kebiri kewenangan daerah pusat bajak dana apbd filepusat bajak dana apbd s ejak sistem peme-rintahan...

1
PSSI cuma Cari Untung MI/SUMARYANTO INTERUPSI Selengkapnya di www.mediaindonesia.com SABTU (18/12), ratusan penonton merusak atribut PSSI di Stadion Utama Gelora Bung Karno akibat tidak dapat membeli tiket pertan- dingan leg kedua semifinal Piala AFF. Massa kecewa karena PSSI meniadakan penjualan tiket hari itu. Beragam pendapat, baik yang pro maupun kontra, mengalir ke Mediaindonesia.com, Facebook Harian Umum Media Indonesia, dan [email protected]. Berikut petikannya. Tidak Paham Psikologi PANITIA/pengelola harusnya mengerti psikolo- gi massa, perbanyak pos-pos loket di sekitar Senayan. Yulius Krispi Setuju BAGUS, setuju. Pelayanan jelek lebih baik pintu dijebol tidak usah bayar. Ismunandar Calon Walikota Panitia Hitung-hitungan AKU pikir pantas kalau ada yang anarkistis karena panitia hitung-hitungan dapat untung sama calo. Panitia juga mendoakan timnas kalah karena berita di media mengatakan kalau masuk nal, tiket akan dinaikkan. Itu sama saja mendoakan timnas kalah. Panitia dan PSSI lagi cari kesempatan. Edhay Zniebart Ada Calo di Situ PSSI harusnya malu. Mana ada pendukung seperti di Indonesia? Paling juga dikasih ke calo. Erick Cavani Tidak Profesional YANG aman tiket untuk DKI itu dijual per wilayah, dengan cara kerja sama dengan pemda. Kecuali untuk orang daerah bisa dilayani di stadion. Yang penting yang mengelola jujur. Persoalannya kalau mulai bicara soal uang selalu menimbulkan ke- curigaan. Bambang Rahardjo Kartawinata Harga Tiket Dinaikkan MEMANG disengaja sama osialnya. Harga tiket dinaikkan berkali-kali lipat daripada sebelumnya. Ya, karena ini pasti terjadi dan telah direncanakan. Loro Ati PENGANTAR 2 | Politik & HAM SENIN, 20 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Konsep Restorasi bakal Diajukan ke Pemerintah Masa Jabatan Busyro Digugat ke MK Kebiri Kewenangan Daerah Pusat Bajak Dana APBD S EJAK sistem peme- rintahan otonomi dae- rah diterapkan pada 1999, tidak banyak perubahan yang terjadi pada kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di daerah. Selama satu dasawarsa lebih, kemiskinan dan pengangguran masih menjadi masalah yang belum mampu ditangani oleh siapa pun yang memerintah. Menurut Forum Indonesia untuk Transparansi Indonesia (Fitra), masih terpuruknya ke- hidupan masyarakat di daerah akibat pembajakan anggaran daerah oleh pemerintah pusat selama bertahun-tahun. Khusus tahun 2010, pemba- jakan makin menjadi-jadi. Dari potensi anggaran 60% yang diamanatkan UU, faktanya hanya 30% yang benar-benar diserahkan ke daerah oleh pemerintah pusat. “Tahun 2010 merupakan tahun pembajakan anggar- an pemerintah daerah oleh pusat. Padahal 60% yang bisa dikonsolidasikan, tapi kisa- rannya hanya 30%. Ini terjadi sejak 2004 hingga 2010,” papar Kepala Divisi Pengembangan Daerah Fitra, Hadi Prayitno, dalam Catatan Akhir Tahun: Pembajakan Anggaran Daerah, di Jakarta, kemarin. Menurut Hadi, terhambatnya anggaran nasional berputar di daerah salah satunya disebab- kan oleh kebijakan daerah yang dikebiri pusat dalam mengelola anggaran. Misalnya saja, ren- cana pemerintah pusat yang menaikkan anggaran belanja pegawai sebesar 15%. Hal itu