kejadian laminitis dan hubungannya dengan … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit....

29
KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANESTRUS PADA SAPI PERAH: Studi Kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat WURI WULANDARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: hathuy

Post on 03-Mar-2019

262 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN

ANESTRUS PADA SAPI PERAH: Studi Kasus

di KPBS Pangalengan, Jawa Barat

WURI WULANDARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,
Page 3: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kejadian Laminitis dan

Hubungannya dengan Anestrus pada Sapi Perah: Studi Kasus di KPBS

Pangalengan, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Wuri Wulandari

NIM B04110037

Page 4: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

ABSTRAK

WURI WULANDARI. Kejadian Laminitis dan Hubungannya dengan Anestrus

pada Sapi Perah: Studi Kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat. Dibimbing oleh

KURNIA ACHJADI.

Laminitis merupakan peradangan pada lamina dinding kuku sapi perah yang

disebabkan oleh banyak faktor dan dapat terjadi secara akut, subakut, maupun

kronis. Penyebab laminitis berkaitan erat dengan keadaan asidosis pada rumen

akibat meningkatnya konsumsi pakan tinggi karbohidrat. Laminitis pada sapi

perah telah dilaporkan menimbulkan rasa sakit pada lamina kuku, kepincangan,

perubahan struktur kuku, penurunan produksi susu, dan gangguan reproduksi.

Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan laminitis terhadap kejadian

anestrus pada sapi perah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat. Berdasarkan data

jumlah kasus laminitis yang diambil tahun 2011 hingga 2013, dilaporkan

persentase kasus laminitis yang diikuti dengan kejadian anestrus pada tahun 2011

yaitu sebanyak 40,93% (88/215), tahun 2012 sebanyak 29,76% (50/168),

sedangkan tahun 2013 sebanyak 29,17% (77/264). Selanjutnya, digunakan

perhitungan statistik menggunakan metode Correlation untuk menghitung tingkat

korelasi antara laminitis dan anestrus. Hasil perhitungan didapatkan angka

korelasi sebesar 0,473** (α = 0,05) yang menandakan adanya hubungan yang

signifikan antara kejadian laminitis dan anestrus pada sapi perah.

Kata kunci: laminitis, asidosis, anestrus, sapi perah

ABSTRACT

WURI WULANDARI. Laminitis and Its Correlation with Anestrus in Dairy

Cows: A Case Study in KPBS Pangalengan, West Java. Supervised by KURNIA

ACHJADI.

Laminitis is the inflammation of laminar wall of the hoof which caused by

various factors and may happen in acute, sub acute and chronic form. The cause

of laminitis is associated with ruminal acidosis as a result of increased

carbohydrate intake. Laminitis on dairy cows has been reported to cause hoof

pain, lameness, deformation of hoof structure, decreased milk production, and

reproductive disorders. This research aims to analyze the correlation between

laminitis and anestrus occurrence in dairy cows in KPBS Pangalengan, West

Java. Based on the data, the percentage of laminitis case followed by anestrus

occurrence is 40,93% (88/215) in 2011, 29,76% (50/168) in 2012, and 29,17%

(77/264) in 2013. A statistical analysis using correlation method was conducted to

determine the correlation between laminitis and anestrus. Results showed that the

correlation level is 0.473** (α = 0.05). Thus, it is concluded that there is a

significant correlation between laminitis and anestrus on dairy cows.

Keywords: laminitis, ruminal acidosis, anestrus, dairy cows

Page 5: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN

ANESTRUS PADA SAPI PERAH: Studi Kasus

di KPBS Pangalengan, Jawa Barat

WURI WULANDARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 6: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,
Page 7: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,
Page 8: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 hingga Februari 2015 ini

ialah Kejadian Laminitis dan Hubungannya dengan Anestrus pada Sapi Perah:

Studi Kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drh R Kurnia Achjadi, MS

selaku pembimbing utama dan Ibu Dr Drh Chairun Nisa, MSi selaku pembimbing

akademik yang telah banyak memberi saran. Penghargaan penulis sampaikan

kepada Drh H Asep Rahmat K sebagai manajer kesehatan hewan dan seluruh staf

Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) yang telah membantu selama

penelitian dan pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

Papa dan Mama tersayang (Indrajati, SPd dan Herniwati), serta kakak dan adik

saya (Ratih Anggia Puspa, Rangga Wisanggara, dan Wigiya Untari), seluruh

keluarga, Bayu Firmala Kusuma, Partner saya Fitri Jati Nuralam, sahabat, serta

teman-teman perwira 52 dan Ganglion 48 atas segala bentuk dukungan baik doa,

saran, semangat, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Wuri Wulandari

Page 9: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Laminitis pada Sapi Perah 2

Patogenesa Laminitis 3

Dampak Laminitis pada Sapi Perah 3

Anestrus pada Sapi Perah 4

METODOLOGI 4

Tempat dan Waktu 4

Metode Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Profil dan Keadaan Umum KPBS Pangalengan 5

Populasi Sapi Perah di KPBS Pangalengan 5

Kasus Laminitis pada Sapi Perah di KPBS Pangalengan 6

Hubungan Kasus Laminitis dengan Anestrus pada Sapi Perah di KPBS

Pangalengan 8

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 11

Kuisoner Peternak 11

Kuisoner Petugas Kesehatan 14

Hasil Rekapitulasi Kuisoner Peternak 15

Hasil Rekapitulasi Kuisoner Peternak 17

RIWAYAT HIDUP 19

Page 10: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

DAFTAR TABEL

1 Populasi sapi perah di KPBS Pangalengan tahun 2011­2014 6 2 Jumlah kasus laminitis di KPBS Pangalengan tahun 2011­2013 6

3 Jumlah kejadian laminitis yang disertai anestrus pada sapi post partus

di KPBS Pangalengan 2011­2013 8

4 Hasil pengolahan data statistik hubungan kejadian laminitis dengan

anestrus post partus menggunakan metode Correlation 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisoner Peternak 11

2 Kuisoner Petugas Kesehatan 14

3 Hasil Rekapitulasi Kuisoner Peternak 15

4 Hasil Rekapitulasi Kuisoner Petugas Kesehatan 17

Page 11: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang berpotensi untuk

pengembangan usaha di bidang peternakan, salah satunya peternakan sapi perah.

