kekerasan pada anak (kelompok 5)

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan yang dilakukan terhadap anak (baca: anak dan remaja) akhir-akhir ini semakin meningkat bahkan cenderung mengarah pada tindak pidana. Alasan klasik yang mengemuka adalah bahwa kenakalan anak tercipta karena adanya peluang yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang seharusnya justru menjadi kontrol bagi setiap tindakan anak. Terlebih di era sekarang ini, kenakalan anak sangat akrab dengan trend masa kini, dan bahkan lebih ekstrem lagi ada yang menyatakan anak identik dengan kenakalan. Kenakalan anak senantiasa menjadi fenomena yang selalu aktual dan tidak hanya berlaku di negara maju, melainkan juga di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kasus-kasus perkelahian antar pelajar, khususnya di lingkungan sekolah nampaknya sudah sangat terorganisir secara sistematis. Bentuk- bentuk kenakalan dimaksud bukan saja dalam bentuk perkelahaian, akan tetapi sudah lebih dari itu yang 1

Upload: sef-nengko

Post on 26-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kekerasan pd anak

TRANSCRIPT

Page 1: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindak kekerasan yang dilakukan terhadap anak (baca: anak dan remaja)

akhir-akhir ini semakin meningkat bahkan cenderung mengarah pada tindak

pidana. Alasan klasik yang mengemuka adalah bahwa kenakalan anak tercipta

karena adanya peluang yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat

yang seharusnya justru menjadi kontrol bagi setiap tindakan anak. Terlebih di era

sekarang ini, kenakalan anak sangat akrab dengan trend masa kini, dan bahkan

lebih ekstrem lagi ada yang menyatakan anak identik dengan kenakalan.

Kenakalan anak senantiasa menjadi fenomena yang selalu aktual dan tidak

hanya berlaku di negara maju, melainkan juga di negara-negara sedang

berkembang seperti Indonesia. Kasus-kasus perkelahian antar pelajar, khususnya

di lingkungan sekolah nampaknya sudah sangat terorganisir secara sistematis.

Bentuk-bentuk kenakalan dimaksud bukan saja dalam bentuk perkelahaian, akan

tetapi sudah lebih dari itu yang menjurus ke arah kebrutalan dengan cara-cara

anarkhis yaitu pengerusakan baik di lingkungan sekolah maupun pengrusakan

fasilitas umum lainnya.

 

Ekses dari bentuk-bentuk kenakalan anak ini bukan hanya berdampak

pada gangguan keamanan dan kenyamanan serta ketertiban masyarakat, lebih jauh

lagi yaitu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa yang negatif

pada anak, di samping juga terhadap perkembangan masyarakat pada umumnya.

Bila intensitasnya tidak dapat dikendalikan, dikhawatirkan akan mengancam

kelangsungan bangsa dan negara, karena kita sadari kelangsungan negara ini

sangat tergantung pada anak sekarang sebagai pewaris kepemimpinan bangsa,

karena era mendatang adalah era milik generasi muda.

1

Page 2: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

Kita semua menyadari bahwa kenakalan anak disebabkan oleh banyak

faktor yang sangat kompleks. Oleh sebab itu dalam tulisan ini akan dipaparkan

beberapa aspek dari kenakalan anak dengan berangkat dari suatu teori bahwa

tindak kekerasan yang dilakukan oleh anak pada hakekatnya hanyalah merupakan

hasil proses adaptasi dan konsekuensi logis dari model hubungan yang

ditelandankan dalam tatanan masyarakat di mana sikap itu disosialisasikan

(Soetjipto Wirjosarjono, 1997), di mana proses terbentuknya jiwa seorang anak

lebih banyak bergantung pada tiga dimensi hasil interaksi dengan lingkungan

yang ikut mewarnai pola tingkah laku anak, yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat.

2

Page 3: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Menurut WHO kekerasan adalah penggunaan kekuatan perasaan dan kekuasaan,

ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, per orangan atau sekelompok atau

masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau

trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan HAM.

Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk perlakuan menyakitkan secara fisik

maupun emosional, pelecehan seksual, penelantaran, eksploitasi komersial atau

eksploitasi lain yang mengakibatkan cedera atau kerugian nyata ataupun potensial

terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat

anak yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab kepercayaan, atau

kekuasaan (UU Perlindungan Anak pasal 13).