tentu saja berimbas pada rek- rutmen pegawai negeri sipil yang membengkak sehingga perlu ditambahi pembiayaan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Hal tersebut, terangnya, akan me- nyebabkan penurunan diskresi dan ruang skal daerah. Menurutnya, langkah akse- leratif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memo- ratorium rekrutmen PNS dalam dua tahun ke depan. “Kalau tidak ada morato- rium, bisa bahaya pada 2011. Ibarat membangun rumah, bi- ayanya lebih besar untuk bayar tukang ketimbang beli material bangunan,” tambah Koordina- tor Investigasi dan Advokasi Fitra Uchok Sky Khada. Reformasi mubazir Di tempat yang sama, Fitra juga menyoroti perilaku Presi- den yang sulit menjadi lokomo- tif reformasi birokrasi. Pasal- nya, Presiden masih gemar membuat postur kelembagaan negara yang gemuk sehingga berujung pada pemborosan anggaran. Salah satu contoh seder- hananya, menurut Sekjen Fitra Yuna Farhan, adalah dari postur kabinet yang begitu gemuk. Birokrasi yang terlalu gemuk itu, menurutnya, telah menaik- kan anggaran belanja pegawai sebesar Rp37 triliun dari 2009 ke 2010. Anggaran untuk so- sialisasi reformasi birokrasi saja mencapai Rp23 miliar. Akibatnya reformasi birokra- si menjadi jalan sesat karena reformasi yang seharusnya menghasilkan esiensi malah menghasilkan logika terbalik. Secara terpisah, Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Nga- disah, mengatakan sosialisasi reformasi birokrasi merupakan hal yang mubazir. Ia mengatakan anggaran re- formasi birokrasi seharusnya su dah melekat pada tu gas kelembagaan pemerintahan. Reformasi yang bertujuan penataan kembali dalam kelembagaan birokrasi harus- nya tidak lagi membutuhkan anggaran khusus untuk so- sialisasi. “Anggarannya sudah ada pada mekanisme kerja kelem- bagaan itu. Untuk apa sosial- isasi lagi? Siapa yang mau diso- sialisasi?” tukasnya. (*/P-2) [email protected] Penerapan otonomi daerah masih setengah hati saat pusat masih tidak rela menyerahkan anggaran untuk pembangunan daerah. GAGASAN perubahan yang diusung organisasi kemasyara- katan Nasional Demokrat akan diajukan kepada pemerintah pada Januari 2011. “Konsep itu akan diajukan kepada pemerintah bertepat- an dengan momentum satu ta hun berdirinya Nasional Demokrat,” kata Sekjen Pengu- rus Pusat Nasional Demokrat Syamsul Muarif saat sosialisasi Nasional Demokrat se-Solo Raya di Karanganyar, Jawa Tengah, kemarin. Dalam acara yang dihadiri ratusan simpatisan itu Syamsul menjelaskan mengenai kon- sep restorasi Indonesia yang diusung Nasional Demokrat. Restorasi, tambah dia, ada- lah sebuah konsep tentang perubahan menyeluruh yang semestinya dijalankan supaya sejalan dengan konstitusi. Perubahan yang dimaksud, sambungnya, mulai aspek perubahan moral agar sesuai Pancasila, perubahan struk- tur penyelenggaraan negara, hingga restorasi bidang sosial, ekonomi, serta kebudayaan. Ide dasarnya, imbuhnya, berasal dari Trisakti yang di- suarakan Presiden pertama RI Soekarno, yaitu berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebu- dayaan. Dalam kesempatan itu, Syamsul juga menepis ru- mor mengenai kabar Nasional Demokrat akan beralih menjadi partai politik (parpol). Sebab, sejak secara resmi dideklarasikan pada 1 