yang dipandang sebelah mata

oleh masyarakat, seiring bertambahnya penduduk yang berurbanisasi dari

tahun ke tahun, sehingga kebutuhan barang rumah tangga semakin besar, dan

menimbulkan dampak buruk seperti sampah. Sampah seolah-olah tidak

memiliki manfaat apapun dan dianggap sebagai sumber bencana alam, seperti

banjir, wabah penyakit dan lain sebagainya.

Sampah adalah benda yang tidak digunakan, keberadaan sampah

bukan timbul dengan sendirinya, akan tetapi berasal dari barang-barang sisa

yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, sampah memiliki

dua sisi nilai yaitu,

Pertama, sampah organik: yaitu sampah yang bisa didaur ulang dan

dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan manusia

Kedua, sampah non Organik: yaitu sampah yang tidak bisa didaur

ulang kembali dan tidak dapat dimanfaatkan, hanya bisa di gunakan untuk

pembuatan pupuk tanaman. 1 Sampah organik terdiri dari bahan-bahan

penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari

kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah

diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar

merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari

dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. Sampah anorganik berasal

dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau

1 Harian Kompas, http://hasanpoerbo.blogspot.com/2006/04/hidup-dari-sampah-belajar-dari-

prof.html ( 14 Maret 2011).

1

Page 15: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti

plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat

diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam

waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga,

misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. 2

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya

sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak

sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak

dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal

dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri),

tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya)

dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk).3

Dewasa ini yang terjadi di Kabupaten Tangerang mengenai sampah

atau Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) tidak berjalan dengan mulus,

akan tetapi banyak hal yang negatif dan positif.

Pertama, hal yang positif mengenani adanya Tempat Pembuangan

Sampah Akhir, yaitu lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga memberikan

kenyamanan kepada masyarakat dalam hal kebersihan. Kemudian adanya

lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, sehingga masyarakat bisa

meraup rejeki dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir tersebut.

Kedua, yaitu pandangan secara negatif, adanya beberapa pihak yang

merasa dirugikan baik secara non material contohnya adanya aroma (bau)

yang kurang sedap. Di Kabupaten Tangerang ada empat Tempat Pembuangan

Sampah Akhir (TPA) yaitu kecamatan Sepatan, Belaraja, Pasar kemis,

Keronjo, sedangkan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Jatiwaringin

2 Dahuri, Sampah Organik, Kotoran Kerbau Sumber Energi Alternatif, Sumber Media Indonesia:

2011, energi – http://www.energi.lipi.go.id 3 Enri Damanhuri, Permasalahan Dan Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Di

Indonesia, (Departemen Teknik Lingkungan - FTSP ITB: 2010), 24

Page 16: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

yang paling terbesar berada di desa Jatiwaringin Kecamatan Mauk Kabupaten

Tangerang. Keberadaannya yang sudah hampir lima belas tahun, ternyata

semakin memperparah keadan lingkungan di sekitar. Sampah yang ada di TPA

tersebut sudah seperti gunung, oleh karna itu masyarakat disekitar TPA pun

resah karna setiap malam bau tidak sedap dari TPA tersebut. Sebagai warga

masyarakat yang tinggal di Jatiwaringin dan sekitarnya, mereka sangat

prihatin sekaligus kecewa dengan keberadaan TPA Jatiwaringin. Karena

kehadirannya selama ini tidak memberikan keuntungan apapun bagi warga

yang menengah keatas ekonominya tapi bagi warga yang kurang mampu

mereka mengais rejeki di TPA tersebut.

Melihat dari berbagai aspek yang ada, problem kebersihan di Indonesia

khususnya di daerah Kabupaten Tangerang menjadi sebuah masalah yang

berkepanjangan, hal ini menjadi salah satu permasalahan perkotaan yang

sampai saat ini merupakan tantangan bagi pemerintah Kabupaten Tangerang.4

Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah bertambahnya penduduk dan

peningkatan aktivitas yang demikian pesat di kota-kota besar. Diprakirakan

paling banyak hanya sekitar 60% 70 % yang dapat terangkut ke Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) oleh institusi yang bertanggung jawab atas masalah

sampah dan kebersihan.5

Masalah sampah ternyata tidak hanya bisa menimbulkan bau tidak

sedap, akan tetapi timbul sebuah konflik dikalangan masyarakat dan

Pemerintah Kabupaten Tangerang, Menurut Rum Naat, (Kepala TPA Tempat

Pembuangan Sampah) dengan minimnya tempat pembuangan sampah, dan

4 Ahmad Abu. Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta: Rineke Cipta: 2003 ),45

5 Enri Damanhuri. Permasalahan Dan Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Di

Indonesia, di akses pada16 Februari 2011. http://www. Humas-Bppt.co.id

Page 17: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

tidak adanya proses daur ulang, sering menimbulkan konflik antara

masyarakat setempat dan pemerintah, pasalnya masyarakat merasa terganggu

dengan adanya TPA yang lokasinya tidak jauh dari pemukiman masyarakat.6

Masyarakat yang tinggal di Jatiwaringin, mereka sangat prihatin

sekaligus kecewa dengan keberadaan TPA Jatiwaringin. Karena bau busuk

sampah dan kerumunan lalat yang masuk kerumah dan menemani makan

siang kami. Sebagai warga masyarakat yang daerahnya hanya dijadikan

tempat membuang sampah, maka dengan tegas kami menolak keberadaan

TPA Jatiwaringin untuk terus berada dilingkungan kami. Keberadaan TPA

Jatiwaringin sangat mengganggu ketentraman masyarakat, khususnya Desa

Jatiwaringin, juga beberapa desa lainnya, yaitu Desa Buaranjati, Desa

Gintung, dan Desa Rajeg Mulya hampir tiga kecamatan, karena berada tidak

jauh dari kawasan TPA tersebut.7

Pihak pengelola, yakni Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten

Tangerang, sampai hari ini tidak mengelola sampah di lokasi TPA secara baik

dan benar. Sampah hanya diangkut kelokasi, kemudian hanya ditumpuk saja,

tanpa ada pengelolaan lebih lanjut yang lebih ramah lingkungan. Akibatnya,

bau busuk sampah yang menyengat dan juga kerumunan lalat, sudah masuk

kerumah warga, hal ini tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan warga

disekitar. Yang lebih berbahaya, rembesan air sampah yang mencemari bagian

dalam tanah, sehingga mencemari sumur warga yang notabene menjadi

konsumsi warga sekitar. Pencemaran lingkungan baik pencemaran Udara,

6 Wawancara langsung dengan Rum Naat, selaku ketua Tempat Pembuangan Sampah di

Desa Jatiwaringin Kecamatan Mauk Tangerang pada tanggal 14 Februari 2011 7 Andi Ruswandi, Tolak TPA Jatiwaringin, Radar Banten, ( 21 Januari 2011), 2

Page 18: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

pencemaran Air, juga pencemaran Tanah yang ditimbulkan akan sangat

merugikan bagi kehidupan warga untuk sekarang dan masa yang akan datang.8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian dan pembahasannya agar tidak terlalu

jauh, maka penulis perlu membatasi permasalahan dan penelitian yaitu: peran

pemerintah Kabupaten Tangerang dalam kebijakan dan penanganan Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Sampah.

1. Upaya apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam

penanganan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah.

2. Kebijakan apakah yang ditawarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang

terhadap masyarakat yang berada di lingkungan Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Sampah?

3. Bagaimana peran Pemerintah dalam meminimalisir konflik yang terjadi di

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah.

Perumusan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana Kebijakan Pemerintah Kabupaten Tangerang tentang Tempat

Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Sampah Jatiwaringin Kabupaten

Tangerang, yang sulit ditutup karena untuk Wilayah Kabupaten Tangerang

lahan yang kosong sudah padat dengan perumahan-perumahan”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan diantaranya:

a. Memberikan jawaban atas rumusan masalah diatas

8 Ibid h. 5

Page 19: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

b. Mengembangkan pengetahuan mengenai sejauhm mana peran

pemerintah Kabupaten Tangerang dalam memberikan dan

melaksanakan kebijakan terhadap pengelolaan Tempat

Pembuangan Sampah Akhir (TPA) sehingga menimbulkan

kemaslahatan dan tidak adanya pihak yang dirugikan, baik itu

secara materi maupun non materi.

2. Manfaat Penelitian:

a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

masalah kebijakan publik.

b. Bagi pihak akademis dan masyarakat luas, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat tentang masalah kebijakan

Pemerintah Kabupaten Tagerang terhadap Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) Sampah.

c. Bagi dunia pustaka, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai

sumbangan yang berguna dalam memperkaya koleksi dalam ruang

lingkup karya-karya penelitian.

d. Manfaat bagi Pemerintah terutama pemerintah daerah memperoleh

masukan dan pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan

potensi swadaya masyarakat sehingga mampu berpartisipasi aktif

dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam

pengelolaan sampah.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Page 20: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yan dilakukan dengan cara

pemahaman yang mendalam dan mempertanyakan suatu objek mendalam

dan tuntas.9 Kualitatif berwujud kata-kata dan gambaran bukan angka-

angka.

Didalam penelitian ini, selain menggunakan data primer yakni

sumber-sumber yang digunakan sebagai rujukan utama dalam penelitian,

penulis juga menggunakan data sekunder dengan literature buku, Koran,

internet, atikel yang berhubungan dan relefan dengan materi penelitian

yang akan dibahas.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data didalam penululisan skripsi ini dengan

cara wawancara langsung dengan kepala TPA Kabupaten Tangerang,

dinas kebersihan dan pertamanan dan Masyarakat sekitar yang

bersangkutan dengan memberikan pernyataan-pernyataan yang sesuai

dengan pokok permasalahan. Serta melakukan studi kepustakaan yang

bersangkutan dengan masalah tersebut.

3. Teknik Analisis Data

Mengumpulkan data hasil wawancara dan kajian pustaka.

Mentranskrip data hasil wawancara kedalam tulisan serta tidak

mencampuradukan hasil wawancara tersebut dengan data pribadi.

Untuk pedoman penulisan skripsi, penulis menggunakan buku pedoman

penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah

9 Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: DIA FISIP UI, 2006), 4

Page 21: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality and Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Sistematika Penulisan

Penulis membagi skripsi ini ke dalam lima bab dan setiap bab dibagi

menjadi beberapa sub bab. Adapun rinciannya sebagaimana tertulis dibawah

ini.

Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari lima sub bab, yaitu :

Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metodologi

penelitian, sistematika penulisan dan sub bab yang terakhir adalah tujuan dan

manfa’at penelitian.

Bab II, Membahas pandangan umum tentang kebijakan publik. Terdiri

dari dua sub bab yaitu : Kebijakan Publik, Politik di Perkotaan.

Bab III, Kebijakan Pemerintah di Berbagai Daerah. Terdiri dari Tiga sub

bab, yaitu : Gambaran tentang sampah di perkotaan, sosialisasi terhdap

lingkungan yang ada di Tangerang, sikap Perda terhadap TPA tersebut.

Bab IV, Kebijakan Publik di Perkotaan. Terdiri dari dua sub bab, yaitu :

mengapa terjadi masalah di TPA tersebut, sikap warga terhadap TPA,

adanya pro dan kontra di TPA tersebut.

Bab V, merupakan bab terakhir yang membahas tentang kesimpulan dan

saran. Kemudian dalam bagian akhir tulisan ini dilengkapi dengan daftar

pustaka.

Page 22: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
Page 23: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB II

KEBIJAKAN PUBLIK TERKAIT DENGAN MASALAH PERSAMPAHAN

A. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik didefenisikan hubungan suatu unit pemerintahan

dengan lingkungannya.10

Konsep yang ditawarkan ini, mengandung

pengertian yang cukup luas, karena yang dimaksud kebijakan publik dapat

mencakup banyak hal, kebijakan publik lebih mengarah kepada apa yang

ditetapkan oleh aktor atau pemerintah, atau sejumlah aktor yang dalam

mengatasi sejumlah masalah, konsep ini dianggap tepat karena memusatkan

perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan, bukan pada apa yang

diusulkan. Namun demikian, satu hal yang harus diingat dalam

mendefinisikan kebijakan, adalah bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus

mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan, ketimbang

apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu.

Pemahaman tentang arti ataupun makna dari kebijakan publik telah

dicoba untuk didiskusikan dan diperdebatkan oleh para ahli. Diskusi dan

perdebatan tersebut dalam banyak hal tetap dapat menunjukkan betapa

kebijakan publik memiliki fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Salah satu definisi yang diterima luas mengenai kebijakan

publik adalah sebagaimana diungkapkan oleh Dye, yakni apapun yang dipilih

pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Untuk lebih memperjelas

pengertian ini, menurut Anderson (2006), kebijakan dapat didefinisikan

sebagai tindakan yang didesain secara sengaja yang relatif stabil yang

10

Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori dan Proses), (Yogyakarta: Media Pressindo,2007), 17

9

Page 24: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

dilakukan oleh aktor atau sejumlah aktor untuk menyelesaikan masalah atau

hal-hal yang menjadi perhatian bersama.

Kebijakan publik menurut Anderson terbagi atas dua pembagian,

yakni kebijakan subtantif dan kebijakan prosedural.11

Kebijakan substantif

adalah kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah mengenai

pembangunan yang ada didaerah. Salah satu contoh dari kebijakan

substantive, yaitu pembanguna jalan Told an infrastruktur lainnya. Sedangkan

kebijakan procedural adalah kebijakan mengenai siapa yang akan diberi

kewenanagam mengambil keputusan.

Yang termasuk dalam kebijakan prosedural, yakni undang-undang

yang mengatur mengenai pembentukan suatu badan tertentu dan proses yang

akan dijalankan, Analisis Kebijakan (Policy Analysis) dalam arti historis yang

paling luas merupakan suatu pendekatan terhadap pemecahan masalah sosial

dimulai pada satu tonggak sejarah ketika pengetahuan secara sadar digali

untuk dimungkinkan dilakukannya pengujian secara eksplisit dan reflektif

kemungkinan menghubungkan pengetahuan dan tindakan.

Setelah memaparkan makna kebijakan, maka secara sederhana

kebijakan publik digambarkan oleh Bill Jenkins didalam buku The Policy

Process sebagai Kebijakan publik adalah suatu keputusan berdasarkan

hubungan kegiatan yang dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan

dan mendapat hasil berdasarkan pertimbangan situasi tertentu.12

.

Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik

dalam kepustakaan disebut sebagai public policy, yaitu suatu aturan yang

11 Anderson, James, Public Policy Making: An Introduction, (Boston: Houghton Mifflin Company:

2006) , 56 12 Riant Nugroho D, Understanding Public Policy,( Yogyakarta: Media Presindo,2004), 3

Page 25: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh

warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot

pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat

oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi. Aturan atau

peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik, jadi

kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum.

Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus

memahaminya secara utuh dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut

kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu

tersebut menjadi kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta

disepakati oleh para pejabat yang berwenang, yaitu dari bagian prasarana dari

pemda. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan

publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan

Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah maka

kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus ditaati.13

Sementara itu pakar kebijakan publik mendefinisikan bahwa kebijakan

publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh

pemerintah, oleh karena itu suatu kebijakan harus dilakukan dan apakah

manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan agar kebijakan

tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan berdampak kecil

dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan, walaupun

demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah

letaknya pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.

Adapun kebijakan yang diterapkan di pemerintah yaitu:

13 Wikipedia. “People Power Revolution”. http://en. Wikipedia.org/wiki/pople Power Revolution

(03 Juni 2012)

Page 26: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

1. Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk

pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang

meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.

2. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan

umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan

suatu undang-undang.

3. Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan

pelaksanaan.

Dengan demikian kebijakan publik sangat berkait dengan

administasinegara ketika publik actor mengkoordinasi seluruh kegiatan

berkaitan dengan tugas dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan

masyarakat melalui berbagai kebijakan publik/umum untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dan negara. Untuk itu diperlukan suatu administrasi

yang dikenal dengan “administrasi negara.” Dan hasil yang membuat sebuah

kehidupan bersama tampil. Sedangkan menurut Said Zainal Abidin, alumni

University of Pittsburgh, Pennsylvania, US, Dalam Kybernology dan dalam

konsep kebijakan pemerintahan kebijakan publik merupakan suatu sistem nilai

yang lahir dari kearifan aktor atau lembaga yang bersangkutan.

B. Tahapan Kebijakan Publik

Berdasarkan berbagai definisi para ahli kebijakan publik, kebijakan

publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai

pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di

mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan.

1. Penyusunan agenda

Page 27: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis

dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang

untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas

dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil

mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas

dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi

sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu

isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue

kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan

biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor

mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan

pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William

Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya

perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian

atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi

suatu agenda kebijakan

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada

agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih

dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya,

beberapa masalah masuk keagenda kebijakan para perumus kebijakan.

Pada tahap ini suatu masalah mugkin tidak disentuh sama sekali,

sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau

ada pula masalah karena alasanalasan tertentu ditunda untuk waktu yang

lama.

Page 28: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

2. Formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk keagenda kebijakan kemudian dibahas oleh

para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi di definisikan untuk

kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut

berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama

halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda

kebijakan, pada tahap perumusan kebijakan masingmasing alternatif

bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk

memecahkan masalah. Pada tahap ini, masingmasing aktor akan

“bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

3. Adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para

perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan

tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus

antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4. Implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elite, jika

program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan

program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan

masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan

administrasi maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan

yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang

memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap

implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa

implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana

Page 29: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

(implementators), namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh

para pelaksana.

5. Evaluasi kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah

mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat

untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan

masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah

ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai

apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang iinginkan.

C. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Sampah

Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang kebijakan

pemerintah mengatasi permasalahan penduduk tentang pengelolaan sampah

sudah menjadi tanggung jawab pemerintah termasuk masalah

pembiayaannya. Sedangkan manusia hidup di dunia menentukan

lingkunganya atau ditentukan oleh lingkunganya. Perubahan lingkungan

sangat ditentukan oleh sikap maupun perlindungan manusia pada

lingkungannya. Alam secara fisik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi

tidak baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatanya

tidak sesuai dengan kemampuan serta melihat situasinya14

Langkah Pertama, faktor penyebab secara internal dilihat dari sudut

pandang internal, faktor penyebab mencuatnya masalah sampah antara lain

14 P. Joko Subagyo, Hukum Lingkungan Masalah Penanggulangannya cet.3, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), 1

Page 30: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

adalah minimnya kesadaran warga untuk bertanggung jawab terhadap

permasalahan sampah di lingkungan rumah tangganya sendiri. Banyak warga

yang merasa bahwa dengan membayar retribusi sampah berarti tanggung

jawab sampah menjadi tanggung jawab Kebersihan.

Faktor internal lain adalah munculnya pola pikir atau paradigma yang

salah tentang sampah seperti:

Pertama : Masalah sampah adalah masalah kecil yang tidak perlu

mendapat prioritas perhatian.

Kedua : Sampah adalah barang yang tidak berguna, bukan sebagai

sumber energi atau pendapatan.

Ketiga : Sindrom “not in my backyard” atau Urusan sampah “bukan

urusan gue”. Keempat: Filosofi pengelolaan sampah : dikumpulkan →

ditampung → dibuang di tempat akhir.

Faktor internal yang tidak kalah pentingnya adalah masalah minimnya

kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan

sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas

sampah yang semakin besar.

Faktor penyebab eksternal yang paling klasik terdengar adalah

minimnya lahan TPA yang hingga saat ini memang menjadi kendala umum

bagi kota-kota besar. Akibatnya, sampah dari kota-kota besar ini sering

dialokasikan ke daerah-daerah satelitnya seperti TPA Jakarta yang berada di

daerah Bekasi, Depok, dan Tangerang serta TPA Bandung yang berada di

Cimahi atau di Kabupaten Bandung.

