kebijakan redaksional koran tempo dalam...
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN REDAKSIONAL KORAN TEMPO
DALAM MENENTUKAN HEADLINE NEWS KASUS KORUPSI KTP-EL
PERIODE 27 FEBRUARI- 13 MARET 2017
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Ari Anggeliya
NIM. 1113051000045
JURUSAN JURNALISTIK
FAKUTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Ari Anggeliya (1113051000045)
Kebijakan Redaksional Koran Tempo Dalam Menentukan Headline News
Kasus Korupsi KTP-el Periode 27 Februari-13 Maret 2017
Perkara dugaan tindak pidana korupsi KTP-el yang telah menjerat politisi
Partai Golkar Setya Novanto sontak membuat jagat politik mendadak ramai.
Pasalnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang telah menetapkan Ketua
Umum Partai Golkar tersebut sebagai tersangka, ternyata hanya menjadikan Setya
Novanto sebagai pintu masuk untuk membongkar kasus mega korupsi tersebut.
Tidak hanya Setya Novanto sebagai instrumen negara yang terlibat dalam kasus
korupsi itu, tetapi sejumlah pihak swasta yang memenangkan tender untuk
menggarap KTP-el juga telah dijadikan tersangka oleh KPK.
Hal tersebut yang membuat Koran Tempo secara tekun dan konsisten
memberitakan kronologis kasus korupsi KTP-el mulai dari berkas megakorupsi
proyek pengadaan KTP-el akan disidangkan hingga munculnya nama-nama baru
dalam persidangan. Koran tempo menjadikan isu kasus korupsi KTP-el ini
sebagai Headline News selama hampir 2 pekan, kendati beberapa media nasional
di Indonesia sedang gencar memberitakan isu lainnya. Redaksi koran tempo
menimbang bahwa isu ini lebih seksi untuk dimuat di halaman depan karena
menyangkut kepentingan publik yang selama ini merasa kesulitan dalam
mendapatkan KTP-el.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan sekaligus
menjawab pertanyaan “sejauh mana teori hierarki pengaruh dapat mempengaruhi
kebijakan redaksi pada Koran Tempo, terutama dalam Headline News
pemberitaan kasus korupsi KTP-el sejak 27 Februari-13 Maret 2017?”
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hierarki pengaruh
milik Pameela J. Shoemaker dan Stephen D. Rheese. Teori ini menjelaskan
bagaimana media memberitakan sebuah berita dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal media yang terbagi menjadi beberapa level, di antaranya meliputi
level individu pekerja media, level ruitnitas media, level organisasi media, level
ekstra media dan level ideologi media.
Kebijakan redaksional Koran Tempo, terutama yang berkaitan dengan
kasus korupsi KTP-el, terbentuk dari hasil meja redaksi. Headline News Koran
Tempo tentang kasus korupsi KTP-el juga diangkat selama beberapa hari, karena
isu tersebut berkaitan dengan masyarakat secara langsung. Selain itu, bahan
berupa data dan informasi juga masih sangat banyak untuk terus diangkat selama
beberapa kali di Koran Tempo.
Kata kunci : Hierarki pengaruh, kebijakan redaksional, Headline News, korupsi
KTP-el
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil „alamiin segala puji dan syukur dipanjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas
daya dan upaya serta izin-Nya penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Rasulullah
SAW karena Beliaulah dunia yang dahulunya penuh dengan kegelapan menjadi
terang benderang dengan cahaya Al-Qur‟an serta berbagai perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Tidak sedikit pengalaman yang didapatkan oleh penulis, selama dalam
proses merampungkan skripsi ini. Sejak penulis melakukan riset, penulis sempat
menemui sejumlah orang hebat yang membagikan ilmunya untuk mempermudah
merampungkan skripsi.
Penulis hanyalah manusia biasa yang banyak kekurangannya dan sangat
membutuhkan bantuan orang sekitar untuk mencapai tujuan, terlebih lagi dalam
perjalanan skripsi ini. Oleh karenanya, dalam kata pengantar ini penulis akan
mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada bebebrapa pihak
yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam
merampungkan karya akhir . Rasa terima kasih ini ditujukan kepada:
1. Kedua orang tua peneliti yang selalu memberikan dukungan serta doa
yang terbaik untuk kesuksesan anaknya.
2. Suami dan anak tercinta yang telah membantu, menemani, mendukung dan
mendoakan peneliti selama proses pengerjaan skripsi sampai selesai.
vi
3. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A selaku rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto, M.Ed,
Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi. Dr.
Roudhonah, M.Ag, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan
Dr. Suhaimi, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
4. Kholis Ridho, M.Si, selaku Ketua Jurusan Jurnalistik dan Dra. Hj.
Musfirah Nurlaily, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Junalistik yang telah
mempermudah peneliti untuk mendapatkan berbagai macam izin dalam
melakukan penelitian hingga akhirnya skripsi ini rampung.
5. Rubiyanah, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
banyak saran dan masukan terhadap peneliti. Tidak hanya itu, beliau
sangat sabar membimbing peneliti hingga skripsi bisa diselesaikan dalam
waktu yang tidak terlalu lama.
6. Para Dosen pengajar Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan fondasi penelitian bagi peneliti yang kemudian
digunakan selama peneliti menulis skripsi.
7. Seluruh karyawan Koran Tempo terutama Sunudyantoro dan Hussein
Abri Y.M. Dongoran, selaku narasumber dalam penelitian yang sudah
ikhlas meluangkan waktu dan berbagi ilmu dengan peneliti serta sabar
dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti.
8. Keluarga besar Bapak Wagiso dan Bani Mansyur yang selalu memberikan
suplemen untuk menyemangati peneliti agar tidak pernah berhenti
berjuang hingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.
vii
9. Sahabat terbaikku Sri Mulyawati, Aminatuz Zuhriyah, Romaida Nur
Hasanah, yang telah memberikan dukungan dan berbagi cerita tentang
suka dan duka untuk kelancaran skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Jurnalistik angkatan 2013, yang selalu berbagi
cerita mengenai perjuangan mendapatkan gelas sarjana.
11. Seluruh pihak yang terlibat dalam skripsi ini, terima kasih banyak atas
dukungan serta doa yang selalu menyertai langkah peneliti.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga menyadari masih ada kekurangan
dan juga kesalahan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Namun penulis
tetap berharap ada kritik dan saran dari semua pihak untuk memperbaiki skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembacanya.
Peneliti berharap Allah membalas kebaikan kalian. Terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 27 Maret 2020
Ari Anggeliya
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................................... viii
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................................................ 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 11
F. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 12
BAB II ............................................................................................................................. 14
LANDASAN TEORI ....................................................................................................... 14
A. Teori Hieraki Pengaruh ........................................................................................ 14
B. Kebijakan Redaksional ......................................................................................... 19
C. Konseptualisasi Media Massa .............................................................................. 26
D. Konseptualisasi Berita .......................................................................................... 30
E. Headline News ..................................................................................................... 34
BAB III ............................................................................................................................ 36
GAMBARAN UMUM .................................................................................................... 36
A. Profil Koran Tempo ............................................................................................. 36
B. Latar Belakang Kasus Korupsi KTP-el ................................................................ 44
BAB IV ............................................................................................................................ 51
TEMUAN DAN ANALISA............................................................................................. 51
A. Proses Kebijakan Redaksional Koran Tempo....................................................... 51
B. Analisa Kebijakan Redaksional Koran Tempo Berdasarkan Teori Hirarki
Pengaruh ...................................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 72
LAMPIRAN..................................................................................................................... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkara dugaan tindak pidana korupsi pengadaan Kartu Tanda Penduduk
elektronik (KTP-el) yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) terus menjerat sejumlah nama yang diduga kuat terlibat pada pusara
korupsi di dalamnya. Belakangan, KPK juga telah meringkus keponakan
mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto yaitu Irvanto
Hendra Pambudi yang merupakan pemilik perusahaan PT Murakabi Sejahtera
karena meminta uang komisi sebesar 5% atau US$3,5 juta untuk memuluskan
proyek pengadaan KTP-el melalui mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya
Novanto.
Irvanto Hendra Pambudi mengakui ada aliran dana yang diterimanya
sebesar US$3,5 juta dari perusahaan asing pemenang tender pengadaan KTP-el
yaitu PT Biomorf Mauritius. Hal itu disampaikan saat memberikan kesaksian
di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) untuk terdakwa Setya
Novanto.1 Koran Tempo juga sempat menyebutkan bahwa KPK sampai harus
berkoordinasi dengan Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat untuk
mengungkap peranan Setya Novanto dalam perkara dugaan tindak pidana
korupsi itu.2
1 “Perkembangan Kasus Korupsi KTP-el” Diakses pada Kamis, 8 Maret 2018, pukul 20.10
WIB. (Lihat https://nasional.tempo.co/read/1067981/soal-peran-ponakannya-di-kasus-KTP-el-
setya-novanto-tanya-ke-dia)
2 https://nasional.tempo.co/read/1022258/kumpulkan-bukti-e-ktp-di-amerika-kpk-kerja-sama-
dengan-fbi
2
FBI mengklaim sudah menelisik aset Direktur Biomorf Lone, selaku
vendor sistem identifikasi sidik jari otomatis KTP-el, Johannes Marliem.
Sebagian laporan investigasi FBI terungkap dalam sidang upaya perampasan
aset Johannes Marliem di Pengadilan Minnesota, Amerika Serikat, akhir
September lalu. Kemudian, agen khusus FBI, Jonathan Holden,
mengungkapkan Biomorf telah menerima dana lebih dari US$50 juta untuk
pembayaran subkontrak proyek KTP-el. Sebagian dana itu juga mengalir ke
rekening pribadi Marliem pada periode Juli 2011-Maret 2014, Marliem diduga
menerima dana hingga US$13 juta atau setara dengan Rp175 miliar.
Berdasarkan penelusuran Koran Tempo melalui data FBI, Marliem
menggunakan dana itu untuk membeli rumah, mobil, hingga jam tangan
mewah.3 Saat diperiksa oleh Konsulat Indonesia di Los Angeles pada Juli lalu,
Marliem mengatakan pernah membeli jam tangan seharga Rp1,8 miliar untuk
anggota DPR, yang diduga bernama Setya Novanto. Selain itu, Marliem juga
mengaku pernah mentransfer uang sebesar US$700.000 ke rekening mantan
Ketua Komisi II DPR, Chairuman Harahap. Namun, sewaktu menjadi saksi
untuk terdakwa Andi Agustinus pada September lalu, Chairuman menyatakan
tak menerima duit sepeser pun dari proyek KTP-el.
Kepada Tempo, Marliem juga pernah mengatakan memiliki banyak bukti
keterlibatan sejumlah orang dalam proyek KTP-el. Namun, sebelum
membeberkan bukti itu, Marliem tewas bunuh diri pada 9 Agustus lalu.
Rencananya, KPK akan menggunakan semua temuan dan laporan FBI sebagai
novum atau alat bukti baru untuk menjerat tersangka lainnya. Selain itu,
3 Https://nasional.tempo.co/read/1022334/catatan-fbi-duit-rp-175-m-masuk-rekening-
johannes-marliem
3
laporan FBI tersebut, dinilai Koran Tempo juga relevan digunakan untuk
mempertegas keterlibatan Setya Novanto dalam kasus KTP-el.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh tim redaksional Koran Tempo dalam
menelusuri pemberitaan mengenai perkara dugaan tindak pidana korupsi
proyek pengadaan KTP-el tersebut cukup dalam, tajam dan kritis, sehingga
pembaca bisa menemukan rangkaian puzzle yang tercecer selama ini untuk
mendapatkan kronologis yang utuh dan lengkap. Kebijakan sendiri secara
harfiah memiliki arti serangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar
haluan suatu perusahaan, sekaligus menjadi dasar sebuah rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan tata cara bertindak baik pada
pemerintahan maupun suatu organisasi tertentu sehingga tepat sasaran.
Sedangkan pengertian redaksi adalah bagian dalam perusahaan media yang
memilih dan menyusun berita yang akan dimasukkan ke dalam surat kabar dan
sebagainya.
Kebijakan redaksional atau editorial policy Koran Tempo sendiri
merupakan ketentuan yang disepakati oleh meja redaksi untuk menentukan
kriteria berita atau tulisan yang boleh maupun yang tidak boleh dimuat atau
disiarkan kepada publik yang meliputi kata, istilah atau ungkapan yang tidak
boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media tersebut.4 Sebuah
perusahaan media massa biasanya akan memproduksi pemberitaan yang
dianggap sangat penting dan layak untuk disajikan kepada publik karena
memiliki nilai berita yang tinggi serta ekslusivitas dan dimuat untuk dijadikan
Headline News atau berita utama. Berita utama merupakan representasi dari
4 Anna Nadhya Abrar, Tatakelola Jurnalisme Politik (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2015), h. 10
4
Koran Tempo dalam memandang penting tidaknya suatu peristiwa yang terjadi
saat itu untuk dimuat dan dinikmati oleh pembaca.
Dewasa ini, belum ada satupun organisasi media massa yang memiliki
aturan baku sebagai indikator untuk menentukan suatu headline dalam sebuah
pemberitaan. Biasanya, setiap media massa memiliki tata cara sendiri sesuai
dengan kebijakan meja redaksi dalam menentukan headline tersebut.5
Seperti yang telah dilakukan oleh Koran Tempo, media cetak yang sudah
terbit sejak 2 April 2001, telah banyak menyajikan berita-berita investigatif
untuk memenuhi tuntutan pembaca terhadap berita yang lebih cerdas dan
berkualitas. Koran Tempo sampai saat ini selalu berusaha menghadirkan berita
yang ringkas tanpa kehilangan kedalaman dan independensinya. Berita yang
disajikan masih bersifat investigatif dan hal itulah yang membuat Koran
Tempo lebih kuat dibandingkan media lain hingga Koran Tempo memperoleh
penghargaan sebagai koran paling kredibel dari Dewan Pers.6
Pada periode 27 Februari-13 Maret 2017, Koran Tempo lebih dominan
mengangkat perkara dugaan tindak pidana korupsi KTP-el sebagai headline.
Pasalnya, perkara tersebut diduga telah melibatkan sejumlah tokoh penting di
negara ini dan berdampak langsung kepada masyarakat yang mulai kesulitan
untuk mendapatkan KTP-el sejak tindak pidana korupsi itu dilakukan oleh
Setya Novanto, sehingga masyarakat membutuhkan waktu berbulan-bulan
hanya untuk mendapatkan satu buah KTP-el.
Koran Tempo tidak pernah lelah dalam menyampaikan perkara dugaan
tindak pidana korupsi tersebut kepada pembacanya di seluruh Indonesia.
5 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), h. 15
6 “Sejarah Koran Tempo” Diakses pada Minggu, 19 Maret 2017, pukul 18.05 WIB. (Lihat:
https://korporat.tempo.co/produk/2/koran-tempo).
5
Meskipun, perkara tersebut sebenarnya sudah terungkap sejak Agustus 2011 di
mana polisi mulai melakukan penyelidikan dugaan korupsi tender KTP-el yang
melibatkan sejumlah pihak swasta.7 Sejak berkas perkara tersebut
dirampungkan oleh KPK untuk kemudian dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor
Jakarta seperti yang dimuat oleh headline Koran Tempo edisi 27 Februari
2017, media tersebut tidak pernah berhenti memuat korupsi KTP-el hingga 13
Maret 2017.
Padahal di sejumlah media lain, seperti di antaranya Kompas, Media
Indonesia dan Republika serta Koran Sindo, pemberitaan seputar dugaan
korupsi KTP-el itu tidak massif seperti yang dilakukan Koran Tempo. Namun
isu KTP-el ternyata dianggap oleh meja redaksi Koran Tempo lebih seksi
untuk diangkat sebagai headline karena memiliki dampak negatif yang sangat
fatal terhadap masyarakat luas seperti blanko habis dan alat perekam yang
rusak.
Sebagai informasi, PT Biomorf Lone Indonesia selaku perusahaan swasta
perekaman data asal Amerika Serikat yang memenangkan tender proyek KTP-
el tersebut, juga sempat datang ke Kantor Tempo untuk menjelaskan duduk
perkara korupsi KTP-el. Kehadiran petinggi perusahaan tersebut hanya untuk
menjelaskan bahwa pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) belum melunasi tagihan sebesar RP540 miliar dari total nilai
proyek sebesar Rp5,9 triliun.8
7 “Perjalanan Megaproyek KTP-el Sejak 2010 Hingga Akan Disidangkan” Diakses pada
Minggu, 19 Maret 2017 pukul 18.31 WIB. (Lihat: https://news.detik.com/berita/d-
3442091/perjalanan-megaproyek-KTP-el-sejak-2010-hingga-akan-disidangkan. 8 Koran Tempo, edisi 3 Maret 2017 h. 4
6
Untuk mengungkap kebijakan redaksional Koran Tempo dalam
menentukan headline news khususnya yang berkaitan dengan perkara dugaan
tindak pidana korupsi tersebut, penulis akan menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif dengan teori hirarki pengaruh.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan judul di atas, penulis akan membatasi dan memfokuskan
penelitian menjadi hanya 6 pemberitaan saja. Adapun headline yang akan
penulis teliti adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data Headline Koran Tempo Periode 27 Februari - 13 Maret 2017
No. Periode Berita Utama / Headline
1 Senin, 27 Februari 2017 Mega Korupsi e-KTP Segera Disidangkan
2 Rabu, 1 Maret 2017 Sistem e-KTP Terancam Lumpuh
3 Kamis, 2 Maret 2017
Skandal Mega Korupsi e-KTP, Data Pribadi
Rawan Bocor
4 Jumat, 3 Maret 2017 Masyarakat Sulit Dapatkan e-KTP
5 Rabu, 8 Maret 2017
Politikus Golkar & Demokrat Diduga Terima Dana
Terbesar e-KTP
6 Kamis, 9 Maret 2017 Suap e-KTP Mengalir Jauh
7
2. Rumusan Masalah
Bagaimana hierarki pengaruh dapat mempengaruhi kebijakan
redaksional Koran Tempo dalam menentukan headline berita korupsi
KTP-el Periode 27 Februari-13 Maret 2017
Kemudian dari pertanyaan mayor tersebut, dapat diturunkan menjadi
beberapa pertanyaan minor, di antaranya:
a. Sejauh mana level individu dapat mempengaruhi kebijakan
redaksional Koran Tempo?
b. Bagaimana level rutinitas media mempengaruhi kebijakan
redaksional Koran Tempo?
c. Apakah level organisasi dapat mempengaruhi kebijakan
redaksional Koran Tempo?
d. Bagaimana level ekstra media mempengaruhi kebijakan
redaksional Koran Tempo?
e. Apakah sistem sosial dapat mempengaruhi kebijakan redaksional
Koran Tempo?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui sejauh mana faktor internal dan eksternal
mempengaruhi kebijakan redaksional Koran Tempo dalam menentukan
headline serta apa pengaruhnya terhadap masyarakat.
8
2. Manfaat Penelitian
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih kepada disiplin ilmu jurnalistik, terutama mengenai kebijakan
redaksional media cetak, yang memiliki fokus pada Koran Tempo.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk akademisi jurnalistik, khususnya mahasiswa yang akan melakukan
penelitian mengenai kebijakan redaksional.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Pada kasus dugaan tindak pidana korupsi KTP-el yang menjadi
headline koran Tempo edisi 27 Februari-13 Maret 2017, penulis akan
menggunakan paradigma konstruktivisme.
Paradigma ini memandang bahwa kenyataan dari hasil konstruksi
atau bentukan dari manusia itu sendiri. Menurut Berger, realitas itu tidak
dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan,
melainkan dibentuk dan dikonstruksi oleh manusia.9
Paradigma ini mempunyai penilaian sendiri bagaimana media,
wartawan dan berita dilihat. Media bukan sekedar saluran yang bebas,
melainkan sebuah subjek yang dikonstruksi oleh realitas, lengkap dengan
pandangan, bias, dan pemihakannya.
Bias di balik pemberitaan terjadi karena media tidak sekedar
memberitakan, akan tetapi ada pesan tertentu yang ingin disampaikan. Di
9 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS,
2002), h. 18
9
sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan
realitas.10
2. Pendekatan Penelitian
Penulis akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.
Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode
pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif,11
seperti penggunaan instrumen dokumentasi atau bahkan melakukan
wawancara mendalam sehingga pernyataan yang spesifik dapat dengan
mudah untuk dianalisis.12
Sedangkan analisis deskriptif berfokus pada penelitian nonhipotesis
sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.13
Penelitian ini hanya menfokuskan pada kebijakan redaksional Koran
Tempo dalam menentukan headline.
3. Subjek Penelitian
Subjek yang menjadi fokus penelitian adalah seputar kebijakan
redaksional Koran Tempo dalam menentukan headline terkait berita
korupsi KTP-el pada periode 27 Februari-13 Maret 2017.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam meneliti kebijakan redaksional Koran Tempo, penulis akan
menggunakan beberapa teknik untuk pengumpulan data, di antaranya:
10
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 26 11
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Gintanyali, 2004), h. 2 12
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Predana Media
Group, 2006), h. 251 13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1989), h. 194
10
a. Observasi, yakni proses pengumpulan data dengan cara mengkaji
literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah kebijakan
redaksional Koran Tempo.
b. Wawancara, menghimpun data dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau tanya jawab secara lisan antara penulis
dengan narasumber.14
Penulis melakukan wawancara secara semi
terstruktur, yaitu wawancara dilakukan secara mendalam dan
bebas tetapi masih tetap terarah pada permasalahan yang akan
diteliti. 15
Tujuan dilakukannya wawancara untuk mendapatkan
informasi yang dapat dipertangggungjawabkan mengenai
kebijakan redaksi dalam menentukan headline yang berlangsung
di Koran Tempo.
Tentunya dengan tetap memperhatikan narasumber yang
berkompeten di bidang redaksi agar data yang diperoleh kongkrit
untuk menjawab permasalahan, seperti reporter desk nasional dan
hukum, redaktur desk nasional dan hukum dan juga redaktur
pelaksana Koran Tempo.
c. Dokumentasi, metode pengumpulan data dengan cara
menganalisis dokumen-dokumen pendukung yang dapat
memperkuat data yang telah diperoleh. Dokumen tersebut
diperoleh dari hasil catatan penulis selama di lapangan16
, berita
14
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 100 15
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010), h. 73 16
Haris Herdiansyah, Metodologi penelitian kualitatif (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,
2010), h. 145
11
terkait KTP-el yang dimuat oleh Koran Tempo, dan file lainnya
yang tidak dipublikasikan di media.
5. Teknik Analisa Data
Setelah seluruh data diperoleh secara komprehensif melalui hasil
pengamatan (observasi), wawancara mendalam, serta dokumentasi-
dokumentasi yang terdapat pada Koran Tempo.
Selanjutnya peneliti akan mengolah data itu menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif yang menggambarkan keadaan sebenarnya untuk
kemudian ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini merujuk pada skripsi sebelumnya yang menggunakan teori
hierarki pengaruh ataupun kebijakan redaksional. Setelah melakukan
penulusuran berdasarkan teori dan temuan, penulis menemukan kesamaan
teori pada beberapa skripsi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di
antaranya:
a. Skripsi Muhammad Tohir, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta jurusan Jurnalistik angkatan 2013, yang berjudul “Kebijakan
Redaksional Surat Kabar Republika Dalam Menentukan Berita Yang
Dipilih Menjadi Headline”.
Skripsi ini memiliki kesimpulan bahwa surat kabar Republika
dalam menentukan kebijakan redaksional dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor individu, faktor intensitas media, faktor fungsional,
faktor extra media, serta faktor ideologi media, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi proses penyeleksian berita di meja redaksi.
12
Alasan penulis memilih skripsi ini sebagai tinjauan pustaka, karena
skripsi ini memiliki persamaan fokus penelitian yaitu kebijakan
redaksional. Serta memiliki kesamaan teori yang dipakai yaitu hierarki
pengaruh model Pamela J. Shoemaker.
b. Skripsi Hilda Savitri, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jurusan Jurnalistik angkatan 2013, yang berjudul “Citizen Journalism
Dalam Kebijakan Redaksional : Studi Kasus Rubrik Kompas Kampus
Di Harian Kompas”.
Skripsi ini memiliki fokus penelitian pada kebijakan redaksional
yang dibuat Harian Kompas dalam menyediakan rubrik Kompas
Kampus guna menampung tulisan dari citizen journalism.
