kehutanan laporan kinerja instansi pemerintah tahun … 2015.pdf · meningkatnya harga pangan yang...
TRANSCRIPT
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016
DINAS PERTANIAN,
PERKEBUNAN DAN
KEHUTANAN
LAPORAN KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH TAHUN 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN
1
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Sehubungan dengan berakhirnya tahun 2015 Dinas Pertanian,
Perkebunan, dan Kehutanan telah menyusun Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah Tahun 2015 yang juga merupakan salah satu bentuk laporan akhir
tahun berdasarkan rencana kerja yang telah disusun.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 Dinas Pertanian,
Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung merupakan potret dari
Performance sector pertanian di Kabupaten Bandung yang merupakan resultante
dari berbagai upaya, kegiatan, program yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan mulai dari Kepala Dinas sampai dengan
para petugas tingkat lapangan (kecamatan dan desa) yang secara bersama-
sama dengan petani Kabupaten Bandung serta berbagai pihak terkait terus
berupaya tiada henti untuk mewujudkan ataupun menuju kearah tercapainya
gambaran ideal sektor pertanian/agribisnis yang telah dicita-citakan bersama dan
dinyatakan dalam Visi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten
Bandung, yaitu “Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju
keunggulan bersaing global, maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan”
Kami yakin bahwa apa yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pertanian,
Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung samnpai saat ini masih jauh
kearah tercapainya Visi tersebut serta belum sepenuhnya mampu mewujudkan
seluruh aspirasi berbagai pihak yang terkait (stakeholder) dengan pembangunan
pertanian, khususnya masyarakat tani di Kabupaten Bandung. Hal ini
disebabkan oleh masih adanya beberapa factor pembatas yang dihadapi dan
tentunya akan kami upayakan uantuk dilakukan penanganan dan pemecahan
masalah guna perbaikan dan penyempurnaan di tahun-tahun yang akan datang.
Semoga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan referensi,
penilaian, dan informasi mengenai kegiatan pada sub sektor pertanian di
Kabupaten Bandung.
Soreang, Februari 2016
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Kabupaten Bandung,
Ir. H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda
NIP. 19640923 199203 1 005
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................
ii
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang....................................................... 1
I.2
I.3
I.3.1
I.3.2
I.4
I.5
I.5.1
I.5.2
Dasar-dasar Penyusunan Masalah.......................
Gambaran Umum SKPD.........................................
Susunan Organisasi............................................
Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi........
Sumberdaya Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan..............................................................
Permasalahan Utama (Strategic Issued) yang
Dihadapi.................................................................
Identifikasi Masalah...............................................
Isu-isu Strategis....................................................
3
7
7
10
15
16
16
29
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
II.1 Rencana Strategis.................................................. 30
II.1.1
II.1.2
II.1.3
II.1.4
Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan..............................................................
Tujuan dan Sasaran Jangka
Menengah...............................................................
Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja
Lima Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan
Tahun 2010-2015........................ Kerangka Kebijakan,
Strategis dan Penetapan Kinerja Tahunan Pembangunan
Pertanian dan Kehutanan Tahun
2014.......................................................................
30
31
33
44
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
III.1
III.1.1
Gambaran Umum Target dan Realisasi
Anggaran................................................................
Anggaran Pendapatan............................................
89
89
III.1.2 Anggaran Belanja................................................... 89
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.1 Sumber daya Aparatur/Petugas Pertanian......... 15
Tabel II.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja
sampai dengan Periode 2015.................
42
Tabel II.2 Prioritas Komoditas Unggulan............................ 45
Tabel II.3 Penetapan Rencana Kinerja Tahunan Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun
III.2
III.2.1
III.3
III.3.1
III.3.2
III.3.3
III.3.4
III.3.5
III.3.6
III.3.7
III.3.8
Analisi Pengukuran Kinerja...................................
Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun
2014.......................................................................
Pelaksanaan Kegiatan, Kesimpulan dan
Saran......................................................................
Program Peningkatan Ketahanan
Pangan...................................................................
Program Peningkatan penerapan teknologi
pertanian/perkebunan............................................
Program Peningkatan produksi
pertanian/perkebunan............................................
Program Peningkatan kesejahteraan petani.........
Program Peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan............................................
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.................
Program perlindungan dan konservasi sumberdaya
hutan..................................................
Program Program pemanfaatan potensi sumberdaya
hutan..................................................
94
95
124
124
128
130
132
132
133
134
135
2014..................................................................... 52
Tabel II.4 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan
Ketahanan Pangan Tahun 2014..........................
59
Tabel II.5 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan
Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan.........................................
69
Tabel II.6 Sasaran Kegiatan pada Program Penerapan
Teknologi Pertanian/Perkebunan.......................
72
Tabel II.7 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan
Produksi Pertanian/Perkebunan.........................
78
Tabel II.8 Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan
Potensi Sumberdaya Hutan.................................
80
Tabel II.9 Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan
dan Lahan..................................................
83
Tabel II.10 Sasaran Kegiatan Pada program Peningkatan
Kesejahteraan Petani..........................................
87
Tabel II.11 Sasaran Kegiatan Pada program Perlindungan dan
Konservasi Sumberdaya Hutan....................
88
Tabel III.1 Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bandung Tahun 2014........................
89
Tabel III.2 Target dan Realisasi Belanja Tidak Langsung... 90
Tabel III.3 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung
SKPD Tahun 2014..............................
91
Tabel III.4 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung
Program Tahun 2014..........................
94
Tabel III.5 Pengukuran sasaran kinerja tahunan 2014........ 96
Tabel III.6 Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija
di Kabupaten Bandung Tahun 2014.....
98
Tabel III.7 Sasaran dan Realisasi Pengunaan Pupuk Tahun
2014.....................................................................
102
Tabel III.8 Sasaran dan Realisasi Pengunaan Pupuk Per Bulan
Tahun 2014...............................................
103
Tabel III.9 Rencana dan Realisasi Stimulan Pengendalian OPT
Tahun 2014.................................................
108
Tabel III.10 Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di
Kabupaten Bandung............................................
110
Tabel III.11 Pengukuran Sasaran Strategis 2 Tahun 2014.... 112
Tabel III.12 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Komoditas Sayuran di Kabupaten
Bandung Tahun 2014........................
114
Tabel III.13 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten
bandung Tahun 2014........................
118
Tabel III.14 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Komodias Obat-obatan di Kabupaten
Bandung Tahun 2014........................
119
Tabel III.15 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Komoditas Tanaman Hias di Kabupaten
Bandung Tahun 2014........................
120
Tabel III.16 Pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2014..... 121
Tabek III.17 Luas hutan dan Lahan Kritis yang
Direhabilitasi........................................................
122
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar I.1 Struktur organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan.................................
8
Gambar II.1 Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor
Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab.
Bandung...............................................................
37
Gambar II.2 Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor
Kehutanan Kab. Bandung.........................
41
Gambar III.1 Grafik Realisasi Pengunaan Pupuk Total Per
Bulan.....................................................................
104
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan
iklim global,terjadi krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan
energi meningkat,sehingga negara-negara yang semula menjadi
pengekspor pangan cenderung menahan produknya dijadikan stok
pangan. Kondisi global tersebut juga terjadi di Indonesia, sehingga
diperlukan upaya-upaya guna mengamankan produksi dan
meningkatkan stok pangan nasional. Isu strategis nasional lainnya
adalah mengenai laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi,
tingginya laju konversi lahan, terbatasnya infrastruktur pertanian
serta pola pangan penduduk yang bergantung pada beras.
Pada tahun 2014 pertanian di Indonesia masih dihadapkan pada
tantangan berat antara lain: (1) dampak perubahan iklim pada sektor
pertanian berupa: meningkatnya serangan OPT dan penyakit hewan,
menurunnya produktivitas dan menurunnya kualitas hasil panen; (2)
meningkatnya harga pangan yang berkorelasi pada tingkat inflasi
dan tingkat kemiskinan; (3) ketersediaan produksi kedelai, gula dan
daging dalam negeri dan internasional terbatas, di sisi lain
kebutuhan konsumsi domestik untuk ketiga komoditas tersebut
meningkat; (4) kenaikan impor bahan pangan dan pakan akan
mengurangi devisa negara; (5) terbatasnya pembiayaan pertanian
yang mudah diakses petani/peternak; (6) terbatasnya infrastruktur
lahan dan air; (7) sistem penyuluhan pertanian yang belum efektif,
dan (8) belum optimalnya peran dan dukungan pemerintah daerah
(RKT Kementrian Pertanian, 2014), maka dilakukan penyelarasan
kegiatan pembangunan pertanian di Kabuapten Bandung dengan
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementrian Pertanian Tahun 2014.
Disamping itu, sesuai yang diamanatkan dalam Instruksi
Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Kinerja Instansi Pemerintah,
Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyampaian Laporan
Kinerja Tahun 2011, bahwa Laporan kinerja merupakan kewajiban
dari setiap instansi pemerintahan pada akhir tahun berlaku sebagai
laporan pertanggungjawaban secara sistematik dan melembaga.
Laporan tersebut untuk mengukur seberapa jauh tingkat kinerja dan
keberhasilan pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
dan tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan Instansi Pemerintahan.
Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara
ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun
berdasarakan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka
pelaksanaan APBD berdasarkan indikator input dan outup
program/kegiatan. Laporan Kinerja merupakan kewajiban untuk
memberikan pertanggungjawaban kinerja dan tindakan
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi.
Sedangkan kinerja itu sendiri merupakan hal mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Oleh
sebab itu, Kinerja Instansi Pemerintah merupakan perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawaban
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan organisasi.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung telah menyusun
LAKIP Tahun 2014, sebagai upaya pertanggungjawaban keuangan
dan kinerja dinas untuk menilai tingkat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan organisasi yang terkait dengan pembangunan pertanian,
perkebunan, dan kehutanan yang tertuang dalam Rencana Strategis
Tahun 2010-2015 dan Renja tahun 2014.
1.2. Dasar-dasar Penyusunan Laporan
Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
mempertimbangkan landasan hukum, sebagai berikut:
a. Landasan Idiil Pancasila
b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
c. Landasan Operasional :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286).
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400).
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437).
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438).
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang
Pelaporan Penylenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.
13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
14. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Kinerja
Instansi Pemerintah;
15. Kepmendagri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan
Daerah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah/RPJMD).
16. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan
Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010; Nomor 0199/M
PPN/04/2010; Nomor PMK 95/PMK 07/2010, tentang
Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
17. Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Kinerja Instansi
Pemerintah;
18. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011
tentang Penyampaian Laporan Kinerja Tahun 2011;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004
tentang Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan
Pemerintah di Kabupaten Bandung.
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005
tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunaan
Daerah.
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006
tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten
Bandung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Bandung Nomor 24 Tahun 2009 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun
2006 tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten
Bandung.
22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006
tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten
Bandung.
23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007
tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung.
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 11 tahun 2011
tentang Rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2011-
2015.
26. Surat Edaran Bupati Bandung Nomor 130.04/22/Org tentang
Penetapan Kinerja dan Penyusunan LAKIP SKPD.
1.3. Gambaran Umum SKPD
1.3.1. Susunan Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20
tahun 2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang “Pembentukan
Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung” dibentuk Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang dipimpin oleh pejabat
setingkat eselon II dengan susunan unit kerja eselon III terdiri dari :
Sekretaris Dinas, Bidang Pertanian Tanaman Pangan, Bidang
Hortikultura, Bidang Perkebunan dan Bidang Kehutanan. Selain itu
terdapat 3 UPTD eselon IV yaitu UPTD Alat Mesin Pertanian dan
Proteksi Tanaman, UPTD Benih Tanaman dan UPTD Pengembangan
Usaha Tani, seperti terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
KEPALA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN
KEHUTANAN
SEKRETARIS DINAS
SUB BAGIAN
PENYUSUNAN PROGRAM
SUB BAGIAN
UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG TANAMAN PANGAN
PERTANIAN
BIDANG
HORTIKULTURA
BIDANG
PERKEBUNAN
BIDANG
KEHUTANAN
SEKSI
SARANA DAN PRASARANA
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
SERELIA, KACANG-KACANGAN,
DAN UMBI-UMBIAN
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
SAYURAN
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
TAN. HIAS, TAN. BUAH, DAN
TAN. OBAT
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
PERKEBUNAN
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGENDALIAN
SEKSI
PENGEMBANGAN DAN
PEMANFAATAN SD HUTAN
SEKSI
REHABILITASI LAHAN DAN
KONSERVASI TANAH
SEKSI
PERLINDUNGAN DAN
PENGENDALIAN HUTAN
UPTD
JAFUNG
Gambar I.1 struktur organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
KEPALA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN
KEHUTANAN
KEPALA UPTD
ALSINTAN DAN PENGENDALIAN OPT
KEPALA UPTD
PENGEMBANGAN BENIH
KEPALA UPTD
PENGEMBANGAN USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
JAFUNG
Gambar I.2 struktur organisasi UPTD Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
30
1.3.2. Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Tugas pokok Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
berdasarkan Perda Kab. Bandung No. 20 tahun 2007 adalah merumuskan
kebijakan teknis operasional di bidang pertanian, perkebunan dan
kehutanan yang meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan kehutanan serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.
Menindaklanjuti Perda tersebut, maka pada tanggal 26 Februari
2008 terbentuk Peraturan Bupati Bandung tahun 5 tahun 2008 tentang
“Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah kabupaten
Bandung”. Berdasarkan Peraturan Bupati tersebut, tugas pokok kepala
dinas pertanian, perkebunan dan kehutanan adalah memimpin,
merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan
dan mempertanggung-jawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
sebagian bidang pertanian dan ketahanan pangan serta bidang
kehutanan.
Adapun tugas pokok dan Fungsi Kesekretariatan: memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian
penyusunan progra m, pengelolaan umum dan kepegawaian serta
pengelolaan keuangan:
a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja
pengelolaanpelayanan kesekretariatan;
b. penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program
danpenyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu;
c. penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif Dinas;
d. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum
dankerumahtanggaan;
e. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan
danketatalaksanaan serta hubungan masyarakat;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
31
f. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi
kepegawaian;
g. penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;
h. penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi
danpelaporan pelaksanaan tugas Dinas;
i. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi
pelaksanaan tugas Dinas;
j. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan
danpenyampaian bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
Dinas;
k. pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan
kesekretariatan;
l. evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan
kesekretariatan;
m. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas
danfungsinya;
n. pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/ lembaga atau pihak ketiga di bidang
pengelolaanpelayanan kesekretariatan.
Sedangkan, tugas pokok dan fungsi Bidang-bidang dalam Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan:
1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan
Tugas pokok Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah
memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di
bidang pengelolaan pertanian tanaman pangan yang meliputi
sarana dan prasarana, pengembangan produksi serealia, kacang-
kacangan dan umbi-umbian serta pasca panen, pengolahan dan
pemasaran hasil.
Fungsi Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
32
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan
pertanian tanaman pangan,
b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang
pengelolaan pertanian tanaman pangan,
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
tanaman pangan,
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan pertanian tanaman pangan,
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan pertanian tanaman pangan,
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman
pangan,
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian
tanaman pangan, melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai
dengan bidang tugas da fungsinya serta
h) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan
unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang
pengelolaan pertanian tanaman pangan.
2. Bidang Hortikultura
Tugas pokok Kepala Bidang Hortikultura adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan hortikultura yang meliputi pengemangan produksi
sayuran, tanaman hias, buah-buahan dan obat-obatan serta pasca
panen, pengolahan dan pemasaran hasil.
Fungsi Bidang Hortikultura adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan
hortikultura
b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
hortikultura
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
33
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
hortikultura
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan hortikultura
e) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura
f) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura
g) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang
tugas da fungsinya serta
i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan
unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang
pengelolaan hortikultura
3. Bidang Perkebunan
Tugas pokok Kepala Bidang Perkebunan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan perkebunan yang meliputi pengembangan produksi
perkebunan, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil serta
pengendalian.
Fungsi Bidang Perkebunan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan
perkebunan
b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang
pengelolaan perkebunan
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
perkebunan
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
perkebunan
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan perkebunan
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
34
h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang
tugas da fungsinya serta
j) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan
unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang
pengelolaan perkebunan
4. Bidang Kehutanan
Tugas pokok Kepala Bidang Kehutanan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan kehutanan yang meliputi pengembangan dan
pemanfaatan sumberdaya kehutanan, rehabilitasi lahan dan
konservasi tanah serta perlindungan dan pengendalian hutan.
Fungsi Bidang Kehutanan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan
kehutanan
b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
kehutanan
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
kehutanan
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan kehutanan
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan kehutanan
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan
h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang
tugas da fungsinya serta
i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan
unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang
kehutanan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
35
1.4. Sumberdaya Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Sumberdaya manusia setiap instansi harus cakap dan memiliki
sikap mental dan moral yang baik. Tahun 2014 jumlah personil di Dinas
Pertanian, perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung berjumlah 81
orang dengan perincian pada Tabel I.1.
Tabel I.1 Sumber daya Aparatur/Petugas Pertanian
No Klasifikasi
berdasarkan Uraian Jumlah Keterangan
1
Tingkat Pendidikan
Formal Yang
Ditamatkan
S2 8
S1 28
D3 6
SLTA 22
SLTP 4
2 Pangkat/Jabatan
IV.c
IV.b
1
1
IV.a 5
III.d 8
III.c 12
III.b 16
III.a 6
II.d 4
II.c 1
II.b
II.a
I.b
11
1
2
I.c 1
3 Berdasarkan Jabatan Eselon II.b 1
eselon III.a 1
Eselon III.b 4
Eselon IV.a 19
Eselon IV.b 3
POPT 26 Pegawai Propinsi
yg diperbantukan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
36
1.5. Permasalahan Utama (Strategic Issued) yang Dihadapi
1.5.1. Identifikasi Masalah
a. Dampak Perubahan Iklim
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam menyediakan
bahan pangan dan menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia.
Perubahan iklim memberikan dampak pada kenaikan suhu dan
perubahan curah hujan sehingga membawa dampak negatif bagi sektor
pertanian. Output sektor pertanian turun seiring dengan adanya dampak
perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim bersifat multi-dimensional, mulai dari
sumberdaya, infrastruktur dan sistem produksi pertanaian, hingga aspek
ketahanan dan kemandirian pangan, serta kessejahteraan petani dan
masyarakat pada umumnya. Pengaruh tersebut dapat dikategorikan
menjadi 2 kelompok, yaitu Kerentanan dan Dampak. Kerentanan secara
harfiah dapat diartikan sebagai kondisi yang mengurangi kemampuan
(manusia, tanaman dan ternak) dalam beradaptasi dan atau menjalankan
fungsi fisiologis/biologis, perkembangan/fenologi, pertumbuhan dan
produksi serta reproduksi secara optimal akibat perubahan iklim,
sedangkan Dampak adalah kondisi keuntungan dan atau kerugian, baik
secara fisik maupun sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh
perubahan iklim. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyebutkan bahwa bencana di Indonesia periode tahun 1815-2011
didominasi oleh faktor Hidrometeorologi dan interaksinya.
Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan iklim
adalah:
1. Dampak terhadap sumberdaya lahan dan air
Menurut Irawan et al dalam periode 1981-199 telah terjadi
alih fungsi lahan sawan seluas 1.002.055 Ha, sementara
penambannya hanya mencapai 518.224 Ha, di Kabupaten
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
37
Bandung sendiri pengurangan lahan sawah selama pada tahun
2013 mencapai 0.81% dari luas lahan di tahun 2012 sebesar
35.975 Ha menjadi 35.682 Ha pada tahun 2014. Disisi lain
kebutuhan pangan semakin meningkat dengan peningkatan jumlah
penduduk yang laju pertumbuhannya semakin meningkat,
pemerintah mencoba untuk melakukan gebrakan baru dengan
menetapkan serta mempertahankan luas lahan sawah melalui
kegiatan Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B), kegiatan ini sebagai mempertahanan produksi pangan dan
upaya mempertahankan kecukupan pangan bagi masing-masing
daerah.
Dampak perubahan iklim terhadap pengelolaan air juga
sangat dirasakan, terutama dampak negatif berupa: kekeringan,
banjirdan pola hujan yang sulit diprediksi serta tidak teratur.
Kekeringan dapat meningkatkan persentase puso lahan,
namun hal ini telah diantisipasi oleh dinas pertanian perkebunan
dan kehutanan Kabupateb Bandung dengan membuat Sumur-
sumur resapan, sumur dan bangunan pompa air irigas.
Volume setta debit air yang tidak dapat dikontrol
menyebabkan banjir yang juga telah merupsak jaringan irigasi,
terutama jaringan tersier yang merupakan jalur pembagi air
antara petak-petak sawah. Pembangunan jaringan irigasi melalui
kegiatan JIDES, merupakan salah satu upaya untuk melakukan
perbaikan jaringan irigasi tersier, selain itu juga melaksanakan
kegiatan (Water Resources and Irrigation Sector Management
Program (WISMP), kegiatan ini merupakan kegiatan bersama
antara SKPD terkait, sehingga sumber pendanaan berasal dari
masing-masing SKPD untuk pekerjaan yang sesuai.
Pola hujan yang tidak teratur juga menyebabkan penurunan
produksi pertanian, terutama disebabkan oleh kerusakan tanaman
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
38
sayuran dan tingginya OPT yang lambat laun menjadi resisten
terhadap obat pembasmi. Namun ini juga telah diantisipasi oleh
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan melalui pembentukan
Brigade Proteksi tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa,
sehingga akan memudahkan distribusi informasi serta
pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan OPT di lapangan.,
selain membentuk Brigade proteksi juga dilakukan pembinaan
terhadap anggota tentang pengetahun OPT dan
pemberantasannya serta pemberina stimulan berupa obat-obatan
pemberantas OPT sebagai langkah pemberantasan ketika terjadi
serangan OPT ekstrim.
2. Dampak terhadap tanaman
Subsektor pertanian paling rentan terhadap perubahan pola
curah hujan, karena umumnya tanaman pangan merupakan
tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekaman
(kekurangan dan kelebihan) air. Secara teknis, kerentanan
tanaman pangan sangat berhubungan dengan sistem penggunaan
lahan dan sifat tanah, pola tanam, teknologi pengelolaan tanah,
air, tanaman dan varietas (Las et al.,2008b).Oleh sebab itu,
kerentanan pangan terhadap pola curah hujan akan berimbas pada
luas areal tanaman dan panen, produktifitas dan kualitas hasil.
Kejadian iklim ekstrim, terutama El-Nino atau El-Nina, antara
lain menyebabkan: (a) kegagalan panen, penurunan IP yang
berujung pada penurunan produktifitas dan produksi; (b)
kerusakan sumberdaya lahan pertanian; (c) peningkatan
frekuensi, luas dan bobot/intensitas kekeringan; (d) peningkatan
kelembaban; dan (e) peningkatan intensitas gangguan organisme
pengganggu tanaman (OPT) (Las et al., 2008a). Fenomena El
Nino akan menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah
Indonesia akan berkurang tergantung dari intensitas El Nino
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
39
tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal
sebagai benua maritim tidak seluruh wilayah Indonesia
dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Sedangkan La Nina
merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina adalah fenomena
mendinginnya suhu muka laut di pasifik Ekuator atau anomali
suhu muka laut di daerah tersebut negatif yang menyebabkan
curah hujan di Indonesia secara umum akan bertambah
tergantung kepada lokasi dan Intensitas La Nina tersebut.
Peristiwa La Nina terjadi ketika angin pasat berhembus dengan
keras dan terus menerus melintasi daerah yang dilewati. Angin
tersebut mendorong lebih banyak air hangat dibandingkan
biasanya, akibatnya semakin banyaklah awan yang
terkonsentrasi, sehingga menyebabkan turunya hujan di daerah
tersebut lebih banyak. Di daerah tersebut terjadi hujan deras
yang mengakibatkan banjir dan air pasang.
Antisipasi yang dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung adalah dengan mempersiapkan
rencana tata waktu tanam melalui penetapan bersama target dan
angka ramalan tingkat Kabupaten.
3. Meningkatkatnya Harga Pangan dan Korelasinya dengan Inflasi
Data Indek Harga Konsumen (IHK) bulan November 2014
menurut BI mencapai level tertinggi selama 5 bulan terkahir Tahun
2014 sebesar 6.23%, terdongkraknya inflasi disebabkan diantaranya
adalah komponen volatile food seperti cabai yang juga dipengaruhi oleh
kebijakan pengurangan subsidi BBM pada November 2014. Sedangkan,
Provinsi Jawa Barat pada bulan November mengalami inflasi sebesar
5.54% karena pengaruh faktor tersebut.
Pemerintah Kabupaten Bandung merespon adanya kenalikan
inflasi ini dengan berkoordinasi dengan SKPD terkait untuk menekan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
40
laju inflasi dengan terus mendongkrak ketersediaan bahan pangan
termasuk cabai,
b. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran
Sistem adopsi atau alih teknlogi dinilai masih lemah karena
lambatnya diseminasi teknologi baru (invention) dan pengembangan
teknologi yang sudah ada (innovation) di tingkat petani. Rendahnya
diseminasi teknologi disebabkan oleh beberapa hal. Sebelum
diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, sistem penyampaian hasil
teknologi dilakukan oleh penyuluh melalui proses aplikasi teknologi di
area percontohan. Pada era desentralisasi, kegiatan penyuluhan menjadi
kewenangan pemerintah daerah dan permasalahan pada sistem
penyampaian teknologi menjadi lebih kompleks akibat dorongan fungsi
penyuluhan di tingkat lapangan masih kurang
c. Kualitas, Mentalitas, dan Keterampilan Sumberdaya Petani Rendah
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala
yang serius dalam pembangunan pertanian. Tingkat pendidikan dan
keterampilan rendah. Selama 10 tahun terakhir kemajuan pendidikan
berjalan lambat. Tahun 1992, 50 persen tenaga kerja di sektor
pertanian tidak tamat SD, 39 persen tamat SD, sedangkan yang tamat
SLTP hanya 8 persen (BPS, 1993). Tahun 2002, yang tidak tamat SD
menjadi 35 persen tamat SD 46 persen dan tamat SLTP 13 persen
(BPS, 2003). Rendahnya mentalitas petani antara lain dicirikan oleh
usaha pertanian yang berorientasi jangka pendek, mengejar keuntungan
sesaat, serta belum memiliki wawasan bisnis luas. Selain itu banyak
petani menjadi sangat tergantung pada bantuan/pemberian pemerintah.
Keterampilan petani yang rendah terkait dengan rendahnya pendidikan
dan kurang dikembangkannya kearifan lokal (indigenous knowledge).
Selama ini masalah di atas diatasi melalui peningkatkan
kemampuan SDM petani dan aparat melalui kegiatan pendidikan,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
41
pelatihan, dan penyuluhan. Untuk mendukung kegiatan tersebut sarana
yang digunakan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di
Daerah seperti Balai Diklat, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, dan
Sekolah Pembangunan Pertanian.
Ketertinggalan petani dalam hal pendidikan diatasi dengan
pendekatan penyetaraan pendidikan yang selanjutnya dikaitkan dengan
pelatihan keterampilan berusahatani. Disamping itu, berbagai upaya
penguatan kapasitas petani juga perlu dilakukan terutama dalam hal
pengembangan sikap kewirausahaan, kemampuan dalam pemasaran dan
manajemen usaha. Hal ini juga menimbulkan ketergantungan yang
sangat besar dari petani terhadap lembaga-lembaga donor, termasuk
institusi pemerintahan.
d. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait Dan Birokrasi
Kinerja pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh
keterpaduan diantara subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari
subsistem hulu (industri agro-input, agro-kimia, agro-otomotif),
subsistem budidaya usahatani (onfarm), subsistem hilir (pengolahan dan
pemasaran) dan subsistem pendukung (keuangan, pendidikan, dan
transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat erat namun
penanganannya terkait dengan kebijakan berbagai sektor. Sementara
itu, Departemen Pertanian hanya memiliki kewenangan dalam aspek
budidaya/usahatani. Berbagai kebijakan yang terkait dengan produk
pertanian sering tidak harmonis dari hulu hingga ke hilir, seperti kasus
penanganan impor produk pertanian (paha ayam, daging illegal, benih
kapas transgenik).
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya kesamaan
persepsi dan komitmen tentang peranan sektor pertanian dalam
pembangunan nasional. Apabila disepakati bahwa sektor pertanian
merupakan penggerak utama ekonomi nasioanal maka koordinasi antar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
42
instansi menjadi hal yang sangat penting dalam menyusun kebijakan
maupun implementasinya. Untuk itu perlu perbaikan menejemen
pembangunan pertanian dengan mengacu pada UU dan Peraturan
Pemerintah.
e. Kebijakan Makro Ekonomi Yang Belum Berpihak Kepada Petani
Salah satu faktor penting yang menentukan kelanjutan dan
kemampuan dayasaing usaha pertanian adalah adanya kebijakan makro
yang kondusif. Saat ini kebijakan makro ekonomi baik fiskal, moneter,
perdagangan, maupun prioritas dalam pengembangan ekonomi nasional
dinilai belum kondusif bagi keberlanjutan dan kemampuan dayasaing
usaha pertanian.
Kebijakan pemerintah yang belum memihak sektor petanian
antara lain: (1) penerapan pajak ekspor komoditas pertanian yang
bertujuan untuk mendorong industri pengolahan produk pertanian dalam
negeri; (2) kredit perbankan yang disediakan pemerintah, porsi terbesar
diserap oleh pengusaha konglomerat, sisanya adalah untuk koperasi,
usaha kecil menengah termasuk petani; (3) alokasi dana APBD untuk
pembangunan sektor pertanian kurang memadai; (4) beberapa daerah
menarik biaya retribusi yang tinggi termasuk pada komoditas pertanian
sehingga mengurangi dayasaing dan menjadi penghambat dalam
investasi di sektor pertanian; (5) pembangunan sarana dan prasarana
lebih besar di perkotaan dibanding dengan perdesaan; dan (6)
liberalisasi perdagangan telah menyebabkan membanjirnya produk
pertanian yang disubsidi berlebih oleh negara maju membuat petani kita
tidak mampu bersaing. Untuk itu diperlukan: (a) advokasi kebijakan
dengan instansi terkait, dan (b) dukungan legislatif dan stakeholders
lainnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
43
f. Pesatnya Pertumbuhan Industri Ritel Modern
Laju pertumbuhan industri ritel modern tidak terlepas dari pola
perubahan struktur demografis; terutama di negara berkembang.
Beberapa alasan yang mendasari pertumbuhan tersebut adalah; (1)
Urbanisasi, yang merupakan stimulan utama pertumbuhan; (2)
pergeseran pola konsumsi masyarakat pada pangan olahan dan (3) lebih
rendahnya harga komoditas pertanian di ritel modern dibandingkan
dengan pasar tradisonal (harga riil). Pada masa 10 tahun mendatang,
supermarket diprediksi dapat menguasai lebih dari 75 persen pangsa
pasar komoditas ritel; terutama di negara-negara berkembang.
Proyeksi ini dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi di
negara-negara Amerika Latin dan Asia yang memiliki angka
pertumbuhan sampai dengan 30 persen per tahun. Faktor utama lainnya
sebagai pendorong pertumbuhan industri ritel modern tersebut adalah
integrasi perdagangan dunia; terutama flow keuangan dunia (FDI).
Semakin terbuka pasar sebuah negara maka semakin besar peluang
pertumbuhan ritel modern ini.
Beberapa tren perubahan fundamental pada sektor pertanian yang
disebabkan oleh pertumbuhan supermarket ini adalah; (1) sistem rantai
pasok untuk komoditas pertanian yang tersentralisasi ditandai dengan
meningkatnya peran teknologi informasi dan manajemen rantai pasok;
(2) hilangnya ketergantungan dan keberadaan spot market ditandai
dengan semakin terspesialisasinya pelaku-pelaku dalam sistim rantai
pasok pertanian; (3) inovasi bersifat institusional yang bersumber dari
top leader firm di dalam industri tersebut; dan (4) standarisasi kualitas
dan keamanan produk pertanian yang selalu dinamis.
g. Pergeseran Pola Permintaan Pangan
Pada konteks global, tren perubahan pada pola konsumsi pangan
diindikasikan akan dan sedang membawa perubahan di dalam pasar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
44
produk-produk pertanian yang memberikan peluang kepada Indonesia
beserta wilayah sentra pertaniannya. Salah satu perubahan yang dapat
diamati secara empiris ditunjukkan oleh fakta bahwa sektor agro-
industri memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sektor pertanian; sektor pertanian menghasilkan bahan baku
pangan (unprocessed food) sementara industri agro menghasilkan
pangan olahan (processed food). Kondisi ini dapat dijustifikasi dengan
melihat bahwa selalu terdapat kecenderungan laju peningkatan
pendapatan per kapita masyarakat. Implikasinya adalah belanja pangan
masyarakat juga mengalami peningkatan. Namun, proporsi laju
peningkatan per kapita diindikasikan lebih cepat dibandingkan dengan
proporsi belanja pangan sehingga terjadi pergeseran pola belanja
pangan; dari staple food yang merupakan sumber kalori paling murah ke
arah pangan yang harganya lebih mahal per unit kalori; seperti pada
pangan sumber protein serta buah-buahan dan sayuran.
Sebagai bagian dari pergeseran ini, masyarakat akan
mengkonsumsi lebih banyak pangan olahan dengan beberapa alasan: (1)
rasio pendapatan masyarakat dan biaya pangan menjadi lebih besar
karena pangan yang unprocessed dapat diderivasi menjadi beragam
jenis pangan sehingga secara riil menjadi lebih murah; (2) pangan
olahan cenderung memiliki kualitas yang seragam dan lebih tahan lama
sehingga dapat menghasilkan opportunity cost yang lebih rendah.
h. Tuntutan Keamanan Pangan
Sejalan dengan pergeseran produk pertanian segar kepada
produk olahan maka fakta menunjukkan bahwa sisi konsumsi telah
memberikan perhatian lebih terhadap proses industrialisasi pertanian
terutama di negara berkembang. Konsumen pangan cenderung lebih
memprioritaskan kualitas dan keamanan pangan. Hal ini berkaitan
dengan semakin tingginya kesadaran konsumen terhadap potensi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
45
gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh pangan yang dikonsumsi dan
kandungan pestisida dalam pangan; dimana proses produksi komoditas
olahan berkaitan erat dengan tuntutan efisiensi pada industri yang
berimplikasi pada penggunaan input-input modern, teknologi dan
rekayasa biologis; yang diindikasikan akan menimbulkan resiko teknis
dalam penggunaanya (technological risks). Tuntutan konsumen atas
keamanan pangan sangat jelas terlihat dari fenomena semakin tingginya
permintaan pangan yang bersifat organik dan ”bersih”. Selain itu,
lembaga-lembaga pemberi sertifikasi tingkat dunia semakin banyak
terberntuk dan keikutsertaan suatu negara dalam perdagangan
internasional komoditas pertanian ditentukan oleh lembaga-lembaga
tersebut.
i. Prioritas terhadap Lingkungan dan Hutan
(a). Sampah dan Limbah Pertanian
Salah satu komponen yang sangat terkait dengan sektor pertanian
di masa depan adalah sampah (organik). Selain menghasilkan manfaat
ekonomi, sektor pertanian diindikasikan merupakan sektor yang
memiliki kontribusi yang tidak sedikit dalam konteks permasalahan
persampahan yang dihadapi oleh banyak wilayah terutama kota besar.
(b). Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan
Hutan menjadi salah isu yang paling penting dalam konteks
permasalahan lingkungan global. Kecenderungan terjadinya bencana
alam; terutama banjir dan kekeringan, memberikan indikasi tidak lagi
berfungsinya hutan sebagai penyangga ekosistem. Paradigma hutan
sebagai penghasil devisa tampaknya tidak lagi menjadi kerangka utama
negara-negara penghasil produk hutan mengingat nilai kerusakan
infrastruktur dan tingginya biaya mitigasi bencana akibat tidak
berfungsinya hutan. Adanya pembagian kewenangan antara pemerintah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
46
pusat dan daerah sebagai daerah otonom dalam pelaksanaan
pengelolaan hutan menyebabkan terjadinya distorsi kebijakan di tingkat
daerah.
j. Kemunculan Industri Biofarmaka
Peran komoditas tanaman obat cenderung semakin meningkat
dalam perdagangan local dan internasional. WHO telah secara eksplisit
memberikan berbagai advokasi mengenai pemanfaatan tanaman obat
dalam program-program kesehatan di Negara-negara berkembang.
Fakta menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 50 ribu spesies tanaman
yang diindikasikan bermanfaat sebagai tanaman penghasil obat-obatan
namun baru sekitar 1000 spesies yang dapat dimanfaatkan secara
penuh. Kondisi ini berimplikasi pada sangat besarnya potensi pasar
komoditas tanaman obat. Karakteristik produk dan nilai transaksi
industri tanaman obat dipaparkan berikut ini.
Pertama (1) adalah fitofarmaka; berupa isolat aktif yang berasal
dari tanaman obat. Nilai transaksi jenis produk ini diestimasi mencapai
13.5 milyar dolar dengan pertumbuhan sebesar 6.3 persen per tahun.
(2) Ekstrak botani atau herbal; merupakan jenis produk tanaman obat
non ekstrak. Beberapa negara tujuan ekspor utama adalah AS, Jerman,
Perancis dan negara-negara Eropa lainnya. Nilai transaksi produk
tersebut diestimasi sebesar 35 milyar dolar dengan laju pertumbuhan
sebesar 20 persen per tahun. (3) Nutrasetikal; berupa produk suplemen
pada pangan dengan nilai transaksi sebesar 5.5 milyar dolar. (4) Bahan
mentah (raw) tanaman obat dengan nilai transaksi mendekati 30 milyar
dolar per tahunnya.
Berkaitan dengan karakter industri tanaman obat tersebut,
pertumbuhan diciptakan melalui berbagai bentuk bio-partnerships
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
47
antara industri dan petani. Hubungan ini lebih bersifat sebagai suatu
perpaduan yang strategis antara ilmu farmasi modern dan tradisional
(indigenous knowledge); yang merupakan domain dari masyarakat
tradisional. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan dan
pengembangan komoditas tanaman obat dititikberatkan pada eksplorasi
lebih jauh pada tanaman obat yang belum termanfaatkan dengan
dukungan kesinergian dari indutri-industri farmasi.
k. Label Perdagangan Etis dan Adil (Ethics and Fair Trade)
Semakin terbukanya pasar dunia dan semakin luasnya pergerakan
komoditas pertanian berimplikasi kepada konvergensi tuntutan
konsumen terhadap komoditas tersebut. Selain tuntutan konsumen yang
mengarah pada aspek keamanan pangan, standarisasi sosial dari sebuah
komoditas pertanian yang diperdagangkan semakin keras disuarakan.
Beberapa standar sosial yang harus dipenuhi oleh sebuah produk
pertanian sebagai syarat untuk diterima oleh konsumen global berkaitan
dengan aspek perdagangan yang etis dan adil.
Salah satu opsi strategis masa depan yang harus diambil industri
pertanan adalah memperluas pangsa pasar. Industri pertanian di India
dan Cina telah menginisiasi penggunaan label ethical trade (ETI)dan fair
trade (FTI) dengan tujuan merebut pangsa pasar produk pertanian di
pasar Eropa. ETI dan FTI merupakan badan sertifikasi yang
memberikan jaminan terhadap suatu produk agar dapat diterima
konsumen. Sertifikat dari ETI akan menjamin produsen (pengolah) suatu
komoditas telah memenuhi syarat-syarat dalam menggunakan tenaga
kerja sesuai dengan standar yang telah diratifikasi bersama ILO,
sementara FT memberikan jaminan bahwa manfaat ekonomi yang
terdapat dalam transaksi suatu komoditas (pertanian) terdistribusi
merata pada setiap komponen pasok rantai komoditas tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
48
1.5.2. Isu-isu Strategis
Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut,
isu-isu strategis dan mendasar yang harus tertangani dalam periode
2011-2015 dan esensial untuk menunjang terciptanya pembangunan
pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang berkelanjutan dan memiliki
competititveness dan comparativeness adalah (1) identifikasi dan
penguatan potensi sumberdaya lokal; (2) menicptakan kemitraan dan
konsolidasi yang solid di antara para pelaku usaha, stakeholders, dan
pemerintahan; (3) peningkatan kualitas dan kuantitas yang konsisten
dan berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan SOP; dan (4)
membangun infrastruktur dasar pembangunan pertanian, perkebunan
dan kehutanan. Selain itu, penguatan kelembagaan dinas, aparatur dan
institusi, menjadi isu strategis yang harus secara konsisten
ditingkatkan, sehingga cepat tanggap, informatif, regulatori, dan
fasilitatori.
BAB II
RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
49
II.1. Rencana Strategis
II.1.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan
Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan Kabupaten Bandung periode 2012-2015 adalah
“Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan
agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan
bersaing global, maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan”
Elemen-elemen yang menjadi jiwa dari visi tersebut adalah;
(a) Mensejahterakan masyarakat yang berarti bahwa prioritas
pembangunan pertanian ditempatkan pada kesejahteraan
masyarakat pada umumnya; dan khususnya pada masyarakat
pertanian; dimana kemampuan tukar output pertanian yang
dihasilkan petani diharapkan selalu meningkat antar waktu.
(b) Pengembangan agribisnis berkelanjutan yang mengandung
pengertian bahwa agribisnis merupakan suatu bentuk usahatani
yang harus dikembangkan dengan meningkatkan kapasitas
sumberdaya pertanian dari waktu ke waktu dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai dasar pengambilan
keputusannya; yang pada gilirannya memiliki dampak positif
terhadap status kesejahteraan masyarakat pertanian dalam
terminologi kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
(c) Berbasis sumberdaya lokal yang artinya memanfaatkan
semaksimal mungkin segenap potensi yang dimiliki wilayah yang
meliputi beragam sumberdaya alam, manusia dan kapital serta
derajat keterkaitan wilayah yang dimiliki.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
50
(d) Memiliki keunggulan bersaing global yang berarti bahwa output
sektor pertanian dihasilkan melalui pola-pola yang terstandarisasi
sehingga dapat menjamin keamanan dan kesehatan konsumen
sebagai dasar dari keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar
lokal, nasional dan internasional.
Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mengemban
misi yang harus dilaksanakan, yaitu:
1. Mendorong peningkatan peran sektor pertanian Kabupaten Bandung
dalam perekonomian regional dan nasional.
2. Meningkatkan akses dan ketersediaan sumberdaya pertanian yang
bersifat lokal dengan memanfaatkan teknologi untuk menjamin
keberlanjutan usaha pertanian.
3. Meningkatkan peran dan keterkaitan antar pelaku usaha melalui
integrasi wilayah produksi dan konsumsi komoditas serta produk
pertanian.
4. Meningkatkan partisipasi setiap usaha pertanian terhadap pasar
bebas melalui pembenahan pola produksi, kelembagaan dan pasar.
5. Membangun agribisnis berwawasan lingkungan
II.1.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Tujuan:
1. Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas
pertanian dan wilayah sentra produksi
2. Menciptakan sistem produksi pertanian yang menghasilkan nilai
tambah dan memiliki keunggulan kompetitif.
3. Menjaga kualitas lingkungan dalam pembangunan pertanian,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
51
perkebunan, dan kehutanan yang berkelanjutan
Secara lebih spesifik, tujuan dari implementasi Rencana Strategis
Pembangunan Pertanian jangka lima tahun di Kabupaten Bandung
memiliki sasaran sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat yang mata
pencahariannya berkaitan langsung dengan sumberdaya pertanian
terutama sub-sistem hulu dan produksi yang pada gilirannya juga
pada sub-sistem hilir.
2. Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan
produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
3. Meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelembagaan
petani serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani
sehingga mampu meningkatkan partisipasi dan aksesibilitas
terhadap inovasi teknologi, perkreditan, informasi pasar, dan
kelestarian sumberdaya pertanian
4. Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk
pertanian baik produk primer maupun olahan, sehingga mampu
berdaya saing di pasar, khususnya pasar ekspor melalui
pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian.
5. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi pada
pembangunan pertanian, pengembangan agribisnis, dan informasi
pasar
6. Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas
kualitas lingkungan hutan dan lahan
Rencana Strategis ini setelah disepakati oleh semua stakeholder
harus merupakan pedoman dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di sektor pertanian selama sepuluh tahun kedepan. Setiap
lima tahun dokumen rencana strategis harus ditinjau kembali dan
kemudian direvisi apabila diperlukan. Pedoman ini setelah disahkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
52
akan menjadi dokumen arahan bagi penyusunan rencana pembangunan
tahunan dengan target dan sasaran pembangunan yang lebih terarah,
efektif, dan efisien. Selanjutnya, Rencana Strategis juga harus dijadikan
sebagai bahan evaluasi setiap tahun, merupakan masukan bagi
perbaikan program tahun berikutnya.
II.1.3. Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja
Lima Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan
Tahun 2010-2015
Kerangka migrasi strategi pembangunan pertanian menunjukkan
proses penetapan dan perubahan strategi pembangunan antar waktu.
Dalam hal ini, migrasi strategi pembangunan pertanian ditetapkan dalam
jangka waktu 5 tahun dengan harapan bahwa strategi-strategi yang
terpilih pada setiap jangka waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan
migrasi tersebut. Kelebihan dari arsitektur strategi ini adalah sifatnya
yang sensitif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dinamis
pada sektor pertanian dan perkebunan.
Berdasarkan strategic foresight dan identifikasi kesenjangan
sektor pertanian di Kabupaten Bandung, proses pembangunan pertanian
dapat dibagi menjadi tiga jangka waktu dalam tiga dimensi
pembangunan; yaitu dimensi produk, pasar dan institusional. Secara
umum, pengembangan subsektor tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan diarahkan pada terciptanya komoditas dan produk yang
memiliki standar global. Pencapaian standar tersebut ditujukan untuk
memperbesar peluang pasar produk tersebut; meskipun mungkin pada
faktanya produk tersebut belum dapat menembus pasar global tetapi
barriers to entry terhadap pasar internasional telah dapat dieliminasi.
Pencapaian standar tersebut dapat dicapai dengan mengikuti pola
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
53
produksi komoditas dan proses pembentukan produk yang juga
terstandarisasi internasional; beberapa diantaranya adalah good
agricultural practices dan good manufacturing practices yang telah
diratifikasi pada tingkat internasional. Sementara untuk subsektor
kehutanan, strategi-strategi yang disusun diarahkan untuk menciptakan
kawasan hutan yang berkelanjutan; dimana implikasinya adalah harus
adanya perubahan pola produksi, dari produksi fisik (kayu dan non-
kayu) menjadi produksi barang dan jasa lingkungan (dalam hal ini adalah
ekowisata). Di samping itu, hutan dapat memberikan nilai perlindungan
exsitu dan insitu.
Dalam jangka pendek, strategi-strategi yang disusun untuk setiap
dimensi bersifat penentuan dan identifikasi komponen pengembangan
untuk masing-masing subsektor. Strategi identifikasi sangat dibutuhkan
sebagai dasar untuk strategi berikutnya; atau untuk perubahan (dan
migrasi) strategi pada jangka waktu berikutnya. Pada subsektor
tanaman pangan, penentuan komoditas pertanian yang akan menjadi
fokus pengembangan dan pemetaan pelaku usaha dalam komoditas
tersebut (beserta stakeholders-nya) dirasakan sangat relevan sebagai
dasar pengembangan selanjutnya. Selain dari komoditas, wilayah
dimana komoditas tersebut dapat dikembangkan juga menjadi dasar dari
pengembangan komoditas. Sebagai justifikasi, pengembangan suatu
komoditas memerlukan keterkaitan antara aspek spasial dengan
jaringan usahatani komoditas tersebut. Keunggulan komoditas dapat
dicapai dengan memanfaatkan dampak tumpahan (spillover effect) yang
cenderung terjadi pada wilayah-wilayah sentra produksi pertanian yang
berkelompok membentuk cluster. Cluster sentra produksi berbagai
komoditas pertanian yang terbentuk secara alami di Kabupaten
Bandung.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
54
Pada subsektor perkebunan, inventarisasi teknologi produksi dan
upaya penerapannya menjadi komponen yang cukup penting mengingat
permasalahan yang dihadapi bermuara pada sisi produksi dan
pengolahan hasil. Sementara pada subsektor kehutanan, komponen-
komponen kelembagaan merupakan komponen penting karena
permasalahan yang dihadapi adalah mengenai konflik pemanfaatan
sumberdaya alam dan penanganan lahan dan air.
Strategi identifikasi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan
upaya-upaya mengembangkan pola produksi yang konvergen pada
konsep good agricultural practices (GAP). GAP harus dijadikan dasar
pada proses pembangunan pertanian karena konsep ini memuat pola
produksi yang bersifat holistik dan dapat diterapkan secara spesifik
pada setiap jenis sistem agroekologis. Pengadopsian konsep ini dapat
dilakukan setelah wilayah dan komoditas utama telah teridentifikasi.
Selanjutnya diperlukan proses penerjemahan prinsip-prinsip GAP
tersebut sesuai dengan karakteristik wilayah dan komoditas yang
bersangkutan.
Strategi jangka pendek juga akan diwarnai dengan upaya-upaya
mengembangkan mekanisme supply chain (SCM) pada setiap komoditas.
SCM merujuk pada kegiatan manajerial (koordinasi) antar pelaku dan
lembaga yang terlibat dalam sektor pertanian (produksi, distribusi dan
pemasaran) dengan tujuan mengahasilkan produk yang diminta oleh
konsumen. Yang menjadi penekanan pada mekanisme ini adalah proses
kolaborasi perencanaan dan keterkaitan antar pelaku usahatani
tersebut. Strategi ini sangat relevan dengan Dinas Pertanian Kabupaten
Bandung yang berfungsi sebagai fasilitator pembangunan pertanian.
Di dalam dimensi pasar, competitive intelligence (CI) menjadi
kunci dari strategi-strategi jangka pendek. Strategi CI mencakup
proses-proses yang berkaitan dengan mengumpulkan, menganalis, dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
55
mengaplikasikan informasi yang diperoleh berkaitan dengan komoditas
dan produk. Dalam operasionalisasinya, CI dapat dilakukan dengan
membentuk jaringan formal dengan stakeholders yang terlibat dalam
sektor pertanian. Dalam konteks ini, CI lebih ditekankan kepada
penggalian informasi mengenai pasar komoditas dan produk pertanian.
Pada gilirannya, informasi-informasi yang diperoleh akan diterjemahkan
sebagai input dalam melakukan penyesuaian rencana strategis ketika
pasar pertanian mengalami dinamika. Informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh Kabupaten Bandung terntunya berkaitan dengan
kekuatan dan kelemahan sektor pertanian serta peluang-peluang yang
dapat dieksploitasi. Kerangka keterkaitan strategi dan migrasi stretegi
disajikan pada Gambar 10.
Sebagai hasil dari jangka pendek, terdapat beberapa komponen
dasar strategi yang harus diterapkan. Pada jangka menengah
diharapkan telah terciptanya arah menuju pola produksi komoditas dan
pasar yang bersifat kontrak (contract based). Sebagai justifikasi, pasar
yang bersifat kontrak akan memberikan peluang yang lebih besar
terhadap usahatani berskala kecil untuk dapat berpartisipasi dalam
pasar. Meskipun begitu, pola ini memerlukan jaringan usaha yang relatif
telah terbangun; dimana usaha-usaha untuk membangun jaringan
tersebut telah diinisiasi pada strategi jangka pendek. Selanjutnya,
lingkungan yang dapat mendorong usahatani kecil untuk dapat
memenuhi standar dalam pola kontrak harus dikembangkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
56
Gambar II.1. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PA
SA
RK
ELE
MB
AG
AA
NP
RO
DU
K
5 Penerapan Integral Chain Care selanjutnya
(penekanan pada good manufacturing
practices, HACCP dan sistim traceability).
6 Adopsi teknologi yang tersedia untuk
pengembangan komoditas menjadi produk
derivatif;.
1 Pemetaan komoditas aktual dan potensi.
2 Penentuan fokus pengembangan komoditas.
3 Inventarisasi dan inisisasi pemanfaatan teknologi yang
tersedia pada tingkat nasional dan internasional.
4 Penyesuaian dan penerapan standar komoditas dan
terdiferensiasi. Sosialisasi dan inisiasi penerapan Integral
Chain Care tahap awal (penekanan pada sektor budidaya;
good agricultural practices, good pesticide practices).
6 Penetrasi pasar nasional untuk
komoditas terfokus beserta
produk dan produk derivatifnya.
Pemanfaatan peluang pasar
global (extenderization).
12 Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi dan SCNM untuk
menciptakan co-innovation pada
produk. Pengembangan sistem
inovasi agribisnis.
13 Proses regenerasi dan suksesi
pada generasi muda
agripreneur.
7 Pengembangan industri
pertanian di sektor hilir.
7 Pemetaan cluster komoditas dan produk.
8 Pengembangan sistem informasi cluster.
9 Pengarahan dan pemanfaatan dana corporate
social responsibility untuk pembentukan
cluster.
10 Menciptakan iklim kondusif untuk merangsang
pembentukan aliansi strategis antar pelaku
usaha dan stakeholders. Pengembangan
biopartnership pada industri agrofarmaka.
11 Pengembangan collaborative decision making.
4 Transformasi perilaku pasar yang informal
(open negotiation based) menjadi formal
(contract based).
5 Penetrasi pasar (penekanan pada niche
market dan pasar industri).
1 Competitive intelligent. Pemetaan karakteristik dan
perilaku pasar.
2 Inventarisasi kendala barriers to entry pada pasar.
3 Pengembangan promosi generik. Inisiasi penetrasi pasar
(penekanan pada pasar ritel moderen).
1 Inisiasi untuk mentransformasi kelembagaan petani
berbasis produksi menjadi berbasis pasar (nilai).
2 Pengembangan aglomerasi di sektor pertanian.
3 Pemetaan dan identifikasi keterkaitan di antara jaringan
pelaku usaha dan stakeholders di sektor pertanian.
4 Menginisiasi pembentukan forum pada (3.) dan
merancang proses kolaborasi di dalam rantai pasokan.
5 Pemetaan industri penunjang komoditas dan produk.
6 Inisiasi pembentukan klaster agribisnis pangan dan
perkebunan. Pengembangan supply chain and network
management (SCNM).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
57
Salah satu prasyarat bagi terciptanya pasar kontrak adalah
adanya standarisasi komoditas atau produk pertanian. Pada jangka
pendek, upaya-upaya standarisasi telah diinisiasi salah satunya melalui
strategi adopsi konsep GAP; dan pada jangka menengah dikembangkan
lebih lanjut dengan mengadopsi konsep traceability. Konsep ini merujuk
pada kelengkapan informasi pada setiap tahap produksi komoditas
pertanian. Konsep ini sangat perlu diadopsi mengingat bahwa preferensi
konsumen telah berubah ke arah makanan yang aman dan sehat; dimana
perhatian konsumen terhadap proses produksi akan semakin besar pada
masa mendatang. Isu-isu mengenai penggunaan komoditas pertanian
transgenik dan bahan kimia akan memperbesar tekanan konsumen
terhadap produsen. Sejalan dengan konsep traceability, secara paralel
konsep HACCP (hazard analysis and critical control points)harus dapat
diterapkan.HACCP merupakan suatu pendekatan yang sistematik
terhadap keamanan pangan yang dilakukan pada setiap tahap produksi
pangan tersebut. Pendekatan ini dianggap sangat perlu mengingat
bahwa selama ini inspeksi pangan lebih sering dilakukan pada tahap
akhir produksi.