Alasan eksternal lainnya yang kini santer terdengar di media massa

adalah aksi penolakan keras dari warga sekitar TPA yang merasa sangat

Page 31: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

dirugikan dengan keberadaan TPA di wilayahnya. Faktor lain adalah tidak

adanya AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) melalui kajian geologi,

transportasi, sosial-ekonomi, dan lain-lain dimana dengan tidak adanya amdal

membuat pemerintah tidak dapat memantau perkembangan yang terjadi akibat

kerusakan lingkungan. yang mendukung masalah Amdal sehingga seringkali

kita temui TPA yang berada di tempat tinggi meskipun struktur tanah di

sebagian besar Jawa Barat bersifat labil. Faktor eksternal dominan lainnya

adalah pengelolaan sampah kebersihan kota yang belum dimasukkan ke dalam

prioritas pembangunan perkotaan sehingga alokasi anggaran yang ada sama

sekali kurang.15

Salah satu kelemahan pengelolaan sampah di TPA adalah masalah

minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi

pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu

menampung kuantitas sampah yang semakin besar.

1. Pemerintah Pusat

Penanganan kebersihan di wilayah DKI Jakarta dilaksanakan oleh

Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dengan jumlah sarana dan prasarana yang

terdiri dari tonk sebanyak 737 buah (efektif : 701 buah); alat-alat besar :

128 buah (efektif : 121 buah); kendaraan penunjang : 107 buah (efektif :

94 buah), sarana pengumpul/pengangkutan sampah dari rumah tangga :

gerobak sampah : 5829 buah; gerobak celeng : 1930 buah, galvanis : 201

buah. Bahwa,produksi sampah di kota Jakarta mencapai 7.500,58 m3 /

hari. Sumber sampah terbesar adalah sampah domestik atau pemukiman

15 Dikutip dari harian KOMPAS, 15 Mei 2012 yang bersumber dari PD Kebersihan kabupaten

Tangerang beserta keterangan singkat dari tim Litbang KOMPAS yang tercantum di bawah data

Page 32: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

yang mencapai 4.951,98 m3 / hari. Disusul sampah dari pasar sekitar

618,50 m3, komersial 302,80 m3, jalan 452,30 m3, industri 798 m3, non

komersial 363 m3, dan sampah saluran 12,90 m3 / hari. Akumulasi dari

sampah yang tidak terangkut sejak 15 April lalu diperkirakan sekitar

225.017,4 m3 sampah. Hasil estimasi jumlah sampah di DKI Jakarta

berkisar antara 5.900 – 6.000 ton/hari atau 25.000 m3/hari dan berdasarkan

data Dinas Kebersihan DKI Jakarta, sampah yang dapat tertangani ± 87,72

persen dan sisanya masih dibuang ke sungai, dibakar atau dipakai untuk

menimbun.

Sampah yang diangkut dari Lokasi Penampungan Sementara (LPS)

akan diolah di Tempat Pemusnahan Akhir (TPA). TPA yang sekarang

adalah TPA Bantar Gebang, Bekasi dengan luas yang direncanakan 108

Ha. Status tanah adalah milik Pemda DKI Jakarta dan sistim pemusnahan

yang dilaksanakan adalah “sanitary landfill”. Luas tanah yang sudah

dipergunakan sebesar 85 persen, sisanya ± 15 persen diperkirakan dapat

menampung sampah sampai tahun 2004, sehingga Pemda DKI Jakarta saat

ini sudah mencari alternatif-alternatif lain sistim penanganan sampah

melalui kerjasama dengan pihak swasta.

Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan

sampah dari sumber penghasil dan di tempat pembuangan sementara

(TPS) sampah. Baru sekitar 75 m3 yang didaur ulang atau dibuat kompos.

Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja tanpa pengolahan

ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS.

Tak heran bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung

TPA akan menjadi cepat terpenuhi. Besarnya volume sampah di TPA juga

Page 33: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

mempengaruhi biaya pengelolaan. Tahun 2005, sedikitnya dibutuhkan Rp

8 milyar untuk mengelola sampah. Tanpa adanya kebijakan penanganan

sampah terpadu, sampah akan terus menjadi masalah16

2. Pemerintah Propinsi

Untuk Penanganan sampah khususnya di Provinsi Banten

merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang sampai saat ini

merupakan tantangan bagi pengelola. Pertambahan penduduk dan

peningkatan aktivitas yang demikian pesat di kota-kota besar, telah

mengakibatkan meningkatnya jumlah sampah disertai permasalahannya.

Diprakirakan paling banyak hanya sekitar 60% - 70 % yang dapat

terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh institusi yang

bertanggung jawab atas masalah sampah dan kebersihan, seperti Dinas

Kebersihan dan pertamanan. Bagian sampah yang tidak terangkut tersebut

ditangani oleh masyarakat secara swadaya, atau sampah yang tercecer dan

secara sistematis terbuang ke mana saja.17

Tambah banyak sampah yang dapat diangkut ke TPA bukan pula

jaminan bahwa kota akan menjadi makin bersih. Kualitas kebersihan suatu

kota, lebih tergantung pada peran serta masyarakatnya untuk menjaga

kebersihan kota tersebut. Kebersihan suatu kota biasanya tercermin dari

penanganan sampah di tempat-tempat umum seperti di pasar dan

sebagainya. Oleh karenanya, pengertian masyarakat bukan hanya terbatas

pada penduduk di permukiman-permukiman, tetapi seluruh penghasil

sampah, seperti pedagang di pasar, pedagang kaki lima, pejalan kaki,

16 Ibid

17 Enri Damanhuri, Departemen Teknik Lingkungan - FTSP ITB, (Teknologi untuk Negeri 2003, Vol.

I), 394 - 400

Page 34: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

pengusaha hotel dan restoran, pengendara kendaraan, atau

karyawan/pegawai di kantor-kantor pemerintah atau swasta, dan

sebagainya.

Biasanya pengelola kota cenderung kurang memberikan perhatian

yang serius pada TPA tersebut, sehingga muncullah kasus TPA Bantar

Gebang di Bekasi dan TPA Keputih di Surabaya, dan TPA lain yang

belum terungkap di masamedia. Biasanya pengelola kota di Indonesia

menganggap bahwa penanganan sampah di TPA dapat berjalan dengan

sendirinya. Bahkan petugas untuk mengatur dan mengelola sampah di

lapangan tidak disediakan secara baik.

Pengelola kota cenderung beranggapan bahwa TPA yang

dipunyainya dapat menyeselesaikan semua persoalan sampah di kotanya,

tanpa harus memberikan perhatian yang proporsional terhadap sarana

tersebut. Aktivitas utama pemusnahan sampah di TPA adalah dengan

landfilling. Dapat dipastikan bahwa yang digunakan di Indonesia adalah

bukan landfilling yang baik, karena hampir seluruh TPA di kota-kota di

Indonesia hanya menerapkan apa yang dikenal sebagai open-dumping,

yang sebetulnya tidak layak disebut sebagai sebuah cara yang sistematis,

dan sama sekali sulit pula disebut sebagai sebuah bentuk teknologi

penanganan sampah.

3. Pemerintah Kabupaten atau Kota

Pengolahan sampah di kota Tangerang dikelola oleh Dinas

Kebersihan, pertamanan dan pemakaman. Tingkat pelayanan pada saat ini

baru mencapai 28% dari total penduduk yang setiap tahun bertambah,

Page 35: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

dengan total sampah terangkut 445 m3 per hari. Lokasi tempat

pembuangan akhir terletak di Rawa Kucing Kelurahan Kedaung Wetan

kecamatan sepatan sekitar 7 Km dari pusat kota. Sistem yang dipakai yaitu

open dumping dan compositing yang tidak beroperasi secara kontinu

dengan luas lahan sekitar 8 Ha (2 Ha milik Pemerintah Daerah dan 6 Ha

milik swasta). Sisa kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saat ini

sekitar 0,25 Ha sehingga untuk menampung volume sampah yang ada

diperlukan penanganan khusus atau penanganan lainnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut Dinas Kebersihan telah

merencanakan TPA baru di daerah Jatiwaringin yang terletak di

Kabupaten Tangerang, bersebelahan dengan TPA milik Kabupaten

Tangerang dan merupakan lahan bekas galian tanah dengan luas 10 Ha,

dimana pada saat ini baru 8 Ha yang telah dibebaskan.

Sistem pengolahan air limbah yang dioperasikan, saat ini oleh Kota

Tangerang meliputi sistem setempat dan sistem terpusat. Sistem setempat

berupa jamban pribadi atau jamban umum yang dilengkapi dengan tangki

septik dengan bidang rembesan. Apabila tangki septik sudah penuh,

lumpur disedot atau dikuras oleh Truk Tinja dan dibuang ke IPLT

(Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja).

Saat ini Pemerintah Kota Tangerang menyediakan 7 unit Truk

Tinja dan I unit IPLT di Karawaci. Pembuangan lumpur septik dengan

sistem terpusat yaitu pengelolaan air limbah di lokasi IPAL (Instalasi

Pengolahan Air Limbah) Tanah Tinggi yang melayani Kelurahan Sukasari

dan Babakan sebanyak/sekitar 3.000 KK. IPAL ini dibangun oleh

Pemerintah Pusat pada tahun 1981/1982 dengan panjang 22,7 Km dan

Page 36: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

pengelolaannya baru diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang

kepada Pemerintah Kota Tangerang pada tahun 2000.

Di samping lokasi IPAL Tanah Tinggi, lokasi lain Pengolahan Air

Limbah secara terpusat yaitu di kawasan Perumnas Karawaci, dilayani

dengan sistem pengolahan kolam oksidasi, sebanyak 2 lokasi dan 6 lokasi

lainnya masih berupa Laggon. Penyaluran air limbah dilakukan dengan

menggunakan sistem perpipaan skala kawasan dengan kondisi baik dan

penyaluran dilakukan secara gravitasi. Cakupan pelayanan dengan sistem

perpipaan sekitar 10.000 KK. 18

Akibat operasional yang tidak sempurna, maka timbul pencemaran

terhadap badan air di sekitar LPA dan air tanah akibat limbah serta

timbulnya kebakaran karena terbakarnya gas methan. Untuk mengatasi hal

ini Dinas Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara lain

1. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan

efisiensi pengolahan sehingga kualitas limbah memenuhi persyaratan

untuk dibuang.

2. Meningkatkan/memperbaiki penanganan sampah sesuai dengan

prosedur.

3. Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air bersih,

Puskesmas dan ambulance. Keempat: Mengatur para pemulung agar

tidak mengganggu operasional LPA.19

Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan

sampah dari sumber penghasil dan di tempat pembuangan sementara

http://tangerangnews.com/baca/2011/01/24/4173/pemkot-tuding-bandara-kirim-sampah-ke-kota-

tangerang. Diakses tanggal 2 April 2012. 19 Sudrajat H.R.., Solusi Mengatasi masalah Sampah kota Dengan Manajemen Terpadu dan

Mengolahnya Menjadi Energi Listrik dan Kompos., Cet.1., (Jakarta: Penebar Swadaya, 2006), 5-17

Page 37: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

sampah. Baru sekitar 75 m3 yang didaur ulang atau dibuat kompos.

Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja tanpa pengolahan

ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS.

Tak heran bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung

TPA akan menjadi cepat terpenuhi. Besarnya volume sampah di TPA juga

mempengaruhi biaya pengelolaan. Tahun 2005, sedikitnya dibutuhkan Rp

8 milyar untuk mengelola sampah. Tanpa adanya kebijakan penanganan

sampah terpadu, sampah akan terus menjadi masalah. 20

20 Harjasumantri Kusnadi, Hukum Tata Lingkungan, Edisi.7, Cet.15,(Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2000), 28-35

Page 38: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
Page 39: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG SAMPAH DI KABUPATEN

TANGERANG

A. Gambaran Umum Kabupaten Tangerang

A. Sejarah

Kabupaten Tangerang sejak ratusan tahun lalu sudah menjadi

daerah perlintasan perniagaan, perhubungan sosial dan interaksi antar

daerah lain. Hal ini, disebabkan letak daerah ini yang berada di dua poros

pusat perniagaan Jakarta - Banten. Berdasarkan catatan sejarah, daerah ini

sarat dengan konflik kepentingan perniagaan dan kekuasaan wilayah

antara Kesultanan Banten dengan Penjajah Belanda.21

Semasa Bupati Kabupaten Tangerang dijabat, H. Tadjus Sobirin

(1983-1988 dan 1988- 1993) bersama DPRD Kabupaten Tangerang pada

masa itu, menetapkan hari jadi Kabupaten Tangerang tanggal 27 Desember

1943 (Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1984 tanggal 25 Oktober 1984).

Seiring dengan pemekaran wilayah dengan terbentuknya

pemerintah Kota Tangerang tanggal 27 Februari 1993 berdasarkan

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993, maka pusat pemerintahan

Kabupaten Tangerang pindah ke Tigaraksa. Pemindahan ibukota ke

Tigaraksa dinilai strategis, karena menggugah kembali cita-cita dan

semangat para pendiri untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan

masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan (kemiskinan, kebodohan

dan ketertinggalan) menuju masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera.

21

http://www.kabupaten tangerang.go.id

24

Page 40: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Oleh kerna itu kabupaten tangerang disebut dengan kota industri karna

disetiap lahan kosong pasti dibuat dengan Pabrik atau perumahan.

B. Keadaan Gegrafis

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Banten, terletak dibagian Timur dengan luas wilayah sekitar 959,6

km2(9,93 persen dari luas wilayah Provinsi Banten). Letak Kabupaten

Tangerang secara astronomi antara 106020’–106

043’ Bujur Timur dan

6000’ – 6

020’ Lintang Selatan. Wilayah Administrasi Pemerintahan

Kabupaten Tangerang, terdiri dari 29 kecamatan, 28 kelurahan dan 246

desa.22

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Tangerang merupakan

wilayah dataran dengan ketinggian antara 0 – 85 m diatas permukaan laut.

Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah utara yang berbatasan

dengan laut jawa, sedangkan dataran tinggi berada di wilayah bagian

tengah ke arah selatan.

Batas wilayah Secara Administrasi sebagai berikut:

1. Utara: Laut Jawa

2. Timur: Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang dan Kota Tangerang

Selatan

3. Selatan: Kabupaten bogor

4. Barat: Kabupaten Serang dan Lebak

Secara administratif, Kabupaten Tangerang terdiri dari 29 Kecamatan,

Kelurahan dan desa.

22

Ibid

Page 41: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

No Kecamatan

Luas Daerah

(Km2)

Keterangan

1. Tigaraksa 48.74

2. Cisoka 55.99

3. Solear

Pemekaran dari kec. Cisoka

4. Jambe 26.02

5. Cikupa 42.68

6. Panongan 34.93

7. Curug 40.97

8. Kelapa Dua

Pemekaran dari kec. Curug

9. Legok 41.06

10. Pagedangan 50.57

11. Cisauk 43.38

12. Pasar Kemis 60.53

13. Sindang Jaya

Pemekaran dari kec. Pasar Kemis

14. Rajeg

15. Mekarbaru

Pemekaran dari kec. Kronjo

16. Balaraja 57.48

17. Sukamulya

Pemekaran dari kec. Balaraja

18. Jayanti 26.91

19. Kresek 55.60

Page 42: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

20. Gunungkaler

Pemekaran dari kec. Kresek

21. Kronjo 68.05

22. Mauk 51.42

23. Kemiri 32.70

24. Sukadiri 24.14

25. Sepatan 56.24

26. Sepatan Timur 35.59 Pemekaran dari kec. Sepatan

27. Pakuhaji 51.87

28. Teluknaga 40.58

29. Kosambi 29.76

C. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang diperkirakan meningkat

sekitar 4,5 persen atau 2,6 juta jiwa. Peningkatan ini dibandingkan tahun

lalu dimana penduduk berjumlah 2,5 juta jiwa. Perkiraan tersebut

berdasarkan sejumlah indikator diantaranya jumlah kelahiran penduduk

dan pendatang baru dari luar daerah pasca lebaran. Penambahan angka

penduduk tahun ini mencapai 2,6 juta jiwa. 23

Angka pertambahan

penduduk di Kabupaten Tangerang mulai terasa dan didominasi dengan

gelombang para pendatang dari kota-kota lainnya seperti dari Sumatera,

Jawa yang mencari pekerjaan dan menetap di Kabupaten Tangerang pasca

lebaran. Pertambahan penduduk didominasi oleh para pendatang.

23

Joniansyah. Keadaan Penduduk Kabupaten Tangerang. Tempo Interaktip 02 September 2012. yang

bersumber dari Dinas kependudukan Kabupaten Tangerang.

Page 43: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk Dinas Kependudukan

Catatan Sipil Kabupaten Tangerang menambahkan untuk operasi

kependudukan akan dilaksanakan dilima titik yang merupakan kantong-

kantong industri di Kabupaten Tangerang yaitu Cikupa, Balaraja, Curug,

Pasar Kemis dan Tigaraksa. Titik-titik ini menjadi pusat para pendatang

yang ingin mencari kerja. Bagi pendatang yang sama sekali tidak memiliki

identitas diri diancam denda Rp 5 juta. ini sesuai dengan Perda No 2/2006

tentang Kependudukan dan Undang Undang nomor 23 tahun 2006 tentang

Penyelenggaraan Pendataan Kependudukan. Dinas Kependudukan Catatan

Sipil Kabupaten Tangerang memperkirakan jumlah pendatang baru yang

tiba kewilayah itu pasca lebaran tahun ini meninkat 20 persen dari tahun

lalu yang mencapai 1.520 orang.

B. Pengaruh Sampah di Kabupaten Tangerang

Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Jatiwaringin berada di desa

Jatiwaringin Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang. Keberadaannya yang

sudah hampir lima belas tahun, ternyata semakin memperparah keadan

lingkungan di sekitar. Sebagai warga masyarakat yang tinggal di Jatiwaringin,

Saya sangat prihatin sekaligus kecewa dengan keberadaan TPA Jatiwaringin.

Sebagai warga masyarakat yang daerahnya hanya dijadikan tempat membuang

sampah,

Maka dengan tegas warga yang ekonominya menengah ke atas

menolak keberadaan TPA Jatiwaringin untuk terus berada dilingkungannya.

Keberadaan TPA Jatiwaringin sangat mengganggu ketentraman warga,

khususnya Desa jatiwaringin, juga beberapa desa lainnya, yaitu Desa

Page 44: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Buaranjati, Desa Gintung, dan Desa Rajeg Mulya hampir tiga kecamatan,

karena berada tidak jauh dari kawasan TPA tersebut.

Pihak pengelola, yakni Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten

Tangerang, tidak mengelola sampah di lokasi TPA secara baik dan benar.

Sampah hanya diangkut kelokasi, kemudian hanya ditumpuk saja (open

dumping), tanpa ada pengelolaan lebih lanjut yang lebih ramah lingkungan.

Akibatnya, bau busuk sampah yang menyengat dan juga kerumunan lalat,

sudah masuk kerumah warga yang ada di sekitar TPA tersebut, hal ini

tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan warga disekitar. Yang lebih

berbahaya, rembesan air sampah (Lindi) yang mencemari bagian dalam tanah,

sehingga mencemari sumur warga yang notabenenya menjadi konsumsi warga

sekitar. Pencemaran lingkungan baik pencemaran Udara, pencemaran Air,

juga pencemaran Tanah yang ditimbulkan akan sangat merugikan bagi

kehidupan warga untuk sekarang dan masa yang akan datang.

Fakta yang lebih mengejutkan, bahwa TPA Jatiwaringin yang sudah

beroperasi lebih dari lima belas tahun, perhatian Pemerintah Kabupaten

Tangerang dan intansi terkait, terhadap warga masyarakat yang wilayahnya

terkena dampak langsung keberadaan TPA tersebut, masih sangat minim

sekali. Kalaupun ada, kemungkinan hanya dirasakan oleh segelintir oknum

saja, Tentu saja hal tersebut merupakan bentuk pelanggaran terhadap amanat

Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.

Adanya rencana Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mengelola

sampah TPA Jatiwaringin menjadi tenaga listrik, mungkin saja baik. Tapi

melihat sebuah langkah yang sangat lambat. Sangat terlambat karena hal itu

baru akan dilakukan ketika dampak kerusakan lingkungan sudah sedemikian

Page 45: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

parahnya. Dan tidak produktif, karena berbicara kebutuhan listrik, di

kecamatan kemiri baru beroperasi PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap) baru

yang mampu menghasilkan daya 10.000 Mega watt.

C. Lingkungan di Kabupaten Tangerang

Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk

menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase

keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga

dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan

Makanan (TUPM). Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya

kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait seperti

pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan,

pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan.

