kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji 1434 h / 2013 m

33
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M Pada Acara Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji DRS. H. A. KARTONO Direktur Pembinaan Haji dan Umrah

Upload: june

Post on 24-Feb-2016

359 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M. Pada Acara Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji . DRS. H. A. KARTONO Direktur Pembinaan Haji dan Umrah. UU N 0 13 T AHUN 2008 T ENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013

M

Pada Acara Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji

DRS. H. A. KARTONODirektur Pembinaan Haji dan Umrah

Page 2: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

A. Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi, Transportasi, Pelayanan Kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh Jemaah Haji. (Pasal 6)

B. Pemerintah sebagai penyelenggara Ibadah Haji berkewajiban mengelola dan melaksanakan Penyelenggaraan Ibadah Haji. (Pasal 10: 1)

UU N0 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

Page 3: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

PENYELENGGARAAN HAJI

Kegiatan besar dengan karakteristik khusus, karena merupakan :

A. Rangkaian kegiatan yang beragamB. Melibatkan banyak pihak dan orangC. Bertempat di negeri orangD. Durasinya panjangE. Mengelola banyak orangF. Dinamis / penuh dinamikaG. Memerlukan organisasi dan pelaksana yang baik

Page 4: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

A. Pendaftaran dan Kuota

1. Pendaftaran dilakukan setiap hari kerja sepanjang tahun di kantor kemenag kab/kota secara online melalui sistem informasi dan komputerisasi haji terpadu (SISKOHAT). 2. Pemberangkatan jemaah haji dilakukan dengan prinsip first come first served sesuai alokasi kuota masing-masing daerah.3. Kuota dasar ditetapkan oleh Pemerintah Arab Saudi berdasarkan KTT OKI tahun 1985 dengan besaran 1/1000 penduduk muslim. 4. Kuota dasar tahun 2012 sebanyak 211.000 jemaah (194.000 jemaah reguler dan 17.000 jemaah khusus). Sisa porsi jemaah yang tidak dilunasi menjadi porsi nasional dan merupakan wewenang Menteri Agama.

PELAYANAN JEMAAH HAJI

Page 5: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

B. Akomodasi Jemaah Haji di Makkah

1. Pemondokan jemaah di Makkah jarak maksimal dari perluasan Masjidil Haram ± 2700 m dengan sistim sewa perorangan/pemilik dengan kapasitas masing-masing rumah berdasarkan Tasrih.

2. Wilayah pemondokan Makkah meliputi : Hafair, Jarwal, Syari’ Mansur, Jumaizah, Rai’ Dhahir, Misfalah, Bakhutmah dan Mahbas Jin (Aziziah), terbagi dalam 11 Sektor dan 71 Maktab. Setiap sektor membawahi 7 s.d. 9 Maktab dan setiap Maktab melayani ± 3000 jemaah.

3. Sistim penempatan pemondokan di Makkah dengan Qur’ah (undian) dan tidak ada pengembalian sisa sewa rumah/pondokan.

4. Penempatan jemaah haji di pondokan mengedepankan pemisahan pria dan wanita, yang dirancang sejak penyusunan kloter, karom dan karu. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya 1 kamar bercampur pria dan wanita yang bukan mahramnya.

Page 6: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

C. Akomodasi Jemaah Haji di Madinah

1. Jarak maksimal dari Masjid Nabawi 650 m, dengan sistim sewa pelayanan kepada group (majmu’ah) untuk masing-masing jemaah selama ± 9 hari.

2. Wilayah pemondokan di Madinah adalah Markaziah yang terbagi dalam 4 sektor pelayanan dan 4 sektor khusus.

3. Sistim penempatan pemondokan di Madinah tanpa di Qur’ah tetapi berdasarkan jadwal kedatangan di Madinah

D. Akomodasi Jemaah Haji di Jeddah (Hotel Transito) bagi jemaah yang akan pulang ke tanah air dari Madinah melalui Bandara King Abd. Azis Jeddah, sedangkan jemaah yang pulang dari Makkah langsung ke bandara King Abd. Azis tanpa transit di Jeddah.

Page 7: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

E. Katering Jemaah Haji.

1. Selama di Madinah (9 hari), masing-masing dua kali untuk makan siang dan makan malam disajikan dalam bentuk nasi box.

2. Selama di Arafah, Muzdalifah dan Mina (ARMINA) ; di Arafah 4 kali dalam kemasan box disertai coffee shop, di Muzdalifah 1 kali boks didistribusikan di arafah menjelang keberangkatan ke muzdalifah, di Mina 11 kali dalam kemasan box disertai coffee shop.