Walaupun teori yang digunakan sama yaitu hierarki pengaruh milik
Pamela J. Shoemaker, namun objek penelitian yang kami pilih
berbeda.
c. Jurnal Ilmiah yang disusun oleh Cakra Virajati dan Widodo Agus
Setianto berjudul “Kebijakan Redaksi Media dalam Pemberitaan
Kehumasan” yang dipublikasikan pada Juni 2019.
Dalam jurnal tersebut, rutinitas media adalah faktor yang paling
dominan dalam mengolah berita-berita kehumasan yang masuk ke
dalam meja redaksi Harian Jogja dan SKH Kedaulatan Rakyat.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami materi, maka skripsi ini ditulis secara
sistematis yang terdiri dari lima bab. Masing-masing bab mempunyai
13
penjelasan tersendiri yang secara keseluruhan mempunyai satu kesatuan
yang saling berkaitan. Adapun pembagian bab tersebut sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memaparkan latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, tinjauan pustaka,
dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI. Bab ini akan membahas mengenai teori
Hierarki Pengaruh milik Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,
kebijakan redaksional, konseptualisasi media massa, definisi berita, dan
Headline News.
BAB III GAMBARAN UMUM. Bab ini berisikan profil Koran Tempo
dan latar belakang kasus KTP-el di Indonesia.
BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS. Bab ini menguraikan
mengenai temuan data mengenai kebijakan redaksional Koran Tempo dan
faktor yang mempengaruhi proses produksi berita.
BAB V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Hieraki Pengaruh
Hierarki adalah urutan, tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat
kedudukan), organisasi dengan tingkat-tingkat otoritas dari yang paling
bawah sampai dengan yang paling atas.17
Pengaruh adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan, atau perbuatan seseorang.18
Hierarki pengaruh menjelaskan tentang pengaruh isi pemberitaan media
massa melalui pengaruh faktor internal dan ekternal. Shoemaker membagi
teori hierarki pengaruh menjadi lima level atau tingkatan yang dapat
mempengaruhi isi media yaitu, pengaruh individu pekerja media (individual
level), pengaruh rutinitas media (media routines level), pengaruh organisasi
media (organizational level), pengaruh dari luar media (outside media
level), dan pengaruh idelogi media (ideology level).19
Gambar 2.1
Level Hierarki Pengaruh
17 Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), h. 543 18
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, h. 1150 19
Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese, Mediating The Message Theories of
Influences on Mass Media Content, Second Edition (New York, Longman Publiser : 1996), h. 60
15
1. Level Individu Pekerja Media
Pada level ini, mempelajari efek pemberitaan dari sisi individu pekerja
media. Pemberitaan di media massa tidak lepas dari individu pekerja media,
dalam hal ini wartawan. Sebab wartawan yang setiap harinya, mencari dan
menulis berita dari peristiwa yang diperoleh saat di lapangan. Tidak
menutup kemungkinan, pengaruh penulisan berita terjadi pada saat
wartawan mulai menentukan angle berita sebelum peliputan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pekerja media20
, antara
lain:
a. Latar Belakang dan karakteristik
Ada beberapa faktor yang dapat membentuk latar belakang dan
karakteristik pekerja media antara lain jenis kelamin, suku/etnis,
orientasi seks, pendidikan, evolusi komunikasi karir, rata-rata atau
elite.
b. Sikap-sikap personal, nilai-nilai, dan kepercayaan
Dalam menulis berita, seorang jurnalis dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti nilai-nilai dan kepercayaan, sikap politik,
orientasi agama, sehingga beritanya lebih mudah dikonstruksi.
2. Level Rutinitas Media
Pada level ini, penulis akan mengulas mengenai faktor yang
memengaruhi isi pemberitaan dilihat dari rutinitas media. Rutinitas media
meliputi apa yang diterima media massa dipengaruhi oleh praktik
komunikasi sehari-hari komunikator, termasuk deadline atau batas waktu,
20
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, &
Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Ke Lima, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005),
h. 277
16
kebutuhan ruang dalam penerbitan, struktur piramida terbalik untuk
penulisan berita, nilai berita, standart objektivitas, dan kepercayaan reporter
pada sumber berita.21
Dalam membentuk rutinitas media, ada beberapa unsur yang saling
berkaitan dan berkesinambungan yaitu processor (organisasi media),
audiens (konsumen), supplier (sumber berita).
a. Processor (organisasi media)
Biasanya yang dimaksud dengan processor dalam media massa adalah
editor atau lebih dikenal dengan nama gatekeeper. Editor bertugas untuk
menentukan apakah suatu berita layak atau tidak untuk diterbitkan. Ssetiap
kepuusan yang diambil oleh editor berawal pada meja redaksi.
b. Consumer (audiens)
Untuk menarik perhatian pembaca, hendaknya media massa mengemas
berita dari halaman pertama (headline) dengan konsep yang berbeda dari
media lain. Tetapi tidak melupakan unsur fakta.
c. Supllier (sumber berita)
Banyak ahli atau pakar yang menjadi “idola” pada wartawan. Bukan hanya
mereka terkenal atau sering muncul di media massa, tetapi karena mereka
memiliki kriteria yang dibutuhkan oleh para wartawan.22
3. Level Organisasi Media
Pada level ini, menggali lebih dalam efek pemberitaan dilihat dari sisi
organisasi. Seberapa besar pengaruh organisasi media dalam mempengaruhi
21
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, &
Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Ke Lima, h. 278 22
Aceng Abdullah, Press Relations Kiat Berhubungan Dengan Media Massa (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 67-79
17
isi pemberitaan, sebab organisasi media memiliki beberapa tujuan salah
satunya adalah bagaiimana cara menghasilkan uang.23
a. Pengaruh Pemilik Media24
Para petinggi media yang salah satunya adalah pemilik media kerap
menggunakan kekuasaannya untuk memberikan keputusan. Walaupun
seorang reporter sudah berusaha untuk bersikap independen, tetapi
terkadang pemilik media membuat keputusan untuk kepentingan
mereka.
Pemilik media sangat sensitif terhadap tanggung jawab jurnalistik
untuk bertindak netral dalam urusan pemberitaan.25
4. Level Ekstra Media
Pada level ini, membahas mengenai faktor luar organisasi yang dapat
mempengaruhi isi berita. Pengaruh ini meliputi kelompok yang memiliki
kepentingan untuk melobi dan mendapatkan persetujuan maupun menolak
jenis isi berita tertentu seperti pemerintah yang mengatur isi secara langsung
dengan undang-undang pencemaran nama baik dan ketidaksopanan.26
Pengaruh tersebut berasal dari :
a. Sumber Berita27
Selain ada desakan atau tekanan dari internal media, seorang jurnalis
juga terkadang mendapat tekanan dari luar medianya. Salah satunya
23
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, &
Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Ke Lima, h. 278 24
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi Enam, (Jakarta : Penerbit Salemba
Humanika, 2011), h. 22-23 25
John Vivian, Teori Komunikasi Massa Edisi Ke Delapan, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2008), h. 317 26
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, &
Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Ke Lima, h. 278 27
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi Enam, h. 58-59
18
adalah sumber berita. Banyak kejadian yang dapat menggambarkan
situasi tersebut, sebagai contoh, sumber berita penting di Pengadilan
tidak terima karena berita yang mucul tidak sesuai dengan
keinginannya.28
b. Pengiklan29
dan Penonton
Kelompok kepentingan tertentu sering kali membuat tekanan
terhadap pemberitaan sebuah media. Biasanya usaha tersebut
dilakukan pada kalangan petinggi atau elite sebuah media massa.30
c. Kontrol Pemerintah
Pemerintah bisanya akan mengontrol setiap pemberitaan yang dinilai
tidak sesuai, jika dirasa pemberitaan itu merugikan pihak
pemerintah, maka tidak menutup kemungkinan pemerintah akan
memberikan teguran bahkan surat somasi agar pemberitaan yang
telah dimuat segera ditarik atau diklarifikasi.
d. Pangsa Pasar31
Bagi media massa, pangsa pasar cukup menentukan arah dan
mempengaruhi media massa. Terkadang, media massa dewasa ini
harus mengikuti apa saja pemberitaan yang diminati oleh pembaca
sebagai pangsa pasar, kemudian hal tersebut akan diikuti media
massa agar tidak kehilangan pembaca setinya.
e. Teknologi
28
John Vivian, Teori Komunikasi Massa Edisi Ke Delapan, h. 318 29
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi Enam, h. 23-24 30
John Vivian, Teori Komunikasi Massa Edisi Ke Delapan, h. 317 31
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi Enam, h. 148-149
19
Peranan teknologi dewasa ini juga turun andil mengubah pola pikir
dan cara kerja media massa. Bahkan media sosial saat ini dapat
dijadikan pemberitaan jika ada postingan dari tokoh nasional yang
gemar memberikan pernyataan melalui media sosial pribadinya.
5. Level Ideologi Media
Pengaruh level ideologi yang terjadi pada sebuah isi sebuah media,
biasanya bersifat abstrak atau tidak ada aturan yang baru mengenai level
ideologi tersebut, tetapi hal itu sangat mempengaruhi sebuah media karena
bersifat tidak memaksa dan bergerak di luar kesadaran keseluruhan
organisasi media itu sendiri.
B. Kebijakan Redaksional
1. Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah kepandaian, kemahiran, pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman atau haluan untuk
mencapai sasaran.32
Selain itu, kebijakan redaksional juga ditetapkan
sebagai standar bagi reporter maupun penyiar demi ciri khas media
sekaligus menjaga keseragaman bahasa di kalangan reporter atau
penyiar.
Dalam media radio/TV, kebijakan redaksi soal penggunaan bahasa
dituangkan dalam standar kata siaran. Di media cetak (surat kabar,
majalah, tabloid), kebijakan itu dirinci dalam ”buku gaya bahasa” (style
book) atau buku pedoman penggunaan standar kata/ bahasa untuk
keseragaman penulisan. Gaya penulisan itu harus ditaati oleh wartawan
32
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, h. 198
20
agar terjadi keseragaman dalam teknis penulisan kata-kata, gaya bahasa
atau kalimat, dan istilah.
a. Proses Perumusan Kebijakan
Selama ini, kebijakan dikuasai oleh otoritas pemegang kebijakan.
Pemegang kebijakan biasanya menganggap bahwa hanya
pendapatnya saja yang benar, sedangkan pendapat orang lain salah.
Sehingga menutup ruang publik untuk ikut andil dalam pengambilan
kebijakan. Sistem kebijakan menggunakan prinsip dari atass ke
bawah (top down), siapa yang kuat maka dia akan berkuasa.33
Permasalahan analisis kebijakan terletak pada pihak mana yang
merasakan diuntungkan dan dirugikan oleh adanya suatu kebijakan,
karena yang tejadi adalah tarik menarik kepentingan pribadi antara
lembaga yudikatif, egislatif, eksekutif dan masyarakat sipil.
Kebijakan itu sendiri menitikberatkan pada bagaimana isu-isu
dan masalah-masalah yang disusun, didefinisikan, dan bagaimana
semua persoalan tersebut diletakkan dalam agenda kebijakan.
Seharusnya, kebijakan itu diputuskan secara demokratis, semua
elemen di dalamnya terlibat dalam prosess penentuan kebijakan.
Kebijakan demokratis juga lebih mudah diimplementasikan dan hasil
keputusannya memiliki legitimasi yang kuat karena ada dukungan
politik yang dapat mengakomodasi semua kepentingan.34
33
Surya Fermana, Kebijakan Publik Sebuah Tinjaun Filosofis, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2009), h. 12 34
Surya Fermana, Kebijakan Publik Sebuah Tinjaun Filosofis, h.37
21
Proses perumusan kebijakan35
berkaitan erat dengan:
1) Identifikasi dan formulasi masalah kebijakan
2) Penentuan alternatif kebijakan untuk pemecahan masalah
3) Pengkajian atau analisis kelayakan masing-masing alternatif
kebijakan
4) Pelaksanaan kebijakan dengan menentukan standar kinerja
minimal
5) Evaluasi keberhasilan dengan ukuran-ukuran kuantitatif
seperti cost-benefit analysis, cost-effectiveness analysis, dll.
b. Latar Belakang Penelitian Kebijakan
Ada tiga latar belakang penelitian kebijakan yang harus dipaham:
1) Penemuan yang diperoleh dalam penelitian kebijakan
hanyalah salah satu dari banyak masukan yang diperlukan
bagi pembuat kebijakan
2) Kebijakan itu tidak dibuat, bahwa kebijakan merupakan suatu
akumulasi. Dalam kenyataannya, pembuat kebijakan sering
kali menemui masalah sosial yang kompleks dan susah
dipahami, serta tidak mudah dicari solusinya.
3) Kompleksitas kebijakan pada hakikatnya sama dengan
kompleksitas masalah sosial. Proses pembuatan kebijakan
adalah kompleks, sebab proses tersebut melibatkan banyak
aktor. Aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan anatara
lain pembentuk undang-undang (legislatif), eksekutif, partai
35
Sudarwan Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h.
16
22
politik, kelompok berkepentingan (interest group), tokoh
perorangan.
Pada intinya, tanpa mekanisme yang jelas dan pelaku kebijakan
yang relevan dan menghendaki persetujuan, penelitian kebijakan
tidak mampu menyediakan informasi yang relevan bagi pembuat
kebijakan. Sebaliknya, tanpa informasi yang memadai pembuat
kebijakan tidak mungkin menghasilkan kebijakan yang relevan
dan efektif bagi pemecahan masalah sosial.36
c. Pemahaman Tentang Latar Belakang Kebijakan
1) Isu-isu kebijakan pokok dihubungkan dengan masalah sosial
masa kini, masa lalu, dan dan kecenderungan di masa depan.
2) Proses bagaimana pembuatan kebijakan dilakukan terutama
yang berkenaan dengan identifikasi isu-isu kebijakan.
Mekanisme kebijakan merupakan roda yang dipakai oleh
pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan kebijakan.37
3) Merealisasikan kebijakan diperlukan dukungan seperangkat
aktor kunci atau stakeholders. Ada dua jenis stakeholders,
aktif yaitu subjek yang terlibat dalam memberikan masukan
bagi perumusan kebijakan dan pasif yatu subjek yang
menjadi sasaran kebijakan.38
d. Keputusan dan pembuatan kebijakan
Dalam sebuah organisasi media, pembuatan kebijakan harus
berdasarkan aspirasi dan tuntutan dari semua pihak yang tergabung
36
Sudarwan Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, h. 31-34 37
Sudarwan Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, h. 66-67 38
Sudarwan Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, h. 75
23
didalamnya. Biasanya aspirasi tersebut disampaikan kepada
perwakilan dari masing-masing bagian dan disampaikan kepada
pemimpin tertinggi.
2. Pengertian Redaksi
Redaksi adalah badan persuratkabaran yang menangani berita,
karangan yang akan dimuat di koran, majalah koran, dan sebagainya.
sedangkan redaksional sendiri berkaitan dfengan cara dan gaya
menyusun kata-kata dalam kalimat.39
Redaksi adalah bagian atau orang dalam sebuah organisasi
perusahaan pers yang bertugas untuk menolak atau mengizinkan
pemuatan sebuah tulisan atau berita. Pertmbangan yang digunakan bisa
menyangkut aspek apakah tulisan atau berita itu bernilai berita atau
tidak, menarik tidaknya bagi pembaca serta menjaga corak politik yang
dianut penerbitan pers tersebut. Di samping itu, bertugas untuk
memperhatikan bahasa, akurasi, dan kebenaran tulisan atau beritanya,
termasuk di dalamnya menjaga agar tidak terjadi salah cetak.40
Dalam sebuah penerbitan atau media massa, bagian redaksi adalah
salah satu faktor yang paling penting, karena dipercaya menjalankan
visi dan misi serta idealisme sebuah media massa.
Bagian redaksi media terdiri dari:
a. Pemimpin Umum
Pemimpin umum bertanggung jawab atas maju mundurnya
perusahaan. Dia memiliki wewenang untuk mengambil
39
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, h. 1277
40
Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia, (Jakarata : PT Gramedia Pustaka
Utama, 1991), h. 226
24
kebijakan, menentukan arah perkembangan penerbitannya, dan
memperhitungkan untung atau rugi dari perusahaannya. Dia juga
berhak mengangkat atau memberhentikan karyawan sesuai
kebutuhan.
Dalam mengembangkan perusahannya, pemimpin umum
memiliki 3 kendali, yaitu bidang redaksi, bidang percetakan, dan
bidang usaha yang dipelopori oleh masing-masing pemimpin.41
b. Pemimpin Redaksi
Bertanggung jawab penuh atas mekanisme kerja keredaksian dan
mengawasi seluruh isi rubrik media massa yang dipimpinnya.
Dia juga bertanggung jawab jika ada pemberitaan yang digugat
oleh pihak lain.
c. Redaktur Pelaksana
Redaktur Pelaksana lebih bertanggungjawab terhadap hal teknis,
misalnya mengatur dan mengawasi langsung aktivitas peliputan
dan pembuatan berita oleh para wartawan.
d. Redaktur Desk atau Editor
Bertangguung jawab atas isi rubrik yang dipegang oleh setiap
redaktur desk atau biasa disebut Jabrik. Tugasnya adalah
menentukan, menyeleksi, mengedit, serta mengoreksi naskah
berita yang akan dimuat di rubrik masing-masing.
e. Koordinator Liputan Reporter
41
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h.16
25
Bertugas mengatur jadwal liputan reporter dan
memerintahkannya untuk meliput ke lapangan.
f. Editor Bahasa
Menjaga keseragaman bahasa yang digunakan untuk penerbitan
berita dengan gaya dan ciri khas media tersebut.
g. Reporter
Mereka merupakan prajurit di bagian redaksi. Bertugas untuk
mencari dan membuat berita berdasarkan fakta di lapangan.
Mencari berita bisa dilakukan dengan cara wawancara, ngepos di
lembaga pemerintahan atau swasta, , atau dengan
mengembangkan isu yang sudah ada (melengkapi, mempertajam,
atau menekankan hal khusus dari berita).
h. Koresponden
Wartawan yang ditempatkan di luar wilayah media massa,
misalnya luar negeri atau luar kota untuk mendapatkan berita
eksklusif yang terjadi disana atau tidak dapat dijangkau oleh
reporter pusat.
i. Fotografer42
Fotografer tidak berbeda dengan reporter karena bertugas
mencari foto suatu peristiwa untuk dimuat ke dalam suatu
pemberitaan yang dibuat oleh reporter.
42
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula Edisi Revisi, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 106-109
26
3. Pengertian Kebijakan Redaksi
Kebijakan redaksional adalah kebijakan atau ketentuan yang
disepakati secara bersama-sama pada sebuah redaksi media massa
tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat ke
dalam suatu pemberitaan.
Biasanya, untuk mempublikasikan suatu pemberitaan pada media
massa, redaksi akan melakukan rapat bersama untuk menentukan berita
apa saja yang layak dimuat dan disesuaikan dengan visi maupun misi
media massa tersebut, sehingga sesuai dengan harapan para pembaca
media massa itu.
C. Konseptualisasi Media Massa
1. Pengertian media massa
Media massa mempunyai peranan sangat besar dalam kehidupan di
masyarakat, terutama di era komunikasi interaktif seperti saat ini.43
Tidak jarang, orang lebih memilih membaca sebuah media massa
dibandingkan harus menghabiskan waktunya untuk membaca media
sosial.
Media adalah sarana untuk menyampaikan komunikasi dari
komunikator kepada komunikan44
. Sedangkan massa secara psikologis
mempunyai arti sekumpulan orang yang memiliki minat dan
ketertarikan yang sama terhadap sesuatu. Oleh karena itu, massa juga
sering disebut publik, khalayak atau masyarakat umum.
43
Ana Nadya Abrar, Teknologi Komunikasi Perspektif Ilmu Komunikasi ( Yogyakarta :
LESFI, 2003), h. 17 44
Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia, h. 161
27
Media massa adalah media yang digunakan sebagai alat komunikasi
masal yang dapat diakses oleh masyarakat luas. Media massa identik
dengan pers yang lebih dikenal sebagai media cetak. Namun sebenarnya
pesan yang disampaikan bukan hanya melalui media cetak, melainkan
media elektronik dan internet.45
Dalam kehidupan masyarakat, media massa juga dikenal dengan
istilah pers. Menurut Undang-Undang (UU) Pokok Pers Pasal 1 ayat
(1), pers adalah wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalstik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengelola dan menyampaikan informasi dalam bentuk tulisan suara,
gambar, suara gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala
jenis yang tersedia.46
2. Fungsi Media Massa
a. Menyebarkan Informasi, tujuan pembaca ,e,beli atau berlangganan
surat kabar adalah untuk mendapatkan informasi dari media.
b. Sarana Pendidikan, di dalam surat kabar terdapat banyak informasi
dan pengetahuan yang berguna untuk masyarakat, terutama dalam
bentuk berita, artikel, atau tajuk rencana.
c. Sarana Hiburan, dengan adanya unsur hiburan, diyakini bisa
menjadi penyeimbang berita-berita berat atau artikel berbobot yang
ada di media. Biasanya berbentuk cerpen, teka-teki silang, karikatur,
ataupun berita yang bersifat human interest.
45
Rini Darmastuti, Media Relation Konsep, Strategi & Aplikasi (Yogyakarta : Penerbit
ANDI, 2012), h. 58 46
Paryati Sudarman, Menulis Di Media Massa, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), h. 6
28
d. Dapat mempengaruhi, media dianggap dapat menggiring opini
masyarakat dengan berita yang sedikit menyentil atau iklan yang
dipasang oleh perusahaan besar.47
3. Karakteristik Media Massa
a. Melembaga, organisasi yang terdiri dari sekumpulan orang yang
diatur oleh sistem manajemen dan terikat dengan peraturan yang
berlaku untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Bersifat Umum, artinya semua yang ada di dalam media mass
ditujukan untuk kepentingan umum, sehingga masyarakat dapat
mengekspresikan dirinya melalui tulisan-tulisan yang dapat dimuat
di media.
c. Bersifat Anonim dan Heterogen, anonim berarti orang-orang yang
berhubungan dengan media massa sejatinya tidak saling mengenal
satu sama lain. Sedangkan heterogen berarti orang-orang yang
tertarik dalam dunia media massa memiliki keanekaragaman suku,
agama, ras, pekerjaan, pendidikan.
d. Menimbulkan Keseragaman, dalam menyampaikan informasi
kepada khalayak, media massa melakukannya dalam waktu
bersamaan dan diterima secara serentak dimanapun.
e. Mementingkan Isi (content) Daripada Hubungan Kedekatan,
misalnya walaupun kita dekat dengan pemilik media, namun belum
tentu tulisan yang kita buat akan di muat oleh media tersebut.48
47
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT Citra Aditya
Bakti, 1993), h. 93-94 48
Paryati Sudarman, Menulis Di Media Massa, h. 8-10
29
4. Surat Kabar
Surat kabar adalah media massa utama bagi orang yang ingin
memperoleh berita. Surat kabar merupakan media massa cetak paling tua
dibandingkan dengan buku, majalah, dan tabloid. Di sebagian kota besar,
tidak ada yang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita pada
surat kabar. Itu sebabnya, surat kabar masih banyak diminati sampai hari ini
karena popularitasnya dan pengaruhnya.49
1. Jenis-Jenis Surat Kabar
Berdasarkan lokasi edarnya, surat kabar dibagi menjadi tiga yaitu
surat kabar internasional, nasional, dan lokal. Surat kabar
internasional diantaranya, Strait Times, New York Timew, BBC dan
Al Jazeerah Surat kabar nasional diantaranya, Kompas, Tempo,
Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Republika, Sindo. Sedangkan
surat kabar lokal diantaranya, Tribun Jogja, Harian Jogja.50
2. Karakteristik Surat Kabar
Pertama, publisitas. penyebarannya ditujukan untuk kepentingan
masyarakat umum.
Kedua, periodisasi. Surat kabar memiliki ketentuan dalam
penerbitan, misalnya, ssurat kabar harian atau mingguan.
Ketiga, universalitas. Isi dari surat kabar memiliki keanekaragaman
yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Keempat, aktualitas. Aktualitas artinya fakta atau opini yang
disampaikan dengan cepat kepada masyarakat. Dalam surat kabar,
49
John Vivian, Teori Komunikasi Massa Edisi Ke Delapan, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2008), h. 71 50
Paryati Sudarman, Menulis Di Media Massa, h. 11
30
berita yang disampaikan harus aktual sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.51
Kelima, terdokumentasi. Informasi yang dimuat atau diterbitkan di
surat kabar terdokumentasikan secara rapi.
D. Konseptualisasi Berita
1. Definisi Berita
Berita adalah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya
peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi
(aktual) yang disampaikan oleh wartawan dalam media massa.52
Berita adalah produk jurnalistik yang disajikan oleh media massa.