Februari, lanjutnya, Nasional Demokrat telah menegaskan memosisi- kan diri sebagai organisasi kemasyarakatan. “Cita-cita utama Nasional Demokrat adalah mempersa- tukan, karena tantangan ke depan semakin berat. Nasional Demokrat ingin menjadi sebuah rumah bersama untuk restorasi bangsa,” tegasnya. Karena itu, lanjut Syamsul, Nasional Demokrat sama sekali tidak berhasrat untuk berubah menjadi sebuah parpol. Kecuali, sambungnya, kalau memang hal itu merupakan keinginan rakyat. (FR/P-1) INDONESIA Corruption Watch (ICW) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) sepakat untuk men- gajukan gugatan judicial review atas UU No 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Ko- rupsi (KPK) ke Mahkamah Konstitusi (MK). Menurut dua lembaga itu, masa jabatan Busyro Muqod- das yang hanya satu tahun menjadi Ketua KPK melang- gar konstitusi. Karena itu, MK harus memberi kejelasan tafsir mengenai masa jabatan peng- ganti pimpinan KPK seperti yang diatur dalam Pasal 34 UU tersebut. “Rencananya, Senin (hari ini) kami akan mengajukan gugatan itu. Kami memohon kepada hakim konstitusi untuk memberikan kejelasan tafsir soal masa jabatan pimpinan pengganti KPK. Kesalahan tafsir terhadap pasal tersebut akan bertentangan dengan kon- stitusi Indonesia,” ujar Wakil Koordinator ICW Emerson Yuntho di Jakarta, kemarin. Pasal itu sendiri berbunyi ‘pimpinan KPK memegang ja- batan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan’. “Masa jabatan pengganti pimpinan KPK yang seharus- nya menjabat selama 4 tahun, tetapi diputuskan DPR hanya 1 tahun,” imbuhnya. Hal ini, sambung dia, akan memengaruhi pemberantasan korupsi. Busyro diyakini tidak dapat bekerja maksimal. Ia menambahkan, masa jaba- tan yang hanya satu tahun juga akan melanggar asas peman- faatan, karena proses seleksi pengganti pimpinan KPK ber- langsung lama dan mengha- biskan anggaran keuangan yang sangat besar. “Ternyata hanya akan berguna untuk sisa masa jabatan yang tidak cukup memadai untuk penegakan hukum dan pemberantasan korupsi,” cetusnya. Salah satu yang menjadi acu- an ICW dan YLBHI, sambung- nya, adalah Pasal 22 UU No 24/2003 tentang MK. Dengan berpegang pada pasal tersebut yakni saat hakim konstitusi Harjono yang tetap menjalank- an masa jabatan selama lima tahun meskipun ia menggan- tikan Jimly Asshiddiqie yang mengundurkan diri. Penerapan yang sama, tegas Emerson, juga harus dilakukan terhadap pimpinan KPK. (Wta/P-2) Minim Persiapan DALAM berbagai macam kegiatan bila direncanakan dengan persiapan yang matang dan berkoordinasi dengan aparat terkait dapat dipastikan berjalan dengan baik. Berbagai kegiatan misi uta- manya sukses dulu baru bicara keuntungannya lalu dibagi rata. Bambang Rahardjo Kartawinata Henri S Siagian ANTARA/R REKOTOMO Ternyata hanya akan berguna untuk sisa masa jabatan yang tidak cukup memadai untuk penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.’’ Emerson Yuntho Wakil Koordinator ICW HARI INFANTERI: Sejumlah prajurit TNI-AD yang berperan sebagai anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada masa perang kemerdekaan berbaris pada upacara peringatan Hari Infanteri, di Lapangan Kodam IV/Diponegoro, di Semarang, Jateng, kemarin. Syamsul Muarif Sekjen Nasional Demokrat MI/ROMMY P