2.2 Klasifikasi

Beberapa bentuk kekerasan terhadap anak dikemukakan oleh Terry E. Lawson

(dalam Huraerah, 2007), psikiater internasional yang merumuskan definisi tentang child

abuse, menyebut ada empat macam abuse, yaitu emotional abuse,verbal abuse, physical

abuse, dan sexual abuse.

1. Kekerasan anak secara fisik

Kekerasan secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan

terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang

menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk luka dapat berupa

lecet atau memar akibat persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas

gigitan, cubitan, ikat pinggang, atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat

3

Page 4: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka

biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada, perut,

punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik

umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orangtuanya, seperti

anak nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air atau muntah di

sembarang tempat, memecahkan barang berharga.

2. Kekerasan anak secara psikis

Kekerasan secara psikis meliputi penghardikkan, penyampaian kata-kata

kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, dan film pornografi pada

anak. Anak yang mendapatkan perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala

perilaku mal adaptif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati,

takut ke luar rumah dan takut bertemu dengan orang lain.

 

3. Kekerasan anak secara seksual

Kekerasan secara seksual dapat berupa perlakuan prakontak seksual

antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar

visual, exhibisionism), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung

antara anak dengan orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual).

4. Kekerasan sosial

Kekerasan secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan

eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orangtua yang

tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh-kembang

anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan

pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjuk

pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang

dilakukan keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh, memaksa anak untuk

melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial, atau politik tanpa

4

Page 5: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan

perkembangan fisik, psikisnya dan status sosialnya. Misalnya, anak dipaksa

untuk bekerja di pabrik-pabrik yang membahayakan (pertambangan, sektor

alas kaki) dengan upah rendah dan tanpa peralatan yang memadai, anak

dipaksa untuk angkat senjata, atau dipaksa melakukan pekerjaan-pekerjaan

rumah tangga melebihi batas kemampuannya.

Di samping itu, berbagai bentuk perlakuan terhadap anak yang dapat

memunculkan bentuk kekerasan terhadap anak antara lain, yaitu:

1. Hukuman

Bentuk ini adalah kekuasaan/otoritas yang dimanipulasi

sebagai hukuman dengan tujuan untuk membiasakan anak menjadi

disiplin. Institusi pertama yang menerapkan model/bentuk ini

adalah keluarga, sehingga orang tua harus tetap dalam memberikan

hukuman kepada anak agar tidak berimplikasi terhadap bentuk

pola tindak kekerasan sebagai akibat reksi spontan anak.

Pemberian hukuman yang tidak proporsional akan dapat

berdampak terhadap perilaku yang diperankan anak di dalam pola

interkasi sosial. Secara implisit menunjukan bahwa orang tua

maupun penentu tindakan kurang mengetahui dan memahami

tentang perasaan dan kebutuhan yang dirasakan oleh anak,

sehingga dalam sosialisasi ini anak sering menjumpai kekuasaan,

kekuatan, maupun otoritas orang tua. Dengan demikian kekerasan

yang dimanipulasi dengan tujuan mendisiplinkan anak atau sebagai

hukuman sering dapat ditolerir di dalam masyarakat.

2. Adanya tokoh tindak kekerasan dalam keluarga.

Dijumpainya figur-figur yang memerankan tindak kekerasan

di dalam keluarga, yaitu para anggota keluarga atau siapa saja yang

5

Page 6: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

tinggal dalam satu rumah. Pertentangan-pertentangan atau

pertengkaran yang dilakukan secara terbuka dan bebas serta

disaksikan oleh anggota keluarga lainnya terutama anak-anak akan

sangat berpengaruh terhadap pembentukan jiwa dan mentalnya.

3. Kekerasan di masyarakat.

Sebagaimana lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat

juga turut memberi andil yang sangat besar dalam pembetukan

kepribadian dan mental anak. Justru di dalam masyarakat yang

telah dikondisikan dengan bentuk tindak kekerasan, maka besar

kemungkinan perilaku tindak kekerasan akan mudah

tersosialisasikan kepada anak. Bentuk-bentuk kekeraan di

masyarakat dapat dicontohkan, misalnya perilaku pertengkaran,

pengrusakan, minum-minuman keras, dan lain sebagainya.