Berita adalah peristiwa yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan
manusia yang ditulis, disiarkan, dan ditayangkan oleh media sebagai
bentuk informasi yang layak dikonsumsi masyarakat.53
2. Kategori dan Jenis Berita
Seperti definisi berita yang dipaparkan Charnley dan James M. Neal
dan dikutip oleh AS Haris Sumadiria, berita merupakan suatu peristiwa,
opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting,
menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada
khalayak.54
Merujuk pada definisi tersebut, berita dapat dikategorikan menjadi
dua jenis, yaitu berita keras (hardnews) dan berita lunak (softnews).
51
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, h. 91-92 52
Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia, h. 26 53
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 65 54
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, h. 64
31
Berita keras (hardnews) biasanya bersangkutan dengan peristiwa besar
yang menyita banyak perhatian publik dan dapat menguras emosi dan
energi pembaca, Sedangkan berita lunak (softnews) lebih menjurus
kepada unsur ketertarikan manusia, biasanya bersifat menghibur.
Ada beberapa jenis berita yang perlu kita ketahui, antara lain55
:
a. Straight News, jenis berita ini biasanya ditempatkan di halaman
depan atau headline sebuah surat kabar. Berita straight news
ditulis secara langsung setelah peristiwa terjadi, lugas, dan
singkat.
b. Depth News, berita yang ditulis secara mendalam dan
dikembangkan sampai ke akar permasalahannya sehingga berita
yang dihasilkan lebih lengkap.
c. Investigation News, berita yang sudah melalui proses penelitian
dan penyelidikan lebih lanjut, menggali informasi dari berbagai
sumber yang ada.
d. Interpretative News¸ berita yang ditulis atas dasar penilain
wartawan terhadap suatu peristiwa atau fakta yang diperoleh di
lapangan.
e. Opinion News, biasanya berisi pendapat pribadi dari pada ahli,
cendekiawan, sarjana, pejabat, dan lain-lain.
3. Nilai Berita
Kebutuhan utama media adalah informasi yang berupa data, fakta,
dan peristiwa yang mengandung nilai berita. Nilai berita bisa
55
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula Edisi Revisi, h. 11
32
diartikan sebagai pandangan seorang jurnalis tentang apa yang
dianggap penting atau dapat menarik perhatian khalayak.56
Ada dua
nilai berita yang dianggap paling krusial, di antaranya:
a. Dampak
Pengaruh yang ditimbulkan dari berita yang disiarkan, faktor
yang paling berpengaruh adalah kepentingan dan kedekatan.
b. Kecepatan
Informasi terbaru yang belum diketahui orang sebelumnya.57
Adapun unsur-unsur nilai berita yang lainnya adalah:
a. Keluarbiasaan (Unusualness)
Menurut Nothclife yang dikutip oleh Asep Syamsul M. Romli,
pengertian berita lebih ditekankan pada unsur keanehan dan
ketidaklaziman, sehingga dapat menarik perhatian dan rasa ingin
tahu (curiosity).58
b. Keterbaruan (Newsness)
Informasi yang disampaikan oleh media massa, hendaknya masih
dalam kategori baru.
c. Informasi (Information)
Setiap harinya, khalayak membutuhkan informasi. Begitu juga
dengan media massa, untuk memenuhi setiap lembaran
56
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 61 57
Rini Darmastuti, Media Relation Konsep, Strategi & Aplikasi, h. 76 58
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula Edisi Revisi, h. 4
33
medianya, mereka harus memperoleh informasi baru untuk
menghilangkan ketidakpastian.
d. Konflik (Conflict)
Sesuatu yang berhubungan dengan konflik, maka akan menjadi
sasaran empuk media. Pasalnya, dengan mengetahui konflik apa
yang sedang terjadi, masyarakat bisa lebih waspada.
e. Kejutan (Suprising)
Kejutan adalah bagian dari berita. Kebanyakan peristiwa terjadi
secara tidak disengaja. Kejutan bisa berupa ucapan atau
perbuatan, bisa juga berhubungan dengan alam dan makhluk
hidup.
f. Seks (Sex)
Naluri seorang manusia, apapun yang berhubungan dengan pers
pasti sangat diminati pembaca. Seks adalah kebutuhan dasara
manusia yang harus dipenuhi. Berita yang berkaitan dengan seks
misalnya tindakan asusila, pelecehan, perselingkuhan public
figure.59
g. Aktualitas (Timeliness)
Dalam berita, ukuran waktu sangatlah berharga. Semakin lama
peristiwa baru dimuat, maka akan semakin rendah nilai
beritanya. Hala ini dikarenakan permintaan pembaca yang selalu
ingin memperoleh informasi terbaru akan peristiwa yang terjadi.
59
Paryati Sudarman, Menulis Di Media Massa, h. 80-87
34
Surat kabar misalnya, semakin aktual beritanya maka nilai beritanya
akan semakin tinggi. Biasanya untuk koran yang terbit pada pagi hari,
akan memuat berita yang didapatkan wartawan pada malam harinya.
Sedangkan untuk koran yang terbit sore hari, mereka bisa memuat
berita ter-update yang terjadi hari ini.
Tetapi tidak menutup kemungkinan berita menganai kejadian lampau
akan menarik perhatian khalayak. Misalnya kasus pembunuhan yang
sudah lama tergerus oleh isu baru, bisa saja menempati halaman depan
surat kabar jika ada tersangka atau barang bukti terbaru yang sudah
lama dinanti oleh pembacanya.60
E. Headline News
Headline News adalah pemberitaan yang dijadikan berita unggulan oleh
suatu media massa pada hari tertentu. Bisanya, sebuah berita dijadikan
headline oleh media massa karena selain isu yang diangkat menarik dan
sedang viral, juga karena ada informasi baru yang bisa dibagikan kepada
pembaca.
A.M Hoeta Soehoet memberikan definisi bahwa berita utama adalah
berita terpenting dari semua berita yang disajikan dalam surat kabarnya pada
hari itu.61
Bahkan, begitu pentingnya suatu Headline News membuat redaksi
Koran Tempo akan tetap menunggu seorang reporter mengirimkan tulisan,
meskipun sudah melewati jam deadline. Namun hal tersebut berlaku jika
60
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, h 62-
64 61
Hoeta Soehoet. Kumpulan Kertas Kuliah Pengadaan Berita dan Pendapat (Jakarta: IISIP
Pers, 1986/1987), h. 5
35
ada suatu informasi maupun peristiwa yang sangat penting dan wajib untuk
diketahui pembaca keesokan harinya.62
Headline News memiliki ciri khas yang biasanya diterapkan oleh
masing-masing media massa seperti membuat judul maupun sub judul yang
menarik, agar pembaca media massa itu tertarik untuk membacanya hingga
tuntas.
Untuk memudahkan pembaca, Headline News biasanya juga disertai
oleh tabel hingga gambar khusus yang disajikan untuk menambah minat
para pembacanya untuk menuntaskan headline tersebut.
62
Wawancara Peneliti dengan Hussein Abri Y. M. Dongoran, Junior Editor Koran Tempo,
pada Senin, 21 Mei 2018 pukul 16.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 3, Jakarta.
36
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Koran Tempo
1. Sejarah dan Perkembangan Koran Tempo
Media Tempo memulai perjalanan panjangnya sebagai industri media
massa pada tahun 1971 dengan menerbitkan majalah pertamanya tepatnya
pada 6 Maret 1971 yang dipimpin langsung oleh Goenawan Muhammad.
Kala itu, Goenawan Muhammad mengusulkan nama Tempo untuk nama
media massa yang baru saja dibentuk, lantaran nama itu mudah diucapkan
terutama oleh para pengecer dan cocok dari sisi waktu, karena Tempo
terbit setiap satu minggu sekali.63
Terbitnya Majalah Tempo yang pertama kali tidak terlepas dari
sejumlah anak muda yang pada masa itu memiliki idealis sangat tinggi
untuk mengkritik setiap kebijakan pemerintah melalui tulisan dengan
sarana Majalah Tempo tersebut. Selain Goenawan Muhammad, beberapa
pendiri Majalah Tempo yang lain adalah Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri,
Lukman Setiawan, dan Bur Rasuanto.
Tiga tahun setelah Majalah Tempo berdiri tepatnya pada 1974,
terjadilah peristiwa besar yang dikenal dengan nama Malapetaka
Limabelas Januari (Malari). Peristiwa itu adalah masa di mana
Pemerintahan Soeharto menerima investasi dari negara asing untuk
63
Sejarah Tempo, https://korporat.tempo.co/tentang/sejarah diakses pada 19 Maret 2017 pada
13.00 WIB
37
pertama kalinya. Negara yang diterima investasinya itu adalah Jepang
melalui Toyota Foundation.
Pada masa itu, pergantian masa dari Orde Lama ke Orde Baru tidak
hanya menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran tetapi juga amunisi
keuangan negara sempat terkuras, sehingga Pemerintah Soeharto
membutuhkan dana segar dari negara lain yang berencana melakukan
investasi di Indonesia. Sayangnya, rencana investasi dari Toyota
Foundation itu tidak berjalan dengan mulus.64
Tetapi malah mendapatkan banyak penolakan dari sejumlah aktivis
mahasiswa dan masyarakat yang menilai bahwa investasi itu akan
membuat Indonesia semakin mudah didikte oleh negara asing untuk
kepentingannya negara lain. Peristiwa itu juga tidak luput dari perhatian
redaksional Tempo yang ikut serta menulis perihal investasi asing tersebut
di Indonesia dan membuat Pemerintah mulai massif menegur keras
sejumlah media massa di Tanah Air pada masa itu.
Sejak berdirinya Majalah Tempo pada tahun 1971, pertama kali media
itu mendapat teguran keras dari pemerintah yaitu pada tahun 1982.
Majalah Tempo dianggap sebagai salah satu media yang mengkritik
Pemerintahan Presiden Soeharto sangat tajam. Tidak hanya Presiden
Soeharto yang dikritis habis-habisan oleh majalah itu, tetapi juga
kendaraan politik Presiden Soeharto yaitu Golkar juga tidak luput
mendapatkan cubitan sangat keras dari Majalah Tempo.
64
Reymon Sembiring, Peran Bantuan Luar Negeri Jepang Dalam Memperkuat Hubungan-
Ekonomi Asimetris Dengan Indonesia, Studi Kasus: ODA (Official Development Assistance)
Jepang Di Indonesia Pasca Krisis Asia (1999-2008) h.46
38
Pemerintahan Rezim Orde Baru tidak terima mendapatkan kritik
tersebut melalui sejumlah tulisaan yangg tertuang pada Majalah Tempo,
karena saat itu, Indonesia tengah melangsungkan kampanye dana
pemilihan umum. Setelah mendapat teguran keras dari pemerintah,
akhirnya Tempo kembali diizinkan terbit kembali. Namun, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi oleh Tempo salah satunya adalah tidak melulu
mengkritik Pemerintahan Orde Baru. Tempo dipaksa untuk
menandatangani perjanjian di atas materai dari Menteri Penerangan pada
masa itu yaitu Ali Moertopo.
Departemen Penerangan pada masa rezim Orde Baru bertugas
mengawasi seluruh media massa lokal maupun asing yang melakukan
aktivitas tulis-menulis berkaitan dengan Presiden Soeharto beserta seluruh
kebijakannya di Indonesia.
Investigasi Majalah Tempo yang semakin tajam dari tahun ke tahun
akhirnya membuat Pemerintahan Soeharto gerah. Kemudian pada Juni
1994, Majalah Tempo kembali dibredel atau dilarang terbit oleh Menteri
Penerangan pada masa itu bernama Harmoko. Pembredelan itu dilakukan
Harmoko, karena Majalah Tempo dinilai melakukan kritik yang sangat
keras terhadap Presiden Soeharto dan Menristek Habibie yang baru saja
membeli sejumlah kapal bekas dari Jerman Timur.65
Dalam laporan investigasnya pada 21 Juni 1994, Majalah Tempo
memuat tulisan tentang keberatan pihak militer terhadap kebijakan impor
kapal bekas yang dilakukan oleh BJ Habibie. Majalah Tempo menduga
65
Peringatan 25 Tahun Pembredelan Tempo, https://investigasi.tempo.co/25-tahun-
pembredelan/index.html diakses pada 20 Maret 2017 pukul 13.25 WIB
39
ada unsur tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh BJ Habibie karena
telah membeli sebanyak 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur yang
semula harganya hanya US$12,7 juta menjadi US$1,1 miliar. Seminggu
sebelumnya, Majalah Tempo juga sempat memuat tulisan tentang markup
atau penggelembungan anggaran pembelian kapal perang sebesar 62 kali
lipat dari harga yang sebenarnya.66
Laporan tersebut kemudian dianggap berbahaya oleh pemerintah,
karena dinilai akan membahayakan stabilitas negara pada masa itu. Selain
itu, Menteri Penerangan pada masa itu Marie Muhammad juga mengklaim
sama sekali tidak pernah merencanakan pembelian 39 kapal perang
tersebut. Kemudian dilakukanlah pembredelan yang kedua dari Pemerintah
Soeharto kepada Majalah Tempo. Seperti diketahui, pembredelan adalah
pelarangan penyiaran atau penerbitan suatu media massa secara paksa oleh
pihak tertentu karena dianggap telah melawan hukum. Alasan standar yang
digunakan oleh pelaku pembredelan biasanya terkait pemberitaan yang
dituding menyimpang atau menyinggung penguasa maupun lapisan
masyarakat tertentu.
Pada pembredelan yang kadua ini, Majalah Tempo tidak mau tunduk,
bahkan melakukan perlawanan secara hukum dengan mengajukan gugatan
ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk melawan pemerintah.
Namun sayangnya, perjuangan Majalah Tempo untuk melawan pemerintah
tidak mendapatkan dukungan moril dari sejumlah asosiasi kelompok
wartawan seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang lebih
66
“3 Media dibredel Soeharto karena berita korupsi kapal perang” yang diakses pada 19
Maret 2015, majalah Tempo terbitan 7 Juni 1994 mengkritik pembelian 39 kapal perang bekas dari
Jerman Timur seharga USD 12,7 juta menjadi USD 1,1 miliar.
40
memilih untuk pro kepada pemerintah dan menyetujui aksi Menteri
Penerangan uuntuk membredel sejumlah media massa seperti Majalah
Detik, Editor dan Majalah Tempo.
Setelah pembredelan yang kedua, Majalah Tempo sempat mengalami
pasang-surut hingga berhenti beroperasi selama 4 tahun lamanya dan
banyak karyawan Majalah Tempo yang sempat mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) karena tengah mengalami masa-masa sulit.
Kemudian setelah memasuki tahun 1998, ketika Presiden Soeharto
lengser, Majalah Tempo kembali hadir pada 12 Oktober 1998 dan
menyatukan semua pendiri Majalah Tempo yang sempat tercerai-berai
akibat aksi yang dilakukan Soeharto melalui Menteri Penerangan
Harmoko.
Pada tahun 1998, PT Tempo Inti Media Tbk. menerbitkan kembali
Majalah Tempo. Namun kini perusahaan media itu juga telah memiliki
percetakan sendiri bernama temprint. Tempo Inti Media juga menjadi
pelopor pertama yang masuk dalam bursa saham pada tahun 2000 silam.
Penghasilan yang didapat cukup besar untuk mendirikan anak perusahaan.
Kemudian pada tahun 2001, Koran Tempo harian juga resmi diterbitkan.
Koran Tempo dan Majalah Tempo tidak berbeda terlalu jauh,
keduanya masih dikenal dengan jurnalisme investigasinya yang tajam. Hal
yang menarik dari Koran Tempo lainya adalah layout halaman utamanya
yang cukup atraktif untuk pembacanya.67
2. Visi dan Misi Koran Tempo
67
Koran Tempo Group https://korporat.tempo.co/tentang/visi diakses pada 18 April 2018
pukul 15.25 WIB
41
Sebagai media massa nasional, Koran Tempo tentunya memiliki visi
dan misi yang digunakan agar media tersebut berkembang pesan dan
mempertahankan eksistensinya sebagai media investigatif yang kritis
terhadap pemerintah. Visi Koran Tempo adalah menjadi acuan dalam
usaha meningkatkan kebebasan publik untuk berpikir dan serta
membangun peradaban yang menghargai kecerdasan dan perbedaan.
Sementara misi Koran Tempo yaitu menghasilkan produk multimedia
yang independen dan bebas dari segala tekanan dengan menampung dan
menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda, menghasilkan produk
multimedia bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik, menjadi tempat
kerja yang sehat dan menyejahterakan serta mencerminkan keragaman
Indonesia, memiliki proses kerja yang menghargai dan memberi nilai
tambah kepada semua pemangku kepentingan.
Menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah artistik,
intelektual, dan dunia bisnis melalui pengingkatan ide-ide baru, bahasa,
dan tampilan visual yang baik serta menjadi pemimpin pasar dalam bisnis
multimedia dan pendukungnya.68
3. Struktur Organisasi
Pemimpin Redaksi : Budi Setyarso
Redaktur Eksekutif: Jajang Jamaludin
Tabel 1.2
Jajaran Redaksi Koran Tempo
1. NASIONAL & HUKUM
68
https://korporat.tempo.co/tentang/visi
42
Jabatan Nama
Redaktur Pelaksana Bagja Hidayat
Redaktur Utama Jajang Jamaluddin, Dodi Hidayat
Redaktur Anton Aprianto, Anton Septian,
Abdul Manan, Sunudyantoro,
Agoeng Wijaya
Staff Redaksi Wayan Agus Purnomo, Syailendra
Persada, Prihandoko, Linda Novi
Trianita, Agung Sedayu, Kodrat
Setiawan, Fransisco Rosarians
Enga Geken, Mitra Tarigan,
Hussein Abri Y.M. Dongoran,
Dewi Suci, Indri Maulidar, Rina
Widiastuti
2. EKONOMI & MEDIA
Jabatan Nama
Redaktur Pelaksana Yandhrie Arvian
Redaktur Agus Supriyanto, Retno
Sulistyowati, Jobpie Sugiharto,
Ali Nur Yasin, Fery Firmansyah,
Grace S. Gandhi, Dewi Rina
Cahyani
Staff Redaksi Akbar Tri Kurniawan, Ayu Prima
Sandi, Abdul Malik, Khairul
Anam, Praga Utama, Ali Ahmad
Noor Hidayat, Andi Ibnu Masri,
Robby Irfani Maqoma
Reporter Putri Adityowati
3. METRO
Jabatan Nama
Redaktur Pelaksana Philipus Parera,
43
Redaktur Zacharias Wuragil
Staff Redaksi Ali Anwar, Suseno, Untung
Widyanto, Erwan Hermawan,
Riky Ferdianto, Linda Hairani,
Gangsar Parikesit
Reporter Afrilia Suryanis, Ninis
Chairunnisa, Devy Ernis
4. INTERNASIONAL
Jabatan Nama
Redaktur Pelaksana Purwanto Setiadi
Redaktur Utama Idrus F. Shahab
Redaktur Mahardika Satria Hadi, Sukma
Loppies, Maria Rita Ida Hasugian,
Dwi Arjanto
Staff Redaksi Sita Planasari, Nathalia Shanty
Reporter Choirul Aminudin
5. SENI & INTERMEZO
Jabatan Nama
Redaktur Pelaksana Seno Joko Suyono
Redaktur Nurdin Kalim, Mustafa Ismail,
Staff Redaksi Amandra Mustika Megarani,
Moyang Kasih Dewi Merdeka,
Dian Yuliastuti
6. SAINS DAN SPORT
Jabatan Nama
Redaktur Pelaksana Yos Rizal Suriaji
Redaktur Firman Atmakusuma, Nurdin
Saleh, Hari Prasetyo, Irfan
Budiman
Staff Redaksi Gabriel Wahyu Titiyoga, Amri
44
Mahbub, Nur Haryanto, Gadi
Kurniawan Makitan, Erwin Prima
Putra Z, Febriyan, Indra Wijaya
B. Latar Belakang Kasus Korupsi KTP-el
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) periode 2009-2014 yang pada
saat itu digawangi Gamawan Fauzi politisi Partai Demokrat memiliki rencana
untuk membuat KTP elektronik (KTP-el) untuk sekitar 415 Kabupaten dan 93
Kota di seluruh Indonesia.
Anggaran yang sudah siap dikucurkan untuk identitas 261,1 juta penduduk
Indonesia tersebut adalah Rp6 triliun dan Rp258 miliar untuk memperbaharui
KTP lama penduduk ke KTP-el serta untuk program Nomor Induk
Kependudukan (NIK). Rencananya, proyek itu akan dibagi menjadi dua tahap
dengan target 2011 yaitu pengadaan KTP-el untuk 6,7 juta penduduk dan
sisanya dirampungkan pada 2012.
Untuk menggarap proyek tersebut, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) era
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono menggandeng
sejumlah vendor untuk mengadakan beberapa alat pendukung seperti alat
perekaman identitas dan sejumlah alat lainnya. Setelah melalui serangkaian
proses lelang tender, kemudian pada 11 Juni 2011 Pemerintah akhirnya
mengumumkan konsorsium pemenang tender yaitu Perum PNRI, PT. Len
Industri, PT. Quadra Solution, PT. Sucofindo dan PT. Sandipala Artha Putra
sesuai Surat Keputusan Mendagri Nomor: 471.13-476 tahun 2011.
Selanjutnya, pada 1 Juli 2011, konsorsium PNRI telah menandatangani
kontrak bersama untuk pengadaan proyek KTP-el tahun anggaran 2011-2012
45
dengan nilai proyek yang ditandatangani sebesar Rp5.841 triliun.69
Mendagri
Gamawan Fauzi menginginkan proyek itu berjalan dengan baik dan lancar
tanpa ada sedikitpun penyelewengan, sehingga dia menggandeng banyak
pihak untuk mengawasi perjalanan proyek tersebut, seperti menggandeng
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Proyek yang mulanya akan dilaksanakan serentak pada 1 Agustus 2011
itu, kemudian mengalami kendala karena terlambatnya pengiriman sejumlah
perangkat perekam penduduk. Akhirnya proyek KTP-el itu diundur
pelaksanaannya menjadi 18 Agustus 2011. Sayangnya, sebelum pelaksanaan
proyek KTP-el itu dimulai, ada laporan dugaan tindak pidana korupsi yang
masuk ke Polda Metro Jaya. Laporan tersebut berasal dari 7 perusahaan yang
kalah dalam tender proyek KTP-el dan mempolisikan panitia lelang tender
proyek KTP-el karena tidak menjalankan tender sesuai prosedur yang
berlaku.70
Dugaan tindak pidana korupsi tersebut ternyata tidak hanya diketahui oleh
7 perusahaan yang kalah dalam tender proyek KTP-el, tetapi juga tercium
oleh LSM yang mengatasnamakan dirinya Goverment Watch (GOWA).
GOWA yang melakukan investigasi pada kasus tersebut mengaku telah
menemukan ada 11 penyimpangan, pelanggaran dan kejanggalan yang dapat
dilihat secara kasat mata saat proses lelang KTP-el tersebut. Penyimpangan
itu, menurut Direktur Eksekutif GOWA Andi W Syahputra terjadi dalam 3
69
https://www.antaranews.com/berita/640892/kpk-setnov-berperan-dalam-penganggaran-
pengadaan-ktp-e diakses pada 10 Maret 2017 pukul 15.00 WIB 70
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42326444 diakses pada 10 Maret 2017 pukul
15.00 WIB
46
tahapan yaitu sebelum pelaksanaan lelang, proses lelang hingga pelaksanaan
pekerjaan yang dilelang selama periode Maret-Agustus 2011 dengan nilai
kerugian negara mencapai Rp1 triliun.
Setelah menemukan sekitar 11 penyimpangan tadi, Andi W Syahputra
langsung melaporkan kasus itu ke KPK pada 23 Agustus 2011 dengan dugaan
kuat ada sejumlah panitia lelang yang "bermain mata" dalam proyek KTP-el
itu, hingga akhirnya memenangkan sejumlah vendor untuk menggarap proyek
dengan nilai mencapai triliunan.
