kebudayaan bali

29
I. Kebudayaan bali Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban 1. Geografi Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa . Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m . Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963 . Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi . Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai. Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian

Upload: gunk-ariesti

Post on 03-Jul-2015

267 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebudayaan Bali

I. Kebudayaan bali

Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali"

berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu

siap untuk berkorban

1. Geografi

Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan

selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di

8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis

seperti bagian Indonesia yang lain.

Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini

terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di

Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana

yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran

rendah yang dialiri sungai-sungai.

Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan

yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan

gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi,

yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut

menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak

sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali

Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri

dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339

ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas

132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah

pegunungan, yaitu Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau Batur.

Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai

pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran

dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai

maupun tempat peristirahatan.

Page 2: Kebudayaan Bali

Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah

Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55

kecamatan dan 701 desa/kelurahan.

2. Sejarah

Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang

bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa

Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan

datangnya ajaran Hindu dan tulisan Sansekerta dari India pada 100 SM.

Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang

prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai

ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri

Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar

masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa

tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit

(1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan

kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara

beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di

nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan,

pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa

ke Bali.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari

Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat

tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan

penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai

akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau

Maluku. Bermula dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah

menjadi permanen yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa

Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar

lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak

Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena

Page 3: Kebudayaan Bali

menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai mati atau puputan yang

melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan

sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah

memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang

memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga

pengendalian lokal terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah.

Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II dan saat itu seorang perwira

militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan'.

Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera

kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan

kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan

perlawanan Bali yang saat itu menggunakan senjata Jepang.

Pada 20 November 1945, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi

di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang

berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan

serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Seluruh anggota

batalion Bali tersebut tewas semuanya dan menjadikannya sebagai perlawanan militer

Bali yang terakhir.

Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah

bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu

negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh

Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat

ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950,

secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum

menjadi sebuah propinsi dari Republik Indonesia.

Letusan Gunung Agung yang terjadi di tahun 1963, sempat mengguncangkan

perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke

berbagai wilayah lain di Indonesia.

Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah

nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap

anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari

Page 4: Kebudayaan Bali

100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian di masa awal

Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.[5]

Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali

2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan

209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di

Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat liputan internasional

yang luas karena sebagian besar korbannya adalah wisatawan asing dan menyebabkan

industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini.

3. Unsur-unsur budaya

1. Bahasa

Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian

besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris

adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang

dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2

yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa

Bali Mojopahit.yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.

2. Pengetahuan

Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan

social yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan social tersebut diperkuat

oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar

yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan

sosial dan keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang

mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi

pemerintahan.

3. Teknologi

Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system

subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka

Page 5: Kebudayaan Bali

juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan

yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan

perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu

salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris

pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena

gigitan binatang berbisa.

4. Organisasi sosial

a. Perkawinan

Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada

patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya

suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin

dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi

suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan

gengsi seluruh kasta dari anak wanita.

Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat

penyerahan mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara

keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.

b. Kekerabatan

Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan

kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang

sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan

pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan

adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri

ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama

(triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu :

kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai

pemimpin keagamaan.

c. Kemasyarakatan

Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2

pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya

Page 6: Kebudayaan Bali

merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan

keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan

admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan

keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi,

pemerintahan dan pembangunan.

5. Mata pencaharian

Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam,

pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan

babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan

darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi

kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan,

pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan

lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi

bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan.

6. Religi

Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%,

dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam,

Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah

untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu

percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana

(sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa

(sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan

leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari

India.

Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang

dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal

dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah

upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang

pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10

Page 7: Kebudayaan Bali

(kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek

landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.

Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika

(susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu

(1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2).

Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa

Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya

yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu

upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.

7. Kesenian

a. Musik

Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di

banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan

dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat

kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam

bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera.

Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan,

misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan

selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Ada pula musik Angklung

dimainkan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan dimainkan

dalam berbagai upacara lainnya.

Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan

Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada

masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali

sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari

berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu

(xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional

Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling

memengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik

Page 8: Kebudayaan Bali

tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat

Lombok.

b. Tari

Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok,

yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari

pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan

atau seni tari untuk hiburan pengunjung.[7]

Pakar seni tari Bali I Made Bandem [8] pada awal tahun 1980-an pernah

menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke

dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris

Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang

Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja,

Prembon dan Joged serta berbagai koreografi tari modern lainnya.

Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari

Kecak. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan

pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari ini berdasarkan tradisi

Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak

memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari

Bali-nya.

Tarian wali

a) Sang Hyang Dedari

b) Sang Hyang Jaran

c) Tari Rejang

d) Tari Baris

e) Tari Janger

Tarian bebali

a) Tari Topeng

b) Gambuh

Tarian balih-balihan

a) Tari Legong

b) Arja

Page 9: Kebudayaan Bali

c) Joged Bumbung

d) Drama Gong

e) Barong

f) Tari Pendet

g) Tari Kecak

h) Calon Arang

8. Pakaian daerah

Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas

kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik

dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur

penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan

corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.

Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:

a) Udeng (ikat kepala)

b) Kain kampuh

c) Umpal (selendang pengikat)

d) Kain wastra (kemben)

e) Sabuk

f) Keris

g) Beragam ornamen perhiasan

Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:

a) Gelung (sanggul)

b) Sesenteng (kemben songket)

c) Kain wastra

d) Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada

e) Selendang songket bahu ke bawah

f) Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam

g) Beragam ornamen perhiasan

9. Makanan

Page 10: Kebudayaan Bali

a) Ayam betutu

b) Babi guling

c) Bandot

d) Be Kokak Mekuah

e) Be Pasih mesambel

matah

f) Bebek betutu

g) Berengkes

h) Grangasem

i) Jejeruk

j) Jukut Urab

k) Komoh

l) Lawar

m) Nasi Bubuh

n) Nasi Tepeng

o) Penyon

p) Sate Kablet

q) Sate Lilit

r) Sate pentul

s) Sate penyu

t) Sate Tusuk

u) Timbungan

v) Tum

w) Urutan Tabanan

10. Senjata

a) Keris

b) Tombak

c) Tiuk

d) Taji

e) Kandik

f) Caluk

g) Arit

h) Udud

i) Gelewang

j) Trisula

k) Panah

l) Penampad

m) Garot

n) Tulud

o) Kis-Kis

p) Anggapan

q) Berang

r) Blakas

s) Pengiris

11. Rumah adat

Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang

mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya

China)

Page 11: Kebudayaan Bali

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila

terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan

parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek

tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para

penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara

penghuni rumah dan lingkungannya.

Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi

hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut

mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan

penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga

berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.

II. Salah satu unsur kebudayaan bali yang berpengaruh terhadap kesehatan

Kandungan gizi dan keamanan pangan makanan tradisional “lawar” Bali

Lawar adalah sejenis lauk pauk yang dibuat dari campuran daging atau ikan dengan sayur

mayur dan bambu (Panji, 1985). Lawar ini sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Hindu di

Bali, karena disamping sebagai lauk pauk, lawar menjadi salah satu sarana dalam melaksanakan

upacara adat maupu keagamaan di Bali seperti upacara pernikahan, kematian dan upacara

ditempat-tempat suci (Pura).

1. Aspek sosial budaya

Bagi masyarakat Hindu di Bali makan lawar tidak hanya berfungsi gastronomic yaitu

lawar sebagai makanan tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar atau untuk

memenuhi kebutuhan perut besar (gaster) yang kosong, tetapi juga berfungsi social 2

antara lain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi relegius dan menunjukkan

identitas budaya.

