lapak 5 traktor (bajak rotari)

Upload: muhammad-nugraha

Post on 08-Oct-2015

225 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

tektrak

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI TRAKTOR

    Pengukuran Wheel Slip dan Pemasangan Bajak Rotari Pada Traktor Poros

    Tunggal

    Oleh : Kelompok 3

    1. David Torhis Sitinjak 240110120033

    2. Reinaldy Pradana 240110120040

    3. Rizkiyanti Dwi H.M 240110120042

    4. Jeremia Kristian 240110120047

    5. Muhammad Nugraha 240110120055

    6. Ryansyah Pratama 240110120060

    7. Rizki Dicky A 240110120064

    Asisten : 1. M. Akbar Anugrah

    3. Dudin Zaenudin

    4. Ganjar Wijaya

    5. Rizky Tanda

    6. Ricky Hasiholan

    7. Dwi Agustina K

    DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam dunia pertanian, proses pengolahan tanah sangat dibutuhkan untuk

    mendapatkan kondisi atau kontur tanah yang cocok untuk proses bercocok tanam.

    Karena kondisi tanah yang baik (sesuai) akan membantu tanaman untuk dapat

    tumbuh secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat atau mesin yang

    dapat mengolah lahan secara cepat dan tidak memerlukan banyak tenaga manusia

    sehingga dapat mengurangi kejerihan manusia dalam mengolah lahan.

    Salah satu mesin yang dapat membantu proses pengolahan secara cepat dan

    tidak memerlukan banyak tenaga manusia dalam penggunaannya adalah traktor.

    Traktor terdiri dari dua jenis yaitu traktor tangan (traktor dua roda) dan traktor

    empat roda. Dalam pemakaiannya, traktor tangan dan traktor empat roda hampir

    sama yaitu dengan memasangkan implemen yang dibutuhkan berdasarkan kontur

    lahan yang tersedia.

    Akan tetapi, dalam penggunaan traktor terkadang terdapat hambatan atau

    kendala tersendiri. Kondisi dan kontur lahan yang basah atau memiliki

    kelembaban tinggi akibat hujan sering menyebabkan laju traktor terhambat.

    Kondisi lahan yang demikian dapat menyebabkan roda traktor mengalami slip.

    Slip terjadi jika ban berputar akan tetapi traktor tidak berjalan. Adapun praktikum

    kali ini akan membahas mengenai pengukuran wheel slip dan pemasangan bajak

    rotari pada traktor roda dua.

    1.2 Tujuan

    Tujuan pada praktikum teknologi traktor kali ini diantaranya :

    1. Mengetahui jumlah slip yang terjadi pada traktor.

    2. Menganalisis nilai kecepatan traktor dan nilai putaran mesin traktor yang

    digunakan.

    3. Mengetahui pola pengolahan tanah yang sesuai menggunakan traktor tangan

    dengan implemen bajak rotari pada lahan.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengolahan Tanah

    Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan

    utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun

    tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air dan

    perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah dapat berubah

    keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang meliputi sifat fisik,

    kimia dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang keseluruhannya

    menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat mekanis tanah yang

    terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja pada tanah,

    dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah perubahan tingkat

    kepadatan tanah.

    Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum tanam

    untuk membuat tanah dalam keadaan sebaik-baiknya guna pertumbuhan

    perakaran sampai pada keadaan siap ditanami. Pengolahan tanah adalah semua

    pekerjaan pendahuluan sebelum proses penanaman. Tujuan utama dari

    pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang sesuai untuk

    pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimum mungkin. Sebagai awal

    kegiatan budidaya pertanian sebelum kegiatan lainnya dilakukan, kegiatan ini

    perlu diupayakan secara efektif dan efisien, oleh karena menyangkut kualitas hasil

    dan ketepatan waktu pengolahan tanah.

    Pengolahan tanah umumnya masih didominasi oleh penggunaan cangkul

    (secara manual) oleh tenaga manusia dan alat bajak yang ditarik oleh tenaga

    ternak. Dengan penggunaan tenaga manusia dan tenaga ternak akan

    mengakibatkan produksi pertanian rendah dan waktu yang lama bila dibandingkan

    dengan penggunaan tenaga mekanis seperti traktor terutama sebagai sumber

    tenaga penarik bajak dan alat pertanian lainnya. Penggunaan traktor sebagai

    sumber tenaga dalam pengolahan tanah, diharapkan dapat mengurangi waktu dan

    biaya yang diperlukan untuk proses pengolahan tanah, kapasitas kerja menjadi

  • lebih tinggi dan pendapatan petani bertambah, sehingga dapat dilaksanakan usaha

    intensifikasi dan ekstensifikasi yang sempurna.

    Kecepatan dalam pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi kapasitas kerja efektif yang dapat dicapai dalam pengolahan tanah.

    Kapasitas kerja efektif adalah faktor yang menentukan besarnya biaya

    penggunaan alat persatuan luas. Pengolahan tanah merupakan bagian proses

    terberat dari keseluruhan proses budidaya, dimana proses ini mengkonsumsi

    energi sekitar 1/3 dari keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya

    pertanian. Cara pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan

    dan konsumsi energinya. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah

    pengolahan tanah merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan produksi

    pertanian yang optimal. Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor

    berhasilnya produksi tanaman dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik

    diperlukan pengolahan tanah dengan alat dan mesin pertanian.

    Akhir-akhir ini masalah yang utama di dalam pembukaan dan pengolahan

    tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi yang optimal. Hal ini

    dimaksudkan dari pengertian minimal tillage yaitu pengolahan yang seminimal

    mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan tanaman yang

    optimal dengan biaya yang rendah. Kegiatan pengolahan tanah dapat dibedakan

    menjadi pengolahan tanah I (primary tillage) dan pengolahan tanah II (secondary

    tillage). Kegiatan pengolahan tanah pertama secara sederhana bertujuan

    membongkar tanah menjadi bongkahan-bongkahan agar mampu menangkap

    udara, air dan sinar matahari, guna proses pelapukan sehingga tanah menjadi

    matang, bebas dari tanaman gulma dan siap untuk masuk ke pengolahan tanah

    kedua yang bertujuan menghancurkan dan mencampur bongkah tanah yang telah

    matang secara mesra (proses penghancuran dan pembusukan) agar menjadi media

    tumbuh tanaman yang baik.

    Tujuan pengolahan tanah sebagai berikut :

    1. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau

    tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai gembur, sehingga

    mempercepat infiltrasi air, berkemampuan baik menahan hujan,

    memperbaiki aerasi dan memudahkan perkembangan akar.

  • 2. Meningkatkan kecepatan infiltrasi tanah sehingga menurunkan run off dan

    mengurangi bahaya erosi.

    3. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu.

    4. Membenamkan tumbuh-tumbuhan atau sampah-sampah yang ada di atas

    permukaan tanah ke dalam tanah sehingga menambah kesuburan tanah.

    5. Membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui perubahan

    tempat tinggal dan terik matahari.

    6. Menyiapkan lahan sebagai media tumbuh tanaman yang baik.

    Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :

    1. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia.

    2. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.

    3. Menurunkan ongkos produksi.

    4. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi.

    5. Meningkatkan taraf hidup petani.

    6. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian

    kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial

    farming).

    Proses yang terjadi pada pengolahan tanah dengan bajak dapat

    diasumsikan terdiri dari beberapa bagian proses. Untuk alat ini, proses yang

    terjadi terdiri dari proses intake, main flow dan output. Proses intake merupakan

    proses dimana suatu bagian/lapisan tanah dipisahkan dari bagian utamanya.

    Proses main flow adalah proses yang terjadi selama tanah bergerak sepanjang

    bagian alat (plough-body). Proses output mencakup perubahan yang terjadi

    setelah irisan tanah terlepas dari alat.