KPK yang menerima laporan dari LSM GOWA tadi, langsung mengusut
kasus tersebut dan menuding Gamawan Fauzi sebagai Mendagri tidak
menjalankan 6 rekomendasi KPK yaitu penyempurnaan desain,
menyempurnakan aplikasi SIAK dan mendorong penggunaan SIAK di
seluruh wilayah Indonesia dengan melakukan percepatan migrasi non SIAK
ke SiAK, memastikan tersedianya jaringan pendukung komunikasi dana
online atau semi online antara tingkat kabupaten/kota dengan MDC di pusat
agar proses konsolidasi dapat dilakukan secara efisien, pembersihan data
kependudukan dan penggunaan biometrik sebagai media verifikasi untuk
menghasilkan NIK yang tinggal, pelaksanaan KTP-el setelah basis database
kependudukan bersih/NIK tunggal, tetapi sekarang belum tunggal sudah
melaksanakan eKTP dan rekomendasi terakhir yaitu pengadaan KTP-el harus
dilakukan secara elektronik dan sebaiknya dikawal ketat oleh LKPP.71
Menanggapi tuduhan KPK, Mendagri Gamawan Fauzi membantah semua
tudingan KPK terhadap dirinya. Lalu, melalui Kepala Humas Mendagri yang
71
Http://m.detik.com /news/berita/d-3566719/perjalanan-kasus-e-ktp-hingga-kpk-tetapkan-
lima-tersangka , di akses pada 21 Juli 2019.
47
saat itu dipimpin Reydonnyzar Moenek, Mendagri mengaku telah
menjalankan 5 rekomendasi dan 1 rekomendasi yang masih belum dijalankan
yaitu permintaan NIK tunggal saat proses KTP-el dilaksanakan karena akan
mengubah waktu pelaksanaan hingga pembiayaan proyek KTP-el yang telah
disepakati dari nilai proyek.
Tidak lama setelah muncul bantahan dari Mendagri, salah satu konsorsium
yang kalah dalam proyek KTP-el bernama Lintas Peruri Solusi mempolisikan
Ketua Panitia Lelang Drajat Wisnu Setiawan serta Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) sekaligus Direktur Pengelola Informasi Administrasi
Kependudukan (Minduk) pada Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Dukcapil) Mendagri, Sugiharto ke Polda Metro Jaya atas
dugaan penyalahgunaan wewenang sehingga proyek KTP-el membengkak
dari nilai proyek.
PT Lintas Peruri Solusi melalui penasihat hukumnya, Handika
Honggowongso menjelaskan PNRI sebagai pemenang tender dengan nilai
yang disetujui sebesar Rp5,84 triliun dari total pagu anggaran sebesar Rp5,9
triliun dinilai telah merugikan negara.72
Padahal dia menjelaskan, proyek
KTP-el bisa lebih efisien hingga 20% jika dimenangkan oleh kliennya, karena
Lintas Peruri Solusi sanggup mengerjakan proyek tersebut dengan nilai
sekitar Rp4,75 triliun.
Handika Honggowongso menuding bahwa panitia lelang telah melakukan
kongkalikong dengan tiga konsorsium pemenang lelang yaitu Perum PNRI,
PT Sandipala Artha Putra dan Konsorsium Mega Global. Beberapa
72
https://news.detik.com/berita/d-1721423/ppk--panitia-tender-KTP-el-dilaporkan-ke-polda-
metro-jaya diakses pada 10 Maret 2017 pukul 15.00 WIB
48
konsorsium lain pemenang tender gugur pada saat evaluasi metodologi dan
dinilai tidak sesuai dengan spesifikasi teknis.
Kemudian tahun 2012, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
mengaku telah lebih dulu menemukan ada dugaan kuat tindak pidana korupsi
KTP-el jauh sebelum KPK mengendus korupsi pada kasus itu. Ketua KPPU
pada era itu, Muhammad Syarkawi Rauf mengaku KPPU telah memvonis
bersalah PNRI dan PT Astragraphia karena diduga bersekongkol dalam
tender proyek KTP-el, padahal kedua vendor tersebut tidak memiliki
kompetensi untuk menggarap KTP-el. KPPU kemudian menjatuhkan
hukuman terhadap 2 perusahaan itu dengan hukuman membayar denda
sebesar Rp24 miliar untuk disetorkan ke kas negara karena keduanya
melanggar perbuatan usaha yang diatur Undang-Undang.
KPPU menilai kedua peserta pemenang tender itu secara sah dan
meyakinkan terbukti bersalah dan melanggar Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Pasal itu mengatur agar pelaku usaha tidak bersekongkol
dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Namun, setelah diputus bersalah, Penasihat Hukum PT PNRI Jimmy
Simanjuntak mengajukan banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Kemudian kasus itu berlanjut pada 2013, dimana salah satu tersangka KPK
Nazaruddin yang terlibat kasus Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU) wisma Atlet Sea Games juga ikut berkomentar atas kasus KTP-el.
Nazarudin yang dijadikan Justice Collaborator (JC) oleh KPK,
49
mengungkapkan ada keterlibatan politisi Partai Golkar Setya Novanto dan
politisi Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Nazaruddin menjelaskan kepada KPK telah terjadi penggelembungan dana
sebesar 45% pada kasus KTP-el dari total proyek sebesar Rp5,9 triliun.
Namun, hal tersebut ternyata membuat Mendagri Gamawan Fauzi geram.
Tidak terima atas tuduhan Nazaruddin kepada Ketua Umum Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) periode 1997-1998 dan Setya Novanto, lalu
Gamawan langsung mempolisikan Nazaruddin ke Polda Metro Jaya.
KPK pertama kali menetapkan tersangka pada kasus itu di tahun 2014,
dimana tersangka pertama adalah Sugiharto selaku pejabat pembuat
komitmen (PPA) di tender proyek KTP-el. Sugiharto ditetapkan tersangka
karena diduga menyalahgunakan wewenang dan memperkaya diri sendiri
sebesar Rp460 juta atau 450.000 US$.73
Atas perbuatannya, Direktur Minduk
Dukcapil era Gamawan Fauzi itu dijerat Pasal 2 ayat (1) subsider Pasal 3
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat
(1) ke-1 juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.
Setelah menetapkan tersangka pertama dalam kasus KTP-el, KPK
langsung mempercepat penyelidikan atas kasus dugaan tindak pidana korupsi
yang merugikan negara sebesar Rp2,3 triliun dengan memeriksa para saksi
dari pihak Kemendagri dan swasta yang tahu detail proyek KTP-el. Saksi
yang diperiksa dari pihak Kemendagri yaitu Kasubdit Identitas Penduduk
pada Ditjen Ducapil Drajat Wisnu Setyawan dan 2 orang pegawai
Kemendagri yaitu Pringgo Hadi Tjahyono, Husni Fahmi dan Suciati.
73
https://nasional.kompas.com/read/2017/07/20/05300061/5-tersangka-kasus-KTP-el-
ditetapkan-kpk-ini-dugaan-peran-mereka diakses pada 10 Maret 2017 pukul 15.25 WIB
50
Sementara dari swasta yang diperiksa adalah Direktur Produksi Percetakan
Negara (PNRI) Yuniarto, mantan Direktur Keuangan PNRI Isnu Edhi Wijaya,
Direktur Keuangan PT Quadra Solution Willy Nusantara Najoan dan Andreas
Ginting.
51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA
Penulis akan menguraikan sejumlah temuan dan hasil analisa dari
penelitian mengenai Kebijakan Redaksional Koran Tempo Dalam
Menentukan Headline dengan mengacu pada teori Pamela J Shoemaker dan
Stephen D, Reese.74
A. Proses Kebijakan Redaksional Koran Tempo
Proses kebijakan Koran Tempo dalam menentukan headline terdiri dari
beberapa tahapan yang dimulai dari rapat kompartemen. Kemudian setelah
melakukan rapat kompartemen, redaksi akan menginstuksikan reporter
lapangan untuk mencari bahan berupa data maupun informasi narasumber
dari hasil rapat tersebut. Setelah berhasil mendapatkan bahan berupa
informasi maupun dokumen dan data, kemudian redaksi akan kembali
melakukan rapat kompartemen dengan agenda final checking.
Kemudian, jika narasumber dan data yang diterima redaksi sudah cukup,
selanjutnya dilakukan proses penulisan dan editing naskah untuk dijadikan
headline pemberitaan.
Seperti diketahui, untuk menjadikan sebuah berita agar menjadi headline,
tidak hanya dibutuhkan informasi dari narasumber, tetapi juga harus
didukung oleh data yang akurat agar informasi yang disajikan Koran Tempo
pada headline tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
1. Kebijakan Koran Tempo Dalam Menentukan Isu
74
Pamela J Shoemaker and Stephen D. Reese, Mediating The Message, Theories of Influence
on Mess Media Content
52
Dalam menentukan sebuah isu yang menarik untuk diangkat menjadi
headline, Tim Redaksional Koran Tempo biasanya akan berkoordinasi
dengan reporter yang berada di lapangan. Angle berita yang ditulis oleh
wartawan Koran Tempo, akan dipertajam dengan tambahan pertanyaan
dari editor maupun redaktur agar bisa diangkat menjadi sebuah headline
pada hari itu.
Tim Redaksi Koran Tempo akan memberikan pertanyaan kepada
reporter untuk mendapatkan isu baru yang belum dimuat dan tersebar di
sejumlah media online. Pasalnya, jika angle pemberitaan yang dimuat pada
Koran Tempo serupa dengan angle media online, maka pemberitaan itu
sudah tidak lagi menarik untuk dibaca.
“Misalkan ada isu tertentu bagus, kaya KTP-el ini kan beberapa lama
tuh, bahkan kayanya hampir sebulan deh. Karena kan kita mencari yang
baru, mencari sorotan publik apa sih terhadap kasus ini, dampaknya apa
sih. Tidak ada pacuan secara baku ya”.
Bagi Koran Tempo, angle pemberitaan yang menarik untuk diangkat
menjadi headline adalah kejadian di balik layar dari suatu peristiwa besar.
Hal itu menjadi menarik untuk diangkat karena tidak semua media online
mengangkat kejadian di balik layar. Padahal, kejadian di balik layar sangat
diminati oleh pembaca.
Dalam menentukan sebuah isu yang akan dijadikan headline, Koran
Tempo memiliki tiga cara. Pertama yaitu melalui rapat redaksi, kedua
melalui hasil temuan reporter di lapangan dan terakhir adalah adanya
temuan dokumen tertentu. Jika ada isu baru yang ditemukan oleh reporter
di lapangan, maka isu besar tidak menutup kemungkinan tidak akan
dijadikan headline pada halaman muka Koran Tempo.
53
“Tergantung dari hasil rapat redaksi itu pertama, dan yang kedua,
tergantung isu ya. Kalau kita punya isu yang lagi bagus, kita bisa
walaupun lagi ngga hits di temen-temen media lain, kita bisa munculkan.
Yang lain mereka lagi rajin-rajinnya raja salman yang belakangan
investasinya Cuma 1 Triliun rupiah, sementara ini kasus penting. KTPnya
tersendat ngga? Ini gara-gara ini. Makanya ini sangat-sangat penting,
sangat krusial lah karena awalnya dikorupsi sama dia”
Seperti pada headline pemberitaan kasus KTP-el yang digulirkan
Koran Tempo selama satu bulan lebih. Alasan Koran Tempo menggulirkan
isu itu cukup lama, karena selain kasus tersebut menjadi sorotan publik
yang berdampak negatif ke masyarakat, tidak sedikit para pejabat yang
terlibat dalam kasus itu dan menimbulkan kerugian keuangan negara yang
cukup besar. Kasus itu juga terus berkembang hingga sampai ke tahap
persidangan.
“Batasan untuk berapa hari saya tidak tahu, yang jelas kalau isu itu
jadi perhatian publik, kemudian isunya menyangkut publik kaya KTP-el
yang mengalami kerugian mencapai 2,3 Triliun, nilainya 5,84 Triliun, itu
kan besar sekali dan itu uang negara, uang kita semua dari pembayaran
pajak dll. Itu kan artinya ada sesuatu nilai yang dirampas oleh seseorang
itu”
Dalam runtutan peristiwa kasus KTP-el, Koran Tempo melihat ada
yang salah dalam proyek KTP-el. Walaupun orang-orang DPR selalu
berdalih bahwa proyek tersebut tidak ada masalah sedikitpun, namun
karena ditemukan fakta baru dalam persidangan, kasus itu akhirnya
dirunning oleh Koran Tempo hingga tuntas.
Selain kasus KTP-el, ada juga kasus mega korupsi bailout Bank
Century yang dianggap Koran Tempo sebagai berita “seksi” untuk
diangkat dan diketahui oleh pubik karena melibatkan tokoh-tokoh besar
dalam pusara korupsi itu.
2. Kebijakan Koran Tempo Terkait Bahan Liputan
54
Bagi Koran Tempo, bahan liputan yang menarik untuk diangkat
menjadi pemberitaan berasal dari tiga sumber yaitu data dari pihak terkait,
informasi yang diperoleh dari narasumber dan dokumen berupa file,
rekaman video, suara maupun gambar. Namun, jika mendapatkan bahan
berupa dokumen, Tim Redaksional Koran Tempo tidak langsung
mempercayai 100% dokumen tersebut sebelum ada konfirmasi dan
klarifikasi dari pihak-pihak terkait seperti dari KPK, dokumen dari
pengacara, atau dokumen dari kejaksaan, yang bisa dijadikan bahan untuk
pengembangan isu di dalam liputan itu.75
“Bahan itu lebih kepada data, informasi dari narasumber, dokumen.
Kemudian dokumen bisa dalam bentuk kertas file, atau dalam bentuk
gambar rekaman atau foto. Tapi karena kita di cetak, biasanya lebih
bermain di dokumen”
Koran Tempo selalu berpegang teguh pada kode etik jurnalistik, setiap
kali mendapatkan bahan pemberitaan melalui informasi narasumber. Jika
ada narasumber yang menginginkan identitasnya dirahasiakan setelah
memberi informasi penting, maka Koran Tempo akan patuh dan mengikuti
arahan dari narsumbernya jika informasi tersebut berdampak buruk bagi si
narasumber. Namun, informasi dari narasumber itu juga harus diklarifikasi
dan dikonfirmasi agar diketahui sejauh mana narasumber ini kredibel dan
akurat dalam memberikan informasi penting tersebut.76
“Di tempo diperbolehkan sumber anonim dengan syarat sumber
anonim itu kita kenal, kita ketahui, dan kita mengerti kredibilitasnya
selama ini, plus menceritakan untuk sebuah peristiwa bukan menceritakan
opini”
75
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta. 76
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta.
55
Seperti contoh pada kasus KTP-el, Ketua Umum Partai Golkar Setya
Novanto sebagai pelaku utama pada kasus tersebut dapat dijadikan
narasumber yang memberikan informasi akurat terkait perkara yang
menjeratnya. Jika tidak bisa mendapatkan informasi dari Setya Novanto,
maka pengacaranya juga bisa dijadikan narasumber sebagai representasi
dari Setya Novanto yang sudah memberikan kuasanya kepada Pengacara
Fredrich Junaidi.
Selain itu, pada kasus terorisme misalnya, korban teror yang selamat
juga bisa dijadikan narasumber untuk menceritakan peristiwa yang
menimpanya, karena korban bisa sekaligus menjadi saksi. Saksi sendiri
adalah seseorang yang mengalami, merasakan suatu peristiwa secara
langsung, sehingga dapat dijadikan narasumber utama jika pelaku teror
sudah meninggal dunia saat melakukan aksinya.
3. Kebijakan Koran Tempo Dalam Pemilihan Design Cover
Isu pemberitaan yang menarik, biasanya tidak hanya ditentukan oleh
isi berita, tetapi juga desain cover halaman muka yang menarik. Koran
Tempo baru dapat membuat cover yang menarik setelah editor selesai
menyunting berita dari reporter di lapangan. Biasanya, desain cover Koran
Tempo tersebut dimulai pada pukul 16.00 WIB dan paling lambat harus
sudah selesai disain cover serta tulisan untuk headline pukul 23.00 WIB,
jika isu yang dibawa reporter menarik perhatian publik.
“Karena cover itu kan jualannya atau masterpiece hari itu di koran ini
kan, ini kita diskusikan secara lebih mendalam. Jam 4 biasanya kita
diskusi dengan orang-orang design membahas masalah cover, idenya
seperti ini. Kemudian orang-orang design itu menerjemahkannya dalam
bentuk gambar-gambar”
56
Selain itu, Koran Tempo juga mengadakan piket malam bagi editor
dan redaktur untuk melakukan pengecekan halaman tahap akhir.
Tujuannya adalah untuk memnimalisir setiap kesalahan dalam penulisan
sebelum Koran Tempo naik ke percetakan.
B. Analisa Kebijakan Redaksional Koran Tempo Berdasarkan Teori
Hirarki Pengaruh
Peneliti akan menjabarkan analisis teori hierarki pengaruh milik Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese yang diterapkan pada Koran Tempo. Teori
ini menjelaskan bahwa isi pesan media dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal yang terdiri dari 5 level, yaitu, level pengaruh individu pekerja,
level rutinitas media, level organisasi media, level ekstra media, dan level
ideologi media.
1. Level Pengaruh Individu Pekerja
Sebuah media massa tidak bisa lepas dari yang disebut individu pekerja
media atau bisa disebut wartawan/jurnalis/reporter. Tanpa adanya reporter,
sebuah perusahaan penerbitan pers tidak mungkin bisa berjalan. Karena
wartawan merupakan ujung tombak dari suatu media massa.
Setiap harinya, wartawan bertugas mencari dan menulis berita sesuai
dengan fakta yang diperoleh di lapangan. Saat proses pembuatan berita,
wartawan bisa saja mengkonstruksikan berita sesuai dengan latar belakang
serta nilai dan kepercayaan yang dipegangnya.
Dalam menyeleksi wartawan baru yang bergabung dengan Koran Tempo,
tidak ada standart maupun kriteria khusus yang mengarah pada latar belakang
individu, misalnya harus beragama Katolik atau Islam atau pendidikannya
57
harus sarjana komunikasi maupun jurnalistik. Tetapi standar kriteria yang
ditetapkan Koran Tempo lebih luas, seperti jurusan apa saja bisa ditempatkan
di kompartemen yang ada di Koran Tempo sesuai sistem rolling yang
berlaku.
Wartawan yang berhasil lulus menjadi wartawan Koran Tempo, tidak
langsung diangkat menjadi reporter, melainkan harus melewati beberapa
kelas formal yang terdiri dari calon reporter, M1 (Magang 1), M2, dan M3.
Jika sudah naik menjadi M1, akan belajar membuat tulisan sederhana satu
halaman, M2 menulis dua halaman atau lebih dan bisa mengkoordinasikan
pengumpulan bahan, dan M3 bisa menulis panjang serta menyunting.
Para calon reporter dan juga M1, belajar menulis hanya dengan duduk di
belakang redaktur yang mengedit tulisan mereka.77
Hal tersebut dilakukan
agar para M1 bisa memperoleh pendidikan penulisan yang sesuai dengan
gaya penulisan Koran Tempo serta mempelajari Bahasa Indonesia yang baik
dan benar.78
Dalam kasus KTP-el, wartawan yang ditugaskan membuat berita tersebut
berasal dari kompartemen nasional dan hukum. Namun tidak ada peraturan
yang meliput kasus KTP-el harus lulusan ilmu hukum, tetapi semua wartawan
di kompartemen nasional dan hukum bisa saja kebagian tugas untuk
meliputnya sesuai arahan redaktur. hal tersebut bertujuan agar para wartawan
Koran Tempo mendapatkan pengalaman dan wawasan yang lebih luas.79
77
TEMPO, Cerita Di Balik Dapur Tempo, (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2011),
h. 82 78
Wawancara Peneliti dengan Hussein Abri Y. M. Dongoran, Junior Editor Koran Tempo,
pada Senin, 21 Mei 2018 pukul 16.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 3, Jakarta. 79
Wawancara Peneliti dengan Hussein Abri Y. M. Dongoran, Junior Editor Koran Tempo,
pada Senin, 21 Mei 2018 pukul 16.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 3, Jakarta.
58
“Tidak juga. Misalkan yang meliput kasus KTP-el. Tidak harus selalu
saya misalkan yang latar belakangnya adalah anak politik hukum. Siapa
saja, nanati di rolling unjtuk memberikan pengalaman dan menambah
wawasan reporter itu sendiri”.
Artinya, latar belakang individu pekerja media atau wartawan tidak terlalu
berpengaruh terhadap isi pesan media. Tetapi kreatifitas wartawan sangat
mempengaruhi isi pemberitaan. Wartawan diberikan kebebasan untuk
menentukan angle apa yang dapat menarik perhatian pembaca. Namun, jika
angle pemberitaan dari reporter dinilai kurang tajam, maka dari pihak editor
maupun redaktur akan memberikan masukan agar angle berita yang diperoleh
reporter di lapangan bisa lebih menarik melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan dari editor maupun redaktur.80
“Kalau disini sangat-sangat dibebaskan untuk menentukan angle, tapi
lagi-lagi kita butuh peran editor untuk mengarahkan”.
Koran Tempo selalu menilai bahwa semua level pekerja pada Koran
Tempo memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan berita
terbaik. Pasalnya, jika reporter tidak mendapatkan berita apapun di lapangan,
maka pihak editor dan redaktur juga tidak dapat mengajukan usulan apapun
pada rapat besar redaksi.81
2. Level Rutinitas Media
a. Audiens (Consumer)
Bagi Koran Tempo, pemberitaan yang menarik minat pembacanya
adalah berita terkait kasus korupsi yang dicuri oleh pejabat publik yang
sudah memiliki gaji cukup besar. Pada kasus KTP-el misalnya, ada
80
Wawancara Peneliti dengan Hussein Abri Y. M. Dongoran, Junior Editor Koran Tempo,
pada Senin, 21 Mei 2018 pukul 16.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 3, Jakarta. 81
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta.
59
seorang pejabat publik yaitu Setya Novanto yang melakukan tindak pidana
korupsi. Padahal pada hari yang sama, ada juga kabar tentang kedatangan
Raja Salman ke Indonesia. Namun yang dipilih redaksi untuk diangkat
menjadi headline adalah kasus KTP-el. Sementara pemberitaan mengenai
Raja Salman yang berencana melakukan investasi di Indonesia hanya
masuk headline halaman Internasional.82
Untuk menarik pembaca Koran Tempo, penulis sempat menemukan
ada empat edisi Koran Tempo yang dimuat menjadi sebuah Headline
News mengenai dampak yang terjadi setelah KTP-el dikorupsi oknum,
seperti pada edisi Senin 27 Februari 2020, Koran Tempo mengangkat
judul “Mega Korupsi e-KTP Segera Disidangkan” dan untuk
menghilangkan penasaran publik, Koran Tempo juga menggunakan
sumber yang tidak disebutkan namanya bahwa ada beberapa orang yang
akan terungkap turut serta menikmati hasil korupsi itu seperti anggota
DPR, pejabat Kementerian Dalam Negeri dan sejumlah pihak swasta.
“Oh ini kan karena ada temuan dari KPK bahwa KTP-el memang
akan disidangkan, itu salah satu desk nasional memang sudah siap untuk
menuliskan cover itu. kita kan wartawan suka dapat info background kan,
background itu kan tidak ditulis siapa narasumbernya kan. Kita mencoba
mencari siapa orang yang bisa ngasih Informasi itu. entah juru bicara,
entah siapapun yang berwenang. Kita bunyikanlah dari sini. Dalam waktu
dekat, berkas tersangka akan dilimpahkan. Ini ibaratnya pembuka, baru
merembet, berkembang kemana-mana sampai masalah biomorf segala
macam”
Selanjutnya pada edisi Rabu 1 Maret 2017, Koran Tempo juga
mengangkat judul Sistem KTP-el Terancam Lumpuh. Pada edisi ini,
Koran Tempo mengungkap sejumlah perusahaan swasta yang dinilai tidak
82
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta.
60
melanjutkan proyek KTP-el, karena sejumlah masalah terkait korupsi,
bahkan server pembuatan KTP-el yang berada di luar negeri juga menjadi
masalah.
Kemudian, pada edisi Kamis 2 Maret 2017, Koran Tempo juga
memuat headline dengan judul Skandal Mega Korupsi KTP-el, Data
Pribadi Rawan Bocor. Pada edisi kali ini, Koran Tempo mengembangkan
pernyataan politisi PDI-Perjuangan sekaligus Menteri Dalam Negeri
Tjahjo Kumolo mengenai kekhawatirannya terhadap data yang rawan
bocor, karena server KTP-el ada di luar negeri. Padahal, ada 167,7 juta
data penduduk Indonesia masuk dalam kategori objek vital negara.
Terakhir, pada edisi Jumat 3 Maret 2017, Koran Tempo kembali
menulis Headline News tentang dampak KTP-el yang dikorup dengan
judul pemberitaan Masyarakat Sulit Dapatkan KTP-el karena blanko yang
habis dan alat perekaman data yang lambat laun rusak.