Page 12: Kebudayaan Bali

Fungsi sebagai alat komunikasi, lawar bersama dengan jenis makanan lainnya seperti

nasi diberikan kepada orang lain dan tidak terbatas pada hanya keluarga dekat, tetapi

kepada semua orang yang dianggap telah memberikan bantuan baik moril maupun

material pada saat dilaksanakan suatu upacara tertentu. Lawar yang diberikan kepada

orang lain tersebut dikenal dengan nama jotan sebagai ungkapan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantunya. Disamping itu jotan juga berfungsi

sebagai tanda atau permakluman kepada orang lain bahwa orang yang mengirim lawar

tersebut sedang atau akan melaksanakan upacara tertentu misal upacara pernikahan

ada dikenal nasi rongan (beberapa unsurnya adalah lawar, sate dan nasi). Nasi rongan

ini biasanya diberikan oleh pihak keluarga mempelai laki-laki kepada keluarga

mempelai perempuan, kemudian nasi rongan tersebut oleh keluarga pihak mempelai

perempuan dibagi-bagi tanpa memperhatikan jumlah besar pembagiannya. Tiap bagian

nasi rongan tersebut selanjutnya diberikan kepada seluruh keluarga mempelai

perempuan yang maknanya adalah sebagai pemberitahuan bahwa akan dilaksanakan

upacara mepamit di keluarga perempuan.

Fungsi religius dari lawar sangat menonjol di daerah Bali yaitu lawar digunakan

sebagai salah satu sarana dalam membuat sesaji. Sesaji itu sendiri adalah simbol untuk

menyatakan rasa syukur, bhakti serta terima kasih kehadapan Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan kehidupan di dunia ini. Dalam kaitan dengan fungsi inilah

lawar tidak pernah absen dalam suatu upacara baik adat maupun keagamaan

khususnya agama Hindu di Bali.

Dari jenis makanan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang, orang lain

dapat mengetahui dari budaya mana orang tersebut berasal. Masyarakat Hindu di Bali

sejak dulu sampai sekarang tetap membuat lawar dan menyukai lawar. Oleh karena itu

lawar dapat dipakai sebagai identitas budaya bagi masyarakat Hindu di Bali.

2. Aspek nutrisi dan khasiat

Kandungan zat gisi lawar

Bahan penyusun lawar seperti daging, sayur, kelapa dan darah mempunyai

potensi sebagai zat gizi. Daging merupakan sumber protein hewani yang

penting, sedangkan sayuran yang dipakai seperti kacan panjang (Vigna

Page 13: Kebudayaan Bali

sinensis, L.), merupakan sumber protein nabati, vitamin dan mineral, pepaya

(Carica pepaya, L ) dan buah nangka (Artocarpus integra, L) merupakan

sumber vitamin dan mineral. Menyimak hasil analisis terhadap lawar yang

dijual di Kodya Denpasar dari 18 pedagang lawar sapi yang dilaporkan oleh

Yusa (1996) diketahui bahwa lawar sapi (lawar putih dan lawar merah)

mengandung protein berkisar antara 8,48 – 11,14 %, lemak 17,98 – 18,54 %

dan karbohidrat 3,94 – 6,61 % dengan kandungan air lawar yang cukup tinggi

yaitu sekitar 65,21 – 65,63 %. Disamping mengandung zat gizi utama seperti

tersebut di atas lawar juga mengandung vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan

mineral kalsium (Ca), besi (Fe) dan fosfor (P)

Tabel 1. Komposisi zat gizi lawar sapi (Yusa, 1996)

Kandungan zat gizi Jumlah

Lawar putih Lawar merah

Air (%) 65,21 65,63

Abu (%) 1,16 1,30

Protein (%) 8,48 11,44

Lemak (%) 18,54 17,98

Karbohidrat (%) 6,61 3,94

Vitamin B1 (mg/100 g) * 0,68 0,76

Vitamin B2 (mg/100 g)* 6,42 1,16

Vitamin C (mg/100 g) * 12,34 11,67

Kalsiu (Ca) (mg/100 g) * 79,95 81,50

Besi (Fe) (mg/100 g) * 19,25 24,70

Fosfor (P) (mg/100 g) * 464,61 444,23

Keterangan : *Berat kering.

Setelah dilakukan perhitungan lebih lanjut untuk setiap 50 g lawar (jumlah

lawar yang dikonsumsi setiap hari), nilai energi lawar putih sebesar 114 kkal

Page 14: Kebudayaan Bali

dan energi lawar merah sebesar 111 kkal. Ditinjau dari sumbangan energinya

maka lawar dapat menyumbangkan sebesar 3,5 % dari konsumsi energi wanita

setiap hari (konsumsi energi wanita setiap hari 2714 kkal).

