case kejang demam kompleks

34
BAB I PENDAHULUAN Kejang merupakan kelainan neurologi yang sering ditemukan pada anak, sekitar 4-10% anak menderita setidaknya satu kali bangkitan kejang pada 16 tahun pertama kehidupan. Insiden tertinggi pada anak kurang dari 3 tahun, dan frekuensi menurun pada anak yang lebih tua. Penelitian epidemiologi menunjukkan diperkirakan 150.000 anak akan mengalami kejang pertama yang tidak terprovokasi setiap tahun, dan 30.000 anak tersebut akan berkembang menjadi epilepsy. Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat di sebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan. Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009). Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intracranial ataupun kelainan lain di otak. Demam adalah kenaikan suhu

Upload: bluewitz

Post on 10-Nov-2015

64 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Kasus

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Kejang merupakan kelainan neurologi yang sering ditemukan pada anak, sekitar 4-10% anak menderita setidaknya satu kali bangkitan kejang pada 16 tahun pertama kehidupan. Insiden tertinggi pada anak kurang dari 3 tahun, dan frekuensi menurun pada anak yang lebih tua. Penelitian epidemiologi menunjukkan diperkirakan 150.000 anak akan mengalami kejang pertama yang tidak terprovokasi setiap tahun, dan 30.000 anak tersebut akan berkembang menjadi epilepsy.Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat di sebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan. Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009).

Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intracranial ataupun kelainan lain di otak. Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas 38C rectal atau 37,8C aksila. Pendapat ahli terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Berkisar 2-5% anak di bawah umur 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak usia antara 6 bulan sampai dengan 22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi pada usia 18 bulan.

Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2,2 % - 5%. Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat di banding di Eropa dan Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3 %-9,9%, bahkan di Guam insiden kejang demam mencapai 14 %. Kejadian kejang demam di Indonesia dilaporkan mencapai 2 - 4 % di tahun 2005 - 2006. Provinsi jawa tengah 2-3% dan tahun 2005 - 2006 rumah sakit Roesmani Semarang untuk kasus mencapai 2% pada tahun 2004 - 2006 lebih sering pada anak laki-laki.

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam. Pertama sewaktu demam berlansung singkat dengan bangkitan kejang dapat berbentuk tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang demam berhenti sendiri, begitu kejang demam berhenti anak akan terbangun dan sadar tanpa adanya kelainan saraf. Kejang dikelompokan menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang kompleks. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak factor yang berperan dalam etiologi kejang demam yaitu : demam, usia, riwayat keluarga, trauma persalinan, dan BBLR.

Ketika seorang anak datang dengan keluhan kejang, harus diusahakan mencari penyebabnya. Gambaran yang detail dari seorang saksi mata merupakan faktor yang paling penting untuk mendiagnosis secara tepat. Bila riwayat penyakit tampaknya tidak sesuai dengan kejang, diagnosis alternatif harus dipikirkan.

Angka kematian kejang demam hanya 0,64 % - 0,75 %, sebagian penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsy sebanyak 2-7 %. Sebagian terbesar serangan kejang demam berlansung singkat yaitu kurang dari 15 menit, serta bersifat sementris, bilateral atau umum. Prichard dan MC gral mengemukakan bahwa bila pireksia (suhu badan tinggi) merupakan penyebab utama dari kejang demam, dan bentuk kejang simetris. Namun, didapatkan bahwa kenyataan lain bahwa otak tidak selalu bereaksi secara simetris terhadap stimulus atau rangsangan yang umum, tetapi kasus yang demikian jarang. Walaupun prognosis kejang demam baik, bangkitan kejang demam cukup menghawatirkan bagi orang tuanya dan sebagian besar orang tua belum mengetahui tentang penyakit kejang demam. Sebagian besar menganggap anaknya sakit berat dan akan berakhir dengan kematian, atas dasar pertimbangan bahwa demam memungkinkan bangkitan kejang demam, kejang demam menurunkan tingkat kecerdasan dan cacat saraf, kekhawatiran dan kebingungan orang tua terhadap anaknya mengalami bangkitan kejang. Untuk kepentingan tersebut pengetahuan tentang cara memperidiksi terhadap bangkitan kejang demam dan factor risiko yang menyebakan kejang demam.BAB II