Pada sisi kelembagaan, pembangunan jangka menengah harus
diwarnai dengan pengembangan kolaborasi pengambilan keputusan
usaha (collaborative decision making) diantara pelaku pada sektor
pertanian untuk menjamin efektivitias dari serangkaian strategi-strategi
yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan keputusan usahatani
secara kolaboratif merupakan strategi lanjutan dari strategi SCM;
dimana kolaborasi menunjukkan bentuk hubungan antar pelaku dan
lembaga dalam sektor pertanian yang bersifat partnership. Konsekuensi
dari bentuk hubungan tersebut adalah adanya kontrak formal mengenai
distribusi profit dan loss yang dialami dalam rantai produksi tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
58
Dalam jangka panjang merupakan pengembangan dari strategi-
strategi yang telah disusun pada jangka pendek. Dalam jangka
menengah, strategi-strategi akan mengalami perubahan (penyesuaian)
terhadap tujuan yang akan dicapai pada jangka panjang. Dari sekian
banyak opsi strategi, pembentukan integral chain care (ICC) pada
subsektor tanaman pangan dan perkebunan perlu mendapatkan prioritas
karena ICC merupakan koridor utama dalam pencapaian target
pengembangan. Pada subsektor perkebunan, pembentukan aliansi
strategis dengan asosiasi-asosiasi perlu dilakukan untuk dapat
meningkatkan posisi tawar dari produk yang dihasilkan. Di antara
beberapa dimensi pembangunan dalam kerangka migrasi strategi,
dimensi kelembagaan tampaknya belum menjadi perhatian utama.
Paradigma baru dalam pembangunan pertanian menyaratkan
keseluruhan dimensi mendapatkan proporsi pengembangan yang
seimbang. Pembangunan pertanian di dalam dimensi kelembagaan
melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat co-innovation, collaborative
decision making dan beragam skema yang mengambil bentuk
biopartnerships diharapkan akan menjamin tercapainya target
pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Berkaitan dengan subsektor kehutanan, perencanaan dapat
diterjemahkan sebagai sebuah proses pengambilan keputusan dan
kegiatan yang berkesinambungan dalam menentukan alternatif
pemanfaatan dan konservasi sumberdaya hutan dengan tujuan tertentu
pada jangka menengah dan jangka panjang. Dalam konteks perencanaan
strategis ini, pengembangan subsektor kehutanan diarahkan pada
pemanfaatan hutan yang tidak bersifat eksploitatif sebagai altenatif dari
pemanfaatan yang konvensional. Pada jangka pendek, strategi-strategi
pengembangan kehutanan diarahkan pada upaya-upaya mengidentifikasi
manfaat lain dari hutan dalam menghasilkan barang dan jasa lingkungan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
59
Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa dari sekian alternatif
pemanfaatan hutan maka ekowisata (ecotourism) menawarkan peluang
yang sangat besar untuk dikembangkan. Dalam konteks ini, peran utama
dari Dinas adalah sebagai koordinator dan negoisator mengingat bahwa
hutan adalah sebuah barang publik yang hingga saat ini selalu
menghadapi masalah-masalah hak properti dan hak pemanfaatannya.
Sebagai konsekuensi dari barang publik, terdapat banyak pelaku
ekonomi yang sangat berkepentingan dalam memanfaatkan hutan; dan
tidak jarang menimbulkan konflik sumberdaya. Fungsi negoisator
menjadi sangat relevan dengan banyaknya pelaku ekonomi yang terlibat
tersebut.
Pada jangka menengah, strategi pengembangan beralih pada
aspek penyediaan infrastruktur yang berkaitan dengan ekowisata.
Selain dari anggaran belanja pemerintah, penyediaan infrastruktur
tersebut dapat dilakukan melalui pihak swasata yang distimulasi dengan
pemberian insentif fiskal. Dalam pengembangannya, peranan masing-
masing stakeholder dalam subsektor kehutanan menjadi sangat krusial.
Keberhasilan pengelolaan hutan tentunya sangat bergantung pada
komitmen dan partisipasi stakeholder. Selain itu, pendidikan informal
yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya alam harus telah
disosialisikan; terutama ditujukan pada masyarakat yang berhubungan
langsung dengan hutan. Pada jangka panjang, strategi-strategi
diarahkan kepada pengintegrasian ekowisata di Kabupaten Bandung
pada jaringan keparawisataan nasional dan internasional. Kegiatan-
kegiatan promosi menjadi kunci bagi terlaksananya strategi ini. Selain
itu, objek ekowisata tersebut telah terhubung dengan upaya-upaya
konservasi lainnya yang mengarah pada proteksi wilayah yang
bersangkutan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
60
Gambar II.2. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Kehutanan Kab. Bandung
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PA
SA
RK
ELE
MB
AG
AA
NP
RO
DU
K
1 Identifikasi pasar barang dan
jasa lingkungan; menyusun
target pasar. Penyusunan paket-
paket produksi barang dan jasa
lingkungan.
2 Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur minimal dengan
memanfaatkan jaringan dengan
swasta.
3 Inisiasi pengintegrasian objek
hutan ke dalam jaringan
kepariwisataan nasional dan
internasional.
1 Pemetaan stakeholders
kehutanan; terutama masyarakat
sekitar hutan. Pembentukan
komunitas hutan. Inisiasi
pembentukan jaringan bisnis
dan pendidikan.
2 Pembakuan mekanisme sharing
manfaat dan tanggung jawab
dengan stakeholders.
Pengembangan sistim
pendidikan lingkungan.
3 Pemberlakuan audit sosial
terhadap stakeholders.
Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi untuk
menciptakan co-innovation
pada produk lingkungan.
1 Inventarisasi detil mengenai
interaksi antara hutan dengan
objek lainnya (aspek tekno-
sosio-ekonomi).
2 Adopsi dan pembakuan standar
mengenai pengelolaan hutan
sesuai konvensi internasional.
3 Konvergensi sistim pertanian
dengan produk dan jasa
lingkungan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
61
Tabel II.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai
dengan Periode 2015
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
KINERJA
TAHUN 2015
Meningkatkan
swasembada pangan
lokal melalui
peningkatan
produktivitas lahan dan
komoditas pangan
unggulan lokal
1. Jumlah produksi komoditas tanaman
pangan unggulan:
- Padi (ton) 536.347
- Jagung (Ton) 53.386
- Ubi Kayu (Ton) 57.580
2. Jumlah produktivitas komoditas
tanaman pangan:
- Padi (kui/ha) 63,01
- Jagung (kui/ha) 64,15
- Ubi Kayu (kui/ha) 113,00
3. Prosentase kehilangan/kerusakan
hasil tanaman pangan 0,2 – 5%
4. Proporsi serangan OPT terhadap
luas tanam:
- Padi
- Jagung
11%
7%
1. Jumlah perluasan tanam yang telah
menerapkan teknologi
a. Padi
- SL-PTT
- SRI
b. SL-PTT Jagung
12.000 ha
5.000 ha
6.250 ha
2. Prosentase luas tanam yang telah
menerapkan teknologi:
a. Penggunaan Pupuk Berimbang
b. Penggunaan Benih Berlabel
- Padi
- Jagung
70%
65%
60%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
62
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
KINERJA
TAHUN 2015
Meningkatkan
keunggulan komparatif
dan kompetitif produk
pertanian melalui
pengembangan
agribisnis dalam
aglomerasi ekonomi
pertanian
1. Jumlah produksi komoditas
unggulan:
- Sayuran (ton)
- Buah-buahan (ton)
- Biofarmaka (ton)
- Tan. Hias (tangkai)
- Kopi (ton)
- Teh (ton)
- Cengkeh (ton)
1.091.180
594.473
894.960
397.543
4.407
3.495
124
2. Jumlah kelompok tani yang telah
memiliki registrasi kebun
a. Hortikultura
b. Perkebunan
55 kelompok
10 kelompok
3. Jumlah kelompok usaha rumah
kemasan dan UPH:
a. Hortikultura
b. Perkebunan
5 kelompok
7 kelompok
Mengembangkan usaha
ekonomi produktif dalam
upaya stabilitas kualitas
lingkungan hutan dan
lahan
1. Jumlah usaha agribisnis hasil non-
kayu:
- Jamur
- Lebah Madu
- Ulat Sutera
5 unit
5 kel
4 kel
2. Jumlah usaha agribisnis hasil kayu 1 kelompok
3. Penanaman lahan kritis 22.906 ha
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
63
II.1.4. Kerangka Kebijakan, Strategis dan Penetapan Kinerja
Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2014
Sejalan dengan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan Kabupaten Bandung yang telah ditentukan sebelumnya,
diperlukan beragam kebijakan strategis untuk mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran dari pembangunan sektor pertanian. Secara garis
besar, strategi, kebijakan dan program yang disusun untuk
meningkatkan kesejahteraan petani pada tahun 2014 bertujuan untuk
memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan,
peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian,
pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) meningkatnya
kapasitas dan kapabilitas petani, (2) semakin kokohnya kelembagaan
petani, (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif;
dan (4) meningkatnya kualitas infrastruktur pertanian.
(a). Kebijakan yang berdasarkan strategi Produksi
Kerangka kebijakan yang termasuk di dalam dimensi produk
dibentuk berdasarkan target pencapaian kinerja pertanian yang
berkaitan dengan sisi produksi pertanian. Dalam rangka memperoleh
keunggulan kompetitif komoditas dan produk pertanian, maka secara
spesifik target jangka panjang yang akan dicapai adalah memperoleh
komoditas yang telah mendapatkan standarisasi internasional dan
bersifat terdiferensiasi.
Tabel II.2 Prioritas Komoditas Unggulan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
64
Komoditas Kabupaten Bandung
Pangan Non Pangan
Tanaman Pangan Padi, Jagung, dan Ubi
kayu
Hortikultura Cabe, Bawang merah,
Kentang, Kubis, Tomat,
Stroberi, Alpukat, Jambu,
Biofarmaka
Tanaman hias
Perkebunan Kopi, Teh Cengkeh, Tembakau
Diantara berbagai opsi kebijakan di dalam dimensi pengembangan
produk, kebijakan penetapan standar mutu produksi tampaknya belum
mendapatkan prioritas. Sesuai dengan target yang akan dicapai,
penetapan standar mutu produksi berfungsi sebagai benchmark dan
indikator kinerja produksi komoditas dan produk pertanian. Penetapan
standar mutu ini merupakan akumulasi dari beberapa komponen yang
dapat dijadikan acuan dalam merencanakan program pengembangan
yang lebih spesifik.
Di dalam subsektor kehutanan, kebijakan pengadopsian dan
penetapan kerangka pengolahan dan pemanfaatan berdasarkan prinsip-
prinsip konservasi hutan ditujukan untuk menciptakan produk dan jasa
lingkungan yang dapat digunakan sebagai patokan dalam setiap jangka
waktu pembangunan. Kebijakan ini mencakup beberapa komponen
pengembangan; (1) pengkajian mengenai berbagai manfaat hutan yang
kemudian dapat disosialisasikan kepada setiap stakeholders; (2)
pengadopsian standar internasional mengenai kegiatan pemanfaatan
hutan; dan (3) penetapan regulasi sebagai koridor terlaksananya
kebijakan tersebut.
(b). Kebijakan yang berdasarkan strategi Pasar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
65
Pencapaian utama pembangunan dalam dimensi pasar adalah
menciptakan peluang dan keikutsertaan komoditas dan produk pertanian
di pasar global. Kebijakan-kebijakan yang dapat memayungi proses
pencapaian tersebut disajikan berikut ini.
Kebijakan Rencana Tindakan
Penetapan mekanisme yang
berkaitan dengan riset pasar
(identifikasi peluang pasar)
Pengembangan market-competitive
intelligence
Pengembangan inovasi pertanian
spesifik lokasi
Pengembangan alternatif
sistim transaksi
(pembiayaan, pengalihan
resiko dan penjaminan)
Pengembangan pola contract
farming.
Peningkatan fungsi fasilitasi
dan advokasi antara pelaku
pasar
Advokasi dan pendampingan dengan
tujuan meperkuat aspek legal usaha
pertanian
Beberapa dari kebijakan di atas yang belum mendapatkan
prioritas adalah kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan riset
pasar dan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi. Riset pasar sangat
dibutuhkan untuk tetap menjamin kedinamisan strategi dan
keberlanjutan keunggulan komoditas dan produksi pertanian yang
dihasilkan. Mengingat perilaku pasar (sisi permintaan) yang selalu
berubah, maka dibutuhkan strategi yang juga dituntut untuk selalu dapat
beradaptasi dengan perubahan. Dalam hal ini, riset pasar merupakan
bahan bakar utama bagi upaya-upaya adaptasi yang harus dilakukan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
66
Kebijakan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara
pelaku pasar juga sangat penting untuk diprioritaskan. Kebijakan ini
ditujukan untuk mengantisipasi kecenderungan terjadinya kegagalan
pasar yang kerap terjadi pada sektor pertanian. Selain itu, fungsi
fasilitasi tentunya sangat dibutuhkan untuk mengintegrasikan usahatani
berskala kecil (tradisional) kepada alternatif-alternatif sistim transaksi
moderen yang sedang mengalami pertumbuhan pesat pada saat ini.
Selain itu, sudah waktunya untuk juga dipikirkan mengenai:
pengembangan manajemen resiko usahatani dan penciptaan iklim
investasi usaha yang kondusif. Untuk itu, pemerintah daerah perlu
menunjukan political will yang kuat dalam menunjang para pelaku
agribisnis dengan dibuatnya program-program yang spesifik. Kebijakan
dan program yang berkaitan dengan pengembangan pemasaran
dilaksanakan melalui program pemasaran hasil produk
pertanian/perkebunan.
(c). Kebijakan yang berdasarkan strategi kelembagaan
Pada jangka panjang, pembangunan pertanian dalam dimensi
institusional ditujukan pada terciptanya sistem cluster pada sektor
pertanian. Selanjutnya cluster akan berperan sebagai media dasar
dalam mengembangkan kolaborasi antar stakeholders dalam rantai
produksi komoditas. Kerangka kebijakan pendukung pencapaian
tersebut disajikan pada matriks kebijakan selanjutnya.
Kebijakan pertama yang harus dilakukan adalah menata kembali
fungsi pemerintah sebagai kelembagaan penunjang yang didasari oleh
kebutuhan sektoral, dengan demikian akan jelas struktur dan hirarki
kelembagaan pemerintah dalam sektor pertanian. Langkah tersebut
diharapkan akan berdampak pada koordinasi yang baik diantara para
pengambil dan pelaksana kebijakan pengembangan pertanian. Selain itu,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
67
peningkatan profesionalisme aparatur Dinas Pertanian diharapkan
menjadi akselerator terbentuknya proses kolaborasi tersebut.
Selanjutnya, kebijakan harus didukung pula dengan kebijakan
pengembangan sistem koordinasi usahatani. Keragaan usahatani
memerlukan dukungan yang bersifat lintas fungsional, administrasi dan
disiplin disertai dengan penggunaan teknologi (teknik) di bidang
manajemen yang akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja
sektor pertanian di Kabupaten Bandung.
Kebijakan Rencana Tindakan
Penataan fungsi tugas
pemerintah yang
didasari oleh
kebutuhan spesifik
Pendidikan dan pelatihan teknis SDM
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan
Peningkatan profesionalisme SDM Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Penetapan mekanisme
keterkaitan lembaga
peneltian dengan
pelaku sektor
pertanian dan pasar
Peningkatan koordinasi dengan lembaga
penelitian (nasional dan internasional) dan
perguruan tinggi (perencanaan
kolaboratif)
Pengembangan sistem
koordinasi dan
komunikasi pertanian
(E-Government)
Pengembangan lembaga pertanian di
pedesaan
Penyebaran informasi mengenai program
pembangunan pertanian (partisipatif)
Peningkatan peran pengawasan
partisipatif program pembangunan
pertanian
Penciptaan proses pengambilan keputusan
yang bersifat kolaboratif
Mendorong berfungsinya cluster-cluster
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
68
Kebijakan Rencana Tindakan
komoditas pertanian
Pemberdayaan
masyarakat kehutanan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
perumusan kebijakan dan program
pemanfaatan hutan
Peningkatan kewirausahaan masyarakat
kehutanan melalui pendidikan informal
Masih berkaitan dengan dimensi institusional, permberdayaan
masyarakat dalam rangka pembangunan sektor perkebunan dan
kehutanan merupakan komponen yang paling relevan mengingat konflik
sumberdaya yang sering timbul di kedua subsektor ini. Pada subsektor
perkebunan, peningkatan kapasitas pekebun-pekebun berskala kecil
dan buruh perkebunan dapat dilakukan melalui optimasi penggunaan isu
corporate social responsibility pada perusahaan perkebunan berskala
besar; termasuk di dalamnya perusahaan perkebunan milik pemerintah.
Di dalam sub sektor kehutanan, optimasi pemanfaatan hutan dapat
dilakukan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat, terutama
masyarakat pinggiran hutan. Dengan rekayasa kelembagaan, diharapkan
masyarakat menjadi aktif dalam melakukan kegiatan konservasi serta
mengalihkan ekstraksi sumberdaya hutan menjadi bentuk-bentuk jasa
lingkungan. Rekayasa kelembagaan tersebut dapat diinisiasi dengan
mengidentifikasi hukum adat atau norma yang berlaku lokal.
Selanjutnya, penentuan pengelolaan hutan dapat diformulasikan
bersama-sama seluruh stakeholders primer; sementara peningkatan
kapasitas kelembagaan dapat dilakukan melalui beragam bentuk
pendampingan dan advokasi.
(d) Kebijakan yang berdasarkan Pengelolaan Lingkungan
Target pencapaian pembangunan pertanian dan kehutanan
berkelanjutan sebagaimana diuraikan di atas akan sangat dipengaruhi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
69
oleh fenomena perubahan iklim yang telah menjadi isu global dan sangat
berdampak terhadap kelangsungan pembangunan di masa yang akan
datang. Perlu upaya mengurangi dampak negatif perubahan iklim
terhadap sumberdaya dan sistem produksi pertanian serta terhadap
sosial ekonomi petani dan juga peningkatan kualitas lingkungan,
terutama kualitas lahan dan hutan. Oleh karena itu, untuk menyiapkan
antisipasinya diperlukan analisis tentang kerentanan dampak perubahan
iklim, inventarisasi dan delineasi wilayah yang terkena dampak, serta
penyusunan road map rencana aksi adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim dan lingkungan. Kebijakan ini tahun 2014, dilaksanakan melalui
program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pembangunan pertanian didesain dengan mencermati
perkembangan lingkungan global sebagai respon terhadap pembangunan
yang menyeluruh di bidang lain di dalam ekonomi nasional. Kenaikan
standar hidup, perkembangan teknologi termasuk di dalamnya
bioteknologi, serta perkembangan pasar domestik dan pasar dunia
merupakan faktor yang mendorong tumbuh kembangnya pertanian
modern sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional.
Pembangunan pertanian modern yang dimaksud adalah pembangunan
pertanian melalui pembangunan agribisnis dan agroindustri dengan
penguatan pola kemitraan usaha tani dari industri hulu sampai industri
hilir.
Di dalam memandang perencanaan pembangunan pertanian sebagai
upaya peningkatan kesejahteraan petani, pembangunan harus diarahkan
agar penduduk desa yang relatif miskin dapat menikmati buah dari
kemajuan pembangunan nasional dan dapat memberdayakan dirinya
sendiri untuk berpartisipasi secara penuh di dalam proses
pembangunan. Pemberdayaan itu juga diarhakan ke dalam suatu proses
di mana rakyat dapat bergerak untuk memanfaatkan kesempatan-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
70
kesempatan yang tersedia yang disiapkan untuk memperbaiki kualitas
hidup secara bertahap.
Saat ini terdapat kecenderungan dan perubahan paradigma untuk
mendesain pembangunan pertanian atas dasar perubahan dan
perkembangan teknologi dan mekanisme pasar. Perubahan ini
mendorong keseluruhan sektor ikut harus mampu mengubah arah dan
strategi pembangunan termasuk di sektor pertanian.
Berdasarkan pertimbangan kondisi, potensi sumberdaya domestik,
serta peluang yang dimiliki, maka dapat dibuat arah pembangunan
pertanian pada masa datang di Kabupaten Bandung dengan tetap
memperhatikan pola perubahan yang terjadi di sepanjang proses
kegiatan agribisnis melalui program kerja Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan.
Setiap program/kegiatan yang direncanakan ditujukan untuk
mencapai Rencana Kerja Lima Tahunan yang dievaluasi setiap tahun.
Lebih lanjut, untuk mencapai sasaran lima tahunan tersebut, perlu
ditetapkan Rencana Kerja Tahunan. Rencana Kinerja Tahunan
merupakan penjabaran dari Rencana Kinerja Lima Tahunan. Strategis
pencapaian sasaran dan tujuan tahunan dirancang ke dalam
program/kegiatan tahunan. Pada tahun 2013, Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan menyusun Rencana Tindak ke dalam 8
program dan 22 kegiatan. Berikut Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun
2014, antaralain (tabel II.3):
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
71
Tabel II.3. Penetapan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
Meningkatkan
swasembada pangan
lokal melalui
peningkatan
produktivitas lahan
dan komoditas
pangan unggulan
lokal
1. Jumlah Pencapaian
Produktivitas Komoditas:
- Padi (kuintal/ha)
64,14
1. Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija
2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan
Hasil
3. Pengembangan Diversifikasi Pangan
4. Pengembangan Perbenihan/Pembibitan
5. Penyusunan Database Produk Pangan
6. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi
Tepat Guna Pertanian/Perkebunan
7. Pemeliharaan Rutin/Berkala Teknologi
Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
- Palawija (kuintal/ha) 108,67
2. Jumlah Kelompok yang telah
memiliki sertifikat organik
(Kel) 3
3. Tingkat kehilangan/kerusakan
hasil tanaman pangan (%) 10,35
4. Prosentase luas tanam yang
telah menerapkan teknologi:
a. Penggunaan Pupuk
Berimbang (%)
b. Penggunaan Benih Berlabel
70
68
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
72
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
7(%)
5. Proporsi serangan OPT
terhadap luas tanam
a. Padi
b. Jagung
12
10
6. Pencapaian Indeks
Pertanaman (IP)
2,29
7. Proporsi luas areal tanam
yang terkena puso (%)
1,12
8. Jumlah unit UPJA yang
berkembang
17
Meningkatkan
keunggulan
komparatif dan
kompetitif produk
1. Jumlah rata-rata pencapaian
produktivitas komoditas
unggulan:
- Sayuran (kuintal/ha)
210,19
1. Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Pertanian
2. Peningkatan Mutu, Produksi dan
Produktivitas Produk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
73
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
pertanian melalui
pengembangan
agribisnis dalam
aglomerasi ekonomi
pertanian
- Buah-buahan (kuintal/ha)
- Biofarmaka (kg/m2)
- Tan. Hias (tangkai/ha)
- Kopi (kuintal/ha)
- Teh (kuintal/ha)
- Cengkeh (kuintal/ha)
- Tembakau (kuintal/ha)
102,00
3,19
17,14
11,90
23,50
2,15
9,50
Pertanian/Perkebunan
3. Penelitian dan Pengembangan
Pemasaran Atas Hasil Produk
Pertanian/Perkebunan
4. Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/
Perkebunan
5. Pembangunan Pusat-pusat penampungan
hasil produk Pertanian/Perkebunan
6. Penyusunan database produk pangan
7. Pengembangan Pertanian pada Lahan
Kering
8. Penyediaan sarana dan Prasarana
Produksi Pertanian/Perkebunan
9. Pengembangan bibit unggul pertanian/
perkebunan
2. Jumlah kelompok tani yang
menerapkan SOP GAP
a. Sayuran
b. Buah-buahan
c. Tanaman Hias
d. Biofarmaka
35
13
5
4
3. Jumlah komoditas yang
dikembangkan:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
74
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
a. Sayuran (komoditas)
b. Buah-buahan (komoditas)
c. Tanaman Hias (komoditas)
d. Biofarmaka (komoditas)
11
4
3
1
4. Jumlah kelompok yang telah
memiliki registrasi kebun
(kelompok)
30
Mengembangkan
usaha ekonomi
produktif dalam
upaya stabilitas
kualitas lingkungan
hutan dan lahan
1. Prosentase luas lahan kritis
yang tertanami (%)
47,58 1. Pengembangan hasil hutan non kayu
2. Pembuatan benih/bibit kehutanan
3. Pembinaan Pengendalian dan
Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan
4. Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan
2. Jumlah luas areal hutan
rakyat/ Agroforestry (ha)
7.910
3. Jumlah komoditas yang
mengembangkan aneka usaha
4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
75
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
kehutanan
4. Jumlah kelompok tani
berbasis aneka usaha
kehutanan dan AUK
(kelompok)
118
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
61
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Salah satu tujuan dari pembangunan pertanian di Kabupaten
Bandung adalah meningkatkan produktivitas usahatani tanaman pangan
melalui pola kemitraan dan meningkatkan ketahanan pangan di pedesaan.
Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya produktivitas tanaman
komoditas pertanian unggulan per hektar dalam satu kali tanam,
berkembangnya usahatani padi dan palawija dengan pola kemitraan, dan
tersedianya pangan yang cukup dengan harga yang terjangkau oleh daya
beli masyarakat, serta terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang
tercermin dari tersedianya berbagai komoditas pangan dan pangan
olahan.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan pertanian ini, Dinas
Pertanian Kabupaten Bandung mengajukan beberapa strategi
perencanaan pembangunan melalui kegiatan:
1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan;
2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian;
3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija;
4. Pengembangan Diversifikasi Pangan
5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering;
6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan;
7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan;
8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian /
Perkebunan;
Dengan upaya ini diharapkan mampu mencapai ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga petani dan gizi masyarakat yang seimbang sebagai
prasyarat dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, juga
meningkatkan usahatani pertanian dengan pola kemitraan, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan indeks daya beli dan indeks kesehatan
masyarakat, terutama masyarakat tani di pedesaan. Adapun teknis
pelaksanaan, sebagai berikut:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
62
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui
potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi
pengembangan, kemampuan SDM dan pengembangan bisnis
pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data dan informasi mengenai
kelembagaan dan budaya lokal.
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan
penentuan jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta.
Penetapan jenis usaha dilakukan dengan studi kelayakan usaha
untuk mengetahui keuntungan dan keberlanjutan usaha. Kegiatan
ini harus dilakukan dengan hati - hati karena hasilnya
menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil
seleksi dan potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara
teori dan praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha.
Kegiatan ini akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode
belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan
untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam manajerial
usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana
produksi atau kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut
diberikan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam
kegiatan produksi/pengolahan pangan/pertanian.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan
teknis dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
63
selama satu tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan
pangan/pertanian sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam
proses pendampingan menghadapi permasalahan yang sulit
dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta bantuan kepada
dinas/instansi teknis terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap
diberikan selama beberapa bulan dengan frekwensi kunjungan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan
terus dilanjutkan sampai kelompok dapat mengembangkan usahanya
menjadi kokoh dan mandiri termasuk mengupayakan kemitraan
dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek ini merupakan
pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari dinas
sesuai dengan bidangnya.
Adapun sasaran dari program peningkatan ketahanan pangan
direncanakan tersebar di 31 kecamatan yang merupakan daerah sentra
komoditas padi, palawija, dan hortikultura.
Sedangkan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut,
adalah:
1. Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan.
2. Berkembangnya kegiatan perbenihan tanaman Pangan, hortikultura
dan perkebunan.
3. Berkembangnya daerah sentra produksi tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
4. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian
organik.
5. Berkembangnya usahatani organik di pedesaan.
Kegiatan agribisnis mencakup empat subsistem, yaitu: subsistem
agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan ekonomi yang
menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan sarana produksi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
64
pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat
mesin pertanian, dan lain-lain); subsistem usahatani (on-farm
agribusiness); subsistem agribisnis hilir (down-streamagribusiness).
Keberhasilan pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem
agribisnis sangat tergantung pada tingkat kehandalan dari setiap
komponen yang menjadi subsistemnya. Untuk mencapai kehandalan
yang simultan dari setiap subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan
uluran dan campur tangan pemerintah melalui regulasi, koordinasi,
perlindungan, stimulasi, pelayanan dan penilaian terhadap seluruh
subsistem dalam sistem agribisnis beserta lingkungan yang
mempengaruhinya. Selain itu, kondisi sumberdaya lingkungan serta
sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang menentukan
kehidupan dan pengembangan sistem agribisnis tersebut, yang
direncanakan tersebar di Kabupaten Bandung (31 kecamatan).
Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan ini,
antara lain adalah :
1. Mendorong terbentuknya usaha agribisnis baru sebagai usaha
diversifikasi pangan;
2. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan standar-standar mutu
produk dan teknologi pengolahan hasil; dan
3. Terfasilitasi alat mesin pengolahan pasca panen hasil pertanian
dan sarana prasarana agribisnis.
Kegiatan Pengembangan sistem informasi manajemen pertanian
diarahkan untuk mencapai sasaran:
- Terkumpul, terolah, dan teranalisanya data primer komoditas
Pertanian serta peramalan produksi pertanian
- Teridentifikasinya data potensi wilayah dan agroekosistem
- Berkembangnya manajemen database pertanian
- Terlaksananya perencanaan pembangunan pertanian yang tepat
sasaran.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
65
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian
tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi
masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin
dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel II.4. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Ketahanan
Pangan Tahun 2014
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target
Kinerja
Penyusunan Database
produksi pangan
-Pengembangan Websites 1 Paket
-Terlaksananya Advokasi
Pengelolaan Data Statistik Peranian
Tanaman pangan dan Hortikultura
1 Kali
-Terlaksananya Penetapan Sasaran
Intensifikasi Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan
1 kali
-Terlaksananya kegiatan
sinkronisasi data statistik pertanian
2 Kegiatan
-Terlaksananya Forum Komunikasi
Pengelolaan Statistik Perkebunan
1 Paket
-Terlaksananya ubinan produktivitas
tanaman pangan utama
1 paket
-Terlaksananya Pengembangan STA
dan UPH Kabupaten Bandung
1 paket
-Terlaksananya Identifikasi
Penyebaran Lahan Sawah di
Kabupaten Bandung
1 paket
-Terlaksananya Penentuan Angka
Ramalan/Prognosa Statistik
Tanaman Pangan dan Hortikultura
1 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
66
Monitoring, evaluasi
dan pelaporan
kebijakan subsidi
pertanian
-Terlaksananya penyusunan RDKK 1 kegiatan
-Rekapitulasi RDKK tk kecamatan 62 OH
-Rekapitulasi RDKK tk kabupaten 18 OH
-Pelaporan pupuk bersubsidi tk
kabupaten
12 bulan
-Terlaksannya analisa pupuk dan
pestisida
1 kegiatan
-Penguatan komisi pengawasan
pupuk dan pestisida
1 paket
-Terlaksananya verifikasi dan
validasi pupuk bersubsidi
1 paket
Penanganan Pasca
Panen dan Pengolahan
Hasil
-Terlaksananya fasilitasi
pengembangan padi organik fasilitasi
sertifikat organik
2 paket
-Terlaksananya fasilitasi
pengembangan padi organik fasilitasi
rumah kemasan padi organik
1 paket
- Terlaksananya pengadaan stimulan
alat pasca panen padi
1 paket
1. Terpal 100
lembar
2. Power Threser
4 unit
3. Polisher 1 unit
-Terlaksananya fasilitasi pasca
panen dan pengolahan jagung Bintek
pasca panen
1 paket
-Terlaksananya fasilitas pasca 1 paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
67
panen dan pengolahan jagung
stimulan alat pasca panen jagung
(corn Sheller)
-Terlaksananya fasilitasi pasca
panen dan pengolahan ubi kayu
stimulan alat pengolahan ubi kayu
1 paket
-Stimulan alat pengolahan ubi kayu 1 paket
-Terlaksananya bimbingan teknis
pasca panen
1 paket
- Terlaksananya fasilitasi Gudang
Alsintan Pasca panen
1 paket
Pengembangan
Intensifikasi Padi dan
Palawija
-Terlaksananya Workshop SLPTT 2 kali
-Terlaksananya pengadaan benih
padi
1.125 Kg
-Terlaksananya Bimbingan teknis
penerapan teknologi produksi
Serelia dan Kabi
1 kali
-Terlaksananya pengadaan jagung 3.000 kg
-Terlaksananya Bintek
pengembangan dan pemanfaatan
Pupuk Organik
1 kali
-Terlaksananya Mapping pencapaian
dan pemanfaatan pupuk organik
1 kali
-Terlaksananya Rakor P2BN 2 kali
Pengembangan
Diversifikasi Pangan
-Terlaksananya Diversifikasi pola
tanam dengan komoditas kedelai
8,000 Kg
-Terlaksananya Diversifikasi pola
tanam komoditas kedelai
1 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
68
- Benih kedelai (150 Ha x 40 Kg) 6000 kg
- Pupuk ZPt (Rhizobium) 450 lt
- Terlaksananya Rapat Koordinasi 4 kali
-Terselenggaranya
Monitoring,Koordinasi, dan Evaluasi
4
Kecamatan
Pengembangan
Pertanian pada Lahan
Kering
-Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan buah-buahan di
dataran rendah
2 lokasi
1. Mangga 500 pohon
2. Durian 500 pohon
-Terfasilitasinya kebutuhan bibit
buah-buahan dalam mendukung
pengembangan hortikultura ramah
lingkungan
-Fasilitasi sarana jaringan pengairan
budidaya hortikultura
1 paket
-Pipanisasi pengairan green house 2 unit
-Pompa air 1 paket
-Adopsi teknologi budidaya
hortikultura
1000
pohon
- Bibit jambu Kristal 155 L
-Sarana pengembangan pertanian
ramah lingkungan (pupuk organik
cair)
534 L
-Stimulan penerapan teknologi
ramah lingkungan (bibit bakteri/
agensi hayati/isolate)
1 paket
-Fasilitasi mesin pencacah sampah
organik
1 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
69
pengembangan sarana pengairan di
lahan kering
-Pembagunan embung 1 unit
pengembangan produk olahan
kemasan
-Fasilitasi pengemasan 1 paket
Pengembangan pertanian pada lahan
kering
-Terfasilitasinya sarana
penyimpanan benih kentang
1
kelompok
-Tersedianya kontainer plastik 200 buah
-Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan kawasan strawberry
3 lokasi
-Perbaikan produktivitas strawberry
( bibit)
1500
polybag
-Pembangunan green house
permanen
200m2
-Penangkaran benih strawberry
(bibit)
1500
polybag
-Demplot pengembangan strawberry
organik
-Bibit strawberry 796
polybag
-Pestisida organik/ pelindung
tanaman organik
150 botol
-Pupuk organik cair 100 L
-Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan kawasan jeruk
3 lokasi
- Penangkaran bibit jeruk 1000
pohon
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
70
- Pengembangan budidaya jeruk 1000
pohon
-Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan kawasan alpukat
2 lokasi
-Pengembangan budidaya alpukat 1500
pohon
-Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan budidaya tanaman
hias
2 lokasi
-Pemeliharaan kebun percobaan
tanaman hias (pupuk organik cair)
180 L
-Bibit Krisan 50.000
stek
-Bibit anggrek remaja 260 pot
Operasional lainnya
Pengembangan
Perbenihan/Pembibitan
-Terlaksananya pengadaan benih
padi VUB kelas SS (Label ungu) dan
Benih Padi VUB ES (Label Biru)
6000 kg
-Terlaksananya pengadaan benih
padi VUB kelas SS (label ungu) dan
benih padi VUB kelas ES (label biru)
1.benih padi VUB kelas SS 1200 Kg
2.Benih padi VUB kelas ES 7000 Kg
Terlaksananya pengadaan traktor
-Fasilitasi pelepasan benih padi
lokal
1 paket
-Terlaksananya pengadaan sarana
produksi
1.Pengadaan NPK 3500 kg
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
71
2.engadaan fungisida 210 kg
3.Pengadaan pupuk organik /
kompos
10.295 kg
4.Pengadaan PPC 100 botol
-Terlaksananya demplot padi gogo 1 paket
-Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan klinik tanaman
2 lokasi
-Fasilitasi perlengkapan klinik
tanaman
1.Pipet tetes (50 buahx 2 kel) 100
buah/kel
2.Preparat (100 box x 2 kel) 200
box/kel
3.Gelas Kimia 250 ml 50 buah
4.Gelas Kimia 50 ml 50 buah
5.Gelas Ukur Plastik 30 buah
6.Cawan Petri Kaca 50 buah
7.Jarigen 200 buah
8.Corong Plastik 20 buah
9.Gunting 20 buah
10.Kapas 200 Pcs
11.Toren Air 10 unit
12.Alat Gelembung Udara 10 unit
13.Platisin 100 buah
14.Mikroskop Binokuler 4 unit/kel
15.PH Meter 6 unit
16.Lemari Laboratorium 2 unit
17.Meja Laboratorium 2 unit
18.Kursi Laboratorium 20 unit
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
72
-Pengembangan klinik tanaman 2 lokasi
-Penyelenggaraan kerjasama
Swakelola
1 paket
-Pengembangan klinik tanaman
sayuran
1 unit
1. Perencanaan 1 paket
2.Pengawasan 1 paket
-Terfasilitasinya pelayanan klinik
tanaman keliling
8
kecamatan
-Fasilitasi alat pendeteksi
Geotaging
3 unit
-Kendaraan operasional klinik
tanaman
1 unit
-Kendaraan operasional lapangan
roda dua
1 unit
-Mikroskop Digital 3 unit
-PH Meter 3 unit
-Fasilitasi sarana pendukung
dudidaya tanaman hias dan buah-
buahan (hand sprayer
stainless/metal)
5 unit
Penelitian dan
Pengembangan
Sumberdaya
Pertanian/Perkebunan
-Terlaksananya pengembangan
usaha tani konservasi lahan terpadu
1 Paket
-Terlaksananya kegiatan
pendampingan
1 Paket
-Terlaksananya kegiatan forum
gangguan usaha perkebunan
1 Paket
-Terlaksananya kegiatan IBK
(Indikator Blok Kerja)
1 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
73
-Terlaksananya kegiatan
pengendalian hama dan penyakit
1 Paket
2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan
menjadi keharusan dalam mempertahankan kontinuitas usaha agribisnis
pada berbagai komoditas unggulan di sektor pertanian. Menurut Abdul
Adjid, D (2001), pasar adalah suatu tempat yang terbentuk dari usaha
dua pihak yang akan berinteraksi, yaitu pembelian dan penjualan. Dengan
kata lain, pasar menjadi sentra aktivitas ekonomi di dalam lingkungan
dunia usaha termasuk di sektor pertanian. Stabilitas dan mekanisme
pasar termasuk ke dalam sasaran utama dalam menciptakan masyarakat
ekonomi yang berswasembada. Maka dari itu, program peningkatan
pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan merupakan hal mutlak
yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten
Bandung.
Salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis adalah penataan
jaringan pemasaran guna meningkatkan posisi tawar petani dan Program
peningkatan pemasaran bertujuan untuk mengembangkan dan menata
jaringan pemasaran komoditas pertanian. Hal ini dirasakan perlu karena
salah satu penyebab rendahnya nilai jual produk pertanian di tingkat
petani di Kabupaten Bandung disebabkan oleh ketidakteraturan dan
panjangnya jalur pemasaran komoditas pertanian.
Kegiatan-kegiatan ini direncanakan tersebar di 31 kecamatan di
Kabupaten Bandung. Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan
dari kegiatan tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Mendorong terbentuknya rumah kemasan hasil pertanian serta
mendorong meningkat nya permintaan konsumen;
2. Mengembangkan pusat-pusat penampungan Komoditas Pertanian
skala kecil di pedesaan;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
74
3. Terlaksananya promosi produk hasil pertanian; dan
4. Tertatanya/teraturnya jalur pemasaran komoditas pertanian.
5. Meningkatnya kesadaran serta pengetahuan petani akan produk
bermutu/unggulan pertanian serta teknologi terbaru beserta
penerapannya dalam bidang pertanian.
Pada tahun 2014, program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan diarahkan untuk menyusun, mendeteksi dan
merestrukturisasi mekanisme dan stabilitas jaringan pasar komoditas
hortikultura dan tanaman pangan di Kabupaten Bandung. Adapun sasaran
kegiatan yang ingin dicapai, sebagai berikut:
Tabel II.5. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil
Produksi Pertanian/ Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target
Kinerja
Pelatihan
petani dan
pelaku
agribisnis
Terlaksananya Fasilitasi kemitraan dan
pendampingan usaha kelompok tani
1 Paket
Terlaksananya sekolah lapang tanaman hias 1 Paket
- handsprayer stainles/metal 2 Buah
- gunting tanaman 10 Buah
- ember 5 Buah
- pupuk hayati 40 Pcs
- bibit krisan 7300 Stek
- forum kemitraan tanaman hias kerjasama
swakelola
1 Paket
Terlaksananya adopsi penangkaran benih
hortikultura
2 Paket
Terlaksananya penyusunan SOP GAP Tanaman
Hias
1 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
75
Terlaksananya pelatihan budidaya Strawberry
organik
1 Paket
Terlaksananya penyusunan SOP Budidaya
Hortikultura
4 Kelompok
- Evaluasi dan monitoring kegiatan, CPCL 1 Paket
3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemberdayan
sumberdaya pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan
kelompok tani tentang inovasi teknologi pertanian.
b. Mencukupi kebutuhan air yang terus meningkat dalam waktu,
ruang, jumlah serta mutu yang tepat sebagai akibat dari
meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan di segala bidang
(industri, pertanian, pariwisata dan lain-lain). Sedangkan
ketersediaan air relatif tetap dan bahkan pada daerah-daerah
tertentu sumber daya airnya cenderung menurun.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan air melalui penerapan
teknologi hemat air.
d. Kelangkaan air yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau
yang telah menyebabkan beberapa areal pertanian (terutama lahan
sawah) di Kabupaten Bandung mengalami kekeringan.
e. Mencukupi kebutuhan alat mesin pertanian untuk kegiatan
produksi dan pengolahan hasil.
f. Mencukupi ketersediaan sarana produksi berupa pupuk, obat-
obatan dan pestisida.
Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, adalah
Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/ Perkebunan.
Kegiatan Pengembangan Ketersediaan sarana prasarana pertanian dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
76
rangka peningkatan produktivitas pertanian diarahkan untuk mencapai
sasaran:
- Terfasilitasinya dan terpeliharanya alat mesin pertanian
pengolahan produksi;
- Terbinanya dan berkembangnya pelayanan jasa alat mesin
pertanian;
- Terencananya kebutuhan pupuk, obat-obatan, dan pestisida;
Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pengairan
hemat;
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan
ditujukan sebagai usaha pendukungan dalam peningkatan produksi
tanaman unggulan pertanian, seperti padi, jagung, kentang, cabe, tomat,
bawang merah, kubis, alpukat, kopi, dan teh. Adapun sasaran kegiatan
yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel II.6. Sasaran Kegiatan pada ProgramPenerapan Teknologi
Pertanian/ Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target
Kinerja
Penelitian dan
pengembangan
teknologi
pertanian/perkebunan
tepat guna
Pembangunan Jalan Usaha Tani
27 Paket
Pembangunan cek dam/dam parit 27 paket
Pengembangan irigasi air
permukaan
6 paket
Rehabilitasi balai benih pertanian 17 paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
77
kabupaten bandung
Terbangunnya peningkatan
produksi tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan
1 paket
Pengadaan Sarana
dan Prasarana
Teknologi
Pertanian/Perkebuna
n Tepat Guna
Terlaksananya Bimbingan Teknis
Teknologi Agen Hayati
25 Orang
Terlaksananya pengembangan Desa
PHT
25 Orang
Terlaksananya bintek perlindungan
tanaman dalam rangka pengamanan
produksi hasil pertanian
100 Orang
Terlaksananya Bintek penerapan
teknologi tepat guna
50 Orang
Terlaksananya Bintek penerapan
teknologi pertanian
30 Orang
Tersedianya bahan obat-obatan 1 Paket
- Rodentisida anti koagulan 150 Kg
- Insektisida 150 Lt
- Fungisida 100 Kg
- Rodentisida/pengasapan 40 Dus
Tersedianya alat penunjang alat-
alat pengolahan pertanian (Brigade
proteksi pertanian)
2 Paket
- Hand Sprayer 15 L 50 Unit
- Alat pencacah organik 2 Unit
- Traktor besar 40 Unit
- Traktor kecil 3 Unit
- Mesin pompa air 3" (bensin) 25 Unit
- Mesin Pompa 4" (Diesel) 2 Unit
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
78
- Mesin giling padi 2 Unit
- Mesin pemipil jagung 1 Unit
- Mesin penepung 2 Unit
- Mesin potong rumput 50 Unit
- Alat udidaya jamur/auti claf 1 Unit
- Mesin roda tiga 1 Unit
- Hand Stacker 1 Unit
Pemeliharaan
rutin/berkala sarana
dan prasarana
teknologi
pertanian/perkebunan
tepat guna
Terlaksananya Diseminasi LP2B 1 Kegiatan
Terlaksananya Tindak lanjut
Diseminasi
1 Kegiatan
Terlaksananya Bimbingan Teknis
Pengelolaan air
1 Kegiatan
Terlaksananya Identifikasi
Kelembagaan P3A dan GP3A Mitra
Cai
1 Paket
Terlaksananya Revitalisasi P3A
Mitra Cai
2 Paket
Terlaksananya Revitalisasi GP3A
Mitra Cai
2 Paket
Terlaksananya penguatan P3A dan
GP3A mitra cai
1 Paket
Terlaksananya Rancangan perda
tentang perlindungan lahan
berkelanjutan
1 Paket
Terlaksananya pelatihan Dana
Investasi Agribisnis (DIA)
1 Paket
Terlaksananya pelatihan GP3A
dalam kegiatan pasca panen
1 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
79
Terlaksananya Pelatihan GP3A
dalam berbagai kegiatan pasca
panen dan pemasaran produk
pertanian
1 Paket
Terlaksanannya pengesahan
/legalisasi badan hukum P3A dan
PG3A
14 Paket
Terlaksanananya kegiatan dem
area
1 Paket
Terlaksananya kegiatan sekolah
lapangan iklim
1 Paket
Terlaksananya rehabilitasi jaringan
irigasi
248 Ha
4. Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan
Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan ditujukan
untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas
hortikultura dan perkebunan spsesifik lokalita. Adapun teknis
pelaksanaan kegiatan diarahkan dalam pemenuhan:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui
potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi
pengembangan, kemampuan SDM dan pengembangan bisnis
pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data dan informasi mengenai
kelembagaan dan budaya lokal.
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
80
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan
penentuan jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta.
Penetapan jenis usaha dilakukan dengan studi kelayakan usaha
untuk mengetahui keuntungan dan keberlanjutan usaha. Kegiatan
ini harus dilakukan dengan hati - hati karena hasilnya
menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil
seleksi dan potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara
teori dan praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha.
Kegiatan ini akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode
belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan
untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam manajerial
usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana
produksi atau kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut
diberikan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam
kegiatan produksi/pengolahan.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan
teknis dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan
selama satu tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan
hortikultura dan perkebunan sampai dengan pemasarannya. Apabila
dalam proses pendampingan menghadapi permasalahan yang sulit
dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta bantuan kepada
dinas/instansi teknis terkait.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
81
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap
diberikan selama beberapa bulan dengan frekuensi kunjungan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus
dilanjutkan sampai kelompok dapat mengembangkan usahanya
menjadi kokoh dan mandiri termasuk mengupayakan kemitraan
dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek ini merupakan
pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari dinas
sesuai dengan bidangnya.
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan digulirkan
untuk meningkatkan optimalisasi produktivitas komoditas unggulan dan
indeks pertanaman lahan sawah dan lahan kering Kabupaten Bandung.
Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, sebagai berikut:
1. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan;
2. Penyediaan sarana produksi pertanian dan perkebunan; dan
3. Peningkatan/Rehabilitasi saluran Irigasi.
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan diarahkan untuk
mencapai sasaran:
- Meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian/perkebunan
unggulan Kabupaten Bandung yaitu dari tanaman hortikultura;
sayuran 1.060.004 ton; buah-buahan 574.281 ton; tanaman hias
388.369 tangkai; obat-obatan 859.830 ton; tanaman perkebunan;
teh 3.277 ton, kopi 4.087 ton, dan cengkeh 117 ton.
- (1) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis
hortikultura 4 kelompok (2) berkembangnya kelompok usaha
agribisnis berbasis komoditas kopi 3 kelompok; teh 2 kelompok;
dan cengkeh 1 kelompok;
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian
tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
82
masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin
dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel II.7. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi
Pertanian/ Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target
Kinerja
Penyediaan sarana
produksi
pertanian/perkebunan
Terlaksananya Pengadaan Bibit Kopi
dan Cengkeh
51500
Pohon
- Bibit kopi 5400 Pohon
- Bibit Cengkeh 176000
Benih
Terlaksananya pengadaan benih kopi 1 Paket
Terlaksananya sarana dan prasarana
pasca panen
3 Paket
Terlaksananya pembuatan SOP kopi
dan cengkeh
2 Dokumen
Tersedianya SOP kopi, Cengkeh 10000 Ha
Tercapainya luas pertanaman Kopi
Pengembangan bibit
unggul
pertanian/perkebunan
Terlaksananya penyediaan benih
kentang bermutu
3000 Kg
- bantuan benih kentang G0 20000 Knol
- Bantuan benih kentang G3 3500 Kg
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
83
- Bantuan benih kentang G4 4000 Kg
Terlaksananya pengadaan bibit
jamur tiram
Baglog
Terlaksananya pengadaan bibit cabe 80 Pcs
Terlaksananya pengembangan benih
Bawang Merah
800 Kg
Terlaksananya pengembangan
sayuran dataran rendah
14 Kec
- bantuan benih kangkung 700 Kg
Terfasilitasinya pembangunan
screen house penangkar kentang
2 Unit
Terfasilitasinya pembangunan
screen house penangkar cabe
1 Unit
Terfasilitasinya pembangunan
kubung jamur
2 Unit
Terlaksananya pengembangan
pemanfaatan pekarangan
Terlaksananya sarana pengairan
irigasi springkle
1 Unit
Peningkatan kualitas
dan pasca panen
tanaman tembakau
Terlaksananya sosialisasi DBHCT 1 Kali
Terlaksananya kegiatan Evaluasi
DBHCHT
1 Kali
Terlaksananya peningkatan kualitas
dan pasca panen tanaman tembakau
1 Kali
Terlaksananya kegiatan Bimtek
budidaya tanaman tembakau
1 Kali
Terlaksananya kegiatan Bimtek
pengendalian OPT tanaman
1 Kali
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
84
tembakau
Terlaksananya bimtek pasca panen
dan pengolahan tembakau
1 Kali
Terlaksananya sistem kebersamaan
ekonomi (SKE)
1 Kelompok
Terlaksananya pemurnian benih
tembakau tahap 1
1 Kali
Terlaksananya pembuatan
dokumentasi pengolahan tembakau
1 Kali
Terlaksananya inventarisasi dan
validasi data tembakau
1 Kali
Terlaksananya kegiatan workshop
pemasaran tembakau
1 Kali
Terlaksananya peningkatan kualitas
tembakau melalui sistem GAP
1 Kali
5. Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan merupakan salah
satu kebijakan pembangunan kehutanan yang diarahkan untuk
memberikan alternatif usaha bagi masyarakat di sekitar hutan, sekaligus
dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan, selain langkah tindak vegetatif.
Pada tahun 2014, program ini ditujukan untuk: (1) pengembangan
agribisnis jamur dan (2) pengembangan agribisnis lebah madu.
Tabel II.8. Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi
Sumberdaya Hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target
Kinerja
Pengembangan
Hasil Hutan
Terlaksanya budidaya aneka usaha kehutanan
non kayu
100 %
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
85
Non-Kayu
Terlaksanannya Budidaya Lebah Madu
- Stuf Lengkap dan Bibit Koloni (Lebah +
Ratu)
60 Buah
- Pengasap (Smoker) 6 Buah
- Saringan madu 6 Buah
- Pisau Madu 6 Buah
- Sikat lebah 6 Buah
- Masker 6 Buah
- Sarung tangan karet 6 Buah
Terlaksananya Pengembangan ulat sutera
- Murbei 15000
Stek
- pupuk kandang 1962 Kg
- furadan/sejenisnya 3 Botol
- pupuk NPK 50 Kg
- rumah ulat kecil 15 M2
- rak ulat dan inkubasi 2 Paket
- rumah ulat besar 45 M2
- rak ulat 30 M2
Terlaksananya Pemberdayaan Masyarakat
Hutan
1 Paket
- jamur tiram 45462
Log
-jamur kuping 5000 Log
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
86
- pestisida cair organik 15 Botol
Terlaksananya Pengembangan Buah-buahan
Hutan
540
Polibag
- Konyal/Markisa 600
Polibag
- pupuk kandang 200 Kg
- pupuk cair organik 2 Botol
- pestisida organik 2 Botol
- tali kaos/ majun 8 KG
Terlaksananya kontak bisnis 100 %
Jumlah kegiatan monitoring, evaluasi, dan
sosialisasi perlindungan, pengendalian, dan
konservasi hutan (pkt)
47,58 %
6. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kebijakan yang
ditujukan dalam pelestarian dan konservasi lingkungan, bertujuan untuk:
a. Meningkatkan akselerasi penanggulangan lahan kritis;
b. Mendukung dan mengembangkan program perbaikan lingkungan
melalui Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRLK) melalui
pemberdayaan masyarakat tani di sekitar hutan dalam peningkatan
peran aktif masyarakat;
c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Adapun sasaran yang diharapkan, adalah:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
87
a. Terpenuhinya masalah kekurangan bibit tanaman untuk penanaman
pada lahan kritis seluas 4.415 hektar;
b. Tercapainya sasaran percepatan penanganan lahan kritis;
c. Mendorong tercapainya Kabupaten Bandung Hijau dan Lestari.