3. Pendistribusian katering dikoordinasikan antara pihak pelaksana katering, PPIH Arab Saudi (petugas haji non kloter) dan petugas yang menyertai jemaah (ketua kloter dan ketua rombongan).

Page 8: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

F. Transportasi

1. Pelayanan angkutan jemaah haji dari daerah asal ke embarkasi menjadi tanggungjawab pemerintah daerah berkoordinasi dengan instansi terkait setelah mendapat persetujuan DPRD.2. Pemerintah Indonesia menyediakan transportasi bagi jemaah yang menempati pemondokan di atas 2.000 meter dari Masjidil Haram yang dilaksanakan oleh perusahaan transportasi umum Kerajaan Arab Saudi.3. Pemerintah Indonesia juga menyediakan transportasi bagi jemaah yang menempati pemondokan di lokasi tertentu yang memerlukan pertimbangan khusus.4. Transportasi Masya’ir diangkut dengan sistem taraddudi yang menjadi tanggungjawab naqobah

Page 9: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

5. Transportasi Udaraa. Angkutan udara tetap dengan perusahaan Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines.b. Meningkatkan On Time Performance (OTP) penerbangan haji.c. Meningkatkan koordinasi dengan Airport Autority Jeddah d. Memaksimalkan daya angkut pesawat haji disesuaikan dengan perkembangan runway pada Bandara embarkasi. e. Mempertajam isi kontrak terkait dengan sanksi keterlambatan dan tahun pembuatan pesawat.f. Pengawasan bersama antara Kementerian

Perhubungan dengan Kementerian Agama.

Page 10: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

G. Komponen Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) terdiri dari :

1. Biaya langsung yang dibebankan kepada jemaah (direct cost) meliputi biaya penerbangan, pemondokan, general service fee dan living cost.

2. Biaya tidak langsung (indirect cost) meliputi pembuatan paspor, katering, gelang identitas, bimbingan dan buku manasik, asuransi dan lain-lain.

Page 11: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

A. Pembinaan Jemaah di Tanah Air :

1. Tujuan bimbingan : memberikan bekal pengetahuan kepada jemaah tentang pelaksanaan dan tata cara ibadah haji di tanah air dan Arab Saudi2. Ruang lingkup : manasik haji, proses perjalanan haji, akhlakul karimah, adat istiadat/budaya Arab Saudi agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji dengan tertib, lancar, aman, dan nyaman sesuai tuntunan syariat agar jemaah haji mandiri dalam melaksanakan ibadahnya.

3. Bimbingan manasik dan pelayanan haji secara langsung/tatap muka di Kecamatan dan Kabupaten/kota dan bimbingan manasik/penyuluhan melalui media TV dalam bentuk talkshow.

PEMBINAAN JEMAAH DAN PETUGAS HAJI

Page 12: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

4. Bimbingan jemaah selama di embarkasi, terkait dengan kesiapan keberangkatan, kesehatan, penerimaan uang living cost, paspor, gelang identitas dan peribadatan, dikoordinasikan oleh PPIH embarkasi dengan

petugas kloter (TPHI, TPIHI dan TKHI).

5. Bimbingan diarahkan pada kemandirian jemaah dalam melaksanakan kegiatan peribadatan dan manasik haji dalam rangka mencapai tujuan kemabruran haji.

Page 13: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

B. Bimbingan Haji oleh Masyarakat

1. Bimbingan jemaah haji oleh masyarakat dilakukan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang mendapat izin dari Kementerian Agama

(sebanyak 1.018 KBIH) bagi jemaah haji reguler dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) bagi

jemaah haji khusus (263 PIHK).

2. Pelaksanaan bimbingan jemaah haji oleh masyarakat berpedoman pada pola pembinaan ibadah haji yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Page 14: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

C. Bimbingan selama dalam perjalanan dan selama

dalam penerbangan, meliputi : manasik haji, peribadatan, ziarah, informasi tentang perhajian dan peraturan/ketentuan pemerintah Arab Saudi yang harus diketahui dan dipatuhi setiap jemaah haji.

D. Bimbingan jemaah selama di Madinah, Makkah dan ARMINA.

1. Di Madinah, meliputi kegiatan shalat Arbain, ziarah dan pelaksanaan niat ihram bagi jemaah gelombang I.

Page 15: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

2. Di Makkah, meliputi tata cara pelaksanaan haji, baik haji Tamattu, Ifrad maupun Qiran, serta kesiapan keberangkatan ke Arafah dan pemantauan ibadah bagi jemaah sakit serta DAM.

