kebijakan ekonomi mikro kabupaten boyolali tahun 2006 riset ekonomi mikro.pdf · laporan penelitian...

74
LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL Habib 2. Harry Jocom 3. Hendro Riyanto LKTS Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial Bangunharjo Rt 07/II No A2. Pulisen Boyolali Jateng Phone: 0276 324501 Fax: 0276 324501

Upload: trinhnga

Post on 06-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

LAPORAN PENELITIAN

Kebijakan Ekonomi Mikro

Kabupaten Boyolali Tahun

2006

Tim Peneliti

1. Ismail AL Habib

2. Harry Jocom

3. Hendro Riyanto

LKTS

Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial

Bangunharjo Rt 07/II No A2. Pulisen Boyolali Jateng

Phone: 0276 324501 Fax: 0276 324501

Page 2: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

2

Page 3: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

3

BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pengembangan ekonomi adalah kata yang paling tepat untuk digulirkan dan

dimunculkan ke permukaan, ditengah-tengah terpuruknya kondisi Bangsa dan Negara.

Karena dengan ekonomi, kondisi dan keadaan Bangsa dan Negara dapat terangkat dan

masyarakat sebagai warga Negara memang patut menerimanya untuk mencapai

kemakmuran (welfare).

Ekonomi adalah hal yang urgent bagi setiap manusia. Kehidupan tidak bisa lepas dari

aktivitas ekonomi. Ada persepsi masyarakat bahwa kalau hidup ini dikatakan damai

dan tentram kalau ekonominya baik (good) dengan kata lain ekonomi sehat maka

jiwanya ikut sehat begitu juga sebaliknya.

Program pengembangan ekonomi mikro memang sudah mulai digalakkan sejak dari

dulu, namun input, output dan outcomenya belum sesuai yang diharapkan. Begitu juga

di Kabupaten Boyolali juga sudah dimulai, untuk meningkatkan Usaha Kecil Menengah

(Empowerment Economi Small and Medium Enterprise), peran swasta pun belum

menunjukaan hasil yang menggembirakan.

Dalam satu artikel yang sudah menjadi klasik Nancy Birdsall dari World Bank,

meyakinkan bahwa investasi dalam bidang kesehatan dan bidang pendidikan yang

masuk kategori pembangunan sosial, dalam relatif singkat mempunyai dampak positif

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional1. Artinya pengeluaran sosial

atau pembangunan sosial sebenarnya tidak berbeda dengan pembangunan ekonomi.

Dengan kata lain mengadakan investasi dalam pengembangan sosial merupakan ”ilmu

ekonomi” yang baik.

_

Page 4: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

4

Ilmu Ekonomi adalah suatu moral science2. Ilmu ekonomi sebagaimana Adam Smith

bertitik – tolak, tidak terlepas dari sentiment moral (Wealth Of Nations, 1776). Oleh

karena itu tidak benar bahwa ilmu ekonomi mengakui manusia semata-mata hanya

sebagai homo economicus, karena manusia sebagai pelaku-pelaku transaksi ekonomi

pada esensinya adalah juga homo socius, homo politicus (zoon politicon), bahkan juga

sebagai homo religius (homo imago-Dei).

Sedangkan menurut Dr. Wilson3 Ilmu ekonomi berasal dari adanya kesenjangan (gap)

antara sumber daya (resources) yang tersedia dengan keinginan (need) manusia.

Sumberdaya tersebut bersifat terbatas sedangkan keinginan manusia tidak terbatas,

berdasarkan kesenjangan tersebut maka kemudian timbul masalah, bagaimana cara

menggunakan sumberdaya yang sifatnya terbatas itu.

Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa ilmu ekonomi

mengakui manusia sebagai pelaku transaksi ekonomi yang mempunyai keinginan

(need) yang tidak terbatas baik sebagai homo socius dan homo politicus karena

sumberdaya (resources) yang terbatas maka dibutuhkan sentiment moral (homo

religius) untuk mengatasi suatu kesenjangan (gap).

Aktifitas ekonomi harus ada sinergis antara ekonomi mikro dan ekonomi makro dan

tidak bisa berjalan secara parsial melainkan menyeluruh dan harus berjalan kondusif.

Apabila Ekonomi makro berjalan baik sedangkan ekonomi mikro tidak berjalan dengan

baik maka kondisi ini tidak akan membaik dan begitu juga sebaliknya.

Kebijakan ekonomi yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali (policy

maker) ini harus memperhatikan kepentingan rakyat Boyolali (social preference),

apabila kebijakan itu diambil tanpa memperhatikan kondisi makro maupun mikro itu

akan berdampak buruk pada kemajuan ekonomi secara menyeluruh. Semua lapisan

akan terkena dampak dari kebijakan yang dibuat oleh policy maker. Sedangkan yang

_

Page 5: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

5

banyak bersinggungan adalah pelaku usaha kecil menengah (UKM) atau ekonomi

mikro (Wong cilik).

Dikatakan oleh Prof. Sajogyo” Jika Anda hendak memahami ekonomi Indonesia,

pahami dulu politiknya.” (Prof. DR. Didik J. Rachbini, Analisis Kritis Ekonomi Politik

Indonesia, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, Hal. 63, Cet. 1 tahun 2001).

Dari ungkapan tersebut bila ditarik secara eksplisit oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Boyolali adalah kebijakan yang diambil di Kabupaten Boyolali harus

memahami politiknya, kulturnya dan sosialnya. Kalau hal tersebut tidak dipahami

secara komprehensive maka akan berdampak pada perkembangan ekonomi di

Kabupaten Boyolali khususnya pelaku ekonomi mikro.

Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan

didalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis4. Dengan kata lain

kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali tak luput dari

campur tangan partai politik yang duduk sebagai dewan dan bersifat politis.

Melihat kekayaan alam di Kabupaten Boyolali yang boleh dikatakan melimpah seperti

kawasan hutan di daerah bagian utara yaitu Juwangi, Kemusu, Wonosegoro, Waduk

Kedung Ombo, kawasan Bandar Udara Adi Sumarno yang secara geografis berada di

Kabupaten Boyolali, Waduk Cengklik, Waduk Bade, Umbul Air di Tlatar dan Pengging,

makam para Auliya’ (wali) dan petilasan, pesanggrahan di Paras, Sumur Pitu di Cabean

Kunti, Sumur Songo di Candigatak, dan di wilayah bagian barat yang mempunyai

panorama alam yang indah dan sejuk yakni kawasan gunung merapi dan gunung

merbabu serta kekayaan alam yang lain.

Dengan modal kekayaan alam yang melimpah di Kabupaten Boyolali idealnya lebih

maju dan berkembang bila dibanding dengan kabupaten lain karena potensi yang

begitu besar. Selain itu Kabupaten Boyolali sangat terkenal dengan susunya,

_

Page 6: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

6

pengarajin tembaga dan kuningan yang cukup punya nama juga, Usaha Konveksi di

Kecamatan Teras serta budaya dan seni yang jumlahnya sangat banyak.

Namun demikian potensi yang begitu besar belum dimanfaatkan secara maksimal,

karena masih tingginya pengangguran terbuka tahun 2002 sebesar 17.236, tahun 2003

sebesar 19.753 dan tahun 2004 sebesar 21.011 atau dengan tingkat pengengguran

tahun 2002 sebesar 2,5 %, tahun 2003 sebesar 3,98 % serta tahun 2004 sebesar 3,89

%, penduduk miskin makin bertambah tahun 2005 sebesar 87.154 KK (36, 04 % dari

seluruh KK), sumber daya yang minim dan masih rentannya invesatasi dan daya saing

daerah5.

Adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, bahwa

Pemerintah Daerah berhak mengatur dan mengembangkan daerahnya dengan tidak

mengesampingkan kepentingan daerah lain. Perlakuan otonomi tersebut harus bisa

dimanfaatkan secara maksimal demi kemajuan daerah yang dilakukan secara

transparan, informative, komunikatif dan partisipatif.

Kabupaten Boyolali berada di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis tersebar menjadi

empat bagian masing-masing yang memiliki karakteristik infrastruktur yang berbeda.

Bagian barat terdiri dari Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk yang terletak dibawah kaki

gunung merapi dan merbabu dan bagian tengah mencakup Boyolali, Mojosongo, dan

Teras. Bagian timur terdiri dari Banyudono, Sawit, Sambi, Ngemplak, Nogosari dan

Simo. Bagian utara terdiri dari Andong, Klego, Karanggede, Wonosegoro, Juwangi dan

Kemusu yang sebagian besar adalah kawasan hutan. Bagian tengah cukup strategis

karena berada pada perlintasan antara Surakarta-Semarang, Surakarta-Jogjakarta

ibarat Semarang-Jogjakarta-Solo sebagai segi tiga emas, Boyolali berada ditengahnya.

Idealnya Kabupaten Boyolali bisa maju dan berkembang serta menjadi pusat dalam

bidang ekonominya karena melihat posisi yang sangat strategis berada di sentral jalur

aktifitas ekonomi kawasan segi tiga emas. Apabila posisi ini tidak dimanfaatkan secara

_

Page 7: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

7

serius oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, maka akan terjadi ketinggalan, hal

itu mungkin bisa dikatakan demikian pasalnya melihat Kabupaten yang berada di

wilayah eks karesidenan Surakarta, Kabupaten Boyolali tertinggal bila dibanding

dengan Solo, Wonogiri, Karang Anyar, Sragen, Sukoharjo dan Klaten. Yang menjadi

kajian peneliti kenapa bisa terjadi seperti ini, bagaimana proses pengambilan

kebijakan, strategi dan implementasi program, serta control dan efektifitas terhadap

program pemerintah Kabupaten Boyolali. Berawal dari latar belakang tersebut

penelitian ini mengambil judul “Study Kebijakan Pengembangan Ekonomi Mikro di

Kabupaten Boyolali Tahun 2006”.

II. Pertanyaan Penelitian

Dengan adanya pertanyaan sebagai asumsi untuk mengkaji sebuah persoalan

kebijakan ekonomi mikro maka dapat dirumuskan beberapa masalah berikut:

1) Bagaimana kebijakan pengembangan ekonomi mikro di kabupaten Boyolali tahun

2006?

2) Bagaimana implementasi kebijakan ekonomi mikro dan starteginya di kabuapaten

Boyolali tahun 2006?

3) Apakah sudah tepat sasaran atau belum dari program pengembangan ekonomi

mikro?

III. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui kebijakan pengembangan ekonomi mikro di kabupaten Boyolali tahun

2006.

2) Mengetahui implementasi dan strategi kebijakan pengembangan ekonomi mikro

di Kabupaten Boyolali tahun 2006.

3) Mengetahui efektivitas program pengembangan ekonomi mikro di kabupaten

Boyolali tahun 2006.

IV. Manfaat

Penelitian ini mempunyai manfaat untuk:

1) Menghasilkan sebuah diskripsi tentang kebijakan pengembangan ekonomi mikro

di Kabupaten Boyolali tahun 2006.

Page 8: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

8

2) Sebagai kajian awal untuk melakukan program advokasi, terhadap pelaku ekonomi

mikro dan program Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.

V. Kerangka Konseptual

Dalam melakukan penelitian perlu ada penegasan istilah atau kerangka konseptualnya

guna menghindari interpretasi yang berbeda bagi para pembaca:

Studi Kebijakan (Policy Analysis) adalah suatu aktifitas intelektual dan praktis yang

ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai dan mengkomunikasikan

pengetahun tentang dan di dalam proses kebijakan6. Dalam studi kebijakan ini

dimaksudkan untuk melakukan kajian mengenai kebijakan pengembangan ekonomi

mikro di Kabupaten Boyolali. Dalam pernyataan kebijakan tersebut adalah memuat

cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam

usaha mencapai sasaran dan garis besar atau haluannya dan bersifat politis.

Pengembangan adalah Proses, cara, perbuatan mengembangkan 7. Arti secara

etimologis tersebut dimaksudkan peneliti untuk mengetahui seberapa jauh

pengembangan ekonomi mikro di Kabupaten Boyolali tahun 2006. Ekonomi mikro

adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang

serta kekayaan. 8 Mikro secara etimologis berarti kecil, tipis sempit: ditinjau secara

usaha tempat itu hanya pantas untuk pasar yang berkaitan dengan jumlah atau ukuran

yang kecil 9. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Usaha kecil dan Usaha

Menengah Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2006 tentang P3KUM, Usaha Mikro

adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia ( WNI

), yang memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak Rp. 100. 000. 000,-

(seratus juta rupiah) per tahun10

.

VI. Metode Penelitian

A. Alasan Pemilihan Penelitian Kuantitaif.

_

Page 9: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

9

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena pendekataan ini

berangkat dari data. Ibarat bahan baku dalam suatu pabrik, data ini diproses dan

dimanipulasi menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan.

Pemprosesan dan manipulasi data-data mentah menjadi informasi yang

bermanfaat inilah yang merupakan jantung analisis kuantitatif11

.

Pendekatan analisis kuantitatif terdiri atas perumusan, menyusun model,

mendapatkan data, mencari solusi, menguji solusi, menganalisis hasil dan

mengimplementasikan hasil.

Pada hakekatnya, pengaplikasian data kuantitatif berkisar pada masalah

pengukuran. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk memperoleh metode

dan alat-alat pengukuran yang setepat-tepatnya agar dapat tercapai pengetahuan

yang memungkinkan dibuat rumusan berupa asumsi-asumsi atau ramalan-ramalan

tentang apa yang dapat terjadi dalam keadaan tertentu12

.

Berdasarkan pertanyaan penelitian dan karakteristik data yang dimiliki, penelitian

ini menggunakan tekhnik deskriptif karena dengan tekhnik ini akan menjelaskan

atau memprediksikan sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-

pilihan kebijakan13

.

Analisis Kebijakan Deskriptif (Descriptif Policy Analysis) adalah aspek analisis

kebijakan yang ditujukan kearah penciptaan, kritik, dan komunikasi klaim

pengetahuan tentang nilai kebijakan untuk generasi masa lalu, sekarang, dan masa

mendatang14

. Model deskriptif digunakan untuk memantau hasil-hasil dari aksi-

aksi kebijakan pengembangan ekonomi mikro di Kabupaten Boyolali tahun 2006,

apakah sudah sesuai dengan proses dan sesuai dengan sasaran serta aspirasi

masyarakat khususnya pelaku ekonomi mikro.

_

Page 10: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

10

B. Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah.

C. Pengumpulan Data

Untuk melengkapi kajian-kajian dalam penelitian ini, beberapa tahap dilakukan

antara lain:

1. Pengumpulan Data Sekunder Dilakukan dengan telaah pustaka, yaitu

mengumpulkan beberapa kajian dan literature yang membahas tentang

pengembangan ekonomi mikro. Beberapa data diperoleh melalui kajian APBD

Boyolali tahun 2006, data monografi dan demografi Kabupaten Boyolali, data

BPS Boyolali, kebijakan pengembangan ekonomi di Dinas Perindagkop dan

dinas lain yang terkait.

2. Pengumpulan Data Primer

Untuk kegiatan pengumpulan data primer, kajian ini dilakukan dengan

beberapa tahap antara lain:

a. Studi Dokumen

Studi Dokumentasi digunakan oleh peneliti karena metode ini tidak begitu

sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum

berubah.

Metode Dokumentsi adalah metode yang digunakan untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, trasnkip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya_.

Peneliti akan melakukan kajian-kajian melalui data-data yang diperoleh dari

buku, arsip dinas terkait dan APBD Boyolali tahun 2006.

b. Kuesioner atau Angket

Kuesioner atau angket adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data_. Menurut Arikunto, metode pengumpulan data melalui kuesioner atau

angket dalam penelitian ini menggunakan sample sebanyak 10-15 % atau 15-

_

Page 11: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

11

20% dari penerima program pengembangan ekonomi mikro dan pembuat

kebijakan serta pelaksana program tersebut.

c. Interview (wawancara)

Dalam pengumpalan data melalui interview atau wawancara, dan memang

membutuhkan waktu yang lama. Secara garis besar wawancara terbagi

menjadi dua macam pedoman yaitu15

:

1) Wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya

memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas

interviewer sangat dibutuhkan, bahkan hasil wawancara dengan jenis ini

lebih banyak tergantung dari pewawacara. Interviewer sebagai pengemudi

jawaban responden.

2) Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang disusun secara terperinci

sehingga menyerupai chek-list. Interviewer tinggal membubuhkan tanda v

(chek) pada nomor yang sesuai.

Dalam peneletian ini akan menggunakan kedua model tersebut atau bisa

dikatakan bentuk “semi structured”. Interviewer mula-mula menanyakan

serentetan pertanyaan yang terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam

dengan mengorek keterangan yang lebih lanjut. Dengan model ini jawaban

yang diperoleh bisa meliputi semua variable, dengan keterangan yang

lengkap dan mendalam.

d. FGD (Focused Group Discusion)

Sebagai tahap untuk mendapatkan masukan, gagasan serta arahan yang lebih

komprehensif menyangkut kebijakan pengembangan ekonomi mikro di

Kabupaten Boyolali tahun 2006, kegiatan ini penting untuk dilakukan.

_

Page 12: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

12

Focused Group Discusion ini dilakukan sebanyak empat kali dengan sasaran dan

target yang berbeda, yaitu: (a) warga masyarakat, KSM (Kelompok Swadaya

Masyarakat) dan pelaku ekonomi mikro, (b) LSM/NGO, akademisi, dan profesi

yang kompeten terhadap pengembangan ekonomi mikro, (c) Pemerintah

Kabupaten Boyolali dan Instansi Pemerintah, (d) Ormas (Organisasi

Kemasyarakatan), Orsospol (Organisasi Sosial dan Partai Politik).

VII. Analisa Data

Untuk melakukan kajian-kajian dari data sekunder kemudian diolah menjadi data

primer, peneliti menggunakan studi diskriptif dengan diskripsi data secara grafis.

Secara umum studi statistic deskriptif dapat menghasilkan beberapa penyajian,

yang pertama, menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik, kedua, meringkas

dan menjelaskan distribusi data dalam bentuk tendensi sentral, variasi, dan bentuk

(Santoso, 2000).

Perangkat yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini menggunakan

beberapa piranti lunak seperti Microsoft Excel, SPSS for Windows, SAS, Micro TSP,

Eviews yangdapat memberikan pilihan grafis16

.

VIII. Kerangka Penelitian

BAB I. Pendahuluan berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Pertanyaan Penelitian,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Konseptual dan Metode

Penelitian.

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Penelitian di Kabupaten Boyolali berisi tentang:

Kondisi Geografis, Keadaan Penduduk dan Sarana Umum.

BAB III. Studi Kebijakan Pengembangan Ekonomi Mikro di Kabupaten Boyolali Tahun

2006 berisi tentang: Proses Pengambilan Kebijakan, Jenis dan Bentuk Program

Pengembangan Ekonomi Mikro, Target atau Hasil yang Diharapkan Dari Program

_

Page 13: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

13

Pengembangan Ekonomi Mikro, Strategi Pengembangan Ekonomi Mikro,

Manfaat Program Pengembangan Ekonomi Mikro, Waktu Pelaksanaan Program

Pengembangan Ekonomi Mikro, Anggaran Pengembangan Ekonomi Mikro,

Pelaksana Program Pengembangan Ekonomi Mikro, Sasaran Program

Pengembangan Ekonomi Mikro, Monitoring dan Evaluasi Program

Pengembangan Ekonomi Mikro, Keterlibatan Perempuan Pada Program

Pengembangan Ekonomi Mikro, Keterlibatan Orang Miskin Pada Program

Pengembangan Ekonomi Mikro dan Pengaruh Lingkungan Dalam Program

Pengembangan Ekonomi Mikro.

BAB IV. Analisa Data, berisi tentang: Analisa Data Pendahuluan : kebijakan

pengembangan ekonomi mikro di kabupaten Boyolali tahun 2006, Analisa Data

Lanjutan : implementasi kebijakan ekonomi mikro dan starteginya di Kabupaten

Boyolali tahun 2006, Analisa Akhir : sasaran dari program pengembangan

ekonomi mikro.

BAB V. Penutup, berisi tentang; Kesimpulan, Rekomendasi dan Saran-saran.

Page 14: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

14

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambaran umum wilayah penelitian merupakan uraian tentang diskripsi kondisi geografis

serta demografis wilayah penelitian. Dalam penelitian ini meliputi 19 kecamatan di

kabupaten di Boyolali.

Setiap wilayah mempunyai kondisi geografis yang berbeda dan karakteristik yang berbeda

pula baik kondisi sosial, ekonomi, budaya dan kondisi fisiknya. Dalam gambaran umum ini

antara laian berkaitan dengan luas wilayah, keadaan penduduk dan sarana umum. Dengan

adanya gambaran umum ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis kebijakan

pengembangan ekonomi mikro di Kabupaten Boyolali tahun 2006.

2.1. Letak dan Luas Wilayah

Secara geografis, wilayah Kabupaten Boyolali berbatasan dengan Kabupaten

Grobogan dan Kabupaten Semarang, di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan

Kabupaten Karang Anyar dan Kabupaten Sragen serta Kabupaten Sukoharjo, sebelah

selatan berbatasan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebelah

barat berbatasan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang terletak antara

110’ 22’ – 110’ 50‘ Bujur Timur dan 7’ 36’ – 7’ 71’ Lintang Selatan yang mempunyai

jarak bentang Barat-Timur 48 Km dan bentang Utara-Selatan 54 Km dengan

ketinggian antara 75 – 1500 meter diatas permukaan air laut (mdpl).

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Jawa

Tengah yang terletak pada jalur segi tiga emas yaitu jalur perdagangan Propinsi D.I.

Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah yaitu Solo dan Semarang, sehingga berpotensi

mengembangkan kawasan wisata karena disebelah barat terdapat gunung merapi

dan merbabu yang masuk pada kecamatan Selo, Cepogo dan Ampel.

Melihat kondisi alam, Kabupaten Boyolali merupakan daerah resapan atau

tangkapan air bagi Kabupaten Klaten, Sukoharjo dan Solo serta sebagian Kabupaten

Page 15: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

15

Semarang. Dengan kondisi ilkim dan hidrologi Kabupaten Boyolali termasuk ilkim

tropis dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun artinya kondisi tersebut

berpotensi untuk sector pertanian karena disebelah timur dan utara terdapat

bentangan sawah dan hutan yang cukup luas.

Daerah yang berpotensi untuk pertanian adalah Kecamatan Kemusu, Klego, Andong,

Karanggede, Wonosegoro, Juwangi, Mojosongo, Banyudono, Sawit dan Teras. Selain

itu Kabupaten Boyolali juga berpotensi untuk mengembangkan ekonomi mikro

karena berada pada jalur segi tiga emas.

Selain sebagai daerah pertanian, Kabupaten Boyolali juga mempunyai obyek wisata

yang dapat menarik wisatawan local maupun regional. Tempat wisata tersebut

antara lain: Wisata perairan di Tlatar Kecamatan Boyolali, Nepen Kecamatan Teras,

Pengging Kecamatan Banyudono dan Pantaran Kecamatan Ampel, sedangkan wisata

waduk di Kedungombo di Kecamatan Kemusu, Kedungdowo di Kecamatan Andong,

Cengklik di Kecamatan Ngemplak, Bade di Kecamatan Klego dan beberapa petilasan

dan makam para Auliya’ (wali).

Sementara itu dilihat luas wilayah pada masing-masing kecamatan di Kabupaten

Boyolali adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1.

Luas Wilayah (Ha)

No Kecamatan Luas Wilayah

1 Selo 5607,8

2 Ampel 9039,1

3 Cepogo 5299,8

4 Musuk 6504,1

5 Boyolali 2625,1

6 Mojosongo 4341,1

7 Teras 2993,6

8 Sawit 1723,3

9 Banyudono 2537,9

10 Sambi 4649,5

11 Ngemplak 3852,7

12 Nogosari 5508,4

13 Simo 4804,0

Page 16: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

16

14 Karanggede 4175,6

15 Klego 5187,7

16 Andong 5452,8

17 Kemusu 9908,4

18 Wonosegoro 9299,8

19 Juwangi 7999,4

Jumlah 101510,1

Sumber: Boyolali dalam Angka tahun, 2004

2.2. Keadaan Penduduk

2.2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Penduduk adalah modal utama untuk melaksanakan pembangunan. Jumlah

penduduk yang besar dapat menjadi modal dalam melaksanakan pembangunan

namun pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terkontrol akan menimbulkan

masalah yang kompleks dalam aspek kehidupan.

Kepadatan penduduk mempengaruhi tingkat konsumsinya seperti kebutuhan

sandang, pangan dan papan. Hal itu di ikuti dengan kebutuhan bahan makanan,

tempat untuk penduduk dan meningkat pula tentang pembuangan limbahnya.

Dimana pembuangan limbah yang tidak terkontrol dengan baik akan berdampak

pada kerusakan lingkungan dan tanah menjadi merosot produktifitasnya.

Setiap tahun penduduk bertambah banyak, pada tahun 2004 jumlah penduduk di

Kabupaten Boyolali sebanyak 939.087 jiwa terdiri dari komposisi laki-laki 459.106

jiwa dan komposisi perempuan 479.981 jiwa.

Page 17: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

17

Tabel 2.2.

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Luas Wilayah Kecamatan (Ha)

No Kecamatan Jumlah Kepadatan Penduduk

(Km)

1 Selo 26.580 474

2 Ampel 68.783 761

3 Cepogo 51.553 973

4 Musuk 59.759 919

5 Boyolali 57.684 2.197

6 Mojosongo 50.968 1.174

7 Teras 44.265 1.479

8 Sawit 32.606 1.892

9 Banyudono 45.155 1.779

10 Sambi 48.251 1.038

11 Ngemplak 68.925 1.789

12 Nogosari 61.270 1.112

13 Simo 43.102 897

14 Karanggede 41.021 982

15 Klego 45.507 877

16 Andong 60.764 1.114

17 Kemusu 45.685 461

18 Wonosegoro 53.208 572

19 Juwangi 34.001 425

Jumlah 939.087 925

Sumber : Boyolali dalam Angka, Tahun 2004

2.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi jumlah penduduk menurut jenis kelamin untuk mendiskripsikan struktur

jumlah penduduk di suatu daerah. Seperti pada tabel dibawah ini:

Page 18: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

18

Tabel 2.3.

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki – laki Perempuan

1 Selo 12.896 13.684

2 Ampel 33.542 35.241

3 Cepogo 25.356 26.197

4 Musuk 28.912 30.847

5 Boyolali 28.334 29.350

6 Mojosongo 24.950 26.018

7 Teras 21.086 22.459

8 Sawit 16.037 16.569

9 Banyudono 21.601 23.554

10 Sambi 23.848 24.403

11 Ngemplak 33.849 35.076

12 Nogosari 29.713 31.557

13 Simo 20.882 22.220

14 Karanggede 19.749 21.272

15 Klego 22.300 23.207

16 Andong 29.762 31.002

17 Kemusu 22.495 23.190

18 Wonosegoro 26.252 26.956

19 Juwangi 16.822 17.179

Jumlah 459.106 479.981

Sumber : Boyolali dalam Angka, Tahun 2004

Data diatas menunjukkan bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan adalah

paling banyak. Sehingga menuntut keterlibatan dalam mengambil kebijakan harus

ada dan terlibat sehingga keputusan tersebut dapat mengakomodir kepentingan

kaum perempuan, tak hanya itu saja aktifitas usaha ekonomi mikro didominasi oleh

pelaku perempuan, dengan keterlibatan tersebut diharapkan dalam pengambilan

keputusan dapat dapat memberikan Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) untuk

mendukung pelaksanaan program pembangunan daerah yang berdampak pada

seluruh aspek kehidupan.

2.2.3 Komposisi Penduduk menurut lapangan pekerjaan

Melihat penduduk berdasarkan lapangan pekrjaan tentunya sangat beragam, dalam

mengkomposisikan peneliti mengambil mulai dari umur 15 tahun keatas. Beragam

Page 19: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

19

lapangan pekerjaan yang paling mayoritas adalah sebagai petani dan buruh, seperti

terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.4

Komposisi Penduduk Yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha

No Lapangan

Usaha

Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya

1 Selo 5.742 231 2.754 3.586

2 Ampel 15.039 234 820 4.018 33.877

3 Cepogo 19.112 1.289 2.144 538 8.501

4 Musuk 4.236 469 2.129 2.016 17.884

5 Boyolali 3.506 2.848 3.456 6.487 30.485

6 Mojosongo 5.317 2.950 7.132 9.717 12.750

7 Teras 9.986 6.161 4.481 4.945 7.348

8 Sawit 6.491 218 4.334 839 10.877

9 Banyudono 3.878 3.965 3.949 6.268 12.937

10 Sambi 13.171 2.869 2.746 202 20.276

11 Ngemplak 7.475 10.205 7.315 12.391 16.270

12 Nogosari 15.352 5.698 3.932 4.526 20.215

13 Simo 22.749 561 1.203 884 9.618

14 Karanggede 8.221 668 742 681 6.280

15 Klego 20.538 259 2.128 2.416 10.529

16 Andong 12.930 883 912 567 12.092

17 Kemusu 20.259 1.718 973 110 13.578

18 Wonosegoro 17.168 987 4.722 1.795 12.592

19 Juwangi 11.232 152 1.015 1.250 14.037

Jumlah 222.402 42.134 54.365 62.405 273.730

Sumber : Boyolali dalam Angka, Tahun 2004

Dari tabel diatas tampak bahwa, kecamatan simo paling mendominasi lapangan

pekerjaan sektor pertanian yang beragam dari pertanian tanaman pangan,

perkebunan dan peternakan lainnya, disusul kecamatan Klego dan Wonosegoro.

Sedangkan untuk jenis pekerjaan pada sektor ekonomi kecil menengah baik industri

pengolahan atau perdagangan adalah kecamatan Ngemplak dan disusul kecamatan

Nogosari dan Banyudono.

Page 20: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

20

2.2.4 Dinamika Penduduk

Perpindahan penduduk dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya (mutasi

penduduk, datang dan pergi) bisa dikatakan cukup tinggi, banyaknya mutasi

penduduk pergi ke daerah lain disebabkan karena lapangan pekerjaan, melihat

banyaknya penduduk yang pergi menandakan di wilayah penelitian tidak tersedia

lapangan pekarjaan yang cukup. Sedangkan untuk angka kematian dan kelahiran di

wilayah penelitian dinilai masih cukup tinggi, kondisi tersebut menunjukkan tingkat

kesadaran masyarakat tentang kesehatan masih rendah.

2.3. Sarana Umum

2.3.1 Sarana Pendidikan

Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pemerintah wajib

membiyainya. Untuk melaksanakan pendidikan tidak hanya membutuhkan murid

saja, namun sarana pendidikan sangat menunjang kesuksesan kegiatan belajar

mengajar. Kesuksesan pendidikan tidak hanya didukung dengan bangunan yang

megah namun fasilitas pendukung seperti laboratorium, alat praktek dan lain

sebagainya sangat mendukung kebrhasilan pendidikan.

Sarana pendidikan yang akan dipaparkan pada tabel 2.6 adalah untuk pendidikan

dasar (SD dan SMP) mengingat wilayah penelitian masih menekankan pada

keberhasilan pendidikan dasar. Kecamatan Boyolali adalah paling banyak untuk

terselenggaranya sarana pendidikan dasar untuk SD terdapat 37 sekolah dan SMP

terdapat 10 sekolah. Tetapi untuk sarana pendidikan dasar yang paling sedikit

adalah kecamatan Selo untuk SD terdapat 23 sekolah dan SMP terdapat 2 sekolah.

Deskripsi tersebut menunjukkan bahwa masih ada ketimpangan dalam

pembangunan dan penyediaan sarana pendidikan.