Pembangunan sarana Sanitasi (usaha untuk membina dan menciptakan

suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat)

dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan

meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang biasanya

ditangani secara lintas sektor. Sedangkan dijajaran Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang kegiatan yang dilaksanakan meliputi pemantauan

kualitas air minum, pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan

pemantauan sanitasi tempat-tempat umum (Perumahan, Ruko-ruko dan

Terminal), tempat pengolahan makanan, tempat pengolahan pestisida dan

sebagainya.

1. Penggunaan Air Limbah

Page 46: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Sistem pengolahan air limbah yang dioperasikan, saat ini oleh

Kabupaten Tangerang meliputi sistem setempat (on-site) dan sistem

terpusat (off-site). Sistem setempat berupa jamban pribadi atau jamban

umum yang dilengkapi dengan tangki septik dengan bidang rembesan.

Apabila tangki septik sudah penuh, lumpur disedot atau dikuras oleh Truk

Tinja dan dibuang ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja). Saat ini

Pemerintah Kabupaten Tangerang menyediakan 7 unit Truk Tinja dan I

unit IPLT di Kecamatan Pasar kemis.

Pembuangan lumpur septik dengan sistem terpusat yaitu pengelolaan

air limbah di lokasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Tanah Tinggi

yang melayani Kelurahan Sukasari dan Babakan sebanyak/sekitar 3.000

KK. IPAL ini dibangun oleh Pemerintah Pusat pada tahun 1981/1982

dengan panjang 22,7 Km dan pengelolaannya baru diserahkan oleh

Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang

pada tahun 2000.

Di samping lokasi IPAL Tanah Tinggi, lokasi lain Pengolahan Air

Limbah secara terpusat yaitu di kawasan Perumnas Karawaci, dilayani

dengan sistem pengolahan kolam oksidasi, (Oxidation Pond) sebanyak 2

lokasi (Jalan Pandan dan Jalan Karang) dan 6 lokasi lainnya masih berupa

Laggon. Penyaluran air limbah dilakukan dengan menggunakan sistem

perpipaan skala kawasan dengan kondisi baik dan penyaluran dilakukan

secara gravitasi. Cakupan pelayanan dengan sistem perpipaan sekitar

10.000 KK.

Page 47: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Proses pengolahan pada lagoon terjadi secara biologis dengan

melalui proses dan pada saat ini kolam sudah mengalami pendangkalan

sehingga pengolahan atau reduksi air limbah tidak optimal.

Akibat operasional yang tidak sempurna, maka timbul pencemaran

terhadap badan air di sekitar LPA dan air tanah akibat limbah serta

timbulnya kebakaran karena terbakarnya gas methan. Untuk mengatasi hal

ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan telah melakukan kegiatan-kegiatan

antara lain :

a. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan efisiensi

pengolahan sehingga kualitas limbah memenuhi persyaratan untuk dibuang.

b. Meningkatkan/memperbaiki penanganan sampah sesuai dengan prosedur

“sanitary landfill”.

c. Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air bersih,

Puskesmas dan ambulance.

d. Mengatur para pemulung agar tidak mengganggu operasional LPA.

Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan

sampah dari sumber penghasil dan di tempat pembuangan sementara

(TPS) sampah. Baru sekitar 75 m3 yang didaur ulang atau dibuat kompos.

Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja tanpa pengolahan

ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS.

Tak heran bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung

TPA akan menjadi cepat terpenuhi. Besarnya volume sampah di TPA juga

mempengaruhi biaya pengelolaan. Tahun 2005, sedikitnya dibutuhkan Rp

Page 48: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

8 milyar untuk mengelola sampah. Tanpa adanya kebijakan penanganan

sampah terpadu, sampah akan terus menjadi masalah24

.

2. Rumah Sehat

Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat

berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar

waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai

media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga

sekitarnya. Sampai dengan tahun 2011 telah dilakukan inspeksi sanitasi

(IS) di 47 wilayah Puskesmas di Kabupaten Tangerang, dari hasil inspeksi

terhadap 201.021 rumah didapat 68,38 % dinyatakan sehat.

Untuk tahun 2009, terjadi pemekaran wilayah dengan Kota

Tangerang Selatan, dimana berimplikasi pada jumlah rumah yang

diperiksa di 29 Kecamatan di Kabupaten Tangerang. Dari hasil inspeksi

terhadap 112.257 rumah didapat rumah yang dinyatakan sehat sebanyak

74.928 (66,75 %).

3. Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi

persediaan air bersih, kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan

pengelolaan air limbah keluarga keseluruhan hal tersebut sangat

diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan. Dari hasil inspeksi

sanitasi tahun 2011 terhadap 125.414 KK yang diperiksa, ternyata yang

memiliki jamban yang memenuhi syarat adalah 72.480 KK . Untuk KK

24

http://tangerangnews.com/baca/2011/01/24/4173/pemkot-tuding-bandara-kirim-

sampah-ke-kota-tangerang. Diakses tanggal 2 April 2011

Page 49: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

yang memiliki jamban sehat sebanyak 48.875 KK (67,43 %). Untuk KK

yang memiliki tempat sampah berdasarkan hasil inspeksi dari 124.414 KK

yang diperiksa, KK yang memiliki tempat sampah adalah sebanyak 71.254

KK dimana yang termasuk dalam kriteria tempat sampah sehat adalah

sebesar 43.781 KK (61,44 %).Untuk pengolahan air limbah,dari 125.414

KK yang diperiksa didapat 44.603 KK (65,81 %) yang memiliki

pengolahan air limbah sehat.Hasil pendataan yang dilakukan oleh Petugas

Sanitasi Puskesmas sampai tahun 2011 menunjukkan adanya penurunan.

Dari data diatas menunjukkan bahwqa tahun 2011 kepemilikan

sarana sanitasi dasar, serta penggunaan dan akses air bersih di Kabupaten

Tangerang terjadi penurunan dibandingkan tahun 2010, hal ini disebabkan

terjadinya pemekaran wilayah di Kabupaten Tangerang dimana 10

Kecamatan menjadi Kota Tangerang.25

4. Tempat Pengelolaan Makanan

Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi

masyarakat dan konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan

melalui makanandan mencegah masyarakat dari keracunan makanan.

Upaya tersebut meliputi orang yang menangani makanan,tempat

pengolahan makanan dan proses pengolahan makanannya.

Sosialisasi Peraturan Daerah No 13 tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) tentang tata cara

memperoleh Sertifikasi kursus TPM, hak dan kewajiban TPM, sanksi yang

berlaku bagi pelanggaran TPM serta perlindungan bagi masyarakat

25

Hasil wawancara langsung dengan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Ibu.

Hj Naniek Isnaini, tanggal 03 September 2011

Page 50: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

terhadap keamanan pangan. Kegiatan lainnya adalah melakukan

koordinasi tentang keamanan pangan antar instansi terkait/terpadu yaitu

dengan Dinas Perindustrian, Dinas Pendidikan, Departemen Agama, Dinas

Ketahanan Pangan, Dinas Peternakan, Satpol PP dan PKK Kabupaten

Tangerang.

D. Sikap Pemerintah Kabupaten Tangerang Tentang TPA

Pemerintah Kabupaten Tangerang akan mengoptimalkan Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) sampah Jatiwaringin di Kecamatan Mauk sebagai

tempat pembuangan dan pengolahan sampah di wilayah tersebut. Selama ini

TPA seluas 12 hektare tersebut hanya difungsikan sebagai tempat

pembuangan sampah. Persiapan sedang dilakukan 2011 sudah menjadi tempat

pengelolaan sampah. Optimalisasi TPA Jatiwaringin merupakan langkah

serius pemerintah menangani sampah yang merupakan tuntutan Undang-

Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah. Dalam aturan itu

disebutkan setiap kota/kabupaten wajib mengolah sampahnya sendiri.

Kabupaten Tangerang telah memulai langkah percepatan optimalisasi

TPA Jatiwaringin dengan membangun infrastruktur di sekitar TPA satu-

satunya milik Pemerintah Kabupaten Tangerang. Tahun ini dari dinas

pertamanan targetkan infrastruktur seperti jalan, saluran air sudah dibenahi,

akhir Tahun 2012 Kabupaten Tangerang akan melakukan kajian mendalam

untuk penggunaan teknologi di TPA tersebut. Kajian akan langsung

dilakukan oleh konsultan persampahan Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman Kabupaten Tangerang. Dari pihak Petamanan sudah menyiapkan

Page 51: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

lahan seluas 300 meter di dalam TPA Jatiwaringin untuk membangun area

composting sampah.26

Pemerintah Kota Tangerang tengah menjajaki kerja sama dengan

swasta untuk membangun tempat pengolahan sampah terpadu di wilayah itu.

Teknologi yang akan diterapkan dari Korea Pengolahan sampah itu disiapkan

untuk penanganan sampah jangka panjang di wilayah itu. Sekarang sedang

dalam tahap pembicaraan dan pembahasan dengan pihak ketiga. Sistem

pengolahan sampah menggunakan tungku yang dibuat dari bahan baku baja

itu mampu mengolah sampah sebanyak 4. 000 sampai 5. 000 meter kubik per

hari. Semua sampah dari truk dituang ke dalam bak penampung, kemudian

dilakukan proses pembakaran hingga tak meninggalkan sisa. Selanjutnya asap

dari pembakaran itu terbuang ke atas melalui cerobong sehingga tidak

menimbulkan polusi udara. Dengan pengolahan sampah tersebut,

permasalahan sampah yang mencapai 500-600 kubik per hari di wilayah itu

akan teratasi.27

Begitu pula dengan sampah, dapat membuat hidup jadi tidak sehat.

Karena itu sampah harus dapat diolah dengan baik agar tidak menimbulkan

berbagai penyakit. Langkah Pertama, faktor penyebab secara Internal. Dilihat

dari sudut pandang internal, faktor penyebab mencuatnya masalah sampah

antara lain adalah minimnya kesadaran warga untuk bertanggung jawab

terhadap permasalahan sampah di lingkungan rumah tangganya sendiri.

26

Taufik, Jatiwaringin Menjadi Tempat Pengelolaan Sampah Tangerang, Tempo

interaktif, di akses pada tanggal 25 maret 2012/ 10.37 WIB. hal: 6

27 Ibid

Page 52: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Banyak warga yang merasa bahwa dengan membayar retribusi sampah berarti

tanggung jawab sampah menjadi tanggung jawab PD Kebersihan.28

Faktor internal yang tidak kalah pentingnya adalah masalah minimnya

kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan

sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas

sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya adalah selama ini

pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe

solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.