3. Di ARMINA- Di Arafah tentang bimbingan wukuf- Di Muzdalifah tentang bimbingan mabit- Di Mina tentang mabit, melontar jamarat

dan nafar.

Page 16: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

E. Petugas Haji Penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan oleh :

1. Unit permanen sistem, yaitu Kementerian Agama Pusat (Direktorat Jenderal PHU), Kanwil Kementerian Agama, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/kota dan Kecamatan.

2. Non permanen sistem yang bersifat ad hoc, terdiri dari PPIH Pusat, PPIH Embarkasi, PPIH Arab Saudi dan petugas yang menyertai jemaah (TPHI, TPIHI, TKHI, TPHD/TKHD).

Page 17: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

3. Petugas haji harus memiliki komitmen, kompetensi dan integritas serta bertanggungjawab terhadap ketertiban, keamanan, kelancaran dan keabsahan jemaah dalam melaksanakan ibadah.

4. Petugas haji harus mampu mengelola kloter dengan baik, berkoordinasi, mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul dan memberikan solusi yang tepat dan cepat bagi kepentingan jemaah.

Page 18: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

STRUKTUR ORGANISASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI(Permanen Sistem)

KEMENTERIAN AGAMA RI

•Sekretariat•Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah•Direktorat Pelayanan Haji•Direktorat Pengelolaan Dana Haji

Bendahara BPIH Sektor Luar Negeri

Kepala Kantor Misi Haji Indonesia

Lembaga/Instansi TerkaitBendahara BPIH

•Kepala Staf•Sekretaris

Koordinator Provinsi

Kementerian Terkait

•Koordinator untuk Arab Saudi• Koordinator harian

Direktorat Jenderal Penyelenggaran

Haji dan Umrah

Koordinator Kabupaten/Kota

Lembaga/Instansi Terkait

•Kepala Staf•Sekretaris

Lembaga/Instansi Terkait

Pusat

Arab Saudi

Tingkat Provinsi

Tingkat Kabupaten/Kota

Page 19: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

STRUKTUR ORGANISASI KLOTER

TPHI

TPIHI TKHI

KARU

KAROM

JEMAAH HAJI(TPHD DAN

TKHD)

- Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) Ketua- Tim Pembimbing Haji Indonesia (TPIHI) Anggota- Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) Anggota- Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHD) Anggota- Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHD) Anggota- Ketua Rombongan Amggota- Ketua Regu Anggota

Page 20: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

URAIAN TUGAS PETUGAS KLOTER

1. Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) :a. Mengkoordinir tugas pelayanan kloter selama di embarkasi, pesawat, Jeddah, Madinah, Makkah, Armina dan debarkasib. Melaporkan semua tugas yang dilaksanakan

2. Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI)a. Mengkoordinir pelayanan ibadah ke jemaah haji selama di embarkasi, pesawat, Jeddah, Madinah, Makkah, Armina dan debarkasib. Melaporkan semua tugas yang dilaksanakan

3. Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI)a. Mengkoordinir pelayanan kesehatan selama di embarkasi, pesawat, Jeddah, Madinah, Makkah, Armina dan debarkasi.b. Melaporkan semua tugas yang dilaksanakan

Page 21: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

4. Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD) Membantu tugas-tugas TPHI

5. Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD) Membantu tugas-tugas TKHI

6. Ketua Rombongan (Karom)Membantu pelaksanaan tugas TPHI di bidang pelayanan umum dan ibadah

7. Ketua Regu (Karu)Membantu pelaksanaan tugas ketua rombongan di bidang pelayanan umum, ibadah dan kesehatan

LANJUTAN...

Page 22: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

SURVEI KEPUASAN JEMAAH

1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan jemaah terhadap pelayanan yang diberikan maka Badan Pusat Statisti (BPS) secara rutin melakukan survei sebagai salah satu pengukuran kinerja dari Sistem Manajemen Mutu yang ada di Kementerian Agama.

2. Indeks kepuasan jemaah haji terhadap penyelenggaraan haji oleh Pemerintah sebagaimana yang telah disurvey oleh BPS masih tergolong memuaskan, pada tahun 2011 M sebanyak 83,31 %, pada tahun 2012 M mengalami penurunan sebanyak 1,99 menjadi 81,32.