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia mengalami kemajuan dari tahun ke

tahun. Hal tersebut ditandai oleh kenaikan produksi susu sapi nasional. Produksi

susu nasional pada tahun 2011 sebanyak 974,70 ribu ton. Produksi susu sapi

tersebut mengalami kenaikan sekitar 7,16% dibandingkan produksi susu tahun

2010 sebesar 909,53 ribu ton (Ditjennak 2012). Peningkatan produksi susu sapi

tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan susu dalam negeri. Produksi susu

sapi dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 21% kebutuhan susu sapi

nasional, sedangkan 79% sisanya masih harus diimpor (Primandari 2013).

Pemenuhan kebutuhan susu sapi nasional tersebut harus diimbangi oleh

peningkatan populasi dan produktivitas sapi perah dalam negeri.

Upaya peningkatan populasi dan produktivitas sapi perah di Indonesia

dalam praktiknya banyak mengalami kendala, antara lain ketersediaan lahan untuk

kandang, kondisi peternakan sapi perah, ketersediaan dan kualitas pakan, serta

manajemen peternakan dan kesehatan reproduksi sapi perah yang belum

maksimal (Firman 2007). Gangguan reproduksi masih menjadi masalah utama

bagi peternakan sapi perah di Indonesia ditandai dengan masih rendahnya angka

kelahiran (calving rate) (Hardjopranjoto 1995). Panjang jarak antar kelahiran

(calving interval) dapat dipengaruhi oleh gangguan reproduksi pada sapi perah

akibat adanya kelainan anatomi saluran reproduksi, gangguan hormonal dan

abnormalias ovarium, serta akibat infeksi penyakit seperti endometritis, bruselosis

dan leptospirosis (Nurhayati et al. 2007).

Kondisi kesehatan sapi perah mempunyai dampak terhadap optimalnya

keberlangsungan reproduksi pada sapi perah. Kesehatan sapi perah salah satunya

sangat dipengaruhi oleh kebersihan kandang. Kebersihan kandang yang selalu

terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan

pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis, dan laminitis.

Penyakit pada sapi perah dengan kausa yang kompleks salah satunya adalah

laminitis. Laminitis merupakan peradangan pada lamina dinding kuku yang

disebabkan oleh multi faktor, antara lain: trauma pada kuku, teknik pemotongan

kuku yang salah, gangguan nutrisi, gangguan vaskularisasi darah ke daerah kaki,

gangguan hormonal, distensi pakan tinggi karbohidrat, infeksi sistemik atau

kondisi yang menyebabkan endotoksin misalnya mastitis, metritis, endometritis

yang terjadi pasca melahirkan, foot and rot disease (Bergsten 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kejadian laminitis terhadap

anestrus pada sapi perah di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)

Pangalengan yang merupakan salah satu sentral peternakan sapi perah di

Indonesia. Analisis mengenai ada atau tidaknya pengaruh kejadian laminitis

terhadap anestrus sangat diperlukan. Hal tersebut mengingat anestrus merupakan

salah satu gangguan reproduksi yang mengakibatkan rendahnya efisiensi

reproduksi atau kesuburan sapi perah yang tentu saja dapat merugikan peternak

(Achjadi 2013).

Page 12: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kejadian laminitis

terhadap anestrus pada sapi perah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang ada atau

tidaknya hubungan kejadian laminitis terhadap anestrus pada sapi perah di KPBS

Pangalengan, Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Laminitis pada Sapi Perah

Laminitis merupakan peradangan pada lamina dinding kuku yang

menyebabkan ketidaknyamanan pada sapi perah (Kloosterman 2007). Laminitis

umumnya terjadi pada sapi perah saat masa laktasi dan sangat dipengaruhi oleh

faktor - faktor manajemen seperti trauma pada kuku akibat lantai kandang yang

keras dan kotor, perubahan pakan mendadak, ketidakseimbangan antara

konsentrat dan serat yang disertai penyakit lain sebagai faktor predisposisi.

Laminitis merupakan gambaran kejadian penyakit yang telah berjalan sistemik

yang memiliki satu atau lebih lesio pada kuku, diantaranya: perdarahan dan

nekrosa pada bagian white line kuku (Kloosterman 2007). Penyebab peradangan

yaitu akibat gangguan vaskularisasi darah ke daerah kaki, menyebabkan hipoksia

dan kekurangan nutrisi pada lamina dinding kuku. Penyebab laminitis lainnya

diduga akibat tingginya konsentrasi karbohidrat di dalam rumen menyebabkan

keadaan asidosis (Kloosterman 2007).

Laminitis dapat berjalan secara akut, subakut, dan kronis (Greenough 2012).

Laminitis akut adalah laminitis yang terjadi dalam jangka waktu sangat pendek.

Gejala laminitis akut yaitu sapi mengalami stres, tidak makan (anoreksia), dan

berdiri dengan tidak seimbang, dan apabila dipaksa untuk berjalan, sapi akan

berjalan dengan pincang dimana kaki yang sakit akan dipijakkan secepat

mungkin. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan laminitis akut antara lain:

metritis, mastitis yang disebabkan oleh E. coli, dan Bovine Viral Diarhea (BVD)

(Kloosterman 2007). Laminitis subakut adalah bentuk paling umum terjadi pada

sapi perah terutama pada saat melahirkan. Dimulai sekitar 7-10 hari sebelum

melahirkan dan berlangsung 7-10 hari setelah melahirkan. Gejala kepincangan

sering muncul 2-4 minggu setelah melahirkan. Kepincangan sering tidak terlihat

meskipun sapi berjalan kaku dan kaki terlihat lemah (Kloosterman 2007).

Laminitis kronis adalah lanjutan dari laminitis akut dan atau subakut dan sering

terlihat setelah beberapa bulan. Kuku mengalami kerusakan pada lamina dan

terjadi perubahan bentuk pada dinding dorsal kuku yang terlihat melengkung

(Kloosterman 2007).