Upload: buiquynh

Post on 04-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebiri Kewenangan Daerah Pusat Bajak Dana APBD filePusat Bajak Dana APBD S EJAK sistem peme-rintahan otonomi dae-rah diterapkan pada ... Nasional Demokrat se-Solo Raya di Karanganyar,

PSSI cuma Cari Untung

MI/SUMARYANTO

INTERUPSI

Selengkapnya di www.mediaindonesia.com

SABTU (18/12), ratusan penonton merusak atribut PSSI di Stadion Utama Gelora Bung Karno akibat tidak dapat membeli tiket pertan-dingan leg kedua semifinal Piala AFF. Massa kecewa karena PSSI meniadakan penjualan tiket hari itu.

Beragam pendapat, baik yang pro maupun kontra, mengalir ke Mediaindonesia.com, Facebook Harian Umum Media Indonesia, dan [email protected]. Berikut petikannya.

Tidak Paham PsikologiPANITIA/pengelola harusnya mengerti psikolo-gi massa, perbanyak pos-pos loket di sekitar Senayan.

Yulius Krispi

SetujuBAGUS, setuju. Pelayanan jelek lebih baik pintu dijebol tidak usah bayar.

Ismunandar Calon Walikota

Panitia Hitung-hitunganAKU pikir pantas kalau ada yang anarkistis karena panitia hitung-hitungan dapat untung sama calo. Panitia juga mendoakan timnas kalah karena berita di media mengatakan kalau masuk fi nal, tiket akan dinaikkan. Itu sama saja mendoakan timnas kalah. Panitia dan PSSI lagi cari kesempatan.

Edhay Zniebart

Ada Calo di SituPSSI harusnya malu. Mana ada pendukung seperti di Indonesia? Paling juga dikasih ke calo.

Erick Cavani

Tidak ProfesionalYANG aman tiket untuk DKI itu dijual per wilayah, dengan cara kerja sama dengan pemda. Kecuali untuk orang daerah bisa dilayani di stadion. Yang penting yang mengelola jujur. Persoalannya kalau mulai bicara soal uang selalu menimbulkan ke-curigaan.

Bambang Rahardjo Kartawinata

Harga Tiket DinaikkanMEMANG disengaja sama ofi sialnya. Harga tiket dinaikkan berkali-kali lipat daripada sebelumnya. Ya, karena ini pasti terjadi dan telah direncanakan.

Loro Ati

PENGANTAR

2 | Politik & HAM SENIN, 20 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Konsep Restorasi bakal Diajukan ke Pemerintah

Masa Jabatan BusyroDigugat ke MK

Kebiri Kewenangan DaerahPusat Bajak Dana APBD

SEJAK sistem peme-rintahan otonomi dae-rah diterapkan pada 1999, tidak banyak

perubah an yang terjadi pada kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di daerah. Selama satu dasawarsa lebih, ke mis kinan dan pengangguran masih menjadi masalah yang belum mampu ditangani oleh siapa pun yang memerintah.

Menurut Forum Indonesia untuk Transparansi Indonesia (Fitra), masih terpuruknya ke-hidupan masyarakat di daerah akibat pembajakan anggaran

daerah oleh pemerintah pusat selama bertahun-tahun.

Khusus tahun 2010, pemba-jakan makin menjadi-jadi. Dari potensi anggaran 60% yang diamanatkan UU, faktanya hanya 30% yang benar-benar diserahkan ke daerah oleh pemerintah pusat.

“Tahun 2010 merupakan tahun pembajakan anggar-an pemerintah daerah oleh pusat. Padahal 60% yang bisa dikonsolidasikan, tapi kisa-rannya hanya 30%. Ini terjadi sejak 2004 hingga 2010,” papar Kepala Divisi Pengembangan Daerah Fitra, Hadi Prayitno, dalam Catatan Akhir Tahun: Pembajakan Anggaran Daerah,

di Jakarta, kemarin. Menurut Hadi, terhambatnya

anggaran nasional berputar di daerah salah satunya disebab-kan oleh kebijakan daerah yang dikebiri pusat dalam mengelola anggaran. Misalnya saja, ren-cana pemerintah pusat yang menaikkan anggaran belanja pegawai sebesar 15%. Hal itu tentu saja berimbas pada rek-rutmen pegawai negeri sipil yang membengkak sehingga perlu ditambahi pembiayaan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Hal tersebut, terangnya, akan me-nyebabkan penurunan diskresi dan ruang fi skal daerah.