Kedua, faktor penyebab secara eksternal. Faktor penyebab eksternal

yang paling klasik terdengar adalah minimnya lahan TPA yang hingga saat ini

memang menjadi kendala umum bagi kota-kota besar. Akibatnya, sampah dari

kota-kota besar ini sering dialokasikan ke daerah-daerah satelitnya seperti

TPA Jakarta yang berada di daerah Bekasi, Depok, dan Tangerang serta TPA

Bandung yang berada di Cimahi atau di Kabupaten Bandung. Alasan eksternal

lainnya yang kini santer terdengar di media massa adalah aksi penolakan keras

dari warga sekitar TPA yang merasa sangat dirugikan dengan keberadaan TPA

di wilayahnya. Faktor lain adalah tidak adanya AMDAL (Analisis Dampak

Lingkungan) melalui kajian geologi, hidrogeologi, transportasi, sosial-

ekonomi, dan lain-lain dimana dengan tidak adanya Amdal membuat

pemerintah tidak dapat memantau perkembangan yang terjadi akibat

kerusakan lingkungan. yang mendukung masalah Amdal sehingga seringkali

kita temui TPA yang berada di tempat tinggi meskipun struktur tanah di

sebagian besar Jawa Barat bersifat labil. Faktor eksternal dominan lainnya

28

Harjasumantri Kusnadi, Hukum Tata Lingkungan, Edisi.7, Cet.15, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2000)20-37

Page 53: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

adalah pengelolaan sampah / kebersihan kota yang belum dimasukkan ke

dalam prioritas pembangunan perkotaan sehingga alokasi anggaran yang ada

sama sekali kurang.

Salah satu kelemahan pengelolaan sampah di TPA adalah masalah

minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi

pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu

menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya

adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan

bukan mengacu pada pendekatan sumber.

Secara umum, pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah

sampah seharusnya mempunyai rencana pengelolaan lingkungan hidup yang

baik bagi warga sekitar. Dimana dalam menyusun pengelolaan lingkungan ada

3 faktor yang perlu diperhatikan dan tidak dapat dipisahkam yaitu:

a. Siapa yang akan melakukan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan lingkungan

apa yang harus dilakukan

b. Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi, maka akan ditetapkan cara

pengelolaan yang bagaimana yang akan dilakukan atau teknologi apa yang akan

digunakan agar hasilnya sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan

pemerintah

c. Karena berbagai institusi termasuk pemilik proyek yang akan melakukan

pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu, maka teknologi yang akan

digunakan tergantung pada kemampuan biaya yang akan dikeluarkan, terutama

kemampuan dari pemilik proyek sebagai sumber pencemar.

Permasalahan umum yang terjadi pada pengelolaan sampah kota di

TPA, khususnya kota-kota besar adalah adanya keterbatasan lahan, polusi,

masalah sosial dan lain-lain. Karena itu pengelolaan sampah di TPA harus

Page 54: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

memenuhi persyaratan sebagai berikut: Memanfaatkan lahan yang terbatas

dengan efektif, Memilih teknologi yang mudah, dan aman terhadap

lingkungan, Memilih teknologi yang memberikan produk yang bisa dijual dan

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, Produk harus dapat

terjual habis.

Sebanarnya untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan

tersebut, pemerintah melalui PP No. 16 tentang Air Minum dan Sanitasi dan

Perda Kota Tangerang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Sampah,

salah satunya menegaskan bahwa Pemerintah Daerah dibenarkan menerbitkan

Perda tentang persampahan. Perda ini menjelaskan tata cara masyarakat dalam

upaya mengurangi volume sampah sejak dari sumbernya. Pengurangan

sampah juga dapat dilakukan dengan cara inovasi teknologi dalam komposting

misalnya, pemanfaatan limbah dan gas hasil pembakaran untuk berbagai

keperluan, dalam upaya yang menerapkan perlu disosialisasikan kepada

masyarakat. Penanganan sampah tidak memerlukan teknologi tinggi,

melainkan kepedulian semua pihak. Dengan adanya pengaturan yang

dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, dari segala bentuk

pelanggaran dan kejahatan, bagi pelaku baik yang dilakukan oleh perorangan

maupun badan hokum yang berlaku.

Page 55: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
Page 56: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB IV

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA

JATIWARINGIN TANGERANG

A. Permasalahan TPA di Jatiwaringin Tangerang

Permasahan sampah yang terjadi di Kabupaten Tangerang mengenai Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Jatiwaringin tidak berjalan dengan baik, akan

tetapi banyak hal yang negatif dan positif.

Hal yang positif mengenani adanya Tempat Pembuangan Sampah Akhir, yaitu

lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga memberikan kenyamanan kepada

masyarakat dalam hal kebersihan. Kemudian adanya lapangan pekerjaan baru bagi

masyarakat sekitar, sehingga masyarakat bisa meraup rejeki dari Tempat

Pembuangan Sampah Akhir tersebut.

Pandangan secara negatif, adanya beberapa pihak yang merasa dirugikan baik

secara non material contohnya adanya aroma (bau) yang kurang sedap. Di

Kabupaten Tangerang ada empat Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yaitu

kecamatan Sepatan, Belaraja, Pasar kemis, Keronjo, sedangkan Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Jatiwaringin yang paling terbesar berada di desa

Jatiwaringin Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang.

Melihat dari berbagai aspek yang ada, problem kebersihan di Indonesia

khususnya di daerah Kabupaten Tangerang menjadi sebuah masalah yang

berkepanjangan, hal ini menjadi salah satu permasalahan perkotaan yang sampai saat

ini merupakan tantangan bagi pemerintah Kabupaten Tangerang. Salah satu yang

menjadi penyebabnya adalah bertambahnya penduduk dan peningkatan aktivitas

yang demikian pesat di kota-kota besar. Diprakirakan paling banyak hanya sekitar

60% 70 % yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh institusi

yang bertanggung jawab atas masalah sampah dan kebersihan.

40

Page 57: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Langkah Pertama, faktor penyebab secara internal dilihat dari sudut pandang

internal, faktor penyebab mencuatnya masalah sampah antara lain adalah minimnya

kesadaran warga untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah di

lingkungan rumah tangganya sendiri. Banyak warga yang merasa bahwa dengan

membayar retribusi sampah berarti tanggung jawab sampah menjadi tanggung jawab

Kebersihan.

Faktor internal lain adalah munculnya pola pikir atau paradigma yang salah

tentang sampah seperti:

Pertama : Masalah sampah adalah masalah kecil yang tidak perlu mendapat

prioritas perhatian.

Kedua : Sampah adalah barang yang tidak berguna, bukan sebagai sumber

energi atau pendapatan.

Ketiga : Sindrom “not in my backyard” atau Urusan sampah “bukan urusan

gue”. Keempat: Filosofi pengelolaan sampah : dikumpulkan → ditampung →

dibuang di tempat akhir.

Faktor internal yang tidak kalah pentingnya adalah masalah minimnya kualitas

SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat

ini terbukti sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin

besar.

Faktor penyebab eksternal yang paling klasik terdengar adalah

minimnya lahan TPA yang hingga saat ini memang menjadi kendala umum

bagi kota-kota besar. Akibatnya, sampah dari kota-kota besar ini sering

dialokasikan ke daerah-daerah satelitnya seperti TPA Jakarta yang berada di

daerah Bekasi, Depok, dan Tangerang serta TPA Bandung yang berada di

Cimahi atau di Kabupaten Bandung.

Page 58: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Alasan eksternal lainnya yang kini santer terdengar di media massa

adalah aksi penolakan keras dari warga sekitar TPA yang merasa sangat

dirugikan dengan keberadaan TPA di wilayahnya. Faktor lain adalah tidak

adanya AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) melalui kajian geologi,

transportasi, sosial-ekonomi, dan lain-lain dimana dengan tidak adanya amdal

membuat pemerintah tidak dapat memantau perkembangan yang terjadi akibat

kerusakan lingkungan. yang mendukung masalah amdal sehingga seringkali

kita temui TPA yang berada di tempat tinggi meskipun struktur tanah di

sebagian besar Jawa Barat bersifat labil. Faktor eksternal dominan lainnya

adalah pengelolaan sampah / kebersihan kota yang belum dimasukkan ke

dalam prioritas pembangunan perkotaan sehingga alokasi anggaran yang ada

sama sekali kurang.29

Salah satu kelemahan pengelolaan sampah di TPA adalah masalah

minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi

pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu

menampung kuantitas sampah yang semakin besar.

Dasar Hukum dan kebijakan publik menurut Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 tentang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang merupakan

fungsi-fungsi pemerintahan sesungguhnya saling terkait satu dengan yang lainnya.

Bahkan pada bidang ini juga akan terlihat bahwa hubungan hukum dan kebijakan

pemerintah tidak sekedar terdapatnya kedua hal itu dibicarakan dalam satu topik atau

pembicaraan, keduannya dapat saling mengisi dan melengkapi namun lebih dari itu

antara hukum dan kebijakan publik pada dasarnya saling tergantung satu sama

lainnya, kedua terminologi diartikan sebagai hukum positif yang berlaku pada

29 Dikutip dari harian KOMPAS, 15 Mei 2012 yang bersumber dari PD Kebersihan kabupaten

Tangerang beserta keterangan singkat dari tim Litbang KOMPAS yang tercantum di bawah data

Page 59: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

sebuah Negara dan ketika penerapan hukum dihubungkan dengan kebijakan

pemerintah maka keduanya pada dasarnya saling tergantung.

Keterkaitan secara mendasar adalah nampak pada kenyataan bahwa pada

dasarnya penerapan hukum itu sangat memerlukan kebijakan publik untuk

mengaktualisasikan hukum tersebut di masyarakat, sebab umumnya produk-produk

hukum yang ada itu pada umumnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum dan

karena cakupannya yang luas dan bersifat nasional maka tidak jarang produk-produk

hukum atau undang-undang yang ada itu tidak mampu mengcover seluruh dinamika

masyarakat yang amat beragam di daerah tertentu.30

Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang kebijakan pemerintah

mengatasi permasalahan penduduk tentang pengelolaan sampah sudah menjadi

tanggung jawab pemerintah termasuk masalah pembiayaannya. Sedangkan manusia

hidup di dunia menentukan lingkunganya atau ditentukan oleh lingkunganya.