Penerapan manajemen kandang merupakan faktor risiko laminitis. Terdapat

dua langkah pencegahan terpenting untuk mengurangi kejadian laminitis yang

Page 13: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

3

berhubungan dengan luka terkait dengan pakan dan kandang. Hal yang harus

diperhatikan saat pemberian pakan ternak antara lain pengaturan komposisi pakan

dan memperhatikan keseimbangan pakan yang baik dengan kandungan serat

fungsional yang cukup (keseimbangan antara rumput dan konsentrat) untuk

meningkatkan ruminasi. Tindakan untuk mencegah laminitis, kandang ternak

harus dibuat nyaman dengan menghindari penggunaan kandang yang beralaskan

beton karena dapat berpengaruh negatif pada kesehatan kuku sapi. Sebaiknya

kandang sapi dibuat beralaskan karet untuk mengurangi perlukaan kuku dan luas

kandang yang cukup untuk ternak dapat exercise (Kloosterman 2007).

Patogenesa Laminitis

Laminitis pada sapi disebabkan oleh lesio yang sangat beragam. Kejadian

dan keparahannya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor mekanik

seperti abnormalitas bentuk kuku, permukaan kuku yang keras sedangkan pada

bagian tanduk kuku lunak, dan kelainan bentuk pada kaki. Faktor mekanik

tersebut berkaitan dengan gangguan mikrovaskularisasi pada daerah kuku akibat

rusaknya bagian lamina kuku yang melipat ke dalam menyebabkan tekanan pada

korium (Ossent et al. 1997). Faktor sistemik penyebab laminitis berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara konsentrat dan serat akan menyebabkan tubuh

mengalami asidosis rumen, ketosis, dan endotoksemia (Ossent et al. 1997).

Kesalahan manajemen pakan telah diidentifikasi sebagai penyebab utama

laminitis, terutama peningkatan konsumsi pakan tinggi karbohidrat yang

mengakibatkan keadaan asidosis, kemudian berakibat pada penurunan pH

sistemik. Penurunan pH sistemik mengaktifkan mekanisme vasoaktif yang

meningkatkan pulsus dan aliran darah keseluruh tubuh. Kondisi asidosis akan

memicu pengeluaran histamin sebagai reaksi asing adanya perubahan,

ketidakseimbangan dan penyakit. Kondisi ini memicu pembuluh darah untuk

mengalami vasokontriksi. Vasokonstriksi pembuluh darah akan berdampak pada

daerah kaki dan kuku karena kaki dan kuku merupakan penyangga berat tubuh

sapi sehingga mengakibatkan tekanan pada daerah tersebut (Bergsten 2009).

Semakin lama darah yang beredar di kuku berkurang atau bahkan berhenti,

mengakibatkan pembuluh darah akan mengalami nekrosa yang berdampak pada

perubahan fisik jaringan disekitarnya. Sebagai akibat dari kerusakan pada

mikrovaskular dan rendahnya suplai nutrisi serta oksigen pada sel - sel epidermis

mengakibatkan stratum germinativum di epidermis rusak. Peristiwa ini akhirnya

menyebabkan nekrosa bagian lamina dan korium kuku. Akhirnya terjadilah

laminitis yang ditandai dengan kepincangan parah yang disertai pertumbuhan

kuku yang tidak normal (Bergsten 2009).

Dampak Laminitis pada Sapi Perah

Kejadian laminitis pada sapi perah menimbulkan masalah pada alat

lokomosi diantaranya adalah kepincangan, rasa sakit pada bagian lamina kuku,

kerusakan dan perubahan pada struktur kuku, dan keengganan untuk berjalan

(Menzies et al. 2010). Dampak lain dari laminitis yaitu penurunan nafsu makan

dan produksi susu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Warnick et al.

Page 14: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

4

(2001), pada sapi perah yang dikatagorikan mengalami kepincangan (laminitis,

sole ulcer, abscess, foot rot disease, dan lainnya) terjadi penurunan produksi susu

sebesar 1,5 Kg/hari. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa adanya keterkaitan

antara kepincangan dengan penundaan siklus estrus pada sapi Friesian Holstein

(FH), sapi yang diklasifikasikan mengalami kepincangan memiliki peluang 3,5

kali lebih besar mengalami penundaan siklus estrus post partus dibandingkan

dengan sapi normal (Garbarino et al. 2004).

Anestrus pada Sapi Perah

Kasus gangguan reproduksi pada sapi perah hingga saat ini masih menjadi

kendala utama bagi usaha sapi perah rakyat yang mengakibatkan rendahnya

produktivitas ternak. Gangguan reproduksi berakibat pada kemajiran ternak

betina, yang ditandai dengan rendahnya angka kelahiran (calving rate) (Nurhayati

et al. 2007). Padahal perkembangbiakan ternak sangat dipengaruhi oleh angka

kelahiran yang akan berdampak terhadap pertambahan populasi.

Salah satu kendala kasus gangguan reproduksi yang mengakibatkan

rendahnya efisiensi reproduksi atau kesuburan adalah anestrus. Anestrus adalah

suatu kondisi pada hewan betina yang tidak menunjukkan gejala estrus secara

klinis dalam jangka waktu yang lama. Hewan betina yang menderita anestrus akan

ditandai dengan tidak adanya manifestasi gejala berahi (Hardjopranjoto 1995).

Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anestrus, diantaranya: umur

hewan, sapi dalam periode kebuntingan dan laktasi, kekurangan pakan, musim,

lingkungan yang kurang mendukung, adanya kondisi patologis pada ovarium dan

uterus serta penyakit kronis (Achjadi 2013).

Menurut Achjadi (2013), bentuk anestrus pada dasarnya dapat

dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu kegagalan berahi dengan

corpus luteum persisten (CLP) dan kegagalan berahi karena insufisiensi

gonadotropin. Kegagalan berahi dengan adanya CLP setelah palpasi perektal

disebabkan oleh faktor uterus dimana ditemukan faktor penyebab anestrus karena

kebuntingan, peradangan, pyometra dan mumifikasi. Anetrus kelompok kedua

karena kagagalan berahi adalah insufisiensi gonadodotropin dan dapat dibagi

menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor abnormalitas ovarium.

Faktor lingkungan yang menyebabkan anestrus adalah musim, pakan, nutrisi dan

laktasi, sedangkan faktor abnormalitas ovarium yang menyebabkan anestrus

adalah hipofungsi ovari, hipoplasi ovari, sistik ovari dan freemartinism (Achjadi

2013).

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)

Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Januari 2014 hingga Februari 2015.

Page 15: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

5

Metode Penelitian

Laminitis merupakan peradangan pada lamina kuku sapi perah yang

menjadi salah satu penyakit dengan kejadian cukup tinggi di KPBS Pangalengan.