Menurutnya, langkah akse-leratif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memo-ratorium rekrutmen PNS dalam dua tahun ke depan.

“Kalau tidak ada morato-rium, bisa bahaya pada 2011. Ibarat membangun rumah, bi-

ayanya lebih besar untuk bayar tukang ketimbang beli material bangunan,” tambah Koordina-tor Investigasi dan Advokasi Fitra Uchok Sky Khadafi .

Reformasi mubazirDi tempat yang sama, Fitra

juga menyoroti perilaku Presi-den yang sulit menjadi lokomo-tif reformasi birokrasi. Pasal-nya, Presiden masih gemar membuat postur kelembagaan negara yang gemuk sehingga berujung pada pemborosan anggaran.

Salah satu contoh seder-hananya, menurut Sekjen Fitra Yuna Farhan, adalah dari postur kabinet yang begitu gemuk.

Birokrasi yang terlalu gemuk itu, menurutnya, telah menaik-kan anggaran belanja pegawai sebesar Rp37 triliun dari 2009 ke 2010. Anggaran untuk so-sialisasi reformasi birokrasi saja mencapai Rp23 miliar.

Akibatnya reformasi birokra-si menjadi jalan sesat karena reformasi yang seharusnya menghasilkan efi siensi malah menghasilkan logika terbalik.

Secara terpisah, Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Nga-disah, mengatakan sosialisasi reformasi birokrasi merupakan hal yang mubazir.

Ia mengatakan anggaran re-formasi birokrasi seharusnya su dah melekat pada tu gas kelembagaan pemerintahan.

Reformasi yang bertujuan penataan kembali dalam kelembagaan birokrasi harus-nya tidak lagi membutuhkan anggaran khusus untuk so-sialisasi.

“Anggarannya sudah ada pada mekanisme kerja kelem-bagaan itu. Untuk apa sosial-isasi lagi? Siapa yang mau diso-sialisasi?” tukasnya. (*/P-2)

[email protected]

Penerapan otonomi daerah masih setengah hati saat pusat masih tidak rela menyerahkan anggaran untuk pembangunan daerah.

GAGASAN perubahan yang diusung organisasi kemasyara-katan Nasional Demokrat akan diajukan kepada pemerintah pada Januari 2011.

“Konsep itu akan diajukan kepada pemerintah bertepat-an dengan momentum satu ta hun berdirinya Nasional Demokrat,” kata Sekjen Pengu-rus Pusat Nasional Demokrat Syamsul Muarif saat sosialisasi Nasional Demokrat se-Solo Raya di Karanganyar, Jawa Tengah, kemarin.

Dalam acara yang dihadiri ratusan simpatisan itu Syamsul menjelaskan mengenai kon-sep restorasi Indonesia yang diusung Nasional Demokrat. Restorasi, tambah dia, ada-lah sebuah konsep tentang perubahan menyeluruh yang semestinya dijalankan supaya sejalan dengan konstitusi.

Perubahan yang dimaksud,

sambungnya, mulai aspek per ubahan moral agar sesuai Pancasila, perubahan struk-tur penyelenggaraan negara, hingga restorasi bidang sosial, ekonomi, serta kebudayaan.

Ide dasarnya, imbuhnya, berasal dari Trisakti yang di-suarakan Presiden pertama RI Soekarno, yaitu berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebu-dayaan.

Dalam kesempatan itu, Syamsul juga menepis ru-mor mengenai kabar Nasional Demokrat akan beralih menjadi partai politik (parpol).