LAPORAN KASUS

A IDENTITAS PASIEN

Nama

: An. A

Umur

: 7 bulan

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Tambun Selatan, Kab. Bekasi

Agama

: Islam

Masuk RS

: 23 April 2015 No. RM

: 03 50 00 41

IDENTITAS ORANG TUA

AyahIbu

Nama Tn. SNy. A

Umur38 tahun 30 tahun

Jenis Kelamin Laki-lakiPerempuan

Alamat Tambun SelatanTambun Selatan

AgamaIslamIslam

Pekerjaan Karyawan SwastaIbu Rumah Tangga

B ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara allo-anamnesis kepada Ibu pasien, pada tanggal 24 April 2015 di ruang PICU RSUD Kota Bekasi pukul 11.00 WIB. 1. Keluhan Utama

Kejang sebanyak 3 kali (tanggal 23 April 2015)2. Keluhan Tambahan

Penurunan kesadaran

Badan panas 5 hari SMRS

Perut kembung sejak pagi SMRS3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa oleh kedua orang tua pasien ke IGD RSU Kota Bekasi karena kejang sebanyak 3 kali hari itu, setiap kejang berlangsung 5 menit. Ini merupakan kejang yang pertama. Sesaat sebelum kejang, ibu pasien menyatakan perut pasien kembung. Saat kejang tangan dan kaki pasien kaku, mata tidak mendelik ke atas, dan tubuh tidak bergetar. Setelah kejang pasien mengantuk, tapi masih bangun. Saat tiba di RSU Kota Bekasi pasien sudah tidak sadar.

Menurut ibu pasien, sejak 5 hari sebelum kejang pasien demam naik turun. Ibu pasien mengatakan demam pertama kali diawali dari adanya bekas gigitan di bibir kiri bawah, kemudian seluruh tubuh pasien merah-merah. Setelah itu, pasien dibawa ke bidan dan diberikan obat penurun panas. Setelah minum obat tersebut, demam pasien turun dan merah-merah di tubuh menghilang. Tapi besoknya pasien demam lagi dan demam kali ini dirasakan tinggi. Pasien kembali dibawa ke bidan namun demam tidak turun, lalu keluarga membawa pasien ke dokter umum dan diberikan obat namun demam tetap tidak turun. Pada hari kelima panas, pasien kejang pertama kali di rumah kemudian setelah 5 menit berhenti. Pasien lalu dibawa ke RS Sentosa dan disana kejang untuk kedua kalinya, lalu diberi obat dari anus. Karena di RS tersebut ruang rawat penuh, pasien dibawa ke RS Bakti Kartini, tapi ruangan penuh. Lalu dibawa ke RSU Kota Bekasi dan mengalami kejang ketiga di IGD.

Ibu pasien menyangkal adanya muntah, diare, ataupun penyakit lain pada pasien. Nafsu makan pasien sejak demam menurun, pasien masih mau minum ASI, BAK dan BAB tidak ada masalah yang bermakna. 4. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya pasien belum pernah mengalami kejang. Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi dan sakit yang lama. 5. Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien dan tidak ada yang memiliki alergi. 6. Riwayat Penyakit Sosial

Di wilayah tempat tinggal pasien tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. 7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ibu pasien mengandung cukup bulan dan selama kehamilan tidak pernah ada gangguan yang bermakna. Pasien dilahirkan dengan bantuan bidan dan saat lahir BBL : 2.900 gram dengan PB : 47 cm. Pasien lahir dengan menangis spontan, tidak nampak biru atau pun kulit berwarna kuning.