Page 21: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

21

Tabel 2.6

Jumlah Sarana Gedung Sekolah Menurut Kecamatan

No Kecamatan SD SMP SMA

1 Selo 24 2 1

2 Ampel 45 7 6

3 Cepogo 35 2 1

4 Musuk 48 3 -

5 Boyolali 36 10 12

6 Mojosongo 37 4 3

7 Teras 31 3 3

8 Sawit 23 4 1

9 Banyudono 34 5 3

10 Sambi 33 4 2

11 Ngemplak 34 5 1

12 Nogosari 34 4 3

13 Simo 35 7 6

14 Karanggede 26 5 3

15 Klego 28 5 1

16 Andong 40 6 6

17 Kemusu 31 3 1

18 Wonosegoro 35 5 3

19 Juwangi 30 3 1

Jumlah 639 87 57

2.3.4 Sarana Perekonomian

Tabel 2.7.

Jumlah sarana perekonomian menurut kecamatan

No Kecamatan Pasar

1 Selo 2

2 Ampel 2

3 Cepogo 1

4 Musuk 2

5 Boyolali 4

6 Mojosongo 2

7 Teras 1

8 Sawit 2

9 Banyudono 2

10 Sambi 1

11 Ngemplak 2

12 Nogosari 2

13 Simo 1

14 Karanggede 2

15 Klego 2

Page 22: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

22

16 Andong 2

17 Kemusu 2

18 Wonosegoro 2

19 Juwangi 2

Jumlah 36

Adanya sarana perekonomian seperti pasar baik pasar desa maupun pasar

kecamatan adalah untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Sarana yang

layak dapat menunjang untuk perekonomian yang baik pula. Kurang lebih 36 pasar

yang ada di Kabupaten Boyolali kalau digali potensinya baik potensi sumberdaya

(resources), pelaku usaha ekonomi (man), uang (money) serta parkir yang digunakan

untuk bertransaksi setiap hari tentunya dapat meningkatkan PAD Kabupaten

Boyolali. Namun sampai saat ini potensi pasar yang begitu besar belum digali secara

maksimal sehingga PAD yang besar masih berasal dari rumah sakit.

Page 23: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

23

BAB III

STUDY KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI MIKRO

DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006

A. Studi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali

Untuk menganalisa terhadap kebijakan pengembangan ekonomi mikro, di dukung

dengan dokumen-dokumen terkait seperti RPJMD, APBD 2006, RKPD, KUA-RKA,

laporan dari masing-masing satker. Kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan

ekonomi mikro bukanlah isu yang baru namun isu yang sudah lama. Melihat

konsideran anggaran yang bisa dikatakan jomplang artinya belanja aparatur negara,

belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas dan belanja lainnya dinilai masih

belum sesuai harapan pelaku usaha kecil menengah dan bisa dikatakan tidak pro poor

serta pro gender.

Pengembangan ekonomi adalah urusan pilihan bagi pemerintah, sedang urusan wajib

seperti pendidikan dan kesehatan pun masih jauh dari harapan. Padahal kontribusi

yang besar pendapatan asli daerah berasal dari retribusi. Retribusi didapat dari rumah

sakit, angkutan yang masuk terminal, parkir, kios dan lain sebagainya. Artinya

retribusi tersebut berasal dari orang miskin karena orang yang sering sakit adalah

orang miskin, orang sering naik angkot adalah orang miskin.

Secara filosofis, negara yang terbetuk dengan nama NKRI (Negara Kesatuan Republik

Indonesia) yang mempunyai segenap perangkat institusinya dan mempunyai modal

penduduk untuk melaksanakan pembangunan. Idealnya anggaran dan kebijakan yang

dibuat Policy Maker harus mementingkan rakyat dikarenakan negara berprinsip dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerimtah Daerah bahwa tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Upaya yang ditempuh dapat melalui perencanaan

Page 24: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

24

pembangunan yang efisien, efektif, responsif dan konsisten. Sehingga permasalahan

yang ada di masyarakat dapat terselesaikan dan sesuai dengan harapan masyarakat.

Secara administratif, anggaran daerah (APBD) mempunyai fungsi antara lain: (1).

Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya daerah,

terutama keuangan daerah untuk suatu periode tertentu, (2). Sebagai instrumen

pengawasan pemerintahan dan pembangunan daerah, (3). Sebagai instrumen utuk

menilai kinerja pemerintah. Sedang secara ekonomi, fungsi anggaran adalah pertama,

fungsi alokasi, kedua, fungsi distribusi, ketiga, fungsi stabilisasi.

1. Proses Pengambilan Kebijakan

Terjadinya pengambilan keputusan pada Pemerintah Daerah, secara politis diawali

proses PILKADAL artinya penyusunan rencana program-program pembangunan yang

ditawarkan masing-masing Calon Kepala Daerah (CKD) kepada voters, kesalahan

rakyat dalam memilih CKD akan dirasakan akibatnya dalam jangka lima tahun. Dari

visi dan misi kepala daerah terpilh kemudian dijabarkan kedalam dokumen RPJMD

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), hal itu sesuai Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, menjadi

kewajiban Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk menyusun perencanaan

daerah berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan

Daerah (RKPD).

Secara teoritis proses pengambilan kebijakan sudah cukup baik, seperti Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) sudah dimulai dari bawah artinya

penggalian usulan dimulai dari RT, RW pada MusrebangDes yang menghasilkan

kebutuhan perencanaan pembangunan desa selama kurun waktu tertentu.

Kebanyakan usulan dari Desa masih berbentuk fisik seperti pembangunan jalan,

pembangunan jembatan, masjid dan lain sebagainya. Sedangkan usulan yang

berbentuk nonfisik seperti pelatihan dalam memperkuat institusi (Capacity Building)

jarang menjadi kebutuhan yang urgent. Pelaksanaan musrenbangDes selambat-

Page 25: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

25

lambatnya akhir bulan januari. Waktu yang relatif pendek harus menghasilkan

keputusan yang menjadi kebutuhan desanya.

Proses yang selanjutnya adalah Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan

(MusrenCam) yang dilaksanakan antara tanggal 1-14 Pebruari dihadiri tokoh-tokoh

Desa yang akan bertarung dengan tokoh Desa lainnya dalam mengegolkan usulannya.

Pada forum ini, Desa yang tidak gigih dan tidak dapat memberikan argumen yang

menarik dan kuat maka hasil dari musrenbangDes akan sia-sia. MusrenbangCam

menghasilkan kebutuhan masing-masing desanya. Hasil musrenbangCam harus

dilaksanakan dan disusun dalam waktu yang singkat, sehingga menuntut kerja keras

birokrasi pemerintah kecamatan.

Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah wadah bersama antar pelaku

pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil

musrenbangCam dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana

Kerja SKPD. Hasil yang diharapkan pada forum SKPD adalah Renja SKPD yang memuat

kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang dirinci menurut Kecamatan dan sudah

dibagi menurut alokasi APBD. Forum SKPD Kabupaten mempunyai tujuan untuk

mengsinkronkan hasil musrenbangCam dengan Rencana Kerja Satuan Perangkat

Daerah (Renja-SKPD), menetapkan prioritas kegiatan, menyesuaikan prioritas Renja-

SKPD dengan plafon/pagu anggaran SKPD dan mengidentifikasi keefektifan berbagai

regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD. Pelaksanaan forum Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) antara tanggal 15-21 Pebruari.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten (MusrenbangKab) dilaksanakan

pada bulan maret. MusrenbangKab adalah musyawarah steakholder Kabupaten

berdasarkan Renja-SKPD hasil forum dengan cara meninjau keserasian antara

rancangan Renja-SKPD untuk pemutakhiran Rancangan APBD. Pergulatan

argumentasi dari masing-masing utusan kecamatan akan bertarung pada forum ini

untuk memberikan masukan kepada SKPD terkait. Pelaksanaan musrenbangKab juga

harus memperhatikan dokumen RPJMD atau Renstra Daerah. Tujuan pelaksanaan

musrenbangKab adalah untuk penyempurnaan rancangan awal RKPD yang memjuat

Page 26: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

26

prioritas pembangunan daerah, pagu indikatif pendanaan dan rancangan alokasi Dana

Desa. Hasil yang diharapkan adalah prioritas kegiatan yang dipilih menurut

pendanaan dari APBD Kabupaten.

Sesuai dengan Surat Edaran Bersama (SEB) dalam proses pengambilan kebijakan yang

dimulai dari musrenbang Dusun, musrenbang Desa, musrenbang Kecamatan dan

musrenbang Kabupaten sudah melibatkan berbagai steakholder seperti tokoh

masyarakat, tetua adat, tokoh agama, partai politik, LSM/NGO, perempuan dan lain

sebagainya. Namun pada forum yang selanjutnya yakni Penyusunan RKPD,

Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran, strategi dan Plafon APBD, Penyusunan RKA-

SKPD, Pembahasan dan penetapan APBD keterlibatan steakholder tidak ada.

Pasca musrenbang Kabupaten adalah forum abu-abu dalam arti celah keterlibatan

steakholder tidak ada, sehingga penting untuk dikawal karena rawan terjadi distorsi

hasil musrenbang. Bisa dikatakan pembahasan yang melelahkan dan menghabiskan

anggaran menjadi sia-sia karena permainan partai politik sehingga keputusan yang

dihasilkan pun bersifat politis.

Gambar 3.1

Proses Pengambilan Kebijakan

RPJMD

RancanganAwal RKPD•Prioritas pemb,

•Pagu indiakatif

berdasar fungsi

SKPD, sumber

dana & Wilayah

kerja

Rancangan

RKPD

RancanganAhir RKPD

RKA-

SKPD

RAPBD

Renstra

SKPD

RenjaSKPD

Rancangan

Renja SKPD

ForumSKPD

RancanganRKPD Prov

MUSRENBANG

Kecamatan

MUSRENBANG

Desa/Kel.

Musrenbang RKPD/

MUSRENBANGDAPenetapan

RKPD

KUA

MUSRENBANGPROV

MUSRENBANGNAS

Jan

Feb.

Feb/Mar

Mar

Apr

Mei

AgtFeb.

Apr

Apr

RancanganRKP Mei

Mei

Jun

Okt

Page 27: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

27

2. Jenis dan Bentuk Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Jenis dan bentuk program yang digulirkan oleh pemerintah daerah, bisa dikatakan

cukup banyak seperti pemberian kredit lunak, pelatihan hasil pengolahan pangan,

bimbingan teknis dan lainnya sebagainya.

Agar lebih hemat dan mempermudahkan pemilahan jenis dan bentuk program,

penelitian ini menggunakan empat kategori. Pertama, bantuan langsung artinya

bantuan yang diberikan secara langsung kepada pelaku usaha kecil dan menengah

seperti pemberian gerobak bagi pedagang kaki lima (PKL), bantun bahan dan

peralatan industri lainnya. Kedua, infrstruktur adalah jenis bantuan yang diberikan

kepada pelaku usaha kecil dan menengah untuk pengembangan kawasan seperti

wilayah agro dan lain jenisnya. Ketiga, penguatan lembaga (Capacity Building) adalah

bantuan yang diwujudkan dalam bentuk dukungan pengeloloaan (manajemen) usaha

agar lebih baik dan terbukukan dengan rapi, contohnya pelatihan manajemen usaha,

cara mengakses kredit dari pemerintah, bimbingan teknis, seminar dan pelatihan

lainnya yang dapat mendukung kelacaran usaha. Keempat, Pemasaran (marketting)

adalah kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam mendukung pemasaran produk

pelaku usaha kecil dan menengah seperti pameran (expo), pemasaran melalui leaflet

dan brosur tentang keunggulan dan potensi daerah.

Tabel 3.2

Data per Dinas Dalam Mendukung Program Pengembangan Ekonomi Mikro

I. Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

No Kegiatan Kategori

1 Pengadaan Barang Peralatan Latihan 2

2

Pemberdayaan Lmbg Lat Krj Swasta (P. Hardwar dan

Software Komp) 3

3 Pengiriman TKI ke LN dengan pola Dana Revolving 1

4 Pelatihan Ketrampilan Pencari Tenaga Kerja MTU 3

5 Pembedayaan Lat Krj Swasta 3

6 Pembinaan Hubungan Industrial 3

Page 28: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

28

II. Dinas Kesehatan Dan Sosial

No Kegiatan Kategori

1

Peningkatan Peran Aktif masy dan dunia usaha dlm

mendukung upy2 penylg plyn ksjh bg PMKS

3

2

Pembentukan jejaring krjsm pelakuush ksjh sos, masy dan

dunia ush termasuk org tingkat lokal

4

III. Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan dan Kebersihan

No Kegiatan Kategori

1 Peningkatan Jln nGleses-Batas Kab. Grobogan 2

2 Peningkatan Jln Kali Tlawah- Geneng Sari 2

3 Peningkatan Jln Wonosegoro - Guwo 2

4 Peningkatan Jln Sangge - Kalangan 2

5 Peningkatan Jln Pinggir - Tanjung 2

6 Peningkatan Jln Ketitang - Kalioso 2

7 Pembangunan Jembatan Setro 2

8

Peningkt. Jln Jlerem-Ngadirojo-Ngargoloko-Kembang Kec.

Ampel 2

9 Peningkatn Jln Blumbang-Sangge, Kec. Klego 2

10

Peningktn Jln dan Pembuatn Saluran Drainase Lingk TPA Kec.

Byl 2

11 Pendampingn Peningktn Jln Kartosuro-Byl 2

12 Peningktn Jembatan Karanggatak Kec. Klego 2

13 Pembangunan Landhof Jembtan Jaten 2

14 Pembangunan Jembatn Gatak Balak Mojosongo 2

15 Pemb. Jln utk Relokasi Pmukiman Blok G Kec. Kemusu 2

16 Peningktn Jemb. Sombo Kec. Musuk 2

17 Peningktn Jemb. Sidomulyo Kec. Kemusu 2

18 Pemeliharaan Jln Mangu Kec. Nogosari (Rigid Pavement) 2

19

Pemelihraan Jln Krg Gede-Juwangi (RP) sblh Tmr Kec.

Wonosegoro 2

20

Pemeliharaan Jln. Krg Gede-Juwangi (RP) sblh Brt Perempatn

Banyusri 2

21

Pmliharaan Jln Ngemplak-Kliwonan (RP) sblh Brt dkh Celengan,

Ngmplk 2

22 Pmeliharaan Jln, Bang Plgkp dan URC se Kab. Boyolali 2

23 Survey Peningktn Jln Singkil-Kragilan, Kec.Byl dan Mojosongo 2

24 Pembuatn Study Kelayakan Penangann Jln Kab. Byl 3

25

Jasa Pengawasan Konstruksi Pemb. Kwsn Wst Pengging Kec.

