kejang kompleks

7
ANAMNESIS Pasien perempuan usia 1 tahun 5 bulan masuk dengan keluhan utama demam dari kemarin, dan demamnya naik turun. Naik saat sore. Pasien juga mengalami kejang setelah terjadi demam, dan kejang berlangsung lebih dari 15 menit, kejang terjadi bersifat umum, berulang sudah 4 kali. Tidak ada menggigil, setelah kejang pasien menangis. Belum mengkonsumsi obat. Pasein juga menderita batuk berlendir, lendir berwarna jernih, tidak ada pilek, dan mengeluh sesak, hingga susah tidur. Nafsu makan pasien juga menurun, 2 hari malas minum susu. BAB belum ada, BAK lancar. - Riwayat penyakit sebelumnya : 1 tahun lalu pernah kejang demam. - Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang mengalami sakit serupa, riwayat orang tua hipertensi tidak ada, diabetes melitus juga tidak ada. - Riwayat kehamilan dan kelahiran : Lahir secara SC, nayi cukup bulan - Riwayat imunisasi : Imunisasi dasar lengkap. PEMERIKSAAN FISIK 1

Upload: saya-diloo

Post on 08-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Laporan Kasus kejang demam kompleks

TRANSCRIPT

ANAMNESISPasien perempuan usia 1 tahun 5 bulan masuk dengan keluhan utama demam dari kemarin, dan demamnya naik turun. Naik saat sore. Pasien juga mengalami kejang setelah terjadi demam, dan kejang berlangsung lebih dari 15 menit, kejang terjadi bersifat umum, berulang sudah 4 kali. Tidak ada menggigil, setelah kejang pasien menangis. Belum mengkonsumsi obat. Pasein juga menderita batuk berlendir, lendir berwarna jernih, tidak ada pilek, dan mengeluh sesak, hingga susah tidur. Nafsu makan pasien juga menurun, 2 hari malas minum susu. BAB belum ada, BAK lancar. Riwayat penyakit sebelumnya: 1 tahun lalu pernah kejang demam. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada keluarga yang mengalami sakit serupa, riwayat orang tua hipertensi tidak ada, diabetes melitus juga tidak ada. Riwayat kehamilan dan kelahiran: Lahir secara SC, nayi cukup bulan Riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap.PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis, berat badan 10 kg, tinggi badan 78 cm, dengan status gizi baik (z-score 0 s/d 1). Pemeriksaan tanda vital denyut nadi 122 x/menit, suhu 38,50C, respirasi 42 x/menit. Kepala: bentuk : normocephal, mata : anemia-/- ikterik-/-. Hidung: pernafasan cuping hidung (+). Leher: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, faring tidak hiperremis. Toraks: Inspeksi ditemukan bentuk normochest, ekspansi paru simetris bilateral, Palpasi menunjukan vokal fremitus kanan=kiri, Perkusi menunjukan bunyi sonor diseluruh lapangan paru. Auskiltasi tersengar suara nafas bronkovesikuler +/+, ditemukan wheezing +/+, dan ronki tidak ditemui. Abdomen: Inspeksi terlihat datar, bekas luka tidak ada, pada auskultasi terdengar suara peristaltik usus (+) kesan normal, Perkusi bunyi timpani, palpasi tidak menunjukan adanya nyeri tekan.PEMERIKSAAN PENUNJANG :Darah Lengkap : WBC12.75 x 103 /mm3 RBC4.01 x 106 /mm3 HGB10.5 g/dl HCT31.6 % PLT259 x 103 mm3RESUMEPasien Masuk dengan keluhan demam, yang dirasakan dari kemarin, panas naik turun, diikuti dengan kejang yang terjadi bersifat umum, durasi kejang >15 menit, berulang sudah 4x. Disertai batuk berlendir dan sesak juga dirasakan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suara nafas wheezing, frekuensi nafas 42 x/menit, disertai penrfasan cuping hidung.DIAGNOSISKejang demam kompleks + Asma Bronkial.TERAPIIVFD Ringer Laktat 20 tpmInj. Ceftriaxone 2x300 mgParasetamol sirup 4x1 cthStesolid supp. 5 mgStesolid sirup 3x1/2 cthDISKUSIPasien pada kasus ini mengalami kejang yang terlebih dahulu diprovokasi oleh adanya demam. Akan tetapi, kriteria kejang diprovokasi demam menurut Livingston saat ini telah banyak ditinggalkan sehingga jenis kejang demam ini masuk dalam kriteria kejang demam kompleks. Pasien pada kasus ini menerima terapi profilaksis karena telah terjadi kejang multipel dalam satu episode demam, yaitu 4-6 kali kejang dalam setiap episode demam. Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut mengalami kejang demam. Kejang demam pada pasien ini merupakan kejang demam kompleks. Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut(5) :1. Kejang lama > 15 menit. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.2. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jamUntuk dapat menentukan jenis kejang demam yang diderita oleh pasien, sebaiknya dilakukan pemeriksaan EEG (elektroansefalografi) untuk melihat adanya abnormalitas. Apabila terdapat adanya abnormalitas pada gambaran EEG, maka sangat mungkin pasien mengalami kejang demam kompleks. Untuk pengobatan pada pasien kejang demam, ada 3 hal yang perlu dikerjakan: 1. pengobatan fase akut2. mencari dan mengobati penyebab3. pengobatan profilaksis Pada kasus ini, pengobatan yang dilakukan yaitu menyembuhkan demam yang memprovokasi adanya bangkitan. Pengobatan pasien pada fase akut diazepam. Diazepam merupakan pilihan utama dengan pemberian secara intravena atau intrarektal. Dosisi dizapem intravena 0,3-0,5 mg/kgBB atau diazepam rektal 0,5 -0,75 mg/kgBB.Mencari penyebab dari kejang dapat dilakukan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis. Serta pengobatan profilaksis secara intermitten dengan memakai diazepam 5 mg tiap 8 jam. dan terus-menerus dengan anti konvulsan tiap hari dengan pemberian fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari atau asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari. Edukasi yang diberikan kepada keluarga mengenai penyakit ini adalah bahwa kejang dapat timbul kembali jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien harus sedia obat penurun panas, termometer, dan kompres hangat jika pasien panas, sangat perlu dijelaskan alasan pemberian obat rumatan adalah untuk menurunkan resiko berulangnya kejang. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1 sampai 2 bulan.Prognosis dari kejang demam tergantung dari penanganan kejang yang tepat dan cepat. Hal-hal yang perlu dievaluasi pada kejang demam adalah perkembangan mental dan neurologi, dan resiko terjadinya epilepsi. Adapun prognosis pada kasus ini dubia sebab kemungkinan untuk terjadinya kejang demam berulang dapat terjadi, akan tetapi pada pasien pengobatan telah diberikan dengan segera pada saat anak mengalami kejang.

DAFTAR PUSTAKA1. Kliegman, R.M., Behrman, R.E., Jenson, H.B., Stanton, B.F. (2007). Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics 18th Ed. USA: Elsiever.2. Goetz, C.G. (2007). Goetz: Textbook of Clinical Neurology 3rd Ed. USA: Elsiever.3. Ropper, A.H. & Brown, R.H. (2005). Adams and Victors Principles of Neurology 8th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies.Bhakthavalsala4. Soetomenggolo, T.S. (1999). Buku Ajar Neurlogi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

5. UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2006.

1