    2.2 Pola Pengolahan Tanah (Pembajakan) Dengan Traktor Tangan

    Mesin rotari dapat digolongkan sebagai alat pengolah tanah pertama

    maupun kedua. Karena selain memotong, mengangkat dan membalik tanah, mesin

    ini juga menghancurkan bongkahan tanah, sekaligus meratakan. Bekerjanya mesin

    rotari tidak hanya ditarik oleh traktor tetapi terutama karena diputarnya susunan

  • pisau pada poros. Putaran pisau ini biasanya searah dengan putaran roda ke depan.

    Pisau-pisau mesin rotari dibuat melengkung. Apabila susunan pisau diatur ke arah

    dalam semua maka akan diperoleh hasil pengolahan tanah yang berbentuk

    cembung. Apabila disusun ke arah luar semua (kecuali pisau terluar) akan

    didapatkan hasil cekung. Untuk mendapatkan arah yang datar, posisi pisau diatur

    seimbang.

    Gambar 1. Bajak Rotari

    (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013)

    Pemasangan bajak ke traktor tangan adalah sebagai berikut : Pemasangan

    mesin rotari biasanya cukup menggunakan dua buah mur-baut, namun ada juga

    yang menggunakan pena seperti bajak. Hal ini disebabkan beban yang dibutuhkan

    untuk menarik rotari lebih kecil dibandingkan dengan bajak. Di bagian atas mesin

    rotari kadang-kadang dilengkapi dengan pengait untuk menahan beban mesin

    rotari dan membantu dalam pemasangan.

    Gambar 2. Posisi Bajak Ke Traktor

    (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013)

  • Kedudukan mesin rotari harus satu sumbu dengan traktor. Setelah mesin

    rotari tepasang dengan mantap, baru dipasang rantai penerus daya. Beberapa jenis

    mesin rotari, rantainya menyatu, sehingga pemasangannya harus berbarengan

    dengan mesin rotari.

    Berdasarkan cara penggandengan peralatannya traktor kecil

    diklasifikasikan dalam tiga kelompok :

    1. Tipe Unit (Integral Maunted Tractor) adalah traktor roda dua yang

    peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu as) dengan gigi

    transmisi.

    2. Tipe Gusur (Trailing Type), peralatannya digandengkan ke traktor dengan

    pen (pasak) jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari

    traktor.

    3. Tipe Kombinasi (Combination Type), traktor yang dapat dipakai secara

    tipe gusur dan tipe unit. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain)

    sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar

    (rotari tiller).

    Pengolahan tanah, perlu menggunakan pola-pola tertentu. Tujuan dari pola

    pengolahan tanah ini adalah :

    1. Lebih efisien, dengan menggunakan pola yang sesuai diharapkan :

    a. Waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen

    pengolahan tanah diangkat) sesedikit mungkin.

    b. Lahan yang diolah tidak diolah lagi sehingga diharapkan pekerjaan

    pengolahan tanah bisa lebih efisien.

    2. Lebih efektif

    Hasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata.

    Bagian lahan yang diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur

    berikutnya, sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih

    efektif.

    Beberapa macam pola pengolahan tanah yang disesuaikan dengan bentuk

    lahan dan jenis alat yang digunakan. Beberapa pola pengolahan tanah, antara lain :

  • 2.2.1 Pola Tengah

    Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan kedua

    pada sebelah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan dan membajak

    rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya dengan cara

    berputar ke kanan sampai ke tepi lahan. Pola ini cocok untuk lahan yang

    memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua

    ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3

    pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah

    dengan cara manual (dengan cangkul).

    Gambar 3. Pengolahan Pola Tengah

    (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013)

    Pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow) yaitu alur bajakan

    yang saling berhadapan satu sama lain, sehingga akan terjadi penumpukan

    lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan.

    Gambar 4. Alur Balik

    (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013)

    Gambar 5. Alur Tepi Tidak Tertimbun

    (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013)

  • 2.2.2 Pola Tepi

    Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan. Berputar ke

    kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah lahan. Lemparan pembajakan ke arah luar

    lahan. Pada akhir pengolahan, operator akan kesulitan dalam membelokkan

    traktor.

    Gambar 6. Pola Pengolahan Tepi

    (Sumber : Defredo, 2005)

    Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak

    terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan

    yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa

    lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul).

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pembajakan yaitu :

    1. Menjaga agar traktor berjalan lurus. Pada saat membajak, tanah hasil

    bajakan akan terlempar ke arah sisi tepi (biasanya ke kanan), sehingga

    bajak akan terdorong ke kiri, dan traktor akan terdorong dan akan berbelok

    ke kanan. Operator harus menahan agar traktor tetap berjalan lurus. Untuk

    mengontrol agar jalannya traktor lurus, sesaat sebelum melakukan

    pembajakan, operator melihat satu titik lurus di depan. Pada saat akan

    mengontrol, operator dapat melihat kembali titik tadi apakah masih berada

    lurus di depan.

    2. Menjaga kedalaman pembajakan. Pada saat membajak, tanah akan

    terangkat ke atas, sehingga bajak akan terdorong ke bawah, dan bagian

    depan traktor akan terangkat. Operator harus menahan agar posisi traktor

    stabil. Untuk implemen yang baik, biasanya dilengkapi dengan peralatan

  • yang dapat menahan bajak, sehingga kedalaman bisa dijaga, dan operator

    tidak perlu menahan. Biasanya di bagian depan traktor juga dilengkapi

    dengan pemberat untuk menyeimbangkan beban.

    3. Mengangkat implemen, apabila implemen menabrak halangan yang

    menimbulkan beban berat seperti : batu besar, tanah keras atau liat, batang

    atau tanggul pohon besar dan sebagainya. Dengan mengangkat implemen,

    beban traktor akan berkurang. Selain itu juga dapat menjaga agar

    implemen tidak rusak.

    2.3 Bajak Rotari / Pisau Berputar

    Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.

    Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak

    ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu

    poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui

    pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi dan tanaman hortikultura.

    Menggunakan bajak putar saat pengolahan tanah dapat dilakukan sekali tempuh.

    Bajak putar atau bajak rotari dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering

    ataupun tanah sawah. Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun

    mempunyai pisau pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang

    pada rangka bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4, 5, 6 inci dan

    memerlukan daya sebesar 90 daya kuda.

    Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul.

    Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah.

    Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan

    lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang

    18 cm bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm. Salah

    satu masalah dari penggunaan bajak putar ialah apabila di dalam tanah terdapat

    benda-benda keras, untuk itu biasanya diadakan pengamanan (dilengkapi per-per

    pada pisaunya, adanya pengamanan slip pada mesinnya).

    Berdasarkan atas sistem pengambilan daya untuk menggerakkan rotor dan

    pisau dari bajak putar, jenis bajak putar secara garis besar dibedakan menjadi dua,

    yaitu :

  • 1. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah

    dari tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).

    2. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari pto traktor, yang sekaligus

    traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor).

    Prinsip kerja bajak putar pisau-pisau dipasang pada rotor secara melingkar

    hingga beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap.

    Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan memotong tanah.

    Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan tergantung pada kedalaman

    dan kecepatan maju.

    Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau diakibatkan daya dari

    motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya khusus sampai ke rotor

    tersebut. Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar kecil yang digerakkan

    dengan traktor tangan biasanya menggunakan sistem hubungan roda cakram

    dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang digerakkan dengan traktor

    besar, biasanya menggunakan universal joint.