Bnydno 2

Page 29: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

29

IV. Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan

No Kegiatan Kategori

1 Pengadaan Kios bg Pedagang di OW Pengging 1

2 Promosi Produk Pariwisata di Boyolali Expo 2006 4

3 Promosi Produk Pariwisata di Bengawan Solo Fair 4

4 Promosi Produk Pariwisata Tk. Kab Byl dan Jawa Tengah 4

5 Pembuatan Leaflet Pariwisata Kab. Boyolali 4

6 Pengadaan VCD Pesona Wst Byl dlm rangka Promosi Prwst Byl 4

7 Biaya Oprasional Pembuatan Bk wst Nusantara 2

8 Keikutsertaan dlm Borobudur International Vestifal 4

9 Perencanaan dan Evaluasi Disparbud 3

10 Pembinaan Ush Rekreasi, hiburan umum dan rmh mkn 3

V. Dinas Perindustriaan Perdagangan Dan Koperasi

No Kegiatan Kategori

1 Pengadaan Sarana dan Prasarana Perdag (Kios) bagi PKL 1

2

Pemantauan dan Monitoring Pengwasan Pelaks Penanaman

Modal 3

3

Oprsionl bantuan Peningkt Kapsts Prodk Myk Atsiri Nilam (KUB I

W N) 3

4

Bintek Prod Myk Atsiri (KUB Inti Wangi Nsatara) dr

Dep.Perindstri Jkt 3

5 Pemutakhiran Data 3

6 Penyusunan Data Statistik Deperidagkop Kab. Byl 3

7 Pelat.Design dan Bantuan Peralatan bg IK Krajinan Tembaga 3

8 Pengadaan Bhn Baku dan Bhn Penolong Unt Ush Yodiasi Garam 1

10

Pelat.Konveksi bg IK di Ds.Mriyan Kec.Musuk dan Ds.Lencoh

Kec.Selo 3

11 Pelat.Tekhnologi Prod.Mknn Olhan dan Stimulan modal 3

12 Bimbingan dan Motivasi Jiwa Kewiraushaan / AMT 3

13

Penylhn Manaj Pemasaran dan Stimuln Mdl bg Pdgg Psr

Tradisionl Swt 4

14 Operasional Sarana Perijinan SIUI 3

15 Pengawasn Perijinn SIUP, TDP dan TDG 3

16 Monev PAD 3

17 Pengawasn dan Operasionl Perijinn SIUI 3

18

Pngwsn & Penyluh UTTP Lgsung kpd prshn Tk Ems, Spr Mrkt &

Psr 3

19 Penyelenggrn Bzar/Psr Rkyt menghadapi Hari Raya 4

20 Menfasilitsi Promosi UKM (furny craft) 4

21

Monev Pmsrn Tmbkau & Road Show Ke Pabrik&mfslts

ptn&UKM Tmbk 3

22 mntring&infrmsi hrg Keb.Pokok msy&brg pntng Strategis 3

23 Bintek Menej Pmsrn bg pdg syr bg klmpk di Kec. Cpogo dan 4

Page 30: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

30

Kec.Selo

24 menfslits Pengsha Agro ke Psr Lelang 1

25 Mfslts Pgsh utk Mngikuti Pmeran TK Nas (PPE) 4

26 Temu Ush perajin Mebel dengan Eksportir 3

27 Oprsnl,Monev Dana Bgulir dan Bantuan kpd Koperasi 3

28 Oprsnl Pemberian Pinjaman Mdl Krj 2

29

Fslts Pmnftn Fslts BLK&Litbang TTG mlalui Kemitraan dg PT &

swass 3

30 Penguatn Jaringn Penyediaan Bhn Baku dan Pengembangan 3

31 Fsltsi Pengem.Diklat &Penylhn bg UKM/Wira Ush Baru 3

32

Fsltsi Pnatan Orgns&moderns Manaj Kop yg sesui Jt dr Kop(USP

Kop) 3

33 Fsltsi Orgns&Moderns Manaj Kop ssuai dg jt dr Kop (KKT) 3

34

Fsltsi Pengemb.Jar Krjsm Mktraan antr Kop/dg Publik Info

Promo&pmsr 4

35

Penkgtn Koordinasi dlm Perencnn,Pengndalian,Monev Pelks

Kebij&Prog 3

36 Fsltsi.Pntaan Orgns&moderns Manaj Kop ssuai dg jt dr Kop 3

VI. Dinas Pasar

No Kegiatan Kategori

1 Pembuatn Papan Nama Pasar Daerah 2

2 Belanja Modal Pengadaan Sarana Prasarana 2

3 Penataan Lingk. Psr Hwn Ampel 2

4 Pernaikn Teras kios,Pengersn Hal dlm Psr &MCK Psr Byl 2

5 Pembutan talud,Akses jln msk&pntu Pengemann psr ampel 2

6 Penyempurnaan psr Ampel 2

7 Pembangunn Psr Ampel /jaminan Pemeliharaan 2

8 Penyenpurnaan Psr Sunggingan 2

9 Pembuatan Saluran Air dan Pavingisasi Psr Karanggede 2

10 Pembautan Pagar Pasar Kacangan 2

11 Penyempurnaan psr Boyolali 2

12 Water Proving Plat Atap Psr Pengging 2

13 Pntaan Monev PKL di Kab. Byl 3

14 Pntan psr dan PKL Wil psr dlm krgka Adipura 2

15 Pntaan psr Sunggingn,Psr Byl dan pdg psr Ampel 2

16 Pengwsn Pmliharaan Pemb.psr Ampel 3

17

Pembinaan Adm Pmunugtn Retribs psr,Kepegwn & Asset

Dinas 3

18 Pembinaan pdg & Penelitian Perijinan 3

19 Pendataan Potensi pdg psr se Kab. Byl 3

Page 31: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

31

VII. Sekretaris Daerah

No Kegiatan Kategori

1 Gelar Promosi Agibisnis Jawa Tengah 2006 4

2 Indonesia Agribusines Expo 2006 4

3

Peny Pmern Prod Ungguln&Andaln Kab.Byl di Festifl Nusa 2

ke 10 th 06 4

4

Pengembgn Ush Mikro Tradsnl dgn Pengendalian Potensi

Priwst stmpt 4

VIII. Badan Perencana Pembangunan Daerah

No Kegiatan kategori

1 Penguatan FEDEP 3

2 Penguatan FEDEP 3

IX. KPMD

No Kegiatan Kategori

1 Pemberian bantuan peralatan (TTG) kepada kelompok usaha 1

2

Pendampingan pelaksanaan P2SPP (simpan pinjam

perempuan) 3

3 Monev UED SP 3

4 Lomba pengelolaan administrasi UED SP 3

5 Lomba pengelolaan administrasi UED SP (Hadiah) 3

6

Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Genengsari

Kemusu 2

7 Pelatihan dan pembinaan pengelolaan UED SP 3

8

Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Karangkepoh

Karanggede 2

9 Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Jrakah Selo 2

10 Pelaksanaan PPK 3

X. Dispertanbunhut

No Kegiatan Kategori

1 Pendampingan dana bergulir 3

XI. Disnakan

No Kegiatan Kategori

1

Pengadaan peralatan rumah tangga UPTD daging sehat dan

susu segar 2

2 Gaduhan ternak sapi potong 1

3 Rehabilitasi RPH Ampel 2

4

Pengembangan dunia usaha dan industri perikanan bagi

masyarakat 3

Page 32: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

32

5

Peningkatan usaha perikanan budidaya di kawasan

pengembangan 3

6 Peningkatan fasilitas BBI Kab. Boyolali 2

7 Operasional UPTD daging sehat dan susu segar 2

8 Pembinaan ternak bantuan pemerintah 3

9

Pengembangan agribisnis peternakan dan kawasan

agropolitan 2

10 Operasional RPH Ampel 2

11 Peningkatan kwalitas susu 3

12 Pengadaan bahan penunjang laboratorium Kesmavet 3

Keterangan :

Kategori 1 adalah Bantuan Langsung

Kategori 2 adalah Infastruktur Pendukung dan Pengembangan Kawasan

Kategori 3 adalah Capacity Building (Penguatan SDM, Institusi, Kwalitas

Produk dan lain-lain)

Kategori 4 adalah Dukungan Pemasaran Produk (Marketting)

Berdasarkan data Boyolali dalam angka tahun 2004, perkembangan usaha ekonomi

mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi telah memberikan kontribusi yang

cukup besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan penyediaan

lapangan kerja, serta mempengaruhi peningkatan PDRB (ADHK) Kabupaten Boyolali

sebesar 4,22% dari total PDRB. Dan berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja

sebesar 2.532 tenaga kerja.

Dilihat dari aspek ekonomi anggaran mempunyai fungsi, antara lain: Pertama, Fungsi

alokasi, proses anggaran merupakan sarana untuk penyediaan barang dan jasa

publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di sini pemerintah bertanggung

jawab harus mengalokasikan anggaran untuk menyediakan barang sosial dan

pelayanan publik. Kedua, Fungsi distribusi, proses anggaran merupakan sarana atau

mekanisme untuk membagikan sumberdaya dan pemanfaatannya kepada pelaku

usaha ekonomi mikro, kecil dan menengah (UMKM) secara adil. Fungsi ini terutama

diarahkan untuk mengatasi kesenjangan antar berbagai golongan masyarakat. Fungsi

ini biasanya dijalankan dengan mengembangkan mekanisme perpajakan atau

transfer. Ketiga, Fungsi stabilisasi, pajak dan pengeluaran pemerintah akan

Page 33: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

33

mempengaruhi permintaan agregat dan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

Pengaturan kedua hal ini sangat penting bagi penciptaan stabilitas ekonomi,

penciptaan lapangan kerja dan laju inflasi.

3. Target atau Hasil yang Diharapkan Dari Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, akan menjadi sia-sia dan tidak bisa

diukur apabila tidak mempunyai target atau hasil yang diharapkan dalam

pengembangan ekonomi mikro. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

bahwa setiap program dalam pelaporannya harus mencantumkan input, output dan

outcome.

Target yang ingin dicapai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, terlihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 3.3.1

Proyeksi Kinerja Tahun 2005-2006

No Indikator Kinerja Target Kinerja Indikatif

2005 2006

1 Bertambahnya UKM dan Koperasi yang

berhasilmengakses sumber pembiayaan:

� UKM

� Koperasi

14

27

20

20

2 Peningkatan realisasi penyaluran dana

pinjaman kepada UMKM dan koperasi:

(dalam Rp)

� Kredit usaha kecil dari dana APBD I

� Kredit Investasi

� Pinjaman lunak / bagi hasil dana

bergulir

o UKM

o Koperasi

� Pinjaman lunak dari BUMN/D

� Bantuan keuangan lainnya

648 jt

98 jt

275 jt

700 jt

200 jt

400 jt

3 Deregulasi peraturan penyaluran dana

pinjaman dan penyertaan modal kepada UKM

dan Koperasi

5 1

Dokumen dari RPJMD Kab. Boyolali

Page 34: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

34

Tabel 3.3.2

Proyeksi Kenaikan Kinerja Tahun 2005-2006

No Indikator Kinerja Target Kinerja Indikatif

2005 2006

1 Bertambahnya UKM dan Koperasi yang

memiliki HaKI

3 4

2 Jumlah kemitraan litbang tekhnologi tepat

guna yang terlaksana

1 1

Dokumen dari RPJMD Kab. Boyolali

Tabel 3.3.3

Proyeksi Kenaikan Dalam Persen

No Indikator Kinerja Target Kinerja Indikatif

2005 2006

1 Prosentase jumlah UKM yang meningkat

jumlah produktivitasnya 33,85 35

2 Peningkatan nilai total produksi UKM (dalam

juta Rp) 1.898 1.917

3 Berkurangnya kasus hambatan penyediaan

bahan baku 3 3

4 Persentase peningkatan SDM pengelola UKM

yang kompeten 0 10

Dokumen dari RPJMD Kab. Boyolali

Tabel 3.3.4

Proyeksi Kelompok UKM

No Indikator Kinerja Target Kinerja Indikatif

2005 2006

1 Jumlah kelompok usaha mikro dan wira usaha

baru yang telah mendapat pelatihan

80

80

2 Jumlah usaha ekonomi mikro yang berhasil

mengakses sumber pembiayaan

50 60

3 Peningkatan realisasi penyaluran dana pinjaman

kepada usaha mikro :

� Kredit usaha mikro dan wira usaha baru

dari dana APBD II (dalam Rp).

� Kredit investasi

� Pinjaman lunak/bagi hasil dana bergulir

� Pinjaman lunak dari BUMN/D

� Bantuan keuangan lainnya (block

grant/hibah).

250 jt

300 jt

Page 35: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

35

90 jt 100 jt

4 Peningkatan jumlah usaha mikro yang terdaftar 700 jt 725 jt

Dokumen dari RPJMD Kab. Boyolali

Untuk mencapai target atau hasil yang diharapkan dalam program pengembangan

ekomomi mikro, pemerintah daerah kabupaten Boyolali mempunyai beberapa

kebijakan antara lain: Pertama, Pengembangan sistem pendukung permodalan bagi

UKM dan koperasi, yang di dalamnya mengandung makna penyediaan fasilitasi

bimbingan teknis dan workshop akses permodalan, bantuan Revolfing Fund (dana

bergulir) dan lain sebagainya. Kedua, Pengembangan Keunggulan Kompetitif UKM dan

Koperasi, yang mencakup kegiatan pendampingan, fasilitasi pemanfaatan Balai

Latihan Kerja dan litbang tekhnologi tepat guna dan pembentukan model-model UKM

percontohan. Ketiga, Pengembangan peningkatan produktifitas UKM, yang memuat

kegiatan bimbingan teknis peningkatan produktifitas, fasilitasi penguatan jaringan,

bimbingan teknis manajemen usaha dan lain sebagainya. Keempat, Pemberdayaan

Usaha Skala Mikro dan Wira Usaha Baru, mencakup kegiatan bimbingan teknis,

failitasi penyaluran pendanaan, fasilitasi penyediaan infrastruktur, pengembangan

usaha skala mikro tradisional dan lainnya. Kelima, Peningkatan Kualitas Kelembagaan

Koperasi, kegiatan pokonya seperti: fasilitasi penataan organisasi dan modernisasi

manajemen koperasi sesuai jati diri koperasi, fasilitasi pengembangan diklat dan

lainnya.

Secara makro berdasarkan penilaian sendiri (self assesment) oleh masing-masing

dinas cukup berhasil atas realisasi kinerja tahun 2006. Seperti Dinas Perindustrian

Pedagangan dan Koperasi, menunjukkan bahwa rata-rata capaian kinerja dari 8

sasaran yang telah ditetapkan adalah 90,61 %. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) keberhasilan yang paling menonjol adalah

meningkatnya penyaluran permodalan kepada UKM dan Koperasi dengan nilai

capaian kinerja 321,16%, meningkatnya pangsa pasar produk industri manufaktur

dilingkup domestik dan bertumbuhnya ekspor secara bertahap dan bertumbuhnya

ekspor secara bertahap sebesar 83,84 % dan meningkatnya pertumbuhan sektor

Page 36: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

36

industri manufaktur dan perdangangan yang disertai dengan terciptanya lapangan

kerja produktif sebesar 81,25 %.

Target yang telah ditetapkan tersebut masih ada kekurangannya dan masih kurang

berhasil dikarenakan beberapa hal antara lain: keterbatasan anggaran dari APBD

sedangkan koperasi yang mengajukan permodalan sangat banyak, masih minimnya

investor yang masuk dan belum adanya perda yang mengatur tentang Penanaman

Modal di Daerah (PMD).

4. Strategi Pengembangan Ekonomi Mikro

Untuk mencapai suatu program maka dibutuhkan strategi yang jitu guna mendukung

pengembangan ekonomi mikro dengan separangkat kebijakannya pun harus berpihak

kepada pelaku usaha ekonomi mikro, menengah dan koperasi.

Strategi yang digunakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam

mendukung program pengembangan ekonomi mikro dengan cara : pertama

meningkatkan investasi yang di dalamnya mengandung kebijakan menghapus

ekonomi biaya tinggi dengan penyederhanaan prosedur perijinan, menciptakan

kepastian hukum yang menjamin kepastian usaha, menyempurnakan kelembagaan

yang menangani investasi agar berdaya saing, efisien, transparan, dan non

diskriminatif dan meningkatkan penyediaan infrastruktur. Kedua Peningkatan daya

saing industri yang mempunyai kebijakan: meningkatkan utulitas kapasitas terpasang,

memperkuat basis produksi, meningkatkan daya saing yang bermuara pada

penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak, memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Ketiga Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yang

mempunyai kebijakan : mengembangkan UKM agar memberikan kontribusi yang

cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan

peningkatan daya saing, mengembangkan usaha skala mikro, memperkuat

kelembagaan dengan menerapkan tata pengelolaan yang baik dan berwawasan

gender dengan cara memperbaiki lingkungan usaha dan penyederhanaan prosedur

perijinan, memperluas basis kesempatan berusaha serta menumbuhkembangkan

wirausaha baru berkeunggulan, meningkatkan UMKM sebagai penyedia barang dan

Page 37: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

37

jasa pada pasar domestik, meningkatkan kualitas kelembagan koperasi sesuai dengan

jati diri koperasi.

Mencermati strategi yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali,

Strategi tersebut tidak akan berhasil dan sesuai sasaran yang dinginkan apabila tidak

ditunjang pertama Sumber Daya Manusia yang mumpuni baik pemangku manfaat

kebijakan maupun pembuat kebijakan (policy maker). Kedua Produk hukum yang

mengatur tentang Penanaman Modal di Daerah. Ketiga tidak tersedia iklim usaha

yang kondusif bagi pengembangan ekonomi mikro. Keempat Anggaran yang berpihak

pada pengembangan ekonomi mikro (budgetting pro comunity development

economy). Kelima kerjasama (network) yang baik masing-masing dinas dengan

steakholder maupun dengan pihak luar yang berkompeten pada pengembangan

ekonomi mikro. Keenam dukungan pemasaran (marketting) pada produk pelaku

usaha ekonomi Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM).