Menurut Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese, sebuah media
massa harus memiliki kemasan yang menarik dan konsep berbeda dengan
media massa lainnya, terutama pada Headline News untuk menarik minat
pembaca.
b. Processor (Organisasi Media)
Koran Tempo memiliki cara maupun pola kerja yang hampir sama
dengan semua media massa cetak pada umumya dalam berkoordinasi
menentukan sebuah berita yang layak untuk disajikan kepada publik.
Namun yang membedakan, Koran Tempo sudah mulai mengintensifkan
komunikasi antara redaktur dengan reporter di lapangan sejak pagi hari
61
sekitar pukul 08.00 WIB secara online melalui layanan pesan instan
Whatsapp Group.
Biasanya, para reporter akan diminta untuk melakukan rapat internal
dengan reporter lainnya terlebih dulu di dalam desk yang sama, seperti
desk nasional, hukum dan ekonomi pada pagi hari. Kemudian, setelah para
reporter melakukan rapat internal, barulah muncul ide masing-masing
untuk menyampaikan rencana tulisan pada hari itu. Rencana tulisan itu
disampaikan reporter kepada asisten redaktur (asred) atau editor untuk
kemudian diusulkan lagi ke redaktur agar usulan tulisan tersebut dibawa ke
dalam sebuah rapat kecil melalui Whatsapp Group.
Selanjutnya, sekitar pukul 12.30 WIB, redaktur akan menanyakan
perkembangan berita yang telah diusulkan oleh para reporter sejak pagi
tadi. Jika sudah mendapatkan berita yang diusulkan, kemudian redaktur
akan membuat presentasi untuk dibawa ke dalam rapat pimpinan redaksi
yang dimulai sekitar pukul 13.00 WIB.
Pada pukul 13.00 WIB, barulah dimulai rapat redaksi yang dihadiri
oleh redaktur, redaktur pelaksana hingga pimpinan redaksi untuk
mendiskusikan sejumlah berita yang berhasil didapatkan reporter selama
berada di lapangan sejak pagi. Pada rapat tersebut, pimpinan juga akan
mempertimbangkan sejumlah berita yang paling menarik untuk diangkat
menjadi headlinne, namun tetap akan mempertimbangkan pada bagian
eksekusi, seperti memperoleh narasumber, data dan keberimbangan berita.
Jika sulit, maka berita menarik itu akan dihold hingga mendapatkan berita
yang layak untuk naik cetak.
62
Perencanaan, bagi Koran Tempo harus bersifat faktual dan bisa dikejar
ke beberapa narasumber dengan tambahan data, minimal bahan tulisan
sudah 60% sehingga dapat memudahkan penulis untuk memberikan
tambahan tulisan. Tidak hanya itu, pada pukul 13.00 WIB, rapat pimpinan
redaksi Koran Tempo juga akan membahas seluruh konten yang
rencananya akan dimuat mulai halaman 1-6, sekaligus menyusun desain
layout untuk cover headline dan cover halaman dalam.
Selanjutnya, pada pukul 16.00 WIB, redaktur pelaksana akan menemui
redaktur atau penulis untuk mengkonfirmasi sebanyak apa bahan yang
sudah didapatkan agar tulisan si penulis bisa semakin kuat. Selain itu,
redaktur pelaksana pada jam tersebut juga akan memberi pengarahan
penulisan kepada redaktur agar tulisan semakin tajam dan membawa
banyak informasi kepada masyarakat.
Selain itu, tulisan yang sudah rampung pada sore hari juga akan
melalui proses pengecekan dan penyaringan bahasa beberapa orang seperti
redaktur pelaksana agar angle yang dimuat fokus dan tidak terlalu meluas.
Reporter sejak pukul 18.00 WIB - 19.00 WIB sudah harus
menyetorkan tulisannya ke redaktur masing-masing agar redaktur bisa
langsung melakukan proses editing logika bahasa, editing hingga ke desain
ukuran tulisan. Proses editing dan koreksi dari redaktur ini dinilai penting,
karena bagi sebuah media cetak, harus memiliki isu yang selangkah lebih
maju jika dibandingkan dengan media online lainnya atau isu yang spesifik
lewat data yang belum pernah dimuat oleh media online manapun di
63
Indonesia, sehingga bisa menghadirkan isu yang segar untuk para
pembaca.
Sebuah tulisan yang menarik, biasanya juga akan diikuti oleh
pemilihan cover atau gambar yang menarik, untuk menambah minat baca
publik terhadap isu yang menjadi pilihan meja redaksi Koran Tempo.
Untuk mendapatkan cover yang sesuai redaksi juga akan membahasnya
secara voting agar mendapatkan gambar yang menarik. Cover headline
news untuk halaman depan memiliki batas waktu akhir tersendiri pada
Koran Tempo, yaitu maksimal pengiriman ke percetakan sekitar pukul
23.00 WIB.
Sementara itu, untuk cover halaman dalam, tidak membutuhkan waktu
seperti proses untuk cover halaman depan. Diskusi mengenai desain cover
untuk halaman muka Koran Tempo biasanya sudah mulai dibahas sejak
pukul 16.00 WIB dan batas akhir penyelesaian adalah pukul 22.59 WIB,
karena tepat pukul 23.00 WIB sudah harus naik cetak.
c. Supplier (Sumber Berita)
Sumber pemberitaan bisa didapatkan tidak hanya pada narasumber
utama, tetapi juga orang terdekat dengan narasumber tersebut maupun data
yang diperoleh dari lapangan. Seperti pada kasus KTP-el, tidak hanya
Setya Novanto yang bisa memberikan keterangan terhadap wartawan
tetapi juga kuasa hukum bahkan keluarganya. Selain itu, KPK sebagai
institusi penegak hukum juga bisa memberikan keterangan mengenai
posisi kasus dan peranan Setya Novanto dalam kasus tersebut, sehingga
64
pemberitaan yang dihasilkan bisa menemukan titik terang dan berimbang
ketika dibaca oleh masyarakat.83
“Satu, kalau dalam sebuah peristiwa dia adalah pelaku, dalam kasus
korupsi KTP-el, pelakunya adalah setya novanto. Kalau setya novanto
bukan pelaku, dia punya pengacara, Fredich Junaidi atau siapa.
Kemudian korban, korban dalam kecelakaan itu orang yang sedang luka
atau berada di rumah sakit, atau dalam kasus terorisme dia merupakan
sasaran dari terorisme. Kemudian dari lembaga atau pihak yang memiliki
kewenangan. Kalau dalam kasus korupsi itu yang memiliki kewenangan
besar adalah KPK, maka dialah yang memiliki kompetensi”.
Terkadang, ada juga narasumber yang mau memberikan pernyaataan
tanpa boleh dikutip oleh wartawan. Biasanya narasumber akan
mengatakan off the record yang artinya wartawan hanya boleh menerima
informasi tersebut tanpa dituliskan sebagai bentuk pemberitaan. Pada
kasus tersebut, wartawan bisa mengkonfirmasi informasi off the record
tersebut kepada pihak-pihak terkait agar informasi yang diberikan tetap
dapat dimuat ke dalam pemberitaan.84
“kita kan wartawan suka dapat info background kan, background itu
kan tidak ditulis siapa narasumbernya kan. Kita mencoba mencari siapa
orang yang bisa ngasih Informasi itu. entah juru bicara, entah siapapun
yang berwenang”.
Aceng Abdullah dalam buku Press Relation Kiat Berhubungan Dengan
Media Massa menyebutkan bahwa wartawan seringkali mengidolakan para
ahli dan pakar untuk mendapatkan pencerahan mengenai informasi yang
tengah ditulis jurnalis. Para ahli dan pakar ini dipilih wartawan untuk
83
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta. 84
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta.
65
menjadi narasumber bukan hanya karena sering muncul ke publik, tetapi
memiliki kapasitas dan kriteria yang dibutuhkan untuk jadi narasumber.85
Data yang diperoleh jurnalis Koran Tempo dari lapangan juga cukup
penting untuk disajikan dalam sebuah pemberitaan. Data tersebut tidak
hanya diperoleh dari Koran Tempo dari narasumber, tetapi juga bisa dari
Pengadilan seperti dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) maupun eksepsi
terdakwa serta putusan Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor).
Penulis melihat bahwa Koran Tempo mengedepankan data yang
didapatkan jurnalis di lapangan pada edisi Rabu 8 Maret 2017 dengan
judul Politikus Golkar dan Demokrat Diduga Terima Dana Terbesar KTP-
el. Pada edisi itu, Koran Tempo menghimpun data yang diperoleh dari
berkas dakwaan JPU mengenai sejumlah Partai Politik yang diduga
menerima dan menikmati hasil korupsi KTP-el dengan nilai proyek
mencapai Rp5,9 triliun. Ditambah data kerugian negara yang berasal dari
KPK dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang nilainya berbeda. Jika
KPK menyebut kerugian negara atas kasus korupsi itu mencapai Rp2,55
trilun, berbeda dengan BPK yang menyebut kerugian negara hanya Rp2,3
triliun.
Data yang berasal dari surat dakwaan JPU itu juga kembali digunakan
Koran Tempo untuk menceritakan kronologi keterlibatan Gamawan Fauzi
selaku Menteri Dalam Negeri pada masa itu dan diterbitkan pada edisi 13
Maret 2020 dengan judul Gamawan Merasa Ditipu Bawahan. Koran
85
Aceng Abdullah, Press Relations Kiat Berhubungan Dengan Media Massa (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 67-69
66
Tempo menceritakan bahwa Gamawan Fauzi yang mendapatkan gelar
Datuk Rajo itu diduga menerima aliran dana korupsi KTP-el sebesar
US$4,5 juta dan Rp50 juta dari total nilai proyek KTP-el yang mencapai
Rp5,9 triliun.
3. Level Organisasi Media
Pimpinan Redaksi adalah posisi yang paling menentukan dan
bertanggungjawab atas semua konten yang dimuat di dalam pemberitaan
Koran Tempo. Tidak hanya konten tulisan, tetapi konten gambar juga turut
ada dibawah instruksi Pimpinan Redaksi. Biasanya, Pimpinan Redaksi Koran
Tempo terlibat dalam semua jenis rapat redaksi yang digelar pada pagi hari
dan sore hari.
“Ya pimred menentukan, karena dia bertanggung jawab terhadap semua
isi kan. Biasanya diskusi untuk cover itu pimred banyak terlibat. Di dalam
rapat pagi, rapat siang, itu juga pimred terlibat disitu. Dia yang kemudian
menajamkan angle, menambah informasi, ikut mengayak bahan,
mengarahkan, Atau dia nambahin, kemarin ketemu ini, informasinya seperti
itu bukan seperti ini, atau kadang juga dalam hal tampilan seperti ini, tolong
itu design gambarnya agak dinaikan dikit, ada garis-garis yang agak
mengganggu.”
Selain itu, Pimpinan Redaksi juga akan turut memberikan masukan kepada
semua redaktur untuk menajamkan angle, menambahkan informasi pada
bahan pemberitaan yang sulit untuk didapatkan pada tingkatan reporter
hingga redaktur pelaksana. Informasi yang diberikan Pimpinan Redaksi
biasanya cukup valid, karena Pimpinan Redaksi biasanya banyak bertemu
dengan pejabat penting yang memberikan informasi secara terbuka hanya
kepada Pimpinan Redaksi.86
86
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta.
67
“Jadi kita sudah tau pasti kalau pimred menentukan sesuatu itu lebih
kepada konten bukan karena campur tangan dia interest atau ada
kepentingan apa. Lebih kepada kelayakan dan pengayaan, atau mutu konten,
bukan karena dia punya interest atau dia dibayar atau apa oleh orang lain,
kemudian dia menentukan iu tidak ada”.
Kendati punya kewenangan cukup besar pada sebuah media massa, namun
Pimpinan Redaksi Koran Tempo tidak berwenang menitipkan suatu isu
dengan kepentingan tertentu kepada bawahannya agar dimuat ke dalam suatu
pemberitaan. Fokus Pimpinan Redaksi hanya sebagai pengawas konten yang
dimuat di dalam Koran Tempo tanpa unsur kepentingan apapun sesuai
pedoman kode etik jurnalistik. Jika ada iklan yang memiliki kepentingan atas
pemberitaan, hal tersebut juga tidak diizinkan untuk dititipkan ke dalam
pemberitaan. Artinya dalam hal ini, pemberitaan Koran Tempo tidak akan
terusik hanya karena ada masukan iklan yang dimuat di Koran Tempo.87
4. Level Ekstra Media
Sampai saat ini, Koran Tempo masih menjamin bahwa medianya
merupakan media massa yang independen dan tidak bisa dipengaruhi oleh
intervensi apapun dari pihak pemasang iklan maupun pihak pemilik
perusahaan. Bahkan pada sejumlah dinding di redaksi Koran Tempo juga
terpasang kalimat Jangan Intervensi Kami. Artinya tidak ada satupun yang
bisa mengganggu netralitas Koran Tempo terhadap suatu pemberitaan.
“Oh enggak lah, kita kalau ada yang mencoba mengahalangi pemberitaan
kita, malah kita hajar habis-habisan. Ngga ada intervensi dari pihak luar.
Bisa dibilang kita redaksi yang paling steril dari intervensi pihak luar”.
Koran Tempo juga meyakini bahwa medianya berbeda dengan media lain
yang memiliki bos dari partai politik tertentu seperti MetroTV maupun MNC
87
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta.
68
Grup yang dimiliki oleh politisi nasional. Bahkan, salah satu pendiri Koran
Tempo yaitu Gunawan Muhammad juga tidak pernah melakukan intervensi
tulisan apapun kepada jajaran redaksi Koran Tempo sampai hari ini. Namun
terkadang, Gunawan Muhammad seringkali memberi masukan-masukan
mengenai konten tulisan agar menjadi semakin menarik dan diminati oleh
pembaca serta berbeda dengan media nasional lainnya.88
“Itu menunjukan bagaimana independennya kami di Tempo. Itu contoh
yang pihak luar mencoba intervensi melalui perusahaan, kita lawan dengan
poster, kita lawan dengan pemberitaan. Ada tulisan disitu, Jangan intervensi
kami. Saya ngga tau kamu punya pengalaman atau kawan dengan media lain
atau apa. Kamu bisa bandingkan lah dengan kawan-kawan yang bekerja di
metro TV, MNC grup, atau bahkan di Kompas. Disini ngga pernahGunawan
Muhammad datang, nongkrng, ya dia datang aja”.
5. Level Ideologi
Dari sisi ideologi, Koran Tempo menegaskan hanya akan memihak kepada
kepentingan masyarakat. Semua pemberitaan yang dihasilkan oleh Koran
Tempo bertujuan untuk memberikan informasi baru kepada masyarakat
tentang kasus korupsi maupun pemberitaan lain. Pada kasus korupsi, Koran
Tempo akan menjadi pengawas cukup ketat agar aliran uang negara tidak
disalahgunakan oleh pejabat publik yang berusaha bermain mata dengan
pihak swasta untuk menggarap suatu proyek tertentu.
“Memihaknya adalah kepada publik, domainnya adalah publik. Jadi
semua pemberitaan ditujukan kepada publik. Jadi tidak memihak kepada
DPR atau kepada pemerintah atau kepada misalnya KPK, tetapi melihat
kepada kepenntingan kita semua, ketika kita ngomong jurnalisme, domainnya
lagi-lagi adala publik, ranahnya ranah publik, wilayahnya adalah
kepentingan kita bersama”
Koran Tempo mengaku tidak akan berbeda dengan KPK untuk mengawasi
siapapun baik anggota DPR hingga Presiden RI yang mengelola keuangan
88
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta.
69
negara untuk kepentingan masyarakat luas. Koran Tempo memastikan tetap
independen dan tidak akan condong ke salah satu pihak tertentu untuk
menghasilkan suatu pemberitaan sesuai dengan kode etik jurnalistik.89
89
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, pada
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4, Jakarta.
70
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan objek Koran
Tempo terkait Hierarki Pengaruh pada pemberitaan korupsi KTP-el periode 27
Februari-13 Maret 2017 dapat disimpulkan bahwa level rutinitas media yaitu
meja redaksi menjadi hal yang paling berpengaruh dalam menentukan
kebijakan redaksional di Koran Tempo.
Pada rapat redaksi itulah argumentasi beradu untuk menentukan berita
mana yang layak diterbitkan di Koran Tempo, bukan hanya keputusan yang
diambil oleh Pemimpin Redaksi tetapi semua jajaran meja redaksi sangat
diperhitungkan. Jadi tidak ada orang yang menjadi dominan atau menjadi
penentu akhir sebuah keputusan terhadap konten di Koran Tempo, tempo.co,
atau Majalah Tempo. Dari mulai
Koran Tempo juga mengangkat isu mengenai korupsi KTP-el karena isu
tersebut banyak dicari oleh masyarakat. Mengingat dampak korupsi KTP-el
sudah berdampak langsung kepada masyarakat seperti sulitnya mendapatkan
KTP-el hingga kekhawatiran terhadap data masyarakat yang rentan bocor
karena server data KTP-el berada di luar negeri.
Tentunya, rutinitas media tersebut juga diimbangi oleh dukungan data
yang kuat dari berbagai sumber, sehingga berita mengenai korupsi KTP-el
tidak pernah membuat jenuh pembaca, karena Koran Tempo selalu
menyajikan berita yang berbeda dibandingkan media lainnya, ditambah
dukungan para narasumber ekslusif, meskipun ada beberapa yang namanya
71
tidak diungkap ke publik. Namun hal tersebut masih diperbolehkan dalam
kaidah jurnalistik, sepanjang narasumber sumir bisa
mempertanggungjawabkan pernyataannya.
B. SARAN
Penulis menyarankan agar Koran Tempo tetap berpihak kepada
masyarakat dan menyajikan berita-berita ekslusif serta segar untuk seluruh
pembacanya. Hingga saat ini, Koran Tempo masih menjadi pemimpin media
massa investigasi yang menguak sejumlah kasus korupsi penting di
Indonesia, tentunya hal itu harus dipertahankan karena telah menjadi ciri khas
Koran Tempo.
Penulis juga berharap agar Koran Tempo tidak menjadi alat bagi LSM
antikorupsi maupun lembaga antirasuah dalam memberitakan suatu perkara
tindak pidana korupsi.
72
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Nadhya Abrar, Anna. Tatakelola Jurnalisme Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2015
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: PT. Rosdakarya, 2004
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta:
LKIS, 2002.
Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Gintanyali, 2004.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Predana
Media Group, 2006.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1989.
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Penerbit Salemba
Humanika, 2010.
Sugono, Dendy. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Shoemaker, Pamela J. dkk. Mediating The Message Theories of Influences on
Mass Media Content, Second Edition, New York: Longman Publiser, 1996.
Severin, Werner J. dkk Teori Komunikasi Sejarah, Metode, & Terapan di Dalam
Media Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Edisi Ke Lima,
2005.
73
Abdullah, Aceng. Press Relations Kiat Berhubungan Dengan Media Massa,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,
2011.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008.
Fermana, Surya. Kebijakan Publik Sebuah Tinjaun Filosofis, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2009.
Danim, Sudarwan. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Jakarta : Bumi Aksara,
2000.
Junaedhie, Kurniawan. Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarata: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1991.
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
M. Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula Edisi Revisi,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Nadya Abrar, Anna. Teknologi Komunikasi Perspektif Ilmu Komunikasi,
Yogyakarta: LESFI, 2003.
Darmastuti, Rini. Media Relation Konsep, Strategi & Aplikasi, Yogyakarta:
Penerbit ANDI, 2012.
Sudarman, Paryati. Menulis Di Media Massa, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 1993.
74
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008.
Koran Tempo, edisi 3 Maret 2017
Shoemaker, Pamela J. dkk., Mediating The Message, New York: Longman
Publisher, 1996.
TEMPO. Cerita Di Balik Dapur Tempo, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
2011.
B. WEBSITE:
Hilmi, Alfan. (2018, 8 Maret). Soal Peran Ponakannya di Kasus KTP-el, Setya
Novanto: Tanya Dia. Diakses pada Kamis 8 Maret 2018 pukul 20.10 WIB
dari https://nasional.tempo.co/read/1067981/soal-peran-ponakannya-di-
kasus-KTP-el-setya-novanto-tanya-ke-dia
Sejarah Koran Tempo. Diakses pada Minggu, 19 Maret 2017, pukul 18.05 WIB.
Daro https://korporat.tempo.co/produk/2/koran-tempo.
Nugroho, Bagus Prihantoro. Perjalanan Megaproyek KTP-el Sejak 2010 Hingga
Akan Disidangkan. Diakses pada Minggu, 19 Maret 2017 pukul 18.31 WIB
dari: https://news.detik.com/berita/d-3442091/perjalanan-megaproyek-KTP-
el-sejak-2010-hingga-akan-disidangkan
Sejarah Tempo, https://korporat.tempo.co/tentang/sejarah diakses pada 19 Maret
2017 pada 13.00 WIB
Peringatan 25 Tahun Pembredelan Tempo, https://investigasi.tempo.co/25-tahun-
pembredelan/index.html diakses pada 20 Maret 2017 pukul 13.25 WIB
75
Koran Tempo Group https://korporat.tempo.co/tentang/visi diakses pada 18 April
2018 pukul 15.25 WIB
https://korporat.tempo.co/tentang/visi
https://nasional.kompas.com/read/2017/07/20/05300061/5-tersangka-kasus-KTP-
el-ditetapkan-kpk-ini-dugaan-peran-mereka diakses pada 10 Maret 2017
pukul 15.25 WIB
https://news.detik.com/berita/d-1721423/ppk--panitia-tender-KTP-el-dilaporkan-
ke-polda-metro-jaya diakses pada 10 Maret 2017 pukul 15.00 WIB
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42326444 diakses pada 10 Maret 2017
pukul 15.00 WIB
https://www.antaranews.com/berita/640892/kpk-setnov-berperan-dalam-
penganggaran-pengadaan-ktp-e diakses pada 10 Maret 2017 pukul 15.00
WIB
C. WAWANCARA
Wawancara Peneliti dengan Hussein Abri Y. M. Dongoran, Junior Editor Koran
Tempo, pada Senin, 21 Mei 2018 pukul 16.00 WIB, di Kantor Tempo
Lantai 3, Jakarta
Wawancara Peneliti dengan Sunudyantoro, Redaktur Pelaksana Koran Tempo,
pada Kamis, 24 Mei 2018 pukul 15.00 WIB, di Kantor Tempo Lantai 4,
Jakarta.
76
LAMPIRAN
1. Surat permohonan bimbingan skripsi
2. Surat permohonan penelitian wawancara direktorat pemberitaan Koran
Tempo
3. Surat keterangan wawancara
4. Transkip wawancara
5. Dokumentasi foto
77
SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN SKRIPSI
78
SURAT PERMOHONAN PENELITIAN WAWANCARA DIREKTORAT
PEMBERITAAN KORAN TEMPO
79
SURAT PERMOHONAN PENELITIAN WAWANCARA DIREKTORAT
PEMBERITAAN KORAN TEMPO
80
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
81
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Hussein Abri Y.M. Dongoran
Jabatan : Junior Editor Desk Nasional Hukum Koran Tempo
Hari, tanggal : Senin, 21 Mei 2018
Pukul : 16.00 WIB - selesai
Tempat : Kantor Tempo lantai 3
1. Sudah berapa lama bekerja di Tempo?
4 tahunan, dari mulai wartawan, kemudian menjadi junior editor sekitar 1,5
atau hampir 2 tahun.
2. Peran dan fungsi junior editor itu apa mas kalau di Koran Tempo?
Kalau di koran tempo itu sih kita awalnya kan ada berbagai macam junior
editor kan, kita tuh untuk di koran saat ini, kita itu mencari bahan sendiri,
disesuaikan dengan angle dari rapat redaksi, mengeja sampai kelar, baru itu
menulis sampai lengkap. Terus nanti kalau ada teman teman dari reporter,
kita supply, maksudnya kita ambil bahan-bahannya, di rapi-rapiin temasuk
editing. Kalau di tempo seperti itu.
3. Apakah wartawan dilibatkan setiap rapat?
Untuk level wartawan sih diminta untuk usulan dalam mini rapat dulu. Kita
kan ada beberapa desk-desknya kan, desk nasional, desk metro, desk
ekonomi. Kalau level wartawan mereka mengusulkan di desknya masing-
masing. Misalkan saya, saya mengusulkan di desk nasional, rubrik ini.
Nantinya asred atau editor akan membawa ke rapat redaksi. Rapat redaksi
yang pertama pagi-pagi itu, kami itu di whatsapp sekitar jam 8 pagi ya.