    Bagian-bagian bajak putar adalah :

    1. Pisau, berfungsi untuk mencacah saat bajak putar beroprasi. Pisau ini juga

    cukup baik untuk mencacah gulma maupun seresah, namun tidak dapat

    menutupnya dengan tanah secara baik seperti jika menggunakan bajak

    singkal maupun bajak piringan. Besar dan jumlah pisau disesuaikan

    dengan daya penggerak dan keperluannya. Cara pemasangan pisau dalam

    hubungannya dengan bentuk permukaan dan hasil pengolahan tanah.

    2. Poros putar, berfungsi untuk memutar rotor-rotor bajak putar.

    3. Rotor, berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak putar.

    4. Penutup belakang (rear shield), berfungsi membantu penghancuran tanah.

    5. Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman

    pengolahan tanah.

    Sistem pemasangan pisau, dengan jumlah yang lebih sedikit akan

    memperoleh sedikit hambatan karena adanya seresah pada tanah dan pisau dapat

    masuk lebih dalam pada tanah sehingga seresah dapat bercampur dengan tanah.

  • Juga dapat mengurangi kemungkinan macetnya alat pada waktu kerja di tanah

    yang basah dan lengket. Namun hasil pengolahan diperoleh bongkah yang lebih

    besar.

    Kecepatan perputaran pisau dan kecepatan maju akan mempengaruhi

    kehalusan pengolahan tanah, semakin cepat perputaran pisau akan diperoleh

    pemotongan yang semakin halus, makin lambat perputaran pisau maka hasil

    pemotongan akan besar-besar. Pada kecepatan rendah, kemungkinan

    penyumbatan oleh tanah dan seresah makin besar tetapi kecepatannya yang besar

    akan dapat merusak struktur tanah dan mengurangi umur pemakaian pisau.

    Kandungan air tanah, bila tanah dikerjakan pada kandungan air dimana ikatan

    partikel kecil maka hasil pengerjaan tanah akan lebih halus.

    Merancang pengolah tanah rotari harus dipenuhi persyaratan, yaitu :

    a. Alat mesin mempunyai manuverabilitas tinggi sesuai dengan kondisi kerja

    yang lembab atau basah.

    b. Alat mesin mampu mengolah tanah dengan kedalaman yang cukup untuk

    membenamkan sisa tanaman dan mencampur lapisan tanah atas secara

    vertikal.

    c. Desain rotari dilengkapi pengatur guna mengatasi tanah basah dan sisa

    tanaman.

    d. Permukaan tanah hasil kerja rata, tanpa terbentuknya alur-alur atau

    gundukan tanah.

    e. Alat mesin mempunyai ketahanan kerja, kekuatan konstruksi dan

    pelindung bagian-bagian penting terhadap benturan benda keras.

    Pengolahan tanah dengan rotari menghasilkan kualitas penghancuran dan

    campuran yang sempurna antara cacahan gulma/sisa tanaman dengan tanah.

    Gulma sisa tanaman yang terbenam dalam tanah tersebut akan membusuk dan

    menjadi pupuk organik. Pengolahan tanah dengan rotari juga dinilai sebagai cara

    terbaik dalam menghasilkan pelumpuran sehingga menjadi media tumbuh yang

    optimum dan menekan pertumbuhan gulma.

    Bilah pisau tipe C sesuai untuk lahan kering maupun sawah, karena dapat

    memotong sisa-sisa tanaman. Desain bilah pisau melibatkan tahapan yang rumit,

  • meliputi penempaan, pembentukan bilah sesuai kurva sudut rasional agar sisa-sisa

    tanaman tidak mengkait. Ketebalan pisau C berkisar 9,0 10 mm bagian leher

    dan 4,5 5,0 mm (bagian tengah dan ujung) dengan sisi ketajaman tunggal.

    Pengolah tanah rotari dengan lebar kerja 60 cm, akan memakai 12 15 bilah

    pisau dengan urutan kerja membentuk sudut 45. Kedalaman olah bervariasi

    antara 10 20 cm, dan pengalaman di lapangan berkisar 10 15 cm terutama

    pada lahan dengan ketersediaan air irigasi cukup.

    Kualitas pencampuran pada pengolahan tanah menggunakan rotari tidak

    hanya tergantung pada sifat tanah, juga kecepatan putar rotari, bentuk dan posisi

    dari pelindung rotari kaitannya dengan lemparan pertikel tanah.

    Tabel 1. Kecepatan Putar Rotari Untuk Pengolahan Tanah

    rpm Kondisi Tanah Kecepatan Maju (m/s)

    150 200 Tanah pasir gembur basah 0,5 0,7

    200 300 Tanah biasa Tanah lengket 0,3 0,5

    300 400 Tanah sangat lengket 0,2 0,3

    Tanah kering dan keras kecepatan maju diperkecil dan

    putaran rotari ditingkatkan

    Sumber :

    Gambar 7. Traktor Tangan Bajak Rotari

    (Sumber : Defredo, 2005)

    Pengolahan tanah kedua atau sekunder diartikan sebagai pengadukan tanah

    sampai kedalaman yang komparatif tidak terlalu dalam. Alat alat yang biasa

    digunakan dalam pengolahan tanah sekunder adalah garu, penggembur dan

    pemberaan. Salah satu garu yang paling sering digunakan adalah garu rotari.

  • Garu rotari merupakan garu yang berupa pisau-pisau yang dipasang pada

    suat poros yang berputar karena digerakkan oleh suatu motor, kedalaman garu

    rotari berkisar antara 10 25 cm dan mempumyai kelebihan dapat membajak dan

    menggaru pada waktu yang bersamaan. Rotari merupakan mesin yang efisien

    karena dapat melakukan pengolahan tanah, pemecahan tanah, dan perataan tanah

    dalam satu proses. Sumber tenaga putar rotari didapatkana dari putaran PTO

    traktor.

    Power Take Off (tempat pengambilan daya) merupakan keluaran daya dari

    mesin traktor yang berupa putaran yang bisa digunakan untuk menggerakkan

    peralatan lain. Poros PTO dihubungkan secara langsung dengan poros setelah

    kopling, kemudian PTO sendiri menggunakan versneling tersendiri untuk

    mengatur kecepatan putar PTO agar sesuai dengan kebutuhan.

    Keuntungan dari penggunaan garu rotari adalah :

    a. Pengolahan dan penghancuran bongkahan dilakukan secara berurutan.

    b. Tanah tidak dapat berpindah.

    c. Pencampuran pupuk bisa lebih seragam dengan tanah.

    d. Biaya pengolahan menjadi lebih murah.

    e. Tidak memerlukan banyak penyetelan alat.

    Roda traktor berguling akan mengalami gaya traksi, tahanan gelinding,

    gaya kemudi, gaya dukung tanah dan gaya akibat berat traktor. Traksi adalah gaya

    dorong yang dihasilkan oleh roda traktor atau alat traksi lainnaya. Arah traksi

    adalah searah dengan arah gerak traktor dan berlawanan arah dengan tahanan

    gelinding. Traksi dapat diperoleh sebagai reaksi dari roda penggerak melawan

    tanah, yang sangat tergantung pada keadaan kualitas tanah.

    Pada kondisi tanah dan keadaan permukaan tanah tertentu maka faktor

    yang memengaruhi traksi dapat dilihat dari segi alat traksi adalah jenis dan

    keadaan alat traksi serta beban yang diterima. Besarnya tenaga maksimum yang

    dapat dikerahkan roda ke permukaan tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah terhadap

    roda sehingga memungkinkan roda menghasilkan tenaga tarik lebih besar. Hal ini

    tergantung pada ketahanan tanah terhadapat keretakan, kohesi tanah (pada tanah

    liat) dan sudut gesekan dalam tanah.