5. Manfaat Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Setiap pelaksanaan program Pemerintah Daerah tidak terlepas adanya manfaat

(benefit) bagi para pelaku ekonomi mikro maupun bagi para pembuat kebijakan.

Namun program yang digulirkan oleh Pemerintah Daerah dalam pelaporannya tidak

mencantumkan manfaatnya. Hal itu berdasarkan sistem yang digunakan adalah

merujuk pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, dimana setiap pelaporannya

cukup mencantumkan input, output dan outcome sedangkan penyertaan manfaat

(benefit) dan dampak (impact) menjadi urusan yang tidak wajib dilaporkan.

Program pengembangan ekonomi mikro, memberikan manfaat yang besar bagi

Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali sehingga bisa mempengaruhi PDRB,

berdasarkan data Boyolali dalam angka tahun 2004, perkembangan usaha ekonomi

mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi telah memberikan kontribusi yang

cukup besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan penyediaan

lapangan kerja, serta mempengaruhi peningkatan PDRB (ADHK) Kabupaten Boyolali

sebesar 4,22% dari total PDRB. Dan berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja

sebesar 2.532 tenaga kerja.

Page 38: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

38

Berdasarkan data Boyolali dalam Angka tersebut, kontribusi yang diberikan ekonomi

mikro pada Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali cukup besar, seharusnya

kebijakan – kebijakan yang dibuat harus mendukung dalam pengembangannya.

Apabila ekonomi mikro berkembang dengan baik hal itu akan berimplikasi pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan pendapatan bagi pelaku Usaha

Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM), terserapnya tenaga kerja yang lebih

banyak dan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali akan mempunyai sentra-

sentra industri dan berbagai potensi dapat menonjol, dengan begitu pelaksanaan

pembangunan akan cepat tercapai dan apa yang menjadi amanah Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 bisa terwujud.

6. Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Program pengembangan ekonomi mikro yang dilakukan oleh berbagai dinas seperti

Disperindagkop, Dinas Pasar, Disparta, Dinkessos, Dispertanbunhut, Dinas PUPK,

Disnakertrans, Bappeda, Sekda Bagian Ekonomi, KPMD dan Kanpedal umumnya

dilakukan dalam waktu setahun. Hal itu mengingat penganggaran dilakukan tiap

tahun yang termaktub dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang disertai dengan

Rencana Kerja Anggaran (RKA).

Program yang dilaksanakan dalam waktu setahun tersebut adalah hasil dari Renja

SKPD dan forum musrenbang (Desa sampai dengan Kabupaten) yang semua itu tidak

bisa lepas dari pagu yang telah ditetapkan dan manifestasi pada dokumen RPJMD.

7. Anggaran Pengembangan Ekonomi Mikro

Untuk mengimplementasikan sebuah program tidak terlepas dari anggaran. Dalam

proses-proses penganggaran memang masih banyak kekurangan mulai dari

akuntabilitas dan transparancy itu sendiri. Yang menjadi pertanyaan penelitian ini,

apa pentingnya anggaran? Perlunya dibuat anggaran karena itu mempunyai fungsi

antara lain: Pertama, Anggaran pemerintah merupakan instrumen kebijakan paling

penting. Kedua, Anggaran mencerminkan komitmen dan pilihan-pilihan yang dibuat

Page 39: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

39

pemerintah. Ketiga, Anggaran merupakan alat yang digunakan pemerintah untuk

mencapai tujuan-tujuan ekonomi dan pembangunan.

Dalam proses-proses penganggaran, sebenarnya masyarakat bisa terlibat karena

mempunyai hak17

, antara lain:

• Hak politik adalah hak warga masyarakat untuk terlibat dalam proses anggaran

dimulai dari proses perencanaan, pengesahan, implementrasi dan audit.

• Hak informatif adalah hak warga masyarakat untuk mengakses dan mengetahui

dokumen publik (data dan informasi) tentang penyelenggaraan pemerintahan,

termasuk didalamnya data dan informasi tentang anggaran.

• Hak alokatif adalah hak warga masyarakat (sektoral atau teritorial) untuk

mendapatkan alokasi dana dari anggaran.

Secara administratif, anggaran daerah (APBD) mempunyai 3 fungsi:

• Sebagai pedoman bagi Pemda dalam mengelola sumberdaya daerah, terutama

keuangan daerah untuk suatu periode waktu tertentu (masa mendatang).

• Sebagai instrumen pengawasan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan

daerah.

• Sebagai instrumen untuk menilai kinerja pemerintahan.

Sedangkan dilihat dari aspek ekonomi, anggaran mempunyai fungsi :

• Fungsi alokasi, proses anggaran merupakan sarana untuk penyediaan barang dan

jasa publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di sini pemerintah

bertanggung jawab harus mengalokasikan anggaran untuk menyediakan barang

sosial dan pelayanan publik.

• Fungsi distribusi, proses anggaran merupakan sarana atau mekanisme untuk

membagikan sumberdaya dan pemanfaatannya kepada publik secara adil. Fungsi

ini terutama diarahkan untuk mengatasi kesenjangan antar berbagai golongan

_ 17 Ahmad Suhelmi, Politik Pemikiran Barat, Yogyakarta, UGM Press, Hal. Tahun

Page 40: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

40

masyarakat. Fungsi ini biasanya dijalankan dengan mengembangkan mekanisme

perpajakan atau transfer..

• Fungsi stabilisasi, pajak dan pengeluaran pemerintah akan mempengaruhi

permintaan agregat dan kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Pengaturan kedua

hal ini sangat penting bagi penciptaan stabilitas ekonomi, penciptaan lapangan

kerja dan laju inflasi, misalnya.

8. Pelaksana Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Program pengembangan ekonomi mikro, kecil, menengah dan koperasi, tidak hanya

dilaksanakan oleh satu dinas saja, melainkan saling terkait dengan dinas, badan dan

kantor yang lain guna mendukung kesuksessan program yang telah dibuat. Kalau kita

lihat Tupoksi perdinas seharusnya yang mempunyai wewenang paling besar adalah

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi.

Untuk mencapai kesuksesan dalam menjalankan program, pemerintah daerah tidak

bisa berdiri sendiri atau secara parsial melainkan harus ada sinergis antara

pemerintah daerah dan pihak swasta serta dukungan dari masyarakat (steakholder

usaha ekonomi mikro). Tak hanya itu saja kondisi pasar pun harus selalu diperhatikan

baik kondisi makro dan mikro yang semua itu berdampak pada pelaku usaha ekonomi

mikro, kecil, menengah dan koperasi.

Disamping itu keterkaitan dinas yang ikut terlibat dalam pengembangan ekonomi

mikro, kecil, menengah dan koperasi. Seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.8.1

Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

No Kegiatan

1 Pengadaan Barang Pelatihan

2 Pemberdayaan lembaga lat. Kerja swasta (P. Hardwar dan Sofware

komputer)

3 Pengiriman TKI ke Luar Negeri dengan pola dana revolving (bergulir)

4 Pelatihan ketrampilan pencari kerja MTU

5 Pemberdayaan latihan kerja swasta

6 Pembinaan hubungan industrial

Dokumen APBD 2006

Page 41: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

41

Tabel 3.8.2

Dinas Kesehatan Dan Sosial

No Kegiatan

1 Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam mendukung

upaya-upaya penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan bagi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

2 Pembentukan jejaring kerjasama pelaku usaha kesejahteraan sosial,

masyarakat dan dunia usaha termasuk orang tingkat lokal

Dokumen APBD 2006

Tabel 3.8.3

Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan Dan Kebersihan

No Kegiatan

1 Peningkatan jalan Ngleses-perbatasan Kab. Grobogan

2 Peningkatan jalan Kali Tlawah-Geneng Sari

3 Peningkatan jalan Wonosegoro-Guwo

4 Peningkatan jalan Sangge-Kalangan

5 Peningkatan jalan Pinggir-Tanjung

6 Peningkatan jalan Ketitang-Kalioso

7 Pembangunan jembatan Setro

8 Peningkatan jalan Jlerem-Ngadirojo-Ngargoloko Kembang Kec. Ampel

9 Peningkatan jalan Blumbang-Sangge Kec. Klego

10 Peningkatan jalan Pembuatan Saluran Drainnes lingkungan TPA Kec. Byl

11 Pendampingan Peningkatan jalan Boyolali-Kartosuro

12 Peningkatan jembatan Karanggatak Kec. Klego

13 Pembangunan Landhof jembatan Jaten

14 Pembangunan jembatan Gatak Balak Mojosango

15 Pembangunan jalan untuk relokasi pemukiman Blok G Kec. Kemusu

16 Pemeliharaan jalan Mangu Kec.Nogosari (Rigid Pavement)

17 Pemeliharaan jaln Karanggede-Juwangi (RP) sebelah imur Kec. Wonosegoro

18 Peningkatan jembatan Sombo Kec. Kemusu

19 Peningkatan jembatan Sidomulyo Kec. Kemusu

20 Pemeliharaan jalan Karanggede-Juwangi (RP) sebelah Barat perempatan

Banyusri

21 Pemeliharaan jalan Ngemplak-Kliwonan (RP) sebelah Barat Dk. Celengan Kec.

Ngemplak

22 Pemeliharaan jalan, bangunan pelengkap dan sarana URC se Kab. Boyolali

23 Survey peningkatan jalan Singkil-Kragilan Kec. Boyolali dan Mojosongo

24 Pembuatan Study kelayakan Penanganan jalan Kab. Boyolali

25 Jasa pengawasan konstruksi pembangunan kawasan wisata Pengging Kec.

Banyudono

Dokumen APBD 2006

Page 42: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

42

Tabel 3.8.4

Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan

No Kegiatan

1 Pengadaan kios bagi pedagang di OW Pengging

2 Promosi produk pariwisata di Boyolali Expo 2006

3 Promosi produk pariwisata di Bengawan Solo Fair

4 Promosi produk pariwisata Tk. Kab.Boyolali dan Jawa Tengah

5 Pembuatan leaflet pariwisata Kab. Boyolali

6 Pengadaan VCD pesona wisata Boyolali dalam rangka promosi pariwisata

Boyolali

7 Biaya operasional pembuatan buku wisata Nusantara

8 Keikutertaan dalam Borobudur International Vestifal

9 Pembinaan usaha rekreasi, hiburan umum dan rumah makan

Dokumen APBD 2006

Tabel 3.8.5

Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi

No Kegiatan

1 Pengadaan Sarana dan Prasarana Perdagagangan (Kios) bagi PKL

2 Pemantauan dan Monitoring Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal

3 Operasional bantuan Peningkatan Kapasitas Produk Minyak Atsiri Nilam

(KUB I W N)

4 Bintek Produksi Minyak Atsiri (KUB Inti Wangi Nsatara) dari

Dep.Perindustrian Jakarta

5 Pemutakhiran Data

6 Penyusunan Data Statistik Deperindagkop Kab. Byl

7 Pelatihan Design dan Bantuan Peralatan bagi Industri Kecil Kerajinan

Tembaga

8 Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Unit Usaha Yodiasi Garam

9 Pelatihan Konveksi bagi Industri Kecil di Ds.Mriyan Kec.Musuk dan Ds.Lencoh

Kec.Selo

10 Pelatihan Konveksi bagi Industri Kecil di Ds.Mriyan Kec.Musuk dan Ds.Lencoh

Kec.Selo

11 Pelatihan Tekhnologi Produk Makanan Olahan dan Stimulan modal

12 Bimbingan dan Motivasi Jiwa Kewirausahaan / AMT

13 Penyuluhan Manajemen Pemasaran dan Stimulan Modal bagi Pedagang

Pasar Tradisionl Sawit

14 Operasional Sarana Perijinan SIUI

15 Pengawasan Perijinan SIUP, TDP dan TDG

16 Monitoring dan Evaluasi PAD

17 Pengawasan dan Operasionl Perijinan SIUI

18 Pengawasan & Penyuluhan UTTP Langsung kepada perusahaan Toko Emas,

Super Market & Pasar

19 Penyelenggaraan Bazar / Pasar Rakyat menghadapi Hari Raya

20 Menfasilitsi Promosi UKM (furny craft)

Page 43: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

43

21 Monev Pemasaran Tembakau & Road Show Ke Pabrik & memfasilitasi petani

& UKM Tembakau

22 Monitoring & informasi harga Kebutuhan Pokok masyarakat & barang

penting Strategis

23 Bintek Menejemen Pemasaran bagi pedagang sayur bagi kelompok di Kec.

Cepogo dan Kec.Selo

24 Menfasilitasi Pengusaha Agro ke Pasar Lelang

25 Memfasilitasi Pengusaha untuk Mengikuti Pameran Tingkat Nasional (PPE)

26 Temu Usaha perijinan Mebel dengan Eksportir

27 Operasional, Monitoring dan Evaluasi Dana Bergulir dan Bantuan kepada

Koperasi

28 Operasional Pemberian Pinjaman Modal Kerja

29 Fasilitasi Pemanfaatan Fasilitas BLK & Litbang TTG melalui Kemitraan dengan

PT & swasta

30 Penguatan Jaringan Penyediaan Bahan Baku dan Pengembangan

31 Fasilitasi Pengembangan Diklat & Penyuluhan bagi UKM / Wira Usaha Baru

32 Faslitasi Penataan Organisasi & modernisasi Manajemen Koperasi yang

sesuai Jati diri Koperasi (USP Koperasi)

33 Fasilitasi Organisasi & Modernisasi Manajemen Koperasi sesuai dengan jati

diri Koperasi (KKT)

34 Fasilitasi Pengembangan Jaringan Kerjasama kemitraan antar Koperasi /

dengan Publik Info Promosi & pemasaran

35 Peningkatan Koordinasi dalam Perencanaan, Pengendalian, Monitoring dan

evaluasi Pelaksanaan Kebijakan & Program

36 Fasilitasi Penataan Organisasi & modern Manajemen Koperasi sesuai dengan

jati diri Koperasi

Dokumen APBD 2006

Tabel 3.8.6

Dinas Pasar

No Kegiatan

1 Pembuatan Papan Nama Pasar Daerah

2 Belanja Modal Pengadaan Sarana Prasarana

3 Penataan Lingkungan Pasar Hewan Ampel

4 Pernaikan Teras kios,Pengerasan Halaman dalam Pasar & MCK Pasar Boyolali

5 Pembutan talud, Akses jalan masuk & pintu Pengemanan pasar Ampel

6 Penyempurnaan pasar Ampel

7 Pembangunan Pasar Ampel / jaminan Pemeliharaan

8 Penyempurnaan Pasar Sunggingan

9 Pembuatan Saluran Air dan Pavingisasi Pasar Karanggede

10 Pembuatan Pagar Pasar Kacangan

11 Penyempurnaan pasar Boyolali

12 Water Proving Plat Atap Pasar Pengging

13 Penataan Monitoring dan evaluasi PKL di Kab. Boyolali

14 Penataan pasar dan PKL Wilayah pasar dalam rangka Adipura

Page 44: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

44

15 Penataan pasar Sunggingn, Pasar Boyolali dan padangang pasar Ampel

16 Pengawasan Pemeliharaan Pembangunan pasar Ampel

17 Pembinaan Administrasi Pemungutan Retribusi pasar, Kepegawaian & Asset

Dinas

18 Pembinaan pedagang & Penelitian Perijinan

19 Pendataan Potensi pedagang pasar se Kab. Boyolali

Dokumen APBD 2006

Tabel 3.8.7

Sekretaris Daerah

No Kegiatan

1 Gelar Promosi Agribusines Jawa Tengah 2006

2 Indonesia Agribusines Expo 2006

3 Penyertaan Pameranan Produk Unggulan &Andalan Kab.Boyolali di Festifal

Nusa 2 ke 10 th 06

4 Pengembangan Usaha Mikro Tradisional dengan Pengendalian Potensi

Pariwisata setempat

Dokumen APBD 2006

Tabel 3.8.8

Badan Perencana Pembangunan Daerah

No Kegiatan

1 Penguatan FEDEP

2 Penguatan FEDEP

Dokumen APBD 2006

Tabel 3.8.9

Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa

No Kegiatan

1 Pemberian bantuan peralatan (TTG) kepada kelompok usaha

2 Pendampingan pelaksanaan P2SPP (simpan pinjam perempuan)

3 Monev UED SP

4 Lomba pengelolaan administrasi UED SP

5 Lomba pengelolaan administrasi UED SP (Hadiah)

6 Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Genengsari Kemusu

7 Pelatihan dan pembinaan pengelolaan UED SP

8 Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Karangkepoh Karanggede

9 Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Jrakah Selo

10 Pelaksanaan PPK

Dokumen APBD 2006

Tabel 3.8.10

Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan

No Kegiatan

1 Pendampingan dana bergulir

Dokumen APBD 2006

Page 45: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

45

Tabel 3.8.11

Dinas Peternakan Dan Perikanan

No Kegiatan

1 Pengadaan peralatan rumah tangga UPTD daging sehat dan susu segar

2 Gaduhan ternak sapi potong

3 Rehabilitasi RPH Ampel

4 Pengembangan dunia usaha dan industri perikanan bagi masyarakat

5 Peningkatan usaha perikanan budidaya di kawasan pengembangan

6 Peningkatan fasilitas BBI Kab. Boyolali

7 Operasional UPTD daging sehat dan susu segar

8 Pembinaan ternak bantuan pemerintah

9 Pengembangan agribisnis peternakan dan kawasan agropolitan

10 Operasional RPH Ampel

11 Peningkatan kwalitas susu

12 Pengadaan bahan penunjang laboratorium Kesmavet

Dokumen APBD 2006

Dari data tersebut menunjukkan bahwa program pengembangan ekonomi mikro

tidak hanya ditangani oleh satu dinas saja, melainkan beberapa dinas, badan dan

kantor pun ikut andil didalamnya.