Tabel II.9. Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target
Kinerja
Fasilitasi
Implementasi
Green
Province
Tersusunnya Dokume RTPKL dan RSPKL
40 Buku
Pembuatan
bibit/benih
tanaman
kehutanan
Tersedianya benih tanaman kehutanan 20 Kg
- benih tanaman albazia 4 Kg
- benih tanaman gmelina 1 Kg
- Benih jabon 5800 Tunas
- bibit ecaliptus 500 Batang
- benih ecaliptus 2 Kg
- benih suren 5 KG
- indukan buah-buahan 60 Pohon
- benih mahoni 4 Kg
- bibit mahoni 600 Batang
- bibit alba 1000 Batang
pembuatan demplot UPSA
- bibit rumput untuk terasering 500
pengembangan budidaya tanaman jadi Polis
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
88
- bibit tanaman jati 1500 Batang
pengembangan budidaya tanaman bambu
- bibit bambu 1000 Tunas
pengembangan budidaya aren
- bibit aren 1000 Polibag
Tersedianya sarana pembuatan
pembibitan tanaman kehutanan
1 Paket
- Paranet 225 M
- Bambu gombong 16 Btg
- bambu tiang 50 Buah
- polybag besar 9 KG
- selang plastik 100 M
- embrat 2 Buah
- Cangkul 2 Buah
- Singkup 2 Buah
- Parang 2 Buah
- Drum plastik 2 Buah
- papan nama persemaian 1 Buah
- polybag kecil 22000
Lembar
Terfasilitasinya pupuk kandang
- kegiatan pembibitatan 19394 Kg
- pembuatan demplot UPSA 100 Kg
- pengembangan budidaya tanaman jati
(asli)
4000 Kg
- pengembangan budidaya bambu 500 Kg
- pengembangan budidaya aren 500 Kg
Terfasilitasinya pupuk NPK 1500 Kg
- kegiatan pembibitan 950 Kg
- pembuatan demplot UPSA 20 Kg
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
89
- pengembangan budidaya tanaman jati 1500 Kg
-sp 36 1500 Kg
- pestisida 2 Paket
- pengembangan budidaya bambu 10 Kg
- pengembangan budidaya aren 50 Kg
Operasional Lainnya
Peningkatan
peran serta
masyarakat
dalam
rehabilitasi
hutan dan
lahan
Mendukung terlaksananya lomba-lomba
RTH
10 Lomba
- Kegiatan lomba-lomba P2WKSS,
sekolah sehat, Posyandu,TMMD
-- Kayu-kayuan 10000 Pohon
-- MPTS 6000 Pohon
Terlaksananya pemberdayaan
masyarakat/kelompok tani penghijauan
50 KTP
- pengadaan benih/biji tanaman Albazia
(sertifikat)
26 Kg
- Pengadaan benih/biji tanaman Gmelina 100 Kg
- Pengadaan benih/biji tanaman
Ecalyptus (SKMB)
8 Kg
- Pengadaan Polybag 1750 Kg
Terlaksananya RHL melalui Kemah Kerja
Bupati
1 Desa
- Bibit Penanaman Simbolis 100 Pohon
- bibit kayu-kayuan 10000 Pohon
- Pengadaan pupuk kandang 200 Kg
Pengadaan peralatan lapangan
-Cangkul 20 Buah
-Ember Plastik 30 Buah
-Sepatu boot 30 Buah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
90
-Payung 30 Buah
-Lap tangan 30 Buah
-Ajir 10000 Buah
Terlaksananya Bintek RHL 1 Lokasi
- bintek RHL 1 Paket
- penyususnan RP -RHL dan RTn- RHL 1 Paket
Terlaksananya FGD RHL 1 Lokasi
Jumlah kegiatan monitoring, evaluasi, dan
sosialisasi perlindungan, pengendalian,
dan konservasi hutan (pkt)
Konservasi
Lahan dan
air (embung,
Jalan tani,
dam
penahan,
sapras
pendukung)
Bangub
Terbangunnya sarana pengairan
(embung)
6 Unit
Terlaksananya pembangunan Gully Plug 23 Unit
Terlaksananya pembuatan sumur resapan 25 Paket
Terbangunnya dam penahan 7 paket
Terfasilitasinya bibit tanaman keras dan
MPTS
163000
Pohon
- Pembuatan hutan rakyat 300 Ha
-- Bibit tanaman keras 110000 Btg
-- Pupuk organik 143000 Kg
-- Bibit MPTS 33000 Pohon
- Peningkatan usaha kehutanan
-- Bibit kemiri 20000 Pohon
-- Pupuk Organik 20000 kg
Pengadaan
lahan
leuweung
sabilulungan
(bangub)
Pengadaan lahan untuk hutan rakyat
- Pengembangan "leuweung sabilulungan"
(lahan)
1 paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
91
7. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Tabel II.10 Sasaran Kegiatan Pada program Peningkatan Kesejahteraan
Petani
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pelatihan petani
dan pelaku
agribisnis
Terlaksananya Fasilitasi Kemitraan dan
Pendampingan Usaha Kelompok
1 Paket
Terlaksananya sekolah lapang
tanaman hias
1 Paket
- handsprayer stainles/metal 2 Buah
- gunting tanaman 10 Buah
- ember 5 Buah
- pupuk hayati 40 Pcs
- bibit krisan 7300 Stek
- forum kemitraan tanaman hias
kerjasama swakelola
1 Paket
Terlaksananya adopsi penangkaran benih
hortikultura
2 Paket
Terlaksananya penyusunan SOP GAP
Tanaman Hias
1 Paket
Terlaksananya pelatihan budidaya
Strawberry organik
1 Paket
Terlaksananya penyusunan SOP Budidaya
Hortikultura
4 Kelompok
- Evaluasi dan monitoring kegiatan, CPCL 1 Paket
8. Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
92
Tabel II.11 Sasaran Kegiatan Pada program Perlindungan dan
Konservasi Sumberdaya Hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pencegahan
dan
pengendalian
kebakaran
hutan dan
lahan
Terlaksananya pencegahan dan pengendalian
kebakaran hutan dan lahan serta mencegah dan
membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan
hasil hutan yg disebabkan oleh perbuatan
manusia, ternak, daya-daya alam, hama dan
penyakit
1 Paket
- ATK penunjang 1 Paket
- banner sarana dan cetak foto 20/230Buah/Eks
- pengadaan kompas/navigasi 4 Unit
- Altimeter barometer 4 Unit
- Alat ukur laser 4 Unti
Terlaksananya upaya perlindungan dan
pengamanan hutan
1 Paket
- Jaket Raincoat 10 Buah
- Pakaian lapangan 10 Buah
- Celana lapangan 10 Buah
- Tas Pinggang 10 Buah
- Rompi 10 Buah
- pengadaan alat masak 3 Unit
Terlaksananya penyuluhan tentang undang-
undang pencegahan dan pemberantasan
perusakan hutan
1 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
93
Terlaksananya informasi kebakaran hutan yang
akan digunakan sebagai sumber air dalam
pelaksanaan pemadaman
1 Paket
- pembinaan masyarakat desa sekita hutan 1 Paket
III
PENCAPAIAN KINERJA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG
“Agar suatu usaha pertanian dapat berkelanjutan, usaha tersebut harus mampu mempertahankan bahkan meningkatkan produktivitas, efisiensi, pendapatan, penambahan
modal, akseptabilitas social dan pertumbuhan usaha” (Dimyati, dkk 1998)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
94
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
95
BAB III. PENCAPAIAN KINERJA
3.1. Gambaran Umum Target dan Realisasi Anggaran
3.1.1. Anggaran Pendapatan
Pada triwulan III Tahun 2014, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan
sebesar Rp. 156.420.000,- (seratus lima puluh enam juta empat ratus dua
puluh ribu rupiah) dari hasil pengelolaan balai-balai benih. Namun setelah
dilakukan perubahan anggaran, Anggaran pendapatan menjadi Rp
161.420.000,- (Seratus enam puluh satu juga empat ratus dua puluh ribu
rupiah), pada akhir triwulan III Anggaran Pendapatan sudah terealisasi 100%.
Adapun perincian anggaran pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten bandung dan realisasinya triwulan III Tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2013
No SUMBER PENDAPATAN Target (Rp) Realisasi
(Rp) (%)
1 Balai Benih Padi Jelekong dan Buah Batu
156.420.000
161.422.800 100,00
J u m l a h 156.420.000 161.422.800 100,00
3.1.2. Anggaran Belanja
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014 mendapatkan
alokasi anggaran Belanja sebesar Rp 35.077.472.184 (Tiga puluh lima milyar
tujuh puluh tujuh juta empat ratus tujuh puluh dua ribu seratus delapan puluh
empat rupiah), yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp,4.706.102.375,- dan
belanja langsung Rp 30.532.789.809,- (Tiga puylub milyar lima ratus tiga
puluh dua juta tujuh ratus delapan puluh sembilan delapan ratus sembilan
rupiah).
1. Belanja Tidak Langsung (BTL)
Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk membiayai gaji
pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2014, Dinas Pertanian
mendapatkan alokasi BTL sebesar Rp 4.706.102.375,- atau 15 % dari total
anggaran belanja. Dari target tersebut, terealisasi pada triwulan III sebesar Rp
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
96
3.388.737.616,- (Tiga milyar tiga ratus delapan puluh delapan juta tujuh ratus
tiga puluh tujuh ribu enam ratus enam belas rupiah) atau 72.0 %.
Tabel 3.2 Target dan realisasi Belanja Tidak Langsung
No Belanja Target (Rp) Realisasi
(Rp) (%)
1 Gaji dan Tunjangan 3.679.347.000
2.709.433.878
73.6
2 Tambahan Penghasilan PNS
1.026.755.375 679.303.738 66.2
J u m l a h 4.706.102.375 3.388.737.616 72.0
2. Belanja Langsung
Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung peningkatan kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat. Pada tahun 2014, target anggaran Belanja Langsung sebesar Rp 30.532.789.809,- dan terealisasi sebesar Rp. 7.256.538.812,- atau 23.8% dari target yang telah ditetapkan, yang terdiri dari belanja langsung SKPD Rp 633.930.707,- atau 47.1 % dan belanja langsung urusan pilihan Rp 6.622.608.105,- atau 22.7%. Berikut Rincian target dan realisasi pada belanja SKPD Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2014.
Tabel 3.2. Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD Tahun 2014
No. URAIAN TARGET TA.2014
(Rp)
REALISASI TA.2014
(Rp) %
SISA ANGGARAN
I. BELANJA SKPD
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
417.157.000 304.266.073 72.9 112.890.927
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
847.272.743 292.410.634 34.5 554.862.109
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
27.650.000 27.650.000 100.00 0
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan keuangan
53.775.000 9.604.000 17.9 44.171.000
Belanja Langsung Pilihan
Anggaran belanja langsung pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar Rp. 29.186.935.066,- yang dialokasikan untuk membiayai sebanyak 9 program dan 26 kegiatan. Anggaran tersebut bersumber dari APBD Kabupaten Bandung Tahun 2014; Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan, (DAK) bidang perkebunan/pertanian, bantuan gubernur dan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau APBN 2014. Total realisasi anggaran Belanja Langsung Pilihan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
97
sebesar Rp 6.622.608.105,- dan terdapat sisa anggaran sebesar Rp 22.564.326.961,-. Perincian belanja dapat dilihat pada Tabel 3.3.
64
Program/Kegiatan Anggaran Rp) Realisasi (Rp) Persentase (Rp) Sisa (Rp)
300.000.000 121.390.000 40,46% 178.610.000 Pelatihan petani dan pelaku agribisnis 300.000.000 121.390.000 40,46% 121.390.000
5.243.144.066 2.133.337.700 44,94% 3.109.806.366 Penyusunan data base potensi produksi pangan 507.294.066 151.573.100 29,88% 151.573.100 Monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan subsidi pertanian 321.350.000 275.090.000 85,60% 275.090.000 Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian 598.000.000 73.678.000 14,74% 73.678.000 Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija 824.000.000 492.660.500 59,79% 492.660.500 Pengembangan diversifikasi tanaman 150.000.000 27.585.000 18,39% 27.585.000 Pengembangan pertanian pada lahan kering 1.914.500.000 648.569.000 41,46% 648.569.000 Pengembangan perbenihan/perbibitan 313.000.000 239.237.000 90,28% 239.237.000 Penelitian dan pengembangan sumberdaya pertanian 615.000.000 224.945.100 36,58% 224.945.100
1.034.550.000 463.329.850 46,65% 571.220.150 Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah 541.250.000 379.439.850 75,89% 379.439.850 Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil pertanian/perkebunan masyarakat
yang akan dipasarkan493.300.000 83.890.000 17,01% 83.890.000
10.407.479.400 1.938.955.780 21,31% 8.468.523.620 Penelitian dan pengembanan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna 5.922.753.400 217.565.000 3,67% 217.565.000 Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna 3.020.750.000 1.422.138.780 70,80% 1.422.138.780 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat
guna1.463.976.000 299.252.000 25,59% 299.252.000
5.087.871.600 1.170.393.175 24,91% 3.917.478.425 Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan 2.079.292.000 386.751.200 18,24% 386.751.200 Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan 1.430.360.000 293.728.975 29,96% 293.728.975 Peningkatan Kualitas dan Pasca Panen Tanaman Tembakau 1.578.219.600 489.913.000 30,68% 489.913.000
378.260.000 293.452.600 77,58% 84.807.400 Pengembangan hasil hutan non kayu 378.260.000 293.452.600 77,58% 293.452.600
6.291.099.000 464.183.000 7,38% 5.826.916.000 Koordinasi penyelenggaraan reboisasi dan penghijauan hutan 200.000.000 - 0,00% - Pembuatan bibit/benih tanaman kehutanan 289.481.000 88.796.000 30,67% 88.796.000 Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan 801.618.000 375.387.000 46,83% 375.387.000 Konservasi Lahan dan Air (Embung, Jalan Tani, Dam Penahan, Sapras Pendukung)
(Bantuan Gubernur)2.500.000.000 - 0,00% -
Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan (Bantuan Gubernur) 2.500.000.000 - 0,00% - Fasilitasi Implementasi Green Province - - 0,00% -
144.531.000 37.566.000 25,99% 106.965.000 Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan 144.531.000 37.566.000 25,99% 37.566.000
100.000.000 - 0,00% 100.000.000 Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat 100.000.000 - 0,00% -
Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
Program perencanaan dan pengembangan hutan
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan)
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan
Program rehabilitasi hutan dan lahan
Tabel 3.3 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Program Tahun 2014 Triwulan II
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
89
3.2. Analisis Pengukuran Kinerja
Untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung
maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten dilakukan terhadap:
(a) Tingkat pencapaian sasaran, yang merupakan tingkat pencapaian
target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator sasaran
yang telah ditetapkan berdasarkan Rencana kerja tahunan dan rencana
strategis lima tahunan.
(b) Kinerja kegiatan , yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana
tingkat capaian) dari setiap kelompok indikator kinerja kegiatan, dan
langkah-langkah kegiatan.
Pengukuran kinerja ini merupakan hasil dari suatu penilaian yang
sistematik didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa
masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Penilaian tersebut tidak
terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi
keluaran dan hasil.
3.2.1. Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2014
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian
di Kabupaten Bandung tahun 2014, yang telah ditetapkan dalam Indikator
kinerja utama, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menetapkan
beberapa langkah rencana tindak lanjut tahun 2014 ke dalam 9 program
dan 26 kegiatan. Untuk mengevaluasi tingkat efektivitas program/kegiatan
tersebut, indikator kinerja menjadi acuan penilaian sasaran strategis.
Sasaran Strategis 1
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan
produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah
meningkatnya swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan dan
komoditas pangan unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu langkah
perwujudan tercapainya ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
90
terutama dalam keberlanjutan ketersediaan pangan. Keadaan ini dicirikan
antara lain dengan tersedianya pangan yang cukup serta harga yang
terjangkau oleh daya beli masyarakat dan terwujudnya diversifikasi
konsumsi pangan yang tercermin dari tersedianya berbagai komoditas
pangan, baik produk segar maupun produk olahan.
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah
tangga tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai
usaha peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain itu,
peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam desiminasi
teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-farm juga
teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran seperti
yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada,
baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan
pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila dibandingkan
dengan tahun 2014 maupun terhadap sasaran/target yang telah
ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan
kegiatan pada tahun 2014 ini.
Tabel 3.3 pengukuran sasaran kinerja tahunan 2014
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
5. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton)
509.667
435.320
- Jagung (Ton) 77.514 68.300
- Ubi Kayu (Ton) 121.579 92.244
6. Jumlah produktivitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha) 64,14
63.25
- Jagung (kui/ha) 65,54 66.50
- Ubi Kayu (kui/ha) 197,40 191.22
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang
diindikasikan oleh jumlah produksi tanaman pangan mengalami
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
91
pertumbuhan positif dan melebihi target kinerja yang telah ditetapkan.
Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai September 2014 (data yang
diperoleh baru sampai triwulan III) ini mencapai 435.320 ton GKG atau
dengan hasil Produksi sebesar 85.41 % dari target produksi dengan
produktivitas sebesar 63.25 kuintal/hektar. Pencapaian ini belum
melampaui target yang telah ditetapkan karena waktu masih berjalan juga
yang disebabkan oleh adanya perlakuan dan langkah strategis dalam
peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi serta penurunan
persentase kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan pengolahan
hasil.
Sedangkan realisasi produksi jagung mencapai 68.30 ton (Jagung
pipilan kering atau sebesar 88.11 % dari total target. Hasil panen jagung
terbagi ke dalam dua bentuk produk yang jagung dipanen muda dan
jagung dalam bentuk pipilan kering. Pada tahun 2014, petani lebih
menginginkan panen muda karena dari sisi ekonomi lebih cepat
pergulirannya.
Dalam Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa peningkatan padi di Kabupaten
Bandung tahun 2014 ini terjadi dalam peningkatan produksi dan
produktivitas per satuan luas bila dibandingkan dengan realisasi MT tahun
tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi iklim pada MT. 2014 lebih
bersahabat untuk membudidayakan padi/ tanaman pangan lainnya,
walaupun pada beberapa titik sentra produksi mengalami puso akibat
kekeringan. Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas
tanam melalui peningkatan indeks pertanaman padi. Peningkatan IP
tersebut dilaksanakan melalui perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi
dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru, dinilai efektif. Dengan
demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian
jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi
melalui peningkatan IP dan produktivitas komoditas, disamping
pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman).
Tabel 3.4. Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2013 Triwulan III
No Uraian Komoditi Realisasi
2012 (Ha)
Realisasi
2013 (Ha)
Realisasi
2014 (Ha)
Perkembangan
Realisasi Thdp
Target 2012
% thdp
2013
A PADI
1 Padi Sawah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
92
Luas Tanam (ha) 78.969 89.069 80.773 90,69 102,28
Luas panen (ha) 78.029 86.499 64.353 74,40 82,47
Produksi (ton) 518.032 570.703 417.344 73,13 80,56
Produktivitas (kwt/ha) 66,39 65,98 64,85 98,29 97,68
2 Padi Gogo
Luas Tanam (ha) 7.950 5.093 4.169 81,86 52,44
Luas panen (ha) 7.885 5.646 4.475 79,26 56,75
Produksi (ton) 33.997 22.079 17.976 81,42 52,88
Produktivitas (kwt/ha) 43,12 39,11 40,17 102,72 93,16
JUMLAH PADI
Luas Tanam (ha) 86.919 94.162 84.942 90,21 97,73
Luas panen (ha) 85.914 92.145 68.828 74,70 80,11
Produksi (ton) 552.029 592.782 435.320 73,44 78,86
Produktivitas (kwt/ha) 63,66 64,33 63,25 98,32 99,35
B PALAWIJA
1 Jagung
Luas Tanam (ha) 13.101 13.589 11.540 84,92 88,08
Luas panen (ha) 8.587 13.076 10.270 78,54 119,60
Produksi (ton) 50.687 86.256 68.300 79,18 134,75
Produktivitas (kwt/ha) 59,03 65,97 66,50 100,82 112,66
2 Kedelai
Luas Tanam (ha) 48 364 - - -
Luas panen (ha) 44 159 - - -
Produksi (ton) 67 246 - - -
Produktivitas (kwt/ha) 15,34 15,46 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3 Kacang Tanah
Luas Tanam (ha) 1.673 1.722 1.568 91,06 93,72
Luas panen (ha) 1.655 1.691 1.418 83,86 85,68
Produksi (ton) 2.853 2.437 2.026 83,13 71,01
Produktivitas (kwt/ha) 17,24 14,41 14,29 99,13 82,88
5 Ubi Kayu
Luas Tanam (ha) 6.540 6.886 7.154 103,89 109,39
Luas panen (ha) 6.588 6.506 4.824 74,15 73,22
Produksi (ton) 120.923 124.960 92.244 73,82 76,28
Produktivitas (kwt/ha) 183,55 192,07 191,22 99,56 104,18
6 Ubi Jalar
Luas Tanam (ha) 1.737 1.777 1.798 101,18 103,51
Luas panen (ha) 1.820 1.686 1.726 102,37 94,84
Produksi (ton) 26.503 22.267 22.373 100,48 84,42
Produktivitas (kwt/ha) 145,62 132,07 129,62 98,15 89,02
JUMLAH PALAWIJA
Luas Tanam (ha) 23.099 24.338 22.060 90,64 95,50
Luas panen (ha) 18.694 23.118 18.238 78,89 97,56
Produksi (ton) 201.032 236.166 184.944 78,31 92,00
Produktivitas (kwt/ha) 107,54 102,16 101,41 99,26 94,30
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2013
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
93
Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan lokal
melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan
lokal” untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi pangan adalah
1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida,
benih serta sarana dan prasarana lainnya.
2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian.
3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi
teknologi budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu; (2) System Rice of Intesification; (3) penggunaan
pupuk berimbang.
4. Peningkatan sarana prasarana pasca panen.
5. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan.
Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas
pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam
pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di
Kabupaten Bandung. Grafik Indeks Pertanaman (IP) dibawah menunjukkan
adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009, 1,98 di tahun 2011, 2.01
pada tahun 2012, 2,27 pada Tahun 2013 dan 2.28 pada tahun 2014
triwulan III dan produktivitas padi meningkat dari 55,63 kuintal/ha di tahun
2005 menjadi 61,20 kuintal/ha di tahun 2011, 63,89 kuintal/ha pada Tahun
2013 dan menjadi 63.25 kuintal/ha pada tahun 2014 triwulan III
Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih
serta sarana dan prasarana lainnya
1. Pupuk
Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan
pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun
meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat,
akan tetapi pada tahun 2014 ini penggunaan pupuk kimia telah banyak
berkurang dengan tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah,
dengan kata lain untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, dengan
cara sedikit demi sedikit memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
94
sifat-sifat fisik, biologi maupun kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan
otomatis ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman
menjadi maksimal, juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai dengan
perakaran tanaman. Cara yang ditempuh diantaranya yaitu dengan cara
mensosialisasikan kembali penggunaan pupuk organik terutama pupuk
organik buatan sendiri/kompos maupun buatan pabrik yang lebih ramah
terhadap lingkungan ataupun dengan cara melakukan pemupukan yang
berimbang antara pupuk an organik dan pupuk organik.
Lebih lanjut, sebagai upaya penerapan pupuk organik,
pengembangan unit-unit pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah
kompos menjadi prioritas. Disamping mensosialisasikan penggunaan
kembali pupuk organik dan menjaga kualitas lingkungan melalui
pemanfaatan kembali limbah peternakan dan pertanian, juga memberikan
alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani di luar agribisnis. Langkah
strategis yang telah dilakukan sampai dengan Tahun 2014, adalah:
1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alat-
alat pengolahan pupuk organik.
2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi
pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha.
3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten
Bandung (KP3)
Fasilitasi pengembangan unit pengolahan pupuk organik dialokasikan dari
anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian Tahun 2013
pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sarana dan Prasarana dan APBD
Kabupaten Bandung Tahun 2014. Pada Tahun 2013 telah dilakukan
Fasilitasi pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik 12 Unit pada 6
Kecamatan dan 4 buah rumah kompos pada 4 kecamatan.
Melalui upaya pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik,
Kelompok Usaha Ekonomi Pedesaan (KUEP) “Taruna Mukti” Kampung
Papakmanggu Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu telah berhasil
menyalurkan pupuk organik kurang lebih 7.000 Ton/tahun pada tahun
2013. Penyaluran produk pupuk organik tersebut tersebar dari Kabupaten
Bandung, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Subang, juga telah
bekerjasama dengan PT. PN VIII dan PT. Agrimas sebagai pasar/pengguna
produk.
2. Pengelolaan Benih
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
95
Kegiatan pada tahun 2014 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan hanya membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam
melakukan pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar
benih. Selanjutnya, Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
di Solokan Jeruk dan Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan memantau
penggunaan benih bermutu/berlabel di lapangan. Pada Tahun 2013, Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah melakukan penjajakan
kerjasama dengan BATAN untuk melakukan pelepasan varietas padi lokal
Kabupaten Bandung, yakni varietas Jembar. Kerjasama tersebut di mulai
dengan uji multi lokasi dan uji adaptasi di beberapa titik di Kabupaten
Bandung dan beberapa titik di luar Kabupaten Bandung, yang langkah
selanjutnya telah dilaksanakan pada Tahun 2013. Disamping itu pula dalam
upaya mengejar penyerapan teknologi pertanian, UPTD Benih menampung
serta menyediakan benih berlabel/bermutu untuk disebar/ditanam oleh
para petani di wilayah kabupaten bandung, dan menurut data dari UPTD
benih bermutu/berlabel yang banyak ditanam/digunakan oleh para petani di
Kabupaten Bandung ini adalah Varietas Ciherang, Sintanur, Mekongga, IR-
64 dan benih Lokal sebanyak.
3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian
Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian
ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan
mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan
kuantitas dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara
manual. Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan baik dari jumlah alat maupun ketrampilan operator.
Peningkatan tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun
dukungan dari pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun
demikian, program mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus
dikembangkan karena semakin terbatasnya tenaga kerja di pedesaan
terutama buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan
alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu dan
kualitas produk pertanian. Pada tahun 2014 ini jumlah jenis mesin yang
dihibahkan kepada petani mengalami peningkatan dengan jumlah yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
96
mengalmai penurunan, hal ini disebabkan karena alat mesin tahun-tahun
sebelumnya masih ada serta masih layak untuk digunakan dan diarahkan
untuk pengembangan sarana reparasi alat mesin tersebut.
Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat
berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani,
pendapatan usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus
bekerja di sektor pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis
pertanian dapat terus berkembang serta dapat meningkatkan minat para
generasi muda agar tidak merasa minder dalam bergumul dengan lumpur
dan bercinta dengan tanah dan terus bekerja pada sektor pertanian dalam
merajut masa depan keluarga.
Pada tahun 2014, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat
mesin pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan melalui Unit Pelayanan Jasa Alsintan melakukan pengadaan 1
unit alat perbengkelan yang bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan
dan pemelihara alat dan mesin pertanian yang telah ada di lapangan.
Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok masyarakat mendapatkan alternatif
usaha dalam bidang penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal tersebut
dapat memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi petani, akan
mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya dengan
pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan mendapatkan
keuntungan sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA. Kehadiran
UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani,
kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan
pelayanan jasa alsintan guna mendukung tercapainya pemenuhan produksi
pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas
pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara individu yang kurang
menguntungkan.
Pada Tahun 2014, pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah merencanakan memberikan
stimulan berupa alat mesin pertanian kepada kelompok tani sebagai
langkah dalam pengembangan UPJA, berupa alat dan mesin baik pada sub
sistem on-farm maupun sub sistem pasca panen dan pengolahan hasil. Hal
tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas usaha
kelompok tani. Stimulan alat dan mesin tersebut berupa:
1. Traktor besar sebanyak 40 unit.
2. Pompa Air 3” sebanyak 25 Unit
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
97
3. Pompa Air 4” sebanyak 2 Unit
4. Mesin giling padi sebanyak 2 unit
5. Mesin Pemipil Jagung sebanyak 1 Unit
6. Mesin Penepung sebanyak 2 unit
7. Mesin Potong Rumput sebanyak 50 unit
8. Alat Budidaya Jamur sebanyak 1 unit
9. Motor Roda Tiga sebanyak 1 unit
Lebih lanjut, pengembangan UPJA di Kabupaten telah dilaksanakan
di Kecamatan Kutawaringin dan Ciparay. Kedua UPJA center tersebut
diharapkan dapat memberikan efek positif untuk menjawab kebutuhan
masyarakat tani akan alat dan mesin pertanian.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah
pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan
seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani
bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi
kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan
bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi
Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-Kabupaten Bandung
pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara
cepat, tepat, dan akurat.
Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang
bertugas sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan
produksi pangan di Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh
serangan OPT dan bencana alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas
Pengendali OPT (POPT) dinas dan para petani di desa dan kecamatan se-
Kabupaten Bandung. Setiap kejadian di lapangan akan segera ditangani
secara cepat dan tepat dengan memotong jalur koordinasi/birokrasi.
Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan adalah: (1) Spot
Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati.
Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama dengan
BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk
mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade
proteksi tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari
serangan OPT dan bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan
puso. Berikut rencana stimulan yang telah disalurkan untuk pengendalian
OPT, yang berasal dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN, adalah:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
98
Tabel 3.8 Rencana Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2014
No Sarana Volume
1. Sarana pengendali agen hayati
a. Trichogaamma sp
b. metharizium sp
c. Beauveria sp
952 pias
800 bungkus
800 bungkus
2. Teknologi trip barrier system 10 paket
3. Obat-obatan pengendalian OPT
a. Rodentisida anti oagulan
b. Insektisida
c. Fungisida
d. Rodentisida/pengasapan
150 kg
150 L
100 kg
40 dus
4. Masker 100 buah Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT
Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian
1. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan
Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya
ditentukan oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan
diantaranya. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan
Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa
tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat
usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan
tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian
urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan
pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan
jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi
tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian.
Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung
dari sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara
jumlah volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila ditinjau dari
periode waktu dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
99
ketersediaan sumber air ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi
yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan Rendah. Potensi sumber daya air yang
dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa mata air dan situ-situ serta curah
hujan. Untuk pemanfaatan sumber air tersebut telah dibangun bangunan
pengambilan utama berupa bendungan, embung dan bangunan irigasi-
irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain untuk
mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik.
Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang
ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9. Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung
No
Lokasi Nama
Sungai/
DAM
Volume
(Juta m3) Kecamatan Desa
1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947
- Buninagara - Leuwikuya 97,4462
2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya -
3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745
4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326
5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567
- Banyusari -
Kiarawuyeuh
8,7039
- Juntigirang - Juntihilir 6,5847
- Banyusari - Baros 2,1192
6 Majalaya - Wangisagara -
Wangisagara
63,8793
7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105
8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452
9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848
10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125
11 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811
Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program pengontrolan
dan pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yang ada
melalui JIDES dan JITUT, agar supaya tidak terjadi kekeringan pada musim
kemarau dan banjir pada musim penghujan dan juga pembuatan sumur
pantek serta embung. Tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
100
ini adalah untuk (1) meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2)
mengurangi dampak bencana alam kekeringan dan banjir. Upaya
pemeliharaan saluran irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD
Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN.
Pada Tahun 2014, direncanakan beberapa kegiatan pengelolaan air
irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni
kegiatan rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES), Rehabilitasi Jaringan
Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT), pembangunan embung; dan revitalisasi
kelembagaan pengelolaan air irigasi - P3A mitra cai -. Rehabilitasi Jaringan
Irigasi seluas 40 Ha di Kecamatan Pacet, 40 Ha di Kecamatan Arjasari, 40 Ha di
Kecamatan Pameungpeuik, 48 Ha di Kecamatan Banjaran, 40 Ha di Kecamatan
Solokanjeruk, 40 Ha di Kecamatan Cangkuang.
Sasaran Strategis 2
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk
pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi
ekonomi pertanian
Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-
kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan
perkebunan unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura dan
perkebunan dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan
tertentu. Pengembangan Kawasan Pertanian menekankan transformasi
desa-desa dengan memperkenalkan unsur-unsur urbanisme ke dalam
lingkungan pedesaan yang spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan
lokal untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi wilayah.
Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah
menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan
perkebunan di Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan
didasarkan pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang
memadai; (3) sesuai kaidah konservasi dan tercantum dalam RTRW
Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki peluang komparatif dan kompetitif.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis
2 seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta
yang ada, baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
101
pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila
dibandingkan dengan tahun 2014 maupun terhadap sasaran/target yang
telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam
pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014 ini.
Tabel 3.12 pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2014
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi
Meningkatkan
keunggulan komparatif dan
kompetitif produk
pertanian melalui pengembangan
agribisnis dalam aglomerasi ekonomi
pertanian
2. Jumlah produksifitas
komoditas unggulan: - Sayuran (kui/ha)
- Buah-buahan (kui/ha)*
- Biofarmaka (kg/m2)* - Tan. Hias (tangkai/ha)
- Kopi (Ton/ha) - Teh (Ton/ha)
- Cengkeh (Ton/ha) - Tembakau
210,19
102,00
3,19 17,14
1,19 2,35
0,22 0,95
174,48 101
7.7 Kg/M2 5.92
0,993 2,223 0,194 0,900
Keterangan: *) data sampai dengan triwulan III (September 2014)
Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan
Perkebunan
Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya
komoditas hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten
Bandung tahun 2014 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan
walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti keadaan
alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain
iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga
dan pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga
umumnya mampu menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
102
pengairannya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu pula ada tantangan
internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan
tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan
lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura
berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi.
Sayuran
Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung adalah
kentang, tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas
tersebut mengalami peningkatan dalam hal produksi dan produktivitas.
Disamping itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif
yang dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan pelaku pasar
(ritel, industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran
eksklusif jepang. Komoditas tersebut tersebar di Kecamatan Pangalengan,
Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari.
Tabel 3.12 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2014 Triwulan
III
No Uraian Komoditi Realisasi
2011
Realisasi
2012
Realisasi
2013
Realisasi
2014
Perkembangan
Realisasi
Th.2012 thdp
Th.2011
Perkembangan
Realisasi
Th.2014 thdp
Th.2013
1 2 4 5 6 7 8 9
1 Bawang Merah
Luas Tanam (ha) 2.827 3.116 2.911 1.327 110,22
45,59
Luas panen (ha) 1.799 3.265 2.915 2.356 181,49
80,82
Produksi (ton) 20.887 39.222 1.699 25.112 187,79
79,22
Produktivitas
(kwt/ha)
116,1 120,13
108,74
106,59
103,47
98,02
2 Kentang
Luas Tanam (ha) 6.527 6.711 4.814 2.127 102,82
44,18
Luas panen (ha) 5.346 7.036 5.372 3.028 131,61
56,37
Produksi (ton) 110.793 131.007 08.832 60.970 118,24
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
103
56,02
Produktivitas
(kwt/ha)
207,25 186,19
202,59
201,35
89,84
99,39
3 Kubis
Luas Tanam (ha) 5.394 5.266 4.004 2.572 97,63
64,24
Luas panen (ha) 4.592 5.242 4.331 2.901 114,16
66,98
Produksi (ton) 109.326 125.606 00.150 66.566 114,89
66,47
Produktivitas
(kwt/ha)
238,08 239,61
231,24
229,46
100,65
99,23
4* Cabe
Luas Tanam (ha) 787 226
718
278 28,72
38,72
Luas panen (ha) 740 691
596
336 93,38
56,38
Produksi (ton) 20.682 20.376
17.598
9.391 98,52
53,37
Produktivitas
(kwt/ha)
27,95
29,49
295,26
279,50
336,07
94,66
5* Tomat
Luas Tanam (ha) 1.295 1.174 1.189 498 90,66
41,88
Luas panen (ha) 1.339 1.097 1.215 618 81,93
50,86
Produksi (ton) 94.124 94.486
67.900
12.152 100,38
17,90
Produktivitas
(kwt/ha)
702,95 861,31
229,15
196,64
122,53
85,81
6 Bawang Daun
Luas Tanam (ha) 3.147 3.549 1.189 2.222 112,77
186,88
Luas panen (ha) 2.969 3.512 1.215 1.895 118,29
155,97
Produksi (ton) 49.570 54.115
67.900
29.972 109,17
44,14
Produktivitas
(kwt/ha)
166,96
154,086
229,15
158,16
92,29
69,02
7 Kembang Kol
Luas Tanam (ha) 466 512
575
305 109,87
53,04
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
104
Luas panen (ha) 418 511
602
282 122,25
46,84
Produksi (ton) 8.091 9.958 9.777 5.544 123,08
56,71
Produktivitas
(kwt/ha)
193,56 194,88
162,40
196,59
100,68
121,05
8 Petsai/Sawi/Sosin
Luas Tanam (ha) 3.128 3.176 3.635 1.702 101,53
46,82
Luas panen (ha) 3.015 3.218 3.476 1.864 106,73
53,62
Produksi (ton) 61.396 67.581
71.079
38.999 110,07
54,87
Produktivitas
(kwt/ha)
203,63 210,01
204,48
209,22
103,13
102,32
9 Wortel
Luas Tanam (ha) 2.131 1.745 2.212 1.166 81,89
52,71
Luas panen (ha) 2.006 1.796 2.003 992 89,53
49,53
Produksi (ton) 42.524 40.316
42.507
20.007 94,81
47,07
Produktivitas
(kwt/ha)
211,99 224,48
212,22
201,69
105,89
95,04
10 Lobak
Luas Tanam (ha) 376 306
643
299 81,38
46,50
Luas panen (ha) 360 313
512
292 86,94
57,03
Produksi (ton) 8.027 7.228
10.977
6.286 90,05
57,26
Produktivitas
(kwt/ha)
222,96 230,91
214,39
215,26
103,57
100,41
11 Kacang Merah
Luas Tanam (ha) 1.547 1.690 1.421 712 109,24
50,11
Luas panen (ha) 1.191 1.538 1.684 1.560 129,14
92,64
Produksi (ton) 10.835 9.833
16.150
16.256 90,75
100,66
Produktivitas
(kwt/ha)
90,97 63,93 95,90
104,20
70,27
108,66
12* Kacang Panjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
105
Luas Tanam (ha) 179 119
116
59 66,48
50,86
Luas panen (ha) 139 156
145
78 112,23
53,79
Produksi (ton) 2.786 3.620 3.538 1.949 129,92
55,10
Produktivitas
(kwt/ha)
117,59 232,03
243,97
249,88
197,32
102,43
13* Jamur
Luas Tanam (m2) 8.971 11.413
12.715
17.579 127,22
138,25
Luas panen (m2) 8.689 20.205
12.749
13.318 232,54
104,46
Produksi (ku) 15.643 29.530
232.460
20.020 188,77
8,61
Produktivitas
(kg/m2)
18 14,62 18,23
15,03
81,18
82,44
14* Terung
Luas Tanam (ha) 173 160
176
100 92,49
56,82
Luas panen (ha) 143 186
157
105 130,07
66,88
Produksi (ton) 4.673 4.964 4.475 3.968 106,23
88,67
Produktivitas
(kwt/ha)
135,05 266,89
285,04
377,93
197,62
132,59
15* Buncis #DIV/0!
Luas Tanam (ha) 696 850
749
323 122,13
43,12
Luas panen (ha) 639 789
786
350 123,47
44,53
Produksi (ton) 14.857 18.279
18.230
3.873 123,04
21,24
Produktivitas
(kwt/ha)
128,27 231,68
231,94
110,65
180,62
47,71
16* Ketimun
Luas Tanam (ha) 561 460
471
198 82
42,04
Luas panen (ha) 524 538
460
325 102,67
70,65
Produksi (ton) 24.388 18.164
17.340
6.664 74,48
38,43
Produktivitas 207,8 337,62 162,47
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
106
(kwt/ha) 213,96 205,05 95,83
17* Labu Siam
Luas Tanam (ha) 55 87
73
14 158,18
19,18
Luas panen (ha) 62 69
78
24 111,29
30,77
Produksi (ton) 66.493 60.089
59.990
493 90,37
0,82
Produktivitas
(kwt/ha)
10.724,68 8.708,49
830,59
205,42
81,2
24,73
18* Kangkung
Luas Tanam (ha) 266 260
457
202 97,74
44,20
Luas panen (ha) 242 255
473
196 105,37
41,44
Produksi (ton) 9.092 9.495 9.326 2.355 104,44
25,26
Produktivitas
(kwt/ha)
135,91 372,37
126,50
120,17
273,98
94,99
19* Bayam
Luas Tanam (ha) 153 259
206
83 169,28
40,29
Luas panen (ha) 128 267
212
93 208,59
43,87
Produksi (ton) 1.250 2.953 2.124 874 236,29
41,14
Produktivitas
(kwt/ha)
97,64 110,61 92,90
93,97
113,28
101,15
20* Seledri
Luas Tanam (ha) 1.560 1.516 1.692 917 97,18
54,20
Luas panen (ha) 1.596 1.441 1.565 908 90,29
58,02
Produksi (ton) 30.479 28.516
30.099
18.606 93,56
61,82
Produktivitas
(kwt/ha)
190,97 197,89
191,82
204,91
103,62
106,83
21* Cabe Rawit
Luas Tanam (ha) 432 282
398
174 65,28
43,72
Luas panen (ha) 424 324
331
164 76,42
49,55
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
107
Produksi (ton) 11.943 8.150 8.142 1.022 68,24
12,56
Produktivitas
(kwt/ha)
68,45 251,54 75,37
62,34
367,48
82,70
Jumlah Sayuran
Luas Tanam (ha) 40.671 42.877
43.170
15.340 105,42
35,53
Luas panen (ha) 36.361 52.449
43.523
18.439 144,25
42,37
Produksi (ton) 717.859 783.488
927.418
3.975.92
8
109,14
428,71
Produktivitas
(kwt/ha)
19,74 14,94
213,09
2.156,26 75,66
1.011,92
22* Strowberry**)
Luas Tanam (ha) 172 148
94
65 86,05
69,15
Luas panen (ha) 188 141
91
52 75
57,14
Produksi (ton) 35.342 151.959
154.316
2.517 429,97
1,63
Produktivitas
(kwt/ha)
179,93 10.777,21
1.918,16
484,02
5.989,81
25,23
Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2013
Ket **) Termasuk dalam komoditas tanaman buah-buahan semusim
Buah-buahan
Produksi komoditas buah-buahan unggulan seperti alpukat, durian
dan strawberry di Kabupaten Bandung pada tahun 2014 umumnya dapat
melampaui target serta memperlihatkan realisasi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tahun 2013, tetapi ada juga yang tidak bisa
melampaui realisasi tahun 2014, ini disebabkan oleh kondisi alam yang
cukup kering sehingga dalam proses pembungaan dan pembuahan
tanaman banyak yang gugur karena evavotranspirasi dari tanaman itu
sendiri cukup tinggi, disamping itu pula sudah banyak tanaman yang tua
dan tidak produktif lagi serta tanaman muda sebagai penggatinya belum
produktif menghasilkan buah. Untuk selengkapnya mengenai realisasi
produksi,
Tanaman Hias dan Obat-obatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
108
Produksi komoditas tanaman hias dan obat-obatan unggulan seperti
Anggrek, Krisan, Mawar dan Gerbera, serta komoditas tanaman obat di
Kabupaten Bandung tahun 2014 yaitu diantaranya jahe, lengkuas, kencur,
kunyit umumnya memperlihatkan realisasi produksi yang sedikit menurun
dibanding target dan realisasi tahun 2013 ini dikarenakan cuaca yang cukup
panas sehingga tidak mendukung terhadap pertumbuhan tanaman
dikarenakan porositas, struktur serta agregat tanah menjadi lebih besar dan
solid/keras terutama untuk perkembangan tanaman obat-obatan yang
kebanyakan berbentuk rimpang.
Sasaran Strategis 3
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas
kualitas lingkungan hutan dan lahan
Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan
melalui 2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2)
pendekatan ekonomi dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan.
Kedua mekanisme tersebut saling berkesinambungan dan ketergantungan
satu dengan yang lainnya.
Tabel 3.16. pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2014 Triwulan I
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target
Kinerja Realisasi
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
Prosentase luas lahan kritis yang tertanami (%)
47,58
43.58
Luas hutan rakyat 7.910
4.659
Jumlah kelompok agroforestry
118
92
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
109
Pengelolaan Lahan Kritis
Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya penelantaran lahan-
lahan kering yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama telah
mengakibatkan terjadinya lahan-lahan kritis di Kabupaten Bandung.
Keberadaan lahan kritis di Kabupaten Bandung ini telah menyebabkan
rusaknya keseimbangan, daya dukung serta daya tampung lingkungan
terutama pada lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah hulu dengan fungsi
sebagai daerah resapan air. Kondisi yang sama, dan dengan ditambah
banyaknya pemukiman pendudukpun terjadi di daerah sepanjang aliran sungai
(DAS), keadaan ini pada akhirnya turut berpengaruh sebagai faktor penyebab
atau faktor yang mempercepat terjadinya bencana alam di Kabupaten Bandung
seperti banjir, longsor, kekeringan serta makin tingginya kualitas pencemaran
yang terjadi di beberapa badan sungai di Kabupaten Bandung, baik pencemaran
dari rumah tangga maupun industri.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pertanian Perkebunan
dan Kehutanan berdasarkan Rencana Pengengelolaan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan Periode 2011-2015, pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013
dan tahun 2014 ini telah melakukan upaya-upaya untuk mengurangi luas
lahan kritis di Kabupaten Bandung melalui penanaman komoditas tanaman
tahunan produktif seperti buah-buahan dan kayu-kayuan, baik melalui
kegiatan yang dibiayai APBD Kabupaten, Propinsi maupun APBN TA. 2014.
Upaya-upaya tersebut telah dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan dan berhasil menanami lahan kritis serta tegalan seluas
6.096,67 Ha pada tahun 2013, sedangkan pada tahun 2014 triwulan I
belum dilakukan penanaman disebabkan hujan yang belum stabil
Tabel 3.17 Luas Hutan dan Lahan Kritis yang Direhabilitasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
110
NO
LUAS HUTAN DAN LAHAN KRITIS YANG
DIREHABILITASI
2011 (Ha)
2012 (Ha)
2013 (Ha)
2014 (Ha)
1 Arjasari 446,89 212,36 276,14 0
2 Baleendah 198,56 75 82,39 0
3 Banjaran 0 205 42,95 0
4 Bojongsoang 77,27 0 0 0
5 Cangkuang 422,5 172,95 76,36 0
6 Cicalengka 203,41 248,18 445,68 0
7 Cikancung 305,19 252 308,41 0
8 Cilengkrang 169,32 52,5 239,32 0
9 Cileunyi 484,3 25 115,45 0
10 Cimaung 207,73 215 164,77 0
11 Cimenyan 297,05 0 21,59 0
12 Ciparay 256,82 30 126,55 0
13 Ciwidey 356,82 52,5 47,50 0
14 Dayeuhkolot 11,81 0 0 0
15 Ibun 2,27 302 237,05 0
16 Katapang 38,35 0 0 0
17 Kertasari 212,5 75,45 154,77 0
18 Kutawaringin 108,64 300 10,91 0
19 Majalaya 2,27 0 0,91 0
20 Margaasih 0 0 115,45 0
21 Margahayu 0 0 0 0
22 Nagreg 97,15 298,5 173,86 0
23 Pacet 716,77 250 312,05 0
24 Pameungpeuk 0 25 1,27 0
25 Pangalengan 306,82 230 413,41 0
26 Paseh 160,23 200 250,68 0
27 Pasirjambu 547,25 150 223,86 0
28 Rancabali 230 0 96,59 0
29 Rancaekek 0 0 0 0
30 Solokanjeruk 0 0 1,14 0
31 Soreang 200,91 55 171,14 0
32 Tersebar di Kab. Bandung 147,73 2.670,23 1.209,59 0
JUMLAH 6.208,56 6.096,67
15.319,91
0
Sumber: Bidang Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bandung 2013
Saat ini upaya mempertahankan dan melestarikan hutan rakyat
diakui cukup berat dan masih mengalami banyak kendala. Hasil kajian LPM
ITB (2001) menunjukkan gambaran kondisi kerusakan lahan yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
111
diakibatkan oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air serta terjadinya penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan peruntukannya di Kabupaten Bandung cukup
memprihatinkan sehingga menyebabkan tingkat erosi yang terjadi di
Kabupaten Bandung berkisar mulai dari kategori sedang sampai dengan
berat.
3.2. Pelaksanaan Kegiatan, Kesimpulan dan Saran
3.2.A. Pelaksanaan Kegiatan
A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Pada program peningkatan ketahanan pangan terdapat 8 kegiatan
yang mendo peningkatan ketahanan paangan di kabupaten bandung,
beberapa sub kegiatan yang telah dilaksanakan pada triwulan I adalah
sebagai berikut:
1. Pengelolaan data statistik pertanian, tanaman pangan dan hortikultura
serta pelkatihan ubinan, telah dilaksanakan 100% (1 kali). Sub kegiata ini
melibatkan 62 penyuluh PNS dan Non PNS dari seluruh Kabupaten
Bandung dengan perwakilan setiap kecamatan 2 orang penyuluh. Kegiatan
ini perlu dilakukan terutama disebabkan oleh sebagain besar tenaga
penyuluh (terutama Non PNS) yang masih baru, sehingga dalam
optimalisasi pelaksanaan ubinan perlu dilakukan pelatihan.
2. Sinkronisasi data statistik pertanian, telah dilakukan 100% (1 kali). Sub
kegiatan ini sangat diperlukan dalam pengecekan data serta
menindaklanjuti target-target statistik pertanian dengan merencanakan
action di lapangan, sehingga akan didapatkan hasil sesuai target yang
dicanangkan oleh pusat maupun provinsi Jawa Barat.
3. Tersusunnya RDKK tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten.
4. Terlaksannya Bimbingan teknis penerapan teknologi produksi Serelia dan
Kabi.
5. Terlaksananya Rakor P2BN
6. Terlaksananya pengadaan benih padi VUB kelas SS (Label ungu) dan Benih
Padi VUB ES (Label Biru)
7. Terlaksananya pengadaan benih padi VUB kelas SS (label ungu) dan benih
padi VUB kelas ES (label biru)
8. Terlaksananya pengadaan sarana produksi (fungisida, NPK, Pupuk Organik,
PPC)
9. Terlaksananya pengembangan usaha tani konservasi lahan terpadu.
10. Terlaksananya kegiatan forum gangguan usaha perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
112
11. Terlaksananya kegiatan IBK (Indikator Blok Kerja)
12. Terlaksananya kegiatan pengendalian hama dan penyakit
13. Terlaksannya analisa pupuk dan pestisida
14. Terlaksananya penguatan komisi pengawasan pupuk dan pestisida
15. Terlaksananya fasilitasi pengembangan padi organik fasilitasi rumah
kemasan padi organik
16. Terlaksananya Bintek pengembangan dan pemanfaatan Pupuk Organik
B. Program Peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan
Pada Program Peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan
terdapat 3 kegiatan dalam rangka mendorong peningkatan penerapan teknologi
pertanian sebagai upaya mendukung pembangunan pertanian di Kabupaten
Bandung. Adapun sub kegiatan yang telah dilakukan pada triwulan I adalah:
1. Bimbingan teknis perlindungan tanaman dalam rangka pengamanan
produksi hasil pertanian. Bimbingan teknis ini dilaksanakan dengan peserta
petani serta petugas brigade proteksi tanaman tingkat kabupaten, tingkat
kecamatan dan tingkat desa. Kegiatan ini sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan petani dalam melakukan tindakan preventif
atas terjadinya gangguan OPT pada tanaman. Diharapkan dengan kegiatan
ini mampu mengurangi proporsi serangan OPT secara keseluruhan di
Kabupaten Bandung.
2. Terlaksanyanya pembangunan usaha tani 3 paket (10%)
3. Terlaksananya pembangunan Cekdam 1 paket (0.4%)
4. Terlaksananya pembangunan irigasi permukaan 4 paket (66.67%)
5. Terlaksananya pengembangan Desa PHT
6. Terlaksananya Bintek penerapan teknologi tepat guna
7. Terlaksananya Bintek penerapan teknologi pertanian
8. Terlaksananya pengadaan bahan obat-obatan (Rodentisida anti koagulan,
Insektisida, fungisida, rodentisida/pengasapan)
9. Terlaksananya Bimbingan Teknis Pengelolaan air
10. Terlaksananya Revitalisasi GP3A Mitra Cai
11. Terlaksananya penguatan P3A dan GP3A mitra cai
12. Terlaksananya pengembangan Desa PHT
13. Terlaksananya Bintek penerapan teknologi tepat guna
14. Tersedianya alat penunjang alat-alat pengolahan pertanian (Brigade
proteksi pertanian)
15. Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi
16. Terlaksanananya kegiatan dem area
17. Terlaksananya pelatihan GP3A dalam kegiatan pasca panen
C. Program Peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
113
Terdapat 3 kegiatan pada Program Peningkatan produksi
pertanian/perkebunan ini, progres pelaksanaan sub kegiatan adalah sebagai
berikut:
1. Terlaksananya pengadaan bibit kopi 5.400 batang dan cengkeh 176.000
batang.