  • 2.4 Slip (Slippage)

    Intensitas slip merupakan pengurangan kecepatan maju traktor karena

    beban operasi pada kondisi lapang. Slip roda yang terjadi pada roda traksi traktor

    dapat diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat operasi dengan

    beban dibandingkan dengan kecepatan teoritis. Slip roda traktor merupakan salah

    satu faktor pembatas bagi pengoperasian traktor-traktor pertanian. Slip akan selalu

    terjadi pada traktor baik pada saat menarik beban maupun saat tidak menarik

    beban.

    Slip terjadi bila roda meneruskan gaya-gaya pada permukaan alas,

    pengukuran slip agak rumit akibat pengecilan jari-jari ban efektif statis maupun

    dinamis. Meningkatkan slip roda dapat menambah kemampuan traksi, gaya tarik

    traktor masih dapat ditambah dengan menaikkan slip hingga 30 %, tetapi slip

    yang optimum pada operasi traktor adalah 10 17 %. Slip roda traksi merupakan

    selisih antara jarak tempuh traktor saat dikenai beban dengan jarak tempuh traktor

    tanpa beban pada putaran roda penggerak yang sama.

    Untuk menghitung slip roda traksi pada pada persamaan berikut :

    St = So Sb

    So 100 % .............................................................................. (1)

    dimana :

    St = Slip roda traksi (%)

    Sb = Jarak tempuh traktor saat diberi pembebanan dalam 10 putaran roda

    (m)

    So = Jarak tempuh traktor tanpa beban dalam 10 putaran roda (m)

    Besarnya slip dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

    a. Beban pada roda traksi.

    b. Jenis, ukuran, dan kondisi roda traksi.

    c. Jenis dan kondisi tanah/landasan traksi.

    Slip pada roda dapat diperkecil dengan memperhatikan fakror-faktor

    sebagai berikut : (1) diameter roda (2) lebar roda (3) bentuk lempengan tapak, (4)

    sudut lempengan tapak terhadapat garis singgung roda dan sumbu roda (5) jarak

  • antara lempengan. Penurunan tenaga yang dibutuhkan untuk mengatasi slip akan

    menaikkan tenaga tarik taktor. Perbedaan kecepatan dan transmisi yang

    digunakan juga dapat memberikan pengaruh pada slip. Efisiensi tenaga tarik yang

    tertinggi dalam mengolahan tanah adalah pada tingkat slip antara 15 25 %. Pada

    tanah liat yang basah, tenaga terbesar untuk menarik mungkin dicapai pada slip

    sekitar 35 %.

    Tanah basah atau becek slip dapat terjadi sampai 60 % dan hanya

    menghasilkan tanah sekitar 10 20 %. Hal ini berarti banyak tenaga yang hilang

    untuk mengatasi tahanan gelinding dan slip roda serta hasil yang didapat berupa

    proses pelumpuran oleh roda. Dalam penggunaan traktor pada tanah liat basah

    atau lumpur, harus diperhatikan luas kotak permukaan roda dengan tanah untuk

    menaikkan tarikan, makin luas permukaan, maka tarikan akan makin baik.

    Kelengketan tanah pada sirip dari roda besi adalah salah satu hal yang

    dapat menyebabkan tingginya slip. Jika kelengketan tanah pada sirip sangat

    banyak akan menimbulkan roda besi ini ditutupi tanah, sehingga gaya angkat yang

    akan dihasilakan akan kecil dan menyebabkan tingginya slip roda.

  • BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali adalah sebagai

    berikut :

    1. Pita ukur (meteran).

    2. Patok.

    3. Stopwatch.

    4. Traktor poros tunggal.

    3.2 Prosedur Praktikum

    Pada pelaksanaan praktikum ada beberapa prosedur kegiatan yang

    dilakukan, yaitu :

    1. Diameter roda traktor poros tunggal diukur dengan menggunakan pita ukur.

    2. Mesin traktor poros tunggal dinyalakan.

    3. Pada bagian tengah ban roda diberi tanda dengan menggunakan patok.

    4. Jarak traktor saat pergi dihitung hingga sepuluh kali putaran serta waktu

    dihitung menggunakan stopwatch.

    5. Proses nomor 3 diulangi pada saat pulang.

    6. Mesin traktor poros tunggal dimatikan.

    7. Bajak rotari dipasang pada traktor poros tunggal.

    8. Slip dihitung dengan menggunakan rumus.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    4.1.1 Perhitungan

    1. Diameter roda = 55 cm

    = 0,55 m

    2. Jarak teoritis So = d n

    = 0,55 m 10

    = 17,27875959 m

    3. Jarak aktual Sb1 = 16,87 m

    Sb2 = 17,15 m

    4. Waktu efektif

    - t1 = 24,32 detik

    - t2 = 26,55 detik

    5. Kecepatan rata-rata V = Sb

    t

    - V1 = Sb1t1

    = 16,87 m

    24,32 s = 0,6936677632 m/s

    - V2 = Sb2t2

    = 17,15 m

    26,55 s = 0,6459510358 m/s

    6. Slip So Sb

    So 100 %

    - Slip1 = So Sb1

    So 100 %

    = 17,27875959 m 16,87 m

    17,27875959 m 100 %

    = 2,365676702 %

  • - Slip2 = So Sb2

    So 100 %

    = 17,27875959 m 17,15 m

    17,27875959 m 100 %

    = 0,7451900082 %

  • 4.2 Pembahasan

    Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan terhadap laju

    traktor tangan, yaitu slip yang dialami traktor ketika dioperasikan pada lahan.

    Percobaan ini dilakukan di area lapangan merah dengan kondisi tanah yang

    sedikit basah karena hujan.

    Pada dasarnya, ketika traktor ataupun kendaraan lainnya dioperasikan di

    daerah dengan tanah yang basah akan lebih sulit dibandingkan ketika dioperasikan

    di lahan yang kering karena pada lahan yang basah, tanah yang dilintasi ban

    traktor akan ikut terbawa dan menggumpal pada bagian ban traktor sehingga

    sedikit menyulitkan laju traktor serta menambah beban laju pada traktor.

    Traktor yang digunakan yakni jenis traktor tangan. Sebelum traktor tangan

    dioperasikan, terlebih dahulu dimensi ban pada traktor tersebut diukur, dan

    didapatkan ukuran diameter ban kiri dengan ban kanan tidak sama.

    Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada

    saat traktor dioperasikan di lahan menghasilkan laju yang tidak konstan dan

    sangat tidak beraturan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya putaran yang

    dihasilkan pada masing-masing roda. Dimana pada roda menghasilkan 10 putaran.

    Perbedaan jumlah putaran yang dihasilkan oleh masing-masing roda

    disebabkan oleh kondisi tanah pada lahan yang cukup kuat sehingga proses

    pembajakkan membutuhkan daya yang cukup kuat pula. Selain itu tekstur tanah

    yang bergunung-gunung dan tidak merata juga menjadi faktor yang

    mempengaruhi banyaknya putaran yang terjadi pada masing-masing roda, dimana

    pada saat proses membajak sebagian roda ada yang berputar dan sebagian roda

    yang lain ada yang mengalami slip maupun skid.

    David Torhis

    240110120033

  • 4.2 Pembahasan

    Praktikum ini yaitu mengukur slip dan skid dengan traktor poros tunggal.

    Pada praktikum ini kita mengukur pada waktu efektif, kecepatan dan slip, akan

    tetapi kita mengukur pada diameter roda dan jumlah putaran roda pada traktor.