9. Sasaran Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Sasaran program pengembangan ekonomi mikro akan dilihat dari berbagai aspek.

Pertama aspek geografis dalam arti wilayah yang menjadi sasaran ini meliputi

sembilan belas kecamatan di Kabupaten Boyolali. Kedua aspek usaha, dimana ini

penting usaha yang ada di Kabupaten Boyolali perlu di inventarisir dan

dikelompokkan sesuai dengan jenis usahanya atau lebih dikenal dengan Cluster

System.

Untuk mewujudkan kehidupan ekonomi daerah yang demokratis, efisien dan berdaya

saing yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga mampu

menampung tenaga kerja yang lebih banyak serta memberikan kontribusi yang

signifikan pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan, Pemerintah

Daerah Kabupaten Boyolali mempunyai sasaran yang akan ditempuh dalam waktu

lima tahun, antara lain :

Page 46: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

46

1. Meningkatnya penyaluran permodalan kepada UMKM dan Koperasi.

2. Meningkatnya pemanfaatan teknologi tepat guna oleh UKM dan Koperasi.

3. Meningkatnya nilai produksi dan ekspor produk UKM.

4. Meningkatnya jumlah usaha mikro menjadi usaha kecil formal.

5. Meningkatnya kinerja, kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi.

Sasaran tersebut diatas tertuang dalam dokumen RPJMD lima tahunan. Walaupun

sasaran tersebut akan ditempuh dalam waktu lima tahun namun setiap tahunnya

pemerintah daerah juga mempunyai sasaran yang harus dicapai, guna memenuhi

janji-janji Kepala Daerah terpilih.

10. Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Sebuah aktifitas untuk menjalankan program akan menjadi sia-sia dan tidak bisa

melakukan pengukuran atau penilaian dari sebuah program yang dijalankan. Proses

monitoring (pengawasan) dilakukan oleh Badan Pemeriksaan Daerah (BARIKDA),

Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) terlibat langsung dalam proses

monitoring sedangkan masyarakat ikut sebagai pemonitor semua program dalam

eksistensinya sebagai pemangku manfaat.

Monitoring dapat dilakukan sesuai dengan concernya dan karena mempunyai fungsi:

Satu, Untuk mengukur dan menilai apakah sesuai denga rencana atau tidak. Dua,

Apakah anggaran yang dipakai sesuai dengan budget yang telah direncanakan. Tiga,

Untuk mengetahui riil kegiatan.

Evaluasi yang yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah ada dua macam yaitu evaluasi

langsung dang evaluasi tidak langsung. Evaluasi langsung adalah evaluasi yang

langsung dilaksanakan dengan cara sample mendatangi langsung lokasi kegiatan

dilaksanakan dan wawancara dengan pemimpin kegiatan atau pelaksana kegiatan

serta masyarakat pemanfaat kegiatan. Evaluasi Tidak Langsung adalah evaluasi

dilaksanakan dengan cara memberikan kuesioner atau pertanyaan kepada satuan

kerja pelaksana kegiatan dan laporan rutin satker pelaksana kegiatan.

Page 47: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

47

Evaluasi dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu setiap semester atau 6 bulan

pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan evaluasi adalah :

1. Mengetahui seberapa jauh hasil pelaksanaan pembangunan yang telah

dicapai terkait dengan target yang telah ditetapkan.

2. Untuk mengetahui masalah yang belum teratasi dan masalah baru yang

muncul sebagai dampak hasil pembagunan.

3. Untuk mengidentifikasi unsur-unsur potensial yang dapat menunjang laju

pembangunan daerah tahun yang akan datang.

4. Untuk memberi saran atau masukan dan proyeksi bagi penyusunan program

atau kegiatan pembangunan tahun yang akan datang.

5. Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya distorsi dari rencana yang telah

ditetapkan.

11. Keterlibatan Perempuan Dalam Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Telah disadari bahwa peran perempuan dalam sektor ekonomi, terutama di bidang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tidaklah kecil, dan disadari oleh banyak

pihak bahwa UMKM, disamping sektor pertanian, memainkan peranan penting

dalam menunjang perekonomian di Kabupaten Boyolali.

Banyak pihak memahami bahwa kesempatan berkarya bagi perempuan lebih

terbatas dibandingkan dengan laki-laki. Data sejak tahun 2004 memperlihatkan

bahwa jumlah perempuan yang aktif dalam bidang usaha masih jauh lebih sedikit

dibandingkan laki-laki.

Keterlibatan atau partisipasi perempuan pada perumusan kebijakan pembangunan

Daerah, perempuan mempunyai hak untuk turut serta dalam kegiatan tersebut.

Keikutsertaan tersebut dapat digunakan untuk menyampaikan aspirasinya dan apa

yang menjadi kebutuhannya. Sehingga program yang diambilnya juga memenuhi

kebutuhan perempuan.

Perempuan dapat meningkatkan peranannya dibidang usaha, selain sebagai salah

satu faktor penentu dalam persaingan juga memungkinkan perempuan untuk

bekerja dan berusaha di rumah, memperluas jaringan usaha atau meringankan

Page 48: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

48

beban kerjanya. Namun disadari bahwa pemakaian teknologi juga terkendala oleh

berbagai faktor. Jumlah perempuan yang mendalami ilmu pengetahuan dan

teknologi cenderung tidak berkembang bahkan di beberapa disiplin ilmu cenderung

menurun. Oleh karenanya perlu dipikirkan cara agar teknologi dapat dikembangkan

dan dialihkan dengan memperhatikan karakter dan kemampuan dari calon

penggunanya, dalam hal ini perempuan pengusaha.

Masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan kewirausahaan

perempuan. Di satu sisi, perempuan sangat berpotensi untuk mengembangkan

usaha. Pengalaman dari negara lain menunjukkan bahwa perempuan pengusaha

lebih bertanggung jawab dan lebih dapat dipercaya dalam masalah pengelolaan

keuangan usaha, dan perempuan cenderung lebih peka terhadap kebutuhan pasar

sehingga membuka peluang usaha baru. Di sisi lain, berbagai hal seperti kemudahan

pembiayaan dan perijinan, perlindungan HKI, akses pemasaran, masih merupakan

tantangan yang besar.

Berbagai kebijakan dan tindakan telah dicanangkan namun kesemuanya masih

belum menghasilkan dampak yang diharapkan. Menyadari bahwa percepatan

penyelesaian masalah harus dilakukan dan alternatif solusi terbaik untuk

memperbaiki keadaan perlu dirumuskan, maka perlu dihimpun berbagai pendapat

yang berarah pada munculnya saran-saran kebijakan baik pada pemerintah pusat

maupun daerah terkait dengan usaha ini maupun saran-saran tindakan nyata dan

implementatif yang dapat membantu mengembangkan kewirausahaan perempuan.

Pelaksanaan pembangunan dan kesuksesannya tidak terlepas dari peran

perempuan. Sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang bahwa peserta

musrenbang harus ada perwakilan kelompok perempuan. Namun juknis tersebut

tidak terdapat sanksi yang mengaturnya sehingga dalam pelaksanaan

musrenbangDes, musrenbangCam, musrenbangKab perempuan masih ada yang

tidak terlibat didalamnya.

Sehingga perlu dibuat aturan dan sanksi yang jelas, agar setiap pelaksanaan

pembangunan Daerah keterlibatan perempuan tetap terwakili didalamnya. Dengan

Page 49: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

49

keterlibatan tersebut diharapkan kebijakan yang dibuat tetap memperhatikan

kebutuhan kaum perempuan yang bermuara pada keadilan dan kesetaraan gender

(KKG).

12. Keterlibatan Orang Miskin Dalam Pengambilan Kebijakan dan Program

Pengembangan Ekonomi Mikro

Keterlibatan atau partisipasi masyarakat miskin dalam merumuskan kebijakan

melaksanakan pembangunan sangat dibutuhkan. Orang miskin adalah orang yang

paling tahu akan kebutuhannya dan tidak diberikan kebijakan yang bersifat parsial.

Mubyarto (1988) mengartikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu

berhasilnya program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa harus

mengorbankan kepentingannya sendiri. Ini berarti bahwa partisipasi masyarakat

adalah sikap sukarela rakyat untuk membantu keberhasilan program

pembangunan.

Berdasarkan penjelasan UU Nomor 25 Tahun 2004 yang dimaksud partisipasi

masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan

kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan.

Dalam proses perencanaan pembangunan, partisipasi masyarakat menjadi

penting. Menurut Diana Conyers (1954) ada tiga alasan uatama yaitu pertama

partsisipasi masyarakat merupakan alat guna memperoleh informasi tentang

keadaan, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya

kegiatan pemerintah akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebeih

mempercayai program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam persiapan dan

perencanaanya, karena mereka lebih mengetahui seluk beluk dan akan

mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga, partisipasi menjadi

urgent karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi jika

masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat.

Dalam hal ini masyarakat memiliki hak untuk memberikan saran dalam

menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka. Ketiga

Page 50: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

50

alasan inilah yang sebenarnya diharapkan dalam proses pembangunan agar

pelaksanaanya benar – benar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat

setempat. Namun secara jujur sampai saat ini belum dapat diimplementasikan

secara utuh.

Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan adalah untuk

mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Hal ini dimaksudkan bahwa

keberhasilan dan kegagalan pembangunan merupakan tanggung jawab bersama

antara pemerintah dan masyarakat.

Sedangkan yang dimaksud orang / masyarakat miskin adalah orang / masyarakat

yang mempunyai permasalahan secara kompleks, baik dari sisi penyebab maupun

dampak yang ditimbulkannya18

.

Permasalahan orang miskin tidak hanya disebabkan karena faktor ekonomi, tetapi

juga berkaitan dengan masalah sosial, budaya dan politik.

13. Pengaruh Lingkungan Dalam Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Kemiskinan terus bertambah dan sifatnya menyebar. Hal tersebut akibat semakin

kompleksnya masalah disejumlah bidang kehidupan seperti lingkungan, politik dan

ekonomi.

Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar pada kehidupan apalagi

pengembangan ekonomi mikro. Lingkungan yang kondusif sangat mendukung

pengembangan ekonomi mikro. Aktifitas ekonomi mikro juga berdampak pada

lingkungan. Dimana limbah yang dihasilkan sebagian berasal dari pelaku ekonomi

mikro.

Dampak dari industri kecil, menengah dan besar berupa limbah cair, padat dan gas.

Bila tidak terdapat sarana yang memadai dan pengelolaan yang baik akan

berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Pengelolaan lingkungan harus

_ 18

GAPRI “ Strategi Bersama Masyarakat Miskin, Empat Pilar Demokratisasi untuk Melawan Kemiskinan

dan Pemiskinan”, LSKaR

Page 51: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

51

melibatkan semua steakholder mulai dari industri kecil sampai industri besar dan

partisipasi masyarakat secara menyeluruh.

Dalam penelitian ini, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan para pembuat

kebijakan (Policy Maker) dalam artian pembuat kebijakan yang mempunyai respon

pada pengembangan ekonomi mikro maka seluruh kebijakan akan berdampak pada

ekonomi. Yang di dalamnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat,

pengurangan pengangguran dan meningkatnya taraf hidup masyarakat secara

merata.

Pembuat kebijakan (Policy Maker) yang tidak mempunyai basic atau kepekaan pada

ekonomi maka kebijakan yang dibuat pun tidak berdampak pada pengembangan

ekonomi mikro dan seringkali bersifat politis. Program pengembangan ekonomi

mikro adalah implementasi dari Calon Kepala Daerah (CKD) yang terpilih yang

dituangkan dalam RPJMD. Namun kebijakan yang terlalu banyak dikelola oleh

Pemerintah Daerah yang hanya untuk meningkatkan P A D dan tidak memberikan

peluang pada masyarakat (swasta) juga tidak berdampak baik pada kestabilan

ekonomi secara makro di Kabupaten Boyolali.

Tidak hanya itu saja, dalam penelitian ini, yang dimaksud adalah lingkungan yang

menjadi tempat hunian para pemangku jabatan (Comunity) yang ada disekitarnya

misalnya lingkungan yang boleh digunakan untuk mendirikan usaha dan lingkungan

yang dilarang. Seperti usaha ternak ayam yang mempunyai pengaruh besar pada

lingkungan sekitarnya berupa pencemaran udara dan disatu sisi usaha tersebut

berperan dalam menampung tenaga kerja. Ada lagi, lingkungan yang di eksploitasi

berupa pasir, batu, tanah urug yang digunakan untuk pembangunan yang hanya

memberikan keuntungan besar pada segelintir orang namun dampaknya sangat

besar untuk keseimbangan alam dan hajat hidup orang banyak.

Pengaruh lingkungan, politik dan ekonomi yang kondusif serta dinamis sangat

menentukan dalam merumuskan kebijakan yang berdampak pada seluruh aspek

kehidupan dalam mencapai pembangunan yang sesuai dengan amanah Pancasila

Page 52: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

52

dan Undang-undang Dasar 1945 yang sejalan dengan program-program Pemerintah

Daerah.

B. Studi Pengembangan Ekonomi Mikro

1. Pengertian Pengembangan Ekonomi Mikro

Pengembangan ekonomi mikro tak asing kita dengar ditelinga, gagasannya

mengenai ekonomi kerakyatan sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Boyolali. Aktivitas perekonomian yang bersifat makro nasional saja

tidak cukup, dengan demikian pengembangan usaha ekonomi sebagai kegiatan

yang komplementer menjadi sebuah prasyarat yang sangat strategis khususnya

dalam upaya mewujudkan kesejahteraan (welfare) bagi seluruh lapisan

masyarakat.

Krisis ekonomi yang yang mendera selama beberapa tahun terkahir ini telah

memberikan pelajaran kepada kita bahwa aktivitas ekonomi yang terpusat

ditangan beberapa kelompok ekonomi tertentu, mempunyai resiko

keruntuhan yang besar seperti terjadinya pengangguran dalam skala besar

ketika usahanya harus gulung tikar.

Disisi lain, usaha kecil dan menengah (UKM) atau ekonomi mikro yang tumbuh

ditengah-tengah masyarakat secara spontan justru menunjukkan daya tahan

yang lebih tinggi dan menjadi penyangga kehidupan ratusan jiwa.

Berdasarkan data Boyolali dalam angka tahun 2004, perkembangan usaha

ekonomi mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi telah memberikan

kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat,

dan penyediaan lapangan kerja, serta mempengaruhi peningkatan PDRB

(ADHK) Kabupaten Boyolali sebesar 4,22% dari total PDRB. Dan berimplikasi

pada penyerapan tenaga kerja sebesar 2.532 tenaga kerja.