2. Terlaksananya pengadaan benih kopi 1 paket
3. Terlaksananya pengembangan sayuran dataran rendah di 14 kecamatan
dengan 700 kg benih kangkung darat
4. Terlaksananya kegiatan Bimtek budidaya tanaman tembakau
5. Terlaksananya kegiatan Bimtek pengendalian OPT tanaman tembakau
6. Terlaksananya bimtek pasca panen dan pengolahan tembakau
7. Terlaksananya sistem kebersamaan ekonomi (SKE)
8. Terlaksananya pembuatan dokumentasi pengolahan tembakau
9. Terlaksananya kegiatan workshop pemasaran tembakau
10. Terlaksananya peningkatan kualitas dan pasca panen tanaman tembakau
11. Terlaksananya pemurnian benih tembakau tahap 1
12. Terlaksananya inventarisasi dan validasi data tembakau
13. Terlaksananya peningkatan kualitas tembakau melalui sistem GAP
D. Program Peningkatan kesejahteraan petani
Pada Program Peningkatan kesejahteraan petani terdapat 1 kegiatan,
namun pada triwulan I ini belum ada sub kegiatan yang terlaksana, terdapat
beberapa progres pelaksanaan sub kegiatan sebagai berikut:
1. Terlaksananya fasilitasi kemitraan dan pendampingan usaha kelompo
2. Terlaksananya sekolah lapang tanaman hias
3. Terlaksananya penyusunan SOP Budidaya Hortikultura
4. Terlaksananya penyusunan SOP GAP Tanaman Hias
5. Terlaksananya adopsi penangkaran benih hortikultura
E. Program Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan
Pada Program Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/
perkebunan terdapat 2 kegiatan, terdapat beberapa progres pelaksanaan sub
kegiatan sebagai berikut:
1. Terlaksananya pameran strawbery dan jamur
2. Terlaksananya gelar pasar tani tingkat kabupaten, provinsi dan nasional
3. Terlaksananya Fasilitasi sarana kelembagaan
4. Terlaksananya fasilitasi penyusunan database/profil kelompok PUA
Hortikultura
5. Terfasilitasinya Rapat pertemuan/koordinasi Asosiasi pengolahan
6. Terlaksananya pendampingan pengembangan desain dan kemasan produk
olah hortikultura
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
114
7. Terlaksananya pendampingan pengembangan usaha dan penguatan
kelembagaan
8. Terlaksananya pendampingan pengembangan Rumah Kemasan /STA
9. Terfasilitasinya bangunan gudang penyimpanan bawang
F. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan terdapat 5 kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan di dalam program tersebut sangat banyak
dipengaruhi oleh iklim dan musim, keberhasilan penanaman pada tingkat
langangan sangat besar dipengaruhi oleh fase penanaman yang tepat, yaitu
penanaman pada saat musim hujan sudah mulai stabil. Beberapa sub kegiatan
yang sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya benih tanaman kehutanan
2. pembuatan demplot UPSA
3. pengembangan budidaya tanaman jati
4. pengembangan budidaya tanaman bambu
5. pengembangan budidaya aren
6. Tersedianya sarana pembuatan pembibitan tanaman kehutanan
7. Terfasilitasinya pupuk kandang
8. Terfasilitasinya pupuk NPK
9. Terlaksananya pengadaaan bibit dalam mendukung terlaksananya lomba-
lomba RTH
10. Terlaksananya pemberdayaan masyarakat/kelompok tani penghijauan
11. Terlaksananya FGD RHL
12. Terlaksananya Bintek RHL
G. Program perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan
Pada Program perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan hanya
terdapat 1 kegiatan saja dan beberapa sub kegiatan yang sudah terlaksanakan di
triwulan III ini adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya sosialisasi upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran
hutan dan lahan serta mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan yg disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, daya-daya alam, hama dan penyakit
2. Terlaksananya pengadaan alat penunjang upaya perlindungan dan
pengamanan hutan
3. Terlaksananya upaya penyuluhan tentang undang-undang pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan
4. Terlaksananya informasi kebakaran hutan yang akan digunakan sebagai
sumber air dalam pelaksanaan pemadaman
H. Program Program pemanfataan potensi sumberdaya hutan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
115
Pada program pemanfaatan sumberdaya hutan terdapat 1 kegiatan yang
befokus pada pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu, saat ini hasil hutan
non kayu yang II terdapat progres kegiatan sebagai berikut:
1. Terlaksanannya Budidaya Lebah Madu 1 paket
2. Terlaksananya Pengembangan ulat sutera
3. Terlaksananya Pemberdayaan Masyarakat Hutan
4. Terlaksananya Pengembangan Buah-buahan Hutan
5. Terlaksananya kontak bisnis
BAB III. PENCAPAIAN KINERJA
3.3. Gambaran Umum Target dan Realisasi Anggaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
116
III.2.3 Anggaran Pendapatan
Pada Tahun 2014, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan
sebesar Rp. 156.420.000,- (seratus lima puluh enam juta empat ratus
dua puluh ribu rupiah) dari hasil pengelolaan balai-balai benih. Namun
setelah dilakukan perubahan anggaran, Anggaran pendapatan menjadi
Rp 161.420.000,- (Seratus enam puluh satu juga empat ratus dua
puluh ribu rupiah), pada tahun 2014 Anggaran Pendapatan sudah
terealisasi 100% dengan kelebihan Rp. 2.800,-, sehingga total PAD
yang masuk sebesar 161.422.800,-.
Adapun perincian anggaran pendapatan Dinas
Pertanian,Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten bandung dan
realisasi Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel III.1.
Tabel III.1.Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung
Tahun 2014
No SUMBER PENDAPATAN Target (Rp) Realisasi (Rp) (%)
1 Balai Benih Padi Jelekong
dan Buah Batu
161.420.00
0
161.422.800 100,00
J u m l a h 161.420.000 161.422.800 100,00
III.2.4 Anggaran Belanja
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014
mendapatkan alokasi anggaran Belanja sebesar Rp 35.077.472.184,-
(Tiga puluh lima milyar tujuh puluh tujuh juta empat ratus tujuh puluh
dua ribu seratus delapan puluh empat rupiah), yang terdiri dari
belanja tidak langsung Rp,4.706.102.375,- dan belanja langsung Rp
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
117
30.532.789.809,- (Tiga puluh milyar lima ratus tiga puluh dua juta
tujuh ratus delapan puluh sembilan delapan ratus sembilan rupiah.
3. Belanja Tidak Langsung (BTL)
Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk
membiayai gaji pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2014,
Dinas Pertanian mendapatkan alokasi BTL sebesar Rp
4.706.102.375,- atau 15 % dari total anggaran belanja. Dari target
tersebut, terealisasi pada tahun 2014 sebesar Rp4.514.614.404,-
(Empat Milyar Lima Ratus Empat Belas Juta Juta Enam Ratus Empat
Belas Ribu Empat Ratus Empat Rupiah) atau 95.93 % dari alokasi BTL
Tahun 2014.
Tabel III.2 Target dan Realisasi Belanja Tidak Langsung
No Belanja Target (Rp) Realisasi (Rp) (%)
1 Gaji dan Tunjangan 3.679.347.00
0
3.520.856.61
5
74.81
2 Tambahan Penghasilan
PNS
1.026.755.37
5
993.757.789 21.12
J u m l a h 4.706.102.375 4.514.614.404 95.93
4. Belanja Langsung
Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung
peningkatan kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat.
Pada tahun 2014, target anggaran Belanja Langsung sebesar Rp
30.532.789.809,- dan pada tahun 2014 terealisasi sebesar Rp.
25.821.805.013,- atau 84.57% dari target yang telah ditetapkan, yang
terdiri dari belanja langsung SKPD Rp 1.255.404.193,- dan belanja
langsung urusan pilihan Rp24.566.400.820,-. Berikut Rincian target
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
118
dan realisasi pada belanja SKPD Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan Tahun Anggaran 2014.
Tabel III.3. Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD
Tahun 2014
No. URAIAN
TARGET
TA.2014
(Rp)
REALISASI
TA.2014
(Rp)
% SISA
ANGGARAN
I. BELANJA SKPD
5. Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
417.157.000 405.265.609 97.15 11.891.391
6. Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
847.272.743 771.686.584 91.08 75.586.159
7. Program Peningkatan
Disiplin Aparatur
27.650.000 27.650.000 100.00 0
8. Program Peningkatan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian Kinerja
dan keuangan
53.775.000 50.802.000 94.47 2.973.000
Belanja Langsung Pilihan
Anggaran belanja langsung pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014 adalah
sebesar Rp.30.532.789.809,- yang dialokasikan untuk membiayai
sebanyak 9 program dan 26 kegiatan. Anggaran tersebut bersumber
dari APBD Kabupaten Bandung Tahun 2014; (DAK) bidang
perkebunan/pertanian, bantuan gubernur dan Dana Bagi Hasil Cukai
Tembakau APBN 2014. Total realisasi anggaran Belanja Langsung
Pilihan sebesar Rp 29.186.935.066,- dan terdapat sisa anggaran
sebesar Rp 4.607.148.846,-.Perincian belanja dapat dilihat pada
Tabel III.4.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
Tabel III.4 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Program Tahun 2014
PROGRAM /KEGIATAN ANGGARAN
(RP) REALISASi
(RP) PERSENTASE SISA (RP)
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 300.000.000,00 294.220.000,00 98,07% 5.780.000,00
Pelatihan petani dan pelaku agribisnis 300.000.000,00 294.220.000,00 98,07% 5.780.000,00
Program Peningkatan Ketahan Pangan
(pertanian/perkebunan)
5.243.144.066,00 5.061.375.440,00 96,53% 181.768.626,00
Penyusunan data base potensi produksi pangan 507.294.066,00 492.058.050,00 97,00% 15.236.016,00 Monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan subsidi
pertanian 321.350.000,00 317.480.000,00 98,80% 3.870.000,00
Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian 598.000.000,00 577.992.680,00 96,65% 20.007.320,00 Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija 824.000.000,00 792.353.760,00 96,16% 31.646.240,00 Pengembangan diversifikasi tanaman 150.000.000,00 141.740.000,00 94,49% 8.260.000,00 Pengembangan pertanian pada lahan kering 1.914.500.000,00 1.820.919.550,00 95,11% 93.580.450,00 Pengembangan perbenihan/perbibitan 313.000.000,00 311.654.800,00 99,57% 1.345.200,00 Penelitian dan pengembangan sumberdaya pertanian 615.000.000,00 607.176.600,00 98,73% 7.823.400,00
Program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan
1.034.550.000,00 1.020.299.250,00 98,62% 14.250.750,00
Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan
unggulan daerah 541.250.000,00 535.113.250,00 98,87% 6.136.750,00
Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil
pertanian/perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan 493.300.000,00 485.186.000,00 98,36% 8.114.000,00
Program peningkatan penerapan teknologi
pertanian/perkebunan
10.407.479.400,00 9.222.096.730,00 88,61% 1.185.382.670,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
93
Penelitian dan pengembanan teknologi
pertanian/perkebunan tepat guna 5.922.753.400,00 4.988.772.900,00 84,23% 933.980.500,00
PROGRAM /KEGIATAN ANGGARAN (RP)
REALISASi (RP)
PERSENTASE SISA (RP)
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi
pertanian/perkebunan tepat guna 3.020.750.000,00 2.904.070.930,00 96,14% 116.679.070,00
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi
pertanian/perkebunan tepat guna 1.463.976.000,00 1.329.252.900,00 90,80% 134.723.100,00
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan 5.087.871.600,00 4.663.539.620,00 91,66% 424.331.980,00
Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan 2.079.292.000,00 1.737.271.150,00 83,55% 342.020.850,00 Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan 1.430.360.000,00 1.400.775.155,00 97,93% 29.584.845,00 Peningkatan Kualitas dan Pasca Panen Tanaman
Tembakau 1.578.219.600,00 1.525.493.315,00 96,66% 52.726.285,00
Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan 378.260.000 364.874.600,00 96,46% 13.385.400,00
Pengembangan hasil hutan non kayu 378.260.000,00 364.874.600,00 96,46% 13.385.400,00 Program rehabilitasi hutan dan lahan 6.491.099.000,00 3.750.213.620,00 57,77% 2.740.885.380,00
Pembuatan bibit/benih tanaman kehutanan 489.481.000,00 468.518.660,00 95,72% 20.962.340,00 Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi
hutan dan lahan 801.618.000,00 769.409.460,00 95,98% 32.208.540,00
Konservasi Lahan dan Air (Embung, Jalan Tani, Dam
Penahan, Sapras Pendukung) (Bantuan Gubernur) 2.500.000.000,00 2.332.267.500,00 93,29% 167.732.500,00
Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan (Bantuan
Gubernur) 2.500.000.000,00 0,00 0,00% 2.500.000.000,00
Fasilitasi Implementasi Green Province ( Bantuan
Gubernur ) 200.000.000,00 180.018.000,00 90,01% 19.982.000,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
94
Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan 144.531.000,00 143.681.560,00 99,41% 849.440,00
Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan 144.531.000,00 143.681.560,00 99,41% 849.440,00 Program perencanaan dan pengembangan hutan 100.000.000,00 46.100.000,00 46,10% 53.900.000,00
Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat 100.000.000,00 46.100.000,00 46,10% 53.900.000,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
94
Kegiatan Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan dengan
Anggaran berasal dari Dana Bantuan Gubernur sebesar Rp. 2.500.000,-
tidak dapat terlaksana di Tahun 2014, Hal tersebut disebabkan oleh
rangkaian waktu proses pengadaan tanah dengan luas lebih dari 5 Ha
tidak mencukupi, proses tersebut mulai penetapan angggaran, persiapan
pelaksanaan pengadaan tanah, proses penentuan harga oleh tim apraisal,
negosiasi, proses pembayaran dan sertifikasi tanah. Solusi atas hal
tersebut adalah Anggaran akan diluncurkan di Tahun 2015, hal tersebut
sudah dikoordinasikan dengan Kepala DPPK, BAPPEDA, serta telah
disampaikan surat permohonan dan lampiran berupa SP2D yang telah
terbit dengan nilai Rp. 1.387.915.500,- kepada Bupati Bandung dalam
rangka peluncuran anggaran tersebut.
Terdapat sisa anggaran yang sangat besar pada kegiatan
Penelitian dan pengembanan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
sebesar Rp. 933.980.500,-, hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu:
1. Dibatalkannya kegiatan Pembuatan Jalan Usaha Tani
Hortikultura di beberapa lokasi
2. Dibatalkannya kegiatan Pembuatan Jalan Usaha Tani
Perkebunan di beberapa lokasi.
3. Hasil negosiasi pengadaan peralatan dalam kegiatan irigasi
permukaan, terutama dalam pengadaan pompa
III. 2 Analisis Pengukuran Kinerja
Untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten dilakukan terhadap:
(c) Tingkat pencapaian sasaran, yang merupakan tingkat pencapaian
target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator
sasaran yang telah ditetapkanberdasarkan Rencana kerja tahunan
dan rencana strategis lima tahunan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
95
(d) Kinerja kegiatan, yang merupakan tingkat pencapaian target
(rencana tingkat capaian) dari setiap kelompok indikator kinerja
kegiatan, dan langkah-langkah kegiatan.
Pengukuran kinerja ini merupakan hasil dari suatu penilaian yang
sistematik didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa
masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Penilaian tersebut tidak
terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan
menjadi keluaran dan hasil.
III.2.1 Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2014
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
pertanian di Kabupaten Bandungtahun 2014, yang telah ditetapkan
dalam Indikator kinerja utama, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan menetapkan beberapa langkah rencana tindak lanjut
tahun 2014 ke dalam 9 program dan 26 kegiatan. Untuk
mengevaluasi tingkat efektivitas program/kegiatan tersebut,
indikator kinerja menjadi acuan penilaian sasaran strategis.
Sasaran Strategis 1
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan
produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah
meningkatnya swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan
dan komoditas pangan unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu
langkah perwujudan tercapainya ketahanan pangan sampai tingkat
rumah tangga, terutama dalam keberlanjutan ketersediaan
pangan.Keadaan ini dicirikan antara lain dengan tersedianya pangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
96
yang cukup serta harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat
dan terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang tercermindari
tersedianya berbagai komoditas pangan, baik produk segar maupun
produk olahan.
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah
tangga tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain
berbagai usaha peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan
pangan. Selain itu, peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat
tani dalam desiminasi teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan
pada sisi on-farm juga teknologi pasca panen dan pengolahan hasil
pada sisi off-farm.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran
seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai
fakta yang ada, baik berupa keberhasilan maupun
kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian di
Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan tahun 2014
maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan,ataupun juga
terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada
tahun 2014 ini.
Tabel III.5 pengukuran sasaran kinerja tahunan 2014
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
KINERJA REALISASI
Meningkatkan
swasembada
pangan lokal
melalui
peningkatan
produktivitas
lahan dan
komoditas
7. Jumlah produksi
komoditas tanaman
pangan unggulan:
- Padi (ton)
509.667
543.078
- Jagung (Ton) 77.514 81.078
- Ubi Kayu (Ton) 121.579 127.846
8. Jumlah
produktivitas 64,14
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
97
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
KINERJA REALISASI
pangan
unggulan
lokal
komoditas tanaman
pangan:
- Padi (kui/ha)
62.68
- Jagung (kui/ha) 65,54 62.89
- Ubi Kayu
(kui/ha) 197,40
185.89 Keterangan: Data sampai dengan Bulan September 2014
Tabel III.5 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang
diindikasikan oleh jumlah produksi tanaman pangan mengalami
pertumbuhan positif dan melebihi target kinerja yang telah
ditetapkan. Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai akhir
Desember 2014 mencapai 543.078 ton GKG atau melebihi target
sebesar 6.65% dari dengan produktivitas sebesar 62.68
kuintal/hektar. Produktifitas ini lebih kecil dari target produktifitas
tahun 2013, meskipun demikian target produksi padi dapat tercapai
dengan peningkatan Indeks Pertanaman mencapai 2.42 lebih besar
0.12 dari target Indeks Pertanaman Tahun 2014 sebesar 2.30.
Penurunan produktifitas ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut: (1) Konsentrasi kegiatan pembangunan pertanian tanaman
pangan tahun 2014 pada lahan sawah lebih besar kepada
pembangunan sarana pertanian, yang diharpkan mampu
memperbesar luas tanam dengan luas lahan yang tetap, adapun
produktifitas dapat didongkrak kemudian setelah luas tanam yang
diharapkan tercapai. (2) Kondisi iklim yang kurang mendukung.
Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui perbaikan/rehabilitasi
jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru, dinilai
efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan
terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya
padi masih bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
98
produktivitas komoditas, disamping pengendalian OPT secara
sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman).
Sedangkan realisasi produksi jagung mencapai 81.078 ton
(Jagung pipilan kering sebesar 4.60 % dari total target sebesar
77.514 ton). Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk
yang jagung dipanen muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering.
Pada tahun 2014, petani lebih menginginkan panen muda karena dari
sisi ekonomi lebih cepat pergulirannya.
Dalam Tabel III.5 dapat dilihat bahwa peningkatan produksi
padi di Kabupaten Bandung tahun 2014 ini terjadi dalam peningkatan
luas tanamnya, sehingga meskipun produktifitas menurun, produksi
akan lebih besar. Pada awal dan pertengahan tahun 2014 memang
kondisi iklim masih mendukung, namun menginjak pada akhir Masa
Tanam akhir kondisi iklim tidak mendukung.
Tabel III.6.Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di
Kabupaten Bandung Tahun 2014
No Uraian Komoditi Realisasi 2012 (Ha) Realisasi 2013
(Ha)
Realisasi 2014
(Ha)
A PADI
Padi Sawah
Luas Tanam (ha) 78.969 89.069 86.651
Luas panen (ha) 78.029 86.499 81.579
Produksi (ton) 518.032 570.703 524.355
Produktivitas (kwt/ha) 66,39 65,98 63.84
2 Padi Gogo
Luas Tanam (ha) 7.950 5.093 2.810
Luas panen (ha) 7.885 5.646 4.622
Produksi (ton) 33.997 22.079 18.723
Produktivitas (kwt/ha) 43,12 39,11 40.28
JUMLAH PADI
Luas Tanam (ha) 86.919 94.162 89.461
Luas panen (ha) 85.914 92.145 86.381
Produksi (ton) 552.029 592.782 543.078
Produktivitas (kwt/ha) 63,66 64,33 62.68
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
99
No Uraian Komoditi Realisasi 2012 (Ha) Realisasi 2013
(Ha)
Realisasi 2014
(Ha)
B PALAWIJA
1 Jagung
Luas Tanam (ha) 13.101 13.589 12.319
Luas panen (ha) 8.587 13.076 12.209
Produksi (ton) 50.687 86.256 81.078
Produktivitas (kwt/ha) 59,03 65,97 62.89
2 Kedelai
Luas Tanam (ha) 48 364 295
Luas panen (ha) 44 159 275
Produksi (ton) 67 246 387
Produktivitas (kwt/ha) 15,34 15,46 13.9
3 Kacang Tanah
Luas Tanam (ha) 1.673 1.722 2.069
Luas panen (ha) 1.655 1.691 2.258
Produksi (ton) 2.853 2.437 3.198
Produktivitas (kwt/ha) 17,24 14,41 14.03
5 Ubi Kayu
Luas Tanam (ha) 6.540 6.886 5.952
Luas panen (ha) 6.588 6.506 6.893
Produksi (ton) 120.923 124.960 127.846
Produktivitas (kwt/ha) 183,55 192,07 185.89
6 Ubi Jalar
Luas Tanam (ha) 1.737 1.777 2.494
Luas panen (ha) 1.820 1.686 2.545
Produksi (ton) 26.503 22.267 29.009
Produktivitas (kwt/ha) 145,62 132,07 117.52
JUMLAH PALAWIJA
Luas Tanam (ha) 23.099 24.338 22.060
Luas panen (ha) 18.694 23.118 18.238
Produksi (ton) 201.032 236.166 184.944
Produktivitas (kwt/ha) 107,54 102,16 101,41
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2014
Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan
swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan
dan komoditas pangan unggulan lokal”untuk mendorong tercapainya
pengamanan produksi pangan adalah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
100
6. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan
sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk,
pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya.
7. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian.
8. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui
desiminasi teknologi budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu; (2) System Rice of
Intesification; (3) penggunaan pupuk berimbang.
9. Peningkatan sarana prasarana pasca panen.
10. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan.
Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan
prasarana tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada
peningkatan luas pertanaman pertanian tanaman pangan yang
merupakan upaya dalam pencapaian peningkatan produksi 5%
terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung. Grafik Indeks
Pertanaman (IP) dibawah menunjukkan adanya peningkatan nilai dari
1,92 di tahun 2009, 1,98 di tahun 2011, 2.01 pada tahun 2012, 2,27
pada Tahun 2013 dan 2.42 pada tahun 2014 dan produktivitas padi
meningkat dari 55,63 kuintal/ha di tahun 2005 menjadi 61,20
kuintal/ha di tahun 2011, 63,89 kuintal/ha pada Tahun 2013 dan
turun menjadi 62.68 kuintal/ha pada tahun 2014
Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida,
benih serta sarana dan prasarana lainnya
1. Pupuk
Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan
kegiatan pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
101
setiap tahun meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan
pangan masyarakat, akan tetapi pada tahun 2014 ini penggunaan
pupuk kimia telah banyak berkurang dengan tujuan untuk
mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah, dengan kata lain untuk
mengembalikan tingkat kesuburan tanah, dengan cara sedikit demi
sedikit memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat
fisik, biologi maupun kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan
otomatis ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman
menjadi maksimal, juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai
dengan perakaran tanaman. Cara yang ditempuh diantaranya yaitu
dengan cara mensosialisasikan kembali penggunaan pupuk organik
terutama pupuk organik buatan sendiri/kompos maupun buatan
pabrik yang lebih ramah terhadap lingkungan ataupun dengan cara
melakukan pemupukan yang berimbang antara pupuk an organik dan
pupuk organik.
Lebih lanjut, sebagai upaya penerapan pupuk organik,
pengembangan unit-unit pengolahan pupuk organik dalam bentuk
rumah kompos menjadi prioritas. Disamping mensosialisasikan
penggunaan kembali pupuk organik dan menjaga kualitas lingkungan
melalui pemanfaatan kembali limbah peternakan dan pertanian, juga
memberikan alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani di luar
agribisnis. Langkah strategis yang telah dilakukan sampai dengan
Tahun 2014, adalah:
4. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi
alat-alat pengolahan pupuk organik.
5. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
teknologi pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha.
6. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten
Bandung (KP3)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
102
Alokasi dan Realisasi penggunaan pupuk dapat dilihat pada
Tabel III.7 berikut.
Tabel III.7.Sasaran dan Realisasai Penggunaan Pupuk Tahun 2013
dan 2014
No Jenis Sarana
Produksi
Realisasi Tahun 2013
Sasaran Tahun 2014
Realisasi Tahun 2014
% Tase Realisasi-
Target 2014
Sisa Alokasi
2014
1 Urea 24.701 24.406 24.864 101,87 1.543
2 SP- 36 (Superphos)
5.929 5.080 4.113 80,95 968
3 ZA 6.534 4.608 3.859 83,74 749
4 NPK 18.239 18.256 16.751 91,76 1.505
5 Organik 1.300 1.345 787 58,51 558
Dari tabel III.7 dapat dilihat bahwa penggunaan urea
mengalami peningkatan, namun dalam jumlah yang sangat kecil.
Sedangkan penggunaan pupuk jenis yang lain mengalami penurunan.
Belum dapat disimpulkan secara pasti bahwa penurunan penggunaan
pupuk tersebut merupakan dampak positif dari perbaikan saluran
irigasi dan beberapa kegiatan intensifikasi padi. Namun dapat
dipastikan bahwa penggunaan pupuk organik buatan kelompok tani
melalui kegiatan APPO telah berhasil mensuplly pupuk organik bagi
petani, sehingga penggunaan pupuk organik buatan pabrik juga
berkurang seperti ditunjukkan tabel di atas. Rincian Alokasi dan
Realisasi Penggunaan Pupuk Per Bulan Tahun 2014 dapat dilihat
pada Tabel III.8.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
Tabel III.8.Sasaran dan Realisasai Penggunaan Pupuk Per Bulan Tahun 2014
UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK
1 Januari 3.213,00 945,75 746,00 1.346,95 100,00 3.199,50 943,75 740,40 1.439,00 91,00
2 Februari 1.929,00 525,55 253,00 1.362,45 113,00 2.311,00 525,55 258,96 1.619,10 53,00
3 Maret 1.757,00 437,86 620,00 1.447,89 112,00 1.837,00 445,86 623,99 1.498,39 31,00
4 April 1.676,00 224,75 389,00 1.306,70 108,00 1.803,00 229,75 401,46 1.329,20 12,00
5 Mei 1.806,00 131,20 194,00 1.473,12 111,00 1.774,00 131,20 194,30 1.564,62 44,24
6 Juni 1.953,00 299,49 306,00 1.812,99 111,00 1.846,00 299,49 306,24 2.190,49 84,76
7 Juli 2.001,00 131,20 247,00 1.301,85 112,00 1.767,00 131,20 234,66 1.541,35 57,00
8 Agustus 1.857,00 176,10 244,00 840,95 109,00 1.877,00 176,10 243,60 1.265,95 90,00
9 September 1.776,00 235,25 141,00 672,35 109,00 1.784,00 235,25 141,14 980,85 127,00
10 Oktober 1.999,00 251,25 230,00 804,60 115,00 1.571,00 249,25 228,00 1.054,60 69,00
11 November 2.925,00 883,00 628,00 2.837,00 116,00 2.458,00 266,95 200,50 798,65 62,00
12 Desember 3.514,00 838,60 610,00 3.049,15 129,00 2.636,00 478,15 285,50 1.469,00 66,00
26.406,00 5.080,00 4.608,00 18.256,00 1.345,00 24.863,50 4.112,50 3.858,75 16.751,20 787,00
94,16% 80,95% 83,74% 91,76% 58,51%
1.542,50 967,50 749,25 1.504,80 558,00
JUMLAH REALISASI
JUMLAH
Persentase
Sisa Alokasi
NO BULANJUMLAH ALOKASI
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
104
Gambar III.1. Grafik Realisasi Penggunaan Pupuk Total Per Bulan
Penggunaan pupuk pada paling tinggi pada bulan Januari disusul
bulan Juni, Maret dan Februari, karena merupakan masa tanam padi
di Kabupaten Bandung, sehingga pada bulan November atau
Desember Tahun sebelumnya perlu dilakukan persiapan
ketersediaan pupuk , hal tersebut sebagai wujud antisipasi lonjakan
permintaan pupuk pada awal Tahun.
2. Pengelolaan Benih
Kegiatan pada tahun 2014 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan hanya membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam
melakukan pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para
penangkar benih.Selanjutnya, Balai benih Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan di Solokan Jeruk dan Jelekong sebagai
UPTD dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus
mengembangkan dan memantau penggunaan benih bermutu/berlabel
di lapangan. Dalam upaya mengejar penyerapan teknologi pertanian,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
105
UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu
untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten
bandung, dan menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang
banyak ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung
ini adalah Varietas Ciherang, Sintanur, Mekongga, IR-64dan benih
Lokal sebanyak.
5. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian
Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian
ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut,
akan mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan
dengan kuantitas dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan
dengan secara manual. Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik dari jumlah alat
maupun ketrampilan operator. Peningkatan tersebut disebabkan
adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari pemerintah
Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program
mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus dikembangkan
karena semakin terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama
buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan alat
itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu dan
kualitas produk pertanian. Pada tahun 2014 ini jumlah jenis mesin
yang dihibahkan kepada petani mengalami peningkatan dengan
jumlah yang mengalmai penurunan, hal ini disebabkan karena alat
mesin tahun-tahun sebelumnya masih ada serta masih layak untuk
digunakan dan diarahkan untuk pengembangan sarana reparasi alat
mesin tersebut.
Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan
dapat berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
106
usaha tani, pendapatan usaha tani, peningkatan minat generasi muda
untuk terus bekerja di sektor pertanian, sehingga diharapkan usaha
tani dan bisnis pertanian dapat terus berkembang serta dapat
meningkatkan minat para generasi muda agar tidak merasa minder
dalam bergumul dengan lumpur dan bercinta dengan tanah dan terus
bekerja pada sektor pertanian dalam merajut masa depan keluarga.
Pada tahun 2014, sebagai langkah strategis dalam mengelola
alat mesin pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan melalui Unit Pelayanan Jasa Alsintan
melakukan pengadaan 1 unit alat perbengkelan yang bertujuan untuk
mengoptimalkan pengelolaan dan pemelihara alat dan mesin
pertanian yang telah ada di lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-
kelompok masyarakat mendapatkan alternatif usaha dalam bidang
penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal tersebut dapat
memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi petani, akan
mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya dengan
pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan
mendapatkan keuntungan sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset
UPJA. Kehadiran UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam
rangka penyediaan pelayanan jasa alsintan guna mendukung
tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya
dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan
alsintan secara individu yang kurang menguntungkan.
Pada Tahun 2014, pemerintah Kabupaten Bandung melalui
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah merencanakan
memberikan stimulan berupa alat mesin pertanian kepada kelompok
tani sebagai langkah dalam pengembangan UPJA, berupa alat dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
107
mesin baik pada sub sistem on-farm maupun sub sistem pasca
panen dan pengolahan hasil. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan produktivitas usaha kelompok tani. Stimulan alat
dan mesin tersebut berupa:
10. Traktor besarsebanyak 40 unit.
11. Pompa Air 3” sebanyak 25 Unit
12. Pompa Air 4” sebanyak 2 Unit
13. Mesin giling padi sebanyak 2 unit
14. Mesin Pemipil Jagung sebanyak 1 Unit
15. Mesin Penepung sebanyak 2 unit
16. Mesin Potong Rumput sebanyak 50 unit
17. Alat Budidaya Jamur sebanyak 1 unit
18. Motor Roda Tiga sebanyak 1 unit
Lebih lanjut, pengembangan UPJA di Kabupaten telah
dilaksanakan di Kecamatan Kutawaringin dan Ciparay. Kedua UPJA
center tersebut diharapkan dapat memberikan efek positif untuk
menjawab kebutuhan masyarakat tani akan alat dan mesin pertanian.
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah
pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya
seefektif dan seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT
maupun menangani bencana alam. Hal ini memberikan efek positif
dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan
oleh serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui
pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan
desa se-Kabupaten Bandung pengendalian dan penanganan tersebut
dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
108
Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang
bertugas sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan
produksi pangan di Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan
oleh serangan OPT dan bencana alam. Agen tersebut terdiri dari
Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas dan para petani di desa dan
kecamatan se-Kabupaten Bandung. Setiap kejadian di lapangan akan
segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur
koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah
dilaksanakan adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3)
Agen hayati.
Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama
dengan BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas
langkah untuk mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi
Desa PHT dan brigade proteksi tanaman diharapkan akan
mengurangi dampak negatif dari serangan OPT dan bencana alam
terhadap jumlah produksi dan keadaan puso. Berikut rencana
stimulan yang telah disalurkan untuk pengendalian OPT, yang
berasal dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN, adalah:
Tabel III.9 Rencana dan Realisasi Stimulan Pengendalian OPT Tahun
2014
No Sarana Rencana Realisasi
1. Sarana pengendali agen hayati
a. Trichogaamma sp
b. metharizium sp
c. Beauveria sp
952 pias
800 bungkus
800 bungkus
952 pias
800 bungkus
800 bungkus
2. Teknologi trip barrier system 10 paket 10 paket
3. Obat-obatan pengendalian OPT
a. Rodentisida anti oagulan
b. Insektisida
c. Fungisida
d. Rodentisida/pengasapan
150 kg
150L
100 kg
40 dus
150 kg
150L
100 kg
40 dus
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
109
No Sarana Rencana Realisasi
4. Masker 100 buah 100 buah Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT
Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian
2. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan
Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya
ditentukan oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan
kewenangan diantaranya. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang
SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi
mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi
tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa
(JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A)
sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah
Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan
rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi
desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat
kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian.
Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten
Bandung dari sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya
dilihat secara jumlah volume keseluruhan dalam setahun. Namun
apabila ditinjau dari periode waktu dan lokasi setiap Satuan Wilayah
Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air ini diperkirakan
mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan
Rendah. Potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten
Bandung berupa mata air dan situ-situ serta curah hujan. Untuk
pemanfaatan sumber air tersebut telah dibangun bangunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
110
pengambilan utama berupabendungan, embung dan bangunan irigasi-
irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain
untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik.
Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan
yang ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel III.8 di
bawah ini.
Tabel III.10. Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten
Bandung
No Lokasi Nama
Sungai/ DAM
Volume
(Juta m3) Kecamatan Desa
1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947
- Buninagara - Leuwikuya 97,4462
2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya -
3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745
4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326
5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567
- Banyusari -
Kiarawuyeuh
8,7039
- Juntigirang - Juntihilir 6,5847
- Banyusari - Baros 2,1192
6 Majalaya - Wangisagara -
Wangisagara
63,8793
7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105
8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452
9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848
10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125
11 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811
Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program
pengontrolan dan pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran
irigasi tersier yang ada melalui JIDES dan JITUT, agar supaya tidak
terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
111
penghujan dan juga pembuatan sumur pantek serta embung. Tujuan
utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah untuk (1)
meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2) mengurangi dampak
bencana alam kekeringan dan banjir. Upaya pemeliharaan saluran
irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD Kabupaten
Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN.
Pada Tahun 2014, telah direalisaskikan beberapa kegiatan
pengelolaan air irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di
Kabupaten Bandung,yakni kegiatan rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa
sebagai usaha rehabilitasi jaringan air, pada tahun 2014
direalisasikan dibeberapa wilayah berikut: (1) Kecamatan Rancaekek
sebanyak 4 paket, (2) Kecamatan Bojongsoang sebanyak 4 paket,
(3) Kecamatan Ciparay sebanyak 1 Paket, (4) Kecamatan
Solokanjeruk sebanyak 5 Paket, (5) Kecamatan Kutawaringin 1
paket, dan (6) Kecamatan Cicalengka 1 paket. Sedangkan untuk
mendukung kestabilan supply air telah dibangun 6 paket cekdam,
masing-masing lokasi 1 paket di 6 kecamatan, yaitu: (1) Kecamatan
Rancabali, (2) Kecamatan Cimaung, (3) Kecamatan Arjasari, (4)
Kecamatan Kutawaringin, (5) Kecamatan Cangkuang, dan (6)
Kecamatan Cicalengka.
Sasaran Strategis 2
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian
melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi
pertanian
Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan
kelompok-kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas
hortikultura dan perkebunan unggul lokal Kabupaten Bandung.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
112
Agribisnis hortikultura dan perkebunan dikembangkan berdasarkan
pada potensi satu kawasan tertentu.Pengembangan Kawasan
Pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan
memperkenalkan unsur-unsur urbanisme ke dalam lingkungan
pedesaan yang spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan lokal
untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi wilayah.
Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan
tanah menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura
dan perkebunan di Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-
kawasan didasarkan pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya
pertanian yang memadai; (3) sesuai kaidah konservasi dan
tercantum dalam RTRW Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki
peluang komparatif dan kompetitif.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran
strategis 2 seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari
berbagai fakta yang ada, baik berupa keberhasilan maupun
kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian di
Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan tahun 2014
maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan,ataupun juga
terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada
tahun 2014 ini.
Tabel III.11 pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2014
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
113
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi
Meningkatkan
keunggulan
komparatif dan
kompetitif produk
pertanian melalui
pengembangan
agribisnis dalam
aglomerasi
ekonomi pertanian
3. Jumlah produksifitas
komoditas unggulan:
- Sayuran (kui/ha)
- Buah-buahan (kui/ha)
- Biofarmaka (kg/m2)
- Tan. Hias (tangkai/ha)
- Kopi (Ton/ha)
- Teh (Ton/ha)
- Cengkeh (Ton/ha)
- Tembakau
210,19
102,00
3,19
17,14
1,19
2,35
0,22
0,95
178.61
117.74
5.612
22.60
1.017
2,282
0.209
0.4
Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan Perkebunan
Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya
komoditas hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di
Kabupaten Bandung tahun 2014 ini terjadi peningkatan yang cukup
signifikan walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit
seperti keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang
kering, namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam
pertumbuhan serta perkembangan bunga dan pembuahan komoditas
hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu menaikan
produksi dan produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga
dan terpenuhi. Selain itu pula ada tantangan internal diantaranya
adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan tertentu,
pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan
lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura
berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi.
Sayuran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
114
Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung adalah
kentang, tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas
tersebut mengalami peningkatan dalam hal produksi dan
produktivitas. Disamping itu, terdapat komoditas-komoditas
spesifikasi lokal dan eksklusif yang dikembangkan atas kerjasama
antara petani dengan pelaku pasar (ritel, industri, dan eksportir),
seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran eksklusif jepang.
Komoditas tersebut tersebar di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey,
Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari.
Tabel III.12 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung
Tahun 2014
No Uraian Komoditi Realisasi 2011
Realisasi 2012
Realisasi 2013
Realisasi 2014
Perkembangan Realisasi
Th.2012 thdp Th.2011
Perkembangan Realisasi
Th.2014 thdp Th.2013
1 2 4 5 6 7 8 9
1 Bawang Merah Luas Tanam (ha) 2.827 3.116 2.911 3.086 110,22 106,01
Luas panen (ha) 1.799 3.265 2.915 3.027 181,49 103,84
Produksi (ton) 20.887 39.222 31.699 32.770 187,79 103,38
Produktivitas (kwt/ha)
116,1 120,13 108,74 108,26 103,47 99,55
2 Kentang
Luas Tanam (ha) 6.527 6.711 4.814 4.380 102,82 90,98
Luas panen (ha) 5.346 7.036 5.372 4.676 131,61 87,04
Produksi (ton) 110.793 131.007 108.832 93.968
118,24 86,34
No Uraian Komoditi Realisasi 2011
Realisasi 2012
Realisasi 2013
Realisasi 2014
Perkembangan Realisasi
Th.2012 thdp Th.2011
Perkembangan Realisasi
Th.2014 thdp Th.2013
Produktivitas (kwt/ha)
207,25 186,19 202,59 200,96 89,84 99,19
3 Kubis
Luas Tanam (ha) 5.394 5.266 4.004 4.457 97,63 111,31
Luas panen (ha) 4.592 5.242 4.331 4.683 114,16 108,13
Produksi (ton) 109.326 125.606 100.150 107.192 114,89 107,03
Produktivitas (kwt/ha)
238,08 239,61 231,24 228,90 100,65 98,99
4* Cabe
Luas Tanam (ha) 787 226 718 753 28,72 104,87
Luas panen (ha) 740 691 596 702 93,38 117,79
Produksi (ton) 20.682 20.376 17.598 17.579 98,52 99,89
Produktivitas (kwt/ha)
27,95 29,49 295,26 250,41 336,07 84,81
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
115
5* Tomat
Luas Tanam (ha) 1.295 1.174 1.189 1.125 90,66 94,62
Luas panen (ha) 1.339 1.097 1.215 1.105 81,93 90,95
Produksi (ton) 94.124 94.486 67.900 49.749 100,38 33,51
Produktivitas (kwt/ha)
702,95 861,31 229,15 205,93 122,53 89,87
6 Bawang Daun
Luas Tanam (ha) 3.147 3.549 1.189 4.117 112,77 346,26
Luas panen (ha) 2.969 3.512 1.215 4.112 118,29 338,44
Produksi (ton) 49.570 54.115 67.900 68.401 109,17 100,74
Produktivitas (kwt/ha)
166,96 154,086 229,15 166,34 92,29 72,59
7 Kembang Kol
Luas Tanam (ha) 466 512 575 592 109,87 102,96
Luas panen (ha) 418 511 602 573 122,25 95,18
Produksi (ton) 8.091 9.958 9.777 11.258 123,08 115,15
No Uraian Komoditi Realisasi 2011
Realisasi 2012
Realisasi 2013
Realisasi 2014
Perkembangan Realisasi
Th.2012 thdp Th.2011
Perkembangan Realisasi
Th.2014 thdp Th.2013
Produktivitas (kwt/ha)
193,56 194,88 162,40 196,48 100,68 120,98
8 Petsai/Sawi/Sosin
Luas Tanam (ha) 3.128 3.176 3.635 2.938 101,53 80,83
Luas panen (ha) 3.015 3.218 3.476 3.145 106,73 90,48
Produksi (ton) 61.396 67.581 71.079 66.486 110,07 93,54
Produktivitas (kwt/ha)
203,63 210,01 204,48 211,40 103,13 103,38
9 Wortel
Luas Tanam (ha) 2.131 1.745 2.212 1.914 81,89 86,53
Luas panen (ha) 2.006 1.796 2.003 1.924 89,53 96,06
Produksi (ton) 42.524 40.316 42.507 40.950 94,81 96,34
Produktivitas (kwt/ha)
211,99 224,48 212,22 212,84 105,89 100,29
10 Lobak
Luas Tanam (ha) 376 306 643 504 81,38 78,38
Luas panen (ha) 360 313 512 493 86,94 96,29
Produksi (ton) 8.027 7.228 10.977 10.798 90,05 98,37
Produktivitas (kwt/ha)
222,96 230,91 214,39 219,03 103,57 102,17
11 Kacang Merah
Luas Tanam (ha) 1.547 1.690 1.421 1.837 109,24 129,28
Luas panen (ha) 1.191 1.538 1.684 1.795 129,14 106,59
Produksi (ton) 10.835 9.833 16.150 18.663 90,75 115,56
Produktivitas (kwt/ha)
90,97 63,93 95,90 103,97 70,27 108,41
12* Kacang Panjang
Luas Tanam (ha) 179 119 116 142 66,48 122,41
Luas panen (ha) 139 156 145 127 112,23 87,59
Produksi (ton) 2.786 3.620 3.538 3.050 129,92 86,20
Produktivitas (kwt/ha)
117,59 232,03 243,97 240,12 197,32 98,42
13* Jamur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
116
Luas Tanam (m2) 8.971 11.413 12.715 48.979 127,22 385,21
Luas panen (m2) 8.689 20.205 12.749 41.565 232,54 326,03
Produksi (ku) 15.643 29.530 232.460 44.113 188,77 18,98
Produktivitas (kg/m2)
18 14,62 18,23 10,61 81,18 58,21
14* Terung
Luas Tanam (ha) 173 160 176 214 92,49 121,59
Luas panen (ha) 143 186 157 202 130,07 128,66
Produksi (ton) 4.673 4.964 4.475 6.801 106,23 151,97
Produktivitas (kwt/ha)
135,05 266,89 285,04 336,68 197,62 118,11
15* Buncis #DIV/0!
Luas Tanam (ha) 696 850 749 654 122,13 87,32
Luas panen (ha) 639 789 786 660 123,47 83,97
Produksi (ton) 14.857 18.279 18.230 8.390 123,04 46,02
Produktivitas (kwt/ha)
128,27 231,68 231,94 127,12 180,62 54,81
No Uraian Komoditi Realisasi 2011
Realisasi 2012
Realisasi 2013
Realisasi 2014
Perkembangan Realisasi
Th.2012 thdp Th.2011
Perkembangan Realisasi
Th.2014 thdp Th.2013
16* Ketimun
Luas Tanam (ha) 561 460 471 554 82 117,62
Luas panen (ha) 524 538 460 525 102,67 114,13
Produksi (ton) 24.388 18.164 17.340 12.919 74,48 74,50
Produktivitas (kwt/ha)
207,8 337,62 213,96 246,07 162,47 115,01
17* Labu Siam
Luas Tanam (ha) 55 87 73 37 158,18 50,68
Luas panen (ha) 62 69 78 42 111,29 53,85
Produksi (ton) 66.493 60.089 59.990 61.666 90,37 10,07
Produktivitas (kwt/ha)
10.724,68 8.708,49 830,59 1.438,02 81,2 173,13
18* Kangkung
Luas Tanam (ha) 266 260 457 408 97,74 89,28
Luas panen (ha) 242 255 473 384 105,37 81,18
Produksi (ton) 9.092 9.495 9.326 6.856 104,44 52,64
Produktivitas (kwt/ha)
135,91 372,37 126,50 127,84 273,98 101,06
19* Bayam
Luas Tanam (ha) 153 259 206 156 169,28 75,73
Luas panen (ha) 128 267 212 159 208,59 75,00
Produksi (ton) 1.250 2.953 2.124 1.645 236,29 72,58
Produktivitas (kwt/ha)
97,64 110,61 92,90 96,97 113,28 104,38
20* Seledri
Luas Tanam (ha) 1.560 1.516 1.692 1.902 97,18 112,41
Luas panen (ha) 1.596 1.441 1.565 1.842 90,29 117,70
Produksi (ton) 30.479 28.516 30.099 39.191 93,56 122,56
Produktivitas (kwt/ha)
190,97 197,89 191,82 200,27 103,62 104,41
21* Cabe Rawit
Luas Tanam (ha) 432 282 398 530 65,28 133,17
Luas panen (ha) 424 324 331 452 76,42 136,56
Produksi (ton) 11.943 8.150 8.142 12.363 68,24 39,47
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
117
Produktivitas (kwt/ha)
68,45 251,54 75,37 71,10 367,48 94,33
Jumlah Sayuran
Luas Tanam (ha) 40.671 42.877 43.170 30.428 105,42 70,48
Luas panen (ha) 36.361 52.449 43.523 30.773 144,25 70,71
Produksi (ton) 717.859 783.488 927.418 6.821.105 109,14 735,49
Produktivitas (kwt/ha)
19,74 14,94 213,09 2.216,59 75,66 1.040,23
22* Strowberry**)
Luas Tanam (ha) 172 148 94 214 86,05 227,66
Luas panen (ha) 188 141 91 108 75 118,68
Produksi (ton) 35.342 151.959 154.316 71.443 429,97 2,83
Produktivitas (kwt/ha)
179,93 10.777,21 1.918,16 403,80 5.989,81 21,05
Provitas nya adalah Produksi Total (Produksi habis panen + Produksi belum habis panen) dibagi dengan Total Panen habis/dibongkar
Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2014
Buah-buahan
Produksi komoditas buah-buahan unggulan seperti alpukat,
durian dan strawberry di Kabupaten Bandung pada tahun 2014
umumnya dapat melampaui target serta memperlihatkan realisasi
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2013,tetapi ada
juga yang tidak bisa melampaui realisasi tahun 2014, ini disebabkan
oleh kondisi alam yang cukup kering sehingga dalam proses
pembungaan dan pembuahan tanaman banyak yang gugur karena
evavotranspirasi dari tanaman itu sendiri cukup tinggi, disamping itu
pula sudah banyak tanaman yang tua dan tidak produktif lagi serta
tanaman muda sebagai penggatinya belum produktif menghasilkan
buah. Untuk selengkapnya mengenai realisasi produksi,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Alpukat 16.254 1.391 - 513 18.158 75.702 54.103 57.638 108.350 108.350 597.149 10.857 12.887 17.588 638.481
2 Belimbing 49 70 8 126 253 9.571 8.282 7.759 3.902 9.571 14.121 1.523 1.047 1.371 18.062
3 Duku 140 - - - 140 654 532 497 24.228 24.228 176 103 - 93 372
4 Jambu Air 928 223 - - 1.151 24.179 20.689 - 29.773 29.773 55.036 3.131 - - 58.167
5 Jambu Biji 12.852 1.196 200 2.053 16.301 57.734 50.208 48.011 24.632 57.734 183.217 6.232 6.603 6.474 202.526
6 Jeruk Siam 8.200 435 - 10.200 18.835 9.331 6.620 10.440 18.725 18.725 28.388 953 1.589 1.534 32.464
7 Jeruk Besar 1.769 - - 63 1.832 9.718 8.413 8.937 55.585 55.585 4.939 1.648 1.856 1.547 9.990
8 Mangga 1.284 641 156 345 2.426 44.782 40.696 42.664 23.523 44.782 54.880 8.566 8.739 23.597 95.782
9 Manggis 19 - - 250 269 932 4.555 2.440 77.428 77.428 181 414 197 200 992
10 Nangka 831 488 5 8 1.332 50.386 42.351 46.387 16.721 50.386 393.944 9.139 10.028 9.196 422.307
11 Nenas - - - 20 20 1.552 1.175 1.325 53.841 53.841 43 12 14 17 86
12 Pepaya 311 8.551 15 988 9.865 16.822 13.494 12.604 15.618 16.822 24.347 2.407 1.111 1.850 29.715
13 Pisang 21.827 12.332 15.065 14.554 63.778 386.185 311.258 283.122 - 386.185 2.035.648 29.947 21.086 22.163 2.108.844
14 Rambutan 325 224 - 71 620 13.136 7.957 7.043 10.820 13.136 106.684 755 600 1.159 109.198
15 Salak - 25 - - 25 5.174 717 924 1.761 5.174 1.044 11 12 66 1.133
16 Sawo 180 66 - - 246 6.409 6.499 5.831 17.133 17.133 24.946 1.157 1.008 1.200 28.311
17 Markisa 500 - - 500 1.000 780 700 605 33.332 33.332 64 45 43 48 200
18 Sirsak 46 - - 11 57 11.143 - 10.081 159.880 159.880 4.039 - 682 1.027 5.748
19 Sukun 452 141 65 - 658 34.021 35.386 19.597 5.045 35.386 87.853 4.639 2.523 4.868 99.883
21 Durian 909 588 - 275 1.772 18.839 12.371 7.639 659 18.839 52.585 2.571 1.272 5.220 61.648
2266.876 26.371 15.514 29.977 138.738 777.050 626.006 573.544 680.956 1.216.290 3.669.284 84.110 71.297 99.218 3.923.909 Jumlah
NO KOMODITAS Tanam Baru (Pohon) Jumlah Tanaman yg sdng Menghsilkan (Pohon) Jum.Tan yg Menghasilkan Thn
ini
Produksi (Kwt) JUMLAH
Tabel III.13 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten
Bandung Tahun 2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
Habis/ dibongkar Belum Habis Habis/ dibongkar Belum Habis
1 JAHE 479.584 222.482 - 828.002 - 2 LAOS 66.124 109.193 - 489.199 - 3 KENCUR 14.861 20.760 - 35.276 - 4 KUNYIT 92.338 67.000 - 157.556 - 5 LEMPUYANG 21.151 3.400 - 8.029 - 6 TEMULAWAK 24.450 6.620 - 19.857 - 7 TEMUIRENG - 12.700 - 3.495 - 8 TEMUKUNCI 475 20 - 35 - 9 DLINGGO - - - - - 10 KAPULAGA 197.835 31.015 80.874 41.439 67.609 11 MENGKUDU 14.552 235 1.647 763 5.189 12 MAHKOTA DEWA 2.203 292 1.392 729 5.768 13 KEJIBELING 7.225 310 2.979 242 1.882 14 SAMBILOTO 5.027 3.357 470 3.689 338 15 LIDAH BUAYA 30.893 427 173.836 745 1.011.618
956.718 477.811 261.198 1.589.056 1.092.404 Produktivitas (Kg/M²) 5,612
Tanam Baru (m²)Panen (m2) Produksi (Kg)
JUMLAH
No KOMODITAS
Tanaman Hias dan Obat-obatan
Produksi komoditas tanaman hias dan obat-obatan unggulan
seperti Anggrek, Krisan, Mawar dan Gerbera, serta komoditas
tanaman obat di Kabupaten Bandung tahun 2014 yaitu diantaranya
jahe, lengkuas, kencur, kunyit umumnya memperlihatkan realisasi
produksi yang sedikit menurun dibanding target dan realisasi tahun
2013 ini dikarenakan cuaca yang cukup panas sehingga tidak
mendukung terhadap pertumbuhan tanaman dikarenakan porositas,
struktur serta agregat tanah menjadi lebih besar dan solid/keras
terutama untuk perkembangan tanaman obat-obatan yang
kebanyakan berbentuk rimpang.
Tabel III.14 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Komoditas Obat-obatan di Kabupaten
Bandung Tahun 2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
Tabel III.15 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Komoditas Tanaman Hias di Kabupaten
Bandung Tahun 2014
Habis/dibongk
arBelum Habis
Habis/dibongk
arBelum Habis
100 - 2.000 - 94.000 Ciwidey
4.000 2.550 450 12.550 2.741 Rancabali
550 2.710 4.345 114.891 125.295 Pasirjambu
500 500 1.486 27.424 8.285 Cimaung
- - - - - Pangalengan
- - - - - Kertasari
- - - - - Pacet
59 380 - 4.177 - Ibun
- - - - - Paseh
- - - - - Cikancung
- - - - - Cicalengka
1.330 237 2.906 2.523 178.719 Nagreg
- - - - - Rancaekek
3 - - - - Majalaya
- - - - - Solokan Jeruk
- - - - - Ciparay
- - - - - Baleendah
- - - - - Arjasari
- 40 - 319 - Banjaran
- 100 - 911 - Cangkuang
- 200 100 2.400 1.143 Pameungpeuk
2 5 - 43 - Katapang
7.000 700 - 4.241 - Soreang
- - - - - Kutawaringin
- - - - - Margaasih
105 - - - - Margahayu
21 - - - - Dayeuhkolot
- - 22 - 66 Bojongsoang
- - - - - Cileunyi
- - - - - Cilengkrang
60 100 1.670 486 25.581 Cimenyan
13.730 7.522 12.979 169.965 435.830 jumlah
TOTAL TANAMAN HIAS
Tanam (m2)
Panen (m2) Produksi
KECAMATAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
Sasaran Strategis 3
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas
kualitas lingkungan hutan dan lahan
Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung
dilaksanakan melalui 2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan
vegetatif dan (2) pendekatan ekonomi dengan mengembangkan
agribisnis di sekitar hutan. Kedua mekanisme tersebut saling
berkesinambungan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Tabel III.16. Pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2014
Sasaran
Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi
Mengembangkan
usaha ekonomi
produktif dalam
upaya stabilitas
kualitas
lingkungan
hutan dan lahan
Prosentase luas lahan
kritis yang tertanami (%)
47,58
66.04
Luas hutan rakyat (Ha)
7.910
4.659
Jumlah kelompok
agroforestry
118
92
Keterangan: Data sampai dengan Bulan September 2014
Pengelolaan Lahan Kritis
Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya
penelantaran lahan-lahan kering yang berlangsung dalam jangka waktu
yang cukup lama telah mengakibatkan terjadinya lahan-lahan kritis di
Kabupaten Bandung.