Lebih lanjut berdasarkan hasil survai dan analisis yang dilaporkan oleh Suter,

et al., (1997 a) terhadap konsumen lawar dan pedagang lawar babi di tiga kota

di Bali yaitu Tabanan, Denpasar dan Gianyar ternyata sebanyak 80 % dari

konsumen lawar mengatakan jenis lawar yang paling banyak dibeli adalah

lawar babi dibanding dengan tiga jenis lawar lainnya yaitu lawar penyu, lawar

sapi dan lawar ayam. Kandungan zat gizi dari lawar babi yang dijual di kota

madya Denpasar, Gianyar dan Tabanan dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan pada Tabel 2 tampak bahwa kandungan zat gizi lawar ternyata

sangat bervariasi antara pedagang di kota Denpasar, Gianyar dan Tabanan.

Kadar protein berkisar antara 1,14 – 5,74 %, lemak 3,69 – 13,87 % dan

karbohidrat 5,12 – 11,97 %. Perbedaan komposisi zat gizi dari lawar sangat

tergantung pada bahan bakunya, terutama jenis dan jumlah daging maupun

sayuran yang digunakan.

Tabel 2. Kandungan zat gizi lawar babi yang dijual di warung/rumah makan

(Suter, et al., 1997 a)

Komponen

(%)

Tempat asal lawar

D1 D2 G1 G2 T1 T2

Protein 5,13 1,89 4,36 5,17 1,41 2,67

Lemak 3,69 6,48 9,25 13,87 4,92 7,36

Karbohidrat 11,92 8,49 5,12 11,97 10,18 10,32

Air 77,52 80,50 79,38 65,89 81,74 77,85

Abu 4,74 2,65 1,89 2,54 1,74 1,86

Keterangan : D = Denpasar, G = Gianyar, T = Tabanan.

Page 15: Kebudayaan Bali

Mengenai pengaruh jenis sayuran (buah nangka, kacang panjang dan campuran

buah nangka dan kacang panjang) sebagai bahan baku lawar terhadap

kandungan zat gizi lawar babi dapat dilihat pada Tabel 3. Lawar yang

menggunakan sayur kacang panjang secara nyata kadar proteinnya lebih tinggi

bila dibandingkan dengan lawar yang menggunakan buah nangka saja. Hal ini

disebabkan karena kandungan protein dari kacang panjang 2,7 % lebih tinggi

daripada kandungan protein buah nangka sebesar 2,0 %. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut di atas maka penggunaan kacang panjang sebagai bahan

lawar lebih baik dibandingkan dengan nangka, bila dilihat dari kandungan

proteinnya.

Tabel 3. Komposisi zat gizi lawar babi yang dibuat dari berbagai jenis sayuran

(Suter, et al., 1997 b)

Jenis lawar Protein

(%)

Lemak

(%)

Karbohidrat

(%)

Abu

(%)

Air

(%)

Nangka 5,57 12,41 9,45 0,57 69,03

Kacang panjang 11,37 11,76 3,93 1,35 71,59

Nangka +

kacang panjang

(1:1)

9,28 13,02 7,12 1,01 69,65

Lawar nangka mengandung energi dan zat gizi untuk setiap 100 g adalah

sebagai berikut : energi 105,45 kkal, karbohidrat, 7,01 g, protein 2,09 g dan

lemak 7,67 g. (Suter, et al., 1999)

Khasiat lawar

Khasiat makanan secara umum dimaksudkan adalah bagaimana hubungan atau

pengaruh makanan terhadap kesehatan manusia. Khasiat makanan terhadap

kesehatan manusia disebabkan karena kandungan senyawa-senyawa kimia

yang ada dalam bahan makanan atau senyawa kimia yang ada pada hasil

Page 16: Kebudayaan Bali

olahannya. Senyawa-senyawa kimia itu adalah zat gizi seperti karbohidrat,

lemak, protein, vitamin dan mineral dan senyawasenyawa non-gizi seperti serat

makanan, antioksidan, pigmen dan lain-lainnya.