Perubahan lingkungan sangat ditentukan oleh sikap maupun perlindungan manusia

pada lingkungannya. Alam secara fisik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi tidak

baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatanya tidak sesuai

dengan kemampuan serta melihat situasinya31

B. Langkah Pemerintah Terhadap TPA

Langkah-langkah mengatasi masalahan yang dihadapi oleh

pemerintah, dan masyarakat dalam menangani sampah terkait penanganan

sampah serta pelaksanaan yang belum maksimal terhadap regulasi-regulasi

30 Muchsin, Hukum Dan Kebijakan Publik,(Yogyakarta: Media Aneroes Press, 2002 ) 57-58

31 P.Joko Subagyo, Hukum Lingkungan Masalah penanggulanganya cet.3, (Jakarta: Rineka

Cipta,2002) 1.

Page 60: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

mengenai penanganan sampah.32

Dalam hal ini perlu adanya sebuah

komitmen yang kuat dan terobosan yang bersifat kreatif-inovatif dari semua

pihak untuk mengoptimalkan perangkat regulasi mengenai penanganan dan

pembagunan sampah yang berwawasan lingkungan serta merubah paradigma

yang sudah tidak mempunyai relavansi dalam konteks membagun kesadaran

pemerintah terkait, dan masyarakat dalam menghadapi problematika sampah

di negeri ini.

Ada beberapa prinsip umum yang bisa dijadikan landasan dalam

rangka optimalisasi kebijakan pengelolaan dan pembagunan sampah yang

berwawasan lingkungan. Beberapa langkah strategis dalam mengoptimalkan

kebijakan dan merubah pengelolaan dan pembagunan sampah dapat

dilakukan melalui beberapa langkah berikut ini terhitung ada beberapa konsep

diantaranya:

1. Konsep layanan persampahan sebagai sarana pendekatan terhadap

penyelenggaraan pelayanan masyarakat dengan cara pengurangan sampah

semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya dan megedepankan peran

dan partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat sebagai mitra

dalam pengelolaan sampah.

2. Megembangkan pola kemitraan strategis dengan pihak swasta melalui

penyederhanaan jalur birokrasi bagi pihak swasta yang berminat untuk

berinvestasi dalam pengelolaan sampah.

3. Meningkatkan pembinaan dan pemahaman masyarakat secara intensif dan

berkelanjutan (sustainable) akan upaya 5R (reduce, reuse, recycle,

recovery, replace) terkait dengan pengelolaan dan pembangunan

32 Enri Damanhuri, ibid, hal. 394 – 400.

Page 61: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

persampahan serta mengembangkan dan menerapakan sistem insentif dan

disinsentif dalam pelaksanaan 5R.

4. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan dengan

memaksimalkan pemanfaatan sarana maupun prasarana persampahan.

5. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan dengan cara

meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola, meningkatkan

kinerja institusi pengelola persampahan, memisahkan fungsi/unit regulator

dan operator, serta mendorong penerapan sistem pengawasan dan

penerapan sanksi hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat,

masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Dengan adanya tempat pembuangan sampah di suatu daerah, biasanya

akan mempengaruhi kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitarnya. Seperti

contoh yang terjadi di TPA Jatiwaringin, dengan adanya TPA maka warga

sekitarnya TPA menuai derita yang tiada berujung. Dampak, seperti Penyakit

Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan lain-lain

Dengan adanya TPA tersebut juga dapat merusak lingkungan dan

ekologi disekitarnya. beberapa kerusakan lingkungan yang hingga kini tidak

bisa ditanggulangi akibat sebuah kawasan ekologi dijadikan TPA antara lain:

pencemaran tanah dimana Kegiatan penimbunan sampah akan berdampak

terhadap kualitas tanah yang berada di lokasi dan sekitarnya. Tanah yang

semula bersih dari sampah akan menjadi tanah yang bercampur dengan

limbah/sampah, baik organik maupun anorganik baik sampah rumah tangga

maupun limbah industri dan limbah rumah sakit. Tidak ada solusi yang

konkrit dalam pengelolaannya, maka potensi pencemaran tanah secara fisik

akan berlangsung dalam kurun waktu sangat lama.

Page 62: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Akibat lain yang dapat ditimbulkan adanya TPA adalah terjadinya

pencemaran air, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas air dan

tanah sawah akibat limbah sampah yang akan meresap ke tanah dan akan

terkumpulnya berbagai macam penyakit di sekitar wilayah. Potensi

tercemarnya air tanah oleh limbah pun tidak dapat dihindari, akibat adanya

limbah indstri dan limbah rumah sakit. Sedangkan akibat yang selanjutnya

dengan adanya TPA tersebut adalah tercemarnya udara disekitar TPA dengan

bau yang tidak sedap yang dapat menimbulkan berbagai penyakit yang

antaranya adalah TBC.

C. Tanggapan Warga terhadap Kebijakan Pemerintah

Belakangan ini warga sudah tidak nyaman tinggal di sekitar TPA

itu, karena semakin hari sampah terus bertambah. Warga mengizinkan

keberadaan TPA itu sebelumnya karena dijanjikan dikelola secara profesional,

artinya sampah tersebut tidak mengandung aroma busuk dan dapat dijadikan

pupuk kompos. Selain itu, warga setempat yang belum memiliki pekerjaan

tetap dipekerjakan oleh pengelola TPA Pemkab Tangerang dengan imbalan

memadai. Sementara itu, Bupati Tangerang.

Menurut kepala TPA Jatiwaringin bahwa Bupati Kabupaten Tangerang

pernah mengatakan bahwa keberadaan TPA Jatiwaringin mendatangkan

manfaat bagi warga setempat karena diberikan pupuk kompos untuk

menyuburkan aneka tanaman. Namun mengenai adanya aspirasi warga tentang

pemindahan TPA itu tentunya harus melakukan koordinasi dengan DPRD

setempat. TPA diizinkan di Jatiwaringin telah disetujui oleh warga dan DPRD,

maka hal itu harus dibicarakan kembali.

Page 63: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Seringkali wartawan dari berbagai media menulis dan memberitakan

bahkan para LSM sering mengkordinasikan kepada pihak yang terkait untuk

meninjau ulang masalah TPA di Jatiwaringin namun belum juga terselesaikan,

hingga pada awal Maret masyarakat Jatiwaringin dan sekitarnya yang merasa

terkena imbas dari pembuangan sampah tersebut megadakan unjuk rasa

ketempat dimana pembuangan sampah tersebut.

Namun disisi lain dengan adanya pembuangan sampah tersebut

sekelompok warga yang terdiri dari beberapa kepala keluarga sangat

bergantung dari hasil penjualan barang bekas yang mereka pungut dari

tumpukan sampah tersebut. Hingga pada awal maret 2010 sekelompok warga

(pemulung) tersebut terjadi bentrok dengan para pengunjuk rasa yang

menyebabkan beberapa orang terluka. entah sampai kapan permasalahan

sampah tersebut bisa teratasi, sementara warga Jatiwaringin dan sekitarnya

sudah sangat resah mereka mengkhawatirkan dampak (penyakit) yang akan

timbul karena setiap hari harus menghirup udara yang tercemar oleh bau

busuk yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah yang sudah menggunung itu.

Yang lebih berbahaya, rembesan air sampah (Lindi) yang mencemari

bagian dalam tanah, sehingga mencemari sumur warga yang notabenenya

menjadi konsumsi warga sekitar. Pencemaran lingkungan baik pencemaran

Udara, pencemaran Air, juga pencemaran Tanah yang ditimbulkan akan

sangat merugikan bagi kehidupan warga untuk sekarang dan masa yang akan

datang.

Fakta yang lebih mengejutkan, bahwa TPA Jatiwaringin yang sudah

beroperasi lebih dari lima belas tahun, perhatian Pemerintah Kabupaten

Tangerang dan intansi terkait, terhadap warga masyarakat yang wilayahnya

Page 64: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

terkena dampak langsung keberadaan TPA tersebut, masih sangat minim

sekali. Kalaupun ada, kemungkinan hanya dirasakan oleh segelintir oknum

saja, Tentu sajahal tersebut merupakan bentuk pelanggaran terhadap amanat

UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.

D. Titik Temu tentang Sampah di TPA Jatiwaringin Tangerang

Dari tahun ketahun permasalahan sampah di TPA Jatiwaringin menjadi

permasalahan yang belum terselesaikan dan terus menjadi problema yang

memang harus segera ditindaklanjuti oleh pihak yang terkait. Karena TPA

jatiwaringin menampung sampah tiga kota yaitu Kota Tangerang Selatan.

Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, untuk sekarang TPA

hanya menampung sampah dari Kabupaten Tangerang. Permasalahan sampah

TPA Jatiwaringin Mauk itu juga sudah disampaikan kepada Bupati kabupaten

Tangerang Bapak Ismet Iskandar dan anggota DPRD Kabupaten Tangerang

jadi TPA tersebut tidak bisa ditutup, karena lahan kosong yang ada di wilayah

Kabupaten Tangerang itu sudah dikontrak oleh para inpestor untuk dibuat

perumahan, pabrik dan ruko karena dari situ pemasukan otonomi daerah

kabupaten Tangerang Pertambah dari hasil perusahaan.

Adapun di wilayah sekitar TPA tersebut banyak sawah hampir 20

hektar yang sudah tidak produktif akibat terkena air limbah, maka yang

mempunyai sawah tersebut menjual tanahnya kepada investor untuk digali

tanahnya dan dijual, sedangkan sampah yang bertumpuk di TPA tinggi

sampah sampai 9,5 meter akan dibuang ke tanah yang sudah digali. Karena

dari pihak dinas kebersihan dan pertamanan sudah ada perjanjian dengan

Page 65: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

investor untuk membuang sampah ke tanah yang sudah digali. Jadi sampah

yang sudah bertumpuk akan teratasi dan warga pun jauh dari penyakit TBC.33

33

langsung Dengan Bapak. Tutin Ketua TPA Jatiwaringin Kabupaten Tangerang pada tanggal 20

Januari 2013

Page 66: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
Page 67: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan Pemerintah tentang Sampah

Impelmentasi kebijakan pemerintah tentang sampah, tidak terlepas dari

faktor internal maupun eksternal. Faktor internal dimana minimnya kesadaran warga

untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah di lingkungan rumah

tangganya sendiri, rendahnya SDM. Sedangkan yang mempengaruhi faktor eksternal

adalah minimnya lahan pembuangan sampah serta tidak ketatnya pemerintah baik

pusat maupun daerah membuat aturan masalah sampah.

