penyelenggaraan ibadah haji perbankan...

6
-."'". PENDAPAT FRAKSI PARTAI GOLONGA'N KARYA DPR RI TERHADAP USUL fNlSIATIF ANGGOTA DPR-RI MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG .1 PERBANKAN SYARIAH " .. Disampaikan oleh : Ir. HERMAN SE.MSi. Anggota DPR-RI No. A-491 Jakarta, 27 2005

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • "

    -."'".

    PENDAPAT FRAKSI PARTAI GOLONGA'N KARYA DPR RI

    TERHADAP USUL fNlSIATIF ANGGOTA DPR-RI MENGENAI

    RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

    PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG

    PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN

    RANCANGAN UNDANG-UNDANG i TENTANG .1

    PERBANKAN SYARIAH

    " .. ~

    Disampaikan oleh : Ir. HERMAN WIDYANA~DA, SE.MSi.

    Anggota DPR-RI No. A-491

    Jakarta, 27 S~l?tembcr 2005

  • PENOAPAT FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DPR RI ATAS

    RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISJATrF OPR RI TERHADAP

    RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN ATAS

    UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN HAJJ

    DAN USUL INISIATIF ANGGOTA DPR RI

    .MENGENAf RANCANGAN UNDANG-UNDANG

    TENTANG PERBANKAN SY ARIAH

    . __ .~. .~ ___ ....... _ .... _ ..... ~~._._ . __ .~_ ... ___ . __ . ________ ._. _ .. i!!_~_.--=-______ . ___ ... _ ----===------

    Disampaikan Oleh : Ir. Herman Widyananda, SE, MSi Anggota Nomer : A - 491

    ,1~.

    Assalaamu'allaikum Warachmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita sernua Yang Terhormat Saudara Pimpinan Rapat Paripurna DPR-RI, Yang Terhormat Para Anggota OPR-RI, dan hadirin yang kami rTIuliakan

    Mengawali pendapat fraksi ini'l's~ya ingin mengajak kita sekalian, untuk

    . senantiasa n1engucapkan puji dan syukur kepada Allah swr, yang telah nlemberikan Iimpailan rahmat ridhe dan- hidayah-Nya kepada kita semua,

    sehingga kita dapat mengikuti Rapat Paripurna OPR RI dalam keadaan

    sehat, sejahtera lahir dan batin.

    ,I'

    Selanjutnya perkenankanlah kami, Fraksi Partai Gelkar

    rnenyampaikari pendapat Atas Usul Inisiatif Anggota OPR RI Mengenai

    Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang

    Nomor 17 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Usul

    Inisiatif' A'rlggota OPR. RI Mengenai Rancangan Undang-Undang

    - tentang Perbankan Syariah.

    Pertama, nlengenai Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan

    Ibadah Haji

  • 1. . :~ , I 1

    Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan ibadah haji di

    Indonesia saat ini rnempunyai landasan hukum yakni Pasa! 29 ayat (2)

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

    menyatakan "Negara n7enjamin kemerdekaan. tiap-tiap penduduk , .. :

    untuk rnenleluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat

    nlenurut agamanya dan kepercayaannya itu. Selain itu pemerintah

    telah dibebani kewajiban oleh Undang~Undang Nomor 17 Tahun 1999

    tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, untuk melak~kan pembinaan,

    pelayanan dan perlindungan dengan menyediakan fasilitas kemudahan,

    keanlanan dan kenyamanan yang diperlukan oleh setiap warga Negara

    yang menunaikan ibadah haji. '

    Undang-Undang tersebut juga menegaskan bahwa

    penyelenggaraan ibadah haji berdasarkan asas keadilan memperoleh

    kesernpatan, perlindungan, dan kepastian hukum sesuai dengan

    . Pancasila dan Undang-Unda6g Dasar Negara Republik Indonesia

    Tahun 1945. Sedangkan tujuannya· adalah untuk memberikan

    pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui

    sistem dan manajemen penyelenggaraan yang baik agar pelaksanaan.

    ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, serta jamaah haji dapat

    melaksanakan ibadah secara m'andiri sehingga diperoleh haji mabrur.

    Harus kita akui bersama, lahirnya UU NO.17 Tahun 1999 tentang

    Penyelenggaran Haji tersebut merupakan sebuah kernajuan y·ang

    berarti dalam sejarah penyelenggaran ibadah haji di Indonesia. Namun

    setelah sekian tahun berjalan, UU itu terlihat kekurangan dan

    kelemahannya dalam mewuju¢kan cita-cita hukum yang menjadi dasar

    kelahiran'\:!Jndang-Undang tersebut. Karena itu, Fraksi Partai GOLKAR

    berpendapat bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan dan

    perlindungan terhadap jemaah haji dipandang perlu untuk melakukan

    penyempurnakan Undang-Undang No. 17 Tahun 1999 tentang

    Penyelenggaraan Haji. Diha~apkan, dengan perubahan yang akan

    2

    . I

  • t

    [ I

    .. I~

    dilakukan cita-cita hllkum nlengenai penyelenggarakan haji 'yang

    dialnanatkan olehlahirnya UU No. 19 Tahlln 1999 itu dapat terca'pai.

    Saudara Pimpinal1 Sidang dan Rekan-Rekan yang berbahagia

    DCllam melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun

    1999 tenteng Penyefenggaraan Haji ada beberapa catatan penting

    yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

    1. Perlu pemisahan antara.,: regulator dan operator. Dengan . '

    menumpuknya peran ini pada pemerintah seperti selama ini telah

    rnengakibatkan n1anajemen penyelenggaraan haji yang tidak efisein,

    tidak akuntabel, dan rentan terhadap penyelewengan.

    2. Keseimbangan peran pernerintah dan peran serta masyarakat dalam

    membangun sistem pen~~lenggraan haji nasional. Sehingga l

    penyelenggraan haji dapat melibatkan seluas-Iuasnya peran serta

    masyarakat, dengan perlindung,an dan keamanan dalam

    pelaksanaannya. 8egitu juga. dalam masalah anggaran, harus

    diseimbangkan antara beban masyarakat dengan fasilitas dari

    anggaran Negara, yang semua itu berdasarkan prinsip, bahwa haji ,~

    merupakan kewajiban bagi yang mampu menunaikannya"

    3. Pengelolaan dana jemaah harus betul-betul dilakukan, secara

    transparan dan akuntabel, ma~a dipandang per\u untuk mendirikan

    bank syari'ah khusus haji. Sehing-ga penyalahgunaan dana haji

    diluar kemaslahatan jenlaah dan umat dapat segera dihilangkan. ,:

    Dari sini juga d~pat nlenjadi pain penting bagi umat untuk turut

    membangun kehidupan sosial ekonomi umat lewat penge\olaan'

    dana haji secara professional, efektif, efisien, transparan dan , 0",",

    akuntabel.

    Saudara Pimpinan Sidang dan Rekan-Rekan yang Berbahagia

    /'. .'

    3

  • ..

    . -~.

    Selanjutnya Fraksi Partai Golongan Karya OPR Rf memberikan

    . tanggapan terhadap Usul ../nisiatif Anggota OPR RI mengenai

    . Rancangan Undang-Undang tentang Perbankan Syariah

    Sebagaimana kita ket8hui, saat terjadikrisis moneter· dan

    perbankan tahun 1997, bank Syariah ternyata mampu bertahan

    ·menghadapi gejolak suku bunga yang menyebabkan negative spread . .~.