Khasiat lawar bila dikaitkan dengan kandungan zat gizinya terutama

karbohidrat, protein dan lemak adalah memperlancar proses fisiologis dalam

tubuh karena zat gizi tersebut sebagai sumber energi. Kandungan senyawa non-

gizi pada lawar belum banyak diketahui. Berdasarkan bahan baku dan

khususnya bumbu yang digunakan pada pembuatan lawar seperti bawang

putih, bawang merah, cabai, lengkuas, jahe, kunir, lada dan lain-lainnya

mengandung senyawa-senyawa non-gizi, seperti minyak atsiri, anti oksidan

dan anti mikroba yang berfungsi meningkatkan citarasa lawar, mencegah

proses oksidasi dan menghambat atau membunuh mikroba sehingga lawar

dalam jangka waktu tertentu aman untuk dikonsumsi. Secara spesifik

bagaimana khasiat lawar yang disebabkan oleh senyawa non-gizi terhadap

penyakit tertentu, misalnya penyakit degeneratif (penyakit jantung

koroner/PJK, diabetes militus, hipertensi dan kanker) belum ada dilaporkan.

Masalah ini perlu mendapat perhatian oleh para peneliti pangan tradisional

daerah Bali dalam rangka pengembangan lawar menjadi pangan fungsional.

3. Aspek keamanan

Keamanan lawar terutama bila dilihat dari aspek mikrobiologisnya, sangat tergantung

pada sanitasi (kebersihan) dari bahan baku air yang digunakan, peralatan, cara

pengolahan, tempat dan lingkungan serta higiene (kesehatan) daging yang digunakan

dan kesehatan pengolah lawar sendiri. Pengolahan lawar khususnya yang dilakukan

secara kolektif oleh masyarakat pada saat upacara adat kurang memperhatikan

kebersihan dari bahah–bahan dan peralatan yang digunakan. Berbeda dengan

pengolahan lawar yang dilakukan oleh perorangan di tingkat rumah tangga (keluarga).

Masalah kebersihan telah mendapat perhatian yang lebih baik sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya yang berkaitan dengan kesehatan.

Sebagai gambaran tentang keamanan lawar yang dijual Di Kodya Denpasar seperti

dilaporkan oleh Yusa (1996) bahwa lawar putih (tanpa penambahan darah segar)

Page 17: Kebudayaan Bali

dengan menggunakan daging sapi dan menggunakan air sumur, sebanyak 78 % contoh

lawar (ada 9 contoh lawar) kandungan total mikrobanya sebanyak 9,03 x 106 koloni/g

yaitu lebih tinggi dari kandungan total mikroba pangan segar sebanyak 106 koloni/g,

sedangkan lawar merah mengandung rata-rata 8,89 x 106 koloni/g. Disamping itu baik

lawar merah ataupun lawar putih ternyata tercemar oleh bakteri Escherichia coli.

Kondisi tersebut terjadi satu jam setelah lawar dicampur atau diolah. Hal yang sama

juga dilaporkan oleh Suter, et al., (1997 a) bahwa dari enam contoh lawar babi yang

dibeli di kota Gianyar, Tabanan dan Denpasar, ternyata sebanyak 66,67 % dari contoh

lawar total mikrobanya melebihi 106 koloni/g dan 50 % dari contoh lawar

terkontaminasi E.coli dan tidak ada terkontaminasi oleh Salmonella. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilaporkan oleh Arihantana (1993), ternyata E.coli yang ada pada

lawar bersumber dari daging mentah. Bahan lawar lainnya seperti kulit dan sayuran

yang digunakan ternyata mengandung E.coli, yang berasal dari talenan bekas

mencincang daging mentah.