    Diameter pada traktor didapatkan 55 cm. Setelah mendapatkan diameter roda

    traktor, kita dapat waktu efektif dan waktu hilang, waktu yang didapat pada waktu

    efektif 1 yaitu 24,32 detik dan waktu efektif 2 yaitu 26,55 detik. Setelah mendapat

    waktu efektif, hasil berjalannya oleh traktor mendapatkan rata-rata lebar kerja,

    jarak teoritis dan jarak aktual. Pada rata-rata jarak aktual 1 didapatkan 16,87 m,

    dan jarak aktual 2 yaitu 17,15. Sedangkan jarak teoritis yang didapat 17,78 m dan

    juga kecepatan rata rata 1 yang didapat yaitu 0,693 km/jam dan kecepatan rata

    rata 2 yaitu 0,645 km/jam. Setelah mendapatkan data ketiga itu dilanjutkan

    menghitung slip. Setelah mendapat rata-rata jarak aktual, teoritis dan kecepatan,

    kita dapat mengukur slip roda traktor saat penggarapan atau pengolahan tanah.

    Slip 1 pada putaran pada traktor yang didapatkan yaitu sekitar 2,36 % dan slip 2

    sebesar 0,7451 %.

    Setelah mendapatkan waktu efektif dan jarak aktual, kita juga harus

    mengetahui titik penting dalam pengolahan tanah menggunakan gigi 1 yaitu

    kecepatan traktor dalam memggunakan gigi 1 dan slip pada traktor menggunakan

    implemen. Kecepatan traktor dalam menggunakan implemen yang didapat yaitu

    1,08 km/jam dan juga slip pada traktor yang didapat dalam menggunakan gigi 1

    yaitu 17,24 %.

    Dalam praktikum ini, perhitungan dalam pengukuran slip dan skid sangat

    penting, disebabkan karena untuk slip dan skid pada traktor juga diukur dalam

    pengolahan tanah dimana kondisi traktor melakukan tahanan bekerja dalam

    penggunaan gigi 1.

    Reinaldy Pradana

    240110120040

  • 4.2 Pembahasan

    Pada praktikum teknologi traktor kali ini yaitu pengukuran wheel slip dan

    pemasangan bajak rotari pada traktor poros tunggal yang dilakukan

    perhitungannya terhadap slip pada roda traktor tangan. Praktikum ini dilakukan

    dilahan praktikum yang terdapat di lapangan merah Universitas Padjadjaran. Slip

    adalah suatu kondisi di mana traktor mengalami pergerakan perputaran roda

    berulang-ulang pada satu titik lokasi dengan tingkat kelicinan tertentu. Slip

    merupakan suatu permasalahan dalam proses pengolahan tanah, sehingga

    perhitungan slip perlu dilakukan agar diperoleh suatu solusi yang dapat

    mengoptimalkan proses pengolahan tanah. Slip dapat diakibatkan oleh beberapa

    faktor seperti kondisi lahan di lapangan serta traksi yang diberikan oleh ban itu

    sendiri.

    Pengukuran dan pengamatan pada praktikum kali ini, sama dengan

    praktikum-praktikum sebelumnya hanya saja kali ini menggunakan traktor tangan.

    Dengan metode yang sama yakni parameter yang diperlukan pada pengukuran

    wheel slip ini yaitu diameter roda, jarak teoritis, jarak aktual, waktu, kecepatan

    rata-rata. Kemudian akan didapatkan perhitungan slip dengan rumus So Sb

    So 100

    %.

    Ketika pengukuran dilakukan, praktikan mempersiapkan patok dan meteran

    juga stopwatch. Pada putaran roda hingga 10 kali, maka traktor diharuskan

    memutar balik ke tempat semula. Dari pergi dan pulang pengamatan traktor

    tangan ini didapatkan waktu pergi 24,32 detik dan pulang 26,55 detik. Kemudian

    dari parameter-parameter yang diamati, slip yang didapatkan sebesar 2,3656 %

    dan 0,7451 %.

    Untuk mengatasi slip dapat dilakukan dengan menurunkan tenaga yang

    disalurkan ke roda sehingga tenaga tarik traktor akan semakin besar. Penurunan

    tenaga yang dibutuhkan untuk mengatasi slip akan menaikkan tenaga tarik pada

    traktor. Perbedaan kecepatan dan perbedaan transmisi yang digunakan juga dapat

    memberikan pengaruh pada slip. Pada praktikum ini, digunakan gigi yang berbeda

    pada saat menjalankan traktor. Perbedaan gigi ini akan mempengaruhi kecepatan

    pada traktor. Semakin besar gigi yang digunakan maka akan semakin besar pula

    tenaga tarik traktornya, sehingga traktor tersebut berjalan lebih cepat dan semakin

    Rizkiyanti Dwi H.M

    240110120042

  • besar gigi yang digunakan maka akan semakin kecil slip yang terjadi. Selain itu

    kondisi tanah juga mempengaruhi terjadinya slip. Pada tanah yang kering slip

    biasanya terjadi sampai 15 - 25 %, sedangkan pada tanah basah terjadi sekitar 35

    %.

    Kemudian pemasangan implemen yaitu bajak rotari. Implemen traktor di

    sini adalah peralatan yang digunakan pada traktor sesuai dengan kegunaannya.

    Sebuah traktor tidak dapat digunakan untuk mengolah tanah jika traktor tersebut

    tidak dipasangi oleh implemen. Implemen pada traktor dapat digolongkan menjadi

    empat kelompok, yaitu alat pembuka, alat penghancur atau penghalus, alat perata,

    alat pemeliharaan. Dan kegunaan dari implement ini adalah mempercepat waktu

    penanganan pra-panen, menaikkan kualitas, kuantitas, serta kapasitas produksi,

    mengurangi tenaga manusia yang kurang efisien dan memperluas area pertanian.

  • 4.2 Pembahasan

    Pada praktikum Teknologi Traktor kali ini, praktikan melakukan

    perhitungan nilai slip pada traktor tangan, praktikum dilakukan di lapangan merah

    dengan kondisi tanah yang cukup basah, pada umumnya tanah basah akan sedikit

    sulit untuk dilajui oleh traktor dikarenakan tanah basah akan menempel atau

    mudah melekat pada roda traktor sehingga laju traktor pun sedikit lambat.

    Traktor tangan yang digunakan adalah traktor tangan manual, traktor tangan

    manual ini berbeda dengan traktor tangan tangan matic dimana traktor tangan

    manual ini terdapat tuas untuk daya sehingga perlu disesuaikan terlebuh dahulu

    sebelum digunakan.

    Pembahasan kali ini yaitu pengaruh slip pada traktor tangan khususnya pada

    roda yang ada pada traktor, slip itu sendiri adalah selisih jarak yang dicapai atas

    dasar perhitungan jumlah putaran roda dengan jarak sesungguhnya dibagi jarak

    yang dapat dicapai dengan putaran roda. Pada praktikum ini mengukur terlebih

    dahulu dimensi roda traktor dimensi roda traktor yaitu berdiameter 0,55 m atau 55

    cm, pada praktikum ini menghitung jumlah putaran roda sebanyak 10 kali. Slip

    pada traktor itu sendiri dipengaruhi oleh diameter roda, lebar roda, bentuk

    lempengan tapak dan sudut lempengan tapak terhadap garis singgung roda dan

    sumbu roda. Sehingga slip terjadi apabila dipengaruhi oleh komponen-komponen

    tersebut.

    Pada hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa jarak aktual yang

    menggunakan meteran untuk pengukuran jaraknya dibandingkan dengan jarak

    teoritis yang menggunakan rumus untuk perhitungannya terdapat perbedaan, pada

    jarak aktual itu sendiri didapatkan hasil dengan jarak yang ditempuh selama 10

    putaran roda yaitu berjarak 16,87 m dan 17,15 m karena pulang-pergi sedangkan

    jarak teoritis dengan 17,27875959 m dapat dilihat bahwa perbedaan tersebut

    terjadi pada waktu yang dihitung tidak tepat saat roda tepat 10 putaran.