Anestrus post partus merupakan tidak munculnya gejala estrus setelah 50-60 hari

post partus. Analisa mengenai hubungan kejadian laminitis dan anestrus post

partus perlu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

keduanya.

Data penelitian diperoleh dari dokumen KPBS Pangalengan berupa jumlah

populasi sapi, rekap data kejadian laminitis, data waktu sapi partus dan inseminasi

buatan (IB), serta status kesehatan sapi pada tahun 2011-2013. Kuisoner sebagai

sumber data sekunder diberikan kepada peternak dan petugas kesehatan untuk

memperoleh informasi mengenai sejauh mana pengetahuan peternak dan petugas

kesehatan tentang laminitis dan karakteristik peternak dan petugas kesehatan.

Data yang didapatkan akan dianalisa secara deskriptif dan statistik. Analisa

deskriptif digunakan untuk melihat kejadian laminitis dan anestrus pada sapi

perah di wilayah kerja KPBS Pangalengan.

Data kejadian laminitis dan anestrus dikumpulkan dan direkapitulasi

terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan pengolahan dan diuji secara statistik

menggunakan metode Correlation untuk mengetahui hubungan kasus laminitis

dengan anestrus sapi perah di KPBS Pangalengan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil dan Keadaan Umum KPBS Pangalengan

Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan merupakan

sebuah koperasi yang beranggotakan peternak sapi perah yang berada di

Kecamatan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. KPBS diresmikan oleh tanggal 1

April 1969. KPBS Pangalengan memiliki luas wilayah kerja 49.700,21 hektar.

Wilayah kerja KPBS berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000–

1.420 meter di atas permukaan laut, suhu udara antara 12–28 °C, dan kelembaban

antara 60–70 %. Kondisi alam tersebut selain cocok untuk perkembangan sapi

perah juga cocok untuk perkebunan serta tanaman sayuran (KPBS 2011).

Wilayah kerja KPBS Pangalengan meliputi tiga kecamatan, yaitu:

Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Kertasari dan Kecamatan Pacet, yang

terbagi kedalam 36 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) dengan 614 kelompok

peternak sapi perah, dan sekitar 6993 jumlah peternak. Tugas pokok KPBS

diantaranya memulihkan iklim perekonomian dalam bidang peternakan khususnya

di Bandung Selatan, ikut serta bersama pemerintah meningkatkan pendapatan

dibidang peternakan, dan berperan aktif dalam melaksanakan program pemerintah

yang digariskan dalam pola pengembang 5 tahun (KPBS 2011).

Populasi Sapi Perah di KPBS Pangalengan

Sebagian besar penduduk yang berada di wilayah kerja KPBS Pangalengan

memiliki peternakan sapi perah Friesian Holstein (FH) yang berskala kecil hingga

Page 16: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

6

menengah. Berdasarkan hasil kuisoner didapatkan bahwa tiap anggota memiliki

jumlah ternak yang bervariasi mulai dari satu hingga puluhan ekor. Perkembangan

populasi merupakan indikator yang paling sering dilakukan terhadap produktivitas

sapi perah dan perkembangan pertenakan. Berdasarkan data empat tahun terakhir

yaitu 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang bersumber dari data KPBS Pangalengan

tahun 2014, jumlah populasi sapi perah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Populasi sapi perah di KPBS Pangalengan tahun 2011­2014

Tahun Jumlah (ekor)

2011 21991

2012 16952

2013 13366

2014 12439

Sumber: Data KPBS Pangalengan (2014)

Berdasarkan data yang diperoleh dari KPBS Pangalengan (2014), jumlah

sapi perah mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga 2014. Penurunan jumlah

tersebut kemungkinan disebabkan oleh banyaknya sapi perah milik peternak yang

dijual untuk dijadikan sapi pedaging akibat mahalnya biaya operasional seperti

harga konsentrat serta sulitnya memperoleh hijauan, serta ditambah harga susu

yang tidak sebanding dengan tingginya biaya operasional.

Kasus Laminitis pada Sapi Perah di KPBS Pangalengan

Laminitis atau peradangan pada lamina kuku sapi merupakan penyakit yang

masih menjadi kendala di peternakan sapi perah di Indonesia, khususnya di KPBS

Panglengan. Berdasarkan data KPBS Pangalengan (2013), laminitis menjadi salah

satu penyakit yang banyak terjadi di KPBS Pangalengan (Tabel 2). Pada tahun

2011 dilaporkan kejadian laminitis pada sapi perah betina dewasa yaitu mencapai

215 ekor atau 1,6% dari total populasi. Tahun 2012 kejadian laminitis yang terjadi

yaitu 168 ekor (1,5%). Sedangkan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 264 kasus

(3,1%).

Tabel 2 Jumlah kasus laminitis di KPBS Pangalengan tahun 2011­2013

Tahun Populasi Sapi Perah Betina

Dewasa (ekor)

Kasus Laminitis

(ekor) (%)

2011 12874 215 1,6

2012 10675 168 1,5

2013 8444 264 3,1

Sumber: Data KPBS Pangalengan (2014)

Penyebab kejadian laminitis dapat dikaitkan dengan keadaan peternakan di

KPBS Pangalengan, diantaranya kondisi alas kandang yang keras dan kotor.

Berdasarkan hasil kuisoner dari 30 peternak, diketahui bahwa 80% lantai kandang

sapi terbuat dari beton semen yang dilapisi karet. Sebanyak 56% responden

membersihkan lantai kandang 4-5 kali sehari, 33% responden membersihkan

lantai kandang 3 kali sehari dan 10% responden 2 kali sehari. Penyebab laminitis

berdasarkan keterangan responden diantaranya 53% responden lantai keras dan

kotor, tertusuk benda tajam, pemberian konsentrat yang berlebihan, kuku tidak di

Page 17: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

7

potong, sapi terlalu gemuk, 10% responden tertusuk benda tajam dan infeksi

bakteri, dan 37% responden lainnya menjawab tidak tahu penyebab laminitis.