Contoh-contoh tersebut sangat mudah diadopsi oleh anak yang

sedang belajar menerapkan dan mencari pola yang cocok untuk

dirinya.

4. Saluran-saluran informasi di media massa.

Semakin canggih dan mudahnya saluran informasi dapat

diperoleh dengan model penyajian yang menarik serta sistem

pengawasan/sensor yang tidak ketat, membuat bentuk-bentuk

kekerasan dapat dinikmati oleh anak-anak dengan bebas.

Tontonan-tontonan melalui VCD, internet, televisi, bioskop,

majalah/koran yang menyajikan gambar-gambar atau

visualisasi tindak kekerasan akan dapat dengan mudah

diadopsi oleh anak.

6

Page 7: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

2.3 Akibat kekerasan pada anak

Akibat fisik pada anak

1. Lecet, hematoma, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tuloang, perdarahan

retina akibat dari adanya subdural hematom , dan adanya kerusakan organ

dalam lainnya.

2. Cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf,

gangguan pendengaran, kerusakan mata, dan cacat lainnya.

3. Kematian

Beberapa peneliti mengatakan bahwa anak yang mengalami perlakuan salah

secara fisik, ada kecenderungan untuk terus mengalaminya berulang-ulang

kalau tidak dilakukan suatu interfensi.

Akibat pada tumbuh kembang anak

Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada

umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu :

1. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebyanya yang

tidak mendapat perlakuan salah. Menurut Oates tidak ada perbedaan yang

bermakna dalam tinggi badan dan berat badan dengan anak yang normal.

2. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu :

2.3.1 Kecerdasan

- Keterlambatan dalam perkembangan kognitif, bahasa, membaca,

dan motorik.

- Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala

juga karna malnutrisi.

- Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh lingkungan

anak, dimana tidak adanya stimulasi yang adekuat atau karna

gangguan emosi.

7

Page 8: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

2.3.2 Emosi

- Untuk mengetahui akibat emosional pada anak yang mendapat

perlakuan salah, perlu anamnesis yang lengkap dari keluarga,

termasuk informasi dari beberapa orang dewasa yang dirumah,

bagaimana hubungan masing-masaing dengan anak tersebut,

rencana perawatan anak, kejadian terakhir yang menimpa orang

tua yang memelihara anak tersebut, dan lain-lain.

- Terdapat gangguan emosi pada : perkembangan konsep diri yang

positif, dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan

sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.

- Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif

atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya

menjadi menarik diri atau menjauhi pergaulan. Anak suka

mengompol, hiper aktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal

sekolah, sulit tidur.

2.3.3 Konsep diri

Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak

dicintai, tidak dikehendaki, muram dan tidak bahagia, tidak mampu

menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.

2.3.4 Agresif

Anak yang mendapat perlakuan salah secra fisik lebih agresif terhadap

teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan

orang tua mereka atau mengalihkan perasaan agresif terhadap teman

sebayanya sebagai hasil kurangnya konsep diri.

2.3.5 Hubungan sosial

Pada anak-anak ini sering kurang bergaul dengan teman sebayanya

atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit temn dan suka

menggangu orang dewasa, misalnya : dengan melempari batu, atau

perbuatan-perbuatan criminal lainnya.

8

Page 9: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kekerasan terhadap anak adalah bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang berakibat

penderita terhadap anak-anak. Menurut WHO kekerasan adalah penggunaan kekuatan

perasaan dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau

sekelompok atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan

memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan

HAM. Kekerasan pada anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut.

9

Page 10: Kekerasan Pada Anak (Kelompok 5)

Bibliography

Gelles, R. (2004). Child Abuse and Neglect: Direct Practice. Washintong DC: National Association of

Social Workers Press.

Huraerah, A. (2006). Kekerasan terhadap Anak. Bandung: Nuansa.

M.W., M. (2008). The Psychology of Women (6th ed.). Belmon, CA: Thomson Wadsworth.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Suyitno, H. (2005). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: EGC.

10