Hal mendasar berikutnya adalah perlunya sebuah kebijakan yang bersifat

menyeluruh dan konsisten dalam penanganan sampah, sehingga arah penanganan

sampah tidak bersifat temporer semata. Dalam kasus semacam ini, maka peran swasta

perlu diperhitungkan dalam penanganan sampah jangka panjang, termasuk

partisipasinya dalam upaya daur-ulang, pengolahan dan pemusnahan sampah.

Pengembangan teknologi yang sesuai dengan kondisi Indonesia perlu

digalakkan, khususnya yang mudah beradaptasi dengan kondisi sosial dan ekonomi

masyarakat Indonesia. Teknologi yang berbasis pada peran serta masyarakat

tampaknya perlu mendapat prioritas, agar keterlibatan mereka menjadi lebih berarti

dan terarah dalam penanganana sampah. Namun pengenalan teknologi yang relatif

canggih, padat modal, dan dikenal sangat mampu memusnahkan sampah, sudah

waktunya juga dikaji khusunya bagi kota-kota yang sudah mampu.

1. Berdasarkan Study Kasus

Berdasarkan penelitian, Pihak pengelola yakni Dinas Kebersihan

dan Pertamanan Kabupaten Tangerang, sampai hari ini tidak mengelola

50

Page 68: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

sampah di lokasi TPA secara baik dan benar. Sampah hanya diangkut

kelokasi, kemudian hanya ditumpuk saja (open dumping), tanpa ada

pengelolaan lebih lanjut yang lebih ramah lingkungan. Akibatnya, bau

busuk sampah yang menyengat dan juga kerumunan lalat, sudah masuk

kerumah warga, hal ini tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan warga

disekitar. Yang lebih berbahaya, rembesan air sampah (Lindi) yang

mencemari bagian dalam tanah, sehingga mencemari sumur warga yang

notabene menjadi konsumsi warga sekitar. Pencemaran lingkungan baik

pencemaran Udara, pencemaran Air, juga pencemaran Tanah yang

ditimbulkan akan sangat merugikan bagi kehidupan warga untuk sekarang

dan masa yang akan datang.

Tahun ini dari dinas pertamanan menargetkan infrastruktur seperti

jalan, saluran air sudah dibenahi, akhir Tahun 2013 Kabupaten Tangerang

akan melakukan kajian mendalam untuk penggunaan teknologi di TPA

tersebut. Kajian akan langsung dilakukan oleh konsultan persampahan

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang.

Dari pihak petamanan sudah menyiapkan lahan seluas 300 meter di dalam

TPA Jatiwaringin untuk membangun area sampah yaitu menjadikannya

tempat pembuatan pupuk kompos.

2. Tanggapan masyarakat

Sebagaian warga masyarakat yang tinggal di Jatiwaringin, sangat

prihatin sekaligus kecewa dengan keberadaan TPA Jatiwaringin. Karena

kehadirannya selama ini tidak memberikan keuntungan apapun bagi

Page 69: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

warga. Memang ada kompensasi berupa uang sebesar Rp. 100.000,- per

bulan untuk para kepala keluarga yang ada disekitar TPA tersebut, tapi

setiap pergantian Kepala TPA terkadang kompensasi tidak turun, dan

setiap ditanya sedang proses. Sampai sekarang kompensasi itu tidak ada.

Sebagai warga masyarakat yang daerahnya hanya dijadikan tempat

membuang sampah, maka dengan tegas warga menolak keberadaan TPA

Jatiwaringin untuk terus berada dilingkungan jatiwaringin. Pertanyaan

warga sederhana saja, apakah para pejabat pemerintah Kabupaten

Tangerang juga mau, kalau di dekat lokasi tempat tinggalnya juga

dijadikan Tempat Pembuangan Akhir. Keberadaan TPA Jatiwaringin

sangat mengganggu ketentraman warga, khususnya Desa Jatiwaringin,

juga beberapa desa lainnya, yaitu Desa Buaranjati, Desa Gintung, dan

Desa Rajeg Mulya hampir tiga kecamatan, karena berada tidak jauh dari

kawasan TPA tersebut.34

Pengelolaan sampah yang amburadul dan tidak adanya kompensasi

bagi warga sekitar, adalah sebuah fakta betapa lemahnya usaha Pemerintah

Kabupaten Tangerang untuk mengelola lingkungan dan menyejahterakan

warganya dengan baik. Ketika hanya bau busuk sampah dan kerumunan

lalat di meja makan, dan kerusakan lingkungan yang semakin parah yang

kami dapati. Maka pilihannya hanya satu, tutup TPA Jatiwaringin

sekarang juga.

Dari uraian yang disampaikan diatas, maka dapat diambil

kesimpulan masyarakat Kabupaten Tangerang harus memperhatikan

kegiatan penanganan sampah sebagai berikut:

34Wawancara langsung dengan warga yang ada di sekitar TPA tersebut yaitu: Kepala Desa Bapak

Drs. Pendi Ruhiyat dan Bapak RT. Muhayar, pada tanggal 20 Agustus 2011

Page 70: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, atau sifat sampah yang bisa di daur ulang.

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan

sampah terpadu.

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat

penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah

terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

sampah.

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu

hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

B. Saran-Saran

Sebagai saran penulis, berkenaan dengan selesainya penulisan skripsi

tentang “Kebijakan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tentang

Pengelolaan Sampah TPA Jatiwaringin Tangerang” maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan adanya Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) di suatu

daerah, biasanya akan mempengaruhi kesehatan dan lingkungan bagi

warga sekitarnya, disamping itu juga mempengaruhi atau merusak

ekologi disekitarnya yang diantaranya adalah terjadinya pencemaran air,

udara, tanah. Dan akibat dari pencemaran tersebut warga sekitar mudah

terserang penyakit.

2. Sistem pengelolaan sampah yang digunakan ini sudah ketinggalan zaman

yang salah satunya menggunakan landfill yaitu sistem dimana dalam

Page 71: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

sistem tersebut membutuhkan lahan yang luas untuk sampah. Disamping

itu pemerintah harus dapat membuat kebijakan baik internal maupun

eksternal. Faktor Internal dimana minimnya kesadaran warga untuk

bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah di lingkungan rumah

tangganya sendiri, rendahnya SDM. Sedangkan yang mempengaruhi

faktor eksternal adalah minimnya lahan pembuangan sampah serta tidak

ketatnya pemerintah baik pusat maupun daerah membuat aturan masalah

sampah.

Page 72: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmad Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta: Rineke Cipta: 2003)

Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:

PT Rieneka Cipta, 2002)

Damanhuri, Enri, Permasalahan Dan Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah

Kota Di Indonesia, Departemen Teknik Lingkungan (FTSP ITB, Vol. I.

2011)

Kusnadi, Harjasumantri, Hukum Tata Lingkungan, Edisi.7 (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 2000) Edisi 7. Cet. 15

Irawan, Prasetya, penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: DIA FISIP UI,

2006).

James, Anderson, Public Policy Making: An, Introuction (Boston: Houghton

Mufflin Company, 2006)

Muchsin, Hukum Dan Kebijakan Publik, (Malang: Averose Press Pressindo,2007)

Nugroho Riant D, Understanding Public Policy.( Yogyakarta: Media Presindo,

2004).

Subagyo, Joko, Hukum Lingkungan Masalah penanggulanganya. Jakarta: Rineka

Cipta, 2002) cet. 3

Subana dan Sudrajat, Dasar- Dasar Penelitian Ilmiah. (Bandung : Pustaka Setia.

2001).

Sudrajat H.R, Solusi Mengatasi masalah Sampah kota Dengan Manajemen

Terpadu dan Mengolahnya Menjadi Energi Listrik dan Kompos. Cet.1.

(Jakarta: Penebar Swadaya, 2006).

Page 73: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Zuliansyah Rangga, Harjasumantri Kusnadi, Hukum Tata Lingkungan,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000). Edisi 7. Cet. 15

Winarno, Budi, Kebijakan Publik, Teori dan Proses, (Yogyakarta: Media

Presindo, 2007)

WAWANCARA

Wawancara langsung dengan Bapak Rum Naat Ketua TPA Jatiwaringin

Kabupaten Tangerang pada tanggal 14 Februari 2011

Wawancara langsung dengan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang,

Ibu. Hj Naniek Isnaini, tanggal 03 April 2012

Wawancara langsung dengan warga yang ada di sekitar TPA

1. Bapak. H. Mukdin

2. Bapak. Acang

3. Ibu. Nuramah

4. Ibu. Kokom

Wawancara langsung dengan Kepala Desa, Bapak Drs. Pendi Ruhiyat

Wawancara langsung dengan ketua Rukun Tetangga (RT).Bapak Muhayar, pada

tanggal 20 Agustus 2011

MEDIA CETAK

Page 74: KEKEUASAAN POLITIK DALAM PEMERINTAHAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24009/3/IHWAN... · KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Artikel diakses pada media cetak Radar Banten, 21 januari 2011.

Artikel diakses pada media cetak Tempo interaktif, maret 2012/ 10.37 WIB

Artikel diakses pada media cetak Tempo Interaktip 02 januari 2012. yang

bersumber dari Dinas kependudukan Kabupaten Tangerang.

Artikel diakses pada media cetak Harian Kompas, 15 Mei 2012 yang bersumber

dari PD Kebersihan kabupaten Tangerang

Artikel diakses pada media cetak Tempo Interaktif. 30 Januari 2012 | 12:12 WIB

Artikel diakses pada media cetak Harian Kompas. Hidup dari sampah belajar dari

prof.html ( 14 Maret 2011).

Damanhuri Enri, Sampah Organik, Kotoran Kerbau Sumber Energi Alternatif,

Sumber (Media Indonesia: 2011).

INTERNET

http://www.kabtangerang.go.id pada tanggal 3 mei 2011.

http://tangerangnews.com/Diakses pada tanggal 2 April 2012.

http://en. Wikipedia.org/wiki/Pople Power Revolution pada tanggal 03 juni 2012.