Menurut Kloosterman (2007), lantai kandang yang keras dan kotor dapat

menyebabkan trauma pada kuku dan memicu terjadinya laminitis. Terbatasnya

jumlah hijauan di KPBS Pangalengan akibat keterbatasan lahan tanam menjadi

pemicu ketidakseimbangan antara pemberian konsentrat dan hijauan, serta

kandungan serat pada pakan yang terlalu rendah. Menurut Kloosterman (2007),

rasio konsentrat dan hijauan yang terlalu tinggi dan pakan yang rendah kadar serat

dapat memicu kondisi asidosis yang berhubungan erat dengan kejadian laminitis.

Kesalahan manajemen pakan telah diidentifikasi sebagai penyebab utama

laminitis, terutama peningkatan konsumsi pakan tinggi karbohidrat yang

mengakibatkan keadaan asidosis, kemudian berakibat pada penurunan pH

sistemik. Penurunan pH sistemik mengaktifkan mekanisme vasoaktif yang

meningkatkan pulsus dan aliran darah keseluruh tubuh. Kondisi asidosis akan

memicu pengeluaran histamin sebagai reaksi asing adanya perubahan,

ketidakseimbangan dan penyakit. Kondisi ini memicu pembuluh darah untuk

mengalami vasokontriksi. Vasokonstriksi pembuluh darah akan berdampak pada

daerah kaki dan kuku karena kaki dan kuku merupakan penyangga berat tubuh

sapi sehingga mengakibatkan tekanan pada daerah tersebut (Bergsten 2009).

Semakin lama darah yang beredar di kuku berkurang atau bahkan berhenti,

mengakibatkan pembuluh darah akan mengalami nekrosa yang berdampak pada

perubahan fisik jaringan disekitarnya. Sebagai akibat dari kerusakan pada

mikrovaskular dan rendahnya suplai nutrisi serta oksigen pada sel - sel epidermis

mengakibatkan stratum germinativum di epidermis rusak. Peristiwa ini akhirnya

menyebabkan nekrosa bagian lamina dan korium kuku. Akhirnya terjadilah

laminitis yang ditandai dengan kepincangan parah yang disertai pertumbuhan

kuku yang tidak normal (Bergsten 2009).

Tindakan untuk pencegahan laminitis berdasarkan keterangan responden

yaitu 70% responden melakukan pemotongan kuku, dan membersihkan kandang

secara rutin, serta memberikan pakan hijauan dan konsentrat secara seimbang.

Sebanyak 30% responden lainnya menjawab membersihkan kandang saja.

Menurut Kloosterman (2007), pencegahan laminitis ada dua langkah penting yaitu

terkait pakan dan kandang. Pemberian pakan ternak harus diperhatikan

keseimbangan pakan yang baik dengan kandungan serat fungsional yang cukup.

Kandang harus dibuat nyaman dengan menghindari penggunaan kandang dengan

lantai terbuat dari beton semen karena dapat berpengaruh negatif pada kesehatan

kuku sapi (Kloosterman 2007).

Berdasarkan keterangan responden, pengobatan yang diberikan oleh petugas

kesehatan hewan KPBS Pangalengan adalah 100% petugas memberikan

pengobatan berupa antibiotik dan antiradang. Menurut Greenough (2012), terapi

untuk laminitis yaitu dengan membersihkan dan merendam kuku dalam larutan

CuSO4 5%, larutan formalin 1%, dan diberikan antibiotik lokal penicillin 20000

IU pada daerah lamina kuku yang terluka. Selain itu, obat sistemik dapat

diberikan berupa sulfamethazine 200 mg/kg bb secara intra vena dan antibiotik

oxytetracycline secara intra muskular.

Page 18: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

8

Hubungan Kasus Laminitis dengan Anestrus pada Sapi Perah

di KPBS Pangalengan

Kejadian laminitis pada sapi perah diduga dapat menimbulkan dampak

penundaan siklus estrus post partus (anestrus post partus). Menurut Achjadi

(2013), anestrus post partus adalah tidak munculnya tanda estrus secara nyata

(dari pengamatan) setelah 50-60 hari post partus. Menurut Nurhayati et al. (2007),

anestrus post partus yang diperpanjang dapat memperpanjang calving interval

sehingga tingkat produktivitas sapi menurun. Apabila laminitis terbukti

memperpanjang waktu anestrus (>60 hari post partus), tentu saja menimbulkan

permasalahan dan kerugian ekonomi bagi peternak di KPBS Pangalengan terkait

biaya pakan dan biaya pengobatan.

Tabel 3 Jumlah kejadian laminitis yang diikuti anestrus pada sapi post partus di

KPBS Pangalengan 2011­2013

Tahun Kejadian Laminitis

(ekor)

Kejadian Laminitis diikuti Anestrus

Post Partus (ekor)

Persentase

(%)

2011 215 88 40,93

2012 168 50 29,76

2013 264 77 29,17

Sumber: Data KPBS Pangalengan (2014)

Tabel 3 menyajikan informasi jumlah kejadian laminitis yang diikuti

kejadian anestrus yang diperpanjang pada sapi setelah 60 hari post partus dalam

rentang waktu dari tahun 2011 hingga 2013. Tahun 2011 tercatat sebanyak

40,93% (88/215) kejadian laminitis yang diikuti anestrus yang lebih panjang,

normalnya siklus estrus mulai berjalan kembali pada hari 50-60 post partus

(Achjadi 2013). Apabila sapi betina yang terkena laminitis mengalami penundaan

siklus estrus setelah 50-60 hari post partus (panjang 1 siklus estrus sapi 19-21 hari

(Achjadi 2013)), maka dikatakan sapi mengalami anestrus post partus yang

diperpanjang. Tahun 2012 tercatat sebanyak 29,76% (50/168) kejadian laminitis

yang diikuti gejala anestrus post partus. Sedangkan tahun 2013, kejadian laminitis

yang diikuti gejala anestrus post partus tercatat sebanyak 29,17% (77/264).

Tabel 4 Hasil pengolahan data statistik hubungan kejadian laminitis dengan

anestrus post partus menggunakan metode Correlation

Korelasi

Laminits Anestrus post

partus

Laminitis Pearson corelasi

Sig. (2-tailed)

N

1

36

0,473**

0,004

36

Anestrus

post partus

Pearson corelasi

Sig. (2-tailed)

N

0,473**

0,004

36

1

36

Keterangan: **

tingkat kesalahan 0,05 (2-tailed)

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kejadian laminitis sering dikaitkan

menjadi penyebab terhambatnya siklus estrus pada sapi post partus. Berdasarkan

Page 19: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

9

penelitian yang dilakukan Garbarino et al. (2004), disebutkan bahwa adanya

keterkaitan antara kepincangan (laminitis, sole ulcer, abscess, foot rot disease,

dan lainnya) dengan penundaan siklus estrus pada sapi Friesian Holstein (FH).