Setelah itu baru jam 12 siang kita listing, menjelaskan apa yang sudah
diperoleh bahan-bahannya. Barulah para bos-bos, mereka jam 1 atau jam 2,
atau jam 3 mereka rapat. Rapatnya presentasi, ini loh yang sudah di dapat
dari rapat perdana tadi pagi dari setiap-setiap desk mempresentasikan apa
yang sudah didapatnya.
4. Apakah wartawan diberi kebebasan dalam menentukan angle berita?
Kalau disini sangat-sangat dibebaskan untuk menentukan angle, tapi lagi-
lagi kita butuh peran editor untuk mengarahkan. Misalkan angle kita kurang
tajam, editor kita, ini loh sein, harusnya sepeti ini biar lebih bagus. Jadi
tetap diarahkan, tetap dibimbing bahassanya. Seperti itu.
5. Bagaimana urutan jabatannya?
Wartawan, asred, redaktur, junior editor sebenarnya magang redaktur.
6. Lalu setelah menentukan angle, apakah wartawan diberikan kebebasan
untuk menentukan narasumber?
Iya sangat-sangat dibebaskan. Tapi kalau di kita ada suatu pegangan bahwa
kita harus mendapatkan narasumber A1 atau narasumber utama, orang yang
paling dekat dengan peristiwa. Misalkan kaya, kita kan membahas soal
KTP-el kan, Siapa? KPK. Siapa yang ditunjuk, partai mana? Golkar
mmisalnya. Siapa yang terlibat? Novanto dll. Kita kejar seperti itu. narsum
utama itu paling dikejar.
7. Kalau dalam penulisan, apakah tetap diarahkan oleh redaktur untuk
menentukan angle?
82
Itu kan sudah adda angle awal, jadi menyesuaikan. Kita bisa berubah kalau
perolehan di lapangan lebih baik dibandingkan sore hari ataupun siang hari.
Kita menggali peristiwa yang baru, yang belum diketahui publik kan. kalau
sudah tersebar di media online, untuk apa.
8. Apakah wartawan online dengan cetak memiliki tugas yang sama?
Kalau disini sih beda. Kalau online satu narasumber bisa jadi berita. Kalau
di koran kan kita harus minimal 2 atau 3 narasumber, itu harus bedalah
pengejaran dengan teman-teman online. Online pun lebih ke peristiwa,
kalau kiita lebih behind the stories, dibelakang peristiwa itu ada apa.
9. Bagaimana pola komunikasi antara wartawan dengan redaktur?
Kita ada namanya grup whatsapp. Jadi kita lebih baik ibaratnya kordinasi di
kamar itu aja. jadi semuanya ngumpul disitu. Tetapi terkadang sih bisa sama
redaktur, sama redpel, Yang lagi ON disitu.
10. Yang lebih sering mengarahkan saat dilapangan siapa?
Redaktur. kan kita ada jadwal yang lagi masuk siapa, mengarahkan.
Kadang-kadnag juga asred mengarahkan teman-temannya, membantu
membagi penugasan-penugasan.
11. Apakah usulan dari wartawan selalu diterima dalam rapat?
Tidak selalu. Lagi-lagi kan, apa behind the scene nya, apa manfaatnya, ada
peristiwa apa, kita kan menjual pertanyaan, editor itu kan menajamkan angle
yang kita usulkan.
12. Bagaimana struktur organisasi Koran Tempo?
Nanti saya gambarin deh strukturnya, biar lebih gampang.
13. Kalau pola kerja redaksinya bagaimana?
Kalau di koran tempo sih kita setelah deadline, biasanya ditanya mau usul
nulis apa. Deadline kan malam-malam. Nanti dibuatlah perencanaan kaya
TOR gitu lah. TOR itu dibawa ke rapat pagi, di tempo itu jam8 pagi
rapatnya. Misalkan di rapat tidak ada masukan, udah langsung kita deliver.
Misalkan yang mengusulkan itu belum tentu dia yang dapat penugasan, bisa
jadi yang lain. Nanti yang piket rapat pagi akan mendeliver kepada bang Ico
mengejar ini, saya ngejar ini, semacam penugasan. Disini itu siang hari
dimintai perolehannya sudah sejauh apa dari jam 8 itu. misalkan kita mau
melaporkan, para editor ataupun yang bertugasa pada saat itu,
menyampaikan ke rapat redaksi, yang seluruh anggota redaksi secara
offline, kalau tadi kan online di whatsapp.
Setelah bertemu, beradu gagasan apa yang menarik dan segala macemnya,
kalau misalkan ada yang kurang, anglenya itu dirubah dalam rapat itu,
tergantung di rapat redaksi siang hari. Setelah itu nanti ada penugasan lagi
temen-temen di lapangan dari level asred menugasi, kamu kejar ini ya
sampai dapat.
Kita kalau untuk halaman depan baru nulis mungkin jam 6 ke atas ya,
halaman depan itu maksudnya cover ya, headline. Kita kalau halaman
depan itu paling telat jam 11 malam pun masih ditungguin. Karena kan
harus selengkap-lengkapnya dan harus fresh, maksudnya barang baru,
ada daging beritanya bukan hanya pengucapan-pengucapan segala macem.
Kalau komentar- komentar kan udah sangat sering kan. Tapi lagi –lagi kan
behind the story, apa yang ada dibalik cetita itu. kita kan menguak suatu
peristiwa.
83
Ohya, untuk rapat yang jam 8 itu seluruh desk tapi online per desk, mereka
perencanaan saja. Yang siang juga seluruh desk tapi mereka offline setiap
yang rapat pagi itu bertemu, iniloh perencanaan nasional, sejauh ini sudah
dapat apa. Mereka presentasi lah di rapat itu. yang mempresentassikan
adalah yang piket pagi, dari tingkat asred, editor bahkan redpel. Kan gak
setiap hari kita piket.
14. Apakah dirapat siang hari selalu dihadiri pimpinan redaksi?
Kadang-kadang pimred, kadang redeks atau redaktur eksekutif. Harusa ada
salah satu diantara orang itu.
15. Apakah ada kebijakan khusus atau kriteria berita yang akan dijadikan
headline?
Ngga ada tuh, kita secara general dan yang paling menarik aja usulannya
dari tiap-tiap kompartemen.
16. Tidak mengacu pada visi misi Koran Tempo?
Visi misi koran tempo kan menguak kebenaran. Misalkan minggu ini nih,
kita kan isunya teroris. Sampai hari ini pun yang keluar teroris semua. Itu
kan memang publik lagi penasaran siapakah pelakunya, apa ceritanya.
Jadi kita di rolling, misalkan ada isu tertentu bagus, kaya KTP-el ini kan
beberapa lama tuh, bahkan kayanya hampir sebulan deh. Karena kan kita
mencari yang baru, mencari sorotan publik apa sih terhadap kasus ini,
dampaknya apa sih. Tidak ada pacuan secara baku ya. Karena isu ini kan
berkembang. Misalkan harus nasional terus ngga bisa dong, hukum terus
ngga bisa dong.
Misalkan kaya kemarin teroris kan, meledak. Isu poitik kan melempem
semua, semua mengacunya pada isu-isu bom itu, jadi ngga ada aturan baku
seperti itu. dan tergantung dari hasil rapat redaksi itu pertama, dan yang
kedua, tergantung isu ya. Kalau kita punya isu yang lagi bagus, kita bisa
walaupun lagi ngga hits di temen-temen media lain, kita bisa munculkan.
17. Jadi itu yang menjadi alasan Koran Tempo mengangkat isu KTP-el
selama beberapa hari berturut-turut? Padahal media lain saat itu
sedang mengangkat mengenai kedatangan Raja Salman ke Indonesia.
Oh iya dong, kita kan trendsetter, bener kan? Pada akhirnya kita diukuti
oleh mereka. Yang lain mereka lagi rajin-rajinnya raja salman yang
belakangan investasinya Cuma 1 Triliun rupiah, sementara ini kasus
penting. KTPnya tersendat ngga? Ini gara-gara ini. Makanya ini sangat-
sangat penting, sangat krusial lah karena awalnya dikorupsi sama dia.
Karena kita kan menyisirlah. Karena untuk indeepthnya ada di majalah.
18. Jadi ini alasan mengapa Koran Tempo memilih topik KTP-el untuk
dijadikan headline?
Pertama-tama kan kasus KTP-el ini sudah disidik oleh KPK dari tahun 2012
kalo ngga salah. Ntar kalau misalkan salah, google aja lah ya. Nah itu kan
sudah sekitar 6 tahun lebih, sudah diangkat menjadi terssangka, tapi KPK
belom mau mengajukan ke pengadilan. Dan ini ditunggu-tunggu oleh semua
orang bahwa kasus ini ada korupsi yang dipersidangkan. Makanya tanggal
27 februari 2017 kita mengambil headline mega korupsi KTP-el segera di
persidangkan.
Setelah itu nanti kita bagi menjadi beberapa angle, berkembang. Kalau tadi
ada judul sistem KTP-el terancam lumpuh, masyarakat sulit dapatkan KTP-
84
el, itu kan berkembang. Tapi kan awalnya segera disidangkan. Jadi kan
kalau kita melihat dari runtutan ini, ada yang salah dalam proyek KTP-el.
Walaupun orang-orang DPR selalu berkelip tidak ada masalah terhadap
proyek KTP-el itu. karena ada fakta baru yang ditemukan, makanya kita
berani mengangakat angle atau cover seperti ini.
Kan 6 tahun disidik sama KPK,tapi KPK baru menyidangkan ini. Ini kan
ibaratnya pembuka. Pintu sudah terbuka lebar. Sampai sekarang kan banyak
nama-nama baru jadi tersangka, untuk saat ini kan baru eksekutif, belum
legislatif dan dari pihak swasta.
19. Lalu bagaimana proses wartawan mengangkat isu KTP-el?
Oh ini kan karena ada temuan dari KPK bahwa KTP-el memang akan
disidangkan, itu salah satu desk nasional memang sudah siap untuk
menuliskan cover itu. kita kan wartawan suka dapat info background kan,
background itu kan tidak ditulis siapa narasumbernya kan. Kita mencoba
mencari siapa orang yang bisa ngasih Informasi itu. entah juru bicara, entah
siapapun yang berwenang. Kita bunyikanlah dari sini.
Dalam waktu dekat, berkas tersangka akan dilimpahkan. Ini ibaratnya
pembuka, baru merembet, berkembang kemana-mana sampai masalah
biomorf segala macam.
20. Selain ada fakta baru, apa yang menarik dari isu KTP-el?
Mega korupsi besar selain century, melibatkan banyak aktor. Kan suatu
berita yang seksi, itu melibatkan tokoh nasional, siapa tokohnya. Kalau
korupsi kan tidak bisa berdiri sendiri kalau dalam suatu proyek, lagi-lagi
kan ada dari pemerintah, dari swasta dan dari DPR. Mereka yang
membahasa anggaran, dan swasta yang menjalankan proyek itu.
21. Lalu seberapa sering Mas Hussein diibatkan dalam penulisan kasus
korupsi KTP-el?
Hampir semua saya dilibatkan.
22. Tantangan yang di hadapi selama menulis isu KTP-el apa saja?
Sebenarnya tantangan itu yang paling banyak diluar ya. Kan orang itu,
kalau misalnya kasus kan, berjaga ngomongnya seaman mungkin,
tidak memberikan pernyataan atau komentar yang menyerang. Sangat
sulit mencari fakta-fakta itu. paling sulit menurut saya sebenarnya ini,
dari mulai tanggal 1 Maret hingga 3 maret 2017.
23. Kesulitannya itu ada di narasumber?
Karena kita harus mencari siapa, kan kita belum pernah. Kalau mba google
coba, mungkin kita paling pertama kali menampilkan si Kevin
Johnson. Kita mencari dia itu sulit banget. Trus yang kedua si Zudan
ini, karena pada saat saya menulis, dia lagi jadi PLT Gubernur
Gorontalo atau mana. Itu sampai mepet deadline, dia baru memberikan
kami waktu untuk bertemu. Dan lagi-lagi yang namanya pemerintah
kan memberikan statement yang aman.
24. Selain narasumber, apakah ada tantangan lain yang dihadapi?
Dokumen. Kita harus kuat di dokumen.
25. Dokumennya dapat dari mana saja?
Dari berbagai sumber-sumber kami dimana saja, dari lembaga atau NGO-
NGO.
85
26. Kemudian di dalam meja redaksi, apakah sering terjadi penolakan
argumen?
Kalau untuk KTP ini kan lagi-lagi karena kita satu visi kan, kasus ini
dipersidangkan, kita buka, ibaratnya kita kuliti sampai habis, sampai
matang. Kalau untuk KTP-el saat itu tidak ada penolakan.
27. Mengenai dokumen, apakah ada data yang paling sulit didapatkan saat
dilapangan?
Sebenarnya kalau mbak perhatikan, kita memainkan data itu ada di
tanggal 7 maret dan 8 maret 2017. Kalau mbak perhatikan, disini kan
agak beda. Karena pada tanggal 7 maret itu kan kami belum
mendapatkan data. Kami baru mendapatkan cerita dari orang yang
sudah ….makanya kalau mbak perhatikan ini tidak detail kan.
Ditanggal 7 ini kan kami mencari bahannya di tanggal 6 kan, terbit 7
maret.
Tanggal 7 maret kami baru dapat dakwaannya. Makanya bisa
nglebejetin sampai sedetail ini kan. Berkembanglah. Karena kan
proyek KTP-el kan yang disidik baru orang yang mengonsepkan
proyek itu, merumuskan, merancang, belum menerima … belakangan
kan sudah jadi terpidana.
28. Cara meyakinkan redaktur bahwa isu KTP-el itu akan menjadi
booming? Selain karena 1 visi?
Pertama karena ini menyangkut nama-nama besar ya, isu besar. Ini
sudah menjadi kacamata seksi dalam isu pemberitaan. Kalau kita
menemukan fakta baru dan ada 2 orang yang menyatakan hal yang
sama, itu pasti di desk nasional, para editor, redpel pun bakal setuju.
Apalagi kalau kita dapat dokumen. Mereka sangat suka banget kalau
dapat dokumen seperti itu.
29. Selain reporter, siapa yang terlibat di meja redaksi dalam menentukan
headline? Yang paling berpengaruh?
Sampai tingkat redpel. Yang paling berpengaruh adalah pimred. Jadi
keputusan akhir ada di pimred dalam rapat itu. tapi kan pimred bisa
memberikan masukan, kalau misalkan, teman-teman di dalam rapat
menerima masukan pimred, ya jadi angle headline itu.
30. Faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menentukan
headline?
Faktor internalnya ya lagi-lagi sejauh mana kita mendapatkan bahan-
bahan tulisan. Eksternalnya, kalau isu itu lagi bagus, ya kita kejar kaya
kasus KTP-el. Kecuali raja salman ya.
31. Bagaimana cara Koran Tempo menembus narasumber yang susah,
seperti PR. Biomorf ?
Kita google, perusahaan PT Biomorf, dapat alamatnya, nomor teleponnya,
dapat emailnya. Kita email terus dibalas. Lalu bertukar nomor telepon
dengan salah satu juru bicaranya. Kontak-kontakan. Akhirnya dikasih waktu
untuk bertemu di belakang Thamrin City kalau ngga salah, daerah situ lah.
Kantornya kaya ruko lantai 4 lah . bayangkan proyek nasional kantornya
ruko 4 lantai? Berserakan alat-alat scan di dalamnya.
86
Jadi kalau sekarang kan kita banyakin riset kalau cari-cari itu, alamat
kantornya mana, ada nomor telepon, ada email. Kita coba aja untuk coba
mengontak mereka.
32. Kalau terkendala narasumber, apakah pimpinan bakal ambil alih?
Oh enggak. Tapi terkadang kalau misalkan ada satu moment, si
pimpinan itu lagi dekat dengan orang yang kita cari, itu pasti dia akan
membantu, minta tolong lah. Karena kan kita tangannya tidak bisa
menyentuh banyak orang.
33. Apakah pernah Koran Tempo salah dalam pembuatan berita?
Kayaknya ngga ada deh, sepengatahuan saya ya. Karena saringannya
sangat ketat disini. Kita nulis trus kirimnya ke keranjang matang ada
di website internal kami, nanti di dalam keranjang matang di edit oleh
editor. Trus nanti ke keranjang bahasa, itu setingkat redpel kalo ngga
salah. Kemudian ditingkat redeks, sampai juga nanti di editing bahasa.
Untuk mencari kesalahan titik koma, atau bahasa-bahsa yang kurang
enak dibaca, diganti. Trus motong-motong karakter, kan ini ada
karakternya 2500 atau 3000.
34. Untuk deadline tulisan itu ditunggu sampai jam berapa mas?
Jam 11 masih di tunggu. Tapi rata-rata jam 9 atau jam10 kita udah harus
beres lah di tangan kami para asred atau reporter. Biasanya kalau sudah
malam itu harus sudah lengakpa. Jadi benar-benar di siang itu kita
bergerilya mencari informasi selengkap mungkin, baru kita masak
bahasanya, jadi kita ke pasar beli bahan baku. Dari jam 6 malam itu kita
sudah memulai memasak, memanaskan kompor.
35. Kalau dalam liputan itu reporter tidak memenuhi standar Koran
Tempo misalnya, apa yang akan dilakukan?
Misalnya narsumnya belum memenuhi syarat, kita cari narsum lain.
Kalau masih kurang bagus ya kita tunda perencanaannya, bisa untuk
lusanya dengan menambahkan narsum-narum lain. Jadi kita tuh ngga
ngoyo, sesuai bahan-bahan yang kita dapatkan. Tapi kita harus ada editor
yang nge-push supaya kami mencari bahannya sesuai standar yang
dibutuhkan di rapat.
36. Apa dampak yang ditimbulkan dari pemberitaan KTP-el selama
beebepa hari berturut-turut?
Kalau nggak salah oplahnya naik lumayan. Karena orang kan
penasaran. Coba bayangkan. Seberapa orang suka ngebully novanto?gara-
gara kasus KTP-el kan. Publik kan penasaran sama kasus ini. Terus banyak
juga dari temen-temen, bahkan wartawan. Mereka bilang Sein, berkat
tulisan lu, akhirnya dapat alasan kenapa KTP-el gua telat 1 tahun.
Itu suatu kebanggaan juga kan, kita berhasil mengkuak suatu peristiwa,
yang orang ngga tau kan. Kan menterinya sampai marah-marah, bahkan
ajudannya juga ikut marah-marah. Sebenarnya tujuannya bukan oplah.
Yang pertama itu memberiakn informasi kepada masyarakat bahwa
ini loh, penyebabnya ini loh.
37. Dalam rapat redaksi, siapa yang berhak mengganti angle berita?
Kayaknya sesuai bahan deh. Kadang-kadangkan kita menulis masih capai
kan, jadi editor merubahnya atau merapikannya lebih bagus. Atau ada
omongan si A yang ngelead di taruh di bawah, dipindah di taruh di atas.
87
38. Kalau yang melakukan penyuntingan siapa mas?
Dari level editor. Karena kalo asred kan, editor muda itu kan kita menjahit
dari pada reporter menjadi tulisan panjang. Abis itu diserahin k editor,dia
saring-saring lah, diajarin kamu harus begini biar bagus.
39. Apakah Koran Tempo akan terus menulis tentang KTP-el walaupun
persidangan Setya Novanto sudah selesai?
Iya, kan masih banyak penerima yang belum ditersangkakan. Kan di
dakwaan itu kan jelas yang menerima suap ini. Penerima yang harus
bertanggung jawab lah. Itu kan tugas KPK, apakah mereka berani menguak
siapa saja yang terlibat. Hari ini kan disebut lagi nama-nama itu sama
irvanto. Irvanto kan pengusaha.
40. Bagaimana redaktur memfilter berita-berita yang masuk di desk
nasional?
Ya kita usulan, disitu kita harus brani berargumen sama redaktur itu,
sebelum ditulis ya. Apakah berita ini layak di koran tempo atau enggak.
41. Sekarang ke faktor pengaruh mas, apa ada pengaruh dari eksternal?
Oh enggak lah, kita kalau ada yang mencoba mengahalangi pemberitaan
kita, maah kita hajar habis-habisan. Ngga ada intervensi dari pihak luar.
Bisa dibilang kita redaksi yang paling steril dari intervensi pihak luar.
42. Kalau pengaruh dari pimpinan redaksi, seberapa besar?
Pimred itu bisa dibantah dalam hal ini. Kalau kita punya argumen yang
kuat. Kita bisa mempertanyakan. Misalkan, saya nulis, saya dapat faktanya
seperti ini, tiba-tiba di berita besok namanya itu hilang. Kita bisa
mempertanyakan loh.karena kan di rapat sudah disetujui sampai tingkat
editor, yingkat redpel, kok bisa hilang tiba-tiba. Tapi itu sebagai contoh, dan
belum pernah terjadi disini.
43. Jadi yang paling berpengaruh dalam menentukan kebijakan
redaksional itu siapa?
Rapat redaksi. Pimred itu memberi masukan di dalam rapat. Kalau misalkan
peserta rapat setuju, maka kiita harus angkat angle itu. tapi kalau peserta
rapat ada yang bisa berargumen dengan pimred, ataupun jabatan paling
tinggi, itu bisa dipatahkan.
44. Itu diputuskan sebelum diterbitkan kan? Artinya tidak ada perubahan
lagi setelah itu?
Iya dirapat siang, terkadang ada perubahan jika di sore hari ternyata ada isu
yang lebih besar. Tapi itu jarang karena kita berbasis perencanaan.
45. Apakah latar belakang wartawan, apakah itu sangat berpengaruh?
Tidak juga. Misalkan yang meliput kasus KTP-el. Tidak harus selalu saya
misalkan yang latar belakangnya adalah anak politik hukum. Siapa saja,
nanati di rolling unjtuk memberikan pengalaman dan menambah wawasan
reporter itu sendiri.
88
Narasumber : Sunudyantoro
Jabatan : Redaktur Pelaksana Desk Nasional Hukum Koran Tempo
Hari, tanggal : Kamis, 24 Mei 2018
Pukul : 15.00 WIB - selesai
Tempat : Kantor Tempo lantai 4
1. Latar belakang pendidikan Mas Sunu apa?
Saya di UGM jurusan hubungan internasional.
2. Setelah lulus apakah langsung bekerja di Tempo?
Saya lulus, kemudian menempuh pendidikan di sekolah jurnalistik di LP3Y
(Lembaga pendidikan pelatihan pers yogyakarta) di bawah pak siregar,
waktu itu adalah wakil ketua komunikasi UGM Yogyakarta. Sebagai
lembaga nonprofit LP3Y dan saya mendapat pendidikan disana sekolah
jurnalisme selama 6 bulan setelah fresh graduate di UGM. Dari situ saya
langsugn bekerja di Surabaya Post. Setelah itu saya langsung masuk di
Tempo dari 2002 awal sampai sekarang.
3. Berarti sudah 16 tahun di Koran Tempo ya? Ya, 16 tahun. Kalau jadi redpel di koran desk nasional baru setahun ini.
4. Kalau struktur redaksi Koran Tempo seperti apa?
Ini nanti bisa kamu baca di koran itu kan ada, sama persis.
5. Apa peran dan fungsi redaktur pelaksana di Koran Tempo?
Dia bertugas untuk membuat perencanaan dan juga untuk merekonstruksi
halaman satu, cover koran tempo. Kemudian mengontrol naskah-naskah
liputan yang dibawah desk nasional dan politik.
6. Berarti lebih khusus di halaman satu ya?
Lebih banyak di halaman satu untuk cover / headline. Karena dalam
seminggu hampir dua minggu ini full cover dari desk nasional politik.
Paling ada jeda 2 kali dari desk bisnis atau metro, karena isu-isunya lagi
banyak mengenai nasional dan politik.
7. Bagaimana pandangan Anda melihat isu-isu menarik yang akan
diangkat menjadi headline?
Ya standart pemberitaan biasa, sepeti halnya kalau mbak belajar komunikasi
di UIN, apa yang disebut dengan kelayakan berita. Apa saja yang harus
dimuat. Menyangkut isu apa. Domainnya domian publik, sebenarnya
pekerjaan media masa adalah ranahnya ranah publik/masyarakat.
Jadi kalau disitu ada isu publik, disitulah kepentingan media massa masuk
untuk meliputnya dan kalau media cetak kemudian naskahnya di bikin
cetak.
Ukuran-ukurannya apa, kita di Tempo punya 13 ukuran kelayakan berita,
nanti bisa dilihat. Mbak kalau mau cari soal itu, mba bisa baca atau cari di
perpustakaan atau di gramedia juga ada tentang tempo. Sehingga kemudia
bisa lebih fleksibel.