    Selanjutnya adalah pembahasan mengenai nilai slip, berdasarkan hasil

    pengamatan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada saat traktor dioperasikan

    di lahan menghasilkan laju yang tidak konstan dan sangat tidak beraturan yaitu

    sebesar 0,6936677632 m/s dan 0,6459510358 m/s. Didapatkan nilai slip sebesar

    Jeremia Kristian

    240110120047

  • 2,365676702 % dan 0,7451900082 %, slip tersebut terjadi karena lahan yang

    cukup basah.

    Selain menghitung nilai slip, pada praktikum ini dikenalkan bagaimana

    pemasangan bajak rotari pada traktor tangan ini. Bajak rotari adalah bajak yang

    terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Ada tiga jenis bajak rotari yang biasa

    dipergunakan. Ada 3 jenis bajak rotari yaitu tipe tarik dengan mesin tambahan

    (pull auxiliary rotary engine), pada jenis ini terdapat motor khusus untuk

    menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya ditarik oleh traktor. Tipe tarik

    dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow) dimana alat ini

    digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch). Untuk

    memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor. Tipe kebun berpenggerak

    sendiri (self propelled garden type rotary plow). Bajak yang digunakan pada

    praktikum ini adalah tipe tarik dengan penggerak PTO dimana daya pada motor

    disalurkan ke bajak dengan menggunakan sproket dan rantai sehingga putaran

    pada motor akan disalurkan ke bajak dan bajak pun akan berputar.

    Adapun kesalahan-kesalahan yang benar-benar terjadi pada saat praktikum

    berlangsung ini terlihat pada hasil jarak teoritis dan jarak aktual yang berbeda

    jauh. Faktor-faktor ini bisa disebabkan oleh :

    1. Kurangnya ketelitian praktikan saat melakukan praktikum.

    2. Kondisi alat yang dilakukan bergantian.

    3. Pada saat perhitungan jarak aktual menggunakan meteran yang sulit untuk

    diluruskan sehingga tidak tepat jarak yang diukur.

    4. Waktu menggunakan stopwatch yang tidak tepat pada saat putaran roda

    sudah 10 kali putaran.

  • 4.2 Pembahasan

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan nilai diameter

    roda traktor poros tunggal sebesar 55 cm yang apabila dikonversikan kedalam

    satuan meter adalah 0,55 m pengukuran dilakukan menggunakan pita ukur

    (meteran) serta untuk jarak teoritis roda adalah 17,27875959 m sedangkan jarak

    aktual roda 10 putaran roda pada saat pergi adalah 16,87 m dan pada saat pulang

    adalah 17,15 m sehingga didapatkan rata-rata sebesar 17,01 m. Waktu efektif

    pengukuran pada saat pergi adalah 24,32 detik, untuk waktu efektif pengukuran

    pada saat pulang adalah sebesar 26,55 detik. Besar kecepatan rata-rata roda saat

    jarak aktual pergi dibagi dengan waktu efektif pengukuran pada saat pergi adalah

    sebesar 0,6936677632 m/s serta kecepatan rata-rata roda saat jarak aktual pulang

    dibagi dengan waktu efektif pengukuran pada saat pulang adalah sebesar

    0,6459510358 m/s. Nilai slip setelah dihitung menggunakan persamaan

    didapatkan slip pada pengukuran pergi dan pulang secara berurutan adalah

    2,365676702 % dan 0,7451900082 %. Traktor yang digunakan pada saat proses

    pengukuran berlangsung adalah traktor tangan manual dimana traktor tangan

    manual memiliki transmisi secara manual dan memiliki kopling untuk setiap

    tingkatan dayanya sehingga sedikit lebih rumit dan perlu keahlian yang baik untuk

    dapat menggunakannya, berbeda dengan praktikum sebelumnya yang

    menggunakan traktor tangan matic.

    Setelah proses pengukuran, maka praktikan memasang bajak rotari pada

    traktor poros tunggal dimana bajak rotari mempunyai pisau pemotong (cangkul-

    cangkul kecil) yang berputar dan digerakkan oleh mesin pembantu/tambahan.

    Bajak ini sering disebut bajak putar, jenis ini banyak ditemui pada pengolahan

    tanah sawah untuk pertanaman. Ada tiga jenis bajak rotari yang banyak digunakan

    saat ini, yaitu : tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine),

    dilengkapi dengan motor khusus untuk menggerakkan bajak. Tipe tarik dengan

    penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow), umumnya alat ini

    digandengkan dengan traktor, sedangkan tenaga pemutar bajak menggunakan

    tenaga dari as PTO. Tipe kebun bergerak sendiri (self propeled garden type rotary

    plow), alat ini sering terdapat pada traktor tangan (hand tractor).

    Muhammad Nugraha

    240110120055

  • Pada saat praktikum kondisi lapangan tidak bersahabat, kondisi tanahnya

    memiliki kelembaban yang tinggi sehingga ban traktor tertutupi tanah sehingga

    alur ban traktor tidak bisa menggigit tanah akibatnya traktor banyak mengalami

    slip. Praktikum kali ini mengalami hambatan dan hambatan itu dapat disebabkan

    oleh beberapa faktor meliputi kelembaban tanah yang tinggi membuat gerak

    traktor menjadi sulit dan traktor sangat sulit berjalan lurus selalu berkelok-kelok,

    hal ini juga dapat menyebabkan slip pada traktor. Kadar liat yang tinggi ditambah

    kondisi lahan setelah hujan, membuat lahan menjadi licin, sehingga tanah semakin

    liat. Distribusi tekanan traktor menjadi tidak merata pada setiap titiknya sehingga

    dengan demikian pergerakan traktor menjadi tidak stabil. Slip pada roda traktor

    yang sangat besar mengakibatkan laju gerak traktor tidak lurus menjadi berkelok-

    kelok. Faktor kesalahan operator pada saat pengukuran data akan selalu menyertai

    dalam setiap pengukuran dilapangan. Faktor ini kemungkinan besar juga terjadi

    pada saat pengukuran pada praktikum kali ini, kesalahan pembacaan ukuran pun

    dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang ada.

    Slip adalah suatu kondisi dimana traktor mengalami pergerakan perputaran

    roda berulang-ulang pada satu titik lokasi dengan tingkat kelicinan tertentu. Slip

    akan membuat traktor sukar untuk melaju, kemampuan laju berkurang, jarak

    tempuh lebih sedikit dan waktu pembajakan menjadi lebih lama. Skid adalah

    kondisi traktor bergerak dalam kondisi bergeser. Perputaran roda terjadi yang

    kemudian diiringi dengan pergeseran keadaan traktor atau kendaraan lainnya dari

    kedudukannya semula. Dengan demikian traktor akan mengalami irama

    pergerakan yang tidak stabil yang berkelok-kelok saat traktor berjalan walaupun

    perputaran rodanya tinggi pada saat itu.

  • 4.2 Pembahasan

    Pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan pengukuran, slip serta

    cara pemasangan implemen yang telah dipasang di traktor poros tunggal (traktor

    tangan). Hal yang harus pertama kali dilakukan praktikan adalah praktikan

    mengukur diameter roda traktor, hal ini bertujuan agar praktikan dapat

    menghitung berbagai aspek yang akan ditanyakan nantinya, hanya saja traktor

    poros tunggal yang digunakan traktor poros tunggul manual (non-matik). Seperti

    langkah-langkah yang telah dipelajari sebelumnya, praktikan memutar memasang

    engkol pada mesin traktor dan memutarnya searah jarum jam dan menarik choke,

    tidak lupa menyeting start di traktor tersebut. Setelah traktor hidup, barulah

    praktikan menyeting gigi yang terdapat para traktor sesuai dengan pedoman yang

    telah ada, lalu traktor dioperasikan sepuluh putaran roda kanan dan di hitung

    waktunya. Waktu yang didapatkan pada perngukuran pergi traktor adalah 24,32

    detik dengan slip sebesar 2,365676702 %.