Sapi yang diklasifikasikan mengalami kepincangan memiliki peluang 3,5 kali

lebih besar mengalami penundaan siklus estrus post partus dibandingkan dengan

sapi normal (Garbarino et al 2004). Penyebab penundaan siklus estrus tersebut

akibat kurangnya suplai energi dikarenakan sapi terlalu lama berbaring, kesakitan

dan tidak mampu berdiri, serta berkurangnya nafsu makan. Sedangkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Kiliç et al. 2007 menyebutkan bahwa sapi yang

mengalami laminitis memiliki calving interval yang lebih lama, tingkat

keberhasilan konsepsi IB pertama yang rendah, dan waktu untuk dikawinkan

kembali setelah partus yang lebih lama dibandingkan sapi normal.

Tabel 4 merupakan hasil pengolahan data statistik hubungan kejadian

laminitis dengan anestrus post partus menggunakan metode Correlation untuk

mengetahui hubungan kasus laminitis dengan anestrus post partus pada sapi perah

di KPBS Pangalengan. Metode correlation menggunakan tingkat kepercayaan

sebesar 95% dengan α 0,05. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh angka korelasi sebesar

0,473, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kasus laminitis dengan

anestrus post partus pada sapi perah. Hubungan korelasi ini kuat yang ditunjukan

dengan korelasi mendekati 1 dengan angka signifikan 0,004 < 0,05 yang

menandakan adanya hubungan yang signifikan antara laminitis dengan anestrus

post partus. Tanda positif pada koefisien korelasi menunjukan bahwa korelasi

yang terjadi antara laminitis dengan anestrus adalah hubungan yang berbanding

lurus, artinya semakin tinggi kasus laminitis maka semakin tinggi pula waktu

anestrusnya. Sehingga dapat dikatakan hubungan antara kejadian laminitis dan

anestrus adalah kuat, signifikan, dan berbanding lurus.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Studi kasus yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa kejadian laminitis

berkorelasi signifikan terhadap kejadian anestrus post partus pada sapi perah di

KPBS Pangalengan. Dengan kata lain, laminitis dapat mengakibatkan penundaan

siklus estrus post partus (anestrus) pada sapi perah di KPBS Pangalengan.

Saran

Perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi kasus laminitis, antara lain

dengan melakukan penyuluhan kepada peternak dan petugas kesehatan tentang

cara pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan ketersedian hijauan,

kualitas pakan sehingga dapat mengurangi tingkat kejadian laminitis.

Page 20: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

10

DAFTAR PUSTAKA

Achjadi K. 2013. Manajemen Kesehatan Kelompok dan Biosekuriti. Yogyakarta

(ID): Makalah Pertemuan Swasembada Persusuan di Indonesia.

Bergsten C. 2009. Laminitis: Causes, Risk Factors, and Prevention. [internet].

Tersedia pada: http://www.txanc.org/proceedings/2011/BovineLaminitis

.pdf. Diakses pada 2015 Februari 20. [Ditjennak] Direktoral Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. (ID) 2012. Statistik

Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Jakarta (ID). Kementrian Pertanian RI. Firman A. 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah. [telaah pustaka]. Bandung

(ID): Universitas Padjadjaran.

Garbarino EJ, Hernandez JA, Shearer JK, Risco CA, Thatcher WW. 2004. Effect

of lameness on ovarian activity in postpartum holstein cows. J Dairy Sci.

87: 4123-4131.

Greenough PR. 2012. Laminitis in cattle. [internet]. Tersedia pada:

http://www.merckmanuals.com/vet/musculoskeletalsystem/lamenessincattle

/laminitisincattle.html. Diakses pada: 2015 Maret 17

Hardjopranjoto S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Surabaya (ID): Universitas

Airlangga Pr.

Kloosterman P. 2007. Laminitis – prevention, diagnosis, and treatmen. WCDS

Advances in Dairy Technology. 19: 157-166.

Kiliç N, Serin I, Gökbulut C. 2007. Possible interaction between lameness,

fertility, some minerals, and vitamine E in dairy cows. Bull Vet Inst Pulawy.

51: 425-429.

[KPBS] Koperasi Peternakan Bandung Selatan. 2011. Profil dan Sejarah KPBS

Pangalengan. [internet]. Tersedia pada: http://www.kpbs.co.id. Diakses pada

2015 Juni 23.

Menzies GNJ, Stevens K, Barr A, Camm I, Pfeiffer D, Marr CM. 2010. Severity

and outcome of equine pasture-associated laminitis managed in first opinion

practice in the UK. J Vet Rec. 167(10): 364-9.

Nurhayati IS, Saptati RA, Martindah E. 2007. Penanganan gangguan reproduksi

guna mendukung pengembangan usaha sapi perah. [semiloka nasional].

Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Ossent P. Greenough PR, Vermunt JJ. 1997. Laminitis. Di dalam: Lameness in

Cattle. Philadelphia: Saunders Company. Hlm. 277-292. Primandari T. 2013. Produksi susu lokal menurun. [internet]. Tersedia pada:

http://www.tempo.co/read/news/2013/05/18/090481385/Produksi-Susu-Lokal-

Menurun. Diakses pada 2015 Juni 28.

Warnick LD, Janssen D, Guard CL, Gröhn YT. 2001. The effect of lameness on

milk production in dairy cows. J Dairy Sci. 84: 1988-1997.

Page 21: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

LAMPIRAN

Kuisoner Peternak

Petunjuk Pengisian Kuisioner :

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan cara : Memberi tanda (√) pada kotak jawaban yang tersedia, sesuai dengan keadaan

Bapak/Ibu yang sebenar-benarnya

Jawaban boleh lebih dari satu, sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu yang sebenar-

benarnya

Mengisi titik-titik pada pilihan lainnya jika ada jawaban yang tidak tersedia

Latar belakang peternak

1. Pendidikan terakhir Bapak/Ibu?

SD SMA/ SMK

SMP D3,S1,S2

2. Pendidikan non formal:

Tidak ada

Penyuluhan dan pelatihan peternakan

Lain – lain (tuliskan) ................