Keberadaan lahan kritis di Kabupaten Bandung ini telah
menyebabkan rusaknya keseimbangan,daya dukung serta daya tampung
lingkungan terutama pada lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah
hulu dengan fungsi sebagai daerah resapan air.Kondisi yang sama,dan
dengan ditambah banyaknya pemukiman pendudukpun terjadi di daerah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
sepanjang aliran sungai (DAS), keadaan ini pada akhirnya turut
berpengaruh sebagai faktor penyebab atau faktor yang mempercepat
terjadinya bencana alam di Kabupaten Bandungseperti banjir, longsor,
kekeringan serta makin tingginya kualitas pencemaran yang terjadi di
beberapa badan sungai di Kabupaten Bandung, baik pencemaran dari
rumah tangga maupun industri.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas
PertanianPerkebunan dan Kehutanan berdasarkan Rencana
Pengengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Periode 2011-2015,
pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013 dan tahun 2014 ini telah
melakukan upaya-upaya untuk mengurangi luas lahan kritis di
Kabupaten Bandung melalui penanaman komoditas tanaman tahunan
produktif seperti buah-buahan dan kayu-kayuan, baik melalui
kegiatan yang dibiayai APBD Kabupaten, Propinsi maupun APBN
TA. 2014. Upaya-upaya tersebut telah dilakukan Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan dan berhasil menanami lahan kritis serta
tegalan seluas 6.096,67Ha pada tahun 2013, sedangkan pada tahun
2014 dominasi penanaman dilakukan pada akhir tahun pada saat
hujan sudah stabil
TabelIII.17 Luas Hutan dan Lahan Kritis yang Direhabilitasi
N
O
LUAS HUTAN DAN
LAHAN KRITIS YANG
DIREHABILITASI
2011
(Ha)
2012
(Ha)
2013
(Ha)
2014
(Ha)
1 Arjasari 446,89 212,36 276,14 40
2 Baleendah 198,56 75 82,39 2
3 Banjaran 0 205 42,95 112
4 Bojongsoang 77,27 0 0 -
5 Cangkuang 422,5 172,95 76,36 -
6 Cicalengka 203,41 248,18 445,68 295
7 Cikancung 305,19 252 308,41 77
8 Cilengkrang 169,32 52,5 239,32 43
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
N
O
LUAS HUTAN DAN
LAHAN KRITIS YANG
DIREHABILITASI
2011
(Ha)
2012
(Ha)
2013
(Ha)
2014
(Ha)
9 Cileunyi 484,3 25 115,45 43
10 Cimaung 207,73 215 164,77 46
11 Cimenyan 297,05 0 21,59 1
12 Ciparay 256,82 30 126,55 -
13 Ciwidey 356,82 52,5 47,50 2
14 Dayeuhkolot 11,81 0 0 -
15 Ibun 2,27 302 237,05 45
16 Katapang 38,35 0 0 -
17 Kertasari 212,5 75,45 154,77 56
18 Kutawaringin 108,64 300 10,91 1
19 Majalaya 2,27 0 0,91 1
20 Margaasih 0 0 115,45 -
21 Margahayu 0 0 0 4
22 Nagreg 97,15 298,5 173,86 43
23 Pacet 716,77 250 312,05 61
24 Pameungpeuk 0 25 1,27 5
25 Pangalengan 306,82 230 413,41 430
26 Paseh 160,23 200 250,68 140
27 Pasirjambu 547,25 150 223,86 5
28 Rancabali 230 0 96,59 44
29 Rancaekek 0 0 0 1
30 Solokanjeruk 0 0 1,14 4
31 Soreang 200,91 55 171,14 93
32 Tersebar di Kab.
Bandung 147,73 2.670,23
1.209,59 0
JUMLAH 6.208,56 6.096,67 15.319,91 1.592 Sumber: Bidang Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bandung 2014
Keterangan: Data sampai dengan Bulan September 2014
Saat ini upaya mempertahankan dan melestarikan hutan rakyat
diakui cukup berat dan masih mengalami banyak kendala. Hasil
kajian LPM ITB (2001) menunjukkan gambaran kondisi kerusakan
lahan yang diakibatkan oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta terjadinya
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya di
Kabupaten Bandung cukup memprihatinkan sehingga menyebabkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
tingkat erosi yang terjadi di Kabupaten Bandung berkisar mulai dari
kategori sedang sampai dengan berat.
III.3. Pelaksanaan Kegiatan, Kesimpulan dan Saran
III.3.1 Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Pada program peningkatan ketahanan pangan terdapat 8
kegiatan yang mendo peningkatan ketahanan paangan di kabupaten
bandung, beberapa sub kegiatan yang telah dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
17. Pengelolaan data statistik pertanian, tanaman pangan dan
hortikultura serta pelkatihan ubinan, telah dilaksanakan 100%
(1 kali). Sub kegiata ini melibatkan 62 penyuluh PNS dan Non
PNS dari seluruh Kabupaten Bandung dengan perwakilan
setiap kecamatan 2 orang penyuluh. Kegiatan ini perlu
dilakukan terutama disebabkan oleh sebagain besar tenaga
penyuluh (terutama Non PNS) yang masih baru, sehingga
dalam optimalisasi pelaksanaan ubinan perlu dilakukan
pelatihan.
18. Sinkronisasi data statistik pertanian, telah dilakukan 100% (1
kali). Sub kegiatan ini sangat diperlukan dalam pengecekan
data serta menindaklanjuti target-target statistik pertanian
dengan merencanakan action di lapangan, sehingga akan
didapatkan hasil sesuai target yang dicanangkan oleh pusat
maupun provinsi Jawa Barat.
19. Terlaksananya pengembangan website pertanian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
20. Terlaksananya feasibility Sub Terminal Agribisnis sebagia
usaha identifikasi lokasi yang paling tepat dalam pembangunan
Sub Terminal Agribisnis.
21. Terlaksananya Identifikasi Penyebaran lahan sawah sebagai
upaya mendukung data pra persiapan penetapan LP2B
22. Terlaksananya koordinasi penentuan angka ramalan tahun
2015
23. Tersusunnya RDKK tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten.
24. Terlaksananya pelaporan pupuk bersubsidi tk kabupaten
25. Terlaksananya analisa pupuk dan pestisida
26. Terlaksananya penguatan komisi pengawasan pupuk dan
pestisida
27. Terlaksananya verifikasi dan validasi pupuk bersubsidi
28. Terlaksannya Bimbingan teknis penerapan teknologi produksi
Serelia dan Kabi.
29. Terlaksananya Rakor P2BN
30. Terlaksananya Workshop SLPTT
31. Terlaksananya pengadaan benih padi
32. Terlaksananya pengadaan jagung
33. Terlaksananya Bintek pengembangan dan pemanfaatan Pupuk
Organik
34. Terlaksananya Mapping pencapaian dan pemanfaatan pupuk
organik
35. Terlaksananya Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil
36. Terlaksananya fasilitasi pengembangan padi organik fasilitasi
rumah kemasan padi organik.
37. Terlaksananya pengadaan stimulan alat pasca panen padi
(Terpal, Power thresser, Polisher)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
38. Terlaksananya fasilitasi pasca panen dan pengolahan jagung
Bintek pasca panen
39. Terlaksananya fasilitas pasca panen dan pengolahan jagung
stimulan alat pasca panen jagung (corn Sheller)
40. Terlaksananya fasilitasi pasca panen dan pengolahan ubi kayu
stimulan alat pengolahan Tanaman Pangan
41. Terlaksananya stimulan alat pengolahan Tanaman Pangan
42. Terlaksananya bimbingan teknis pasca panen
43. Terlaksananya pengadaan benih padi VUB kelas SS (label
ungu) dan benih padi VUB kelas ES (label biru)
44. Terlaksananya pengadaan sarana produksi (fungisida, NPK,
Pupuk Organik, PPC)
45. Terlaksananya Diversifikasi pola tanam dengan komoditas
kedelai
46. Terlaksananya Diversifikasi pola tanam komoditas kedelai
47. Terlaksananya Benih kedelai (150 Ha x 40 Kg)
48. Terlaksananya Pupuk ZPt (Rhizobium)
49. Terlaksananya Terlaksananya Rapat Koordinasi
50. Terlaksananya Terselenggaranya Monitoring,Koordinasi, dan
Evaluasi
51. Terfasilitasinya kegiatan pengembangan buah-buahan di
dataran rendah, Mangga, Durian
52. Terfasilitasinya kebutuhan bibit buah-buahan dalam
mendukung pengembangan hortikultura ramah
lingkungan,fasilitasi sarana jaringan pengairan budidaya
hortikultura,pipanisasi pengairan green house, pompa
air,Adopsi teknologi budidaya hortikultura,bibit jambu Kristal,
sarana pengembangan pertanian ramah lingkungan (pupuk
organik cair)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
53. Terlaksananya Stimulan penerapan teknologi ramah
lingkungan (bibit bakteri/ agensi hayati/isolate) (fasilitasi
mesin pencacah sampah organik)
54. Terlaksananyapengembangan sarana pengairan di lahan kering
(pembagunan embung)
55. Terlaksananyapengembangan produk olahan kemasan
(fasilitasi pengemasan)
56. TerlaksananyaPengembangan pertanian pada lahan kering
57. Terfasilitasinya sarana penyimpanan benih kentang
(tersedianya kontainer plastik)
58. Terfasilitasinya kegiatan pengembangan kawasan strawberry
(Perbaikan produktivitas strawberry ( bibit), pembangunan
green house permanen,Penangkaran benih strawberry
(bibit),demplot pengembangan strawberry organik,bibit
strawberry, pestisida organik/ pelindung tanaman organik,
pupuk organik cair)
59. Terfasilitasinya kegiatan pengembangan kawasan jeruk
(Penangkaran bibit jeruk, Pengembangan budidaya jeruk)
60. Terfasilitasinya kegiatan pengembangan kawasan alpukat
(pengembangan budidaya alpukat)
61. Terfasilitasinya kegiatan pengembangan budidaya tanaman
hias (pemeliharaan kebun percobaan tanaman hias (pupuk
organik cair)
62. Terlaksananya Pengadaan Bibit Krisan
63. Terlaksananya PengadaanBibit anggrek remaja
64. Terfasilitasinya kegiatan pengembangan klinik tanaman
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
65. Pengembangan klinik tanaman (Penyelenggaraan kerjasama
Swakelola, pengembangan klinik tanaman sayuran,
Perencanaan, Pengawasan)
66. Terfasilitasinya pelayanan klinik tanaman keliling, Fasilitasi
alat pendeteksi Geotaging, kendaraan operasional klinik
tanaman, kendaraan operasional lapangan roda dua, Mikroskop
Digital,PH Meter
67. fasilitasi sarana pendukung dudidaya tanaman hias dan buah-
buahan (hand sprayer stainless/metal)
68. Terlaksananya pengembangan usaha tani konservasi lahan
terpadu.
69. Terlaksananya kegiatan forum gangguan usaha perkebunan
70. Terlaksananya kegiatan IBK (Indikator Blok Kerja)
71. Terlaksananya kegiatan pengendalian hama dan penyakit
72. Terlaksannya analisa pupuk dan pestisida
73. Terlaksananya penguatan komisi pengawasan pupuk dan
pestisida
74. Terlaksananya fasilitasi pengembangan padi organik fasilitasi
rumah kemasan padi organik
75. Terlaksananya Bintek pengembangan dan pemanfaatan Pupuk
Organik
Pada Program ini sebenarnya tersedia stock benih padi yang
disediakan dalam rangka bencana alam, pada akhir tahun 2014 ini
terdapat beberapa bencana banjir di beberapa wilayah di Kabupaten
Bandung, namun sampai dengan penutupan tahun 2014 belum ada
kelompok tani yang mengajukan bantuan benih padi dalam
melakukan penanaman kembali lahan yang rusak karena banjir.
Melihat indikasi tersebut, maka terdapat 2 (dua) kemungkinan, yaitu:
(1) masyarakat tidak mengetahui adanya stock benih bantuan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
bencana alam; (2) Tidak terdapat sawah yang rusak akibat bencana
banjir pada tahun ini.
III.3.2 Program Peningkatan penerapan teknologi pertanian/
perkebunan
Pada Program Peningkatan penerapan teknologi pertanian/
perkebunan terdapat 3 kegiatan dalam rangka mendorong
peningkatan penerapan teknologi pertanian sebagai upaya
mendukung pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung. Adapun
sub kegiatan yang telah dilakukan adalah:
18. Bimbingan teknis perlindungan tanaman dalam rangka
pengamanan produksi hasil pertanian. Bimbingan teknis ini
dilaksanakan dengan peserta petani serta petugas brigade
proteksi tanaman tingkat kabupaten, tingkat kecamatan dan
tingkat desa. Kegiatan ini sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan petani dalam melakukan tindakan
preventif atas terjadinya gangguan OPT pada tanaman.
Diharapkan dengan kegiatan ini mampu mengurangi proporsi
serangan OPT secara keseluruhan di Kabupaten Bandung.
19. Terlaksananya pembangunan Cekdam 27 paket
20. Terlaksananya pembangunan irigasi permukaan 6 paket
21. Terlaksananya Rehabilitasi balai benih pertanian kabupaten
bandung 17 Paket
22. Terlaksananya Diseminasi LP2B
23. Terlaksananya Tindak lanjut Diseminasi
24. Terlaksananya Bimbingan Teknis Pengelolaan air
25. Terlaksananya Identifikasi Kelembagaan P3A dan GP3A Mitra
Cai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
26. Terlaksananya Revitalisasi P3A Mitra Cai
27. Terlaksananya Revitalisasi GP3A Mitra Cai
28. Terlaksananya penguatan P3A dan GP3A mitra cai
29. Terlaksananya Rancangan perda tentang perlindungan lahan
berkelanjutan
30. Terlaksananya pelatihan Dana Investasi Agribisnis (DIA)
31. Terlaksananya pelatihan GP3A dalam kegiatan pasca panen
32. Terlaksananya Pelatihan GP3A dalam berbagai kegiatan pasca
panen dan pemasaran produk pertanian
33. Terlaksanannya pengesahan /legalisasi badan hukum P3A dan
PG3A
34. Terlaksanananya kegiatan dem area
35. Terlaksananya kegiatan sekolah lapangan iklim
36. Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi
37. Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Agen Hayati
38. Terlaksananya pengembangan Desa PHT
39. Terlaksananya bintek perlindungan tanaman dalam rangka
pengamanan produksi hasil pertanian
40. Terlaksananya Bintek penerapan teknologi tepat guna
41. Terlaksananya Bintek penerapan teknologi pertanian
42. Tersedianya bahan obat-obatan (Rodentisida anti koagulan,
Insektisida, Fungisida, Rodentisida/pengasapan)
43. Tersedianya alat penunjang alat-alat pengolahan pertanian
(Brigade proteksi pertanian)
III.3.3 Program Peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
Terdapat 3 kegiatan pada Program Peningkatan produksi
pertanian/perkebunan ini, progres pelaksanaan sub kegiatan adalah
sebagai berikut:
14. Terlaksananya pengadaan bibit kopi 5.400 batang dan cengkeh
176.000 batang.
15. Terlaksananya pengadaan benih kopi 1 paket
16. Terlaksananya sarana dan prasarana pasca panen
17. Terlaksananya pembuatan SOP kopi dan cengkeh
18. Tersedianya SOP kopi, Cengkeh
19. Tercapainya luas pertanaman Kopi
20. Terlaksananya pengembangan sayuran dataran rendah di 14
kecamatan dengan 700 kg benih kangkung darat
21. Terlaksananya penyediaan benih kentang bermutu (bantuan
benih kentang G0,Bantuan benih kentang G3,Bantuan benih
kentang G4)
22. Terlaksananya pengadaan bibit jamur tiram
23. Terlaksananya pengadaan bibit cabe
24. Terlaksananya pengembangan benih Bawang Merah
25. Terlaksananya pengembangan sayuran dataran rendah
(bantuan benih kangkung)
26. Terfasilitasinya pembangunan screen house penangkar
kentang
27. Terfasilitasinya pembangunan screen house penangkar cabe
28. Terfasilitasinya pembangunan kubung jamur
29. Terlaksananya pengembangan pemanfaatan pekarangan
30. Terlaksananya sarana pengairan irigasi springkle
31. Terlaksananya kegiatan Bimtek budidaya tanaman tembakau
32. Terlaksananya kegiatan Bimtek pengendalian OPT tanaman
tembakau
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
33. Terlaksananya bimtek pasca panen dan pengolahan tembakau
34. Terlaksananya sistem kebersamaan ekonomi (SKE)
35. Terlaksananya pembuatan dokumentasi pengolahan tembakau
36. Terlaksananya kegiatan workshop pemasaran tembakau
37. Terlaksananya peningkatan kualitas dan pasca panen tanaman
tembakau
38. Terlaksananya pemurnian benih tembakau tahap 1
39. Terlaksananya inventarisasi dan validasi data tembakau
40. Terlaksananya peningkatan kualitas tembakau melalui sistem
GAP
41. Terlaksananya kegiatan Evaluasi DBHCHT
III.3.4 Program Peningkatan kesejahteraan petani
Pada Program Peningkatan kesejahteraan petani telah
terealisasi, namun pada triwulan I belum ada sub kegiatan yang
terlaksana, realisasi pelaksanaan sub kegiatan pada tahun 2014
sebagai berikut:
6. Terlaksananya fasilitasi kemitraan dan pendampingan usaha
kelompo
7. Terlaksananya sekolah lapang tanaman hias
8. Terlaksananya penyusunan SOP Budidaya Hortikultura
9. Terlaksananya penyusunan SOP GAP Tanaman Hias
10. Terlaksananya adopsi penangkaran benih hortikultura
11. Terlaksananya pelatihan budidaya Strawberry organik
12. Terlaksananya penyusunan SOP Budidaya Hortikultura
III.3.5 Program Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/
perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
Pada Program Peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/ perkebunan terdapat 2 kegiatan, terdapat beberapa
progres pelaksanaan sub kegiatan sebagai berikut:
10. Terlaksananya pameran strawbery dan jamur
11. Terlaksananya gelar pasar tani tingkat kabupaten, provinsi
dan nasional
12. Terlaksananya Fasilitasi sarana kelembagaan
13. Terlaksananya fasilitasi penyusunan database/profil kelompok
PUA Hortikultura
14. Terfasilitasinya Rapat pertemuan/koordinasi Asosiasi
pengolahan
15. Terlaksananya pendampingan pengembangan desain dan
kemasan produk olah hortikultura
16. Terlaksananya pendampingan pengembangan usaha dan
penguatan kelembagaan
17. Terlaksananya pendampingan pengembangan Rumah Kemasan
/STA
18. Terfasilitasinya bangunan gudang penyimpanan bawang
III.3.6 Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan terdapat 5
kegiatan. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan di dalam program
tersebut sangat banyak dipengaruhi oleh iklim dan musim,
keberhasilan penanaman pada tingkat lapangan sangat besar
dipengaruhi oleh fase penanaman yang tepat, yaitu penanaman
pada saat musim hujan sudah mulai stabil. Beberapa sub
kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah sebagai Mendukung
terlaksananya lomba-lomba RTH
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
1. Terlaksananya Kegiatan lomba-lomba P2WKSS, sekolah
sehat, Posyandu,TMMD ( Kayu-kayuan, MPTS)
2. Terlaksananya pemberdayaan masyarakat/kelompok tani
penghijauan (pengadaan benih/biji tanaman Albazia
(sertifikat), Pengadaan benih/biji tanaman Gmelina,
Pengadaan benih/biji tanaman Ecalyptus (SKMB), Pengadaan
Polybag
3. Terlaksananya RHL melalui Kemah Kerja Bupati (Bibit
Penanaman Simbolis, bibit kayu-kayuan, Pengadaan pupuk
kandang, pengadaan peralatan lapangan, Cangkul, Ember
Plastik, Sepatu boot, Payung, Lap tangan, Ajir
4. Terlaksananya Bintek RHL (bintek RHL, penyususnan RP -
RHL dan RTn- RHL)
5. Terlaksananya FGD RHL
6. Terbangunnya sarana pengairan (embung)
7. Terlaksananya pembangunan Gully Plug
8. Terlaksananya pembuatan sumur resapan
9. Terbangunnya dam penahan
10. Terfasilitasinya bibit tanaman keras dan MPTS
(Pembuatan hutan rakyat, Bibit tanaman keras, Pupuk
organic, Bibit MPTS, Peningkatan usaha kehutanan, Bibit
kemiri, Pupuk Organik)
III.3.7 Program perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan
Pada Program perlindungan dan konservasi sumberdaya
hutan telah terlaksana seluruh kegiatan sebagai berikut:
5. Terlaksananya sosialisasi upaya pencegahan dan pengendalian
kebakaran hutan dan lahan serta mencegah dan membatasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yg
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, daya-daya alam,
hama dan penyakit
6. Terlaksananya pengadaan alat penunjang upaya perlindungan
dan pengamanan hutan
7. Terlaksananya upaya penyuluhan tentang undang-undang
pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan
8. Terlaksananya informasi kebakaran hutan yang akan
digunakan sebagai sumber air dalam pelaksanaan pemadaman
III.3.8 Program Program pemanfataan potensi sumberdaya hutan
Pada program pemanfaatan sumberdaya hutan terdapat 1
kegiatan yang befokus pada pemanfaatan hasil hutan kayu dan non
kayu telah terlaksana seluruh kegiatan sebagai berikut:
6. Terlaksanannya Budidaya Lebah Madu
7. Terlaksananya Pengembangan ulat sutera
8. Terlaksananya Pemberdayaan Masyarakat Hutan
9. Terlaksananya Pengembangan Buah-buahan Hutan
10. Terlaksananya kontak bisnis
Kegiatan Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan pada rekening
2.02.16.10 dengan total anggaran berasal dari Dana Bantuan Gubernur
sebesar Rp. 2.500.000.000,- tidak dapat terlaksana di Tahun 2014, Hal
tersebut disebabkan oleh rangkaian waktu proses pengadaan tanah
dengan luas lebih dari 5 Ha tidak mencukupi, proses tersebut mulai
penetapan angggaran, persiapan pelaksanaan pengadaan tanah, proses
penentuan harga oleh tim apraisal, negosiasi, proses pembayaran dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
sertifikasi tanah. Solusi atas hal tersebut adalah Anggaran akan
diluncurkan di Tahun 2015, hal tersebut sudah dikoordinasikan dengan
Kepala DPPK, BAPPEDA, serta telah disampaikan surat permohonan
dan lampiran berupa SP2D yang telah terbit dengan nilai Rp.
1.387.915.500,- kepada Bupati Bandung dengan tembusan ke DPPK
dan BAPPEDA dalam rangka peluncuran anggaran tersebut untuk
dilaksanakan pada tahun 2015.
Terdapat sisa anggaran pada kegiatan Penelitian dan
pengembanan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna sebesar Rp.
933.980.500,-, hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu:
1. Dibatalakannya kegiatan Pembuatan Jalan Usaha Tani
Hortikultura dan Jalan Usaha Tani Perkebunan, pada beberapa
lokasi pembangunan ini tidak terlaksana 100% oleh karena
beberpa hal, yaitu:
a. Lokasi yang akan dibangun merupakan lokasi dengan
dominasi komoditas tanaman pangan
b. Pada lokasi yang direncakan ternyata telah dilakukan
kegiatan perbaikan jalan dengan sumber dana selain dari
Dinas pertanian Perkebunan dan kehutanan.
2. Hasil negosiasi pengadaan peralatan dalam kegiatan irigasi
permukaan, terutama dalam pengadaan pompa pada kegiatan
tersebut.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan anggaran dari APBN (DAK
Bidang Pertanian)
Kegiatan Ubinan dirubah dalam penyusunan APBDP 2014, hal
tersebut dikarenakan pelaksanaan ubinan telah didanai dari sumber
anggaran selain APBD Kabupaten Bandung.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan tahun 2014 dalam rangka mencapai target
sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan telah mencapai hasil
maksimal, namun terdapat beberapa fisik kegiatan serta
keuangannya tidak dapat terlaksana di tahun 2014, yaitu;
a. Pembangunan Jalan usaha Tani Perkebunan di Kecamatan
Pasirjambu dan Cimenyan tidak dapat terlaksana 100% dan
pembangunan Jalan Usaha Tani Hortikultura dibatalkan
pelaksanaannya pada Kecamatan Pangalengan, Cicalengka dan
Ciparay, pada beberapa tersebut ternyata banyak didominasi
oleh komoditas tanaman pangan dan telah terdapat beberapa
kegiatan perbaikan jalan dengan sumber anggaran selain dari
Dinas pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung,
hal tersebut merupakan koreksi dalam pelaksanaan CPCL
kegiatan pada tahun selanjutnya.
b. Pengadaan Tanah dalam membangun Leuweung Sabilulungan
(Sumber Dana Bantuan Gubernur), hal tersebut dikarenakan
jangka waktu yang ada dalam pengadaan tanah dengan luasan
5,4 Ha tidak mencukupi.
4.2 Saran
Pada pelaksanaan kegiatan di tahun selanjutnya diharapkan
pelaksanaan CPCL yang lebih teliti dengan mengkoordinasikan
rencana kegiatan bersama dengan pemerintah setempat, hal ini akan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
BAB III PENCAPAIAN KINERJA
lebih meminimalisir kegagalan pelaksanaan kegiatan yang
disebabkan oleh ketidaksesuaian lokasi. Perlunya rencana biaya
yang lebih sesuai dengan harga pasar, sehingga dapat dihindari sisa
anggaran karena hasil negosisai yang lebih besar
Perihal pengadaan tanah, diperlukan perencanaan pelaksanaan
pengadaan yang lebih sesuai dengan tenggang awktu yang ada,
dalam hal ini telah dilakukan pengajuan luncuran kegiatan pengadaan
tanah untuk dilaksanakan di tahun 2015 dengan nilai sesuai SP2D
yang telah keluar yaitu Rp. 1.387.915.500,- dan sudah masuk ke
dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i-ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1 1.2 Dasar-dasar Penyusunan Laporan ……………………… 2 1.3 Gambaran Umum SKPD 1.3.1 Susunan Organisasi ……………………………… 5 1.3.2 Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ….. 8 1.4 Sumberdaya Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan ……………………………………………………
12 1.5 Permasalahan Utama (Strategic Issue) yang Dihadapi 1.5.1 Identifikasi Masalah ……………………………… 13 1.5.2 Isu-isu Strategis ………………………………….. 22
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1
2.2 2.3
Ringkasan / Ikhtisar Perjanjian Kinerja ........................... Sasaran Tahun 2015 ....................................................... Kerangka Kebijakan, Strategis dan Penetapan Kinerja Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015 ......................................................................
23 24
31
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Organisasi............................................... 65 3.2 Realisasi Anggaran .......................................................... 83
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan........................................................................ 101 4.2 Saran................................................................................. 102
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim
global,terjadi krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi
meningkat,sehingga negara-negara yang semula menjadi pengekspor pangan
cenderung menahan produknya dijadikan stok pangan. Kondisi global tersebut
juga terjadi di Indonesia, sehingga diperlukan upaya-upaya guna mengamankan
produksi dan meningkatkan stok pangan nasional. Isu strategis nasional lainnya
adalah mengenai laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi, tingginya laju
konversi lahan, terbatasnya infrastruktur pertanian serta pola pangan penduduk
yang bergantung pada beras.
Pada tahun 2015 pertanian di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan
berat antara lain: (1) dampak perubahan iklim pada sektor pertanian berupa:
meningkatnya serangan OPT dan penyakit hewan, menurunnya produktivitas
dan menurunnya kualitas hasil panen; (2) meningkatnya harga pangan yang
berkorelasi pada tingkat inflasi dan tingkat kemiskinan; (3) ketersediaan produksi
kedelai, gula dan daging dalam negeri dan internasional terbatas, di sisi lain
kebutuhan konsumsi domestik untuk ketiga komoditas tersebut meningkat;
(4) kenaikan impor bahan pangan dan pakan akan mengurangi devisa negara;
(5) terbatasnya pembiayaan pertanian yang mudah diakses petani/peternak;
(6) terbatasnya infrastruktur lahan dan air; (7) sistem penyuluhan pertanian yang
belum efektif, dan (8) belum optimalnya peran dan dukungan pemerintah daerah
(RKT Kementrian Pertanian, 2014), maka dilakukan penyelarasan
kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung dengan Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) Kementrian Pertanian Tahun 2015.
Disamping itu, sesuai yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah dan
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyampaian Laporan
Kinerja Tahun 2011, bahwa Laporan kinerja merupakan kewajiban dari setiap
instansi pemerintahan pada akhir tahun berlaku sebagai laporan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
2
pertanggungjawaban secara sistematik dan melembaga. Laporan tersebut untuk
mengukur seberapa jauh tingkat kinerja dan keberhasilan pencapaian sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan dan tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan
Instansi Pemerintahan.
Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan
lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarakan rencana kerja yang
ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD berdasarkan indikator input dan
outup program/kegiatan. Laporan Kinerja merupakan kewajiban untuk
memberikan pertanggungjawaban kinerja dan tindakan seseorang/badan
hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi. Sedangkan kinerja itu sendiri
merupakan hal mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi. Oleh sebab itu, Kinerja Instansi Pemerintah merupakan
perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan organisasi.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung telah menyusun LKIP Tahun 2015, sebagai
upaya pertanggungjawaban keuangan dan kinerja dinas untuk menilai tingkat
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan organisasi yang terkait dengan
pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang tertuang dalam
Rencana Strategis Tahun 2010-2015 dan Renja tahun 2015.
1.2. Dasar-dasar Penyusunan Laporan
Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
mempertimbangkan landasan hukum, sebagai berikut:
a. Landasan Idiil Pancasila
b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
c. Landasan Operasional :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
3
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400).
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438).
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penylenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4124
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.
13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
14. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Kinerja Instansi
Pemerintah;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
4
15. Kepmendagri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD).
16. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor
28 Tahun 2010; Nomor 0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK 95/PMK
07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
17. Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29
Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah;
18. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Penyampaian Laporan Kinerja Tahun 2011;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004 tentang
Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah di
Kabupaten Bandung.
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005 tentang Tata
Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunaan Daerah.
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang
Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 24
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa
di Kabupaten Bandung.
22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.
23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
5
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 11 tahun 2011 tentang
Rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015.
26. Surat Edaran Bupati Bandung Nomor 130.04/22/Org tentang Penetapan
Kinerja dan Penyusunan LAKIP SKPD.
1.3. Gambaran Umum SKPD
1.3.1. Susunan Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 tahun
2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang “Pembentukan Organisasi Dinas
Daerah Kabupaten Bandung” dibentuk Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan yang dipimpin oleh pejabat setingkat eselon II dengan susunan unit
kerja eselon III terdiri dari : Sekretaris Dinas, Bidang Pertanian Tanaman
Pangan, Bidang Hortikultura, Bidang Perkebunan dan Bidang Kehutanan. Selain
itu terdapat 3 UPTD eselon IV yaitu UPTD Alat Mesin Pertanian dan Proteksi
Tanaman, UPTD Benih Tanaman dan UPTD Pengembangan Usaha Tani, seperti
terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
6
KEPALA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN
KEHUTANAN
SEKRETARIS DINAS
SUB BAGIAN
PENYUSUNAN PROGRAM
SUB BAGIAN
UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG TANAMAN PANGAN
PERTANIAN
BIDANG
HORTIKULTURA
BIDANG
PERKEBUNAN
BIDANG
KEHUTANAN
SEKSI
SARANA DAN PRASARANA
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
SERELIA, KACANG-KACANGAN,
DAN UMBI-UMBIAN
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
SAYURAN
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
TAN. HIAS, TAN. BUAH, DAN
TAN. OBAT
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
PERKEBUNAN
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGENDALIAN
SEKSI
PENGEMBANGAN DAN
PEMANFAATAN SD HUTAN
SEKSI
REHABILITASI LAHAN DAN
KONSERVASI TANAH
SEKSI
PERLINDUNGAN DAN
PENGENDALIAN HUTAN
UPTD
JAFUNG
Gambar I.1 struktur organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
7
KEPALA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN
KEHUTANAN
KEPALA UPTD
ALSINTAN DAN PENGENDALIAN OPT
KEPALA UPTD
PENGEMBANGAN BENIH
KEPALA UPTD
PENGEMBANGAN USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
JAFUNG
Gambar I.2 struktur organisasi UPTD Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
8
1.3.2. Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Tugas pokok Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan berdasarkan
Perda Kab. Bandung No. 20 tahun 2007 adalah merumuskan kebijakan teknis
operasional di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan yang meliputi
pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan serta
melaksanakan ketatausahaan Dinas.
Menindaklanjuti Perda tersebut, maka pada tanggal 26 Februari 2008
terbentuk Peraturan Bupati Bandung tahun 5 tahun 2008 tentang “Rincian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah kabupaten Bandung”. Berdasarkan
Peraturan Bupati tersebut, tugas pokok kepala dinas pertanian, perkebunan dan
kehutanan adalah memimpin, merumuskan, mengatur, membina,
mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung-jawabkan kebijakan
teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan
tugas pembantuan sebagian bidang pertanian dan ketahanan pangan serta
bidang kehutanan.
Adapun tugas pokok dan Fungsi Kesekretariatan: memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan
pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan progra
m, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan:
a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja
pengelolaanpelayanan kesekretariatan;
b. penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program
danpenyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu;
c. penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif Dinas;
d. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum
dankerumahtanggaan;
e. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan
danketatalaksanaan serta hubungan masyarakat;
f. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian;
g. penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;
h. penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi
danpelaporan pelaksanaan tugas Dinas;
i. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan
tugas Dinas;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
9
j. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan
danpenyampaian bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dinas;
k. pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;
l. evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;
m. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas
danfungsinya;
n. pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/ lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaanpelayanan
kesekretariatan.
Sedangkan, tugas pokok dan fungsi Bidang-bidang dalam Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan:
1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan
Tugas pokok Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah
memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan pertanian tanaman pangan yang meliputi sarana dan
prasarana, pengembangan produksi serealia, kacang-kacangan dan
umbi-umbian serta pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil.
Fungsi Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan pertanian
tanaman pangan,
b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan,
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
tanaman pangan,
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan,
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan pertanian tanaman pangan,
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman
pangan,
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman
pangan, melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang
tugas da fungsinya serta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
10
h) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan.
2. Bidang Hortikultura
Tugas pokok Kepala Bidang Hortikultura adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan hortikultura yang meliputi pengemangan produksi sayuran,
tanaman hias, buah-buahan dan obat-obatan serta pasca panen,
pengolahan dan pemasaran hasil.
Fungsi Bidang Hortikultura adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan hortikultura
b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
hortikultura
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
hortikultura
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
hortikultura
e) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura
f) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura
g) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da
fungsinya serta
i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan
hortikultura
3. Bidang Perkebunan
Tugas pokok Kepala Bidang Perkebunan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan perkebunan yang meliputi pengembangan produksi
perkebunan, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil serta
pengendalian.
Fungsi Bidang Perkebunan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan perkebunan
b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan
perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
11
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
perkebunan
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
perkebunan
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan perkebunan
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan
h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da
fungsinya serta
j) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan
perkebunan
4. Bidang Kehutanan
Tugas pokok Kepala Bidang Kehutanan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan kehutanan yang meliputi pengembangan dan pemanfaatan
sumberdaya kehutanan, rehabilitasi lahan dan konservasi tanah serta
perlindungan dan pengendalian hutan.
Fungsi Bidang Kehutanan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan kehutanan
b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
kehutanan
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
kehutanan
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
kehutanan
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan kehutanan
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan
h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da
fungsinya serta
i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang kehutanan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
12
1.4. Sumberdaya Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Sumberdaya manusia setiap instansi harus cakap dan memiliki sikap
mental dan moral yang baik. Tahun 2015 jumlah personil di Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung berjumlah 76 orang dengan
perincian pada Tabel I.1.
Tabel I.1 Sumber daya Aparatur/Pegawai Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
No Klasifikasi
berdasarkan Uraian Jumlah Keterangan
1
Tingkat Pendidikan
Formal Yang
Ditamatkan
S2 8
S1 32
D3 5
SLTA 23
SLTP 2
2 Pangkat/Jabatan
IV.c
IV.b
1
1
IV.a 7
III.d 12
III.c 8
III.b 16
IIIa 6
II.d 4
II.c 5
II.b
II.a
I.b
7
2
-
I.c 1
3 Berdasarkan Jabatan Eselon II.b 1
eselon III.a 1
Eselon III.b 4
Eselon IV.a 18
Eselon IV.b 3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
13
1.5. Permasalahan Utama (Strategic Issued) yang Dihadapi
1.5.1. Identifikasi Masalah
a. Dampak Perubahan Iklim
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam menyediakan bahan
pangan dan menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia. Perubahan iklim
memberikan dampak pada kenaikan suhu dan perubahan curah hujan sehingga
membawa dampak negatif bagi sektor pertanian. Output sektor pertanian turun
seiring dengan adanya dampak perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim bersifat multi-dimensional, mulai dari
sumberdaya, infrastruktur dan sistem produksi pertanaian, hingga aspek
ketahanan dan kemandirian pangan, serta kessejahteraan petani dan
masyarakat pada umumnya. Pengaruh tersebut dapat dikategorikan menjadi 2
kelompok, yaitu Kerentanan dan Dampak. Kerentanan secara harfiah dapat
diartikan sebagai kondisi yang mengurangi kemampuan (manusia, tanaman dan
ternak) dalam beradaptasi dan atau menjalankan fungsi fisiologis/biologis,
perkembangan/fenologi, pertumbuhan dan produksi serta reproduksi secara
optimal akibat perubahan iklim, sedangkan Dampak adalah kondisi keuntungan
dan atau kerugian, baik secara fisik maupun sosial dan ekonomi yang
disebabkan oleh perubahan iklim. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) menyebutkan bahwa bencana di Indonesia periode tahun 1815-2011
didominasi oleh faktor Hidrometeorologi dan interaksinya.
Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan iklim adalah:
1. Dampak terhadap sumberdaya lahan dan air
Menurut Irawan et al dalam periode 1981-1990 telah terjadi alih
fungsi lahan sawah seluas 1.002.055 Ha, sementara penambannya
hanya mencapai 518.224 Ha, di Kabupaten Bandung sendiri
pengurangan lahan sawah pada tahun 2013 mencapai 0.81% dari luas
lahan di tahun 2012 sebesar 35.975 Ha menjadi 35.682 Ha pada tahun
2014. Disisi lain kebutuhan pangan semakin meningkat dengan
peningkatan jumlah penduduk yang laju pertumbuhannya semakin
meningkat, pemerintah mencoba untuk melakukan gebrakan baru dengan
menetapkan serta mempertahankan luas lahan sawah melalui kegiatan
Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), kegiatan ini
sebagai mempertahanan produksi pangan dan upaya mempertahankan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
14
kecukupan pangan bagi masing-masing daerah.
Dampak perubahan iklim terhadap pengelolaan air juga sangat
dirasakan, terutama dampak negatif berupa: kekeringan, banjirdan pola
hujan yang sulit diprediksi serta tidak teratur.
Kekeringan dapat meningkatkan persentase puso lahan, namun
hal ini telah diantisipasi oleh dinas pertanian perkebunan dan kehutanan
Kabupateb Bandung dengan membuat Sumur-sumur resapan, sumur dan
bangunan pompa air irigas.
Volume setta debit air yang tidak dapat dikontrol menyebabkan
banjir yang juga telah merupsak jaringan irigasi, terutama jaringan tersier
yang merupakan jalur pembagi air antara petak-petak sawah.
Pembangunan jaringan irigasi melalui kegiatan JIDES, merupakan salah
satu upaya untuk melakukan perbaikan jaringan irigasi tersier, selain itu
juga melaksanakan kegiatan (Water Resources and Irrigation Sector
Management Program (WISMP), kegiatan ini merupakan kegiatan
bersama antara SKPD terkait, sehingga sumber pendanaan berasal dari
masing-masing SKPD untuk pekerjaan yang sesuai.
Pola hujan yang tidak teratur juga menyebabkan penurunan
produksi pertanian, terutama disebabkan oleh kerusakan tanaman
sayuran dan tingginya OPT yang lambat laun menjadi resisten terhadap
obat pembasmi. Namun ini juga telah diantisipasi oleh Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan melalui pembentukan Brigade Proteksi
tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa, sehingga akan memudahkan
distribusi informasi serta pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan
OPT di lapangan., selain membentuk Brigade proteksi juga dilakukan
pembinaan terhadap anggota tentang pengetahun OPT dan
pemberantasannya serta pemberina stimulan berupa obat-obatan
pemberantas OPT sebagai langkah pemberantasan ketika terjadi
serangan OPT ekstrim.
2. Dampak terhadap tanaman
Subsektor pertanian paling rentan terhadap perubahan pola curah
hujan, karena umumnya tanaman pangan merupakan tanaman semusim
yang relatif sensitif terhadap cekaman (kekurangan dan kelebihan) air.
Secara teknis, kerentanan tanaman pangan sangat berhubungan dengan
sistem penggunaan lahan dan sifat tanah, pola tanam, teknologi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
15
pengelolaan tanah, air, tanaman dan varietas (Las et al.,2008b).Oleh
sebab itu, kerentanan pangan terhadap pola curah hujan akan berimbas
pada luas areal tanaman dan panen, produktifitas dan kualitas hasil.
Kejadian iklim ekstrim, terutama El-Nino atau El-Nina, antara lain
menyebabkan: (a) kegagalan panen, penurunan IP yang berujung pada
penurunan produktifitas dan produksi; (b) kerusakan sumberdaya lahan
pertanian; (c) peningkatan frekuensi, luas dan bobot/intensitas
kekeringan; (d) peningkatan kelembaban; dan (e) peningkatan intensitas
gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) (Las et al., 2008a).
Fenomena El Nino akan menyebabkan curah hujan di sebagian besar
wilayah Indonesia akan berkurang tergantung dari intensitas El Nino
tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai
benua maritim tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh
fenomena El Nino. Sedangkan La Nina merupakan kebalikan dari El Nino.
La Nina adalah fenomena mendinginnya suhu muka laut di pasifik
Ekuator atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut negatif yang
menyebabkan curah hujan di Indonesia secara umum akan bertambah
tergantung kepada lokasi dan Intensitas La Nina tersebut. Peristiwa La
Nina terjadi ketika angin pasat berhembus dengan keras dan terus
menerus melintasi daerah yang dilewati. Angin tersebut mendorong lebih
banyak air hangat dibandingkan biasanya, akibatnya semakin banyaklah
awan yang terkonsentrasi, sehingga menyebabkan turunya hujan di
daerah tersebut lebih banyak. Di daerah tersebut terjadi hujan deras yang
mengakibatkan banjir dan air pasang.
Antisipasi yang dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung adalah dengan mempersiapkan rencana
tata waktu tanam melalui penetapan bersama target dan angka ramalan
tingkat Kabupaten.
3. Meningkatkatnya Harga Pangan dan Korelasinya dengan Inflasi
Data Indek Harga Konsumen (IHK) bulan November 2014 menurut BI
mencapai level tertinggi selama 5 bulan terkahir Tahun 2014 sebesar 6.23%,
terdongkraknya inflasi disebabkan diantaranya adalah komponen volatile food
seperti cabai yang juga dipengaruhi oleh kebijakan pengurangan subsidi BBM
pada November 2014. Sedangkan, Provinsi Jawa Barat pada bulan November
mengalami inflasi sebesar 5.54% karena pengaruh faktor tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
16
Pemerintah Kabupaten Bandung merespon adanya kenaikan inflasi ini
dengan berkoordinasi dengan SKPD terkait untuk menekan laju inflasi dengan
terus mendongkrak ketersediaan bahan pangan termasuk cabai.
b. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran
Sistem adopsi atau alih teknlogi dinilai masih lemah karena lambatnya
diseminasi teknologi baru (invention) dan pengembangan teknologi yang sudah
ada (innovation) di tingkat petani. Rendahnya diseminasi teknologi disebabkan
oleh beberapa hal. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, sistem
penyampaian hasil teknologi dilakukan oleh penyuluh melalui proses aplikasi
teknologi di area percontohan. Pada era desentralisasi, kegiatan penyuluhan
menjadi kewenangan pemerintah daerah dan permasalahan pada sistem
penyampaian teknologi menjadi lebih kompleks akibat dorongan fungsi
penyuluhan di tingkat lapangan masih kurang
c. Kualitas, Mentalitas, dan Keterampilan Sumberdaya Petani Rendah
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang
serius dalam pembangunan pertanian. Tingkat pendidikan dan keterampilan
rendah. Selama 10 tahun terakhir kemajuan pendidikan berjalan lambat. Tahun
1992, 50 persen tenaga kerja di sektor pertanian tidak tamat SD, 39 persen
tamat SD, sedangkan yang tamat SLTP hanya 8 persen (BPS, 1993). Tahun
2002, yang tidak tamat SD menjadi 35 persen tamat SD 46 persen dan tamat
SLTP 13 persen (BPS, 2003). Rendahnya mentalitas petani antara lain dicirikan
oleh usaha pertanian yang berorientasi jangka pendek, mengejar keuntungan
sesaat, serta belum memiliki wawasan bisnis luas. Selain itu banyak petani
menjadi sangat tergantung pada bantuan/pemberian pemerintah. Keterampilan
petani yang rendah terkait dengan rendahnya pendidikan dan kurang
dikembangkannya kearifan lokal (indigenous knowledge).
Selama ini masalah di atas diatasi melalui peningkatkan kemampuan
SDM petani dan aparat melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan.
Untuk mendukung kegiatan tersebut sarana yang digunakan adalah Unit
Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di Daerah seperti Balai Diklat, Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian, dan Sekolah Pembangunan Pertanian.
Ketertinggalan petani dalam hal pendidikan diatasi dengan pendekatan
penyetaraan pendidikan yang selanjutnya dikaitkan dengan pelatihan
keterampilan berusahatani. Disamping itu, berbagai upaya penguatan kapasitas
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
17
petani juga perlu dilakukan terutama dalam hal pengembangan sikap
kewirausahaan, kemampuan dalam pemasaran dan manajemen usaha. Hal ini
juga menimbulkan ketergantungan yang sangat besar dari petani terhadap
lembaga-lembaga donor, termasuk institusi pemerintahan.
d. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait Dan Birokrasi
Kinerja pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh keterpaduan
diantara subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari subsistem hulu (industri agro-
input, agro-kimia, agro-otomotif), subsistem budidaya usahatani (onfarm),
subsistem hilir (pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung
(keuangan, pendidikan, dan transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat
erat namun penanganannya terkait dengan kebijakan berbagai sektor.
Sementara itu, Departemen Pertanian hanya memiliki kewenangan dalam aspek
budidaya/usahatani. Berbagai kebijakan yang terkait dengan produk pertanian
sering tidak harmonis dari hulu hingga ke hilir, seperti kasus penanganan impor
produk pertanian (paha ayam, daging illegal, benih kapas transgenik).
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya kesamaan persepsi
dan komitmen tentang peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional.
Apabila disepakati bahwa sektor pertanian merupakan penggerak utama
ekonomi nasioanal maka koordinasi antar instansi menjadi hal yang sangat
penting dalam menyusun kebijakan maupun implementasinya. Untuk itu perlu
perbaikan menejemen pembangunan pertanian dengan mengacu pada UU dan
Peraturan Pemerintah.
e. Kebijakan Makro Ekonomi Yang Belum Berpihak Kepada Petani
Salah satu faktor penting yang menentukan kelanjutan dan kemampuan
dayasaing usaha pertanian adalah adanya kebijakan makro yang kondusif. Saat
ini kebijakan makro ekonomi baik fiskal, moneter, perdagangan, maupun prioritas
dalam pengembangan ekonomi nasional dinilai belum kondusif bagi
keberlanjutan dan kemampuan dayasaing usaha pertanian.
Kebijakan pemerintah yang belum memihak sektor petanian antara lain:
(1) penerapan pajak ekspor komoditas pertanian yang bertujuan untuk
mendorong industri pengolahan produk pertanian dalam negeri; (2) kredit
perbankan yang disediakan pemerintah, porsi terbesar diserap oleh pengusaha
konglomerat, sisanya adalah untuk koperasi, usaha kecil menengah termasuk
petani; (3) alokasi dana APBD untuk pembangunan sektor pertanian kurang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
18
memadai; (4) beberapa daerah menarik biaya retribusi yang tinggi termasuk
pada komoditas pertanian sehingga mengurangi dayasaing dan menjadi
penghambat dalam investasi di sektor pertanian; (5) pembangunan sarana dan
prasarana lebih besar di perkotaan dibanding dengan perdesaan; dan (6)
liberalisasi perdagangan telah menyebabkan membanjirnya produk pertanian
yang disubsidi berlebih oleh negara maju membuat petani kita tidak mampu
bersaing. Untuk itu diperlukan: (a) advokasi kebijakan dengan instansi terkait,
dan (b) dukungan legislatif dan stakeholders lainnya.
f. Pesatnya Pertumbuhan Industri Ritel Modern
Laju pertumbuhan industri ritel modern tidak terlepas dari pola perubahan
struktur demografis; terutama di negara berkembang. Beberapa alasan yang
mendasari pertumbuhan tersebut adalah; (1) Urbanisasi, yang merupakan
stimulan utama pertumbuhan; (2) pergeseran pola konsumsi masyarakat pada
pangan olahan dan (3) lebih rendahnya harga komoditas pertanian di ritel
modern dibandingkan dengan pasar tradisonal (harga riil). Pada masa 10 tahun
mendatang, supermarket diprediksi dapat menguasai lebih dari 75 persen
pangsa pasar komoditas ritel; terutama di negara-negara berkembang. Proyeksi
ini dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi di negara-negara Amerika
Latin dan Asia yang memiliki angka pertumbuhan sampai dengan 30 persen per
tahun. Faktor utama lainnya sebagai pendorong pertumbuhan industri ritel
modern tersebut adalah integrasi perdagangan dunia; terutama flow keuangan
dunia (FDI). Semakin terbuka pasar sebuah negara maka semakin besar
peluang pertumbuhan ritel modern ini.
Beberapa tren perubahan fundamental pada sektor pertanian yang
disebabkan oleh pertumbuhan supermarket ini adalah; (1) sistem rantai pasok
untuk komoditas pertanian yang tersentralisasi ditandai dengan meningkatnya
peran teknologi informasi dan manajemen rantai pasok; (2) hilangnya
ketergantungan dan keberadaan spot market ditandai dengan semakin
terspesialisasinya pelaku-pelaku dalam sistim rantai pasok pertanian; (3) inovasi
bersifat institusional yang bersumber dari top leader firm di dalam industri
tersebut; dan (4) standarisasi kualitas dan keamanan produk pertanian yang
selalu dinamis.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
19
g. Pergeseran Pola Permintaan Pangan
Pada konteks global, tren perubahan pada pola konsumsi pangan
diindikasikan akan dan sedang membawa perubahan di dalam pasar produk-
produk pertanian yang memberikan peluang kepada Indonesia beserta wilayah
sentra pertaniannya. Salah satu perubahan yang dapat diamati secara empiris
ditunjukkan oleh fakta bahwa sektor agro-industri memiliki laju pertumbuhan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian; sektor pertanian
menghasilkan bahan baku pangan (unprocessed food) sementara industri agro
menghasilkan pangan olahan (processed food). Kondisi ini dapat dijustifikasi
dengan melihat bahwa selalu terdapat kecenderungan laju peningkatan
pendapatan per kapita masyarakat. Implikasinya adalah belanja pangan
masyarakat juga mengalami peningkatan. Namun, proporsi laju peningkatan per
kapita diindikasikan lebih cepat dibandingkan dengan proporsi belanja pangan
sehingga terjadi pergeseran pola belanja pangan; dari staple food yang
merupakan sumber kalori paling murah ke arah pangan yang harganya lebih
mahal per unit kalori; seperti pada pangan sumber protein serta buah-buahan
dan sayuran.
Sebagai bagian dari pergeseran ini, masyarakat akan mengkonsumsi
lebih banyak pangan olahan dengan beberapa alasan: (1) rasio pendapatan
masyarakat dan biaya pangan menjadi lebih besar karena pangan yang
unprocessed dapat diderivasi menjadi beragam jenis pangan sehingga secara riil
menjadi lebih murah; (2) pangan olahan cenderung memiliki kualitas yang
seragam dan lebih tahan lama sehingga dapat menghasilkan opportunity cost
yang lebih rendah.
h. Tuntutan Keamanan Pangan
Sejalan dengan pergeseran produk pertanian segar kepada produk
olahan maka fakta menunjukkan bahwa sisi konsumsi telah memberikan
perhatian lebih terhadap proses industrialisasi pertanian terutama di negara
berkembang. Konsumen pangan cenderung lebih memprioritaskan kualitas dan
keamanan pangan. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kesadaran
konsumen terhadap potensi gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh pangan
yang dikonsumsi dan kandungan pestisida dalam pangan; dimana proses
produksi komoditas olahan berkaitan erat dengan tuntutan efisiensi pada industri
yang berimplikasi pada penggunaan input-input modern, teknologi dan rekayasa
biologis; yang diindikasikan akan menimbulkan resiko teknis dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
20
penggunaanya (technological risks). Tuntutan konsumen atas keamanan pangan
sangat jelas terlihat dari fenomena semakin tingginya permintaan pangan yang
bersifat organik dan ”bersih”. Selain itu, lembaga-lembaga pemberi sertifikasi
tingkat dunia semakin banyak terberntuk dan keikutsertaan suatu negara dalam
perdagangan internasional komoditas pertanian ditentukan oleh lembaga-
lembaga tersebut.
i. Prioritas terhadap Lingkungan dan Hutan
(a). Sampah dan Limbah Pertanian
Salah satu komponen yang sangat terkait dengan sektor pertanian di
masa depan adalah sampah (organik). Selain menghasilkan manfaat ekonomi,
sektor pertanian diindikasikan merupakan sektor yang memiliki kontribusi yang
tidak sedikit dalam konteks permasalahan persampahan yang dihadapi oleh
banyak wilayah terutama kota besar.
(b). Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan
Hutan menjadi salah isu yang paling penting dalam konteks
permasalahan lingkungan global. Kecenderungan terjadinya bencana alam;
terutama banjir dan kekeringan, memberikan indikasi tidak lagi berfungsinya
hutan sebagai penyangga ekosistem. Paradigma hutan sebagai penghasil devisa
tampaknya tidak lagi menjadi kerangka utama negara-negara penghasil produk
hutan mengingat nilai kerusakan infrastruktur dan tingginya biaya mitigasi
bencana akibat tidak berfungsinya hutan. Adanya pembagian kewenangan
antara pemerintah pusat dan daerah sebagai daerah otonom dalam pelaksanaan
pengelolaan hutan menyebabkan terjadinya distorsi kebijakan di tingkat daerah.
j. Kemunculan Industri Biofarmaka
Peran komoditas tanaman obat cenderung semakin meningkat dalam
perdagangan local dan internasional. WHO telah secara eksplisit memberikan
berbagai advokasi mengenai pemanfaatan tanaman obat dalam program-
program kesehatan di Negara-negara berkembang. Fakta menunjukkan bahwa
terdapat lebih dari 50 ribu spesies tanaman yang diindikasikan bermanfaat
sebagai tanaman penghasil obat-obatan namun baru sekitar 1000 spesies yang
dapat dimanfaatkan secara penuh. Kondisi ini berimplikasi pada sangat besarnya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
21
potensi pasar komoditas tanaman obat. Karakteristik produk dan nilai transaksi
industri tanaman obat dipaparkan berikut ini.