2. Disamping itu Badan Litbang Kementerian Agama juga akan melakukan survei terkait pelayanan yang diberikan Kelompok Bimbingan terhadap jemaah haji.

Page 23: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

STRUKTUR ORGANISASI PPIH ARAB SAUDI

Daker Jeddah Daker Makkah Daker Madinah

SekretarisWakil Sekretaris

Bid. Pengamanan

Bid. Pemondokan

Bid. Penilaian Kinerja Petugas

Bid. Katering

Bid. Data & Informasi

Bid. Bimbingan

Jemaah

Bid. Pengawasa

n PIHK& KBIH

Bid. Transportasi

dan Angkutan

Amirul Haj & Anggota

Penanggung Jawab

Koordinator

Koordinator Harian

KetuaWakil Ketua

Pengendali Teknis

Page 24: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

STRUKTUR ORGANISASI PPIH PPIH ARAB SAUDIDAERAH KERJA (Jeddah, Makkah, Madinah)

Kadaker

Sekretaris

Sektor Sektor Sektor

Seksi Seksi Seksi Seksi

Page 25: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M
Page 26: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

STRUKTUR ORGANISASI PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) PUSAT

PENGARAH

SEKSI TATA USAHA

SEKSI URUSAN DALAM SEKSI KEUANGAN SEKSI PERLENGKAPAN DAN

TEKNIK

Penanggung Jawab

KetuaWK. Ketua 1WK. Ketua 2WK. Ketua 3

SEKRETARISWK. SEKRETARIS

BID. PENGENDALIAN OPERASIONALSEKSI MONITORING

SEKSI PENGUMPULANDAN PENGELOLAAN DATASEKSI PELAPORAN DANEVALUASI

BID. HUMAS. DAN PENERANGAN

SEKSI MEDIA CENTER

HAJI (MCH)

SEKSI PENERANGAN

SEKSI HUMAS

BID. KESEHATAN DAN KEAMANAN

SEKSI KESEHATAN

SEKSI KEAMANAN

Page 27: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M
Page 28: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

Tahun Non Kloter Kloter Temus

2010

2011

2012

836

836

836

2420 (484 kloter)

2495 (499 kloter)

2425 (285 kloter)

589

589

679

Rekapitulasi Jumlah Petugas Non Kloter (PPHI), Kloter dan Temus Arab Saudi Tahun 2010, 2011 dan 2012.

Page 29: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

Tahun Non Kloter Temus

2010

2011

2012

836

836

836

589

589

679

Rekapitulasi Jumlah Petugas Non Kloter (PPHI), Kloter dan Temus Arab Saudi Tahun 2010, 2011 dan 2012.

Page 30: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

A. Setiap jemaah haji diberikan asuransi jiwa yang dibayarkan dengan dana manfaat dari setoran awal BPIH

B. Jaminan asuransi diberikan kepada jemaah haji sejak berangkat dari sampai kembali ke tempat tinggal.

PERLINDUNGAN JEMAAH

*) klaim untuk kematian secara alami (natural death)

Page 31: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

Rencana Perjalanan Haji (RPH) 1434 H/2013 M

RPH 1433 H

Pemberangkatan

Wukuf

Pemulangan

Kloter I : 10 September 2013

Kloter Terakhir : 09 Oktober 2013

Wukuf : Senin, 14 Oktober 2013*

Kloter I : 20 Oktober 2013

Kloter Terakhir : 18 November 2013

*Mengacu kepada kalender ummul qura Arab Saudi 1433H

1. Masa Operasi pemberangkatan : 30 hari.

2. Masa operasi pemulangan : 30 hari.

3. Gelombang I : 15 hari4. Gelombang II : 15 hari5. Masa Tinggal Jemaah Haji di Arab

Saudi : 41 hari.

Page 32: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

INDIKATOR KEBERHASILAN PENYELENGGARAN HAJI

Jemaah haji yang telah mendaftar dan memenuhi syarat, seluruhnya dapat diberangkatkan ke Arab Saudi.

Jemaah haji yang telah berada di Arab Saudi, seluruhnya memperoleh pemondokan (akomodasi), katering, transportasi, dan pelayanan kesehatan.

Seluruh jemaah haji yang berada di Arab Saudi dapat melaksanakan wukuf di Arafah. Bagi yang sakit disafariwukufkan dan yang meninggal dibadalhajikan.

Seluruh jemaah haji yang telah menunaikan ibadah haji dipulangkan kembali ke Tanah Air, kecuali yang wafat.

Page 33: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434 H / 2013 M

Terima KasihWassalam