    . bahkan terhindar dari Non Perfornling Loans (kredit macet) dan tidak

    mengalami kebangkrutan akibat fluktuasi nilai tukar. Oi samping itu

    · rndonesia yang sebag.ian besar penduduknya beragama Islam, bahkan

    · penduduk muslim terbesar di dunia, sangat membutuhkan sebuah bank

    yang tidak nlau menlpraktekkan· bunga atau riba. Keyakinan ~:

    keagamaan inilah yang mendorong munculnya bank-bank dengan

    ... prinsip bagi hasil berdasarkan konsep syariah. Dewasa ini kebutuhan

    ... masyarakat rndonesia akan jasa-jasa perbankan Syariah semakin

    . meningkat. Tetapi peraturan perundang-undangan tentang Perbankan

    · seperti Undang-Undang Nornor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ,:

    sebagain1ana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

    1998 belum secara spesifik mengatur "tentang Perbankan Syaraiah .

    · Oleh karena itu, kehadiran Undang-Undang tentang Perbankan Syariah

    sangat dibutuhkan untuk mengatur operasionalisai Bank Syariah.

    , Saudara Pimpinan Sidang dan Rekan-Rekan yang kami hormati. I

    Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

    tentang Perbankan, sebenarnya keberadaan bank syariah dalam sistem

    perbankan di Indonesia telah diakui dan dikenal. Bahkan, dapat

    dikatakan ba-hwa Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 ini merupakan /.

    pintu gerbang dimulainya perbankan syariah di Indonesia. Namun

    demikian, Undang-undang tersebut belum memberikan landasan

    hukum yang cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah karena

    4

  • - ..

    ...........

    ---.~,-..... ~_._ .... _ ...... ~ .... _ ....... _~ •• _ .... w ................. _ ,,,'. _ ••• __ ,., _~_"'_' _". _.~ ••••••••• _ •• _ •• _~_ '. -.-- --.~~.-~-. "'-"'-'-'--'~'" .----

    belum secara tegas rnengatur mengenai keberadaan bank berdasarkan

    prinsip syariah, melainkan bank bagi hasil.

    Senlentara itu, pengertian bank bagi hasil yang dinlaksudkan

    dalam undang-undang tersebut belum mencakup juga secara tepat

    pe'ngertian bank syariah yang t~rnyata memiliki cakupan yang lebih luas

    dari bagi hasil itu sendiri, termasuk belum adanya ketentuan

    operasional yang secara lengkap mengatur kegiatan usaha bank

    syariah.

    Saru pada tahun 1998 dengan diberlakukannya UU No.1 0 Tahun

    1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan . ,<

    yang diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan,

    perbankan Syariah mempunyai landasan hukum yang lebih kuat dan

    kesempatan yang lebih luas bagi pengembangan perbankan syariah di

    Indonesia. Perundang-undangan tersebut memberikan kesempatan

    yang febih luas untuk pengetTlbangan jaringan perbankan syariah ;:

    antara lain melalui izin pembUkaan kantor cabang syariah (KCS) oleh

    bank umum konvensional. Selain itu UU No. 23 Tahun 1999 tentang

    Bank Indonesia juga menugaskan 81 mempersiapkan perangkat

    , peraturan dan fasilitas-fasilitas penunjang yang mendukung operasional

    bank syariah.

    Pada dasarnya ketentuan- UU yang telah dikeluarkan pemerintah

    antara lain UU NO.7 Tahun 1992, UU No.1 0 Tahun 1998 kemudian UU

    No. 23 Tahun 1999 sudah menjadi dasar hukum yang cukup kuat bagi

    , terselenggaranya perbankan syai-iah di Indonesia. Namun dernikian,

    ,masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan antaralain perlunya

    penyusunan dan penyempurr'iaan ketentuan serta undang-undang

    operasional bank syariah secara tersendiri, sebab undang-undang yang

    , telah ada sesungguhnya dasar hukum bagi penerapan dual banking

    sysfen1. Dua! banking system yang dimaksud adaJah terselenggaranya

    dua sistem perbankan (konvensional dan syariah secara

    berdampingan) yang pelaksanaannya diatt)r dalam berbagai peraturan

    5

    BUKU 1BUKU 2