Page 53: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

53

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Ekonomi Mikro

Ekonomi mikro yang eksistensinya diakui oleh masyarakat yang dapat

memberikan kontribusi yang besar kepada pemerintah haruslah mendapat

perhatian yang sepadan. Ekonomi mikro menjadi tulang punggung sebuah

keluarga atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Program

yang telah digulirkan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali sebanyak 216

program yang bersinggungan dengan ekonomi mikro harus memperoleh

respon yang sepadan masyarakat untuk berpartisipai, namun juga pemerintah

mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan program yang ada secara

terbuka, komunikatif dan transparan kepada masyarakat sehingga terjadi chek

and balance.

Dari hasil kuesioner yang diberikan kepada masyarakat (penerima program)

pengembangan ekonomi mikro, diperoleh hasil yang dapat mempengaruhi

pengembangan ekonomi mikro, antara lain :

1. Payung hukum

Keberadaan usaha ekonomi mikro yang berperan membantu tugas-tugas

pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan meningkatkan PDRB,

harus ada regulasi yang jelas untuk mengaturnya untuk menghindari

terjadinya monopoli kelompok ekonomi tertentu.

2. Pendampingan

Untuk menciptakan kelompok usaha ekonomi mikro yang tangguh,

tentunya hal tersebut tidak bisa dilakukan tanpa penguatan fungsi

lembaga usaha (capacity building) itu sendiri. Oleh karena itu lembaga

usaha ekonomi mikro yang harmonis dan teratur merupakan aset utama

untuk mencapai ekonomi yang lebih kuat.

3. Akses yang terbuka

Kemudahan untuk memperoleh akses yang secara terbuka, termasuk

didalamnya kemudahan untuk memperoleh pinjaman lunak (soft loan).

Hal itu bisa dilakukan untuk memperkuat modal untuk mengembangan

usahanya.

4. Pemberian bantuan teknis maupun konsultasi

Page 54: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

54

Hal ini penting untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam

menjalankan usahanya, meningkatkan wawasan, alih pengalaman, dan

memberikan motivasi kepada pelaku usaha ekonomi mikro.

5. Pemberdayaan

Keberadaan usaha ekonomi mikro yang memberikan kontribusi besar

kepada Pemerintah perlu dihargai dan harus terus dikembangkan untuk

menciptakan kemandirian masyarakat.

6. Penciptaan sentra-sentra usaha lokal

Dengan adanya sentra-sentra usaha, ini diharapkan akan mengacu iklim

usaha masyarakat sehingga menciptakan pasar yang mempunyai

komoditas-komoditas unggul.

C. Deskripsi Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Penelitian

1.1. Letak Geografis

Secara geografis, wilayah Kabupaten Boyolali berbatasan dengan

Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang, di sebelah utara, di

sebelah timur berbatasan Kabupaten Karang Anyar dan Kabupaten

Sragen serta Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan

Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebelah barat

berbatasan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang terletak

antara 110’ 22’ – 110’ 50‘ Bujur Timur dan 7’ 36’ – 7’ 71’ Lintang Selatan

yang mempunyai jarak bentang Barat-Timur 48 Km dan bentang Utara-

Selatan 54 Km dengan ketinggian antara 75 – 1500 meter diatas

permukaan air laut (mdpl).

1.2. Wilayah program

Penelitian ini melakukan analisa terhadap program Pemerintah Daerah

tahun 2006 yang tertuang dalam dokumen APBD. Program yang

bersinggungan dengan ekonomi mikro terdapat 216 program, kemudian

kita ambil sample sebanyak 10-15 atau 15 - 20 persen sehingga terdapat

Page 55: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

55

19 program. Dari setiap setiap program kita ambil sample responden

sebanyak 20 orang.

Wilayah program tersebut menyebar diseluruh Kabupaten Boyolali yang

terdiri dari beberapa kecamatan antara lain : Kecamatan Boyolali, Cepogo,

Selo, Musuk, Ampel, Sawit, Teras, Banyudono, Mojosongo, Karanggede,

Wonosegoro, Kemusu, Klego dan Andong. Program tersebut ada yang

berbentuk bantuan langsung, bantuan infrastrukur, bantuan penguatan

personal atau lembaga dan bantuan pemasaran.

2. Deskripsi Responden

2.1. Pendidikan

Tabel 3.8.12

No Pendidikan Jumlah

1 SD 116

2 SMP 107

3 SMA 126

4 D 1 – D3 14

5 SARJANA 17

Jumlah 380

Dari tabel diatas terlihat bahwa pelaku usaha ekonomi mikro yang paling

banyak adalah berpendidikan SMA sebanyak 126 responden, dilanjutkan

orang yang berpendidikan SMP dan SD. Sedang untuk akademi – sarjana

jumlahnya hanya 31 responden.

2.2. Pekerjaan

Tabel 3.8.13

No Pekerjaan Jumlah

1 Tani 39

2 Buruh 13

3 Pedagang 144

4 Penjahit 16

5 P N S 9

6 Perangkat Desa 15

7 Peternak 29

8 Perajin Logam/Mebelair 32

Page 56: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

56

9 Wiraswasta 55

10 Lainnya 28

Jumlah 380

Tabel 3.8.13 menunjukkan bahwa pedagang sebanyak 144 orang adalah

terdiri dari pedagang sayur, bubur, tempe, makanan, krupuk, pakaian,

sepatu dan pakaian yang berjualan dipasar Sunggingan, Boyolali, Ampel,

Karanggede, Sawit, Kemusu, Pengging dan lainnya. Sedangkan untuk

perajin logam dan mebelair adalah responden dari Tumang (Cepogo),

Andong, Kemusu, Nogosari dan Ngemplak. Dan untuk peternak adalah

mereka yang mendapat bantuan gaduhan sapi dari Dinas Peternakan dan

Perikanan maupun sebagai pemanfaat dari Balai Benih Ikan (BBI) di Bangak,

Banyudono.

2.3. Pendapatan

Tabel 3.8.14

No Pendapatan (Rp) Jumlah

1 < 200.000 48

2 200.000-500.000 168

3 500.000-800.000 99

4 800.000-1.100.000 25

5 1.100.000-1.400.000 6

6 1.400.000-1.700.000 12

7 1.700.000-2.000.000 2

8 2.000.000 > 20

Jumlah 380

Tabel 3.8.14 adalah tebel pendapatan, dari 380 responden yang paling

banyak adalah mereka yang berpenghasilan Rp. 200.000 – Rp. 500.000,

dengan asumsi pelaku usaha ekonomi mikro satu hari mendapat

keuntungan Rp. 10.000 – 15.000. Sedangkan penghasilan dibawah Rp.

200.000 adalah masyarakat yang tidak mempunyai penghasilan yang pasti

atau boleh dikatakan sebagai masyarakat miskin. Dan untuk pelaku usaha

ekonomi mikro yang mempunyai penghasilan lebih dari Rp. 2.000.000

adalah pelaku usaha ekonomi mikro dari pengrajin tembaga dan mebelair

yang mencapai keuntungan Rp. 20.000.000/bulan.

Page 57: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

57

3. Deskripsi Statistik

Setidaknya sudah disinggung dalam bab 1, studi deskriptif menggunakan

metode numerik dan grafis untuk mengenali pola sejumlah data dan

merangkum informasi yang terdapat dalam data tersebut.

Ada dua jenis metode yang digunakan yaitu metode kasus dan metode

statistik, namun yang akan digunakan untuk menganalisa penelitian ini

menggunakan metode statistik dengan menunjukkan dalam tabel frequency.

Penelitian ini mengambil responden sebanyak 11 kelompok yang terdiri dari

Badan, Dinas dan Kantor yang ada keterkaitannya dengan penelitian tersebut.

Dan untuk penerima manfaat dalam penelitian ini mengambil sample sebanyak

380 responden yang tersebar dibeberapa Kecamatan di Kabupaten Boyolali.

Agar lebih mudah untuk menganalisa dalam pertanyaan yang diberikan kepda

responden diberikan penilaian. Untuk jawaban (a) yang berarti (ya)mempunyai

nilai 3, (b) yang bearti (tidak) mempunyai nilai 2, (c) yang menjawab (tidak

tahu) mendapat nilai 1 dan untuk yang (tidak menjawab) mendapat nilai 0

(nol).

Page 58: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

58

BAB IV

ANALISA DATA

Perkembangan ekonomi adalah hal yang sangat diharapkan oleh sekian banyak orang

yang tercover dalam sebuah state (negara). Pembangunan ekonomi di sebuah negara

(state) menjadi tolok ukur kemakmuran di suatu daerah. Ekonomi adalah pembangunan

yang berkelanjutan (suistanable development) yang dipahami dan ditafsirkan secara

berbeda-beda menurut situasi dan kondisi daerahnya. Pembangunan ekonomi tak lain

halnya dengan konsep-konsep politik. Pembangunan yang berkelanjutan (suistaneble)

adalah gabungan berjalannya faktor fisik (infrastruktur), sosial (bantuan langsung) dan

politik (kebijakan). Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang

memberi manfaat pada semua warga masyarakat.

Kebijakan pengembangan ekonomi mikro di Kabupaten Boyolali, memang belum banyak

dirasakan oleh warga khususnya pelaku usaha ekonomi mikro. Pelaku usaha ekonomi

mikro masih mengeluh dengan kondisi pasar yang semakin terpuruk. Akibat dari

keterpurukan tersebut bisa disebabkan karena pengaruh ekonomi nasional yang belum

juga stabil (murah sandang lan pangan). Namun hal yang paling esensi adalah pertama

belum adanya regulasi yang mengatur tentang ekonomi dan penanaman modal. Kedua

adalah kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, apakah sudah

pro ekonomi mikro atau justru sebaliknya. Ketiga adalah mainset polcey maker belum

jelas arah ekonomi yang akan dibawa kemana. Keempat adalah akibat dari kenaikan BBM

(bahan bakar minyak) yang naik seratus persen lebih, sehingga kebijakan tersebut

mempengaruhi perkembangan ekonomi secara nasional maupun regional dan yang paling

memprihatinkan adalah kemiskinan semakin bertambah.

A. Analisa Pendahuluan

Kabupaten Boyolali mempunyai kondisi geografis yang berbeda dengan daerah lain,

sehingga kebijakannya juga berbeda. Ada sekitar 126 program yang dibuat Pemerintah

Daerah Kabupaten Boyolali untuk mengembangkan ekonomi mikro, kebijakan

tersebut terbagi dalam empat kategori seperti tebel dibawah ini :

Page 59: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

59

Kategori 1

6%

Kategori 2

39%Kategori 3

42%

Kategori 4

13%

Tabel 1 “Bantuan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2006”

Kategori pertama Bantuan Langsung adalah bantuan yang dapat dirasakan langsung

oleh pelaku usaha ekonomi seperti bantuan modal, bantuan peralatan dan lain

sebagainya. Bantuan langsung tersebut ada 6 persen ( %) yang dapat dirasakannya.

Kedua adalah pengembangan infratruktur pendukung dan pengembangan kawasan

adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah berupa bangunan seperti

pasar, pengadaan peralatan, buku panduan, jalan dan lain sebagainya. Bantuan yang

tercover dalam kategori dua ini ada 39 % (persen) karena banyak yang dirasakan

oleh pelaku usaha ekonomi mikro seperti jalan yang sangat membantu akses

perkembangan ekonomi. Ketiga adalah bantuan yang berupa penguatan institusi

(capacity building) yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pelaku usaha

ekonomi mikro atau juga kepada staff di suatu SKPD tertentu, guna peningkatan

mutu dan perbaikan manajemen usaha serta pemberian ketrampilan kepada

masyarakat untuk menjadi enterpreanur. Keempat adalah bantuan yang berupa

pemasaran (marketting) seperti pemasaran produk melalui media elektronik

maupuan expo yang dilakukan di Kabupaten Boyolali maupun expo secara regional,

nasional maupuan internasional. Bantuan yang berupa pemasaran ini ada 42 %

(persen).

B. Analisa Lanjutan

1. Kebijakan Pengembangan Ekonomi Mikro di Kabupaten Boyolali Tahun 2006

Dari 126 (seratus dua puluh enam) program yang digulirkan pemerintah baik

yang dilakukan oleh Badan, Dinas, Kantor dan Set Da dapat terbagi dalam

Page 60: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

60

empat kategori. Kategori yang pertama adalah bantun langsung, kategori

kedua bantuan infrastruktur pendukung, bantuan ketiga adalah penguatan

institusi atau capacity building untuk dinas sendiri maupun pelaku usaha

ekonomi mikro dan bantuan keempat adalah pemasaran (marketing) untuk

expo hasil industri ekonomi mikro.

Ending yang diharapakan dari pemerintah adalah agar pelaku usaha ekonomi

mikro bisa mencapai kemandirian, dapat mengelola usaha dengan baik, dapat

menjalin hubungan dengam distributor maupun konsumen.

2. Implementasi Kebijakan Ekonomi Mikro dan Strategi Yang Digunakan

Dari data yang diperoleh dari LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah) bahwa program pada tahun 2006 sudah dilakukan dan digulirkan

kepada masyarakat dengan dasar peniliaian sendiri (self assesment)

menunjukkan bahwa rata-rata capaian kinerja Instansi Pemerintah adalah

90,50 % bahkan ada yang lebih dari 100 %. Sebagai contoh Dinas Perindagkop

dari 8 sasaran yang paling berhasil adalah penyaluran kredit permodalan untuk

UKM dan Koperasi sebanyak 321,16 %,meningkatnya pangsa pasr pasar

produksi manufaktur dilingkup domestik dan ekspor sebanyak 83,84 % dan

meningkatnya pertumbuhan sektor industri manufaktur sebanyak 81,25 %.

Untuk mengatahui impelementasi kebijakan pengembangan ekonomi mikro

yang telah dilakukan pada tahun 2006, penelitian ini mencoba memberikan

kuesioner kepada instansi pemerintah.

Hasil kuesioner dari Badan, Dinas atau Kantor

Guna memenuhi kaidah-kaidah dalam penelitian yang menggunakan analisis

deskriptif yang menggunakan metode pengumpulan data. Dari beberapa

pertanyaan yang telah diberikan kepada responden diperoleh hasil pada table

dibawah ini :

Page 61: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

61

Tabel I

Pelibatan Pemerintah Daerah dalam penyusunan rencana kerja kepada pelaku usaha

ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid Ya 11 100.0 100.0 100.0

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah sudah menunjukkan

keterlibatannya dalam penyusunan rencana kerja dengan prosentase sebanyak 100 %.

Tabel II

Pelibatan masyarakat miskin dalam penyusunan rencana kerja oleh Pemerintah Daerah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid Ya 11 100.0 100.0 100.0

Pada tabel 2 mengatakan bahwa Pemerintah Daerah sudah melibatkan masyarakat

miskin dalam penyusunan rencana kerja dengan prosentase sebanyak 100 %.

Tabel III

Pelibatan perempuan dalam penyusunan rencana kerja untuk merumuskan kebijakan

pengembangan ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

1

1

1

8

11

9.1

9.1

9.1

72.7

100.0

9.1

9.1

9.1

72.7

100.0

9.1

18.2

27.3

100.0

Page 62: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

62

Berdasarkan tabel 3 bahwa, untuk keterlibatan kaum perempuan sebanyak 72,7 %,

sedangkan instansi Pemerintah yang belum melibatkan sebanyak 9,1 %, dan yang

tidak tahu dan tidak menjawab kuesioner sebanyak 9,1%.

Tabel IV

Apakah program yang dibuat Pemerintah Daerah sudah tepat sasaran atau belum

kepada pelaku usaha ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

1

2

8

11

9.1

18.2

72.7

100.0

9.1

18.2

72.7

100.0

9.1

27.3

100

100.0

Tabel 4, menunjukkan bahwa menurut instansi pemerintah program yang dilakukan

sudah tepat sasaran dengan prosentase 72,7 %, dan yang menjawab tidak tepat sasaran

sebanyak 18,2 %, serta tidak menjawab sebanyak 9,1 %.