    Sama halnya dengan pengukuran pergi, praktikan melakukan pengukuran

    pulang dengan sepuluh putaran roda kanan traktor dan menghitung waktunya, dari

    pengukuran pulang yang dilakukan didapatkan hasil waktu dan slip yang

    didapatkan adalah sebagai berikut, 26,55 detik dan 0,7451900082 %.

    Dari hasil yang didapat dari pengukuran pulang dan pergi traktor poros

    tunggal manual tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran pulang lebih baik

    dibandingkan pengukuran pergi karena slip yang terjadi pada pengukuran pulang

    lebih kecil di bandingkan slip yang terjadi pada pengukuran pergi.

    Ryansyah Pratama

    240110120060

  • 4.2 Pembahasan

    Pada praktikum Teknologi Traktor ini dilakukan pengukuran wheel slip dan

    pemasangan bajak rotari pada traktor poros tunggal atau yang biasa dikenal sebagi

    traktor tangan. Slip meupakan suatu keadaan dimana jarak aktual lebih besar

    daripada jarak teoritis. Dimana jarak aktual merupakan jarak yang didapat dari 10

    kali putaran ban traktor dan jarak teoritis adalah jarak yang dicari berdasarkan

    rumus-rumus dan angka-angka dari pengukuran ban traktor. Rumus jarak teoritis

    adalah Dn. Sedangkan jumlah putaran ban traktor di tandai dengan huruf n.

    Slip yang terjadi pada praktikum ini disebabkan oleh kondisi tanah yang

    basah akibat di guyur hujan sebelumnya sehingga menyebabkan tanah menjadi

    licin dan ban traktor menjadi slip saat bergesekan dengan tahah. Pada dasarnya

    traktor atau pun kendaraan yang memiliki ban akan lebih sulit untuk dikendarai di

    tanah apabila tanah dalam keadaan basah. Biasanya besaran slip pada traktor tidak

    lebih dari 2 %, tetapi pada percobaan kelompok 3 didapatkan dua slip yang

    berbeda, slip 1 sebesar 2,36 % dan slip 2 sebesar 0,74 %.

    Selain menghitung jarak dan slip, pada praktikum ini juga dilakukan

    perhitungan kecepatan traktor serta waktu efektifnya. Nilai kecepatan traktor

    diperoleh dari perbandingan jarak aktual terhadap waktu efektif. Sedangkan waktu

    efektif merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh 10 kali putaran ban

    atau roda traktor.

    Kemudian pada praktikum ini juga di perlihatkan bagaimana cara

    pemasangan bajak rotari pada traktor poros tunggal yang di praktikakan oleh

    beberapa praktikan berbadan besar, karena bajak rotari pada traktor poros tunggal

    ini lumayan berat. Bajak rotari ini dipasang dengan cara manual. Bajak yang di

    pasang pada traktor haruslah merupakan pasangan dari traktornya, karena tidak

    semua traktor dapat dipasang dengan bajak yang sama.

    Rizki Dicky A

    240110120064

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Adapun beberapa kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini antara

    lain :

    1. Slip dan skid terjadi karena faktor kelicinan permukaan lahan.

    2. Slip dan skid diperoleh dengan membandingkan jarak dan jumlah putaran

    roda traktor kemudian dibandingkan dengan hitungan teoritis.

    3. Slip dan skid dapat mempengaruhi kecepatan, jarak tempuh, dan waktu yang

    dibutuhkan dalam pembajakan.

    4. Untuk kisaran tertentu slip dan skid dibutuhkan oleh sebuah traktor.

    5.2 Saran

    Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dari praktikum kali ini antara

    lain :

    1. Sebelum menggunakan traktor kita harus tahu terlebih dahulu tentang

    spesifikasi, kemampuan daya dan sistem yang ada agar sesuai dengan apa

    yang akan kita kerjakan.

    2. Harus selalu memperhatikan faktor keamanan.

    3. Selalu merawat dan menjaga traktor dengan baik.

    4. Pelajari dengan baik materi tentang slip dan skid.

    David Torhis

    240110120033

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :

    1. Ada dua jenis kontak yang terjadi antara ban dan permukaan jalan, yaitu

    static contact dan dynamic contact. Static contact artinya bahwa ban dan

    permukaan jalan tidak mengalami slip relatif satu dengan yang lainnya.

    2. Sudut slip pada setiap ban dipengaruhi oleh banyak faktor, jika dipakai

    faktor-faktor tersebut dapat diuraikan bahwa sudut slip dipengaruhi oleh

    konstruksi ban, gaya lateral, gaya normal., tekanan ban, keausan ban dan

    gaya longitudinal dari ban.

    3. Jika ban berputar dan tidak ada gaya samping yang tegak lurus dengan

    bidang ban, maka ia akan bergerak pada arah bidang ban. Kalau padanya

    bekerja gaya samping Fs pada pusat ban, maka ban akan mengalami

    deformasi lateral.

    4. Skid pada roda depan akan tidak terjadi jika gaya kesamping pada roda

    depan lebih kecil atau sama dengan gaya gesek yang mampu didukung oleh

    roda depan, begitu juga pada roda belakng. Skid tidak akan terjadi jika gaya

    geseknya masih mampu menahan gaya kesamping yang terjadi.

    5.2 Saran

    Adapun saran yang diberikan selama praktikum ini adalah :

    1. Ketelitian selama pelaksanaan praktikum harus diutamakan agar

    meminimalisir adanya kesalahan pada hasil.

    2. Praktikan agar terlebih dahulu memahami materi praktikum yang telah

    tersedia sebelum pelaksanaannya.

    3. Praktikan agar lebih mendengarkan instruksi yang diberikan oleh asisten

    selama praktikum.

    Reinaldy Pradana

    240110120040

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan praktikum pengukuran wheel slip dan pemasangan bajak

    rotari pada traktor poros tunggal ini dapat disimpulkan bahwa :

    1. Slip yang terjadi pada kedua roda menunjukan nilai yang berbeda-beda,

    keadaan ini selain disebabkan oleh keadaan tanah juga disebabkan karena

    permodelan pada kedua ban belakang traktor tersebut yang mampu berputar

    berbeda.

    2. Slip yang terjadi pada penggunaan traktor poros tunggal ini sebesear 2,36 m

    dan 0,7451 m.

    3. Semakin dalam bajak membelah tanah maka semakin besar juga tahanan

    dari tanah tersebut sehingga semakin besar pula nilai slip yang terjadi.

    4. Pengunci diferensial diperlukan untuk membebaskan traktor dari slip.

    5. Implemen traktor di sini adalah peralatan yang digunakan pada traktor

    sesuai dengan kegunaannya.

    5.2 Saran

    Untuk terciptanya kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan praktikum ini

    maka praktikan mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

    1. Praktikan diharuskan mengetahui dan memahami prosedur praktikum

    dengan baik agar tidak menghasilkan data yang fluktuatif.

    2. Praktikan diharuskan mengenal dan memahami parameter-parameter

    pengukuran yang akan diidentifikasi serta faktor-faktor apa saja yang

    berpengaruh pada perhitungan.

    3. Sebaiknya praktikan diberi modul praktikum agar dapat mempelajari atau

    sedikitnya mengetahui mengenai materi praktikum yang akan dilaksanakan.

    Rizkiyanti Dwi H.M

    240110120042

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:

    1. Slip adalah selisih jarak yang dicapai atas dasar perhitungan jumlah putaran

    roda dengan jarak sesungguhnya dibagi jarak yang dapat dicapai dengan

    putaran roda.