8. Bagaimana pola komunikasi antara redaktur pelaksana dengan
bawahannya?
Jadi di setiap hari itu kita ada rapat perencanaan di pagi hari jam 8, by
online melalui whatsapp grup. Kemudian kita rapat untuk menentukan item-
item apa saja yang ditawarkan untuk cover story di koran tempo. Di pagi itu
juga kita mendeliver informasi tawaran-tawaran dari reporter dilapangan
89
untuk mengisi halaman dalam maupun cover. Kemudian ada proses diskusi
kamu seharusnya membahas soal ini, trus kemudian ini sudah sampai soal
ini kemudian kamu kembangkan lagi.
Dan nanti di jam 1 siang kami ada rapat ngecek bahan, untuk liputan yang
halaman depan, cover story sampai halaman 6.
Sebelum rapat itu setengah jam sebelumnya, saya sudah menagih kepada
kawan-kawan yang dilapangan desk nasional hukum dan politik itu untuk
ngecek, kamu gimana perkembangan soal ini sebelum di presentasikan nanti
di rapat jam 1 itu. pas rapat di jam 1 juga tetap nanya, sekaligus
berkomunikasi seperti apa perolehannya.
Itu yang kemudian menjadi bahan presentasi apakah layak untuk dibikin
cover koran tempo atau enggak. Karena bahannya penting untuk mengukur
apakah nanti eksekusinya atau tidak.
9. Bagaimana strategi redaktur pelaksana untuk mempertahankan
argumen di depan pimred?
Karena semua itu melalui proses perencanaan, dan kemudian perencanaan
itu berusaha untuk kita taati. Misalnya dari pagi perencanaan itu sudah
disetujui di awal, kemudian kita terlaou mudah berargumentasi bahwa bahan
iu sudah cukup.
Yang penting biasanya di koran itu lebih kepada kekuatan bahan dihari itu,
apa yang ada di tangan dan apa yang bisa dikejar sehingga perkiraan oh ini
bisa dikejar, oh ini ngga bisa dikejar karena oangnya ngga ada disana, ini
ngga akan tembus deh karena orangnya ada di Amerika atau lagi diluar.
Bahan yang ada di tangan seperti itu, angle atau bahan yang kita bawa di
dalam rapat itu.
10. Bahan itu termasuk narasumber?
Bahan itu lebih kepada data, informasi dari narasumber, dokumen.
Kemudian dokumen bisa dalam bentuk kertas file, atau dalam bentuk
gambar rekaman atau foto. Tapi karena kita di cetak, biasanya lebih bermain
di dokumen. Kalau misalnya ngomong soal KTP-el ya, dokumen mulai dari
KPK, dokumen dari pengacara, atau dokumen dari kejaksaan, yang kita
jadikan bahan untuk pengembangan isu di dalam liputan itu.
Sekaligus nanti kemudian ditanya syukur-syukur yang kompeten yang
sesuai apa yang menjadi liputan kita hari itu. kalau ngomong soal kasus
korupsi KTP-el ya pasti bagaimana dengan setya novanto dapat dari
pengacara.
Bagaimnaa dengan omongan pimpinan KPK, bagaimana dengan juruu
bicara KPK seperti itu. lagi-lagi, kalau dokumen yang kita dapat .
dimudahkan dengan prses argumentasi untuk dijadikan cover story.
11. Nilai-nilai apa saja yang ditekankan oleh Koran Tempo dalam menulis
berita?
Semoga aku tidak salah menyimpulkan dengan apa yang dimaksud dengan
nilai-nilai. Yang jelas kemudian semua kelayakan berita, kemudian unsur-
unsur dari sebuah berita itu harus terpenuhi harus akurat, kemudian clear
infornmasinya, harus balance semuanya, kemudian terus menekankan cek
dan recek, semua informasi harus di cek dan recek. Selain itu dalam hal
kode etik kita juga harus memegang penuh, misalnya narasumber
90
menyatakan ini sebagai informasi, kita juga harus cek ricek informasinya
kita pakai saja sebagai bahan tetapi kemudian dia tidak disebutkan namanya.
Kita juga menghitung apakah kemudian narasumber yang kredibel, yang
selama ini memberikan informasi yang akurat, atau selama ini narsum
kurang kredibel. Menakar termasuk apakah informasi yang diberikan itu
akurat dan bisa di cek. Semua harus kita cek ricek temuan-temuan kita
secara jurnalistik memberikan akurasi yang tinggi.
12. Kriteria narasumber yang kredibel itu yang bagaimana?
Satu, kalau dalam sebuah peristiwa dia adalah pelaku, dalam kasus korupsi
KTP-el, pelakunya adalah setya novanto. Kalau setya novanto bukan pelaku,
dia punya pengacara, Fredich Junaidi atau siapa. Kemudian korban, korban
dalam kecelakaan itu orang yang sedang luka atau berada di rumah sakit,
atau dalam kasus terorisme dia merupakan sasaran dari terorisme. Kemudian
dari lembaga atau pihak yang memiliki kewenangan. Kalau dalam kasus
korupsi itu yang memiliki kewenangan besar adalah KPK, maka dialah yang
memiliki kompetensi .
13. Kalau lembaga nonprofit seperti ICW, bagaimana mas?
Dia kan memiliki kompetensi karena dia mengadakan kajian secara terus
menerus, secara intens, kemudian dia memiliki datanya, memiliki angka-
angkanya, dia memiliki kajian, dia konsent di isu itu. kemudian dia
memiliki kompetensi untuk menjelaskan menganai isu-isu yang berkaitan
dengan korupsi, termasuk korupsi setya novanto.
14. Tadi kalau tidak salah, mas Sunu menyebutkan mengenai narsum
anonim ya. Apakah di koran tempo diperbolehkan menuliskan narsum
anonim? Di tempo diperbolehkan sumber anonim dengan syarat sumber anonim itu
kita kenal, kita ketahui, dan kita mengerti kredibilitasnya selama ini, plus
menceritakan untuk sebuah peristiwa bukan menceritakan opini. Kalau
opini, misalnya jokowi tidak demokratis, dia minta buat off the record,
jokowi tidak demokratis kok minta disebutkan anonim, semua orang juga
ngomong kok. Atau sebaliknya, misalnya prabowo itu terlibat pembunuhan
aktivis,itu kan semua orang sudah ngomong, lalu dia minta disebutkan
anonim, jangan seebut namaku ya. Ngga ada urgensi untuk mengatakan dia
anonim.
Kalau enggak, kita cari sumber lain yang bisa ngomong tentang dia tidak
anonim. Memang sejauh ini, semua informasi kita usahakan berbunyi atau
kita sebut sumbernya atau on the record. Kecuali dalam kasus korupsi yang
sifatnya investigatif, walaupun kita koran bukan majalah tapi upaya-upaya
kita cenderung investigatif, dan kita mengerti siapa sumbernnya, mengerti
kredibilitasnya, dan kita cek akurasi informasinya oke, Informasi yang
sifatnya anonim tadi.
15. Ada batasan waktu tidak untuk sebuah berita dijadikan headline?
Batasan untuk berapa hari saya tidak tahu, yang jelas kalau isu itu jadi
perhatian publik, kemudian isunya menyangkut publik kaya KTP-el yang
mengalami kerugian mencapai 2,3 Triliun, nilainya 5,84 Triliun, itu kan
besar sekali dan itu uang negara, uang kita semua dari pembayaran pajak dll.
Itu kan artinya ada sesuatu nilai yang dirampas oleh seseorang itu.
91
Kita sebagai jurnalis yang menjalankan fungsi sebagai kontrol, watchdog
terhadap siapapun yang memiliki kekuasaan, kemudia kita memiliki hak
untuk mengontrol dia, mengontrol setya novanto sebagai ketua DPR, karena
selama menjalankan tugas sebagai ketua DPR, ternyata dia tidak amanah,
ternyata dia menyelewengkan duit, dia mencuri dari proyek KTP-el.
Kemudian itu membuat sampai sekarang banyak rang yang belum
mendapatkan KTP-el.
Bagaimana cara membatasinya, yaitu satu, selain isunya masih kuat, kedua
adalah dibandingkan dengan isu lain yang mana mendapat perhatian publik,
atau kekuatan bahan kita. Kalau kemudian bahan kita ngga kuat, tentu kita
juga tidak bisa menampilkan sebagai sebuah coverstory. Jadi ada sejumlah
pertimbangan-pertimbangan yang kemudian apakah suatu isu dibikin berseri
3 minggu sekaligus atau 2 minggu sekaligus, semua tergantung itu.
Nah, dalam hal kasus setya novanto kan diawal-awal, satu, bahannya,
kedua, perhatian publik lagi kesitu, kemudian ada peristiwa yang setiap hari
terjadi yang berkaitan dengan setya novanto. Kalau ngga salah hampir dua
minggu waktu itu cover storynya tentang stya novanto.
Tapi di isu lain, mungkin kita cuma dua kali cover story karena kemudian
topik ini kalah atau tergerus dengan topik baru yang lebih hangat, lebih
kuat.
16. Berarti itu yang menjadikan koran tempo mengangkat isu KTP-el
selama beberapa hari berturut-turut ya? Sedangkan di media lain
sedang booming isu Raja Salman berkunjunng ke Indonesia?
Ya, Raaja Salman kita tetap tulis tetapi tidak menjadi cover. Kenapa begitu?
Bagi kami urgensinya kepenntingan publiknya lebih tinggi soal duit kita
yang dicuri seorang pejabat publik, ketua DPR yang sebelumnya adalah
ketua fraksi Golkar, dan kemudian dampaknya terasa sampai sekarang.
Sehingga kita tetap milih liputan stya novanto itu sebagai cover story, bukan
raja salman. Raja salman tetap kita tulis, tapi kemudian kan kita tempatkan
dihalaman internasional ataupun halaman yang lain.
17. Sebagai redaktur pelaksana, pandangan Anda mengenai kasus korupsi
KTP-el dari awal sampai sekarang bagaimana?
Proyek ini dari awal memang didesign dengan tujuan baik, tetapi kemudian
baik dipihak pemerintah atau DPR itu, karena nilainya besar, disitu ada
proyek sejumlah item pengadaan sehingga kemudian antara DPR dan
pemerintah itu berusaha ada yang nakal terutama di komisi 2 dan
melihatnya sebagai sebuah proyek yang dibagi-bagi, dari pihak pemerintah
dapet, dari pihak DPR dapet dan semua partai yang terlibat dalam
pembahasan ini mendapat jatahnya, ini semacam proyek yang dibagi rata
keuntungannya, sebenarnya bukan keuntungan tetapi uang kita yang dicuri.
Sehingga disitu ada penggelembungan nilai tehadap, misalnya perekaman
mesinnya senilai sekian, atau harga perlembar bahan dasar untuk KTP-el
mestinya Cuma 1500 menjadi 3000 perlembar, itu kan menjadi luar biasa
100% kali berapa juga penduduk indonesia. Kemudian perekaman
pengadaan kamera, plastiknya, tintanya, dan itu banyak sekali kan item-item
di dalamnya.
Ketika dari awal kita sudah mendengar ada permainan, ada jatah-jatahan,
kita tunggu perkembangannya, dari penyelidikan KPK . Kemudian kita
92
menjadikannya isu atau tema liputan yang harus kita kawal sampai selesai.
awal-awal kita ngga menyangka orang seperti stya novanto akan bisa
menjadi tersangka, tapi kemudian dengan liputan yang terus menerus, KPK
juga bekerja, BPATK juga bekerja, Presiden punya kemauan, pimpinan
KPK memiliki keberanian untuk mengungkap itu, kemudian terungkap satu
persatu siapa yang menjadi dalang atau pemain dalam proyek KTP-el.
18. Pandangan Koran Tempo dalam mengemas berita KTP-el bagaimana?
Apakah lebih memihak KPK atau Pemerintah atau justru masyarakat?
Memihaknya adalah kepada publik, domainnya adalah publik. Jadi semua
pemberitaan ditujukan kepada publik. disitu ada uang kita dan tugas media
adalah menjadi pengontrol, menjadi wathcdog, terhadap siapapun yang
berkuasa, bisa Presiden, bisa DPR, bisa MK, bisa pejabat ditingkat
provinsi/kabupaten, orang-orang yang secara Undang-Undang, secara
kebutuhan publik, dalam keadaan bernegara itu memiliki kekuasaan,
memiliki akses, memiliki kesempatan untuk mengelola pemerintahan,
mengelola uang kita semua yaitu dari pembayaran pajak.
Jadi tidak memihak kepada DPR atau kepada pemerintah atau kepada
misalnya KPK, tetapi melihat kepada kepenntingan kita semua, ketika kita
ngomong jurnalisme, domainnya lagi-lagi adala publik, ranahnya ranah
publik, wilayahnya adalah kepentingan kita bersama. Kalau kemudian disitu
ada kepentingan. Karena nafas jurnalisme itu ya disitu. Jadi kalau kita
ngomong itu membela KPK atau membela stya novanto atau membela
menteri dalam negeri tapi lebih membela kepada kita sebagai warga negara,
yang memilik hak mendapatkan KTP-el dengan layak, kita membayar pajak
dan pajak itu yang menjadi APBN, tenyata dicuri orang. Lebih kesitu
konsentanya, lebih pada pemilihan-pemilihan kepentingan publik.
19. Dalam Rapat ada rapat perencanaan, lalu rapat checking. Lalu proses
penyaringan berita setelah itu bagaimana?
Nah, nanti sore ada diskusi lagi antara penulis, termasuk saya sebagai redpel
mengarahkan bahannya seperti ini, perolehanmu seperti ini, oke kalau
begitu kamu mulai tulisan dari sini, atau, kok ini kurang kuat. Disitulah
untuk mengukurnya, di sore hari itu penyaringannya, tapi perencanaan tadi
juga termasuk bagian dari penyaringan sehingga angle kita tidak terlalu
melebar. Perencanaan itu kemudian menentukan hasil akhir. Perencanaan
yang baik, maka eksekusinya akan baik. Kalau perencanaannya ngawur,
tidak berbasis faktual dan bisa dikejar, ya kita ngga dapat apa-apa, kalau
bisa perencanaan itu bahan sudah mencapai 50-60 % ditangan.
Artinya apa? Kita sudah kontak kanan kiri, sudah ngobrol kiri kanan,
bagaimana konstruksi persoalannya, bagaimana duduk persoalannya, siapa
aktornya, mengapa terjadi demikian, itu sebagian sudah ada ditangan kita.
Itu yang menjadi ketika mengusulkan perencanaan, rencana kita sudah kuat
yang kemudian bisa di eksekusi dari situ. Karena kita gomong koran.
Nah, dipagi itu sudah budgeting, anglenya sudah halaman satu, layout
halaman satu apa, halaman dua apa, walaupun nanti di rapat checking
dihitung lagi karena nanti ngecek bahan sekaligus budgeting. Oh ternyata ini
kurang kuat, iniperlu diganti, atau ini item 4 lebih kuat datanya
dibandingkan item 1 halaman 1. Sebaliknya item 1 halaman 1 kita tuker saja
93
di halaman 4. Disitu juga proses checking sekaligus budgeting karena
halaman per halaman harus kita cek.
Budgeting itu menempatkan berita0berita sesuai halamannya. Kalau di rapat
checking jam 4 itu membahas halaman 1 dan berita utama di halaman
dalam. Kalau halaman nasional di bawahku, halaman 7 sampai 9 ini,
kemudian kita di hari itu sore jam setengah 4an, kita sudah ngecek juga
bahan-bahannya ke kawan-kawan desk nasional itu. dari pagi sudah
direncanakan, kalian Maya pergi kesitu, Ico pergi kesana, indri kesini,
Hussein kesana, atau kemudian katakanalah belum ada isu yang kuat, dari 4
oeang itu mungkin yang bisa kita pantau Cuma 2 isu, mereka kan orang-
orang di lapangan yang kreatif, yang kemudian juga dituntut untuk mencari
atau mengususlkan angle. Kita tanya, apa ususlanmu Hussein/Fransisco
untuk halaman dalam, atau yang dari awal sudah kita tugasi, bagaimana
perolehanmu hari ini unutk halaman dalam.
Nah nanti ditagih jam segini, langsunng kemudian kita budgeting. Item satu,
kita sebagi redaktur kemudian menimbang, oh ini lebih kuat dibandingkan
yang ini, bahan Maya lebih kuat dibandingkan bahan milik Fransisco, bahan
danang ini rasanya isunya agak tipis-tipis, oke bener clear, tapi rasanya dari
sisi isu kurang kuat, oke dihalaman 9 aja kalau gitu. Jam segini kemudian
kita budgeting untuk halaman dalamnya.
20. Lalu setelah budgeting, tahapan apa yang dilakukan?
Setelah budgeting, kemudian mereka eksekusi, temen-temen yang
dilapangan itu menulis. Kita memiliki kepok A, kepok B. Kepok B itu terbit
lebih awal, ngomongin koran untuk halaman 9 dan 10 desk nasional itu jam
18.00 atau 19.00 sudah harus masuk tulisannya, kemudian kita edit dan
dibawa kebagian bahasa , baru ke design.
Kemudian yang kepok A, lebih belakangan, jam 9 malam kita edit lalu
dibawa ke editor bahasa, kemudian ke design. Nah kalau untuk halamn
depan/headline bisa agak akhir, karena satu, proses menulisnya, kedua,
kelengkapan beritanya, ketiga, mungkin kita menginginkan yang lebih baru
dibandingkan tempo.co, detik.com, kompas.com. kita berusaha mencari
angle yang agak maju atau lebih maju dibandingan apa yang sudah muncul
di berita online.
21. Proses akhirnya bagaimana?
Proses paling akhir ada di bagian design itu. biasanya untuk koran, cover itu
dilihat oleh banyak orang. Kita lempar ke grup untuk saling mengoreksi, oh
ini ada salah, atau judulnya kurang menarik ya, itu sekitar jam 11, tapi untuk
cover halaman depan saja. Kita lempar digrup karena untuk memberikan
peluang semua orang bisa membaca dan bisa saling mengoreksi kalau ada
sesuatu yang salah. Ada grup PDF namanya, yang kemudian itu membahas
mengenai cover. Karena cover itu kan jualannya atau masterpiece hari itu di
koran ini kan, ini kita diskusikan secara lebih mendalam. Jam 4 biasanya
kita diskusi dengan orang-orang design membahas masalah cover, idenya
seperti ini. Kemudian orang-orang design itu menerjemahkannya dalam
bentuk gambar-gambar.
22. Pimpinan redaksi itu termasuk dalam menentukan kebijakan?
Ya pimred menentukan, karena dia bertanggung jawab terhadap semua isi
kan. Biasanya diskusi untuk cover itu pimred banyak terlibat. Di dalam
94
rapat pagi, rapat siang, itu juga pimred terlibat disitu. Dia yang kemudian
menajamkan angle, menambah informasi, ikut mengayak bahan,
mengarahkan, Atau dia nambahin, kemarin ketemu ini, informasinya seperti
itu bukan seperti ini, atau kadang juga dalam hal tampilan seperti ini, tolong
itu design gambarnya agak dinaikan dikit, ada garis-garis yang agak
mengganggu. Itu diskusinya antara pimred, design, kita redpel dan rekan-
rekan juga ikut nimbrung, bahkan termasuk kawan-kawan reporter juga bisa
ikut memberi masukan tehadap isi halaman 1.
23. Tapi keputusan akhirnya ada di pimpinan redaksi?
Semua, karena kan yang bertanggung jawab dia. Saya ngga tau apa yang
kamu sebut dengan keputusan terakhir. Yang jelas kemudian, di malam itu
kita membagi dengan yang namanya City Desk, siapa yang betanggung
jawab pada malam itu terhadap keseluruhan isi untuk cover itu. CD itu yang
bertanggung jawab, misalnya untuk memberi keputusan, ya covernya udah
oke, designnnya udah oke, ya Go cetak! Misalnya malam ini aku CD,
artinya aku piket lalu diskusi dengan pimred, diskusi dengan tim yang di
grup tadi itu
24. Apa kebijakan redaksi itu ada di pimpinan redaksi?
Jadi gini, semua liputan apapun semuanya by rapat. Rapat redaksi itulah
yang kemudian menentukan terhadap semua konten itu. jadi tidak ada orang
yang menjadi dominan, menjadi penentu akhir sebuah keputusan terhadap
konten di koran tempo, tempo.co, atau majalah tempo. Dalam konteks koran
juga begitu, semua dibawa ke rapat, artinya kalau ada yang setuju atau tidak
setuju ya di rapat itu yang menentukan, tidak ada orang yang menjadi
dominan, disitulah perang argumentasi, disitulah kemudian saling berdebat,
dengan basis informasi yang dimilikinya, debatnya disitu, semua level
dilibatkan.
Bahwa kemudian pimred bertanggung jawab dan ikut menimbang itu iya,
karena dia adalah penanggung jawab, bahwa kemudian dia bertanggung
jawab dan menjadi dasar pertimbangan atau sering disebut sebagai penentu
akhir iya, tapi bukan berarti itu semcama byangkan pemerintahan yang
otoriter atau raja yang bertitah apapun yang dia mau kemudian diiyakan,
dalam pengertian karena dia penanggung jawab dia harus menimbang
semua seisinya tadi ituproses di redaksi itu yang kemudian menentukan
keputusan dari si pimred juga. Kalau misalnya bahan tidak kuat dan pimred
bilang oke, ya jalan dan ingat bahwa semua kita disini terdidik dengan yang
namanya bekal kode etiknya sama, mengukur kelayakan berita itu sama,
bagaimana menjaga garis api antara iklan dengan redaksi itu pelajarannya
sama, bagaimana menegakkan kode etik itu sama.
Jadi kita sudah tau pasti kalau pimred menentukan sesuatu itu lebih kepada
konten bukan karena campur tangan dia interest atau ada kepentingan apa.
Lebih kepada kelayakan dan pengayaan, atau mutu konten, bukan karena dia
punya interest atau dia dibayar atau apa oleh orang lain, kemudian dia
menentukan iu tidak ada. Karena sebagai jurnalis di tempo itu untuk kode
etik kelayakan berita, garis api antara berita dan iklan, jelas sekali. Semua
sebagai sebuah ilmu yang semua orang memiliki pengetahuan itu dan
terinternalisasi di dirinya.
95
Jadi tidak ada misalnya karena pimrednya dekat dengan Prabowo, maka bla
bla bla. Itu tidak akan pernah terjadi. Atau karena pimrednya dekat dengan
jokowi, sehingga beritanya akan banyak condong terhadap jokowi. Tidak
begitu. Semua by proses dari awal perencanaan, semua berargumentasi
disitu, ukuran-ukuran tentang kelayakan berita, bagaimana unsur cover both
side, bagaimana informasi itu disebut clear atau tidak clear, kita punya
pengetahuan yang sama.
25. Tantangan apa saja yang dialami redaktur pelaksana selama menulis
berita korupsi KTP-el?
Tantangannya pada narasumber-narasumber, pasti itu, ini proses hukum
yang terus bergulir, KPK ynag suatau saat menjadi lembaga yang
kompetensi kewenangan dalam menghandle isu ini, tidak semuanya terbuka.
Justru disitu tantangannya, kemudian bagaimana kita pintar-pintar
melakukan lobi pada pimpinan atau penyidik KPK. Atau bagaimana kita
juga membangun kepercayaan atau lobi kepada narasumber yang dia adalah
pengacara atau bahkan pelaku korupsinya. Kita bisa tahu, mungkin dia ingin
melakukan seperti ini atau dia punya kepentingan seperti ini, cek aja.
Yang namanya stya novanto itu akan selalu ngomong bahwa dia tidak
terlibat, yang melakukan adalah orang disekitarnya. Akan selalu ngomong
seperti itu. tapi disitulah tantangannya. Justru bagaimana kita sebagai tim,
saya sebagai redpel, dan tim dibawah itu menembus tantangan –tantangan
tadi itu sehingga kita tetap menyuguhkan, menyampaikan berita dengan
menarik dengan proporsi yang lebih akurat, informasi yang berbeda dengan
media lain. Itu yang kemudian menjadi “jualan kita“ kepada publik dan
pembaca.