Pertama (1) adalah fitofarmaka; berupa isolat aktif yang berasal dari
tanaman obat. Nilai transaksi jenis produk ini diestimasi mencapai 13.5 milyar
dolar dengan pertumbuhan sebesar 6.3 persen per tahun. (2) Ekstrak botani atau
herbal; merupakan jenis produk tanaman obat non ekstrak. Beberapa negara
tujuan ekspor utama adalah AS, Jerman, Perancis dan negara-negara Eropa
lainnya. Nilai transaksi produk tersebut diestimasi sebesar 35 milyar dolar
dengan laju pertumbuhan sebesar 20 persen per tahun. (3) Nutrasetikal; berupa
produk suplemen pada pangan dengan nilai transaksi sebesar 5.5 milyar dolar.
(4) Bahan mentah (raw) tanaman obat dengan nilai transaksi mendekati 30
milyar dolar per tahunnya.
Berkaitan dengan karakter industri tanaman obat tersebut, pertumbuhan
diciptakan melalui berbagai bentuk bio-partnerships antara industri dan petani.
Hubungan ini lebih bersifat sebagai suatu perpaduan yang strategis antara ilmu
farmasi modern dan tradisional (indigenous knowledge); yang merupakan
domain dari masyarakat tradisional. Kondisi ini menunjukkan bahwa
pembangunan dan pengembangan komoditas tanaman obat dititikberatkan pada
eksplorasi lebih jauh pada tanaman obat yang belum termanfaatkan dengan
dukungan kesinergian dari indutri-industri farmasi.
k. Label Perdagangan Etis dan Adil (Ethics and Fair Trade)
Semakin terbukanya pasar dunia dan semakin luasnya pergerakan
komoditas pertanian berimplikasi kepada konvergensi tuntutan konsumen
terhadap komoditas tersebut. Selain tuntutan konsumen yang mengarah pada
aspek keamanan pangan, standarisasi sosial dari sebuah komoditas pertanian
yang diperdagangkan semakin keras disuarakan. Beberapa standar sosial yang
harus dipenuhi oleh sebuah produk pertanian sebagai syarat untuk diterima oleh
konsumen global berkaitan dengan aspek perdagangan yang etis dan adil.
Salah satu opsi strategis masa depan yang harus diambil industri
pertanan adalah memperluas pangsa pasar. Industri pertanian di India dan Cina
telah menginisiasi penggunaan label ethical trade (ETI)dan fair trade (FTI)
dengan tujuan merebut pangsa pasar produk pertanian di pasar Eropa. ETI dan
FTI merupakan badan sertifikasi yang memberikan jaminan terhadap suatu
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
22
produk agar dapat diterima konsumen. Sertifikat dari ETI akan menjamin
produsen (pengolah) suatu komoditas telah memenuhi syarat-syarat dalam
menggunakan tenaga kerja sesuai dengan standar yang telah diratifikasi
bersama ILO, sementara FT memberikan jaminan bahwa manfaat ekonomi yang
terdapat dalam transaksi suatu komoditas (pertanian) terdistribusi merata pada
setiap komponen pasok rantai komoditas tersebut.
1.5.2. Isu-isu Strategis
Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut, isu-isu
strategis dan mendasar yang harus tertangani dalam periode 2011-2015 dan
esensial untuk menunjang terciptanya pembangunan pertanian, perkebunan, dan
kehutanan yang berkelanjutan dan memiliki competititveness dan
comparativeness adalah (1) identifikasi dan penguatan potensi sumberdaya
lokal; (2) menicptakan kemitraan dan konsolidasi yang solid di antara para pelaku
usaha, stakeholders, dan pemerintahan; (3) peningkatan kualitas dan kuantitas
yang konsisten dan berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan SOP; dan (4)
membangun infrastruktur dasar pembangunan pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Selain itu, penguatan kelembagaan dinas, aparatur dan institusi,
menjadi isu strategis yang harus secara konsisten ditingkatkan, sehingga cepat
tanggap, informatif, regulatori, dan fasilitatori.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA
23
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Ringkasan / Ikhtisar Perjanjian Kinerja
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) merupakan produk dari perencanaan kinerja,
sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam
Renstra, yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung melalui kegiatan tahunan pada satu tahun
tertentu.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) disusun setiap tahun dan memuat informasi
tentang : (1) Sasaran tahunan beserta indikator kinerja sasasaran tahunan
dan target capaiannya; (2). Program tahunan yang akan dilaksanakan pada
tahun yang bersangkutan; (3). Kegiatan beserta indikator kinerja kegiatan dan
target capaiannya.
Adapun Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung sebagai berikut :
No Sasaran Indikator Kinerja Target
1 Berkembangnya Usaha Jumlah Kelompok Usaha Yang Bermitra (Klpk) 5
Agribisnis Berbasis Ekonomi
Produktifitas Komoditas Padi (Kwt/Ha) 64,56
Lokal dan Mampu Berdaya
Produktifitas Palawija (Kwt/Ha) 108,88
Saing Prosentase Kehilangan/Kerusakan Hasil 10,18
Tanaman Pangan (%)
Jumlah Pencapaian Indeks Pertanaman (IP) 2,3
Jumlah Kelompok Tani Yang Memiliki 40 Registrasi Kebun Hortikultura (Kelompok
2 Terselenggaranya Konservasi
Prosentasae Luas Lahan Kritis yang Tertanami 54,94
Sumber Daya Alam Luas Hutan Rakyat (Ha) 5.015
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA
24
2.2. Sasaran Tahun 2015
Sasaran tahunan dalam RKT merupakan bagian dari sasaran lima tahun dalam
Renstra Dinas yang akan diwujudkan secara bertahap pada tahun tertentu.
Indikator kinerjasasaran adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran. Sedangkan target indikator
kinerja merupakan gambaran kuantitatif tentang jumlah atau tingkat realisasi
yang diinginkan pada tahun yang bersangkutan.
Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembangunan pertanian dan
perkebunan, maka sasaran strategis yang ingin dicapai Tahun 2015 seperti
terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel II.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan Periode
2015
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
TAHUN 2015
Meningkatkan
swasembada pangan
lokal melalui
peningkatan
produktivitas lahan dan
komoditas pangan
unggulan lokal
1. Jumlah produksi komoditas
tanaman pangan unggulan:
- Padi (ton) 508.241
- Jagung (Ton) 80.278
- Ubi Kayu (Ton) 129.977
2. Jumlah produktivitas komoditas
tanaman pangan:
- Padi (kui/ha) 62.62
- Jagung (kui/ha) 64.39
- Ubi Kayu (kui/ha) 197.40
3. Prosentase kehilangan/kerusakan
hasil tanaman pangan (%) 10.18
4. Proporsi serangan OPT terhadap
luas tanam:
- Padi (%)
- Jagung (%)
10
9
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA
25
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
TAHUN 2015
5. Prosentase luas tanam yang telah
menerapkan teknologi:
a. Penggunaan Pupuk Berimbang
(%)
b. Penggunaan Benih Berlabel (%)
75
70
6. Jumlah produktifitas komoditas
unggulan:
- Sayuran (Kwt/Ha)
- Buah-buahan (kwt/Ha)
- Biofarmaka (Kg/m2))
- Tan. Hias (tangkai/Ha)
- Kopi (ton/Ha)
- Teh (ton/Ha)
- Cengkeh (ton/Ha)
- Tembakau (Ton/Ha)
216,50
104,00
3,25
17.480
1,195
2,500
0,220
1,00
Meningkatkan
keunggulan komparatif
dan kompetitif produk
pertanian melalui
pengembangan
agribisnis dalam
aglomerasi ekonomi
pertanian
Jumlah kelompok tani yang telah
memiliki registrasi kebun
Hortikultura (Kelompok)
40
Jumlah Unit-unit Pasca Panen dan
Pengolahan Hasil (Kelompok)
49
Mengembangkan usaha
ekonomi produktif
dalam upaya stabilitas
kualitas lingkungan
hutan dan lahan
1. Prosentase Luas Lahan Kritis yang
Tertanami (%)
54.94
2. Jumlah Kelompok Agroforestry
(Kelompok)
190
3. Luas Hutan Rakyat/Agroforestry 12.925
4. Jumlah Komoditas AUK yang
diusahakan (komoditas)
4
5. Jumlah Kelompok Tani yang 50
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA
26
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
TAHUN 2015
berbasis AUK (Kelompok)
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA
27
Tabel II.3. Penetapan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
PROGRAM/KEGIATAN
Meningkatkan
swasembada pangan
lokal melalui
peningkatan
produktivitas lahan dan
komoditas pangan
unggulan lokal
1. Jumlah Pencapaian Produktivitas
Komoditas:
- Padi (kuintal/ha)
62,62
1. Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija
2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan
Hasil
3. Pengembangan Diversifikasi Pangan
4. Pengembangan Perbenihan/Pembibitan
5. Penyusunan Database Produk Pangan
6. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi
Tepat Guna Pertanian/Perkebunan
7. Pemeliharaan Rutin/Berkala Teknologi
Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
8. Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija
(Bantuan Gubernur)
9. Pemeliharaan Rutin berkala Sarana dan
Prasarana Teknologi Pertanian tepat Guna
(DAK)
10. Pemeliharaan Rutin berkala Sarana dan
Prasarana Teknologi Pertanian tepat Guna
(WISMP-LOAN)
- Jagung (kuintal/ha)
- Ubi Kayu (kuintal/ha)
64,39
197,40
2. Jumlah Kelompok yang telah memiliki
sertifikat organik (Kel) 3
3. Tingkat kehilangan/kerusakan hasil
tanaman pangan (%) 10,18
4. Prosentase luas tanam yang telah
menerapkan teknologi:
a. Penggunaan Pupuk Berimbang (%)
b. Penggunaan Benih Berlabel (%)
75
70
5. Proporsi serangan OPT terhadap luas
tanam
a. Padi
b. Jagung
10
9
6. Pencapaian Indeks Pertanaman (IP) 2,3
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA
28
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
PROGRAM/KEGIATAN
7. Proporsi luas areal tanam yang terkena
puso (%)
0,70 11. Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
8. Jumlah unit UPJA yang berkembang 20
Meningkatkan
keunggulan komparatif
dan kompetitif produk
pertanian melalui
pengembangan
agribisnis dalam
aglomerasi ekonomi
pertanian
1. Jumlah rata-rata pencapaian produktivitas
komoditas unggulan:
- Sayuran (kuintal/ha)
- Buah-buahan (kuintal/ha)
- Biofarmaka (kg/m2)
- Tan. Hias (tangkai/ha)
- Kopi (kuintal/ha)
- Teh (kuintal/ha)
- Cengkeh (kuintal/ha)
- Tembakau (kuintal/ha)
216,50
104,00
3,25
17.480
1,195
2,500
0,220
1,00
1. Peningkatan Mutu, Produksi dan
Produktivitas Produk Pertanian/Perkebunan
2. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran
Atas Hasil Produk Pertanian/Perkebunan
3. Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/
Perkebunan
4. Pembangunan Pusat-pusat penampungan
hasil produk Pertanian/Perkebunan
5. Penyusunan database produk pangan
6. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering
7. Penyediaan sarana dan Prasarana Produksi
Pertanian/Perkebunan
8. Pengembangan bibit unggul pertanian/
perkebunan
9. Peningkatan Produksi Produk dan Mutu
Tanaman Rempah dan Penyegar (Jahe
Merah) (Bantuan Gubernur)
2. Jumlah kelompok tani yang menerapkan
SOP GAP
a. Sayuran (Kelompok)
b. Tanaman Obat (Kelompok)
45
5
3. Jumlah komoditas yang dikembangkan:
a. Sayuran (komoditas) b. Tanaman Obat (komoditas)
10
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA
29
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
PROGRAM/KEGIATAN
1
10. Pengembangan Perbenihan Krisan, kentang,
Bawang merah, Asparagus dan Jeruk
(Bantuan Gubernur)
11. Peningkatan Produksi Tanaman Kopi dan
Teh (Bantuan Gubernur)
4. Jumlah kelompok yang telah memiliki
registrasi kebun (kelompok)
40
Mengembangkan usaha
ekonomi produktif
dalam upaya stabilitas
kualitas lingkungan
hutan dan lahan
1. Prosentase luas lahan kritis yang
tertanami (%)
54.64
1. Pengembangan hasil hutan non kayu
2. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan
Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
4. Pengadaan Leuweung Sabilulungnan
(Bantuan Gubernur)
5. Pelaksanaan Agroforestry (Bantuan
Gubernur)
6. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan
7. Pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan
Rakyat (Pendamping BLKSDA-BM)
2. Jumlah luas areal hutan rakyat/
Agroforestry (ha)
12.925
3. Jumlah komoditas yang mengembangkan
aneka usaha kehutanan
4
4. Jumlah kelompok tani berbasis aneka
usaha kehutanan dan AUK (kelompok)
190
Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
30
Program
Anggaran (Rp)
1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
692.106.800
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
229.629.200
3 Program Peningkatan Disiplin Aparatur
27.200.000
4 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
53.775.000
5 Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
120.000.000
6 Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
4.399.173.015
7 Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
4.637.067.897
8 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
250.000.000
9 Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
1.184.940.000
10 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
11.287.085.100
11 Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
3.716.292.691
12 Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan
100.000.000
Jumlah Total 26.697.269.703
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
31
2.3. Kerangka Kebijakan, Strategis dan Penetapan Kinerja Tahunan
Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Sejalan dengan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Kabupaten Bandung yang telah ditentukan sebelumnya, diperlukan beragam
kebijakan strategis untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran dari
pembangunan sektor pertanian. Secara garis besar, strategi, kebijakan dan program
yang disusun untuk meningkatkan kesejahteraan petani pada tahun 2015 bertujuan
untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan,
peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan
kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Sedangkan sasaran yang ingin
dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petani, (2) semakin
kokohnya kelembagaan petani, (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya
produktif; dan (4) meningkatnya kualitas infrastruktur pertanian.
(a). Kebijakan yang berdasarkan strategi Produksi
Kerangka kebijakan yang termasuk di dalam dimensi produk dibentuk
berdasarkan target pencapaian kinerja pertanian yang berkaitan dengan sisi produksi
pertanian. Dalam rangka memperoleh keunggulan kompetitif komoditas dan produk
pertanian, maka secara spesifik target jangka panjang yang akan dicapai adalah
memperoleh komoditas yang telah mendapatkan standarisasi internasional dan
bersifat terdiferensiasi.
Tabel II.2 Prioritas Komoditas Unggulan
Komoditas Kabupaten Bandung
Pangan Non Pangan
Tanaman Pangan Padi, Jagung, dan Ubi kayu
Hortikultura Cabe, Bawang merah,
Kentang, Kubis, Tomat,
Stroberi, Alpukat, Jambu,
Biofarmaka
Tanaman hias
Perkebunan Kopi, Teh Cengkeh, Tembakau
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
32
Diantara berbagai opsi kebijakan di dalam dimensi pengembangan produk,
kebijakan penetapan standar mutu produksi tampaknya belum mendapatkan
prioritas. Sesuai dengan target yang akan dicapai, penetapan standar mutu produksi
berfungsi sebagai benchmark dan indikator kinerja produksi komoditas dan produk
pertanian. Penetapan standar mutu ini merupakan akumulasi dari beberapa
komponen yang dapat dijadikan acuan dalam merencanakan program
pengembangan yang lebih spesifik.
Di dalam subsektor kehutanan, kebijakan pengadopsian dan penetapan
kerangka pengolahan dan pemanfaatan berdasarkan prinsip-prinsip konservasi
hutan ditujukan untuk menciptakan produk dan jasa lingkungan yang dapat
digunakan sebagai patokan dalam setiap jangka waktu pembangunan. Kebijakan ini
mencakup beberapa komponen pengembangan; (1) pengkajian mengenai berbagai
manfaat hutan yang kemudian dapat disosialisasikan kepada setiap stakeholders; (2)
pengadopsian standar internasional mengenai kegiatan pemanfaatan hutan; dan (3)
penetapan regulasi sebagai koridor terlaksananya kebijakan tersebut.
(b). Kebijakan yang berdasarkan strategi Pasar
Pencapaian utama pembangunan dalam dimensi pasar adalah menciptakan
peluang dan keikutsertaan komoditas dan produk pertanian di pasar global.
Kebijakan-kebijakan yang dapat memayungi proses pencapaian tersebut disajikan
berikut ini.
Kebijakan Rencana Tindakan
Penetapan mekanisme yang
berkaitan dengan riset pasar
(identifikasi peluang pasar)
Pengembangan market-competitive
intelligence
Pengembangan inovasi pertanian spesifik
lokasi
Pengembangan alternatif sistim
transaksi (pembiayaan,
pengalihan resiko dan
penjaminan)
Pengembangan pola contract farming.
Peningkatan fungsi fasilitasi dan Advokasi dan pendampingan dengan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
33
advokasi antara pelaku pasar tujuan meperkuat aspek legal usaha
pertanian
Beberapa dari kebijakan di atas yang belum mendapatkan prioritas adalah
kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan riset pasar dan peningkatan fungsi
fasilitasi dan advokasi. Riset pasar sangat dibutuhkan untuk tetap menjamin
kedinamisan strategi dan keberlanjutan keunggulan komoditas dan produksi
pertanian yang dihasilkan. Mengingat perilaku pasar (sisi permintaan) yang selalu
berubah, maka dibutuhkan strategi yang juga dituntut untuk selalu dapat beradaptasi
dengan perubahan. Dalam hal ini, riset pasar merupakan bahan bakar utama bagi
upaya-upaya adaptasi yang harus dilakukan.
Kebijakan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar
juga sangat penting untuk diprioritaskan. Kebijakan ini ditujukan untuk
mengantisipasi kecenderungan terjadinya kegagalan pasar yang kerap terjadi pada
sektor pertanian. Selain itu, fungsi fasilitasi tentunya sangat dibutuhkan untuk
mengintegrasikan usahatani berskala kecil (tradisional) kepada alternatif-alternatif
sistim transaksi moderen yang sedang mengalami pertumbuhan pesat pada saat ini.
Selain itu, sudah waktunya untuk juga dipikirkan mengenai: pengembangan
manajemen resiko usahatani dan penciptaan iklim investasi usaha yang kondusif.
Untuk itu, pemerintah daerah perlu menunjukan political will yang kuat dalam
menunjang para pelaku agribisnis dengan dibuatnya program-program yang spesifik.
Kebijakan dan program yang berkaitan dengan pengembangan pemasaran
dilaksanakan melalui program pemasaran hasil produk pertanian/perkebunan.
(c). Kebijakan yang berdasarkan strategi kelembagaan
Pada jangka panjang, pembangunan pertanian dalam dimensi institusional
ditujukan pada terciptanya sistem cluster pada sektor pertanian. Selanjutnya cluster
akan berperan sebagai media dasar dalam mengembangkan kolaborasi antar
stakeholders dalam rantai produksi komoditas. Kerangka kebijakan pendukung
pencapaian tersebut disajikan pada matriks kebijakan selanjutnya.
Kebijakan pertama yang harus dilakukan adalah menata kembali fungsi
pemerintah sebagai kelembagaan penunjang yang didasari oleh kebutuhan sektoral,
dengan demikian akan jelas struktur dan hirarki kelembagaan pemerintah dalam
sektor pertanian. Langkah tersebut diharapkan akan berdampak pada koordinasi
yang baik diantara para pengambil dan pelaksana kebijakan pengembangan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
34
pertanian. Selain itu, peningkatan profesionalisme aparatur Dinas Pertanian
diharapkan menjadi akselerator terbentuknya proses kolaborasi tersebut.
Selanjutnya, kebijakan harus didukung pula dengan kebijakan
pengembangan sistem koordinasi usahatani. Keragaan usahatani memerlukan
dukungan yang bersifat lintas fungsional, administrasi dan disiplin disertai dengan
penggunaan teknologi (teknik) di bidang manajemen yang akan memberikan dampak
signifikan terhadap kinerja sektor pertanian di Kabupaten Bandung.
Kebijakan Rencana Tindakan
Penataan fungsi tugas
pemerintah yang didasari
oleh kebutuhan spesifik
Pendidikan dan pelatihan teknis SDM Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Peningkatan profesionalisme SDM Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Penetapan mekanisme
keterkaitan lembaga
peneltian dengan pelaku
sektor pertanian dan pasar
Peningkatan koordinasi dengan lembaga
penelitian (nasional dan internasional) dan
perguruan tinggi (perencanaan kolaboratif)
Pengembangan sistem
koordinasi dan komunikasi
pertanian (E-Government)
Pengembangan lembaga pertanian di pedesaan
Penyebaran informasi mengenai program
pembangunan pertanian (partisipatif)
Peningkatan peran pengawasan partisipatif
program pembangunan pertanian
Penciptaan proses pengambilan keputusan yang
bersifat kolaboratif
Mendorong berfungsinya cluster-cluster
komoditas pertanian
Pemberdayaan
masyarakat kehutanan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
perumusan kebijakan dan program pemanfaatan
hutan
Peningkatan kewirausahaan masyarakat
kehutanan melalui pendidikan informal
Masih berkaitan dengan dimensi institusional, permberdayaan masyarakat
dalam rangka pembangunan sektor perkebunan dan kehutanan merupakan
komponen yang paling relevan mengingat konflik sumberdaya yang sering timbul di
kedua subsektor ini. Pada subsektor perkebunan, peningkatan kapasitas pekebun-
pekebun berskala kecil dan buruh perkebunan dapat dilakukan melalui optimasi
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
35
penggunaan isu corporate social responsibility pada perusahaan perkebunan
berskala besar; termasuk di dalamnya perusahaan perkebunan milik pemerintah.
Di dalam sub sektor kehutanan, optimasi pemanfaatan hutan dapat dilakukan
dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat, terutama masyarakat pinggiran
hutan. Dengan rekayasa kelembagaan, diharapkan masyarakat menjadi aktif dalam
melakukan kegiatan konservasi serta mengalihkan ekstraksi sumberdaya hutan
menjadi bentuk-bentuk jasa lingkungan. Rekayasa kelembagaan tersebut dapat
diinisiasi dengan mengidentifikasi hukum adat atau norma yang berlaku lokal.
Selanjutnya, penentuan pengelolaan hutan dapat diformulasikan bersama-sama
seluruh stakeholders primer; sementara peningkatan kapasitas kelembagaan dapat
dilakukan melalui beragam bentuk pendampingan dan advokasi.
(d) Kebijakan yang berdasarkan Pengelolaan Lingkungan
Target pencapaian pembangunan pertanian dan kehutanan berkelanjutan
sebagaimana diuraikan di atas akan sangat dipengaruhi oleh fenomena perubahan
iklim yang telah menjadi isu global dan sangat berdampak terhadap kelangsungan
pembangunan di masa yang akan datang. Perlu upaya mengurangi dampak negatif
perubahan iklim terhadap sumberdaya dan sistem produksi pertanian serta terhadap
sosial ekonomi petani dan juga peningkatan kualitas lingkungan, terutama kualitas
lahan dan hutan. Oleh karena itu, untuk menyiapkan antisipasinya diperlukan analisis
tentang kerentanan dampak perubahan iklim, inventarisasi dan delineasi wilayah
yang terkena dampak, serta penyusunan road map rencana aksi adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim dan lingkungan. Kebijakan ini tahun 2015 dilaksanakan
melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pembangunan pertanian didesain dengan mencermati perkembangan
lingkungan global sebagai respon terhadap pembangunan yang menyeluruh di
bidang lain di dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, perkembangan
teknologi termasuk di dalamnya bioteknologi, serta perkembangan pasar domestik
dan pasar dunia merupakan faktor yang mendorong tumbuh kembangnya pertanian
modern sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan
pertanian modern yang dimaksud adalah pembangunan pertanian melalui
pembangunan agribisnis dan agroindustri dengan penguatan pola kemitraan usaha
tani dari industri hulu sampai industri hilir.
Di dalam memandang perencanaan pembangunan pertanian sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan petani, pembangunan harus diarahkan agar penduduk
desa yang relatif miskin dapat menikmati buah dari kemajuan pembangunan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
36
nasional dan dapat memberdayakan dirinya sendiri untuk berpartisipasi secara
penuh di dalam proses pembangunan. Pemberdayaan itu juga diarhakan ke dalam
suatu proses di mana rakyat dapat bergerak untuk memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang tersedia yang disiapkan untuk memperbaiki kualitas hidup secara
bertahap.
Saat ini terdapat kecenderungan dan perubahan paradigma untuk mendesain
pembangunan pertanian atas dasar perubahan dan perkembangan teknologi dan
mekanisme pasar. Perubahan ini mendorong keseluruhan sektor ikut harus mampu
mengubah arah dan strategi pembangunan termasuk di sektor pertanian.
Berdasarkan pertimbangan kondisi, potensi sumberdaya domestik, serta
peluang yang dimiliki, maka dapat dibuat arah pembangunan pertanian pada masa
datang di Kabupaten Bandung dengan tetap memperhatikan pola perubahan yang
terjadi di sepanjang proses kegiatan agribisnis melalui program kerja Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.
Setiap program/kegiatan yang direncanakan ditujukan untuk mencapai
Rencana Kerja Lima Tahunan yang dievaluasi setiap tahun. Lebih lanjut, untuk
mencapai sasaran lima tahunan tersebut, perlu ditetapkan Rencana Kerja Tahunan.
Rencana Kinerja Tahunan merupakan penjabaran dari Rencana Kinerja Lima
Tahunan. Strategis pencapaian sasaran dan tujuan tahunan dirancang ke dalam
program/kegiatan tahunan. Pada tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan menyusun Rencana Tindak ke dalam 12 program dan 23 kegiatan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
37
II.1.3. Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja Lima Tahunan
Pembangunan Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2010-2015
Kerangka migrasi strategi pembangunan pertanian menunjukkan proses
penetapan dan perubahan strategi pembangunan antar waktu. Dalam hal ini, migrasi
strategi pembangunan pertanian ditetapkan dalam jangka waktu 5 tahun dengan
harapan bahwa strategi-strategi yang terpilih pada setiap jangka waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan migrasi tersebut. Kelebihan dari arsitektur strategi ini
adalah sifatnya yang sensitif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dinamis
pada sektor pertanian dan perkebunan.
Berdasarkan strategic foresight dan identifikasi kesenjangan sektor pertanian
di Kabupaten Bandung, proses pembangunan pertanian dapat dibagi menjadi tiga
jangka waktu dalam tiga dimensi pembangunan; yaitu dimensi produk, pasar dan
institusional. Secara umum, pengembangan subsektor tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan diarahkan pada terciptanya komoditas dan produk yang memiliki
standar global. Pencapaian standar tersebut ditujukan untuk memperbesar peluang
pasar produk tersebut; meskipun mungkin pada faktanya produk tersebut belum
dapat menembus pasar global tetapi barriers to entry terhadap pasar internasional
telah dapat dieliminasi. Pencapaian standar tersebut dapat dicapai dengan mengikuti
pola produksi komoditas dan proses pembentukan produk yang juga terstandarisasi
internasional; beberapa diantaranya adalah good agricultural practices dan good
manufacturing practices yang telah diratifikasi pada tingkat internasional. Sementara
untuk subsektor kehutanan, strategi-strategi yang disusun diarahkan untuk
menciptakan kawasan hutan yang berkelanjutan; dimana implikasinya adalah harus
adanya perubahan pola produksi, dari produksi fisik (kayu dan non-kayu) menjadi
produksi barang dan jasa lingkungan (dalam hal ini adalah ekowisata). Di samping
itu, hutan dapat memberikan nilai perlindungan exsitu dan insitu.
Dalam jangka pendek, strategi-strategi yang disusun untuk setiap dimensi
bersifat penentuan dan identifikasi komponen pengembangan untuk masing-masing
subsektor. Strategi identifikasi sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk strategi
berikutnya; atau untuk perubahan (dan migrasi) strategi pada jangka waktu
berikutnya. Pada subsektor tanaman pangan, penentuan komoditas pertanian yang
akan menjadi fokus pengembangan dan pemetaan pelaku usaha dalam komoditas
tersebut (beserta stakeholders-nya) dirasakan sangat relevan sebagai dasar
pengembangan selanjutnya. Selain dari komoditas, wilayah dimana komoditas
tersebut dapat dikembangkan juga menjadi dasar dari pengembangan komoditas.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
38
Sebagai justifikasi, pengembangan suatu komoditas memerlukan keterkaitan antara
aspek spasial dengan jaringan usahatani komoditas tersebut. Keunggulan komoditas
dapat dicapai dengan memanfaatkan dampak tumpahan (spillover effect) yang
cenderung terjadi pada wilayah-wilayah sentra produksi pertanian yang berkelompok
membentuk cluster. Cluster sentra produksi berbagai komoditas pertanian yang
terbentuk secara alami di Kabupaten Bandung.
Pada subsektor perkebunan, inventarisasi teknologi produksi dan upaya
penerapannya menjadi komponen yang cukup penting mengingat permasalahan
yang dihadapi bermuara pada sisi produksi dan pengolahan hasil. Sementara pada
subsektor kehutanan, komponen-komponen kelembagaan merupakan komponen
penting karena permasalahan yang dihadapi adalah mengenai konflik pemanfaatan
sumberdaya alam dan penanganan lahan dan air.
Strategi identifikasi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan upaya-upaya
mengembangkan pola produksi yang konvergen pada konsep good agricultural
practices (GAP). GAP harus dijadikan dasar pada proses pembangunan pertanian
karena konsep ini memuat pola produksi yang bersifat holistik dan dapat diterapkan
secara spesifik pada setiap jenis sistem agroekologis. Pengadopsian konsep ini
dapat dilakukan setelah wilayah dan komoditas utama telah teridentifikasi.
Selanjutnya diperlukan proses penerjemahan prinsip-prinsip GAP tersebut sesuai
dengan karakteristik wilayah dan komoditas yang bersangkutan.
Strategi jangka pendek juga akan diwarnai dengan upaya-upaya
mengembangkan mekanisme supply chain (SCM) pada setiap komoditas. SCM
merujuk pada kegiatan manajerial (koordinasi) antar pelaku dan lembaga yang
terlibat dalam sektor pertanian (produksi, distribusi dan pemasaran) dengan tujuan
mengahasilkan produk yang diminta oleh konsumen. Yang menjadi penekanan pada
mekanisme ini adalah proses kolaborasi perencanaan dan keterkaitan antar pelaku
usahatani tersebut. Strategi ini sangat relevan dengan Dinas Pertanian Kabupaten
Bandung yang berfungsi sebagai fasilitator pembangunan pertanian.
Di dalam dimensi pasar, competitive intelligence (CI) menjadi kunci dari
strategi-strategi jangka pendek. Strategi CI mencakup proses-proses yang berkaitan
dengan mengumpulkan, menganalis, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh
berkaitan dengan komoditas dan produk. Dalam operasionalisasinya, CI dapat
dilakukan dengan membentuk jaringan formal dengan stakeholders yang terlibat
dalam sektor pertanian. Dalam konteks ini, CI lebih ditekankan kepada penggalian
informasi mengenai pasar komoditas dan produk pertanian. Pada gilirannya,
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
39
informasi-informasi yang diperoleh akan diterjemahkan sebagai input dalam
melakukan penyesuaian rencana strategis ketika pasar pertanian mengalami
dinamika. Informasi-informasi yang dibutuhkan oleh Kabupaten Bandung terntunya
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan sektor pertanian serta peluang-peluang
yang dapat dieksploitasi. Kerangka keterkaitan strategi dan migrasi stretegi disajikan
pada Gambar 10.
Sebagai hasil dari jangka pendek, terdapat beberapa komponen dasar
strategi yang harus diterapkan. Pada jangka menengah diharapkan telah terciptanya
arah menuju pola produksi komoditas dan pasar yang bersifat kontrak (contract
based). Sebagai justifikasi, pasar yang bersifat kontrak akan memberikan peluang
yang lebih besar terhadap usahatani berskala kecil untuk dapat berpartisipasi dalam
pasar. Meskipun begitu, pola ini memerlukan jaringan usaha yang relatif telah
terbangun; dimana usaha-usaha untuk membangun jaringan tersebut telah diinisiasi
pada strategi jangka pendek. Selanjutnya, lingkungan yang dapat mendorong
usahatani kecil untuk dapat memenuhi standar dalam pola kontrak harus
dikembangkan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
40
Gambar II.1. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PA
SA
RK
ELE
MB
AG
AA
NP
RO
DU
K
5 Penerapan Integral Chain Care selanjutnya
(penekanan pada good manufacturing
practices, HACCP dan sistim traceability).
6 Adopsi teknologi yang tersedia untuk
pengembangan komoditas menjadi produk
derivatif;.
1 Pemetaan komoditas aktual dan potensi.
2 Penentuan fokus pengembangan komoditas.
3 Inventarisasi dan inisisasi pemanfaatan teknologi yang
tersedia pada tingkat nasional dan internasional.
4 Penyesuaian dan penerapan standar komoditas dan
terdiferensiasi. Sosialisasi dan inisiasi penerapan Integral
Chain Care tahap awal (penekanan pada sektor budidaya;
good agricultural practices, good pesticide practices).
6 Penetrasi pasar nasional untuk
komoditas terfokus beserta
produk dan produk derivatifnya.
Pemanfaatan peluang pasar
global (extenderization).
12 Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi dan SCNM untuk
menciptakan co-innovation pada
produk. Pengembangan sistem
inovasi agribisnis.
13 Proses regenerasi dan suksesi
pada generasi muda
agripreneur.
7 Pengembangan industri
pertanian di sektor hilir.
7 Pemetaan cluster komoditas dan produk.
8 Pengembangan sistem informasi cluster.
9 Pengarahan dan pemanfaatan dana corporate
social responsibility untuk pembentukan
cluster.
10 Menciptakan iklim kondusif untuk merangsang
pembentukan aliansi strategis antar pelaku
usaha dan stakeholders. Pengembangan
biopartnership pada industri agrofarmaka.
11 Pengembangan collaborative decision making.
4 Transformasi perilaku pasar yang informal
(open negotiation based) menjadi formal
(contract based).
5 Penetrasi pasar (penekanan pada niche
market dan pasar industri).
1 Competitive intelligent. Pemetaan karakteristik dan
perilaku pasar.
2 Inventarisasi kendala barriers to entry pada pasar.
3 Pengembangan promosi generik. Inisiasi penetrasi pasar
(penekanan pada pasar ritel moderen).
1 Inisiasi untuk mentransformasi kelembagaan petani
berbasis produksi menjadi berbasis pasar (nilai).
2 Pengembangan aglomerasi di sektor pertanian.
3 Pemetaan dan identifikasi keterkaitan di antara jaringan
pelaku usaha dan stakeholders di sektor pertanian.
4 Menginisiasi pembentukan forum pada (3.) dan
merancang proses kolaborasi di dalam rantai pasokan.
5 Pemetaan industri penunjang komoditas dan produk.
6 Inisiasi pembentukan klaster agribisnis pangan dan
perkebunan. Pengembangan supply chain and network
management (SCNM).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
41
Salah satu prasyarat bagi terciptanya pasar kontrak adalah adanya
standarisasi komoditas atau produk pertanian. Pada jangka pendek, upaya-upaya
standarisasi telah diinisiasi salah satunya melalui strategi adopsi konsep GAP; dan
pada jangka menengah dikembangkan lebih lanjut dengan mengadopsi konsep
traceability. Konsep ini merujuk pada kelengkapan informasi pada setiap tahap
produksi komoditas pertanian. Konsep ini sangat perlu diadopsi mengingat bahwa
preferensi konsumen telah berubah ke arah makanan yang aman dan sehat; dimana
perhatian konsumen terhadap proses produksi akan semakin besar pada masa
mendatang. Isu-isu mengenai penggunaan komoditas pertanian transgenik dan
bahan kimia akan memperbesar tekanan konsumen terhadap produsen. Sejalan
dengan konsep traceability, secara paralel konsep HACCP (hazard analysis and
critical control points)harus dapat diterapkan.HACCP merupakan suatu pendekatan
yang sistematik terhadap keamanan pangan yang dilakukan pada setiap tahap
produksi pangan tersebut. Pendekatan ini dianggap sangat perlu mengingat bahwa
selama ini inspeksi pangan lebih sering dilakukan pada tahap akhir produksi.
Pada sisi kelembagaan, pembangunan jangka menengah harus diwarnai
dengan pengembangan kolaborasi pengambilan keputusan usaha (collaborative
decision making) diantara pelaku pada sektor pertanian untuk menjamin efektivitias
dari serangkaian strategi-strategi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan
keputusan usahatani secara kolaboratif merupakan strategi lanjutan dari strategi
SCM; dimana kolaborasi menunjukkan bentuk hubungan antar pelaku dan lembaga
dalam sektor pertanian yang bersifat partnership. Konsekuensi dari bentuk hubungan
tersebut adalah adanya kontrak formal mengenai distribusi profit dan loss yang
dialami dalam rantai produksi tersebut.
Dalam jangka panjang merupakan pengembangan dari strategi-strategi yang
telah disusun pada jangka pendek. Dalam jangka menengah, strategi-strategi akan
mengalami perubahan (penyesuaian) terhadap tujuan yang akan dicapai pada
jangka panjang. Dari sekian banyak opsi strategi, pembentukan integral chain care
(ICC) pada subsektor tanaman pangan dan perkebunan perlu mendapatkan prioritas
karena ICC merupakan koridor utama dalam pencapaian target pengembangan.
Pada subsektor perkebunan, pembentukan aliansi strategis dengan asosiasi-asosiasi
perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan posisi tawar dari produk yang dihasilkan.
Di antara beberapa dimensi pembangunan dalam kerangka migrasi strategi, dimensi
kelembagaan tampaknya belum menjadi perhatian utama. Paradigma baru dalam
pembangunan pertanian menyaratkan keseluruhan dimensi mendapatkan proporsi
pengembangan yang seimbang. Pembangunan pertanian di dalam dimensi
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
42
kelembagaan melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat co-innovation, collaborative
decision making dan beragam skema yang mengambil bentuk biopartnerships
diharapkan akan menjamin tercapainya target pembangunan pertanian yang
berkelanjutan.
Berkaitan dengan subsektor kehutanan, perencanaan dapat diterjemahkan
sebagai sebuah proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang
berkesinambungan dalam menentukan alternatif pemanfaatan dan konservasi
sumberdaya hutan dengan tujuan tertentu pada jangka menengah dan jangka
panjang. Dalam konteks perencanaan strategis ini, pengembangan subsektor
kehutanan diarahkan pada pemanfaatan hutan yang tidak bersifat eksploitatif
sebagai altenatif dari pemanfaatan yang konvensional. Pada jangka pendek, strategi-
strategi pengembangan kehutanan diarahkan pada upaya-upaya mengidentifikasi
manfaat lain dari hutan dalam menghasilkan barang dan jasa lingkungan.
Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa dari sekian alternatif pemanfaatan hutan
maka ekowisata (ecotourism) menawarkan peluang yang sangat besar untuk
dikembangkan. Dalam konteks ini, peran utama dari Dinas adalah sebagai
koordinator dan negoisator mengingat bahwa hutan adalah sebuah barang publik
yang hingga saat ini selalu menghadapi masalah-masalah hak properti dan hak
pemanfaatannya. Sebagai konsekuensi dari barang publik, terdapat banyak pelaku
ekonomi yang sangat berkepentingan dalam memanfaatkan hutan; dan tidak jarang
menimbulkan konflik sumberdaya. Fungsi negoisator menjadi sangat relevan dengan
banyaknya pelaku ekonomi yang terlibat tersebut.
Pada jangka menengah, strategi pengembangan beralih pada aspek
penyediaan infrastruktur yang berkaitan dengan ekowisata. Selain dari anggaran
belanja pemerintah, penyediaan infrastruktur tersebut dapat dilakukan melalui pihak
swasata yang distimulasi dengan pemberian insentif fiskal. Dalam
pengembangannya, peranan masing-masing stakeholder dalam subsektor
kehutanan menjadi sangat krusial. Keberhasilan pengelolaan hutan tentunya sangat
bergantung pada komitmen dan partisipasi stakeholder. Selain itu, pendidikan
informal yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya alam harus telah
disosialisikan; terutama ditujukan pada masyarakat yang berhubungan langsung
dengan hutan. Pada jangka panjang, strategi-strategi diarahkan kepada
pengintegrasian ekowisata di Kabupaten Bandung pada jaringan keparawisataan
nasional dan internasional. Kegiatan-kegiatan promosi menjadi kunci bagi
terlaksananya strategi ini. Selain itu, objek ekowisata tersebut telah terhubung
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
43
dengan upaya-upaya konservasi lainnya yang mengarah pada proteksi wilayah yang
bersangkutan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA
44
Gambar II.2. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Kehutanan Kab. Bandung
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PA
SA
RK
ELE
MB
AG
AA
NP
RO
DU
K
1 Identifikasi pasar barang dan
jasa lingkungan; menyusun
target pasar. Penyusunan paket-
paket produksi barang dan jasa
lingkungan.
2 Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur minimal dengan
memanfaatkan jaringan dengan
swasta.
3 Inisiasi pengintegrasian objek
hutan ke dalam jaringan
kepariwisataan nasional dan
internasional.
1 Pemetaan stakeholders
kehutanan; terutama masyarakat
sekitar hutan. Pembentukan
komunitas hutan. Inisiasi
pembentukan jaringan bisnis
dan pendidikan.
2 Pembakuan mekanisme sharing
manfaat dan tanggung jawab
dengan stakeholders.
Pengembangan sistim
pendidikan lingkungan.
3 Pemberlakuan audit sosial
terhadap stakeholders.
Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi untuk
menciptakan co-innovation
pada produk lingkungan.
1 Inventarisasi detil mengenai
interaksi antara hutan dengan
objek lainnya (aspek tekno-
sosio-ekonomi).
2 Adopsi dan pembakuan standar
mengenai pengelolaan hutan
sesuai konvensi internasional.
3 Konvergensi sistim pertanian
dengan produk dan jasa
lingkungan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
45
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Salah satu tujuan dari pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung
adalah meningkatkan produktivitas usahatani tanaman pangan melalui pola
kemitraan dan meningkatkan ketahanan pangan di pedesaan. Hal ini dapat
dilihat dengan meningkatnya produktivitas tanaman komoditas pertanian
unggulan per hektar dalam satu kali tanam, berkembangnya usahatani padi dan
palawija dengan pola kemitraan, dan tersedianya pangan yang cukup dengan
harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta terwujudnya diversifikasi
konsumsi pangan yang tercermin dari tersedianya berbagai komoditas pangan
dan pangan olahan.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan pertanian ini, Dinas Pertanian
Kabupaten Bandung mengajukan beberapa strategi perencanaan pembangunan
melalui kegiatan:
1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan;
2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian;
3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija;
4. Pengembangan Diversifikasi Pangan
5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering;
6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan;
7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan;
8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian /
Perkebunan;
Dengan upaya ini diharapkan mampu mencapai ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga petani dan gizi masyarakat yang seimbang sebagai
prasyarat dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, juga
meningkatkan usahatani pertanian dengan pola kemitraan, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan indeks daya beli dan indeks kesehatan masyarakat,
terutama masyarakat tani di pedesaan. Adapun teknis pelaksanaan, sebagai
berikut:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui
potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan,
kemampuan SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga
dikumpulkan data dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
46
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan
jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha
dilakukan dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan
dan keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati -
hati karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi
dan potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara teori dan
praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini
akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil
bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan untuk peningkatan
kesiapan penerima manfaat dalam manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi
atau kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan
produksi/pengolahan pangan/pertanian.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis
dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu
tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan pangan/pertanian sampai
dengan pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi
permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat
meminta bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan
selama beberapa bulan dengan frekwensi kunjungan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan
sampai kelompok dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
47
mandiri termasuk mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra.
Pembinaan pasca proyek ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan
oleh petugas lapangan dari dinas sesuai dengan bidangnya.
Adapun sasaran dari program peningkatan ketahanan pangan
direncanakan tersebar di 31 kecamatan yang merupakan daerah sentra
komoditas padi, palawija, dan hortikultura.
Sedangkan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah:
1. Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan.
2. Berkembangnya kegiatan perbenihan tanaman Pangan, hortikultura dan
perkebunan.
3. Berkembangnya daerah sentra produksi tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan.
4. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian organik.
5. Berkembangnya usahatani organik di pedesaan.
Kegiatan agribisnis mencakup empat subsistem, yaitu: subsistem
agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan ekonomi yang
menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan sarana produksi pertanian
primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat mesin pertanian, dan
lain-lain); subsistem usahatani (on-farm agribusiness); subsistem agribisnis hilir
(down-streamagribusiness). Keberhasilan pembangunan pertanian melalui
pendekatan sistem agribisnis sangat tergantung pada tingkat kehandalan dari
setiap komponen yang menjadi subsistemnya. Untuk mencapai kehandalan
yang simultan dari setiap subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan uluran
dan campur tangan pemerintah melalui regulasi, koordinasi, perlindungan,
stimulasi, pelayanan dan penilaian terhadap seluruh subsistem dalam sistem
agribisnis beserta lingkungan yang mempengaruhinya. Selain itu, kondisi
sumberdaya lingkungan serta sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang
menentukan kehidupan dan pengembangan sistem agribisnis tersebut, yang
direncanakan tersebar di Kabupaten Bandung (31 kecamatan).
Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan ini,
antara lain adalah :
1. Mendorong terbentuknya usaha agribisnis baru sebagai usaha
diversifikasi pangan;
2. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan standar-standar mutu produk
dan teknologi pengolahan hasil; dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
48
3. Terfasilitasi alat mesin pengolahan pasca panen hasil pertanian dan
sarana prasarana agribisnis.
Kegiatan Pengembangan sistem informasi manajemen pertanian
diarahkan untuk mencapai sasaran:
- Terkumpul, terolah, dan teranalisanya data primer komoditas Pertanian
serta peramalan produksi pertanian
- Teridentifikasinya data potensi wilayah dan agroekosistem
- Berkembangnya manajemen database pertanian
- Terlaksananya perencanaan pembangunan pertanian yang tepat sasaran.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian
tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi
masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai
pada tahun 2015, sebagai berikut:
Tabel II.4. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Tahun 2015
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penyusunan Database
Potensi produksi pangan
1. Terkumpulnya data potensi pangan,
perkebunan, hortikultura bulanan,
triwulan, semesteran dan tahunan
2. Terlaksanya kegiatan Penyajian Data
dan Informasi Pertanian Berbasis GIS
3. Terlaksananya evaluasi dan
sinkronisasi data statistik pertanian
4. Terlaksananya kegiatan penentuan
angka ramalan / prognosa statistik
tanaman pangan dan hortkultura
5. Terlaksananya rapat koordinasi
perencanaan pembangunan pertanian
6. Tersusunyya Dokumen Supply Deman
Benih Padi
7. Tersusunnya Dokumen Green
Economy Pertanian
2 Dokumen
1 Paket
2 Kali
2 Kali
1 Kali
1 Dokumen
1 Dokumen
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
49
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penanganan Pasca Panen
dan Pengolahan Hasil
Pertanian
1. Terlaksananya sertifikasi organik ulang
gapoktan Harapan Jaya
2. Fasilitasi pasca panen dan pengolahan
padi untuk mendukung pengembangan
lahan pangan berkelanjutan (power
thresser)
3. Fasilitasi pasca panen dan pengolahan
padi untuk mendukung pengembangan
lahan pangan berkelanjutan (Terpal)
4. Terlaksananya bimbingan teknis pasca
panen padi
5. Terlaksananya Gerakan pasca panen
padi
6. Terlaksananya Fasilitasi pasca panen
jagung (Com sheller)
7. Terlaksananya bimbingan teknis pasca
panen jagung
8. Terlaksananya pendampingan
pengolahan tepung ganyong
9. Terlaksananya bimbingan teknis
pengolah hasil
10. Terlaksananya stimulan alat
pengolahan hasil tanaman pangan
1 Paket
6 Unit
85 Lembar
1 Kali
1 Kali
1 Unit
1 Kali
1 Paket
1 Kali
1 Paket
Pengembangan
Intensifikasi Tanaman
Padi, Palawija
1. Terlaksananya acara panen raya
2. Terlaksananya Bimbingan Teknis
Budidaya Jagung
3. Terlaksananya Rakor P2BN
4. Terlaksananya Pengadaan Benih padi
5. Terlaksananya Pengadaan Benih
Jagung
6. Terlaksananya Pelaksanaan Demplot
Penerapan Teknologi Tanaman
1 Kali
1 kali
2 kali
12,250 Kg
3,375 Kg
5 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
50
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pangan
7. Terlaksananya acara panen raya
jagung
8. Terlaksananya acara tanam serempak
bersama TNI AD
9. Workshop Evaluasi GP-PTT
10. Terlaksananya acara hari lapang
11. Terlaksananya partisipasi dinas dalam
penyelenggaraan pameran hari pangan
sedunia XXIX 2015
1 Kali
1 Kali
1 Kali
1 Kali
1 Kali
Pengembangan
Diversifikasi Tanaman
1. Terlaksananya Diversifikasi pola tanam
komododitas Ubikayu
2. Terlaksananya Diversifikasi pola tanam
dengan komododitas Sorgum
3. Terlaksananya Bimtek penerapan
Teknologi Budidaya Ubikayu
4. Terlaksananya Rapat Koordinasi
150,000 Stek
100 Kg
1 Kali
2 Kali
Pengembangan Pertanian
pada Lahan Kering
1. Terlaksananya Pengembangan
Sarana Klinik Tanaman Hortikultura
2. Terfasilitasinya pendampingan klinik
tanaman
3. Terfasilitasinya Bimbingan Teknis
Penangkaran Tanaman Hias
4. Terlaksananya Sekolah Lapang
Good Agricultural Practices
Strawberry.
5. Terfasilitasinya Adopsi
Pengembangan Budidaya Buah-
Buahan
6. Terfasilitasinya Sarana Prasarana
Pengembangan Komoditas
Holtikuktura
7. Terfasilitasinya Pendampingan
1 Lokasi
1 Kegiatan
1 Kegiatan
2 Kegiatan
1 Kegiatan
1 Kegiatan
1 Kegiatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
51
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penerapan Teknologi Pasca Panen
Strawberry
8. Terfasilitasinya Sarana Pengairan
Pengembangan Holtikultura
(Pompa Air)
9. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan
Lahan (Cultivator)
10. Terfasilitasinya Sarana Budidaya
Tanaman Hias Berbasis Lokal
(Green House)
11. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan
Pupuk Organik
10 Unit
6 Unit
1 Unit
1 Kelompok
Pengembangan
Perbenihan/Pembibitan
1. Terlaksananya Pengadaan Benih
Padi VUB Kelas SS
2. Terlaksananya Pengadaan Benih
Padu VUB Kelas ES (Label Biru)
3. Terlaksananya Sertifikasi Benih
Padi Label Biru
4. Terlaksananya Sosialiasasi
Demplot Padi Gogo
1,300 Kg
7,100 Kg
9,000 Kg
1 Kali
Penelitian dan
Pengembangan
Sumberdaya Pertanian
1. Terlaksananya Sosialisasi Kegiatan
Pengendalian OPT / IBK / GUP
2. Terlaksananya PILKT
3. Tersedianya Sarana Prasarana
Pengendalian OPT
4. Terlaksananya Gebyar Promosi
Perkebunan
5. Terlaksananya Adopsi Teknologi
Kopi Speciality
1 Kali
1 Kali
1,500 Unit
1 Kali
1 Kali
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
52
2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/
Perkebunan
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan menjadi
keharusan dalam mempertahankan kontinuitas usaha agribisnis pada berbagai
komoditas unggulan di sektor pertanian. Menurut Abdul Adjid, D (2001), pasar
adalah suatu tempat yang terbentuk dari usaha dua pihak yang akan
berinteraksi, yaitu pembelian dan penjualan. Dengan kata lain, pasar menjadi
sentra aktivitas ekonomi di dalam lingkungan dunia usaha termasuk di sektor
pertanian. Stabilitas dan mekanisme pasar termasuk ke dalam sasaran utama
dalam menciptakan masyarakat ekonomi yang berswasembada. Maka dari itu,
program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan
merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pertanian
di Kabupaten Bandung.
Salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis adalah penataan jaringan
pemasaran guna meningkatkan posisi tawar petani dan Program peningkatan
pemasaran bertujuan untuk mengembangkan dan menata jaringan pemasaran
komoditas pertanian. Hal ini dirasakan perlu karena salah satu penyebab
rendahnya nilai jual produk pertanian di tingkat petani di Kabupaten Bandung
disebabkan oleh ketidakteraturan dan panjangnya jalur pemasaran komoditas
pertanian.
Kegiatan-kegiatan ini direncanakan tersebar di 31 kecamatan di
Kabupaten Bandung. Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari
kegiatan tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Mendorong terbentuknya rumah kemasan hasil pertanian serta
mendorong meningkat nya permintaan konsumen;
2. Mengembangkan pusat-pusat penampungan Komoditas Pertanian skala
kecil di pedesaan;
3. Terlaksananya promosi produk hasil pertanian; dan
4. Tertatanya/teraturnyajalurpemasarankomoditaspertanian.
5. Meningkatnyakesadaransertapengetahuanpetaniakanprodukbermutu/ung
gulanpertaniansertateknologiterbarubesertapenerapannyadalambidangpe
rtanian.
Pada tahun 2015, program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan diarahkan untuk menyusun, mendeteksi dan
merestrukturisasi mekanisme dan stabilitas jaringan pasar komoditas hortikultura
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
53
dan tanaman pangan di Kabupaten Bandung. Adapun sasaran kegiatan yang
ingin dicapai, sebagai berikut:
Tabel II.5. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil
Produksi Pertanian/ Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan
Jumlah unit-unit pasca panen dan pengolahan hasil (Kelompok)
49
Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggul daerah
1. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tingkat Kabupaten
2. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan tingkat Provinsi
3. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tingkat Nasional
4. Terlaksananya Jambore Varietas 5. Terlaksananya Pameran APKASI
1 Kali
1 Kali
1 Kali
1 Kali 1 Kali
Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil pertanian / perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan
1. Terfasilitasinya Kegiatan Adopsi Pengolahan Hasil Holtikultura
2. Terfasilitasinya Pelaksanaan Pemutakhiran Data Base Petani Pelaku Usaha Agribisnis Kabupaten Bandung
3. Terlaksananya Pendampingan Manajemen Agribisnis Asosiasi Pertani Sayuran Segar Kabupaten Bandung
4. Terlaksananya Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian Holtikultura Bagi Petani Pengembang Budidaya Holtikultura
5. Terlaksananya Pendampingan Peningkatan Mutu Olahan Holtikultura Bagi Pelaku Olahan Pertanian Holtikultura lokal
6. Terfasilitasinya Sarana Pendukung Penerapan Good Handling Practices
1 Kegiatan
1 Kegiatan
1 Kegiatan
1 Kegiatan
1 Kegiatan
450 Buah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
54
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
7. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan Hasil Holtikultura Untuk Kelompok Olahan hasil Pertanian
6 Unit
3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemberdayan sumberdaya
pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan
kelompok tani tentang inovasi teknologi pertanian.
b. Mencukupi kebutuhan air yang terus meningkat dalam waktu, ruang,
jumlah serta mutu yang tepat sebagai akibat dari meningkatnya jumlah
penduduk dan pembangunan di segala bidang (industri, pertanian,
pariwisata dan lain-lain). Sedangkan ketersediaan air relatif tetap dan
bahkan pada daerah-daerah tertentu sumber daya airnya cenderung
menurun.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan air melalui penerapan teknologi
hemat air.
d. Kelangkaan air yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau yang
telah menyebabkan beberapa areal pertanian (terutama lahan sawah) di
Kabupaten Bandung mengalami kekeringan.
e. Mencukupi kebutuhan alat mesin pertanian untuk kegiatan produksi dan
pengolahan hasil.
f. Mencukupi ketersediaan sarana produksi berupa pupuk, obat-obatan dan
pestisida.
Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, adalah Pengadaan
Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/ Perkebunan. Kegiatan
Pengembangan Ketersediaan sarana prasarana pertanian dalam rangka
peningkatan produktivitas pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran:
- Terfasilitasinya dan terpeliharanya alat mesin pertanian pengolahan
produksi;
- Terbinanya dan berkembangnya pelayanan jasa alat mesin pertanian;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
55
- Terencananya kebutuhan pupuk, obat-obatan, dan pestisida;
Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pengairan hemat;
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan
ditujukan sebagai usaha pendukungan dalam peningkatan produksi tanaman
unggulan pertanian, seperti padi, jagung, kentang, cabe, tomat, bawang merah,
kubis, alpukat, kopi, dan teh. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada
tahun 2015, sebagai berikut:
Tabel II.6. Sasaran Kegiatan pada ProgramPenerapan Teknologi Pertanian/
Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penelitian dan pengembangan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
1. Terlaksananya Pembangunan Irigasi
Permukaan
2. Terlaksananya Pipanisasi
3. Terlaksananya Pembangunan DAM Parit
4. Terlaksananya Pembangunan Screen
House dan Pemagaran
5. Terlaksananya Pembangunan Gudang
Pestisida
6. Terlaksananya Pengadaan Sarana
dan Prasarana Balai Benih
7. Tersedianya Prasarana dan Sarana
Penyuluhan
8. Terlaksananya Pembangunan Jalan
Usaha Tani Tanaman Pangan
9. Terlaksananya pengembangan
prasarana dan Sasaran Air (Pipaniasi)
10. Terlaksananya Kajian Lingkungan
Untuk Pembangunan Gudang
Pestisida
30 Unit
10 Paket
21 Unit 1 Paket
1 Unit
111 Unit
38 Unit
6 Paket
2 Paket
1 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
56
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pengadaan Sarana dan
Prasarana Teknologi
Pertanian/Perkebunan
Tepat Guna
1. Terlaksananya Bimbingan Teknis
Teknologi Agen Hayati
2. Terlaksananya Pengembangan Desa
PHT
3. Terlaksananya Bimbingan Teknis
Teknologi Tepat Guna
4. Terlaksananya Bimbingan Teknis
Teknologi Pertanian
5. Tersedianya Bahan Obat-obatan /
Pupuk
6. Tersedianya Alat Penunjang
Pengolahan Pertanian
50 Orang
50 Orang
100 Orang
30 Orang
1 Paket
136 Unit
Pemeliharaan
rutin/berkala sarana dan
prasarana teknologi
pertanian/perkebunan
tepat guna
1. Terlaksananya Kajian LP2B
2. Terlaksananya Pengesahan /
Legalisasi Badan Hukum P3A dan
GP3A
3. Terlaksananya Kegiatan Dam Area
4. Tersedianya Grand Design
5. Terlaksananya Inventarisasi dan
Pemetaan Lahan Sawah
6. Terlaksananya Sosialisasi
Pelaksanaan Inventarisasi LP2B
7. Terlaksananya Rapat Koordinasi
LP2B
8. Terlaksananya Rapat Koordinasi
WISMP
9. Terlaksananya Pendampingan
Penelusuran Jaringan
10. Tersedianya Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan LP2B
1 Paket
10 Buah
1 Paket
1 Paket
1 Paket
2 Kali
3 Kali
8 Kali
7 Unit
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
57
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pemeliharaan
Rutin/Berkala Sarana dan
Prasarana Teknologi
Pertanian / Perkebunan
Tepat guna (Peningkatan
Manajemen Pengelolaan
Air WISP II - LOAN)
1. Pelatihan Optimalisasi Lahan dan Air
Untuk Pengembangan Agribisnis
2. Terlaksananya Pelatihan GP3A dalam
Aspek Manajemen Organisasi dan
Keuangan
3. Terlaksananya Kegiatan Sekolah
Lapang "Integrasi, Diversifikasi dan
Intensifikasi/Ekstensifikasi dengan
Sistem Usaha Tani Ramah
Lingkungan yang Adaptif terhadap
Perubahan Iklim
4. Tersedianya Pupuk Cair Dalam
Kegiatan DEM Area
5. Tersertifikasinya Kelompk GP3A
1 Kali
1 Kali
1 Kali
60 Liter
10 Kel
4. Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan
Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan ditujukan untuk
meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas hortikultura dan
perkebunan spsesifik lokalita. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan diarahkan
dalam pemenuhan:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui
potensi sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan,
kemampuan SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga
dikumpulkan data dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan
jenis usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha
dilakukan dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
58
dan keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati -
hati karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi
dan potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara teori dan
praktek baik berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini
akan berhasil baik jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil
bekerja. Pelatihan teknis agribisnis ditujukan untuk peningkatan
kesiapan penerima manfaat dalam manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi
atau kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan
produksi/pengolahan.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis
dan manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu
tahun atau satu kali proses produksi/pengolahan hortikultura dan
perkebunan sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam proses
pendampingan menghadapi permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat
lapangan, maka dapat meminta bantuan kepada dinas/instansi teknis
terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan
selama beberapa bulan dengan frekuensi kunjungan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai
kelompok dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri
termasuk mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan
pasca proyek ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas
lapangan dari dinas sesuai dengan bidangnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
59
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan digulirkan untuk
meningkatkan optimalisasi produktivitas komoditas unggulan dan indeks
pertanaman lahan sawah dan lahan kering Kabupaten Bandung.
Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, sebagai berikut:
1. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan;
2. Penyediaan sarana produksi pertanian dan perkebunan; dan
3. Peningkatan/Rehabilitasi saluran Irigasi.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian
tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi
masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai
pada tahun 2015, sebagai berikut:
Tabel II.7. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi Pertanian/
Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penyediaan sarana
produksi
pertanian/perkebunan
1. Terlaksananya pengadaan bibit kopi
dan cengkeh
2. Terlaksananya Pengadaan Kemasan
Produk Perkebunan
3. Terlaksananya Panen Raya Kopi
4. Terlaksananya Pengembangan
Komoditas Agrofarmaka Pada Tegakan
Kopi
5. Terlaksananya Pengadaan Mesin
Pengolah kopi
6. Terlaksananya Pengadaan Mesin
Penepung Kopi
7. Terlaksananya Pengadaan Roasting
Kopi
8. Terlaksananya Pengadaan Dry House
Komoditas Stevia
72.000 Pohon
1 Paket
1 Paket
1 Paket
8 unit
1 Unit’
2 Unit
1 Unit
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
60
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pengembangan bibit
unggul
pertanian/perkebunan
1. Tersedianya Benih Kentang Bermutu
2. Tersedianya Benih Kentang Bermutu
3. Tersedianya Bibit Cabe
4. Tersedianya Sarana Produksi
Pengembangan Sayuran Dataran
Rendah
5. Pembangunan Screen House
Penangkaran Kentang
6. Tersedianya Sarana Pengolahan
Lahan
7. Tersedianya Sarana Pengembangan
Jamur (Kumbung)
8. Tersedianya Sarana Prasarana Untuk
Pengembangan Pemanfaan lahan
Pekarangan
9. Terbangunnya Sarana Pengairan
Berupa Embung di Kawasan Sayuran
10. Tersedianya Sarana Prasarana
Pendukung Pengembangan Sayuran
Eksklusif
11. Terlaksananya Registrasi Lahan
Holtikultura
12. Tersedianya Sarana Prasarana
Pendukung Pengembangan Budidaya
Sayuran Ramah Lingkungan
13. Tersedianya Tenaga Pembantu /
Pendukung Pengelola Kegiatan
Pengembangan Hortikultura
(Perencanaan dan Administrasi Bid.
Holtikultura)
14. Tersedianya Tenaga Pengelola /
Pemeliharaan Kebun Bibit Dinas
10.000 Knol
20.000 Baglog
100 Pcs
14 Paket
3 Unit
3 Unit
3 Unit
1 Paket
1 Unit
‘
1 Unit
1 Paket
50 Kebun
1 Paket
12 Bulan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
61
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pertanian, Pekebunan dan Kehutanan
Kab, Bandung
Peningkatan kualitas dan
pasca panen tanaman
tembakau
1. Terlaksananya Magang Pasca Panen
dan Pengolahan Tembakau Hitam
2. Terlakasananya Penanganan Pasca
Panen Tembakau
3. Terlaksananya Penerapan Pengolahan
Pupuk Organik Padat
4. Terlaksananya Penganganan
Terjadinya Kemarau Panjang
5. Terlaksananya Penerapan Teknologi
Budidaya
6. Terlaksananya Peningkatan
Produktivitas Komoditas Tembakau
lokal
7. Terlaksananya Peningkatan Kualitas
Produk dan SDM Tembakau
1 Paket
3 Paket
1 Paket
1 Paket
3 Paket
2 Paket
2 Paket
5. Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan merupakan salah satu
kebijakan pembangunan kehutanan yang diarahkan untuk memberikan alternatif
usaha bagi masyarakat di sekitar hutan, sekaligus dalam upaya rehabilitasi hutan
dan lahan, selain langkah tindak vegetatif. Pada tahun 2015, program ini
ditujukan untuk : (1) pengembangan agribisnis jamur tiram; (2) Budidaya
Empon-empon dan (3) pengembangan agribisnis ulat sutera.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
62
Tabel II.9. Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya
Hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pengembangan
Hasil Hutan
Non-Kayu
1. Terlaksananya Pengembangan ulat sutera
2. Terlaksananya Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Melalui Jamur Tiram
3. Terlaksananya Pengembangan Tanaman Empon-
Empon
4. Terlaksananya Pemupukan Pengembangan Ulat
Sutera
5. Terlaksananya Bimtek
6. Terlasananya Pemupukan Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Melalui Jamur Tiram
7. Terlaksananya Pemumukan Pengembangan
Tanaman Empon-Empon
8. Terlaksananya Budidaya Jamur
9. Terlaksananya Pelaporan Kegiatan
5.050 Stek
12.000 Log
100 Kg
1 Paket
1 Kali
1 Paket
1 Paket
1 Paket
100%
6. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kebijakan yang ditujukan
dalam pelestarian dan konservasi lingkungan, bertujuan untuk:
a. Meningkatkan akselerasi penanggulangan lahan kritis;
b. Mendukung dan mengembangkan program perbaikan lingkungan melalui
Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRHL) melalui pemberdayaan
masyarakat tani di sekitar hutan dalam peningkatan peran aktif masyarakat;
c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Adapun sasaran yang diharapkan, adalah:
a. Terpenuhinya masalah kekurangan bibit tanaman untuk penanaman pada
lahan kritis seluas 4.415 hektar;
b. Tercapainya sasaran percepatan penanganan lahan kritis;
c. Mendorong tercapainya Kabupaten Bandung Hijau dan Lestari.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
63
Tabel II.10. Sasaran Kegiatan Pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
1. Terlaksananya Pembuatan Hutan Rakyat
2. Terlaksananya Pengembangan Tanaman Bambu
3. Terlaksananya Pengadaan Pupuk Kandang Kegiatan Hutan Rakyat
4. Terlaksananya Pengadaan Pupuk Kandang Kegiatan Pengembangan Tanaman Bambu
5. Terlaksananya Rapat (Sosialisasi Koordinasi dan Evaluasi)
6. Terlaksananya Penyusunan Pelaporan DAK
7. Terlaksananya Pembuatan Pembangunan Sipil Teknis
8. Terlaksananya Pembuatan DAM Penahan
9. Meningkatkan Wawasan Kepada Masyarakat Mengenai Pengamanan Hutan
10. Tersusunnya Pelaporan DAK
330 Hektar 36 Hektar 145,000 Kg 34,000 Kg 4 Kali 15 Hari 4 Kecamatan 5 Unit 1 Kali 15Hari
Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan
1. Terlaksananya Kegiatan FGD RHL 2. Terlaksananya Kemah Kerja
Bupati 3. Terlaksananya Kegiatan Lomba-
Lomba : P2WKSS, Sekolah Sehat, Posyandu, TMMD, Kakija dll
4. Terlaksananya Bimbingan Teknis RHL
5. Tersusunnya Laporan Akuntabilitas Tahun 2015
6. Tersusunya Rencanan Teknik Kehutanan Tingkat Kabupaten
7. Terlaksananya Pengadaan Bibit Kanan dan Kiri Jalan
8. Terlaksananya Pengadaan Bibit Kanan dan Kiri Sungai
9. Terlaksananya Kegiatan Sosialiasasi RKTK
1 Paket 1 Paket 26,500 Batang 1 Kali
1 Dokumen 1 Dokumen 3,000 Batang 3,000 Batang 1 Paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
64
7. Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan
Tabel II.11 Sasaran Kegiatan Pada program Perlindungan dan Konservasi
Sumberdaya Hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pencegahan
dan
pengendalian
kebakaran
hutan dan
lahan
Terlaksananya Sosialisasi dan Pembinaan
Masyarakat Desa Sekitar Hutan/Kelompok Tani
Hutan (KTH)
Terlaksananya Study Banding Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 3
Hari x 25 Orang
Terlaksananya Pengumpulan Data
Perlindungan dan Pengamanan hutan
10 Kali
1 Paket
1 Dokumen
8. Program perencanaan dan pengembangan hutan
Tabel II.12 Sasaran Kegiatan Pada Program perencanaan dan pengembangan
hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pendampingan
kelompok
usaha
perhutanan
rakyat
1. Terlaksananya Kegiatan Pendampingan
Kelompok Usaha Perhutanan Rakyat
2. Terbentuknya Organisasi KNPL
3. Terlaksananya Workshop dan Pelatihan
Budidaya Pertanian
5 Kelompok
5 Desa
5 Kelompok
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
65
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
III. 1 Capaian Kinerja Organisasi
Untuk mengukur analisis capaian kinerja maka terdapat 3 sasaran strategis yang
hendak dicapai yang diukur dengan 5 indikator kinerja Utama.
Program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2015 sebanyak 12
program dan 23 kegiatanyang merupakan komitmen pimpinan dan jajaran Dinas
Pertanian,Perkebunan dan Kehutanan untuk mencapai target kinerja sasaran
yang ditargetkan pada tahun 2015. Hasil sebagai realisasi pencapaian sasaran
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung yang diukur
dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat digambarkan sebagai
berikut :
Sasaran Strategis 1
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas
lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
Tabel III.5 Pengukuran Sasaran Kinerja Tahunan 2015
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
1. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton)
508.241
546.594
- Jagung (Ton) 80.278 43.494
- Ubi Kayu (Ton) 129.977 105.724
2. Jumlah produktivitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha)
62,62
63,84
- Jagung (kui/ha) 64,39 65,45
- Ubi Kayu (kui/ha) 197,40 198,51
Tabel III. 5 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang diindikasikan
oleh jumlah produksi tanaman pangan (padi, jagung dan ubi kayu) mengalami
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
66
pertumbuhan positif, sudah melebihi target kinerja pada tahun 2015. Pencapaian
jumlah hasil produksi padi sampai tahun 2015 ini mencapai 546.594 ton atau
sebesar 63,84 % dari target produksi Tahun 2015 508.241 ton dan produktivitas
sebesar 63,84 % dari sasaran sampai dengan tahun 2015 yang telah ditetapkan
dengan produktivitas sebesar 62,62 kuintal/hektar.
Pencapaian ini telah melampaui target sampai dengan tahun 2015 yang
telah ditetapkandisebabkan oleh adanya perlakuan dan langkah strategis dalam
peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi serta penurunan persentase
kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan pengolahan hasil.
Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam
melalui peningkatan indeks pertanaman padi, melalui perbaikan dan
pembangunan jaringan irigasi sawah baru. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan
melalui perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan
irigasi baru, dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi
lahan terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi
masih bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan produktivitas komoditas,
disamping pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
67
Tabel III.6.Target dan Realisasi Padi Tahun 2015
No Uraian Komoditi Realisasi
2013 Realisasi
2014
Target/ Sasaran
2015
Realisasi 2015
Perkembangan Realisasi Thdp
Target 2015
A PADI
1 Padi Sawah
Luas Tanam (ha) 89.069 86.651 79.354 83.836 105,65
Luas panen (ha) 86.499 81.759 75.386 82.727 109,74
Produksi (ton) 570.703 524.355 486.694 535.475 110,02
Produktivitas (kwt/ha)
65,98
64,13
64,56 64,73 100,26
2 Padi Gogo
Luas Tanam (ha) 5.093 2.810 6.077 2.961 48,72
Luas panen (ha) 5.646 4.622 5.773 2.561 44,36
Produksi (ton) 22.079 18.723 21.547 11.119 51,60
Produktivitas (kwt/ha)
39,11
40,51
37,32 43,42 116,33
JUMLAH PADI
Luas Tanam (ha) 94.162 89.461 85.431 86.797 101,60
Luas panen (ha) 92.145 86.381 81.159 85.613 105,49
Produksi (ton) 592.782 543.078 508.241 546.594 107,55
Produktivitas (kwt/ha)
64,33
62,87
62,62 63,84 101,95
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
68
KOMODITAS PRODUKSI TANAMAN PANGAN UNGGULAN
Uraian komoditi Realisasi
2014 Target 2015
Realisasi 2015
% realisasi
Terhadap target 2015
% realisasi terhadap
realisasi 2014
PALAWIJA
Jagung
Luas Tanam (ha) 12.319 13.599 8.506
62,55 69,05
Luas Panen (ha) 12.209 12.468 6.646 53,30 54,44
Produksi (ton) 81.078 80.278 43.494 54,18 53,64
Produktivitas (kwt/ha) 66,41 64,39 65,45 101,64 98,55
Kedelai
Luas Tanam (ha) 295 0 425 0 144,07
Luas Panen (ha) 275 0 335 0 118,55
Produksi (ton) 387 0 432 0 111,75
Produktivitas (kwt/ha) 14,07 0 12,91 0 94,29
Kacang Tanah
Luas Tanam (ha) 2.069 1.512 1.054 69,73 50,94
Luas Panen (ha) 2.258 1.436 1.050 73,12 46,50
Produksi (ton) 3.198 2.199 1.629 74,08 50,94
Produktivitas (kwt/ha) 14,16 15,31 15,52 101,31 109,57
Ubi Kayu
Luas Tanam (ha) 5.952 6.931 5.171 74,61 86,88
Luas Panen (ha) 6.893 6.584 5.326 78,75 75,22
Produksi (ton) 127.846 129.977 105.724 83,93 85,33
Produktivitas (kwt/ha) 185,47 197,40 198,51 106,58 113,44
Ubi Jalar
Luas Tanam (ha) 2.494 1.995 1.476 73,98 59,18
Luas Panen (ha) 2.545 1.895 1.449 76,45 56,94
Produksi (ton) 29.009 25.692 19.825 77,27 68,44
Produktivitas (kwt/ha) 117,58 135,56 136,82 101,07 116,52
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
69
Realisasi produksi jagung mencapai 43.494 ton (Jagung pipilan kering)
atau sebesar 54,18 % dari total target Tahun 2015 dengan produktifitas
mencapai 65,45 Kwt/ha, hal tersebut disebabkan oleh lebih produksi jagung lebih
banyak dipanen muda pada bulan desember sebagai persiapan tradisi
masyarakat menjual jagung bakar pada awal tahun selain itu juga untuk
mempercepat perguliran modal petani, serta panen muda yang disebabkan oleh
kebutuhan pakan ternak. Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk
yang jagung dipanen muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering.
Produksi Ubi Kayu belum melampui target dengan realisasi terhadap
target sebesar 83,93 %, dengan produktifitas mencapai 198,51 Kui/Ha , hal ini
cenderung disebabkan oleh jangka waktu panen dari ubi kayu yang relatif lama,
dapat mencapai 1 tahun, komoditas ini dapat menjadi alternatif tabungan petani,
dengan tanaman selingan yang lebih cepat perputaran modalnya.
Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah
meningkatnya swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan dan
komoditas pangan unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu langkah
perwujudan tercapainya ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga,
terutama dalam keberlanjutan ketersediaan pangan.Keadaan ini dicirikan antara
lain dengan tersedianya pangan yang cukup serta harga yang terjangkau oleh
daya beli masyarakat dan terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang
tercermindari tersedianya berbagai komoditas pangan, baik produk segar
maupun produk olahan.
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah tangga
tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai usaha
peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain itu,
peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam desiminasi
teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-farm juga teknologi
pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran seperti yang
telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada, baik berupa
keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian
di Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan tahun 2015 maupun
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
70
terhadap sasaran/target yang telah ditentukan,ataupun juga terhadap realisasi
pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2015 ini
Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan lokal
melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan
lokal”untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi pangan adalah
1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih
serta sarana dan prasarana lainnya.
2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian.
3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi
budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu;
(2) System Rice of Intesification; (3) penggunaan pupuk berimbang.
4. Peningkatan sarana prasarana pasca panen.
5. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan.
Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut di
atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas pertanaman
pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam pencapaian
peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung.
Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di
tahun 2009; 1,98 di tahun 2011; 2.01 pada tahun 2012; 2,27 pada Tahun 2013;
2.51 pada tahun 2014;2.43 pada tahun 2015 sampai dengan bulan Desember.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
71
Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi
pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan
prasarana lainnya
1. Pupuk
Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan
pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun
meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, akan
tetapi pada tahun 2015 ini penggunaan pupuk kimia telah banyak berkurang
dengan tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah, dengan kata lain
untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, dengan cara sedikit demi sedikit
memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik, biologi maupun
kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan otomatis ketersediaan unsur hara
serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal, juga bisa membentuk
iklim mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman. Cara yang ditempuh
diantaranya yaitu dengan cara mensosialisasikan kembali penggunaan pupuk
organik terutama pupuk organik buatan sendiri/kompos maupun buatan pabrik
yang lebih ramah terhadap lingkungan ataupun dengan cara melakukan
pemupukan yang berimbang antara pupuk an organik dan pupuk organik.
Lebih lanjut, sebagai upaya penerapan pupuk organik, pengembangan
unit-unit pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah kompos menjadi
prioritas. Disamping mensosialisasikan penggunaan kembali pupuk organik dan
menjaga kualitas lingkungan melalui pemanfaatan kembali limbah peternakan
dan pertanian, juga memberikan alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani
di luar agribisnis. Langkah strategis yang telah dilakukan sampai dengan Tahun
2015, adalah:
1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alat-alat
pengolahan pupuk organik.
2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi
pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha.
3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten Bandung
(KP3)
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
72
Selain mendorong peningkatan penggunaan pupuk organik, dengan adanya
bantuan APPO ini diharapkan dapat mengurangi tingkat pencemaran yang
disebabkan oleh limbah ternak
2. Pengelolaan Benih
Kegiatan pada tahun 2015 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan hanya membantu/memfasilitasi BKPPP, BPTH Jawa-Madura dan
BPSB dalam melakukan pengawasan peredaran dan sertifikasi benih terhadap
para penangkar benih.Selanjutnya, Balai Benih Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan di Solokan Jeruk dan Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan memantau penggunaan
benih bermutu/berlabel di lapangan. Pada Tahun 2015,dalam upaya mengejar
penyerapan teknologi pertanian, UPTD Benih menampung serta menyediakan
benih berlabel/bermutu untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah
kabupaten bandung, dan menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang
banyak ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung. Pada Tahun
2015 telah dilakukan rehabilitasi UPTD Benih dengan pembuatan lantai jemur,
gudang dan kantor. Upaya ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas
benih yang dihasilkan terutama pada kadar air yang diharapkan. Terjadinya
kemarau panjang menjadi kendala tersendiri pada pengelolaan balai benih.
3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian
Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian
ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan
mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan kuantitas dan
kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara manual.
Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan baik dari jumlah alat maupun ketrampilan operator. Peningkatan
tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari
pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program
mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus dikembangkan karena semakin
terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya
efisiensi dan efektivitas pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan
konsumen terhadap mutu dan kualitas produk pertanian. Pada tahun 2015 ini
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
73
jumlah jenis mesin yang dihibahkan kepada petani mengalami peningkatan
dengan jumlah yang mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena alat mesin
tahun-tahun sebelumnya masih ada serta masih layak untuk digunakan dan
diarahkan untuk pengembangan sarana reparasi alat mesin tersebut.
Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat
berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani, pendapatan
usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus bekerja di sektor
pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis pertanian dapat terus
berkembang serta dapat meningkatkan minat para generasi muda agar tidak
merasa minder dalam bergumul dengan lumpur dan bercinta dengan tanah dan
terus bekerja pada sektor pertanian dalam merajut masa depan keluarga.
Pada tahun 2015, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat mesin
pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
melalui Unit Pelayanan Jasa Alsintan melakukan pengadaan mesin pertanian
yang akan dihibahkan kepada masyarakat berupa:
1 Traktor Kecil sebanyak 3 Unit, tidak terealisasi karena produsen
sudah tidak memproduksi lagi jenis traktor kecil tersebut .
2 Cultivator sebanyak 33 unit telah dilakukan pengadaan, telah
terealisasikan 33 Unit
3 Pemotong Rumput sebanyak 7 Unit, telah terealisasi
4 Power Threse sebanyak 2 unit, telah terealisasi
5 Pompa Air 3” sebanyak 30 unit, telah terealisasi
6 Pompa Air 4” sebanyak 1 Unit, telah terealisasi 1 Unit
7 Hand Sprayer sebanyak 60 unit, telah terealisasi 60 Unit
Dalam usaha pemeliharaan alat mesin pertanian yang telah ada dengan
menambah 1 unit alat perbengkelanpada tahun 2015 sehingga
dapatmengoptimalkan pengelolaan dan pemelihara alat dan mesin pertanian
yang telah ada di lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok masyarakat
mendapatkan alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin pertanian
tersebut. Hal tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di
sisi petani, akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya
dengan pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan mendapatkan
keuntungan sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA. Kehadiran UPJA
di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani, kelompok tani dan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
74
gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan jasa alsintan guna
mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan,
rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah
pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan
seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani
bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi
kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana
alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di
tingkat kecamatan dan desa se-Kabupaten Bandung pengendalian dan
penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat.
Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas
sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi pangan di
Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan OPT dan
bencana alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas
dan para petani di desa dan kecamatan se-Kabupaten Bandung. Setiap kejadian
di lapangan akan segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong
jalur koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan
adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati.
Pada tahun 2015 terjadinya kemarau panjang menjadikan kendala yang
sangat berat untuk dapat menggenjot produksi dan luas tanam, dari hasil deteksi
UPTD ALSINTAN melalui Petugas POPT, Penyuluh dan Brigade Proteksi yang
sudah terbentuk bahwa terdapat 68 Ha sawah yang terdampak oleh kelangkaan
air, yaitu di wilayah Baleendah seluas 60 Ha dan Katapang 8 Ha
Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama dengan
BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk
mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade
proteksi tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari serangan
OPT dan bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan puso. Berikut
rencana stimulan yang telah disalurkan untuk pengendalian OPT, yang berasal
dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN, adalah:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
75
Tabel III.7 Rencana Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2015
No Sarana Volume
1. Sarana pengendali agen hayati
a. Trichogaamma sp
b. metharizium sp
c. Beauveria sp
1.072 pias
800 bungkus
800 bungkus
2. Teknologi trip barrier system 20 paket
3. Obat-obatan pengendalian OPT
a. Rodentisida anti oagulan
b. Insektisida
c. Fungisida
d. Rodentisida/pengasapan
250 kg
230 L
200 kg
170dus
Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT 2015
Selain dengan memberikan stimulan stimulan diatas, juga dilakukan pembinaan
sumberdaya manusia melalui beberapa kegiatan Bimbinga teknis, yaitu:
1. Bimbingan Teknis Pengembangan Desa PHT telah dilaksanakan
2. Bimbingan Teknis Teknologi Tepat Guna telah dilaksanakan
3. Bimbingan Teknis penerapan Teknologi Pertanian telah dilaksanakan
4. Bimbingan Teknis Agen Hayati telah dilaksanakan
Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian
1. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan
Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya
ditentukan oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan
diantaranya. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan
Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung
jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT)
dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani
pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah
Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi
jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
76
dan tanggung jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan
pertanian.
Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung dari
sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara jumlah
volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila ditinjau dari periode waktu
dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air
ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan
Rendah. Potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa
mata air dan situ-situ serta curah hujan. Untuk pemanfaatan sumber air tersebut
telah dibangun bangunan pengambilan utama berupabendungan, embung dan
bangunan irigasi-irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain
untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik.
Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang ada di
Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel III.8 di bawah ini.
Tabel III.8. Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung
No
Lokasi Nama Sungai/
DAM
Volume
(Juta m3) Kecamatan Desa
1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947
- Buninagara - Leuwikuya 97,4462
2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya -
3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745
4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326
5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567
- Banyusari - Kiarawuyeuh 8,7039
- Juntigirang - Juntihilir 6,5847
- Banyusari - Baros 2,1192
6 Majalaya - Wangisagara - Wangisagara 63,8793
7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105
8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452
9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848
10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125
11 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
77
Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program pengontrolan dan
pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yang ada melalui
JIDES dan JITUT, agar supaya tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau
dan banjir pada musim penghujan dan juga pembuatan sumur pantek serta
embung. Tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah untuk (1)
meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2) mengurangi dampak bencana
alam kekeringan dan banjir. Upaya pemeliharaan saluran irigasi tersebut,
dianggarkan baik berasal dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa
Barat, maupun APBN.
Pada Tahun 2015, direncanakan beberapa kegiatan pengelolaan air
irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung,yakni:
1. Irigasi Air Permukaan sebanyak 30 Unit
2. Pipanisasi sebanyak 8 Paket
3. Pembangunan DAM Parit sebanyak 19 Paket
4. Hibah Pompa Air 2” sebanyak 9 Unit
5. Hibah Pompa Air 3” sebanyak 40 Unit
6. Hibah Pompa Air 4” sebanyak 2 Unit
7. Hibah Embung sebanyak 1 Unit
Selain itu juga terus dibina kelompok-kelompok pengguna air melalui Gabungan
Kelompok Pengguna Air melalui kegiatan WISMP, pada Tahun 2015
dilaksanakan legalisasi kelompok P3A sebanyak 10 Kelompok.
Sebanyak 7 (tujuh) kegiatan di atas sampai dengan tahun 2015 ini sudah
mencapai tahap penyelesaian dan sudah selesai pembayaran pada triwulan I.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
78
Sasaran Strategis 2
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian
melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-
kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan perkebunan
unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura dan perkebunan
dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan tertentu. Pengembangan
Kawasan Pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan
memperkenalkan unsur-unsur urbanisme ke dalam lingkungan pedesaan yang
spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan lokal untuk berkembang aktif
dalam struktur ekonomi wilayah.
Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah menjadi
prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan di
Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan didasarkan pada: (1) potensi
yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang memadai; (3) sesuai kaidah
konservasi dan tercantum dalam RT-RW Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki
peluang komparatif dan kompetitif.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis 2
seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada,
baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan
pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan
tahun 2014 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan,ataupun juga
terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2015 ini.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
79
Tabel III.9 Pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2015
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
1. Jumlah produktifitas komoditas unggulan: - Sayuran(kui/ha) - Buah-buahan
(kui/ha)* - Biofarmaka (kg/m2)* - Tan. Hias
(tangkai/ha) - Kopi (Ton/ha) - Teh (Ton/ha) - Cengkeh (Ton/ha) - Tembakau (ton/Ha)
216,50 104,00
3,25
17.480
1.195 2.500 0,220 1,00
369.48 -
- - - - - -
Komoditas unggulan sayuran berupa: (1) Bawang Merah; (2) Kubis;(3) Kentang;
(4)Cabe dan (5) Tomat dengan perhitungan produktifitas adalah rata-rata
produktifitas dari 5 komoditas unggulan tersebut. Untuk Komoditas perkebunan
(Kopi, teh, cengkeh dan tembakau) baru dapat diketahui progress
perkembangannnya pada semester 2, dikarenakan pelaporan data statistik
perkebunan dalam periode per semester.
Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan Perkebunan
Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas
hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten Bandung tahun
2015 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan walaupun menghadapi
kendala-kendala yang cukup sulit seperti keadaan alam yang cukup ekstreem
khususnya iklim yang kering, namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam
pertumbuhan serta perkembangan bunga dan pembuahan komoditas hortikultura
dan perkebunan sehingga umumnya mampu menaikan produksi dan
produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu
pula ada tantangan internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena
alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk
keperluan lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura
berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
80
Sayuran
Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung adalah kentang,
tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas tersebut mengalami
peningkatan dalam hal produksi dan produktivitas. Disamping itu, terdapat
komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif yang dikembangkan atas
kerjasama antara petani dengan pelaku pasar (ritel, industri, dan eksportir),
seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran eksklusif jepang. Komoditas tersebut
tersebar di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali,
Cimenyan, dan Kertasari.
Sasaran Strategis 3
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas
lingkungan hutan dan lahan
Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan
melalui 2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2) pendekatan
ekonomi dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan. Kedua mekanisme
tersebut saling berkesinambungan dan ketergantungan satu dengan yang
lainnya.
Tabel III.11. Pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
Prosentase luas lahan kritis yang tertanami (%)
54,94
79,10
Luas hutan rakyat 5.015
3.967
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
81
Pengelolaan Lahan Kritis
Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya penelantaran lahan-lahan
kering yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama telah mengakibatkan
terjadinya lahan-lahan kritis di Kabupaten Bandung.
Keberadaan lahan kritis di Kabupaten Bandung ini telah menyebabkan
rusaknya keseimbangan,daya dukung serta daya tampung lingkungan terutama pada
lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah hulu dengan fungsi sebagai daerah
resapan air.Kondisi yang sama,dan dengan ditambah banyaknya pemukiman
pendudukpun terjadi di daerah sepanjang aliran sungai (DAS), keadaan ini pada
akhirnya turut berpengaruh sebagai faktor penyebab atau faktor yang mempercepat
terjadinya bencana alam di Kabupaten Bandungseperti banjir, longsor, kekeringan
serta makin tingginya kualitas pencemaran yang terjadi di beberapa badan sungai di
Kabupaten Bandung, baik pencemaran dari rumah tangga maupun industri.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas PertanianPerkebunan dan
Kehutanan berdasarkan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Periode 2011-2015, pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013, tahun 2014 dan
tahun 2015 ini telah melakukan upaya-upaya untuk mengurangi luas lahan kritis
di Kabupaten Bandung melalui penanaman komoditas tanaman tahunan
produktif seperti buah-buahan dan kayu-kayuan, baik melalui kegiatan yang
dibiayai APBD Kabupaten, Propinsi maupun APBN TA. 2015. Upaya-upaya
tersebut telah dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bandung dan berhasil menanami lahan kritis serta tegalan seluas6.208,56 pada
tahun 2011,pada tahun 2012 seluas 6.096,67 Ha, pada tahun 2013 seluas 15.319,91
Ha, pada tahun 2014 seluas 1.592 , sedangkan pada tahun 2015 dilakukan
penanaman seluas 3.967 Ha dan pengembangan kelompok agroforestry.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
82
Disamping itu terdapat Program :
a. Kegiatan Agroforestry Bantuan Gubernur Jawa Barat Tahun 2015 seluas 50
Ha
b. Quick Wins Penanganan DAS Citarum Hulu Wilayah Kabupaten Bandung
seluas 3.500 Ha.
c. Kegiatan PLKSDA DAS Citarum 21 Ha
d. Kegiatan Rehabilitasi DAS Citarum
e. Model Desa Konservasi seluas 50 Ha yang terletak di Kecamatan Pasir
Jambu 25 Ha dan Kecamatan Pangalengan 25 Ha.
f. Program Pembangunan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi Ditjen
BPDASPS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 30 Ha.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
83
III. 2 Realisasi Anggaran
Untuk merealisasikan dan mencapai target-target sasaran melalui pencapaian
target indikator kinerja utama menggunakan dana dengan gambaran sebagai
berikut :
A. Anggaran Pendapatan
Pada Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan sebesar Rp.
166.365.000,- (Seratus Enam Puluh Enam Juta Tiga Ratus Enam Puluh Lima
Ribu Rupiah) dari hasil pengelolaan sawah pada UPTD Perbenihan dan
Pembibitan Tanaman.
Pada Tahun 2015 Anggaran Pendapatansudah terealisasi 100% dengan
kelebihan Rp. 162.900,- sehingga total PAD yang masuk sebesar Rp.
166.527.900,-.
Tabel III.1.Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2015
No SUMBER PENDAPATAN Target (Rp) Realisasi (Rp) (%)
1 Balai Benih Padi Jelekong danBuah Batu
166.365.000 166.527.900 100,10
J u m l a h 166.365.000 166.527.900 100,10
B. Anggaran Belanja
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015setelah adanya
penambahan melalui DPA parsial mendapatkan alokasi anggaran Belanja
sebesar Rp 62.816.861.837,- (Enam puluh dua milyar delapan ratus enam belas
juta delapan ratus enam puluh satu ribu delapan ratus tiga puluh tujuh rupiah),
yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp. 6.636.569.162,- (Enam milyar enam
ratus tiga puluh enam juta lima ratus enam puluh sembilan ribu seratus enam
puluh dua rupiah)dan belanja langsungRp 56.180.292.675,- (Lima puluh enam
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
84
milyar seratus delapan puluh juta dua ratus sembilan puluh dua ribu enam ratus
tujuh puluh lima rupiah).
Adapun rincian penambahan sebagai berikut:
- Bantuan Keuangan Gubernur sebesar Rp. 4.537.915.500.-
- APBNP sebesar Rp. 22.620.500.000,-
1. Belanja Tidak Langsung (BTL)
Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk membiayai gaji
pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2015, Dinas Pertanian Perkebunan
dan Kehutanan mendapatkan alokasi BTL sebesar Rp. 6.636.569.162,- (Enam
milyar enam ratus tiga puluh enam juta lima ratus enam puluh sembilan ribu
seratus enam puluh dua rupiah)atau 10,56% dari total anggaran belanja Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan.
Dari target tersebut, terealisasi pada tahun 2015sebesar Rp
5.557.844.338,- (Lima milyar lima ratus lima puluh tujuh juta delapan ratus empat
puluh empat ribu tiga ratus tiga puluh delapan rupiah) atau 83,7% dari alokasi
BTL Tahun 2015 dengan sisa anggaran BTL sebesar Rp.1.078.724.824,- (Satu
milyar tujuh puluh delapan juta tujuh ratus dua puluh empat ribu delapan ratus
dua puluh empat rupiah).
Tabel III.2 Target dan Realisasi Belanja Tidak Langsung
No BELANJA Target (Rp) Realisasi (Rp) (%)
1 Gaji dan Tunjangan 4.749.893.000 3.854.902.933 81,2
2 Tambahan Penghasilan
PNS 1.886.676.162 1.702.941.405 90,3
J u m l a h 6.636.569.162 5.557.844.338 83,7
2. Belanja Langsung
Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung
peningkatan kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat. Pada
tahun 2015, target anggaran Belanja Langsung sebesar Rp 56.180.292.675,-
(Lima puluh enam milyar seratus delapan puluh juta dua ratus sembilan puluh
dua ribu enam ratus tujuh puluh lima rupiah) dan pada akhir tahun
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
85
2015terealisasi sebesar Rp. 48.037.174.373,- dari target yang telah ditetapkan,
yang terdiri dari belanja rutin/mutlak sebesar Rp 1.170.612.455,-dan belanja
langsung urusan program/pilihan Rp. 46.866.561.918,-.
Berikut Rincian target dan realisasi pada belanja rutin/mutlak Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2015.
Tabel III.3. Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Rutin/Mutlak Tahun 2015
No. URAIAN TARGET TA.
2015 (Rp)
REALISASI TA. 2015
(Rp) %
SISA ANGGARAN
I. BELANJA SKPD
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
913.519.341 837.149.055 91,64 76.370.286
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
264.632.600
256.088.400 96.77 8.544.200
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
27.200.000 23.800.000 87,50 3.400.000
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan keuangan
53.775.000 53.575.000 99,63 200.000
Belanja Langsung Pilihan
Anggaran belanja langsung program/pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp.
54.921.165.734,- (Lima puluh empat milyar sembilan ratus dua puluh satu juta
seratus enam puluh lima ribu tujuh ratus tiga puluh empat rupiah) yang
dialokasikan untuk membiayai sebanyak 12 program dan 23 kegiatan.
Anggaran tersebut berasal dari beberapa sumber, yaitu:
1 APBD Kabupaten Bandung
2 Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan
3 Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
86
4 Bantuan Gubernur Jawa Barat
5 WISMP
6 Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
7 APBNP Bidang Pertanian
Perincian target dan realisasi belanja langsung program/pilihan Tahun 2015
dapat dilihat pada Tabel III.4.
92
Tabel III.4 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Tahun 2015
Kode Rekening Program/Kegiatan Anggaran (Rp) Sampai Dengan Tahun 2015
% Realisasi
dari target Tahun 2015
Total Sisa Sumber
Target (Rp) Realisasi (Rp)
2.01 . 2.01.01 . 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
913.519.341 913.519.341 837.149.055 91,64
76.370.286
2.01 . 2.01.01 . 01 . 01
Penyediaan jasa surat menyurat
1.743.000 1.743.000 1.743.000 100,00 -
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 02
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
50.190.541 50.190.541 38.533.005 76,77
11.657.536 APBD II
Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor
8.700.000 8.700.000 8.700.000 100,00 -
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 07
Penyediaan jasa administrasi keuangan
60.368.000 60.368.000 49.692.000 82,32
10.676.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 08
Penyediaan jasa kebersihan kantor
100.920.000 100.920.000 99.649.950 98,74
1.270.050 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 10
Penyediaan alat tulis kantor
81.168.000 81.168.000 75.937.000 93,56
5.231.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 11
Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
62.119.800 62.119.800 61.566.800 99,11
553.000 APBD II
93
2.01 . 2.01.01 . 01 . 12
Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
6.570.000 6.570.000 6.570.000 100,00 -
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 13
Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
377.070.000 377.070.000 340.362.300 90,27
36.707.700 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 15
Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
13.200.000 13.200.000 13.146.000 99,59
54.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 17
Penyediaan makanan dan minuman
12.300.000 12.300.000 12.300.000 100,00 -
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 18
Rapat-rapat kordinasi dan konsultasi ke luar daerah
63.920.000 63.920.000 61.064.000 95,53
2.856.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 19
Penyediaan Tenaga Pendukung teknis dan Administrasi Perkantoran
28.600.000 28.600.000 28.160.000 98,46
440.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 20
Rapat-rapat kordinasi dan konsultasi ke Dalam Daerah
38.450.000 38.450.000 37.925.000 98,63
525.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 22
Penunjang Perayaan Hari-hari Bersejarah *)
8.200.000 8.200.000 1.800.000 21,95
6.400.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 02 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
264.632.600 264.632.600 256.088.400 96,77
8.544.200
94
2.01 . 2.01.01 . 02 . 22
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
166.620.000 166.620.000 165.530.600 99,35
1.089.400 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 02 . 24
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
98.012.600 98.012.600 90.557.800 92,39
7.454.800 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 03 Program peningkatan disiplin aparatur
27.200.000 27.200.000 23.800.000 87,50
3.400.000
2.01 . 2.01.01 . 03 . 02
Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
27.200.000 27.200.000 23.800.000 87,50
3.400.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 06
Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
53.775.000 53.775.000 53.575.000 99,63
200.000
2.01 . 2.01.01 . 06 . 01
Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
35.000.000 35.000.000 35.000.000 100,00 -
APBD II
2.01 . 2.01.01 . 06 . 02
Penyusunan laporan keuangan semesteran
9.800.000 9.800.000 9.600.000 97,96
200.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 06 . 04
Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun
8.975.000 8.975.000 8.975.000 100,00 -
APBD II
2.02 . 2.01.01 . 15 Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan
120.000.000 120.000.000 116.976.000 97,48
3.024.000
2.02 . 2.01.01 . 15 . 03
Pengembangan hasil hutan non kayu
120.000.000 120.000.000 116.976.000 97,48
3.024.000 APBD II
95
2.01 . 2.01.01 . 16 Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan)
5.633.003.015 5.633.003.015 5.161.293.855 91,63
471.709.160
2.01 . 2.01.01 . 16 . 02
Penyusunan data base potensi produksi pangan
650.130.000 650.130.000 619.885.750 95,35
30.244.250 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 12
Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian
490.000.000 490.000.000 441.385.500 90,08
48.614.500 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 15
Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija
1.098.923.015 1.098.923.015 976.296.030 88,84
122.626.985 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 16
Pengembangan diversifikasi tanaman
150.000.000 150.000.000 144.165.000 96,11
5.835.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 17
Pengembangan pertanian pada lahan kering
1.628.500.000 1.628.500.000 1.469.340.000 90,23
159.160.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 20
Pengembangan perbenihan/perbibitan
424.700.000 424.700.000 415.956.400 97,94
8.743.600 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 25
Penelitian dan pengembangan sumberdaya pertanian
790.750.000 790.750.000 700.794.425 88,62
89.955.575 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 36
Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi/Palawija (Bantuan Gubernur)
400.000.000 400.000.000 393.470.750 98,37
6.529.250 BANGUB
2.02 . 2.01.01 . 16 Program rehabilitasi hutan dan lahan
5.537.067.897 5.537.067.897 4.743.727.050 85,67
793.340.847
96
2.02 . 2.01.01 . 16 . 05
Pembinaan, pengendalian dan pengawasan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan
2.206.284.397 2.206.284.397 1.853.794.100 84,02
352.490.297
DAK HUT
2.02 . 2.01.01 . 16 . 06
Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan
1.442.868.000 1.442.868.000 1.233.661.650 85,50
209.206.350 APBD II
2.02 . 2.01.01 . 16 . 10
Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan (Bantuan Gubernur)
1.387.915.500 1.387.915.500 1.200.658.400 86,51
187.257.100 BANGUB
2.02 . 2.01.01 . 16 . 12
Pelaksanaan Agroforestry (BANGUB)
500.000.000 500.000.000 455.612.900 91,12
44.387.100 BANGUB
2.02 . 2.01.01 . 17 Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
250.000.000 250.000.000 248.956.000 9958,24% 1.044.000
2.02 . 2.01.01 . 17 . 01
Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan
250.000.000 250.000.000 248.956.000 99,58
1.044.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 17
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
1.731.590.000 1.731.590.000 1.712.093.275 98,87
19.496.725
2.01 . 2.01.01 . 17 . 07
Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah
1.171.650.000 1.171.650.000 1.159.858.025 98,99
11.791.975 APBD II
97
2.01 . 2.01.01 . 17 . 09
Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil pertanian/perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan
559.940.000 559.940.000 552.235.250 98,62
7.704.750 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 18 Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
34.884.745.100 34.884.745.100 29.665.831.018 85,04
5.218.914.082
2.01 . 2.01.01 . 18 . 01
Penelitian dan pengembanan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
8.203.468.100 8.203.468.100 6.266.348.773 76,39
1.937.119.327 DAK Pertanian
2.01 . 2.01.01 . 18 . 02
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
2.582.861.000 2.582.861.000 1.562.291.642 60,49
1.020.569.358 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 18 . 03
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
1.235.144.000 1.235.144.000 618.919.023 50,11
616.224.977 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 18 . 09
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna (Peningkatan Manajemen Pengelolaan Air WISP II - LOAN)
242.772.000 242.772.000 224.622.000 92,52
18.150.000 WISMP
98
2.01 . 2.01.01 . 18 . 10
Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna (DAK)
22.620.500.000 22.620.500.000 20.993.649.580 92,81
1.626.850.420 APBN-P
2.01 . 2.01.01 . 19 Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
6.661.267.691 6.661.267.691 5.162.165.720 77,50
1.499.101.971
2.01 . 2.01.01 . 19 . 02
Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan
1.474.742.000 1.474.742.000 1.135.169.480 76,97
339.572.520 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 19 . 03
Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan
1.620.000.000 1.620.000.000 1.431.318.150 88,35
188.681.850 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 19 . 07
Peningkatan Kualitas dan Pasca Panen Tanaman Tembakau
1.316.525.691 1.316.525.691 1.161.040.015 88,19
155.485.676 DBHCHT
2.01 . 2.01.01 . 19 . 10
Penidngkatan Produksi Produk dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar (Jahe Merah) (Bantuan Gubernur)
750.000.000 750.000.000 0 0,00
750.000.000 BANGUB
2.01 . 2.01.01 . 19 . 11
Peningkatan Perbenihan Krisan, Kentang, Bawang Merah, Asparagus dan Jeruk (BANGUB)
1.000.000.000 1.000.000.000 977.173.875 97,72
22.826.125 BANGUB
99
2.01 . 2.01.01 . 19 . 12
Peningkatan Produksi tanaman Kopi dan teh (BANGUB)
500.000.000 500.000.000 457.464.200 91,49
42.535.800 BANGUB
2.02 . 2.01.01 . 20 Program perencanaan dan pengembangan hutan
103.492.031 103.492.031 55.519.000 53,65 47.973.031
2.02 . 2.01.01 . 20 . 02
Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat
103.492.031 103.492.031 55.519.000 53,65
47.973.031 APBD II
Total 56.180.292.675 56.180.292.675 48.037.174.373 85,51
8.143.118.302
100
Meningkatkan Kontribusi Ekonomi Kerakyatan terhadap Perekonomian Daerah
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Program Kegiatan Anggaran
2015 2015 Target Realisasi
1 Berkembangnya Usaha Jumlah Kelompok Kelompok 5 5
Peningkatan Produksi Pertanian/
Pengembangan Bibit Unggul
1.620.000.000
1.431.318.150
Agrobisnis Berbasis Usaha yang Bermitra Perkebunan Pertanian/Perkebunan
Ekonomi Lokal dan
Produktivitas Kuintal/Ha 64,56 64,73 Peningkatan Ketahanan Pangan
Pengembangan Intensifikasi
1.098.923.015
976.296.030
Komoditas Padi Pertanian/Perkebunan Tanaman Padi, Palawija
Produktivitas Kuintal/Ha 108,9 108,21 Peningkatan Ketahanan Pangan
Pengembangan Intensifikasi
1.098.923.015
976.296.030
Komoditas Palawija Pertanian/Perkebunan Tanaman Padi, Palawija
Prosentase Kehilangan/ Persen 10,18 10,02
Peningkatan Ketahanan Pangan
Penanganan Pasca Panen
490.000.000
441.385.500
Kerusakan Hasil Tanaman Pertanian/Perkebunan dan Pengolahan Hasil
Pangan Pertanian
101
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Program Kegiatan Anggaran
2015 2015 Target Realisasi
Jumlah Pencapaian Poin 2,3 2,43 Peningkatan Penerapan Teknologi
Pengadaan Sarana dan
2.582.861.000
1.562.291.642
Indeks Pertanaman Pertanian/Perkebunan Tepat Guna Prasarana Teknologi
(IP) Pertanian/Perkebunan
Tepat Guna
Jumlah Kelompok Tani Kelompok 40 40 Peningkatan Kesejahteraan Petani
Pelatihan Petani dan Pelaku 0 0
Yang Memiliki Registrasi Usaha
Kebun Hortikultura
2 Terselenggaranya Prosentase Luas Lahan Persen 54,94 79,10 Rehabilitasi Peningkatan Peran Serta
1.442.868.000
1.233.661.650
Konservasi Sumber Daya Kritis yang Ditanami Hutan dan Lahan Masyarakat dalam
Rehabilitasi Hutan & Lahan
Luas Hutan Rakyat/ Ha 5015 3.967 Perlindungan dan Konservasi Pencegahan dan
250.000.000
248.956.000
Agroforestry Sumber Daya Hutan Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan
100
Target realisasi keuangan tahun 2015 sesuai dengan SIMDA adalah sebesar
Rp. 56.180.292.675,- (Lima Puluh Enam milyar seratus delapan puluh juta dua ratus
sembilan puluh dua ribu enam ratus tujuh puluh lima rupiah), namun baru dapat
terealisasikan sebesar Rp. 48.037.174.373,- (Empat puluh delapan milyar tiga puluh
tujuh juta seratus tujuh puluh empat ribu tiga ratus tujuh puluh tiga rupiah) atau sebesar
85.51% dari target sampai dengan akhir tahun 2015, hal tersebut dikarenakan
penambahan total anggaran belanja dari APBN-P 2015 dan BANGUB Provinsi Jawa
Barat pada bulan Juli 2015. Hal tersebut harus menjadi fokus para pelaksana kegiatan
agar target 100% pada tahun 2015 dan sisa target dapat terselesaikan.
Kegiatan Peningkatan Produksi Produk dan Mutu Tanaman Rempah dan
Penyegar (Jahe Merah) dengan Anggaran berasal dari Dana Bantuan Gubernur
sebesar Rp. 750.000.000,- dibatalkan di Tahun 2015, dikarenakan terdapat kendala
teknis pelaksanaan di lapangan.