    2. Slip pada roda traktor dipengaruhi oleh diameter roda, lebar roda, bentuk

    lempengan tapak dan sudut lempengan tapak terhadap garis singgung roda

    dan sumbu roda.

    3. Jenis lahan mempengaruhi laju traktor dan slip itu sendiri.

    4. Terjadi perbedaan jarak teoritis dengan jarak aktual.

    5. Dimensi roda traktor yaitu berdiameter 0,55 m atau 55 cm.

    6. Didapatkan nilai slip sebesar 2,365676702 % dan 0,7451900082 %, slip

    tersebut terjadi karena lahan yang cukup basah.

    7. Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.

    8. Bajak yang digunakan pada praktikum ini adalah tipe tarik dengan

    penggerak PTO.

    5.2 Saran

    Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu sebagai berikut :

    1. Dalam pengukuran, tali meteran harus lurus dan tegang (jangan ada

    lendutan) sehingga data yang diperoleh akurat.

    2. Pembacaan skala pada meteran harus teliti.

    3. Perhatikan ketentuan atau peraturan selama praktikum, karena traktor-

    traktor yang diukur cukup besar dan berbahaya apabila menimpa praktikan.

    4. Pada saat menyalakan traktor harus memperhatikan prosedurnya.

    5. Pemasangan implemen harus sesuai prosedur.

    Jeremia Kristian

    240110120047

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan dari praktikum kali ini antara lain sebagai berikut :

    1. Slip dapat mempengaruhi kinerja pembajakan traktor secara umum

    dilapangan.

    2. Umumnya pada lahan pertanian yang basah, kadar liat tinggi dan konfigurasi

    lahan yang fluktuatif/tidak seragam, menimbulkan slip yang besar pada laju

    traktor.

    3. Nilai diameter roda traktor poros tunggal berdasarkan pengukuran

    menggunakan pita ukur adalah sebesar 55 cm atau 0,55 m.

    4. Jarak teoritis roda berdasarkan perhitungan 10 kali putaran roda adalah

    17,27875959 m.

    5. Jarak aktual roda 10 putaran roda pada saat pergi adalah 16,87 m dan pada

    saat pulang adalah 17,15 m sehingga didapatkan rata-rata sebesar 17,01 m.

    6. Waktu efektif pengukuran pergi adalah 24,32 detik, sedangkan untuk waktu

    efektif pengukuran pulang adalah sebesar 26,55 detik.

    7. Kecepatan pada pengukuran pergi adalah 0,6936677632 m/s serta pada sat

    pulang adalah 0,6459510358 m/s.

    8. Slip pada pengukuran pergi sebesar 2,365676702 % dan slip roda

    pengukuran pulang sebesar 0,7451900082 %.

    9. Slip adalah suatu kondisi dimana traktor mengalami pergerakan perputaran

    roda berulang-ulang pada satu titik lokasi dengan tingkat kelicinan tertentu.

    10. Bajak rotari mempunyai pisau pemotong (cangkul-cangkul kecil) yang

    berputar dan digerakkan oleh mesin pembantu/tambahan.

    11. Tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow),

    umumnya alat ini digandengkan dengan traktor, sedangkan tenaga pemutar

    bajak menggunakan tenaga dari as PTO.

    12. Faktor kesalahan operator pada saat pengukuran data akan selalu menyertai

    dalam setiap pengukuran dilapangan, sehingga dapat mempengaruhi hasil

    pengukuran yang ada.

    Muhammad Nugraha

    240110120055

  • 5.2 Saran

    Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah :

    1. Diharapkan praktikan mendengarkan instruksi yang diberikan oleh asisten

    dosen agar dalam proses pengukuran berjalan sesuai dengan prosedur.

    2. Sebelum melaksanakan praktikum diharapkan praktikan memahami materi

    yang diberikan terlebih dahulu, sehingga proses praktikum dapat berjalan

    tepat waktu.

    3. Dalam pengukuran, tali meteran harus lurus dan tegang (jangan ada

    lendutan) sehingga data yang diperoleh akurat.

    4. Pembacaan skala pada meteran harus teliti.

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulannya adalah :

    1. Terdapat dua macam traktor poros tunggal yang dapat digunakan, yaitu

    traktor poros tunggal automatic dan traktor poros tunggal manual.

    2. Terdapat perbedaan pada saat menghidupkan traktor poros tunggal

    automatic dengan traktor poros tunggal manual, yaitu jika traktor poros

    tunggal automatic hanya memutar engkol dan menarik choke sedangkan

    traktor poros tunggal manual menarik mengatur start pada mesin menari

    choke dan memutar engkol.

    3. Pada pelaksaan praktikum, slip terjadi pada saat pengukuran pergi maupun

    pengukuran pulang.

    4. Slip yang dapat dimaklumi adalah slip pada pengukuran pulang yaitu

    sebesar 0,7451900082 %, dibandingkan pengukuran pergi sebesar

    2,365676702 %.

    5.2 Saran

    Saran dari praktikum ini adalah :

    1. Sebelum menyalakan traktor poros tunggal maupun poros ganda, diharapkan

    pengemudi traktor telah memahami cara kerja dari traktor tersebut.

    2. Memperhatikan hal-hal kecil yang dapat memicu terjadinya kecelakaan.

    3. Diharapkan pengemudi traktor mematuhi SOP yang telah di tetapkan

    sebelumnya agar memperkecil nilai kecelakaan yang terjadi.

    Ryansyah Pratama

    240110120060

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Pada praktikum ini diperoleh hasil nilai slip ban traktor pada saat

    dioperasikan, slip 1 sebesar 2,36% dan slip2 0,74%.

    2. Dipeoleh jarak aktual dan teoritis yang berbeda.

    3. Bajak yang digunakan traktor harus berpasangan dengan traktor yang

    digunakan.

    4. Waktu efektif merupakan waktu yang dibutuhkan traktor dalam 10 kali kali

    putaran ban atau roda.

    5. Slip dapat mempengaruhi jarak tempuh, kecepatan dan waktu efektif yang

    dibutuhkan traktor dalam membajak suatu lahan.

    5.2 Saran

    Agar hasil percobaan yang diperoleh lebih baik, maka diberikan beberapa

    saran sebagai berikut :

    1. Sebelum melakukan praktikum praktikan diharapkan telah memahami cara

    pengoperasian traktor poros tunggal.

    2. Praktikan harus tetap memperhatikan keamanan dalam melakukan

    praktikum.

    3. Praktikan harus menggunakan traktor sebaik mungkin agar tidak terjadi

    kerusakan, mengingat harga traktor yang snagat mahal.

    4. Praktikan harus mempelajari terlebih dahulu materi wheel slip dan

    pemasangan bajak rotari agar dalam pelaksanaannya lancar.

    Rizki Dicky A

    240110120064

  • DAFTAR PUSTAKA

    Chandrawinata, Agung. 2013. Traktor Pertanian. Terapat pada : http://

    agungchandrawinata.blogspot.com/ (Diakses pada tanggal 20 Oktober

    2014, pukul 20.19 WIB).

    Defredo. 2005. Mekanisasi Pertanian. Jakarta : PT Grafindo.

    Rahim, Upli. 2013. Traktor dalam Pertanian. Terdapat pada : http://

    mekanisasisuplirahim.blogspot.com/2013/05/traktor-dalam-pertanian.

    html (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014, pukul 21.32 WIB).

    Widiyanti, Citra. 2012. Dampak Mesin Traktor. Terdapat pada : hocuspocus23.

    blogspot.com/2012/12/dampak-mesin-traktor-bidang-pertanian.html

    (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014, pukul 23.41 WIB).

  • LAMPIRAN

    Bajak Piring

    Bajak Piring

    Planter Dimensi Planter

    Pengukuran Dimensi Planter

    Pengukuran Dimensi Planter