3. Berapa lama pengalaman Bapak/Ibu berternak sapi?

0 – 5 tahun Lebih dari 10 tahun

5 – 10 tahun Lain – lain (tuliskan) .......

4. Apa mata pencaharian pokok Bapak/Ibu?

Berternak Berdagang

Bertani Pegawai negeri

5. Apa tujuan Bapak/Ibu memelihara ternak?

Menjual susunya

Menjual susu, pedet, dara atau induk

Sekedar berternak

Lain – lain (tuliskan) .......

6. Berapa jumlah sapi yang Bapak/Ibu pelihara?

Sapi Perah Jumlah

Jantan Betina

Sapi Pedet (anakan) .... ....

Sapi Dara .... ....

Sapi Dewasa

Laktasi .... ....

Kering Kandang .... ....

Jumlah total .... ....

7. Berapa produksi susu rata-rata per hari per ekor (tuliskan) ..............

Page 22: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

12

Menagemen sapi perah

1. Lantai kandang sapi milik Bapak/Ibu terbuat dari apa?

Tanah

Beton

Beton dilapisi karet

Beton dilapisi sekam

Lain-lain (tuliskan) ..................

2. Berapa kali Bapak/Ibu membersihkan lantai kandang?

1 kali sehari

2 kali sehari

3 kali sehari

2 hari sekali

Lain-lain (tuliskan) ..................

3. Berapa kali sapi Bapak/Ibu dikasih pakan dalam sehari?

1 kali 3 kali

2 kali Lain – lain (tuliskan) ..........

4. Jenis pakan apa yang Bapak/ ibu berikan kepada sapi?

Konsentrat saja

Hijauan saja

Hijaun dan konsentrat

Lain-lain (tuliskan) ........

5. Jika sapi perah milik Bapak/Ibu diberi pakan hijauan dan kosentrat berapa

perbandingannya?

20% hijauan : 80% kosentrat

80% hijauan : 20% kosentrat

50% hijauan : 50% kosentrat

60% hijauan : 40% kosentrat

40% hijauan : 60% kosentrat

Lain-lain (tuliskan) ...................

6. Jenis hijauan/rumput apa yang diberikan ke sapi perah milik Bapak/Ibu?

Tuliskan

.............................................................................................................................

7. Jenis kosentrat apa yang diberikan ke sapi perah milik Bapak/Ibu?

Tuliskan

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

8. Apakah dilakukan pemotongan kuku pada sapi perah milik Bapak/Ibu

Ya

Jika Ya, tiap berapa bulan pemotongan kuku dilakukan (tuliskan)

........................................................................................................................

Tidak

Jika Tidak, tuliskan alasannya

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Page 23: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

13

Pengetahuan peternak terhadap laminitis

1. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan laminitis?

Peradangan dinding kuku bagian bawah

Sakit pada kuku

Sakit pada persendian

Tidak tahu

2. Nama lain dari laminitis di daerah Bapak/Ibu biasanya disebut apa?

Kuku busuk

ingkeud

lain – lain (tuliskan) .................

3. Apakah sapi Bapak/Ibu pernah mengalami laminitis?

Ya

Tidak

4. Jika iya, berapa lama sapi Bapak/Ibu menderita laminitis?

....................................................................................................................

5. Kejadian sapi menderita laminitis paling sering pada umur berapa?

Pedet

Sapi dara

Sapi dewasa

6. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang tanda – tanda sapi terkena laminitis?

Kepincangan, kuku berdarah, kuku lepas dan terkelupas (luka), Kuku

busuk, Panas pada kaki bagian bawah, kuku bengkak dan bernanah

Sapi roboh, sapi demam

Sapi tidak mau berdiri

Produksi susu turun

Tidak mau makan

Tidak tahu

7. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang penyebab laminitis?

Lantai keras dan kotor, tertusuk benda tajam, pemberian konsentrat yang

berlebihan, kuku tidak dipotong, sapi terlalu gemuk

Kuku tidak dipotong, sapi terlalu gemuk

Tertusuk benda tajam, infeksi bakteri

Tidak tahu

8. Apa dampak akibat laminitis terhadap sapi Bapak/ Ibu?

Tidak berahi/ beger (anestrus), produksi susu turun dan sapi telihat sakit

Nafsu makan menurun dan produksi susu turun

Produksi susu turun dan sapi terlihat sakit

Lain–lain (tuliskan) ..........................................

9. Jika sapi Bapak/Ibu menderita laminitis, tindakan awal apa yang dilakukan

oleh Bapak/ Ibu?

Melapor petugas

Diobati sendiri

Dibiarkan saja

10. Tindakan apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mencegah laminitis?

Pemotongan kuku secara rutin, membersihkan kandang dengan rutin, dan

memberikan pakan hijauan dan konsentrat secara seimbang

Membersihkan kandang

Page 24: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

14

Memotong kuku

Lain – lain (tuliskan) ................

Kuisoner Petugas Kesahatan

1. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan laminitis?

Peradangan dinding kuku bagian bawah

Sakit pada kuku

Sakit pada persendian

Tidak tahu

2. Nama lain dari laminitis di daerah Bapak/Ibu biasanya disebut apa?

Kuku busuk

ingkeud

lain – lain (tuliskan) ..........

3. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang tanda – tanda sapi terkena laminitis?

Pincang, kuku berdarah, kuku lepas dan terkelupas (luka), Kuku busuk,

Panas pada kaki bagian bawah, kuku bengkak dan bernanah

Sapi roboh, sapi demam

Sapi tidak mau berdiri

Produksi susu turun

Tidak mau makan

Tidak tahu

4. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang penyebab laminitis?

Lantai keras dan kotor, tertusuk benda tajam, pemberian konsentrat yang

berlebihan, kuku tidak dipotong, sapi terlalu gemuk

Kuku tidak dipotong, sapi terlalu gemuk

Tertusuk benda tajam, infeksi bakteri

Tidak tahu

5. Menurut Bapak/Ibu apakah laminitis dapat menimbulkan masalah reproduksi

pada sapi?

Ya

Jika Ya, tuliskan apa saja masalah tersebut

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Tidak

6. Pengobatan apa yang diberikan jika sapi mengalami laminitis?

Tuliskan

.............................................................................................................................