Tabel V

Apakah Pemerintah sudah melakukan monitoring atau pendampingan kepada pelaku

usaha ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid Tidak

Ya

Total

1

10

11

9.1

90.9

100.0

9.1

90.9

100.0

9.1

100.0

Untuk program yang berkaitan dengan monitoring, pada tabel 5 mengatakan bahwa

monitoring sudah dilakukan secaara intens oleh instansi pemerintah sebanyak 90,9 %

dan yang menjawab adalah 9,1 %.

Page 63: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

63

Tabel VI

Apakah Pemerintah sudah merasa puas dengan Program yang telah dilakukan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

1

7

3

11

9.1

63.6

27.3

100.0

9.1

63.6

27.3

100.0

9.1

72.7

100.0

Program yang telah digulirkan Pemerintah Daerah pada tabel 6, menunjukkan bahwa

jawaban yang tidak puas sebanyak 63,6 %, yang menjawab puas sebanyak 27,3 % dan

yang menjawab tidak tahu sebanyak 9,1 %.

Tabel VII

Apakah Pemerintah Daerah atau SKPD selalu terbuka, bila ada keluhan (konsultasi)

dari pelaku usaha ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Ya

Total

1

1

9

11

9.1

9.1

81.8

100.0

9.1

9.1

81.8

100.0

9.1

18.2

100.0

Untuk akses informasi dan pelayanan kosultasi, pada tabel 7 menunjukkan bahwa

instansi pemerintah selalu terbuka dengan prosentase 81,8 % dan yang menjawab tidak

tahu sebanyak 9,1 %.

Page 64: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

64

Tabel VIII

Apakah sudah melakukan pemerataan program pengembangan usaha ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak

Total

2

9

11

18.2

81.8

100.0

18.2

81.8

100.0

18.2

100.0

Dalam melakukan pemerataan yang tercamtum dalam tabel 8, menunjukkan instansi

pemerintah tidak melakukan pemerataan program dengan prosentase 81,8 % dan tidak

menjawab sebanyak 18,2 %.

Tabel IX

Apakah lingkungan berpengaruh pada pengembangan usaha ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

1

2

4

4

11

9.1

18.2

36.4

36.4

100.0

9.1

18.2

36.4

36.4

100.0

9.1

27.3

63.6

100.0

Dari tabel 9, menunjukkan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh pada

pengembangan ekonomi mikro, untuk jawaban ya sebanyak 36,6 %, jawaban tidak

36,6% dan yang tidak tahu sebanyak 18,2 % serta tidak menjawab 9,1 %.

Page 65: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

65

Hasil kuesioner dari penerima manfaat

Setelah kita memberikan kuesioner kepada Pemerintah selaku pelaksana dan

pembuat program, penelitian ini mencoba melakukan kroscek lapangan yaitu

kepada masyarakat penerima manfaat. Dari program yang telah digulirkan

oleh Pemerintah Daerah, akan kita analisis seberapa besar manfaat yang

dirasakan. Dan apakah program tersebut sudah sesuai sasaran atau belum.

Sample yang diambil sebanyak 380 responden yang tersebar diseluruh

wilayah program. Dalam penelitian ini ada beberapa pertanyaan yang

tersusun dan responden tinggal mengisi sesuai dengan petunjuk dengan

dipandu oleh interviewer. Dari hasil kuesioner diperoleh hasil sebagai berikut

:

Tabel I

Keterlibatan pelaku usaha ekonomi mikro dalam penyusunan rencana kerja oleh

Pemerintah atau SKPD terkait

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

5

28

260

87

380

1.3

7.4

68.4

22.9

100.0

1.3

7.4

68.4

22.9

100.0

1.3

8.7

77.1

100.0

Tabel 1, menujukkan bahwa pelaku usaha ekonomi mikro yang pernah dilibatkan dalam

penyusunan renja sebanyak 22,9 %, yang tidak dilibetkan sebanyak 68,4 % yang berarti

50 % > pelaku ekonomi mikro tidak pernah dilibatkan dalan renja, dan tidak tahu

sebanyak 7,4 %, serta tidak menjawab 1,3 %.

Page 66: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

66

Tabel II

Keterlibatan masyarakat miskin dalam penyusunan rencana kerja oleh

Pemerintah atau SKPD terkait

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

24

64

253

39

380

6.3

16.8

66.6

10.3

100.0

6.3

16.8

66.6

10.3

6.3

23.2

89.7

100.0

Tabel 2, mengatakan bahwa masyarakat yang pernah terlibat dalam renja ditunjukkan

dengan prosentase 10,3 %, dan yang pali besar adalah tidak pernah dilibatkan sebanyak

66,6 %, jawaban tidak tahu 16,8 %, serta tidak menjawab 6,3 %.

Tabel III

Keterlibatan perempuan dalam penyusunan rencana kerja oleh Pemerintah atau

SKPD terkait

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

17

148

136

79

380

4.5

38.9

35.8

20.8

100.0

4.5

38.9

35.8

20.8

100.0

4.5

43.4

79.2

100.0

Keterlibatan perempuan dalam penyusunan renja yang ditunjukkan tabel 3, sebanyaka

20,8 %, tidak pernah terlibat yaitu 38,9 %, dan tidak tahu dengan prosentase yang besar

yaitu 38,9 %, serta tidak menjawab sebanyak 4,5 %.

Page 67: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

67

Tabel IV

Sasaran program yang dibuat oleh Pemerintah Daerah atau SKPD kepada pelaku

usaha ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

10

73

170

127

380

2.6

19.2

44.7

33.4

100.0

2.6

19.2

44.7

33.4

100.0

2.6

21.8

66.6

100.0

Berdasarkan tabel 4, bahwa program pemerintah tidak tepat sasaran ditunjukkan

dengan prosentase 44,7 %, jawaban ya tepat sasaran 33,4 %, dan jawaban tidak tahu

19,2 %, serta tidak menjawab 2,6 %.

Tabel V

Pendampingan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau SKPD terkait dalam

mendukung pengembangan usaha ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

8

27

190

155

380

2.1

7.1

50.0

40.8

100.0

2.1

7.1

50.0

40.8

100.0

2.1

9.2

59.2

100.0

Tabel 5, yang berkaitan dengan pendampingan, menunjukkan bahwa jawaban ya

sebanyak 40,8 %, sedangkan jawaban tidak dengan prosentase 50,0 %, dan jawaban

tidak tahu 7,1 %, serta tidak menjawab 2,1 %.

Tabel VI

Kepuasan program yang dibuat oleh Pemerintah Daerah atau SKPD terkait dalam

mendukung pengembangan usaha ekonomi mikro

Page 68: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

68

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

9

22

309

40

380

2.4

5.8

81.3

10.5

100.0

2.4

5.8

81.3

10.5

100.0

2.4

8.2

89.5

100.0

Dari tabel 6, menunjukkan bahwa pelaku usaha ekonomi mikro tidak puas dengan

progam pemerintah dengan prosentase 81,3 %, jawaban ya puas sebanyak 10,5 %, dan

taidak tahu sebanyak 5,8 %, serta tidak menjawab sebanyak 2,4 %.

Tabel VII

Perolehan akses informasi secara terbuka, komunikatif dan transparan mengenai

program pengembangan ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

11

65

245

59

380

2.9

17.1

64.5

15.5

100.0

2.9

17.1

64.5

15.5

100.0

2.9

20.0

84.5

100.0

Pada tabel 7, pelaku usaha ekonomi mikro yang dapat mengakses informasi secara

terbuka, komunikatif dan transparan dengan prosentase 15,5 %, jawaban tidak adalah

paling banyak dengan prosentase 64,5 %, dan tidak tahu 17,1 %, serta tidak menjawab

2,9 %.

Tabel VIII

Perolehan akses permodalan (soft loan) dari Pemerintah Daerah untuk

pengembangan usaha ekonomi mikro

Page 69: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

69

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

10

46

241

83

380

2.6

12.1

63.4

21.8

100.0

2.6

12.1

63.4

21.8

100.0

2.6

14.7

78.2

100.0

Pelaku usaha ekonomi mikro yang dapat memperoleh pinjaman lunak (soft loan), dari

tabel 8, ditunjukkan dengan prosentase 21,8%, yang paling banyak adalah tidak

sebanyak 63,4 %, dan tidak tahu adalah 12,1 %, serta tidak menjawab 2,6 %.

Tabel IX

Perolehan bantuan dalam mendukung pengembangan usaha ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

Tidak

Ya

Total

16

15

204

145

380

4.2

3.9

53.7

38.2

100.0

4.2

3.9

53.7

38.2

100.0

4.2

8.2

61.8

100.0

Tabel 9, menunjukkan bahwa pelaku usaha ekonomi mikro yang pernah mendapat

bantuan dalam mendukung pengembangan usahanya sebanyak 38,2 %, yang tidak

adalah paling banyak dengan prosentase 53,7%, dan tidak tahu 3,9%, serta tidak

menjawab 4,2 %.

Tabel X

Pengaruh lingkungan pada usaha pengembangan ekonomi mikro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

percent

Valid 0

Tidak Tahu

28

19

7.4

5.0

7.4

5.0

7.4

12.4

Page 70: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

70

Tidak

Ya

Total

14

319

380

3.7

83.9

100.0

3.7

83.9

100.0

16.1

100.0

Dari tabel 10, menunjukkan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh pada

pengembangan usaha ekonomi mikro, dan yang menjawab ya dengan prosentase 83,9

%, tidak sebanyak 3,7 %, dan tidak tahu 5,0 %, serta tidak menjawab 7,4 %.

3. Sasaran Program Pengembangan Ekonomi Mikro

Menarik untuk dicermati adalah sasaran program pengembangan ekonomi

mikro, dimana pemerintah mempunyai beberapa sasaran antara lain :

6. Meningkatnya penyaluran permodalan kepada UMKM dan Koperasi.

7. Meningkatnya pemanfaatan teknologi tepat guna oleh UKM dan

Koperasi.

8. Meningkatnya nilai produksi dan ekspor produk UKM.

9. Meningkatnya jumlah usaha mikro menjadi usaha kecil formal.

10. Meningkatnya kinerja, kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi.

Kelima sasaran tersebut akan dicapai dalam jangka waktu lima tahun, pada

tahun 2006 Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali melalui Dinas Perindagkop

dalam LAKIP dikatakan bahwa sasaran untuk peningkatan penyaluran

permodalan kepada UKM dan Koperasi dengan Nilai Capaian Kinerja 321,16 %,

meningkatnya pangsa pasar produk industri manufaktur dilingkup domestik

dan bertumbuhnya ekspor secara bertahap mencapai 83,84 %, dan

meningkatnya pertumbuhan sektor industri manufaktur dan perdagangan yang

disertai dengan terciptanya lapangan kerja produktif mencapai 81,25 %.

Hasil tersebut diperkuat dengan kuesioner (lihat tabel IV) yang diberikan

kepada instansi pemerintah terkait dengan jawaban tepat sasaran dengan

prosentase 72,7 %, sedangkan yang tidak menjawab tepat sasaran sebanyak

18,2 % dan jawaban tidak tahu sebanyak 9,1 %.

Page 71: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

71

Namun demikian, setelah dilakukan kroscek lapangan kepada masyarakat

sebagai penerima manfaat (lihat tabel IV dan VI), jawaban itu bertolak

belakang bahwa masyarakat menilai program dari Pemerintah Daerah

Kabupaten Boyolali tidak tepat sasaran dengan prosentase 44,7 %, jawaban

tepat sasaran sebanyak 33,4 %, dan tidak tahu 19,2 %, serta tidak menjawab

2,6 %. Dan itu diperkuat dengan jawaban bahwa masyarakat tidak puas dengan

program Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dengan prosentase 81,3 %,

jawaban puas terhadap program sebanyak 10,5 %, dan jawaban tidak tahu 5,8

%, serta tidak menjawab 2,4 %.

Page 72: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

72

BAB V

KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kebijakan pengembangan ekonomi mikro di Kabupaten Boyolali pada tahun

2006, dibagai menjadi empat kategori yaitu pertama bantuan langsung adalah

bantuan yang bisa dirasakan langsung oleh pelaku ekonomi mikro seperti

bantuan peralatan dan bantuan hibah (grant), bantuan langsung tersebut

ditunjukkan dengan prosentase 6 % (persen), kedua adalah bantuan infrastruktur

pendukung dan pengembangan kawasan adalah bantuan yang dirasakan berupa

bangunan (fisik) seperti pasar, jalan, jembatan dan lainnya, bantuan tersebut

ditunjukkan dengan prosentase 39 % (persen) yang dapat membantu

pengembangan ekonomi mikro. Ketiga adalah bantuan penguatan lembaga

(capacity building) berupa pelatihan, seminar dan workhsop kepada instansi

pemerintah maupun pelaku usaha ekonomi mikro, bantuan tersebut sebesar 42

% (persen). Keempat adalah bantuan pemasaran (marketting) yang dimaksudkan

untuk memasarkan produk-produk dan menjalin kerja sama (network), bantuan

tersebut sebesar 13 % (persen).

2. Program yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, sudah

diimplementasikan melalui SKPD terkait. Ada 126 program yang berkaitan

dengan pengembangan ekonomi mikro, hasil program tersebut terdapat pada

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) dengan dasar penilaian

sendiri (self assesment), menunjukkan bahwa rata-rata capaian kinerja Instansi

Pemerintah adalah 90,00 % bahkan ada yang lebih dari 100 %.

3. Masyarakat menilai bahwa tidak merasa puas dengan kinerja Instansi

Pemerintah terkait program pengembangan ekonomi mikro, hal itu ditunjukkan

dengan prosentase 81,3 %, yang merasa puas sebesar 10,5 %, tidak tahu 5,8 %,

dan tidak menjawab 2,4 %.

Page 73: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

73

4. Untuk keterlibatan dalam penyusunan rencana kerja (Renja) oleh SKPD terkait

bahwa pelaku usaha ekonomi mikro tidak pernah terlibat ditunjukkan dengan

prosentase 68, 4 % dan yang pernah terlibat sebesar 22,9 %, masyarakat miskin

juga tidak pernah terlibat sebesar 66,6 % dan pernah terlibat sebesar 10,3 %, dan

untuk kaum perempuan yang pernah terlibat sebesar 20,8 %, tidak pernah

terlibat 35,8 % dan tidak tahu sebesar 38,9 %.

5. Sasaran program pengembangan ekonomi mikro yang dilakukan Pemerintah

Daerah Kabupaten Boyolali, dinilai masyarakat belum mencapai sasaran, dimana

penilaian tersebut ditunjukkan dengan prosentase 44,7 % (tidak tepat sasaran),

untuk penilaian tepat sasaran sebesar 33,4 %, tidak tahu 19,2 %, dan tidak

menjawab sebesar 2,6 %.

B. Rekomendasi

1. Adanya regulasi (Peraturan Daerah) yang mengatur tentang permodalan untuk

UMKM.

2. Adanya penambahan bantuan lunak (soft loan) dengan syarat yang mudah dan

ringan. .

3. Pendampingan yang intens (suitanable) dari Pemerintah Daerah (SKPD).

C. Saran – saran

1. Pemerintah Daerah

a. Setiap kebijakan yang diambil harus memperhatikan kebutuhan pelaku usaha

ekonomi mikro tidak top down namun kebijakan bersifat bottom up.

b. Pemerintah Daerah (SKPD) harus memberikan pelayanan yang terbuka, informatif,

komunikatif dan transparan.

c. Pemerintah Daerah (SKPD) harus mensosialisasikan program sampai kebawah,

agar pelaku usaha ekonomi mikro yang jauh dari pusat informasi dapat

mengaksesnya.

Page 74: Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Riset Ekonomi Mikro.pdf · LAPORAN PENELITIAN Kebijakan Ekonomi Mikro Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Tim Peneliti 1. Ismail AL

74

2. Pelaku Usaha Ekonomi Mikro

a. Pelaku usaha ekonomi mikro harus lebih aktif dalam berkomunikasi dengan

Pemerintah Daerah (SKPD).

b. Pelaku usaha ekonomi mikro harus mempunyai manajemen yang baik dan

terbukukan.

c. Pelaku usaha ekonomi mikro harus mempunyai ijin usaha.

_________________________________00000000_______________________________