Sebab, sejak secara resmi dideklarasikan pada 1 Februari, lanjutnya, Nasional Demokrat telah menegaskan memosisi-kan diri sebagai organisasi kemasyarakatan.

“Cita-cita utama Nasional Demokrat adalah mempersa-tukan, karena tantangan ke de pan semakin berat. Nasional Demokrat ingin menjadi sebuah rumah bersama untuk restorasi bangsa,” tegasnya.

Karena itu, lanjut Syamsul, Nasional Demokrat sama sekali tidak berhasrat untuk berubah menjadi sebuah parpol.

Kecuali, sambungnya, kalau memang hal itu merupakan keinginan rakyat. (FR/P-1)

INDONESIA Corruption Watch (ICW) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) sepakat untuk men-gajukan gugatan judicial review atas UU No 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Ko-rupsi (KPK) ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Menurut dua lembaga itu, masa jabatan Busyro Muqod-das yang hanya satu tahun menjadi Ketua KPK melang-gar konstitusi. Karena itu, MK harus memberi kejelasan tafsir mengenai masa jabatan peng-ganti pim pinan KPK seperti yang diatur dalam Pasal 34 UU tersebut.

“Rencananya, Senin (hari ini) kami akan mengajukan gugatan itu. Kami memohon kepada hakim konstitusi untuk memberikan kejelasan tafsir soal masa jabatan pimpinan pengganti KPK. Kesalahan

tafsir terhadap pasal tersebut akan bertentangan dengan kon-stitusi Indonesia,” ujar Wakil Koordinator ICW Emerson Yuntho di Jakarta, kemarin.

Pasal itu sendiri berbunyi ‘pimpinan KPK memegang ja-batan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan’.

“Masa jabatan pengganti pimpinan KPK yang seharus-nya menjabat selama 4 tahun, tetapi diputuskan DPR hanya 1 tahun,” imbuhnya.

Hal ini, sambung dia, akan memengaruhi pemberantasan korupsi. Busyro diyakini tidak dapat bekerja maksimal.

Ia menambahkan, masa jaba-tan yang hanya satu tahun juga akan melanggar asas peman-faatan, karena proses seleksi pengganti pimpinan KPK ber-langsung lama dan mengha-biskan anggaran keuangan yang sangat besar. “Ternyata hanya akan berguna untuk sisa masa jabatan yang tidak cukup memadai untuk penegakan hukum dan pemberantasan korupsi,” cetusnya.

Salah satu yang menjadi acu-an ICW dan YLBHI, sambung-nya, adalah Pasal 22 UU No 24/2003 tentang MK. Dengan berpegang pada pasal tersebut yakni saat hakim konstitusi Harjono yang tetap menjalank-an masa jabatan selama lima tahun meskipun ia menggan-tikan Jimly Asshiddiqie yang mengundurkan diri. Penerapan yang sama, tegas Emerson, juga harus dilakukan terhadap pimpinan KPK. (Wta/P-2)

Minim PersiapanDALAM berbagai macam kegiatan bila direncanakan dengan persiapan yang matang dan berkoordinasi dengan aparat terkait dapat dipastikan berjalan dengan baik. Berbagai kegiatan misi uta-manya sukses dulu baru bicara keuntungannya lalu dibagi rata.

Bambang Rahardjo Kartawinata

Henri S Siagian

ANTARA/R REKOTOMO

Ternyata hanya akan berguna untuk sisa masa jabatan yang tidak cukup memadai untuk penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.’’

Emerson YunthoWakil Koordinator ICW

HARI INFANTERI: Sejumlah prajurit TNI-AD yang berperan sebagai anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada masa perang kemerdekaan berbaris pada upacara peringatan Hari Infanteri, di Lapangan Kodam IV/Diponegoro, di Semarang, Jateng, kemarin.

Syamsul MuarifSekjen Nasional Demokrat

MI/ROMMY P