7. Saran-saran Bapak/Ibu untuk mengurangi kejadian laminitis apa saja?

Tuliskan

.....................................................................................................................

Petunjuk Pengisian Kuisioner :

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan cara : Memberi tanda (√) pada kotak jawaban yang tersedia, sesuai dengan

keadaan Bapak/Ibu yang sebenar-benarnya

Jawaban boleh lebih dari satu, sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu yang

sebenar-benarnya

Mengisi titik-titik pada pilihan lainnya jika ada jawaban yang tidak

tersedia

Page 25: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

15

Hasil Rekapitulasi Kuisoner Peternak

Latar Belakang Responden Jumlah Responden (%)

Pendidikan Formal

SD

SMP

SMA/SMK

D3, S1, S2

Pendidikan Non Formal

Tidak pernah

Penyuluhan dan pelatihan peternakan

Lain-lain

Pengalaman berternak

0 – 5 Tahun

5 – 10 Tahun

>10 Tahun

Mata pencaharian pokok

Berternak

Bertani

Berdagang

Pegawai negeri

Tujuan berternak

Menjual susu

Menjual susu, pedet, dara atau induk

Sekedar berternak

37

43

17

3

60

40

0

13

13

74

100

0

0

0

93

7

0

Menegemen Sapi Perah Jumlah Responden (%)

Lantai kandang sapi

Tanah

Beton

Beton dilapisi karet

Beton dilapisi sekam

Lain – lain

Membersihkan lantai kandang

1 kali sehari

2 kali sehari

3 kali sehari

2 hari sekali

Lain – lain

Pemberian pakan dalam sehari

1 kali

2 kali

3 kali

4 kali

Lain – lain

Jenis pakan yang diberikan

0

0

80

0

20

0

10

33

0

57

0

7

30

60

3

0

Page 26: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

16

Konsentrat saja

Hijauan saja

Hijauan dan konsentrat

Lain – lain

Perbandingan pemberian hijauan dan konsentrat

20% hijauan : 80% kosentrat

80% hijauan : 20% kosentrat

50% hijauan : 50% kosentrat

60% hijauan : 40% kosentrat

40% hijauan : 60% kosentrat

Lain-lain

Pemotongan kuku

Ya

Tidak

0

100

0

0

50

10

33

0

7

80

20

Pengetahuan Responden Terhadap Laminitis Jumlah Responden (%)

Pengertian laminitis

Peradangan dinding kuku bagian bawah

Sakit pada kuku

Sakit pada persendian

Tidak tahu

Nama lain dari laminitis

Kuku busuk

ingkeud

Leuncangeun

Sapi pernah mengalami laminitis

Ya

Tidak

Sapi sering menderita laminitis pada umur

Pedet

Sapi dara

Sapi dewasa

Tanda – tanda sapi terkena laminitis

Kepincangan, kuku berdarah, kuku lepas

dan terkelupas (luka), Kuku busuk, Panas

pada kaki bagian bawah, kuku bengkak dan

bernanah

Sapi roboh, sapi demam

Sapi tidak mau berdiri

Produksi susu turun

Tidak mau makan

Tidak tahu

Penyebab laminitis

Lantai keras dan kotor, tertusuk benda

tajam, pemberian konsentrat yang

73

3

0

24

0

0

100

83

17

0

0

100

76

6

3

53

10

23

53

Page 27: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

17

berlebihan, kuku tidak dipotong, sapi terlalu

gemuk

Kuku tidak dipotong, sapi terlalu gemuk

Tertusuk benda tajam, infeksi bakteri

Tidak tahu

Dampak laminitis

Tidak berahi/ beger (anestrus), produksi

susu turun dan sapi telihat sakit

Nafsu makan menurun dan produksi susu

turun

Produksi susu turun dan sapi terlihat sakit

Tidak tahu

Tindakan awal yang dilakukan

Melapor petugas

Diobati sendiri

Dibiarkan saja

Tindakan untuk mencegah laminitis

Pemotongan kuku secara rutin,

membersihkan kandang dengan rutin, dan

memberikan pakan hijauan dan konsentrat

secara seimbang

Membersihkan kandang

Memotong kuku

Lain – lain

0

10

37

73

33

6

16

100

0

0

70

30

0

0

Hasil Rekapitulasi Kuisoner Petugas

Pengetahuan Responden Jumlah Responden (%)

Pengertian laminitis

Peradangan dinding kuku

bagian bawah

Sakit pada kuku

Sakit pada persendian

Tidak tahu

Nama lain dari laminitis

Kuku busuk

ingkeud

Leuncangeun

Tanda – tanda sapi terkena laminitis

Kepincangan, kuku berdarah,

kuku lepas dan terkelupas

(luka), Kuku busuk, Panas pada

kaki bagian bawah, kuku

bengkak dan bernanah

Sapi roboh, sapi demam

100

50

10

0

100

20

100

90

30

Page 28: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

18

Sapi tidak mau berdiri

Produksi susu turun

Tidak mau makan

Tidak tahu

Penyebab laminitis

Lantai keras dan kotor, tertusuk

benda tajam, pemberian

konsentrat yang berlebihan,

kuku tidak dipotong, sapi terlalu

gemuk

Kuku tidak dipotong, sapi

terlalu gemuk

Tertusuk benda tajam, infeksi

bakteri

Tidak tahu

Laminitis dapat menimbulkan masalah

reporoduksi

Ya

Tidak

Pengobatan yang diberikan

Antibiotik dan antiradang

40

40

10

0

100

20

30

0

100

0

100

Page 29: KEJADIAN LAMINITIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN … · terjaga akan mencegah sapi terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering ditemukan pada peternakan sapi perah antara lain: mastitis, bruselosis,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sungai Limau pada tanggal 7 Januari 1993 dari

pasangan Bapak Indrajati dan Ibu Herniwati. Penulis merupakan putri ketiga dari

empat bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sungai Limau pada tahun

2011 dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan dengan

jurusan Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti beberapa unit kegiatan

mahasiswa diantaranya anggota Himpunan Minat Profesi Ruminansia FKH IPB

dan anggota Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Padang Pariaman. Selain itu,

penulis juga mengikuti magang liburan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan

(KPBS) pada tahun 2014.