membantu anak mencegah kekerasan seksual
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
membantu anak mencegahkekerasan seksual
membantu anak mencegahkekerasan seksual
Sadari bahwa pada saat ini,data dokumentasi kasus menunjukkanbahwa kekerasaan seksual bisa terjadi
di berbagai tempat dan kondisi.
Anak perlu dibekalidengan kemampuan menghadapi risiko kekerasan
seksual, tanpa menyampaikan pesan yang menakut-nakuti.
Komunikasi yang terbuka antara anak dengan orangtua, pendidikan seksualitas, dan hubungan
interpersonalyang dilakukan sejak dini sangat diperlukan.
Bantu anak memahamibahwa mereka boleh menolak kontak fisik,
seperti sentuhan, berpelukan, ciuman, dengan siapa pun, bahkan oleh orang yang mereka kenal dekat.
Jadilah contoh yang baik bahwa kita mendengarkandan menghargai kata "tidak" dari anak,
misalnya berhenti mencium saat anak menolakwalaupun kita gemas atau kangen.
Hindari menggunakan teknik disiplin yang tidak tepat,seperti mengancam anak: "Jangan nakal, nanti polisi
marah". Anak yang terbiasa dihukum dan ditakut-takuti
akan lebih rentan pada ancaman orang lain.
Ajarkan sejak dini tentang yang dinamakan area tubuh privat yang tidak boleh dilihat dan disentuh
oleh orang lain.
Sejak anak kecil, ajarkan untuk:Membedakan sentuhan yang tepat dan tidak tepat Jangan menyentuh dan jangan mau disentuh area
yang dilarangJangan menyentuh dan jangan mau disentuh dengan
keras, dst.
Bergantung usia dan tingkat kematangan anak,biasanya di atas 3 tahun,
bantu anak untuk bisa mandiri beraktivitas di toilet:pipis/pup/mandi sendiri tanpa bantuan orang lain.
Dorong kemandirian anak ini dengan pakaian dan alat bantu yang mudah dan tepat.
Jika anak masih perlu didampingi ke toilet,pastikan oleh orang tertentu saja
Dan pembatasan ini dipahami dengan baik oleh anak
maupun orang dewasa di sekitarnya.
Agar anak mandiri dalam beraktivitas di toiletdiperlukan tahapan toilet training dan proses
peralihandari didampingi hingga mandiri
yang dilakukan konsisten oleh orang-orang terdekat anak.
Tidak pernah terlalu dini mengajarkan ke anakbahwa mereka harus menjaga tubuh mereka
meski kita merasa anak belum mengerti.
Ajarkan anak tentang kebersihan diri,mengenali kondisi tubuh (rasa sakit, bengkak, dll)
serta cara mengecek dan mengkomunikasikannya.
Amati kegiatan harian anak,dan jeli saat melihat ada perubahan, misalnya: pola
tidur, frekuensi buang air, motivasi sekolah, dll.
Bangun rutinitas kegiatan bersama anakyang membantu kita mengidentifikasi masalah dengan cepat. Misalnya, olahraga pagi bersama anak, memijat
anak,berbagi tentang kegiatan saat makan malam bersama
atau membaca cerita sebelum tidur.
Ajarkan anak untuk membedakanrahasia baik dan rahasia buruk,
mana yang apabila kita tahu akan membuat kita senang,
dan mana yang akan membuat kita sedih atau khawatir.
Rahasia buruk harus diceritakandan bukan bagian dari privasi, serta bukan berarti
mengadu,karena berbagi mengenai ini membantu anak,
orangtua dan pihak lain.
Ajarkan anak tentang apa yang harus dilakukanbila berada dalam kondisi yang tidak nyaman dan
tidak aman. Misalnya, berteriak atau lari dan melapor kepada
orang dewasadi rumah DAN sekolah.
Praktekkan seberapa keras suara yang terdengar,sikap tubuh yang tepat, dst
Pastikan anak punya hubungan yang baik dan terbukadengan beberapa orang dewasa lain yang dapat kita percaya, misalnya kakek-nenek atau om dan tante.
Dalam situasi-situasi tertentu, seringkali anak lebih nyaman dan cepat bercerita
pada pihak selain orangtua, dan mereka bisa menjadi jangkar pengaman sosial orangtua.
Bahas ekspektasi dan pola pengasuhan kita dengan sekolah, tempat les, juga pengasuh di rumah.Pastikan kita memahami bahwa filosofi dan
prosedur masing-masing pihak sejalan dengan kita.