8. Riwayat Pertumbuhan

Menurut ibu pasien tidak pernah ada gangguan pada pertumbuhan pasien. Berat badan pasien setiap kali ditimbang selalu bertambah, begitupun dengan panjang badan pasien.9. Riwayat Perkembangan

Menurut ibu pasien perkembangan antara pasien dengan kakak pasien jauh lebih terlambat. Saat ini pasien baru bisa tengkurap dan duduk jika dipegang. 10. Riwayat Imunisasi

BCG

: (+)

DPT

: (+)

Polio

: (+)

Campak: (-)

Hep. B

: (+)11. Riwayat Makan

Pasien telah diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan tetap dilanjutkan sampai saat ini. Selain itu, pasien juga diberikan susu formula Bebelove. Pasien baru mulai makan cerelac.

C PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALISATA

Keadaan Umum

: Tampak Sakit Berat

Kesadaran

: Sopor

AVPU

: Pain

PAT

:

P: look (-) cry (-) interactive (-) consolability (-) tone (+)

A: nafas spontan, NCH (-), retraksi (-)

T: sianosis (-) pucat (-) CRT 15 menit

Kejang fokal atau parsial, atau kejang umum didahului kejang parsial

Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam5,9Dari semua yang ditemukan pada pasien diagnosis yang lebih menjurus adalah kejang demam kompleks (KDK). Hal ini dikarenakan pada pasien ditemukan adanya 2 kriteria yang memenuhi diagnosis gejala KDK, yaitu kejang parsial atau fokal yang pada pasien ditemukan sebagai kekakuan pada kaki dan tangan, serta kejang berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Setelah diketahui diagnosis yang jelas, maka dilakukan penanganan pada pasien yang sesuai dengan literature yang ada yakni dengan :

Rawat PICU O2 2 L/m N5 360 cc/24 jam Cefotaxime injeksi 2x300 mg IV Amikasin injeksi 2x50 mg IV Dexamethasone injeksi 3x2 mg IV Sanmol injeksi 70 mg IV kalo perlu Sibital 120 mg IV ( 12 jam kemudian 2x15 mg IV Periksa : AGD Darah lengkap Elektrolit GDS Prognosis pasien cukup baik. Dengan penangangan yang baik maka keselamatan hidup pasien dapat terjamin. Selama kejang tidak terjadi terus menerus dan berulang, maka kemungkinan fungsi otak pasien masih dapat kembali seperti semula. Dan untuk kekambuhan dari penyakit ini cukup buruk, dikarenakan kondisi demamlah yang menyebabkan pasien kejang. Hal ini perlu diteruskan kepada orang tua agar lebih berhati-hati dengan kondisi demam anak sehingga lain waktu jika demam terjadi akan lebih cepat dilakukan penanganan. DAFTAR PUSTAKA1. Starfstromand CE. The Incidence and Prevalence of Febrile Seizures. In : Baram TZ, Shinnar S, ed. San Diego : Academic Press ; 2007. p.1-252. Knudesen FU. Practical Management Approaches to simple and Complex Febrile Seizures, ed. In : Baram TZ, Shinnar S, ed. San Diego : Academic Press ; 2002. p.273-384

3. Gorelick MH. Neurological Emergencies. In : Fleisher GR, Ludwig S, Silverman BK, ed. Synopsis of Pediatric Emergency Medicine. Edisi Revisi. Philadelphia : Lippincott William and Wilkins ; 2002.p.287-98

4. Shinnar S. Febrile Seizures. In : Swaiman KF. Ashwal S, ed. Pediatric Neurology : Principles and Practice. Ed 3. St.Louis : Mosby ; 2000.p.676-91

5. Camfield P, Camfield C. Seizures Disorders. In : Feldman W,ed. Evidance based pediatrics. Hamilton : BC Decker Inc ; 2000.p.229-42

6. Duffner PK, Baumann RJ. A Synopsis of the American Academy of Pediatrics practice parameters on the evaluation and treatment of the children with febrile seizures. Pediatr Rev ;2000.p.285-97. Commision on Epidemiology and Prognosis. International Leage Against Epilepsy. Guidelines for epidemiologic studies in epilepsy. Epilepsia;.p.359-7