Narasumber tidak semuanya terbuka , itu pasti. Tidak hanya di isu korupsi
tetapi di isu banyak hal yang sifatnya, orang itu kan pada dasarnya tidak
mau dibuka aibnya, atau dibuka keburukannya. Sementara kalau kita
meliput, karena kita bertugas mengontrol kekuasaan, kita ingin mengungkap
“kesalah/kebusukan/mismanagement” yang dia lakukan. Dan orang pasti
tidak happy kan kalo dibuka seperti itu. beda kalo misalnya kita menulis
mengenai selebritas atau apa yang ngomong soal happy-happy aja kan,
kemudian dia ngomong soal pergi kemana, kesukaannya apa, travelling
kemana, dan berita-berita yang tidak berisiko terhadap politik, keamanan,
atau kehidupan pribadina, itu yang membedakan.
26. Bagaimana strategi Anda menembus narasumber yang sulit ?
Kita bisa mengukur, satu, karena apa persoalannya, kedua, bisa ngga
misalya untuk narasumber yang lain, biasanya narasumber yang menjadi
tahanan KPK. Kalau setya novanto ngga mau ngomong ya kan ada
pengacaranya, pengacara juga mempunyai interst, dia pasti akan
menjelaskan. Atau kemudian kita selalu mempunyai cara, selalu mencoba,
katakanlah ketika awal-awal setya novanto di tahan itu, kita berusaha
mewawancarai keluarganya, lewat pengcaranya, lewat pimpinan KPK,
Wawancara dengan setya novanto sebagai pelaku.
Ada juga narasumber yang cukup penting di dalam kasus KTP-el ini adalah
Johanes Marliem yang ada di Amerika, dan hanya tepo yang bisa
wawancara dengan dia, karena suatu saat kita pernah memuat dengan bagus,
dalam pengertian datanya kuat, akurasinya kuat, kemudian si orang ini
96
berpikir gila nih tempo punya semua bahan-bahan tentang ini, kira-kira
seperti itu kemudia ketika kita kontak, dia mau untuk merespon dan
membuka informasi. pasti dia punya kepentingan, tapi kan kita bisa
mengukur kepentingan dia itu apa, kita cek ricek kan terhadapminformasi
yang diberikan. Dalam hal Johanes Marliem itu kita sangat ekslusif
kemudian sebelum dia tewas bunuh diri di Amerika.
27. Lalu, apakah redaktur pelaksana juga ikut berperan dalam menembus
narasumber yang sulit?
Redpel itu bisa menugasi, bisa membantu. Semua level di tempo itu dalam
posisi dia “siap turun” melakukan liputan, termasuk wawancara. Tidak ada
kemudian, bahkan redpel. semua melakukan cara yang sama untuk
bagaimana mendapatkan informasi yang lebih.
Di dalam kasus KTP-el itu misalnya pimred karena sudah lama kenal
dengan setya novanto dan kawan-kawannya, Dalam isu yang lain, mungkin
aku lebih bisa di terima atau mungkin nyaman untuk bertemu atau berbicara.
Kan kita semua dulu dari bawah sekali, kemudian melakukan proses
jurnalistiknya sama, ya bertemu narasumber, melakukan lobi, membangun
relasi. Jangan sampai kita ketika naik level. Kawan-kawan yang sedang
dilapangan juga begitu, pengalaman berinteraksi, kemudian berjejaring,
yang kadang-kadang membuat bnarasumber lebih nyama untuk berbicara
dengan si dia dari pada yang lain.
Mungkin Johanes Marliem, satu, kita pernah meliput itu, kita pernah
menyinggung mengenai perusahaannya, ketiga, ada kegigihan dari tim kita,
semua saluran yang memungkinkan ke dia, akan kita tembus. Mungkin
lewat facebook, wa, termasuk kita menggunakan jaringan internasional kita
melalui koresponden atau melalui siapa yang di Amerika sana. Kita punya
koresponden disana yang dia mempunyai akses ke kepolisisan, atau kepada
pengadilan di Amerika, kita bisa nanya.
Semua pintu itu kemudian kita ketuk, kita gunakan, semua cara untuk
mendapatkan informasi lebih, contoh yang paling real adalah mengejar
Johanes Marliem. Kadanga-kadang juga karena faktor lucky atau untung,
misalnya dulu itu Johanes Marliem kita kontak berkali-kali ngga kontak,
ngga nembus, tetapi tiba-tiba dia mengontak telepon balik ke kita dari
Amerika. Mungkin narasumber juga kan kadanga-kadang memerhatikan,
kok tempo ini sekali ya. Jadi dia pasti juga mempunyai agenda sendiri kan.
Lagi-lagi informasi dari narasumber kita akan cek ricek kan. Caranya itu.
28. Apakah ada permintaan dari pembaca untuk mengangkat isu
mengenai KTP-el?
Selama ini ngga ada dari pembaca, kalau partner sih dari temen-temen
diskusi anak-anak di ICW, anak-anak di Lembaga-lembaga yang konsent
terhadap isu korupsi, itu teman diskusi sih, bukan dalam pengertian dia
pembaca tempo, tetapi dia juga eman diskusi, jejaring lah. Kadang-kadang
menjadi narasumber, kadang-kadang menjadi teman ngobrol atau teman
nognkrong, yang kemudian dari situ kita, oh iya ya, kemaren kayaknya ini
luput dari perhatian deh, dari nongkrong itu biasanya muncul seperti itu.
Atau dia ngasih informasi, ini loh mas kemarin saya ketemu ini, kayaknya
patut ditelusuri deh. Mungkin dia pembaca ya, tapi dia juga adalah jejaring
97
kami, kawan kami yang sama-sama konsent soal korupsi , dia kemudian
memberikan informasi.
29. Kemudian masuk ke dalam faktor-faktor yang mempengaruhi,
seberapa besar peran wartawan dalam memproduksi berita?
Semua level itu berperan, karena kalau reporter kita juga ngga dapat apa-
apa. Semua level menurut saya derajatnya sama. Karena setelah saya dapat
informasi eksklusif, kemudian bentuk tim 2-3 orang untul eksekusi, kalau
yang dilapangan tidak melakukan eksekusi dengan baik, Juga tidak akan
berjalan dengan baik.
Sebaliknya, jika eporter yang berada dilapangan itu kemudian dia tidak
gigih, tidak rajin, tidak pandai membangun relasi dengan narasumber, dia
todak akan banayk informasi eksklusif juga. Itu yang saya tekankan kepada
Hussein, Indri, Maya, Ico, selalu membangun itu dan bisa mencari informasi
lebih dibandingkan media lain. Tapi dengan kegigihan, atau sedikit
menemani mereka, mungkin dengan kemampuan kita untuk bertanya lebih
nakal atau ketika kita bertemu dengan banyak orang, kita mempunyai
amunisi, jadi ketika kita bertemu dengan narasumber, kita lebih lengkap
bertanyanya untuk ke narasumber itu dibandingkan dengan wartawan lain.
Itu yang kemudian memberi nilai lebih kepada wartawan itu terhadap bahan
yang di setor, bahan yang digunakan untuk penulisan cover story maupun
bahan yang digunakan untuk penulisan nasional koran tempo.
30. Adakah intervensi dari pemilik media?
Gini aja, di buku itu ada contoh-contoh intervensi. Itu coba kamu baca. itu
kan poster bukan dari pemilik media tapi itu orang luar, PLN yang berusaha
intervensi ke kita, lalu kemudian kita tolak intevensi itu. Pemilik media di
tempo itu kan, Komisarisnya diantaranya Gunawan Muhammad, mereka
tidak pernah datang kesini. Lagi-lagi semua berada di bawah redaksi.
Sebagai contoh gini aja tapi contohnya di majalah ya, contoh yang paling
sederhana dan itu di tulis di tempo.
Tahun 2007 kalo ngga salah, ada banjir besar di jakarta. Sejumlah ahli
berpendapat, orang-orang yang ada di bidang lingkungan menyatakan
bahwa penyebab banjir itunadalah pantai indah kapuk di sana. Nah kita
investigasi. Dari penemuan investigasi kita, iya benar adalah penyebabnya
selan faktor hujan lebat juga pantai indah kapuk sehingga air dari jakarta
tidak bisa masuk ke laut.
Ketika kmudian kita mengkonfirmasi kepada pemilik modal pantai indah
kapuk, disitu ada orang yang namanya Ciputra. Ciputra itu memilik satu
saham lewat PT Pembanguna Jaya milik DKI dan swasta, karena BUMD ya.
Kurang lebih kami di tempo mengkonfirmasi kepada pak Ciputra itu,
kutipan langsung kira-kira seperti itu, “kemudian kata Ciputra yang juga
pemilik sebagian saham Tempo”. Untuk menunjukan bahwa kita
independen.
Koran saya ingin memberikan gambaran seperti ini. Pada tahun 2004 pemilu
awal-awal yang pemilihya bnayak. Itu semua media yang memiliki
percetakan dapat jatah untuk mencetak kartu suara. Karena waktu itu
prosesnya butuh waktu cepat, semua perusahaan akan mendapatkan jatah
order cetak kartu suara dengan melanggar ketentuan tender. Kompas, tempo,
media indonesi, jawa pos, pikiran rakyat. Karena untuk cepat kemudian
98
percetakan yang ada diberdayakan. Tapi tendernya ada yang dilanggar.
Koran tempo menulis PT Temprint itu melakukan pelanggaran terhadap
aturan tender surat suara yang tadi. Tentu kita tulis semua, bahwa bukan
hanya tempo, tapi juga media lain.
Gambaran lain, tahun 2006, sejumlah tokoh, artis, kena tipu semacam
perusahaan permodalan namanya Dezel di Jerman, perusahaan kaya money
games atau apalah. Dulu ada matias muctus, indra lesmana, riri reza,
termasuk gunawan muhammad. Karena diajak oleh teman-temannya dan dia
adalah korban dari bisnis investasi itu. kita tulis dan kita ngomong. Mas
Gun sebagai pendiri tempo dan salah satu komisaris, dia ngomong Tulis aja,
silahkan. Tapi jangan hanya saya, karena korbannya kan banyak. Dan kits
tulis.
Itu menunjukan bagaimana independennya kami di Tempo. Itu contoh yang
pihak luar mencoba intervensi melalui perusahaan, kita lawan dengan
poster, kita lawan dengan pemberitaan. Ada tulisan disitu, Jangan intervensi
kami. Saya ngga tau kamu punya pengalaman atau kawan dengan media lain
atau apa. Kamu bisa bandingkan lah dengan kawan-kawan yang bekerja di
metro TV, MNC grup, atau bahkan di Kompas. Disini ngga pernahGunawan
Muhammad datang, nongkrng, ya dia datang aja.
Kalau di Kompas, orang lagi seperti ini, Jacob Utama datang, semua akan
salim, ada feodal. Disini enggak. Kemudian disini ini semua level itu
panggilnya nama aja, untuk menghilangkan hirarki atau mas dan mbak.
Setua apapun dipanggilnya mas dan mbak, bukan bapak dan bukan ibu. Ya
meskipun kawan-kawan yang non redaksi biasanya , sekretaris ngga bisa
kan karena dia. Tapi di redaksi itu, saya manggil guanawan muhammad ya
mas, meskipun dia sangat tua 70 sekian tahun, atau itu untuk mengurangi
jarak. Kan dengan menumbuhkan sikap egaliter itu kemudian saling kontrol
dan saling ewoh itu, salig kontrolnya enak dan kemudian tidak ada saling
ewoh yang begitu kuat. Kira-kira gitu.
31. Konfimasi sekali lagi, belakangan muncul opini kalau Koran Tempo itu
hanya mengejar iklan dan seberapa besar tekanan dari luar?
Ya tadi, itu aja kita lawan. Bahwa yang namanya media massa itu ada yang
namanya perkawinan antara industri dan idealisme. Artinya ya kita jualan
barang kalau untuk cetak, koran, majalah. Dan juga mencari iklan, itu pasti.
Kemudian itu yang disebut dengan pagar api/ fire wall. kamu kalau belajar
komunikasi pasti ada yang namanya fire wall, pemisah antara ruang redaksi
dengan ruang bisnis. Yang disitu harus ketat, dia menyentuh kesini dia akan
terbakar, dia menyentuh kesin dia akan terbakar. Out yang membuat kami,
termasuk aku bertahan disini setelah sekian tahun, karena diantaranya,
kasarnya kami mau menulis apa saja, kami bisa.
Tahun 2011 atau 2012, di buku itu ada yang dapur redaksi. Itu pertamina di
awal tahun berkomitmen dengan tempo untuk masang iklan dengan nilai
kalau ngga salah 5M selama setahun, artinya 12 bulan. dimanapun juga
selalu begitu, dibayarnya satu bulan atau dua bulan pertama, per termin lah.
Di bulan april atau maret, kami majalah tempo, ini ngomongnya di majalah,
karena contoh yang paling real di majalah. Kami menulis investigasi
mengenai minyak yang itu intinya adalah membongkar kebobrokan
99
pertamina dalam hal bisnis minyak. Waktu itu dirutnya adalah Ibu Kern
yang terakhir kasusnya korupsi juga.
Ini begitu kita muncul, kita terbit dengan investigasi tentang minyak yang
membongkar PT Pertamina itu, keren sebagai direktur utama marah kepada
tempo, dan kemudian dia bilang, Elu kalau mau lanjut iklan 5 Miliyar tadi
itu, kamu harus menyatakan liputan tempo itu tidak pernah adaa dan minta
maaf. kami tidak melakukan, karnea bisnis media massa it adalah bisnis
trust, bisnis kepercayaan. Sekali kepercayaan kita runtuh ambruk dihadapan
publik, maka kita bokek, rejeki kita tidak ada.
Dan tarik ulur-tarik ulur, dan akhirnya komitmen iklan sisanya dari bulan
April sampai Desember ini, itu di cabut demi mempertahankan fire wall
tadi. Itu contoh rela, contoh konkrit yang bisa saya sampaikan ke Anda,
betapa kami kukuh supaya dapur redaksi itu benar-benar independen.
Contoh lagi, pernah juga disitu, yang tahun berapa, ketika Presidennya
Megawati, kita bikin liputan tanah di kemayoran sana. Yang itu menunjukan
ada yang ngga beres, ada kongkalikong antara si pengusaha ini dengan
orang di sekitarnya Megawati. Lalu dsi orang ini kemudian membantaha
liputan tempo itu dengan cara memasang advertorial ke bagian iklan.
Biasanya material iklan, kalo ada yang agak aneh itu didiskusikan dengan
redaksi, kira-kira ini melawan dapur redaksi tidak. Saat itu secara teknis,
bahan materi yang dia kirim itu tidak bisa dibuka di kantor redaksi, saat itu
tempo ,asih di proklamasi, bisanya dibuka di percetakan, disisni ini.
Karena kita saling tahu bagaimana aturan iklan di tempo itu, kita saling
percaya lah. Ternyata materi iklan yang isinya 6 halaman itu membantah
semua berita investigasi tempo.namanya advertorial selalu dalam naskah
kayak bentuk berita kan, dan membantah itu semua. Kemudian itu menjadi
“skandal” dikantor kami. Itu dipersoalkan. Pasang poster di redaksi tempo.
Kemudian diselesaikan di tempo. Orang yang membawa advetorial ini
dikenai sanksi turun dua level, karena dia melakukan kesalahan dalam hal
pembuatan iklan. Kita ini berusaha keras membongkar suatu
kebusukan/kebobrokan, tiba-tiba orang luar menyatakan berita kita busuk,
dan itu di tempo yang sama. Pekan ini terbit, 2 pekan kemudian terbit.
Nah, gambar-gambar demikian lah yang mungkin mbak bisa melihat
bagaimana kami menjaga independensi. Contohnya real, bukan sekedar
kata. Dan kami tulis di buku, dan bisa di cek. Orang-orangnya adalah,
sebagian mungkin sudah pensiun, sebagian mungkin sudah pensiun tapi bisa
di cek.
Bahwa semua media massamencari iklan itu iya. Itu tidak terelak. Kompas,
tempo. Bagaiman kita sebut untuk menagakkannya denga fire wall itu. iklan
itu yang kemudian menjadikan bagian hak publik untuk tahu tentang isu
KTP. karena apa? Dengan iklan itu kemudian tempo bisa membayar
orangnya, wartawannya, sehingga bisa membuka sesuatu hak publik yang
lainsoal KTP-el itu. sekarang KTP-el masih rame, kemudian terorisme.
Dan itu sudah menjadi studi lah, jurnalisme yang sifatnya tidak jualan itu
ditahun 45, ketika soekarno berbicara soal kemerdekaan .beliau ngomong
soal anti penjajahan. Ya itu memang sifatnya adalah membangkitkan rasa
nasionalisme, menantang semua bentuk penjajahan kan. Tapi kalau
ngomong jurnalisme era sekarang itu, pasti ada industrinya dan idealisme
100
itu, kemudian abagaimana kita me… antara idealisme dengan industri itu
dengan baik. Sehingga kemudian idealisme jalan dan bisnis itu juga jalan.
Saya kira contoh lain selain tempo itu kompas. Bagaimana pemiliknyya
tidak terikat dengan partai politik, tidka berafiliasi dengan kekuatan politik
manapun. Coba kalau ngomong soal MNC sudah bikin partai bosnya, metro
juga begitu si Surya Paloh, TV One juga begitu, Khairul Tandjung di
Demokreat bersama SBY. Ya tinggal tempo, Kompas, berita satu, sama
media –media di daerah seperti media rakyat, harian jogja itu pemilinya
sudah PDIP, mungin suara merdeka semarang, balipost itu sudah masuk di
golkar, jawa post mungkin, ya dahlan iskan memang menjabat, tapi tidak
terlalu banyak masukan. ya tinggal sedikit media tidak memihak dengan
persoalan-persoalan yang sifatnya internal .
32. Bagaimana prediksi Koran Tempo mengenai kasus KTP-el ke
depannya?
Saya yakin itu akan sampai pada orang-orang yang DPR selain setya
novanto. Akan satu persatu setelah nanti setya novanto Akan menunjukan
aktor-aktor lain. Cluster orang-orang DPR yang bermain di proyek KTP-el
akan kena semua. Kalau pun nggak kena smeua, saya yakin pentolan-
pentolannya akan kena semua. Atau kalaupun orang itu saat ini masih
menjadi anggota DPR, ketika pensiun tidak menjadi anggota DPR, dia akan
kena. Semua yang disebut dalam KTP-el dan Akan kena.
Memang satu dua orang buktinya tidak telak, secara pembuktian di
pengadilan tidak telak satu dua orang, tetapi sepanjang disitu buktinya kuat
dan telak, itu akan masuk karena ngomong pembuktian itu adalah hal yang
penting dalam pengadilan. korupsi itu semua dalam bentuk materiil kan.
Semua pengadilan pidana kan , kalau kamu mencuri, barang yang kamu curi
itu ada. semula kan irman sama sugiarto, kemudian si anang sugiana dari
koorporasi, orang oerusahaan, dari kementerian dalam negeri juga sudah
ada, DPR kan sekarang setya novanto.
33. Lalu, dari berita KTP-el yang terbit dari tanggal 27 Februari – 13
Maret, sebenarnya pesan yang ingin di sampaikan kepada masyarakat
itu apa?
Ya kita ingin membongkar kasus ini, karena kasus ini pencurian uang
negara yang cukup besar sehingga siapapun yang terlibat dalam kasus ini
harus diadili, harus diusut oleh KPK. Karena itu kita ngomong soal aktor-
aktor besarnya kan.ngomong Gamawan, ngomong Partainya, ngomong
DPRnya, termasuk memberi penyadaran kepada publik untuk bisa sama-
sama mengawasi terhadap persidangan KTP-el ini. Sekaligus juga kepada
pemerintah, banyak KTP-el yang sudah hancur lebur itu dilanutkan supaya
tidak ada korupsi. Karena penduduk memerlukan KTP-el itu sebagai haka
warga negara, dia perlu identitas kan.
34. Apa manfaat dari ditulisnya berita KTP-el oleh Koran Tempo? Apa
oplahnya naik?
Gini, kalau mengaitkan antara liputan dengan pelanggan naik atau apa, itu
kok agak mendegradasi tentang nilai-nilai yang ingin diperjuangkan. Bahwa
itumenjadi dampak liputan, tentu bukan menjadi pikiran dari orang-orang di
redaksi ya. Tapi bahwa kemudian, lagi-lagi media itu bagaimana menjaga
idealisme dan bisnis. Dalam sisi bisnis, itu bagaimana menjaga trust
101
pembaca, trust pemasang iklan, trust narasumber kepada kita. Karena itulah
trustnya ada. Kalo kami di newsroom lebih kepada bagaimana pemenuhan
terhadap hak publik itu, sehingga publik tahu bahwa uangnya di curi,
uangnya digunakan ngga bener oleh para pejabat . lebih kesitu sih
sebenarnya kalau dari sisi kami sebagai jurnalis memandang apa
kemanfaatannya.
Tidak lagi kepada perusahaan atau apa. Tapi kepuasan atau iroh jurnalis
ketika membongkar lebih kesitunya. Tidak ngomong kepada iklan atau apa.
Karena satu, bukan wilayahnya, kedua, kalau toh ada catatan ini itu juga
menjadi wilayah ruang sebelah. Kalau buat kami sih, bagaimana kami
konsisten menjaga nilai jurnalisme yang selama ini kita yakini.yaitu asa
jurnalisme yang berpihak kepada kepentingan publik dan menjalankan
fungsi-fungsi untuk megontrol siapapun yang berkuasa di negeri ini. Lebih
kesitu sih. Dan kami ingin mengatakan, kami berhasil mengontrol , menjadi
bagian dari alat kontrol itu, buktinya adalah liputan kami bergayung sambut
dengan apa yang menjadi temuan-temuan KPK, temuan-temuan penyidik.
Dan itu kami rasakan di banyak liputan, selain KTP-el, soal keterlibatan
setya novanto sudah jauh -jauh hari tahun 2013 sudah kita muat. Dan
sekarang KPK membuktikan itu.
Keterlibatan Anas Urbaningrum, itu sudah kita tulis kira-kira 2 atau 3 tahun
sebelum Aanas Urbaningrum masuk ke KPK. Pengadaan daging import
yang melibatkan sejumlah politikus PKS, itu kita tulis dari tahu 2010/2011,
kemudian ustadz Lutfi Hasan itu ditanggap KPK pada tahun 2013/2014. 2
tahun atau 3 tahun kemudian.
Lebih kesitu sih kemanfaatan yang lebih kami rasakan ketimbang saya
ngomongin itung-itungan. Mungkin ada tapi itu bukan,,, kedua, tidak
menjadi konsent kami karena bukan urusan kami. Ya kalau dilihat dari
buktinya ya, buktinya Tempo bisa bangun gedung seperti ini, kaya gitu ya
hehe.. fakta-fakta itu saja yang kemudian terlihat. Tapibenar, apalagi lah
kawan-kawan di tempo itu juga … AJI. Jadi soal kode etik, apalagi kalau
bisnis sudah mulai ngerocokin, kita teriak, kita jagal. Dan kita nggak boleh
mengkonstruksi naskah.
35. Harapan apa yang diinginkan oleh Koran Tempo terhadapa kasus
KTP-el?
Biar korupsi di negeri ini semakin berkurang, sukur –sukur semakin ngga
ada lah, pada penyelenggara negara menjalankan tugasnya dengan amanah.
Ketika dia menemukan kekeuasaan, dia akan berkuasa dengan lebih baik.
Fokus kami adalah memastikan para penguasa berjalan.
Kalau kita ngomong soal idealisme, pers itu bagaimana memastikan
demokrasi berjalan dengan baik. Demokrasi berjalan dengan baik itu
diantaranya adalah penyelenggaraan pemerintahnya itu tidak ada korupsi.
Penyelenggaraan pemerintahnya bisa dikontrol oleh siapapun termasuk
media massa, termasuk oleh publik. Kalau ngomong soal idealistik lagi, ini
kan bagaimana kita meninggikan nilai-nilai kita sebagai manusia, nilai-nilai
kepada orang lain. Kalau kita membaca undang –undang jurnalisme kan,
fungsi luhurnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian/humanisme. Baru
pada level berikutnya memastikan bahwa demokrasi berjalan , Keuangan
negara itu bisa transparan, bisa di kontrol oleh siapapun. Kemudian
102
mengedukasi masyarakat supaya lebih cerdas, lebih kritis, jika melihat
penyelenggara tidak adil, dia juga aware dalam hal informasi atau
menyampaikan aspirasinya kepada partai dan anggota DPR.
103
DOKUMENTASI FOTO
Sesi foto bersama Redaktur Pelaksana desk nasional hukum koran tempo,
Sunudyantoro
Sesi foto bersama Junior Editor desk nasional hukum koran tempo, Hussein Abri
Y.M. Dongoran
Suasana ruang redaksi pemberitaan Koran Tempo
104
Contoh Headline News Koran Tempo