101
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
102
Tabel III.10Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2015
Realisasi Produksi Holtikultura di Kabupaten Bandung
S.d Desember
No Uraian Komoditi Realisasi
2011 Realisasi
2012 Realisasi
2013 Realisasi
2014 Realisasi 2015
Perkembangan Realisasi Th.2015
thdp Th.2014
1 2 4 5 6 7 9
1 Bawang Merah
Luas Tanam (ha) 2.827 3.116 2.911 3.086 2.377 53,18
Luas panen (ha) 1.799 3.265 2.915 3.027 3.254 96,70
Produksi (ton) 20.887 39.222 31.699 32.770 39.566 1.097,15
Produktivitas (kwt/ha) 116,1 120,13 108,74 108 121,59 113,46
2 Kentang
Luas Tanam (ha) 6.527 6.711 4.814 4.380 2.253 51,44
Luas panen (ha) 5.346 7.036 5.372 4.676 3.464 74,08
Produksi (ton) 110.793 131.007 108.832 93.968 705.986 751,30
Produktivitas (kwt/ha) 207,25 186,19 202,59 201 203,81 101,42
3 Kubis
Luas Tanam (ha) 5.394 5.266 4.004 4.457 1.941 43,55
Luas panen (ha) 4.592 5.242 4.331 4.683 2.790 59,58
Produksi (ton) 109.326 125.606 100.150 107.192 645.313 602.016,01
Produktivitas (kwt/ha) 238,08 239,61 231,24 229 231,29 101,05
4* Cabe
Luas Tanam (ha) 787 226 718 753 422 56,04
Luas panen (ha) 740 691 596 702 892 127,07
Produksi (ton) 20.682 20.376 17.598 17.579 208.047 1.183,50
Produktivitas (kwt/ha) 27,95 29,49 295,26 250 233,24 93,14
5* Tomat
Luas Tanam (ha) 1.295 1.174 1.189 1.125 842 74,84
Luas panen (ha) 1.339 1.097 1.215 1.105 1.376 124,52
Produksi (ton) 94.124 94.486 67.900 22.755 483.887 972,66
Produktivitas (kwt/ha) 702,95 861,31 229,15 206 351,66 78,11
6 Bawang Daun
Luas Tanam (ha) 3.147 3.549 1.189 4.117 2.418 58,73
Luas panen (ha) 2.969 3.512 1.215 4.112 2.632 64,01
Produksi (ton) 49.570 54.115 67.900 68.401 386.480 565.020,98
Produktivitas (kwt/ha) 166,96 154,086 229,15 166 146,84 88,28
7 Kembang Kol
Luas Tanam (ha) 466 512 575 592 278 46,96
Luas panen (ha) 418 511 602 573 293 51,13
Produksi (ton) 8.091 9.958 9.777 11.258 56.997 506,28
Produktivitas (kwt/ha) 193,56 194,88 162,40 196 194,53 99,01
8 Petsai/Sawi/Sosin
Luas Tanam (ha) 3.128 3.176 3.635 2.938 1.882 64,06
Luas panen (ha) 3.015 3.218 3.476 3.145 2.032 64,61
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
103
Produksi (ton) 61.396 67.581 71.079 66.486 436.750 656,91
Produktivitas (kwt/ha) 203,63 210,01 204,48 211 214,94 101,67
9 Wortel
Luas Tanam (ha) 2.131 1.745 2.212 1.914 1.056 55,17
Luas panen (ha) 2.006 1.796 2.003 1.924 1.214 63,10
Produksi (ton) 42.524 40.316 42.507 40.950 275.306 672,30
Produktivitas (kwt/ha) 211,99 224,48 212,22 213 226,78 106,55
10 Lobak
Luas Tanam (ha) 376 306 643 504 277 54,96
Luas panen (ha) 360 313 512 493 308 62,47
Produksi (ton) 8.027 7.228 10.977 10.798 69.404 642,75
Produktivitas (kwt/ha) 222,96 230,91 214,39 219 225,34 102,88
11 Kacang Merah
Luas Tanam (ha) 1.547 1.690 1.421 1.837 450 24,50
Luas panen (ha) 1.191 1.538 1.684 1.795 1.411 78,61
Produksi (ton) 10.835 9.833 16.150 18.663 141.037 755,70
Produktivitas (kwt/ha) 90,97 63,93 95,90 104 99,96 96,14
12* Kacang Panjang
Luas Tanam (ha) 179 119 116 142 47 33,10
Luas panen (ha) 139 156 145 127 135 106,30
Produksi (ton) 2.786 3.620 3.538 3.050 22.216 728,39
Produktivitas (kwt/ha) 117,59 232,03 243,97 240 164,56 68,53
13* Jamur
Luas Tanam (m2) 8.971 11.413 12.715 48.979 33.660 68,72
Luas panen (m2) 8.689 20.205 12.749 41.565 68.324 164,38
Produksi (ku) 15.643 29.530 232.460 44.113 395.664 896,93
Produktivitas (kg/m2) 18 14,62 18,23 11 5,79 54,58
14* Terung
Luas Tanam (ha) 173 160 176 214 60 28,04
Luas panen (ha) 143 186 157 202 168 83,17
Produksi (ton) 4.673 4.964 4.475 6.801 37.936 557,80
Produktivitas (kwt/ha) 135,05 266,89 285,04 337 225,81 67,07
15* Buncis
Luas Tanam (ha) 696 850 749 654 398 60,86
Luas panen (ha) 639 789 786 660 639 96,82
Produksi (ton) 14.857 18.279 18.230 8.390 126.841 765,39
Produktivitas (kwt/ha) 128,27 231,68 231,94 127 198,50 79,06
16* Ketimun
Luas Tanam (ha) 561 460 471 554 277 50,00
Luas panen (ha) 524 538 460 525 546 104,00
Produksi (ton) 24.388 18.164 17.340 12.919 170.980 898,05
Produktivitas (kwt/ha) 207,8 337,62 213,96 246 313,15 86,35
17* Labu Siam
Luas Tanam (ha) 55 87 73 37 5 13,51
Luas panen (ha) 62 69 78 42 753 1.792,86
Produksi (ton) 66.493 60.089 59.990 6.040 416.640 675,64
Produktivitas (kwt/ha) 10.724,68 8.708,49 830,59 1.438 553,31 3,77
18* Kangkung
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
104
Luas Tanam (ha) 266 260 457 408 231 56,62
Luas panen (ha) 242 255 473 384 313 81,51
Produksi (ton) 9.092 9.495 9.326 4.909 64.044 934,13
Produktivitas (kwt/ha) 135,91 372,37 126,50 128 204,61 114,61
19* Bayam
Luas Tanam (ha) 153 259 206 156 97 62,18
Luas panen (ha) 128 267 212 159 114 71,70
Produksi (ton) 1.250 2.953 2.124 1.542 14.090 856,53
Produktivitas (kwt/ha) 97,64 110,61 92,90 97 123,60 119,47
20* Seledri
Luas Tanam (ha) 1.560 1.516 1.692 1.902 1.130 59,41
Luas panen (ha) 1.596 1.441 1.565 1.842 1.137 61,73
Produksi (ton) 30.479 28.516 30.099 36.890 246.427 662,60
Produktivitas (kwt/ha) 190,97 197,89 191,82 200 216,73 101,87
21* Cabe Rawit
Luas Tanam (ha) 432 282 398 530 141 26,60
Luas panen (ha) 424 324 331 452 688 152,21
Produksi (ton) 11.943 8.150 8.142 3.214 104.055 841,66
Produktivitas (kwt/ha) 68,45 251,54 75,37 71 151,24 55,30
Jumlah Sayuran
Luas Tanam (ha) 40.671 42.877 43.170 30.428 49.506 162,69
Luas panen (ha) 36.361 52.449 43.523 30.773 92.156 299,47
Produksi (ton) 717.859 783.488 927.418 6.821.105 5.367.636 78,69
Produktivitas (kwt/ha) 19,74 14,94 213,09 2.217 58,25 2,63
22* Strowberry**)
Luas Tanam (ha) 172 148 94 214 105 49,07
Luas panen (ha) 188 141 91 108 869 804,63
Produksi (ton) 35.342 151.959 154.316 4.361 417.735 584,71
Produktivitas (kwt/ha) 179,93 10.777,21 1.918,16 404 480,71 7,27
* = Provitas nya adalah Produksi Total (Produksi habis panen + Produksi belum habis panen) dibagi dengan Total Panen habis/dibongkar
Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bandung 2015
Ket **) Termasuk dalam komoditas tanaman buah-buahan semusim
Keterangan: Data sampai dengan Bulan Desember 2015
KEGIATAN VEGETATIF PENANAMAN HUTAN RAKYAT
SUMBER DANA APBN (DAK KEHUTANAN) TAHUN 2015
No Kecamatan /
Desa Blok
Luas
(Ha)
Jenis Tanaman Nama
Kelompok
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
105
1 Cicalengka
Tanjung Wangi Sampalan
25 Kayu-kayuan, MPTS Giri Lestari
5 Bambu Hitam, Petung
Narawita Cikupa
25 Kayu-kayuan, MPTS Mekarsari I
Margaasih Cilopang
25 Kayu-kayuan, MPTS Sauyunan
Dampit Cibogo
5 Bambu Hitam, Petung Mekar Wangi
2 Cikancung
Mekarlaksana Bakom
25 Kayu-kayuan, MPTS Mekar Tani
Cilopang
25 Kayu-kayuan, MPTS Mutiara Bukit
3 Nagreg
Nagreg Sumurugul
15 Kayu-kayuan, MPTS Tunas Harapan
Kendan Kendan
15 Kayu-kayuan, MPTS Hutan Harapan
Gunung Batu
10 Bambu Hitam, Petung Citra Lestari
4 Paseh
Cipedes Jatinunggal
25 Kayu-kayuan, MPTS Jatinunggal
5 Cimenyan
Cikadut Pasirmalang
35 Kayu-kayuan, MPTS Motekar
Mandala Mekar Cibanteng
15 Kayu-kayuan, MPTS Mandala Mukti
6 Cilengkrang
Melatiwangi Pasir Malaka
25 Kayu-kayuan, MPTS Jati Makmur
No Kecamatan /
Desa Blok
Luas
(Ha)
Jenis Tanaman Nama
Kelompok
Pasir Jebug
25 Kayu-kayuan, MPTS Jati Lestari
Cilengkrang Cigupakan
15 Kayu-kayuan, MPTS Jaya Makmur
Cigupakan Kayu-kayuan, MPTS Giri Mukti II
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
106
10
Cap Singa
25 Kayu-kayuan, MPTS Kahuripan 2
Ciporeat Palalangon/
16 Bambu Hitam, Petung Sinar Mukti
Candi
Jumlah
366
KEGIATAN AGROFORESTRY
BANTUAN GUBERNUR TAHUN ANGGARAN 2015
No Kecamatan Desa
Nama
Kelompok Penanaman Luas (Ha)
Kayu MPTS Sela
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
107
1 Cicalengka Nagrog Giri Mukti
Albizia
1000 Btg
Alpukat
100 Btg
Kapol
2.500
Btg
10
Gmelina
2.125 Btg
Cengkeh
300 Btg
Jahe
150 Kg
Cabe 50
Pak
2 Kertasari Cikembang Bina Tani
Eucaliptus
2.500 Btg
Sirsak
200 Btg
Kapol
2.500
Btg
10
Kaliandra
625 Btg
Jeruk
200 Btg
Jahe
150 Kg
Cabe 25
Pak
3 Cilengkrang Melatiwangi
Mekar
Harapan
Eucaliptus
2.000 Btg
Sirsak
100 Btg
Kapol
2.500
Btg
10
Gmelina
1.000 Btg
Cengkeh
300 Btg
Jahe
200 Kg
Cabe 50
Pak
4 Cimenyan Ciburial Babusalam
Eucaliptus
640 Btg
Alpukat
150 Btg
Jahe
500 Kg 10
Suren 930
Btg
Mangga
50 Btg
Kaliandra
625 Btg
Petai 50
Btg
Sobsi 930
Btg
Cengkeh
100 Btg
Durian
50 Btg
Batu Garok
Eucaliptus
930 Btg
Alpukat
150 Btg
Jahe
500 Kg 10
Suren 640
Btg
Mangga
50 Btg
No Kecamatan Desa Nama
Kelompok Penanaman
Luas
(Ha) No Kecamatan
Kaliandra
625 Btg
Petai 50
Btg
Sobsi 930
Btg
Cengkeh
100 Btg
Durian
50 Btg
Jumlah 50
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
108
KEGIATAN PLKSDA DAS CITARUM
TAHUN ANGGARAN 2015
No
Kecamatan /
Desa Nama Bibit Tanaman Pupuk Peralatan
Luas
Kelompok Sela Penunjang
(Ha)
A Pelaksanaan
1 Banjaran
Neglasari Cikahuripan
Jeruk 280
Btg
Jahe 1600
Kg
Organik
5.600
Kg Bak Air 1 Buah
2
An Pompa Air 1 Buah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
109
Organik
210 Kg
Pestisida
2 Ltr
Papan Nama 1
Buah
Alat 1 Buah
2 Cikancung
Mandalasari Mandala VII
Durian
200 Btg
Cabe kr
20 Bks
Organik
4.000
Kg Bak Air 1 Buah
2
An
Organik
200 Kg Pompa Air 1 Buah
Pestisida
2 Ltr
Papan Nama 1
Buah
Alat 1 Buah
Mekarlaksana
Laksana
Hurip
Alpukat
300 Btg
Cabe M
20 Bks
Organik
6.000
Kg Bak Air 1 Buah
2
An
Organik
200 Kg Pompa Air 1 Buah
Pestisida
2 Ltr
Papan Nama 1
Buah
Alat 1 Buah
B Pemeliharaan
1 Banjaran
Neglasari Cikahuripan
Jagung 30
Kg
Organik
3.360
Kg
3
No Kecamatan /
Desa Nama Bibit Tanaman Pupuk Peralatan
Luas
An
Organik
600 Kg
Pestisida
2 Ltr
NPK 13
Kg
2 Soreang
Sukajadi
Mekar
Tunggal
Jagung 30
Kg
An
Organik
400 Kg
3
Urea
360 Kg
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
110
KCL
5Kg
SP36 7
Kg
3 Cikancung
3
Mandalasari
Mandala
Sari
Jagung 15
Kg
Organik
4.800
Kg
An
Organik
200 Kg
NPK 8
Kg
Mekarlaksana
Laksana
Hurip
Jagung 30
Kg
Organik
7.200
Kg
3
An
Organik
400 Kg
Urea
1.260
Kg
KCL
504 Kg
SP36
1.170
Kg
No Kecamatan /
Desa Nama Bibit Tanaman Pupuk Peralatan
Luas
Cihanyir
Karya
Mandiri
Cabe kr
10 Bks
Organik
9.520
Kg
3
An
Organik
200 Kg
Urea 44
Kg
KCL 14
Kg
SP36 28
Kg
Jumlah
21
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
111
Data Calon Lokasi Program Quick Wins
Penanganan DAS Citarum Hulu Wilayah Kabupaten Bandung Tahun 2015
Subdas Kecamatan Desa Kelompok Lokasi
Area
Fix (Ha)
Cirasea Ciparay Babakan Sejahtera Pasir Kakapa, Pasir Benta 25,00
Cirasea Ciparay Babakan Salayu Pasir Tulang, Loji, Narengtong 25,00
Cirasea Ciparay Bumiwangi Pasir Genteng
Batu Belah, Gunung Tumpeng,
Bukit Culah 25,00
Cirasea Ciparay Bumiwangi Giri Mekar Calengka 25,00
Cirasea Ciparay Ciheulang Giri Laya Palawija 25,00
Cirasea Ciparay Ciheulang Giri Makmur Gn. Nini, Pasir Dulang 25,00
Cirasea Ciparay Mekarlaksana Barokah Citamiang, Ciangin Puyuh, 25,00
Cirasea Ciparay Mekarlaksana Tani Mukti Cihonje 25,00
Cirasea Ciparay Mekarlaksana
Harapan
Sejahtera Paninjauan 25,00
Cirasea Ciparay Pakutandang Bukit Culah Tanah Carik 25,00
Cirasea Ibun Dukuh Paripurna 2 Cicangkrang 20,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
112
Cirasea Ibun Dukuh Paripurna 3 Puncak eurih 15,00
Cirasea Ibun Ibun Benteng Benteng Sindiung 25,00
Cirasea Ibun Ibun Tani Mukti Pasir Kamasan, batu malan 25,00
Cirasea Ibun Mekarwangi Sindang Mukti Pasir Pogor 1 25,00
Cirasea Ibun Mekarwangi Sinar Mukti Pasir Pogor 2 25,00
Cirasea Ibun Neglasari Pasir Galing Pasir Jati Sawit 15,00
Cirasea Ibun Neglasari Pasir godog Pasir godog 25,00
Cirasea Ibun Neglasari Suka Tanam Suka Tanam 25,00
Cirasea Ibun Sudi Cigumelor
Pasir Pogor Sudi, Dayeh
Luhur/Cigumelor 15,00
Cirasea Kertasari Cibeureum Alam Lestari Ancol 25,00
Cirasea Kertasari Cibeureum Citarum Mandiri Lebak Sari 20,00
Cirasea Kertasari Cihawuk Giri Mekar Cihawuk 25,00
Cirasea Kertasari Cihawuk Akar Lestari Ciakar 25,00
Cirasea Kertasari Cihawuk Pasir Angin Pasir Angin 25,00
Cirasea Kertasari Resmitinggal Cinta Alam 1 Lamping Cihejo 25,00
Cirasea Pacet Cikawao Tanah Carik 1 Tanah carik 1 20,00
Cirasea Pacet Cikawao Carik 2 Carik 2 20,00
Cirasea Pacet Cikawao Cikopo-Cipiring Cikopo 25,00
Cirasea Pacet Cikawao Al Falah Lebak Dulah, Calincing, Bojong 25,00
Cirasea Pacet Cinangela Bina Hijau
Kancah Nangkup, Pasir Oneng,
Jajawai 25,00
Cirasea Pacet Cinangela
Cihideng
Bongkahan Kampung Lestari 15,00
Cirasea Pacet Mandalahaji Tani Harapan 1 Pasir Dongkol 25,00
Cirasea Pacet Mandalahaji Tani Harapan 3 Lebak Kampeng 25,00
Cirasea Pacet Mandalahaji Tani Harapan 4 Bunter 25,00
Cirasea Pacet Mandalahaji Tani Harapan 6 Pasir Lenggeut 25,00
Cirasea Pacet Mandalahaji Tani Harapan 5 Pupunakan 25,00
Cirasea Pacet Mandalahaji Carik Lestari Carik 25,00
Cirasea Pacet Mandalahaji Tani Harapan 2 Malahaji 25,00
Cirasea Pacet Mekarjaya Mitra Tani Cipatat 20,00
Cirasea Pacet Mekarjaya Mekar Rahayu Carik Desa / Sampalan 20,00
Cirasea Pacet Mekarjaya Sinar Harapan Caralang 20,00
Cirasea Pacet Mekarjaya Binangkit Cililitan / Haur Sadapur/Lamping 20,00
Cirasea Pacet Mekarsari Silih Asih Madur, Nunuk Wetan 15,00
Cirasea Pacet Mekarsari Baros Mekar Pasir luhur, bubu, babedahan, 20,00
Cirasea Pacet Mekarsari Jembar 4 Pondok Domang 10,00
Cirasea Pacet Mekarsari Jembar 2 Pasir Dana 10,00
Cirasea Pacet Mekarsari Jembar 3 Batu Datar / Haur Sadapur 20,00
Cirasea Pacet Mekarsari Jembar 1 Pasar Dana / Alang-alang 25,00
Cirasea Pacet Nagrak Sari Bumi Gunung Putra 25,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
113
Cirasea Pacet Nagrak Raksa Jagat Manja Beureum 25,00
Cirasea Pacet Nagrak Hejo Lembur Cingaceur 25,00
Cirasea Pacet Sukarame Warga Mukti Cibinong, 25,00
Cirasea Pacet Sukarame Karya Bakti Pasir Rumbia 15,00
Cirasea Pacet Sukarame Mekar Harapan Pasir Datar 25,00
Cirasea Pacet Sukarame Rumbia Pasir Rumbia 20,00
Cirasea Paseh Drawati Ciaremas Kulon 25,00
Cirasea Paseh Drawati Jugul Cipeueut 25,00
Cirasea Paseh Drawati Walahir Batunyusun 25,00
Cirasea Paseh Loa Cidadap Pasir Abig 25,00
Cirasea Paseh Loa Cimenteng Curug Eti 25,00
Cirasea Paseh Loa Sempak Cek Dam Kramat 25,00
Cirasea Paseh Loa Nagara Sari Berecek 20,00
Cirasea Paseh Loa Langkob Pasir Pogor 25,00
Cirasea Pacet Loa Loa Asri Pasir Ningsah, Lengo 20,00
Ciwidey Kutawaringin Buninegara Sugimukti 2 Pasir Caringin 20,00
Ciwidey Kutawaringin Kutawaringin Cimarame II Randu Kurung/Ciherang 15,00
Ciwidey Kutawaringin Padasuka Padahurip 5 Citegel 15,00
Ciwidey Kutawaringin Sukamulya Gunung Geulis Gunung Geulis 20,00
Ciwidey Kutawaringin Sukamulya Saluyu Cigemblung 15,00
Ciwidey Ciwidey Nengkelan
Bumi Sari
Mandiri Pasir Luhur 25,00
Ciwidey Ciwidey Sukawening Mekar Rahayu 1 Pasir Mala 25,00
Ciwidey Ciwidey Lebakmuncang Cilember Cilember 25,00
Ciwidey Ciwidey Lebakmuncang Caringin Asih Pasir Guyur / Tugu 25,00
Ciwidey Ciwidey Nengkelan Buna Nusa Kinangki 2 25,00
Ciwidey Ciwidey Rawabogo Gunung Padang Citisu 25,00
Ciwidey Ciwidey Nengkelan Tani Mukti Kinangki 1 25,00
Ciwidey Pasir Jambu Cibodas Sangkan Urip Cibodas 15,00
Ciwidey Pasir Jambu Cibodas Sangkan Urip Cibodas 10,00
Ciwidey Pasir Jambu Margamulya Mulya Marga Mulya 25,00
Ciwidey Pasir Jambu Tenjolaya Tenjolaya Pasir Ipis 7,00
Ciwidey Pasir Jambu Cisondari Sandagori Cisondari 7,50
Ciwidey Pasir Jambu Cisondari Sandagori Kubang Salahani Ciaul 17,50
Ciwidey Pasir Jambu Cikoneng Sunda Mandiri 1 Pasir Malang 25,00
Ciwidey Pasir Jambu Tenjolaya Tenjolaya Celak 18,00
Ciwidey Pasir Jambu Cukanggenteng Cihaji 1 Cukang Ganteng 1 25,00
Ciwidey Soreang Sukanagara Harapan Maju Cigorogol 20,00
Ciwidey Soreang Sukajadi
Sugih Mukti
Sauyunan Badak mulya 7,00
Ciwidey Soreang Sukajadi
Sugih Mukti
Sauyunan Cimonce 18,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
114
Ciwidey Soreang Sadu Sauyunan Gunung Sadu 5,00
Ciwidey Soreang Sadu Sauyunan Gunung Sadu 10,00
Ciwidey Soreang Panyirapan Karya Mandiri Haminte 10,00
Ciwidey Soreang Panyirapan Karya Mandiri Haminte 1,00
Ciwidey Soreang Panyirapan Karya Mandiri Pasirpeundeuy 4,00
Ciwidey Kutawaringin Jatisari Neglasari Mukti Gunung Gadung 15,00
Ciwidey Kutawaringin Jatisari Mekar Sari Pasirhiris 15,00
Ciwidey Soreang Sukajadi
Mandala
Sauyunan Kiara payung 25,00
Ciwidey Soreang Karamatmulya Karamat Tani Legok Kaso 15,00
Ciwidey Pasir Jambu Cukanggenteng Cihaji 2 Cukang Genteng 2 25,00
Ciwidey Pasir Jambu Sugihmukti Sugih Mukti 1 Tugu 25,00
Ciwidey Pasir Jambu Sugihmukti Sugih Mukti 3 Baru Acih 25,00
Ciwidey Ciwidey Rawabogo Pasir Luhur Pasir Luhur 25,00
Ciwidey Ciwidey Sukawening Mekar Rahayu 2 Pasir Tulang 25,00
Ciwidey Soreang Sukanagara Giri Mukti Gunung Bubut 25,00
Ciwidey Kutawaringin Cilame Puspa Tani Pasir Pamidangan 17,00
Ciwidey Kutawaringin Cilame Puspa Tani Pasir pamidangan 8,00
Ciwidey Kutawaringin Buninegara Sugih Mukti Pasir pogor 25,00
Ciwidey Kutawaringin Cibodas Lestari Cipeundeuy 15,00
Ciwidey Kutawaringin Kutawaringin Tunas Mekar Sinday 10,00
Cisangkuy Baleendah Jelekong Giri Harja 2 Blok Batu Gajah 25,00
Cisangkuy Baleendah Wargamekar
Bakti Mekar
Jaya Tangkeban 25,00
Cisangkuy Baleendah Wargamekar Mekar Luyu Curug 25,00
Cisangkuy Banjaran Mekarjaya Mekar Laksana Pasir Salam 25,00
Cisangkuy Banjaran Banjaranwetan Mitra Tani Kibanen 25,00
Cisangkuy Cangkuang Bandasari Tani Mulya 2 Leweung datar 25,00
Cisangkuy Cangkuang Bandasari Tani Mulya 3 Gunung Salam/Gugunungan 25,00
Cisangkuy Cangkuang Pananjung Hegar Manah Puncak jaya 25,00
Cisangkuy Cangkuang Pananjung Sugih Mukti sembah tuan, Puncak jaya 25,00
Cisangkuy Cangkuang Nagrak Pusaka Lestari Sudimampir 14,00
Cisangkuy Cangkuang Nagrak Pusaka Lestari Ciawinangkod 6,00
Cisangkuy Cangkuang Jatisari Giri Mukti Batu korsi 25,00
Cisangkuy Arjasari Arjasari Laksana Mekar Ciwaru 25,00
Cisangkuy Arjasari Arjasari Sari Mukti Pasir Jampana 9,00
Cisangkuy Arjasari Arjasari Sari Mukti Cibintinu 11,00
Cisangkuy Arjasari Arjasari Sari Mukti Ciwaru 5,00
Cisangkuy Arjasari Arjasari Sawit Kompleks UNPAD Arjasari 25,00
Cisangkuy Arjasari Arjasari Guru Minda Pasir Salam 25,00
Cisangkuy Arjasari Pinggirsari Sukamaju
Pasir Laja/Gn.
Pipisan/Gn.Genteng 25,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
115
Cisangkuy Arjasari Pinggirsari Sauyunan Puncak besar 25,00
Cisangkuy Arjasari Pinggirsari Gentong Pipisan Gentong Kulon 10,00
Cisangkuy Arjasari Pinggirsari Wana Jaya Cikareo 15,00
Cisangkuy Arjasari Patrolsari Sumber Rejeki I Pasir Luhur 20,00
Cisangkuy Arjasari Patrolsari Sumber Rejeki 3 Gunung Pemuda 25,00
Cisangkuy Arjasari Ancolmekar Tani Mukti Cibima Barat 25,00
Cisangkuy Arjasari Ancolmekar Cempaka Cibima Timur 25,00
Cisangkuy Arjasari Baros Sinapeul Sinapeul 25,00
Cisangkuy Arjasari Mekarjaya Mekar Rahayu Pasir Astana 15,00
Cisangkuy Arjasari Mekarjaya Giri Asih Jaya Jugul 7,50
Cisangkuy Arjasari Mekarjaya Giri Asih Jaya Pasir Bentang 7,50
Cisangkuy Arjasari Lebakwangi Giri Mukti Galumpit 12,00
Cisangkuy Arjasari Lebakwangi Giri Mukti Pasir Wilis 9,00
Cisangkuy Arjasari Lebakwangi Giri Mukti Pasir Dempak 4,00
Cisangkuy Arjasari Wargaluyu Saluyu Pasir Lutung Jaringao 25,00
Cisangkuy Arjasari Wargaluyu Giri Raharja Sinapeul 25,00
Cisangkuy Cimaung Sukamaju Mekar Mukti 2 Ciburuy/Pasirnangka 20,00
Cisangkuy Cimaung Sukamaju Mustika Cinangsi 25,00
Cisangkuy Cimaung Sukamaju Karya Mekar Pasir Tengah 20,00
Cisangkuy Cimaung Sukamaju Mitra Pasunadan Ciloa 25,00
Cisangkuy Cimaung Malasari Mekar Indah Kurung Puyuh 25,00
Cisangkuy Cimaung Malasari Giri Mukti Patapaan 25,00
Cisangkuy Cimaung Malasari
Giri Kujang
Rahayu Ciseke 25,00
Cisangkuy Cimaung Malasari Kopengsari Kopeng/Datar 25,00
Cisangkuy Cimaung Malasari Wargi Saluyu Pasir Ganyen 25,00
Cisangkuy Cimaung Malasari Subur Mukti Pasir Kujang 25,00
Cisangkuy Cimaung Mekarsari Margaasih Cideungkleuk 25,00
Cisangkuy Cimaung Mekarsari Bina Lestari Gadapraya/Pasir Haleuang 25,00
Cisangkuy Cimaung Jagabaya Sukaraja Sukahaji / Dano 15,00
Cisangkuy Cimaung Warjabakti Giri Waluya Parabon Sakiman 25,00
Cisangkuy Cimaung Warjabakti Bakti Mulya Pasir Kuda 16,00
Cisangkuy Cimaung Warjabakti Bakti Mulya Cipatra 9,00
Cisangkuy Pangalengan Pulosari Sarinah Kiara Sanding 6,00
Cisangkuy Pangalengan Pulosari Sarinah Kiara Sinarwangi 6,00
Cisangkuy Pangalengan Pulosari Sarinah Taraju 13,00
Cisangkuy Pangalengan Margamukti Tani Unggul Cikole 20,00
Cisangkuy Pangalengan Margamukti Tani Unggul Sukamenak 5,00
Cisangkuy Pangalengan Margamukti Barokah Tani Cimaung 15,00
Cisangkuy Pangalengan Pangalengan Mandiri Pahlawan/Jublegan 25,00
Cisangkuy Pangalengan Tribaktimulya Mekar Tani Mekarsari 25,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
116
Cisangkuy Pangalengan Margaluyu Samukti Puncak Raya 12,50
Cisangkuy Pangalengan Margaluyu Samukti Barumukti 12,50
Cisangkuy Pangalengan Margaluyu Riksa Tani Baru Bungsu 10,00
Cisangkuy Pangalengan Lamajang Tani Mandiri Cibarecek 25,00
Cisangkuy Pangalengan Lamajang Mitra Pasundan Cinangka 25,00
Cisangkuy Pangalengan Margamulya Mulya Jaya Narogtog 7,00
Cisangkuy Pangalengan Margamulya Mulya Jaya Munjul 18,00
Jumlah 3.500
PROGRAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN BERBASIS KONSERVASI
DITJEN BPDASPS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
No
Kecamatan /
Desa
Luas
(Ha) Penanaman
Nama
Kelompok
Kayu MPTS Sela
1 Cicalengka
Tenjolaya 5 Gmelina 2.000 btg Alpukat Jagung Giri Mukti
Albizia 2.000 btg Mangga Cabe Rawit
Petai Ubi Jalar
(200
btg)
2 Cilengkrang
Ciporeat 5 Gmelina 2.100 btg Cabe Kahuripan
Mahoni 2.100 btg
3 Cikancung
Mekarlaksana 5 Gmelina 4.200 btg Cabe Muhara Bukit
Durian Alpukat
150 Btg
Cihanyir 5 Gmelina 4.000 btg Jagung Tani Makmur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
117
4 Cileunyi
Cimekar 5 Albizia 2.000 btg Jagung Pilar Hijau
Manglid 500 btg Cabe Rawit
Mahoni 1.000 btg
Suren 500 btg
5 Nagreg
Ganjarsabar 5 Gmelina 4.000 btg Sangkanhurip
Jumlah 30
Tabel. Luas Hutan dan Lahan Kritis yang diRehabilitasi
No Luas Hutan Dan Lahan
Kritis Yang Direhabilitasi
2011 2012 2013 2014 2015
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 Arjasari 446,89 212,36 276,14 40
400
2 Baleendah 198,56 75 82,39 2
75
3 Banjaran 0 205 42,95 112
55
4 Bojongsoang 77,27 0 0 0 0
5 Cangkuang 422,5 172,95 76,36 0
145
6 Cicalengka 203,41 248,18 445,68 295
100
7 Cikancung 305,19 252 308,41 77
73
8 Cilengkrang 169,32 52,5 239,32 43
131
9 Cileunyi 484,3 25 115,45 43
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
118
10 Cimaung 207,73 215 164,77 46
355
11 Cimenyan 297,05 0 21,59 1
70
12 Ciparay 256,82 30 126,55 0
250
13 Ciwidey 356,82 52,5 47,5 2
225
14 Dayeuhkolot 11,81 0 0 0 0
15 Ibun 2,27 302 237,05 45
215
16 Katapang 38,35 0 0 0 0
17 Kertasari 212,5 75,45 154,77 56
155
18 Kutawaringin 108,64 300 10,91 1
190
19 Majalaya 2,27 0 0,91 1 0
20 Margaasih 0 0 115,45 0 0
21 Margahayu 0 0 0 4 0
22 Nagreg 97,15 298,5 173,86 43
45
23 Pacet 716,77 250 312,05 61
665
24 Pameungpeuk 0 25 1,27 5 0
25 Pangalengan 306,82 230 413,41 430
225
26 Paseh 160,23 200 250,68 140
220
27 Pasirjambu 547,25 150 223,86 5
225
28 Rancabali 230 0 96,59 44 0
29 Rancaekek 0 0 0 1 0
30 Solokanjeruk 0 0 1,14 4 0
31 Soreang 200,91 55 171,14 93
143
32 Tersebar di Kab. Bandung
147,73 2.670,23 1.209,59 0 0
Jumlah 6.208,56 6.096,67 5.319,79 1.594
3.967
Sumber: Bidang Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bandung
2015
Keterangan: Data sampai dengan Bulan Desember 2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 BAB III PENCAPAIAN KINERJA
119
Page 101
BAB IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Dari hasil Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2015 dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Realisasi Belanja Tidak Langsung mencapai 83,37% atau Rp 5.557.844.338,-
(Lima milyar lima ratus lima puluh tujuh juta delapan ratus empat puluh
empat ribu tiga ratus tiga puluh delapan rupiah)
2. Realisasi belanja Langsung Rutin mencapai 93,0% atau Rp 1.170.612.455,-
(Satu milyar seratus tujuh puluh juta enam ratus dua belas ribu empat
ratus lima puluh lima rupiah)
3. Realisasi belanja Langsung Program/Pilihan mencapai 85,3% atau Rp
46.866.561.918,- (Empat puluh enam milyar delapan ratus enam puluh
enam juta lima ratus enam puluh satu ribu sembilan ratus delapan belas
rupiah)
4. Realisasi produksi tanaman pangan pokok Jagung dan Ubi Kayu belum
melampaui sasaran tahun 2015, namun hal ini bisa di dongkrak naik pada
tahun berikutnya
5. Sebagian besar produksi Sayuran telah mencapai lebih dari 70% produksi
akhir tahun 2015 dengan penambahan alat mesin pertanian yang berguna
untuk mendongkrak supply air.
6. Produksi komoditas perkebunan dapat dilihat progresnya pada akhir semester
kedua, yaitu pada statistik perkebunan yang disusun berdasarkan periode
semesteran
7. Secara menyeluruh sub kegiatan progres realisasi fisiknya sudah mencapai
100% dengan prosentase keuangan mencapai 85,51 %.
Page 102
IV.2. Saran
Dari pembahasan yang dilakukan di atas serta permasalahan yang
menghambat laju realisasi, diharapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pada akhir tahun dapat dilakukan percepatan pada semua kegiatan sehingga
pelaksanaan kegiatan dapat sesuai dengan yang ditargetkan.
2. Pada sektor kehutanan yang selama ini aktifitas penanaman dapat dilakukan
pada akhir tahun setelah hujan stabil, maka dapat direncanakan kegiatan yang
terkait dengan pengembangan SDM maupun peningkatan peran serta
masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan dengan porsi waktu yang lebih
merata.
3. Pada akhir tahun harus dapat didongkrak produksi tanaman pangan (padi,
Jagung dan ubi Kayu) lebih besar dari sasaran sebelumnya.
4. Keterbatasan sarana dan prasarana serta kemampuan sumberdaya manusia
masih menjadi kendala yang tidak dapat dihindari pada pelaksanaan di semua
kegiatan.
No Sasaran Indikator Kinerja Target
1 2 3 4
- Jumlah Kelompok Usaha Yang Bermitra
(Kelompok)
5
- Produktifitas Komoditas Padi (Kwt/Ha) 64,56
- Produktifitas Palawija (Kwt/Ha) 108,88
- Prosentase Kehilangan/Kerusakan Hasil
Tanaman Pangan (%)10,18
- Jumlah Pencapaian Indeks Pertanaman (IP)
2,3
- Jumlah Kelompok Tani Yang Memiliki
Registrasi Kebun Hortikultura (Kelompok)
40
2 Terselenggaranya Konservasi Sumber
Daya Alam -
Prosentasae Luas Lahan Kritis yang
Tertanami (Ha)
54,94
- Luas Hutan Rakyat (Ha) 5.015
Program Anggaran (Rp)
1 Program Pelayanan Administrasi
Perkantoran
692.106.800
2 Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
229.629.200
3 Program Peningkatan Disiplin Aparatur 27.200.000
4 Program Peningkatan Pengembangan
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
53.775.000
5 Program Pemanfaatan Potensi Sumber
Daya Hutan
120.000.000
6 Program Peningkatan Ketahanan Pangan
(Pertanian/Perkebunan)
4.399.173.015
7 Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 4.637.067.897
8 Program Perlindungan dan Konservasi
Sumber Daya Hutan
250.000.000
9 Program Peningkatan Pemasaran Hasil
Produksi Pertanian/Perkebunan
1.184.940.000
10 Program Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan
11.287.085.100
11 Program Peningkatan Produksi
Pertanian/Perkebunan
3.716.292.691
12 Program Perencanaan dan
Pengembangan Hutan
100.000.000
26.697.269.703
Soreang, Januari 2015
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015
DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN BANDUNG
1 Berkembangnya Usaha Agribisnis Berbasis
Ekonomi Lokal dan Mampu Berdaya Saing
BUPATI BANDUNG KEPALA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN
KEHUTANAN
H. DADANG M. NASER, SH., S.IP., M.Ipol Ir. H. A TISNA UMARAN, MP
19640923 199203 1 005
715
2335 3050
4745 7795
791 8586
5051 13637
Tujuan 6 : Meningkatkan Kontribusi Ekonomi Kerakyatan Terhadap Perekonomian
Daerah
Jumlah pelaku
UMKMorang Diskoperindag
Nilai Investasi Rp. Milyar BPMP
Jumlah
sertifikasi
produk Industri
Rumah Tangga
(PIRT) dan
sertifikasi halal
produk Diskoperindag
Jumlah Koperasi
(Aktif)unit Diskoperindag
Jumlah Pasar
tradisional yang
sudah ditata
unit Diskoperindag
Nilai Ekspor Rp Diskoperindag
Prosentase
kasus yang
diselesaikan
dengan
perjanjian
bersama (PB)
persen Disnaker
Prosentase
tenaga kerja
yang
mendapatkan
pelatihan
berbasis
kewirausahaan
persen Disnaker
Prosentase
pencari kerja
terdaftar yang di
tempatkan
persen Disnaker
Prosentase
tenaga kerja
yang
mendapatkan
pelatihan
berbasis
masyarakat
persen Disnaker
Persentase
peningkatan
produksi ikan
konsumsi
persen Disnakan
Jumlah
kelompok usaha
yang bermitra
kelompok
Penjumlahan
secara
Akumulasi
Distanbunhut
Produktivitas
komoditas padi
kuintal /
ha
(Jumlah
Produksi)
dibagi (Luas
Panen)
Distanbunhut
Produktivitas
komoditas
palawija
kuintal /
ha
(Jumlah
Produksi)
dibagi (Luas
Panen)
Distanbunhut
Jumlah peternak
pembudidaya
(Klp)
kelompok Disnakan
Prosentase
kehilangan/keru
sakan hasil
tanaman pangan
persenG1 : (G1+G2) x
100%Distanbunhut
Meningkatnya pelaku
KUMKM dan pelaku
usaha modal besar
Berkembangnya usaha
agrobisnis berbasis
ekonomi lokal dan
mampu berdaya saing
1
2
3
Meningkatnya kualitas
tenaga kerja yang berdaya
saing.
Meningkatkan
Kontribusi
Ekonomi
Kerakyatan
Terhadap
Perekonomian
SKPDNo Sasaran Indikator Kinerja Satuan Alat UkurTujuan
Tujuan 6 : Meningkatkan Kontribusi Ekonomi Kerakyatan Terhadap Perekonomian
Daerah
SKPDNo Sasaran Indikator Kinerja Satuan Alat UkurTujuan
Jumlah
pencapaian
indeks
pertanaman (IP)
poin
(Jumlah Luas
Tanam) dibagi
(Luas Lahan)
Distanbunhut
Jumlah
Kelompok tani
yang memiliki
registrasi kebun
hortikultura
kelompok
Penjumlahan
secara
Akumulasi
Distanbunhut
Jumlah
kunjungan
wisata
orang Dispopar
Jumlah daya
tarik wisata lokasi Dispopar
Jumlah mitra
kerja pariwisataorang Dispopar
Berkembangnya usaha
agrobisnis berbasis
ekonomi lokal dan
mampu berdaya saing
Mengembangkan kawasan
wisata terpadu dalam
tatanan integrasi ekonomi
lokal
3
4
Meningkatkan
Kontribusi
Ekonomi
Kerakyatan
Terhadap
Perekonomian
G1 = Berat gabah yang rontok pada tumpukan padi, (kg) G2 = Gabah hasil perontokan dari setiap tumpukan padi, (kg)
G2 = Gabah hasil perontokan dari setiap tumpukan padi, (kg)
Tujuan 6 : Meningkatkan Kontribusi Ekonomi Kerakyatan terhadap Perekonomian Daerah
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Capaian Target Target Realisasi Kinerja
2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2015 (%) RPJM Nasional Sampai Tahun 2015 (%) SKPD
3 Berkembangnya Usaha Jumlah Kelompok Kelompok 0 1 2 3 5 0 1 2 3 5 100 23 _ 100 Distanbunhut
Agrobisnis Berbasis Usaha yang Bermitra
Ekonomi Lokal dan
Mampu Berdaya Saing
Produktivitas Kuintal/Ha 61,2 63,66 63,75 64,14 64,56 61,2 63,66 64,33 62,87 64,73 100,26 64,6 _ 99,84 Distanbunhut
Komoditas Padi
Produktivitas Kuintal/Ha 107,54 108,18 108,22 108,67 108,88 107,54 108,18 102,16 99,88 108,21 99,38 108,88 _ 97,13 Distanbunhut
Komoditas Palawija
Prosentase Kehilangan/ Persen 11,52 10,75 10,47 10,07 10,18 11,52 10,75 10,47 10,07 10,02 98,43 10,57 _ 99,70 Distanbunhut
Kerusakan Hasil Tanaman
Pangan
Jumlah Pencapaian Poin 1,98 2,01 2,1 2,29 2,3 1,98 2,01 2,27 2,28 2,43 105,65 2,3 _ 102,72 Distanbunhut
Indeks Pertanaman
(IP)
Jumlah Kelompok Tani Kelompok 5 9 20 30 40 5 9 45 63 40 100 40 _ 155,77 Distanbunhut
Yang Memiliki Registrasi
Kebun Hortikultura
7 Terselenggaranya Prosentase Luas Lahan Persen 10,28 32,86 40,22 47,58 54,94 10,28 32,86 63,72 66,37 79,10 143,98 54,94 _ 135,75 Distanbunhut
Konservasi Sumber Daya Kritis yang Ditanami
Luas Hutan Rakyat/ Ha 715 2.335 4.745 791 5.015 715 2.335 4.629 6.251 3.967 79,10 12.925 _ 131,59 Distanbunhut
Agroforestry
Soreang, Maret 2016
KEPALA DINAS
PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN BANDUNG
Ir. H. A. TISNA UMARAN, MP
Pembina Utama Muda
NIP. 19640923 199203 1 005
Target Realisasi
DATA PENGUKURAN PERJANJIAN KINERJA
PADA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015
Tujuan 6 Meningkatkan Kontribusi Ekonomi Kerakyatan terhadap Perekonomian Daerah
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Program Kegiatan
2015 2015 Target Realisasi SKPD
3 Berkembangnya Usaha Jumlah Kelompok Kelompok 5 5 Peningkatan Produksi Pertanian/ Pengembangan Bibit Unggul 1.620.000 1.431.318.150 Distanbunhut
Agrobisnis Berbasis Usaha yang Bermitra Perkebunan Pertanian/Perkebunan
Ekonomi Lokal dan
Mampu Berdaya Saing
Produktivitas Kuintal/Ha 64,56 64,73 Peningkatan Ketahanan Pangan Pengembangan Intensifikasi 1.098.923.015 976.296.030 Distanbunhut
Komoditas Padi Pertanian/Perkebunan Tanaman Padi, Palawija
Produktivitas Kuintal/Ha 108,88 108,21 Peningkatan Ketahanan Pangan Pengembangan Intensifikasi 1.098.923.015 976.296.030 Distanbunhut
Komoditas Palawija Pertanian/Perkebunan Tanaman Padi, Palawija
Prosentase Kehilangan/ Persen 10,18 10,02 Peningkatan Ketahanan Pangan Penanganan Pasca Panen 490.000.000 441.385.500 Distanbunhut
Kerusakan Hasil Tanaman Pertanian/Perkebunan dan Pengolahan Hasil
Pangan Pertanian
Jumlah Pencapaian Poin 2,3 2,43 Peningkatan Penerapan Teknologi Pengadaan Sarana dan 2.582.861.000 1.562.291.642 Distanbunhut
Indeks Pertanaman Pertanian/Perkebunan Tepat Guna Prasarana Teknologi
(IP) Pertanian/Perkebunan
Tepat Guna
Jumlah Kelompok Tani Kelompok 40 40 Peningkatan Kesejahteraan Petani Pelatihan Petani dan Pelaku 0 0 Distanbunhut
Yang Memiliki Registrasi Usaha
Kebun Hortikultura
7 Terselenggaranya Prosentase Luas Lahan Persen 54,94 79,10 Rehabilitasi Peningkatan Peran Serta 1.442.868.000 1.233.661.650 Distanbunhut
Konservasi Sumber Daya Kritis yang Ditanami Hutan dan Lahan Masyarakat dalam
Rehabilitasi Hutan & Lahan
Luas Hutan Rakyat/ Ha 5015 3.967 Perlindungan dan Konservasi Pencegahan dan 250.000.000 248.956.000 Distanbunhut
Agroforestry Sumber Daya Hutan Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan
Anggaran
Sasaran Indikator Kinerja Program Indikator Target Rencana Anggaran Penanggung Keterangan
Strategis TW I TW II TW III TW IV Kegiatan Kegiatan Aksi jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Berkembangnya Usaha Jumlah Kelompok 5 Program :
Agrobisnis Berbasis Usaha yang Bermitra Peningkatan Produksi Pertanian/
Ekonomi Lokal dan (Kelompok) Perkebunan
Mampu Berdaya Saing
Kegiatan :
Pengembangan Bibit Unggul Meningkatanya kelompok 50 kebun Mengembangkan 1.620.000.000 Bidang
Pertanian/Perkebunan usaha yang bermitra bibit Unggul Hortikultura
pada produksi pertanian/ pertanian Perkebunan
perkebunan
Kegiatan : 12 Unit Menyediakan Sarana 1.474.742.000 Bidang
Penyediaan Sarana Produksi Produksi Pertanian/ Perkebunan
Pertanian/Perkebunan Perkebunan
Kegiatan : 6 paket Melaksanakan 1.316.525.691 Bidang
Peningkatan Kualitas dan Pasca penanganan pasca Perkebunan
Panen Tanaman Tembakau panen tembakau dan
penerapan teknologi
budidaya
Kegiatan : 16.200 Kg Mengadakan bibit 750.000.000 Bidang
Peningkatan Produksi Produk jahe merah Hortikultura
dan Mutu Tanaman Rempah dan
Penyegar (Jahe Merah)
(Bangub)
Kegiatan : 1.000.000.000 Bidang
Peningkatan Perbenihan Krisan, 5 Paket Hortikultura
Kentang, Bawang Merah, Asparagus
dan Jeruk
(Bangub)
Kegiatan : 6.600 bibit kopi Meningkatkan 500.000.000 Bidang
Peningkatan Produksi Tanaman 16.000 bibit teh produksi tanaman Perkebunan
Kopi dan Teh kopi dan teh
(Bangub)
Produktivitas 64,56 Program :
Komoditas Padi Peningkatan Ketahanan Pangan
(Kuintal/Ha) Pertanian/Perkebunan
Kegiatan : Pencapaian Produktivitas 29 Kecamatan Mengembangkan 1.098.923.015 Bidang
Pengembangan Intensifikasi Komoditas Padi Intensifikasi Tanaman Pangan
Tanaman Padi, Palawija Padi, Palawija
Kegiatan : 2 Dokumen Menyusun Data Base 650.130.000 Subag
Penyusunan Data Base Potensi Potensi Produk Pangan Program
Produk Pangan
Kegiatan : 150.000 stek Mengembangkan 150.000.000 Bidang
Pengembangan diversifikasi diversivikasi tanaman Pangan
RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2015
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG
Target Kinerja Sasaran Jadwal Kegiatan
Meningkatkan
perbenihan Krisan,
Kentang, bawang
merah , asparagus
TW I TW II TW III TW IV
Sasaran Indikator Kinerja Program Indikator Target Rencana Anggaran Penanggung Keterangan
Strategis TW I TW II TW III TW IV Kegiatan Kegiatan Aksi jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Target Kinerja Sasaran Jadwal Kegiatan
TW I TW II TW III TW IV
Tanaman
Kegiatan : 110 Ha Mengembangkan 400.000.000 Bidang
Pengembangan Intensifikasi intensifikasi tanaman Pangan
Tanaman Padi/Palawija (Bangub) padi/palawija
Produktivitas 108,88 Program :
Komoditas Palawija Peningkatan Ketahanan Pangan
(Kuintal/Ha) Pertanian/Perkebunan
Kegiatan : Pencapaian Produktivitas 5 Paket Mengembangkan 1.098.923.015 Bidang
Pengembangan Intensifikasi Komoditas Palawija intensifikasi tanaman Pangan
Tanaman Padi, Palawija padi/palawija
Kegiatan : 10 Ha Mengembangkan 1.628.500.000 Bidang
Pengembangan Pertanian pada pertanian pada Hortikultura
Lahan Kering lahan kering
Kegiatan : 7 Ha Mengembangkan 424.700.000 Bidang
Pengembangan Perbenihan/ perbenihan/ Pangan
Pembibitan pembibitan
Kegiatan : 1 Paket Melaksanakan 790.750.000 Bidang
Penelitian dan Pengembangan Penelitian serta Perkebunan
Sumber Daya Pertanian mengembangkan
sumber daya
pertanian
Prosentase Kehilangan/ 10,18 Program :
Kerusakan Hasil Tanaman Peningkatan Ketahanan Pangan
Pangan Pertanian/Perkebunan
(Persen)
Kegiatan : Menurunnya prosentase 1 Paket Melaksanakan 490.000.000 UPTD
Penanganan Pasca Panen kehilangan hasil tanaman penanganan pasca Alsintan
dan Pengolahan Hasil pangan panen dan
Pertanian pengolahan hasil
pertanian
Jumlah Pencapaian 2,3 Program :
Indeks Pertanaman (IP) Peningkatan Penerapan Teknologi
(Point) Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
Kegiatan : Meningkatnya jumlah 121 Unit Mengadakan sarana 2.582.861.000 Bidang
Pengadaan Sarana dan pencapaian dan prasarana Hortikultura
Prasarana Teknologi index pertanaman (IP) teknologi pertanian/
Pertanian/Perkebunan perkebunan tepat
Tepat Guna guna
Kegiatan : 10 Paket Melaksanakan 8.203.468.100 Bidang
Penelitian dan Pengembangan Penelitian serta Pangan
Teknologi Pertanian/Perkebunan mengembangkan
Tepat Guna teknologi pertanian/
perkebunan tepat
guna
Sasaran Indikator Kinerja Program Indikator Target Rencana Anggaran Penanggung Keterangan
Strategis TW I TW II TW III TW IV Kegiatan Kegiatan Aksi jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Target Kinerja Sasaran Jadwal Kegiatan
TW I TW II TW III TW IV
Kegiatan : 5 Paket Melaksanakan 1.235.144.000 Bidang
Pemeliharaan Rutin/Berkala Pemeliharaan Rutin/ Pangan
Sarana dan Prasarana Teknologi Berkala Sarana dan
Pertanian/Perkebunan Tepat Guna Prasarana Pertanian/
perkebunan tepat
guna
Kegiatan : 1 Paket Melaksanakan 242.772.000
Pemeliharaan Rutin/Berkala Pemeliharaan Rutin/
Sarana dan Prasarana Teknologi Berkala Sarana dan
Pertanian/Perkebunan Tepat Guna Prasarana Pertanian/
(Peningkatan Manajemen perkebunan tepat
Pengeloaan Air WISP II-LOAN) guna
Kegiatan : 108 Paket Melaksanakan 22.620.500.000
Pemeliharaan Rutin/Berkala Pemeliharaan Rutin/
Sarana dan Prasarana Teknologi Berkala Sarana dan
Pertanian/Perkebunan Tepat Guna Prasarana Pertanian/
(DAK) perkebunan tepat
guna
Jumlah Kelompok Tani 40 Program :
Yang Memiliki Registrasi Peningkatan Kesejahteraan Petani
Kebun Hortikultura
(Kelompok) Kegiatan : Meningkatnya jumlah Melaksanakan 0
Pelatihan Petani dan Pelaku kelompok tani yang pelatihan petani
Usaha memiliki registrasi dan pelaku usaha
kebun hortikultura
Terselenggaranya Prosentase Luas Lahan 54,94 Program :
Konservasi Sumber Daya Kritis yang Ditanami Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(Persen)
Kegiatan : Meningkatnya luas lahan 31 Kecamatan Melaksanakan 1.442.868.000 Bidang
Peningkatan Peran Serta kritis yang ditanami pemberdayaan masy Kehutanan
Masyarakat dalam oleh masyarakat dalam rehabilitasi
Rehabilitasi Hutan & Lahan hutan dan lahan
Kegiatan : 366 Ha Melaksanakan 2.206.284.397 Bidang
Pembinaan, Pengendalian dan pembuatan Hutan Kehutanan
Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Rakyat dan Tanaman
Hutan dan Lahan Bambu
Kegiatan : 3,67 Ha Melaksanakan 1.387.915.500 Bidang
Pengadaan Lahan Leuweung pengadaan lahan Kehutanan
Sabilulungan (Bangub) leuweung sabilulungan
Kegiatan : 50 Ha Melaksanakan 500.000.000 Bidang
Pelaksanaan Agroforestry penanaman dengan Kehutanan
(Bangub) pola agroforestry
Luas Hutan Rakyat/ 5015 Program :
Agroforestry Perlindungan dan Konservasi
(Ha) Sumber Daya Hutan
Kegiatan : Meningkatnya upaya 5015 Ha Melaksanakan 250.000.000 Bidang
Pencegahan dan perlindungan dan Pencegahan dan Kehutanan
Sasaran Indikator Kinerja Program Indikator Target Rencana Anggaran Penanggung Keterangan
Strategis TW I TW II TW III TW IV Kegiatan Kegiatan Aksi jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Target Kinerja Sasaran Jadwal Kegiatan
TW I TW II TW III TW IV
Pengendalian Kebakaran konservasi terhadap pengendalian
Hutan dan Lahan hutan rakyat/agroforestry kebakaran hutan
dan lahan
Bandung, Januari 2015
KEPALA DINAS PERTANIAN,
PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN BANDUNG
Ir. H. A. TISNA UMARAN, MM
Pembina Utama Muda
NIP. 19640923 199203 1 005