Dari kasus-kasus atau laporan tersebut di atas diketahuilah bahwa lawar merupakan

jenis lauk pauk yang peka terhadap kerusakan oleh mikroba yaitu dalam waktu satu

jam setelah diolah bisa menjadi rusak/busuk.. Disamping itu dengan adanya E.coli

pada lawar maka lawar menjadi tidak aman untuk dikonsumsi karena E.coli tersebut

dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti diare.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas yaitu di satu sisi lawar telah menjadi budaya

dari masyarakat Bali yang sulit dihilangkan karena disamping mengandung zat gizi

yang cukup, lawar juga mempunyai fungsi sosial dan menjadi sarana dalam

upacaraupacara adat dan keagamaan. Disisi lainnya lawar sangat peka terhadap

kerusakan oleh mikroba dan kadang-kadang berbahaya bagi kesehatan manusia yang

mengkonsumsinya, sekalipun sampai saat ini laporan orang yang meninggal dunia

akibat mengkonsumsi lawar tidak ada. Oleh karena itu upaya peningkatan keamanan

lawar perlu terus dilakukan agar lawar menjadi makanan yang aman, bergizi dan

disukai tidak hanya oleh masyarakat Bali tetapi juga masyarakat Indonesia bahkan

masyarakat Internasional.

Upaya perbaikan mutu gizi dan keamanan lawar belum banyak dilakukan namun

perhatian untuk itu telah ada. Sebagai contoh seperti dilaporkan oleh Sukardika dan

Page 18: Kebudayaan Bali

Aryanta (1993) mutu lawar masih baik dilihat dari aspek mikrobiologisnya dan dapat

dipertahankan sampai 48 jam (2 hari) dengan cara menyimpan lawar pada suhu 5oC

dengan kandungan total mikroba 103,8 koloni/g, sedangkan lawar yang disimpan pada

suhu 30oC mengandung total mikroba sebanyak 109,7 koloni/g (tidak layak

dikonsumsi) setelah disimpan 48 jam. Keamanan lawar dapat ditingkatkan melalui

peningkatan kebersihan peralatan dan kebersihan bahan baku yang digunakan terutama

daging dan darah seperti yang dilaporkan oleh Suter, et al., (1997 b). Lawar yang

dibuat baik dengan menambahkan darah segar maupun tanpa penambahan darah segar

dengan menggunakan daging mentah atau daging direbus 15 menit atau daging yang

diseduh dengan air mendidih ternyata kandungan total mikrobanya lebih kecil dari 106

koloni/g yaitu sekitar 2,33 x 104 koloni/g sampai 13,6 x 104 koloni/g. Disamping itu

ternyata dengan menyeduh daging babi dengan air mendidih dan tanpa menggunakan

darah segar kandungan E.coli dari lawar yang dihasilkan lebih rendah (3,00 koloni/g)

daripada kandungan E.coli lawar yang dibuat dengan daging babi mentah dan

ditambahkan dengan darah segar yaitu sebesar 29,67 koloni/g. Selanjutnya menurut

Lestari, et al., (1988) pada lawar sapi yang diolah dengan cara darah diseduh dengan

air pada suhu 100oC selama 5 menit, total mikroba lawar dapat diturunkan dari 3,4 x

106 koloni/g menjadi 2,1 x 106 koloni/g, demikian pula bila dagingnya dipepes selama

10 menit (setengah matang) atau daging dikukus pada suhu 100oC selama 3 menit

secara nyata dapat menurunkan total mikroba lawar.

Penurunan total mikroba , total coliform serta total E.coli pada lawar ayam dapat juga

dilakukan dengan penambahan bawang putih baik yang dibakar maupun tidak dibakar

pada cincangan daging atau dengan penyeduhan cincangan daging dengan air suhu

80oC selama 10 menit, tanpa menurunkan kandungan zat gizi lawar ayam. Bawang

putih dibakar selama 5 menit pada suhu 70oC dan ditambahkan pada cincangan daging

ayam sebanyak 10 % (Putra, 1988).

Dari hasil-hasil penelitian tersebut di atas keamanan lawar dapat ditingkatkan melalui

penanganan lawar setelah diolah yaitu dengan cara disimpan pada suhu 5oC, dan

dengan perbaikan cara pengolahan antara lain dengan menyeduh daging dengan air

mendidih atau direbus dalam air mendidh, dikukus, dipepes dan dengan penambahan

Page 19: Kebudayaan Bali

bawang putih pada cincangan daging. Dihindari penggunaan daging dan darah mentah,

serta peralatan yang digunakan dijaga tetap bersih.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/319716.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Bali

http://de-kill.blogspot.com/2009/04/sekilas-budaya-bali.html